Upload
tiffany-saqfilia-prameswari
View
381
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
Referat
Pneumoperitoneum
Oleh: Tiffany Saqfilia Prameswari, S.Ked0918011099
Perceptoran: dr. Haryadi, Sp. Rad
SMF Radiologi
RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung12 November 2013
Etiologi Pneumoperitoneum
Ruptur viskus berongga • yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing enterocolitis,
megakolon toksik, penyakit usus inflamasi
Faktor iatrogenik• yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen,perforasi
endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis
Infeksi rongga peritoneum• dengan organisme membentuk gas dan atau pecahnya abses
yang berdekatan
Pneumatosis intestinalis
Penyebab pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum dengan peritonitis
• Perforated viskus• Necrotizing enterocolitis• Infark usus• Cedera perut
Pneumoperitoneum tanpa peritonitis
• Thoracic• Ventilasi tekanan positif • Pneumomediastinum/pneumotoraks- Penyakit saluran
napas obstruktif kronik • Asma
• Abdomen• Pasca laparotomi• Pneumatosis cystoides coli/ intestinalis• Divertikulosis jejunum• Endoskopi• Paracentesis/peritonealdialisis/laparoskopi• Transplantasi sumsum tulang
Manifestasi Klinis
Penyebab yang ringan biasanya gejalanya asimtomatik,• tetapi pasien mungkin mengalami nyeri perut samar
akibat perforasi viskus perut, tergantung pada perkembangan selanjutnya bisa berupa peritonitis.
Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi peritoneum• kaku perut,• tidak ada bising usus, nyeri epigastrium atau• jatuh pada kondisi shock yang parah.
Temuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan perforasi dari viskus berongga
dan pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam menegakkan diagnosa pneumoperitoneum.
Cara terbaik untuk mendiagnosis udara bebas adalah dengan cara foto polos Thorax erect.
• Udara akan terlihat tepat di bawah hemidiaphragma, sela antara diafragma dan hati.• Jika foto polos Thorax erect tidak dapat dilakukan, maka pasien ditempatkan di sisi kanan posisi dekubitus
dan udara dapat dilihat sela antara hati dan dinding perut.• Foto polos, jika benar dilakukan, dapat mendiagnosa udara bebas di peritoneum.
Computed Tomography bahkan lebih dianggap sebagai standar kriteria dalam penilaian pneumoperitoneum. CT dapat memvisualisasikan jumlah ≥ 5 cm³ udara atau gas.3
Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas di antara dinding abdomen dengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam).
• Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi • pneumoperitoneum dalam jumlah kecil dan • pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang dengan >1000 mL
udara bebas.
Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar:
1) Football Sign, yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti gambaran bola kaki.
2) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Sign yang memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.
• 3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.
• 4) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf “V” terbalik di daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.
5) Tell tale Triangle Sign menggambarkan daerah segitiga udara di antara 2 lingkaran usus dengan dinding abdomen.
• 7) Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus vaginalis yang paten).
• 8) Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior abdomen.
• 9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum
CT (Computed Tomography) Scan
Kelemahannya
• Lebih mahal, efek radiasi• CT scan sulit untuk melokalisasi perforasi,
• lagipula adanya udara bebas pada peritoneum merupakan temuan yang non-spesifik, antara lain dapat disebabkan oleh perforasi usus, paskaoperasi, atau dialisis peritoneal
Keuntungannya• Lebih sensitif• CT scan tidak terlalu dipengaruhi oleh posisi
pasien
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Pneumoperitoneum dapat terlihat sebagai area dengan gambaran hipointens pada semua potongan. Pneumoperitoneum dapat secara tidak sengaja ditemukan dengan MRI, karena MRI bukan modalitas pencitraan pertama. Adanya gerakan peristaltis usus dapat mengaburkan gambaran abdomen.
USGpneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau Distal Ring Down.
Pengumpulan udara terlokalisir akibat perforasi usus dapat dideteksi, terutama jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti penebalan dinding usus.
Dibandingkan dengan foto polos abdomen, USG memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan lain,seperti cairan bebas intraabdomen dan massa inflamasi.
Keuntungan lainnya lebih murah dibanding CT scan
dan penggunaannya aman
Kelemahannya USG sangat tergantung pada kepandaian operator,
dan terbatas penggunaannya pada orang obesitas
dan udara intra abdomen dalam jumlah besar
Tatalaksana dan Prognosis
Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya. Ketika seorang pasien diduga mengalami pneumoperitoneum, langkah pertama dalam pengobatan adalah mencari tahu penyebabnya, untuk pendekatan pengobatan yang tepat. Ini membutuhkan pemeriksaan diagnostik tambahan selain anamnesa pasien.
Dalam beberapa kasus, pengobatan konservatif adalah yang terbaik.
• Jika pneumoperitoneum adalah komplikasi dari infeksi, maka operasi untuk memperbaiki masalah ini diperlukan secepat mungkin.
• Perforasi dan infeksi dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan segera.
Diagnosis banding Pneumoperitoneum
Syndrome Chilaiditi
Abscess Subphrenic
Linear atelectasis pada dasar paru
DAFTAR PUSTAKAME , Breen, Dorfman M, Chan SB. 2008. Pneumoperitoneum Without Peritonitis: A Case Report. Am J Emerg Med, 26:841. e1-2
Churchill , James D Begg . 2006. Abdominal X-rays Made Easy 2nd Edition.Elsevier
Khan, Ali Nawaz. 2011.Pneumoperitoneum Imaging: A Journal Diunduh dari http://emedicine.medscape.com
Daly, Barry D, J. Ashley Guthrie and Neville F.Cause of Pneumoperitoneum: A Case Report. United Kingdom
Mansjoer , Arif, dkk. 2000. Bedah Digestif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga (pp 240-252). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Dan L. Longo, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, J.Larry Jameson, Joseph Loscalzo, Eds. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition. USA : The McGraw-Hill Companies.
CH, Lee. 2010. Imaging Pneumoperitoneum : A Journal. Diunduh dari http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneumoperitoneum.htm
Weerakkody,Yurangadan Jeremy Jones. Pneumoperitoneum. Diunduh dari http://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum
Silberberg , Phillip. 2006. Pneumoperitoneum. Kentucky, USA.
Derveaux , K., F Penninckx. 2007.Crash Courses of Pneumoperitoneum. University Leuven Belgia