Oleh :
Sugeng Iwan S, STP, M.Kes
I Dewa Nyoman Supariasa, MPS
Juin Hadisuyitno, SST, M.Kes
KERJASAMA:
MALANG, 2017
PEMBELAJARAN EMO DEMO
UNTUK MAHASISWA
JURUSAN GIZI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Modul
Emo Demo ini dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
Modul ini berisi tentang salah satu metode dalam pendidikan dan penyuluhan gizi
yang telah dikembangkan oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) yang telah
diaplikasikan dengan baik pada 2 kabupaten di Jawa Timur yaitu Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Malang. Dalam pengamatan dan pelaksanaan kegiatan ini Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Malang telah terlibat aktif di Kabupaten Malang. Modul ini berisi
materi dasar yaitu Struktur prmbelajaran dengan metode EmoDemo dan Behavior
Centered Design (BCD). Materi inti adalah Teknik Penyuluhan dengan Metode Emo Demo, dan
materi penunjang yaitu Komunikasi dan Penerapan Metode Emodemo Dalam Mata Kuliah.
Penerapan Modul ini akan disesuaikan dengan mata kuliah yang terkait langsung
dengan kompetensi seorang Edukator atau Penyuluh. Mata kulian tersebut antara lain
Pendidikan Gizi, Pendidikan dan Pelatihan Gizi, dan mata kuliah yang langsung terkait
dengan pembelajaran Praktik Kerja Lapangan yaitu Manajemen Intervensi Gizi
Masyarakat (MIGM). Modul ini telah diujicobakan pada mahasasiswa dan telah
mendapat masukan yang sangat berarti dalam mendisain Modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Global Alliance for Improved
Nutrition (GAIN) yang telah membiayai pembuatan modul ini. Juga terima kasih kepada
Ketua Jurusan Gizi dan Direktur Poltekkes Kemenkes Malang yang telah memfasilitasi dan
memberi kesempatan kepada kami untuk menyusun modul ini.
Modul ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik yang membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan
modul ini bermanfaat bagi pembelajaran pada Jurusan Gizi di Indonesia pada umumnya
dan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Malang pada khususnya.
Malang, Mei 2017
Penulis
ii
SAMBUTAN
DIREKTUR POLTEKKES KEMENKES MALANG
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan petunjuk-Nya, Modul Pembelajaran EmoDemo untuk Mahasiswa Jurusan Gizi baik
mahasiswa Prodi D-III Gizi maupun D-IV Gizi dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
Penyusunan Modul ini merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
referensi tentang pendidikan gizi dan Pelatihan Gizi. Kehadiran Modul ini sangat penting
artinya bagi mahasiswa, para dosen, dan petugas kesehatan terutama yang bergerak di
bidang penyluhan dan pendidikan gizi. Sesuai dengan konsep, modul ini berisi materi dasar,
materi inti dan materi penunjang
Kami bangga dengan kehadirian Modul ini, karena ini merupakan hasil kerjasama
antara Global Alliance for Improved Nutrition dengan Poltekkes Kemenkes Malang. Dosen
yang menulis modul ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
EmoDemo di Kabupaten Malang. Mudah-mudahan dengan kehadiran Modul ini menjadi
pemicu dan memacu dosen lain untuk menghasilkan karya dalam bentuk bahan ajar lainnya.
Kepada Penulis, semoga jerih payah yang telah dicapai ini dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat digunakan
sebagai sumber informasi bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya kami sampaikan selamat
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis dan Pimpinan Global Alliance
for Improved Nutrition yang telah memfasilitasi dan membiayai penulisan Modul ini.
Malang, Mei 2017
Direktur,
Budi Susatia, S.Kp., M.Kes.
NIP. 196503181988031002
iii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………….. i
Sambutan Direktur Poltekkes Kemenkes Malang ..................................................................
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………………….
ii
iii
BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………………………………………….
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………….
B. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………
C. Manfaat …………………………………………………………………………………………………………
1
1
2
2
BAB II Struktur Pembelajaran Penyuluhan Emo Demo………………………………………………..
A. Materi……………………………………………………………………….……………………………………
B. Waktu ………………………………………………………………………….………………………………..
C. Deskripsi Materi ………………………………………………………………..…………………………..
D. Tujuan Pembelajaran ………………………………………………………………..…………………..
E. Pokok Bahasan ………………………………………………………………………………………………
F. Metode …………………………………………………………………………………………………….……
G. Media dan Alat Bantu …………………………………………………………………………………….
H. Langkah-langkah Pembelajaran ……………………………………………………………………..
I. Evaluasi ………………………………………………………………………………………………………….
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
BAB III Behavior Centered Design (BCD) …………………………………………………
A. Mengapa BCD diperlukan? ……………………………………………………………………………
B. Apa itu BCD? ………………………………………………………………………………………………….
C. Teori BCD ……………………………………………………………………………………………………..
5
5
6
7
BAB IV Teknik Penyuluhan dengan Metode Emo Demo ………………………………………………
A. Pengertian …………………………………………………………………………………………..……….
B. Materi penyuluhan dengan metode Emo Demo ………………………………………….
C. Mengenal Modul Permainan Emo Demo ……………………………………………………..
D. Teknik Penyuluhan Metode Emo Demo ……………………………………………………….
1. ASI Saja Cukup …………………………………………………………………………………………
2. Ati ayam Telur dan Ikan (ATIKA) Sumber Zat Besi…………………………………….
12
12
12
12
13
13
17
iv
3. Cemilan Sembarang………………………………………………………………………………….
4. Membayangkan Masa Depan…………………………………………………………………..
5. Menyusun Balok………………………………………………………………………………………
6. Jadwal Makan Bayi dan Anak……………………………………………………………………
7. Siap Berpergian………………………………………………………………………………………..
8. Ditarik Ke Segala Arah………………………………………………………………………………
9. Porsi Makan Bayi dan Anak………………………………………………….…………………..
10. Ikatan Ibu dan Anak…………………………………………………………………….………..
11. Harapan Ibu…………………………………………………………………………………………..
20
23
26
28
31
33
36
39
41
BAB V Komunikasi………………………………………………………………………………………………….…..
A. Pengertian Komunikasi…………………………………………………………………………………
B. Tujuan Komunikasi……………………………………………………………………………………….
C. Pentingnya Komunikasi………………………………………………………………………………..
D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi……………………………………………
E. Bentuk Komunikasi……………………………………………………………………………………….
F. Komunikasi Efektif………………………………………………………………………………………..
48
50
51
52
52
59
66
BAB VI Penerapan Metode Emo Demo Dalam Mata Kuliah ………………………………………… 68
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………
Lampiran 1 : Modul Permainan Emo Demo ......................................................................
Lampiran 2 : Alat Peraga EmoDemo ……………………………………………………………………………….
71
72
96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lata Belakang
Strategi utama pembangunan kesehatan antara lain adalah menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini mendorong
terselenggaranya pembangunan di bidang sumberdaya tenaga kesehatan yang
bersifat multi disiplin, lintas program dan lintas sektoral yang melibatkan organisasi
profesi maupun masyarakat. Adanya sumberdaya tenaga kesehatan yang berkualitas
merupakan salah satu unsur yang sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Agar masyarakat mampu berperan aktif dalam sistem pelayanan kesehatan,
maka diperlukan masyarakat yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang memadai di bidang kesehatan. Untuk maksud tersebut diperlukan tenaga
kesehatan yang profesional. Tenaga kesehatan yang profesional dapat dilahirkan
mulai dari yang bersangkutan mengikuti pendidikan di bangku kuliah.
Dewasa ini pembangunan pelayanan kesehatan lebih utama diarahkan pada
pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan pelayanan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif. Untuk maksud tersebut Pemerintah telah melakukan
berbagai langkah strategis. Salah satu langkah tersebut yaitu dengan lahirnya
Instruksi Presiden RI (Inpres) nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat. Inpres tersebut ditujukan kepada Para Menteri Kabinet Kerja, Kepala
Lembaga Pemerintah non Kementerian, Direktur Utama Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, dan Para Gubernur dan Bupati/Walikota. Keluarnya Inpres
ini adalah dalam rangka mempercepat dan mensinergiskan tindakan dari upaya
promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan
menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit.
Dalam kurikulum pendidikan program Diploma III dan Diploma IV Gizi telah
terdapat beberapa mata kuliah yang mengarah pada pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan prenventif antara lain Pendidikan Gizi, dan Pendidikan dan
Pelatihan Gizi. Arah kompetensi yang ingin dicapai mata kuliah ini agar mahasiswa
2
mampu melakukan penyuluhan dan pelatihan gizi secara profesional. Dalam
penyuluhan dan pelatihan gizi diajarkan bagaimana strategi dan metode melakukan
penyuluhan dan pelatihan gizi.
Untuk memperkaya strategi dan metode penyuluhan/ pelatihan gizi, maka
dipandang perlu mencari strategi selain yang tercantum dalam kurikulum tersebut.
