PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA TERINTEGRASI
NILAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Sebuah Studi Pada Siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
AMELIA FADILLA PERMAISARI
104016200429
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i
ABSTRAK
AMELIA. Pengaruh Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Ilmu Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2011.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa. Penelitian
menggunakan metode kuantitatif dengan desain Pre-Experimental Designs (non
designs) yang dilaksanakan di SMK Grafika Yayasan Lektur pada Mei 2009.
Populasi penelitian adalah siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta,
sedangkan sampel yang diambil adalah siswa kelas X semester II tahun
2008/2009. Teknik pengumpulan data variabel pendidikan nilai dengan
menggunakan angket. Sedangkan variabel hasil belajar dengan menggunakan tes
formatif dan angket.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar. Hasil analisis data
menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai thitung = 18.1187 sedangkan nilai ttabel
pada taraf signifikansi α = 0,01 (derajat kebebasan 78) adalah 2.381, maka nilai
thitung lebih besar dari nilai ttabel, sehingga Ha diterima.
Kata kunci : pendidikan nilai, hasil belajar
ii
ABSTRACT
AMELIA. Effect Learning Chemistry Concept of Integrated Value Influences
Learning Outcomes of Student. Thesis, Chemistry Education Studies Program,
Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teach
Trainer, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, March 2011.
The study aims to determine influences chemistry concept of integrated to
the learning outcomes of students. Research using quantitative methods Pre-
Experimental Designs (non Designs) held at SMK Grafika Literature Foundation
in May 2009. The study population is a student of SMK Grafika Literature
Foundation Jakarta, was the sample taken is class X the second semester of
2008/2009. Data collection techniques are taught using the variable results of
formative tests and questionnairess.
Based on this research can be concluded that there is an influences
between chemistry concept of integrated to the learning outcomes of students.
The results of data analysis using the test statistic "t" values obtained tvalue =
18.1187 while ttable = 2.381 at significance level α = 0.01 (degrees of freedom 78),
then tvalue is bigger than ttable, so Ha is accepted.
Key words : value education, learning outcomes
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kimia Terintegrasi
Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang
setia hingga hari akhir nanti.
Begitu banyaknya hambatan yang telah dilewati oleh penulis untuk proses
penyelesaian skripsi ini, namum begitu banyak dukungan dari berbagai pihak
kepada penulis. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan hati ini penluis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah berjasa dalam membantu penulis, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mama, Papa, Rian dan Alip keluargaku tercinta yang selalu memberikan doa
dan dukungannya selama ini.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.
4. Bapak Dedi Irwandi M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.
5. Bapak Drs. Zamris Habib, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Tonih Feronika, M.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Turyono, M.Pd, selaku Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
7. Seluruh siswa kelas X-A sebagai sampel dalam penelitian ini.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan ilmu yang sangat
berguna sebagai bekal penulis dalam menjalani tantangan ke depan.
9. Sahabat-sahabatku Eem Nurrizqi Munawaroh, Pratiwi Handayani,
Dewimarhelly, Nabilah Syafei, Retno Purwandari, Sri Rahayu, Ria Irmawati,
iv
Nur Alfia Solihat, Erni Rochaeci dan Irma Rahmawati yang telah
memberikan kenangan yang indah selama kuliah.
10. Semua teman baik di Program S1 Pendidikan Kimia angkatan 2004, teman
pengajar di SMK Grafika Yayasan Lektur yang telah memberikan bantuan
dan semangat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga setiap bantuan, dukungan semangat yang telah diberikan diberikah
balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi diri sendiri dan dunia pendidikan pada umumnya. Amiin
Yaa Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, Juni 2011
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3
C. Pembahasan Masalah ........................................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ........................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
BAB II DESKRIPSI TEORITIS,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis .............................................................................................. 6
1. Konsep-konsep Nilai dan Pendidikan Nilai ................................................. 6
a. Pengertian Nilai ........................................................................................ 6
b. Pendidikan Nilai ....................................................................................... 7
c. Pedagogi Pendidikan Nilai ....................................................................... 11
d. Nilai dalam Ilmu Sains ………………………………………………… 16
2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia ……………………………………... 20
a. Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.......................................... 21
b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit................ 23
3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar......................................... 24
a. Belajar....................................................................................................... 24
b. Pembelajaran............................................................................................. 25
c. Hasil Belajar.............................................................................................. 26
vi
B. Hasil Penelitian Yang Relevan......................................................................... 28
C. Kerangka Pikir................................................................................................... 29
D. Hipotesis............................................................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................32
C. Metode Penelitian ............................................................................................. 32
D. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 33
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 33
G. Validitas Instrumen Penelitian ......................................................................... 38
H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ……………………………………………………………….. 47
1. Hasil Belajar Kognitif …………………………………………………….. 47
a. Data hasil pretest ………………………………………………………. 47
b. Data hasil posttest ……………………………………………………... 47
c. Data hasil belajar kognitif setiap indikator ……………………………. 47
2. Data Kualitatif ……………………………………………………………. 48
a. Hasil Observasi ………………………………………………………... 48
b. Hasil Wawancara ……………………………………………………… 50
c. Hasil Angket …………………………………………………………... 52
B. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………………………… 52
1. Uji Normalitas …………………………………………………………….. 52
2. Uji Homogenitas …………………………………………………………... 53
3. Nilai N-Gain ………………………………………………………………. 54
4. Pengujian Hipotesis ……………………………………………………….. 55
C. Interpretasi Data ……………………………………………………………... 56
1. Hasil Belajar Siswa ………………………………………………………...56
2. Hasil Belajar Siswa Tiap Indikator ………………………………………...56
vii
D. Pembahasan ………………………………………………………………….. 57
E. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………………… 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 61
B. Saran …………………………………………………………………………. 61
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 62
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 65
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar ………………………………...... 34
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Angket Pedagogi Pendidikan Nilai ……………… 36
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pedagogi Pendidikan Nilai ……………………….. 36
Tabel 4.1 Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Setiap Indikator ………….. 48
Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Siswa Pada Pelaksanaan Pembelajaran ………49
Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran
Kimia …………………………………………………………………………… 50
Tabel 4.4 Angket Siswa Terhadap Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran
Kimia …………………………………………………………………………… 52
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Dengan Uji Lilliefors ………………….. 52
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Homogenitas Dengan Uji Fisher …………………… 53
Tabel 4.7 Nilai N-Gain Konsep Laruan Elektrolit dan Non Elektrolit ………… 54
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji t ……………………………... 55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Distribusi Pretest Siswa ………………………………………… 66
Lampiran 2 Distribusi Posttest Siswa ……………………………………….. 67
Lampiran 3 Tabel Perhitungan Uji Normalitas………………………………. 68
Lampiran 4 Perhitungan Uji Homogenitas ………………………………….. 69
Lampiran 5 Perhitungan Uji T ………………………………………………. 70
Lampiran 6 Tes Hasil Belajar ……………………………………………….. 72
Lampiran 7 Angket Tentang Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Kimia… 81
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ……………………………………………. 83
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 …………………………. 86
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 .…………………………. 86
Lampiran 11 Validasi Instrumen Pilihan Ganda………………………………. 93
Lampiran 12 Reliabilitas Tes Hasil Belajar ………………………………....... 103
Lampiran 13 Taraf Kesukaran ………………………………………………… 106
Lampiran 14 Daya Pembeda Soal ……………………………………………... 108
Lampiran 15 Lembar Pengesahan Uji Referensi ………………………………. 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Semarang menemukan 40
makanan olahan hasil industri rumah tangga yang mengandung bahan kimia
berbahaya, seperti boraks, rhodamin B, auramin, dan metanyl yellow. Untuk itu,
masyarakat diimbau berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan
olahan. Apabila dikonsumsi, bahan kimia seperti rhodamin B dapat menyebabkan
gangguan pada jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan kulit.
Auramin dapat menyebabkan gangguan jaringan ginjal, hati, dan saluran
pencernaan. Metanyl yellow menyebabkan kanker saluran kemih, iritasi saluran
pernafasan, dan gangguan penglihatan. Adapun boraks membuat iritasi kulit,
mata, dan kerusakan ginjal.1
Hal ini menunjukkan, bahwa ada pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak
menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak
lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh
nilai-nilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pedidikan nilai
dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan
penting sebagai pembinaan nilai dan moral.
Pendidikan perlu menekankan pentingnya dan mengupayakan
terlaksananya pendidikan nilai. Dengan pendidikan nilai, dampak negatif
kemajuan sains dan teknologi akan lebih dapat dihindarkan. Pendidikan nilai
sebagai bagian hakiki pendidikan ikut menentukan kualitas manusia pencipta dan
pengguna teknologi di masa depan.2
Pendidikan di Indonesia baik formal, non-formal maupun informal
1Harry Susilo, Awas Makanan Mengandung Bahan Berbahaya Masih Beredar!,
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/04/07/19225412/awas.makanan.mengandung.bahan.berba
haya.masih.beredar, diakses pada 27 April 2011 2J. Sudarminta, Transformasi Pendidikan : Memasuki Milenium Ketiga, (Yogyakarta : Penerbit
Kanisius, 2000), hal 9
2
merupakan proses yang dengan sengaja dilakukan untuk tujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang
mantap, mandiri serta bertanggung jawab. Di dalamnya tersirat adanya pendidikan
nilai dalam pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai, sesuai dengan UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab II, pasal 3 yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Sekolah pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat transfer of knowledge
belaka. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan proses pembelajaran
yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise). Sekolah bertanggung
jawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian.4
Pendidikan di sekolah perlu memberi perhatian pada perkembangan
perilaku yang baik dalam diri subyek didik. Para pendidik umumnya berpendapat,
pendidikan moral merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan di
sekolah diharapkan tidak hanya mengembangkan kecerdasan otak dan
keterampilan subyek didik, tetapi juga menumbuhkan kecerdasan moral dan
bertumbuh menjadi manusia yang berakhlak mulia.5
Sekolah Menengah Kejuruan Grafika Yayasan Lektur merupakan salah
satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan, pengajaran dan
pelatihan untuk mencapai keahlian grafika. Salah satu misinya adalah
mengembangkan sistem pendidikan kejuruan grafika yang adaptif, fleksibel dan
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf., hal 3, diakses pada 26 Agustus 2008
4 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi,
(Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2002), hal 176
5Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004),
hal 108
3
berwawasan global berdasarkan iman dan takwa serta berbudi luhur.
Kelas X sebagai bagian dari SMK Grafika Yayasan Lektur memiliki
karakteristik anak-anak SMA seperti umumnya. Mereka memasuki masa
peralihan dari SMP menuju SMA. Pada usia ini mereka mengalami
pertentangan-pertentangan batin yang paling memuncak dalam kehidupannya.
Masa ini juga merupakan periode penuh kontras-kontras, badai-badai
permasalahan, dan gelora-gelora jiwa yang sering berlawanan. Sehingga
mengakibatkan timbulnya banyak kecemasan dan kebingungan pada anak muda.
Di samping itu, secara sadar anak mulai mencari nilai-nilai hidup dan
norma-norma baru yang luhur, serta nilai religius.6 Maka, semenjak dini harus
mulai diterapkan pendidikan nilai agar mereka berkarakter baik dan dapat
mengembangkan diri secara berkesinambungan. Pendidikan nilai yang diterapkan
secara cerdas dan kreatif akan menuntun remaja memperoleh kepuasan dalam
kehidupannya yang akan dijalani dan yang akan dicapai dikemudian hari.
Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia
khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam konsep tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
memilih pembahasan tentang “Pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai
terhadap hasil belajar siswa?”.
B. Identifikasi masalah
1. Dampak negatif kemajuan sains dan teknologi mengakibatkan penurunan
nilai di masyarakat, sehingga dibutuhkan pendidikan nilai dalam
pembelajaran kimia
2. Pendidikan nilai belum ditanamkan pada mata pelajaran kimia, sehingga
perlu langkah awal untuk memulainya
3. Rendahnya penguasaan konsep siswa dalam sains diharapkan dapat
diimbangi dengan kepribadian dan karakter yang unggul dengan
pendidikan nilai
4
C. Pembatasan masalah
Dari berbagai masalah yang telah diidentifikasi di atas, pembatasan fokus
penelitian dilakukan pada :
1. Pendidikan nilai pada pembelajaran kimia dibatasi pada konsep larutan
elektrolit dan non elektrolit sebagai langkah awal dalam
pengintegrasiannya
2. Nilai – nilai yang dikaji dalam pengintegrasian nilai yaitu nilai religi, nilai
intelektual, nilai pendidikan, nilai sosial politik ekonomi dan nilai praktis
3. Penguasaan konsep siswa dilihat dari hasil belajar siswa pada tes
kemampuan kognitif setelah pengintegrasian pendidikan nilai
D. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
” Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil
belajar siswa?”.
E. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa di SMK Grafika
Yayasan Lektur Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa jurusan pendidikan IPA pada
umumnya dan mahasiswa program studi kimia UIN Syarif Hidayatullah
pada khususnya sehingga terpacu untuk terus berupaya meningkatkan
pemahaman serta menanamkan nilai-nilai kepada siswa
2. Memberikan masukan kepada guru kimia khususnya mengenai salah satu
cara penyelenggaraan pendidikan nilai pada pelajaran kimia dan
6 Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung : CV Mandar Maju, 2007), hal 170
5
guru-guru umumnya tentang perlunya penyelenggaraan pendidikan nilai
pada setiap proses pembelajaran di sekolah
3. Memberikan informasi kepada pihak sekolah, perlunya pembinaan
kepada guru-guru tentang pentingnya penyelenggaraan pendidikan nilai
pada proses pembelajaran di sekolah
6
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Konsep-Konsep Nilai dan Pendidikan Nilai
a. Pengertian nilai
Nilai didefinisikan dengan cara berbeda-beda oleh banyak ahli.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-sifat (hal-hal)
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan dan sesuatu yang
menyempurnakan manusia dengan hakikatnya.1 Berdasarkan pandangan
psikologis, pada dasarnya pendidikan nilai merupakan upaya penguatan
keyakinan terhadap kebenaran, kebaikan, dan keindahan perilaku peserta
didik. Menurut Gordon Allport dalam Mulyana nilai adalah keyakinan
yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.2
Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-
nilai yang sesuai dengan tuntunan yang ada, baik yang berlaku dalam
masyarakat maupun ajaran agama. Oleh karena itu dari sudut pandang
sosiologis, pengertian nilai menurut Kupperman dalam Yudianto adalah
patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan
pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.3
Definisi nilai oleh Spranger dalam Sunaryo yaitu suatu tatanan
yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Kepribadian manusia
terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-nilai dan kesejarahan. Selain
dalam konteks sosial sebagai nilai dalam kepribadian manusia, terdapat
pula kekuatan individual yang dikenal sebagai “roh subjektif” (subjective
spirit). Sementara itu, kekuatan nilai-nilai budaya merupakan “roh
objektif” (objective spirit). Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 963
2 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : CV Alfabeta, 2004), hal 11
3 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam, (Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 46
7
secara pasif melainkan secara aktif dan kreatif.4
Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat
disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi
semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan makna
dalam hidup, yang memberikan dalam hidup ini titik tolak, isi dan tujuan.5
Menurut Norton dan Hunt dalam Narwoko-Bagong, nilai adalah
gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti.
Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang
tetapi ia tidak menghakimi apakah suatu perilaku tertentu itu salah atau
benar.6
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa nilai adalah kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
keberadaannya hanya dapat dilihat melalui pola tingkah laku manusia yang
nantinya akan menentukan sikap manusia. Nilai pada umumnya
terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak.
b. Pendidikan nilai
Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai
dalam diri seseorang.7 Pendidikan nilai tidak harus merupakan satu
program atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau Bahasa
Inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha
pendidikan.
