i
PERSEPSI IBU TENTANG KARIES GIGI PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA KECAMATAN
KEMUSUBOYOLALI
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Nuning Puspitoningsih
NIM. S10031
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKESKUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi
Keperawatan yang berjudul :
PERSEPSI ORANG TUA
TENTANG KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK DHARMA
WANITA KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
Nuning Puspitoningsih
NIM S1 0031
Telah diuji pada tanggal 17 Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbingutama
Ns. Wahyuningsih Safirti, M.Kep.
NIK. 200679022
Pembimbing Pendamping
Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep.
NIK. 201087055
Penguji,
Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep.
NIIK. 201284113
\
Surakarta, ....................2014
Ketua Program Studi,
Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep.
NIK. 201279102
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nuning Puspitoningsih
NIM : S10031
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik ( sarjana ), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta maupun di
perguruan tinggi lain.
2) Skripsi adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Januari 2014
Yang membuat pernyataan,
Nuning Puspitoningsih
NIM. S.10031
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Ibu Tentang Karies Gigi Anak Usia
Prasekolah di TK Darma Wanita Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali”.
Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
mata ajar skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku ketua program Studi
S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku pembimbing utama
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan
skripsi.
4. Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku pembimbing pendamping
yang telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses
penyusunan skripsi.
v
5. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku penguji yang telah
memberikan bimbingannya.
6. Ibu Parti, Spd. Aud selaku Kepala sekolah TK Dharma Wanita Kemusu
yang telah bersedia memberi izin agar institusinya dijadikan tempat
penelitian.
7. Semua partisipan yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Orang tuaku tercinta Bapak Wardoyo, Ibu Karsinah, kakakku Susanto dan
yang tercinta Eko Yulianto yang selalu memberikan dukungan, doa, materi
dan kasih sayangnya sepanjang waktu.
9. Teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2010 yang selalu
mendukung dan membantu dalam proses pembuatan proposal skripsi ini.
10. Teman-teman kos mawar berduri (melly, rita, luciana, priska, nuri, muvi,
siti) atas dukungan dan semangat yang diberikan.
11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material
dalam penyusunan proposal ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
persatu.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah
SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAAN .......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
ABSTRACT ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3. Tujuan penelitian ...................................................................... 6
1.4. Manfaat penelitian .................................................................... 7
1.5. Keaslian penelitian ................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
2.1 Konsep teori ............................................................................. 11
2.2 Kerangka Berfikir .................................................................... 29
2.3 Fokus penlitian ......................................................................... 30
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 31
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 31
3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 31
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 32
3.4 Definisi Istilah ........................................................................... 32
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................ 33
3.6 Validitas Data ............................................................................ 35
3.7 Pengolahan Datadan Analisa Data ............................................ 37
3.8 Etika Penelitian.. ........................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. ... 41
4.1 Karakteristik Partisipan ............................................................. 41
4.2 Penyajian Data ........................................................................... 42
4.3 Analisa Tematik ......................................................................... 45
4.4 Skematik .................................................................................... 55
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 56
5.1 Pengetahuanibutentangkariesgigianakusiaprasekolah ............... 56
5.2 Perawatangigianakusiaprasekolah ............................................. 61
5.3 Penyebabkariesgigi .................................................................... 66
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 8
3.1 Definisi Istilah 32
ix
DAFTAR GAMBAR
NomorGambar JudulGambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir 29
2.2 Fokus Penelitian 30
3.1 Langkah-langkah content analysis 39
4.1 Skematik hasil penelitian 55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Lampiran
1 F 01 usulan topik penelitian
2 F 02 Pengajuan Persetujuan Judul
3 F 04Pengajuan ijin studi pendahuluan
4 Suratijin studipendahuluan
5 Surat balasan ijin studi pendahuluan
6 Surat ijin penelitian
7 Surat balasan ijin penelitian
8 Surat permohonan menjadi Informan
9 Surat persetujuan menjadi Informan
10 Pedoman wawancara
11 Transkip Wawancara
12 Skema kata kunci
13 Dokumentasi
14 Lembar Konsultasi
15 Jadwal penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Nuning Puspitoningsih
Persepsi ibu tentang karies gigi pada anak usia prasekolah sekolah di TK
Darma Wanita Kecamatan Kemusu Boyolali
Abstrak
Kesehatan gigi dan mulut bagi usia prasekolah merupakan hal yang perlu
mendapat perhatian serius. Penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak
usia prasekolah antara lain karies gigi, yaitu rusaknya jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh asam dalam karbohidarat melalui perantara mikroorganisme yang
ada dalam saliva .Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
persepsi ibu terhadap karies gigi anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita
Kecamatan Kemusu Boyolali.
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif fenomenologis dengan
teknik purposive sampling yang melibatkan 5 informan. Pengumpulan data
dilakukan dengan in-depth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karies
gigi merupakan rusaknya jaringan gigi yang ditandai gigi berlubang,hitam dan
geropos. Perawatan karies gigi yang dilakukan yaitu gosok gigi, namun ibu tidak
menerapkan kedisiplinan pada anak dalam melakukan gosok gigi. Karies gigi
disebabkan oleh konsumsi makanan manis.
Kesimpulan dari penelitian ini, ibu mempersepsikan penyebab utama karies
gigi yaitu konsumsi makanan manis seperti permen dan coklat. Dampak karies gigi
yaitu anak merasakan sakit, susah makan, berat badan menurun, perubahan warna
gigi dan terganggunya kegiatan belajar. Berdasarkan hal tersebut diharapkan para
tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan gigi pada
masyarakat dan memberikan pengobatan bagi anak yang mengalami karies gigi.
Kata Kunci : persepsi, ibu, karies gigi, usia prasekolah
Daftar Pustaka : 44 (2003-2013)
xii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
Nuning Puspitoningsih
MOTHERS’ PERCEPTION OF DENTAL CARIES ON THEIR PRESCHOOL
AGE CHILDREN AT DHARMA WANITA KINDERGARTEN SCHOOL OF
KEMUSU SUB-DISTRICT, BOYOLALI
ABSTRACT
Oral health of the pre-school children needs a special attention. An oral disease
which frequently attacks them is dental caries, that is, demineralization and destruction of
the hard tissues of the teeth due to acids and carbohydrates through intermediary organisms
in the saliva. The objective of this research is to identify the mothers’ perception of dental
caries on their preschool age children at Dharma Wanita Kindergarten School of Kemusu
subdistrict, Boyolali.
This research used the qualitative phenomenological research method. The samples
of the research were taken by using the purposive sampling technique. They consisted of 5
informants. The data of the research were gathered through in-depth interview.
The result of the research shows that dental caries is demineralization and
destruction of the hard tissues of the teeth marked by black cavity and porous teeth. The
care for the dental caries is done brushing the teeth. Yet, the mothers do not apply discipline
on their children to brush their teeth. The dental caries occurs due to their consumption of
sweet food.
Thus, a conclusion is drawn that the mothers perceive that the cause of the dental
caries is the consumption of sweet food such as candy and chocolate bar. The impact of the
dental caries is that the children feel painful in their mouth, they are difficult to eat, they
suffer from body weight loss, the color of their teeth changes, and their learning activities
are hampered. Therefore, the health practitioners should extend a health education on the
oral health to the communities and medication to the children suffering from the dental
caries.
Keywords: Perception, dental caries, and preschool age
References: 44 (2003-2013)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut bagi usia prasekolah masih merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter maupun
perawat, sebab karies gigi masih merupakan masalah utama kesehatan mulut
di berbagai negara. Negara industri misalnya di Amerika, Eropa dan Australia
mencapai 60-90% anak usia prasekolah mengalami karies gigi (WHO 2010).
Berdasarkan data dari kantor publikasi Brazil pada tahun 2006 diketahui bahwa
81,9% anak usia prasekolah tidak pernah memeriksakan kesehatan giginya, hal
tersebut mengakibatkan tingginya resiko terjadinya karies gigi pada anak
(Ardhegi 2012).
Gigi merupakan fungsi penting dalam mulut, sehingga perlu dijaga sejak
awal masa pertumbuhan agar selalu sehat dan kuat untuk menjalankan
fungsinya sebagai salah satu alat pencernaan manusia untuk mengunyah dan
menghaluskan makanan serta sebagai estetika yaitu untuk membentuk wajah
(Machfoedz 2006). Siswa sekolah dasar yang menderita karies gigi mencapai
63,6%. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak, mereka
merasakan sakit, ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik, gangguan makan
dan tidur. Karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko untuk dirawat di
rumah sakit sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi
proses pembelajaran anak (Anwar 2011).
2
Perawatan gigi yang terbatas atau tidak adekuat menyebabkan masalah
yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan gigi pada masa kanak-
kanak. Gigi berlubang (karies gigi), maloklusi dan penyakit periodontal,
trauma, terutama tanggalnya gigi juga merupakan masalah yang penting bagi
kesehatan gigi anak (Edwina 2013). Penyakit gigi dan mulut merupakan
penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia, namun perilaku
masyarakat Indonesia didalam menjaga kesehatan rongga mulut masih rendah
karena pengetahuan yang masih kurang mengenai pentingnya menjaga
kesehatan gigi sejak dini. Kurangnya informasi dan pemahaman yang
didapatkan mengenai karies gigi, menyebabkan orang tua keliru dalam
mempersepsikan tentang karies gigi. Mereka beranggapan bahwa karies gigi
merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak kecil dan cenderung tidak
dihiraukan karena dianggap tidak membahayakan jiwa (Wong 2009).
Penyakit gigi masih sering diabaikan oleh banyak orang tua, mereka
mempersepsikan kerusakan gigi merupakan hal yang biasa terjadi dan akan
sembuh dengan sendirinya (Edwina 2013). Orang tua seharusnya memiliki
pengetahuan untuk kesehatan anaknya, karena pengetahuan mempengaruhi
persepsi dari orang tua itu sendiri mengenai kesehatan anakya, khususnya
dalam menjaga kebersihan gigi dan upaya pencegahan karies gigi (Nugraha,
dkk 2011).
Faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu mikroorganisme,
bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri dan permukaan gigi yang
rentan, kurangnya kebersihan mulut, makanan manis dan lengket yang bersifat
3
kariogenesis (Edwin 2013). Berbagai faktor penyebab tersebut dapat dilakukan
tindakan menggosok gigi yang merupakan salah satu tindakan dalam rangka
pencegahan karies gigi. Kegiatan menggosok gigi merupakan salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi walaupun dalam
pelaksanaanya masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam
pelaksanaannya (Anwar 2011).
Penelitian yang berkaitan dengan karies gigi yang pernah dilakukan yaitu
dari 150 responden 97,33 % responden memiliki pengetahuan yang baik
mengenai menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya namun dalam
pelaksanaanya masih kurang yaitu belum dilaksanakan dengan baik cara
menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki. Hal tersebut dibuktikan dengan 71,33 % ibu tidak pernah
memeriksakan anak ke dokter gigi dan hanya 38% ibu yang menyikat gigi anak
setelah sarapan dan sebelum tidur serta 14,67% tidak menyikat gigi anak
balitanya (Gultom 2009). Penelitian lain yang pernah dilakukan didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku
menjaga kesehatan gigi anak usia prasekolah yaitu anak yang memiliki relasi
baik dan nyaman dengan ibunya maka akan harga diri, perkembangan
emosional dan psikosoial yang lebih baik (Wahyu 2013).
Hasil penelitian lain didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara tingkat partisipasi orang tua dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut
anak dengan pengetahuan p = 0.001 dan ada hubungan antara tingkat
partisipasi orang tua dalam merawat kesehatan gigi dan mulut anak dengan
4
motivasi p = 0.028 (Sumanti 2013). Penelitian yang pernah dilakukan
didapatkan hasil bahwa perawat dalam pengalamannya menemukan bahwa
masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah utama pada anak
prasekolah dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai “apa” dan
“bagaiamana” makanan yang dikonsumsi anak mereka serta persepsi orang tua
mengenai mahalnya biaya pemeriksaan gigi (Arora 2011). Hasil penelitian lain
yang mendukung yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan persepsi ibu terhadap kejadian karies gigi dengan nila p=0.000 dan
terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan persepsi ibu terhadap
kejadian karies gigi dengan nilai p=0.000 (Hermita 2010).