Salah satu metode yang telah diuji coba dan dilaksanakan oleh GAIN adalah metode
EMO-DEMO. Memperhatikan metode ini sangat efektif untuk menggugah emosi dan
merangsang partisipasi bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
maka metode ini perlu disisipkan pada beberapa mata kuliah yang mendukung
kompetensi lulusan sebagai edukator dan penyuluh gizi.
Salah satu bahan ajar yang bisa medukung penerapan metode EMO DEMO ini
adalah dengan membuat Modul. Modul yang ditulis ini mengacu pada Modul yang
telah dibuat GAIN yang diperkaya dengan teori perubahan perilaku, konsep
komunikasi, dan disusun sesuai dengan kaidah modul yang berlaku di Perguruan
Tinggi.
B. Tujuan
Secara umum modul ini dibuat untuk memperkaya strategi dan metode
dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan terutama dalam penyuluhan
dan pendidikan gizi. Secara khusus tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Menguasai konsep perubahan perilaku dan komunikasi
2. Menguasai konsep EMO-DEMO.
3. Mampu melakukan penyuluhan dengan metode EMO-DEMO.
4. Memperkaya strategi penyuluhan dan pelatihan selain yang terdapat pada
kurikulum program pendidikan Diploma III dan Diploma IV Gizi.
C. Manfaat
Modul ini sangat bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa untuk penerapan strategi penyuluhan dan pelatihan gizi dengan
menggugah emosi bagi peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
2. Dosen dapat mengarahkan mahasiswa untuk mencari metode dan startegi
penyuluhan/ diklat gizi yang inovaif berdasarkan pengalaman dari lembaga
swadaya masyarakat (LSM) seperti GAIN.
3
BAB II
STRUKTUR PEMBELAJARAN PENYULUHAN EMO DEMO
A. Materi :
1. Materi Dasar Teori Perubahan Perilaku yaitu Behavior Centered Design (BCD)
2. Materi Inti yaitu Teknik Penyuluhan Metode Emo Demo
3. Maateri Penunjang yaitu Komunikasi
B. Waktu :
T : 100 menit, P : 240 menit
C. Deskripsi Materi
Dalam materi ini dibahas tentang latar belakang metode penyuluhan EmoDemo
yang didasarkan pada kegiatan yang dilaksanakan Global Alliance fo Improved
Nutrition di Kabupaten Malang dan Sidoarjo Jawa Timur. Tujuan pembelajaran
adalah untuk menguasai dari metode penyuluhan Emo Demo, teori Behavior
Centered Design (BCD) dan Teknik penyuluhan dengan metode Emo Demo dan
materi penunjang tentang Komunikasi.
C. Tujuan Pembelajaran :
1. Tujuan Pembelajaran Umum : setelah menerima materi ini mahasiswa
menguasai dan mampu melakukan penyuluhan dengan metode Emo-Demo.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
a. Menguasai konsep komunikasi
b. Menguasai konsep perubahan perilaku (Behavior Centered Design (BCD)
c. Mampu melakukan penyuluhan dengan metode Emo Demo.
E. Pokok Bahasan
1. Pendahuluan
2. Teori perubahan Perilaku (Behavior Centered Design (BCD)
3. Komunikasi
4. Teknik dan Materi Penyuluhan Emo Demo
F. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan simulasi dan penugasan
4
G. Media dan Alat Bantu
1. Laptop
2. LCD
3. Media Penyuluhan Emo Demo.
4. Poster dan video
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Langkah 1 : dosen menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan
2. Langkah 2 : dosen menjelaskan materi tentang teori perubahan perilaku Behavior
Centered Design (BCD)
3. Langkah 3 : dosen menjelaskan materi Komunikasi
4. Langkah 4 : dosen menjelaskan teknik dan materi penyuluhan Emo Demo.
5. Langkah 5 : mahasiswa melakukan demonstrasi, simulasi dan praktek penyuluhan
dengan metode Emo Demo dengan di dampingi oleh dosen pembimbing.
6. Langkah 6 : dosen merangkum dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
I. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada proses penyuluhan dan penguasaan metode emo demo
dengan melakukan teknik observasi.
5
BAB III
BEHAVIOR CENTERED DESIGN (BCD)
Behavior Centered Design (BCD) adalah pendekatan baru dan radikal yang berbeda
untuk masalah mengubah perilaku. Menggunakan kerangka evolusi, pendekatan ini
menyatukan beberapa temuan terbaru tentang bagaimana otak belajar dengan seperangkat
praktis langkah-langkah dan alat-alat untuk merancang keberhasilan dalam suatu program
perubahan perilaku. Pendekatan ini merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan dan
kreativitas karena perilaku hanya akan berubah jika menanggapi sesuatu yang baru dan
menantang. Pendekatan ini telah berhasil digunakan pada berbagai perilaku kesehatan
masyarakat serta dalam desain produk komersial dan pemasaran.
A. Mengapa BCD diperlukan?
Pertama, karena kita gagal untuk memecahkan masalah kesehatan yang paling
mendesak di dunia, bukan karena kita tidak memiliki solusi, tetapi sering karena mereka
tidak cukup digunakan. Kita tahu bahwa tidak merokok, vaksinasi, menggunakan toilet,
rehidrasi oral, makan yang tepat, seks yang aman dan olahraga bisa memecahkan sebagian
besar masalah kesehatan di dunia, tetapi tidak banyak yang melakukannya.
Para pelaku pemasaran (promosi kesehatan) saat ini juga berusaha untuk membuat
produk/program kesehatan yang lebih menarik bagi konsumen/masyarakat, tetapi seringkali
mereka tidak tahu strategi terbaik untuk mengubah kebiasaan membeli/menggunakan
mereka. Rasa frustrasi mereka ini dinyatakan dalam kutipan terkenal (Henry Ford) ‘Kami
tahu setengah dari pekerjaan upaya pemasaran kami; masalahnya adalah saya tidak tahu
setengah bagian yang manakah itu.
Orang juga biasanya berniat untuk mengubah perilaku mereka sendiri (misalnya
dengan membuat resolusi Tahun Baru, membuat rencana diet), tetapi seringkali gagal untuk
menindaklanjutinya. Kita tahu manfaat dari daur ulang dan membayar pajak kita, dan kita
juga tahu untuk tidak menggigit kuku, tapi kita masih gagal untuk melakukan hal-hal
tersebut. Semua situasi ini memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
untuk mengubah perilaku manusia.
Sementara ini banyak pendekatan untuk perubahan perilaku digunakan, sebagian
besar berusaha mencoba untuk mengubah faktor kognitif dalam berbagai cara: baik melalui
6
appraisal kognitif, atau memodifikasi heuristik kognitif (teknik yang digunakan oleh para
ekonom perilaku). Pendekatan OAM ( opportunity, ability and motivation) merupakan satu
pendekatan yang populer, tetapi didasarkan pada model pengolahan informasi komunikasi
persuasif (yaitu, sikap, bukan perilaku, perubahan). Saat ini belum ada satu pun yang
berdasarkan pemikiran terbaru tentang perilaku manusia itu sendiri, tujuan yang
berkembang, atau cara di mana perubahan menanggapi situasi yang berubah. Dengan
revolusi dalam memahami situasi ini, lingkungan dan otak, sudah saatnya untuk
memperbarui pendekatan terhadap perubahan perilaku. Orang sebagian besar tahu apa
yang mereka harus lakukan untuk mempengaruhi perilaku mereka sendiri, tetapi tidak
melakukannya. Jadi program perubahan perilaku perlu berfokus pada perilaku, bukan
kognisi atau komunikasi.
Behavior Centered Design (BCD) ini adalah pendekatan baru yang seperti namanya,
berpusat pada perilaku. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan yang sudah ada. Dalam
pendekatan ini terdapat proses yang lengkap untuk perubahan perilaku, yang ditujukan
pada individu dan masyarakat. Hal ini memberikan model perilaku yang koheren berasal
dari teori penguatan belajar, pengembangan taksonomi dasar kebutuhan berbasis di biologi
evolusi, menunjukkan bagaimana gangguan 'pengaturan perilaku' (konsep kunci yang
berasal dari psikologi ekologi) menjadi kunci dalam masalah ini, dan menentukan langkah
yang terlibat dalam pemrograman untuk perubahan perilaku. Jadi, selain menyediakan
sarana mengidentifikasi faktor yang dapat mengubah perilaku, juga menyediakan sebuah
proses desain, dengan langkah-langkah dan alat-alat untuk digunakan untuk menciptakan,
melaksanakan dan mengevaluasi program perubahan perilaku.
B. Apa itu BCD?
Salah satu diagram akan digunakan untuk menggambarkan seluruh pendekatan
(lihat Gambar 1). BCD Model Proses. Di tengah diagram adalah rantai peristiwa yang harus
terjadi untuk mengubah perilaku. Singkat kata, intervensi harus dapat mengubah sesuatu
dalam lingkungan, yang harus mengubah sesuatu di otak dan/atau badan dari individu
target, yang kemudian harus berdampak pada perilaku. Hasil akhirnya akan berdampak
pada masyarakat dan dunia. Rantai sebab-akibat ini merupakan pendekatan BCD untuk
mendefinisikan apa yang dikenal sebagai ‘Teori Perubahan'.
