MEMBONGKAR POTENSI GARAM NASIONAL DENGAN PEMBERDAYAAN MESIN PELEMBUT GARAM (DISK MILL)
SARAH ESTEFAN
J3I113027
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Karya Tulis Ilmiah : Membongkar Potensi Garam Nasional Dengan Pemberdayaan Mesin Pelembut Garam (Disk Mill)
Nama : Sarah Estefan
NIM : J3I113027
Disetujui oleh
Dudi Firmansyah, SPtPembimbing
Diketahui Oleh
Dr Ir Irmansyah, M,Si Ir Andi Murfi, MSi Bidang Kemahasiswaan Koordinator Program Keahlian
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “MEMBONGKAR POTENSI GARAM NASIONAL DENGAN
PEMBERDAYAAN MESIN PELEMBUT GARAM (DISK MILL)”.
Karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
berkaitan dengan PUGAR (Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat). Diharapkan
dari kajian ini dapat membuka pola berpikir bagi kita semua terutama bagi petani garam
di daerah pedesaan, bahwa pengolahan garam dengan memakai teknologi memiliki
manfaat yang banyak dan meningkatkan kualitas serta kuantitas sehingga bisa
mendapatkan pendapatan yang lebih.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini dan penulis menyadari bahwa
karya tulis ilmiah yang dibuat ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua, terutama bagi petani
garam di daerah pedesaan. Amin.
Bogor, Februari 2015
Sarah EstefanJ3I113027
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................................iv
1 PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................6
1.4 Manfaat....................................................................................................................7
2 DESKRIPSI PRODUK..................................................................................................8
3 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................10
4 PENUTUP....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
DAFTAR TABEL
1 Jumlah Produksi Nasional dan Impor Garam Tahun 2010-2014................................5
2 Hasil Uji Coba Disk Mill Sebagai Proses Pencucian Garam.....................................11
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garam merupakan salah satu komoditi strategis Indonesia dimana
penggunaannya tidak hanya untuk konsumsi manusia melainkan juga sebagai bahan
baku industri dan merupakan salah satu sumber sodium dan chloride dimana kedua
unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme tubuh manusia. Sebagai negara kepulauan
yang dikelilingi laut dan samudera, Indonesia dikenal sebagai penghasil garam yang
cukup besar dengan kualitas yang cukup baik. Sementara itu produksi garam Indonesia
memiliki trend yang cenderung menurun sedangkan kebutuhan pada komoditi garam
semakin meningkat setiap tahunnya. Produktivitas usaha garam rakyat Indonesia sampai
saat ini dirasakan masih rendah dan belum memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pemenuhan kebutuhan garam domestik.
Kebutuhan yang tidak disertai oleh persediaan produksi domestik menuntut
adanya kebijakan untuk mengimpor garam untuk memenuhi konsumsi garam dalam
negeri. Pusat Dat dan Informasi KIARA (Des 2014) mencatat jumlah impor garam
dibanding dengan produksi nasional >80% sejak tahun 2010. Pada Tabel 1 bisa dilihat
jumlah produksi nasional dan impor garam dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi.