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21 sampai 23
November 2013 dengan menyebarkan 50 kuesioner pada 50 ibu yang memiliki
anak usia 3-5 tahun di TK Dharma Wanita Kemusu Boyolali didapatkan data
64% (32) ibu yang menyatakan anaknya mengalami karies gigi karena ibu
menganggap karies gigi bukan merupakan masalah serius bagi kesehatan mulut
anak, ibu tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi anak ke puskesmas atau
dokter gigi dan anak tidak diajarkan untuk menggosok gigi 2 kali sehari. Data
lainnya didapatkan 36% (18) ibu menyatakan anaknya tidak menderita karies
gigi karena ibu berusaha selalu menjaga kebersihan mulut anak dengan rutin
menggosok gigi 2 kali sehari, ibu selalu mengawasi anaknya saat menggosok
gigi, ibu memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke Puskesmas. Presentase ibu
yang menyatakan tidak tahu mengenai karies gigi ataupun kesehatan gigi
5
adalah 60% (30) karena ibu tidak pernah memperhatikan masalah kesehatan
mulut anaknya dan 40% (20) ibu menyatakan tahu tentang kesehatan gigi.
Hasil wawancara dari 5 ibu yang anaknya mengalami karies gigi
menyatakan tidak pernah memeriksakan gigi anaknya ke dokter gigi atau
Puskesmas karena ibu beranggapan bahwa karies gigi tidak merupakan
masalah serius bagi kesehatan gigi anaknya, karies gigi merupakan hal yang
wajar terjadi pada anak-anak, ibu mempersepsikan karies gigi tidak berdampak
buruk bagi kesehatan mulut anak, ibu tidak mengajarkan anaknya untuk
menggosok gigi 2 kali sehari, ibu tidak melakukan pencegahan karies gigi
seperti menjaga kebersihan mulut anak. Hasil observasi secara insidental pada
tanggal 28 Nopember 2013 terhadap 10 anak didapatkan data 70% (7) anak
mengalami karies gigi yang berupa bercak kuning dan coklat di sepanjang
permukaan email gigi dan 30% (3) anak tidak mengalami karies gigi dimana
gigi putih, bersih tidak ada bercak berwarna kuning atau coklat kehitaman pada
permukaan email.
1.2 Rumusan Masalah
Karies gigi merupakan penyakit kesehatan gigi dan mulut tertinggi ke-6
yang dialami anak Indonesia. Karies gigi dapat mengganggu sistem
pengunyahan dan menjadi infeksi vokal sehingga mengganggu tumbuh
kembang anak (Wong 2009). Fenomena di TK Dharma Wanita didapatkan data
bahwa ibu belum mengetahui tentang karies gigi yaitu penyebab karies gigi,
dampak karies gigi, pencegahan karies gigi dan pentingnya kebersihan mulut
6
anak. Ibu mempersepsikan bahwa karies gigi merupakan hal yang wajar terjadi
pada anak-anak dan tidak menganggap karies gigi sebagai masalah kesehatan
mulut anak, sehingga penulis ingin mengidentifikasi bagaimanakah persepsi
ibu terhadap karies gigi anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita
Kecamatan Kemusu Boyolali.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengidentifikasi persepsi ibu terhadap karies gigi anak usia pra
sekolah di TK Dharma wanita Kecamatan Kemusu Boyolali.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak usia
pra sekolah.
2. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam menerapkan perawatan gigi
yang benar pada anak usia pra sekolah.
3. Mengidentifikasi tingkat kedisiplinan ibu dalam menjaga kebersihan
gigi anak usia pra sekolah.
1.4 Manfaat Penelitian
7
1. Manfaat bagi TK Dharma Wanita
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi TK Darma Wanita
mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pencegahan karies gigi pada anak
usia prasekolah.
2. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kemusu untuk meningkatkan
status kesehatan gigi dan mulut anak dengan melakukan pemeriksaan karies
gigi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada para orangtua mengenai
kesehatan gigi dan mulut anak.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang persepsi orang
tua pada kejadian karies gigi anak usia prasekolah agar dapat dilakukan
pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat merencanakan program-
progam misalnya diadakan kegiatan dokter kecil atau sikat gigi masal untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak prasekolah di taman
kanak-kanak maupun sekolah dasar.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya terkait karies gigi misalnya faktor yang dapat
meningkatkan motivasi ibu menjaga kesehatan gigi anak.
5. Manfaat bagi peneliti
8
Penelitian ini bermanfaat sebagai proses belajar untuk mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dari program studi ilmu keperawatan terkait kesehatan
anak.
1.3 Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuan jurnal, didapatkan
penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilkukan peneliti, sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Vivin
Sumanti
2013
Faktor yang berhubungan
dengan partisipasi arang
tua dalam perawatan
kesehatan gigi anak di
Puskesmas Tegallalang I
Kuantitatif
dengan desain
Cros sectional
a. Ada hubungan secara
signifikan antara tingkat
partisipasi orang tua dalam
perawatan kesehatan gigi
dan mulut anak dengan
pengetahuan p = 0.001
Ada hubungan antara tingkat
partisipasi orang tua dalam
merawat kesehatan gigi dan
mulut anak dengan motivasi
p = 0.028
9
Nama
Peneliti
Meinarly
Gultom 2009
Judul Penelitian
Pengetahuan, sikap dan
tindakan ibu-ibu rumah
tangga terhadap
pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut anak
balitanya
Metode
Penelitian
Kuantitatif
dengan desain
Cros sectional
Hasil Penelitian
Hasil dari 150 responden
97,33 % responden memiliki
pengetahuan yang baik
mengenai menjaga
kesehatan gigi dan mulut
anaknya namun dalam
pelaksanaanya masih kurang
yaitu belum dilaksanakan
dengan baik cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut
anak sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki
dibuktikan dengan 71,33 %
ibu tidak pernah
memeriksakan anak ke
dokter gigi dan hanya 38%
ibu yang menyikat gigi anak
setelah sarapan dan sebelum
tidur serta 14,67% tidak
menyikat gigi anak balitanya
Amit Arora
2011
Child and family health
nurses’ experiences of
oral health of preschool
children: a qualitative
approach
Kualitatif
dengan study
cohort
Perawat dalam
pengalamanya menemukan
bahwa masalah kesehatan
gigi dan mulut merupakan
masalah utama pada anak
prasekolah karena
kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai “apa”
dan “bagaiamana” makanan
yang dikonsumsi anak
mereka serta persepsi orang
tua mengenai mahalnya
biaya pemeriksaan gigi.
Liberty
Nadya
Hermita
2010
Hubungan antara Tingkat
pendidikan dan sikap
dengan persepsi ibu
tentang kejadian karies
gigi pada anak pra sekolah
di desa Sumberjo
Rembang
Kuantitatif
dengan desain
cross sectional
a. Terdapat hubungan yang
bermakna antara pendidikan
dengan persepsi ibu terhadap
kejadian karies gigi dengan
nila p =0.000
b. Terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap
dengan persepsi ibu terhadap
kejadian karies gigi dengan
nilai p =0.000
10
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Indra Wahyu
2013
Hubungan dukungan
keluarga terhadap perilaku
menjaga kesehatan gigi
anak usia prasekolah
Kuantitatif
dengan desain
cross sectional
Terdapat hubungan antara
dukungan keluarga terhadap
perilaku menjaga kesehatan
gigi anak usia prasekolah
yaitu anak yang memiliki
relasi baik dan nyaman
dengan ibunya maka harga
diri, perkembangan
emosional dan psikosoial
akan lebih baik dengan nilai
p= 0.523
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori
2.1.1 Pengertian karies gigi
Karies gigi merupakan infeksi jaringan gigi yang terjadi akibat
berbagai faktor penyebab yaitu waktu interaksi antara substansi gigi
dengan mikroorganisme serta konsumsi karbohidrat secara berlebih yang
mengandung asam sehingga bakteria kariogenik berkoloni pada
permukaan gigi (Arora 2011). Karies gigi juga merupakan rusaknya
jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam dalam karbohidarat
melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva (Muryani
2010). Lapisan email gigi sulung pada anak-anak prasekolah lebih tipis
dari pada gigi tetap sehingga gigi sulung lebih rawan terhadap karies gigi.
Karies gigi ini diawalai dengan proses demineralisasi yang nampak
sebagai lesi white spot pada gigi sulung rahang atas (Maulana 2005).
Pengertian karies gigi berdasarkan pernyataan dapat disimpulkan
bahwa keries gigi merupakan rusaknya gigi yg disebabkan oleh bakteri
dan penumpukan plak pada gigi karena jarang dibersihkan sehingga
menjadi tempat kolonisasi bakteri Streptococcus Mutans (SM).
Bakteri dan penumpukan plak yang lama tidak dibersihkan
mengakibatkan terjadinya karies gigi pada anak, maka orangtua harus
12
lebih memperhatikan kebersihan mulut anaknya, apabila dibiarkan dan
tidak mendapatkan penanganan cepat dapat mengakibatkan
pembengkakan pada wilayah gigi yaitu abses periodontal. Kondisi ini
ditandai dengan adaanya nanah di dalam gusi yang semakin lama akan
menembus jaringan tulang sehingga penanganan yang dilakukan adalah
pencabutan gigi karena jaringanya sudah rusak (Suryawati 2010).
2.1.2 Mekanisme karies gigi
Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Faktor
tersebut yaitu, bakteri kariogenik, permukaan gigi yang rentan dan
tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri.
Faktor-faktor tersebut sangat berperan dalam proses terjadinya karies.
Ketiga faktor tersebut akan bekerjasama dan saling mendukung satu
sama lain (Edwina 2010).
Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat misalnya sukrosa
kemudian hasil dari fermentasi tersebut menghasilkan asam, sehingga
menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-
5.0. pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30-60 menit,
dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan
menyebabkan demineralisasi email gigi. Kondisi asam seperti ini sangat
disukai oleh bakteri kariogenik yang berada di rongga mulut dikenal
dengan nama Streptococcus Mutans (SM) yang merupakan
mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi.
Bakteri tersebut bersifat menempel pada email, dapat hidup di
13
lingkungan asam, berkembang pesat di lingkungan yang kaya sukrosa
dan menghasilakan bakteriosin substansi yang dapat membunuh
organisme kompetitornya (Suyuti 2010).
Karies gigi terbentuk dengan tanda pertama kali yang muncul yaitu
White spot pada permukaan email kemudian proses ini akan berjalan
secara perlahan-lahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang dan
berlanjut pada kerusakan dentin, apabila tidak dilakukan pencegahan
proses karies berlanjut ke pulpa dan infeksi bakterinya sampai kejaringan
periapeks yang dapat menimbulkan nyeri (Yulia 2009).
2.1.3 Macam-macam karies gigi
Jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya yaitu terdiri dari
karies insipiens, superfisialis, media, dan profunda. Karies insipiens
terjadi pada lapisan email gigi dan tidak menimbulkan rasa sakit, karies
superfisialis terjadi pada bagian yang lebih dalam dari email dan
terkadang timbul rasa sakit, karies media terjadi pada bagian dentin dan
timbul rasa sakit apabila terkena rangsang dingin, asam serta manis,
sedangkan karies profunda yaitu karies yang telah mencapai pulpa
sehingga mengakibatkan terjadinya peradangan (Edwina 2010).
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi terjadinya karies pada anak
14
Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak meliputi
riwayat pasien, analisis gizi dan analisis saliva. Faktor dari riwayat
meliputi usia, jenis kelamin, pemajanan fluroide, pola makan dan
konsumsi sukrosa yang berlebihan. Anak-anak biasanya memiliki resiko
karies lebih tinggi karena rendahnya pemajanan fluroide yang berfungsi
meningkatkan ketahanan struktur gigi (Putri 2010).