7
C. Teori BCD:
Teori Perubahan adalah sebuah pendekatan yang muncul untuk pengembangan
program, pelaksanaan dan analisis. Memahami Teori Perubahan secara eksplisit membantu
seseorang untuk berpikir jernih tentang bagaimana perubahan itu terjadi, untuk merancang
intervensi yang untuk mempengaruhinya dan untuk lebih mengevaluasi bagaimana input
program memberikan hasil dan dampak yang diinginkan. Hal ini mengharuskan
manajer/pimpinan program membuat asumsi eksplisit tentang hubungan sebab-akibat
antara kegiatan program dan perubahan perilaku, tentang operasional/harapan untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut, dan tentang konteks makro-lingkungan di mana program ini
berlangsung . Hal ini memungkinkan para pemangku kepentingan program untuk mencapai
hasil dari program ini ketika program dan konteks telah dilaksanakan (kemampuan yang
berguna di era ‘bukti berbasis kebijakan’). Sebuah Teori Perubahan dapat digunakan dalam
beberapa cara: sebagai gambaran proses yang membuat hubungan kausal yang jelas antara
input dan output program, sebagai alat perencanaan strategis untuk mengarahkan suatu
tindakan, dan sebagai alat konseptual atau berpikir untuk belajar dari pengalaman. Sebuah
pandangan tertentu tentang bagaimana Teori Perubahan harus diatur sebagai bagian dari
pendekatan BCD.
Akan tetapi pertanyaan kuncinya tetap ada, yaitu bagaimana merancang intervensi
untuk memperoleh perilaku dan dampak yang diinginkan. Dan kemudian, bagaimana untuk
8
mengetahui apakah hal ini telah berhasil dilakukan. Di bawah ini adalah langkah-langkah
BCD yang kami sebut langkah ABCDE, sebagai berikut:
A: Assess (Menilai) - di sini perancang program bisa memulai dengan mengumpulkan apa
yang diketahui tentang perilaku sasaran, target, konteks dan parameter intervensi. Sebuah
pernyataan dapat menetapkan apa yang telah diketahui tentang bagaimana perubahan bisa
dicapai dan menetapkan hipotesis tentang mekanisme perubahan untuk eksplorasi lebih
lanjut.
B: Bolster (Memperkuat) - melaksanakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan
sampel dari target audiens untuk mengetahui hal-hal yang tidak diketahui dan
mengeksplorasi hipotesis tentang hal-hal yang mendorong perubahan. Tidak seperti
penelitian formatif yang biasanya melibatkan wawancara dengan tokoh kunci dan kelompok
fokus, BCD menggunakan berbagai metode inovatif seperti pemetaan motivasi, atribut
produk peringkat, scripting dan video yang secara etnografis dapat cepat memahami
sasaran. Wawasan dari penelitian formatif ini kemudian diterapkan dalam Teori Perubahan
dan dilanjutkan untuk tahap berikutnya.
C: Create (Buat) - melibatkan suatu tim kreatif untuk mendesain intervensi dan mengujinya
pada skala kecil. Kreativitas sulit untuk disusun menjadi suatu proses yang sederhana tetapi
harus dibuat menarik dan memotivasi. Hasil dari proses kreatif ini diharapkan dapat
memberikan efek maksimum pada perilaku sasaran.
D: Deliver (Penyampaian) – intervensi ini kemudian diimplementasikan melalui serangkaian
kegiatan yang direncanakan yang mungkin melibatkan kontak langsung dan tidak langsung
melalui berbagai saluran seperti melalui pekerja komunitas, acara, massa dan/atau media
digital yang sesuai dengan target dan dampak yang dimaksud. Proses ini dipantau untuk
memastikan bahwa proses pembelajaran terjadi dari pengalaman ini.
E: Evaluation (Evaluasi) – idealnya harus ada uji coba lapangan dalam suatu skala yang bisa
menilai apakah proses yang diharapkan telah terjadi. Dari evaluasi yang telah dilakukan akan
didapatkan titik awal untuk siklus baru pembelajaran dengan proses BCD lagi untuk
mengembangkan program baru.
Pendekatan BCD yang unik mampu mengakomodasi semua faktor mulai dari
psikologis sampai makro-sosiologis dalam satu kerangka konseptual yang koheren dari teori
perilaku. Pendekatan lain cenderung mementingkan hanya sebagian dari rantai perubahan
9
perilaku. Psikokolgi kesehatan dan model ekonomi perilaku, misalnya, biasanya berfokus
pada psikologi individu, sementara model Ekologi Sosial adalah dari kelompok social makro
ke kelompok social mikro dan tidak eksplisit tentang mekanisme perubahan perilaku. BCD
menetapkan dengan jelas rantai peristiwa yang harus terjadi untuk menghasilkan
perubahan perilaku, dan menyediakan alat berbasis teori untuk membantu kesuksesan
program ini.
Apa yang membuat BCD memiliki kesatuan konseptual adalah fokusnya pada
pembelajaran, yang merupakan cara di mana semua perubahan dapat terjadi, baik di tingkat
perorangan, organisasi atau program. Bahkan BCD juga memiliki hirarki model
pembelajaran:
1. Pembelajaran tingkat individual: BCD Model Perubahan Perilaku adalah model
penguatan pembelajaran yang ditanamkan dalam pengaturan perilaku.
2. Pembelajaran tingkat organisasi: BCD Model ‘Teori Perubahan’ yang terdapat dalam
Model Proses Perubahan Perilaku adalah tentang bagaimana individu atau organisasi
itu sendiri belajar dari suatu paparan intervensi.
3. Pembelajaran tingkat Program: langkah-langkah ABCDE dalam Model Proses Program
BCD menggambarkan pelaksanaan program sebagai serangkaian proses yang
menghasilkan pembelajaran dari pengalaman mengembangkan dan melaksanakan
program itu sendiri.
b. Kenyataan bahwa model-model itu telah tercakup dalam BCD menunjukkan bahwa
model-model ini konsisten satu dengan yang lainnya dan memiliki dasar teori yang jelas.
Proses BCD disajikan dengan system linier dan sederhana. Akan tetapi, tiap langkah
harus diulang-ulang. Penilaian bisa dilakukan setelah menentukan perilaku target, tetapi
kemudian bisa dirumuskan lagi berdasarkan masukan yang diberikan.
Penelitian formatif selama pelaksanaan langkah penguatan akan selalu dimulai
dengan satu set pertanyaan daqn diakhiri dengan set pertanyaan yang lain, dan dapat
mencakup eksperimen berbasis lapangan yang menguji hipotesis awal tentang bentuk
dan/atau isi dari intervensi akhir, untuk mengurangi jumlah pilihan sebelum diserahkan ke
tim pembuatan/penciptaan.
Langkah pembuatan adalah sebuah proses yang dapat melibatkan banyak penemuan
ide, ditambah uji lapangan yang cepat, skala kecil, dan perbaikan sebelum roll-out
10
intervensi. Langkah penyampaian juga bisa berulang dalam beberapa kasus, jika cara
pemantauan pelaksanaannya menyimpang dari rencana, kegagalan operasional ini dapat
diperbaiki, atau jika beberapa unsur perubahan psikologis yang diharapkan tidak terjadi
(kegagalan perilaku teori perubahan), maka proses ini akan bisa diatur ulang. Tim Evaluasi
dapat kembali ke lapangan untuk mencoba mempelajari apa yang salah, untuk mengisolasi
jalur kausal tertentu, dan mempertimbangkan kembali hasil program. Sejauh mana
pengujian berulang dan perbaikan berlangsung di setiap langkah adalah fungsi dari waktu,
pembiayaan, dan kemampuan teknis yang tersedia untuk program ini. Aturan dasarnya
adalah bahwa selalu lebih mudah untuk menguji lebih awal dan lebih sering daripada
mengambil risiko melakukannya lagi pada skala yang tidak efektif seperti yang seharusnya.
Prinsip dasar dari BCD adalah: mengacaukan pengaturan untuk memaksa revaluasi
dan menyebabkan transformasi perilaku. Prinsip ini mencerminkan logika Teori Perubahan
pada BCD, yang menunjukkan bahwa intervensi dapat memodifikasi lingkungan dengan
cara-cara yang mempengaruhi proses psikologis dalam otak prediksi sehingga tindakan baru
bisa ditentukan. Teori Perubahan adalah pusat dari seluruh proses BCD, dan menjelaskan
bagaimana gangguan ini diharapkan muncul. Langkah-langkah penilaian dan penguatan
(melalui penelitian formatif) mengidentifikasi sebuah program Teori Perubahan, Langkah
pembuatan menghasilkan bahan dan strategi penyampaian akan memberikan output yang
diinginkan dan dampaknya, dan langkah Evaluasi mendokumentasikan apakah Teori
Perubahan (dan mekanisme hipotesis nya) adalah deskripsi yang benar tentang apa yang
terjadi selama pelaksanaan.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa proses Program BCD sendiri bisa dinyatakan
sebagai proses penguatan pembelajaran, meliputi:
1. Menilai = identifikasi masalah dari beberapa stimulus
2. Penguatan = interpretasi dan kontekstualisasi masalah / stimulus
3. Pembuatan = pengembangan respon potensial
4. Pelaksanaan = aktivitas perilaku/respon (interaksi unsur-lingkungan)
5. Evaluasi = belajar dari umpan balik sekitar
Oleh karena itu alasan lain untuk percaya bahwa langkah-langkah dalam proses BCD adalah
penting adalah bahwa mereka menggambarkan proses pembelajaran organisasi yang mirip
dengan penguatan pembelajaran yang terjadi pada tingkat individu.