Tabel 1 Jumlah Produksi Nasional dan Impor Garam Tahun 2010-2014
No Tahun Produksi (Ton) Impor (Ton)
1 2010 1,621,338 2,080,000
2 2011 1,621,594 2,830,000
3 2012 2,473,716 2,310,000
4 2013 1,090,000 2,020,000
5 2014 2,190,000 1,950,000
Sumber : KIARA (2014)
Banyaknya petambak garam yang beralih fungsi mengakibatkan makin
luasnya lahan garam yang menjadi lahan tidur. Hal ini disebabkan harga garam yang
terus menurun akibat rendahnya mutu garam rakyat. Indonesia dengan 17.500 pulau,
memiliki potensi menghasilkan garam, baik untuk konsumsi manusia dan
konsumsi industri (farmasi, soda, pengeboran minyak). Menurut kenyataan, luas
ladang garam Indonesia adalah sekitar 30.786 hektar dan terletak di berbagai tempat di
Indonesia, yang terbesar berada di pulau Jawa dan Madura. Di pulau Jawa seluas
10.231 hektar (Jawa Timur di luar Madura 6.904 hektar, Jawa Tengah 2.168 hektar dan
Jawa Barat 1.159 hektar) dan di pulau Madura 15.310 hektar. Selain itu, garam
dihasilkan di NTB (1.155 hektar, Sulawesi Selatan (2.205 hektar), Sumatera dan
lain-lainnya (1.885 hektar). PT Garam, produsen garam milik Negara, mengendalikan
sekitar 5.340 hektar, yang sebagian besar terletak di Madura (4.700 hektar) dan
sebagian kecil di Gresik (640 hektar). Dari total 30.786 hektar ladang garam, sekitar
25.318 hektar (±82.6%) dikelola secara tradisional oleh petani dan selebihnya
dikerjakan oleh PT Garam. (Bisnis Indonesia.11 April 2000).
Oleh karena itu perlu upaya meningkatkan produksi garam rakyat melalui
teknologi terpadu garam dan Artemia. Teknologi ini sudah cukup lama dikebangkan
oleh DKP (BRKP dan Ditjen Perikanan Budidaya) dan BPPT di beberapa daerah
dengan hasil yang sangat menggembirakan tetapi belum diterapkan dalam
masyarakat secara luas. Satu contoh keberhasilan di kota Rembang menunjukkan
hasil yang memuaskan dari segi kualitas dan kuantitas garam serta produk samping,
yaitu: sista dan biomassa Artemia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Artemia
merupakan pakan alami dari segala industri perikanan budidaya laut dan air tawar
(Pusriswilnon BRKP, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam negeri, garam adalah salah satu kebutuhan pelengkap dari kebutuhan
pangan dan menjadi sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Indonesia merupakan negara
maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati termasuk usaha
dalam meningkatkan kualitasnya. Sementara itu, kebutuhan garam dengan kualitas baik
banyak diimpor dari luar negeri terutama garam beryodium dan garam industri.
Kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri. Ketergantungan Indonesia
dalam pemenuhan komoditi pangan garam semakin meningkat manakala produksinya
belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Pengolahan garam masih jauh dari unsur higienis karena masih
minimnya (keterbatasan) peralatan di lapangan dan belum sempurnanya proses produksi
yang dilakukan. Masyarakat belum menguasai teknologi pengolahan garam sehingga
garam yang dihasilkan belum mencapai kapasitas yang maksimal .Hal tersebut
dikarenakan masih adanya keterbatasan alat dan tenaga pengolah, sebab selama ini
pengolahan garam masih dilakukan dengan manual dan sangat tergantung dengan
tenaga yang dikeluarkan petani skala home industry terutama mengenai mesin
penghancur atau selipan garam yang sudah aus dan sering rusak atau macet. Pada
saat proses pengolahan garam dengan cara manual kandungan NaCl ± 80 %. Hal
inilah yang menyebabkan kualitas garam dari petani garam masih rendah dengan
harga jual yang rendah pula.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam kajian ini
adalah :
1) Bagaimana upaya dalam meningkatkan produktivitas,kualitas dan kuantitas garam
nasional untuk menutup kran impor garam ?
2) Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mensejahterakan petani garam di
Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah ini adalah :
1) Mengetahui upaya dalam meningkatkan produktivitas,kualitas dan kuantitas garam
nasional untuk menutup kran impor garam.
2) Mengetahui apa saja kebijakan pemerintah dalam mensejahterakan petani garam di
Indonesia.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya karya tulis ilmiah ini adalah :
1) Bagi penulis, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
berguna untuk mengembangkan kemampuan menulis dalam mengetahui apa saja
kebijakan pemerintah untuk mensejahterakan petani garam di Indonesia.