Faktor analisis gizi merupakan hal sangat penting meliputi asupan
sukrosa melalui coklat, makanan manis dan lengket serta gula-gula yang
dapat meningkatkan pertumbuhan organisme Streptococcus Mutans
(SM) (santoso 2009). Faktor lainnya yaitu dari analisis gizi, faktor
analisis saliva juga berperan penting untuk memperoleh informasi jumlah
Streptococcus Mutans (SM) yang ada di dalam mulut (Adyatmaka 2008).
2.1.5 Faktor-faktor penyebab karies gigi anak
Penyebab karies gigi pada anak adalah faktor dari morfologi gigi
sulung, bakteri pada anak, diet, lingkungan dan pengetahuan orang tua.
Faktor dari morfologi gigi sulung yaitu tipisnya bagian email dan dentin
pada gigi sulung sehingga daerah proksimal lebih rentan terhadap
penjalaran karies gigi. Faktor bakteri pada anak juga merupakan
penyebab utama terjadinya karies, karena bakteri pada gigi anak
didominasi oleh spesies yang tahan asam dan asidogenik seperti
Streptococcus Mutans (SM) (Adyatmaka 2008).
Penyebab karies gigi lainnya yaitu pola diet yang dipengaruhi oleh
jenis-jenis makanan yang dikonsumsi yaitu karbohidrat yang merupakan
15
sumber energi bagi tubuh dan salah satu kandunganya adalah sukrosa
atau gula, konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya pembentukan plak (Mudanijah 2004). Faktor lingkungan juga
dapat meningkatkan terjadinya karies gigi, misalnya makanan yang
menyebabkan karies seperti permen, coklat dapat dengan mudah
ditemukan di lingkungan rumah ataupun sekolah karena kebiasaan
lingkungan yang menganggap konsumsi makanan manis yang berlebih
pada anak tidak mempengaruhi kesehatan anak (santoso 2009).
Faktor lainnya yang sangat penting yaitu pengetahuan orang tua
mengenai perannya terhadap kesehatan anak, karena peran orang tua
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan anak terutama dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut. Orang tua yang dominan dalam hal
ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan sebagai guru pertama anaknya,
ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kesehatan gigi dan
mulut anaknya akan mengabaikan hal tersebut sehingga mengakibatkan
tingginya resiko anak mengalami karies gigi (Maharani 2012).
2.1.6 Pencegahan karies gigi pada anak
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi
pada anak adalah :
1. Kesehatan Umum
Penurunan kesehatan anak dapat mengakibatkan penurunan
sistem imun yang dapat meningkatkan sistem perusakan oleh bakteri
16
dan dapat meningkatkan resiko terjadinya karies. Tanda-tanda awal
berkembangnya resiko karies meliputi bertambahnya plak, gusi
bengkak atau berdarah, mulut kering dengan mukosa berwarna
merah, terjadinya demineralisasi gigi dan penurunan saliva yang
mengakibatkan peningkatan plak pada gigi dengan jumlah yang
sangat tinggi (Edwina 2013).
2. Pemajanan Fluoride
Fluoride dalam jumlah yang sedikit yang terkandung dalam pasta
gigi mampu meningkatkan ketahanan struktur gigi anak terhadap
demineralisasi yang berfungsi sebagai pencegahan karies. Kadar
flour dalam pasta gigi anak yang baik yaitu 500-1000 ppm (Whelton
2009). Fluroide yang terkandung dalam pasta gigi ini dapat diberikan
pada anak-anak setelah mereka bisa berkumur dan membuang air
kumurnya yaitu ketika anak berusia 2 tahun keatas, karena anak yang
berumur dibawah 2 tahun reflek menelan masih sangat tinggi
sehingga kemungkinan menelan pasta gigi juga sangat tinggi
(Suryawati, 2010). Flour yang tertelan dalam jumlah banyak dapat
menimbulkan bercak ringan pada lapisan email gigi (Edwina 2013).
Fluroede memberikan pengaruh antikaries melalui tiga mekanisme,
yaitu:
a. Keberadaan ion Fluroide pada struktur gigi meningkatkan
terjadinya fluorapaptite dari ion kalsium dan fosfat yang ada pada
saliva. Ion tersebut tidak larut sehingga berfungsi menggantikan
17
garam yang larut dan mengandung mangan serta karbonat yang
hilang disebabkan oleh demineralisasi dengan diperantarai oleh
bakteri.
b. Lesi karies baru yang tidak mengalami kavitasi diremineralisai
melalui proses yang sama.
c. Saat terjadi mekanisme yang ketiga fluoride telah memiliki
aktivitas antimikroba dan dapat menghambat produksi enzim dari
glukosiltransferase yang menghasilkan glukosa untuk polisakarida
ekstraseluler yang dapat meningkatkan terjadinya adhesi bakteri.
Pembentukan polisakarida juga dihambat oleh fluoride sehingga
dapat mencegah penyimpana karbohidrat dengan membatasi
metabolisme mikroba.
3. Fungsi Saliva
Saliva sangat berpengaruh dalam pencegahan karies gigi.
Kurangnya produksi saliva dapat meningkatkan resiko karies, karena
saliva berfungsi dalam melindungi jaringan lunak mulut, mencegah
terjadinya dehidrasi dan proteksi terbaik untuk melawan terjadinya
serangan asam pada permukaan gigi. Produksi saliva pada anak
sangat rendah atau sedikit dapat diberikan stimulan misalkan permen
karet xylitol atau pengganti saliva seperti sialogen yang dapat
diresepkan oleh dokter (Putri 2010).
4. Pola Diet
18
Salah satu upaya pencegahan karies gigi adalah membatasi
pemberian makan kariogenik pada anak, namun usaha untuk
mengedukasi orang tua mengenai hal tersebut tidak banyak
membuahkan hasil (Sachwarz, 2008). Berdasarkan penelitian terkini
menyebutkan bahwa untuk mencegah terjadinya karies gigi
dilakukan usaha penggantian sukrosa dengan penggunaan silitol yang
terkandung dalam permen karet yang tidak dapat dimetabolisme oleh
bakteri sehingga tidak terbentuk asam, dikonsumsi sebanyak 3-5 kali
perhari selama minimun 5 menit sesudah makan dapat
mengakumulasi pembentukan plak (Burt 2008).
5. Kebersihan Mulut
Karies gigi dapat dicegah dengan mengajarkan anak cara
menggosok gigi yang benar yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum
tidur. Cara menjaga kebersihan mulut juga dapat dilakukan dengan
pemeriksaan gigi rutin setiap 3-6 bulan sekali serta pembersihan plak
juga sangat penting untuk mencegah terjadinya karies pada anak
(Whelton 2009).
2.1.7 Penanggulangan karies secara operatif
Anak yang telah mengalami karies gigi dapat dilakukan beberapa cara
antara lain preparasi kavitas dan pencabutan gigi. Preparasi kavitas yaitu
pengembalian integritas jaringan secara permanen yang berfungsi untuk
19
menutup lubang pada gigi sehingga sisa-sisa makanan tidak dapat masuk
ke dalam lubang yang sulit dijangkau oleh alat pembersih gigi (Edwina
2013).
Cara kedua yaitu pencabutan gigi, apabila kerusakan gigi telah
mencapai pulpa maka harus dilakukan pengangkatan pulpa atau
pencabutan gigi yang rusak. Cara ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya proses inflamasi pulpa yang mengakibatkan rasa nyeri
(Edwina 2013).
2.2 Anak Usia Prasekolah
2.2.1 Pengertian
Anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia 3 sampai 5 tahun.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan biologis, kognitif, psikososial dan
spiritual serta mengalami banyak perubahan fisik dan mental (Betz
2002). Anak usia prasekolah biasanya mengikuti program prasekolah
misalnya kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak (Padmonodewo
2003).
Anak usia prasekolah memainkan peranan penting mengenai citra
tubuhnya. Mereka mengenali perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan
ras. Mereka menyadari makna kata “ cantik”, ataupun “ jelek “. Anak
mulai membandingkan postur tubuh dengan teman sebaya dan bisa
membandingkan apakah mereka tinggi, pendek, kecil atau terlalu besar,
20
anak yang memiliki citra tubuh tidak sempurna akan merasa malu
(Wong 2008).
2.2.2 Tugas perkembangan anak usia prasekolah
2.2.2.1 Pengertian
Perkembangan adalah rangkaian perubahan atau peningkatan
kapasiatas yang teratur menuju tahap perkembangan selanjutnya
misalnya berfikir, berperasaan dan bertingkah laku (Santoso
2009). Perkembangan adalah peningkatan kapasitas untuk
berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi (Mary 2005). Pengertian-
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan anak adalah suatu proses rangkaian perubahan
yang dialami anak meliputi perubahan tingkah laku, cara berfikir
dan fungsi motorik. Fungsi motorik yang dapat dilakukan oleh
anak sesuai dengan usia.
2.2.2.2 Tugas perkembangan anak prasekolah
Tugas perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak
mampu memakai pakaianya sendiri, naik turun tangga,
memasang manik-manik besar, membuka kancing depan dan
samping, memanjat dan melompat, bermain lompat tali dengan
cukup baik, melempar bola dengan cukup baik, menggunting
gambar sederhana, mengikat tali sepatu, memukul kepala paku
dengan palu, dapat menulis namanya sendiri dan orang lain,
21
bermain bersama teman sebaya, mampu menggunakan garpu dan
pisau (Betz 2002).
Perkembangan perilaku sosialisasi pada anak usia prasekolah
yaitu anak selalu memandang orang tua sebagai figur yang
terpenting, bersifat posesif : ingin maunya sendiri, mampu
bekerjasama dengan teman sebaya dan orang dewasa sehingga
dalam melakukan kebiasaan sehari-hari anak selalu menirukan
kebiasaan orang tua dan model peran dewasa lainnya. Sementara
perkembangan moral anak usia prasekolah yaitu anak melihat
aturan sebagai sesuatu yang kaku dan tidak fleksibel, konsekuensi
negatif dilihat sebagai hukuman terhadap perilaku yang tidak
sesuai dan anak selalu melihat orang tua sebagai otoritas tertinggi
untuk menetapkan benar dan salah sehingga anak mulai
mendalami proses pengertian benar dan keliru (Padmonodewo
2003).
2.2.3 Pertumbuhan gigi anak usia prasekolah
Gigi tetap pada anak prasekolah akan muncul ketika anak berusia 6
tahun (Maulani, 2005). Pada saat inilah gigi akan beresiko tinggi
mengalami karies gigi, apabila tidak dilakukan perawatan sejak dini
dapat berdampak dilakukannya pencabutan gigi karena pertumbuhan
gigi berikutnya mengalami gangguan atau bahkan tidak dapat
digantikan dengan gigi yang baru (Suryawati 2010).
22
Pada usia ini anak-anak menyukai makanan manis misalnya, es
krim, cokelat, permen. Konsumsi makanan yang banyak mengandung
sukrosa tersebut dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies gigi
pada anak, sehingga orang tua perlu mengawasi makanan yang
dikonsumsi anak untuk menjaga kesehatan giginya (Santoso 2009).
2.2.4 Dampak karies pada anak usia prasekolah
Umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Adanya karies
gigi dapat mengganggu sistem pengunyahan pada umumnya dan dapat
menjadi infeksi fokal sehingga mengganggu kesehatan dan tumbuh
kembang anak. Negara Amerika, Inggris, Kanada terbukti bahwa karies
gigi pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kualitas hidup
mereka. Karies merupakan penyakit nomor 5 yang sering terjadi pada
anak-anak Aborigin di Australia barat ( usia 1-4 tahun) yang
menyebabkan anak harus dirawat di Rumah sakit (Anwar, 2011).
Negara Indonesia 62,4 % penduduk merasa terganggu pekerjaan
atau sekolahnya karena mengalami sakit gigi. Lebih dari 50 juta jam
sekolah pertahun hilang sebagai akibat dari timbulnya karies gigi pada
anak-anak, selain itu karies gigi dapat mengurangi kualitas hidup
seorang anak. Anak merasakan sakit, ketidak nyamanan, infeksi akut
serta kronik, gangguan makan dan tidur, bahkan karies yang parah juga
dapat meningkatkan risiko untuk di rawat di rumah sakit sehingga anak
tidak hadir ke sekolah. Semakin sering anak tidak hadir ke sekolah,
23
dapat mempengaruhi proses pembelajaran anak pada kehidupan dewasa
nanti (Adyatmaka 2009).
2.3 Peran orang tua pada anak usia prasekolah
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga
kesehatan anggota keluarganya. Orangtua harus selalu memperhatikan
perkembangan anak baik makanan dan kebersihan serta kesehatan anak. Orang
tua memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku anak, sebab
orang tua merupakan figur pertama yang menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Orang tua berkewajiban memberikan dan mengajarkan hal-hal positif serta
kasih sayang bagi anak-anaknya (Nurnahdiaty, 2010). Hal yang dapat
dilakukan antara lain membantu anak dalam kegiatan menggosok gigi terutama
pada anak dibawah usia 10 tahun, karena anak belum memiliki kemampuan
motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama pada bagian belakang
(Halimsyah, dkk 2008).
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat
diperlukan terutama pada saat anak berusia dibawah lima tahun. Orang tua
yang paling dominan pada anak usia balita yaitu ibu sebagai tokoh sentral
dalam tahap perkembangan seorang anak, sehingga ibu perlu menguasai
berbagai pengetahuan ketrampilan (Wahyu, 2013). Peran ibu sangatlah penting
untuk perkembangan anak, dengan ketrampilan ibu yang baik maka diharapkan
pemantauan anak dapat dilakukan dengan baik. Kurangnya peran ibu dalam
pemenuhan kebutuhan dasar anak akan memberikan dampak yang kurang baik
bagi perkembangan anak itu sendiri (Werdiningsih 2012).
24
Faktor dan sikap orang tua sangat berpengaruh terhadap status kesehatan
anak, terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena pada masa ini
orang tua memiliki berbagai peran bagi anaknya yaitu orang tua sebagai guru
pertama anaknya, sebagai relawan untuk mengajarkan anak cara menjaga
kesehatan serta sebagai pembuat keputusan. Peran orang tua dalam membuat
keputusan mengenai kesehatan gigi dan mulut anaknya yaitu perawatan gigi
dan mulut sebaiknya dilakukan sejak dini oleh para orang tua, karena hal
tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan gigi anak pada usia dewasa
(Padmonodewo 2003).
2.4 Persepsi
2.4.1 Pengertian
Persepsi merupakan suatu proses pengintegrasian terhadap
penerimaan suatu rangsang oleh organisme atau individu sehingga
rangsang tersebut menghasilkan sesuatu yang berarti dalam diri individu
(Walgito 2001 dalam Sunaryo 2004). Persepsi juga dapat diartikan
pengamatan suatu hal oleh individu secara global untuk
mengelompokan, membedakan dan memfokuskan pengamatannya
(Sunaryo 2004).
Kesimpulan dari berbagai pengertian mengenai persepsi yaitu
persepsi merupakan suatu rangsang yang diterima melalui pancaindara
yaitu dengan penglihatan maupun pendengaran sehingga individu
25
mampu merasakan, mengartikan tentang suatu hal atau objek yang
diamati baik dari dalam individu maupun dari luar.
2.4.2 Macam - macam persepsi
Persepsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu persepsi internal dan
persepsi eksternal. Persepsi internal merupakan persepsi yang terjadi
karena adanya rangsang dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan
persepsi eksternal yaitu rangsang yang didapatkan dari luar atau
lingkungan (Sunaryo 2004).
2.4.3 Syarat – syarat terjadinya persepsi
Persepsi dapat terjadi karena adanya rangsangan melalui pancaindra.
Adapun beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu adanya objek,
perhatian dan saraf sensorik. Objek berperan sebagai stimulus
sedangkan pancaindra sebagai reseptor untuk meneruskan rangsangan
ke otak kemudian diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Syarat
yang ke dua yaitu adanya perhatian dan kemauan untuk mengadakan
persepsi dari rangsangan yang diterima. Syarat terakhir yaitu saraf
sensorik yang bertugas untuk meneruskan stimulus ke otak atau pusat
saraf kemudian dibawa oleh saraf motorik untuk menciptakan suatu
respon (Sunaryo 2004).
Kesimpulan dari syarat-syarat terjadinya persepsi yaitu persepsi
terjadi melalui tiga proses yaitu proses fisik, fisiologis dan psikologis.
Proses fisik melalui pancaindra yang berperan menerima stimulus dari
suatu objek agar dapat diartikan. Proses fisiologis yaitu melalui
26
rangsang yang dihantarkan melalui saraf sensorik dan di artikan oleh
otak. Proses psikologis merupakan proses yang terjadi pada otak atau
cara berfikir manusia sehinggai pada memberikan arti pada suatu
rangsang. Ketiga syarat tersebut sangat diperlukan agar tercipta suatu
persepsi.
Persepsi ibu mengenai karies gigi pada anak yaitu mereka
beranggapan bahwa karies gigi merupakan suatu hal yang wajar dialami
pada anak kecil dan cenderung tidak dihiraukan karena dianggap tidak
membahayakan jiwa (Wong 2009). Penyakit gigi masih sering
diabaikan oleh banyak orang, mereka mempersepsikan kerusakan gigi
merupakan hal yang biasa terjadi dan akan sembuh dengan sendirinya
(Edwina 2013).
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu karakteristik
individu meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa
lalu dan harapan-harapan sesorang. Karakteristik target yang
diobservasi dapat mempengaruhi apa yang diartikan, misalnya individu
yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam kelompok daripada
individu yang diam (Robbins, P.S & Timothy 2008).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi antara lain ukuran,
intensitas, frekuensi, gerakan, perubahan dan keunikan suatu objek
sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda sesuai dengan apa yang
dilihat dari objek tersebut (Gitosudarmo 1997 dalam Khaerul 2010).
27
Persepsi terhadap objek juga dipengaruhi oleh pengalaman,
pengetahuan dan kebudayaan seseorang yang meliputi keyakinan, nilai-
nilai, simbol-simbol dan tingkah laku kelompok yang terbagi dalam
masyarakat (Suprapto 2009).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi
manusia dapat dikembangkan berdasarkan apa yang mereka yakini.
Asumsi-asumsi yang dibuat oleh individu serta karakteristik individu
akan mempengaruhi interpretasi mereka terhadap penilaian dan persepsi
terhadap objek dan penjelasan tentang mengapa mereka berperilaku
dalam cara-cara tertentu.
2.4.5 Pola pengelompokan persepsi
Pola pengelompokan mencakup prinsip kedekatan, kesempurnaan
dan kesamaan. Prinsip kedekatan yaitu objek digunakan sebagai
pengelompokan dalam pengamatan yang saling mendekat dan berdiri
sendiri. Tidak berbeda jauh dengan prinsip kesempurnaan yang juga
menggunakan pola pengelompokan objek sehingga dalam pengamatan
ada objek yang saling mendekat dan membentuk gambaran yang sama
namun ada objek tertentu yang yang membentuk gambaran yang
berbeda. Prinsip ketiga yaitu kesamaan, persepsi menggunakan
pengelompokan objek terhadap hal-hal yang sama, pengamatan pada
gambar cenderung mengelompokan bulatan besar dengan bulatan besar
dan bulatan kecil dengan bulatan kecil (Sarwono dalam Sunaryo 2004).
2.4.6 Gangguan persepsi
28
Gangguan persepsi biasanya disebut dengan disperpepsi yaitu
gangguan atau kesalahan yang terjadi pada persepsi individu. Penyebab
dispersepsi dikarenakan adanya gangguan otak misalnya keracunan,
kerusakan otak, gangguan jiwa dan emosi tertentu yang dapat
mengakibatkan ilusi yang mempengaruhi lingkungan sosial budaya
sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap suatu objek.
Ilusi itu sendiri merupakan interpretasi yang salah atau menyimpang
tentang persepsi yang sebenarnya terjadi (Sunaryo 2004).
2.5 Kerangka Berfikir
3
Faktor penyebab karies gigi :
· Morfologi gigi sulung
· Bakteri
· Diet
· Lingkungan
· Pengetahuan orang tua
Karies gigi
anak
· Pencegahan
· Pengobatan
· perawatan
29
4
5
6
7
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
(Adyatmoko 2008, Suprapto 2009, Muryani 2010, Sunaryo 2004)
2.6 Fokus Penelitian
Persepsi
Karies gigi anak usia
prasekolah :
· Pengetahuan
· Perawatan
· Penyebab
Persepsi ibu
Pendidikan Pengalaman Kebudayaan
Pengetahuan
Sikap
30
Gambar 2.2 Bagan Fokus Penelitian
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan penelitian deskriptif
studi fenomenologi. Pendekatan deskriptif fenomenologi dinilai dapat
menjelaskan fokus permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan
lengkap karena peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-
kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo
2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi
yang meliputi pengetahuan, perilaku, sikap dan tingkat kedisiplinan ibu
terhadap pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi anaknya yang mengalami
karies gigi.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu-ibu yang mempunyai anak
usia 3-5 tahun di TK Dharma Wanita Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali
sejumlah 50 orang. Sampel sebanyak 5 orang hingga tercapai saturasi (Saryono
dan Anggraeni 2010). Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan
metode purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yaitu pengambilan
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam 2009). Teknik
purposive sampling juga dinilai mampu memenuhi kelengkapan dan kedalaman
32
data didalam realitasnya. Sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang
memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
(Sutopo 2006). Sampel berasal dari orang tua murid TK Dharma Wanita
Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali dengan kriteria :
1. Ibu-ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun di TK Dharma Wanita
Kecamatan Kemusu Boyolali
2. Ibu yang anaknya menderita karies gigi dengan kriteria gigi berwarna coklat
kehitaman pada lapisan email dan gigi berlubang.
3. Ibu yang berpendidikan dengan jenjang maksimal hingga Sekolah
Menengah Atas (SMA).
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Dharma Wanita Kecamatan
Kemusu Kabupaten Boyolali pada bulan Desember hingga Juni 2014.
3.4 Definisi Istilah
Tabel 3.1 Definisi Istilah
Istilah Definisi
Persepsi
a. Suatu rangsang yang diterima melalui
pancaindara yaitu dengan penglihatan
maupun pendengaran sehingga individu
mampu merasakan, mengartikan tentang
suatu hal atau objek yang diamati baik dari
dalam individu maupun dari luar.
Karies gigi
a. Keries gigi merupakan rusaknya gigi yg
disebabkan oleh bakteri dan penumpukan plak
pada gigi karena jarang dibersihkan sehingga
menjadi tempat kolonisasi bakteri
Streptococcus Mutans (SM).
33
b. Dampak karies gigi adalah akibat yang akan
terjadi pada anak yang mengalami karies gigi
yaitu akan mengganggu sistem pengunyahan,
sehingga mengganggu kesehatan dan tumbuh
kembang anak, mengurangi kualitas hidup
seorang anak, mereka merasakan sakit,
ketidak nyamanan, infeksi akut serta kronik,
gangguan makan dan tidur, meningkatkan
risiko untuk di rawat di rumah sakit,
mempengaruhi proses pembelajaran anak.
c. Pencegahan adalah tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencegah atau menghindari
terjadinya karies gigi.
d. Pengobatan/penanggulangan karies gigi
adalah tindakan untuk mengobati karies gigi
baik itu menggunakan obat maupun tindakan
medis.
Anak usia prasekolah a. Anak yang berusia 3 sampai 5 tahun. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan biologis,
kognitif, psikososial dan spiritual serta
mengalami banyak perubahan fisik dan
mental.
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen/ alat dalam
penelitian, karena peneliti berperan sebagai perencana, penafsir data dan
pengevaluasi hasil penelitian. Alat bantu dalam pengumpulan data yang
digunakan yaitu lembar alat pengumpul data (meliputi nama, umur, alamat,
pendidikan), alat tulis (buku dan bolpoin), alat perekam dengan menggunakan
handphone dan pedoman wawancara semi terstruktur yang terdiri dari 20
pertanyaan mengenai karies gigi.
Pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik yaitu :
34
1. Wawancara mendalam
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif
adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau
informan. Informasi dari sumber data ini dikumpulkan dengan teknik
wawancara, dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam
bentuk yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing )
yaitu wawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka dimana informan yang diwawancara diminta
pendapat dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang dikemukakan
oleh informan (Sugiyono 2013). Wawancara akan dihentikan oleh
peneliti ketika semua jawaban dari partisipan jenuh (Sutopo 2006).
2. Observasi tersamar
Teknik observasi tersamar yaitu peneliti melakukan observasi
tanpa diketahui oleh informan sehingga data yang didapatkan lebih
natural (Sugiyono 2013). Teknik ini digunakan untuk menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat
atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung (Sutopo 2006).
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistis perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan
dan untuk evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Sumantri
2011).
35
Peneliti menggunakan teknik observasi terus terang atau tersamar
yaitu peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa
peneliti sedang melakukan penelitian sehingga sumber mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti, namun dalam suatu
saat peneliti juga tidak berterus terang atau tersamar dalam observasi
untuk menghindari adanya suatu data yang masih dirahasiakan
(Sugiyono 2013).
3. Dokumen
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data. Dokumen tertulis
merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian
kualitatif (Sutopo 2006). Sumber data dan dokumen pada penelitian ini
diperoleh dari buku dan jurnal yang membahas mengenai persepsi ibu
tentang karies gigi anak usia prasekolah. Data dari sumber tersebut
kemudian dianalisis sehingga dapat memperkuat hasil penelitian
peneliti.
3.6 Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
(triangulation) yaitu :
1. Triangulasi data
Teknik triangulasi data juga disebut sebagai teknik triangulasi
sumber. Teknik ini mengarahkan peneliti agar didalam
36
mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang
berbeda dari yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya bila diganti dari beberapa sumber data
yang berbeda. Data yang diperoleh dari sumber bisa lebih teruji
kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh
dari sumber yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis atau sumber
yang berbeda jenisnya (Sutopo 2006).
2. Triangulasi Metode
Teknik triangulasi ini lebih menekankan pada penggunaan
metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk
diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya, kemudian dilakukan wawancara
mendalam pada informan yang sama, dan hasilnya diuji dengan
pengumpulan data sejenis menggunakan teknik observasi pada saat
orang tersebut melakukan kegiatan atau perilakunya (Sutopo 2006).
3. Triangulasi peneliti
Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji
validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Pandangan dan tafsir
yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang
berhasil digali dan dikumpulkan yang berupa catatan, dan bahkan
sampai dengan simpulan sementara, diharapkan bisa terjadi
37
pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan
hasil akhir penelitian (Sutopo 2006).
4. Triangulasi Teori
Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang
dikaji. Beberapa perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan
yang lebih lengkap dan mendalam, tidak hanya sepihak, sehingga bisa
dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh
(Sutopo 2006).
3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data
Prinsip pokok dari teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan
menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur
dan terstruktur serta memiliki makna. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah content analysis, ada empat langkah proses kognitif
dengan pendekatan yang integral dalam penelitian kualitatif, yaitu
comprehending, sintetizing, teorism, recontrextualizing (Moleong 2006).
1. Comprehending (membandingkan)
Peneliti akan memberi label data yang diperlukan dari data-data yang sudah
terkumpul, kemudian membandingkan dengan teori-teori yang sudah ada
dalam referensi. Pada tahap ini peneliti akan mengenali data-data baru dan
menarik data yang sudah ada sebelumnya. Adapun tahap comprehending
dimulai dari :
38
a. Rekaman yang kemudian dicatat
b. Peneliti membaca dan kemudian ditelaah
c. Mencermati hasil rekaman
d. Memberikan kode untuk menentukan tema, kategori maupun kata kunci
2. Synthesizing (mensintesa)
Synthesizing merupakan bagian dari data yang telah dianalisa informasinya
atau dibandingkan dengan beberapa informasi yang ada, untuk kemudian
dilakukan analisa kategori yang terdiri dari bagian transkip atau catatan
yang dikombinasikan dengan bebrapa transkip dari semua informan yang
ada.
3. Theorizing (teori)
Tahap ini dilakukan dengan mencocokan atau memisahkan secara
sistematik dari model-model yang sudah ada ke dalam data.
4. Recontextializing (pengembangan)
Mengembangkan dari teori pembuktian menjadi teori yang dapat
diaplikasikan pada tempat dan populasi yang berbeda.
Lebih jelasnya langkah-langkah content analysis digambarkan dalam
bagan sebagai berikut :
Pertanyaan penelitian
39
Gambar 3.1 langkah-langkah content analysis Philipp Mayring (Moleong 2013).
3.6 Etika Penelitian
3.7.1 Informed consent (lembar persetujuan)
Penentuan definisi kategori dan
tingkat abstraksi untuk kategori
induktif.
Formulasi langkah demi langkah kategori
induktif dari materi dengan
mempertimbangkan definisi kategori dan
tingkat abstraksi. Mengurutkan kategori
lama atau formulasi kategori baru.
Revisi kategori sesudah
10-15% materi
Pengecekan reliabilitas
secara formatif ( evaluasi
setiap informasi dari satu
informan)
Pekerjaan akhir dari
keseluruhan teks
Interpretasi hasil
definisi
se
se
demi
rpretasi
Pengecekan reliabilitas
secara sumatif (evaluasi
hasil secara keseluruhan
pada semua informan)
aan akhi
40
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan informan
dengan memberikan lembar persetujuan menjadi informan. Tujuannya
agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak
yang diteliti selama pengumpulan data. Jika informan setuju, maka
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.
3.7.2 Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama informan
pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti
oleh peneliti.
3.7.3 Confidentially (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi
yang diberikanoleh informan. Peneliti hanya melaporkan kelompok
data tertentu saja.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Partisipan
Tabel 4.1 karakteristik Informan di TK Dharma Wanita Kecamatan
Kemusu Boyolali
NO Nomor
Kode
Pendidikan
Terakhir
Usia
Anak
Nama
Partisipan
Nama
Anak
1 Partisipan 1 SLTP 5 Tahun Ny. S An. M
2 Partisipan 2 SMA 4 Tahun Ny. L An. A
3 Partisipan 3 SMP 4 Tahun Ny. I An. S
4 Partisipan 4 SMP 5 Tahun Ny. Y An. F
5 Partisipan 5 SMU 5 Tahun Ny. R An. Z
Tabel 4.1 menjelaskan tentang karakteristik Partisipan dalam penelitian
ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun yang mengalami karies gigi
di TK Dharma Wanita Kecamatan Kemusu Boyolali. Partisipan berjumlah
5 orang. Karakteristik Partisipan terdiri atas nomor kode Partisipan,
pendidikan terakhir, usia, nama Partisipan, nama anak.
42
4.2 Penyajian Data
Setelah semua data terkumpul, maka didapatkan data-data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Kategorisasi dan Tema
No. Kata Kunci Indikator Kategori Tema
1. Informan 1 :
· Gigis, hitam- hitam
Informan 2 :
· Rusaknya jaringan luar
gigi, gigi berlubang.
Informan 3 :
· Gigi berlubang
Informan 4 :
· gigi geropos, gigi ompong
· Gigi berlubang
Informan 5 :
· Rusaknya jaringan gigi
1. Kerusakan gigi Pengertian
karies gigi
Pengetahuan
ibu tentang
karies gigi
anak usia
prasekolah
Informan 1 :
· Perlu kalau melihat teman-
temanya itu sakit gigi.
· kalau kata orang karies itu
berbahaya
· Sikat gigi 2 kali sehari
Informan 2 :
· Sikat gigi 1 kali sehari
Informan 3 :
· penyakit yang perlu
dicegah
· sikat gigi 2 kali sehari
Informan 4 :
· Jane nggeh perlu
(pencegahan karies gigi)
· Rutin sehari 2 kali
Informan 5 :
· Sebenarnya perlu dicegah
· Nggak rutin
1. Perlu (dilakukan
pencegahan
karies gigi)
2. Kedisiplinan
gosok gigi
a. Disiplin
b. Tidak
disiplin
Pencegahan
karies gigi
43
Informan 1 :
· Cuma suruh gosok gigi
Informan 2 :
· Belum pernah
(melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi ke pelayanan
kesehatan)
Informan 3 :
· obat apotek
Informan 4 :
· Dibiarkan
Informan 5 :
· Belum pernah ke dokter,
nggak ada keluhan
1. Gosok gigi
2. Dibiarkan
3. Obat
Penatalaksan
aan karies
gigi
Informan 1 :
· Seperempat dari sikat gigi
Informan 2 :
· Kalau banyak-banyak
nggak mau
Informan 3 :
· Sebesar biji jagung
Informan 4 :
· Setengah dari sikat gigi
Informan 5 :
· Dikit aja yang tipis itu
1. Sedikit
(penggunaan
pasta gigi)
Pemajanan
Fluroide
Informan 2 :
· Susah makan
· Berat badan turun
Informan 3 :
· Kesakitan
Informan 5 :
· Kalau ada kariesnya
kelihatan item terus kuning
1. Susah makan
2. Berat badan
turun
3. Sakit
4. Perubahan
warna gigi
Dampak
2 Informan 1 :
· Sikat gigi
Informan 2 :
· Sikat gigi
Informan 3 :
· sikat gigi
Informan 4 :
· gosok gigi aja
Informan 5 :
· Cuma gosok gigi aja
1. Individu
a. Gosok gigi
Kebiasaan
merawat gigi
Perawatan
gigi anak usia
prasekolah
3 Informan 1 : 2. Orang tua
44
· Saya bantu (menggosok
gigi)
Informan 2 :
· Mendampingi (menggosok
gigi)
Informan 3 :
· Mendampingi, tapi dia
melakukan sendiri
Informan 4 :
· Saat gosok gigi saya yang
gosok
Informan 5 :
· Mendampingi gosok gigi
·
a.Mengajarkan
b.Mendampingi
4
Informan 1 :
· sering suruh gosok gigi
Informan 2 :
· paling cuma gosok gigi
Informan 3 :
· cuma dirumah aja sikat gigi
Informan 4 :
· ya cuma gosok gigi
Informan 5 :
· Cuma gosok gigi
3. Lingkungan
a. Gosok gigi
Informan 1:
· Pengaruh susu atau coklat
Informan 2 :
· Permen, coklat
Informan 3:
· Mengkonsumsi makanan
manis
Informan 4 :
· Permen
Informan 5 :
· Makanan manis sama susu
1. Makanan manis Asupan
makanan
Penyebab
karies gigi
4.3 Analisa Tematik
45
4.3.1 Pengetahuan ibu tentang karies gigi anak usia prasekolah
1.1 Pengertian Karies gigi
a. Kerusakan gigi
“...gigis itu ya..kata ibu guru gigis itu ya, ya seperti ada hitam-
hitam di depan kayak grepes...”
(Informan 1)
“...Rusaknya jaringan luar gigi, yang menimbulkan hitam-
hitam, warna hitam pada gigi, gigi berlubang, itu menurut
saya...”
(Informan 2)
“... kerusakan gigi mbak. Giginya berlobang...”
(Informan 3 )
“....karies gigi niku ya gigi geropos, gigis, ompong niku to..”
(Informan 4)
“...rusaknya jaringan gigi...”
(Informan 5)
Karies gigi merupakan rusaknya jaringan gigi yang ditandai
oleh gigi berlubang, gigi hitam dan gigi ompong.
1.2 Pencegahan karies gigi
1. Perlu
“...Sebenarnya sih perlu kalau melihat teman-temanya itu sakit
gigi, tapi itu nggak pernah ngeluh itu...”
(Informan 1)
46
“...perlu. ya..dibilang berbahaya sih ya kalau bagi anak
berbahaya mbak. Soale kan kasihan ngelihat anak kecil udah
ngrasain sakit gigi...”
(Informan 3)
“... Jane nggeh perlu, tapi bocahe ndelul niku, pripun leh
nyegah...”
