PENGARUH INTENSITAS MELAKUKAN PUASA SENIN KAMIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN SANTRI
DALAM MENGHAFAL NADHAM ALFIYAH DI MADRASAH DINIYAH TSANAWIYAH
“MAMBA’UL HUDA” TALOKWOHMOJO NGAWEN BLORA
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Oleh:
ACHMAD IRCHAMNI NIM: 71111018
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, November 2011
(Achmad Irchamni)
v
MOTTO
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka
aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”
(HR. Tirmidzi)
vi
PERSEMBAHAN
Karya skripsi ini kupersembahkan buat:
Ayahanda juga ibunda tercinta Subandi dan Suprihatin, yang telah
membesarkan dengan kasih sayang serta bimbingan dan nasehat yang tiada
pernah henti dan mendo’akan kesuksesan ananda semoga jasa dan kasih
sayangnya tak terlupakan sepanjang masa.
Semua kawan-kawanku yang telah membantu juga memberikan motivasi
kepadaku yang tak pernah aku lupakan, semoga Allah SWT memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
vii
ABSTRAKSI
Achmad Irchamni (071111018). Pengaruh Intensitas melakukan Puasa Senin Kamis terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Santri dalam menghafal Nadham Alfiyah di Madrasah Diniyah Tsanawiyah Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Fakultas Dakwah. Pembimbing bapak Dr, H. Sholihan, M.Ag dan ibu Yuli Nur Khasanah, S.Ag, M. Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas puasa Senin Kamis (X) terhadap tingkat kecemasan santri (Y) dalam menghafal nadham Alfiyah di Madrasah Diniyah Tsanawiyah Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora.
Subyek penelitian sebanyak 40 responden, pengambilan sampelnya menggunakan random sampling. Pengumpulan data X dan Y menggunakan angket. Dalam kajian hipotesis penulis menggunakan analisis regresi sederhana.
Hasil uji hipotesis regresi sederhana satu prediktor diketahui bahwa ada pengaruh internsitas puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri Mamba’ul Huda hal ini berdasarkan dari analisis uji F reg (X terhadap Y) diketahui F reg = 8.33, setelah dicocokkan dengan tabel F pada taraf signifikan 5 % sebesar 4.08 sedangkan pada taraf signifikan 1 % sebesar 7.31 karena F reg > F t (0.05) dan (0.01) maka signifikan. Ada pengaruh intensitas melakukan puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri, uji korelasi antara puasa Senin Kamis dan kecemasan santri Mamba’ul Huda diketahui nilainya 0.424. setelah di uji t diketahui nilainya 2,87, setelah dicocokkan pada t tabel pada taraf 5 % sebesar 2.021 maka t h > t t (0.05:40) sehingga signifikan. Hal ini juga ditunjukkan dengan persamaan garis regresi : = 31.068 + 0.438 X.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayahnya kepada penulis berupa kekuatan dan kemampuan dalam
penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH INTENSITAS MELAKUKAN
PUASA SENIN KAMIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN
SANTRI DALAM MENGHAFAL NADHAM ALFIYAH DI MADIN
TSANAWIYAH MAMBA’UL HUDA TALOKWOHMOJO NGAWEN BLORA”,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dengan baik.
Shalawat dan salam tetap tersanjung kepangkuan beliau nabi besar Muhammad
SAW, yang telah berjuang membawa umat dari alam jahiliyah, kemusyrikan dan
kegelapan hati menuju alam kebaikan, ketenteraman dan kedamaian yang berlandaskan
wahyu Illahi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terealisasikan dengan baik.
Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
khusus pada:
1. Bapak Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang yang telah merestui penulisan skripsi ini.
2. Ibu Hj. Mahmudah, S.Ag M.Pd selaku ketua jurusan BPI dan bapak Safrodin, M.Ag
selaku Sekretaris jurusan BPI yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.
3. Bapak Dr. H Sholihan, M.Ag dan Ibu Yuli Nur Khasanah, S.Ag M.Hum, selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Kepala Madin dan semua santri Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora yang
telah memberikan bantuan berupa data-data penelitian kepada penulis secara lengkap.
6. Keluarga besar Yayasan Miftahul Jannah (Takmir Masjid, TPQ dan PGTKI Miftahul
Jannah).
7. Keluarga besar Paguyuban Keluarga Kawasan Beringin Indah ( kel. Drs H.M
Mudhofi, M.Ag, kel. Sunaryo, kel. H.M Arja’ Imroni, M.Ag, kel. H Zulfakar, kel. H.
Fakrur Rozi, M.Ag) serta kel. mas Tri, mbak Eni serta kel De Yono, De Kimi dan
ix
semua warga yang tidak dapat saya sebut yang telah membimbing penulis selama
hidup di Semarang, kalian adalah guruku yang terhebat dalam mencapai masa depan.
8. Semua kawan-kawan angkatan 07, khususon: Afif K., A. Bukhori, Mikha R., Nur
Faidah, Karmila, Arina S.A., Diyah Ayu N., Baharfil A., Nur Hidayah, Rafika Haque,
Rahmah E.P., Heti W.,Masruroh,.Wintarti, P. Atmono dan buat mas Anwar, mas
Fakrur Aziz, Dewi , Alim, Ari, serta kawan-kawan bengkel (om Budi dan pak No).
9. Kawan-kawan team KKN posko 72 Sidokumpul Patean Kendal dan keluarga besar
IMPARA dan KSR IAIN Walisongo Semarang.
10. Warga Villa Masjid Miftahul Jannah: Mas Yazid Ishom, mas Nur Wachid, Syihabul
Fajri, Syaiful Muakib, Ustadz Rahman, mas Rotor, Sugeng Dwi Y, mas Marendra
Fajar Abinowo terimakasih atas do’a dan bantuannya.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada mereka semua tidak ada sesuatu yang dapat penulis berikan sebagai
imbalan, kecuali sepotong do’a “ Jazakumullah Ahsananal Jaza’ Jazaan Katsira”.
Skripsi yang sederhana ini terlahir dari usaha yang maksimal dari kemampuan
yang terbatas yang ada pada diri penulis. Maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun tulisan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstuktif sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.
Semarang, November 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
HALAMAN ABSTRAKSI ................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 5
1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................ 5
1.3.2. Manfaat Penelitian ............................................... 6
1.4 Tinjauan Pustaka ............................................................. 6
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ......................................... 8
BAB II KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Landasan Kerangka Teori ............................................... 10
2.1.1. Pengertian Puasa Senin Kamis.............................. 10
2.1.2. Rukun-rukun Puasa ............................................. 14
2.1.3. Macam-macam Puasa .......................................... 14
2.1.4. Manfaat Puasa ..................................................... 14
2.1.5. Tujuan dan Manfaat Puasa ................................... 18
2.2. Kecemasan ..................................................................... 21
2.2.1. Pengertian Kecemasan ......................................... 21
2.2.2. Tingkat Kecemasan ............................................. 22
2.2.3. Penyebab-penyebab Kecemasan .......................... 24
xi
2.2.4. Tipe Kepribadian Kecemasan .............................. 26
2.2.5. Teori Kecemasan ................................................. 27
2.2.6. Reaksi Kecemasan ............................................... 31
2.3. Hubungan Puasa senin Kamis terhadap Kecemasan ........ 31
2.4. Hipotesis ......................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian ............................................ 35
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional .............................. 35
3.3. Sumber dan Jenis Data .................................................... 39
3.4. Populasi dan Sampel ....................................................... 40
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 40
3.6. Teknik Analisis Data ....................................................... 46
BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG OBYEK PENELITIAN
4.1. Situasi Umum ................................................................. 50
4.1.1. Letak Geografis ................................................... 50
4.1.2. Batas Wilayah ..................................................... 50
4.1.3. Latar Belakang Berdirinya MMH ........................ 52
4.1.4. Struktur Kepengurusan MMH ............................. 53
4.1.5. Visi dan Misi ....................................................... 55
4.2. Keadaan Ustadz dan Santri ............................................. 56
4.2.1 Ustadz ................................................................. 56
4.2.2 Santri .................................................................. 56
4.2.3 Keadaan Sarana dan Prasarana ............................ 56
4.2.4 Sarana Pendidikan ............................................... 57
4.2.5 Sarana Administrasi ............................................ 57
4.2.6 Pendanaan ........................................................... 57
4.2.7 Manajemen Pendidikan ....................................... 58
4.2.8 Proses Kegiatan Belajar Mengajar ....................... 59
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian........................................ 50
5.1.1 Data Hasil Angket Intensitas Puasa Senin Kamis.. 64
xii
5.1.2 Data Hasil Kecemasan.......................................... 64
5.2. Uji Homogenitas ............................................................ 67
5.3. Uji Normalitas ................................................................ 68
5.4. Uji Linieritas ................................................................... 68
5.5. Pengujian Hipotesis ........................................................ 70
5.6. Analisis Uji Hipotesis ..................................................... 72
5.7. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 77
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan...................................................................... 80
6.2. Limitasi ......................................................................... 81
6.2. Saran – Saran ................................................................. 81
6.3. Penutup ........................................................................... 83
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Data Hasil Skala Intensitas Puasa Senin Kamis ................... 66
2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Mean Puasa Senin Kamis ........... 67
3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Prosentase Intensitas Puasa Senin Kamis 68
4. Tabel 4. Data Hasil Skala Kecemasan Santri .................................... 69
5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Mean Kecemasan ....................... 70
6. Tabel 6. Variabel X dan Y ................................................................ 61
7. Tabel 7. Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi .............................. 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Daftar Angket
2. Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
3. Lampiran 3 Uji Pra Syarat (Homogenitas, Normalitas dan Linieritas)
4. Lampiran 4 Uji Analisis Regresi
5. Lampiran 5 Hasil Skor Nilai X, Y, dan XY
6. Lampiran 6 Daftar Data Responden
7. Lampiran 7 Penunjukan Pembimbing
8. Lampiran 8 Surat Izin Riset Dari Fakultas
9. Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
10. Lampiran 10 Piagam Passka 2007
11. Lampiran 11 Piagam KKN
12. Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup
13. Lampiran 13 Sebagian Teks Nadham Alfiyah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang keras dan kompetitif banyak menimbulkan
stress. Apalagi bagi mereka yang hidup dengan tingkat mobilitas yang
tinggi. Jalanan yang macet, persaingan dalam usaha dan karir yang keras,
serta beban hidup yang semakin berat menyumbangkan kadar stress yang
tinggi terhadap setiap orang. Bila seseorang merasakan suatu perasaan yang
tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang ditakuti dan tidak
dapat segera mengatasi atau ketidakmampuan menghilangkan perasaan
cemas dan menggelisahkan itu, maka ia dapat dikatakan sedang mengalami
gangguan mental atau ketidaksehatan mental yaitu ketidakmampuan
individu dalam menghadapi realitas yang membuahkan banyak konflik
mental pada dirinya (Kartono, 2000: 13).
Kecemasan menurut Freud (1933/1964) adalah suatu keadaan
perasaan efektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik
yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan
yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat,
tetapi kecemasan itu sendiri selalu di rasakan (Semiun, 2006: 87).
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki
nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan
bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat
2
mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan (anxietas) diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-
tekanan/ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin
(konflik) (Prasetyono, 2007: 11).
Semua orang pasti pernah merasakan kecemasan dalam derajat
tertentu bahkan kecemasan yang ringan dapat berguna yakni dalam
memberikan rangsangan terhadap seseorang, rangsangan untuk mengatasi
kecemasan dan membuang sumber kecemasan. Bila berhadapan dengan
suatu keadaan yang sulit setiap orang normal dapat menjadi gelisah, tegang,
khawatir, gemetar, denyut jantung cepat, panic attack (serangan panik) dan
dapat timbul di berbagai keadaan (John, 1992: 40).
Melihat permasalahan di atas, Madrasah Diniyah Tsanawiyah
Mamba’ul Huda adalah salah satu lembaga yang mewajibkan santrinya
untuk menghafalkan Nadham Alfiyah tersebut, sehingga sebagian dari
santrinya yang merasa cemas maupun takut akan kewajiban tersebut, bahkan
suatu ketika ada santri yang karena belum menghafalkan Nadham dia rela
membolos mengaji karena takut akan adanya takziran (hukuman) dari ustadz
untuk mengantisipasi hal tersebut para santri melakukan amalan dengan cara
puasa Senin Kamis. Dalam menghadapi hafalan sebagian dari santri
mengalami kecemasan dalam hal tersebut. Inilah yang dirasakan sebagian
dari santri Mamba’ul Huda Ngawen. (Hasil wawancara dengan Ibnu Malik
santri Mamba’ul Huda Ngawen pada tanggal 25 Mei 2011).
3
Puasa Senin Kamis merupakan ayyaman ma’dudat (beberapa hari
tertentu) yang salah satu dari sekian banyak alternatife yang bisa untuk
menanggulangi hal-hal diatas, bentuk ibadah puasa dalam ajaran Islam, yang
mempunyai hikmah (manfaat) bagi kehidupan manusia. Kedudukan puasa
Senin Kamis dalam ajaran Islam dan merupakan ibadah sunnah yang paling
disenangi oleh Nabi SAW, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh
Muslim ra:
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,
وأنا عملى یعرض أن فأحب والخمیس االثنین یوم األعمال تعرض صائم
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi). Dengan memperhatikan hadist tersebut dapat diambil pengertian
bahwa puasa Senin Kamis merupakan ibadah yang sangat bermanfaat
nilainya bagi manusia.
Puasa memberikan efek tenang dan damai yang pada gilirannya
membangkitkan energi mental yang positif, penuh semangat, percaya diri,
dan optimis dalam menghadapi apa pun (Malik, 2008: 59). Puasa Senin dan
Kamis merupakan indikator paling dominan terhadap peneladanan tokoh
terbesar dunia sekaligus manusia pilihan tuhan (Muhammad SAW) tersebut.
Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,
.والخمیس االثنین صیام یتحرى كان -وسلم علیھ اهللا صلى- اللھ رسول إن “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.”( HR. An Nasai ).
4
Kaitannya dengan hal tersebut, dalam menghadapi hafalan Nadham
Alfiyah sebagian dari santri mengalami kecemasan mengenai hal tersebut,
inilah yang dirasakan santri “Mamba’ul Huda” Ngawen. Perasaan cemas dan
takut dalam menghadapi hafalan Nadham menimbulkan berbagai macam
gangguan fisik maupun psikologis. Adapun gejala fisik yang dialami santri
“Mamba’ul Huda” Ngawen antara lain gelisah, hilangnya nafsu makan,
susah tidur, sedangkan gejala psikologisnya yaitu sulit berkonsentrasi,
merasa gelisah serta kurang percaya diri.
Pada suatu saat ada salah satu santri yang dimana di rela tidak masuk
mengaji dikarenakan belum siap dan belum hafal nadhom alfiyah lalu dia
cemas dan khawatir akan nantinya ada ta’ziran (hukuman) yang diberikan
bahkan dia rela membolos serta lama kelamaan dia keluar dri Madin karena
dirasa itu menjadi beban bagi dirinya.