2) Tersedianya hasil kajian mengenai upaya dalam meningkatkan produktivitas,
kualitas, dan kuantitas garam nasional untuk menutup kran impor garam.
2 DESKRIPSI PRODUK
Produk yang akan dipaparkan untuk pengolahan garam yang meningkatkan
produktivitas, kualitas, dan kuantitas garam ini merupakan hasil karya dari Intan
Baroroh, Bagiyo Suwasono, dan Ali Munazid yang merupakan mahasiswa dari Fakultas
Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah ,Surabaya. Ketiga mahasiswa ini
melakukan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan selama 10 bulan. Lokasi
penelitian untuk pembuatan peralatan rancang bangun Disk Mill dilakukan di
laboratorium produksi manufaktur (dengan Bapak Budtomo), Desa Sumbersari/Cembo
– Desa Giripurno ,Kec. Bumiaji Kota Batu Malang. Sedangkan lokasi untuk untuk
ujicoba atau instal alat di SMK Sunan Drajat PonPes Sunan Drajat Banjaranyar,
Paciran , Lamongan .
Jenis luaran yang akan dihasilkan adalah disk mill yang telah diolah
dengan proses pengolahan yang baik sesuai standart SNI, dalam artian
pemisahan garam dari kotorannnya benar–benar telah tersaring dan jumlah
impuritas garam (kandungan kotoran) di garam dipastikan sudah tidak ada. Mesin
peghalus garam berupa mesin disk mill tersebut dipergunakan oleh petani garam
Banjaranyar Paciran Lamongan yang merupakan salah satu rangkaian mesin
pengolah garam yang mampu membuat garam lembut dan proses pencucian garam
secara bertigkat untuk menghilangkan garam dari kotoran dan meningkatkan kadar
NaCl. Untuk rancangan skematis proses pencucian garam krosok dengan disk mill
adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan modifikasi pencucian garam secara horisontal dengan menggunakan
dump tank sebagai fungsi pencucian garam lebih lanjut sebelum masuk pada wash
tank.
2) Selanjutnya jika semua komponen sudah siap akan dilakukan perakitan.
3) Setelah disk mill selesai dirakit baru digabungkan dengan bak yang berupa
tempat untuk pencucian garam krosok agar impuritas garam tersebut terpisah
sehingga kandungan NaCl akan mengalami kenaikan.
4) Setelah instalasi satu unit mesin disk mill lengkap dengan bak pencuci terakit
siap untuk diuji coba untuk pemrosesan garam krosok dilamongan tersebut.
5) Hasil uji coba akan di uji labkan sejauh mana kenaikan kadar NaCl dan
kapasitas proses mesin per menit, perjam ataupun perhari berapa ton yang
akan dihasilkan dengan penggunaan proses disk mill yang dibuat tersebut.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kendala yang dihadapi petani garam harus dipecahkan, salah satunya dengan
peningkatan pengolahan garam rakyat untuk meningkatkan daya jual baik dalam segi
kualitas maupun kuantitas produksi garam dengan penerapan teknologi pengolahan
garam. Adapun kendala yang dihadapi petani garam, diantaranya adalah :
1) Kebersihan (higienis) garam yang dihasilkan petani garam masih jauh dalam
proses pengolahannya, terbukti dengan belum maksimalmya proses pemisahan
garam dari kotorannya.
2) Kapasitas produksi belum maksimal dengan keterbatasan tenaga pengolahan
secara tradisional (manual) dan kondisi mesin telah tua usianya yang sering
mengalami kerusakan (macet produksi) yang tidak mampu berproduksi
maksimal sehingga perlu adanya kecepatan dalam produksi dalam hal jumlah
pemurnian garam.