11
Proses BCD memungkinkan hal ini terjadi, seperti yang dijelaskan secara eksplisit
dalam pembelajaran berdasarkan proses. Selanjutnya, proses belajar ini harus berlangsung
secara kumulatif, karena organisasi yang melaksanakan pengembangan program ini harus
dapat mengambil pelajaran dari setiap pengulangan proses BCD ke dalam pengembangan
program selanjutnya. Hanya dengan cara ini kita bisa mendapatkan yang lebih baik untuk
mencapai dampak yang diinginkan secara sosial melalui program perubahan perilaku –
apakah itu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mengubah kebijakan, membentuk
perusahaan untuk menjual produk baru, atau membantu diri sendiri untuk meningkatkan
perilaku sendiri.
12
BAB IV TEKNIK PENYULUHAN DENGAN METODE EMO-DEMO
A. Pengertian
EMO-DEMO adalah sebuah panduan kegiatan yang sangat partisipatif yang
bertujuan untuk menyampaikan pesan sederhana dengan cara yang menyenangkan dan
atau menyentuh emosi , sehingga membuatnya mudah diingat dan berdampak
dibandingkan dengan strategi perubahan perilaku tradisional lainnya.
B. Materi penyuluhan dengan metode Emo-Demo
Materi penyuluhan dengan Emo-Demo terdiri dari 11 modul, yaitu :
1. Asi saja cukup
2. Ati ayam, telur dan ikan (ATIKA) sumber zat besi
3. Cemilan sembarangan
4. Membayangkan Masa Depan
5. Menyusun balok
6. Jadwal makan bayi dan anak
7. Siap bepergian
8. Ditarik kesegala arah
9. Porsi Makan bayi dan anak
10. Ikatan ibu dan anak
11. Harapan ibu
C. Mengenal Modul Permainan Emo – Demo
Modul permainan Emo-Demo terdiri dari 2 (dua) halaman.
Halaman 1 meliputi :
1. LOGO, Judul Emo Demo dan Nomor Emo Demo
2. Tujuan Permainan:
Tujuan Emo Demo yang ingin dicapai setelah permainan dilakukan.
3. Target Peserta, meliputi :
- Ibu Hamil
- Ibu Baduta
- Ibu Hamil dan Ibu Baduta
13
4. Waktu:
Perkiraan waktu yang diperlukan untuk setiap Emo-Demo.
5. Pesan Kunci:
Pesan apa yang akan disampaikan.
6. Peralatan:
Seluruh alat yang dibutuhkan untuk Emo-Demo.
7. Salam Pembuka:
Salam dan Yelyel sebelum Emo-Demo dilakukan
Halaman 2 meliputi :
1. Langkah:
Tahapan dalam melakukan emo demo dengan contoh dialog dan diskusi.
2. Kesimpulan:
Kembali pada perilaku kunci yang dipromosikan yang selalu dilakukan di akhir
permainan.
D. Teknik Penyuluhan (Permainan) Emo-Demo
1. ASI SAJA CUKUP
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar bahwa sampai usia 6 bulan, ukuran perut bayi sangat kecil dan
cukup hanya minum ASI.
Ibu belajar bahwa ASI yang keluar akan sesuai dengan kebutuhan anaknya.
Semakin banyak dihisap, produksi ASI akan semakin banyak.
B. PESAN KUNCI
Perut bayi sangat kecil, tidak dapat memuat banyak.
ASI saja cukup untuk bayi 0-6 bulan.
Semakin banyak dihisap, ASI semakin banyak keluar.
C. TARGET PESERTA
Ibu Baduta dan Ibu Hamil
D. WAKTU
15 menit
14
E. ALAT DAN BAHAN
1. Gelas
2. 4 Gelas ukur
3. 2 Gelas plastik air
4. Manik
5. Kelereng
6. Kemiri
7. Bola bekel
8. Kluwek
9. Bola pingpong
10.Telur mainan
11.Bola tenis
12.Susu
13.Minyak
14.Kartu perut bayi
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah – langkahnya :
1. Salam pembuka
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat!
Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
2. Hal yang harus dilakukan sebelum peserta datang:
Isi 4 gelas ukur susu sesuai dengan volumenya (lihat kartu perut bayi).
Sembunyikan gelas ini terlebih dahulu.
3. Tampilkan 8 benda secara berurutan :
a. Manik
b. Kemiri
15
c. Kelereng
d. Bola bekel
e. Kluwek
f. Bola pingpong
g. Telur mainan
h. Bola tenis
Minta ibu menebak ukuran perut bayi. Gunakan kartu perut bayi sebagai
alat bantu (halaman dengan logo).
Contoh:
“Menurut Ibu, berapa besar perut bayi yang baru lahir pada hari pertama?
3 hari? 1 minggu? 1 bulan? Berapa ukurannya?”
4. Tanyakan ibu (peserta) yang lain untuk memastikan seluruh ibu (peserta)
berpartisipasi.
Contoh:
“Apakah ibu (peserta) setuju? Bagaimana yang lain?”
5. Jelaskan jawaban yang benar dengan membuka kartu perut bayi. Kemudian
letakkan gelas ukur yang telah diisi susu di samping benda yang benar.
Contoh:
“Bagaimana menurut Ibu (peserta)? Apakah perut bayi lebih kecil atau lebih
besar dari yang Ibu (peserta) pikiran?”
6. Diskusikan permainan.
Contoh:
“Setelah kita bermain tadi, apa yang Ibu (peserta) pikirkan?
Apakah Ibu (peserta) terkejut? Bagaimana menurut Ibu (peserta) yang lain?”
“Apakah Ibu (peserta) pikir ASI ibu cukup? Saat bayi menangis, apakah selalu
karena lapar? Apakah ada alasan lain?”
7. Diskusikan permainan.
Contoh:
“Jika kita lihat gelas Ibu Sri dan Ibu Rumpi, bayi siapa yang lebih banyak
minum ASI? Ibu siapa yang produksi ASInya lebih banyak?”
16
8. Gunakan kembali susu cair diatas dan siapkan:
1 gelas ukur berisi 150 ml susu cair
1 gelas ukur berisi 80 ml susu cair
1 gelas ukur berisi 70 ml minyak
Ambil 2 gelas kosong yang diibaratkan sebagai perut bayi dari Ibu Sri (atau
nama lain) dan Ibu Rumpi.
Contoh:
“Ibu Sri dan Ibu Rumpi memiliki anak yang berumur 1 bulan.
Disini ada 2 gelas kosong yang kita ibaratkan sebagai perut bayi Ibu Sri dan
Ibu Rumpi. Ibu Sri memberikan ASI saja pada bayinya, sedangkan Ibu Rumpi
memberikan ASI ditambah susu formula. Kita ibaratkan susu ini sebagai ASI
dan minyak sebagai susu formula.”
9. Tunjukkan gelas Ibu Sri yang akan diisi susu cair pada saat cerita mengenai
pemberian ASI.
Contoh:
“Saat anaknya menangis, Ibu Sri menyusui anaknya (tuangkan susu
secukupnya- sambil mengibaratkan bayimenghisap ASI).”
“3 jam kemudian, Ibu Sri kembali menyusui anaknya (tuangkan susu- bayi
menghisap ASI) – ulangi hingga susu dalam gelas ukur habis (5 x
penuangan).”
10. Tunjukkan gelas Ibu Rumpi, dan tuangkan susu cair sembari bercerita
mengenai pemberian ASI dan tuangkan minyak pada saat Ibu Rumpi
memberikan susu formula.
Contoh:
“Pagi hari, Ibu Rumpi menyusui anaknya (tuangkan susu secukupnya - bayi
menghisap ASI). Pada siang hari, Ibu Rumpi memberikan susu formula
(tuangkan minyak - ulangi bergantian hingga susu dan minyak habis).”
11. Tunjukkan gelas Ibu Sri dan Ibu Rumpi. Kedua gelas berisi sekitar 150 ml.
Tunjukkan bahwa produksi ASI Ibu Sri lebih banyak dari Ibu Rumpi. Gelas Ibu
Sri menunjukkan susu cair yang diibaratkan ASI sebanyak 150 ml. Sedangkan
17
pada gelas Ibu Rumpi terdapat minyak yang diibaratkan susu formula
sebanyak 70 ml.
Contoh:
“Berapa ASI yang diproduksi Ibu Sri?”
“Berapa ASI yang diproduksi Ibu Rumpi?”
12. Diskusikan permainan.
Contoh:
“Jika kita lihat gelas Ibu Sri dan Ibu Rumpi, bayi siapa yang lebih banyak
minum ASI? Ibu siapa yang produksi ASInya lebih banyak?”