Banyak usaha yang dilakukakan untuk mempersiapkan santrinya
baik berupa usaha lahiriyah maupun batiniyah. Hal tersebut dilakukan
sebagian dari santri. Dalam menghadapi hafalan, usaha-usaha yang
dilakukan adalah dengan sima’an antar satu orang dengan seorang yang
lainnya diluar jam pelajaran, dan setiap sore sebelum pelajaran dimulai serta
santri diimbangi dengan melakukan puasa Senin Kamis. Usaha batiniyah ini
dimaksudkan untuk mempersiapkan mental santri. Puasa senin kamis yang
di amalkan di harapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan santri dalam
menghafal Nadham Alfiyah (Hasil wawancara dengan Sumarno selaku ketua
kelas pada tanggal 25 Mei 2011).
5
Alasan memilih judul ini yaitu agar bisa mengetahui adakah
pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri karena sebagian
dari santri merasa cemas, bahkan takut akan suatu kewajiban menghafal
Nadham Alfiah yang menjadi syarat wajib yang harus ditempuh oleh santri.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah atau problematika adalah hal-hal yang akan dicari
jawabannya melalui kegiatan penelitian. Adapun yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian ini adalah:
Adakah Pengaruh Intensitas Melakukan Puasa Senin Kamis
Terhadap Tingkat Kecemasan Santri dalam Menghafal Nadham Alfiyah di
Madrasah Diniyah Tsanawiyah “Mamba’ul Huda” Talokwohmojo Ngawen
Blora?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan yang ada, maka tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini adalah: untuk menguji secara empiris ada
atau ti daknya pengaruh intensitas melakukan puasa Senin Kamis
terhadap penurunan tingkat kecemasan santri dalam menghafal
nadham Alfiyah di madrasah diniyah tsanawiyah “Mamba’ul Huda”
Talokwohmojo Ngawen Blora.
6
1.3.2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dapat di tinjau secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, penelitian ini di harapkan mampu menambah
khaszanah karya ilmiah bagi Fakultas Dakwah khususnya jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI).
Sedangkan secara praktis, jika puasa Senin Kamis
berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan santri dalam
menghafal nadham Alfiyah berarti puasa Senin Kamis disini dapat
digunakan sebagai alat intervensi dalam menurunkan tingkat
kecemasan santri dalam menghafal nadham Alfiyah di Madin
Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora.
1.4. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengamatan dan pengetahuan peneliti, belum ada penelitian
skripsi yang membahas tentang masalah ini. Untuk menghindari adanya
plagiat maka berikut peneliti sertakan beberapa literatur serta hasil penelitian
yang ada relevensinya terhadap skripsi yang akan di teliti sebagai bahan
pertimbangan dalam mengupas berbagai masalah yang ada. Diantaranya:
1. Penelitian skripsi yang diangkat oleh Imam Sholikhin yang berjudul
“Hubungan Mental Diri dengan Kecemasan dalam Menghadapi Dunia
Kerja pada Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo tahun 2006/2007 (Tinjauan BKI)” menyimpulkan bahwa
signifikasi kontrol diri dengan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja
7
pada mahasiswa akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Semakin tinggi kontrol diri mahasiswa semakin rendah tingkat
kecemasannya dalam menghadapi dunia kerja. Begitu sebaliknya
semakin rendah kontrol diri mahasiswa semakin tinggi kecemasan
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja dan terdapat peran penting
fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam menumbuhkan kontrol diri
yang efektif bagi Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang. Sedangkan yang membedakan dari penelitian ini
adalah yang ingin penulis teliti adalah bahwa ada pengaruh melakukan
puasa Senin Kamis dengan kecemasan santri dalam menghafal Nadham
Alfiyah. Semakin tinggi intensitas melakukan puasa Senin Kamis
semakin rendah tingkat kecemasannya dalam menghafal Nadham
Alfiyah dan begitu juga sebaliknya.
2. Penelitian skripsi yang diangkat oleh Sutan Bazari yang Berjudul
“Hubungan Intensitas Melaksanakan Puasa Senin Kamis dan Perilaku
Keagamaan Santri di Pondok Pesantren El Bayan Bendasari Kecamatan
Majenang Kabupaten Cilacap” menyimpulkan bahwa penelitian ini
untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam
upaya mengembangkan intensitas puasa Senin Kamis dan perilaku
keagamaan santri. Sedangkan yang membedakan dari penelitian ini
adalah ada pengaruh intensitas melakukan puasa Senin Kamis terhadap
penurunan tingkat kecemasan santri dalam menghafal Nadham Alfiyah.
Semakin tinggi intensitas melakukan puasa Senin Kamis semakin rendah
8
tingkat kecemasannya dalam menghafal Nadham Alfiyah dan begitu
juga sebaliknya.
3. Penelitian skripsi yang diangkat oleh Umi Musyarofah yang berjudul
Pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap Penurunan Emosi Negatif Santri
di Pondok Pesantren Al Hikmah Desa Benda Kecamatan Sirampog
Kabupaten Brebes” menyimpulkan bahwa puasa Senin Kamis
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan emosi
negatif.
Sedangkan yang membedakan dari penelitian ini adalah ada
pengaruh intensitas melakukan puasa Senin Kamis terhadap penurunan
tingkat kecemasan santri dalam menghafal Nadham Alfiyah. Semakin
tinggi intensitas melakukan puasa Senin Kamis semakin rendah tingkat
kecemasannya dalam menghafal Nadham Alfiyah dan begitu juga
sebaliknya. Sangat jelas, karena ini merupakan penelitian yang belum
diteliti orang lain.
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam memahami gambaran secara
menyeluruh tentang skripsi ini maka penulis memberikan sistematika
beserta penjelasan secara garis besar sebagai berikut:
Bab Pertama sebagai Bab Pendahuluan yang berisi tentang Latar
Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan Skripsi.
9
Bab Kedua berisi tentang Kerangka Dasar Pemikiran Teoritik yang
menjelaskan tentang Intensitas Puasa Senin Kamis dan Kecemasan. Bab
ini dibagi menjadi 3 sub, 1.) Pengertian Puasa Senin Kamis, Rukun-Rukun
Puasa, Macam-Macam Puasa, Tingkatan Puasa, Tujuan dan Manfaat
Puasa. 2.) Pengertian Kecemasan, Teori-Teori Kecemasan, Tingkatan
Kecemasan, Penyebab-Penyebab Kecemasan, Tipe-Tipe Pencemas, dan
Reaksi Kecemasan 3.) Korelasi Antara Intensitas Puasa Senin Kamis
dengan Kecemasan.
Bab Ketiga berisi tentang Metode Penelitian. Bab ini dibagi
menjadi 6 sub. 1.) Jenis dan Metode Penelitian. 2.) Definisi Konseptual
dan Operasional. 3.) Sumber dan Jenis Data. 4.) Populasi dan Sempel. 5.)
Teknik Pengumpulan Data 6.) Analisis Data.
Bab Keempat, Bab ini merupakan Gambaran Umum Tentang
Obyek Penelitian. 1.) Letak Geografis 2.) Latar Belakang Berdirinya
MMH 3.) Struktur Madin Tsanawiyah Mamba’ul Huda Blora 4.) Visi dan
Misi 5.) Keadaan Ustadz dan Santri 6.) Keadaan Sarana dan Prasarana.
Bab Kelima, Bab ini merupakan Hasil Dari Penelitian dan
Pembahasannya. Bab ini dibagi menjadi 3 sub. 1.) Diskripsi Data Hasil
Penelitian. 2.) Pengujian Hipotesis. 3.) Pembahasan Hasil Penelitian.
Bab Keenam berisi tentang Penutup adapun yang terkandung di
dalamnya adalah Kesimpulan, Saran- Saran, Penutup dan dilengkapi
dengan Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran dan Daftar Riwayat
Pendidikan penulis.
10
BAB II
KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Landasan Kerangka Teoritik
2.1.1. Pengertian Puasa Senin Kamis
Puasa dalam bahasa arab disebut ash-shiyam, yang artinya
menurut bahasa ’’menahan diri dari suatu perbuatan”. Adapun puasa
menurut istilah syari’iyah ialah :” menahan diri dari makan , minum
dan bersetubuh dengan wanita (istri) semenjak terbit (fajar sampai
waktu terbenamnya matahari), karena mengharapkan (ridla) Allah
dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya dengan jalan takut
kepada-Nya dan melatih kehendak dari perdayaan nafsu” (Imam,
2004 : 207).
Sulaiman Rasjid dalam bukunya Fiqh Islam menjelaskan
bahwa puasa atau dikenal dengan kata shaumu, menurut bahasa
Arab, adalah menahan dari segala sesuatu, seperti tidur, makan,
bicara dan sebagainya. Sementara, menurut istilah agama Islam,
puasa adalah menahan dari segala macam sesuatu yang
membukakan, satu hari lamanya dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat ( Susetya, 2007: 16).
Sedangkan puasa sunnah Senin dan Kamis adalah puasa yang
dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Waktu, adab, dan tata cara
puasa ini tidak ada bedanya dengan puasa pada bulan Ramadhan
11
secara khusus, puasa ini dinyatakan Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah.
Bahwa rasulullah SAW bersabda:
ائما صأنلى ومع ضرعأن ي ميس فأحبالخن وياالثن موال يماألع ضرعت
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Ahmad).
Menurut riwayat Muslim yang diterima dari Abu Qatadah
pernah di tanyakan kepada Rasulullah SAW tentang puasa hari
Senin. Maka rasullulah menjawab :
ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت أو أنزل على فيه
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim).
Jawaban Rasulullah SAW ini menerangkan sebab-sebab
disunahkan puasa Senin, karena pada hari itu Rasulullah dilahirkan,
Rasulullah dibangkitkan dan permulaan al-Qur’an di turunkan. Maka
seharusnya hari itu di besarkan, Karena pada hari itu Allah
melahirkan seseorang hamba-Nya (Tengku, 2000: 319).
Rasulullah sendiri telah membiasakan berpuasa pada hari
kelahirannya, yakni setiap hari Senin. Inilah keistimewaan hari
Senin. Hari Senin lebih agung nilainya dengan diturunkannya al-
Qur’an di dalamnya. Hal ini tentu merupakan peristiwa luar biasa.
Dikatakan luar biasa karena turunnya al-Qur’an adalah turunnya
petunjuk dan hidayah Allah dan petunjuk itulah yang mampu
12
membawa alam semesta beserta isinya, termasuk manusia menjadi
berperadaban seperti sekarang ini.
Sementara di sisi lain, sambutan Nabi SAW terhadap
turunnya al-Qur’an begitu agung, terbukti dengan ritualnya pada hari
tersebut yakni berpuasa. Karena Nabi sendiri begitu sakral
menyambut turunnya al-Qur’an ini, maka tidak mengherankan
apabila kita akan menyentuh apalagi membacanya kita harus dalam
keadaan suci.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman :
متف قل إن كنغيو الله كمببحوني يبعفات ون اللهحبتلكم ر اللهو كموبذنحيمر غفور
Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. ”Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS. Ali Imran : 31) (Departemen Agama, 1971 : 80).
Sedangkan hari Kamis, berdasarkan hadits yang di
riwayatkan oleh Imam Ahmad, hari Kamis juga mempunyai historis
(sejarah) yang tidak kalah agungnya dengan hari Senin, yaitu
diperiksanya semua amal perbuatan manusia. Untuk itu, setiap hari
Kamis Rasullulah selalu merayakan dengan cara berpuasa.
Jika kita cermati dengan seksama tidak ada satu pun di antara
umat Islam di seluruh penjuru dunia ini yang tidak menginginkan
syafaat Rasul SAW di hari akhir nanti. Hal itu pun hanya biasa
dicapai jika diantara manusia mempunyai kesungguhan untuk
mengerjakan apa yang beliau lakukan yakni puasa Senin dan Kamis.
13
Dari Aisyah, beliau mengatakan,
كان یتحرى صیام -صلى اهللا علیھ وسلم- إن رسول اللھ .االثنین والخمیس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR.Tirmidzi).
Maksudnya Rasulullah SAW memang memberikan perhatian
istimewa pada hari Senin dan Kamis ini dan selalu menunggu-
nunggu kedatangannya. Dan apabila hari Senin dan Kamis datang,
beliau menyambutnya dengan berpuasa pada dua hari tersebut.
Dengan kata lain, beliau sangat rajin dan tidak pernah absen untuk
berpuasa sunnah pada hari Senin dan Kamis (Abduh, 2002: 20).
Puasa Senin dan Kamis secara rutin akan membentuk disiplin
mental yang tinggi, artinya puasa itu akan menjadi media “latihan
disiplin mental” untuk melaksanakan segala yang menjadi
kewajibannya secara bertanggung jawab dan professional. Orang
yang berpuasa tidak akan kendur semangat kerjanya walaupun tanpa
di awasi pimpinannya, karena ia merasa Sang Maha Pengawas selalu
memantaunya. Jika “latihan disiplin mental” ini berhasil, maka ia
akan membawa orang-orang di sekelilingnya berjalan sesuai
ketentuan yang berlaku, ketentuan dari Allah SWT. “latihan disiplin
mental” ini seakan-akan menjadi upaya pembiasaan secara
berkelanjutan serta mengandung nilai ibadah yang sangat tinggi
(Suyadi, 2007: 180).
14
2.1.2. Rukun-Rukun Puasa
Rukun puasa adalah beberapa aktivitas puasa yang terdiri dari
sikap dan perbuatan, terutama yang wajib dilakukan sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari antara lain sebagai berikut:
1) Niat, iktikat, tujuan dan maksud dan ini juga ada dalam ibadah-
ibadah yang lain, demikian juga puasa.
2) Menahan diri dari hubungan sebadan antara suami dan istri.
3) Memelihara badan (jasad) dari perbuatan dosa dan kedurhakaan.
4) Menahan lapar dan haus dan segala yang membatalkannya, dari
terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari dengan penuh
kesabaran dan kepasrahan kepada Allah.
5) Memelihara akal pikiran dari prasangka buruk yang dapat
menyesatkan orang lain atau diri sendiri (Suyadi, 2007: 137).
2.1.3. Macam-Macam Puasa
Sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’an, maka puasa
dapat dibedakan ke dalam tiga pengertian secara syariat/hukum
Islam, yakni:
1. Puasa Ramadhan
Puasa wajib sebulan penuh di bulan Ramadhan yang
harus dikerjakan setiap orang muslim baik laki-laki maupun
perempuan kecuali bagi mereka yang mempunyai halangan yang
diperbolehkan syara’.
15
Hai orang-oang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S Al-Baqarah: 183) (Depertemen Agama, 1971 : 44).
2. Puasa Kafarat
Adalah puasa yang dilakukan karena adanya pelanggaran
yang dilakukan oleh seorang muslim. Misalnya, jika seorang
muslim melakukan hubungan suami- istri di siang hari pada
bulan Ramadhan, maka dalam hukum Islam dikenai sanksi
(hukuman) dengan menjalankan puasa kafarat selama dua bulan
berturut-turut.
Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah
16
dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih (Q.S Al-Mujadalah 3-4) (Depertemen Agama, 1971 : 909).
3. Puasa Nadzar
Puasa ini hukumnya wajib, yakni bagi orang yang
menadzarkannya. Menurut para ulama, jika puasa nadzar tidak
dapat dilakukan, maka dapat diganti dengan memerdekakan
budak (hamba sahaya) atau member makanan atau pakaian
kepada 10 orang miskin.
Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana (QS. Al Insaan : 7) (Depertemen Agama, 1971 : 1004).
4. Puasa Sunnah
Adalah puasa yang dikerjakan selain puasa Ramadhan.
Puasa ini sifatnya sunnah; jika dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Menurut ulama, pada
dasarnya cara melakukan puasa sunnah sama dengan puasa wajib
kecuali hanya niatnya. Sekian banyak dari puasa sunnah yang
ada, puasa Senin Kamis adalah salah satunya (Susetya, 2007:
20).
2.1.4 Tingkatan Puasa
Meskipun secara etimologis, puasa artinya menahan, namun
karena terdapat beraneka ragam perbedaan pandang mengenai puasa,
maka terdapat pula perbedaan cara memaknai puasa. Dengan
17
demikian, penghayatan terhadap puasa menjadi bertingkat-tingkat
sesuai dalam menghayati dan merenungkannya.
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumudin membagi
puasa dalam tiga tingkatan, yaitu:
Pertama, puasanya orang awam, yakni menahan tidak
makan, minum serta tidak melakukan hubungan seksual pada siang
hari (dengan istrinya). Karena dalam syari’at agama hal tersebut
diatas yang merupakan ketetapan persyaratan yang sah atau
tidaknya puasa seseorang tentu ini sangat cocok untuk ditetapkan
pada puasanya anak-anak sejak awal.
Kedua, puasa khusus, yaitu selain menahan tidak makan,
minum, dan melakukan hubungan seksual pada siang hari (dengan
istrinya), juga menahan panca indranya (pandangan, penciuman,
pendengaran, kulit, pembicaraan) dari kemaksiatan (nafsu-
syahwat).
Ketiga, puasa khusus bil khusus, yaitu selain dua tingkatan
puasa di atas juga tidak mengingat segala sesuatu selain Allah di
dalam hatinya. Tingkatan ini merupakan yang paling berat,
sehingga yang mampu menjalankan hanyalah hamba-hamba Allah
pilihan saja yaitu para Arifin atau Arif billah.
Hampir senada dengan pandangan Imam Ghazali di atas,
M. Quraish Shihab membedakan puasa ke dalam dua tingkatan,
yaitu:
18
Pertama, puasa dalam konteks syariat Islam; yakni
menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan seksual
(dengan pasangan suami-istri) dan hal-hal lain yang dapat
membatalkan puasa sejak imsak hingga terbenam yang disertai
dengan niat karena Allah Swt,
Kedua, puasa dalam pandangan sufi. Ini merujuk ke
hakikat dan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus
dibatasi selama melakukan puasa. Pada hakekatnya adalah
menahan atau mengendalikan diri yang dipersamakan dengan sikap
sabar (Susetya, 2007: 44).
2.1.5 Tujuan dan Manfaat Puasa
2.1.5.1 Tujuan Puasa
Tujuan ibadah adalah untuk menahan nafsu dari
berbagai syahwat sehingga ia siap mencari sesuatu yang
menjadi puncak kebahagiaannya, menerima sesuatu yang
menyucikannya, yang di dalamnya terdapat kehidupannya
yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar
dan dahaga serta mengingatkannya dengan keadaan orang-
orang yang menderita kelaparan di antara orang-orang
miskin, menyempitkan jalan aliran makanan dan minuman
(http:///www.Nail-arhive.Com/jamaah@Arroyyan.
Com/msg.01669 di unduh pada tanggal 23 Juni 2011).
Dalam menjalankan ibadah puasa, aspek
penghayatan adalah sebuah keharusan, yang mesti kita
19
perhatikan. Bila tidak, apa yang kita lakukan itu hanyalah
akan menghasilkan yang sia-sia bila tidak disertai dengan
penghayatan. Kita hanyalah memperoleh lapar dan dahaga.
Selebihnya kita tidak memperoleh apa-apa.
Tujuan dilakukan ibadah puasa ini adalah
menciptakan manusia yang bertaqwa (muttaqin) al- Qur’an
telah menjelaskan beberapa ciri orang taqwa tersebut.
diantaranya, Allah menjelaskan beberapa ciri orang yang
bertaqwa tersebut adalah orang yang suka memanfaakan
orang lain di waktu lapang dan sempit, serta bisa menahan
amarah dalam dirinya.
2.1.5.1 Manfaat Puasa
Puasa memiliki beberapa manfaat yang bisa kita
dapatkan, diantaranya:
1) Terapi kesehatan jiwa hakekatnya adalah pengendalian
diri (self control) yang merupakan salah satu ciri utama
dari jiwa yang sehat.
2) Mengendalikan stress ini sebenarnya mampu
memberikan efek tenang dan damai yang
membangkitkan mental yang positif, semangat, percaya
diri, dan optimis dalam menghadapi apapun.
3) Puasa adalah pangkal segala obat yang paling efektif
untuk mengatasi kesedihan, ketenangan, dan ketakutan.
20
4) Ragam penyakit yang sembuh dengan terapi puasa jika
puasa dilakukan secara benar, ternyata berbagai jenis
penyakit dapat dikendalikan.
5) Resep manjur untuk panjang umur puasa ini dipercaya
bisa menurunkan asupan kalori 12-15 persen (Malik,
2008: 55).
Manfaat puasa Senin-Kamis sebagai penawar hati yang
"keruh" jika ditinjau dari perspektif psikologis, manfaat puasa
Senin-Kamis dari tinjauan medis terhadap kesehatan manusia,
beberapa hal tentang kemuliaan yang diperoleh orang yang
melakukan puasa Senin-Kamis di akhirat. Puasa Senin Kamis
tersebut adalah sangat baik bagi manusia, karena dalam kondisi
orang yang selalu lapar akan membuat energi dalam dirinya
menjadi kaluar dan energi tersebut bisa menyembuhkan berbagai
penyakit, dan energi yang timbul tersebut bisa menimbulkan ide-
ide kreatif, dari pada bila kita selalu dalam keadaan kenyang yang
justru menimbulkan ngantuk dan membuat kita menjadi kurang
kreatif, oleh karena itu Rasulullah sering berpuasa Senin Kamis
sehingga menjadi kebiasaan, sehingga beliau dapat segera
memberikan solusi ketika para sahabat dan umatnya bertanya
tentang apa saja kepada beliau,
(http://id.shvoong.com/books/1924723-di unduh pada tanggal 05
Oktober 2011).
21
2.2. Kecemasan
2.2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan/anxieties adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar untuk
menggerakkan tingkah laku baik tingkah laku normal maupun
tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu dan kedua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan, dari pertahanan
terhadap kecemasan (Gunarso, 2003: 27).
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik
berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang
aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan
dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak
penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh
dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup
cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang melarikan
diri ke alam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara ( Musfir,
2005: 512).
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan
bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi
22
sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan
memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak
dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat
sampai ego dikalahkan.
Kecemasan menurut Freud (1933/1964) adalah suatu
keadaan perasaan efektif yang tidak menyenangkan yang disertai
dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya
yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering
kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri
selalu dirasakan. Di lihat dari pendekatan belajar pengertian
kecemasan adalah suatu respons ketakutan yang terkondisi secara
klasik dan gangguan-gangguan kecemasan terjadi bila respons
ketakutan itu diasosiasikan dengan suatu stimulus yang seharusnya
tidak menimbulkan kecemasan (Semiun, 2006: 87).
2.2.2 Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami
oleh individu yaitu sebagai berikut:
Pertama, Kecemasan Ringan yaitu dihubungkan dengan
ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta
lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi
individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara
efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Contohnya:
Seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan
23
memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, individu yang tiba-tiba di
kejar anjing menggonggong.
Kedua, Kecemasan Sedang yaitu Individu terfokus hanya pada
pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan
persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
Contohnya : pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi
pertama dengan resiko tinggi, keluarga yang menghadapi perpecahan
(berantakan), individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
Ketiga, Kecemasan Berat yaitu lapangan persepsi individu
sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik)
dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak
perintah/arahan untuk terfokus pada area lain. Contoh: individu yang
mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana alam, individu dalam penyanderaan.
Keempat, Panik yaitu individu kehilangan kendali diri dan
detail perhatian hilang. Karena hilangnya control, maka tidak mampu
melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan
aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional,
tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan
24
disorganisasi kepribadian. Contoh: individu dengan kepribadian
pecah/despersonalisasi (Suliswati, 2005: 48).
2.2.3 Penyebab- Penyebab Kecemasan
Pertama, Keadaan kecemasan (anxiety state) adalah Suatu
keadaan kecemasan dapat timbul pada setiap umur dan dalam
berbagai deretan kegawatan. Pada keadaan kecemasan acute yang
ditimbulkan oleh tekanan yang hebat: penderita tegang, kadang-
kadang sampai tidak dapat bergerak, denyut jantung dan kecepatan
pernafasan bertambah, pupil melebar, dan berkeringat banyak.
Biasanya penderita insomnia atau bila tidur bermimpi yang
menakutkan. Pada keadaan kecemasan chronis derajat
kecemasannya dapat berubah dari hari ke hari, atau dari minggu ke
minggu tetapi tidak pernah hilang sama sekali. Yang dapat
dikeluhkan oleh penderita antara lain adalah kegelisahan, berdebar-
debar, kelelahan, kehilangan nafsu makan, pingsan, kehilangan
kesadaran, pusing, berkeringat, gemetar, menggagap sering kencing,
diarrhea atau sembelit, dan takut mati atau takut menjadi gila.
Kedua, Suatu keadaan ketakutan (phobic state) adalah suatu
keadaan kecemasan dengan ketakutan yang khusus, misalnya
claustrophobia : takut terkunci dan berada pada tempat-tempat
tertutup; agoraphobia : takut berada pada tempat-tempat terbuka,
jalan, lapangan terbuka. Suatu syndrome usaha (effort syndrome)
adalah suatu keadaan kecemasan dengan titik berat pada susunan
25
peredaran darah. Penderita biasanya tinggi kurus dan sedang
menghadapi kerja jasmaniyah yang berat, misalnya latihan tentara,
jantungnya berdebar-debar, tidak teratur, merasa sakit precordial,
sesak nafas dan kelelahan yang sangat.
Ketiga, Terlalu banyak minum kopi adalah kecemasan,
kegelisahan, denyut jantung cepat atau tidak teratur, gemetar, sakit
kepala dan insomnia dapat disebabkan oleh minum kopi terlalu
banyak, atu dengan perkataan lain penderita memasukkan caffeine
dalam jumlah yang banyak ke dalam tubuhnya, dan menghilang bila
minum kopi dihentikan atau dikurangi.
Keempat, Depresi adalah suatu tanda dari berbagai penyakit
depressive (dan memang suatu keadaan kecemasan dianggap oleh
banyak dokter jiwa sebagai suatu bentuk depressi). Kecemasan
terutama tanda utama dari penyakit depressive yang terjadi sesudah
usia pertengahan dimana penderita menjadi cemas, tegang, berjalan
kian kemari, dan pikirannya dipenuhi dengan gagasan-gagasan
depressive dan keinginan untuk bunuh diri (John, 1992: 40).
Dari segi pandangan psikoanalitik Freud menyebutkan ada tiga
macam penyebab dari kecemasan. Pertama, kecemasan dapat
disebabkan oleh ancaman-ancaman dari dunia eksternal. Kedua,
kecemasan dapat disebabkan oleh konflik internal terhadap ungkapan
impuls-impuls “id”. Ketiga, kecemasan dapat juga disebabkan karena
“superego” tidak efektif dalam mengekang “ego” dan akan terjadi
26
tingkah laku yang tidak dapat diterima. Para ahli teori humanistik
berpendapat bahwa kecemasan itu disebabkan oleh perbedaan antara
diri yang sekarang dan diri yang ideal (current self versus ideal self).
Para ahli psikodinamik berpendapat bahwa kecemasan disebabkan
oleh konflik-konflik yang belum terpecahkan (Semiun, 2006: 352).
2.2.4 Tipe Kepribadian Pencemasan
Seorang akan menderita gangguan cemas manakala yang
bersangkutan tidak mampu mengatasi hal yang dihadapinya yang
ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas antara lain:
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
2) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum
(“demam panggung”).
3) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.
4) Seringkali mengeluh ini dan itu, khawatir berlebihan terhadap
penyakit
5) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan
ragu.
6) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering diulang-ulang.
Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya
mengeluh hal-hal yang bersifatnya psikis tetapi juga disertai dengan
keluhan-keluhan fisik (somatik) dan juga tumpang tindih dengan
ciri-ciri kepribadian yang tidak jelas (Hawari, 20001: 65).
27
2.2.5 Teori Kecemasan
Teori Freud adalah model pengurangan ketegangan atau sistem
homeostatis. Berikut ini penjabaran-penjabaran singkat mengenai
beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain:
Penyangkalan: pertahanan melawan kecemasan dengan
“menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam.
Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan
kecemasan.
Proyeksi: mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa
diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri
orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima
adanya hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang
akan mengutuk orang lain karena “kejahatannya” dan menyangkal
memiliki dorongan jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan
karena mengakui bahwa didalam dirinya terdapat dorongan yang
dianggapnya jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan ini.
Fiksasi: menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan
yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa
menimbulkan kecemasan.
Regresi: melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih
awal yang tuntunan-tuntunannya tidak terlalu besar.
Sublimasi: menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau
yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
28
Displacement: mengarahkan energi kepada objek atau orang
lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa
dijangkau.
Represi: melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa
membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa
diterima kepada ketaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal
yang menyakitkan. Represi yang merupakan salah satu konsep Freud
yang paling penting, menjadi basis bagi banyak pertahanan ego
lainnya dan bagi gangguan-gangguan neurotik.
Formasi reaksi: melakukan tindakan yang berlawanan dengan
hasrat-hasrat tak sadar, jika perasaan-perasaan yang lebih dalam
menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku
yang berlawanan guna menyangkal perasaan-perasaan yang bisa
menimbulkan ancaman itu.
Ada beberapa teori dan pendekatan konseling yang biasa
digunakan
oleh para konselor dalam membantu klien menghadapi masalah.
Menurut
Corey dalam bukunya Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi
ada
sembilan aliran, salah satunya adalah teori Eksistensial Humanistik.
Yang
29
di dalamnya memuat tentang Enam dimensi dasar positif yang
dimiliki oleh setiap manusia:
Kesadaran diri: Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi
sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan
memilih yang khas manusia.
Kebebasan dan tanggung jawab: manusia adalah makhluk yang
menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk
memilih diantara alternatif -alternatif. Karena manusia pada dasarnya
bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan
penentuan nasibnya sendiri.
Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain: Setiap individu
memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan
keterpusatannya, tetapi pada saat yang sama ia memiliki kebutuhan
untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan
orang lain serta dengan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan
orang lain dan dengan alam menyebabkan ia kesepian, mengalami
alienasi, keterasingan, dan depersonalisasi.
Pencarian makna: Salah satu karakteristik yang khas pada
manusia adalah perjuangannya untuk merasakan arti dan maksud
hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan
identitas pribadi.
30
Kecemasan sebagai syarat hidup: Suatu karakteristik dasar
manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang patologis,
sebab ia bias menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk
pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung
jawab untuk memilih.
Kesadaran atas kematian dan non-ada: Kesadaran atas kematian
adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna
kepada hidup (Corey, 1988: 64).
Perkembangan penyebab gangguan-gangguan kecemasan di
jelaskan secara berbeda oleh berbagai teori yang berbeda, didasarkan
atas teori-teori psikoanalisa dan behavioral learning antara lain:
Teori psikodinamis: pandangan ini mengasumsikan bahwa
sumber kecemasan adalah konflik yang internal dan tidak disadari.
Teori behavioral: kecemasan digerakkan oleh peristiwa yang
eksternal daripada oleh konflik yang internal.
Social learnling theory (SLT): menurut “teori belajar sosial”
SLT, proses kognitif menengahi pengaruh kejadian lingkungan
dengan perkembangan kecemasan.
Teori komunikasi, sistem dan keluarga: teori ini
memperhatikan pola interaksi dalam yang disebut “sistem klien” atau
sistem (partner, keluarga, pekerjaan).
Perspektif biologis: beberapa gangguan kecemasan cenderung
terjadi pada satu keluarga. Hal ini mungkin berkembang melalui
31
interaksi antara kecenderungan biologis dengan pengalaman diri
lingkungan (Linda, 1994: 78).
2.2.6 Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi bagi individu antara lain
sebagai berikut:
Pertama, Konstruktif yaitu Individu termotivasi untuk belajar
mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak
nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup. Contohnya: individu
yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena
akan dipromosikan naik jabatan.
Kedua, Destruktif yaitu Individu bertingkah laku maladatif dan
disfungsional. Contohnya: individu menghindari kontak dengan
orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau
makan (Suliswati, 2005: 45).
2.3. Hubungan Puasa Senin Kamis Terhadap Kecemasan
Hubungan antara intensitas melakukan puasa Senin Kamis dengan
kecemasan adalah adanya pengaruh positif yang ditimbulkan ketika
seseorang melakukan puasa Senin Kamis. Adapun efek yang ditimbulkan
ketika seseorang melakukan puasa Senin Kamis diantaranya adalah
merasakan ketenangan, terhindar dari rasa cemas, stress dan dapat
mengontrol diri. Jadi keadaan cemas disebabkan oleh perasaan yang ditandai
dengan ketakutan/kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Hal itu
32
terjadi bila hati seseorang yang tidak merasa aman dan tenang. Hal tersebut
berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada masa yang akan datang. Oleh
karena itu, Dengan kata lain kecemasan merupakan kepedihan emosional
yang terjadi karena ada perasaan takut / terancam oleh marabahaya (Fayed,
2009: 13).
Sedangkan penurunan kecemasan antara lain khawatir, sulit
konsentrasi, serta tidak percaya pada kemampuan sendiri ( Dadang, 2001:
447). Secara sederhana dapat diillustrasikan ketika seseorang tertimpa
masalah atau kegagalan mencapai sesuatu seringkali ia akan mengalami
frustasi. Frustasi merupakan suatu keadaan, dimana satu kebutuhan tidak
terpenuhi dan tujuan tidak tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami
satu barriere (halangan) dalam usaha mencapai tujuan (Kartini, 1989: 50).
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang merupakan proses
pembelajaran dan pelatihan yang luar biasa bagi yang melaksanakan. Puasa
yang disyariatkan dalam Islam bukan hanya ditekankan pada kemampuan
menahan makan dan minum dari fajar hingga petang. Lebih lanjut di
jelaskan bahwa puasa merupakan metode pelatihan rutin dan sistematis
untuk menjaga fitrah manusia.
Paradigma melakukan puasa Senin Kamis indikatornya antara lain
penghayatan, tatacara dan kektifan ( Wawan, TPK dalam Sutan Bazari,
2006: 7). Orang yang sedang berpuasa di latih untuk dapat mengendalikan
diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dan di tuntut untuk selalu
mengembangkan sikap positif. Jika hal-hal ini tidak dilakukan maka besar
33
kemungkinan seseorang hanya akan mendapat lapar dan haus saja tanpa
memperoleh hikmah terdalam dari puasa yang disyariatkan agama.
Pengendalian diri yang merupakan inti dari puasa memberikan arti penting
bagi kesehatan jiwa seseorang. Jika pengendalian diri seseorang terganggu
maka akan timbul berbagai reaksi patologik (kelainan) dalam alam pikir,
alam perasaan, dan perilaku yang bersangkutan. Reaksi patologik yang
ditimbulkan bukan hanya merugikan diri sendiri, juga orang lain (Dadang,
2001: 451). Djalmaludin Ancok mengemukakan pendapat Alan Cott bahwa
disamping puasa dapat menyembuhkan gangguan jiwa, puasa juga bias
digunakan penyembuhan kecemasan, susah tidur, dan merasa rendah diri
(Sholeh, 2005: 241).
Seperti yang ada dalam Al-qur’an yang artinya yaitu orang-orang
beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah
hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram. Bagaimana kita
menanggulangi cemas agar terhindar dari psikosomatik adalah dengan diberi
ibadah yang ikhlas hanya untuk Allah semata meningkatkan kekebalan
stress kita sehingga kita terhindar dari stress berkepanjangan ( QS. Az-
Zumar 39: 2).
Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu kitab (Al-qur’an)
dengan membawa kebenaran maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadanya. Dengan memberikan motivasi instinks pada diri pasien
untuk mau menjalankan ibadah dengan kekuatan dan keikhlasannya seperti
diperintahkan dalam rukun Islam seperti shalat, puasa, zikir, zakat dan
34
shodaqoh, haji dengan ikhlas diharapkan ini dapat menjadi lebih tenang,
ketenangan akan mengurangi kecemasan seseorang dan upaya ini dapat
menjadi salah satu usaha mencegah timbulnya gangguan psikomatik.
Dengan pengakuan ini, timbulnya rasa aman dalam jiwa manusia bahwa ada
pendukung hidupnya yang sangat dekat, yang tidak akan pernah
membuatynya bersedih ( Q.S. Attaubah; 40) latahzan innallahha ma’ana jika
kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita. Di dalam puasa Senin
Kamis terdapat aspek-aspek yang ada hubungannya dengan kecemasan.
Aspek tersebut meliputi penghayatan, tatacara, dan keaktifan. Aspek-aspek
tersebut memiliki hubungan dengan kecemasan dikarenakan dalam aspek
puasa Senin Kamis memiliki pengaruh dalam menurunkan tingkat
kecemasan,
(http:///PsikologiUmumTag:anxiety,definisi,kecemasan,pdf,pengertian,
Sigmund Freudutty @ diunduh pada tanggal 17 Desember 2011).
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah terdapat pengaruh intensitas melakukan puasa
Senin Kamis terhadap penurunan tingkat kecemasan santri dalam menghafal
nadham Alfiyah di madrasah diniyah tsanawiyah Mamba’ul Huda. Semakin
tinggi intensitas melakukan puasa Senin Kamis semakin rendah
kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah intensitas melakukan
puasa Senin Kamis semakin tinggi pula kecemasannya.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian
Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini,
maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Yang dimaksud dengan
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisis pada data-
data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya
penelitian kuantitatif dilakukan pada penelitian internal (dalam rangka
menguji hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasil pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif
akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan
antara variabel yang akan diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif
merupakan penelitian sampel besar (Azwar, 1998: 79). Variabel dalam
penelitian ini adalah intensitas puasa Senin Kamis sebagai independen dan
kecemasan sebagai variabel dependen.
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka dari masing-
masing definisi Konseptual dan Operasional dapat dijelaskan seperti berikut.
a. Definisi Konseptual
1. Intensitas puasa Senin Kamis
36
Puasa adalah pangkal segala obat terutama dalam bidang
kesehatan baik jasmani maupun rohani, terapi kesehatan jiwa yang
hakekatnya adalah pengendalian diri serta kemampuan ini
merupakan salah satu ciri utama dari jiwa yang sehat, mengendalikan
stress terutama dalam keadaan yang penuh tekanan sehingga mereka
tidak bisa merasakan kehidupan yang tenang dan damai. Di sinilah
peranan puasa Senin Kamis yang bisa dipakai washilah (sarana)
sebagai pengendali stress. Minimal bisa membangkitkan energi
mental agar bersemangat, percaya diri dan optimis, sehingga
bersikap pantang mundur serta selalu terpacu untuk mencapai
prestasi ( Hawari, 2001:65).
Puasa Senin Kamis termasuk puasa sunnah yang dikerjakan
selain bulan Ramadhan dan banyak sekali manfaatnya antara lain:
bagi kesehatan jiwa raga, membuat pikiran tenang, menambah
kesadaran sosial yang tinggi. Puasa Senin Kamis adalah puasa yang
dilakukan pada hari Senin dan Kamis (Malik, 2008: 16).
2. Kecemasan
Dari definisi di atas dapat diperjelas bahwa bila berhadapan
dengan suatu keadaan yang sulit seorang yang normal dapat menjadi
gelisah, tegang, khawatir, gemetar, denyut jantung cepat, tidak dapat
memusatkan perhatian, menjadi gagap, atau tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Banyaknya tekanan yang bisa mengakibatkan kecemasan
berbeda dari satu orang ke orang lain: ( Susetya, 2007: 37).
37
b. Definisi Operasional
1. Intensitas Puasa Senin Kamis
Puasa menurut istilah syari’iyah ialah: ”menahan diri dari
makan, minum dan bersetubuh dengan wanita (istri) semenjak terbit
(fajar sampai waktu terbenamnya matahari), karena mengharapkan
(ridla) Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya
dengan jalan takut kepada-Nya dan melatih kehendak dari perdayaan
nafsu” (Imam, 2004 : 207).
Pengukuran intensitas puasa Senin Kamis dapat dilakukan
dengan menggunakan skala intensitas puasa Senin Kamis
berdasarkan klasifikasi penulis yang terdiri dari tiga jenis indikator
diantaranya adalah:
a. Tata Cara
Tata cara ini maksudnya pelaksanaan puasa Senin Kamis mirip
dengan puasa lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari
Senin dan Kamis, tidak boleh di hari lain. Penghayatan yaitu
pengalaman batin.
b. Keaktifan
Keaktifan ini artinya kegiatan pelaksanaan puasa Senin Kamis
yang dilakukan secara intens atau terus menerus.
38
c. Penghayatan
Penghayatan ini diartikan mereka yang berpuasa
diharapkan bisa secara totalitas atau keseluruhan mulai dari
ucapan, perbuatan dan hati.
2. Kecemasan
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Bertrand Russell
berpendapat kecemasan adalah bentuk dari ketakutan dan semua
bentuk ketakutan memantik keletihan. Seseorang yang telah belajar
untuk tidak merasa takut akan sangat jarang mengalami keletihan
(Maurus, 2007: 103).
Pengukuran kecemasan dapat dilakukan dengan
menggunakan skala kecemasan berdasarkan bukunya Dadang
Hawari yang berjudul manajemen stress cemas dan depresi halaman
65 dan diklasifikasi menjadi tiga jenis indikator diantaranya adalah:
a. Khawatir
Khawatir yaitu takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang
belum diketahui dengan pasti.
b. Sulit Konsentrasi
Sulit konsentrasi ini maksudnya apabila kita pernah merasa sulit
memusatkan perhatian karena terlalu banyaknya beban yang kita
pikul. Seringkali karena banyak hal yang dipikirkan sehingga
39
waktu itu tak mampu berkonsentari dengan baik. Bahkan pikiran
kita menerawang kepada hal yang terakhir kita kerjakan ataupun
ada hal yang terlupakan.
c. Tidak Percaya Pada Kemampuan Sendiri
Tidak Percaya Pada Kemampuan Sendiri maksudnya apabila
seseorang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di
hampir keseluruhan wilayah hidupnya.
3.3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data penelitian adalah sebagian santri Mamba’ul Huda
Ngawen Blora yang dijadikan sampel penelitian, sesuai dengan ketentuan
dalam populasi dan sampel.
Adapun jenis data yang dipergunakan yaitu:
b. Data Primer
Data primer diperoleh dari subjek dalam penelitian ini yaitu
santri Mamba’ul Huda Ngawen Blora dimaksudkan untuk
pengambilan sampel penelitian dan untuk mengetahui sejauh mana
hasil dari intensitas melakukan puasa Senin Kamis terhadap tingkat
kecemasan santri dalam menghafal nadham Alfiyah.
c. Data Sekunder
Data penunjang dari data primer yang diperoleh melalui buku-
buku dan dokumen maupun lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada. Data sekunder bersumber dari perpustakaan,
40
dokumen-dokumen yang tersimpan di lembaga-lembaga/instansi yang
umumnya berupa file-file di Madrasah Diniyah Tsanawiyah
Mamba’ul Huda Ngawen Blora.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh santri
yang ada di Madrasah Diniyah Tsanawiyah Mamba’ul Huda Blora.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya, sejumlah individu
yang diambil dari populasi atau dapat dikatakan objek yang sesungguhnya
dari penelitian.
Jumlah populasi yang ada di Madrasah Diniyah Tsanawiyah Blora
sebanyak 125 orang. Sedangkan para ahli riset menyarankan untuk
mengambil sampel sebesar 10-25% dari populasi, apabila jumlah populasi
tersebut dalam sekala atau jumlah yang besar (Azwar, 1998: 77). Jadi
sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah jumlah santri (N) X
25% / (N X 25%) jadi 125X25% = 40 sampel.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan skala intensitas puasa Senin Kamis dan skala kecemasan.
41
1. Skala intensitas puasa Senin Kamis
Skala dalam penelitian ini terdiri dari skala intensitas melakukan
puasa Senin Kamis dan skala kecemasan. Skala intensitas melakukan
puasa Senin Kamis terdiri dari 20 item pernyataan, diantaranya 11 item
pernyataan favorable dan 9 item pernyataan unfavorable. Adapun angket
intensitas puasa Senin Kamis penulis membuatnya sendiri dan untuk
angket kecemasan sebagian mengacu pada penelitian sebelumnya
(Bukhori, 2008). Adapun kecemasan terdiri dari 20 item pernyataan, 11
item pernyataan favorable dan 9 item pernyataan unfavorable.
Pengukuran skala ini mengikuti skala intensitas puasa Senin
Kamis dengan menggunakan 4 alternatif jawaban sangat sesuai, sesuai,
tidak sesuai dan sangat sesuai. Skor jawaban mempunyai nilai 1-4.
Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban
adalah sebagai berikut: untuk item favorable “sangat sesuai”
memperoleh angka 4, “sesuai” memperoleh angka 3, “tidak sesuai”
memperoleh nilai 2, “sangat tidak sesuai” memperoleh 1.
Sedangkan untuk item unfavorable “sangat sesuai” memperoleh
angka 1, “sesuai” memperoleh angka 2, “tidak sesuai” memperoleh nilai
3, “sangat tidak sesuai” memperoleh nilai 4.
Begitu pula untuk angket kecemasan juga menggunakan 20 item
pernyataan yang dijabarkan dari 3 indikator. Pengukuran skala ini sama
dengan pengukuran skala puasa Senin Kamis. Adapun prosentase
42
klasifikasinya yaitu sangat kurang sekali, sangat kurang, kurang, cukup,
baik, sangat baik, dan sangat baik sekali (Febru, 2011: 60).
Skor Jawaban Item
Jawaban Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Untuk mempermudah dalam penyusunan skala Intensitas
melakukan puasa Senin Kamis, maka terlebih dahulu dibuat tabel
spesifikasi skala intensitas melakukan puasa Senin Kamis sebagaimana
dalam tabel.
Blue Print Skala Intensitas Melakukan Puasa Senin Kamis
Nomor Item No Indikator
Favorabel Unfavorabel Jumlah Item
1 Penghayatan 4, 5, 8, 11, 17 2, 3, 12, 15 9
2 Tatacara 6, 10, 20, 24, 25 7, 19, 21, 23 9
3 Keaktifan 1, 9, 18, 22 13, 14, 16 7
Jumlah 14 11 25
Sebelum skala intensitas melakukan puasa Senin Kamis
digunakan pada penelitian yang sesungguhnya, maka dilakukan uji coba
terlebih dahulu. Uji coba dilakukan terhadap santri di Mamba’ul Huda
Talokwohmojo Ngawen Blora pada tanggal 13-14 Oktober 2011. Uji
43
coba tersebut dimaksudkan untuk memilih item-item yang memiliki
validitas dan reliabilitas yang baik.
Pengujian digunakan dengan menggunakan formulasi korelasi
product moment dari Pearson, dan penghitungan menggunakan bantuan
program SPSS versi 12.00. Koefisien validitas instrumen angket
intensitas melakukan puasa Senin Kamis bergerak antara 0,3408 sampai
0,7111 dan Alphanya 0,8945 (Hasil Uji Validitas dengan program SPSS
versi 11.00 terlampir).
Item yang valid dan tidak valid sebagaimana dalam tabel berikut
ini:
Sebaran Item valid dan tidak valid (drop) pada Skala Intensitas
Melakukan Puasa Senin Kamis
Kriteria Item Nomor Jumlah
Valid 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25
20
Drop 1, 5, 9, 17, 19, 5
Untuk uji reliabilitas dapat diketahui dari nilai Alpha = 0.8945.
Nilai Alpha lebih besar dari pada r_tabel maka butir soal reliabel (0.8945
> 0, 320 berarti reliabel). Skala intensitas melakukan puasa Senin Kamis
yang telah diuji dengan 40 responden.
Item tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah item yang
gugur dibuang. Lebih jelasnya, sebaran item Skala Intensitas Melakukan
44
puasa Senin Kamis sesudah uji coba yang telah diurutkan kembali dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Blue Print Skala Intensitas Melakukan Puasa Senin Kamis
Setelah Ujicoba
No Indikator Favorabel Unfavorable Jumlah Item
1 Penghayatan 1, 3, 6, 8 2, 12, 16 7
2 Tata cara 4, 15, 20 5, 11, 18 6
3 Keaktifan 7, 14, 17, 19 9, 10, 13 7
Jumlah 11 9 20
2. Skala Kecemasan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skala kecemasan, maka
terlebih dahulu dibuat tabel spesifikasi skala kecemasan sebagai mana
dalam tabel.
Blue Print Skala Kecemasan
Nomor Item No Indikator
Favorabel Unfavorabel
Jumlah
Item
1 Khawatir 1, 4, 9, 13, 15 2, 7, 21, 25 9
2 Sulit konsentrasi 6, 8, 10, 12, 16 2, 19, 20, 23 9
3 Tidak percaya pada
kemampuan sendiri
11, 14, 17, 18 3, 5, 24 7
Jumlah 14 11 25
Sebelum skala kecemasan digunakan pada penelitian yang
sesungguhnya, maka dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba
dilakukan terhadap santri di Madin Mamba’ul Huda Talokwohmojo
45
Ngawen Blora pada tanggal 13-14 Oktober 2011. Uji coba tersebut
dimaksudkan untuk memilih item-item yang memiliki validitas dan
reliabilitas yang baik.
Pengujian digunakan dengan menggunakan formulasi korelasi
product moment dari Pearson, dan penghitungan menggunakan bantuan
program SPSS versi 12.00. Koefisien validitas instrumen angket
kecemasan bergerak antara 0,3614 sampai 0,8273 dan Alphanya 0,9208
(Hasil Uji Validitas dengan program SPSS versi 11.00 terlampir).
Item yang valid dan tidak valid sebagaimana dalam tabel berikut
ini:
Sebaran Item valid dan tidak valid (drop)
pada Skala Kecemasan
Kriteria Item Nomor Jumlah
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15,
17, 18, 19, 20, 22, 25
20
Drop 12, 16, 21, 23, 24 5
Untuk uji reliabilitas dapat diketahui dari nilai Alpha = 0.9208.
Nilai Alpha lebih besar dari pada r_tabel maka butir soal reliabel (0.9208
> 0,320 berarti reliabel). Skala kecemasan setelah di uji dengan 40
orang.
Item tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah item yang
gugur dibuang. Lebih jelasnya, sebaran item Skala kecemasan sesudah
46
uji coba yang telah diurutkan kembali dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Blue Print Skala Intensitas Melakukan Kecemasan Setelah Ujicoba
Adapun yang penulis jadikan informan adalah :
a. Kepala Madrasah Diniyah Mamba’ul Huda Ngawen Blora dengan
maksud mengungkap berbagai hal yang menyangkut Madin
Tsanawiyah Mamba’ul Huda Ngawen Blora lembaga terkait tentang
pelaksanaan puasa Senin Kamis bagi santri dalam mengurai hasil
dari pelaksanaan puasa Senin Kamis bagi santri.
b. Asatidz atau orang yang terkait yang dapat dijadikan sumber data
dengan menanyakan tentang metode yang dilakukan, dan bagaimana
hasil dari pelaksanaan puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri.
3.6. Teknik Analisis Data
Dalam pengolahan data yang diperoleh, digunakan analisis regresi
satu prediktor, yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel
(X) intensitas puasa Senin Kamis terhadap variabel (Y) yaitu kecemasan.
No Indikator Favorabel Unfavorable Jumlah Item
1 Khawatir 1, 4, 9, 16 2, 7, 17 7
2 Sulit konsentrasi 6, 8, 10, 13 18, 19, 20 7
3 Tidak percaya pada
kemampuan sendiri
11, 14, 15 3, 5, 12 6
Jumlah 11 9 20
47
Dalam pengolahan data yang penulis peroleh, digunakan tiga tahap,
yaitu : setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut. Disini digunakan satu prediktor yaitu menganalisis seberapa besar
pengaruh variabel (X) puasa Senin Kamis terhadap variabel (Y) kecemasan.
Adapun tahapan analisisnya adalah sebagai berikut :
1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan table distribusi frekuensi / pembagian kekerapan
keseringan secara sederhana untuk setiap variabel yang terdapat dalam
penelitian. Dalam analisis ini peneliti memasukkan data-data yang
terkumpul kedalam tabel distribusi untuk memudahkan dalam
pengolahan data ( Hadi, 1994: 209).
2. Uji Prasyarat
Uji Prasyarat ini dilakukan untuk menyatakan bahwa skor
intensitas melakukan puasa Senin Kamis dan skor kecemasan
berdistribusi normal, berpola linier data dan sudah homogen.
3. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan . adapun jalan analisisnya adalah melalui pengolahan data yang
akan mencari pengaruh antara variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y) dengan dicari melalui analisis regresi. Dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
48
a. Mencari korelasi antara predictor (X) dengan kriterium (Y) dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai
berikut:
rxy = ∑ xy
(
b. Uji signifikasi korelasi melalui uji t, dengan rumus sebagai berikut:
t h = r ( (
c. Mencari persamaan regresi dengan menggunakan rumus regresi
sebagai berikut
= a + b X
b = ∑ XY
∑ X²
a = Y – bX
= (baca Y topi ) subyek vertikal terikat yang diproyeksikan
X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk
diprediksikan
a = nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang
menunjukkan nilai peningkatan (X) atau nilai penurunan (Y)
d. Mencari varian regresi dengan menggunakan rumus regresi
sederhana sebagai berikut :
49
Sumber Varian Jk dk Rk F hitung
Regresi ( ∑ XY )²
∑ X²
k Jk reg
dk reg
Residu ∑ ² - JK reg N-k-1 Jk res
dk res
Rk reg
Rk res
Total ∑ Y² N -1 Jk tot
Jk tot
4. Analisis lanjutan
Analisis lanjutan digunakan untuk membuat interpretasi lebih
lanjut yaitu untuk mengetes signifikasi regresi Y prediktornya. Jika F reg
lebih besar dari Ft 0,05 dan Ft 0.01 maka hipotesis signifikan, yang
berarti ada pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kecemasan santri
Mamba’ul Huda dan jika F reg lebih kecil Ft 0.05 dan Ft 0.01 maka
hipotesis non signifikan, yang berarti tidak ada pengaruh puasa Senin
Kamis terhadap kecemasan santri Mamba’ul Huda.
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1 Situasi Umum
4.1.1 Letak Geografis
Secara geografis Madin Mamba’ul Huda Blora ini terletak di
kelurahan Talokwohmojo kecamatan Ngawen kabupaten Blora. Lokasi
Madin ini beralamat di Jl. K.H Zainal Abidin Talokwohmojo Ngawen
Blora. Pendiri Madin ini adalah K.H A. Zaidi Ali Ridho dengan
maksud didirikannya Madin ini adalah untuk menunjang pendidikan di
pondok pesantren tradisional klasikal.
Masyarakat penduduk Desa Talokwohmojo hidup dari bertani,
berdagang, berwiraswasta dan lain sebagainya. Untuk pertanian
tanaman utamanya adalah padi dan palawija serta beberapa jenis buah-
buahan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat masih sederhana. Pola
kehidupannya masih tampak tradisional, ini dapat dilihat (misalnya)
dari sikap gotong royong masyarakat yang masih dijunjung tinggi.
Kecamatan Ngawen merupakan salah satu wilayah kecamatan
di Kota Blora yang terletak di daerah Blora sekitar 400 meter dari
permukaan laut. Wilayahnya merupakan daerah yang terdiri
perkampungan penduduk, dan persawahan.
51
Gambar Peta Kabupaten Blora
Gambar Peta Kecamatan Kota Blora
Gambar Peta Lokasi Kab Blora. Kabupaten Blora yaitu sebuah
Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah bagian Timur.
52
4.1.2 Batas wilayah:
Sebelah Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati (Jawa
Tengah)
Sebelah Timur : Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro/Jawa
Timur
Sebelah Barat : Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah)
Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi (Jawa Timur)
Label : Gambar Peta Kabupaten Blora
4.1.3 Latar Belakang Berdirinya Madin Mamba’ul Huda Blora
Madin Mamba’ul Huda adalah salah satu lembaga pendidikan
Islam yang bertujuan untuk menunjang pendidikan di Pondok
Pesantren tradisional klasikal. Madrasah Diniyah ini berada dibawah
naungan yayasan Mamba’ul Huda Talokwohmojo yang berdiri sejak
tahun 1978. Dan wujud dari keseriusannya dalam masalah pendidikan
agama khusunya pembelajaran kitab kuning dan permintaan
masyarakat akan orang-orang yang ahli dalam bidang agama maka
Selang berjalannya waktu maka lahirlah Madrasah Diniyah Mamba’ul
Huda.
Santri sebagai sebuah input pendidikan memerlukan
manajemen Madarasah sebagai suatu proses untuk menghasilkan
output pendidikan yang cerdas secara spiritual, akal, sosial, perasaan
dan jasmani. Disamping itu proses pendidikan tidak bisa mengabaikan
53
sumber daya lingkungan sebagai sumber belajar (by utilization). Selain
itu input (santri) juga merupakan bagian integral pendidikan yang mau
tidak mau harus diketahui latar belakang, latar belakang sosial
ekonomi dan latar belakang afektif santri untuk keperluan proses
pembelajaran.
4.1.4 Struktur Kepengurusan MADIN “Mamba’ul Huda” Ngawen
Blora
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Madin Mamba’ul
Huda” Blora dilaksanakan Daftar Nama Pengurus dan Tenaga
Pengajar
1) Pelindung : Pengasuh Pondok Pesantren Madrasah
Diniyah Mamba’ul Huda
2) Penasihat : Kyai Musthofa, Kyai Idrus Jupri, K.H A. Zaidi
Ali Ridho
3) Mundir-mundir : Mundir Am: K.H A. Zaidi Ali Ridho, Mundir
Awal : K. Ali Mundir, Mundir Wustho: K. Labib
Muhammad
4) Sekretaris : Ustadz Sholihan
5) Bendahara : Ustadz Shodiqin
6) Kaur. Pendidikan : Ustadz Romli
7) Kaur Humas : Ustadz Shoim
8) Semua Dewan Asatidz
Adapun yayasan yang terdapat di Mamba’ul Huda adalah:
54
Pondok pesantren Mamba’ul Huda, Madrasah Diniyah
Mamba’ul Huda (tingkat Awwaliyah dan Tsanawiyah), Tarekat
Naqsabandiyah dan pendidikan formal yaitu MTS Mamba’ul Huda.
a. Pondok Pesantren Mamba’ul Huda
Merupakan sarana untuk belajar dan mendidik para santri dalam
hal keagamaan dan ilmu akhirat
b. Madin Mamba’ul Huda
Salah satu lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk
menunjang pendidikan di pondok pesantren tradisional klasikal.
c. Tarekat Naqsabandiyah
Keberadaan tarekat Naqsabandiyah di Madin Mamba’ul Huda,
tidak terlepas dari jaringan seluruh dunia.
