PERANAN KELOMPOK TANI DAN PENDAPATAN PETANI UBI KAYU
DI DESA SISWO BANGUN KECAMATAN SEPUTIH BANYAK
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
( Skripsi )
Oleh
Haryadi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ROLE OF FARMER GROUPS AND CASSAVA FARMING INCOME
IN SISWO BANGUN VILLAGE OF SEPUTIH BANYAK DISTRICT
CENTRAL LAMPUNG REGENCY
By
Haryadi
The purposes of this study are to examine the role of cassava farmer groups,
factors related to the role, the level of cassava farming income and the relationship
between the role and the income in Siswo Bangun Village, Seputih Banyak
District, Central Lampung Regency. Respondents were 87 cassava farmers
involved in 18 farmer groups. This research was conducted in January 2018. This
research used a survey method. Data analysis used descriptive analysis and Rank
Spearman correlation test. The results showed that the level of the role of farmer
groups was classified as moderate. Factors significantly related to the role of
cassava farmer groups were the role of extension workers and leadership of
farmer group leaders. Cassava farming income in Siswo Bangun Village, Seputih
Banyak District, Central Lampung regency was classified as moderate, which was
Rp. 21,925,801 per ha per season. There is no significant relationship between the
role of farmer groups and the level of cassava farming income
Keywords: Cassava, farming income, role of farmer groups.
ABSTRAK
PERANAN KELOMPOK TANI DAN PENDAPATAN PETANI UBI KAYU
DI DESA SISWO BANGUN KECAMATAN SEPUTIH BANYAK
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Haryadi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat peranan kelompok tani
petani ubi kayu, faktor-faktor yang berhubungan dengan peranan kelompok tani
petani ubi kayu, tingkat pendapatan usahatani petani ubi kayu dan mengetahui
hubungan antara peranan kelompok tani dengan tingkat pendapatan usahatani
petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten
Lampung Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja di Desa
Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 87 orang petani yang tergabung dalam
18 kelompok tani. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018. Metode
penelitian ini menggunakan metode survey. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat peranan kelompok tani dalam peningkatan pendapatan usahatani petani
ubi kayu tergolong dalam klasifikasi sedang. Faktor-faktor yang berhubungan
nyata dengan peranan kelompok tani petani ubi kayu adalah peran penyuluh dan
kepemimpinan ketua kelompok tani, sedangkan yang tidak berhubungan nyata
dengan peranan kelompok tani adalah tingkat motivasi petani dan interaksi sosial
petani. Peranan kelompok tani tidak berhubungan nyata dengan tingkat
pendapatan usahatani petani ubi kayu. Pendapatan usahatani petani ubi kayu
tergolong sedang yaitu sebesar Rp. 21.925.801 per ha/per musim.
Kata kunci : Pendapatan petani, Peranan kelompok tani, Ubi kayu
PERANAN KELOMPOK TANI DAN PENDAPATAN PETANI UBI KAYU
DI DESA SISWO BANGUN KECAMATANSEPUTIH BANYAK
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
HARYADI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 16 Juli 1994 di Desa Tanjung
Harapan, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten
Lampung Tengah. Penulis adalah anak ketujuh dari
pasangan Bapak Heryansyah dan Ibu Mutisah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di
RA MUSLIMAT NU 01 tahun 2000, pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03
Tanjung Harapan tahun 2007, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Seputih Banyak tahun 2010 dan pendidikan Sekolah
Menengah Atas Negeri di SMAN 1 Seputih Banyak tahun 2013.
Tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2015 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) selama 60 hari di Desa Sidodadi, Kecamatan Penawar Tama,
Kabupaten Tulang Bawang. Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum 40
hari di Mitra Tani Parahiyangan Cianjur pada tahun 2016. Selama menjadi
mahasiswa, Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himaseperta) pada
tahun 2015/2016 Penulis menjadi Sekretaris Bidang Minat Bakat dan Kreativitas
Himaseperta, tahun 2016/2017 Penulis menjadi Kepala Bidang Minat Bakat dan
Kreativitas Himaseperta.
SANWACANA
Alhamdulillahirobbilalamiin, segala puji syukur bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Kelompok Tani dan
Pendapatan Petani Ubi Kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih
Banyak Lampung Tengah”. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan dalam setiap sisi
kehidupan manusia, semoga kelak kita semua akan mendapatkan syafaatnya.
Selama penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan,
nasihat, dorongan semangat, kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Universitas Lampung.
3. Ir. Indah Nurmayasri, M.Sc., selaku Pembimbing Pertama, atas semua
bimbingan, saran, nasihat, dukungan, dan perhatian kepada penulis selama
proses penyelesaian skripsi.
4. Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku Pembimbing Kedua, atas semua
bimbingan, saran, nasihat, dukungan, dan perhatian kepada penulis selama
proses penyelesaian skripsi
5. Dr. Serly Silviyanti S., S.P., M.Si. selaku Dosen Penguji atas masukan,
arahan, dan nasihat yang diberikan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa aktif.
7. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Heryansyah dan Ibu Mutisah atas
kesabaran, doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan
kepada penulis selama ini.
8. Kakak-kakakku: Erwin Robbana, Hendra Putra, Kiki Firmansyah, Enik
Fitrianti, Heru Dermawan, dan adik-adikku: Nurul Ismail, Khoirul
Syahrudin, Helwa Kurnia Putri, dan seluruh keluarga besar, yang telah
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
9. Rica Silvia Anggraini yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan pendidikan.
10. Seluruh sahabat seperjuangan Agribisnis 2013 yang telah lulus terlebih
dahulu maupun yang belum lulus, atas segala kebersamaan, canda tawa,
dukungan, nasihat serta saran selama ini. Semoga kelak kesuksesan
menyertai kita semua.
11. Sahabat-sahabat Pagun Sekelik, Dhanar Yoga Prasetya, S.P., Dwi Ega
Prasetio S.P., Doni Pranata, S.P., Febriko Fajar, S.P., Okta Saputra, S.P., M.
Nuzul Mubarokah, S.P., M. Reza Azhar, S.P., dan Reki Septian Patra, S.P.
atas segala kebersamaan, selama ini. Semoga kelak kesuksesan dan kesehatan
selalu menyertai kita. Semoga persahabatan ini takkan lekang oleh waktu.
12. Keluarga besar Himaseperta, khususnya teman-teman seperjuangan
Presidium Himaseperta periode 2015/2016 dan 2016/2017.
13. Terima kasih kepada seluruh teman-teman wanita agribisnis 2013 : Mentari
Diasti Putri, S.P., Fitria Kusuma Astuti, S.P., Fitri Yuni Lestari, S.P., Biha
Melati Sari, S.P., Hafiza Ayu Rizqi, S.P., Suci Rodian Noer, S.P., Wardiah
Nurul Khasanah, S.P., Ochi Ramadhani, S.P., dan seluruh teman-teman
seperjuangan Agribisnis 2013.
14. Kanda Yunda 2012, 2011, dan 2010 serta adik-adik 2014, 2015, dan 2016 atas
bantuan dan saran kepada penulis selama proses perkuliahan.
15. Seluruh Karyawan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung yaitu Mbak Ayi, Mbak Iin, Mas Boim, Mbak Tunjung, Mas
Bukhori, Atas bantuan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama
melakukan proses administrasi di jurusan.
16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis hingga
selesainya skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang tepat atas segala bantuan yang
telah diberikan. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Akhir kata penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan
mohon ampun kepada Allah SWT.