G. KESIMPULAN
1. Perut bayi 0-6 bulan masih sangat kecil dan cukup berikan ASI saja.
2. Semakin banyak ASI dihisap, produksi ASI Ibu juga semakin banyak.
2. ATI AYAM, TELUR DAN IKAN (ATIKA) SUMBER ZAT BESI
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar bahwa ati ayam, telur dan ikan banyak mengandung zat besi yang
diperlukan selama kehamilan.
B. PESAN KUNCI
Makan 1 porsi ati ayam, telur atau ikan BERGANTIAN setiap hari dalam masa
kehamilan.
C. TARGET PESERTA
Ibu Hamil
D. WAKTU
20 Menit
E. PERALATAN
a. 2,5 kg beras
b. 1 gelas & Kartu ATIKA
c. 1 baskom transparan
d. Kartu Kerupuk
18
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah – langkahnya
1. Salam Pembuka
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi
Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
2. Berikan pertanyaan terbuka mengenai kondisi ibu hamil pada awal kehamilan
pada semua peserta.
Contoh:
“Ketika mulai hamil, Ibu sering merasakan apa saja?
Bagaimana dengan pusing, cape dan lelah?
Kira-kira apa penyebabnya?”
3. Jelaskan mengenai zat besi sebagai zat yang penting di dalam darah.
Contoh:
“Pusing dan lelah ini sering disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam darah
yang biasa disebut kurang darah atau anemia. Siapa yang tahu makanan apa
saja yang banyak mengandung zat besi? Apa lagi? Bagaimana dengan ati
ayam, telur dan ikan? Mari kita lihat jawabannya.”
4. Teknis Permainan.
a. Siapkan kartu ATIKA dan beras.
Ibaratkan beras sebagai nasi yang akan dibandingkan kandungan zat
besinya dengan ATIKA.
Contoh:
“Ibu-Ibu (semua peserta), beras ini diibaratkan nasi yang juga mengandung
zat besi. Mari kita bandingkan zat besi pada ATIKA dengan nasi.”
b. Mulailah permainan dengan membandingkan telur dengan nasi. Tanyakan
pada peserta mengenai jumlah zat besi didalamnya.
19
Contoh:
“Siapa yang tahu, berapa gelas nasi yang dibutuhkan agar sebanding
jumlah zat besinya dengan telur? (Minta satu peserta yang menjawab
untuk maju kedepan). Ayo Ibu, maju untuk menuangkan beras yang kita
ibaratkan nasi ini agar sebanding zat besinya dengan telur.“
c. Tanyakan pada peserta lain apakah jawaban dari ibu tersebut benar dan
jika ada jawaban yang lain.
Contoh:
“Apakah jawaban ini benar Bu? Apakah ada jawaban lain? (Minta ibu yang
memiliki jawaban lain untuk maju dan menambahkan/menguragi beras
pada baskom).
d. Setelah jawaban dari peserta dirasa cukup, tunjukkan jawaban yang benar
dan minta satu orang untuk maju dan menuangkan beras sesuai dengan
jawaban yang benar. Gunakan kartu ATIKA.
Contoh:
“Ibu, ternyata untuk sebanding dengan Telur, dibutuhkan 4 gelas nasi atau
5 ½ ons nasi. Ayo Ibu, siapa yang mau memperbaikinya.
Kalo Salah? Ya Benerin!“
e. Ulangi langkah diatas untuk Ikan dan Ati Ayam.
5. Selanjutnya coba andaikan dengan membandingkannya dengan Kerupuk.
Tunjukkan Kartu Kerupuk.
Contoh:
“Sekarang coba bayangkan kalau seandainya kita bandingkan dengan
kerupuk. Berapa banyak kerupuk agar zat besinya sebanding dengan ATIKA?
(Tunjukkan Kartu Kerupuk).“LANGKAH
G. KESIMPULAN
Selama hamil, apalagi 3 bulan pertama, jangan lupa untuk makan satu porsi ati
ayam, atau telur atau ikan BERGANTIAN setiap hari.
20
3. CEMILAN SEMBARANGAN
A. TUJUAN PERMAINAN
1. Ibu belajar bahwa cemilan tidak sehat mengandung bahan yang tidak bergizi
untuk anak.
2. Ibu belajar untuk tidak memberikan cemilan tidak sehat meskipun anak
menangis.
B. PESAN KUNCI
1. Cemilan yang tidak sehat itu tidak baik bagi anak.
2. Jangan berikan cemilan sembarangan, meskipun anak menangis!
C. TARGET PESERTA
Ibu Baduta
D. WAKTU
15 Menit
E. PERALATAN
1. Golongan A
Gelas Plastik
Sendok Makan
Air Panas
Macam-macam Cemilan Tidak Sehat
2. Golongan B
Kartu OEK
40 Bola Warna-warni
2 Ember Kecil
Kartu Salah-Benerin
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Mempersiapkan peralatan.
2. SALAM PEMBUKA
a. Berikan salam, tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan bahwa
emo-demo ini mengenai pentingnya tidak mengkonsumsi cemilan
sembarangan.
21
b. Ajak semua peserta untuk mengucapkan Salam Rumpi Sehat.
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
3. Letakkan semua peralatan golongan A di atas meja dan mulailah diskusi.
Contoh:
Tanyakan ..“Ibu-Ibu suka ngemil? Apa anak Ibu juga suka makan cemilan ini?
(Tunjukkan cemilan yang ada) Mengapa? Ayo, sekarang kita lihat apa yang ada
di dalam cemilan ini.”
Minta 2 ibu untuk maju dan mencampur berbagai jenis cemilan dengan air
panas sesuai dengan cerita yang akan dibawakan oleh fasilitator.
Contoh:
“Misalkan anak kita makan satu cemilan yang tidak sehat (minta kedua
sukarelawan untuk memasukkan cemilan tersebut ke masing-masing gelas).
Karena anak kita sangat suka cemilan, dia makan lagi cemilan yang tidak sehat
lainnya (minta kedua sukarelawan untuk menambahkan cemilan lainnya ke
dalam gelas – ulangi hingga seluruh cemilan tercampur dalam kedua gelas).”
“Di dalam perut anak, cemilan ini akan tercampur (minta sukarelawan untuk
menambahkan air panas pada ke dua gelas dan mengaduknya). Sekarang kita
tunggu reaksinya sambil bermain.”
Sisihkan kedua gelas yang telah berisi campuran cemilan dan lanjutkan
permainan.
4. Siapkan peralatan golongan B dan mulailah diskusi.
Contoh:
“Nah, sekarang kita akan bermain. Kalo anak nangis biasanya apa yang Ibu
berikan agar anak cepat diam? Apakah Ibu memberikan cemilan, seperti
makanan ringan/jajanan yang dibungkus kecil-kecil? Apakah anak suka dan
berhenti menangis?”
22
5. Teknis permainan:
a. Mintalah 2 sukarelawan maju kedepan dan berdiri sejajar dengan jarak
~1m.
b. Ibaratkan ember sebagai anak dan bola sebagai cemilan. Letakkan kedua
ember kira-kira 1 m di depan sukarelawan, bola diletakkan disamping
sukarelawan.
c. Fasilitator berperan sebagai anak yang sangat menyukai cemilan, dan
sering menangis untuk mendapatkannya.
d. Fasilitator akan berpura2 menangis (fasilitator mengangkat kartu OEK) dan
akan diam setelah mendapatkan cemilan (fasilitator menurunkan kartu
OEK). Ajaklah peserta lain untuk ikut menangis.
e. Minta ibu untuk melemparkan bola (diibaratkan sebagai cemilan) ke
ember (diibaratkan sebagai anak) sebanyak -banyaknya setiap kali anak
menangis hingga anak diam.
Contoh:
“Kita ibaratkan kedua ember ini adalah perut anak dan bola ini adalah
cemilan yang tidak sehat. Nah, ini ada kartu OEK. Saya akan bercerita.
Kalau saya bilang -Anak ibu menangis-, maka saya akan mengangkat Kartu
OEK. Saat Kartu OEK diangkat semua Ibu harus ikut mengatakan OEK, OEK.
Ibu yang didepan silahkan memasukkan bola sebanyak-banyaknya
kedalam ember sampai tanda/kartu OEK diturunkan (anak diam).”
6. Setelah permainan selesai, hitunglah bola dari masing masing sukarelawan.
Libatkan peserta untuk berhitung dan tanyakan siapakah pemenangnya.
Contoh:
“Siapa yang menang? Mari dihitung.”
7. Sekarang kembali pada gelas cemilan yang sudah dicampur tadi. Edarkan gelas
dan minta ibu (peserta) untuk mengamati isi dalam gelas.
Contoh:
“Apa saja yang muncul di dalam cemilan itu? Warnanya? Busanya? Apakah Ibu
tertarik untuk meminumnya? Apakah Ibu mau memberikan ini ke anak?
Mengapa? Menurut Ibu, apakah cemilan ini bergizi untuk anak kita?”