3) Kadar garam yang dihasilkan petani garam mengandung NaCl ± 90 %, secara riil
minimal kandungan NaCl pada garam konsumsi lebih dari 94,7%, sehingga perlu
teknologi pengolahan garam yang mampu meningkatkan kadar NaCl pada garam
konsumsi lebih dari 95% yang barupa proses pemurnian garam secara bertingkat.
Disk Mill (Mesin Pelembut Garam) merupakan salah satu solusi yang
memberikan manfaat dalam menunjang pembangunan dan kemandirian bangsa untuk
menyelesaikan masalah impor di Indonesia secara lebih mandiri. Hasil uji coba yang di
uji lab kan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kenaikan kadar NaCl dan
kapasitas proses mesin per menit, per jam ataupun per hari dan berapa ton yang
akan dihasilkan dengan penggunaan proses disk mill yang dibuat tersebut. Tabel 2
akan menjelaskan hasil uji coba disk mill sebagai proses pencucian garam.
Tabel 2 Hasil Uji Coba Disk Mill Sebagai Proses Pencucian Garam
No Item MenitInput
(Kg)
Output
(Kg)Keterangan
1Persiapan ,viskositas
garam 0 ◦ Be.15 Persiapan
2Start I, Pukul :
10.30 – 10.45.15 100 30
Air dialirkan dari
belakang disk mill,
hasil dari proses
pencucian air tuah
21 ◦ Be.
3Start II, Pukul :
01.05 – 01.25.20 200
Air dialirkan dari
belakang dan atas
disk mill, hasil dari
proses pencucian air
tuan dump tank dan
wash tank 18 ◦ Be.
4Start III, Pukul :
01.35 – 01.45.10 100
Air dialirkan dari
belakang dan atas
disk mill, hasil dari
proses pencucian air
tuan dump tank dan
wash tank 18 ◦ Be.
Berdasarkan uji coba disk mill, maka kapasitas input uji coba mesin disk mill
tersebut 10 Kg/ menit. Sehingga estimasi dalam satu jam mampu mencapai lebih dari
0,6 ton per jam atau 6 ton per 10 jam. Dengan hasil lab didapatkan kadar garam dengan
muatan NaCl 97,59%, menunjukkan kenaikan persentase dimana garam yang semula
kadar NaCl 95,46% naik sebesar 2,23% setelah proses disk mill pada garam hasil
proses cuci basah yang artinya menghasilkan kwalitas garam nomer satu. Hal ini
menunjukkan bahwa mesin tersebut layak digunakan karena selain mampu
memberikan kapasitas output proses yang tinggi juga mampu meningkatkan kadar
NaCl pada garam.
Garam dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni High Grade, Medium Grade
dan Low Grade.Berikut adalah klasifikasinya :
1) High Grade yaitu garam konsumsi mutu tinggi dengan kandungan NaCl 97%, kadar
air dibawah 5%, warna putih bersih, butiran umumnya berupa kristal yang sudah
dihaluskan. Garam jenis ini digunakan untuk garam meja, industri makanan mutu
tinggi, industri sosis dan keju, industri minyak goreng serta industri mentega.
2) Medium Grade yaitu garam konsumsi kelas menengah dengan kadar NaCl 94,7-
97% dan kadar air 3 – 5% untuk garam dapur, dan industri makanan menengah
seperti kecap, tahu, dan pakan ternak.
3) Low Grade yaitu garam konsumsi mutu rendah dengan kadar NaCl 90–94.7%, kadar
air 5 –10%, warna putih kusam, digunakan untuk pengasinan ikan.
Memperhatikan rendahnya produktivitas garam rakyat dan upaya
pengembangan teknologi yang telah dilakukan, maka mulai saat ini kita secara
bersama-sama dan terintegrasi melakukan berbagai upaya aplikasi rekayasa teknologi
pengolahan garam dengan berorientasi pada industri skala kecil. Aplikasi yang akan
terpasang pada aktivitas kelompok petani garam diharapkan dapat memenuhi
beberapa kaidah normatif yang disepakati secara bersama-sama, yaitu: teknologi
tepat guna, mudah digunakan, mudah perawatan, mudah diduplikasi, dan sosialisai
kegiatan PUGAR (Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat) yang merupakan
program pemberdayaan yang difokuskan pada peningkatan kesempatan kerja dan
kesejahteraan bagi petambak garam.