Adapun materi pelajran yang diajarkan di Madin Mamba’ul
Huda dari tingkat Awwaliyah sampai Wustho antara lain:
1.) Mata Pelajaran Kelas Awawliyah
No Mata Pelajaran Nama Kitab
1 Shorof Al Maufud, Kailani, I’lal, Tasriful Iza
2 Fiqih Safinatun Najah, Durusul Fiqhiyah Juz 1,
2 dan 3, Targhib Wa Tarhib, Minkhatul
Mungis
3 Hadist dan
Hadist Qudsi
Arbain Nawawi, Majmuatul Tsalasi
Rosail
4 Tauhid Kifayatul Awwam, Khomsatun Mutun
5 Akhlaq / Adap Wasoya, Akhlaqul Libaniyan Juz 1 dan 2
6 Bahasa arab Lunghotul Takhotub Mushowaroh
55
7 Tarikh Durusul Tarikh Al Islami Juz 1 dan 2,
Kholasoh Nurul Yaqien Juz 1 dan Juz 3
8 Tajwid Hidayatul Mustafid, Tuhfatul Al- Atfal
9 Tafsir Ilmu tafsir
2.) Mata Pelajaran Kelas Tsanawiyah
No Mata Pelajaran Nama Kitab
1 Nahwu/ saraf Alfiyah Ibnu Malik, Syarah Ibnu Aqil
2 Fiqih Fathkul Qarib / Taqrib, Fatkhul Mu’in
3 Hadist Bulugul Maram, Syarah Nashoikhul
Ibad
4 Ilmu Balaghoh Qawaidil Ngarobiyah
5 Tajwid Hidayatus Sibyan
6 Akhlaq Ta’lim Al-Muta’allim
7 Ilmu Mustalah
Al-Hadist
Minhatul Mugis
8 Fiqih Fatkhul Majid, Tuhfah Al-Tullab
9 Usul fiqih Lata’if Al-Isyaroh
10 Tauhid Al Husun Al- Hamidiyyah
11 Ilmu falak Al- Durus Al-Falakiyah
12 Ilmu Al-‘Arud Mukhtasar Al-Syafi
13 Tafsir Tafsir Al-Jalalain
4.1.5 Visi dan Misi
“Terbentuknya generasi Islam yang Alim, Amil, dan berakhlak
mulia serta berhaluan Ahlusunnah Waljama’ah” .
56
4.2. Keadaan Ustadz dan Santri
4.2.1. Ustadz
Keberadaan ustadz pada sebuah lembaga pendidikan sangat
berpengaruh terhadap kualitas lembaga pendidikan yang
bersangkutan, karena ustadz merupakan faktor penting yang sangat
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari hasil proses observasi yang dilakukan oleh peneliti
diperoleh data bahwa Madin Mamba’ul Huda memiliki tenaga
pengajar sebanyak 20 orang. Terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan
merupakan tenaga profesional di bidangnya masing-masing.
4.2.2. Santri
Sebagai obyek sekaligus subyek pendidikan merupakan
faktor dalam proses belajar mengajar apalagi di dalam madin
mamba’ul huda keberadaan santri menjadi faktor dominan dalam
menentukan keuangan madin, kesejahteraan ustadz dan pengurus
atau karyawan.
Adapun jumlah total keseluruhan adalah 600 yang tersebar
dari berbagai daerah.
4.2.3. Keadaan Sarana dan Prasarana
Madin Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora berdiri
sejak tahun 1978 sampai sekarang. Dengan mengemban amanat dan
kepercayaan masyarakat, Madin Mamba’ul Huda selalu berusaha
57
untuk mencetak generasi yang bermutu. Untuk itu dibutuhkan sarana
dan prasarana yang memadai dalam proses belajar mengajar (PBM).
Adapun sarana dan prasarana yang telah dimiliki Madin
“Mamba’ul Huda” Blora adalah sebagai berikut:
4.2.4. Sarana Pendidikan
1) Gedung pembelajaran berada di lantai 2 terdiri dari:
a. Ruang belajar : 16 unit
b. Kantor : 1 unit
c. Ruang Aula : 4 unit
d. Koperasi MADIN : 1 unit
2) Perlengkapan pengajaran terdiri dari:
a. Papan tulis
b. Meja dan kursi
4.2.5. Sarana Administrasi
1) Buku absensi santri
2) Buku absensi ustadz (1 absensi kehadiran, 1 absensi rapat)
4.2.6. Pendanaan
Dana untuk mengelola pendidikan di dapat dari orang tua
atau wali santri dan para donator. Dana yang didapat dari pihak
orang tua berupa:
1. Uang pendaftaran Rp. 10.000
2. SPP bulanan Rp 15.000
58
4.2.7. Manajemen Pendidikan
Dalam proses belajar mengajar agar tujuan pendidikan dapat
tercapai dengan baik dan efektif serta efisien, maka diperlukan
manajemen pendidikan yang baik pula, manajemen di Madin
Mamba’ul Huda Blora yaitu:
1) Daftar Absensi Santri
Fungsinya untuk mencatat kehadiran santri setiap hari oleh
ustadz kelas.
2) Daftar Absensi Guru
Fungsinya sama dengan absensi santri untuk mencatat kehadiran
ustadz daftar ini diganti setiap bulan
3) Buku Rekapitulasi Data Santri
Buku ini untuk mencatat kapan santri mulai masuk dan kapan
keluar dari Madin
4) Daftar Hadir Rapat Madin
Buku ini untuk memuat kehadiran peserta rapat yang diadakan
Madin Mamba’ul Huda
a. Administrasi Kesekretariatan
1) Formulir Pendaftaran
Fungsinya sebagai blangko pendaftaran bagi santri baru
yang mendaftar sebagai santri Mamba’ul Huda.
2) Buku Data Santri
Berisi data-data santri Mamba’ul Huda
59
3) Buku Agenda Surat
Buku mengenai hal surat menyurat dengan lembaga lain
yang berhubungan dengan masalah Madin yang terdiri
dari agenda surat masuk dan agenda surat keluar.
4) Buku Notula
Buku tentang catatan dari hasil-hasil rapat yang
diadakan Madin Mamba’ul Huda keseluruhan acara rapat dari
pembukaan sampai penutup semua tercatat dalam buku ini,
termasuk jumlah peserta yang hadir.
b. Administrasi KEUANGAN
1) Kartu SPP sebagai bukti pembayaran santri
2) Laporan keuangan/ pembayaran SPP
Buku tentang catatan keuangan sesudah santri membayar spp
dengan kartu SPP.
Administrasi diatas dilaksanakan oleh Madin Mamba’ul
Huda untuk menunjang keberhasilan jalannya lembaga, karena tanpa
dukungan administrasi yang baik dan tertib maka jalannya
organisasi tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan.
4.2.8. Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Proses kegiatan belajar mengajar di Madin Mamba’ul Huda
Talokwohmojo dilaksanakan siang hari atau diluar jam sekolah yakni
di mulai pukul 14.00-16.00 WIB. Pembelajaran dilaksanakan enam
hari dalam satu minggu, yakni mulai Senin, Selasa, Rabu, Kamis,
60
Sabtu dan Ahad, kalau hari Jum’atnya diliburkan. Sedangkan proses
belajar menghafal Alfiyah dilaksanakan satu minggu dua kali yaitu
pada hari Senin dan Sabtu prosesnya yaitu satu orang santri maju
kedepan dengan menghafalkan nadham Alfiyah yang sudah pernah
dikaji sebelumnya dihafalkan para santri jumlah nadhom yang
dihafalkan sesuai sub bab pembahasan. Bagi santri yang belum hafal
ada ta’ziran atau hukuman serta harus mengganti di hafalan
sebelumnya serta bisa tidak lulus jika di akhir semester belum hafal.
Bentuk hafalannya yaitu seperti halnya syair atau lagu yang mudah
di hafal oleh para santri. Tujuan dari menghafal nadham Alfiyah
sendiri yaitu untuk membaca bahasa arab serta berbagai macam kitab
kuning.
61
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Perolehan data puasa Senin Kamis dan kecemasan adalah hasil
angket yang diberikan kepada responden yang berjumlah 40 santri.
Adapun angket puasa Senin Kamis terdiri dari 20 pernyataan dengan
11 pernyataan favorable dan 9 pernyataan unvaforable. Kecemasan terdiri
dari 11 pernyataan favorable dan 9 pernyataan unvaforable disertai dengan 4
alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (SST) dengan skor 4,3,2,1 untuk pernyataan favorable
dan 1,2,3,4 untuk pernyataan unfavorable. Agar diketahui lebih lanjut dan
jelas hasil penelitian tersebut dapat dilihat deskripsi data sebagai berikut.
5.1.1. Data Hasil Skala Intensitas Puasa Senin Kamis
Untuk menentukan nilai kuantitatif puasa Senin Kamis adalah
dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari responden sesuai
dengan frekuensi jawaban. Hasil dari perhitungan tersebut dapat
dilihat pada tabel 1 berikut ini:
62
Tabel 5. 1
Data Hasil Skala Intensitas Puasa Senin Kamis
NoResp X No Resp X NoResp X No Resp X
R – 1 47 R – 11 70 R – 21 57 R – 31 59
R – 2 53 R – 12 50 R – 22 55 R – 32 66
R – 3 47 R – 13 57 R – 23 59 R – 33 64
R – 4 52 R – 14 68 R – 24 62 R – 34 65
R – 5 65 R – 15 56 R – 25 57 R – 35 61
R – 6 74 R – 16 62 R – 26 55 R – 36 63
R – 7 56 R – 17 59 R – 27 62 R – 37 61
R – 8 68 R – 18 65 R – 28 67 R – 38 66
R – 9 70 R – 19 60 R – 29 70 R – 39 61
R – 10 66 R – 20 67 R – 30 71 R – 40 57
Jumlah 2450
Rata- rata 61.25
Dari hasil perhitungan data tersebut, kemudian disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi skor puasa Senin Kamis dan skor rata-rata
(mean) adapun langkah-langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 40
= 1 + 3.3 ( 1602059991 )
= 1 + 5.2867977971
= 6.287
Dibulatkan menjadi 7
63
b. Mencari range
R = H – L Ket: R = Range (rentang data)
= 74 - 47 H = Nilai tertinggi
= 27 L = Nilai rendah
c. Menentukan nilai interval kelas
KR
I
KR
I 727
I I = 3.86 dibulatkan menjadi 4
Jadi interval kelas adalah 4 dan jumlah interval 7
Tabel 5. 2
Distribusi Frekuensi Skor Mean Intensitas Puasa Senin Kamis
No Interval X (Nilai
tengah) F F.X Mean
1 47 – 50 48.5 3 145.5
2 51 – 54 52.5 2 105
3 55 – 58 56.5 8 452
4 59 – 62 60.5 10 605
5 63 – 66 64.5 8 516
6 67 - 70 68.5 7 479.5
7 71 – 74 72.5 2 145
N = 40 ∑ FX = 2448
Nfx
M
40
2448
= 61.2
64
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi (Distribusi Prosentase)
Intensitas Puasa Senin Kamis
No Interval nilai
Frekuensi Prosentase Kualifikasi
1 47 – 50 3 7.5% Sangat Kurang Sekali
2 51 – 54 2 5% Sangat Kurang
3 55 – 58 8 20 % Kurang
4 59 – 62 10 25% Cukup
5 63 – 66 8 20% Baik
6 67 – 70 7 17.5% Sangat baik
7 71 - 74 2 5% Sangat baik Sekali
Jumlah N = 40 ∑P = 100 %
Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui bahwa
mean dari variabel puasa Senin Kamis adalah sebesar 61.2. hal ini
berarti bahwa puasa Senin Kamis di Madin Mamba’ul Huda
Talokwohmojo Ngawen adalah termasuk kategori cukup.
5.1.2 Data Hasil Skala Kecemasan
Untuk menentukan nilai kuantitatif kecemasan adalah dengan
menjumlahkan skor jawaban angket dari responden sesuai dengan
frekuensi jawaban. Hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada
tabel 3 berikut ini:
65
Tabel 5. 4
Data Hasil Skala Kecemasan
No Resp X No Resp X No Resp X No Resp X
R – 1 62 R – 11 71 R – 21 53 R – 31 68
R – 2 52 R – 12 46 R – 22 53 R – 32 68
R – 3 52 R – 13 54 R – 23 54 R – 33 64
R – 4 54 R – 14 57 R – 24 49 R – 34 62
R – 5 57 R – 15 53 R – 25 59 R – 35 53
R – 6 60 R – 16 47 R – 26 51 R – 36 65
R – 7 62 R – 17 52 R – 27 60 R – 37 65
R – 8 47 R – 18 63 R – 28 60 R – 38 65
R – 9 73 R – 19 59 R – 29 62 R – 39 48
R – 10 62 R – 20 61 R – 30 55 R – 40 58
Jumlah 2316
Rata-rata 58
Dari hasil perhitungan data tersebut, kemudian disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi skor kecemasan dan skor rata-rata (mean)
adapun langkah-langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 40
= 1 + 3.3 ( 1602059991 )
= 1 + 5.2867977971
= 6.287
Dibulatkan menjadi 7
66
b. Mencari range
R = H – L Ket : R = Range (rentang data)
= 73 – 46 H = Nilai tertinggi
= 27 L = Nilai rendah
c. Menentukan nilai interval kelas
KR
I
86.3727
KR
I dibulatkan menjadi 4
Jadi interval kelas adalah 4 dan jumlah interval 7.
Tabel 5. 5
Distribusi Frekuensi Skor Mean Kecemasan
No Interval
Kelas
X
(Nilai tengah) F F.X Mean
1 46 – 49 47.5 5 237
2 50 – 53 51.5 8 412
3 54 – 57 55.5 6 333
4 58 – 61 59.5 7 416.5
5 62 – 65 63.5 10 635
6 66 – 69 67.5 2 135
7 70 – 73 71.5 2 143
N = 40 ∑ fx = 2312
5840
2312Nfx
M
67
Tabel 5. 6
Distribusi Frekuensi (Distribusi Prosentase) Kecemasan
No Interval nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi
1 46 – 49 5 12.5% Sangat Kurang Sekali
2 50 – 53 8 20% Sangat Kurang
3 54 – 57 6 15% Kurang
4 58 – 61 7 17.5% Cukup
5 62 – 65 10 25% Baik
6 66 - 69 2 5% Sangat baik
7 70 - 73 2 5% Sangat Baik Sekali
Jumlah N = 40 ∑P = 100 %
Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui bahwa
mean dari variabel kecemasan adalah sebesar 58. Hal ini berarti bahwa
kecemasan santri Madin Tsanawiyah Mamba’ul Huda Talokwohmojo
Ngawen adalah termasuk kategori cukup.
5.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua
atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki
variansi yang sama.
Test of Homogeneity of Variances
VAR00001
1.659 20 19 .138
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
68
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi Lavene
Test (p) = 1,659 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa varians Y atas X adalah homogen dan dapat
dikatakan bahwa data yang diambil dari setiap unit sampel adalah homogen.
5.3 Uji Normalitas
Uji normalitas ini dimaksudkan untuk menguji normal atau tidaknya
sampel dan juga untuk melihat normal atau tidaknya selebaran data yang
akan dianalisis (Zuriah, 2005: 201).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Intensitas
Puasa Senin Kamis
Kecemasan santri
N 40 40 Mean 61.2500 57.9000 Normal Parametersa Std. Deviation 6.55451 6.77022 Absolute .091 .118 Positive .067 .118
Most Extreme Differences
Negative -.091 -.078 Kolmogorov-Smirnov Z .578 .744 Asymp. Sig. (2-tailed) .892 .636 a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa intepretasi Asymp.
Sig. (2-tailed) 892 dan 636 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka
distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas.