Bandar Lampung, Desember 208
Penulis,
Haryadi
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERNGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 12
1. Pengertian Peranan, Peranan Kelompok dan Faktor
yang Berhubungan dengan Peranan ............................................ 12
2. Pengertian Kelompok dan Kelompok Tani ................................... 18
3. Klasifikasi Kelas Kelompok Tani ................................................. 21
4. Pendapatan Usahatani ................................................................... 23
5. Budidaya Ubi Kayu ....................................................................... 24
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 31
C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 35
D. Hipotesis ............................................................................................ 39
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................... 40
ii
1. Konsep Dasar ............................................................................... 40
2. Definisi Operasional ................................................................... 44
B. Lokasi, Waktu Penelitian dan Responden ......................................... 48
C. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 50
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 54
1. Gambaran Umum Kecamatan Seputih Banyak........................... 54
2. Gambaran Umum Desa Siswo Bangun ....................................... 59
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..................................................... 63
1. Keadaan Umum Responden ........................................................ 63
2. Deskripsi Faktor – faktor yang Diduga Berhubungan
dengan Peranan Kelompok Tani dan pendapatan Petani ........... 67
3. Deskripsi Peranan Kelompok Tani dan Pendapatan
Petani Ubi Kayu di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah ........................... 100
4. Deskripsi Pendapatan Usahatani Petani Ubi Kayu ..................... 106
5. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 111
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 120
B. Saran .................................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 122
LAMPIRAN ..................................................................................................... 126
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas lahan, produksi, dan produktivitas ubu kayu per Kabupaten di
Provinsi Lampung tahun 2014-2015 ..........................................................3
2. Luas lahan, produksi, dan produktivitas ubu kayu per Kecamatan di
Kabupaten Lampung tengah tahun 2014-2015 ..........................................4
3. Harga ubi kayu di provinsi Lampung tahun 2016 ......................................5
4. Jumlah kelompok tani per Kampung di Kecamatan Seputih Banyak ........7
5. Ringkasan penelitian terdahulu ................................................................ 32
6. Jumlah responden setiap kelompok tani di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak ..................................................................... 50
7. Nama Desa dan luas lahan di Kecamatan Seputih Banyak tahun 2017 ... 55
8. Jumlah kepala rumah tangga, penduduk laki-laki dan perempuan di
Kecamatan Seputih Banyak tahun 2017 .................................................. 56
9. Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan di Kecamatan
Seputih Banyak tahun 2017 ..................................................................... 57
10. Kelompok tani di wilayah binaan BP3K Kecamatan
Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah tahun 2018 ...................... 58
11. Kelembagaan ekonomi di Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah tahun 2018 ............................................... 58
12. Jumlah penduduk Desa Siswo Bangun berdasakan jenis kelamin
tahun 2017 ................................................................................................ 60
13. Lembaga pendidikan di Desa Siswo Bangun tahun 2017 ........................ 60
14. Sebaran responden berdasarkan umur ...................................................... 64
15. Keadaan responden petani berdasarkan tingkat pendidikan .................... 65
iv
16. Keadaan responden petani berdasarkan luas lahan .................................. 66
17. Sebaran tingkat peran penyuluh di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ...................... 68
18. Tingkat peranan penyuluh sebagai pembimbing...................................... 69
19. Tingkat peranan penyuluh sebagai organisator dan motivator ................ 70
20. Tingkat peranan penyuluh sebagai konsultan .......................................... 71
21. Tingkat peranan penyuluh sebagai fasilitator .......................................... 72
22. Rekapitulasi tingkat peran penyuluh berdasarkan
masing-masing indikator ......................................................................... 73
23. Sebaran tingkat kepemimpinan ketua kelompok berdasarkan
data ketua kelompok ................................................................................ 74
24. Sebaran tingkat kepemimpinan ketua kelompok berdasarkan
data anggota kelompok ........................................................................... 75
25. Sifat pemimpin ketua kelompok tani berdasarkan data
ketua kelompok ........................................................................................ 76
26. Sifat pemimpin ketua kelompok tani berdasarkan data anggota
kelompok ................................................................................................. 77
27. Perilaku pemimpin ketua kelompok tani data ketua kelompok ............... 78
28. Perilaku pemimpin ketua kelompok tani data anggota kelompok ........... 79
29. Kekuasaan pemimpin ketua kelompok tani data ketua kelompok ........... 80
30. Kekuasaan pemimpin ketua kelompok tani data anggota kelompok ....... 81
31. Rekapitulasi tingkat kepemimpinan ketua berdasarkan masing-masing
indikator ................................................................................................... 82
32. Sebaran tingkat motivasi petani dan pendapatan petani ubi kayu di Desa
Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah .................................................................. 83
33. Tingkat motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan fisiologis ............. 84
34. Tingkat motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan ekonomi .............. 86
35. Tingkat motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan rasa aman ............ 87
36. Tingkat motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan sosial ................... 88
37. Tingkat motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan penghargaan ........ 90
38. Tingkat motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ..... 91
v
39. Rekapitulasi tingkat motiavsi petani berdasarkan
masing-masing indikator .......................................................................... 92
40. Sebaran tingkat interaksi Sosial Petani dan pendapatan
petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah ................................................................... 93
41. Interaksi anggota kelompok tani dengan tetangga ................................... 94
42. Interaksi anggota kelompok tani dengan anggota kelompok tani ............ 96
43. Interaksi kelompok tani dengan penyuluh ................................................ 97
44. Interaksi kelompok tani dengan kelompok tani ........................................ 98
45. Rekapitulasi tingkat interaksi sosial petani berdasarkan
masing-masing indikator .......................................................................... 99
46. Rekapitulasi variabel faktor-faktor yang berhubungan dengan
peranan kelompok tani dan pendapatan petani ubi kayu
di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah ................................................................... 100
47. Sebaran tingkat peranan kelompok tani dan pendapatan usahatani
ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah .................................................................. 101
48. Sebaran tingkat peranan kelompok tani sebagai kelas belajar ................ 102
49. Sebaran tingkat peranan kelompok tani sebagai wahana kerjsama ......... 104
50. Sebaran tingkat peranan kelompok tani sebagai unit produksi ............... .105
51. Rekapitulasi tingkat interaksi sosial petani berdasarkan
masing-masing indikator ......................................................................... 106
52. Tingkat produksi ubi kayu di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ..................... 107
53. Biaya produksi ubi kayu di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ..................... 108
54. Tingkat penerimaan ubi kayu di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ..................... 109
55. Tingkat pendapatan ubi kayu di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ..................... 110
56. Hasil analisis faktor-faktor yang diduga berhubungan
vi
dengan peranan kelompok tani di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ..................... 111
57. Hasil analisis hubungan antara peranan kelompok tani
dengan pendapatan usahatani petani di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. .................... 118
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran ..................................................................................38
2. Struktur organisasi kelompok tani di Desa Siswo Bangun
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah ......................62
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pertanian di Indonesia hingga saat ini masih memegang peranan penting bagi
perekonomian nasiaonal. Hal tersebut didasarkan pada peranannya sebagai
penyedia bahan pangan bagi penduduk, bahan baku bagi industri pertanian,
sumber pendapatan bagi jutaan petani yang tersebar di seluruh Indonesia,
serta sebagai sumber penghasil devisa negara setelah sektor minyak dan gas.
Dalam arti luas, konteks pertanian mencakup beberapa subsektor di antaranya
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Salah satu subsektor
yang diberi perhatian lebih oleh pemerintah adalah sektor tanaman pangan
(Kementan RI, 2013).
Tanaman pangan merupakan subsektor pertanian yang menjadi salah satu
faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah
satu subsektor tanaman pangan yang cukup besar potensinya dalam
perekonomian Indonesia adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan salah satu
komoditas tanaman pangan yang memegang peranan cukup penting dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional, selain itu berperan juga dalam
mewujudkan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan
tenaga kerja, penyedia bahan baku industri, penghematan dan penerimaan
2
devisa negara serta menjadi penarik bagi industri hulu dan pendorong
pertumbuhan bagi industri hilir (Ditjen Tanaman Pangan, 2011)
Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup
penting peranaannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Hal
ini dikarenakan peranan ubi kayu sebagai sumber bahan pangan pengganti
bahan pangan utama yaitu beras. Dalam pemenuhan kebutuhan karbohidrat,
ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan ketiga di Indonesia setelah
padi dan jagung (Rahmat, 1997).
Ubi kayu umumnya dikembangkan di daerah kering dan menjadi andalan
petani di daerah tersebut. Ubi kayu sebagai komoditas bahan pangan masih
sering dianggap sebagai usaha sampingan sehingga pengembangannya belum
dilakukan secara intensif. Disamping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga
dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Ubi yang
dihasilkan mengandung air sekitar 60%, pati 25%-35%, serta protein,
mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang
lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum (Rukmana, 1997).
Provinsi Lampung masih cukup berpotensi untuk menjadi penghasil ubi kayu
terbesar di Indonesia dilihat dari luas panen dan produksi yang terus
meningkat. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman
ubi kayu menurut kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2014-2015
dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Luas lahan, produksi dan produktivitas ubi kayu per kabupaten di
Provinsi Lampung tahun 2014 – 2015
Kabupaten/
Kota
Luas Panen Produksi Produktivitas
(ha) (ton) (ton/ha)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
Lampung Barat 254 246 5.263 5.529 20,72 22,47
Tanggamus 578 439 12.344 10.311 21,35 23,48
Lampung Selatan 6.898 10.398 150.920 248.978 21,87 23,94
Lampung Timur 53.740 48.092 1.433.094 1.224.711 26,66 25,46
Lampung Tengah 97.346 91.906 2.523.230 2.401.090 25,92 26,12
lampung Utara 74.537 54.170 1.999.026 1.526.969 26,81 18,18
Way Kanan 16.402 14.488 400.772 399.810 24,43 27,59
Tulang Bawang 21.774 17.915 600.954 472.557 27,59 26,37
Pesawaran 4.742 4.431 104.072 107.636 21,94 24,29
Pringsewu 873 836 18.039 19.823 20,66 23,71
Mesuji 4.506 3.351 125.947 97,682 27,95 29,15
Tulang Bawang Barat 27.686 27.293 770.367 741.497 27,82 27,16
Bandar Lampung 117 104 2.551 2.937 21,8 25,35
Metro 261 105 5.563 2.958 21,31 28,16
Pesisir Barat 194 123 4.014 2.755 20,69 22,40
Rata - rata 20,30 18,62
160,072
168,215
23,84
17,28
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari beberapa kabupaten yang ada di Provinsi
Lampung, kabupaten yang memiliki luas lahan dan produksi ubi kayu
terbesar adalah Lampung Tengah dengan luas lahan 97.346 ha dan produksi
2.523.230 ton serta produktivitas 25,92 ton/ha pada tahun 2014, sedangkan
pada tahun tahun 2015 luas lahan 91.906 ha dan produksi 2.401.090 ton serta
produktivitas 26,12 ton/ha. Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten
Lampung Tengah merupakan daerah yang potensial untuk memproduksi ubi
4
kayu. Luas lahan dan produksi ubi kayu per kecamatan di Kabupaten
Lampung Tengah tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas lahan, produksi dan produtivitas ubi kayu per kecamatan di
Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014 - 2015
No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(ha) (ton) (ton/ha)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
1 Padang ratu 2.026 4.492 48.700 75.171 23,68 16,73
2 Selagai Lingga 584 557 13.914 10.196 23,63 18,30
3 Pubian 170 511 4.138 8.615 24,27 16,85
4 Anak Tuha 222 3.154 5.243 59.459 23,78 18,85
5 Anak Ratu Aji 1.147 2.345 27.119 46.289 22,70 19,73
6 Kalirejo 165 255 3.908 4.688 24,26 18,38
7 Sendang Agung 126 145 2.978 3.375 24,22 23,27
8 Bangunrejo 304 1.146 7.381 21.593 24,15 18,84
9 GunungSugih 2.802 1.779 66.647 35.829 22,03 20,13
10 Bekri 2.303 1.853 52.300 43.238 22,98 23,33
11 Bumiratu Nuban 720 704 17.471 15.368 24,73 21,82
12 Trimurjo 384 54 9.304 1.271 24,20 23,53
13 Punggur 412 235 9.953 4.138 24,16 17,60
14 Kota Gajah 51 - 1.124 - 25,15 -
15 Spt. Raman 1.001 935 23.009 22.081 25,12 23,61
16 Terb. Besar 5.075 5.556 125.520 130.097 25,50 23,41
17 Seputih Agung 6.154 4.914 148.942 107.897 25,50 21,95
18 Way Pngubuan 3.510 5.665 84.816 140.269 25,40 24,76
19 Terusan Nunyai 13.405 11.693 337.188 268.822 26,10 22,98
20 Seputih Mataram 3.471 4.903 87.218 113.953 25,74 23,24
21 Bandar Mataram 13.199 12.502 336.683 300.588 25,63 24,04
22 Seputih Banyak 3.439 3.199 86.823 87.098 25,24 27,22
23 Way Seputih 2.883 3.075 73.229 82.517 25,85 26,83
24 Rumbia 7.350 7.686 191.886 194.904 23,68 25,35
25 Bumi Nabung 6.699 1.509 172.457 38.489 23,63 25,50
26 Putra Rumbia 5.248 6.069 134.513 164.401 24,27 27,08
27 Seputih Surabaya 7.306 4.675 191.540 117.563 23,78 25,14
28 Bandar Surabaya 3.680 3.751 95.144 97.589 22,70 26,016
Rata - rata
3,28
3,47
85,75
90,11
24,44
21,59
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Lampung Tengah dalam
angka, 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah memiliki 28
kecamatan yang masing-masing memiliki hasil produksi ubi kayu yang
beragam. Dari 28 kecamatan, kecamatan Seputih Banyak merupakan salah
5
satu sentra penghasil ubi kayu. Kecamatan Seputih Banyak memiliki luas
lahan 3.439 ha dan produksi 86.823 ton serta produktivitas 25,24 ton/ha
pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 luas lahan 3.199 ha dan
produksi 87.098 ton serta produktivitas 27,22 ton/ha.