23
8. Kembali ke permainan bola. Berikan gelas cemilan sebagai hadiah bagi
sukarelawan dengan bola yang paling banyak. Ciptakan suasana jijik. Jelaskan
bahwa sesungguhnya sukarelawan dengan jumlah bola paling banyak adalah
yang kalah karena memberikan cemilan lebih banyak.
Contoh:
“Sebagai hadiah, Ibu yang bolanya paling banyak, dapat cemilan ini ya. Apakah
Ibu yang banyak bola benar? Mengapa? Kalo Salah, ya Benerin!”
G. KESIMPULAN
1. Cemilan yang tidak sehat sering terbuat dari bahan yang berbahaya dan tidak
bergizi.
2. Meskipun anak kita menangis, jangan berikan cemilan sembarangan yang
tidak sehat.
3. Berikan hanya cemilan yang sehat seperti buah-buahan, sayuran dan cemilan
yang ibu buat sendiri.
4. MEMBAYANGKAN MASA DEPAN
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar bahwa gizi ibu hamil mempengaruhi masa depan anak.
B. PESAN KUNCI
Apa yang ibu makan pada saat hamil akan mempengaruhi MASA DEPAN anak.
Saat hamil, ibu harus makan makanan bergizi setiap hari, seperti ati ayam, telur
dan ikan.
C. TARGET PESERTA
Ibu Hamil
D. WAKTU
20 Menit
E. PERALATAN
1. 10 Kartu Cita-cita
2. Dadu 6 Sisi
3. Tali 3 Meter
4. Kertas & Pensil
24
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Mempersiapkan peralatan.
2. SALAM PEMBUKA
a. Berikan salam, tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan bahwa
emo-demo ini mengenai pentingnya makanan bergizi pada saat hamil
mempengaruhi masa depan anak.
b. Ajak semua peserta untuk mengucapkan Salam Rumpi Sehat.
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
3. Siapkan Kartu Cita-Cita. Mintalah 3 pasang ibu untuk maju menjadi
sukarelawan. Setiap pasangan diberi waktu untuk berdiskusi impian mereka
untuk anaknya ketika besar nanti (dibantu dengan kartu cita-cita atau
dituliskan pada kertas).
Contoh:
“Ibu-Ibu, ingin anaknya jadi apa kalau besar nanti?
Silahkan berdiskusi dengan pasangannya dan pilih cita-cita yang diinginkan
dari salah satu kartu atau tuliskan pada kertas.”
(Berikan waktu 2 menit untuk berdiskusi dan memilih atau menuliskan cita-
cita. Setelah itu, lanjutkan dengan permainan).
4. Pengantar permainan (tanyakan kepada seluruh peserta).
Contoh:
“Ketika Ibu hamil, apa saja yang harus diperhatikan?
Bagaimana dengan makanan? Sekarang kita akan bermain tentang makanan
ibu selama hamil.”
25
5. Teknis permainan.
a. Siapkan tali dan dadu. Pada dadu terdapat sisi merah (makanan tidak
sehat) dan sisi hijau (makanan sehat, seperti ati, telur dan ikan). Jelaskan
penggunaan alat kepada peserta.
Contoh:
“Ibaratkan tali sebagai jembatan untuk mencapai cita-cita yang sudah
didiskusikan.
Dadu ini adalah makanan ibu. Apa saja yang ada di sisi warna merah
(tunjukkan bagian merah dadu)? Apakah ini sehat? Bagaimana yang hijau
(tunjukkan bagian hijau)? Apa saja yang ada di bagian hijau? Sehat atau
tidak?”
b. Setiap pasang ibu berdiri berhadapan sejauh 2-3 meter dan masing-masing
memegang ujung tali. Salah satu ibu memperlihatkan Kartu Cita-Cita yang
telah dipilih/dituliskan. Ibu yang lain bertugas melempar dadu.
c. Saat mendapatkan warna hijau, ibu yang melempar dadu dapat maju
mendekati pasangannya 1 atau 1/2 langkah (bila jarak antara ibu terlalu
dekat) sehingga tali semakin pendek. Jika berwarna merah, ibu tidak boleh
melangkah (diam).
Contoh:
“Silahkan capai cita-cita anak Ibu dengan melemparkan dadu bergantian
setiap pasangan. Jika merah, Ibu tidak maju karena ibu makan makanan
yang tidak sehat. Jika hijau, Ibu boleh maju 1 langkah, karena Ibu makan
makanan yang bergizi. Yang paling awal mencapai pasangannya adalah
pemenang.”
d. Minta peserta lainnya untuk bertepuk tangan dan memberikan semangat.
Lanjutkan permainan hingga ada satu pasangan yang menang.
6. Diskusikan permainan.
Contoh:
“Siapa yang menang? Mengapa bisa menang?
Menurut Ibu, apa yang harus dimakan selama hamil supaya cita-cita anak
tercapai?”
26
G. KESIMPULAN
Makanan yang ibu makan pada saat hamil sangat berpengaruh untuk masa depan
anak. Ibu hamil harus makan makanan sehat dan bergizi setiap hari seperti ati
ayam, telur dan ikan, sayuran hijau dan buah-buahan.
5. MENYUSUN BALOK
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu hamil dan ibu baduta belajar mengenai perilaku yang mendukung
pertumbuhan anak.
B. PESAN KUNCI
Perilaku makan ibu hamil dan perilaku pemberian makan pada anak sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. TARGET PESERTA
Ibu Hamil dan Ibu Baduta
D. WAKTU
20 Menit
E. PERALATAN
1. 2 Set Permainan Balok
2. 2 Set Kartu Perilaku (Kartu Faktor)
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Mempersiapkan peralatan.
2. Salam pembuka
a. Berikan salam, tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan bahwa
emo-demo ini mengenai Perilaku makan ibu hamil dan perilaku pemberian
makan pada anak sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
b. Ajak semua peserta untuk mengucapkan Salam Rumpi Sehat.
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
27
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
3. Tanyakan kepada ibu mengenai pertumbuhan anak (tinggi badan). Gali apa
dampaknya bagi masa depan anak jika dia tinggi/pendek.
Contoh:
“Kalau disuruh memilih, Ibu lebih suka anak yang pendek atau tinggi?
Mengapa lebih suka yang tinggi?
Bagaimana dengan yang pendek? Apakah Ibu tahu, apa yang menyebabkan
anak tinggi dan pendek? (arahkan jawaban pada perilaku pemberian
makan).” Setelah mendengarkan pendapat para ibu, lanjutkan dengan
permainan.
4. Pengantar permainan.
Contoh:
“Sekarang kita akan bermain menyusun balok. Saya minta 2 pasang ibu
menjadi sukarelawan. Setiap pasangan ada yang menjadi pembaca kartu dan
penyusun balok.”
5. Teknis Permainan.
a. Siapkan seluruh peralatan.
b. Jelaskan aturan permainan pada ibu.
Setiap pasang akan mendapatkan 10 kartu yang telah dikocok.
Setiap pasangan secara bergantian akan membuka satu kartu dan
membacakannya.
Jika ibu mendapat kartu dengan angka 0, artinya Ibu tidak boleh
menyusun balok.
Jika terdapat angka +2, artinya Ibu mengambil 2 balok sekaligus untuk
disusun.
c. Mintalah seluruh ibu untuk berkumpul mengelilingi permainan.
28
d. Mulailah permainan dengan menjatuhkan semua balok di tengah
meja/lantai. Kocok kartu, bagi rata dan berikan kepada kedua kelompok
dengan posisi tertutup
e. Pada saat fasilitator memberi aba-aba mulai, kelompok pertama mulai
membacakan kartu perilaku.
f. Permainan berakhir setelah semua kartu selesai dibacakan. Pemenang
adalah kelompok yang paling tinggi susunan baloknya.
6. Penutup permainan
Contoh:
“Ibu-Ibu, kelompok mana yang menang? Yang kalah? Sekarang kita lihat kartu
dari masing-masing kelompok ya.”
7. Diskusikan kartu dari kedua kelompok.
Contoh:
“Jadi menurut Ibu, mengapa menang? Mengapa kalah?”
G. KESIMPULAN
Perilaku makan ibu hamil dan perilaku pemberian makan pada anak sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
6. JADWAL MAKAN BAYI DAN ANAK
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar untuk tidak memberikan cemilan pada bayi/anak 1 jam menjelang
waktu makan, karena bayi/anak akan merasa kenyang duluan.
B. PESAN KUNCI
Jangan berikan cemilan pada anak 1 jam menjelang waktu makan, karena anak
akan merasa kenyang duluan.
C. TARGET PESERTA
Ibu Baduta
D. WAKTU
20 Menit
29
E. PERALATAN
1. Poster Jadwal
2. Pemberian Makan
3. Kartu Gambar(Makanan (15x)
4. Menyusui (24x)
5. Cemilan (15x)
6. Kartu Salah-Benerin
7. Selotip
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Mempersiapkan peralatan.
2. Salam pembuka
a. Berikan salam, tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan bahwa
emo-demo ini mengenai jadwal pemberian makanan pada anak.
b. Ajak semua peserta untuk mengucapkan Salam Rumpi Sehat.