Pemakaian mesin disk mill (mesin pelembut) tersebut dapat memenuhi
kebutuhan garam nasional sehingga dapat mengurangi impor garam dan mencapai
swasembada garam nasional. Besarnya angka impor disebabkan oleh :
1) Pengelolaan garam nasional yang terbagi ke dalam 3 kementerian (Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan)
yang memiliki kewenangan berbeda tanpa koordinasi
2) Pemberdayaan garam rakyat tidak dimulai dari hulu (tambak,modal,teknologi)
hingga hilir (pengolahan,pengemasan,pemasaran)
3) Lemahnya sinergi pemangku kebijakan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan
pusat dengan masyarakat petambak garam skala kecil
Salah satu penyebab Indonesia tidak mampu menghentikan ketergantungan
impor garamnya karena tidak adanya kebijakan pemerintah yang mendukung industri
pergaraman di tengah-tengah arus liberalisasi perdagangan. Hal ini turut dipicu oleh
diremehkannya konsep dasar garam sebagai kebutuhan negara dna komoditas strategi.
Liberalisasi perdangangan seperti pengurangan tarif masuk garam impor
diimplementasikan melalui kebijakan yang mendukung impor dan tidak melindungi
industri garam nasional. Selain tarif, liberalisasi juga termanifestasi dalam kampanye
rezim internasional seperti WHO (World Health Organization) yang menyoalkan
konsumsi garam sesuai standar kesehatan.
Maka dari itu perlu kebijakan pemerintah dalam mensejahterakan petani garam
di Indonesia yakni dengan pemerintah siap membeli teknologi pengolahan dengan dana
alokasi tambahan APBN di Kementerian Kelautan dan Perikanan dari subsidi BBM.
Sehingga nelayan garam tidak susah karena impor garam. Keberpihakan pemerintah
pun menjadi kunci tercapainya target swasembada garam nasional dan penutupan kran
impor.
4 PENUTUP
Disk Mill (Mesin Pelembut Garam) merupakan salah satu solusi yang
memberikan manfaat dalam menunjang pembangunan dan kemandirian bangsa untuk
menyelesaikan masalah impor di Indonesia secara lebih mandiri. Aplikasi teknologi disk
mill yang akan terpasang pada aktivitas kelompok petani garam diharapkan dapat
memenuhi beberapa kaidah normatif yang disepakati secara bersama-sama, yaitu:
teknologi tepat guna, mudah digunakan, mudah perawatan, dan mudah diduplikasi
sehingga komersialisasi disk mill dapat menutup kran impor garam dan berdampak baik
pada petani garam serta tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran. Komersialisasi
mesin disk mill ini harus melalui penyuluhan atau sosialisasi PUGAR agar petani garam
diberi masukan dan binaan tentang cara pengolahan garam yang benar dan sesuai
dengan standar pengolahan garam serta diberikan pengetahuan tentang cara-cara
pengolahan dalam produksi garam.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Intan., Bagiyo Suwasono dan Ali Munazid. 2013. Rancang Bangun Disk Mill (Mesin Pelembut) Garam Dalam Konteks Pemberdayaan Garam Rakyat.Jurnal, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan. Hal : 288-298.
Ratna, Widya Gita. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Impor Garam Indonesia (Dari Negara Dagang Mitra Australia, India, Selandia Baru, dan Cina). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Boenarco, Intan Sari. 2012. Kebijakan Impor Garam Indonesia (2004-2010): Implikasi Liberalisasi Perdagangan Terhadap Sektor Pergaraman Nasional. Tesis. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia