PNEUMOPERITONEUMPembimbing Residen:
dr. Dewi Tantra
Dosen Pembimbing:
dr. Hj. Erlin Syahril, Sp.Rad
Laporan kasus1. Identitas pasien
Nama : Hj. Banong
Umur : 58 tahun
No rekam medik : 668227
Alamat : Dusun teteh Kab. Polmas
Tanggal MRS : 16 juni 2014 / 20:45
Anamnesis
Keluhan utama : nyeri perut (+), perut membesar (+)
Anamnesis : nyeri perut kanan bawah 2 hari yang lalu, mual (-), muntah (-), demam (+). Pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut cembung, defans (+).
Pemeriksaan fisikKeadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD 140/70 mmhg; suhu 38,1oC; nadi 116 x/menit; RR 28 x/menit.
Abdomen :
Inspeksi : tampak cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan menurun, metalic sound (+)
Palpasi : distended (+), nyeri tekan (+) lokasi inguinal dextra , massa tumor (-), hepar tidak teraba
Perkusi : timpani (+)
Rectal touche : spinchter tidak mencekik, ampulla kosong, feses (+), darah (-).
Lain-lain : massa (+) inguinal dextra diameter 7 cm batas tegas terfiksir dan shifting dullness (+)
Test Result Unit Reference Range
WBC 4.0 [10^3/uL] 4.00-10.00
Mono# 6.14 [10^3/uL] 2.00-8.00
Eo# 1.0 [10^3/uL] 1.00-3.00
Baso# 0.16 [10^3/uL] 0.00-0.10
Neut# 18.70 [10^3/uL] 52.0-75.0
Lymph% 14.9 [%] 20.0-40.0
RBC 3.02 [10^6/uL] 4.00-6.00
HGB 9.00 [g/dL] 12.0-16.0
HCT 6.00 [%] 37.0-48.0
MCV 86 [fL] 80.0-97.0
MCH 30.0 [pg] 26.5-33.5
MCHC 35 [g/dL] 31.5-35.0
RDW-CV 13.5 [%] 10.0-15.0
PLT 90 [10^3] 150-400
Laboratorium
Elektrolit
Parameter Hasil Rujukan Satuan
Natrium 144 130-145 mmol/L
Kalium 3.1 3.5-5.1 mmol/L
Chlorida 103 97-111 mmol/L
Resume klinis Seorang pasien wanita 58 tahun datang dengan keluhan nyeri perut dan perut membesar
dialami sejak 2 hari yang lalu. Dari hasil anamnesis didapatkan mual (-), muntah (-), demam (+). Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis, TD : 140/70, nadi : 116x/menit, RR : 28x/menit, suhu : 38,1oc. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan peristaltik usus menurun, ascites (+) dan pada pemeriksaan rectal touche spincter ani tidak mencekik.
Pasien ini didiagnosa susp appendisitis akut dd. Appendisitis perforasi.
Pasien ini tidak dioperasi karena pulang paksa.
Resume radiologik
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Pneumoperitoneum dideteksi dengan pemeriksaan radiologis foto polos abdomen, CT scan, MRI, dan ultrasonografi. Pada foto polos abdomen, pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum, namun tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum dan lebih mahal serta memiliki efek radiasi yang besar. Dengan MRI, pneumoperitoneum terlihat sebagai area dengan hipointens pada semua potongan.
Pada pemeriksaan foto polos abdomen posisi erect ditemukan gambaran crescent sign.
Panah kuning : tampak
udara bebas subdiafragma
yang membentuk gambaran
crescent sign.
Tanda pneumoperitoneum yang dapat ditemukan pada posisi left lateral decubitus.
Foto left lateral decubitus. Udara bebas yang banyak pada dinding lateral abdomen (udara bebas subdiafragma).
Panah kuning : tampak gambaran
udara di antara loop-loop usus
menampakkan dinding dalam usus
“rigler’s sign”.
.
Pada foto polos abdomen ini juga ditemukan tanda-tanda dari ileus obstruktif :
Panah biru : Tampak dilatasi loop -
loop usus yang memberikan
gambaran herring bone.
Panah Kuning : Tampak air fluid level yang bertingkat -tingkat dan pendek pendek yang memberikan gambaran step ladder.
Berdasarkan gambaran radiologik pasien, pasien didiagnosis sebagai pneumoperitoneum yang mungkin disebabkan oleh perforasi appendicitis. Pasien ini tidak dapat dievaluasi karena pasien tersebut pulang paksa.
Diferensial diagnosis1. Syndrome chilaiditi
Interposisi dari usus (berhimpitnya usus dan hepar) antara hepar dan hemidiaphragm (kanan) hingga menyebabkan terlihat adanya udara yang berada di subphrenik, padahal itu adalah udara yang ada dalam usus besar , ditandai dengan terlihatnya haustra. Choliditis tidak memiliki makna diagnostik.
2. Atelektasis linear di dasar paru
Atelektasis merupakan kehilangan volume di sebagian atau seluruh paru. Atelektasis disebut juga kolaps paru. Penyebab atelektasis dapat dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut :
• Relaksasi/kompresi/pasif
Pengembangan paru dihambat oleh kondisi patologi seperti pneumothoraks atau efusi pleura.
• Absorbsi
Akibat oklusi lumen bronkus yang diikuti oleh absorbs udara di jaringan paru bagian distal dari obstruksi. Obstruksi dapat berupa benda asing, mucus, tumor. Proses peradangan ataupun proses intrinsik.
• Adhesi
Pada suatu kondisi dimana fungsi surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan alveoli terganggu sehingga terjadi kolaps alveoli.
• Sikatrik/kontraksi
Akibat proses fibrosis pada paru maupun pleura yang menganggu proses pengembangan paru.
Atelektasis linear di dasar paru