(Informan 4)
“...ya..kalau ini sih kayaknya berbahaya, kan kalau udah tebal
lama-lama gigi keropos, cuma giginya yang depan ini kayak
lobang tau-tau patah sendiri, nggak tau patahnya kapan.
sebenarnya sih perlu dicegah...”
(Informan 5)
Informan mempersepsikan bahwa karies gigi merupakan
penyakit yang berbahaya dan perlu dicegah berdasarkan
pengalaman yang pernah mereka temui dan pengalaman yang
pernah mereka alami sendiri.
2. Kedisiplinan gosok gigi
a. Disiplin
“...Dua kali mau tidur itu ia, bangun tidur juga...”
(Informan 1)
“...Di rumah aja gosok gigi dua kali sehari, sehabis makan
sama sebelum tidur...”
(Informan 3)
“...Rutinya sih rutin mbak, sehari dua kali...”
47
(Informan 4)
b. Tidak disiplin
“...gosok giginya dua kali sehari, tapi kalau mau tidur itu
susah. Cuma pas mandi sore aja gosok gigi...”
(Informan 2)
“...sebenarnya dua kali tapi kan kadang anaknya susah juga
disuruh gosok giginya. Ya tergantung maunya dia. Namanya
anak kecil kan nggak rutin, kadang hari ini gosok gigi sehari
sekali besok udah nggak lagi...”
(Informan 5)
Kebiasaan ibu dalam merawat gigi anak yaitu dengan
gosok gigi dua kali sehari dan satu informan menyatakan
bahwa gosok gigi hanya satu kali sehari saja tidak rutin dua
kali sehari.
1.3 Penatalaksanaan karies gigi
a. Gosok gigi
“...Ya paling cuma suruh gosok gigi aja, nggak pernah dibawa
ke dokter gigi, sebenarnya penting...”
(Informan 1)
b. Dibiarkan
48
“...belum pernah. Itu bidan kan dulu pernah ada pemeriksaan ke
TK terus saya di tegur, e...dek itu si Aufa kena karies gigi tapi
dari ibu bidan nggak ada ngasih obat atau apa...”
(Informan 2)
“...penting. Tapi mboten dilakukan. Belum ke dokter gigi atau
pelayanan kesehatan...”
(Informan 3)
”...belum. orang nggak ada keluhan, nggak apa , ya kayaknya
kalau di kampung kan mau ke dokter gigi kalau cuman masalah
gigi cuman karies gitu ya kayaknya kan belum ini banget, masih
sepele jadi mendingan yang lain...”
(Informan 5)
c. Obat
“...ya ngasih obatlah, kasih obat buat sementara. Apotek, beli di
apotek
belum, belum dibawa...”
(Informan 4)
Penatalaksanaan untuk karies gigi yaitu gosok gigi dan
konsumsi obat dari apotek. Apabila tidak ada keluhan sakit pada
anak yang menderita karies gigi maka orang tua tidak
melakukan pengobatan apapun.
1.4 Pemajanan Fluroide
49
a. Sedikit
“...paling cuma seperempatnya ( pemberian pasta gigi)...”
(Informan 1)
“...kalau banyaak-banyak itu nggak mau. Kalau pasta giginya
terlalu penuh itu nggak mau. Jadi saya olesi sitik tok, nggak
sampai penuh (pemberian pasta gigi)...”
(Informan 2)
“...Sebesar biji jagung (pemberian pasta gigi)...”
(Informan 3)
“...ia, mung sitik mbak separo kurang dari sikat giginya itu...”
(Informan 4)
“...ia. dikit aja yang tipis itu, pastanya yang manis itu...”
(Informan 5 )
Pemberian pasta gigi pada anak saat gosok gigi hanya
sedikit yaitu seperempat atau setengah dari sikat giginya dan
sebesar biji jagung.
1.5 Dampak karies gigi
a. Susah makan
“...Ya itu jadi susah makan, maeme jadi susah. Sering ngeluh
sakit gigi gitu. Berat badannya ada kenaikan tapi nggak seperti
temen-temennya. Temen-temene kan gemuk-gemuk terus berat
50
badane naik drastis gitu kalau si Aufa nggak. Biasanya kalau
habis makan itu bilang sakit gigi gitu...”
(Informan 2)
b. Berat badan menurun
“...Ya itu jadi susah makan, maeme jadi susah. Sering ngeluh
sakit gigi gitu. Berat badannya ada kenaikan tapi nggak seperti
temen-temennya. Temen-temene kan gemuk-gemuk terus berat
badane naik drastis gitu kalau si Aufa nggak. Biasanya kalau
habis makan itu bilang sakit gigi gitu...”
(Informan 2)
c. Sakit
“...Yo berbahaya kalau bagi anak-anak mbak, kasihan ngelihatnya
kalau sakit gigi. Ia (riwayat sakit gigi). Waktu ada semesteran dia sakit
gigi karena itu dia masuk sekolah, kalau nggak semesteran ya nggak
masuk sekolah. Soale nangis terus anaknya (dampak karies gigi). ia
mbak, sangat terganggu sekali...”
(Informan 3)
d. Perubahan warna gigi
“...ya cemasnya kalau lihatin itu kan kalau yang nggak ada kariesnya
kelihatan putih bersih, kalau yang ada kariesnya kan item-item gimana
terus jadinya kuning...”
(Informan 5 )
51
Dampak dari karies gigi yaitu anak mengalami susah makan,
penurunan berat badan, merasakan sakit serta perubahan warna pada
gigi dari bersih menjadi kehitam-hitaman.
4.3.2 Perawatan gigi anak usia prasekolah
1.1 Kebiasaan merawat gigi
1. Individu
a. Gosok gigi
“...Sudah saya biasakan sejak kecil sikat gigi sehari dua kali mau
tidur itu ia, bangun tidur juga...”
(Informan 1)
“...setiap hari gosok gigi terus, tiap mandi gosok gigi tapi kok
masih kena karies ya...”
(Informan 2)
“...gosok gigi dua kali..”
(Informan 5)
“...ya sementara cuma dirumah aja sikat gigi dua kali sehari
sehabis makan sama sebelum tidur...”
(Informan 3)
“...gosok gigi aja semenjak bisa gigit mbak, sikat dicokoti itu lho
dereng saget digosok.”
(Informan 4)
52
2. Lingkungan
a. Gosok gigi
“...Belum pernah itu, belum. di sekolah juga belum (penyuluhan
kesehatan gigi di lingkungan sekitar). Ia, sering suruh gosok gigi
(kebiasaan di lingkungan)...”
(Informan 1)
“...ya paling cuma gosok gigi, udah. Makan-makanan yang itu
dihindarkan. Ia sekarang, dulu kan pas waktu kecil itu giginya
bersih, pas waktu usia PAUD masuk sekolah itu kan jajannyaa
meningkat gitu, jajan terus jadi mulai ada karies-karies gigi
tadi...”
(Informan 2)
“... ya sebenernya peduli, tapi kan gimana ya pengetahuannya
nggak luas, udah nggak ngerti aja gitu. paling ya cuma gosok gigi
( kebiasaan di lingkungan tempat tinggal). ya..kalau ini sih
kayaknya berbahaya, kan kalau udah tebal lama-lama gigi
keropos...”
(Informan 5)
“...Nggak, kayaknya mereka nggak memperdulikan kesehatan
gigi. Ya sementara cuma dirumah aja sikat gigi 2 kali sehari...”
(Informan 3)
“...Ia, ya cuma gosok gigi...sudah, dari puskesmas...”
(Informan 4)
53
1.2 Orang tua
a. Mengajarkan
“...Saya bantu (menggosok gigi anak)...”
(Informan 1)
“...Rutin sehari dua kali, saya gosokke ngoten. Jane nggeh sebenere
rutin sejak dua tahun...”
(Informan 4)
b. Mendampingi
“...Mendampingi, soalnya kan mandinya masih dimandiin, gosok
giginya masih ditungguin. Sejak dia mulai bisa ngomong saya ajari,
sekitar dua tahun lah...”
(Informan 2)
“...ia, mendampingi saat sikat gigi...”
(Informan 3)
“...Ia ( mendampingi saat anak gosok gigi), tapi dia sendiri yang
melakukan udah bisa...”
(Informan 5)
Peran orang tua dalam perawatan gigi anak yaitu mengajarkan
dan mendampingi saat anak melakukan gosok gigi.
4.3.3 Penyebab karies gigi
3.1 Asupan makanan
a. Makanan manis
54
“...Ya karena pengaruh susu atau coklat atau apa itu katanya...”
(Informan 1)
“... Anak saya suka itu jajan permen, coklat, permen. hoo, hampir.
Dulu itu waktu sekitar umur 2 atau 3 tahun sering banget makan
permen karena setiap hari jajanya permen. Nggak ada , kadang kan
waktu ikut siapa, mbahnya atau kakaknya kan suka jajan permen
atau apa kan saya kurang tahu. Kadang kan ke mbah sana, mbah
sisni gitu...”
(Informan 2)
“... Ia. lha pripun bocahe ndelul kok, lha pripun jajane malah permen,
coklat (tidak ada pembatasan konsumsi makanan)...”
(Informan 4)
“... Ini suka makan yang manis- manis sama minum susu...”
(Informan 5)
Penyebab dari karies gigi yaitu seringnya anak mengkonsumsi
makanan manis seperti permen, coklat dan susu.
“... Ia (anak Ny. I suka mengkonsumsi makanan manis seperti coklat,
permen). Ya sekarang dibatasi mbak, setelah giginya berlubang itu
tak batesin makanan, minumanya. “...Nggak (tidak ada pembatasan
makanan sebelum anak mengalami karies gigi )...”
(Informan 3)
55
4.4 Skematik
Gambar 4.1 Skematik hasil penelitian
1. Pengetahuan karies gigi
a. Kerusakan gigi
b. Pencegahan karies gigi
- Perlu (dilakukan pencegahan)
- Kedisiplinan gosok gigi
c. Penatalaksanaan karies gigi
- Gosok gigi
- Dibiarkan
- Obat
d. Pemajanan fluroide
- Sedikit (pemberian pasta gigi)
e. Dampak karies gigi
- Susah makan
- Berat badan menurun
- Sakit
Karies gigi
2. Penyebab karies gigi
Makanan
manis
3. Perawatan karies gigi
Individu Orang tua Lingkungan
Gosok gigi Mengajarkan mendampingi gosok gigi
56
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan ibu tentang karies gigi anak usia prasekolah
5.1.1 Pengertian karies gigi
Hasil penelitian menyatakan bahwa karies gigi merupakan rusaknya
jaringan gigi yang ditandai oleh gigi berlubang, gigi hitam, gigi geropos
dan gigi ompong. Definisi karies gigi berdasarkan teori yaitu karies gigi
merupakan rusaknya jaringan keras gigi (Muryani 2010).
Pernyataan mengenai karies gigi yang diungkapkan oleh partisipan
sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu
mengungkapkan bahwa karies gigi merupakan rusaknya jaringan gigi.
5.1.2 Pencegahan karies gigi
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa karies
gigi merupakan penyakit yang berbahaya, namun para orang tua tidak
mengetahui cara pencegahan karies gigi. Ibu menyatakan kebiasaan
melakukan gosok gigi yaitu dua kali sehari, namun satu partisipan
menyatakan bahwa gosok gigi hanya satu kali sehari saja tidak rutin dua
kali sehari.
Mengajarkan anak cara menggosok gigi yang benar yaitu setelah
sarapan pagi dan sebelum tidur dapat mencegah terjadinya karies pada
anak (Whelton 2009).
57
Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu mengetahui tentang karies
gigi dan penyebabnya namun tidak tahu cara pencegahannya. Hasil
penelitian sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa dari 150 responden
(97,33 %) responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai
menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya namun dalam pelaksanaanya
masih kurang yaitu belum dilaksanakan dengan baik cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut anak sesuai dengan pengetahuan (wahyu
2013). Hal ini menunjukkan ibu berada pada tahap “ tahu (know) “ yaitu
ibu mengetahui rangsangan yang diterima dan merupakan tingkat yang
paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang
dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan
menyatakan suatu hal (Notoatmodjo 2005). Sehingga ibu hanya sebatas
tahu dan belum melaksanakan apa yang telah diketahuinya.