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
3. Siapkan semua peralatan dan tempelkan 3 buah Poster Jadwal Pemberian
Makan pada dinding dengan lokasi yang cukup berjauhan. Mulailah diskusi.
Contoh:
“Apakah ada disini yang terkadang susah memberi makan anaknya? Mari kita
belajar tentang pemberian makan anak melalui permainan.”
4. Teknis permainan.
a. Bagi seluruh peserta menjadi 3 kelompok.
b. Tunjukkan Poster Jadwal Pemberian Makan (dalam 24 jam) dan ketiga
jenis kartu gambar. Minta setiap kelompok berdiri di depan masing-masing
poster.
30
c. Bagikan kartu gambar pada setiap kelompok, masing-masing:
- Kartu makanan 5 buah
- Kartu menyusui 8 buah
- Kartu cemilan 5 buah
d. Minta setiap kelompok mendiskusikan jadwal pemberian ASI, makan dan
cemilan sesuai dengan umur bayi/anak yang disebutkan oleh fasilitator:
- Kelompok 1 untuk bayi berumur 5 bulan,
- Kelompok 2 untuk bayi berumur 1 tahun,
- Kelompok 3 untuk bayi berumur 2 tahun,
e. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan kartu gambar pada jam-jam
yang sesuai, berdasarkan hasil diskusi kelompok.
Contoh:
“Silahkan setiap kelompok berdiskusi selama 10 menit untuk jadwal
pemberian ASI, makan dan cemilan pada bayi dan anak sesuai dengan
umurnya.”
f. Jika sudah selesai, mintalah seluruh peserta untuk berkumpul dan
mendiskusikan hasil dari masing-masing kelompok. Dimulai dengan
kelompok 1, lalu ke kelompok 2 dan kelompok 3.
g. Diskusikan di masing-masing kelompok jadwal makan yang benar.
Utamanya pemberian cemilan yang tidak boleh diberikan 1 jam menjelang
waktu makan pada semua kelompok umur. Perhatikan pula, untuk bayi
dibawah 6 bulan, hanya boleh diberikan ASI saja.
Contoh:
“Apakah jadwal makan ini sudah benar? Apakah jadwal pemberian
cemilannya sudah benar? Mungkinkah bayi/anak susah makan karena
sudah kenyang dengan cemilan?”
“Ibu, kalau bayi/anak banyak jajan/ngemil menjelang waktu makan, maka
dia sudah merasa kenyang sehingga susah untuk makan. Jadi, jangan
berikan cemilan 1 jam menjelang waktu makannya.”
h. Bila ada kelompok yang masih menempatkan kartu cemilan kurang dari 1
jam menjelang waktu makan, mintalah untuk memperbaikinya.
31
Contoh:
“Ibu, apakah masih ada kelompok yang memberikan cemilan kurang dari 1
jam sebelum waktu makan?
Kalo salah, ya benerin!”
G. KESIMPULAN
Jangan berikan cemilan pada bayi dan anak 1 jam menjelang waktu makan,
karena bayi/anak sudah kenyang duluan.
7. SIAP BEPERGIAN
1. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar bahwa memberikan ASI itu praktis dan hemat waktu dibandingkan
dengan memberikan susu formula.
2. PESAN KUNCI
Memberikan ASI itu praktis dan hemat waktu dibandingkan dengan memberikan
susu formula.
3. TARGET PESERTA
Ibu Baduta dan ibu hamil
4. WAKTU
20 Menit
5. PERALATAN
1. Botol Susu Bayi
2. Air Panas Susu Bubuk
3. Popok Bayi
4. Bedak Bayi
5. 2 Pasang Pakaian Bayi
6. Tas Bayi
6. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Mempersiapkan peralatan.
2. Salam pembuka
32
a. Berikan salam, tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan bahwa
emo-demo ini mengenai memberikan ASI itu praktis dan hemat waktu
dibandingkan dengan memberikan susu formula.
b. Ajak semua peserta untuk mengucapkan Salam Rumpi Sehat.
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
3. Siapkan semua peralatan diatas meja dan tunjukkan kepada peserta.
Tanyakan kepada ibu persiapan yang dibutuhkan sebelum bepergian bersama
anaknya.
Contoh:
“Bila Ibu akan bepergian dengan anak, apa saja yang dipersiapkan untuk
anak? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkannya?”
(Bagi peserta ibu hamil yang belum mempunyai anak bisa diminta untuk
membayangkan situasi ini kelak anaknya melahirkan.)
4. Teknis permainan.
a. Mintalah 2 relawan untuk maju kedepan, masing-masing sebagai:
- Ibu Sri (memberikan ASI Eksklusif)
- Ibu Rumpi (memberikan susu formula)
b. Jelaskan bahwa Ibu Sri dan Ibu Rumpi akan berlomba menyiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan sebelum bepergian bersama anaknya.
c. Mintalah 1 relawan lain untuk maju kedepan untuk menghitung waktu
(1,2,3, dst) saat perlombaan dimulai.
d. Mulailah perlombaan dengan instruksi dari fasilitator. Begitu aba-aba
diberikan, relawan akan mulai berhitung.
33
Contoh:
“Kita akan mengadakan perlombaan untuk melihat berapa lama waktu
yang dibutuhkan antara Ibu Sri dan Ibu Rumpi untuk menyiapkan
perlengkapan bayi mereka yang berumur 4 bulan.”
“Sekarang ibu harus menyiapkan tas dengan perlengkapan yang
dibutuhkan. Mari kita mulai!”
(Setelah kata ‘mulai’ relawan mulai berhitung).
e. Mintalah peserta lain bertepuk tangan dan memberikan semangat kepada
kedua ibu tersebut.
Fasilitator mencatat waktu Ibu yang selesai duluan, begitu juga Ibu yang
selesai terakhir.
f. Relawan harus terus berhitung hingga ibu terakhir selesai. Fasilitator juga
mencatat waktunya.
Mintalah semua peserta memberi tepuk tangan untuk kedua ibu yang
telah selesai berlomba.
5. Diskusikan permainan.
Contoh:
“Siapakan yang selesai terlebih dahulu? Ibu yang memberikan ASI atau susu
formula? Berapa lama biasanya waktu yang dibutuhkan keluar dari rumah
dengan bayi atau anak Ibu? Apakah Ibu pernah lupa sesuatu? Bagaimana
dengan ibu yang sibuk?
Apa yang Ibu rasakan tentang hal ini?”
7. KESIMPULANIMPULAN
Memberikan ASI itu praktis dan hemat waktu dibandingkan dengan memberikan
susu formula.
8. DITARIK KE SEGALA ARAH
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar untuk lebih memperhatikan dirinya selama kehamilan dan
memeriksakan diri ke Bidan secara teratur.
34
B. PESAN KUNCI
Ibu hamil harus dapat memikirkan dan meluangkan waktu untuk dirinya serta
memeriksakan diri ke Bidan secara teratur.
C. TARGET PESERTA
Ibu hamil
D. W AKTU
20 Menit
E. PERALATAN
1. Kartu Indeks
2. Gunting
3. Kertas Kosong dengan Lubang pada Ujungnya
4. Pensil / Balpoint
5. 1 rol tali rafia
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Mempersiapkan peralatan
2. Salam pembuka
a. Berikan salam, tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan bahwa
emo-demo ini mengenai untuk lebih memperhatikan dirinya selama
kehamilan dan memeriksakan diri ke Bidan secara teratur.
b. Ajak semua peserta untuk mengucapkan Salam Rumpi Sehat.
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi
Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang! Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
3. Siapkan seluruh peralatan dan tanyakan kepada ibu mengenai kondisi
mereka. Contoh: “Bagaimana kondisi Ibu hari ini? Apakah ada permasalah
35
yang dihadapi? Hari ini kita akan bermain dan berdiskusi tentang
permasalahan ibu hamil.”
4. Teknis permainan.
a. Mintalah satu relawan untuk berperan sebagai Ibu Sri.
b. Mintalah seluruh ibu duduk membentuk 1 lingkaran besar dan relawan
duduk di tengah lingkaran. Jarak antara Ibu Sri dan ibu lainnya minimal
1 m.
c. Fasilitator kemudian bercerita mengenai kondisi Ibu Sri yang diperankan
oleh relawan.
Contoh: “Ibu Sri yang sedang hamil 5 bulan tinggal di Malang/Sidoarjo. Ia
terlihat kurang bersemangat. kira-kira apa yang menyebabkannya?