Menurut pemahaman J. Sudarminta, pendidikan moral sebagai
bagian pendidikan nilai dalam konteks pendidikan di sekolah, merupakan
upaya untuk membantu subyek didik mengenal, menyadari pentingnya dan
menghayati nilai-nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi
4 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), hal 76
5 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial
Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal 29
6 Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta : Prenada
Media), hal 35
7 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 3
8
sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun
bersama-sama dalam suatu masyarakat.”.8 Oleh karena itu, dalam proses
pendidikan nilai (value clarification) menjadi tanggung jawab pendidik
untuk :
1) Melihat implikasi nilai etis dalam setiap proses perubahan yang
terjadi
2) Membantu untuk berkembangnya nilai-nilai dalam diri seseorang
3) Membantu agar anak didik dapat mengambil sikap dan keputusan,
dalam merencanakan kehidupan secara berarti9
Pendidikan nilai tersebut menurut Enstein dalam Yudianto
mencakup nilai-nilai (value) dalam kehidupan yaitu : nilai praktis, nilai
intelektual, nilai sosial politik ekonomi, nilai pendidikan dan nilai
religius.10
1) Nilai praktis
Nilai praktis merupakan nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar
yang dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Nilai
praktis sains adalah kandungan nilai yang berhubungan dengan aspek-
aspek manfaat sains dalam kehidupan. Sains dapat berkembang pesat
karena memiliki nilai praktis, seperti sumber pangan, sandang,
perumahan dan pengobatan/kesehatan.
2) Nilai intelektual
Nilai intelektual suatu bahan ajar adalah mengajarkan kecerdasan
seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu
dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar
lebih kritis, analitis dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang
lebih efektif dan efisien. Selain itu nilai intelektual berarti nilai
kecerdasan pada manusia untuk mengambil sikap dan perilaku yang
8 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004),
hal 108
9 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 3
10Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,(Bandung : Mughni
Sejahtera, 2005), hal 47
9
tepat, tidak percaya pada mistis ataupun hal-hal yang bersifat
provokatif. Dengan demikian segala permasalahan dipertimbangkan
dengan akal sehat dan diselesaikan melalui proses berpikir kritis.
3) Nilai sosial politik ekonomi
Nilai sosial politik ekonomi berorientasi kepada berbagai bentuk
hubungan sosial, sikap bertanggung jawab terhadap kelompok, kasih
sayang, sikap loyal dan bersedia berkorban dan berpartisipasi dalam
kehidupan sosial. Salah satu nilai sosio politik dapat ditunjukkan bahwa
persatuan merupakan wujud kesatuan bangsa.
4) Nilai pendidikan
Nilai pendidikan suatu bahan ajar merupakan kandungan nilai
dari bahan ajar yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan
untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan,
dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya, baik untuk pribadi maupun
kepentingan bangsanya.
4) Nilai religius.
Nilai religius menurut Enstein dalam Yudianto merupakan
kandungan nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan
Tuhan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan
lainnya.
Dalam kurikulum Pendidikan Budi Pekerti ditegaskan ada lima
pendekatan yang dapat digunakan pada pembelajaran Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) untuk memasukkan nilai-nilai yang
terdapat dalam Pendidikan Budi Pekerti itu dapat dilaksanakan. Kelima
pendekatan itu dapat dilaksanakan secara mandiri maupun saling
melengkapi atau saling dikaitkan antara pendekatan yang satu dengan yang
lain sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan para siswa yang menjadi
peserta didiknya. Kelima pendekatan tersebut telah diringkas menjadi :11
11 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial
Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal 33
10
1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu
pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social
pada diri siswa. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah :
pertama, diterimanya nilai-nilai social tertentu oleh siswa; kedua,
berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang diinginkan.
2) Pendekatan perkembangan kognitif (cognitive moral development
approach)
Pendekatan perkembangan kognitif (cognitive moral development
approach) adalah pendekatan yang member penekanan pada aspek
kognitif dan perkembangannya. Tujuan pendidikan nilai melalui
pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa dalam membuat
pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan nilai yang lebih
tinggi; kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya
ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) adalah
pendekatan yang memberikan penekanan pada perkembangan
kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis
masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Tujuan pendidikan
nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk
menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam
menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai
moral tertentu; kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses
brpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan
merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) adalah
pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha membantu siswa
dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk
11
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.
Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama,
membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; kedua, membantu siswa
supaya mereka mempu menggunakan secara bersama-sama kemampuan
berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan,
nilai-nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri.
5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) adalah
pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral,
baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu
kelompok. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah :
pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama,
berdasarkan nilai-nilai merka sendiri; kedua, mendorong siswa untuk
untuk melihat diri mereka sebagai mahluk individu dan makhluk sosial
dalam pergaulan dengan sesame, yang tidak memiliki kebebasan
sepenuhnya, melainkan sebgai warga dari suatu masyarakat, yang harus
mengambil bagian dalam proses demokrasi.
c. Pedagogi pendidikan nilai12
1) Menghargai dan menerima setiap murid dan setiap orang.
Bila murid diharapkan menghormati sesamanya, maka guru harus
memberi contoh dengan menghargai murid sebagai pribadi yang utuh.
Kecenderungan guru untuk unjuk kekuasaan : selalu benar, paling tahu,
memberi perintah harus diminimalisir. Diharapkan akan menciptakan
suasana persaudaraan, saling tanggap diantara murid. Penghargaan yang
diberikan kepada murid sama dengan penghargaan yang diminta dari
mereka, agar dapat ditunjukkan kepada orang tua, guru dan teman.
12 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 117
12
2) Menerima perbedaan-perbedaan yang ada di pihak lain
Perbedaan yang terdapat pada masing-masing orang mempunyai
nilai dan merupakan sumber untuk memperkaya diri. Kebhinekaan
merupakan sumber kemajuan. Menerima perbedaan pada pihak lain
dapat dipelajari lewat pergaulan sehari-hari, permainan bersama,
menyanyi bersama dan lain-lain.Melalui pendidikan cara konvergen,
yang berusaha menemukan sebanyak mungkin pemecahan atas suatu
persoalan dan kemudian memilih pemecahan yang paling menarik
menurut ukuran beberapa orang, murid dilatih bersikap toleran. Cara
berpikir divergen dapat diterapkan dengan memberikan kesempatan
kepada para murid untuk menciptakan sesuatu dengan memilih kegiatan
yang cocok, murid dilatih mengemukakan pendapat sendiri.
3) Mendahulukan kepentingan bersama
Kehidupan bersama tidak mungkin terwujud apabila tidak ada
kesediaan menyangkal diri masing-masing. Cara paling baik adalah
dengan menjelaskan dan bersama mereka menemukan bahwa
mewujudkan kepentingan bersama diperlukan sikap tertentu dari
masing-masing murid, misal tertib di kelas.
4) Meningkatkan dialog
Murid perlu dilatih untuk mendengarkan pandangan orang lain,
memberi kesempatan orang lain berbicara, mengakui secara jujur apa
yang benar dari pendapat orang lain. Perlu juga melatih mereka dapat
mengemukakan pendapat dengan jelas, tepat dan moderat. Agar
bersedia, bila perlu mengadakan modifikasi atas pendapatnya sesudah
mendengar pendapat orang lain. Pada kesempatan pertemuan kelas,
misalnya kecenderungan untuk memonopoli seluruh pembicaraan harus
dicegah; kepada setiap anak harus diberikan kesempatan untuk
mengetengahkan pendapatnya, walaupun dengan susunan kalimat atau
bahasa yang tidak sempurna. Selain pertemuan kelas, baik juga
diadakan pertemuan antar kelas dimana masing-masing kelas melatih
murid belajar berdemokrasi
13
5) Bekerja dan bermain dalam tim
Sumbangan atau andil tiap-tiap andil adalah mutlak perlu. Jangan
ada murid yang bermalas-malasan. Masing-masing anggota sekolah
menentukan keberhasilan usaha sekolah. Contoh terbaik dan paling
tepat untuk mendorong murid-murid bekerja dalam tim adalah apabila
para guru sendiri bekerja dalam tim.
6) Bertindak adil dalam hubungan dengan murid
Perilaku dan sikap guru di lingkungan sekolah memainkan
peranan penting sekali. Salah satu kesalahan melanggar keadilan paling
besar dan paling sering terjadi pada guru adalah pilih kasih : memilih
sekelompok murid yang pandai, menyenangkan, ”baik” diantara murid-
murid lainnya. Sesuatu yang istimewa jika memberikan kehangatan dan
perhatian kepada murid-murid yang tidak menarik. Di lain pihak,
supaya betul-betul adil dan jujur, harus berhati-hati dalam
mempertimbangkan pemberian hukuman dan peghargaan, pujian dan
celaan. Jangan memberikan hukuman secara kolektif. Jangan pula
mencaci maki di depan umum untuk kesalahan yang dibuat oleh
seorang murid. Akhirnya, sementara dicontohkan sikap adil dan jujur,
murid-murid pun dapat memberi timbal balik dengan tidak melakukan
penipuan dalam pekerjaan rumah, ulangan atau ujian ; agar mereka
menjauhkan diri dari nilai pilih kasih terhadap sesamanya.
7) Menghargai janji
Menepati janji sama dengan memenuhi tanggung jawab. Dengan
memilih sekolah, baik guru maupun murid berarti telah memberikan
kesanggupan. Karena itu hendaklah mereka masing-masing
melaksanakan tugas dan kewajiban yang merupakan kesanggupaannya.
Kita hanya dapat menghargai diri kita maupun orang lain, kalau kita
menepati kesanggupan yang telah dijanjikan.
8) Melaksanakan tugas panggilan
Setiap orang wajib melaksanakan panggilan yang dipercayakan
kepadanya. Tugas panggilan setiap orang adalah unik dan personal.
14
Untuk mewajibkan panggilan itu dia harus malaksanakan tugasnya
dengan cermat sesuai dengan kemampuannya. Hendaknya kita
mendorong anak-anak mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik,
eapi dan secermat mungkin. Dalam hal ini, contoh kesadaran guru
terhadap tugasnya merupan pelajaran yang lestari dan efektif.
Sebaliknya, setiap kelalaian dari pihak guru akan menghasilkan
kebalikannya.
9) Menyadari kewajiban dan kebebasan
Kita perlu memahami dan menghargai hak-hak orang lain. Kita
juga perlu menyadari kebebasan kita, merasa bangga atas kebebasan
kita dan bersedia untuk mempertahankannya. Pemahaman anak
mengenai hak-hak tersebut perlu diimbangi dengan pemahaman
mengenai kewajiban-kewajiban, karena diantaranya terdapat jalinan
yang sangat erat. Anak pun harus dibantu menghayati hak-haknya
secara nyata, antara lain diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, hak berbeda dari yang lain, hak untuk dihargai sebagai
pribadi, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk berusaha sendiri
dan lain-lain.
10) Menghargai kekuasaan yang benar
Kekuasaan yang benar adalah kekuasaan yang melayani
kepentingan umum, yang membuat kepentingan umum semakin
bertambah baik dan dihargai. Di kelas dan di sekolah dijumpai
hubungan guru-murid sebagai hubungan dan taklukan. Hubungan
macam ini tidak dapat menciptakan suasana persaudaraan, sebaliknya
malah membentuk anak menjadi pemberontak atau senang melakukan
tipu daya.
11) Menghargai dan mengusahakan perbaikan lingkungan
Kita ajak anak menghargai alam, lingkungan ciptaan manusia dan
hasil-hasil karya manusia. Untuk itu, kita dapat mulai dengan mengajak
anak-anak menjaga kebersihan dan kerapihan kelas, halaman, peralatan
sekolah misalkan dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman bunga,
15
lukisan dan sebagainya. Mereka pun harus menjaga kebersihan dan
kerapihan jalan, tempat-tempat umum, serta menjauhkan diri dari
pengotoran ataupun pengrusakan.
12) Melibatkan diri dalam lingkungan : partisipasi
Dalam kelompok : keluarga, kelas, sekolah dan lain-lain semua
anggota harus merasa saling terlihat satu sama lain. Semua anggota
harus membentuk kelompok, mengembangkan semangat kelompok
yang benar, membuat kelompoknya bersinar keluar, memahami dan
menerima saling ketergantungan dan saling melengkap, serta solidaritas
antar kelompok-kelompok. Murid dilibatkan dalam kelompok kecil,
yaitu kelas. Tanggung jawab atas kelas dan sekolah diserahkan kepda
murid-murid yang lebih tua. Tanggung jawab meliputi tanggung jawab
mengenai, keterlibatan, kebersihan lingkungan sekolah, tanggung jawab
terhadap bimbingan murid-murid muda dalam beberapa keterampilan
atau ketangkasan, seperti olahraga, keamanan lalu lintas dan
sebagainya. Kita dorong mereka untuk mengadakan kontak dengan
pejabat setempat, seperti lurah, pejabat keamanan dan sebagainya.
Dengan mengajak murid menghayati dan melibatkan diri dalam
kehidupan suatu kelompok, kita memberi mereka pendidikan sosial dan
kewarganegaraan secara efektif. Dalam kehidupan-kehidupan suatu
kelompok, anak harus menaati peraturan dan melaksanakan suatu
peraturan. Dengan menaati peraturan, mereka belajar memahami bahwa
peraturan yang disetujui bersama, bukan yang dipaksakan oleh yang
berkuasa, merupakan prasyarat agar ,masyarakat dapat berfungsi secara
serasi (harmonis). Dengan melaksanakan peranan masing-masing
−betapa pun kecilnya− dalam melayani kepentingan seluruh kelompok,
mereka saling mendorong untuk membuang jauh egoisme; mereka
belajar memahami dan merasakan kegembiraan karena memberikan
dengan sukarela, diri dan harga dirinya, karena bermanfaat bagi orang
lain. Dengan membagi tanggung jawab, guru dapat memusatkan
perhatian dan usahanya kepada masalah-masalah pendidikan yang
16
sebenarnya.
13) Menaruh perhatian dan berperan serta dalam masalah-masalah
dunia
Masalah-masalah dunia sangat tepat diperkenalkan kepada anak-
anak usia antara 6 dan 12 tahun. Misal, perang antar bangsa, pengungsi
kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Diperkenalkan pula badan-badan
dunia yang mengurusi masalah tersebut seperti PBB,
UNICEF,UNESCO dan sebagainya. Selain itu, dalam memperkenalkan
masalah-masalah tersebut , kita ajak mereka untuk berbuat sesuatu.
14) Berdoa bersama.
Kita berdoa bersama dengan murid-murid dengan doa-doa hafalan
dan juga dengan doa yang keluar dari isi hati mereka. Kita ajak berdoa
untuk mereka sendiri, untuk keluarga mereka, untuk para guru,
pimpinan negara, pemerintah dan bangsan. Puncak doa kita adalah
ekaristi menjalin persaudaraan dengan semua orang.
d. Nilai dalam ilmu sains
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat menjadi penting karena 1) mata pelajaran itu berfaedah
bagi kehidupan atau pekerjaan di kemudian hari, 2) mata pelajaran itu
melatih anak berpikir kritis, 3) mata pelajaran itu merupakan bagian
kebudayaan bangsa, dan 4) mata pelajaran itu mempunyai nilai-nilai
pendidikan, yaitu mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk
pribadi anak secara keseluruhan13
Pada dasarnya tujuan sains di sekolah sebagai institusi sosial yang
diadaptasi dari Pusat Nasional Pengembangan Pendidikan Sains adalah :14
1) Menambah keingintahuan (curiousity), dengan cara :
a) Mendorong siswa untuk menyelidiki alam dengan teknologi
13 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005), hal 24
14 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005), hal 11
17
b) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan
tentang alam semesta
c) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi
masalah pengadaptasian manusia
2) Mengembangkan keterampilan investigasi (skill for investigation), yang
akan dapat:
a) Memperkaya pemahaman siswa dan kemampuan menggunakan
proses sains
b) Awal pemahaman siswa dan kemampuan memecahkan masalah dan
strategi membuat keputusan
3) Sains, teknologi dan masyarakat (nature of science, technology and
society), yang akan dapat :
a) Menjadikan siswa mengakui dan mengaplikasikan ilmu, sikap dan
kebiasaan berpikir
b) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap sains dan teknologi
c) Membantu siswa menjadi lebih sadar terhadap interaksi sains dan
teknologi dengan masyarakat
d) Membantu siswa dalam penggunaan pengetahuan sains dan
teknologi, sikap dan keterampilan membuat keputusan
Pendidikan nilai moral melalui pengajaran sains, misalnya dalam
pelajaran ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, kimia atau biologi dapat
dilakukan sebagai berikut. Dalam suatu kerja kelompok untuk melakukan
percobaan atau penelitian, peserta didik dapat dilatih menghayati nilai
kerjasama. Di dalamnya, peserta didik juga perlu disadarkan, penguasaan
sains dan teknologi sebenarnya tidak mungkin dilakukan tanpa menghayati
nilai-nilai seperti ketelitian, kesabaran, tanggung jawab, kejujuran dan
kebenaran. Nilai-nilai itu juga penting untuk hidup bersama yang sehat
dalam masyarakat.15
Pendidikan sains harus mampu menanamkan nilai-nilai agama dan
15 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas,
2004), hal 117
18
nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagaimana dikemukakan oleh Enstein
tentang kandungan nilai-nilai dalam sains mencakup nilai praktis,
intelektual, pendidikan, sosial-politik dan nilai religius Pembelajaran
bernuansa IMTAQ membuat suasana proses pembelajarannya diarahkan
kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa melalui pengembangan berpikir logis untuk menimbulkan kesadaran
adanya sistem nilai dan moral pada setiap bahan ajarnya. Nilai pendidikan
sains dapat berupa pendidikan teknik (arsitektur), seni (motif batik),
kepemimpinan, sistem pemerintahan, sistem pembanguna ekonomi,
pertahanan negara, sistem lalu lintas jalan raya, atau pendidikan mental
atau moral bagi manusia.16
Menurut Ali Nugraha, sains dapat dipandang baik sebagai suatu
proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap. Gambaran tentang
batasan sains sebagai proses, sebagai produk dan sebagai sikap dapat
dijelaskan sebagai berikut.17 Pertama, sains sebagai suatu proses adalah
metode untuk memperoleh pengetahuan. Sains berhubungan erat dengan
kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui
kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai
suatu disiplin (keilmuan) yang ketat, obyektif dan bebas nilai. Kedua, sains
sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum
dan teori.
Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap
keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai
yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari
atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dimaksud dapat
diklarifikasikan ke dalam dua kelompok besar; yaitu 1) seperangkat sikap
yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah, seperti
kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan,
16 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,(Bandung : Mughni
Sejahtera, 2005), hal 12
17 Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : JILSI
19
kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain,
kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan lainnya secara berhati-hati
serta menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan 2)
seperangkat sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang
dunia serta dapat berguna bagi perkembangan karier di masa depan, seperti
rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya,
pengakuan bahwa sains dapat membantu memecahkan masalah-masalah
individual dan global, memiliki rasa antusiasme untuk menguasai
pengetahuan dan metode sains, pengakuan pentingnya pemahaman
keilmuan dalam dunia masa kini, pengakuan bahwa sains merupakan
aktifitas manusia serta pemahaman hubungan antara sains dan bentuk
aktivitas manusia lainnya.
Dalam pengajaran sains yang menghasilkan nilai, seorang guru
harus :
1) Merasa/menimbang nilai apa yang muncul dan relevan dalam suatu
topik
2) Guru sains harus menggunakan teknik yang tepat untuk menanamkan
nilai, baik secra implisit ataupun eksplisit
3) Guru harus menilai apa yang diperoleh siswa atau bagaimana sikap
siswa dalam pembelajaran kimia
Banyak nilai yang terdapat dalam pelajaran sains antara lain taqwa
kepada Tuhan, nilai etika, nilai moral humaniora, sikap mencintai
kebenaran (jujur, objektif), sikap tidak berburuk sangka, sikap rendah hati
dan tidak sombong, sikap toleran atau menghargai orang lain, sikap teliti
dan hati-hati serta sikap tidak mudah putus asa. Salah satu cara
memunculkan nilai yang terdapat dalam sains yang dapat dilakukan adalah
menstimulasikan nilai kepada siswa dan membantu siswa menyadari nilai
yang terdapat dalam sains.
Foundation, 2008), hal 5
20
2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia
a. Konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
1) Pengertian larutan
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan
pelarut. Zat terlarut adalah zat yang larut dalam zat pelarut. Zat terlarut
mempunyai jumlah yang sedikit dalam campuran. Zat pelarut adalah zat
yang melarutkan komponen zat terlarut. Zat pelarut adalah zat yang
melarutkan komponen zat terlarut.
2) Sifat hantar listrik larutan
Daya hantar listrik larutan adalah kemampuan larutan untuk
menghantarkan arus listrik.
3) Larutan elektrolit dan non elektrolit
a) Larutan elektrolit
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan
elektrolit. Jadi, senyawa elektrolit adalah senyawa yang dapat
mengalami ionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa
elektrolit berupa garam, asam atau basa yang terdiri dari ion positif
dan negatif saat pembentukannya. Contohnya pada pembentukan
garam NaCl. Reaksinya sebagai berikut.
Na Na+ + e
Cl2 + e 2Cl− +
Na+ + Cl− NaCl
Contoh senyawa elektrolit lainnya lainnya ialah KCl, NaBr,
CaCl2 dan Na
2SO
4
b) Larutan non elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Jadi, senyawa non elektrolit adalah
senyawa yang tidak dapat terionisasi jika dilarutkan dalam air.
Umumnya senyawa non elektrolit berupa senyawa karbon yang
berikatan kovalen atau senyawa organik, misalnya gula, urea,
21
glukosa dan minyak. Jika senyawa dilarutkan dalam air, senyawa
utuh dalam bentuk molekulnya dan tidak bermuatan. Contohnya
seperti urea.
CO(NH2)2(s)
+ H2O
(l) CO(NH
2)2(aq)
4) Elektrolit kuat dan elektrolit lemah
Larutan NaCl dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa NaCl
merupakan senyawa ionik, yaitu senyawa yang terbentuk dari ion Na+
bergabung dengan ion Cl−. Molekul NaCl terdiri atas ion-ion yang
bermuatan dan bergabung untuk membentuk kristal. Oleh karena itu,
senyawa ionik dalam bentuk lelehannya dapat menghantarkan arus
listrik. Struktur kristal NaCl terdiri atas ion-ion yang rapat. Jika
dilarutkan dalam air, molekul-molekul air akan merenggangkan ion-ion
tersebut sehingga ion akan tersebar dalam medium air. Reaksi pelarutan
NaCl dalam air sebagai berikut.
NaCl(s)
+ H2O
(l) Na+
(aq) + Cl−
(aq)
Muatan dari ion-ion dalam larutan dapat menghantarkan arus
listrik. Jika kedua elektroda dicelupkan dalam larutan, arus listrik dapat
dihantarkan dari satu elektroda lainnya dan lampu menyala.
Air murni sangat sedikit mengalami ionisasi sehingga molekul-
molekul air tetap utuh dan tidak bermuatan. Akibatnya, air sukar
menghantarkan arus listrik. Molekul gula tidak dapat ,menghantarkan
arus listrik jika kedua elektroda dicelupkan dan lampu pun tidakn
menyala. Proses terbentuknya ion-ion dalam larutan disebut ionisasi.
HCl dapat terionisasi sempurna menghasilkan ion H+ dan Cl−
sehingga dapat membuat lampu menyala terang. Reaksi ionisasinya
sebagai berikut.
HCl(aq)
+ H2O
(l) H+
(aq) + Cl−
(aq)
Contoh senyawa yang merupakan elektrolit kuat adalah NaCl,
KCl, HCl, HNO3, Na
2SO
4, Ca(OH)
2, dan KOH. Contoh senyawa
22
elektrolit lemah adalah CH3COOH, HF, H
2CO
3, NH
4OH, Al(OH)
3 dan
H3PO
4. Kuat lemahnya larutan elektrolit dapat ditentukan dengan
derajat ionisasi.
Derajat ionisasi adalah perbandingan jumlah mol zat yang
terionisasi dengan mol zat mula-mula.
Persamaannya sebagai berikut.
Keterangan : α = 0, zat tidak terionisasi
0 < α < 1, zat terionisasi sebagian
α = 1, zat terionisasi sempurna
Semakin besar derajat ionisasi, semakin kuat sifat elektrolitnya. Reaksi
elektrolit kuat ditulis sebagai berikut.
NaCl(aq)
Na+(aq)
+ Cl−(aq)
HCl(aq)
H+(aq)
+ Cl−(aq)
Jika zat terionisasi sebagian, reaksinya dituliskan sebagai berikut.
CH3COOH
(aq) CH
3COO−
(aq) + H+
(aq)
NH4OH
(aq) NH
4+
(aq) + OH−
(aq)
5) Senyawa elektrolit
Senyawa elektrolit terbentuk dari senyawa ionik yang jika
dilarutkan dalam air mengalami ionisasi. Senyawa ionik adalah
senyawa yang terdiri atas ion-ion yang bermuatan. Dalam keadaan
padat, senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion-
ionnya tidak bergerak bebas. Namun, dalam bentuk lelehan atau
larutannya, ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik adalah
senyawa kovalen polar karena senyawa tersebut memiliki
keelektronegatifan besar. Contoh senyawa kovalen polar adalah HF,
HCl, HBr, HNO3 dan H
2SO
4.
23
b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan
elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit
sebagai minuman isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan
elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu
digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit
agar tidak terjadi dehidrasi.
Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit
contohnya memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang
dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain
serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan
untuk digunakan.
Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya
minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih
untung dari penjualannya. Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non
elektrolit adalah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan
larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak
dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit.
Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun
kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar
bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal
mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman
(55) : 33.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia
sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
24
dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar
a. Belajar
Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang
berlainan tentang belajar sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
Setiap rumusan tersebut mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.18
Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.19 Perubahan yang terjadi
harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi
pada perilaku yang saat ini tampak (immediate behavior).
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif
dan psikomotor.20 Belajar juga merupakan suatu usaha sadar individu
untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui
latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi
bukan karena peristiwa kebetulan.21
Sesuai dengan pengertian di atas , dimensi perubahan yang terjadi
saat belajar, yaitu :22
1) Kepribadian, yaitu dengan memiliki pola respon atau tingkah laku
baru
18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 23
19 Zikri Neni Iska, Psikologi : Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Penerbit
Kizi Brothers, 2008), hal 82
20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hal 13
21 Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005), hal. 5
22Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : JILSI
Foundation, 2008), hal 57
25
2) Perilaku aktual maupun potensial, yaitu kemampuan melakukan
kegiatan nyata maupun yang bersifat tidak nyata (biasanya perilaku
internal)
3) Kecakapan/ keterampilan dalam bertindak, yaitu kemampuan yang
terkait dengan penggunaan motorik (kasar maupun halus)
4) Sikap dan kebiasaan, yaitu penerapan nilai-nilai kehidupan dalam
perilaku keseharian
5) Pengetahuan dan pemahaman, yaitu berupa penguasaan konsep,
prinsip maupun teori
b. Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.23
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.24 Pembelajaran juga
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.25
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :26
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran
2) Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan
3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa belajar
Dengan demikian, pembelajaran berarti proses belajar mengajar
yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang diharapkan terjadinya
transformasi pada diri siswa yang mencakup seluruh aspek baik aspek
kognitif, psikomotorik maupun afektif ke arah yang lebih baik sesuai
23 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 23
24 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009), hal 57 25Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf., hal 2, diakses pada 26 Agustus 2008
26
dengan tujuan pembelajaran.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar.27 Hasil belajar siswa merupakan keberhasilan belajar
berupa perubahan tingkah laku siswa setelah siswa menyelesaikan
pembelajaran. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan.28 Hasil belajar yang utama adalah
tingkah laku yang bulat.29
Menurut taksonomi Benyamin S. Bloom perubahan tingkah laku
(kemampuan) yang diharapkan dapat terjadi pada diri siswa setelah
menyelesaikan kegiatan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga
domain (kawasan/ranah) yaitu :
a) Domain kognitif (pengetahuan), merupakan sekelompok perubahan
tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh kemampuan
berpikir/kemampuan intelektual.
b) Domain psikomotor (keterampilan fisik/otot atau motorik) yang
dipengaruhi oleh kemampuan keterampilan fisik/otot.
c) Domain afektif (sikap/nilai), merupakan sekelompok perubahan
tingkah laku (kemempuan) yang dipengaruhi oleh perasaan, sikap
dan nilai.
Selanjutnya setiap domain tersebut dapat diklasifikasikan lagi
menjadi beberapa jenjang atau kemampuan sebagai berikut :30
a) Domain kognitif
1) Kemampuan pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang
hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan
2) Kemampuan pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti
dan makna tentang hal yang dipelajari
26 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009), hal 66
27 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006), hal 26
28 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003), hal 27 29 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003), hal 28
27
3) Kemampuan penerapan, mencakup kemampuan menangkap arti
dan makna tentang hal yang dipelajari
4) Kemampuan analisis, mencakup kemampuan merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan
dapat dipahami dengan baik
5) Kemampuan evaluasi, mencakup kemampuan membentuk
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu
b) Domain afektif (kawasan sikap)
1) Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan
kesediaan memperhatikan hal tersebut
2) Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan
3) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui dan menentukan sikap
4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup
5) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati
nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi
c) Domain psikomotor kawasan (keterampilan fisik/otot)
1) Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milahkan
(mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya
perbedaan yang khas tersebut
2) Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan
dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan
3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan
sesuai contoh atau gerakan peniruan
4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan
gerakan-gerakan tanpa contoh
5) Gerakan kompleks, mencakup kmmpuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien
30 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006), hal. 3
28
dan tepat
6) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak
yang baru atas dasar prakarsa sendiri
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya
Membentuk Kepribadian Siswa oleh Aziz Lukman Praja. Kesimpulan
penelitian tersebut adalah pendidikan nilai sebagai usaha pendidikan
merupakan pendidikan bagi semua, yang berpusat pada hati dalam arti qolbu,
yang sudah difitrahkan oleh Allah SWT bersifat mono dualistik31 seperti
yang tersurat dalam As Syamsi (91) : 8
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.
Melalui pendidikan nilai ini selalu diingatkan pada keduanya sehingga akal
dengan bantuan nurani memilih ketaqwaan dari kejahatan. Pendidikan umum
sebagai pendidikan nilai akan selalu mengingatkan nilai-nilai baik, kejujuran
dan kebenaran yang melekat dalam segala bidang.
2. Metoda Dan Teknik Pendidikan Nilai oleh Lamijan. Kesimpulan penelitian
tersebut adalah pendidikan nilai memiliki metoda dan teknik yang
karakteristik, karena lebih menekankan pada ranah afektif. Sejumlah metode
yang dapat digunakan untuk pendidikan nilai antara lain metode dokmatif,
deduktif, induktif dan reflektif. Metode dokmatif dianggap kurang baik untuk
diterapkan pada pendidikan nilai, karena tidak memberikan keleluasaan antuk
mengembangkan pemikiran dan mental peserta didik. Beberapa teknik
pendidikan nilai yang dapat ditawarkan antara lain : indoktrinasi, klarifikasi
nilai, moral reasoning, meramalkan konsekwensi, menganalisis nilai dan
31Aziz Lukman Praja, Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya
Membentuk Kepribadian Siswa, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Akutansi Volume 2
Nomor 3, (Bandung : FKIP UNPAS, 2008), hal 15
29
internalisasi nilai. Teknik indoktrinasi dianggap kurang tepat untuk
diterapkan dalam pendidikan nilai karena kurang mengembangkan kreativitas
dan potensi mental peserta didik.32
3. Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti oleh Ernawati.
Kesimpulan penelitian tersebut yaitu pengintegrasian nilai moral agama
dalam pendidikan budi pekerti ditujukan dengan perpaduan nilai-nilai moral
agama dengan pendidikan budi pekerti yakni tentang akhlak. Terdapat
korelasi antara persepsi (pengetahuan) siswa dan afeksi siswa. Persepsi
(pengetahuan) siswa tentang pendidikan akhlak adalah cukup baik. Sikap
siswa juga cukup baik dengan menunjukkan akhlak yang baik.33
4. Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan
kontekstual terhadap hasil belajar siswa oleh Astri Rama Yulia. Kesimpulan
penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh pembelajaran kimia bernuansa
nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa serta
terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang Kesetimbangan Kimia
melalui pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan
kontekstual.34
C. Kerangka Pikir
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia
mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek
ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia adalah ilmu yang pada
awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun
pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas
32Lamijan, Metode dan Teknik Pendidikan Nilai, dalam Jurnal Inkoma : Kajian Teori dan Praktek
Pembangunan, Nomor 1 Tahun 13, (Undaris : Universitas Darul Ulum, 2002), hal. 34
33Ernawati, Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah, 2007), hal 84
34 Astri Rama Yulia, Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan
30
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat
yang melibatkan keterampilan dan penalaran.
Seiring dengan kemajuan zaman, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak
menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak
lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilai-
nilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pendidikan nilai
dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan
penting sebagai pembinaan nilai dan moral.
Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia
khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam konsep tersebut.
kontekstual terhadap hasil belajar siswa, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal 78
Ilmu Kimia
Dampak Negatif Ilmu Kimia
Tidak Disertai Pendidikan Nilai
Pemberian Tindakan
(Pendidikan Nilai)
Proses Pendidikan Nilai
Mengaitkan Nilai- Nilai dalam Pembelajaran Kimia
Interaksi Antar Siswa Serta Interaksi Siswa Dan Guru
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
31
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan
diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
Ha : “Terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan
hasil belajar siswa”.
Ho : “Tidak terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai
dengan hasil belajar kimia”.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pembelajaran
kimia terintegrasi nilai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa SMK Grafika
Yayasan Lektur Jakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta pada
siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2008/2009. Adapun penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2009.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian Pre-
Experimental Designs (non designs), yaitu metode penelitian yang desainnya
belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh (semu). Hal ini disebabkan
karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen
bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, karena tidak adanya
variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.1
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretestt-postestt
design yang digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
Dimana O1 = Nilai Pretest (sebelum pembelajaran)
X = Perlakuan (Treatment)
O2 = Nilai Postest (setelah pembelajaran)
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal
74
33
Dalam desain ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum pembelajaran
yang disebut pretest dan sesudah pembelajaran yang disebut postest. Perbedaan
antara skor pretest dengan skor postest diasumsikan sebagai efek dari adanya
pembelajaran. Keuntungan menggunakan desain ini adalah pretest memberi
landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan
sesudah dikenai experimental treatment.2
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Grafika Yayasan Lektur
Jakarta, sedang sampel yang diambil adalah siswa kelas X semester II tahun
2008/2009.
E. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan-tahapan pengumpulan data:
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis menyusun materi yang akan di ajarkan, pembuatan dan
pengujian instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009
3. Tahap penyelesaian
Sebelum melakukan pembelajaran kimia terintegrasi nilai diadakan tes hasil
belajar kognitif pretest, setelah selesai diadakan tes hasil belajar kognitif
posttest dengan instrumen berupa soal pilihan ganda larutan elektrolit dan non
elektrolit.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar, berupa soal-
soal tes pilihan ganda yang berkaitan dengan larutan elektrolit dan non elektrolit
untuk mengukur hasil belajar siswa dalam memahami materi. Tes dalam bentuk
pilihan ganda dengan pilihan jawaban A, B, C, D, dan E. Soal yang diberikan
2 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal 103
34
diambil dari beberapa sumber dan disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu
diberikan angket pendidikan nilai berdasarkan indikator tertentu. Kriteria yang
digunakan pada instrumen angket pendidikan nilai ini adalah skala Likert yang
terdiri dari butir pernyataan positif dan negatif dengan empat pilihan jawaban,
yaitu: sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts)
Uraian lebih rinci instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Tes ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang pendidikan
nilai pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Kisi-kisi untuk soal dibuat
berdasarkan KTSP disesuaikan dengan materi yang diajarkan, yaitu konsep
larutan elektrolit dan non elektrolit pada semester genap kelas X. Penjabaran
konsep untuk menjadi butir-butir soal memperhatikan ranah pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan aplikasi konsep (C3) serta analisis (C4). Instrumen tes yang
diujikan kepada siswa yaitu sebanyak 25 butir soal pilihan ganda yang dapat
dilihat pada lampiran dan kunci jawabannya pada lampiran . Kisi-kisi instrumen
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Adapun rekapitulasi kisi-kisi
instrumen tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen
No. Indikator Aspek Kognitif Proporsi
C1 C2 C3 C4 ∑ %
1. Mengidentifikasi sifat-sifat
larutan elektrolit dan non
elektrolit melalui percobaan
1*,
4*,
5,
19,
29,
40*
3*,
6*,
7,
8,
12,
26*,
49
13 22,41
2. Mengelompokkan larutan ke
dalam larutan elektrolit dan
non elektrolit berdasarkan sifat
9,
21,
23,
10,
11*,
50*,
46* 13 22,41
35
hantaran listriknya 28,
30*,
31,
39,
45*
48*
3. Menjelaskan penyebab
kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik
2*,
15*,
18,
22*,
25*,
27,
42*,
44*
24,
37,
38*,
47*
12 24
4. Mendeskripsikan bahwa
larutan elektrolit dapat berupa
senyawa ion dan senyawa
kovalen polar
17*,
20,
32,
33,
34*,
35,
36,
41
8 16
5. Menjelaskan nilai-nilai yang
terkandung dalam larutan
elektrolit dan non elektrolit
13*,
14,
16,
43
4 8
Jumlah 30 8 12 50 100
Keterangan : *) butir pernyataan yang tidak dipakai sebagai instrumen
penelitian karena tidak valid
36
2. Angket Pedagogi Pendidikan Nilai
Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula
oleh responden. Angket ini digunakan utuk memperoleh informasi dari siswa
mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kriteria yang digunakan pada
instrumen angket pendidikan nilai ini adalah skala Likert yang terdiri dari butir
pernyataan positif dan negatif dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju
(ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts). Pernyataan negatif
disisipkan di antara pernyataan positif untuk mengontrol tingkat ketelitian atau
keseriusan responden dalam memberikan respons. Responden yang tidak serius
atau ceroboh akan terjebak dengan pernyataan tersebut. 3 Adapun kriteria skor
alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Angket pedagogi pendidikan nilai
Alternatif jawaban Pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
Kisi-kisi instrumen angket yang meliputi aspek-aspek pedagogi
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Pedagogi Pendidikan Nilai
No. Indikator Nomor item pernyataan
Positif Negatif
1. Pedagogi Pendidikan
Nilai
2, 4*, 8*, 10,
14, 16*, 20*,
6, 12*, 18, 25*,
27, 29*, 31, 32
3 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan keempat, April
2007), hal 147
37
22, 23, 24*,
26, 28*, 30,
37*, 43, 49*
32*, 33*, 35,
39, 41*, 45*,
47, 51, 53*
2. Pembelajaran Kimia 11, 13*, 15,
17*, 34, 36*
19, 21*, 38,
40*, 42, 44* 12
3. Pendidikan Nilai 3, 7, 10, 50, 54
1*, 5*, 9*, 48*,
52* 10
Jumlah 27 27 54
Keterangan : *) butir pernyataan yang tidak dipakai sebagai instrumen
penelitian karena tidak valid
3. Observasi
Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Data dari hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung
tentang aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Aspek-aspek yang
diobservasi dikelompokkan ke dalam kategori baik (B), cukup (C), dan kurang
(K). Aktifitas siswa yang diobservasi meliputi:
a. Memperhatikan mendengarkan penjelasan guru;
b. berada dalam tugas kelompok;
c. Mengerjakan soal latihan (LKS);
d. Berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru;
e. Berdiskusi / bertanya antar siswa;
f. Memperhatikan penjelasan teman;
g. Menulis yang relevan dengan KBM; dan
h. perilaku yang tidak relevan dalam pembelajaran.
4. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan,
38
dan respon dari individu atau responden dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan terhadap siswa berkaitan dengan
pembelajaran kimia terintegrasi nilai. Jenis wawancara yang dilakukan
termasuk jenis semi terstruktur dimana pada pelaksanaannya berpedoman pada
format wawancara yang telah disusun sebelumnya. Dimana wawancara dalam
penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengungkap pendapat siswa tentang pembelajaran kimia terintegrasi nilai
konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
b. Mengungkap motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran kimia
terintegrasi nilai yang digunakan guru dalam pembelajaran;
c. Mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan
LKS pembelajaran kimia terintegrasi nilai
d. Mengungkap respon siswa setelah mengalami proses pembelajaran kimia
terintegrasi nilai
G. Validitas Instrumen Penelitian
Agar mendapatkan instrumen t yang memadai, maka sebelum instrumen
tersebut digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dan
kemudian dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut:
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevaliditasan atau kesahihan instrumen. Instrumen yang valid mempunyai
validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas
yang rendah.4 Untuk mengukur instrumen dalam penelitian ini dilakukan
pengujian validitas konstruk yaitu yang berkenaan dengan ketepatan alat ukur
terhadap konsep yang akan diukur. Pengukuran validitas instrumen ini
menggunakan rumus point biserial korelasi :
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), Cet-12, hal 144
39
Keterangan :
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Mp = rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab benar
Mt = rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)
St = standar deviasi skor total semua responden
p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut
q = proporsi subjek yang menjawab salah item tersebut
Setelah didapatkan rhitung, maka dibandingkan dengan rtabel dengan taraf
signifikan () 5%. Jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka soal tersebut valid.
Sedangkan jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka soal tersebut tidak valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapar dipercaya
untuk digunakan sebagai pengumpul data relatif konsisten bila pengukuran
tersebut diulangi.5
Penghitungan reliabilibas instrumen menggunakan rumus KR-20, sebagai
berikut :
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas tes
kii = jumlah butir
piqi = varians skor butir
pi = proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
qi = proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i
St2 = varians skor total
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;.... hal 154
40
3. Taraf Kesukaran Instrumen
Taraf kesukaran test adalah kemampuan test tersebut dalam menjaring
banyaknya subjek peserta test yang dapat mengerjakan dengan benar.6 Soal yang
dibuat terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan tingkat
berfikirnya, sebaliknya soal yang terlalu sulit membuat siswa menjadi putus asa
dan tidak mempunyai semangat yang tinggi untuk mencoba mengerjakannya,
karena terlalu jauh dari jangkauan berfikirnya.
Adapun rumus untuk menentukan taraf kesukaran soal adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta test
Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:7
soal dengan p 1,00-0,30 : soal sukar
soal dengan p 0,30-0,70 : soal sedang
soal dengan p 0,70-1,00 : soal mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
mampu (berkemampuan rendah).8
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :
6 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2005), Cet. Ke-7, hal 230
7 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Cet. Ke-8, hal 210 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,…, hal 211
41
Keterangan :
D = daya pembeda
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:9
D : 0,00 – 0,20 : jelek
D : 0,20 – 0,40 : cukup
D : 0,40 – 0,70 : baik
D : 0,70 – 1,00 : sangat baik
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang dilakukan menggunakan uji Liliefors pada taraf signifikan
5% dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menetapkan hipotesis
Ho = data sampel berdistribusi normal
Ha = data sampel berdistribusi tidak normal
2) Menghitung nilai Z dari masing-masing data
Dimana : X data
9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,….., hal 218
42
S simpangan baku
3) Menentukan peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel
Z yang ditulis dengan F(Z≤Zi) berdasarkan tabel distribusi normal
baku
F (Z) = 0.5 ± Z
Jika nilai Z < 0, maka F (Z) = 0.5 Z tabel
Jika nilai Z > 0, maka F (Z) = 0.5 + Z tabel
4) Menghitung proporsi dari Z1, Z2, Z3, …, Zn yang bernilai lebih
kecil atau sama dengan Z
, dengan Zn = frekuensi kumulatif
5) Menghitung selisih antara F (Z) dan S (Z) pada masing-masing data
6) Menentukan statistik Liliefors dengan cara memilih nilai maksimal
dari nilai-nilai pada poin 5 yang dinotasikan dengan L
L = maks |F (Z) S (Z)|
7) Menentukan kriteria pengujian
Jika Lo ≤ Lt maka Ho diterima, yang berarti data sampel tersebut
berdistribusi normal
Jika Lo > Lt maka Ha diterima, yang berarti data sampel tersebut
berdistribusi tidak normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji
homogenitas yang dilakukan menggunakan uji Fisher, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Menetapkan hipotesis
Ho = variansi populasi kedua variabel homogen
Ha = variansi populasi kedua variabel tidak homogen
2) Membagi data menjadi dua kelompok
43
3) Mencari nilai simpangan baku dari masing-masing kelompok
4) Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut
(varians terkecil)
db1 pembilang = n 1
db2 penyebut = n 1
5) Menentukan F dengan rumus :
6) Menentukan kriteria pengujian
Jika Fhit ≤ Ft maka Ho diterima, yang berarti variansi populasi dari
kedua variabel homogen
Jika Fhit > Ft maka Ha diterima, yang berarti variansi populasi dari
kedua variabel tidak homogen
c. Uji Hipotesis Tes t
Tes t adalah tes yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah
mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Langkah-langkah yang
dilakukan :
1) Menentukan varians gabungan dengan rumus
Keterangan :
44
2) Menentukan uji t dengan rumus
3) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus (n1+n2-2)
4) Menentukan nilai ttabel dengan taraf signifikansi (α) = 0.01
5) Menentukan uji hipotesis
Jika thit ≥ tt maka Ha diterima, yang berarti pengaruh antara
pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar siswa.
Jika thit ≤ tt maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat
pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan
hasil belajar siswa
d. Uji Normal Gain
Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias
penelitian, karena nilai pretest kelompok penelitian berbeda, dan untuk
mengukur signifikansinya digunakan uji normal gain. Selain itu N-Gain
bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar yang memperhitungkan
ketuntasan hasil belajar.
Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:10
Dengan katagori perolehan:
g-tinggi : nilai (<g>) > 0,70
g-sedang : nilai 0,70 ”(<g>)” 0,30
g-rendah : nilai (<g>) <0,30
10
David E. Meltzer, Addendum to: The Realition Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores,
http://physics.iastate.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf, diakses pada 21 Maret
2007
45
2. Analisis Data Kualitatif.
a. Presentase Angket Pedagogi Pendidikan Nilai
Setelah angket pedagogi pendidikan nilai dilakukan serangkaian uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Selanjutnya,
angket pedagogi pendidikan nilai diolah dengan metode deskriptif dengan
aturan Likert dan dipersentasikan dengan rumus:11
Keterangan:
R = Skor yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
Persentase yang diperoleh, menginterpretasikan tingkat pedagogi
pendidikan nilai yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu,
kelompok tinggi, sedang dan rendah, dengan kriteria sebagai berikut:12
a) Kategori Tinggi apabila, χ > (μ + 1σ)
b) Kategori Sedang apabila, (μ + 1σ) ≥ χ ≥ (μ -1σ)
c) Kategori Rendah apabila, χ < (μ - 1σ)
Dimana
μ = mean (nilai rata-rata)
σ = standar deviasi
b. Hasil Observasi
Data hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran
langsung tentang proses pembelajaran di kelas. Aspek-aspek yang
diobservasi dikelompokkan ke dalam kategori Baik (B), Cukup (C), dan
Kurang (K).
11
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cetakan XI, 2002), hal 102 12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hal 264
46
c. Hasil Wawancara
Adapun data hasil wawancara yang diperoleh, diolah menjadi bahasa
Indonesia baku, kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperkuat
pernyataan pada angket pedagogi pendidikan nilai. Dari data hasil
wawancara diperoleh respon siswa terhadap pendidikan nilai yang
diterapkan dalam pembelajaran kimia.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Belajar Kognitif
a. Data hasil pretest
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes kognitif
pretest dari 40 siswa yang dijadikan subjek penelitian diperoleh nilai
terendah 32 dan nilai tertinggi 64. Skor rata-rata yang diperoleh yaitu
sebesar 50.1. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak
55%. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 45%.
Perhitungan perhitungan data penelitian tes kognitif pretest dapat
dilihat pada lampiran 1.
b. Data hasil posttest
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes kognitif
posttest dari 40 siswa yang dijadikan subjek penelitian diperoleh nilai
terendah 52 dan nilai tertinggi 84. Skor rata-rata yang diperoleh yaitu
sebesar 70.4. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 52,5
%. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 47,5 %.
Perhitungan data penelitian tes kognitif posttest dapat dilihat pada
lampiran 2.
c. Data hasil belajar kognitif setiap indikator
Berdasarkan hasil perhitungan presentase siswa dari hasil
belajar kognitif setiap indikator diperoleh peningkatan siswa yang
menjawab benar setiap indikator.
48
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 4.1 Persentase Siswa yang Menjawab Benar Setiap Indikator
No. Indikator
Kel. Atas Kel. Bawah
Pre
(%)
Post
%)
Pre
(%)
Post
(%)
1.
Mengidentifikasi sifat-sifat
larutan elektrolit dan non
elektrolit melalui percobaan
63 61 60 49 48
61 60 49 48
83 55 70
2.
Mengelompokkan larutan ke
dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya
61 81 35 63
3. Menjelaskan penyebab
kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik
60 74 45 64
4. Mendeskripsikan bahwa larutan
elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
49 74 40 61
5. Menjelaskan nilai-nilai yang
terkandung dalam larutan
elektrolit dan non elektrolit
48 68 39 59
Berdasarkan tabel 4.1. pada kelompok atas terjadi
peningkatan dengan rata-rata 20,2%. Sedangkan pada kelompok bawah
peningkatan terjadi dengan rata-rata 20,6%. Berdasarkan persentase
siswa yang menjawab benar tiap indikator di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada masing-masing kelompok mengalami peningkatan
terhadap setiap indikator.
2. Data Kualitatif
a. Hasil Observasi
Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas kegiatan siswa
selama pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
diperoleh data untuk menunjang informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Instrumen observasi disusun sesuai dengan tahapan
pendidikan nilai dan diinterpretasikan berdasarkan kategori baik,
cukup dan kurang, yang sebelumnya siswa telah dibagi dalam
49
kelompok atas dan kelompok bawah. Penilaian dilakukan selama 2 kali
pertemuan (4x45 menit).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran
No. INDIKATOR YANG
DIPERLIHATKAN
Hasil Observasi
Kelompok
Atas
Kelompok
Bawah
1. Memahami konsep kimia
a. Mengemukakan konsep kimia
dengan benar
b. Memberikan contoh untuk
konsep kimia yang dipelajari
c. Menjawab pertanyaan pengarah
dari guru tentang konsep yang
sedang dipelajari
d. Menunjukkan keluasan
wawasan siswa terhadap konsep
kimia yang diajarkan
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
2. Mengaitkan konsep dengan nilai
yang relevan
a. Membuat kaitan antara konsep
dengan nilai-nilai kehidupan
b. Mengaitkan konsep kimia
dengan nilai praktis
c. Mengaitkan konsep kimia
dengan nilai religius
d. Mengaitkan konsep kimia
dengan nilai pendidikan
e. Mengaitkan konsep kimia
dengan nilai intelektual
f. Mengaitkan konsep kimia
dengan nilai sosialpolitik-
ekonomi
g. Menunjukkan keluasan
wawasan siswa tentang nilai-
nilai kehidupan yang terkait
dengan kimia
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
3. Minat dan motivasi
a. Menunjukkan kemauan
menjawab terhadap pertanyaan
yang diberikan
b. Menunjukkan rasa ingin tahu
terhadap konsep yang sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
50
dipelajari
c. Menunjukkan rasa ingin tahu
terhadap nilai yang sedang
dipelajari
d. Tampak tertarik dengan fakta-
fakta kimia dan kandungan
nilainya yang ditunjukkan guru
e. Memfokuskan perhatian pada
media alat bantu yang dibawa
guru
f. Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang menunjukkan
keingintahuan terhadap konsep
dan nilai yang dipelajari
g. Memusatkan perhatian pada
pembelajaran dan tidak
melakukan aktivitas lainnya
yang tidak relevan
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Baik
Kurang
Kurang
Cukup
Cukup
Cukup
Tabel di atas menunjukkan rata-rata penilaian observasi pada
kelompok atas berada dalam kategori baik dan rata-rata penilaian
observasi pada kelompok bawah berada dalam kategori cukup.
b. Hasil Wawancara
Temuan yang diperoleh berupa data hasil wawancara
disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Respon Siswa terhadap Pendidikan Nilai dalam
Pembelajaran Kimia
No. Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa
1. Hal apa yang paling
kamu senangi dari
kimia? Pokok
bahasan apa?
Kegiatan praktikum.
Tidak menggunakan rumus-rumus tertentu.
2. Cara pembelajaran
seperti apa yang
diinginkan agar
belajar kimia mudah
dan menyenangkan?!
Tergantung pada guru membawakan
materi. Metode guru dalam mengajar
sangat menentukan apakah pembelajaran
kimia menarik apa tidak.
Belajar secara berkelompok
3. Bagaimana
menurutmu mengenai
pembelajaran kimia
Sebenarnya pelajaran kimia tidak penting
dalam dunia kerja nanti jadi tidak perlu
diterangkan secara mendetail.
51
yang dikaitkan
dengan kehidupan
sehari-hari dan nilai –
nilai pada konsep
larutan elektrolit dan
non elektrolit?
Tetapi ketika nilai dikaitkan dengan konsep
larutan elektrolit dan non elektrolit,
pelajaran kimia jadi menarik walaupun
terasa agak aneh.
4. Apakah gurumu
pernah mengaitkan
materi kimia dengan
kehidupan sehari-hari
atau nilai-nilai ?
Belum pernah, karena lebih sering
membahas perhitungan dengan metode
yang kurang bervariasi
5. Apakah dengan
adanya pendidikan
nilai dalam pelajaran
kimia kamu lebih
tertarik dan
termotivasi untuk
belajar ?
Ya, minimal ada motivasi untuk belajar.
Karena terkait dengan kehidupan sehari-
hari sehingga lebih memahami konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit yang
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
6. Apakah nilai-nilai
yang ditanamkan
berpengaruh terhadap
diri kamu ?
Pengaruhnya tidak dapat dirasakan secara
langsung, tetapi butuh proses. Nilai itu baru
hanya dapat diterima dan direnungi
maknanya.
7. Apakah kamu
menemui kesulitan
selama proses
pembelajaran
berlangsung? Jika ya,
kesulitan apa yang
kamu hadapi?
Ya, Materi kimia saling berhubungan satu
sama lain. Bukan hanya hapalan dan
perhitungan saja tetapi pemahaman juga
sangat penting agar memahami suatu
materi. Menggabungkan hapalan,
perhitungan dan pemahaman lumayan sulit
untuk dilakukan
8. Menurutmu, apakah
pembelajaran seperti
ini efektif untuk
dilakukan? Berikan
alasanmu!
Efektif, karena materinya menjadi lebih
mudah dengan praktikum. Tetapi nilai-
nilai yang diberikan membuat agak sedikit
bingung.
9. Bagaimana kesan dan
pesan kamu setelah
mempelajari
pendidikan nilai
dalam konsep larutan
elektrolit dan non
elektrolit
Kimia itu menarik, maka metode
pengajaran kimia lebih diperbaharui.
Nilai-nilai yang diberikan tidak usah
dimasukkan ke dalam soal ulangan.
52
c. Hasil Angket
Temuan yang diperoleh berupa data hasil angket disajikan
dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Angket Siswa terhadap Pendidikan Nilai dalam
Pembelajaran Kimia
No. Indikator Hasil Angket
Kelompok Atas Kelompok Bawah
1. Pedagogi Pendidikan
Nilai Baik Cukup
2. Pembelajaran Kimia Baik Baik
3. Pendidikan Nilai Baik Cukup
Berdasarkan tabel di atas, angket yang diberikan pada siswa
menunjukkan bahwa tiap indikator pada kelompok atas berada dalam
kategori baik dan pada kelompok bawah berada dalam kategori cukup.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Kriteria uji
normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel dan Ho
ditolak jika Lhitung lebih besar dari Ltabel. Jika Ho diterima berarti data
penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho
ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal. Pada data nilai pretest dan nilai posttest dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan uji Lilliefors. Berikut adalah tabel hasil perhitungan
uji normalitas:
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Lillieforts
Data Nilai N α Lhitung Ltabel Kesimpulan
Pretest 40 0,05 0.0825 0.1401 Ho diterima
Posttest 40 0,05 0.0953 0.1401 Ho diterima
53
Dari tabel di atas pada pretest diperoleh Lo = 0,0825, sedangkan
Lt = 0,1401 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 40, karena Lhitung <
Ltabel maka Ho diterima, yaitu populasi berdistribusi normal. Sedangkan
pada posttest diperoleh Lo = 0,0953, sedangkan Lt = 0,1401 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan n = 40, karena Lhitung < Ltabel maka Ho diterima,
yaitu populasi berdistribusi normal. Perhitungan normalitas data nilai
pretest dan nilai posttest dengan menggunakan Lilliefors dapat dilihat
pada lampiran 3 dan 4.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi homogen atau tidak. Kriteria uji
homogenitas adalah Ho diterima jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel dan Ho
ditolak jika Fhitung lebih besar dari Ftabel. Jika Ho diterima berarti data
penelitian berasal dari populasi homogen, sedangkan jika Ho ditolak
berarti data penelitian berasal dari populasi tidak homogen. Pada data nilai
pretest dan nilai posttest dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan
uji Fisher. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji homogenitas:
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Homogenitas dengan Uji Fisher
α Data
Nilai Jumlah Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
0,05
Pretest
Postest
NPretes =
40
NPostest =
40
24.576
24.6503 1.0030 1.69 Ho diterima
Dari hasil pengujian diperoleh nilai Fhitung = 1.0030 sedangkan
nilai Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05, dengan derajat kebebasan
pembilang 40 dan derajat kebebasan penyebut 40 adalah 1,69. karena nilai
Fhitung < nilai Ftabel, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua data bersifat homogen. Perhitungan homogenitas dengan
menggunakan uji Fisher dapat dilihat pada lampiran 5.
54
3. Nilai N-Gain
Hasil belajar dapat dianalisis untuk melihat sejauh mana
pengaruh pendidikan nilai pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
terhadap hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh
dengan membandingkan hasil tes awal dengan tes akhir dan uji
menggunakan nilai N-Gain.
Tabel 4.7 Nilai Pretes dan Postes Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
No. Pretes Postes N-Gain Kategori 1. 56 76 0.45 Sedang
2. 48 68 0.38 Sedang
3. 56 74 0.41 Sedang
4. 48 68 0.38 Sedang
5. 60 80 0.50 Sedang
6. 40 60 0.33 Sedang
7. 60 74 0.35 Sedang
8. 64 84 0.56 Sedang
9. 52 74 0.46 Sedang
10. 40 60 0.33 Sedang
11. 56 76 0.45 Sedang
12. 48 68 0.38 Sedang
13. 32 64 0.47 Rendah
14. 56 76 0.45 Sedang
15. 44 64 0.36 Sedang
16. 32 52 0.29 Rendah
17. 52 74 0.46 Sedang
18. 44 64 0.36 Sedang
19. 70 84 0.47 Sedang
20. 52 74 0.46 Sedang
21. 60 80 0.50 Sedang
22. 52 76 0.50 Sedang
23. 48 68 0.38 Sedang
24. 60 80 0.50 Sedang
25. 36 56 0.31 Sedang
26. 60 80 0.50 Sedang
27. 48 68 0.38 Sedang
28. 52 74 0.46 Sedang
29. 40 60 0.33 Sedang
30. 52 76 0.50 Sedang
31. 56 76 0.45 Sedang
32. 36 56 0.31 Sedang
33. 52 68 0.33 Sedang
34. 36 60 0.38 Sedang
35. 48 68 0.38 Sedang
55
36. 56 76 0.45 Sedang
37. 44 64 0.36 Sedang
38. 52 74 0.46 Sedang
39. 44 64 0.36 Sedang
40. 56 76 0.45 Sedang
rata-
rata 49.95 70.35 0.42
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa siswa yang
termasuk kategori sedang sebanyak 39 siswa (97.5 %) dan siswa yang
termasuk dalam kategori rendah sebanyak 1 siswa (2.5 %).
4. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non
elektrolit terhadap hasil belajar siswa. Uji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan test “t”. Kriteria uji t adalah Ha diterima jika thitung lebih
besar dari ttabel dan Ha ditolak jika thitung lebih kecil dari ttabel.Jika Ha
diterima berarti terdapat pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai
konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil belajar siswa,
sedangkan jika Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh pembelajaran
kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap
hasil belajar siswa. Pada data nilai pretest dan nilai posttest dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan uji t. Berikut adalah tabel hasil
perhitungan uji t:
Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t
N Α thitung ttabel Kesimpulan
40 0,01 18.1187 2.381 Ha diterima
Dari hasil pengujian diperoleh nilai thitung = 18.1187 sedangkan
nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,01, dengan derajat kebebasan 40
adalah 2.381. karena nilai thitung > dari nilai ttabel, maka Ha diterima,
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pembelajaran kimia
terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil
56
belajar siswa. Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji t dapat
dilihat pada lampiran 6.
C. Interpretasi Data
1. Hasil Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kimia
terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Sebelum pembelajaran dilakukan pretest
terhadap 40 orang siswa. Hasil frekuensi siswa terbanyak pada rentang 56
– 61 sebanyak 13 siswa. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sebelum
perlakuan dari 40 siswa, hanya 1 siswa yang mencapai SKM yaitu rentang
nilai diatas 65. Setelah pembelajaran dilakukan posttest terhadap 40 orang
siswa. Hasil frekuensi siswa terbanyak pada rentang 76 – 81 sebanyak 13
siswa, Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar setelah perlakuan
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 23 orang yang telah
mencapai SKM. Maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada konsep
larutan elekrolit dan non elektrolit yaitu peningkatan rata-rata hasil belajar
kognitif.
2. Hasil Belajar Siswa Tiap Indikator
a. Indikator mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non
elektrolit melalui percobaan
Indikator pertama mengalami peningkatan pada masing-masing
kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. Sedangkan pada
kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran sebesar 15%.
b. Indikator mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan
non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
Indikator kedua mengalami peningkatan pada masing-masing
kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi
57
sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. Sedangkan pada
kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran sebesar 28%.
c. Indikator menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik
Indikator ketiga mengalami peningkatan pada masing-masing
kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 16%. Sedangkan pada
kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran sebesar 19%.
d. Indikator mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa
senyawa ion dan senyawa kovalen polar
Indikator keempat mengalami peningkatan pada masing-masing
kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 25%. Sedangkan pada
kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran sebesar 21%.
e. Nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit
Indikator kelima mengalami peningkatan pada masing-masing
kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. Begitu pun pada
kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran sebesar 20%.
D. Pembahasan
Pembelajaran kimia terintegrasi nilai memiliki pengaruh meningkatkan
hasil belajar siswa. Pada pembelajaran ini siswa tidak hanya mendapatkan
konsep kimia saja melainkan juga mendapatkan pendidikan nilai yang
58
terkandung didalamnya. Dengan demikian, siswa mendapatkan dua
pembelajaran sekaligus yaitu konsep dasar sains dan nilai-nilai yang
terkandung dalam sains. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan, siswa
tidak hanya knowing (mengetahui) tetapi juga applying (mengaplikasikan)
konsep yang dipelajari, sehingga sistem pendidikan tidak hanya hanya
mengedepankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan
psikomotor.
Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui bahwa Pembelajaran
kimia terintegrasi nilai memiliki pengaruh meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa merupakan keberhasilan belajar berupa perubahan tingkah
laku siswa setelah siswa menyelesaikan pembelajaran.
Dengan pembelajaran kimia terintegrasi nilai, diharapkan siswa dapat
menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Nilai-nilai sains dalam
pembelajaran ini meliputi nilai religi, nilai sosial dan nilai praktis. Nilai-nilai
yang diajarkan dimasukkan ke dalam konsep larutan elektrolit dan non
elektrolit. Dengan pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia, siswa secara
berkala akan mempunyai sikap dan perilaku yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit
dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman
isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa
keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman
isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi.
Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya
memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke
dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak
ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan.
Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman
isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari
penjualannya.
59
Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu
pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat
menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat
uji elektrolit.
Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk
berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah
keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk
manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman (55) : 33.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia
sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara lanit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Berdasarkan angket siswa tentang pendidikan nilai dalam pembelajaran
kimia, diperoleh respon positif pada tahap pedagogi pendidikan nilai,
pembelajaran kimia dan pendidikan nilai. Wawancara yang dilakukan pun
dijadikan sebagai data penunjang hasil penelitian. Wawancara dilakukan pada
kelompok atas dan kelompok bawah (masing-masing 5 orang). Menurut
siswa, pembelajaran kimia merupakan pelajaran yang tidak dapat digunakan
dalam kehidupan mereka kelak sehingga mereka menganggap remeh
pelajaran ini. Materinya rumit karena harus menggabungkan hapalan,
hitungan dan pemahaman. Sedangkan pendidikan nilai yang dilakukan,
awalnya membuat bingung dan terasa berbeda. Namun seiring waktu mereka
mulai terbiasa dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Nilai-
nilai yang diberikan tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan dalam satu
rangkaian pembelajaran tetapi membutuhkan waktu yang panjang dengan
pembelajaran yang berulang-ulang. Siswa hanya dapat menerima nilai
tersebut saja sedangkan aplikasi dari nilai tersebut dalam proses
kehidupannya.
Selama penelitian berlangsung, menurut hasil observasi pendidikan
nilai merubah sikap siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih positif.
60
Pemahaman, mengaitkan konsep dengan nilai dan minat serta motivasi siswa
cenderung dalam kategori baik.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti memiliki beberapa keterbatasan dalam penelitian yang
dilakukan. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah kurangnya jam belajar
yang digunakan untuk pendidikan nilai pada pembelajaran kimia. Pada waktu
kegiatan praktikum dan diskusi, siswa dikoordinasikan dalam kelompok dan
mendiskusikan LKS yang diberikan. Diskusi tersebut seharusnya dilakukan
dengan waktu yang agak lama agar para siswa dapat lebih mengeluarkan
pengetahuan dan pendapatnya.
Selain masalah waktu, peneliti juga mengalami kesulitan dalam
integrasi nilai yang disisipkan pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit. Diperlukan kerja keras bagi peneliti dan siswa karena nilai tersebut
merupakan hal yang baru bagi siswa kelas X-A. Selain hal tersebut di atas,
penelitian ini adalah hal baru bagi penulis. Oleh karena itu, kemampuan
penulis pun terbatas untuk meneliti secara lebih mendalam.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat pengaruh antara
pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar. Hasil analisis
data menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai thitung = 18.1187
sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,01 (derajat kebebasan
78) adalah 2.381, maka nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, sehingga Ha
diterima.
2. Hasil analisis data pretest dan postest, diperoleh nilai rata-rata (mean) N-
Gain sebesar 0,42 (kategori sedang). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran kimia terintegrasi
nilai.
3. Dari LKS yang telah dikerjakan siswa pada kegiatan praktikum, nilai-nilai
yang diintegrasikan dalam konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai ekonomi dan
nilai religi .
4. Sedangkan dari hasil wawancara diperoleh bahwa pembelajaran kimia
terintegrasi nilai memiliki respon yang positif dan mudah untuk diikuti dan
menyenangkan.
B. Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan atau keterbatasan,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan ini dapat
diminimalisir dengan saran dan masukan sebagai berikut :
1. Bagi guru-guru kimia hendaknya memasukkan pendidikan nilai dalam
proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga diharapkan dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian yang mantap, mandiri serta bertanggung jawab
62
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan bagi guru kimia
yang mengembangkan pendidikan nilai pada pembelajaran kimia,
hendaknya lebih kreatif menemukan hal-hal baru agar proses
pembelajarannya menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.
2. Pengalaman belajar siswa yang bervariasi yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari sebaiknya diterapkan oleh guru di kelas karena
dengan adanya variasi pengalaman belajar akan memperkaya kemampuan
serta wawasan siswa.
3. Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru
kimia untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program pemerintah
yaitu meningkatkan IPTEK dan IMTAQ melalui proses pembelajaran
kimia.
4. Bagi pihak lain yang akan menerapkan pendidikan nilai pada pembelajaran
kimia, sebaiknya penelitian berikutnya diharapkan memiliki banyak waktu
(jam belajar) agar siswa lebih dapada menggali pengetahuannya dan
pendapatnya, khususnya pada kegiatan praktikum dan diskusi. Dengan
demikian, pendidikan nilai pada pembelajaran kimia dapat berjalan dengan
lancar dan mencapai hasil yang diharapkan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja :
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Anonim. diakses pada 26 Agustus 2008. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.
Anonim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi
Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Cet. Ke-8.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.
Cet. Ke-7.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Cet-12.
Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional:
Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Dimyati. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Ernawati. 2007. Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi : Pengantar Pemahaman Diri Dan
Lingkungan. Jakarta : Penerbit Kizi Brothers.
Kaswardi. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta : PT.
Grasindo.
Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) :
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetens. Makasar : Badan Penerbit
Universitas Negeri Makasar.
64
Lamijan. 2002. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai, dalam Jurnal Inkoma
: Kajian Teori dan Praktek Pembangunan, Nomor 1 Tahun 13. Undaris :
Universitas Darul Ulum.
Meltzer, David E. diakses pada 21 Maret 2007. Addendum to: The
Realition Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in
Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores.
http://physics.iastate.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf.
Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung :
CV Alfabeta,.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi : Teks Pengantar
Dan Terapan. Jakarta : Prenada Media.
Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia
Dini. Jakarta : JILSI Foundation.
Praja, Aziz Lukman. 2008. Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha
Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa, dalam Jurnal Ilmiah
Pendidikan Ekonomi Akutansi Volume 2 Nomor 3. Bandung : FKIP UNPAS.
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan XI.
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral,
Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati
Diri. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sudarminta, J. 2000. Transformasi Pendidikan : Memasuki Milenium
Ketiga. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cetakan Keempat.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
65
Susilo, Harry. diakses pada 27 April 2011. .Awas Makanan Mengandung
Bahan Berbahaya Masih Beredar!,
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/04/07/19225412/awas.makanan.mengand
ung.bahan.berbahaya.masih.beredar.
Widiastono, Tonny D. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas.
Yudianto, Suroso Adi. 2005. Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai,
Bandung : Mughni Sejahtera.
Lampiran 1 66
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST SISWA
1. Banyaknya data (n) = 40
2. Distribusi frekuensi
64 60 60 60 60 60 56 56 56 56
56 56 56 56 52 52 52 52 52 52
52 52 48 48 48 48 48 48 44 44
44 44 40 40 40 36 36 36 32 32
3. Menentukan sebaran
Sebaran = data terbesar data terkecil
= 64 32
= 32
4. Menentukan banyak kelas
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 1,602
= 1 + 5,29
= 6,29 (pembulatan ke bawah)
= 6
5. Menentukan panjang kelas
Panjang kelas interval
= jangkauan
batas kelas interval=
32
6= 5,33(pembulatan ke atas) = 6
Tabel distribusi frekuensi pretest siswa
Interval fi xi fixi
32 - 37 5 34.5 172.5
38 - 43 3 40.5 121.5
44 - 49 10 46.5 465
50 - 55 8 52.5 420
56 - 61 13 58.5 760.5
62 - 67 1 64.5 64.5
fi 40 fixi 2004
6. Menghitung rata-rata (X)
X = fi.xi
f=
2004
40= 50.1
Lampiran 2 67
DISTRIBUSI FREKUENSI POSTTEST SISWA
1. Banyaknya data (n) = 40
2. Distribusi frekuensi
84 80 80 80 80 76 76 76 76 76
76 76 76 76 72 72 72 72 72 72
72 68 68 68 68 68 68 64 64 64
64 64 64 60 60 60 60 56 56 52
3. Menentukan sebaran
Sebaran = data terbesar data terkecil
= 84 52
= 32
4. Menentukan banyak kelas
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 1,602
= 1 + 5,29
= 6,29 (pembulatan ke bawah)
= 6
5. Menentukan panjang kelas
Panjang kelas interval
= jangkauan
batas kelas interval=
32
6= 5,33(pembulatan ke atas) = 6
Tabel distribusi frekuensi posttest siswa
Interval fi xi fixi
52 - 57 3 54.5 163.5
58 - 63 4 60.5 242
64 - 69 12 66.5 798
70 - 75 7 72.5 507.5
76 - 81 13 78.5 1020.5
82 - 87 1 84.5 84.5
fi 40 fixi 2816
6. Menghitung rata-rata (X)
X = fi.xi
f=
2816
40= 70.4
Lampiran 3 68
TABEL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST
xi fi fk fixi xi2 fixi
2 Z Zt F(Z) S(Z) |F(Zi)- F(Si)|
32 2 2 64 1024 2048 -2.10995 0.4826 0.0174 0.05 0.0326
36 3 5 108 1296 3888 -1.63042 0.4484 0.0516 0.125 0.0734
40 3 8 120 1600 4800 -1.15088 0.3749 0.1251 0.2 0.0749
44 4 12 176 1936 7744 -0.67135 0.2486 0.2514 0.3 0.0486
48 6 18 288 2304 13824 -0.19181 0.0753 0.4247 0.45 0.0253
52 8 26 416 2704 21632 0.28772 0.1141 0.6141 0.65 0.0359
56 8 34 448 3136 25088 0.767254 0.2764 0.7764 0.85 0.0736
60 5 39 300 3600 18000 1.246788 0.3925 0.8925 0.975 0.0825
64 1 40 64 4096 4096 1.726322 0.4573 0.9573 1 0.0427
fi 40 fixi 1984 fixi2 101120
Mean 49.6
Si2 24.576
S 4.95742
Lt 0.1400889
Lo 0.0825
TABEL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST
xi fi fk fixi xi2 fixi2 Z Zt F(Z) S(Z) |F(Zi)-F(Si)|
52 1 1 52 2704 2704 -2.30464 0.4898 0.0102 0.025 0.0148
56 2 3 112 3136 6272 -1.78382 0.4625 0.0375 0.075 0.0375
60 4 7 240 3600 14400 -1.263 0.3962 0.1038 0.175 0.0712
64 6 13 384 4096 24576 -0.74217 0.2703 0.2297 0.325 0.0953
68 6 19 408 4624 27744 -0.22135 0.0871 0.4129 0.475 0.0621
72 7 26 504 5184 36288 0.299474 0.1179 0.6179 0.65 0.0321
76 9 35 684 5776 51984 0.820297 0.2939 0.7939 0.875 0.0811
80 4 39 320 6400 25600 1.341121 0.4099 0.9099 0.975 0.0651
84 1 40 84 7056 7056 1.861944 0.4686 0.9686 1 0.0314
fi 40 fixi 2788 fixi2 196624
Mean 69.7
Si2 24.6503
S 4.9649
Lt 0.1400889
Lo 0.0953
Lampiran 4 69
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
1. Menentukan varians terbesar (S12)
S2=
𝑥𝑖 − 𝑥 2
n=
986.01
40= 24.65025
Menentukan varians terkecil (S22)
S2=
𝑥𝑖 − 𝑥 2
n=
983.04
40= 24.576
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
db1 pembilang = n 1 = 40 1 = 39
db2 penyebut = n 1 = 40 1 = 39
3. Menentukan Ft dan Fo
Fo= S1
2
S22
= 24.65025
24.576= 1.003021
Ft = dilihat dari tabel distribusi F (karena dk pembilang 39 dan dk
penyebut 39 tidak ada dalam tabel maka digunakan dk pembilang 40
dan dk penyebut 40)
= 1.69
4. Mengambil kesimpulan
Fo ≤ Ft (1.003021≤ 1.69), maka Ho diterima berarti variansi dari kedua
populasi homogen
Lampiran 5 70
PERHITUNGAN UJI T
Data yang sudah normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji t dengan rumus
sebagai berikut:
t= x2 - x1
dsg 1n1
+1n2
,dengan dsg= n1- 1 S1
2+ n2- 1 S2
2
n1+ n2 - 2
Keterangan :
x2 = rata-rata posttest
x1 = rata-rata pretest
dsg = standar deviasi gabungan
n1= banyak siswa pada pretest
n2= banyak siswa pada posttest
S12= varians pretest
S22= varians posttest
Sebelum melakukan uji t, dilakukan perhitungan untuk mencari dsg dengan rumus
sebagai berikut :
dsg = n1- 1 S1
2+ n2- 1 S2
2
n1+ n2 – 2
= 40- 1 24.6503 + 40- 1 24.576
40+ 40 – 2
= 39 25.20615 + 39 25.28231
78
= 961.36 + 958.464
78
= 1919.82
78
= 24.6131
= 4.96116
Lampiran 5 70
Uji t
t = x2 - x1
dsg 1n1
+1n2
= 69.7 - 49.6
4.96116 1
40 +1
40
= 20.1
4.96116 0.025 + 0.025
= 20.1
4.96116 0.05
= 20.1
4.96116 (0.22361)
= 20.1
1.10935
= 18.1187
dk untuk ttabel adalah n1 + n2 -2 =78. Karena 78 terletak diantara 60 dan 120,
maka ttabel untuk dk 78 dicari dengan menggunakan cara interpolasi sebagai
berikut :
ttabel= ttabel120- 78-60
120-60 ttabel 120- ttabel
= 2.39 − 78 − 60
120 − 60 2.39 − 2.36
= 2.39 − 78 − 60
120 − 60 2.39 − 2.36
= 2.39 − 18
60 0.03
= 2.39 – 0.3 0.03 = 2.39 – 0.009
= 2.381
Karena thitung > ttabel = 18.1187 > 2.381, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Ini
berarti bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap
hasil belajar siswa.
Lampiran 6 72
TES HASIL BELAJAR
1. *Berikut ini merupakan gejala yang dapat diamati pada beberapa larutan jika
dihubungkan dengan alat penguji elektrolit berbagai larutan.
1) Terdapat gelembung gas
2) Lampu menyala terang
3) Lampu menyala redup
4) Lampu tidak menyala
Gejala yang menunjukkan adanya sifat hantar listrik pada larutan adalah
nomor....
a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 1, 2 dan 3
e. 1, 2 dan 4
2. *Suatu larutan merupakan penghantar yang baik jika larutan tersebut
mengandung....
a. molekul yang mudah bergerak
b. molekulyang bersifat konduktor
c. molekul zat terlarut
d. ion yang bebas bergerak
e. zat pelarut dan terlarut
3. *Lampu pada alat penguji elektrolit tidak menyala ketika elektrodanya
dicelupkan ke larutan CH3COOH, tetapi terdapat gelembung gas pada
elektrodanya. Berdasarkan data yang diberikan, pernyataan yang benar
adalah....
a. sedikit sekali larutan CH3COOH yang terionisasi
b. alat penguji bekerja tidak baik
c. larutan CH3COOH bukan larutan elektrolit
d. larutan asam cuka sudah rusak
e. asam cuka merupakan zat yang mudah menguap
4. *Air yang tidak dapat menghantarkan arus listrik adalah....
a. air sungai
b. air sawah
c. air suling
d. air ledeng
e. air sumur
5. *Diketahui data percobaan sebagai berikut.
Larutan Keadaan lampu Keadaan elektroda
A
B
C
D
E
F
Tidak menyala
Menyala
Tidak menyala
Menyala
Tidak menyala
Menyala
Tidak ada gelembung gas
Ada gelembung gas
Ada gelembung gas
Ada gelembung gas
Tidak ada gelembung gas
Ada gelembung gas
Larutan yang termasuk elektrolit kuat dan lemah berturut-turut adalah larutan
a. B dan F
b. C dan D
c. D dan A
d. E dan B
e. F dan C
Lampiran 6 72
6. Larutan yang dapat menghantarkan arus listirk adalah....
a. larutan gula
b. larutan etanol
c. larutan alkohol
d. larutan urea
e. larutan bensin
7. Berdasarkan data percobaan pada soal nomor 5, larutan yang merupakan
larutan non elekrolit adalah larutan....
a. A dan C
b. C dan E
c. B dan D
d. D dan E
e. A dan E
8. Berdasarkan data percobaan pada soal nomor 5, larutan yang merupakan
larutan elektrolit adalah larutan....
a. A, B, C dan D
b. B, C, D dan F
c. C, D, E dan F
d. B, C, E dan A
e. D, E, F dan A
9. Larutan yang membuat lampu menyala paling terang adalah....
a. air sumur
b. air sungai
c. air laut
d. larutan jeruk
e. larutan teh
10. Perhatikan beberapa larutan berikut.
1) Larutan NaCl
2) Larutan CH3COOH 30%
3) Larutan H2SO4
4) Larutan gula 40%
Larutan yang dapat menghasilkan hantaran listirk paling kecil adalah nomor....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 1 dan 3
11. *Kelompok larutan yang merupakan larutan elektrolit lemah adalah....
a. Larutan CH3COOH, larutan NaCl dan larutan jeruk
b. Larutan gula, larutan CH3COOH dan larutan jeruk
c. Larutan CH3COOH, larutan jeruk dan larutan NH3
d. larutan NaCl, larutan H2SO4 dan larutan CH3COOH
e. larutan NH3, larutan H2SO4 dan larutan jeruk
12. * Di depan gedung olahraga banyak penjual yang menjajakan minuman
isotonik. Mereka dapat meraih untung dari penjualannya. Adanya larutan
elektrolit dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka.
Ini merupakan salah satu contoh dari pendidikan nilai pada….
a. nilai praktis
b. nilai ekonomi
c. nilai religi
d. nilai intelektual
e. nilai pendidikan
Lampiran 6 72
13. Perhatikan data oercobaan berikut.
No. Keadaan
Lampu
Pengamatan
Gelembung Gas
1.
2.
3.
4.
5.
++
+++
─
─
++
++
+++
+
─
++
Larutan gula ditunjukkan oleh percobaan nomor....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
14. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari
dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang
mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi. Larutan elektrolit
yang digunakan sebagai minuman isotonik merupakan salah satu contoh dari
pendidikan nilai pada....
a. nilai praktis
b. nilai ekonomi
c. nilai religi
d. nilai intelektual
e. nilai pendidikan
15. *Senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air dan
memiliki ikatan kovalen adalah....
a. NaCl
b. HCl
c. C6H12O6
d. Na2SO4
e. KCl
16. Beberapa nelayan memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang
dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta
merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk
digunakan.
Hal ini mengingatkan pada salah satu contoh dari pendidikan nilai pada….
a. nilai praktis
b. nilai ekonomi
c. nilai religi
d. nilai intelektual
e. nilai pendidikan
17. *Senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air dan
memiliki ikatan ion adalah....
a. KCl
b. HCl
c. HNO3
d. NH3
e. H2SO4
18. Jika senyawa mempunyai nilai derajat ionisasi 1 maka....
a. tidak ada zat yang terionisasi
b. semua zat terdispersi
c. sebagian zat terurai menjadi ion
d. semua zat terurai menjadi ion
e. sebagian zat terurai menjadi
molekul
Lampiran 6 72
19. Suatu larutan yang dicelupkan elektroda dan dihubungkan ke lampu memiliki
data, yaitu lampu tidak menyala dan timbul gelembung gas. Berdasarkan data
tersebut, disimpulkan bahwa....
a. larutan tersebut non elektrolit
b. larutan tersebut mengandung sedikit ion bebas
c. larutan tersebut tidak mengandung ion bebas
d. alat uji tidak bekerja dengan baik
e. semua berbentuk molekul dalam air
20. Senyawa yang tidak dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air
dan memiliki ikatan kovalen adalah....
a. NaOH
b. KCl
c. C6H12O6
d. MgCl2
e. NH3
21. Contoh larutan elektrolit lemah adalah....
a. alkohol
b. larutan NaCl
c. larutan gula
d. larutan NH3
e. larutan H2SO4
22. *Hal yang dapat menyebabkan lelehan PbBr2 menghantarkan arus listrik
adalah....
a. pergerakan molekulnya
b. pergerakan atom
c. pergerakan ion
d. logam Pb
e. lelehan Pb
23. Contoh larutan nonelektrolit adalah....
a. Ca(OH)2
b. CH3COOH
c. CuSO4
d. CHCl3
e. H2CO3
24. Konsentrasi HCl yang diperlukan supaya lampu menyala lebih terang adalah....
a. 0,1 M
b. 0,2 M
c. 0,4 M
d. 0,6 M
e. 1,0 M
25. *Jika terdapat larutan HNO3, HCl dan NH3, larutan yang dapat digunakan
sebagai penghantar listrik yang baik adalah....
a. NH3
b. HNO3 dan NH3
c. HNO3 dan HCl
d. HCl dan NH3
e. HNO3
26. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena
a. molekul-molekul zat terlarut bebas berpindah
b. ion-ion yang terlarut bebas bergerak membawa muatan
c. atom-atom dalam larutannya berpindah tempat
d. air yang berperan memindahkan arus
e. larutannya tetap dalam bentuk molekul
Lampiran 6 72
27. *Berikut ini hasil pengujian daya hantar listrik beberapa larutan:
Larutan Pengamatan
Nyala lampu Gelembung
1. Tidak menyala Ada
2. Tidak menyala Tidak ada
3. Menyala terang Ada
4. Tidak menyala Tidak ada
5. Menyala redup Ada
Berdasarkan data di atas yang merupakan larutan non elektrolit adalah larutan
nomor....
a. 1 dan 5
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1 dan 4
e. 3 dan 5
28. Senyawa berikut ini jika terlarut dalam air dapat menghasilkan lerutan
elektrolit adalah....
a. gas HCl
b. gula pasir
c. urea
d. glukosa
e. fruktosa
29. Pada percobaan uji elektrolit akan terjadi hal-hal berikut ini pada larutan garam
dapur, kecuali....
a. larutan mengtandung ion Na+ dan Cl
b. ion-ion positif bergerak ke arah kutub negatif
c. ion-ion negatif bergerak menuju kutub positif
d. pada elektrode terjadi gelembung-gelembung gas
e. ion positif dan ion negatif membentuk molekul netral
30. *Zat-zat berikut ini,
1) larutan cuka
2) larutan gula
3) larutan amonia
4) larutan garam dapur
5) larutan asam klorida
yang bersifat elektrolit lemah adalah....
a. 1 dan 2
b. 4 dan 5
c. 1 dan 4
d. 3 dan 4
e. 2 dan 5
31. Larutan-larutan zat berikut ini,
1) garam dapur
2) gula
3) asam cuka
berdasarkan sifat daya hantar listrik dari yang lemah ke yang makin kuat
adalah....
a. 1, 2, 3
b. 1, 3, 2
c. 2, 3, 1
d. 3, 2, 1
e. 2, 1, 3
Lampiran 6 72
32. Larutan elektrolit yang dihasilkan dari pelarutan senyawa ion dalam air
adalah....
a. HCl
b. NH4OH
c. HNO3
d. KI
e. CH3COOH
33. Senyawa kovalen polar jika dilarutkan ke dalam air dapat terionisasi
menghasilkan larutan elektrolit. Larutan senyawa kovalen polar yang bersifat
elektrolir kuat adalah....
a. KCl
b. HI
c. H2S
d. NH3
e. NaOH
34. *Senyawa MgCl2 jika terlarut dalam air dapat menghasilkan larutan elektrolit
karena memiliki jenis ikatan....
a. ion
b. kovalen polar
c. kovalen nonpolar
d. koordinasi
e. kovalen semipolar
35. Diantara pernyataan berikut ini
1) leburannya dapat menghantarkan arus listrik
2) larutannya di dalam air terion
3) molekulnya mempunyai ikatan kovalen
yang merupakan sifat garam adalah....
a. 1
b. 2
c. 1 dan 2
d. 2 dan 3
e. 1, 2 dan 3
36. Berikut ini,
1) zat terlarutnya berupa gas
2) pelarutnya adalah air
3) merupakan larutan zat kovalen polar
4) zat terlarut mengalami ionisasi
yang sesuai dengan keadaan dan sifat asam klorida adalah....
a. 1, 2, 3
b. 1, 2
c. 2, 4
d. 1, 3, 4
e. 1, 2, 3, 4
37. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan
lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat
menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat
uji elektrolit. Hal ini merupakan salah
satu contoh dari pendidikan nilai pada ....
a. nilai praktis
b. nilai ekonomi
c. nilai religi
d. nilai intelektual
e. nilai pendidikan
Lampiran 6 72
38. *Garam dapur (NaCl) merupakan camputan senyawa ion yang sangat mudah
larut dalam air dengan derajat ionisasi 1. Pernyataan yang salah di bawah ini
adalah....
a. reaksi yang terjadi bersifat NaCl Na+ + Cl
−
b. larutannya bersifat elektrolit kuat
c. setiap 1 mol NaCl menghasilkan 2 mol partilel ion
d. kadar larutannya dalam air tidak ada batas
e. dapat dibuat larutan jenuhnya
39. Larutan senyawa hidroksida yang bersifat sebagai larutan elektrolit kuat
adalah....
a. NH4OH
b. Mg(OH)2
c. Zn(OH)2
d. KOH
e. Fe(OH)2
40. *Larutan-larutan di bawah ini, jika diuji dengan alat elektrolit yang dapat
menyalakan nyala lampu paling terang adalah....
a. Al(OH)3 10%
b. H2SO4 10%
c. CH3COOH 10 %
d. NH3 10%
e. C6H12O6 20%
41. Perhatikan tabel berikut ini!
No. Keadaan zat NaX HX
1.
2.
3.
4.
Jenis ikatan
Fase zat murni (25oC)
Sebagai larutan
Sifat leburan
Ion
Padat
Elektrolit
Terion
Kovalen polar
Gas
Elektrolit
molekuler
Jika unsur X adalah halogen maka pernyataan yang benar adalah nomor....
a. 1,2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1 dan 4
e. 1, 2, 3 dan 4
42. *Satu satuan rumus barium hidroksida jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan....
a. 1 ion Ba2+
dan 2 ion OH−
b. 1 ion Ba2+
dan 1 ion OH−
c. 2 ion Ba2+
dan 2 ion OH−
d. 1 ion Ba2+
dan 2 ion H+
e. 1 ion Ba2+
dan 1 ion OH−
43. Air merupakan rahmat Allah SWT yang dapat digunakan semaksimal mungkin
untuk manfaat yang sebesar-besarnya, maka kita perlu meyakini kebesaran-
Nya seperti terkandung dalam Ar-Rahman (55) : 33. Ini merupakan salah satu
pendidikan nilai pada….
a. nilai praktis
b. nilai ekonomi
c. nilai religi
d. nilai intelektual
e. nilai pendidikan
Lampiran 6 72
44. *Reaksi berikut ini yang menunjukkan ionisasi asam fosfat, yaitu....
a. NO3−
(aq) + H+
(aq) HNO3(aq)
b. H2SO4(aq) 2H+
(aq) + SO42−
(aq)
c. HPO4(aq) H+
(aq) + PO4−
(aq)
d. H3PO4(aq) 3H+
(aq) + PO43−
(aq)
e. 3H+
(aq) + PO43−
(aq) H3PO4(aq)
45. *Larutan berikut yang memiliki daya hantar listrik terbaik, yaitu....
a. HCl 0,4 M
b. BaCl2 1M
c. CH3COOH 1 M
d. Na2SO4 0,5 M
e. NaCl 0,2 M
46. *Larutan gula pasir dalam air dingin bersifat non elektrolit karena....
a. molekul gula dalam larutan terlalu besar sehingga susah bergerak
b. larutan akan bersifat elektronik setelah dipanaskan pada suhu tinggi
c. air gula terlarut secara molekular dalam air
d. larutan gula mudah mengkristal
e. arus listrik menyebabkan gula terpecah menjadi CO2 dan H2O
47. *Penangkapan ikan di sungai kering menggunakan arus listrik karena....
a. molekul-molekul air sungai bersifat elektrolit
b. kotoran yang terlarut dalam air sungai berfungsi sebagai zat konduktor
c. elektroda yang dicelupkan menyentuh langsung ikan-ikan di sungai
d. ikan-ikan tidak tahan terhadap arus listrik, meskipun arus kecil
e. elektron bergereak ke arah ikan yang berfungsi sebagai elektrode positif
48. *Suatu zat padat T dilarutkan dalam air dapat menghantarkan arus listrik dan
membirukan kertas lakmus merah maka zat padat T tersebut adalah....
a. suatu asam yang dapat terurai menjadi atom-atomnya
b. suatu asam kuat yang dapat terurai menjadi ion-ionnya
c. zat yang menyebabkan air dapat menghantarkan arus listrik
d. zat yang terurai menjadi ion-ionnya, OH− dan ion positif
e. zat yang dapat mengionkan air menjadi H+ dan OH
−
49. Diketahui data percobaan daya hantar listrik air dari berbagai sumber sebagai
berikut.