5.1.3 Penatalaksanaan karies gigi
Hasil penelitian yang telah dilkukan menyatakan gosok gigi
merupakan pengobatan karies gigi. Gosok gigi rutin dua kali sehari
dapat mengurangi resiko karies gigi karena kotoran-kotoran yang
menempel dapat terangkat apabila tepat dalam melakukannya.
Konsumsi obat dari apotek juga merupakan penatalaksanaan untuk
karies gigi, namun selama anak tidak mengeluh sakit maka pengobatan
karies gigi tidak dilakukan. Orang tua juga tidak pernah membawa
anaknya memeriksakan kebersihan gigi ke dokter gigi atau pelayanan
kesehatan.
58
Pernyataan dari partisipan tidak sesuai dengan teori yang ada
bahwa Penatalaksanaan karies gigi yaitu dilakukan dengan cara
pencabutan gigi dan preparasi kavitas yaitu pengembalian integritas
jaringan secara permanen yang berfungsi untuk menutup lubang pada
gigi. Tertutupnya lubang pada gigi membuat sisa-sisa makanan tidak
dapat masuk ke dalam lubang yang sulit dijangkau oleh alat pembersih
gigi (Edwina 2013). Hal ini menunjukkan bahwa informan tidak
mengetahui cara penatalksanaan karies gigi pada anak
Penyakit gigi masih sering diabaikan oleh banyak orang tua,
mereka mempersepsikan kerusakan gigi merupakan hal yang biasa
terjadi dan akan sembuh dengan sendirinya (Edwina 2013). Persepsi ibu
mengenai karies gigi pada anak yaitu mereka beranggapan bahwa karies
gigi merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak kecil dan
cenderung tidak dihiraukan karena dianggap tidak membahayakan jiwa
(Wong 2009). Persepsi tersebut membuat orang tua tidak melakukan
pengobatan terhadap kerusakan gigi yang dialami oleh anak.
Persepsi terhadap objek juga dipengaruhi oleh pengalaman,
pengetahuan dan kebudayaan seseorang yang meliputi keyakinan, nilai-
nilai, simbol-simbol dan tingkah laku kelompok yang terbagi dalam
masyarakat (Suprapto 2009). Sehingga dapat disimpulkan persepsi
manusia dapat dikembangkan sesuai apa yang mereka yakini. Karies
gigi yang dialami oleh dua anak dari lima informan termasuk karies
insipiens yaitu terjadi pada lapisan email gigi dan tidak menimbulkan
59
rasa sakit sehingga para informan tidak melakukan pengobatan terhadap
karies gigi karena anak tidak mengalami keluhan. Karies gigi yang
dialami oleh anak lainnya merupakan karies superfisialis yang terjadi
pada bagian yang lebih dalam dari email dan terkadang timbul rasa sakit
sehingga informan berusaha melakukan pengobatan terhadap karies
yang dialami anak mereka.
Persepsi partisipan yang menganggap karies gigi tidak perlu
dilakukan pengobatan diperkuat oleh penelitian terdahulu yang
menyatakan ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai menjaga
kesehatan gigi dan mulut anaknya. Walaupun pengetahuan ibu baik,
namun dalam pelaksanaanya masih kurang yaitu belum dilaksanakan
dengan baik cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki dan ibu juga tidak pernah membawa anak ke
dokter gigi (Gultom 2009).
5.1.4 Pemajanan Fluroide
Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian pasta gigi pada anak
saat gosok gigi hanya sedikit yaitu seperempat atau setengah dari sikat
giginya dan sebesar biji jagung. Data lain didapatkan bahwa pemberian
pasta gigi pada anak juga dilakukan setelah anak berusia lebih dari dua
tahun.
Pernyataan dari partisipan tersebut sesuai dengan teori bahwa
pemberian pasta gigi dalam jumlah sedikit yang terkandung dalam pasta
gigi mampu meningkatkan ketahanan struktur gigi anak terhadap
60
demineralisasi yang berfungsi sebagai pencegahan karies. Kadar flour
dalam pasta gigi anak yang baik yaitu sebesar biji jagung (Whelton
2009). Fluroide yang terkandung dalam pasta gigi ini dapat diberikan
pada anak-anak setelah mereka bisa berkumur dan membuang air
kumurnya yaitu ketika anak berusia 2 tahun keatas, karena anak yang
berumur dibawah 2 tahun reflek menelan masih sangat tinggi sehingga
kemungkinan menelan pasta gigi juga sangat tinggi (Suryawati, 2010).
Fluroide yang tertelan dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan
keracunan pada anak dengan tanda mual muntah (Megananda 2010).
5.1.5 Dampak
Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa dampak
dari karies gigi yaitu anak mengalami susah makan karena
ketidaknyamanan saat mengunyah makanan, anak mengalami
penurunan berat badan karena anak mengalami kesulitan saat
mengunyah, merasakan sakit karena gigi berlubang yang
mengakibatkan terganggunya proses belajar disekolah serta perubahan
warna pada gigi dari bersih menjadi hitam.
Teori yang ada menyatakan bahwa karies gigi dapat mengurangi
kualitas hidup seorang anak, mereka merasakan sakit, ketidak
nyamanan, infeksi akut serta kronik, gangguan makan dan tidur, bahkan
karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko untuk dirawat di
rumah sakit sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat
mempengaruhi proses pembelajaran anak (Maulana 2005). Adanya
61
karies gigi dapat mengganggu sistem pengunyahan pada umumnya dan
dapat menjadi infeksi lokal sehingga mengganggu kesehatan dan
tumbuh kembang anak (Putri 2010).
Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
Hal ini diperkuat oleh teori yang menyatakan bahwa karies gigi dapat
menyebabkan rasa sakit pada anak sehingga mengganggu kegiatan
belajar (Anwar 2011). Terganggunya kegiatan belajar pada anak dapat
berpengaruh pada prestasi anak di sekolah serta berkurangya waktu
bermain dengan teman sebayanya.
5.2 Perawatan gigi anak usia prasekolah
5.2.1 Orang tua
Hasil penelitian ini menyatakan peran orang tua dalam
perawatan gigi anak yaitu mengajarkan dan mendampingi saat anak
melakukan gosok gigi. Kelima partisipan tersebut dua diantaranya
mengajarkan anak untuk menggosok gigi karena anak belum
mampu melakukannya sendiri.
Orang tua memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perilaku anak, sebab orang tua merupakan figur pertama yang
menjadi contoh bagi anak-anaknya. Orang tua berkewajiban
memberikan dan mengajarkan hal-hal positif serta kasih sayang
bagi anak-anaknya (Nurnahdiaty 2010). Hal yang dapat dilakukan
antara lain membantu anak dalam kegiatan menggosok gigi terutama
pada anak dibawah usia 10 tahun, karena anak belum memiliki
62
kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama pada
bagian belakang (Halimsyah dkk 2008).
Hasil penelitian yang didapat yaitu sesuai dengan teori yang ada
bahwa peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya
sangat diperlukan terutama pada saat anak berusia dibawah lima
tahun. Orang tua yang paling dominan pada anak usia balita yaitu
ibu sebagai tokoh sentral dalam tahap perkembangan seorang anak,
sehingga ibu perlu menguasai berbagai pengetahuan ketrampilan
(Wahyu 2013). Pengetahuan yang harus dimiliki oleh orang tua
yaitu mengenai kesehatan gigi dan mulut yang meliputi perawatan,
pencegahan, pengobatan serta pentingnya kesehatan gigi bagi anak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu berperan aktif dalam
perawatan gigi pada anak yaitu mendampingi dan mengajari anak
gosok gigi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang
pernah dilakukan bahwa ada hubungan antara tindakan ibu tentang
perawatan kebersihan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak
prasekolah (Madyastuti 2011). Hal ini semakin memperkuat bahwa
peran ibu pada anak yang masih berusia dini sangatlah penting dan
berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak.
5.2.2 Lingkungan
Hasil penelitian menyatakan bahwa kebiasaan dalam merawat
kesehatan gigi di lingkungan tempat tinggal mereka yaitu dengan
gosok gigi saja. Selama ini belum ada kegiatan khusus lainnya
63
seperti periksa kesehatan gigi setiap enam bulan sekali ataupun
memeriksakan gigi ke dokter karena penyakit tersebut masih sepele,
sehingga para ibu juga melakukan hal yang sama seperti kebiasaan
dilingkungannya tinggal.
Gigi yang telah rusak tidak dapat dikembalikan pada keadaan
normal, sehingga perlu dilakukan perawatan dengan membuang
jaringan gigi yang telah rusak dan menggantinya dengan
penambalan atau pemasangan gigi baru (Basuki 2008). Kerusakan
gigi yang tidak dirawat akan menjalar dan merusak jaringan
sekeliling gigi yang dapat menimbulkan abses dan gigi tersebut
harus dicabut (Bechal 2013).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang tua tidak
mengetahui cara perawatan gigi pada anak yang telah mengalami
karies. Pada penelitian terdahulu didapatkan hasil adanya hubungan
secara signifikan antara tingkat partisipasi orang tua dalam
perawatan kesehatan gigi dan mulut anak dengan pengetahuan
(Sumanti 2013). Orang tua seharusnya memiliki pengetahuan untuk
merawat gigi anak dan melakukan tindakan perawatan gigi pada
anak yang telah mengalami karies sehingga karies tidak menjalar ke
jaringan sekeliling gigi.
5.3 Penyebab karies gigi
5.3.1 Asupan makan
64
Hasil dari penelitian menyatakan penyebab dari karies gigi yaitu
seringnya anak mengkonsumsi makanan manis seperti permen,
coklat dan susu . Tidak ada penyebab lain yang dapat menimbulkan
karies gigi.
Teori yang ada menyebutkan bahwa penyebab karies gigi pada
anak adalah faktor dari morfologi gigi sulung, bakteri pada anak,
diet, lingkungan dan pengetahuan orang tua. Faktor dari morfologi
gigi sulung yaitu tipisnya bagian email dan dentin pada gigi sulung
sehingga daerah proksimal lebih rentan terhadap penjalaran karies
gigi (Maulana 2005). Faktor bakteri pada anak juga merupakan
penyebab utama terjadinya karies, karena bakteri pada gigi anak
didominasi oleh spesies yang tahan asam dan asidogenik seperti
Streptococcus Mutans (SM) (Suyuti 2010).
Kebiasaan buruk di lingkungan antara lain tidak pernah
melakukan pemeriksaan gigi ke pelayanan kesehatan juga
mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak karena, hal tersebut
juga dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua mengenai pencegahan
gigi. Penyebab karies gigi lainnya yaitu pola diet yang dipengaruhi
oleh jenis-jenis makanan yang dikonsumsi yaitu karbohidrat yang
merupakan sumber energi bagi tubuh dan salah satu kandunganya
adalah sukrosa atau gula, konsumsi karbohidrat yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya pembentukan plak (Mudanijah
2004). Sehingga orang tua harus selalu mengawasi apa yang
65
dikonsumsi anak (makanan manis, permen dan coklat) untuk
menjaga kesehatan gigi anak.
Hasil penelitian menyatakan Partisipan belum mengetahui
penyebab karies gigi secara keseluruhan. Partisipan hanya dapat
menyebutkan satu penyebab karies gigi yaitu asupan makanan
manis. Berdasarkan data tersebut para ibu belum mengetahui secara
keseluruhan mengenai penyebab karies gigi pada anak.
66
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan ibu mengenai karies gigi yaitu rusaknya jaringan gigi yang
ditandai dengan adanya gigi berlubang, gigi hitam, gigi geropos dan gigi
ompong. Gosok gigi, pemberian obat dan pemajanan fluroide dilakukan oleh
sebagian orang tua sebagai penatalaksanaan karies pada anak, beberapa orang
tua tidak melakukan tindakan pengobatan atau penatalaksanaan karies gigi.