5.4 Uji Linieritas
Uji linieritas ini untuk menguji apakah model linier yang diambil
sudah betul-betul sesuai dengan keadaan atau tidak (Youda, 1992: 263).
69
Model Summary(b)
Mode
l R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 .424(a) .180 .158 6.211
a Predictors: (Constant), intensitas mengikuti puasa Senin Kamis b Dependent Variable: kecemasan
Keterangan:
R = 0,424 artinya hubungan antara intensitas melakukan puasa Senin Kamis
dan tingkat kecemasan santri dalam menghafal Alfiyah SEDANG karena
0,400 < R < 0,599
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 321.549 1 321.549 8.335 .006(a) Residual 1466.051 38 38.580 Total 1787.600 39
a Predictors: (Constant), intensitas mengikuti puasa Senin Kamis b Dependent Variable: kecemasan
Keterangan:
Hipotesis Model Regresi
Ho : Model regresi tidak signifikan
H1 : Model regresi signifikan
Sig. = 0,006 < 0,05 maka Ho ditolak, H1 diterima, artinya model
regresi Y = 0,438X + 31,068 Signifikan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F tuna cocok sebesar 8335
dengan signifikansi 006 (di atas 0,05). Berarti model regresi linear.
70
5.5 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini akan diuji secara empirik untuk menentukan
hubungan antara:
Puasa Senin Kamis terhadap Kecemasan santri ( X Y)
Untuk memudahkan dalam perhitungan maka perlu dibuat tabel
kerja sebagai berikut:
Tabel 5. 7
Data variabel X dan Y
Resp. X Y X² Y² X.Y
R 1 47 62 2209 3844 2914
R 2 53 52 2809 2704 2756
R 3 47 52 2209 2704 2444
R 4 52 54 2704 2916 2808
R 5 65 57 4225 3249 3705
R 6 74 60 5476 3600 4440
R 7 56 62 3136 3844 3472
R 8 68 47 4624 2209 3196
R 9 70 73 4900 5329 5110
R 10 66 62 4356 3844 4092
R 11 70 71 4900 5041 4970
R 12 50 46 2500 2116 2300
R 13 57 54 3249 2916 3078
R 14 68 57 4624 3249 3876
R 15 56 53 3136 2809 2968
R 16 62 47 3844 2209 2914
R 17 59 52 3481 2704 3068
R 18 65 63 4225 3969 4095
71
R 19 60 59 3600 3481 3540
R 20 67 61 4489 3721 4087
R 21 57 53 3249 2809 3021
R 22 55 53 3025 2809 2915
R 23 59 54 3481 2916 3186
R 24 62 49 3844 2401 3038
R 25 57 59 3249 3481 3363
R 26 55 51 3025 2601 2805
R 27 62 60 3844 3600 3720
R 28 67 60 4489 3600 4020
R 29 70 62 4900 3844 4340
R 30 71 55 5041 3025 3905
R 31 59 68 3481 4624 4012
R 32 66 68 4356 4624 4488
R 33 64 64 4096 4096 4096
R 34 65 62 4225 3844 4030
R 35 61 53 3721 2809 3233
R 36 63 65 3969 4225 4095
R 37 61 65 3721 4225 3965
R 38 66 65 4356 4225 4290
R 39 61 48 3721 2304 2928
R 40 57 58 3249 3364 3306
Jumlah 2450 2316 151738 135884 142589
Rerata 61.25 57.9
Dari tabel diatas dapat diketahui
N : 40
∑ X : 2450
∑ Y : 2316
72
∑ X² : 151738
∑ Y² : 135884
∑ X Y : 142589
Untuk membuktikan hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini
akan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi.
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai
berikut:
5.6 Analisis Uji Hipotesis ( X Y )
a. Mencari korelasi antara prediktor (X) dengan kriterium Y dengan
menggunakan teknik korelasi momen tangkar dari peason, dengan rumus
sebagai berikut :
b. rxy = )()( 22 yx
xy
Namun sebelum mencari rxy harus mencari ∑xy, ∑x², ∑y²
dengan rumus sebagai berikut :
)N
()(2
22 XXXx
= 40
)2450(1517382
= 151738 – 150062.5
= 1675.5
∑ y2 = ∑ Y ² - (∑ Y )²
= 40
)2316(1517382
73
= 135884 – 134096.4
= 1787.6
N(ΣΣ.Y(ΣΣ.X
XYxy
= 40
)2316).(2450(142589
= 142589 – 141855
= 734
Sehingga
r xy = )()( 22 yx
xy
= )6.1787()5,1675(
734
= )8.2995123(
734
= 64.1730
734
= 0.4241206
Adapun koefisien korelasi determinasi r ² = 0.1798783
c. Uji Signifikasi Korelasi Melalui Uji t
Rumus t h = r )1()2-n(
2r
= )1798783,01(
)240(4241206,0
= )8201217,0(
)16,6(4241206,0
74
= 87,0
6125829,2
= 2,8709702
th = 2,87
Dari X = 0,05 dan dk 40 diperoleh t tabel = t (0,05 ; 40) = 2,021
Korelasi t hitung > t tabel, maka korelasi variabel X dengan variabel Y
signifikan. Mencari persamaan garis regresi dengan menggunakan rumus
regresi sederhana sebagai berikut:
Ŷ = a + b X
Ket :
Ŷ = subyek dalam dependen
a = konstanta ( harga Ŷ 0 = 0 )
b = angka arah atau koefisien regresi
X = subyek variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
Dari yang dikumpulkan dapat dicari
Ŷ = N
y X =N
y
= 40
2316 = 40
2450
= 57,9 = 61,25
Untuk mengetahui Ŷ terlebih dahulu harus dicari harga a dan b
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
b = 22 )(Xn Y)( X)( - XYn
X
75
= 2(2450) - (1515738) 40(2316) (2450) - (142589)40
= 6002500606952056742005703560
= 6702029360
= 0,43807818561
a = Ŷ -b X
= 57,9 – (0,43807818561) (61.25)
= 57,9 -26,832
= 31.068
Jadi Ŷ= a + bX
Ŷ = 31.068 + 0.438 X
d. Mencari variasi regresi
Mencari variasi regresi dengan menggunakan rumus regresi
sebagai berikut:
F reg = RKresRKreg
JK reg = 2
2)(xxy
= 5,1675
)734( 2
= 5,1675
538756
= 321.54939
76
Db reg = 1
= regreg
DbJK
= 154939,321
= 321.54939
JK res = 2
22 )(x
xyy
= 5,1675
)734(6,1787 2
= 1787.6 – 321.54939
= 1466.0506
db res = N – 2
= 40 – 2
= 38
RK res = resres
DbJK
= 38
0506,1466
= 38.580279
Jadi Freg =Kres
regRRK
= 580279,3854939,321
= 8.3345533
77
Tabel 5.8
Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Ft Sumber
Variasi
db JK RK Freg
5 % 1%
Regresi 1 321.549 321.549
Residu 38 1466.051 38.580 8.33 4.08
7.31
Total 39 1787.6
Harga F reg diperoleh yaitu 8,33 kemudian dikonsultasikan dengan
harga F tabel pada signifikan 1 % yaitu 7.31 dan pada taraf signifikan 5 %
yaitu 4.08 karena F reg 8.33 > Ft 0.01 = 7.31 maka signifikan, dan F reg
8.33 > F t 0.05 = 4.08, maka signifikan. Ini berati ada pengaruh positif puasa
Senin Kamis dengan kecemasan santri dalam menghafal nadham Alfiyah.
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
melakukan intensitas puasa Senin Kamis terhadap penurunan tingkat
kecemasan santri dalam menghafal nadham Alfiyah di Madin Tsanawiyah
Mamba’ul huda Talokwohmojo Ngawen Blora dimana hal tersebut
diperkuat dengan beberapa pendapat dan teori antara lain:
Pertama, Pendapat Djalmaludin Ancok mengemukakan pendapat
Alan Cott bahwa disamping puasa dapat menyembuhkan gangguan jiwa,
puasa juga bisa digunakan penyembuhan kecemasan, susah tidur, dan
merasa rendah diri (Sholeh, 2005: 241).
78
Kedua, Penelitian skipsi yang diangkat oleh Umi Musyarofah yang
berjudul Pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap Penurunan Emosi Negatif
Santri di Pondok Pesantren Al Hikmah Desa Benda Kecamatan Sirampog
Kabupaten Brebes” menyimpulkan bahwa puasa Senin Kamis mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan emosi negatif.
Ketiga, Puasa memiliki beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan,
diantaranya:
6) Terapi kesehatan jiwa hakekatnya adalah pengendalian diri (self control)
yang merupakan salah satu ciri utama dari jiwa yang sehat.
7) Mengendalikan stress ini sebenarnya mampu memberikan efek tenang
dan damai yang membangkitkan mental yang positif, semangat, percaya
diri, dan optimis dalam menghadapi apapun.
8) Puasa adalah pangkal segala obat yang paling efektif untuk mengatasi
kesedihan, ketenangan, dan ketakutan.
9) Ragam penyakit yang sembuh dengan terapi puasa jika puasa dilakukan
secara benar, ternyata berbagai jenis penyakit dapat dikendalikan.
10) Resep manjur untuk panjang umur puasa ini dipercaya bisa menurunkan
asupan kalori 12-15 persen (Malik, 2008: 55).
Dari hasil rata-rata tentang intensitas melakukan puasa Senin Kamis
sebesar 61.2. Setelah hasil ini dicocokkan pada tabel kualitas variabel
intensitas melakukan puasa Senin Kamis maka rata-rata 61.2 terletak pada
59 - 62 yang berarti rata-rata kualifikasi intensitas melakukan puasa Senin
Kamis adalah “Cukup”. Sedangkan hasil rata-rata tentang kecemasan santri
79
di Madin Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora sebesar 58 terletak
pada interval 58 – 61 yang berarti rata-rata kualifikasi kecemasan adalah
“Cukup”. Sementara itu, dari hasil hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi satu prediktor. Bahwa intensitas melakukan puasa Senin Kamis
dzikir berpengaruh positif terhadap kecemasan santri yaitu sebesar 8.33.
Nilai regresi (Freg) sebagai mana telah diketahui, yaitu 8.33 dengan
demikian, maka Freg: 8.33 > Ft 0,05 : 4.08 dan Freg: 8.33 > Ft 0,01 : 7.31.
Setelah dilakukan uji hipotesis melalui koefisien Freg sebagimana di atas,
maka hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan Ft (tabel) diketahui
bahwa Freg > Ft.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai
Freg adalah signifikan pada taraf 5% dan 1%, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima. Yang berarti hipotesis yang berbunyi bahwa ada pengaruh
intensitas melakukan puasa Senin Kamis dzikir terhadap kecemasan santri.
Semakin tinggi intensitas melakukan puasa Senin Kamis dzikir seseorang
maka akan semakin rendah kecemasannya. Begitupun sebaliknya semakin
rendah intensitas melakukan puasa Senin Kamis maka semakin tinggi
kecemasannya.
80
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian lapangan dan menganalisa
data demi data yang diperoleh dalam rangka pembahasan skripsi yang
berjudul “pengaruh intensitas melakukan puasa Senin Kamis terhadap
penurunan tingkat kecemasan santri dalam menghafal Nadham Alfiyah di
Madin Mamba’ul Huda Talokwohmojo Ngawen Blora”, maka secara garis
besar dapat disimpulkan:
Dari hasil analisis tentang data nilai puasa Senin Kamis santri di
Madin Mamba’ul Huda diperoleh mean (rata-rata) sebesar 61.2. Hal ini
berarati bahwa puasa Senin Kamis santri di Madin Mamba’ul Huda Ngawen
Blora dalam kategori “Cukup”, yaitu pada interval 59-62.
Sedangkan dari hasil analisis tentang data nilai kecemasan santri di
Madin Mamba’ul Huda Ngawen Blora diperoleh mean (rata-rata) sebesar
58. Hal ini berarti bahwa kecemasan santri di Madin Mamba’ul Huda
Ngawen Blora dalam kategori “Cukup”, yaitu berada pada interval 58 – 61.
Dengan berdasarkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus regresi sederhana diperoleh harga F reg = 8.33 lebih besar dari taraf
signifikasi 5% = 4.08 maupun 1 % = 7.31 pada N = 40.
Dengan demikian uji hipotesis tersebut menunjukkan hasil positif
yaitu menyatakan bahwa terdapat pengaruh puasa Senin Kamis artinya
81
semakin tinggi intensitas puasa Senin Kamis maka semakin rendah
kecemasan santri atau sebaliknya jika semakin rendah pelaksanaan puasa
Senin Kamis maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan santri.
6.2. Limitasi
Penulis menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti banyak terjadi
kendala dan hambatan. Faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam
penelitian ini adalah faktor penerjemahan hasil penelitian. Diakui bahwa
dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan-kelemahan yang disadari
oleh penulis khususnya, dalam penerjemahan hasil penelitian berupa angka-
angka ke dalam bentuk penjabaran secara deskriptif. Namun demikian
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis
yang berupa angka-angka keistimewaan pada bidang metodologi, yakni
pengolahan analisis data dengan menggunakan program SPSS 16.0 for
windows yang memberikan ketepatan hasil yang diperoleh.
6.3. Saran-Saran
Demi meningkatkan mutu dalam menurunkan tingkat kecemasan
santri agar menjadi stabil, maka penulis akan menyampaikan beberapa
saran-saran kepada pihak terkait, yaitu:
1. Kepada Ustadz
a. Walaupun rata-rata sudah melakukan puasa Senin Kamis dengan
baik, namun harus tetap menperhatikan santri dengan lebih sungguh-
sungguh, hal itu untuk meningkatkan lagi kualitas puasanya.
82
b. Hendaklah lebih meningkatkan keteladanan dan mengarahkan santri
dalam hal menghafal nadham pelajaran khususnya pelajaran Alfiyah
c. Hendaklah memberi motivasi kepada santri agar selalu giat
menghafalkan nadham baik melalui diskusi yang ada di Madin
maupun dengan cara yang lain.
2. Kepada Santri
a. Santri yang telah melakukan puasa Senin Kamis dalam membina
ilmu hendaklah benar-benar diresapi dan dihayati agar mempunyai
makna dan manfaat dalam kehidupan.
b. Kegiatan yang bersifat diskusi maupun belajar kelompok akan sia-sia
tanpa adanya kesadaran santri untuk mengamalkannya. Oleh karena
itu, berlatih dan mengamalkannya dari apa yang telah di peroleh
kemudian diterapkan sehari-hari.
c. Belajarlah dari sekarang dan berlatih mengerjakan dari hal-hal yang
kecil dan berguna. Jika kamu Ikhlas dan mengharap keridhoannya
niscaya kamu akan beruntung.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih khusus dan
mendalam lagi dalam meneliti tentang tingkat kecemasan santri.
b. Untuk peneliti selanjutnya, agar lebih berhati-hati dalam
menggunakan metodologi penelitian serta dalam proses analisis
datanya harus sangat teliti sehingga hasil yang diperoleh akan tepat
dan maksimal.