Kenaikan produktivitas ubi kayu di Kecamatan Seputih Banyak menunjukkan
nilai positif atau selalu bertambah setiap tahunnya. Ironisnya tinggi angka
produktivitas berbanding terbalik dengan harga jual ubi kayu di tingkat
petani. Daftar harga ubi kayu di Provinsi Lampung tahun 2016 dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga ubi kayu di Provinsi Lampung tahun 2016
Keterangan Bulan (Rp/Kg)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
Tingkat
Pabrik
900 875 875 838 775 770 828 738 630
551 650 650
Tingkat
Petani
675 657 657 629 582 578 621 554 473 441 520 520
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Lampung, 2016
Tabel 3 menunjukkan bahwa harga jual ubi kayu tingkat petani sangat rendah,
sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan petani ubi kayu. (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2016).
Melihat kondisi tersebut pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus
berupaya melakukan berbagai macam startegi dan inovasi demi membantu
petani ubi kayu agar lebih baik dan efisien dalam memanajemen kegiatan
usahataninya sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada
peningkatan pendapatan petani tersebut yang akhirnya dapat memperbaiki
6
kesejahteraan mereka. Melandasi hal tersebut, Kementerian Pertanian
mengembangkan berbagai inovasi teknologi untuk membantu para petani.
Mengingat jumlah petani yang banyak dan tersebar luas maka melalui
rekayasa kelembagaan, yang diharapkan mampu mengkordinir petani secara
menyeluruh sehingga dibentuklah sebuah lembaga petani (kelompok petani)
yang berfungsi sebagai wadah belajar bagi petani untuk meningkatkan
pengetahuan dan mempermudah proses transfer teknologi ke petani melalui
kelompok tani (Kementan RI, 2013).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.82 Tahun 2013, Kelompok tani
yang selanjutnya disebut poktan adalah kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi
lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota
(Kementan RI, 2013).
Pengembangan dan pendekatan kelompok tani (Poktan) dilakukan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan
(Kementan RI, 2013). Pengembangan kelompok tani di Kecamatan Seputih
Banyak telah dilakukan dari tahun 1975 sampai saat ini. Adapun jumlah
kelompok tani di Kecamatan Seputih Banyak dapat dilihat pada Tabel 4.
7
Tabel 4. Jumlah kelompok tani per Desa di Kecamatan Seputih Banyak tahun
2015
No
Desa
Jumlah
Kelompok Tani
(Kelompok)
Anggota
(orang)
1 Sumber Bahagia 18 819
2 Sumber Fajar 14 471
3 Sari Bakti 15 601
4 Sri Basuki 20 829
5 Tanjung Harapan 11 375
6 Siswo Bangun 18 771
7 Setia Bumi 22 901
8 Sumber Baru 16 671
9 Swastika Buana 16 546
10 Setia Bakti 20 710
11 Sakti Buana 16 563
12 Sanggar Buana 23 888
13 Tanjung Krajan 12 366
Jumlah 221 8.511
Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Banyak, 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani di Kecamatan Seputih
Banyak adalah 221 kelompok yang terbagi dalam 13 kampung. Komoditas
yang di tanam kelompok tani di Kecamatan Seputih Banyak adalah padi,
jagung, dan ubi kay, sedangkan komoditas yang ditanam di Kelompok tani
Desa Siswo Bangun adalah ubi kayu.
Dibentuknya kelompok tani dimaksudkan agar lebih mempermudah
proses pembinaan petani yang dilakukan oleh pemerintah. Pembinaan
usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya percepatan
sasaran. Pembinaan kelompok tani perlu dilakukan secara berkesinambungan
dan terkoordinasi dengan baik dari pihak petani dengan pemerintah sebagai
pembuat kebijakan pertanian, sehingga aktivitas usahatani menjadi lebih
baik. Aktivitas usahatani yang lebih baik akan dapat meningkatkan
produktivitas usahatani dan pendapatan petani. Hal ini tidak terlepas dari
8
peranan kelompok tani dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian
yang lebih maju. Kelompok tani berperan penting menjadi penggerak utama
dan pelaku utama untuk mencapai kemajuan pertanian.
Peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peran didasarkan pada ketentuan dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan
orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Friedman, 1998)
Menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2013), kelompok tani
berperan sebagai kelas belajar bagi petani, wahana kerja sama serta unit
produksi, dan setiap petani yang tergabung di dalamnya dituntut untuk
berpikir lebih maju. Melalui kelompok tani ini petani akan diberikan
pelatihan-pelatihan guna memperbaiki manajemen budidaya usahatani ubi
kayu. Setiap kelompok tani akan dibina oleh satu tenaga penyuluh, dengan
demikian secara berkala para petani tersebut akan mendapatkan pelatihan dari
mulai proses budidaya, seperti cara budidaya yang baik dan efisien,
mengatasi hama dan gulma sampai pada pembukuan usahatani. Selain itu,
dengan melalui kelompok tani ini akan mempermudah pemberian bantuan-
bantuan seperti sarana produksi dari pemerintah untuk petani.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2013) klasifikasi
kelompok tani adalah kelas kemampuan kelompok tani, yang terbagi ke
dalam empat kategori yang terdiri dari: Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas
9
Madya, Kelas Utama. Kelas kemampuan kelompoktani ditetapkan
berdasarkan nilai yang dicapai oleh masing-masing kelompok. Penilaian
kemampuan kelompoktani dirumuskan dan disusun dengan pendekatan aspek
manajemen dan aspek kepemimpinan yang meliputi: perencanan,
pengorganisasian, pelakasanaan, pengendalian dan pengembagan
kepemimpinan.
Hasil observasi di lapangan, Desa Siswo Bangun merupakan salah satu sentra
ubi kayu di Kecamatan Seputih Banyak, sehingga sebagian besar petani
berusahatani ubi kayu. Hal ini dikarenakan lahan yang ada di Desa Siswo
Bangun merupakan lahan kering. Desa Siswo Bangun memiliki 18 kelompok
tani dengan total anggota 771 petani. Dari 18 kelompok tani yang ada 11
kelompok tani berada pada kelas pemula dan 7 kelompok tani berada pada
kelas lanjut, artinya kelas kelompok tani yang terdapat di Desa Siswo Bangun
rata-rata masih berada di klasifikasi kelas kelompok yang terendah, sehingga
kelompok tani di Desa Siswo Bangun belum mampu menjalankan perannya
dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang “Peranan
kelompok tani dalam peningkatan pendapatan usahatani petani ubi kayu di
Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung
Tengah”.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah tingkat peranan kelompok tani petani ubi kayu di Desa
Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah?
2) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan peranan kelompok tani
petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah?
3) Bagaimanakah tingkat pendapatan usahatani petani ubi kayu di Desa
Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah?
4) Apakah terdapat hubungan antara peranan kelompok tani dengan tingkat
pendapatan usahatani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan
Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan pemasalahan yang ada, penelitian ini
bertujuan untuk:
1) Mengetahui tingkat peranan kelompok tani petani ubi kayu di Desa
Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah.
2) Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peranan kelompok
tani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah?
11
3) Mengetahui tingkat pendapatan usahatani petani ubi kayu di Desa Siswo
Bangun Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah?
4) Mengetahui hubungan antara peranan kelompok tani dengan tingkat
pendapatan usahatani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan
Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah?
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
1. Pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam melakukan program yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan produksi ubi kayu.
2. Bahan informasi dan pedoman bagi penelitian sejenis dimasa yang akan
datang.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Peranan, Peranan Kelompok, dan Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Peranan
Menurut Sajogyo dan Sayogyo (1992), peranan adalah seluruh pola
kebudayaan yang berhubungan dengan posisi atau kedudukan tertentu
yang mencakup nilai dan perilaku seseorang yang diharapkan oleh
masyarakat pada kedudukan tertentu.
Menurut Soekanto (2002), peranan (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang tersebut
menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal :
a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
13
c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu-individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berry (1995), peranan sebagai seperangkat harapan- harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Selanjutnya ia juga mengemukakan tentang konsep harapan- harapan
(role expectation) yang terangkum dalam dua macam harapan yaitu
a) Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban
dari pemegang peran.
b) Harapan dari pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap
orang- orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan
perannya.
Roucek dan Warren (1984), mengemukakan bahwa peranan adalah pola
tingkah laku yang dilakonkan individu pada saat berinteraksi berdasarkan
pada pengalamannya terdahulu dan derajat persetujuannya terhadap apa
yang dianggapnya sebagai jangkauan orang lain.
Wirutomo dalam Berry (1995) mengemukakan bahwa dalam peranan
yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan
tugas dan fungsi yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang
dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya
kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di
14
dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan
yang lain.
Menurut Friedman (1998) Peranan adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan
baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
ketentuan dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-
individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.
Menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2013), peranan
kelompok tani adalah sebagai berikut:
a) Kelas belajar, yaitu kelompok dapat berfungsi menjadi media untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota.
b) Unit produksi, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu unit
produksi untuk dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dalam
memproduksi hasil usahataninya.
c) Wahana kerja sama, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai wahana
kerja sama diantara sesama anggota, kerja sama dengan kelompok
dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan masing-
masing anggota meningkat.
Pengembangan kelompok tani diarahkan pada (a) penguatan kelompok
tani menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri; (b) peningkatan
15
kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (c)
peningkatan kemampuan kelompok tani dalam menjalankan fungsinya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) terdapat beberapa faktor yang
berhubungan dengan peranan kelompok tani di antaranya:
a) Faktor yang berasal dari dalam kelompok (Internal) terdiri dari:
Kepemimpinan, Motivasi, dan Interaksi Sosial.
1) Kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan
dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan
dengan anggota kelompok. kepemimpinan berperan sebagai orang
yang dapat mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan dan
mengelola kelompok guna mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama. Keefektifan kepemimpinan erat kaitannya dengan
keberlanjutan kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan dibutuhkan dalam proses pemberdayaan karena
memiliki pengaruh yang kuat terhadap anggotanya guna
mencapai tujuan bersama Andrew dan Dubrin (2006) juga
mengungkapkan bahwa kepemimpinan diartikan sebagai
kekuatan yang dinamis dalam memotivasi dan mengkoordinasi
anggota kelompoknya. Untuk itu, dukungan kepemimpinan dalam
tercapainya mencapai tujuan sangat dibutuhkan baik oleh
kelompok taninya maupun oleh anggota kelompok taninya.
Kepemimpinan juga memiliki andil dalam mempengaruhi sukses
tidaknya kegiatan pemberdayaan terhadap anggota kelompok tani.
16
2) Menurut Samsudin (2005) Motivasi merupakan dorongan yang
timbul pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan
dengan tujuan tertentu, bisa dikatakan juga bahwa motivasi
merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan
dengan perbuatan. Widayatun (1999) menyatakan ada dua faktor
yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi fisik, proses mental keinginan dalam diri
sendiri, kematangan usia sedangkan faktor eksternal meliputi,
dukungan sosial, fasilitas dan media.
3) Menurut Soekanto (2002) Interaksi Sosial merupakan suatu
fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan
norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam
masyarakat. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu
sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok
sosial yang dapat saling berinteraksi. Syarat terjadinya interaksi
sosial terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak
sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. Dengan
perkembangan tehnologi manusia dapat berhubungan tanpa
bersentuhan, misalnya melalui telepon, telegrap dan lain-lain.
Komunikasi dapat diartikan jika seseorang dapat memberi arti
pada perilaku orang lain atau perasaan-perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
17
b) Faktor yang berasal dari luar kelompok (Eksternal) adalah:
1) Peran penyuluh adalah membantu petani membentuk pendapat
yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara
berkomunikasi dan memberikan informasi yang petani butuhkan.
Fungsi penyuluhan menurut Setiana (2005) adalah untuk
menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan
oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang menjadi kebutuhan petani. Penyuluh dengan para
penyuluhnya merupakan penghubung yang sifatnya dua arah (two
way traffic) antara: pengetahuan yang dibutuhkan petani dan
pengalaman yang biasa dilakukan oleh petani; pengalaman baru
yang terjadi pada pihak para ahli dan kondisi yang nyata dialami
petani. Tujuan dari penyuluhan pertanian jangka panjang adalah
terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat.
Menurut Suhardiyono (1988), seorang penyuluh membantu para
petani didalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu
hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh
karena itu, penyuluh mempunyai peran, antara lain:
1) Sebagai pembimbing petani
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru petani dalam
pendidikan nonformal. Penyuluh harus mampu memberikan
praktik demonstrasi tentang suatu cara atau metode budidaya
praktik tanaman, membantu petani menempatkan atau
18
menggunakan sarana produksi dan peralatan yang sesuai dalam
pengembangan usahataninya.
2) Sebagai organisator dan dinamisator petani
Pada pelaksanan kegiatan penyuluhan, para penyuluh tidak
mungkin mampu untuk melakukan kunjungan kepada masing-
masing petani,sehingga petani harus diajak untuk membentuk
kelompok-kelompok tani dan mengembangkanya menjadi suatu
lembaga ekonomi dan sosial yang mempunyai peran dalam
mengembangkan masyarakat disekitarnya.
3) Sebagai teknisi
Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan teknis yang baik, tanpa adanya pengetahuan dan
keterampilan teknis maka akan sulit baginya dalam memberikan
pelayanan jasa konsultasi yang diminta petani.
4) Sebagai fasilitator
Seorang penyuluh senantiasa memberikan jalan keluar dan
kemudahan-kemudahan, baik dalam proses penyuluhan, belajar
mengajar maupun fasilitas dalam memajukan usahatani petani.
Dalam hal penyuluhan penyuluh memfasilitasi dalam hal:
kemitraan usaha, berakses ke pasar, permodalan.
2. Pengetian Kelompok dan Kelompok Tani
Menurut Mardikanto (1998), kelompok adalah suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari dua atau lebih orang-orang yang mengadakan interaksi secara
19
intensif dan teratur, sehingga diantara mereka terdapat pembagian tugas,
struktur, serta norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut.
Salah satu ciri terpenting kelompok adalah kesatuan sosial yang memiliki
kepentingan bersama dan tujuan bersama, serta tujuan tersebut dicapai
melalui pola interaksi yang mantap dan masing-masing individu memiliki
perannya sendiri-sendiri.
Kartono (2006), mengartikan kelompok adalah kumpulan yang terdiri
dari 2 (dua) atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu
mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan ada dalam situasi
mempengaruhi. Pada setiap anggota-anggota tadi selalu terdapat aksi-
aksi dan reaksi-reaksi yang timbal balik.
Menurut Mills (1967), kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai satu tujuan dan mempertimbangkan kerjasama di antara
kelompok sebagai satu yang berarti.
Menurut Soekanto (2002), kelompok adalah himpunan atau kesatuan–
kesatuan manusia yang bersama, oleh karena adanya hubungan mereka.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong
antar sesama manusia.
Menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2013), kelompok
tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
20
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha petani maupun anggotanya. Ciri-ciri kelompok
tani adalah:
1. Kelompok dibentuk oleh, dari, dan untuk petani.
2. Merupakan kumpulan petani yang berperan sebagai pengelola
usahatani baik pria/wanita dewasa maupun pria/wanita muda.
3. Bersifat non formal dalam arti tidak berbadan hukum, akan tetapi
mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab atas dasar
kesepakatan bersama, baik tertulis maupun tidak.
4. Mempunyai kepentingan bersama dalam berusahatani.
5. Sesama anggota saling mengenal, akrab, dan percaya mempercayai.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2013), menerangkan bahwa
kelompok tani perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga dapat lebih
berperan meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani yang
berdampak pada kesejahtraan anggotanya. Peningkatan kemampuan
kelompok tani dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pembinaan,
sehingga mampu berperan sebagai pelaku agribisnis yang tangguh.
Dibentuknya kelompok tani bermaksud untuk membantu para petani agar
mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses teknologi, permodalan, pasar dan sumberdaya lainnya sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
21
lingkungan hidup. Mekanisme terbentuknya kelompok tani ini adalah
melalui interaksi antara para petani dan penyuluh pertanian, yang
mendapat dukungan dari tokoh formal maupun informal masyarakat desa
setempat. Dalam proses terbentuknya kelompok tani, peranan penyuluh
dan kontak tani sangat penting, karena minat untuk bergabung dalam
kelompok tani tergantung dari kepemimpinan dan contoh dari kontak tani
serta penyuluh tersebut (Deptan,2013)
3. Klasifikasi Kelas Kelompok Tani
Menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2011) Klasifikasi
kemampuan kelompoktani adalah pemeringkatan kemampuan
kelompoktani ke dalam 4 (empat) kategori yang terdiri dari kelas pemula,
kelas lanjut, kelas madya dan kelas utama yang penilaiannya berdasarkan
kemampuan kelompoktani. Penilaian Kelas Kelompok tani merupakan
salah satu bentuk pembinaan untuk memotivasi petani agar lebih
berprestasi dalam mencapai kelas kemampuan yang lebih tinggi.
Disamping itu dengan penilaian akan diketahui kelemahan-kelemahan
kelompok tani yang dinilai sehingga memudahkan untuk melakukan
pembinaan.
Penilaian kemampuan kelompoktani dirumuskan dan disusun dengan
pendekatan aspek manajemen dan aspek kepemimpinan yang meliputi:
a) Perencanaan
b) Pengorganisasian
22
c) Pelaksanaan
d) Pengendalian dan pelaporan
e) Pengembangan kepemimpinan kelompoktani
Ciri-ciri kelas kelompok tani
1) Kelompok pemula
a. Kontak tani belum aktif
b. taraf pembentukan kelompok tani
c. pemimpin formal aktif
d. kegunaan kelompok bersifat informatif
2) Kelompk Lanjut
a. Kelompok inti menyelenggarakan denfarm dan gerakn-gerakan
terbatas
b. Kegiatan kelompok dalam perncanaan (walau terbatas)
c. Pemimpin formal aktif
d. Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasma kelompok tani
3) Kelompok Madya
a. Kelompok tani menyelanggarakan kerjasama UT sehamparan
b. Pemimpin formal kurang menonjol
c. Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pemimpin kerja
sama UT sehamparan
d. Berlatih mengembangkan program sendiri
4) Kelompok Utama
a. Memiliki hubungan melembaga dengan KUD
23
b. Perencnanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas
dan pendapatan
c. Program UT terpadu
d. Program diusahakan
e. Pemupukan modal
4. Pendapatan Usahatani Ubi Kayu
Menurut Soekartawi (1995) Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan yang diperoleh dari usahatani dengan semua biaya yang
dikeluarkan oleh usahatani tersebut. Pendapatan usahatani dapat dibagi
menjadi dua pengertian,yaitu:
Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan
dengan semua biaya produksi. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
π = TR – TC = Y . Py – (X .Px) – BTT
Keterangan :
π = Keuntungan (pendapatan)
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Y = Produksi
Py = Harga satuan produksi
X = Faktor produksi
Px = Harga faktor produksi
BTT = Biaya tetap total
24
5. Budidaya Tanaman Ubi Kayu
Menurut Rahmat (1997), pada dasarnya untuk usahatani dan
budidaya ubi kayu melalui kegiatan yaitu :
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon /
singkong antara 1.000 – 2.500 mm / tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong
sekitar 10 derajat C.
c) Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan
tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan
bunga yang kurang sempurna.
d) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela
pohon/singkong antara 60 – 65%.
e) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon /
singkong sekitar 10 jam /hari terutama untuk kesuburan daun
dan perkembangan umbinya.
B. Media Tanam
1. Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah
tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak
terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur
remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah.
25
2. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong
adalah jenis alluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran,
grumosol dan andosol.
3. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela
pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. pada
umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu
berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral
bagi suburnya tanaman ketela pohon.
C. Pembibitan
Persyaratan bibit, bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12
bulan).
2. Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan
sehat serta seragam.
3. Batang telah berkayu dan berdiameter ± 2,5 cm lurus.
4. Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Bibit berupa stek batang
2. Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai setengah
3. Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan
berjumlah antara 25 30 batang stek.
26
4. Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut kelokasi
penanaman.
D. Pengolahan Media Tanam
Persiapan, kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan
adalah :
1. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas
lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
2. Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang
akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara,
kandungan bahan organik.
3. Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat
panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam
bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga
sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
4. Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan
setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting
juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga
saat panen dan pasar.
E. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari
segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar tanaman
sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan
27
perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang
bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
F. Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian.
Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman,
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan
ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti
permbersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.
G. Pengapuran
Untuk menaikan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat
asam / tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang
digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa
digunakan adalah 1 – 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada
waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar
bersamaan dengan pemberian pupuk kandang ( bila diperlukan).
H. Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada
lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal
musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang
digunakan pada pola monokultur adalah 100 x 150 cm.
28
I. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek
ketela pohon, kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih
sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan
berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Sebelum bibit ditanam
disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati
BIONIC Plus yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah
itu baru dilakukan penanaman dilahan hal ini sangat bagus untuk
pertumbuhan dari bibit
J. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman,
yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang
baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti
atau disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari,
saat cuaca tidak terlalu panas.
2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis
rumput/tanaman liar./ pengganggu (gulma) yang hidup disekitar
tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 kali
penyiangan.
3. Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah
disekitar tanaman dan setelah dibuat seperti gundukan. Waktu
29
pembubunan bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat
menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman ketela pohon
terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu
dilakukan pembubunan /ditutup dengan tanah agar akan tidak
kelihatan.
4. Perempelan / Pemangkasan
Pada tanaman ketela pohon perlu dilakukan
pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon
harus mempunyai cabang 2 atau 3, hal ini agar batang pohon
tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi dimusim tanam
mendatang.
5. Pemupukan
Sistem pemupukan menggunakan teknologi BIONIC Plus , dapat
mengurangi kebutuhan pupuk kimia/anorganik sampai dengan
50%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
a) Berikan pupuk kandang/kompos pada lahan yang akan
ditanami bibit kebutuhan untuk 1 hektar sebanyak 5 ton atau
5.000 kg dan kemudian semprot dengan menggunakan
Decom Plus 2 Liter dan BIONIC Plus 2 Liter.
b) Setelah tanam berikan 2 liter BIONIC Plus per hektar pada
titik-titik penanaman dengan campuran setiap 1 liter BIONIC
Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 100 liter atau 1
tutup botol (10 ml) dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak
1 liter disemprotkan pada titik penanaman secara merata.
30
c) 1 bulan setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan
dosis Urea : 40 kg, TSP/SP36 : 64 kg dan KCL : 40 kg pada
lahan 1 hektar, pemupukan diberikan dengan cara ditugalkan
pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.
d) Pemberian BIONIC Plus selanjutnya pada saat tanaman
singkong berumur 1 bulan setelah tanam : 2 liter, umur 2
bulan setelah tanam : 2 liter, umur 4 bulan setelah tanam : 4
liter.
e) Pemberian pupuk kimia selanjutnya adalah pada saat umur
tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk N:P:K dengan
dosis Urea : 60 kg, dan KCL : 60 kg. Pupuk kimia diberikan
dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman
dengan kedalaman 10 cm.
6. Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur ± 4-5
bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu
becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan
pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan
pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan
tetapi cara ini dapat merusak tanah. System yang baik digunakan
adalah system genangan sehingga air dapat sampai kedaerah
perakaran secara resapan. Pengairan dengan system genangan
dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan
berdasarkan kebutuhan.
31
7. Waktu Penyemprotan Pestisida / Insektisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya.
Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari
setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida
disesuaikan dengan serangan hama/penyakit, baca dengan baik
penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila
hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida
harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena
serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.
K. Panen
Ketela pohon / singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun
bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak
rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 10 – 12
bulan untuk varietas mekarmanik. Ketela pohon/singkong dipanen
dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil
dengan cangkul atau garpu tanah.
B. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu dibutuhkan sebagai bahan refrensi atau rujukan
mengenai penelitian yang serupa dan atau dijadikan pembanding untuk
mendapatkan hasil yang mengacu pada keadaan yang sebenarnya. Penelitian
ini tidak hanya menganalisis pernanan kelompok tani juga menganalisis
tingkat pendapatan usahatani yang dilakukan oleh petani baik yang tergabung
dalam kelompok tani maupun tidak. Berikut kajian penelitian-penelitian
terdahulu disajikan pada Tabel 5.
32
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Metode Kesimpulan
Matanari,
Salmiah, dan
Emalisa (2014)
Peranan Kelompok Tani Terhadap
Peningkatan Produksi Padi Sawah
(Oriza Sativa) Di Desa Hutagugung
Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi
Metode
deskriptif
1. Kelompok tani memiliki peranan yang besar
terhadap peningkatan produksi padi sawah di
daerah penelitian yaitu desa Hutagugung,
Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi dilihat
dari 5 indikator yakni cara bercocok tanam, cara
mengelola kebutuhan air atau irigasi, waktu
tanam, pengendalian hama dan penyakit,
penentuan bibit unggul yang akan dipakai.
2. Motivasi petani dalam mengikuti kegiatan
kelompok tani di Desa Hutagugung Kecamatan
Sumbul Kabupaten Dairi adalah tinggi.
3. Penerimaan bantuan sarana produksi yang
disalurkan oleh kelompok tani di Desa
Hutagugung efektif.
Mutmainah, dan
Sumardjo
(2014)
Peran Kepemimpinan Kelompok
Tani Dan Efektivitas Pemberdayaan
Petani
Metode
pendekatan
kuantitatif
dengan teknik
observasi
1. Semakin tinggi dukungan kepemimpinan
terhadap kelompok maka semakin tinggi
pendampingan dan tingkat partisipasi petani
dalam mengikuti proses pemberdayaan.
2. Tingkat keberdayaan petani dalam penelitian
ini diukur dengan melihat kemampuan petani
dalam mendapatkan modal dan kemampuan
mengelola usaha tani dengan baik dengan
meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
33
Nama
Peneliti
Judul Metode Kesimpulan
Triwidarti,
Suyadi, dan
Sukidin (2015)
Peran Kelompok Tani Sampurna
Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Petani Dan Hasil Produksi Padi Di
Desa Jenggawah Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember
Metode
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran
Kelompok Tani Sampuna terdiri dari: Kolaborasi
penyululuhan yaitu Kelompok Tani Sampurna
melakukan kerja sama dengan PPL (Penyuluh
Pertanian Lapangan) serta Formulator yang
memang berkompeten dalam bidang pertanian.
. Wadah pernyataan aspirai petani, anggota
Kelompok Tani Sampurna dibebaskan
mengutarakan pendapat dan saling bertukar
pendapat serta pengalaman hingga tercapai
tujuan yang sama. Berdasarkan peran Kelompok
Tani Sampurna tersebut pengetahuan para
anggota kelompok tani mengalami peningkatan.,
dengan bekal peningkatan pengetahuan tersebut
berdampak pada hasil produksi padi yang
semakin meningkat.
Wastika,
Hariadi, dan
Subejo (2014)
Peran Kelompok Tani Dalam
Penerapan Sri (System Of Rice
Intensification) Di Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo
Metode
deskriptif
1. Sebesar 68,33% petani di Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo menilai
kelompok tani memiliki peran tinggi terhadap
penerapan SRI.
2. Peran kelompok tani secara keseluruhan
mencapai persentase sebesar 72,17% yang
berarti kelompok tani sering menjalankan
perannya sebagai media belajar, media
kerjasama, dan unit produksi di Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo
34
Nama
Peneliti
Judul Metode Kesimpulan
Kasogi, Lestari,
dan Rosanti
(2014)
Perananan Kelompok Tani Dalam
Peningkatan Pendapatan Usahatani
Dan Kesejahteraan Petani Padi Di
Desa Negara Ratu Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Tengah
Metode Survei
1. Faktor yang mempengaruhi keputusan petani
dalam mengikuti kelompok tani adalah
pendapatan, pendidikan dan status
kepemilikan lahan. Semakin tinggi tingkat
pendapatan dan pendidikan petani maka
semakin tinggi peluang petani dalam
mengikuti kelompok tani dan petani
penggarap memiliki peluang lebih tinggi
untuk bergabung ke dalam kelompoktani
dibandingkan dengan petani pemilik.
2. Kelompok tani berperan dalam meningkatkan
pendapatan petani padi. Hal ini dilihat dari
perbedaan pendapatan yang diterima antara
petani anggota dengan non-anggota kelompok
tani, dimana pendapatan petani anggota
kelompok tani lebih tinggi dibandingkan
dengan petani non anggota kelompok tani.
4. Kelompok tani berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan rumah tangga petani padi. Hal
ini dilihat dari rata-rata tingkat kesejahteraan
petani anggota kelompoktani yang lebih tinggi
dibandingkan rata-rata tingkat kesejahteraan
petani non-anggota kelompok tani dengan
tingkat kepercayaan 95%.
35
C. Kerangka Pemikiran
Tanaman pangan merupakan subsektor pertanian yang menjadi salah satu
faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah
satu subsektor tanaman pangan yang cukup besar potensinya dalam
perekonomian Indonesia adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan salah satu
komoditas tanaman pangan yang memegang peranan cukup penting dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional, selain ituberperan juga dalam
mewujudkan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan
tenaga kerja, penyedia bahan baku industri,penghematan dan penerimaan
devisa negara serta menjadi penarik bagiindustri hulu dan pendorong
pertumbuhan bagi industri hilir (Dirjen Tanaman Pangan, 2011).
Kecamatan Seputih Banyak merupakan salah satu sentra penghasil ubi kayu
di Kabupaten Lampung Tengah. Produktivitas di Kecamatan Seputih Banyak
pada tahun 2015 mengalami kenaikan. Kenaikan produktivitas ubi kayu di
Kecamatan Seputih Banyak menunjukkan nilai positif atau selalu bertambah
setiap tahunnya. Ironisnya tinggi angka produktivitas berbanding terbalik
dengan harga jual ubi kayu ditingkat petani. Desa Siswo Bangun merupakan
salah satu sentra ubi kayu di Kecamatan Seputih Banyak. Petani di Desa
Siswo Bangun berusahatani ubi kayu. Hal ini dikarenakan lahan yang ada di
Desa Siswo Bangun merupakan lahan kering. Sehubungan dengan itu maka
peneliti tertarik untuk meneliti Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan
Pendapatan Petani Ubi Kayu.
36
Wirutomo dalam Berry (1995) mengemukakan bahwa dalam peranan yang
berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan tugas dan
fungsi yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan
didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada
individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan kelompok tani
dalam penelitian ini mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia (2013), yang menyatakan bahwa peranan kelompok tani adalah
sebagai berikut:
a) Kelas belajar, yaitu kelompok dapat berfungsi menjadi media untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota.
b) Unit produksi, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu unit
produksi untuk dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dalam
memproduksi hasil usahataninya.
c) Wahana kerja sama, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai
wahanakerja sama diantara sesama anggota, kerja sama dengan
kelompok dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan
masing-masing anggota meningkat.
Peranan kelompok tani dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor yang
diduga berhubungan dengan peranan kelompok tani pada penilitian ini
mengacu pada Van den Ban dan Hawkins (1999), yang meliputi tingkat peran
penyuluh (X1),kepemimpinan ketua kelompok tani (X2),tingkat motivasi
petani (X3), interaksi sosial petani (X4).
Peran penyuluh berhubungan dengan peranan kelompok tani, dengan adanya
peran penyuluh suatu kelompok tani dapat berjalan dengan baik karena
37
penyuluh dapat membantu untuk membimbing, memfasilitasi, memotivasi
anggota agar program dapat berjalan dengan baik.
Kepemimpin ketua berhubungan dengan peranan kelompok tani karena
semakin tinggi kemampuan ketua kelompok dalam mempengaruhi anggota
kelompok maka akan semakin efektif dalam mencapai tujuan kelompok,
yaitu meningkatkan pendapatan anggota kelompok.
Tingkat motivasi berhubungan dengan peranan kelompok tani kerena suatu
program kelompok tani akan terlaksana dengan baik apabila ada dorongan
dari luar maupun dari dalam anggota kelompok tani itu sendiri dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Interaksi sosial berhubungan dengan peranan kelompok tani karena semakin
tinggi tingkat interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok tani maka akan
lebih mudah suatu kelompok tani dalam menjalankan program nya.
Pada penelitian ini juga dilihat tingkat pendapatan usahatani petani.
Penerimaan bersih usahatani ubi kayu akan didapat setelah dikurangi biaya-
biaya (peralatan, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) sehingga diperoleh
pendapatan bersih usahatani ubi kayu.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat dibuat paradigma
penelitian yang disajikan pada gambar 1 berikut ini :
38
Gambar 1. Kerangka pemikiran peranan kelompok tani dan pendapatan usahatani
ubi kayu
Petani ubi kayu
Kelompok Tani
(Variabel Y1)
Peranan kelompok tani:
1. Kelas belajar
2. Wahana kerja sama
3. Unit produksi
(Variabel Y2)
Pendapatan
usahatani Petani
Ubi Kayu
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
Peranan kelompok tani (X):
Peran Penyuluh (X1)
Kepemimpinan Ketua
Kelompok Tani (X2)
Tingkat Motivasi
Petani (X3)
Interaksi Sosial Petani
(X4)
39
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka hipotesis yang di ajukan
dalam penelitian ini adalah
1) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara peran penyuluh dengan
peranan kelompok tani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan
Seputih Banyak Lampung Tengah.
2) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara kepemimpinan dengan
peranan kelompok tani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan
Seputih Banyak Lampung Tengah.
3) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara tingkat motivasi dengan
peranan kelompok tani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan
Seputih Banyak Lampung Tengah.
4) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara interaksi sosial dengan
peranan kelompok tani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan
Seputih Banyak Lampung Tengah.
5) Diduga terdapat hubungan yang nyata antara peranan kelompok tani
dengan tingkat pendapatan usahatani petani ubi kayu di Desa Siswo
Bangun Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah.
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
1. Konsep Dasar
Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang
digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan
dengan tujuan penelitian.
Peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada penyuluh sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang
diharapkan menjalankan tugas dan fungsi yang berhubungan dengan
peranan yang dipegangnya (Wirutomo dalam Berry, 1995).
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), faktor-faktor yang
berhubungan dengan peranan kelompok tani antara lain: peran penyuluh,
kepemimpinan, motivasi dan interaksi sosial.
Peran penyuluh merupakan penyuluh sebagai pemberi informasi kepada
petani, dimana semakin tinggi intensitas penyuluhan dan sesuai informasi
41
yang dibutuhkan petani akan membuat petani bertahan dalam kelompok
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi atau memberi contoh
oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi (Thoha, 2003).
Motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
(Mangkunegara, 2000).
Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan, artinya kehidupan sosial
dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan. Hubungan antarmanusia
sebagai makhluk sosial dapat dicirikan dengan adanya tindakan untuk
berhubungan (Soekanto, 2002).
Peranan kelompok tani merupakan serangkaian perilaku kelompok petani
yang diharapkan untuk saling berhubungan dengan komunitas petani dalam
rangka mempermudah pengadaan sarana produksi pertanian seperti bibit,
pupuk dan obat-obatan. Peranan kelompok tani juga berpengaruh terhadap
biaya pengadaan sarana produksi pertanian yang dapat di tanggung bersama
serta memiliki kekuatan untuk menentukan harga hasil pertanian
anggotanya. Pengembangan kelompok tani merupakan pemberdayaan petani
untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan
meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya.
42
Fungsi kelompok tani merupakan aktivitas yang tergolong pada jenis yang
sama berdasarkan atau pelaksanaan, yang terdiri dari kelas belajar, wahana
kerja sama, unit produksi, fungsi kelompok tani mampu mengembangkan
usaha agribisnis dan menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.
Kelas belajar merupakan wadah belajar kelompok tani mengajar bagi
anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar
tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik.
Wahana kerja sama merupakan tempat kelompok tani untuk memperkuat
kerja sama baik di antara sesama petani dalam kelompok tani dan antar
kelompok tani maupun dengan pihak lain. Melalui kerja sama diharapkan
usahatani lebih efisien dan lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan, gangguan serta lebih menguntungkan.
Unit produksi merupakan usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing
anggota kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu
kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis
usaha, dengan menjaga kuantitas kualitas maupun kontinuitas.
Kelompok adalah himpunan atau kesatuan–kesatuan manusia yang bersama,
oleh karena adanya hubungan mereka. Hubungan tersebut antara lain
menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga
suatu kesadaran untuk saling menolong antar sesama manusia.
43
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial,
ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Usahatani adalah kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari
produksi/budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan, sarana produksi,
pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.
Usahatani ubi kayu adalah serangkaian kegiatan menanam dan mengelolah
tanaman ubi kayu untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber utama
penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
Penerimaan usahatani adalah jumlah total produksi ubi kayu selama satu
tahun dikalikan dengan harga ubi kayu ditingkat petani. Penerimaan diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Pendapatan usahatani adalah penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan selama produksi dalam satu kali musim tanam.
Pendapatan diukur dalam satuan nilai rupiah (Rp).
Produktivitas usahatani ubi kayu adalah tingkat produksi ubi kayu yang
dihasilkan dalam satu hektar. Produktivitas usahatani ubi kayu diukur dalam
satuan kilogram per hektar (kg/ha).
44
2. Definisi Operasional
Definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk
mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
penelitian, mencakup variabel X (faktor-faktor yang berhubungan dengan
peranan kelompoktani), variabel Y1 (peranan kelompoktani) dan variabel
Y2 (pendapatan petani).
A. Variabel X
Adapun variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang
berhubungan dengan peranan kelompoktani yaitu:
a) Peran penyuluh (X1) merupakan serangkaian perilaku yang
diharapkan pada penyuluh sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal. Tingkat
peran penyuluh dilihat berdasarkan 4 indikator yaitu: (1) Penyuluh
sebagai pembimbing (2) Penyuluh sebagai organisator dan
motivator (3) Penyuluh sebagai konsultan dan (4) Penyuluh
sebagai fasilitator, Tingkat peran penyuluh diukur dengan skor 1-3
dengan klasifikasi kelas (tinggi, sedang, rendah).
b) Kepemimpinan ketua kelompok tani (X2) merupakan kemampuan
mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk
bekerjasama mencapai tujuan (Kartono, 2006). Indikator
kepemimpinan ketua kelompok tani mengacu pada penelitian
(Zakaryya, 2010), yaitu: (1) sifat pemimpin (2) perilaku pemimpin
(3) kekuasan pemimpin. Tingkat kepemimpinan ketua kelompok
45
tani diukur dengan skor 1-3 dengan klasifikasi kelas (tinggi,
sedang, rendah). Data yang digunakan dalam variabel
kepemimpinan ketua kelompok tani adalah data dari ketua
kelompok, sekretais kelompok, dan anggota kelompok, untuk
analisis rank spearman data yang digunakan adalah data rata-rata
kelompok.
c) Motivasi petani (X3) merupakan dorongan yang mengakibatkan
seorang anggota kelompok, mau atau suka rela untuk
menggerakkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau
keterampilan tenaga dalam waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan (Siagian, 2003). Tingkat motivasi petani dilihat
berdasarkan 6 indikator yaitu: (1) kebutuhan fisiologis (2)
kebutuhan ekonomi (3) kebutuhan rasa aman (4) kebutuhan sosial
(5) kebutuhan penghargaan dan (6) aktualisasi diri. Tingkat
motivasi diukur dengan skor 1-3 dengan klasifikasi kelas (tinggi,
sedang, rendah).
d) Interaksi sosial petani (X4) adalah interaksi petani dengan
lingkungannya untuk memperoleh informasi mengenai ubi kayu.
Interaksi sosial dilihat berdasarkan 4 indikator yaitu: (1) interaksi
anggota kelompok tani dengan tetangga, (2) interaksi anggota
kelompok tani dengan anggota kelompok tani, (3) interaksi
kelompok tani dengan penyuluh, (4) interaksi kelompok tani
dengan kelompok tani. Interaksi sosial petani diukur dengan skor
1-3 dengan klasifikasi kelas (tinggi, sedang, rendah).
46
B. Variabel Y1
Variabel Y1 (peranan kelompok tani) yang dianalisis dalam penelitian
ini terdapat 3 indikator, yaitu:
a) Kelas belajar merupakan wadah belajar kelompok tani mengajar
bagi anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang
mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan
serta kehidupan yang lebih baik. Pengukuran indikator tersebut
menggunakan sub indikator yaitu: (1) perencanaan dan persiapan
kebutuhan belajar (2) menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi
anggota kelompok tani. Sub indikator diukur dengan skor 1-3
dengan klasifikasi kelas (tinggi, sedang, rendah).
b) Wahana kerja sama merupakan tempat kelompok tani untuk
memperkuat kerja sama baik di antara sesama petani dalam
kelompok tani dan antar kelompok tani maupun dengan pihak lain.
Melalui kerja sama diharapkan usahatani lebih efisien dan lebih
mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan
serta lebih menguntungkan. Pengukuran indikator tersebut
menggunakan sub indikator yaitu: (1) menciptakan suasana saling
kenal, saling mempercayai dan selalu berkeinginan untuk bekerja
sama. (2) menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan
pendapat dan pandangan diantara anggota kelompok tani, Sub
47
indikator diukur dengan skor 1-3 dengan klasifikasi kelas (tinggi,
sedang, rendah).
c) Unit produksi merupakan usahatani yang dilaksanakan oleh masing
masing anggota kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang
sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk
mencapai skala ekonomis usaha, dengan menjaga kuantitas,
kualitas maupun kontinuitas. Pengukuran indikator tersebut
menggunakan sub indikator yaitu: (1) mengambil keputusan dalam
menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan
berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi,
sosial, permodalan, sarana produksi dan sumberdaya alam lainnya,
(2) menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta
rencana kebutuhan kelompok tani atas dasar pertimbangan
efisiensi, Sub indikator diukur dengan skor 1-3 dengan klasifikasi
kelas (tinggi, sedang, rendah).
C. Variabel Y2
Variabel Y2 (pendapatan petani ubi kayu). Pendapatan usahatani ubi
kayu adalah total penerimaan yang diperoleh oleh pelaku usahatani ubi
kayu dikurangi total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut
dan dihitung dalam Rp/Ha. Adapun rumus pendapatan usahatani
adalah sebagai berikut:
Pd = Tr-Tc
Keterangan :
Pd = Pendapatan usahatani padi sawah
48
Tr = Total penerimaan
Tc = Total Biaya
Penentuan interval kelas data lapangan dirumuskan berdasarkan pada rumus
Sturges (dalam Dajan, 1996) dengan rumus :
Keterangan :
Z = Interval kelas
X = Nilai tertinggi
Y = Nilai terendah
K = Banyaknya kelas atau kategori
B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian dan Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak
Lampung Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja).
Kecamatan Seputih Banyak dipilih menjadi daerah penelitian atas dasar
pertimbangan bahwa Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah merupakan
salah satu sentra penghasil ubi kayu. Pengambilan data dilaksanakan bulan
Januari 2018.
Populasi anggota kelompok tani di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah adalah 771 petani dari 18 kelompok
tani. Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih Banyak dipilih menjadi tempat
penelitian dikarenakan kecamatan tersebut yang memiliki potensi
pengembangan ubi kayu. Dari jumlah populasi petani ubi kayu di Desa Siswo
Bangun ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus penentuan
sampel yang merujuk pada teori Sugiarto, dkk (2003) sebagai berikut:
49
( ) ( )
( ) ( ) ( )
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi petani binaan (771 orang)
S² = Variasi sampel (5% = 0,05)
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,645)
d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan rumus diatas diperoleh responden yang berjumlah 51 orang,
penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel petani ubi kayu yang
termasuk kedalam anggota kelompok tani secara random sampling dan
ditambah dengan pengurus kelompok tani yaitu ketua dan sekretaris sebanyak
36 orang, sehingga total responden dalam penelitian ini sebanyak 87 orang.
Dalam penelitian ini penentuan jumlah unit sampel dari 18 kelompok tani
diambil sampel dengan menggunakan metode alokasi proporsional dari rumus
Keterangan:
na = Jumlah sampel petani
n = Jumlah sampel petani keseluruhan
N = Jumlah populasi petani keseluruhan
Na = Jumlah populasi petani di kelompok tani
50
Tabel 6. Jumlah responden setiap kelompok tani di Desa Siswo Bangun,
Kecamatam Seputih Banyak
No Kelompok Tani Pengurus Jumlah
anggota
(orang)
Jumlah
Responden
(orang)
Total
Jumlah
Responden
(orang)
Kelas
Kelompok Ketua Sekretaris
1 Suka Makmur 1 1 48 3 5 Lanjut
2 Sinar Maju 1 1 44 3 5 Lanjut 3 Sinar Jaya 1 1 25 2 4 Lanjut 4 Sido Makmur 1 1 50 3 5 Lanjut 5 Ngudi Makmur 1 1 60 4 6 Lanjut 6 Melati 1 1 47 3 5 Lanjut 7 Mekar Sari 1 1 40 3 5 Lanjut 8 Sedio Rukun 1 1 33 2 4 Pemula
9 Makmur Tani 1 1 50 3 5 Pemula
10 Tani Jaya 1 1 50 3 5 Pemula
11 Harapan Jaya 1 1 42 3 5 Pemula
12 Makmur Jaya 1 1 31 2 4 Pemula
13 Budi Usaha 1 1 29 2 4 Pemula
14 Sido Mulyo 1 1 49 3 5 Pemula
15 Sumber Pangan 1 1 40 3 5 Pemula
16 Sumber Rezeki 1 1 43 3 5 Pemula
17 Fajar Tani 1 1 50 3 5 Pemula
18 Mekar Bayu 1 1 44 3 5 Pemula
Total 18 18 771 51 87
Tiap-tiap unit analisis yang terpilih pada setiap kelompok akan diambil secara
Stratified berdasarkan pada status keanggotaan yaitu ; ketua, sekretaris dan
anggota kelompok. Metode pengambilan responden ditentukan dari anggota
kelompok tani secara acak sederhana dan berstrata secara proporsional
(Proportional Stratified random sampling). Dalam penelitian ini jumlah
responden adalah 87 petani yang terdiri dari 18 ketua kelompok, 18 sekretaris
kelompok dan 51 anggota kelompok, untuk menguji dan menganalisis data
dilihat bedasarkan dari jumlah dan rata-rata masing-masing kelompok sehingga
sampel yang di dapat adalah 18 kelompok tani.
C. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survey, yaitu
51
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1995).
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden (petani ubi kayu)
di lokasi penelitian dengan menggunakan kuesioner dan data tersebut adalah
data untuk satu kali musim tanam. Data sekunder diperoleh dari beberapa
literatur diantaranya buku bacaan, laporan terpublikasi (gapoktan), hasil
penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung dan Lampung
Tengah, Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Kecamatan Seputih Banyak, serta Instansi yang berkaitan dengan penelitian
ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan
analisi statistik non parametric. Tujuan pertama pada penelitian ini dijawab
secara deskriptif . Selanjutnya untuk menguji tujuan yang kedua dan ketiga
mengunakan statisitik non parametrik dengan uji koefisien korelasi Rank
Spearman (rs). Menurut Siegel (1997) rumus koefisien korelasi Rank
Spearman (rs) adalah :
∑
Keterangan :
rs = Penduga koefisien korelasi
di = Perbedaan setiap pasangan rank
N = Jumlah responden
52
Pengujian dilanjutkan untuk menjaga tingkat signifikasi pengujian bila
terdapat rank kembar baik pada variabel X maupun pada variabel Y sehingga
dibutuhkan faktor koreksi t dengan rumus sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√∑ ∑
∑
∑
∑
∑
Keterangan :
∑ = Jumlah kuadrat variabel X yang dikoreksi
∑ = Jumlah kuadrat variabel Y yang dikoreksi ∑ = Jumlah faktor koreksi variabel X
∑ = Jumlah faktor koreksi variabel Y
T = Faktor koreksi
t = Banyaknya observasi berangka sama pada peringkat tertentu
n = Jumlah sampel
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 (Statistical
Package For Social Science) untuk melihat hubungan antara kedua variabel
dilihat berdasarkan nilai signifikasi, maka kaidah pengambilan keputusan
adalah:
1. Jika nilai signifikasi ≤ α pada α = 0,01 atau α = 0,05 maka H1 diterima dan
H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang nyata antara kedua variabel.
2. Jika nilai signifikasi > α pada α = 0,01 atau α = 0,05 maka H1 ditolak dan
H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kedua variabel.
53
Kemudian untuk menjawab tujuan keempat, pendapatan usahatani petani ubi
kayu anggota kelompok tani digunakan rumus sebagai berikut
(Soekartawi,1995):
Pd = Tr-Tc
Keterangan :
Pd = Pendapatan usahatani ubi kayu
Tr = Total penerimaan
Tc = Total Biaya
120
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji peranan
kelompok tani dalam peningkatan pendapatan petani ubi kayu di Desa Siwo
Bangun Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat peranan kelompok tani dalam peningkatan pendapatan usahatani
petani ubi kayu tergolong dalam klasifikasi sedang, hal ini disebabkan
masih banyak anggota kelompok tani yang tidak mengerti akan tugas dan
fungsi nya di dalam kelompok dan masih rendah nya kesadaran anggota
yang melakukan usahatani sesuai dengan arahan yang telah di berikan
oleh penyuluh.
2. Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan peranan kelompok tani
petani ubi kayu adalah peran penyuluh dan kepemimpinan ketua
kelompok tani, sedangkan yang tidak berhubungan nyata dengan peranan
kelompok tani adalah tingkat motivasi petani dan interaksi sosial petani .
3. Tingkat pendapatan usahatani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun
Kecamatan seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah adalah sebesar
Rp27.845.592 per 1,27 ha atau sebesar Rp21.925.801 per ha. Hal ini
V. KESIMPULAN DAN SARAN
121
menunjukkan bahwa pendapatan usahatani petani ubi kayu tergolong
sedang.
4. Hubungan antara peranan kelompok tani dengan tingkat pendapatan
usahatani petani ubi kayu di Desa Siswo Bangun Kecamatan Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah adalah tidak nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa peranan kelompok tani tidak selamanya akan
mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani.
B. Saran
1. Perlu adanya kegiatan dalam kelompok tani yang membuat daya tarik
para petani sehingga motivasi petani dalam mengikuti kelompok tani
tidak hanya untuk mendapatkan bantuan, melainkan benar-benar
menjadi kesadaran petani akan pentingnya mengikuti kelompok tani
sebagai wadah yang mampu menumbuhkan kemandirian dan
meningkatakan kemampuan anggotanya dalam melaksanakan kegiatan
usahatani.
2. Peran Penyuluh, ketua kelompok tani, serta instansi terkait sangat
diperlukan agar pengetahuan para anggota kelompok meningkat, dan
dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kebaikan kelompok tani
serta yang berkaitan dengan kegiatan – kegiatan kelompok tani
sehingga dengan adanya kelompok tani dan mengikuti kelompok tani
dapat meningkatkan pendapatan maupun kesejahteraan anggota
kelompok tani.
122
DAFTAR PUSTAKA
Andrew J, Dubrin. 2006. The Complete Idiot’s Guides to Leadership 2nd Edition.
Prenanda. Jakarta.
Anggunanda, F.T., Hasanudin, T., Nurmayasari, I. 2016. Efektivitas
Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dalam Difusi Inovasi Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi di Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu- Ilmu
Agribisnis. Vol. 4 No. 4, Oktober 2016. Universitas Lampung.
Aria, R., Hasanudin, T., Prayitno, R.T. 2016. Peranan Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) Terhadap Keberhasilan Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten
Lampung Utara. Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis. Vol. 4 No. 4, Oktober
2016. Universitas Lampung.
Berry, D. 1995. Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Indonesia (Jumlah dan persentase
penduduk miskin menurut provinsi). BPS. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Lampung Tengah
Dalam Angka. BPS Kabupeten Lampung Tengah.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 20116. Lampung Dalam Angka. BPS
Propinsi Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik Kecamatan Seputih Bayak. 2017. Seputih Banyak Dalam
Angka. BPS Kecamatan Seputih Bayak.
Departemen Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor;61/permentan/ot.140/11/2008 Tentang Pedoman Pembinaan
Penyuluh Pertanian Swasta dan Penyuluh Pertanian Swadaya.
Dirjen Tanaman Pangan. 2011. Rapat Pimpinan Dirjen Tanaman Pangan 2011.
Jakarta. 11-13 Januari 2011.
123
Effendi, I. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Buku Ajar Penerbit
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Friedman, M. 1998. Basic role Theory & Practice. EGC. Jakarta.
Irsa, R., Nikmatullah, D., Rangga, K.K. 2018. Persepsi Petani dan Efektivitas
Kelompok Tani dalam Program UPSUS PAJALE di Kecamatan Banjar
Baru Kabupaten Tulang Bawang . Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis. Vol. 6
No. 1, Oktober 2018. Universitas Lampung.
Kartono, K. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Kasogi, M.I., Lestari, D.A.H., Rosanti, N. 2015. Perananan Kelompok Tani
Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Kesejahteraan Petani
Padi Di Desa Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis. Vol. 2 No. 2, Oktober 2014.
Universitas Lampung.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Pemberdayaan Kelompok Tani
dan Gapoktan. Kementan RI. Jakarta.
Kementrian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/Ot.140/8/2013 Pedoman Pembinaan Kelompoktani
Dan Gabungan Kelompoktani. Kementan RI. Jakarta.
Kementrian Pertanian. 2011. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
17/Permentan/OT.140/3/2011tentang Pedoman Penilaian Gabungan
Kelompoktani Berprestasi. Kementan RI. Jakarta.
Mangkunegara, A.P. 2000. Evaluasi Peranan Sumber Daya Manusia. PT Rifika
Aditama. Bandung.
Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto, T. 1998. Peranan Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas
Maret University Press. Surakarta.
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University
Press. Surakarta.
Maslow. 1970. Motivation and Personality. PT Pustaka Binaman Presindo.
Jakarta
Matanari, D., Salmiah., Emalisa. 2014. Peranan Kelompok Tani Terhadap
Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oriza Sativa) Di Desa Hutagugung
Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Jurnal Universitas Sumatera
Utara. Vol. 4 No. 7, Juli 2014. Universitas Sumatera Utara.
124
Mills. 1967. Psikologi Kelompok Dan Sosial. Bina Aksara. Jakarta.
Mosher, A.T. 1968. Menggerakan Dan Membangun Pertanian-Sjarat-sjarat
Mutlak Pembangunan dan Modernisasi. Jakarta.
Mutmainah, R., Sumardjo. 2014. Peran Kepemimpinan Kelompok Tani dan
Efektivitas Pemberdayaan Petani. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
Vol. 2 No. 5, Juli 2014. Institut Pertanian Bogor.
Rakhmat, J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Rosda Karya. Bandung.
Rahmat, R. 1997. Budidaya dan Pasca Panen Ubi Kayu. Swadaya. Jakarta.
Roucek, J.S. dan Warren, R.L. 1984. Pengantar Sosiologi Diterjemahkan Oleh
Sahat Simamora. Bina Aksara. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Ubi jalar-Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Sajogyo, Pudjiwati, 1992, Sosiologi Pedesaan - Jilid 2, Gadjah Mada University.
Yogyakarta.
Samsudin. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Moderenisasi Pertanian.
Angkasa Offset. Bandung
Sari, J., Nurmayasari, I., Yanfika H. 2015. Persepsi Petani Terhadap Kinerja
Penyuluh dalam Pengembangan Padai Organik di Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis. Vol. 3 No. 4,
Oktober 2015.
Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan masyarakat. Ghalia
Indonesia. Bogor
Siagian, S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik. PT Gramedia. Jakarta.
Soekanto, S. 2002. Sosiologi suatu pengantar. Rajawali persada. Jakarta. 517 hlm
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Suhardiyono, L. 1988. Penyuluh: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga.
Jakarta.
Sugiarto, Siagian D, Sunarto L.S, Oetomo D.S. 2003. Teknik Sampling. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
125
Sumaryo., Listiana, I., Gultom, D.T., 2012. Dasar-dasar Penyuluhan dan
Komunikasi. Anugerah Utama Raharja (AURA). Bandar Lampung.
Thoha, M. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Triwidarti, T., Suyadi, B., Sukidin. 2015. Peran Kelompok Tani Sampurna Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Petani Dan Hasil Produksi Padi Di Desa
Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Jurnal Sosial
Ekonomi Petanian. Vol 8 No 2. Juli 2015. Universitas Jember.
Van den Ban A.W dan Hawkins H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta
Wastika, C.Y., Hariadi, S.S., Subejo. 2015. Peran Kelompok Tani Dalam
Penerapan Sri (System Of Rice Intensification) Di Kecamatan Kalikajar
Kabupaten Wonosobo. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Vol 25 No1.
Juni 2015. Universitas Gajah Mada.
Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Sagung Seto
Wirutomo, P. 1983. Optimalisasi peranan dalam perkembangan masyarakat
kelurahan. Rajawali. Jakarta.