Ibu juga tidak menerapkan kedisiplinan menggosok gigi pada anak sebagai
upaya pencegahan karies gigi. Dampak karies gigi pada anak adalah rasa
sakit, susah makan, penurunan berat badan, perubahan warna gigi dan
terganggunya kegiatan belajar.
2. Perawatan gigi anak usia prasekolah yang dilakukan oleh para ibu dan
lingkungan sekitar mereka tinggal yaitu gosok gigi dua kali sehari namun
tidak rutin dilakukan setiap harinya.. Ibu tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi ataupun penambalan gigi pada anak yang mengalami karies ke
pelayanan kesehatan karena merasa belum ada keluhan dan mereka
mengganggap penyakit karies gigi tidak harus segera diobati karena nantinya
akan sembuh sendiri.
67
3. Penyebab utama karies gigi yang dialami oleh anak usia prasekolah adalah
makanan manis. Sisa makanan manis yang tidak dibersihkan akan
menimbulkan plak pada gigi sehingga menyebabkan karies gigi, namun para
ibu tidak melakukan pembatasan konsumsi makanan manis pada anak mereka
karena tidak ada waktu yang cukup untuk selalu mengawasi anak.
6.2 SARAN
1. Bagi TK Dharma Wanita
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada para orang tua
untuk memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke pelayanan kesehatan atau
dokter gigi untuk dilakukan pengobatan karies gigi.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan Puskesmas Kemusu untuk meningkatkan status
kesehatan gigi dan mulut anak dengan melakukan pemeriksaan karies gigi
dan memberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada para orangtua
mengenai kesehatan gigi dan mulut anak secara rutin yaitu satu kali setiap
bulannya.
3. Bagi institusi pendidikan
Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang persepsi orang
tua pada kejadian karies gigi anak usia prasekolah agar dapat dilakukan
pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat merencanakan
program-progam misalnya diadakan seminar mengenai kesehatan gigi
68
anak dan diadakannya praktek keperawatan komunitas di taman kanak-
kanak.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya terkait karies gigi misalnya faktor yang dapat
meningkatkan motivasi ibu menjaga kesehatan gigi anak. Selain itu dapat
dilakukan penelitian kuantitatif terkait faktor yang mempengaruhi
terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah.
69
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan ibu mengenai karies gigi yaitu rusaknya jaringan gigi yang
ditandai dengan adanya gigi berlubang, gigi hitam, gigi geropos dan gigi
ompong. Gosok gigi, pemberian obat dan pemajanan fluroide dilakukan
oleh sebagian orang tua sebagai penatalaksanaan karies pada anak, beberapa
orang tua tidak melakukan tindakan pengobatan atau penatalaksanaan karies
gigi. Ibu juga tidak menerapkan kedisiplinan menggosok gigi pada anak
sebagai upaya pencegahan karies gigi. Dampak karies gigi pada anak adalah
rasa sakit, susah makan, penurunan berat badan, perubahan warna gigi dan
terganggunya kegiatan belajar.
2. Perawatan gigi anak usia prasekolah yang dilakukan oleh para ibu dan
lingkungan sekitar mereka tinggal yaitu gosok gigi dua kali sehari namun
tidak rutin dilakukan setiap harinya.. Ibu tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi ataupun penambalan gigi pada anak yang mengalami karies ke
pelayanan kesehatan karena merasa belum ada keluhan dan mereka
mengganggap penyakit karies gigi tidak harus segera diobati karena nantinya
akan sembuh sendiri.
70
3. Penyebab utama karies gigi yang dialami oleh anak usia prasekolah adalah
makanan manis. Sisa makanan manis yang tidak dibersihkan akan
menimbulkan plak pada gigi sehingga menyebabkan karies gigi, namun para
ibu tidak melakukan pembatasan konsumsi makanan manis pada anak mereka
karena tidak ada waktu yang cukup untuk selalu mengawasi anak.
6.2 SARAN
1. Bagi TK Dharma Wanita
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada para orang tua
untuk memeriksakan kesehatan gigi anaknya ke pelayanan kesehatan atau
dokter gigi untuk dilakukan pengobatan karies gigi.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan Puskesmas Kemusu untuk meningkatkan status
kesehatan gigi dan mulut anak dengan melakukan pemeriksaan karies gigi
dan memberikan penyuluhan kesehatan gigi kepada para orangtua
mengenai kesehatan gigi dan mulut anak secara rutin yaitu satu kali setiap
bulannya.
3. Bagi institusi pendidikan
Tersedianya informasi bagi institusi pendidikan tentang persepsi orang
tua pada kejadian karies gigi anak usia prasekolah agar dapat dilakukan
pencegahan dini, sehingga institusi pendidikan dapat merencanakan
program-progam misalnya diadakan seminar mengenai kesehatan gigi
71
anak dan diadakannya praktek keperawatan komunitas di taman kanak-
kanak.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Digunakan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya terkait karies gigi misalnya faktor yang dapat
meningkatkan motivasi ibu menjaga kesehatan gigi anak. Selain itu dapat
dilakukan penelitian kuantitatif terkait faktor yang mempengaruhi
terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Fitriyadu Umayani 2011, Hubungan anatara kebiasaan menggosok gigi
dengan kejadian anak karies gigi pada siswa SD Negeri 01 Pasagadang di
wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan, skripsi, Diakses 04
November 2013, http://apps.um-surabaya.ac.id
Ardeghi, Thiago M 2012, Age of first dental visit and predictor for oral healtcare
utilisation in preshcool children, Vol.10, No.1, Diakses pada 27 November
2013, http://www.ebsco.quintpud.com
Arora, A 2011, ‘Child and family health nurses experiences of oral health of
preschool children : aqualitatif approach’, Journal of England Depatment
Public Health,
diakses pada 27 November 2013,
www.dh.gov.uk/en/publicationandstatistics/legislation/dh_090515
Basuki, Hargo, 2008, Penelitian kebutuhan karies gigi pada anak-anak usia 12 dan
15 tahun di SD Negeri 060924 dan SLTP Negeri 36 Kecamatan Medan
Johor, skripsi, Universitas Sumatra Utara, diakses pada 24 Juni 2014,
http://USU-e-Repository.ac.id
Betz, Cecili 2002, buku saku keperawatan pediatri Ed.3, EGC, Jakarta.
Burt,B.A 2008, ‘The use of sorbitol and xylitol-sweetened chewing gum in caries
control’. Journal of American Dental Association, diakses pada 27 November
2013 http://ebsco.dentalhaelth.ie
Dawani, Narendar 2012, ‘Prevalence and factors related to dental caries among pre-
school children of saddar town’, Journal of Biomed central, diakses pada 17
Juni http://www.boimedcentral.com
Edwina, sally Joyston 2013, Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangan,
EGC, Jakarta.
Gultom, Meinarly 2009, ‘Pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya’, skripsi,
Universitas Sumatra Utara, diakses pada 17 November 2013, http://apps.um-
surabaya.ac.id
Hermita, Liberty Nadya 2010, ‘Hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap
dengan persepsi ibu tentang kejadian karies gigi pada anak pra sekolah de
desa Sumberjo Rembang’, skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang,
Diakses pada 16 November 2013, http://jtptunimus-gdl-libertynad.ac.id
73
Khaerul, Umam 2010, Perilaku organisasi, Pustaka Setia, Bandung.
Machfoedz I 2006, Menjaga kesehatan gigi & mulut anak-anak dan Ibu Hamil,
Fitramaya, Yogyakarta.
Madyastuti, Lina 2011, ‘Hubungan perilaku ibu tentang perawatan kebersihan gigi
dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah’, Jurnal of nursing
comunity, diakses pada 23 Juni 2014, http://journal-gdl-nursingcomunity-
jpy.com
Maulana, C, 2005, Ilmu kedokteran gigi, Buku Kedokteran, Bandung.
Maharani, Diah Ayu 2012, ‘Mothers dental health behaviors and mother-child’s
dental caries experiences :study of a suburb area in Indonesia’, Universitas
Indonesia, Jakarta, Vol.16, No.2, diakses pada 15 maret 2014, http://pasca-
ui-ac.id
Mary, Muscari 2005, Keperawatan pediatrik edisi 3, EGC, Jakarta.
Moleong, J Lexy 2006, Metodologi penelitian kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Maulani, Caherita 2005, Kiat merawat gigi anak, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Mudanijah, Siti 2004, Pengantar Pangan dan Gizi : Pola Konsumsi Pangan,
Penebar Swadaya Jakarta
Muryani, Anik 2010, Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.
Nugraha, Ali, dkk 2011, Program pelibatan orang tua dan masyarakat, Ed.1,
Universitas terbuka, Jakarta.
Nurnahdiaty, dkk 2010, ‘Peran perempuan sebagai provider dalam upaya
meningkatkan taraf kesehatan keluarga di kelurahan Banta-Bantaeng
Makasar’, skripsi, Stikes Panakkukang Makasar, diakses pada 19 november
2013, http://pasca.unhas.ac.id
Nursalam 2009, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu kesehatan,
Salemba Medika, Jakarta.
Padmonodewo, Soemiarti 2003, Pendidikan anak prasekolah, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Putri, Megananda, dkk 2010, Ilmu pencegahan panyakit jaringan keras dan
jaringan pendukung gigi, EGC, Jakarta.
74
Robbins, Stephen P & Timothy, J 2008, Perilaku Organisasi Ed.12, Salemba
Empat, Jakarta.
Santoso, Soegeng 2009, Materi pokok kesehatan dan gizi, Universitas terbuka,
Jakarta.
Sarchwarz,E 2008, ‘Global Aspects of preventive dental care’, Journal of Oral
Health, diakses pada 27 November, http://www.international-Dental-
journal.com
Saryono, Anggraeni 2010, Metodologi penelitian kualitatif dalam bidang
kesehatan, Nuha Madika, Yogyakarta.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. 2013.
Sumanti, Vivin, dkk 2013, ‘Faktor yang berhubungan dengan partisipasi orangtua
dalam perawatan kesehatan gigi anak di Puskesmas Tegallalang’, Vol. 1, No.
1, skripsi, Universitas Udayana, diakses pada 27 November 2013,
http://ojs.unud.ac.id
Sumantri, A 2011, Metodologi penelitian kesehatan Edisi 1, Kencana prenada
media group, Jakarta.
Sunaryo 2004, Psikologi untuk keperawatan, EGC, Jakarta
Suyuti, Moh 2010, ‘Pengaruh makanan serba manis dan lengket terhadap terjadinya
karies gigi pada anak usia 9-10 tahun di SD Negeri Monginsidi II Makasar’,
skripsi, Universitas Sumatra Utara, diakses 11 November 2013, http://old.fk.ub.ac.id
Suryawati, Ni Putu 2010, Perawatan gigi anak, Dian Rakyat, Jakarta.
Suprapto, Tommy 2009, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Cetakan 2,
Mdpress, Yogyakarta.
Sutopo, H.B 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Wahyu, dkk 2013, ‘Hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku menjaga
kesehatan gigi anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Ar-Ridlo
Kecamatan Blimbing kota malang’, skripsi, Universitas Brawijaya, diakses
pada 22 November 2013, http://old.fk.ub.ac.id
75
Wediningsih, Ayu 2012, ‘Peran Ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak
terhadap perkembangan anak usia prasekolah’, Skripsi, Stikes RS Baptis
Kediri, diakses pada 19 November 2013, http://journal.unsil.ac.id
World Health Organization 2010, Future Use Materials for Dental Restoration,
World Health Organization, Switzerland, diakses 14 November 2013,
http://www.who.int.dental-material-com
Worotitjan, Indry 2013, ‘Pengalaman karies gigi serta pola makan dan minum pada
anak sekolah dasar di desa kiawa kecamatan karangkoan utara’, Jurnal e-gigi
volume 1, nomor 1, diakses pada 20 Juni 2014, http://e-jurnal.gigi.ac.id
Whelton, Hellen 2009, ‘Strategis to Prevent Dental Caries in Children and
Adolescents’, Journal of Dental Caries Ireland, diakses pada 27 November
2013, http://www.dental health.ie
Wong, et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik Ed.6, EGC, Jakarta.