83
c. Untuk peneliti selanjutnya, bisa menggunakan fariabel lain seperti
dzikir, mujahadah ataupun yang lainnya yang bisa untuk menurunkan
tingkat kecemasan santri.
6.3 Penutup
Puji syukur Alhamdulillah dengan limpahan Rahmat dan Hidayah
Allah SWT. Rabb sumber dari kehidupan dan keridhoan, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa,
penulisan, penyusunan sistematika, pembahasan maupun analisisnya.
Akhirnya dengan memanjatkan do’a mudah-mudahan skripsi ini membawa
manfaat bagi penulis dan pembaca lain, dan juga mampu memberikan
Khazanah ilmu pengetahuan yang positif bagi keilmuan BPI.
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Pedoman Puasa, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2000.
Akah, Abduh Zulfidar, 160 Kebiasaan Nabi SAW, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002.
Annas, Ahmad Paradigma Dakwah Kontemporer, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. 9.
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, 1998
Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Eresco, 1988.
Depertemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996.
Febru, Erna, Asesmen dan Evaluasi, Malang: Aditya Media Publishing, 2001
Gibson John, Diagnose Gejala Penyakit Untuk Para Perawat, Yogyakarta: Essential Medica,1992
Gibson, John, Diagnosa Gejala Penyakit, Yogyakarta : Yayasan Essential Medica, 1992.
Gunarso, Singgih. Psikologi Perawatan, Jakarta: Gunung Mulia, 2003.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, Cet. XXVI
Hawari, Dadang,, Al-Qur’an dan Ilmu Kesehatan Jiwa, Kedokteran Jiwa, Yogyakarta : Dhana Bkahti Primaya, 1996.
Hawari, Dadang, Manajemen Stress Cemas dan Depresi, Jakarta: FKUI, 2001.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, Cet. XXVI
Imam, Rahasia Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis (Terapi Religius),Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004.
Kartini, Kartono, Patologi Sosial Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.
Kartono, Kartini, dan dr. Jenny Andari, Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam, Bandung : Manadar Maju, 1989.
Malik, Ridwan, Barokah Puasa Senin Kamis, Jakarta: Kutabina. 2008
Murus, Mukjizat Emosi, Yogyakarta: Trubadur, 2007
Musbikin, De Clerq, Tingkah Laku Abnormal dari Sudut Pandang Perkembangan, Jakarta, PT Gramedia Widiasrana Indonesia, 1994.
Musfir, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Malik, Ridwan, Barokah Puasa Senin Kamis, Jakarta: Kutabina. 2008.
Murus, Mukjizat Emosi, Yogyakarta: Trubadur, 2007.
Prasetyono, Dwi Sunar, Metode Mengatasi Cemas dan Depresi, Yogyakarta: ORIZA. 2007
Semiun OFM, Yustinus, Kesehatan Mental 2, Yogyakarta: Kanisius.2006.
Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Encourage Creativity, 2005.
SemiunOFM, Yustinus. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud, Yogyakarta: Kanisius, 2006
Shodiq, Muhammad, Remaja Sahabat Allah, Bandung: MMU, 2004.
Suryani, Ketut, Atasi Masalah dengan Kemampuan Spiritual Anda, Jakarta: PT Intisari Mediatama, 2004
Suyadi, Keajaiban Puasa Senin Kamis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
Susetya, Wawan, Fungsi-fungsi Terapi Psikologis dan Medis Di balik Puasa Senin Kamis, Yogyakarta: Diva Press, 2007.
Yousda, Amirman, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Bandung, Bumi Angkasa, 1992
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta Bumi Angkasa, 2005.
IDENTITAS DIRI
1. Nama :
2. Umur :
3. Kelas :
PETUNJUK
Kami bermaksud meminta bantuan kepada anda dengan cara mengisi dua
macam skala.
Mohon anda membaca petunjuk-petunjuk di bawah ini:
1. Dalam skala-skala ini terdapat sejumlah pertanyaan. Setelah membaca dengan
seksama anda diminta memilih salah satu dari 4 pilihan tanggapan yang
tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan, yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pernyataan
S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan
2. Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan
keadaan/kenyataan diri anda, bukan dengan apa yang seharusnya.
3. Seumpama ada pernyataan yang secara kenyataan Anda belum mengalaminya,
Anda dapat membayangkan bila suatu saat Anda mengalaminya dan
memperkirakan reaksi Anda terhadap hal tersebut.
4. Dalam menjawab skala ini mohon semua dijawab dan anda tidak perlu takut
salah, karena ini tidak mempengaruhi nilai serta semua jawaban dapat
diterima.
5. Kerahasiaan identitas dan jawaban anda akan kami jamin.
6. Kesungguhan dan kejujuran Anda sangat menentukan kualitas hasil penelitian
ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Blora, Juli 2011
Peneliti
SKALA I (Pasca Uji Coba)
NO PERTANYAAN Sangat Sesuai ( SS )
Sesuai ( S )
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1 Niat saya melakukan puasa Senin Kamis agar semangat menghafal Alfiyah saya bertambah
( SS ) ( S ) ( TS) (STS)
2 Saya puasa Senin Kamis agar dinilai sebagai orang yang rajin beribadah.
( SS ) ( S ) (TS) ( STS)
3 Saya melakukan puasa Senin Kamis dengan niat yang ikhlas beribadah kepada Allah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
4
Setelah melakukan puasa Senin Kamis, saya lebih taat mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di madrasah diniyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
5
Walaupun saya melakukan puasa Senin Kamis, saya tidak takut dengan hukuman-hukuman yang diberikan oleh ustadz
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
6 Saya melakukan puasa Senin Kamis supaya diberi kemudahan dalam menuntut ilmu.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
7 Semakin saya sering melakukan puasa Senin Kamis saya semakin taat terhadap nasehat ustadz
( SS ) ( S ) (TS ) (STS)
8 Walaupun melaksanakan puasa Senin Kamis, saya merasa sifat angkuh pada diri saya belum hilang.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
9
Saya melakukan puasa Senin Kamis karena merasa paksaan yang saya terima karena merupakan aturan madrasah diniyah..
( SS ) ( S ) (TS ) ( STS)
10 Saya melakukan puasa Senin Kamis karena takut dihukum oleh ustadz
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
11
Pada saat melakukan puasa Senin Kamis saya merasa sedikit dosa di hadapan Allah dari pada santri yang lain
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
12 Pada saat melakukan puasa Senin Kamis saya terkadang membuat gaduh di kelas.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
13 Puasa senin kamis tidak perlu dilakukan jika dalam kondisi sibuk.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
14 Saya selalu melakukan puasa Senin Kamis agar nanti setiap hafalan nadham saya bisa.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
15 Saya melakukan puasa Senin Kamis untuk mendapatkan pahala
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
16 Ketika melakukan puasa Senin Kamis, saya tidak merasa takut untuk melanggar semua aturan Allah.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
17 Berpuasa setiap Senin dan Kamis sangat membantu dalam proses hafalan saya.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
18 Saya melakukan puasa Senin Kamis, dan saya juga masih sering membangkang nasehat ustadz
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
19 Saat melakukan puasa Senin Kamis, saya merasa bahwa tidak ada sesuatu yang saya takuti kecuali Allah
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
20 Saya melakukan puasa Senin Kamis supaya diberi kemudahan dalam menghafalkan nadham alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
SKALA II (Pasca Uji Coba)
NO PERTANYAAN Sangat Sesuai
( SS ) Sesuai ( S )
Tidak Sesuai ( TS)
Sangat Tidak Sesuai( STS )
1 Saya tidak khawatir dalam menghafalkan nadham Alfiyah karena selalu hafal ketika diminta hafalan.
( SS ) ( S ) ( TS) (STS)
2 Saya merasa takut jika nantinya saya tidak hafal dalam menghafal nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) (TS) ( STS)
3 Saya tidak berangkat mengaji ketika saya belum hafal nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
4
Menurut saya, dalam menghafalkan nadham Alfiyah tidak perlu dipikirkan hingga kepalanya pusing, tapi yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan diri ketika nantinya maju hafalan.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
5 Saya meminta bantuan teman ketika maju ke depan untuk menghafalkan nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
6 Jika masih ada waktu luang, saya tidak akan menunda untuk menghafalkan nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
7 Saya baru menghafalkan nadham Alfiyah sehari menjelang hafalan.
( SS ) ( S ) (TS ) (STS)
8 Saya tidak pernah merasa gelisah setiap kali memikirkan hafalan Alfiyah yang diberikan.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
9
Saya tidak khawatir memikirkan ta’ziran (hukuman) karena itu sudah merupakan resiko yang harus diterima bagi yang tidak hafal.
( SS ) ( S ) (TS ) ( STS)
10 Saya sering mencicil hafalan sejak hafalan tersebut diberikan.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
11 Dengan Ikhtiar yang saya lakukan selama di rumah dan madrasah, saya yakin bisa hafal nadham Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
12 Saya terkadang putus asa setelah lama menghafal tapi belum bisa memenuhi target. ( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
13
Saya tidak merasa canggung bila berada di antara teman-teman ketika saya berbeda dengan mereka karena merasa tidak hafal.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
14
Meskipun ada orang yang mengatakan bahwa menghafalkan Alfiyah itu susah, saya tetap bisa tidur nyenyak karena saya tidak percaya dengan pendapat orang tersebut.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
15
Urusan hafal tidaknya nanti saya serahkan kepada Allah, karena saya selama ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang terbaik.
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS)
16
Saya tidak pernah sulit tidur gara-gara memikirkan hafalan saya nanti, karena dengan Ikhtiar yang saya lakukan, saya yakin akan kemampuan saya.
( SS ) ( S ) ( TS ) (STS)
17 Saya takut dengan pikiran saya sendiri terutama tentang hafalan saya nanti akan adanya ta’ziran (hukuman).
( SS ) ( S ) ( TS ) ( STS )
18 Daya ingat saya menurun ketika sedang maju hafalan ke depan.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
19 Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak saat memikirkan tentang hafalan Alfiyah.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
20 Ketika mendengar pembicaraan tentang hafalan dan ta’ziran (hukuman), badan saya terasa lemas.
( SS ) ( S ) ( TS) ( STS)
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
VAR00001
1.659 20 19 .138
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi Lavene Test (p) = 1,659 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians Y atas X adalah homogen dan dapat dikatakan bahwa data yang diambil dari setiap unit sampel adalah homogen.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Puasa senin
kamis
Kecemasan
santri
N 40 40
Mean 61.2500 57.9000 Normal Parametersa
Std. Deviation 6.55451 6.77022
Absolute .091 .118
Positive .067 .118
Most Extreme Differences
Negative -.091 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .578 .744
Asymp. Sig. (2-tailed) .892 .636
a. Test distribution is Normal.
Frequencies Statistics
intensitas puasa senin
kamis tingkat
kecemasan Valid 40 40 N Missing 0 0
Mean 61.25 57.90 Std. Error of Mean 1.036 1.070 Median 61.50 58.50 Mode 57 62 Std. Deviation 6.555 6.770 Variance 42.962 45.836 Skewness -.304 .176 Std. Error of Skewness .374 .374 Kurtosis -.361 -.588 Std. Error of Kurtosis .733 .733 Range 27 27 Minimum 47 46 Maximum 74 73 Sum 2450 2316
Frequency Table intensitas puasa senin kamis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent 47 2 5.0 5.0 5.0 50 1 2.5 2.5 7.5 52 1 2.5 2.5 10.0 53 1 2.5 2.5 12.5 55 2 5.0 5.0 17.5 56 2 5.0 5.0 22.5 57 4 10.0 10.0 32.5 59 3 7.5 7.5 40.0 60 1 2.5 2.5 42.5 61 3 7.5 7.5 50.0 62 3 7.5 7.5 57.5 63 1 2.5 2.5 60.0 64 1 2.5 2.5 62.5 65 3 7.5 7.5 70.0 66 3 7.5 7.5 77.5 67 2 5.0 5.0 82.5 68 2 5.0 5.0 87.5 70 3 7.5 7.5 95.0 71 1 2.5 2.5 97.5 74 1 2.5 2.5 100.0
Valid
Total 40 100.0 100.0
tingkat kecemasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent 46 1 2.5 2.5 2.5 47 2 5.0 5.0 7.5 48 1 2.5 2.5 10.0 49 1 2.5 2.5 12.5 51 1 2.5 2.5 15.0 52 3 7.5 7.5 22.5 53 4 10.0 10.0 32.5 54 3 7.5 7.5 40.0 55 1 2.5 2.5 42.5 57 2 5.0 5.0 47.5 58 1 2.5 2.5 50.0 59 2 5.0 5.0 55.0 60 3 7.5 7.5 62.5 61 1 2.5 2.5 65.0 62 5 12.5 12.5 77.5 63 1 2.5 2.5 80.0 64 1 2.5 2.5 82.5 65 3 7.5 7.5 90.0 68 2 5.0 5.0 95.0 71 1 2.5 2.5 97.5 73 1 2.5 2.5 100.0
Valid
Total 40 100.0 100.0
Uji Linieritas Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .424(a) .180 .158 6.211 a Predictors: (Constant), intensitas mengikuti puasa senin kamis b Dependent Variable: tingkat kecemasan ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 321.549 1 321.549 8.335 .006(a)
Residual 1466.051 38 38.580
1
Total 1787.600 39 a Predictors: (Constant), intensitas mengikuti puasa senin kamis b Dependent Variable: tingkat kecemasan Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 31.068 9.346 3.324 .002 1 intensitas mengikuti puasa senin kamis
.438 .152 .424 2.887 .006
a Dependent Variable: tingkat kecemasan Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 51.66 63.49 57.90 2.871 40 Residual -13.857 11.267 .000 6.131 40 Std. Predicted Value -2.174 1.945 .000 1.000 40 Std. Residual -2.231 1.814 .000 .987 40 a Dependent Variable: tingkat kecemasan
Histogram
45 50 55 60 65 70 75
intensitas mengikuti puasa senin kamis
0
2
4
6
8
Freq
uenc
y
Mean = 61.25Std. Dev. = 6.555N = 40
intensitas mengikuti puasa senin kamis
45 50 55 60 65 70 75
tingkat kecemasan
0
2
4
6
8
10
Freq
uenc
y
Mean = 57.9Std. Dev. = 6.77N = 40
tingkat kecemasan
PPlot
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted
Cum
Pro
bNormal P-P Plot intensitas mengikuti puasa senin kamis
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Normal P-P Plot tingkat kecemasan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI:
Nama : Achmad Irchamni
NIM : 071111018
Fak / jur : Dakwah / Bimbingan Penyuluhan Islam
TTL : Blora, 12 Februari 1989
Alamat : Kel. Punggur Sugih, Rt. 07 Rw. 03
Kec. Ngawen Kab. Blora
PENDIDIKAN FORMAL:
1. SDN Punggur Sugih Ngawen Blora tahun 1994 - 2000
2. MTS Sultan agung Ngawen Blora tahun 2001 - 2003
3. MA Sultan Agung Ngawen Blora tahun 2004 - 2006
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 2007
Semarang, 30 Desember 2011
Achmad Irchamni NIM: 071111018