No. Jenis air Nyala
Lampu
Pengamatan
Lain
1.
2.
3.
4.
5.
Air laut
Air ledeng
Air danau
Air sumur
Air sungai
redup
−
−
redup
−
Ada gas
Ada gas
Ada gas
Ada gas
Ada gas
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa....
a. air laut merupakan elektrolit
b. air sungai bersifat non elektrolit
c. ada ait yang bersifat elektrolit dan non elektrolit
d. semua air dari berbagai sumber bersifat elektrolit
e. sifat elektrolit air bergantung pada jenis zat pelarut
Lampiran 6 72
50. *Suatu zat padat dilarutkan dalam air dan ternyata larutan zat itu dapat
menghantarkan arus listrik. Pernyataan yang tepat untuk menerangkan
peristiwa ini adalah....
a. dalam air, zat padat itu terurai menjadi ionnya
b. dalam air, zat padat itu terurai menjadi atomnya
c. dalam air, zat padat itu terurai menjadi molekulnya
d. air menjadi mudah terionisasi bila ada zat padat di dalamnya
e. air menjadi konduktor listrik bila ada zat terlarut di dalamya
Lampiran 7 81
ANGKET TENTANG PENDIDIKAN NILAI
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda () pada kolom SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju)
atau STS (Sangat Tidak Setuju)
Jawaban yang anda berikan tidak mempengaruhi nilai kimia anda.
2. Berilah jawaban sejujur-jujurnya setelah anda belajar kimia hari ini, karena
jawaban akan membantu meningkatkan pembelajaran kimia
3. Atas perhatian dan kejujuran anda, saya ucapkan terima kasih
Angket Siswa
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Setelah belajar kimia, saya dapat menerima
kelebihan dan kekurangan orang lain
2. Setelah belajar kimia, saya merasa benar
3. Setelah belajar kimia, saya cenderung unjuk
kekuasaan
4. Setelah belajar kimia, saya suka memberi
perintah
5. Setelah belajar kimia, saya senang berdiskusi
dengan teman
6. Setelah belajar kimia, saya mendahulukan
kepentingan bersama
7. Setelah belajar kimia, saya senang bekerja
dalam tim
8. Setelah belajar kimia, saya mencontek saat
ulangan
9. Setelah belajar kimia, saya sering pilih kasih
terhadap teman
10. Setelah belajar kimia, saya sering tidak
menepati janji
11. Setelah belajar kimia, saya melaksanakan tugas
dengan cermat
12. Setelah belajar kimia, saya tidak pernah
mengerjakan kewajiban
13. Setelah belajar kimia, saya menghargai
kekuasaan yang benar
14. Setelah belajar kimia, saya tidak perduli akan
lingkungan
15. Setelah belajar kimia, saya berpartisipasi
Lampiran 7 81
dalam lingkungan
16. Setelah belajar kimia, saya senang berdoa
17. Saya senang dengan pelajaran kimia
18. Sayatidak pernah mengerjakan tugas kimia
19. Saya tidak pernah memperhatikan guru kimia
di kelas
20. Kimia sangat penting untuk dipelajari
21. Nilai kimia saya selalu jelek
22. Saya bertanya kepada teman jika ada materi
yang tidak dimengerti
23. Saya tahu manfaat minuman isotonik dalam
tubuh dari pelajaran kimia
24. Setelah belajar kimia, saya tidak tahu
memancing ikan menggunakan listrik dapat
membahayakan pemancing dan orang lain
25. Setelah belajar kimia, saya tahu larutan
isotonik lebih laku jika dijual di tempat orang
yang sering berolahraga
26. Setelah belajar kimia, saya tidak tahu larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
27. Setelah belajar kimia, saya semakin percaya
adanya kekuasaan Allah
Saran untuk pelajaran kimia :________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Lampiran 8 83
LKS Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi reduksi
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT A. Tujuan Kegiatan
1. Siswa mampu memahami ciri-ciri larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit dan non elektrolit
B. Teori Dasar
Larutan elektrolit adalah larutan yang memiliki kemampuan menghantarkan listrik.
Larutan elektrolit terbentuk dari zat elektrolit, seperti asam, basa, dan garam yang terlarut
dalam pelarut air. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak memiliki kemampuan
untuk mengalirkan arus listrik. Larutan non elektrolit sebagian besar terdiri dari zat-zat
organik.
Penghantaran listrik ini disebabkan karena zat-zat elektrolit dalam larutan atau
leburannya terurai (terionisasi) menjadi ion positif, seperti ion H+, ion logam (kation) dan
ion negatif, seperti OH
dan ion-ion sisa asam (anion). Ion-ion itulah yang menghantarkan
arus listrik.
Larutan yang daya hantar listriknya cukup baik disebut elektrolit kuat. Hantaran listrik
oleh elektrolit kuat ditandai dengan menyalanya lampu pada alat penguji elektrolit.
Sebaliknya, elektrolit yang daya hantarnya lemah ditandai dengan adanya perubahan pada
elektroda (seperti terbentubnya gelembung gas), sedangkan lampu tidak menyala.
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non
elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Saat
olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh.
Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan
elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi.
Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan
menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan
pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak
dianjurkan untuk digunakan.
Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik
yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari penjualannya. Nilai
pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit.
Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak
dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit.
Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir
dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya
dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti
dalam Ar-Rahman (55) : 33. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
C. Alat dan Bahan
1. Seperangkat alat penguji elektrolit
2. Gelas beaker
3. Bola Lampu
4. Akuades
5. Larutan garam dapur
6. Larutan batu kapur
7. Larutan asam cuka
8. Larutan gula
Lampiran 8 83
LKS Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
9. Larutan asam sulfat
10. Larutan alkohol
11. Larutan urea
12. Larutan natrium hidroksida
13. Larutan amoniak
14. Mizone
15. Pocari sweat
16. Air jeruk
17. Ait teh
18. Air kopi
19. Tisu bersih
D. Langkah Kerja
1. Siapkan alat penguji elektrolit.
2. Masukkan akuades ke dalam gelas kimia.
3. Pasang alat sesuai gambar.
4. Hidupkan listrik.
5. Amati nyala lampu dan gelembung-gelembung gas di sekitar elektroda.
6. Kerjakan langkah 1-5 pada masing-masing larutan .
E. Hasil Pengamatan
No. Bahan
Lampu Gelembung Gas Larutan
Nyala Tidak Ada Tidak Elektrolit Non
Elektrolit
1. Akuades
2. Larutan garam
dapur
3. Larutan batu
kapur
4. Larutan asam
cuka
5. Larutan gula
6. Larutan asam
sulfat
7. Larutan alkohol
8. Larutan urea
9. Larutan natrium
hidroksida
10. Larutan
amoniak
11. Mizone
12. Pocari sweat
13. Air jeruk
14. Air teh
15. Air kopi F. KESIMPULAN
1. Ciri-ciri larutan elektrolit, yaitu:
a. _________________________________________
b. _________________________________________
c. _________________________________________
2. Larutan yang termasuk larutan elektrolit, yaitu:
a. _________________________
b. _________________________
c. _________________________
d. _________________________
e. _________________________
f. _________________________
g. _________________________
h. _________________________
Lampiran 8 83
LKS Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
3. Larutan yang termasuk larutan non elektrolit, yaitu:
a. _________________________
b. _________________________
c. _________________________
d. _________________________
e. _________________________
f. _________________________
g. _________________________
h. _________________________
G. TUGAS
Carilah nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit
1. Nilai praktis
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
2. Nilai intelektual
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
3. Nilai sosial politik ekonomi
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
4. Nilai pendidikan
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
5. Nilai relihius
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Lampiran 9 86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/II
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 1@45 menit
Standar Kompetensi :
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi
reduksi
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil
percobaan
Indikator Pembelajaran :
1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui
percobaan
2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan sifat hantaran listriknya
3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus
listrik
4. Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan
senyawa kovalen polar
5. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit
Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit
melalui percobaan
2. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
3. Siswa dapat menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik
Lampiran 9 86
4. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
5. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit
dan non elektrolit
Materi Pembelajaran :
Larutan elektrolit dan non elektrolit
Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan diskusi kelompok
2. Pendekatan : Praktikum
Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan Memberi salam
Memulai pembelajaran
dengan mengucap
basmalah
Mengabsen siswa
Memberikan pretest
Apersepsi :
Menjelaskan kompetensi
dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
Motivasi dan prasyarat :
Meminta siswa
menyebutkan contoh-
contoh larutan
Menjawab salam
Mengucap basmalah
Menjawab absen
guru
Mengerjakan pretest
Menyimak
penjelasan guru
Menyebutkan
contoh-contoh
larutan
2 menit
2 menit
5 menit
20 menit
10 menit
5 menit
Inti Menayangkan slide
tentang larutan elektrolit
dan non elektrolit
Memberikan penjelasan
tentang larutan elektrolit
dan non elektrolit beserta
nilai-nilai yang
terkandung didalamnya
Larutan yang dapat
menghantarkan arus
listrik disebut larutan
elektrolit. Contoh
senyawa elektrolit
Memperhatikan slide
yang diberikan
Menyimak
penjelasan guru
15 menit
12 menit
Lampiran 9 86
lainnya lainnya ialah
KCl, NaBr, CaCl2 dan
Na2SO4
Larutan non elektrolit
adalah larutan yang
tidak dapat
menghantarkan arus
listrik. Umumnya
senyawa non elektrolit
berupa senyawa karbon
yang berikatan kovalen
atau senyawa organik,
misalnya gula, urea,
glukosa dan minyak.
Nilai praktis dari konsep
larutan elektrolit dan
non elektrolit antara lain
penggunaan larutan
elektrolit sebagai
minuman isotonik.
Nilai intelektual dalam
larutan elektrolit dan
non elektrolit contohnya
memancing ikan
menggunakan listrik.
Arus listrik yang
dimasukkan ke dalam air
dapat membahayakan
pemancing dan orang
lain serta merusak
ekosistem laut.
Nilai ekonomi dalam
larutan elektrolit dan
non elektrolit contohnya
minuman isotonik yang
dapat diperjualbelikan.
Nilai religius dari
larutan elektrolit dan
non elektrolit menuntun
kita untuk berpikir dan
merenungkan air
sebagai rahmat Allah
SWT agar bertambah
keyakinan terhadap-Nya
dan dapat digunakan
semaksimal mungkin
Lampiran 9 86
untuk manfaat yang
sebesar-besarnya
Memberikan penjelasan
singkat tentang
praktikum yang akan
dilakukan
Mencatat hal-hal
penting yang harus
dilakukan dalam
praktikum
10 menit
Penutup Membuat kesimpulan
bersama siswa
Mengingatkan kembali
tentang praktikum yang
akan dilakukan
Menutup pelajaran
dengan membaca
hamdalah
Membuat kesimpulan
bersama guru
Menyimak
penjelasan guru
Membaca hamdalah
2 menit
5 menit
2 menit
Penilaian :
1. Kognitif
a. Tes pretest
b. Laporan tertulis hasil praktikum
c. Tes posttest
2. Psikomotor (saat praktikum)
Alat/Bahan/Sumber :
1. Buku Paket Kimia
2. Lembar Kerja Praktikum
3. Alat dan Bahan Praktikum
Lampiran 10 90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/II
Pertemuan Ke : 2
Alokasi Waktu : 2@45 menit
Standar Kompetensi :
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi
reduksi
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil
percobaan
Indikator Pembelajaran :
1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui
percobaan
2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan sifat hantaran listriknya
3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus
listrik
4. Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan
senyawa kovalen polar
5. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit
Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit
melalui percobaan
2. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
3. Siswa dapat menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik
Lampiran 10 90
4. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
5. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit
dan non elektrolit
Materi Pembelajaran :
Larutan elektrolit dan non elektrolit
Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan diskusi kelompok
2. Pendekatan : Praktikum
Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan Memberi salam
Memulai pembelajaran
dengan mengucap
basmalah
Mengabsen siswa
Apersepsi :
Menjelaskan kompetensi
dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
Memberi materi singkat
tentang larutan elektrolit
dan non elektrolit beserta
nilai-nilai yang ada di
dalamnya
Motivasi dan prasyarat :
Meminta siswa
menyebutkan contoh-
contoh larutan elektrolit
dan non elektrolit
Meminta siswa
menjelaskan salah satu
nilai yang ada di dalam
larutan elektrolit dan non
elektrolit
Menjawab salam
Mengucap basmalah
Menjawab absen
guru
Menyimak
penjelasan guru
Menyimak materi
singkat tentang
larutan elektrolit
dan non elektrolit
beserta nilai-nilai
yang ada di
dalamnya
Menyebutkan
contoh-contoh
larutan elektrolit
dan non elektrolit
Menjelaskan salah
satu nilai yang ada
di dalam larutan
elektrolit dan non
elektrolit
2 menit
2 menit
5 menit
3 menit
5 menit
3 menit
3 menit
Lampiran 10 90
Inti Membentuk siswa
menjadi beberapa
kelompok
Memberi lembar kerja
praktikum
Mempersilahkan siswa
untuk melakukan
praktikum sesuai dengan
panduan lembar kerja
praktikum
Membimbing dan
mengarahkan siswa
dalam praktikum
Mengawasi jalannya
praktikum
Berkumpul dan
duduk bersama
kelompoknya
masing-masing
Mengambil lembar
kerja praktikum
Melakukan kegiatan
praktikum sesuai
dengan panduan
lembar kerja
praktikum
Mengamati dan
mengolah data
dengan benar
Bertanya jika
terdapat hal-hal
yang belum
dipahami
5 menit
2 menit
23 menit
5 menit
3 menit
Penutup Mengarahkan
pemahaman siswa dari
hasil praktikum dan
diskusi yang telah
dilakukan
Membuat kesimpulan
bersama siswa
Menugaskan siswa
membuat laporan
praktikum
Memberikan posttest
Menutup pelajaran
dengan membaca
hamdalah
Mencatat hal-hal
penting tentang
praktikum dan
materi larutan
elektrolit dan non
elektrolit yang
terlewat
Membuat
kesimpulan bersama
guru
Mencatat tugas dari
guru
Mengerjakan
posttest
Membaca hamdalah
3 menit
2 menit
2 menit
20 menit
2 menit Penilaian : Alat/Bahan/Sumber :
1. Kognitif 1. Buku Paket Kimia
a. Tes pretest 2. Lembar Kerja Praktikum
b. Laporan tertulis hasil praktikum 3. Alat dan Bahan Praktikum
c. Tes posttest
2. Psikomotor (saat praktikum)