PRAKTIK PENGOBATAN MENGGUNAKAN AYAT-
AYAT AL-QUR’AN OLEH USTAZ NUROKHMAN DI
DESA LINGGAPURA KECAMATAN TONJONG
KABUPATEN BREBES
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Nur’Atiqoh Alwaliyah
NIM: 11160340000094
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2020 M
i
PRAKTIK PENGOBATAN MENGGUNAKAN AYAT-
AYAT AL-QUR’AN OLEH USTAZ NUROKHMAN DI
DESA LINGGAPURA KECAMATAN TONJONG
KABUPATEN BREBES
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Nur’Atiqoh Alwaliyah
NIM: 11160340000094
Pembimbing,
Moh. Anwar Syarifuddin, M.A
NIP. 19720518 199803 1 003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2020 M
ii
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul PRAKTIK PENGOBATAN MENGGUNAKAN
AYAT-AYAT AL-QUR’AN OLEH USTAZ NUROKHMAN DI DESA
LINGGAPURA KECAMATAN TONJONG KABUPATEN BREBES
telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 04 November
2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir.
Jakarta, 11 Desember 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Eva Nugraha, M.Ag dc
Fahrizal Mahdi, LC, MIRKH
NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, M.A Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A
NIP. 19780424 201503 1 001 NIP. 19690822 199703 1 002
Pembimbing,
Moh. Anwar Syarifuddin, M.A
NIP. 19720518 199803 1 003
iii
iv
ABSTRAK
Nur’Atiqoh Alwaliyah, NIM 11160340000094
“Praktik Pengobatan Menggunakan Ayat-ayat Al-Qur’an oleh Ustaz
Nurokhman Di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten
Brebes”.
Skripsi ini membahas tentang fenomena living Qur’an dalam praktik
pengobatan di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes
Jawa Tengah. Praktik pengobatan yang dilakukan oleh Ustaz Nurokhman
ini menggunakan bacaan ayat-ayat al-Qur’an pilihan. Di samping
pembacaan ayat al-Qur’an, Ustaz juga menggunakan media pengobatan
nabi serta tumbuhan herbal, seperti: air putih, garam, daun kelor, daun
sirih, dan lain-lain. Pokok masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
pemahaman dan praktik penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk
pengobatan di Desa Linggapura dan bagaimana respon masyarakatnya?
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan living Qur’an dengan metode
pengumpulan data berupa observasi, wawancara dengan informan dan
para responden lainnya, lalu kemudian menganalisisnya dengan hasil data
yang terkumpul. Dari hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa
dalam mengobati pasien Ustaz Nurokhman melakukan tanya jawab
terlebih dahulu untuk mengetahui penyakit pasien, kemudian setelah
mengetahui penyakit si pasien Ustaz membacakan doa dan ayat-ayat al-
Qur’an tertentu dengan media tambahan pijat refleksi dan tumbuhan
herbal. Kalau pasien mengalami sakit di organ dalam misalkan terkilir,
Ustaz membacakan ayat-ayat al-Qur’an tertentu diiringi pijat refleksi.
Adapun pasien yang sakit di organ bagian luar misalkan tersengat ular
berbisa, maka Ustaz memberikan air dicampur garam yang di dalamnya
telah dibacakan ayat al-Qur’an dan do’a, lalu dibasuh ke bagian yang
sakit, begitupun jika ada yang kerasukan makluk halus maka oleh Ustaz
dilakukan ruqyah syar’iyyah. Maka fenomena al-Qur’an yang hidup di
tengah masyarakat mendapatkan respon positif, karena kebanyakan warga
yang datang untuk mengobati penyakitnya dapat sembuh dengan perantara
ayat-ayat al-Qur’an dan pijet refleksi yang dilakukan oleh Ustaz
Nurokhman.
Kata kunci : Praktik pengobatan, Penggunaan Al-qur’an, pengaruh
Masyarakat.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT sang pemilik kekuasaan, tuhan
semesta alam, pencipta alam dan segala isi-Nya, pemutar siang dan
malam, terang dan gelap, kebaikan dan keburukan, tangisan dan tawa,
sang pemberi kehidupan dan kematian yang tak akan mati. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan agung Nabi
Muhammad SAW, sang revolusioner dan mujahid sejati serta pembawa
kedamaian. Semoga kebaikan, rasa cinta kasih dan hakikat kehidupan
yang beliau sampaikan akan terus memberi kebaikan untuk manusia
seluruhnya.
Merupakan suatu kebahagiaan yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata namun sangat berharga yang penulis rasakan. Penulis tidak dapat
membayangkan betapa banyak kesulitan dan hambatan yang terus-
menerus menghalangi dalam proses penulisan skripsi ini. Awalnya
merupakan beban, namun berkat doa, keyakinan, ketekunan serta usaha,
akhirnya segala rintangan dan hambatan tersebut dapat teratasi.
Alhamdulillah, atas rahmat Allah SWT penulis bisa menyelesaikan skripsi
S1 ini pada program Ilmu Al-Qur’an & Tafsir yang berjudul “Praktik
Pengobatan Menggunakan Ayat-ayat Al-Qur’an oleh Ustaz
Nurokhman Di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten
Brebes”. Skripsi ini tidak akan selesai dengan daya dan upaya penulis
sendiri, melainkan banyak pihak yang memberikan dorongan dan
perhatian kepada penulis selama penulisan, sehingga akhirnya tulisan ini
dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Kepada Yth. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A,
Beliau adalah rektor perempuan pertama sepanjang sejarah UIN
vi
Jakarta berdiri. Semoga di bawah kepemimpinannya UIN semakin
baik dan maju, sehingga cita-cita UIN menjadi World Class
University dapat terwujudkan.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta
staf jajarannya. Semoga Ushuluddin menjadi lebih baik lagi dan
semakin maju, agar Ushuluddin sebagai jantungnya UIN dapat
bersaing dengan fakultas lain di Universitas dalam maupun luar
negeri.
3. Dr. Eva Nugraha, M.A, selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir, serta Civitas Academica Fakultas Ushuluddin
yang telah memberikan motivasi serta ilmu yang sangat berharga
untuk penulis, semoga segala ilmu yang telah diberikan dapat
bermanfaat untuk penulis ke depannya.
4. Bapak Jauhar Azizy, M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberi masukan dan bimbingan yang berharga kepada
penulis di tengah kesibukannya menjadi dosen.
5. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, M.A, selaku pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu di tengah kesibukannya. Penulis
pribadi menghaturkan banyak terima kasih atas bimbingan, masukan,
saran, arahan, dan motivasi yang telah diberikan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga beliau diberikan umur
panjang, kesehatan jasmani dan rohani agar beliau dapat selalu
menyalurkan kedalaman ilmunya dan semoga kesabaran dan
keikhlasan beliau mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah
SWT.
6. Orangtua penulis yang tercinta, Abi Nurokhman S.Pd.I dan Umi Elfi
Nurkumala, S.Pd, yang telah mencurahkan segala perhatian dan kasih
vii
sayangnya kepada penulis, serta adik-adikku, keluarga besar di Brebes
dan Tegal, mereka semua yang telah mendoakan, menginspirasi dan
menghibur penulis sehingga penulis dapat bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar Ponpes Ar-Ridha Ciputat, Dr. H. Bahron Fathin, M.A
dan keluarga, yang telah banyak memberikan motivasi dan jasa
kebaikan kepada penulis. Serta Mba Muji, Leli, Umi, Juki dan Nahid,
mereka adalah orang baik yang selalu membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis.
8. Keluarga besar LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya angkatan Al-A’raaf yang telah memberikan pengalaman
serta menjadi bagian perjalanan saat penulis kuliah, khususnya kepada
Shofi, Atul, Malik, dan Faiz yang telah banyak memberikan support
dan motivasi yang sangat berarti untuk penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis, Putri, Pipit, Aprilia, Sinta, Ice, Muy, Mb
Muji, Mb Ririn, Ka Nisa, Ka Desi, dan Ka Devi, penulis banyak
menghabiskan waktu dengan mereka selama studi di kampus tercinta.
Serta kepada Alfi Azizy yang telah berkontibusi meluangkan banyak
waktunya untuk sharing tentang skripsi dengan penulis.
10. Kawan-kawan seperjuangan KKN Berdikari 154 yang pernah berbagi
asa dan bahagia serta kerja sama yang kompak selama satu bulan di
Lembang Sari, Tangerang, semoga Allah mempermudah urusan kalian
untuk tugas akhir dan dapat sukses bersama.
11. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2016 Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir yang selama kurang lebih selama empat tahun ini sudah
menjadi teman yang sangat baik. Semoga Allah membalas kebaikan
kalian semua, Aamiin.
viii
Brebes, 30 September 2020
Nur’Atiqoh Alwaliyah
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada halaman berikut:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan - ا
b Be ب
t Te ت
ṡ Es (dengan titik di ث
atas)
j Je ج
ḥ h (dengan titik di ح
bawah)
Kh Ka dan Ha خ
D De د
ż Zet (dengan titik di ذ
atas)
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
x
Sy Es dan Ye ش
ṣ Es dengan titik di ص
bawah
ḍ De dengan titik di ض
bawah
ṭ Te dengan titik di ط
bawah
ẓ Zet dengan titik di ظ
bawah
Apostrofter balik ‘ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Qi ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ھ
Apostrof ` ء
Y Ye ي
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan
tanda (’).
xi
B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fatḥah
I Kasrah
U Ḍammah
Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي Ai a dan i
و Au a dan u
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di atas ا ى
Ī I dengan garis di atas ىي
Ū u dengan garis di atas ىو
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf
syamsiyah dan huruf qamariyah.
xii
al-Qamariyah ني al-Munīr الم
al- Syamsiyah الرجال al-Rijāl
D. Syaddah atau Tasydîd
Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “ “
ketika dialihkan kebahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf,
yaitu:
al-Qamariyah القوة al-Quwwah
al- Syamsiyah al-Ḍarūrah ةرورلضا
E. Ta Marbūtah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau
mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta
marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).Contoh:
No Kata Arab AlihAksara
Ṭarīqah ط ريق ة 1
al-Jāmi’ah al-Islāmiah الجا مع ة الاسلامية 2
د و ج و ال ة د ح و 3 Waḥdat al-Wujūd
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf
awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
xiii
Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia,
tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-
Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata
tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur’an
al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
xiv
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 10
D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 11
E. Metode Penelitian ................................................................ 15
F. Sistematika Pembahasan ....................................................... 17
BAB II: PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM
PRAKTIK PENGOBATAN
A. Memahami Fungsi Al-qur’an sebagai Obat (syifā’) ............ 19
B. Sejarah Ṭibbun Nabawi, Jenis dan Medianya ...................... 22
1. Ṭibbun Nabawi ............................................................ 22
2. Jenis-jenis Ṭibbun Nabawi ........................................... 24
3. Media Pengobatan ....................................................... 33
C. Tafsir Ayat-ayat Syifā’ dalam Literatur Tafsir ..................... 38
1. Penafsiran Qs. Al-Isrā’/ 17: 82 .................................... 38
2. Penafsiran Qs. Yunus/ 10: 57 ...................................... 40
3. Penafsiran Qs. an-Naḥl/ 16: 69 .................................... 42
4. Penafsiran Qs. Asy-Syu’arā’/ 26: 80 ........................... 43
xv
BAB III: PROFIL USTAZ NUROKHMAN DAN PERANANNYA
BAGI MASYARAKAT DESA LINGGAPURA
A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan Ustaz
Nurokhman .............................................................................. 45
B. Karier Ustaz Nurokhman .................................................... 47
C. Peran Sosial Keagamaan Ustaz Nurokhman ...................... 49
D. Biodata Singkat Responden ................................................ 52
BAB IV: PEMAHAMAN USTAZ NUROKHMAN DAN PRAKTIK
PENGOBATANNYA MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
A. Pemahaman Ustaz Nurokhman terhadap Ayat-ayat
Pengobatan ............................................................................... 53
1. Ayat-ayat Pelindung ........................................................ 54
a. Qs. Al-Fātiḥah: 1-7 ...................................................... 54
b. Surah Al-Mu’awwidżatain .......................................... 56
c. Qs. al-Ikhlaṣ: 1-4 ......................................................... 57
d. Qs. al-Baqarah: 255 (Ayat kursi) ................................ 58
2. Ayat-ayat Penyembuh ..................................................... 61
a. Qs. At-Taubah: 14 ....................................................... 61
b. Qs. Yūnus: 57 .............................................................. 61
c. Qs. An-Naḥl: 69 ........................................................... 62
d. Qs. Al-Isrā’: 82 ............................................................ 63
e. Qs. Asy-Syu’arā’: 80 ................................................... 64
f. Qs. Fuṣhilat: 44 ............................................................ 65
B. Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an untuk
Pengobatan ............................................................................... 66
C. Respon Masyarakat Linggapura .......................................... 70
xvi
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 76
B. Saran-Saran ...................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk berdasarkan KK ......................................... 49
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ........................................................ 86
Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian ........... 88
Lampiran 3 : Bukti Wawancara .............................................................. 89
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara ........................................................ 92
Lampiran 4 : Dokumentasi ...................................................................... 99
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril A.S sebagai
pelengkap dan penjelas kitab-kitab terdahulu, serta menjawab
problematika yang ada di alam semesta. Di samping itu, al-Qur’an
banyak mengandung petunjuk dan fungsi sebagai obat bagi manusia.1
Pada dasarnya, setiap pengobatan alangkah baiknya menggunakan al-
Qur’an, setelah itu barulah menggunakan obat-obatan lainnya.2
Khususnya untuk penyakit rohani yang membutuhkan ketenangan
jiwa, maka orang yang sakit jiwa/ rohani alangkah baiknya diobati
terlebih dahulu dengan bacaan ayat al-Qur’an, setelah itu barulah
menggunakan obat-obatan lainnya. Sedangkan penyakit jasmani bisa
dilakukan dengan dua cara: pertama, pengobatan yang dilakukan
sendiri secara naluri yang telah dianugerahkan oleh Allah, contohnya
seperti makan, dingin, lelah. Kedua, pengobatan yang memerlukan
pengamatan, pemikiran dan penelitian yang mendalam, dalam hal ini
diperlukan bantuan dokter atau ahlinya.
Al-Qur’an bukanlah kitab pengobatan saja, akan tetapi di
1Muhammad Nur, “Bacaan Ayat Al-Qur’an Sebagai Media Pengobatan (Studi atas
Praktik Pengobatan Balian di Lingkungan Segarakaton, Kel. Karangasem, Kab.
Karangasem Bali)”, Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1.
2 Abdullah Al-Sadhan, “Cara Pengobatan Dengan Al-Qur’an,” Diakses 20 Juli 2020,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://d1.Isla
mhouse.com/data/id/ih_ih_books/single/id_cara_pengobatan_dengan_qura
n.pdf&ved=2ahUKEwiDsoWivbvrAhUX4HMBHb7ADVgQFjAAegQIA
hAB&usg=AOvVaw09_zFUNTkl4U67DM3n8qbd
2
dalamnya banyak memuat nilai dan tata cara pengobatan.3 Kata Syifā’
dalam bahasa arab artinya kesembuhan atau pengobatan.4 Namun
dalam pengertian Syifā’ sebagai obat atau penawar terdapat
perselisihan, yakni: Pertama, pencegahan penyakit memerlukan obat,
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim:
رضياللهعنهعنالنبصلىاللهعليهوسلمأنهقاللكلداءعنجابربنعبداللهوجل)رواه اءب رأبذناللهعز الد (مسلمدواءفإذااصيبدواء
Artinya: Dari Jabir bin ‘Abdillah RA, dari Nabi Muhammad SAW,
beliau bersabda : “setiap penyakit ada obatnya. Apabila penyakit
telah bertemu dengan obatnya, maka penyakit itu akan sembuh atas
izin Allah, tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Agung.” (H.R.
Muslim).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan juga mengenai obat, yakni sebagai berikut:
ماان زلاللهمنداءصلىاللهعليهوسلمعنعطاءعنابهري رةقال:قالرسولاللهان زللهشفاء)رؤاهالشيخان( الا
Artinya: “Dari ‘Athā, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda: Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali
menurunkan pula (obat) penyembuh bagi penyakit tersebut.”
Bunyi hadis دواء داء yakni (setiap penyakit ada obatnya) لكل
mencakup berbagai macam penyakit dan segala macam obat,
termasuk penyakit-penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter.
Allah SWT telah menyiapkan segala macam obat penyakit yang tidak
3Andi Muflih, “Pengobatan Dalam Islam”, Tesis S2., UIN Alauddin Makasar, 9. 4Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), 731.
3
mungkin dapat dijangkau oleh manusia sekalipun, karena memang
manusia tidak diberikan kemampuan untuk hal tersebut. Maka dari itu,
Nabi Muhammad SAW dalam hadis tersebut menyebut asy-
Syifā’(penyembuh) sebagai pasangan ad-dawā’ (obat). Lalu pada hadis
شفاء له ان زل الا داء من ان زلالله ,Allah tidak menurunkan penyakit) ما
kecuali menurunkan pula obatnya) yakni setiap penyakit pasti ada
obatnya, obat yang melebihi aturan pakai dan melebihi takaran yang
semestinya akan menimbulkan penyakit lain yang baru. Jika obat
kurang sempurna pakainya atau takarannya kurang banyak, maka obat
itu tidak akan menyembuhkan penyakit, sedangkan obat yang tidak
bertemu dengan penyakit, maka tidak akan menghasilkan
kesembuhan5 Dengan demikian, hanya jika antara penyakit dan obat
yang diberikan terjadi kesesuaian yang sempurna dan pas, maka
penyakit itu dapat sembuh.
Kedua, al-Qur’an sebagai penawar, yakni terdapat dalam Qs. al-
Isrā’/ 17: 82
خسارا الا ولايزيدالظلمي ون ن زلمنالقرانماهوشفاءورحةللمؤمنيسراء:٨٢ ) )ٱل
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an (sesuatu) yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan
bagi orang zalim (al-Qur’an) itu hanya akan menambah kerugian.”
(Qs. al-Isrā’/ 17: 82)
Ungkapan ayat tersebut pada kata شف اء (penawar), tidak
menggunakan اء hasilnya nyata, sementara شف اء Sebab kata .(obat) د و
اء .terkadang sembuh, terkadang pula tidak mempunyai pengaruh د و
Ibn Qayyim mengatakan dalam kitabnya Zādul Ma’ād, bahwa al-
5Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 23-25.
4
Qur’an sebagai penawar total dalam semua penyakit, baik penyakit
hati maupun penyakit badan, baik di dunia maupun di akhirat. Orang
yang mengobati penyakitnya dengan ayat al-Qur’an tidak semuanya
sembuh. Namun ada syarat yang harus dimiliki oleh orang tersebut, di
antaranya adalah: dalam mengobati penyakitnya memiliki keyakinan
yang mantap, imannya kuat, penerimaan yang sempurna, keyakinan
yang teguh, dan selalu berbaik sangka kepada Allah SWT maka
penyakit tidak akan mampu menghadapinya.6 Namun segala usaha
yang manusia lakukan tidak akan berhasil tanpa pertolongan Allah
SWT.
Berbicara megenai obat, sakit sendiri adalah Kondisi organ tubuh
yang tidak sejalan dengan semestinya. Untuk menjaga tubuh agar
tetap sehat, maka harus ada dua cara: Pertama, pemeliharaan dan
pencegahan, yakni untuk orang sehat agar tidak terkena penyakit.
Kedua, pengobatan atas penyakit untuk orang yang sudah terlanjur
terkena penyakit, agar penyakitnya tidak bertambah sekaligus
menyembuhkan penyakit yang sudah ada.7 Dalam buku Mukjizat
Ilmiah dalam Al-Qur’an, diperlihatkan sebuah eksperimen yang
melakukan percobaan mengenai pengaruh ayat al-Qur’an untuk
kesehatan. Dengan cara dibacakan potongan ayat-ayat al-Qur’an
dalam bahasa Arab beserta terjemahnya dalam bahasa Inggris, yang
ditunjukkan kepada orang yang berbicara bahasa Arab dan non-Arab,
baik kalangan muslim maupun non-muslim. Eksperimen tersebut
menunjukan adanya perngaruh al-Qur’an, sekitar 97 persen merubah
6Abdullah Al-Sadhan, Cara Pengobatan Dengan Al-Qur’an, 25.
7Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan Pengobatan
Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW, Terj. Said Agil Husin Al-Munawar dan Abd.
Rahman Umar, Cet. 1 (Semarang: Toha Putra Group, 1994), 23.
5
kejiwaan menjadi lebih baik.8 Lembaga pengetahuan Islam di
Amerika melakukan percobaan terhadap ayat-ayat al-Qur’an dalam
penyembuhan berbagai penyakit. Hasil percobaan ilmiah yang
dilakukan tersebut menguatkan pengaruh lafaz-lafaz al-Qur’an untuk
mengobati penyakit. Sesuai ajaran Islam, sesungguhnya Allah
menjadikan obat untuk setiap penyakit. Oleh karena itu, sepatutnya
sebagai seorang muslim memanfaatkan sarana yang telah ada yang
tidak menjurus kepada kemaksiatan yakni terapi al-Qur’an.9
Dengan demikian, benarlah bahwa Al-Qur’an sebagai penawar dan
rahmat bagi orang-orang beriman. Di dalamnya terdapat obat sebagai
penyubur keimanan, kebijaksanaan, keutamaan, dan penghormatan.
Oleh karena itu, apabila kita berpegang teguh mengamalkan al-Qur’an
untuk pengobatan, maka rahmat Allah akan meliputi kita.10 Dari
kedua eksperimen tersebut, maka kita tidak bisa menyangkal bahwa
lafaz al-Qur’an dapat dijadikan obat berbagai macam penyakit.
Melihat fenomena pengobatan yang merebak di kalangan
masyarakat yang menggunakan berbagai macam pengobatan, entah
pengobatan klasik maupun modern, ataupun dengan cara-cara medis
maupun non-medis telah banyak berkembang di tengah-tengah
masyarakat Linggapura, terutama dengan menggunakan media ayat-
ayat al-Qur’an. Walaupun tidak menutup kemungkinan adanya
masyarakat yang enggan menerapkan dengan cara al-Qur’an, malah
ada beberapa di antara mereka yang masih percaya dengan dukun.
Namun dari pada itu, pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat al-
Qur’an masih banyak di Desa Linggapura. Masyarakat biasanya
8Muhammad Kamil Abdusshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, Terj. Alimin,
dkk, Cet. 1 (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), 311.
9Muhammad Ibrahim Salim, Berobat dengan Ayat-ayat Al-Qur’an , terj. Sofyan
Azwari,Cet. 1( Bandung: Trigenda Karya, 1995), 126-127.
10Muhammad Ibrahim Salim, Berobat dengan Ayat-ayat Al-Qur’an , 68-72.
6
mendatangi salah satu tokoh agama yang dipercaya juga bisa
mengobati penyakit dengan khasiat ayat al-Qur’an yang
dibacakannya, namanya Ustaz Nurokhman. Beliau adalah salah satu
Ustaz yang akrab di kalangan masyarakat, beliau ceramah agama dari
masih usia belia hingga sekarang.
Penulis mengambil tema penelitian ini dengan melakukan
observasi serta wawancara mengenai praktik pengobatan yang
dilakukan oleh Ustaz Nurokhman. Karena kepiawaiannya dalam
menyembuhkan pasien, beliau sering didatangi masyarakat yang
berupaya mengobati segala macam penyakit, entah penyakit fisik
maupun non-fisik. Terkadang juga, jika tidak memungkinkan pasien
datang ke rumahnya karena alasan tertentu, maka Ustaz yang
mendatangi rumah pasien tersebut. Mengenai media penyembuhan
yang digunakan oleh ustaz Nurokhman pun sangat beragam.
Terkadang menggunakan media pengobatan nabi berupa: air, madu,
garam dan bawang. Selain itu, Ustaz juga menggunakan tumbuhan
herbal berupa: daun kelor, daun sirih, lidah buaya, pucuk daun jambu,
daun binahong, daun sisak, dan lain-lain sebagai media tambahan.
Praktiknya misalkan ayat kursi (Qs. Al-Baqarah/ 2: 255) dapat
menyembuhkan orang yang kerasukan jin dengan dibantu dengan
media tambahan berupa air, surah al-Falaq mampu mengobati panas
dari gangguan jin maupun roh jahat dengan media tambahan berupa
daun sirih, dan surah al-Nās mampu mengobati fikiran was-was
pasien dan lainnya.11
Ustaz juga mengamalkan sarana pengobatan alternatif berupa pijat
refleksi. Pijat adalah salah satu pengobatan alternatif yang dianggap
11Wawancara Nurokhman (Terapis), diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes 11 Juni 2019, Jawa Tengah.
7
aman dan tidak banyak efek samping.12 Praktiknya yakni dengan
mengurut di saluran atau titik-titik penyakit yang terdapat penyakit.
Misalkan ada pasien yang sakit kepala, lalu ustaz mengurut telapak
tangan berdekatan dengan ibu jari sambil membaca ayat al-Qur’an
atau doa tertentu. Berbicara mengenai pijat refleksi, pijat refleksi
sekiranya bukan hal yang baru didengar. Pijat refleksi merupakan
salah satu upaya dalam penyembuhan penyakit. Teknik pijat refleksi
dengan melakukan pemijatan pada titik-titik tertentu pada bagian
tubuh yang sakit.13 Beberapa alasan yang diungkapkan Ustaz ketika
ditanya tentang pemahaman beliau mengenai pengobatan
menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan media yang disertakannya,
beliau berpatokan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
sebagai berikut :
امالدىرممأدنابنىمريانطيالشنإ
Artinya: “Sesungguhnya syaitan berjalan dalam diri anak Adam
dalam peredaran darahnya.”
Kata Syaitan sendiri dalam hadis tersebut bermakna sebagai
penggoda dan penyakit. Syaitan menggoda manusia agar mengikuti
jalan yang sesat agar hati menjauh dari keindahan firman Allah, dan
syaitan juga sebagai penyakit yang mengalir melalui peredaran darah
manusia yang menyebabkan manusia merasakan sakit. Maka dari itu,
sumbatan yang terdapat syaitan (penyakit), di samping dibacakan ayat
al-Qur’an, namun diiringi juga dengan pengobatan alternatif berupa
pijat refleksi.
12Mamluatur Rahmah, “Pijat Sebagai Terapi Gangguan Jiwa (Studi Pengobatan
Alternatif Abah Ali Ahmadi di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati)”,
Skripsi S1., UIN Walisongo Semarang, 5. 13Sugeng D.Triswanto, Pengobatan Alternatif (Pijat Refleksi, Tenaga Dalam dan
Ramuan Tradisional, Cet.2 ( Yogyakarta : Media Abadi, 2007), 5.
8
Dari Hadis di atas, Ustaz Nurokhman berpendapat bahwa para
ilmuan muslim melakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan
darah yang ada di dalam tubuh manusia. Di antara ilmuan-ilmuan
tersebut yakni: Pertama, Ali Ibnu Rabbani at-Thobari, penemu
pertama Ensiklopedia Kedokteran, karyanya yang terkenal berjudul
Firdaus al-Hikmah. Di dalam karyanya, terdapat pembahasan tentang
menjaga kesehatan, penyakit-penyakit yang menghinggapi otot, dan
seluruh penyakit yang bisa menghinggapi badan. Kedua, Abu Ali al-
Husain bin Abdullah bin Sina (Ibnu Sina), dalam dunia kedokteran
Ibnu Sina adalah ilmuan muslim yang pertama kali menemukan
peredaran darah manusia. Beliau pula yang pertama kali mengawali
praktik bedah dan penjahitan. Ibnu Sina juga terkenal dengan dokter
jiwa yang pada zaman sekarang bisa di sebut psikoterapi.14 Dari
penemuan kedua tokoh tersebut, Ustaz memahami bahwa darah yang
mengalir dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah. Selagi
pembuluh darah yang dialiri darah lancar atau tidak memiliki
sumbatan, maka manusia akan sehat. Namun jika pembuluh darah
yang dialiri darah manusia tersumbat atau tidak lancar, maka manusia
akan merasakan sakit.
Kembali mengenai pembahasan Pijat Refleksi, proses pemijatan
pun tergantung pada sakit yang diderita pasien, sehingga pemijatan
dilakukan pada titik-titik tertentu. Misalkan pada jari-jari tangan, jari-
jari kaki, serta titik-titik lainnya. Terkadang walaupun sudah pijat
refleksi, namun si penderita tetap merasakan sakit bahkan bicara tidak
terkontrol, maka ditambah dengan Ruqyah Syar’iyyah, yaitu dengan
cara dibacakan ayat al-Qur’an atau zikir-zikir tertentu yang berkaitan
dengan pengobatan secara syariat agama Islam. Lalu dapat
14Nurokhman, wawancara.
9
disimpulkan bahwa darah menghasilkan berbagai macam disiplin
ilmu kesehatan, di antaranya: Ilmu kedokteran, Ilmu pijat refleksi dan
Ilmu Ruqyah Syar’iyyah.15
Berbicara mengenai pengobatan, sebenarnya banyak Ustaz yang
mampu mengobati penyakit, namun rata-rata cara pengobatannya
menggunakan air putih yang diberi do’a saja. Sedangkan Usaz
Nurokhman dalam mengobati penyakit yang dikeluhkan masyarakat
Linggapura menggunakan pengobatan dengan ayat-ayat al-Qur’an
diringi dengan pengobatan alternatif berupa pijat refleksi dan tumbuh-
tumbuhan herbal, serta pemahaman ustaz yang kaya di bidang sejarah
pengobatan dalam Islam. Hal ini membuat ketertarikan sendiri bagi
penulis untuk meneliti praktik pengobatannya bagi masyarakat
Linggapura.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Di Desa Linggapura ada sekitar 10 orang yang berprofesi
sebagai Ustaz, namun kajian skripsi penulis dibatasi pada peran
Ustaz Nurokhman saja. Karena selain menggunakan ayat-ayat al-
Qur’an dalam mengobati penyakit, Ustaz Nurokhman juga
memberikan terapi pijat refleksi dan obat-obatan herbal sehingga
lebih diminati masyarakat. Pilihan ini juga bisa menjadi pilihan
tempat alternatif yang lebih lengkap dibandingkan dengan
puskesmas, karena selain diminta mengobati keluhan sakit fisik,
Ustaz juga terampil mengobati gangguan psikis dan makhluk
halus.
15Nurokhman (Terapis), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah, Brebes, 10 April
2019, Jawa Tengah.
10
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dengan
kondisi seharusnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
“Bagaimana pemahaman dan praktik penggunaan ayat-ayat al-
Qur’an yang dilakukan oleh Ustaz Nurokhman untuk pengobatan
di desa Linggapura dan bagaimana respon masyarakat terhadap
praktik pengobatan yang dilakukannya?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana pemahaman Ustaz mengenai ayat-ayat
al-Qur’an yang digunakan untuk pengobatan di Desa
Linggapura.
b. Mengetahui praktik penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk
pengobatan yang dilakukan Ustaz Nurokhman di Linggapura.
c. Mengetahui respon masyarakat terhadap praktik pengobatan
dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran oleh ustaz Nurokhman
di Linggapura.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis: Manfaat penelitian secara teoritis adalah untuk
menambah pengetahuan tentang pengaruh penggunaan ayat al-
Qur’an untuk pengobatan di desa Linggapura dan penelitian ini
dapat memberikan wawasan keilmuan di bidang al-Qur’an,
khususnya kajian Living Qur’an terkait al-Qur’an sebagai obat
serta agar menjadi salah satu bahan rujukan untuk referensi
selanjutnya.
b. Manfaat Praktis: Menambah wawasan dan informasi sebagai
salah satu bahan ajar mata kuliah Metode Penelitian Tafsir
11
Qur’an, sehingga dapat menjadi contoh penelitian di lapangan
dan dapat memberikan sumbangsing pengetahuan untuk para
pembaca bahwa al-Qur’an dapat diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan manfaat untuk desa Linggapura
dengan adanya penelitian tersebut yakni agar masyarakat lebih
berpedoman pada al-Qur’an, khususnya untuk mengobati
berbagai penyakit dan dapat mempraktikannya di kehidupan
sehari-hari.
D. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa literatur yang membahas tentang pengobatan
menggunakan ayat-ayat al-Qur’an, baik berupa buku, jurnal, skripsi,
tesis maupun penelitian lapangan.
Pertama, Buku Sistem Kedokteran Nabi : Kesehatan dan
Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW, merupakan
karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah, menjelaskan secara rinci tentang
macam-macam penyakit serta pengobatannya, baik penyakit fisik
maupun psikis, jasmani maupun rohani berdasarkan pada al-Qur’an.
serta penjelasan detail mengenai ṭibbun nabawi (ilmu kedokteran
nabi) beserta media pengobatannya.16
Kedua, Buku Pengobatan Alternatif Pijat Refleksi Tenaga Dalam
Ramuan Tradisional karya Sugeng D. Triswanto, menjelaskan
mengenai pengobatan alternatif berupa pijat refleksi, yang berfungsi
16Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan Pengobatan
Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW, Terj. Said Agil Husin Al-Munawar dan Abd.
Rahman Umar, Cet. 1 (Semarang: Toha Putra Group, 1994), 23
12
untuk melancarkan peredaran darah (membuka jalannya darah yang
tersumbat) disertai dengan penjelasan titik-titik salurannya.17
Ketiga, Buku tentang Metode Pengobatan Preventif Rasulullah
SAW merupakan karya Prof. Abdul Basith Muhammad As-Sayyid,
menjelaskan tentang pengobatan menurut petunjuk nabi Muhammad
SAW beserta metodenya, dan cara pemeliharaan kesehatan dengan
mencegah penyakit.18
Keempat, Buku Tanaman Obat plus Pengobatan Alternatif Karya
Yoanna & Yovita, menjelaskan tentang berbagai macam tanaman
yang dapat digunakan untuk pengobatan yang mana banyak media
yang dipakai oleh Ustaz yang penulis teliti, serta juga menerangkan
tentang pengobatan alternatif penyakit-penyakit dalam tubuh yang
mana Ustaz juga menggunakan pengobatan alternatif berupa pijat
refleksi dalam menangani penyakit pasien.19
Kelima, Buku Berobat dengan ayat-ayat al-Qur’an ini merupakan
karya Muhammad Ibrahim Salim yang berisi penjelasan mengenai
ayat-ayat pelindung dan pencegah terhadap penyakit, baik penyakit
jasmani maupun rohani. Di samping itu juga terdapat bukti penelitian
yang menjelaskan kebenaran bahwa al-Qur’an bisa menyembuhkan
penyakit.20
Keenam, Skripsi Muhamad Nur (2017)21 Fakultas Ushuluddin dan
pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
17Sugeng D. Triswanto, Pengobatan Alternatif Pijat Refleksi Tenaga Dalam Ramuan
Tradisional, Cet.2( Yogyakarta: Media Abadi, 2007).
18Abdul Basith Muhammad As-Sayyid, Metode Pengobatan Preventif Rasulullah,
Terj. Azizah Hamid dan M. Habiburrahim, Cet.1 ( Jakarta: AMZAH, 2005).
19Yoanna & Yovita, Tanaman Obat plus Pengobatan Alternatif, (Jakarta: Setia
Kawan, T.t).
20Muhammad Ibrahim Salim, Berobat Dengan Ayat-ayat Al-Qur’an, Terj. Sofyan
Azwari, Cet. 1 (Bandung: Trigenda Karya, 1995).
21Muhamad Nur, “Bacaan Ayat al-Qur’an sebagai Media Pengobatan (Studi atas
Praktik Pengobatan Balian di Lingkungan Segarakaton, Kel. Karangasem, Kec.
13
Yogyakarta dalam skripsi yang berjudul “Bacaan Ayat al-Qur’an
sebagai Media Pengobatan (Studi atas Praktik Pengobatan Balian di
Lingkungan Segarakaton, Kel. Karangasem, Kec. Karangasem, Kab.
Karangasem Bali)”. Penelitian ini menjelaskan bahwa objek
penelitian tersebut merupakan tradisi turun temurun dari nenek
moyang yang mengakar kuat pada masyarakat Bali. Pembacaan ayat
al-Qur’an pun tidak semata sebagai bacaan, namun memiliki dimensi
yang sangat luas, dan ke-sakralannya masih sangat kental, sehingga
dalam penggunaaannya pun dipraktikan dengan cara yang unik
dengan media tambahan lainnya, salah satunya adalah sesajen.
Ketujuh, Tesis Achmad Syauqi Alfanzari22 Fakultas Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
dalam tesis yang berjudul “Penggunaan Ayat Al-Qur’an sebagai Obat
(Studi Living Qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrussyifa’
Bagusari Jogotrunan Lumajang Jawa Timur)”. Penelitian tersebut
berfokus pada ayat al-Qur’an yang hidup di tengah masyarakat yang
mana ayat al-Qur’an tersebut dapat mengobati berbagai macam
penyakit, baik penyakit medis maupun non-medis, fisik maupun
psikis, dengan analisa pemilihan ayat al-Qur’an sesuai pemahaman
praktisi, dibantu dengan media pengobatan herbal.
Kedelapan, Skripsi Meilinda Isna Kurniati (2019) 23 Fakultas
Ushuluddin Adab dan Humaniora, IAIN Purwokerto dalam skripsi
yang berjudul “Penggunaan Ayat Al-qur’an sebagai Media
Karangasem, Kab. Karangasem Bali)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2017).
22Achmad Syauqi Alfanzari, “ Penggunaan Ayat Al-Qur’an sebagai Obat (Studi
Living Qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrussyifa’ Bagusari Jogotrunan Lumajang
Jawa Timur)” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018).
23Meilinda Isna Kurniati, “Penggunaan Ayat Al-qur’an sebagai Media Pengobatan
Penyakit Jasmani (Studi Living Qur’an pada Yayasan Cikajayaan, Desa Wanareja
Cilacap Jawa Tengah)” (skripsi S1., IAIN Purwokerto, 2019).
14
Pengobatan Penyakit Jasmani (Studi Living Qur’an pada Yayasan
Cikajayaan, Desa Wanareja Cilacap Jawa Tengah)”. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa al-Qur’an memiliki kekuatan supranatural
yang tidak sembarang orang dapat melakukannya. Ayat Al-Qur’an
tertentu dapat menyembuhkan berbagai penyakit, baik penyakit fisik
maupun psikis, khususnya pada penyakit jasmani.
Kesembilan, Skripsi Rizka Safrina Putri24 Fakultas Ushuluddin,
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam
skripsi yang berjudul “Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an
Dalam Terapi Ruqyah Syar’iyyah di Yayasan Qur’anic Healing
International”. Penelitian tersebut berfokus kepada ruqyah syar’iyyah,
dilengkapi ayat-ayat ruqyah beserta praktiknya, baik ruqyah secara
mandiri maupun ruqyah jamaah.
Kesepuluh, Tesis Baytul Muktadin25 Fakultas Agama dan Filsafat
UIN Kalijaga Yogyakarta, dalam tesis yang berjudul “Pengobatan
Ayat-ayat Al-qur’an untuk Mengobati Penyakit Jiwa (Studi Living
Qur’an didesa Kalisabuk Pesugihan Cilacap Jawa Tengah)”.
Penelitian tesebut berfokus pada penyembuhan penyakit jiwa dengan
menggunakan al-Qur’an serta praktik penggunaanya untuk
pengobatan.
Dari tema dan judul-judul buku, skripsi, maupun tesis di atas telah
jelas manfaat ayat al-Qur’an sebagai pengobatan. Melihat penelitian
living qur’an karya para kakak-kakak dari berbagai penjuru
Universitas dengan Studi Kasus berbagai macam tempat, sedangkan
24Rizka Safrina Putri, “Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Dalam Terapi
Ruqyah Syar’iyyah di Yayasan Qur’anic Healing International” (skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).
25Baytul Muktadin, “Pengobatan Ayat-ayat Al-qur’an untuk Mengobati Penyakit Jiwa
(Studi Living Qur’an didesa Kalisabuk Pesugihan Cilacap Jawa Tengah)” (Tesis S2.,
UIN Kalijaga Yogyakarta, 2015).
15
penelitian penulis berfokus pada penelitian living qur’an daerah
Linggapura, Jawa Tengah.
E. Metode Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur untuk mendekati
masalah dan mencari jawaban dari masalah.26 Metode adalah langkah
awal yang digunakan penulis ketika hendak melakukan penelitian,
sehingga akan memberikan warna dan corak yang berbeda dan
mengarahkan penelitian lebih sistematis.
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.27 Di samping itu,
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field
reserach) untuk meneliti fenomena Living Qur’an. Dalam hal ini,
penulis terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data
akurat yang berkaitan dengan penelitian, yakni dengan cara
melakukan observasi ke tempat dilakukannya pengobatan di Desa
Linggapura, Kec. Tonjong, Kab. Brebes, Prov. Jawa Tengah
2. Sumber Data
Penulis membagi sumber data ke dalam dua sumber, yaitu
sumber primer dan sekunder. Data Primer yaitu data yang
bersumber dari informasi seseorang yang jelas dan akurat
mengenai masalah yang akan atau sedang di teliti, sumber primer
juga merupakan sumber utama. Untuk mendapatkan informasi
26Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2010), 145-146.
27Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), 6.
16
yang jelas dan akurat, peneliti mendatangi lokasi agar
memperoleh data dan kondisi lapangan,28 penulis melakukan
interview dengan informan kunci yaitu Ustaz Nurokhman dan
informan non-kunci yakni masyarakat Linggapura yang mayoritas
berobat ke Ustaz.
Sedangkan data Sekunder yaitu data yang didapat dari data
yang sudah ada dan mempunyai hubungan erat dari apa yang di
teliti, kemudian data-datanya relevan, akurat dan mempunyai
hubungan dengan tema penelitian ini atau data yang diperoleh
dari pihak lain.29 Sumber sekunder juga merupakan data
pendukung, dalam penelitian ini data sekunder yang dimaksud
adalah buku-buku yang berkaitan dengan Al-Qur’an sebagai obat
seperti buku Berobat dengan Ayat-ayat Al-Qur’an (Terj,
Muhammad Ibrahim Salim), Al-Qur’an sebagai Penyembuh (Terj.
Jalaluddin Al-Suyuthi), dan Metode Pengobatan Nabi (Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah), serta beberapa jurnal, artikel, skripsi dan
tesis.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi, Yaitu salah satu metode untuk menemukan data
secara akurat. Secara umum observasi yaitu melihat atau
mengamati, secara khusus observasi yaitu mengamati dalam
rangka memahami, mencari jawaban, serta mencari bukti
dalam fenomena sosial tanpa mempengaruhi fenomena yang di
observasi.30 Melalui metode ini, penulis mengamati dan
melihat secara langsung praktik yang dilakukan Ustaz
Nurokhman dalam menangani para pasiennya.
28W.Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2002), 115.
29Syaifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
30Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Alfabeta, 2012), 145.
17
b. Interview/ wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan
cara tanya jawab dengan pihak terkait secara sistematis dan
berlandaskan sesuai tujuan peneliti.31Interview atau wawancara
adalah suatu hal yang mudah untuk mendapatkan informasi dan
data. Persiapan wawancara tidak terstruktur yang dapat
diselenggarakan pada tahap-tahap tertentu.32 Dalam penelitian
living qur’an tersebut, penulis interview secara langsung pada
tokoh yang bersangkutan sebagai informan utama, yakni Ustaz
Nurokhman, dan juga beberapa responden lainnya yakni
masyarakat Desa Linggapura.
c. Penelitian Dokumen: yaitu cara mengetahui data dengan
mengenai suatu hal, variabel atau sumber-sumber yang banyak
dipakai penelitian ini. Seperti: sejumlah dokumen, catatan,
website, buku transkrip, surat kabar, majalah, makalah, dan lain
sebagainya.33 Dalam hal ini, penulis mendokumentasikan
segala yang berhubungan dengan penelitian tersebut dalam foto
dan rekaman.
F. Sistematika Pembahasan
Penulis berusaha menggunakan sistematika sebagus dan serapi
mungkin, sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I, yakni pendahuluan yang menjelaskan signifikansi
penelitian. Kemudian faktor yang mendorong penulis mengangkat
tema tersebut sebagai bahan penelitian. Agar penulisan menjadi
terarah, maka dibuat Rumusan masalah yang berupa pertanyaan-
31Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE, 1998), 62.
32Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 199.
33Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1990), 188.
18
pertanyaan pokok yang mendorong berkembangnya penulisan
tersebut.
Bab II, di bagian bab dua ini penulis membahas fungsi al-Qur’an
sebagai syifā (obat), dengan diperlihatkan perspektif yang berselisih
mengenai al-Qur’an sebagai obat dan al-Qur’an sebagai penawar,
Menguraikan pengobatan ala nabi (Tibbun Nabawi) beserta rincian
hadis dan penerapannya, pemaparan mengenai pijat refleksi dengan
dibantu media pengobatan ala nabi maupun tanaman herbal, dan juga
penafsiran beberapa ulama mengenai ayat-ayat syifā’.
Bab III, di bab tiga ini, penulis menguraikan mengenai riwayat
perjalanan hidup Ustaz Nurokhman secara jelas selaku objek utama
dalam penelitian tersebut, lalu akan diuraikan mengenai karier dan
profesi beliau dari awal terjun di masyarakat hingga sekarang, dan
yang terakhir akan dirinci mengenai data para responden yang mana
mereka adalah orang-orang yang bersedia diwawancarai oleh penulis.
Bab IV, pada bab empat ini, penulis membahas tentang
pemahaman dan praktik penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk
pengobatan yang dilakukan oleh ustaz Nurokhman saja. Setelah
menjelaskan pemahaman ustaz Nurokhman, penulis akan
mendeskripsikan bagaimana praktik pengobatan yang dilakukan oleh
beliau. Terakhir, penulis mendeskripsikan bagaimana respon
masyarakat mengenai pengobatan menggunakan ayat al-Qur’an
tersebut.
Bab V, bab lima sebagai penutup, maka penulis selaku peneliti
akan menyampaikan kesimpulan secara umum dari pemaparan yang
telah dijelaskan di atas, dan memberikan saran sebagai masukan untuk
peneliti selanjutnya.
19
BAB II
PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM PRAKTIK
PENGOBATAN
A. Memahami Fungsi al-Qur’an sebagai Obat (Syifā’)
Living Qur’an pada hakikatnya bermula dari Fenomena Qur’an in
Everyday Life, yakni makna dan fungsi riil yang difahami dan
dialami masyarakat muslim. Dengan kata lain, living Qur’an yakni
memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan praksis di luar kondisi
tekstualnya. Pemfungsian al-Qur’an seperti ini muncul karena praktik
pemaknaan al-Qur’an yang tidak mengacu pada pemahaman atas
pesan tekstualnya, tetapi berlandaskan anggapan adanya ‘faḍīlah’ dari
unit-unit tertentu teks al-Qur’an bagi kepentingan praksis kehidupan
keseharian umat.1 Menurut hemat penulis, living Qur’an adalah ayat-
ayat al-Qur’an yang hidup di tengah masyarakat karena terdapat
keutamaan-keutamaan tertentu di dalamnya.
Sebelum membahas tentang obat, alangkah baikya mengetahui
terlebih dahulu mengenai sakit. Sakit sendiri berasal dari kata المريض yang artinya sakit, مرضى artinya berpenyakit.2 Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), sakit adalah rasa yang tidak nyaman di
tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu.3 Sakit adalah
pandangan atau persepsi seseorang bila merasakan kesehatannya
terganggu. Sedangkan obat (Syifā’) secara bahasa berasal dari bahasa
Arab yang berarti obat atau penawar. Dalam kamus al-Munjīd fi al-
1Didi Junaedi, “Living Qur’an, 172.
2Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus, 1327 3Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 5, Aplikasi Luring resmi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
20
lughah wa al-‘alam yang telah dikutip oleh al-Aswadi antara lain
diartikan sebagai obat dan kesembuhan. Dalam kamus al-Qur’an
karya Husain bin Muhammad, syifā’ diartikan dengan empat
pandangan, yaitu: senang, sehat, penjelasan, dan pinggir.4 Sedangkan
dalam kamus Munawwir, Syifā’ itu diartikan sebagai kesembuhan dan
pengobatan. Syafā-yasyfi-Syifā’an berarti menyembuhkan, as-Syifā’u
atau jamaknya asyfiah merupakan padanan kata dari al-dawā’u yang
berarti obat.5 Rasulullah SAW bersabda:
ر ال الق اج ال:م ادةق نق ز دآع ب هالا امعن دف ق ان ناح ةاون قص رأ ة:ق فاءورح وش اه رانم نالق زلم ون ن ولايزي
ؤمني للم الا ي دالظلم
ا خسار
Artinya: Dari Qatādah ia berkata : “ tidaklah seseorang duduk
bersama al-Qur’an lalu membacanya melainkan menambah atau
menguranginya kemudian membaca:
خسارا الا ولايزيدالظلمي ون ن زلمنالقرانماهوشفاءورحةللمؤمنيسراء:٨٢ ) )ٱل
Artinya : “ Dan kami turunkan dari al-Qur’an (sesuatu) yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan
bagi orang zalim(al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian ”
(Qs. Al-Isrā’/17 :82)6
Agar dapat mendalami pemaknaan Syifā’, maka perlu tinjauan dari
berbagai kitab tafsir. Dalam hal ini, M. Quraish Shihab menjelaskan
4Rohmatulloh, “Syifā’ Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran M. Quraish
Shihab, Fakḥruddin al-Razi, dan Ibnu Katṡīr)”, (Skripsi S1., IAIN Curup, 2019), 18.
5Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), 731.
6Athiq Bin Ghaits al-Balady, Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an(Semarang: CV. Toha
Putra, t.t), 21-22.
21
bahwa kata شفاء (Syifā’) biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan
digunakan juga dalam arti keterbebasan dari kekurangan, atau
ketiadaan aral dalam memperoleh manfaat.7 Menurut Hamka, dalam
penafsiran Qs. Al-Isrā’/17 :82, ditegaskan bahwa Syifā’ pada ayat
tersebut mengandung pengertian obat-obat dan rahmat bagi orang
yang beriman. Banyak penyakit yang dapat disembuhkan oleh ayat-
ayat al-Qur’an. Kesombongan adalah penyakit, maka kalau dengan
seksama dibaca ayat al-Qur’an yang menyatakan kebesaran dan kuasa
Allah, maka akan sembuhlah penyakit sombong itu. Kita insyaf bahwa
manusia adalah makhluk kecil yang berasal dari setitik mani.8 Lalu
penafsiran tentang ayat syifā’ yang lainnya yakni pada Qs. An-Naḥl/
16: 69. Menurut Hamka, pada kutipan ayat yang artinya “ padanya
ada obat bagi manusia”, yakni banyaklah penyakit yang dapat
disembuhkan dengan madu lebah itu, dan diakui khasiatnya baik oleh
dukun-dukun, tabib obat-obatan timur, ataupun dokter yang mendapat
pendidikan ilmu obat-obatan secara modern. Ada beberapa penyakit
yang dapat diobati dengan madu lebah, madu lebah itu pun tidak sama
warnanya dan tidak pula sama rasanya, menurut tanah dan tempat
lebah itu bersarang. Di Sumbawa didapati madu lebah yang agak
pahit, karena kembang yang disari oleh lebah itu memang pahit. Dan
kalau kita banding-bandingkan madu lebah diseluruh dunia ini, maka
madu lebah dari tanah Arablah yang amat terkenal paling banyak
khasiatnya dan lebih pekat dari pada madu dari daerah-daerah lain.9
7M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol.
7, Cet 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 532.
8Hamka, Tafsir al-Azhar, Jil. 6 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, T.t), 4106-
4107.
9Hamka, Tafsir al-Azhar, Jil. 5 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, T.t), 3933.
22
Menurut hemat penulis, penyakit yang dapat disembuhkan dengan
ayat al-Qur’an ada dua kriteria, yakni: Pertama, pada penafsiran Qs.
al-Isrā’: 82, Hamka menjelaskan Syifā’ sebagai pengobatan penyakit
rohani/ non-fisik yang berupa kesombongan, agar orang yang
memiliki sifat sombong itu membaca kalam Allah, sehingga hatinya
bercahaya. Kedua, pada penafsiran Qs. An-Naḥl: 69, Hamka
menjelaskan penafsiran Syifā’ sebagai obat penyakit jasmani/ fisik,
berupa madu lebah yang memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan
tubuh. Jadi, keterkaitan antara living Qur’an dan Fungsi al-Qur’an
sebagai obat sangat erat, yakni ayat-ayat al-Qur’an yang berada di
tengah masyarakat mempunyai fungsi sebagai obat segala peyakit,
baik penyakit jasmani maupun rohani sesuai dengan keutamaan
tertentu.
B. Sejarah Pengobatan Nabi (Ṭibbun Nabawi), Jenis dan Medianya
1. Ṭibbun Nabawi.
Ditinjau dari segi bahasa Ṭibbun Nabawi berasal dari bahasa
Arab, yakni al-Ṭibbu yang artinya dokter dan pengobatan. ‘Ilmu
al-Ṭibb yang artinya ilmu pengobatan.10 Sedangkan Nabawi
merupakan jamak dari nabiyyu yang artinya Nabi.11 Maka Ṭibbun
Nabawi adalah ilmu pengobatan Nabi. Rasulullah adalah
dokternya para dokter, beliau diajarkan dan dididik oleh Allah
melalui wahyu. Maka dari itu, hadis-hadis Rasulullah sudah lebih
dahulu mengenal tentang penyakit dan obatnya daripada kajian
lainnya.12 Ṭibbun Nabawi merupakan tata cara dan kaidah medis
10Ahmad Warson Munawwir, Kamus, 836.
11Ahmad Warson Munawwir, Kamus, 1375.
12Abdul Basith Muhammad Al-Sayyid, Metode Pengobatan Preventif Rasulullah
SAW, 1.
23
yang di contohkan oleh Rasulullah SAW yang diwariskan melalui
para sahabatnya yang mulia.13 Istilah Ṭibbun Nabawi sebenarnya
tidak ada pada zaman Rasulullah. Nabi pun tidak memberikan
istilah itu dengan sebutan Ṭibbun Nabawi. Namun istilah tersebut
muncul oleh para ahli medis muslim agar memudahkan
pengelompokkan jenis ilmu kedokteran. Istilah Ṭibbun Nabawi
merujuk pada ilmu pengobatan dengan cara nabi, sesuai dengan
petunjuk wahyu dan iman kepada Allah SWT, yang memberikan
penyakit dan juga menyembuhkannya.14
Ibn Qayyim al-Jauziyah mengklasifikasikan bahwa penyakit
ada dua macam, yaitu: Penyakit rohani dan penyakit jasmani.15
Dalam buku kenapa harus stres dijelaskan bahwa kebutuhan
rohani adalah kebutuhan yang tidak secara khusus berhubungan
dengan fisik tubuh, namun lebih menjurus pada kejiwaan.16Maka
dari itu, Penyakit rohani dapat disembuhkan dengan petunjuk yang
memberi kesembuhan, yakni dengan cara memperbanyak zikir dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan kebutuhan
jasmani adalah kebutuhan dasar fisiologis yang berkaitan langsung
dengan kelangsungan hidupnya, sehingga pemenuhannya tidak
dapat ditunda dan sangat mendesak.17 Maka dari itu, penyakit
jasmani dapat disembuhkan dengan obat berdasarkan petunjuk
13Muhammad Ihsan, “ Pengobatan Ala Rasulullah Saw sebagai Pendekatan
Antropologis Dalam Dakwah Islamiah di Desa Rensing Kecamatan Sakra Barat”
palapa:Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 4, no. 2, 2016, 156.
14Rizka Safrina Putri, “Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-qur’an dalam Terapi Ruqyah
Syar’iyyah di Yayasan Qur’anic Healing Internasional” (Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020), 24.
15Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 51-55.
16Samsul Munir Amin & Haryanto Al-Afandi, Kenapa Harus Stres (Terapi Stres Ala
Islam), Cet. 1 (Jakarta: AMZAH, 2007), 24.
17Samsul Munir Amin & Haryanto Al-Afandi, Kenapa Harus Stres, 9.
24
para dokter, yang ahli di bidangnya dan menjaga kesehatan tubuh,
karena bisa jadi sumber penyakit berasal dari makanan.
2. Jenis-jenis pengobatan ala Nabi Muhammad SAW
Ibn Qayyim al-Jauziyyah juga mengklasifikasikan sistem
pengobatan yang dilakukan Rasulullah SAW, menurut riwayat ada
tiga macam yakni: pengobatan secara alamiah, pengobatan secara
ruqyah (illahiah) dan kombinasi (penggabungan antara kedua-
duanya).
a. Pengobatan Secara Alamiah
Nabi Muhammad SAW memberikan tuntunan untuk
pengobatan dengan menggunakan pengobatan secara alami.
Pengobatan secara alami ini tidak bertentangan dengan
ketentuan syara’, di antara obat-obat alami (tradisional) ini ada
juga yang langsung diwahyukan Allah SWT kepada beliau
melalui ayat-ayat al-Qur’an.
Pada dasarnya, pengobatan secara alamiah ini
dikelompokkan menjadi 3 hal, sebagaimana disebutkan dalam
hadis berikut:
اءفلشاالصلىاللهعليهوسلمقبالننعاسبعنابنعيبجنبديعسنعاناورنةيكومجمةطرشولسعةبرشثلثف أن يلكانعتمى
)رواهالبخارى(
Artinya: Dari Sa’īd bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbās, dari Nabi
Muhammad SAW, beliau bersabda: “kesembuhan
(pengobatan) itu terletak pada tiga hal: meminum madu,
sayatan (goresan) pisau pembekam (pisau bedah) dan
pemanasan (penyetrikaan) dengan api. Dan aku melarang
ummatku berobat dengan mempergunakan penyetrikaan
dengan api itu” (H.R. Bukhari)
25
1) Madu
Rasulullah menyebutkan madu dalam hadis ini, bukan
berarti hanya madu jenis makanan dan minuman yang
dapat menyembuhkan penyakit. Namun karena banyaknya
manfaat yang dapat diperoleh dengan meminum madu
maupun mempergunakan madu sebagai obat bermacam-
macam penyakit.18 Madu adalah hidangan yang sempurna,
dengan madu menghasilkan kuatnya obat. Yang kuat
pengobatan dari madu, ialah sari semua kembang yang
telah merelakannya dihisap oleh lebah.19 Dalam kitab
Sunan Ibnu Majjah disebutkan mengenai manfaat madu
yakni:
ءلبالميظعهبصيلرهشلكاتاودغثلثقعلنم
Artinya: “ Barangsiapa meminum madu tiap-tiap pagi
tiga kali sebulan, maka ia tidak akan ditimpa oleh
penyakit-penyakit yang berat (bala’ yang besar)” (H.R.
Ibnu Majjah)
Maka dari itu, Rasulullah SAW selalu minum madu
dengan air sebelum makan. Dalam hal ini terkandung
suatu rahasia yang amat besar bagi pemeliharaan
kesehatan.20 Menurut hemat penulis, jika ditinjau dari
beberapa penjelasan mengenai madu, maka dapat
difahami bahwa manfaat madu sangatlah banyak, apalagi
18Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 36-37.
19Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Qur’an Sebagai Penyembuh, Terj. Achmad Sunarto, Cet.
1(Semarang : CV. Surya Angkasa Semarang, 1995), 2.
20Al-Imam Jalaluddien As-Suyuthy, Resep-resep Spesialis Ketabiban, Cet. 2(Solo: CV
Aneka, 1991), 186-187.
26
orang yang sakit menyembuhkannya dengan
menggunakan madu disertai dengan bacaan ayat al-
Qur’an.
2) Bekam.
Bekam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah mengeluarkan darah dari badan orang
(dengan menelungkupkan mangkuk panas pada kulit
sehingga kulit menjadi bengkak, kemudian digores dengan
benda tajam supaya darahnya keluar).21Bekam adalah
metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor
dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam dalam
bahasa Arab dikenal dengan sebutan hijamah, yang artinya
menghisap.22 Kata hijamah berasal dari bahasa Arab al-
hajjam berarti ahli bekam, al-hijmu berarti menghisap atau
menyedot, al-hajjam sama artinya dengan al-Massu yaitu
tukang menghisap atau tukang menyedot.23Sedangkan
dalam kamus Munawwir, kata hijamah berasal dari kata
al-hajjam berarti membekam, ihtajama artinya berbekam,
al-hijamah artinya pembekaman, dan al-muhjamu yang
berarti tempat yang dibekam.24
Terapi Hijamah atau Bekam sudah dikenal sejak
sebelum masa Rasulullah, bahkan terapi tersebut sudah
ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi dan menjadi
pengobatan tertua dalam sejarah. Sebelumnya. Terapi
bekam telah dilakukan pada zaman Nabi Lut sebelum
21Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 5
22Rizka Safrina Putri, “Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-qur’an ,“ 36.
23Syafeya Alkhaleda, “Terapi Hijamah (Bekam) Menurut Pendekatan Sejarah dan
Sunnah” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018), 5.
24Ahmad Warson Munawwir, Kamus, 240.
27
tahun 800 SM. Bekam dilakukan secara sembarangan,
yakni dengan melempari batu kepada orang asing yang
lewat, sehingga darahnya mengalir. Lalu orang yang
melempar batu meminta upah atas keluarnya darah kotor
tersebut. Walaupun tindakan tersebut memang tidak baik,
namun telah mengisyaratkan bahwa bekam sudah ada
sejak dahulu.25
Lalu seiring berkembangnya zaman, bekam atau
hijamah dikenal pada masa Rasulullah SAW. beliau
menggunakan kaca berupa cawan atau mangkuk tinggi.
Orang Cina menyebutnya ‘tanduk’, karena tanduk tersebut
sebagai pengganti dari kaca. Pada kurun abad ke-18,
masyarakat Eropa menggunakan lintah sebagai alat untuk
bekam. Lintah-lintah tersebut tidak diberi makan agar
lapar, saat diletakkan di tubuh manusia, maka dia akan
menghisap darah dengan efektif hingga kenyang lalu
jatuh, dan selesailah bekamnya.26
3) Kay
Kata kay berasal dari bahasa Arab dari kata kawā yang
artinya membakar, istakwā artinya dibakar dengan besi
dan mikwātu artinya besi untuk memberi cap/tanda.27Kay
adalah terapi pengobatan dengan menggunakan besi panas
yang ditempelkan ke bagian tubuh tertentu. Metode
pengobatan ini adalah peninggalan Timur Tengah, lalu
berkembang ke daerah Cina. Metode pengobatan ini
dengan menggunakan bara api yang menyala untuk
25Syafeya Alkhaleda,“Terapi Hijamah,” 23-24.
26Rizka Safrina Putri,“Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-qur’an ,“ 36.
27Ahmad Warson Munawwir, Kamus, 1241-1242.
28
menyudundutkan bagian tubuh tertentu. Kay terdiri dari
dua jenis, yaitu: pertama, kay yang dilakukan orang sehat
agar tidak sakit. Kedua, kay untuk mengobati luka yang
terus mengalirkan darah.28
Nabi Muhammad SAW menyebutkan juga dalam hadis
tentang pengobatan dengan panasnya api, karena hal ini
telah biasa dipakai oleh orang sejak zaman dahulu, jika
pengobatan dengan cara pertama (madu) dan kedua
(Bekam), tidak menghasilkan hasil kesembuhan orang
yang menderita penyakit, maka dengan cara terakhir yaitu
kay. Kalimat dalam hadis الكي عن أمت انى ان yang و
artinya “aku melarang umatku mempergunakan
penyetrikaan dengan api”, ini menunjukkan bahwa cara
pengobatan dengan menggunakan panas api adalah upaya
pengobatan cara terakhir dan tidak boleh terburu-buru
menggunakan cara ini. Karena hal ini akan menimbulkan
rasa sakit yang sangat berat di banding penyakitnya.29
Itulah beberapa uraian mengenai pengobatan alamiah
cara Nabi Muhammad SAW (Ṭibbun Nabawi). Namun
dalam hal ini, Narasumber yang penulis teliti
menggunakan cara alternatif berupa pijat refleksi dalam
menangani penyakit para pasiennya. Teknik memijat,
mengusap (mengurut), memanaskan dan menghangatkan
sebenarnya adalah keterampilan umum milik semua
bangsa, baik yang ahli ilmu pengobatan maupun orang
awam, bahkan dilakukan oleh anak-anak kecil sekalipun,
28Syafeya Alkhaleda,“Terapi Hijamah,” 76.
29Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 37.
29
dengan memijat dapat mengurangi rasa sakit.30 Maka
seiring berjalannya zaman, berkembangnya ilmu pijat
yang kini beraneka ragam, melahirkan salah satu pijat
yang mana pijat tersebut adalah salah satu teknik
pengobatan yang Ustaz lakukan sebagai narasumber dalam
penelitian ini. Pijat refleksi adalah salah satu proses
penyembuhan penyakit, dengan melakukan pemijatan
pada titik-titik tertentu pada bagian tubuh yang sakit.31
Teknik memijat yakni dengan menggunakan ibu jari
tangan, bisa juga memijat dengan ujung-ujung jari tangan,
dan bisa juga memijat dengan pangkal telapak tangan.32
b. Pengobatan secara Ruqyah
Ruqyah menurut bahasa diambil dari akar kata raqā bentuk
fiil madhi yang terdiri dari tiga huruf (ra, qaf dan alif), artinya
naik, gundukan tanah, atau bisa diartikan perlindungan.33
Sedangkan menurut istilah ruqyah adalah bacaan khusus yang
diucapkan untuk mengobati suatu penyakit, gangguan, atau
sebab-sebab yang bisa mencelakakan orang lain.34Ruqyah dalam
kamus Lisān al-‘Arāb adalah doa yang digunakan untuk
menyembuhkan seseorang yang terkena malapetaka atau dengan
kata lain, ruqyah adalah doa untuk segala penyakit yang
menimpa seseorang, baik penyakit fisik maupun non-fisik.
30Direktorat Pembinaan Kursus, Dkk, Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi Relaksasi, Cet.1
(Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), 1.
31Sugeng Dwi Triswanto, Pengobatan Alternatif, 5.
32Gatot M. Sahid Anwar dan MB. Rahimsyah AR, Pijat Refleksi dan Resep Ramuan
Tradisional (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, t.t), 5.
33Umi Dasiroh, “Konstruksi Makna Ruqyah Bagi Pasien Pengobatan Alternatif di
Kota Pekanbaru”,JOM Fisip, Vol. 4, no. 2, (2017), 7.
34Asrifin an Nakhrawie, Menguak Dunia Astral (Dunia Ghaib), Cet. 1 (Jakarta:
Lumbung Insani, 2012), 207.
30
Definisi tersebut bersifat umum, sedangkan definisi secara
khususnya, Ruqyah adalah pengobatan yang dilakukan
seseorang dengan cara membacakan al-Qur’an yang ditunjukan
kepada orang yang terkena sihir atau penyakit.35
Ada banyak hadis yang menerangkan tentang cara
pengobatan dengan cara ruqyah, salah satunya adalah hadis yang
di riwayatkan oleh Imam Muslim:
نع قالانجبيلعليهالسلماتىالنب هيلعىاللهلصأبسعيدالدريدأشكيت؟قال:ن عم ف قالجبيلعليهملسو السلمبسمف قال مم
الله حاسد عي او ن ف كل شر من و ي ؤديك داء منكل ارقيك الله )رواهمسلم(بسماللهارقيك يسفيك
Artinya: “Dari Abī Sa’īd Al-Khudrī, ia berkata: Bahwasanya
Jibril A.S datang kepada Nabi Muhammad SAW, lalu
berkata: ‘Ya Muhammad! Sakitkah engkau?’ Nabi berkata:
‘ya’. Maka Jibril a.s berkata: ‘Dengan nama Allah, aku
mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit yang
menimpamu dan juga dari setiap jiwa maupun mata orang
yang dengki. Allah akan menyembuhkan engkau. Dengan
nama Allah, aku akan melakukan ruqyah untukmu’. “ (H.R.
Muslim)
Hadis tersebut menunjukkan cara pengobatan dengan
ruqyah, yakni dengan melafazkan doa, baik dari al-Qur’an
maupun as-Sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit.36
Kebolehan menggunakan ruqyah ini sudah ada dasarnya berasal
tuntutan Rasulullah SAW, yaitu: sunah qauliyah (sabda
Rasulullah), sunah fi’liyah (perbuatan beliau), sunah taqririyah
35Kamarul Azuan Shah Bin Mohd Mashuti, “ Praktik Pengobatan di Sirrul Qur’an
Perak Malaysia di Tinjau dari Ajaran Islam” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, Medan, 2018), 39.
36Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 41.
31
(pengakuan atau pembenaran beliau terhadap jampi-jampi yang
dilakukan).37 Dalam pengobatan secara ruqyah ini, Nabi
Muhammad berusaha agar kaum muslimin mencari keridhoan
Allah SWT. yakni dengan lebih mendekatkan diri kepada-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Berikut ini adalah beberapa
contoh ruqyah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
ماخلق اعوذبكلماتاللهالامآتمنشر
Artinya: “ Aku berlindung dengan kalimat Allah yang
sempurna dari kejahatan yang telah ia ciptakan”
كلعيلامة اعوذبكلماتاللهالامآتمنكلشيطانوهامةومن
Artinya: “ Aku berlindung dengan kalimat Allah yang
sempurna dari segala gangguan syaitan, gangguan binatang
dan gangguan sorotan mata yang membawa akibat buruk
bagi apa yang dilihatnya”
عبادهومنهزاتتآماالاللهاتملكبذوعا منغضبهوعقابهومنشروانيضرون الشياطي
Artinya: “ Aku berlindung dengan kalimat Allah yang
sempurna dari kemurkaan dan siksa-Nya, dari kejahatan para
hamba-Nya, dari bisikan-bisikan syaitan dan kedatangan
mereka kepadaku”
ماخلقتآماالاللهاتملكبذوعا ولافاجرمنشر ب ر التلاياوزهنماوذرأوب رأ هاومنشر ماي عرجفي ماي نزلمنالسماءومنشر ومنشر
الليلوالن هارومن فت هاومنشر مايرجمن ذرأمنالارضومنشرطار طوارقالليلوالن هارالا نقايطرقبي رحشر
Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang
sempurna yang tidak dapat dilampaui baik oleh orang yang
37Perdana Akhmad, “Terapi Ruqyah Sebagai Sarana Mengobati Orang yang tidak
Sehat Mental”, Jurnal Psikologoi Islam, Cet.1, 2005, 91.
32
baik maupum orang yang maksiat dari kejahatan yang telah
diciptakannya, dijadikannya dan diperbuatnya. Juga dari
kejahatan yang turun dari langit maupun yang naik menuju
langit, dari kejahatan yang terjadi di atas bumi maupun
yang timbuil dari perut bumi, dari kejahatan dan kekacauan
(fitnah) yang terjadi pada malam maupun siang hari serta
kejahatan dari para tukang tenun (tukang ramal) pada
malam maupun siang hari kecuali ramalan yang baik-baik,
Ya Allah yang maha pengasih”38
Lafaz-lafaz ruqyah tersebut dapat menghilangkan
kemadharatan yang diderita seseorang, dan dapat
menghindarkan diri dari kemadharatan yang mungkin terjadi
setelah pengobatan dilakukan. Namun semua ini tergantung
kepada keimanan orang yang melakukan ruqyah.39
c. Kombinasi antara pengobatan Alamiah dan Ruqyah
نأرلقاولسعاليائفالشبمكيلع
Artinya: “ Hendaklah kalian mengambil manfaat dari dua
penyembuh, yaitu: Madu dan al-Qur’an”.
Ini merupakan kombinasi antara pengobatan secara alamiah
(kemampuan manusia) dengan pengobatan secara ruqyah ( doa
kepada Allah SWT dengan membacakan kalimat-kalimat
tertentu), antara pengobatan jasmaniah dan pengobatan
rohaniah, serta antara pengobatan bumi dan pengobatan
langit.40
38Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 43-44.
39Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 46.
40Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi,180.
33
3. Media Pengobatan
a. Media Pengobatan Nabi
- Air
Air merupakan benda yang hidup, sumber minuman dan
salah satu unsur alam ini.41Air merupakan materi kehidupan,
pemimpin minuman dan merupakan salah satu sendi
kehidupan alam. Bahkan air merupakan sendi yang asli,
langit diciptakan dari uap air dan bumi diciptakan dari
buihnya. Segala sesuatu menjadi hidup dari air.42Air zamzam
adalah pimpinan semua air, paling mulia, paling baik, paling
disukai jiwa, dan paling bernilai.43 Nabi Muhammad SAW
bersabda mengenai air zamzam:
مقساءفشوهادنسبملسميغادزوهيلعقف ممعطامعاطنإ
Artinya: “Sesungguhnya air zamzam itu adalah makanan
yang dimakan.” (H.R. Bukhari & Muslim). Para perawi
selain Imam Muslim menambahkan dalam sanadnya: “Dan
merupakan obat yang diminum”.44
- Madu Madu merupakan pemanis alami yang pertama dikenal
dalam sejarah manusia, sebelum manusia mengenal pemanis
baru seperti gula. Madu terbaik adalah yang paling jernih,
yang putih dan tidak tajam serta yang paling manis.45 Nabi
Muhammad meminum madu dicampur air di atas air liur
beliau (meratakannya) dengan air liur di sekeliling mulutnya.
41Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 152.
42Rizka Safrina Putri, “ Praktik Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an”, 37.
43Rizka Safrina Putri, “ Praktik Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an”,38.
44Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Sistem Pengobatan Nabi,152-153.
45Rizka Safrina Putri, “ Praktik Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an”, 38.
34
Cara ini merupakan rahasia yang sangat besar untuk
memelihara kesehatan.46 - Garam
Garam adalah pokok dari segala lauk pauk. Lauk pauk
menjadi enak dan lezat karena garam. Rasulullah SAW
bersabda: رالق رض ياللهعن هكال مناب ن انع اللهلوس لعاللهلىص هي )رواهابنماجه(حمللامكامداديسملسو
Artinya: Dari Anas bin Malik R.A, Rasulullah SAW
bersabda: “Pokok dari segala lauk pauk kamu adalah
garam”. (H.R. Ibnu Majah)
Garam cocok untuk tubuh manusia dan merupakan
makanan. Bisa digunakan apa saja dan dicampurkan dengan
apapun. Garam dapat menguatkan tubuh dan mencegah
kelumpuhan, mengobati luka agar tidakmelebar, dan juga
masih banyak manfaat lainnya.47
- Jintan Hitam (Habbatussauda’)
Habbatussauda’ termasuk ke dalam tumbuhan kala.
Habbatussauda’ atau jintan hitam adalah rempah yang bisa
juga digunakan sebagai tanaman obat.48 Hal ini telah
direkomendasikan oleh Rasulullah SAW:
ذهالبةبقالعليكمصلىاللهعليهوسلماللهلوسرنرضياللهعنهاةري رهبأنعالسام)رواهالبخارىومسلم( كلداءالا هاشفاءمن السوداءفانفي
46Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 180.
47Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 170.
48Rizka Safrina Putri, “ Praktik Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an”, 40.
35
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda:” Hendaklah kamu perhatikan
jintan hitam ini, maka sesungguhnya di dalamnya
terdapat bahan penyembuh untuk sesuatu penyakit
kecuali kematian” (H.R. Bukhari & Muslim)49
- Bawang
Bawang dapat menolak keracunan, membangkitkan selera
makan, menguatkan pencernaan, obat mabuk, menjernihkan
muka serta menghilangkan riak dan batuk.50
عنةشائعنع ارضيالله سنها اناتالقف لبصلانعتلئا امعطرخكانفيهبصل)رواهأبوداود(صلىاللهعليهوسلم هلكا
Artinya : Dari Aisyah R.A, bahwasanya ia ditanya oleh
orang tentang bawang, maka ia berkata : “Sesungguhnya
makanan yang terakhir dimakan Rasulullah SAW dalam
makanannya adalah bawang”. (H.R. Abu Dawud) 51
Bawang merah berkhasiat menurunkan gula darah pada
penderita diabetes, menurunkan tekanan darah tinggi,
menambah sistem kekebalan tubuh, dan anti serangan
kanker. Sedangkan bawang putih berkhasiat menurunkan
kolesterol, menyembuhkan asma, dan menyembuhkan
leukimia.52
49Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 174.
50Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 156.
51Ibn Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, 155 .
52M.B. Rahimsyah, Penyembuhan Alami dengan Herbal dan Pijat Refleksi, (Dunia
Media, t.t), 31.
36
b. Tumbuhan Herbal.
- Kayu Putih
Kayu putih berupa pohon yang tidak begitu tinggi dengan
percabangan menggantung. Kulit batangnya mengelupas
sedikit-sedikit dan empuk jika dipegang. Minyak atsiri dari
daun kayu putih ini berkhasiat sebagai obat luar maupun obat
dalam, seperti: sakit perut, demam, kejang, dan peluruh
keringat.53
- Daun Kelor
Kelor adalah sebuah tanaman berupa perdu dengan tinggi
10 m, daunnya kecil berbentuk bundar telur tersusun
majemuk. Bunganya berwarna putih kekuningan namun di
bagian bawah pangkalnya berwarna hijau, buahnya
memanjang 30 cm. Daun kelor ini berkhasiat untuk obat
pegal linu, nyeri sendi dan reumatik. Di samping itu, daun
kelor juga bisa untuk sayuran maupun lalapan.54
- Daun Sirih
Daun Sirih termasuk tumbuhan merambat dengan akar
lekat. Daun mudanya berwarna kekuningan, sedangkan yang
tua berwarna hijau tua. Letaknya berseling dan tersebar
dengan daun penumpu. Tanaman ini banyak dipakai sebagai
tanaman pagar. Sirih berkhasiat sebagai pembersih luka
maupun untuk membersihkan bagian tubuh yang terinfeksi,
bisa juga untuk obat mimisan, obat bisul dan membersihkan
mata.55 Bisa juga untuk menghilangkan bau badan, gangguan
53Yoanna & Yovita, Tanaman Obat, 39.
54Yoanna & Yovita, Tanaman Obat, 40.
55Yoanna & Yovita, Tanaman Obat, 80.
37
saluran pencernaan, meluruhkan ludah, dan menghentikan
pendarahan.56
- Cocor Bebek
Cocor bebek adalah jenis herba berdaging yang berasal
dari Madagaskar. Daunnya memanjang atau bulat telur
dengan ujung tumpul tepi beringgit, helai daunnya tebal
mengandung air, tangkai daunnya bersayap dan dapat di
kembangbiakkan menjadi tanaman baru. Khasiat cocor bebek
untuk mengobati penyakit wasir, nyeri lambung, muntah
darah, radang telinga, dan sakit kepala.57
- Jarak
Jarak tumbuh liar di hutan, tanah kosong, sepanjang
pantai atau sebagai komoditi perkebunan. Bisa juga tumbuh
di areal yang tidak subur sekalipun. Khasiatnya untuk
mengobati sulit buang air besar, kanker mulut rahim dan
kulit, sulit melahirkan, tetanus, epilepsi, bronchitis anak,
TBC kelenjar, dan schizophrenia.58
- Kumis Kucing
Daunnya berbentuk bundar telur, sedikit lonjong dan
memanjang. Tepi daun bergigi dan berbulu halus dan ujung
pangkalnya meruncing. Daun kumis kucing berkhasiat
mengobati kencing batu, peluruh air kencing dan ginjal.59
56M.B. Rahimsyah, Penyembuhan Alami, 25.
57Yoanna & Yovita, Tanaman Obat, 27.
58Yoanna & Yovita, Tanaman Obat, 33.
59Yoanna & Yovita, Tanaman Obat, 59.
38
- Lidah Buaya
Lidah buaya berkhasiat untuk sembelit, kejang pada anak,
kurang gizi, batuk, muntah darah, kencing manis, wasir,
peluruh haid, dan penyubur rambut.60
C. Tafsir Ayat-ayat Syifā’
Al-Qur’an sebagai obat telah ditegaskan Allah SWT dan
Rasulullah SAW, baik dalam al-Qur’an maupun as-Sunah. Penulis
akan melampirkan ayat-ayat al-Qur’an yang sering dipakai untuk
pengobatan secara umum.
1. Penafsiran Qs. Al-Isrā’ /17: 82
خسارا الا ولايزيدالظلمي ون ن زلمنالقرانماهوشفاءورحةللمؤمنيسراء:٨٢ ) )ٱل
Artinya : “ Dan kami turunkan dari al-Qur’an (sesuatu) yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman,
sedangkan bagi orang zalim(al-Qur’an itu) hanya akan
menambah kerugian ” (Qs. Al-Isrā’: 82)61
Menurut M. Quraish Shihab kata شفاء (Syifā’) biasa diartikan
kesembuhan atau obat, dan digunakan juga dalam arti
keterbebasan dari kekurangan, atau ketiadaan aral dalam
memperoleh manfaat. M. Quraish Shihab juga berpandangan
ketika mengomentari pendapat para ulama bahwa ayat-ayat al-
Qur’an dapat mengobati segala penyakit jasmani. Menurut beliau,
bukanlah penyakit jasmani, melainkan itu adalah penyakit rohani
(jiwa) yang berdampak pada jasmani. Lanjutnya, tidak jarang
60M.B. Rahimsyah, Penyembuhan Alami,18.
61Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung : Syamil Qur’an, 2009), 290.
39
seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena
adanya ketidak seimbangan rohani.62
Thabathaba’i memahami bahwa fungsi al-Qur’an adalah
sebagaimana yang telah dikutip oleh M. Quraish Shihab yakni:
al-Qur’an sebagai obat dalam arti menghilangkan dengan bukti-
bukti yang dipaparkan aneka keraguan (syubhat), serta dalih yang
boleh jadi hinggap di hati setiap orang. Hanya saja beliau
menggaris bawahi bahwa penyakit-penyakit tersebut berbeda
dengan kemunafikan apalagi kekufuran. Di tempat lain dijelaskan
bahwa kemunafikan adalah kekufuran yang di sembunyikan,
sedangkan penyakit kejiwaan adalah keraguan dan kebimbangan
batin yang dapat hinggap di hati orang-orang beriman. Mereka
tidak wajar dinamakan munafik apalagi kafir, tetapi tingkat
keimanan mereka masih rendah.63
Rahmat adalah kepedihan di dalam hati karena melihat ketidak
berdayaan pihak lain, sehingga mendorong yang pedih hatinya itu
untuk membantu menghilangkan atau mengurangi ketidak
berdayaan tersebut, ini adalah rahmat manusia/ makhluk. Rahmat
Allah difahami dalam arti bantuan-Nya, sehingga
ketidakberdayaan itu bisa ditanggulangi. Thabathaba’i pun
mengungkapkan bahwa rahmat-Nya adalah limpahan karunia-
Nya terhadap wujud dan saran kesinambungan wujud serta aneka
nikmat yang tak terhingga.
Ayat ini membatasi rahmat al-Qur’an untuk orang-orang
mukmin, karena merekalah yang berhak menerimannya sekaligus
62Nurul Hikmah, “Syifa Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Surat al-Isra (17): 82,
Q.S. Yunus (10): 57 dan Q.S. an-Nahl (16): 69 Dalam Tafsir al-Misbah)”, (Skripsi S1.,
Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 47.
63M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 532.
40
paling banyak memperolehnya. Akan tetapi, ini bukan berarti
bahwa selain mereka tidak memperoleh walau secercah dari
rahmat-Nya. Perolehan mereka yang sekedar beriman tanpa
kemantapan, jelas lebih sedikit dari perolehan orang mukmin, dan
perolehan orang kafir atas orang mukmin lebih sedikit dibanding
orang-orang yang sekadar beriman.64 Kesimpulannya adalah ayat
tersebut menjelaskan bahwa al-Qur’an sebagai suatu rahmat,
petunjuk dan penawar (obat penyembuh) bagi orang-orang
mukmin.
2. Penafsiran Qs. Yunus/ 10: 57
ي هاٱلناسقدجاأءتكمموعظةمنربكموشفاأءلمافٱلصدوروهدىورحة يأ للمؤمني)يون : ٥٧(
Artinya : “ Wahai manusia! sungguh, telah datang kepadamu
pelajaran (al-Qur’an) dari tuhanmu, penyembuh penyakit yang
ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman ” ( Qs. Yunus: 57)65
Menurut M. Quraish Shihab, ayat tersebut menegaskan bahwa
al-Qur’an adalah obat bagi apa yang terdapat dalam dada.
Penyebutan kata dada yang diartikan dengan hati, menunjukkan
bahwa wahyu-wahyu ilahi itu berfungsi menyembuhkan
penyakit-penyakit rohani, seperti: ragu, dengki, takabur, dan
semacamnya. Memang, oleh al-Qur’an hati ditunjuknya sebagai
wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan
menolak, bahkan hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui. Hati
64M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 533.
65Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 215.
41
juga mampu melahirkan ketenangan dan kegelisahan serta
menampung sifat-sifat baik dan terpuji.66
Dalam tafsir al-Misbāh, M. Quraish Shihab mengutip
pendapat sufi besar, yakni al-Hasan al-Baṣri, sebagaimana dikutip
berdasarkan riwayat Abū as-Syaikh berkata: “Allah menjadikan
al-Qur’an obat terhadap penyakit-penyakit hati, dan tidak
menjadikannya obat untuk penyakit jasmani.” Hal ini menyatakan
bahwa M. Quraish Shihab lebih berpendapat bahwa al-Qur’an
adalah obat untuk penyakit rohani saja.
Jika kita fahami dari pendapat M. Quraish Shihab di atas, dan
yang telah dikutipnya dari beberapa mufassir, mengindikasikan
bahwa jika benar, ia kurang setuju dengan pendapat yang
menyatakan bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit
jasmani, maka harus ada argumen lain yang dapat dijadikan
sandaran untuk mendukung pendapatnya. Sebab menurut beliau,
memang bisa saja al-Qur’an dijadikan sebagai obat untuk
penyakit yang bersifat jasmani, namun hanya berlaku untuk
penyakit jiwa yang stabil, seperti: sesak nafas, panas dingin, atau
semacam penyakit pengaruh kemasukan syaitan (gila).
Jadi, menurut M. Quraish Shihab, ayat al-Qur’an di atas dapat
dijadikan sebagai obat penawar segala macam penyakit rohani
(hati) manusia, namun terkadang juga dapat dijadikansebagai
obat penawar bagi penyakit jasmani, namun penyakit yang
bersifat stabil saja.67
66M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol.
6, Cet 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 102.
67Nurul Hikmah, “Syifa Dalam Perspektif Al-Qur’an”, 53.
42
3. Penafsiran Qs. an-Naḥl/ 16: 69
شراب بطونا من يرج ذلل ربك سبل فٱسلكى ٱلثمرت منكل كلى لك إنفذ نهۥفيهشفاأءللناس (٦٩ )النحل:يةلقومي فكرونلاملفألو
Artinya : “Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-
buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang berfikir” (Qs. An-Naḥl: 69) 68
Pada potongan ayat للناس شفاأء M. Quraish Shihab ,فيه
mengemukakan teori konfrontasi dari dua pendapat, yakni:
pendapat yang menyatakan bahwa madu adalah obat untuk segala
penyakit, dan pendapat yang menyatakan bahwa madu bukanlah
obat untuk semua penyakit. Pendapat pertama, yakni para ulama
yang menyatakan bahwa madu adalah obat bagi segala
penyakit,karena ada redaksi di dalam ayat tersebut yang artinya:
di dalamnya terdapat obat penyembuhan bagi manusia. Mereka
juga merujuk kepada salah satu hadis yang diriwayatkan Imam
Bukhari bahwa pada zaman Rasulullah ada sahabat yang
mengadukan sakit perut, lalu oleh Rasulullahdisarankan agar
memberinya minum madu, setelah saran tersebut dilaksanakan,
sakit sahabat tersebut tidak juga sembuh. Lalu sahabat tersebut
mengadu dan sekali lagi juga Rasulullah menyarankan hal yang
sama hingga berulang untuk ketiga kalinya, kemudian Rasulullah
bersabda: “Allah maha benar, perut saudaramu berbohong. Beri
minumlah ia madu.” Sang sahabat pun kembali memberi
68Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 274.
43
saudaranya madu, dan kali ini ia sembuh. (H.R. Bukhari Muslim,
melalui Abu Sa’id al-Khudri).69
Lalu pendapat yang kedua, menyatakan bahwa madu
bukanlah obat segala penyakit, karena dewasa ini banyak dokter
menasihati kepada orang yang mengidap diabetes misalnya untuk
tidak mengkonsumsi madu. M. Quraish Shihab pun mengutip
pendapat Ibn ‘Asyur yang mengisyaratkan pendapat tersebut, jika
madu adalah obat segala penyakit, seakan-akan madu adalah
wadah dan obat yang telah berada di dalam madu itu tersebut.
Wadah biasanya selalu lebih luas dari apa yang ditampungnya, ini
berarti tidak semua obat itu ada di dalam madu tersebut. Dengan
demikian, tidak semua obat dapat diobati dengan madu, karena
tidak semua obat berada di dalamnya.70
4. Penafsiran Qs. Asy-Syu’arā’/ 26: 80
ي ف ش ي و ه ف ت رض ام ذ (٨٠ )الشعراء:وإArtinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku” (Qs. Asy-Syu’arā’: 80) 71
Dalam ayat tersebut, M. Quraish Shihab menyatakan
dua perbedaan dalam redaksi ayat tersebut. Perbedaan
pertama, penggunaan kata idża (apabila) dan mengandung
makna besarnya kemungkinan atau bahkan kepastian
terjadinya apa yang dibicarakan, dalam hal ini yakni
sakit. Ini mengisyaratkan baik sakit berat maupun ringan,
fisik atau non-fisik merupakan suatu keniscayaan hidup
manusia. Perbedaan kedua, redaksi ayat yang artinya
69M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol.
7, Cet 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 254.
70M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 255.
71Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 370.
44
“apabila aku sakit” bukan “apabila Allah menjadikan aku
sakit”. Dalam hal penyembuhan, secara tegas beliau
menyatakan bahwa yang melakukannya adalah Dia
(Allah), tuhan semesta alam.72
Jadi, menurut hemat penulis, penafsiran M.Quraish
Shihab mengenai ayat tersebut yakni: segala yang buruk
adalah penyebab dari diri sendiri, sedangkan segala
kebaikan dalam hal ini penyembuhan hendaknya
disandarkan kepada Allah tuhan semesta alam.
72M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol.
10, Cet 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 69.
45
BAB III
PROFIL USTAZ NUROKHMAN DAN PERANANNYA BAGI
MASYARAKAT DESA LINGGAPURA
A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan Ustaz
Nurokhman.
Nurokhman S.Pd.I atau biasa dipanggil Ustaz, lahir di Jakarta pada
tanggal 14 Maret 1971. Usianya kini menginjak 49 tahun. Beliau
berdakwah sejak usia belia hingga sekarang memiliki empat orang
anak. Ustaz Nurokhman mengawali pendidikannya di MI Al-Islamiah
Barupring Kab. Brebes (1980-1982), namun tidak sampai lulus karena
beliau pindah sekolah ke SD Negeri Tunon 02 Kab. Tegal (1983-
1985). Lalu pendidikannya dilanjutkan ke MTs Assalafiyah Kodya
Tegal (1986-1987), namun beliau juga tidak sampai lulus karena
pindah ke MTs Al-Hikmah 1 Benda (1988-1989) sambil nyantri di
Ponpes Al-Hikmah 1 Benda, pendidikannya berlanjut hingga jenjang
MA Al-Hikmah 1 Benda sambil nyantri di pesantren yang sama.
Setelah lulus kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di Institut
Agama Islam Bhakti Negara (IBN) Kab. Tegal, di Fakultas Tarbiyah
selama dua tahun (1992-1993), Lalu pendidikannya di lanjutkan
dengan menimba ilmu menjadi santri di Pesantren Hidayatullah Jawa
Timur (1994), lalu dilanjutkan mendalami ilmu tauhid di Musholla
Daarul Iman Kediri, Jawa Timur (1995), dan selang dua tahun beliau
mendalami ilmu zikir di pesantren Darul Iman Tasikmalaya, Jawa
Barat (1997).
Lalu tahun berikutnya beliau mengikuti DAI Transmigrasi di
Yayasan Darmais Bogor selama satu bulan dan pada bulan berikutnya
Ustaz Nurokhman beserta istri berangkat ke Pidie, Nangroe Aceh
46
Darussalam untuk menyiarkan agama islam di sana (1998-1999).
Selang empat tahun kemudian, beliau melanjutkan perjalanan
menimba ilmunya di Sekolah Tinggi Agama Islam Cirebon (STAI
Cirebon) mengambil pendidikan D II Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar/ MI selama tiga tahun (2003-2005). Lalu setelah lulus
beliau melanjutkan perjalanan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Brebes, Program Pendidikan S1 Fakultas Tarbiyah
selama empat tahun (2006-2009).
Asal mula praktik pengobatan menggunakan al-Qur’an ini pada
tahun 1997. Pada waktu itu ada salah satu teman beliau yang sakit,
lalu oleh beliau diobati dengan dibacakan ayat al-Qur’an kemudian
berangsur sembuh dengan izin Allah. Akhirnya dari mulut ke mulut,
warga menganggap Ustaz bisa mengobati orang yang sakit. Seiring
berjalannya waktu, warga berbondong-bondong mendatangi kediaman
Ustaz Nurokhman untuk mengobati penyakitnya yang bermacam-
macam. Ada di antara mereka yang sakit fisik dan juga non-fisik,
kemudian oleh Ustaz diobati dengan bacaan al-Qur’an yang rata-rata
hasilnya bisa sembuh dengan kekuasaan Allah SWT.
Ustaz mendapatkan ilmu tentang pengobatan tidak serta-merta
berguru langsung kepada kiai-nya saja, tetapi juga beliau dapatkan
dari buku bacaan mengenai pengobatan yang pernah diberikan oleh
kyai-nya ketika beliau menyantri di Pesantren Darul Iman
Tasikmalaya, namanya Kiai Emon Rasman, buku tersebut berupa
zikir pengobatan. Lalu seiring dengan perkembangan tentang
pengobatan, Ustaz mendalami pemahamannya dengan buku-buku
bacaan yang terkait dengan pengobatan, terutama ayat-ayat al-Qur’an
yang berhubungan dengan pengobatan. Namun demikian, sepanjang
praktik pengobatannya sang Ustaz tidak pernah memasang tulisan
47
atau papan penanda bahwa beliau menerima orang yang datang untuk
berobat, karena Ustaz menganggap hal tersebut sebagai kegiatan
sampingan selain pekerjaan pokoknya mengajar di beberapa sekolah.
Selain ustaz Nurokhman, sebenarnya ada salah satu warga lain di
Desa Linggapura yang juga turut mempraktikan pengobatan dengan
menggunakan ayat-ayat al-Qur’an. Beliau bernama Pak Saan, tidak
dipanggil ustaz oleh warga karena Ia belajar ilmu pengobatan dari
ustaz Nurokhman. Dari seringnya bergaul dan menekuni apa yang
dipelajari dari ustaz Nurokhman, pak Saan bisa mempraktikan sedikit-
sedikit ilmu pengobatan yang dipelajarinya dari ustaz Nurokhman
tersebut.
B. Karier Ustaz Nurokhman
Awal kariernya yaitu saat ia lulus MA ALHIKMAH 1 Benda, lalu
ia tularkan ilmunya ke lingkungan sekitar di Tegal (tempat tingal
orangtua). Saat itu lingkungan tempat tinggalnya masih banyak orang
yang masih kurang pengetahuan agama, Musala digunakan sebagai
tempat mabuk-mabukan dan berjudi. Sebagai lulusan santri, ia merasa
harus turun tangan untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar.
Selang berjalannya waktu, ia mendirikan perkumpulan-perkumpulan
yang bertujuan mempererat ikatan silaturahmi dan saling merangkul
dalam kebaikan, di antara perkumpulan tersebut adalah: Ikatan
Remaja Musholla Baiturrochim (IRMISBACH), perkumpulan IPNU-
IPPNU Tunon, perkumpulan pengajian ibu-ibu, perkumpulan remaja
putri dan pengajian anak-anak. Setelah beberapa lama, musala yang
biasa digunakan untuk berjudi dan mabok-mabokan lalu lambat laun
kebiasaan tersebut hilang, warga pun banyak yang sudah mengikuti
jalan yang benar dan akhirnya banyak di antara mereka menaruh rasa
48
simpati terhadap Ustaz Nurokhman.
Enam tahun kemudian, beliau mengikuti pelatihan DAI
Transmigrasi, dan setelah usai pelatihan beliau dipilih menjadi DAI
dengan syarat sudah ada mahrom. Pada tahun itu juga Ustaz menikah
dengan seorang wanita dari kota yang sama yaitu Tegal, kemudian
esoknya langsung berangkat ke Pidie (Nangroe Aceh Darussalam)
untuk menyiarkan agama islam (1998). Setelah sembilan bulan
kemudian, terjadi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang
mengharuskan Ustaz bersama istri dan anaknya yang masih bayi
merah harus pulang kembali ke jawa, tepatnya di Tunon (Tegal). Lalu
setelah satu tahun di Tegal tanpa pemasukan, Ia pun merantau ke
Jakarta, Tepatnya di Tanjung Priuk (Jakarta Utara) untuk berjualan
rokok di sana. Setelah satu bulan, ia pindah ke Ceger (Jakarta Selatan)
untuk berjualan rokok juga. Namun karena tidak ada kemajuan,
akhirnya ia memutuskan kembali pulang ke kota Tegal. Lalu setelah
beberapa bulan di Tegal, Ustaz Nurokhman memutuskan untuk
tinggal mandiri bersama keluarga kecilnya pergi bersama ke
Linggapura (Brebes) yang mana tempat ini adalah tempat pertama
sang Ustaz sekolah dan rumah peninggalan kakek buyutnya.
Setelah beberapa minggu di Linggapura, pemilik yayasan MTs.
Nurul Hikmah Barupring (H. Sholihin) menarik ia untuk mengajar di
MTs Nurul Hikmah Barupring karena saat itu kekurangan guru SKI
(Sejarah Kebudayaan Islam). Sebagai lulusan dari beberapa pesantren,
ia pun tak kuasa menolak untuk menularkan ilmu yang telah ia dapat,
akhirnya ia terima ajakan tersebut. Dari MTs ini, ia baru merasakan
mengajar di pendidikan formal, karena selama ini hanya mengajar di
majelis-majelis yang ia bentuk saat di Tegal. setelah beberapa tahun
mengajar di MTs, kepala sekolah MDA (Madrasah Diniah Awaliyah)
49
menarik ia untuk mengajar di sana, ia pun menerima ajakan tersebut.
Ia pun bekerja di dua tempat, yakni pada pagi hari mengajar di
pendidikan formal (MTs Nurul Hikmah Barupring), dan siang hari
mengajar di pendidikan non-formal (Madrasah Diniyah Awaliyah).
Setelah beberapa tahun kemudian, ada peluang kerja menjadi
perangkat desa. Pada saat itu ada penyaringan kaur (kepala urusan)
desa Linggapura, ia pun mendaftarkan diri dan akhirnya terjaring dan
bekerja di Balai Desa. Namun ia hanya dapat bertahan lima tahun saja
karena lambat laun ia merasa fisiknya sudah tidak sekuat saat masih
muda, ia lelah karena mengajar pada pagi hari dan di lanjut siang
harinya. Akhirnya ia pun berhenti bekerja di Balai Desa, dan tetap
meneruskan mengajar di MTs dan MDA hingga saat ini. Terkadang
ada warga yang datang ke rumah untuk mengobati penyakitnya
maupun untuk meminta solusi permasalahan dalam kehidupan, Ustaz
pun dengan ikhlas dan senang hati membuka pintu selebar-lebarnya.
C. Peran Sosial Keagamaan Ustaz Nurokhman bagi Warga Desa
Linggapura
Penduduk Desa Linggapura terdiri dari 10.970 jiwa. Yang terdiri
dari 3397 kepala keluarga (KK) dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah penduduk berdasarkan KK
No. Tingkatan Jumlah
1 KK Kaya 1345
2 KK Sedang 1865
3 Rumah Tangga Miskin 187
Jumlah KK 3397
Sumber : Pemerintahan Desa Linggapura Kecamatan Tonjong
Kabupaten Brebes 2019
50
Tabel 3.2
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-laki 5564
2 Perempuan 5406
Jumlah total 10970 Jiwa
Sumber: Pemerintahan Desa Linggapura Kecamatan Tonjong
Kabupaten Brebes 2019
Masyarakat Desa Linggapura berdasarkan kondisi ekonomi,
mereka didominasi oleh masyarakat yang berpenghasilan sedang.
Desa Linggapura rata-rata penghasilan dari pekerjaan PNS
(Pegawai Negeri Sipil) dengan persentase 30%, sedangkan 70 %
yakni ada yang petani, peternak, pembuat gula jawa, bercocok
tanam dan lain sebagainya.1 Namun sekarang keadaan ekonomi
semakin kritis di karenakan adanya pandemi covid-19, otomatis
penghasilan masyarakat menurun, banyak pekerja yang di
keluarkan, akibatnya masyarakat banyak yang kekurangan baik
dari aspek sandang pangan maupun papan.2
Adapun kondisi pendidikan masyarakat Desa Linggapura adalah
rata-rata pendidikan sampai jenjang SMA/sederajat. Namun
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal memang
ada, terbukti beberapa di antara mereka setelah usai
SMA/sederajat yang melanjutkan ke jenjang akademik yang
mayoritas dengan bantuan beasiswa, adapun yang non-beasiswa
sangat sedikit.3 Sedangkan pendidikan infomal pun dianggap
sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Anak kecil sekitar
1Jami’in (Kepala Dusun Linggapura), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 10 Mei 2020, Jawa Tengah.
2Slamet (Ketua RT 06), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah, Brebes, 20 Mei
2020, Jawa Tengah.
3Jami’in, Wawancara.
51
usia 6-10 tahun belajar agama di Madrasah Diniyah Awaliyah
(MDA), adapun anak yang berusia 11-14 tahun belajar agama di
Madrasah Diniyah Wustha (MDW), dan pengajian iqra dan al-
Qur’an ba’da maghrib.
Begitupun peran Ustaz Nurokhman bagi masyarakat
Linggapura sangat besar. Ia menjalani prosesi sebagai Ustaz dan
guru yang harus bisa melayani kebutuhan masyarakat, tidak hanya
tentang pendidikan agama atau juga aspek pengajaran di sekolah,
atau layaknya tokoh agama yang menjadi pemimpin non-formal di
lingkungan sekitar tempat tinggal, tetapi juga sering didatangi
masyarakat untuk menyelesaikan berbagai permasalahan ataupun
berobat seperti yang penulis teliti dalam skripsi ini. Beberapa acara
keagamaan yang menjadi tradisi budaya di Linggapura melibatkan
peran Ustaz Nurokhman sebagai tokoh agama. Beberapa acara
hajatan seperti: pernikahan, syukuran kehamilan, tahlilan, dan
lainnya, mereka mempercayakan acara tersebut dipimpin oleh
Ustaz. Ada juga beberapa warga yang mengeluhkan konflik rumah
tangga seperti: perceraian, perselingkuhan atau lain-lain, warga
mendatangi Ustaz Nurokhman untuk meminta solusi jalan
keluarnya. Rata-rata dari mereka oleh Ustaz diberikan nasihat dan
wejangan, setelah itu Ustaz memberikan air putih yang di
dalamnya sudah dibacakan ayat al-Qur’an dan doa-doa. Bahkan
jika ada warga yang benar-benar perlu bantuan Ustaz di waktu
istirahat pun dengan ikhlas beliau membantu. Pernah saat tengah
malam ada warga memanggil Ustaz karena keluarganya ada yang
memiliki amalan khusus dan tidak kuat dengan amalan tersebut
sehingga dia berteriak-teriak tengah malam, warga tersebut
memanggil Ustaz agar menenangkan keluarganya yang teriak-
52
teriak tersebut. Lalu oleh Ustaz dibacakan ayat-ayat ruqyah
syar’iyyah hingga kurang lebih 90 menit kemudian orang tersebut
tertidur.4 Begitupun untuk warga yang mengeluhkan penyakit,
ustaz ikhtiar dengan membacakan ayat al-Qur’an diiringi pijat
refleksi dan tumbuh-tumbuhan herbal serta media pengobatan nabi.
D. Biodata Singkat Responden
a. Nama : Sa’an
Usia : 51 tahun
Pekerjaan : Buruh dan Petani
b. Nama : Khaerunisah
Usia : 40 tahun
Pekerjaan : Pedagang
c. Nama : Bachtiar Rifa’i
Usia : 51 tahun
Pekerjaan : Tukang Batu
d. Nama : Siti Fatimah
Usia : 45 tahun
Pekerjaan : Menjahit
e. Nama : Elfi Nurkumala
Usia : 46 tahun
Pekerjaan : Guru
f. Nama : Axella Rose Cavalera
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Karyawan
g. Nama : Slamet
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Tukang Ojek
h. Nama : Abdul Aziz
Usia : 39 tahun
Pekerjaan : Buruh Bangunan
4Elfi Nurkumala (Istri Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 12 November 2020, Jawa Tengah
53
BAB IV
PEMAHAMAN USTAZ NUROKHMAN DAN PRAKTIK
PENGOBATANNYA MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
A. Pemahaman Ustaz Nurokhman terhadap Ayat-ayat Pengobatan.
Dalam mendeskripsikan pemahaman terhadap ayat-ayat
pengobatan, penulis hanya akan mendeskripsikan pemahaman Ustaz
Nurokhman saja. Dalam hal ini akan diuraikan bagaimana
pemahaman ustaz Nurokhman dalam memilih ayat-ayat al-Qur’an
dalam praktik pengobatannya di desa Linggapura kecamatan Tonjong
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Hal ini dilandasi dengan kenyataan
bahwa ilmu yang didapatkan oleh Pak Saan juga berasal dari
pengajaran Ustaz Nurokhman, sehingga tidak berbeda secara
substantif.
Menurut ustaz Nurokhman, ayat-ayat yang akan dijelaskan di
bawah ini merupakan ayat-ayat al-Qur’an yang memang sering
digunakan sebagai media pengobatan. Dikatakan oleh beliau bahwa
karena setiap penyakit ada karakternya tersendiri, maka ayat-ayat al-
Qur’an yang digunakan dalam terapi pengobatan juga berbeda-beda,
tergantung apa dan bagaimana kondisi penyakitnya, baik untuk
penyakit yang bersifat fisik maupun non-fisik. Tidak lupa ustaz
menjelaskan pula bahwa kesembuhan yang diperoleh tentunya
merupakan karunia yang terjadi dengan izin Allah SWT. Lanjutnya,
pemilihan ayat-ayat al-Qur’an yang dibacakan juga di bedakan antara
penyakit fisik dan non-fisik, yang tercangkup dalam ayat-ayat
pelindung dan ayat-ayat penyembuh, meski tidak menutup
kemungkinan juga ada sedikit kesamaan, karena memang ayat-ayat
tertentu memiliki keistimewaan tersendiri.
54
1. Ayat-ayat pelindung
Ketika diwawancarai tentang ayat-ayat apa saja yang
dikelompokkan sebagai ayat pelindung, maka ustaz Nurokhman
menjawab bahwa yang termasuk ke dalam ayat-ayat pelindung
adalah surah al-Fātiḥah, Surah Mu’awwidżatain (Surah Al-Nās dan
Surah Al-Falaq), Surah Al-Ikhlaṣ dan Surah Al-Baqarah ayat 255
(ayat kursi). Penjelasannya sebagai berikut:
a. Qs. al-Fātiḥah: 1-7
نيالدموي كالمميحالرنحالريمالعالبرلدملابسماللهالرحنالرحيمالصندهايعسنك إودبعن ك إ تمعن أ نيذالاطرصميقسمالاطر(٧ -١ )الفاتحة: يلآالضلاومهيلعبوضغماليغمهيلع
Artinya : Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha
penyayang, Segala puji bagi Allah tuhan seluruh alam,
Yang Maha pengasih Maha penyayang, Pemilik hari
pembalasan, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan,.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang
yang engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka
yang di murkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”
(Qs. al-Fātiḥah: 1-7)1
Menurut pemahaman ustaz Nurokhman, surah al-Fātiḥah
berfungsi sebagai benteng dari segala penyakit dan sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan, baik gangguan
zahir maupun gangguan batin. Surah al-Fātiḥah disebut
Fawātiḥ as-Suwār atau as-Sab’ul Matṡāni, yakni tujuh yang
diulang dan Umm al-Kitāb karena merupakan induk dari al-
Qur’an. Maka dari itu segala keberkahan dan kebaikan
terdapat di dalam Surah al-Fātiḥah. Walaupun semua surah di
1Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1.
55
dalam al-Qur’an memiliki keistimewaan, namun Surah al-
Fātiḥah memiliki keistimewaan tersendiri karena mendapat
sebutan tersebut. Karena terdapat keistimewaan ini, Surah al-
Fātiḥah menjadi lantaran wasilah untuk terapi pengobatan.
Pernah terjadi pada zaman Rasulullah, beberapa sahabat
sedang berjalan di perkampungan, dan kepala suku di
kampung itu tersengat binatang berbisa. Sudah dicari
pengobatannya ke mana saja namun belum menemukan
obatnya. Kemudian salah satu keluarga dari kepala suku
melihat gerombolan sahabat yang sedang melewati rumahnya,
lalu salah satu dari sahabat nabi dipanggil oleh keluarga kepala
suku untuk dimintai pertolongan. Sahabat nabi lalu membaca
Surah al-Fātiḥah yang dibacakan sebanyak tujuh kali pada
kepala suku sambil memegang pada bagian yang sakit, karena
keyakinan dan keimanannya yang sangat kuat kepada ayat-
ayat Allah SWT, maka kepala suku tersebut langsung sembuh
seketika.
Dari kisah tersebut dapat difahami, bahwa Surah al-Fātiḥah
dapat dijadikan benteng penyakit dengan keimanan yang kuat
kepada Allah SWT. Surah al-Fātiḥah pun selalu dibaca setiap
berdoa karena surah tersebut adalah kunci, baik untuk
pengobatan penyakit maupun untuk segala problematika
kehidupan.2
2Nurokhman (Terapis), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah, Brebes, 23 Juli
2020, Jawa Tengah.
56
b. Surah al-Mu’awwidżatain (Qs. al-Nās dan Qs. al-Falaq)
الناس ملقلاعوذبرب الوسواسسالهالناكالناس الذيمنشر الناس(٦ -١ )الناس:نةوالناسمنالسوسفصدورالناسي و
Artinya: 1. Katakanlah, aku berlindung dari tuhannya
manusia 2. Rajanya manusia 3. Tuhannya manusia 4. Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang tersembunyi 5. Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia 6. Dari
(golongan) jin dan manusia. (Q.s. an-Nās: 1-6)3
قق ل فل ال ذب رب و قاع اخل م ر ش
ن بم قاذاوق غاس ر ش ن وم ر ش
ن وم عقد ثتفال حاسداذاحسدالن ف شر
(٥ -١ )الفلق:ومن Artinya: 1. Katakanlah, aku berlindung kepada tuhan yang
menguasai subuh (fajar) 2. Dari kejahatan (makhluk) yang
dia ciptakan 3. Dan dari kejahatan malam apabila telah
gelap gulita 4. Dan dari kejahatan(perempuan-perempuan)
penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya) 5. Dan
dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. (Qs. Al-
Falaq : 1-5)4
Kedua surah tersebut adalah surah penjagaan, benteng dan
pelindung. Surah al-Nās sendiri memiliki keistimewaan untuk
mengobati penyakit yang berkaitan dengan hati, sedangkan
Surah al-Falaq sebagai obat penyakit yang berkaitan dengan
hal supranatural (merasa mempunyai gangguan tetapi secara
kenyataan tidak ada orang yang mengganggu). Ini bisa saja
terjadi karena permainan jin-jin jahat, baik jin itu didatangkan,
maupun jin itu datang sendiri. Kalau jin yang didatangkan
biasanya adalah kolaborasi antara manusia dengan dukun,
misalkan untuk menghancurkan seseorang. Terkadang kalau
3Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 604.
4Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 604.
57
yang dituju imannya tipis maka mudah sekali orang tersebut
terkena gangguan dari jin jahat tersebut. Sedangkan kalau jin
itu datang sendiri berarti atas kemauan sendiri, maka dari itu
Nabi Muhammad SAW bersabda: ‘jika waktu maghrib hampir
tiba, hendaknya pintu-pintu rumah ditutup rapat, anak kecil
dimasukkan ke dalam rumah, dan lubang-lubang ditutup
dengan menyebut nama Allah’ yakni basmallah, ta’awudż atau
Surah al-Falaq, maka jin yang pada saat itu akan memasuki
rumah kita, dengan pertolongan Allah, makhluk tersebut tidak
akan berani masuk apalagi membahayakan.
Surah al-Falaq juga alangkah baiknya selalu dibaca saat
mau tidur berbarengan dengan Surah al-Nās dan Surah al-
Ikhlaṣ. Surah-surah tersebut dibaca lalu ditiupkan pada tangan,
lalu tangan tersebut diusapkan ke wajah dan seluruh tubuh
agar melindungi diri dari gangguan makhluk jahat ketika tidur.
Manusia mudah diganggu pada saat tidur saat indra
keenamnya terbuka, makhluk jahat mudah memasuki tubuh
manusia. makanya ada orang yang mudah mimpi buruk itu
karena permainan jin jahat, karena orang tersebut tidak
berdoa.5
c. Qs. al-Ikhlaṣ: 1-4
احد قلهوال الي ولدالصمد يلدول يكنلهل كفوااحدول
(٤ -١ )الاخلص:
Artinya: 1. Katakanlah (Muhammad) dialah Allah yang
maha Esa 2. Allah tempat meminta segala sesuatu 3. Allah
5Nurokhman, Wawancara.
58
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan 4. Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan dia. (Qs. al-Ikhlaṣ: 1-4) 6
Surah al-Ikhlaṣ pun memiliki keistimewaan tersendiri.
Rasulullah pernah menyatakan ‘Barang siapa yang membaca
surah al-Ikhlaṣ sama dengan membaca sepertiga isi al-
Qur’an’. Surah al-Ikhlaṣ adalah surah penjagaan, karena di
dalamnya sudah jelas tentang pengakuan keesaan Allah SWT.
Surah al-Ikhlaṣ adalah pelindung bagi orang-orang yang ingin
selamat dalam mengarungi perjalanan hidup. Praktiknya pun
digabung dengan surah Mu’awwidżatain yang sudah
dipaparkan di atas. Urutannya yakni membaca surah al-
Fātiḥah dulu satu kali atau tiga kali, yang penting hitungannya
ganjil karena Allah itu ganjil dan Allah menyukai yang ganjil.
Lalu membaca Surah al-Ikhlaṣ, lalu disambung dengan bacaan
surah al-Mu’awwidżatain (Surah al-Nās dan Surah al-Falaq)
dibaca masing-masing satu kali semua, lalu ditiupkan ke air,
kemudian sisanya disapukan ke tubuh. Biasanya ini dilakukan
pada pasien yang terkena gangguan makhluk jahat. Walaupun
tidak sembuh secara total, namun dalam hatinya ada
ketenangan.7
d. Qs. al-Baqarah: 255 (Ayat kursi)
لاتخذه ٱلقيوم هوٱلى لاأإلهإلا ت ٱل و لهۥمافٱلسم ۥسنةولان وم يشفع ٱلذى ذا من أيديهمومافٱلرض بي ما ي علم بذنهۦ إلا عندهۥأ
كرسيه وسع شاأء با إلا علمهۦأ من بشىء ييطون ولا خلفهم وماٱلعظيم وهوٱلعلى ولاي ودهۥحفظهما توٱلرض و (٢٥٥ )البقرة: ٱلسم
6Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 604.
7Nurokhman, Wawancara.
59
Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang
dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar. (Qs. al-Baqarah: 255) 8
Walaupun semua ayat dalam al-Qur’an memiliki
keistimewaan, namun ayat yang dijelaskan berdasarkan hadis
nabi memiliki keistimewaan tersendiri. Asal muasal ayat kursi
yakni pada zaman nabi Muhammad SAW ada salah satu
sahabat nabi, kalau tidak salah bernama Abu Hurairah R.A
yang diamanatkan untuk menjaga gudang zakat di Baitul Māl.
Ketika malam ada orang datang mengambil beras yang ada di
gudang tersebut. Lalu perihal tersebut diadukan kepada Nabi
Muhammad SAW, namun beliau sudah tahu, dan kata Nabi
nanti malam orang tersebut akan datang lagi. Ternyata ketika
sudah malam, benar perkataan Nabi orang tersebut datang lagi
dan mengambil beras di gudang, lalu penjaga gudang tersebut
mengadukan kepada Nabi Muhammad SAW, beliau sudah
tahu dan beliau berkata nanti malam orang tersebut akan
datang lagi. Ternyata ketika sudah malam, benar perkataan
Nabi orang tersebut datang lagi dan mengambil beras di
gudang, akhirnya penjaga gudang tersebut bersiap-siap untuk
menangkap orang tersebut karena hampir tiga kali mengambil
beras zakat baitul māl. Kalau ketiga kali ini masih mengambil
8Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 42.
60
juga akan ditangkap oleh penjaga tersebut. Saat waktunya tiba,
ternyata orang tersebut datang lagi, dengan sigap penjaga
tersebut menangkap lalu ditanya, singkat cerita orang tersebut
adalah jin, dan jin tersebut memberitahu bahwa kalau ingin
hartanya aman maka bacalah ayat kursi, maka tidak akan
diganggu makhluk jahat, padahal dirinya sendiri adalah jin.
Dari kisah tersebut maka jelas bahwa ayat kursi memiliki
keistimewaan yang sangat banyak. Terutama yang berkaitan
dengan hal supranatural, yang tidak bisa dijangkau oleh akal,
biasanya karena permainan jin, syaitan, kolaborasi manusia
dan dukun dan lain sebagainya. Ayat kursi tersebut adalah
pamungkas untuk menghancurkan permainan-permainan
tersebut.
Bahkan ada sebuah keterangan dalam buku yang dibaca
Ustaz, kalau ingin rumahnya terbebas dari gangguan maka
bacalah Ayat Kursi sebanyak tiga kali pada air, lalu
dicipratkan ke pojok-pojok rumah, karena makhluk jahat
menyukai tempat pojokan. Ayat Kursi juga bisa untuk
Muta’awwiż (perlindungan) dibaca ketika keluar rumah, di
samping doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
ميظعاليلعالاللهبلااةوق لاولوحلاىاللهلعتلكوت اللهمسب
Ditambah juga baca Ayat Kursi setelahnya, ini berguna
barangkali ada hal-hal di luar kemampuan manusia tentang
suatu musibah, maka oleh Allah akan dihindarkan.9
9Nurokhman, Wawancara.
61
2. Ayat Penyembuh
Ketika diwawancarai mengenai ayat-ayat yang dikelompokkan
ke dalam ayat penyembuh, maka Ustaz menjawab bahwa ayat-ayat
yang termasuk ke dalam bagian ayat penyembuh adalah Surah at-
Taubah: 14, Surah Yūnus: 57, Surah al-Naḥl: 69, Surah al-Isrā’:
82, Surah asy-Syu’arā’: 80, dan Surah Fuṣhilat: 44. Penjelasannya
sebagai berikut:
a. Qs. At-Taubah/ 9: 14
(١٤الوبة:)ويشفصدورق وممؤمني
Artinya: “serta melegakan hati orang-orang yang beriman.”
(Qs. At-Taubah: 14)10
Tujuan ayat tersebut dijadikan penyembuh karena
kebanyakan penyakit manusia berasal dari hati. Hati adalah
kerajaan tubuh yang akan menjadikan tubuh itu baik atau
buruk. Maka dari itu, orang-orang yang ingin terhindar dari
penyakit hati maka harus kembalinya kepada Allah dengan
membaca ayat tersebut. Atau kalau tidak bisa membaca maka
boleh dibacakan orang lain pada air, dibaca dengan hitungan
ganjil lalu ditiupkan ke air kemudian diminumkan. Bisa juga
pasien yang sakit ini membaca sendiri dengan dibimbing oleh
Ustaz.11
b. Qs. Yūnus/ 10: 57
ي هاٱلناسقدجاأءتكمموعظةمنربكموشفاأءلمافٱلصدوروهدىورحة يأ (٥٧ : يون ) للمؤمني
10Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 189.
11Nurokhman, Wawancara.
62
Artinya: “Wahai manusia! sungguh, telah datang kepadamu
pelajaran (al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh penyakit
yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang
yang beriman.”(Qs. Yūnus: 57) 12
Maksud ayat فٱلصدور لما yakni penyembuhnya شفاأء
adalah dengan kuasa Allah SWT karena Allah adalah zat yang
menyembuhkan, maka manusia yang mempunyai penyakit
meminta kesembuhan kepada Allah SWT yang mampu
memberikan kesembuhan. Maka kesalahan besar, apabila ada
orang yang memiliki penyakit hati berupa kebimbangan, was-
was dan penyakit hati lainnya lalu larinya kepada selain Allah.
Misalkan maaf larinya kepada orang yang dianggap pintar
menjernihkan solusi yakni kepada dukun ataupun paranormal.
Manusia ini kebanyakan memilih yang instan, yang mana
paranormal ini memberikan jaminan, kalau tidak sembuh uang
kembali. Ini jaminan manusia yang sifatnya langsung (instan),
walaupun bisa sembuh pada saat itu, namun tidak bisa sembuh
untuk selanjutnya. Karena penyakit hati ini harus diiringi
dengan aktifitas rohani dalam dirinya yakni berupa dżikrullah
(menyebut nama Allah) atau membaca ayat penyembuh
tersebut.13
c. Qs. Al-Naḥl/ 16: 69
بطوناشراب من يرج ذلل ربك سبل فٱسلكى ٱلثمرت منكل كلى ملف للناس شفاأء فيه نهۥ ي فكرونألو لقوم لءاية لك ذ ف النحل:) إن٦٩)
12Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 215.
13Nurokhman, Wawancara.
63
Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-
buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.”(Qs. An-Naḥl: 69) 14
Ayat tersebut juga sebagai penyembuh. Dalam ayat ini
Allah menciptakan lebah, lebah mengeluarkan madu, madu
mengeluarkan bermacam-macam warna, di dalamnya
mengandung obat penyembuh. Maka, di samping ayat yang
dibaca, madu yang dijelaskan pada ayat ini juga dapat
digunakan untuk meyembuhkan berbagai macam penyakit.
Misalkan sakit sariawan, sakit perut, dan juga untuk
menambah daya tahan tubuh. Praktiknya bisa saja madu
dituangkan ke satu sendok teh, lalu dicampur dengan air dalam
gelas, lalu diaduk sampai tercampur rata. Sebelum
diminumkan kepada si sakit, alangkah baiknya membaca
surah al-Fātiḥah, surah al-Nās, surah al-Falaq dan Surah al-
Ikhlaṣ, lalu disambung dengan surah al-Naḥl ini, baru setelah
itu diminumkan ke pasien yang sakit.15
d. Qs. Al-Isrā’/ 17: 82
خسارا ولايزيدٱلظلميإلا ون ن زلمنٱلقرءانماهوشفاأءورحةللمؤمني (٨٢: الاسراء)
14Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 274.
15Nurokhman, Wawancara.
64
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an (sesuatu) yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman,
sedangkan bagi orang zalim(al-Qur’an itu) hanya akan
menambah kerugian.”(Qs. Al-Isrā: 82)16
Ayat tersebut sebagai penyembuh berbagai penyakit.
Dilihat dari ayat tersebut, dapat difahami bahwa al-Qur’an
diturunkan sebagai obat dan rahmat untuk orang yang
beriman. Al-Qur’an sendiri adalah mukjizat terbesar yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, maka kita sebagai
umatnya mengharapkan berkah dari al-Qur’an. Selayaknya
memanfaatkan fasilitas yang ada, daripada menyimpang ke
hal-hal yang tidak baik. Misalkan banyak beban pemikiran
atau mempunyai penyakit hati, maka bacalah ayat tersebut
dengan penuh keyakinan dan kemantapan di dalam hati.17
e. Qs. Asy-Syu’arā’/ 26: 80
(٨٠: الشعراء) وإذامرضتف هويشفي
Artinya : “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkan aku” (Qs. Asy-Syu’arā’: 80) 18
Pada ayat tersebut, kita harus memiliki keyakinan bahwa
yang menyembuhkan segala penyakit adalah Allah SWT.
Ustaz hanyalah ikhitiār (usaha) sebagai manusia dan yang
memiliki kehendak menyembuhkan hanyalah Allah SWT. Kita
mengetahui penyakit yang pasien rasa karena menanyakan
terlebih dahulu terkait penyakitnya. Maka tanpa campur
tangan kekuasaan Allah, Ustaz pun tidak akan bisa
16Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 290.
17Nurokhman, Wawancara.
18Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 370.
65
menyembuhkan pasien. Untuk itu, dalam hal ini Ustaz selalu
menggunakan ayat al-Qur’an sebagai wasilah kekuasaan Allah
untuk menyembuhkan orang sakit.19
f. Qs. Fuṣhilat/ 41: 44
(٤٤فصلت:) قلهوللذينءامنواهدىوشفاأء
Artinya: “katakanlah, Alqur’an itu petunjuk dan penawar
bagi orang-orang yang beriman.”( Qs. Fuṣhilat/ 41: 44) 20
Kalau ingin berobat dengan cara al-Qur’an, maka pasien
harus meyakini bahwa ayat al-Qur’an memang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit. Apalagi al-Qur’an adalah
mukjizat terbesar, maka keorisinilan al-Qur’an tidak di
ragukan lagi. Kalau ayat tersebut dibaca dengan kemantapan
dan hati penuh yakin, maka dapat melapangkan dada orang
yang beriman bahwa sang penyembuh dari segala penyakit
yakni Allah SWT, Baik penyakit fisik maupun non-fisik.21
Dari beberapa ayat pilihan tersebut, penulis menganalisa
bahwa ayat-ayat tersebut memiliki makna tertentu. Di
antaranya ada surah al-Fātiḥah (umm al-Qur’an) sebagai obat
penawar berbagai macam penyakit, ayat kursi sebagai terapi
terhadap perasaan takut, surah al-Mu’awwidżatain (surah al-
Falaq dan Al-Nās) untuk menghilangkan rasa cemas dan
gelisah dan surah al-Ikhlaṣ sebagai pelindung karena memiliki
keistimewaan mengandung sepertiga dari isi al-Qur’an. Di
surah lain ada juga surah yang menunjukkan bahwa Allah
ialah satu-satunya yang dapat menyembuhkan penyakit
19Nurokhman, Wawancara.
20Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 481.
21Nurokhman, Wawancara.
66
contohnya dalam surah an-Naḥl yang berkaitan dengan madu
yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. ada
juga yang yang berisi bahwa al-Qur’an turun sebagai obat
penawar yaitu di Surah al-Isra.
Dari makna ayat-ayat pilihan tersebut, penulis
menyimpulkan bahwasanya penyakit medis yang berhubungan
dengan Allah SWT, maka hendaknya diobati dengan pasien
menjaga iman dan takwanya kepada Allah, selalu
melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Sedangkan penyakit non-medis yang belum
jelas penyebab medisnya maka hendaknya memperbanyak
berzikir dan memohon pertolongan kepada Allah sang
pencipta segalanya termasuk rasa sakit itu sendiri, karena bisa
jadi penyakit tersebut berasal dari jin dan syaitan yang terdapat
di dalam tubuh manusia.
B. Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an untuk Pengobatan
Pengobatan adalah sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan
kebutuhan hidup manusia di dunia ini. Setiap orang yang merasakan
sakit, maka ia pun menginginkan obatnya. Maka dalam hal ini, orang
yang bisa mengobati adakalanya dokter (ahli medis) dan juga ada pula
kyai atau ustaz, tergantung pasien yang sakit mau berobat kemana.
Dokter mengobati pasien berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang
didapatkan dari pelajaran kesehatan atau dari dosen-dosennya ketika
duduk di bangku kuliah, sedangkan kiai atau ustaz mendapatkan ilmu
pengobatan karena kedekatannya dengan sang khalik, bisa juga lewat
perantara kiai-nya ketika di pesantren atau juga dengan menambah
67
wawasan dari buku-buku bacaan Islami yang mengulas tentang ilmu
pengobatan.
Ustaz Nurokhman ini mendapatkan ilmu pengobatan dari salah
satu kiai-nya ketika di pesantren lalu diamalkan di masyarakat.
Kemudian masyarakat menaruh kepercayaan pada Ustaz yang
dianugerahi kemampuan untuk menyembuhkan orang yang sakit
dengan perantara bacaan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa tertentu.
Adapun orang yang bisa mengobati menurut Ustaz adalah orang yang
senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,
ibadah wajib dan sunahnya kuat, iman dan takwanya teguh, selalu
ikhlas, dan hatinya selalu disandarkan kepada Allah penguasa alam
semesta, sehingga komunikasi antara hamba itu dengan tuhan-Nya
menjadi mudah karena tabir penutup telah terbuka, jikalau sudah tidak
ada noda hitam yang terdapat pada dirinya.
Begitu juga dengan pasien-pasien yang berobat ke Ustaz, mereka
dianjurkan agar mengamalkan segala kebaikan di dalam kehidupan
mereka. Pernah saat itu penulis berkunjung ke rumah Ustaz22 tak lama
kemudian ada pasien datang mengeluhkan sakit perut yang sangat
pedih. Pasien yang diketahui bernama Elfiah tersebut beralasan datang
ke Ustaz karena lebih dekat lokasinya dibanding ke dokter. Pasien tadi
lalu dipijat oleh Ustaz di bagian telapak tangan dekat dengan ibu jari,
sambil dibacakan surah al-Fātiḥah lalu ditutup dengan sebuah doa:
ب الرحيم الرحن الله بافالشاللهمسبسم بافكالاللهمس بافعمالاللهمس اللهمس ميلعالعيمالسوهوءآمالس فلاو ضرلاافئيشهاسعمرضييلاذال
Sebagai tambahan, Ustaz memberinya pucuk daun jambu yang
ditambah secuil garam yang dicampurkan kedalam segelas air hangat.
22Observasi penulis tanggal 26 Mei 2020.
68
Daun jambu sendiri mengandung senyawa yang berkhasiat untuk
mengobati penyakit diare dan sakit perut.23 Ustaz Nurokhman
meminta pasien untuk meminum ramuan tersebut, dan selang
beberapa menit sakitnya sembuh. Lalu Ustaz menyarankan agar
pasien ini sering berzikir menyebut nama Allah. Beliau juga
menasehatinya agar ibadah wajibnya dikuatkan lagi, dan jauhi segala
larangan-Nya. Nasihat di atas didasari alasan barangkali sakit yang
diderita ini adalah kejahatan dari syaitan, serta tak lupa ustaz
menyarankan agar pasien selalu menjaga kesehatan.
Pernah juga ada pasien yang datang ke rumah Ustaz ketika penulis
sedang berkunjung ke rumah beliau dalam kesempatan observasi
lainnya.24 Pasien yang bernama Bayu ini datang dan mengeluh bahwa
di dalam tubuhnya ada banyak jin sehingga setiap mendengar azan
berkumandang atau mendengar orang membaca al-Qur’an rasanya
sangat panas, lalu pasien tersebut ditanyai oleh ustaz apakah salatnya
selalu dikerjakan? Ustaz juga bertanya apakah si pasien ini
mempunyai amalan tertentu, sehingga jin merasuki tubuhnya?
Mendengar pertanyaan tadi, si pasien mengiyakan bahwa dia
menggunakan amalan tertentu, lalu Ustaz memberikan minum yang
sebelumnya dibacakan Qs. Al-Baqarah: 255. Selang beberapa menit
kemudian, air yang diminum si pasien mulai menghasilkan reaksi,
ketika tetiba saja pasien tersebut kejang-kejang dengan mata melotot
kepada Ustaz. Pasien tersebut kemudian dibacakan surah al-Ikhlaṣ,
surah al-Falaq, Surah al-Nās, dan Surah al-Fātiḥah, serta dibacakan
doa pada telinga bagian kanannya sambil dipegang dahinya, doa
tersebut berbunyi:
23Yoana & Yovita, Tanaman Obat, 32 24Observasi penulis tanggal 10 April 2020
69
كيدؤي ئيشلكنمكيقرااللهمسب
Kemudian setelah beberapa jam pasien tersebut tak sadarkan diri dan
akhirnya jin yang kata Ustaz berjumlah ratusan itu keluar dari
tubuhnya. Setelah pasien sadar, Ustaz menyarankan agar ia selalu jaga
salatnya, selalu berzikir kepada Allah sang pencipta alam semesta,
menjalankan perintah-Nya dan juga menjauhi segala larangan-Nya.
Selain menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa yang
dibacakan secara langsung, pengobatan ini juga menggunakan
beberapa media pembantu, diantaranya adalah: daun kelor, minyak
zaitun, minyak kayu putih, garam, air doa, daun jarak, daun pepaya,
daun sirih, dan madu. Media-media pembantu tersebut mempunyai
khasiat bisa menyembuhkan segala penyakit, terlebih untuk kesehatan
di dalam tubuh. Dari hasil penelitian penulis, media-media tersebut
memiliki kegunaan yang sangat besar pada pengobatan menggunakan
al-Qur’an, salah satu manfaatnya untuk meregenerasi sel-sel jaringan
di dalam tubuh agar tidak rusak.
Rata-rata pasien yang sakit fisik maupun non-fisik yang berobat
ke Ustaz mendapat kesembuhan. Orang yang sakit fisik dapat diobati
dengan menggunakan khasiat ayat al-Qur’an dan doa tertentu
tergantung penyakitnya dan dibantu media lain yang telah tercantum
di atas. Salah satu pasien yang bernama Elfiah, yang telah penulis
uraikan deskripsi proses pengobatannya pada hasil observasi penulis
di atas, ketika ditanya bagaimana hasil pengobatannya ke ustaz
Nurokhman yang dibacakan ayat-ayat al-Qur’an, ia menjawab, “Entah
mengapa sakit perut yang tadinya terasa menusuk hampir ke ulu hati,
namun setelah diobati oleh Ustaz alhamdulillah dirasakan mendingan,
apalagi setelah diberi pucuk daun jambu ditambah garam dan air
70
hangat, setelah itu rasanya perut saya langsung sembuh dan tidak sakit
lagi”.25
Adapun pasien yang mengeluhkan sakit non-fisik diobati dengan
dibacakan doa dan ayat al-Qur’an dan diberi nasihat-nasihat tertentu
yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam hal ini salah satu
pasien yang bernama Bayu yang telah penulis paparkan deskripsinya
dalam observasi yang penulis lakukan diatas, setelah diruqyah oleh
Ustaz dengan ayat al-Qur’an dan doa, selang dua hari kemudian
pasien Bayu ini merasakan sembuh total. Karena tidak memungkinkan
bertemu dengan Bayu secara langsung, maka penulis mewawancarai
Pak Saan yang menjadi tetangga samping rumah pasien Bayu. Penulis
bertanya kepada Pak Saan, bagaimana keadaan Bayu ketika dulu
pernah kerasukan jin dan kemudian dibawa berobat ke Ustaz? Pak
Saan menjawab, “Setelah berobat ke Ustaz dia sempat hampir gila dan
rasanya bukan seperti dirinya lagi, namun saya selalu mengingatkan
Bayu agar memperbanyak berzikir menyebut nama Allah. Lalu selang
dua hari setelahnya alhamdulillah ia merasakan dirinya sembuh dari
sifat hampir gila itu, dan kini ia sudah sembuh total dan kembali
merantau lagi ke Jakarta.”26
C. Respon Masyarakat Linggapura
Dalam ranah publik, al-Qur’an bisa berfungsi sebagai pengusung
perubahan, pembebas masyarakat tertindas, pencerah masyarakat dari
kegelapan dan kemujudan, pendobrak sistem pemerintahan yang
zalim dan amoral, penebar semangat emansipasi, serta penggerak
25Elfiah (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 28 Juni 2020, Jawa Tengah.
26Saan (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 28 Juni 2020, Jawa Tengah.
71
transformasi masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.
Sedangkan dalam ranah privat, al-Qur’an bisa menjadi syifā’ (obat,
penawar dan pemberi solusi) untuk pribadi yang tengah dirundung
kesedihan, ditimpa musibah serta didera persoalan hidup. Dalam hal
ini, ayat-ayat al-Qur’an berfungsi sebagai terapi psikis penawaran dari
persoalan hidup yang di alami seseorang. Jiwa yang sebelumnya resah
dan gelisah menjadi tenang dan damai ketika membaca dan meresapi
ayat-ayat tersebut. Disisi lain, ada juga yang menjadikan surat atau
ayat tertentu sebagai syifā’atau obat dalam arti yang sesungguhnya,
yaitu untuk mengobati penyakit fisik.27
Menurut Ustaz, penggunaan ayat-ayat dalam pengobatan menjadi
bukti bahwa al-Qur’an tetap hidup di tengah masyarakat yang
difungsikan sebagai pedoman dan petunjuk untuk berbagai
permasalahan, terutama manfaatnya yang sangat dahsyat, al-Qur’an
dapat mengobati berbagai penyakit sesuai Qs. Al-Isrā’/ 17: 82, bahwa
al-Qur’an turun menjadi obat penawar dan rahmat untuk orang-orang
yang beriman, sedangkan untuk orang yang tidak beriman hanya akan
merasakan kerugian karena tidak merasakan manfaatnya karena tidak
mengetahui keunggulan al-Qur’an.28
Dari hasil wawancara dan observasi penulis terhadap warga yang
pernah berobat ke Ustaz Nurokhman, respon mereka menyatakan
adanya pengaruh positif dari praktik pengobatan yang dilakukan
beliau. Salah satu testimoni diungkapkan seorang warga yang
bernama Saan (51 tahun), ketika ditanya tentang pengalaman berobat
kepada ustaz Nurokhman ia mengungkapkan rasa syukurnya bahwa
badannya merasa fit setelah dipijat oleh ustaz. Ia mengatakan,
27Didi Junaedi, “Living Qur’an, 172.
28Nurokhman (Terapis), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah, Brebes, 16 Juni
2020, Jawa Tengah.
72
“Alhamdulillah setelah dipijat oleh Ustaz rasanya enakan dan fresh.
Saya sering berobat ke Ustaz dan terkadang konsultasi mengenai
permasalahan hidup juga.”29
Bahkan, selain meminta dipijat Saan juga sedikit demi sedikit
belajar ilmu pengobatan kepada Ustaz Nurokhman, sehingga jika
terkadang ada orang datang kepadanya meminta bantuan untuk
diobati atau untuk mengadukan masalah tertentu, maka ia akan
berupaya membantu. Ia tegaskan bahwa yang ia lalui adalah tentunya
memijat diiringi doa dan bacaan al-Qur’an. Ia mengatakan bahwa
Intinya ia belajar banyak kepada Ustaz Nurokhman tentang ilmu
pengobatan dan alhamdulillah bisa ia terapkan di kehidupan sehari-
hari.
Pengaruh positif yang dirasakan Saan dalam bentuk kesembuhan
mungkin dipengaruhi aspek sugesti dirinya, sehingga ia
membandingkan saat berobat kepada ustaz Nurokhman dirasakannya
memiliki pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketika ia berobat
ke dokter. Entah berlebihan atau tidak, ia mengatakan kepada penulis
bahwa ketika berobat ke dokter justru ia merasakan penyakitnya
tidak kunjung sembuh. Berbeda dengan ketika datang berobat ke
Ustaz, ia mengatakan bahwa hasilnya sangat memuaskan bagi dirinya.
Ia memberi alasan bahwa saat berobat ke Ustaz, ia merasakan Allah
benar-benar memberikan pertolongan dengan memberikan
kesembuhan kepadanya melalui perantaraan Ustaz, sehingga sakit
yang saya rasakan dengan mudah menjadi hilang.
Hampir sama dengan Saan yang merasakan efek langsung
kesembuhan ketika datang berobat ke ustaz Nurokhman, seorang
warga yang bernama Khaerunnisah (40 tahun) memberikan testimoni
29Sa’an, Wawancara, Brebes, 13 Mei 2020, Jawa Tengah.
73
tentang kehadiran Allah dalam memberikan kesembuhan pada
pengobatan yang dilakukan ustaz. Ia mengatakan, “Setelah berobat ke
Ustaz alhamdulillah dengan izin Allah saya sembuh dan merasa
enakan.” Ia melanjutkan, “Perasaan saya kalau dipijat dengan bacaan
ayat al-Qur’an itu efeknya langsung, berbeda kalau periksa ke dokter,
sembuhnya bertahap.”30
Begitulah, pengaruh positif dari pengobatan yang dilakukan oleh
Ustaz Nurokhman yang menggunakan ayat-ayat al-Quran juga
dirasakan oleh Bachtiar Rifa’i (51 tahun), ketika itu dia sakit lambung
lalu ia memeruksakan sakitnya ke dokter dan diiringi pijat refleksi,
hasilnya bisa sembuh sampai sekarang. ”Kalau periksa ke dokter
untuk dapat obat, sedangkan kalau berobat ke Ustaz untuk dipijat di
titik tertentu agar memperlancar peredaran darah.”31 Hasil wawancara
Bachtiar Rifa’i ini tidak jauh berbeda dengan warga lainnya, yakni
Siti Fatimah (45 tahun) yang ketika itu memiliki keluhan darah tinggi
lalu memilih berobat ke Ustaz, “sakit saya kan darah tinggi, jadi lebih
baik ke Ustaz saja biar dipijat di titik tertentu untuk memperlancar
peredaran darah.”32 Begitu tuturnya.
Di lain waktu penulis mewawancarai warga lain dengan
pertanyaan yang berbeda dari sebelumnya. Ada salah satu warga
bernama Axella (21 tahun), yang ketika penulis tanya tentang
testimoninya setelah berobat ke Ustaz, dia mengatakan bahwa apa
yang dirasakannya adalah efeknya benar-benar luar biasa. Ia
mengatakan bahwa sakit telinga yang beberapa hari sangat
30Khairunnisah (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah, Brebes, 20 September 2019, Jawa Tengah.
31Bachtiar Rifa’i (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah, Brebes, 20 September 2019, Jawa Tengah.
32Siti Fatimah (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 20 September 2019, Jawa Tengah.
74
meresahkan dirinya akhirnya bisa sembuh seketika berkat pertolongan
Ustaz. Efek kesembuhannya sangat cepat setelah dipijat di saluran
yang menghubungan ke telinga sambil dibacakan doa oleh Ustaz,
menurut penulis itu sangat berlebihan karena bisa sembuh sekejap
seperti sulap, namun begitu kenyataan hasil wawancara penulis
dengannya, “oleh Ustaz saya disarankan agar memperbanyak minum
air putih”.33
Begitulah pernyataan Axella yang juga tak jauh berbeda dengan
testimoni Slamet (50 tahun). Dia lupa kapan tepatnya saat berobat ke
Ustaz saat itu. Ia juga tidak ingat saat itu ia sakit apa, karena
waktunya sudah lama sekali. Namun ada hal yang sangat dia ingat.
Katanya, dia bisa sembuh seketika itu juga, “Setelah dipijat oleh
Ustaz, alhamdulillah sakit saya beneran langsung sembuh.”34 begitu
tuturnya. Oleh Ustaz dia disarankan agar memperbanyak zikir
menyebut nama Allah.
Pernyataan Axella dan Slamet pun tak jauh berbeda dengan
pernyataan Abdul Aziz (39 tahun), saat itu dia sakit types dan berobat
ke Ustaz, oleh Ustaz dipijat di bagian tertentu sambil dibacakan ayat
al-Qur’an dan doa tertentu, pasien tersebut merasakan betapa luar
biasanya manfaat al-Qur’an untuk pengobatan “Alhamdulillah dengan
izin Allah rasa sakit saya bisa sembuh dan rasanya badan saya enakan
hingga sekarang”35 lalu oleh Ustaz pasien tersebut disarankan sering
minum air putih karena khasiat air putih sangat bagus untuk kesehatan
kita selaku manusia manusia.Begitu tuturnya.
33Axella (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
34Slamet (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
35Abdul Aziz (Pasien Ustaz Nurokhman), Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah,
Brebes, 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
75
Dari uraian hasil wawancara dan observasi, penulis menyimpulkan
bahwa khasiat ayat al-Qur’an sangatlah dahsyat, salah satunya untuk
pengobatan. Karena sejatinya al-Qur’an turun untuk memberantas
segala permasalahan, termasuk memberantas segala penyakit. Maka
dari itu, manusia yang berpegang teguh dan berpedoman pada al-
Qur’an hidupnya akan bercahaya dan diberi kemudahan oleh Allah,
seperti Ustaz yang menjadi narasumber dalam penulisan skripsi ini.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melihat dan mengamati secara langsung praktik
pengobatan menggunakan al-Qur’an yang dilakukan oleh Ustaz
Nurokhman di Linggapura, penulis melakukan kajian living Qur’an
dengan kesimpulan bahwa dalam praktik pengobatannya yakni
dengan memilih ayat-ayat al-Qur’an tertentu untuk digunakan. Ayat-
ayat tersebut digunakan tergantung dengan penyakitnya baik fisik
maupun non-fisik, meski tidak menutup kemungkinan juga ada sedikit
kesamaan, karena setiap ayat al-Qur’an memiliki keistimewaan
tersendiri. Sebagai contoh seperti yang telah saya saksikan ketika ada
pasien mengeluhkan sakit perut, ayat yang digunakan oleh Ustaz
dalam mengobati pasien tersebut adalah Qs. al-Fātiḥah/ 1: 1-7.
Sedangkan pasien lain yang kerasukan makhluk halus oleh Ustaz
dibacakan Qs. al-Baqarah/ 2: 255 (ayat kursi), Qs. al-Ikhlaṣ, Qs. al-
Falaq, Qs. al-Nās, dan Qs. al-Fātiḥah.
Ustaz Nurokhman mendapatkan pemahaman ilmu pengobatan
dari salah satu kiai-nya ketika beliau nyantri di pesantren Darul Iman
Tasikmalaya yaitu Kiai Emon Rasman. Menurut beliau, orang yang
bisa mengobati adalah orang yang senantiasa menjalankan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya, selalu melakukan kebaikan dan
menjauhi segala keburukan, walaupun hakikatnya manusia tidak lepas
dari kesalahan. Maka komunikasi antara hamba itu dengan tuhan-Nya
menjadi mudah karena tabir penutup terbuka, jikalau sudah tidak ada
noda hitam yang terdapat pada dirinya.
77
Dari hasil wawancara dan observasi penulis, respon masyarakat
mengenai praktik pengobatan menggunakan al-Qur’an menyatakan
adanya pengaruh positif dari praktik pengobatan yang dilakukan
beliau. Beberapa warga menyatakan bahwa setelah dipijat refleksi
yang diiringi bacaan ayat al-Qur’an dan doa tertentu, mereka merasa
penyakit yang dirasakan langsung sembuh. Apalagi ustaz Nurokhman
selalu menyediakan berbagai macam media pengobatan, seperti: daun
kelor, daun jambu, daun sirih dan media lainnya. Ustaz pun selalu
menjelaskan kepada para pasiennya bahwa kesembuhan yang
diperoleh semata-mata merupakan karunia yang terjadi dengan izin
Allah SWT.
B. Saran-saran
Setelah penulis melakukan kajian living Qur’an secara langsung ke
rumah Ustaz Nurokhman, maka penulis berharap kepada pembaca:
Penelitian Living Qur’an ini bermaksud menjelaskan kepada
khalayak masyarakat bagaimana berinteraksi dengan al-Qur’an.
Adapun media pengobatan nabi ataupun tumbuhan herbal, yakni
sebagai salah satu keistimewaan ciptaan Allah SWT untuk mengatasi
problematika manusia. Maka dari itu, penulis menghimbau kepada
masyarakat Linggapura lainnya yang masih percaya dengan dukun
agar taubat dengan berada di jalan yang lurus dan benar, dan juga
penulis menghimbau kepada pembaca agar dapat menerapkannya di
kehidupan sehari-hari. Karena pada hakikatnya al-Qur’an turun di
bumi sebagai syifā’ (obat), sepatutnya sebagai umat Islam juga dapat
menerapkan hal yang semestinya.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya, dapat memberikan kontribusi khazanah ilmu al-
78
Qur’an dan kajian Tafsir, serta dapat dijadikan sebagai acuan maupun
bahan referensi yang berguna untuk pembaca. Untuk selanjutnya,
semoga ada yang melanjutkan penelitian skripsi penulis yang mana
masih banyak kekurangan yang harus di lengkapi.
79
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdussamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-qur’an.
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003.
Akhmad, Perdana. “Terapi Ruqyah Sebagai Sarana Mengobati Orang yang
tidak Sehat Mental.” Jurnal Psikologoi Islam, Cet.1, (2005): 91.
Alfanzari, Achmad Syauqi. “Penggunaan Ayat-ayat Al-qur’an Sebagai
Obat (Studi Living Qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrussyifa’
Bagusari Jogotrunan Lumajang Jawa Timur.” Tesis S2., UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2018.
Alkhaleda, Syafeya. “Terapi Hijamah (Bekam) Menurut Pendekatan
Sejarah dan Sunnah.” Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara, 2018.
Amin, Samsul Munir & Al-Afandi, Haryanto. Kenapa Harus Stres: Terapi
Stres Ala Islam. Jakarta: Amzah: 2007.
Anwar, Gatot M. Sahid & AR, MB. Rahimsyah. Pijat Refleksi dan Resep
Ramuan Tradisional. Surabaya: Bintang Usaha Jaya, T.t.
Arikunto, Suharti. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta, 1990.
Azwar, Syaifuddin. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998.
Al-Balady, Athiq Bin Ghaits. Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an.
Semarang: CV. Toha Putra, t.t.
Dasiroh, Umi. “Konstruksi Makna Ruqyah Bagi Pasien Pengobatan
Alternatif di Kota Pekanbaru”, JOM Fisip, Vol. 4, no. 2, (2017): 7
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Aplikasi Luring resmi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal
Pendidikan Usia Dini, Dkk. Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi Relaksasi.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat
81
Jenderal Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Geertz, Clifford. Agama Jawa Abangan, Santri, Priyayi dalam
Kebudayaan Jawa. Depok: Komunitas Bambu, 2014.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo, 2002.
Hamka. Tafsir Al-Azhar, Jil. 5. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD,
T.t.
--------------. Tafsir Al-Azhar, Jil. 6. Singapura: Pustaka Nasional PTE
LTD, T.t.
Hikmah, Nurul. “Syifa didalam Al-qur’an ( Kajian Surah Al-isra 17 : 82,
Q.S. Yunus 10 : 57, dan Q.S AN-Nahl 16 : 69, dalam Tafsir Al-
misbah).” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Ihsan, Muhammad. “Pengobatan Ala Rasulullah Saw sebagai Pendekatan
Antropologis Dalam Dakwah Islamiah di Desa Rensing Kecamatan
Sakra Barat”. Palapa:Jurnal Studi KeIslaman dan Ilmu Pendidikan,
Vol. 4, no. 2, (2016): 156.
Al-Jauziyah, Ibn Qayyim. Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan
Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW. Semarang: Dina
Utama Semarang, 1994.
Junaedi, Didi. “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-
Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa
Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)”. Journal of Qur’an and
Hadith Studies, Vol. 4, No. 2, (2015): 172.
Kantor Pemerintahan Kabupaten Brebes Kecamatan Tonjong Desa
Linggapura. Daftar Potensi dan Perkembangan Desa. Linggapura:
Balai Desa, 2019.
Kurniyati, Meilinda Isna. “Penggunaan Ayat Al-qur’an sebagai Media
Pengobatan Penyakit Jasmani (Studi Living Qur’an pada Yayasan
Cikajayaan, Desa Wanareja Cilacap Jawa Tengah).” Skripsi S1.,
Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Purwokerto, 2010.
82
Lestari, Fuji. “Al-qur’an dan Penyembuhan (Studi Living Qur’an Praktik
Pengobatan Alternatif Bengkel Menungso di Dusun Jaten Kelurahan
Pedurungan Tengah Kecamatan Pedurungan Semarang).” Tesis S2.,
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo, 2018.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE, 1998.
Mashuti, Kamarul Azuan Shah Mohd, “Praktik Pengobatan di Sirrul
Qur’an Perak Malaysia ditinjau dari Ajaran Islam.” Skripsi S1.,
Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, UIN Sumatera Utara Medan,
2018.
Meolong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Muflih, Andi. “Pengobatan Dalam Islam”. Tesis S2., UIN Alauddin
Makasar, 2013.
Muhammad, Abdul Basith. Metode Pengobatan Preventif Rasulullah.
Jakarta: AMZAH, 2005.
Muktadin, Baytul. “Pengobatan Ayat-ayat Al-qur’an untuk Mengobati
Penyakit Jiwa (Studi Living Qur’an didesa Kalisabuk Pesugihan
Cilacap Jawa Tengah).” Tesis S2., Fakultas Agama dan Filsafat UIN
Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Mulyadi, Yadi. “Al-qur’an dan Jimat (Studi Living Qur’an pada
Masyarakat Adat Wewengkoan Lebak Banten).” Tesis S2., Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Nakhrawie, Asrifin An. Menguak Dunia Astral (Dunia Ghaib). Jakarta:
Lumbung Insani, 2012.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta:
Salemba Diniyah, 2016.
83
Nur, Muhamad. “Bacaan Ayat al-Qur’an sebagai Media Pengobatan (Studi
atas Praktik Pengobatan Balian di Lingkungan Segarakaton, Kel.
Karangasem, Kec. Karangasem, Kab. Karangasem Bali.” Skripsi S1.,
Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2017.
Putri, Rizka Safrina. “Praktik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an Dalam
Terapi Ruqyah Syar’iyyah di Yayasan Qur’anic Healing International.”
Skripsi S1., Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2020.
Rahimsyah, MB. Penyembuhan Alami dengan Herbal dan Pijat Refleksi.
Dunia Media, t.t.
Rahmah, Mamluatur. “Pijat Sebagai Terapi Gangguan Jiwa (Studi
Pengobatan Alternatif Abah Ali Ahmadi di Desa Kajen Kecamatan
Margoyoso Kabupaten Pati)”. Skripsi S1., UIN Walisongo Semarang,
2016.
RI, Kemenag. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syamil Qur’an,
2009.
Rohmatulloh. “Syifā’ Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran M.
Quraish Shihab, Fakḥruddin al-Razi, dan Ibnu Katṡīr).” Skripsi S1.,
IAIN Curup, 2019.
Salim, Muhammad Ibrahim. Berobat dengan Ayat-ayat Al-Qur’an.
Bandung: Trigenda Karya, 1995.
Samsuddin, Syahiron. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits.
Yogyakarta: Teras, 2007.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1998.
--------------. Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an,
Vol. 6, Cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
--------------. Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an,
Vol. 7, Cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
--------------. Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an,
Vol. 10, Cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
84
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Al-Suyuthy, Al-Imam Jalaluddien. Resep-resep Spesialis Ketabiban. Solo:
CV Aneka, 1991.
Al-Suyuthi, Jalaluddin. Al-Qur’an Sebagai Penyembuh. Semarang : CV.
Surya Angkasa Semarang, 1995.
Taimiyah, Ibnu. Penyakit Hati dan Pengobatannya. Surabaya: Duta Ilmu,
1996.
Triswanto, Sugeng D. Pengobatan Alternatif (Pijat Refleksi, Tenaga
Dalam dan Ramuan Tradisional. Yogyakarta : Media Abadi, 2007.
Yoanna, Yovita. Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Jakarta:
Setia Kawan, T.t.
Wawancara:
Aziz, Abdul (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah. Brebes 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
Axella (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah. Brebes 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
Elfiah (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah. Brebes 28 Juni 2020, Jawa Tengah.
Elfi Nurkumala (Ustazah yang mengajar mengaji). Diwawancarai oleh
Nur’Atiqoh Alwaliyah. Brebes 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
Fatimah, Siti (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh
Nur’Atiqoh Alwaliyah. Brebes 20 September 2019, Jawa
Tengah.
Jami’in (Kepala Desa Linggapura). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah. Brebes 10 Mei 2020, Jawa Tengah.
Khairunnisah (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh
Nur’Atiqoh Alwaliyah. Brebes 20 September 2019, Jawa
Tengah.
85
Nurokhman (Terapis). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah.
Brebes 10 April 2019, Jawa Tengah.
--------------(Terapis). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah.
Brebes 11 Juni 2019, Jawa Tengah.
--------------(Terapis). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah.
Brebes 13 Mei 2020, Jawa Tengah.
--------------(Terapis). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah.
Brebes, 31 Mei 2020, Jawa Tengah.
--------------(Terapis). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah.
Brebes, 16 Juni 2020, Jawa Tengah.
--------------(Terapis). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah.
Brebes, 23 Juli 2020, Jawa Tengah.
Rifa’i, Bachtiar (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh
Nur’Atiqoh Alwaliyah. Brebes 20 September 2019, Jawa Tengah.
Saan (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah. Brebes 20 September 2019, Jawa Tengah.
--------------(Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh
Alwaliyah. Brebes 28 Juni 2020, Jawa Tengah.
Slamet (Ketua RT 06). Diwawancarai oleh Nur’Atiqoh Alwaliyah. Brebes
20 Mei 2020, Jawa Tengah.
Slamet Warid, (Pasien Ustaz Nurokhman). Diwawancarai oleh
Nur’Atiqoh Alwaliyah. Brebes 20 Mei 2020, Jawa Tengah.
Observasi:
Observasi penulis tanggal 10 April 2020..
Observasi penulis tanggal 26 Mei 2020.
Dokumen Web:
Al-Sadhan, Abdullah. “Cara Pengobatan Dengan Al-Qur’an”. Di akses, 20
Juli, 2020, https: //d1.islamhouse.com
86
Lampiran 1: Pedoman Wawancara
A. Ustaz Nurokhman
1. Bagaimana Biografi Ustaz?
2. Sejak kapan Ustaz mempraktikkan Pengobatan dengan
menggunakan ayat al-Qur’an?
3. Bagaimana perjalanan Ustaz dalam menimba ilmu, pernah
pesantren di mana saja?
4. Bagaimana asal muasal pengobatan menggunakan ayat al-Qur’an
yang Ustaz lakukan?
5. Ilmu hikmah apa yang membuat diagnosa penyakit pasien?
6. Apa yang Ustaz lakukan jika ada pasien datang, apakah istikharah
dulu atau bagaimana?
7. Bagaimana pemahaman Ustaz terhadap ayat-ayat pengobatan?
8. Bagaimana praktik penggunaaan ayat al-Qur’an untuk
pengobatan?
B. Perangkat Desa
1. Bagaimana pandangan Bapak mengenai desa Linggapura?
2. Berapa jumlah warga berdasarkan KK dan berdasarkan jenis
kelamin?
3. Bagaimana pandangan Bapak mengenai pendidikan formal dan
informal di Desa Linggapura?
4. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Linggapura?
5. Bagaimana kondisi pendidikan formal dan informal di Desa
Linggapura?
87
C. Pasien
1. Bagaimana opini mengenai praktik pengobatan menggunakan al-
Qur’an yang Ustaz lakukan?
2. Apa motivasi berobat ke Ustaz di bandingkan berobat ke dokter?
3. Bagaimana testimoni setelah berobat ke Ustaz?
4. Apakah diminta membaca amalan doa tertentu dalam bentuk
wirid dari ayat al-Qur’an atau lainnya?
5. Kalau masih ingat bisa tolong disebutkan bacaannya?
88
Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian
89
Lampiran 3: Bukti Wawancara
90
91
92
Lampiran 4: Transkrip Wawancara
No. Nama Tempat, Tanggal, Lahir Umur Profesi
1. Nurokhman Jakarta, 14 Maret 1971 49 Tahun Guru dan
Ustaz
2. Siti Fatimah Brebes, 18 Agustus 1963 57 Tahun Penjahit
3. Saan Brebes, 15 Desember 1960 59 Tahun Buruh
4. Khairunisah Tegal, 5 Desember 1980 40 Tahun pedagang
5. Bachtiar
Rifa’i
Brebes, 19 April 1969 51 Tahun Buruh
6. Slamet
Warid
Brebes, 5 Juni 1969 51 Tahun Buruh
7. Axella Lampung, 18 April 1999 21 Tahun Karyawan
8. Abdul Aziz Tegal, 15 April 1983 37 Tahun Buruh
9. Elfiah Brebes, 8 Februari 1980 40 Tahun Petani
Transkrip Wawancara 1
Nama Informan : Nurokhman
Status Informan : Ustaz
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana praktik pengobatan menggunakan al-Qur’an yang
Ustaz lakukan?
N : Tentunya harus terlebih dahulu mengetahui penyakitnya, setelah itu
barulah praktik dilakukan dengan memilih ayat tertentu dengan diiringi
media tertentu juga tergantung jenis penyakitnya
P : Jenis penyakit apa saja yang Ustaz lakukan dengan menggunakan
ayat-ayat al-Qur’an?
N : Bisa penyakit jasmani dan rohani. Jika penyakit jasmani, saya
biasanya memanfaatkan tumbuhan herbal dan pengobatan alternatif
berupa pijat refleksi dengan mengurut pada bagian yang menghubungkan
93
ke titik penyakit. Jika penyakit rohani, saya biasanya menggunakan
bacaan ayat al-Qur’an dan memanfaatkan media pengobatan nabi (ṭibbun
nabawi).
P : bagaimana pemahaman Ustaz mengenai pijat refleksi?
N : Saya berpatokan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari yang artinya sesungguhnya syaitan berjalan dalam diri anak
adam dalam peredaran darahnya, hadis tersebut menunjukan bahwa
penyakit yang ada pada manusia tidak jauh karena adanya penyakit yang
menyumbat pada peredaran darahnya.
P : Apakah semua ayat dapat digunakan untuk pengobatan atau ada
ayat-ayat tertentu?
N : Dalam memilih ayat-ayat al-Qur’an untuk digunakan sebagai
pengobatan yakni dibagi menjadi dua kriteria, yaitu ayat pelindung dan
ayat penyembuh.
P : Bagaimana asal mula pengobatan menggunakan ayat al-Qur’an
yang Ustaz lakukan?
N : Ilmu pengobatan yang saya lakukan yakni saya dapat dari salah satu
kiai ketika nyantri di Pesantren Darul Iman Tasikmalaya ia bernama kiai
Emon Rasman. Lalu beberapa tahun kemudian saat ada salah satu teman
sakit, saya mengobati dengan bacaan ayat al-Qur’an dengan penuh
keyakinan kepada Allah Swt dan dengan izin-Nya teman saya bisa sembuh
dari sakit tersebut. Lalu dari mulut ke mulut warga meyakini kalau saya
bisa mengobati orang sakit, jadi jika ada warga yang ingin berobat saya
akan berusaha semampu saya untuk mengobatinya.
Transkrip Wawancara 2
Nama Informan : Siti Fatimah
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 September 2019
94
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Saat itu saya memiliki darah tinggi dan setelah dipijat oleh Ustaz ya
jadi mendingan.
P : Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai perbedaan berobat ke
Ustaz dengan berobat ke dokter?
N : Karena penyakit saya darah tinggi jadi saya lebih memilih pijat
refleksi untuk memperlancar peredaran darah. Kalau ke dokter kalau butuh
obatnya.
Transkrip Wawancara 3
Nama Informan : saan
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 September 2019
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Alhamdulillah setelah dipijat oleh Ustaz rasanya enakan dan fresh145.
Saya sering berobat ke Ustaz dan terkadang konsultasi mengenai
permasalahan hidup juga. Sekarang terkadang ada orang datang ke saya
meminta bantuan entah sakit atau mengadukan masalah , selagi saya bisa
saya tangani. Tentunya juga saat memijat diiringi do’a dan bacaan al-
Qur’an. Intinya saya belajar banyak kepada Ustaz tentang ilmu
pengobatan dan alhamdulillah bisa saya terapkan di kehidupan sehari-hari.
145Fresh artinya segar
95
P : Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai perbedaan berobat ke
Ustaz dengan berobat ke dokter?
N : kalau berobat ke dokter, yang saya rasakan penyakit tidak sembuh.
Berbeda dengan ke Ustaz, hasilnya sangat memuaskan bagi saya, karena
kalau berobat ke Ustaz, Allah benar-benar memberi pertolongan kepada
saya melalui perantaraan Ustaz sehingga sakit yang saya rasakan dengan
mudah menjadi hilang.
Transkrip Wawancara 4
Nama Informan : Khairunnisah
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 September 2019
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Testimoni setelah berobat ke Ustaz alhamdulillah dengan izin Allah
sembuh dan enakan
P : Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai perbedaan berobat ke
Ustaz dengan berobat ke dokter?
N : Perasaan saya kalau dipijat dengan bacaan ayat al-Qur’an itu efeknya
langsung, berbeda kalau periksa ke dokter, sembuhnya bertahap.
Transkrip Wawancara 5
Nama Informan : Bachtiar Rifa’i
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 September 2019
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
96
P : Bagaimana testimoni ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Saat itu saya sakit asam lambung dan alhamdulillah setelah periksa ke
dokter dengan diiringi pijat refleksi ke Ustaz alhamdulillah lama kelamaan
sembuh hingga sekarang.
P : Bagaimana pendapat ibu/bapak mengenai perbedaan berobat ke
Ustaz dengan berobat ke dokter?
N : Kalau berobat ke dokter kan biar dapat obat untuk menyembuhkan
penyakitnya. Kalau pijat refleksi ke ustaz itu buat memperlancar peredaran
darah.
Transkrip Wawancara 6
Nama Informan : Slamet Warid
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni Ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Testimoni setelah berobat ke Ustaz alhamdulillah dengan izin Allah
menjadi sembuh saat itu juga, dan rasanya enakan setelah dipijit refleksi di
bagian yang terdapat saluran penyakitnya.
P : Apakah ibu/ bapak diberi amalan bacaan dalam bentuk wirid dan
do’a? Kalau masih ingat, mungkin bisa disebutkan.
N : Saya dinasihatin agar sering berzikir menyebut nama Allah, karena
bisa jadi sakit yang saya rasa adalah perbuatan syaitan.
Transkrip Wawancara 7
Nama Informan : Axella
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020
97
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni Ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Testimoni saya setelah berobat ke ustaz, alhamdulilah sangat bereaksi.
Ketika itu telinga saya rasanya sangat pedih dan memekakan,
alhamdulillah setelah dibacakan do’a dan ayat qur’an oleh Ustaz, sakit di
telinga saya menjadi hilang seketika.
P : Apakah ibu/ bapak diberi amalan bacaan dalam bentuk wirid dan
do’a? Kalau masih ingat, mungkin bisa disebutkan.
N : Saya dinasihatin dengan memperbanyak berdo’a dan disuruh baca al-
qur’an. Tetapi untuk bacaan do’anya saya lupa.
Transkrip Wawancara 8
Nama Informan : Abdul Aziz
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni Ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Saat itu saya sakit types, lalu saya dipijat oleh ustaz pada saluran-
saluran yang bermasalah, alhamdulillah manjur dan sembuh dalam waktu
yang singkat.
P : Apakah ibu/ bapak diberi amalan bacaan dalam bentuk wirid dan
do’a? Kalau masih ingat, mungkin bisa disebutkan.
N : saya di nasihati oleh Ustaz agar sering beristighfar dan perbanyak
minum air putih.
98
Transkrip Wawancara 9
Nama Informan : Elfiah
Status Informan : Pasien
Hari/ Tanggal : Rabu, 20 Mei 2020
Keterangan
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana testimoni Ibu/ bapak setelah berobat ke Ustaz?
N : Testimoni setelah berobat ke Ustaz, alhamdulillah setelah dipijat
menjadi sembuh. Saat itu saya sakit magh sampai tak tertahankan, lalu
oleh Ustadz diberi air putih untuk diminum, dan pucuk daun jambu.
P : Apakah ibu/ bapak diberi amalan bacaan dalam bentuk wirid dan
do’a? Kalau masih ingat, mungkin bisa disebutkan.
N : Saya disuruh sering minum air putih dengan dibacakan surat al-
Fatihah di dalamnya.
99
Lampiran 5 : Dokumentasi
Dokumen Pribadi: Foto saat Ustaz melakukan pengobatan berupa pijat
refleksi dengan pembacaan ayat al-Qur’an dan do’a.
100
Dokumen Pribadi: Tumbuhan Herbal yang dijadikan media tambahan
untuk pengobatan
101
102
Dokumen Pribadi : Balai Desa Linggapura
Dokumen Pribadi : Rumah Kediaman Ustaz Nurokhman dan Keluarga di
Dk. Barupring RT 003/ RW 012, Desa Linggapura
103
Dokumen Pribadi : Wawancara Penulis dengan Ustaz Nurokhman dan
Istri (Ustazah Elfi Nurkumala)