Apakah karena Ibu Sri sakit, atau karena masalah lain? Apa saja yang
dihadapi Ibu Sri? Bagaimana dengan anaknya yang lain, suami dan
keluarganya? Bagaimana dengan pekerjaannya?”
d. Mintalah peserta untuk menuliskan permasalahan apa saja yang
kemungkinan dihadapi Ibu Sri pada kertas. Berikan waktu 5 menit. Jika
ibu kesulitan menuliskan permasalahan, gunakan kartu indeks sebagai
alat bantu (fasilitator sebaiknya berkeliling).
e. Setelah selesai, mintalah satu persatu ibu membacakan permasalahan
yang dihadapi oleh Ibu Sri.
f. Setiap selesai dibacakan, fasilitator membantu mengikat kertas tersebut
dengan tali yang ujungnya diikatkan pada tangan kiri atau kanan Ibu Sri
sedangkan kertas tetap dipegang oleh ibu.
g. Setelah semua kertas terikat, mintalah semua ibu untuk menarik talinya
hingga tegang. Contoh: “Silahkan masing-masing Ibu menarik talinya. Ini
mengandaikan bahwa setiap permasalahan akan menarik Ibu Sri ke segala
arah.”
h. Kemudian tunjukkan bahwa terkadang permasalahan tersebut semakin
besar dan kuat tarikannya. Mintalah semua ibu untuk menarik lebih kuat
sehingga tangan Ibu Sri ikut tertarik.
36
Contoh: “Semakin besar permasalahan yang dihadapi Ibu Sri, semakin
kuat Ibu Sri tertarik ke segala arah.”
i. Mintalah relawan untuk kembali duduk dalam lingkaran.
3. Diskusikan permainan.
Contoh: “Tanpa disadari, banyak sekali kondisi, permasalah, kekhawatiran,
emosi yang harus dihadapai ibu hamil. Sedangkan pada saat istimewa ini,
terdapat janin yang sedang berkembang dalam kandungan.” “Bagaimana
dengan Ibu masing-masing? Apakah hal-hal tersebut juga dialami? Apa
menurut Ibu hal ini baik untuk kesehatan Ibu? Bagaimana dengan kesehatan
bayi dalam kandungan? Apa yang bisa Ibu lakukan untuk diri Ibu sendiri? Apa
yang harus dilakukan jika kita mulai merasa tidak sehat?”
G. KESIMPULAN
Ibu hamil harus dapat memikirkan dan meluangkan waktu untuk dirinya selama
kehamilan serta memeriksakan diri ke Bidan secara teratur.
9. PORSI MAKAN BAYI DAN ANAK
A. TUJUAN PERMAINAN
- Ibu belajar bahwa anak berbeda dengan orang dewasa, mereka membutuhkan
makanan yang beragam dan bergizi tinggi untuk tumbuh kembangnya.
- Ibu belajar bahwa makanan anak jangan hanya bubur nasinya yang dibanyakin.
B. PESAN KUNCI
- Anak berbeda dengan orang dewasa, mereka membutuhkan makanan yang
beragam dan bergizi tinggi untuk tumbuh kembangnya.
- Makanan anak jangan hanya bubur nasinya yang dibanyakin.
C. TARGET PESERTA
Ibu Baduta
D. WAKTU
20 Menit
E. PERALATAN
1. 10 Permainan Piring Anak
2. Kartu Piring
37
3. Kartu Salah-Benerin
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. SALAM PEMBUKA
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA!
ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang!
Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
2. Siapkan seluruh peralatan dan mulailah diskusi. Contoh: “Sebelum datang ke
acara ini, apakah anak Ibu sudah diberi makan? Apa saja yang Ibu berikan?
Hari ini, kita akan belajar cara memberi makan anak.”
3. Teknis permainan.
a. Mintalah peserta untuk saling berpasangan. Berikan 1 piring mainan untuk
tiap pasang ibu.
b. Jelaskan dan contohkan cara penyusunan piring mainan yang terdiri dari 3
warna:
- putih diibaratkan nasi
- merah diibaratkan lauk (hewani/nabati: daging, ayam, ikan)
- hijau diibaratkan sayur dan buah
c. Setiap pasang ibu diminta menyusun piring mainan sesuai dengan porsi
makanan yang biasa diberikan kepada anak sehingga terlihat warna putih,
merah dan hijau. Beri waktu 5 menit untuk berdiskusi.
Contoh: “Cara permainannya adalah warna-warna ini bisa diputar untuk
menggambarkan banyaknya masing-masing jenis makanan dalam piring
yang dimakan anak kita. Sekarang Ibu silahkan menyusun piring mainan
seperti porsi yang biasa Ibu berikan pada anak.”
38
d. Setelah peserta selesai menyusun piringnya, mintalah 2 pasang ibu untuk
maju kedepan dan menjelaskan piringnya (beri tepuk tangan untuk
setiap pasang ibu yang menjelaskan piringnya).
Contoh: “Siapa yang mau menjelaskan piring anaknya? Mengapa disusun
seperti itu?”
4. Diskusikan permainan.
Contoh: “Jenis makanan apa saja yang harus terdapat di piring yang benar?
Bagaimana dengan porsi masing-masing jenis makanan (nasi, lauk dan
sayur/buah)? Bagaimana menurut Ibu piring anak yang benar? Mari kita lihat
jawabannya!”
5. Mintalah 2 sukarelawan untuk maju kedepan. Satu berperan sebagai Ibu
Rumpi dan lainnya sebagai Ibu Sri. Gunakan Kartu Piring, dan minta Ibu Rumpi
menunjukkan gambar yang SALAH, dan Ibu Sri akan menunjukkan gambar
yang BENAR.
Contoh: “Silahkan Ibu Rumpi memperlihatkan piring anaknya. Menurut Ibu,
benar atau salah?” “Sekarang kita lihat piring anak Ibu Sri. Benar atau salah?”
“Apa perbedaan antara piring Ibu Rumpi dengan piring Sri?”
6. Penutup permainan. Setelah mendengar jawaban ibu-ibu, fasilitator
menegaskan tentang piring anak yang benar dengan menggunakan Kartu
Salah-Benerin.
Contoh: “Jadi setelah kita melihat piring nasi anak Ibu Rumpi dan piring nasi
anak Ibu Sri tadi, makanan apa yang seharusnya ada pada piring anak? Porsi
nasi, lauk, dan sayur/buah harus seperti apa? Apakah porsi makan anak Ibu
sudah sesuai? Kalo Salah, ya Benerin! (sambil menunjukkan Kartu Salah-
Benerin)”
G. KESIMPULAN
- Anak berbeda dengan orang dewasa, mereka membutuhkan makanan yang
beragam dan bergizi tinggi untuk tumbuh kembangnya.
- Makanan anak jangan hanya bubur nasinya yang dibanyakin.
39
10. IKATAN IBU DAN ANAK
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar bahwa menyusui memberikan waktu yang nyaman untuk menciptakan
ikatan ibu dan anak.
B. PESAN KUNCI
Menyusui memberikan waktu yang nyaman untuk menciptakan ikatan ibu dan
anak.
C. TARGET PESERTA
Ibu Baduta dan Ibu Hamil
D. W AKTU
15 Menit
E. PERALATAN
1. Kartu Salah Benerin
2. 2 Botol Air Kosong (dapat digantikan benda apapun sebagai media perantara,
seperti gelas, pena, sedotan, dan lain-lain.)
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Salam pembuka
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA!
ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang!
Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
2. Siapkan peralatan dan tanyakan kondisi dan perasaan Ibu hari ini. Contoh:
“Bagaimana kondisi dan perasaan Ibu? Hari ini kita akan bermain tentang
ikatan ibu dan anak.”
3. Teknis permainan.
40
a. Mintalah ibu untuk berpasangan. Berikan benda yang ada kepada setiap
pasangan.
b. Mintalah ibu pertama memperkenalkan diri (tempat tinggal, jumlah dan
umur anak, umur kehamilan) dengan berjabat tangan tetapi menggunakan
benda sebagai perantara.
c. Tanyakan perasaan kedua ibu.
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu berjabat tangan dengan menggunakan
benda?”
d. Kemudian minta ibu kedua memperkenalkan diri sama seperti yang
pertama, tetapi berjabat tangan tanpa menggunakan benda perantara.
e. Tanyakan perasaan kedua ibu.
Contoh: “Sekarang, bagaimana perasaan Ibu berjabatan tangan
langsung?”
4. Diskusikan permainan. Setelah semua pasangan selesai, lanjutkan dengan
diskusi bersama mengenai perbedaan yang dirasakan Ibu saat
memperkenalkan diri tadi. Kemudian hubungkan dengan perasaan bayi bila
mengalami hal yang sama.
Contoh: “Apakah Ibu merasa nyaman saat berjabat tangan dengan
menggunakan benda perantara? Mengapa? Saat berjabat tangan langung,
apa yang Ibu rasakan?” “Hal yang sama untuk bayi. Menurut Ibu, apa yang
dirasakan oleh bayi bila diberikan susu melalui botol? Mengapa? Bagaimana
dengan bayi yang langsung menyusui (netek)? Apa yang kira-kira mereka
rasakan? Mengapa?”
5. Penutup permainan.
Gunakan Kartu Salah-Benerin.
Contoh: “Jadi menurut Ibu, mana yang terbaik untuk anak kita? Menyusui
atau pakai botol? Kalo Salah, ya Benerin!”
G. KESIMPULAN
Menyusui anak akan menciptakan dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak
karena ada kontak mata dans entuhan fisik yang penting perkembangan bayi.
41
11. HARAPAN IBU
A. TUJUAN PERMAINAN
Ibu belajar mengenai perkembangan janin di dalam kandungan yang dipengaruhi
oleh perilaku ibu saat ini dan makanan yang dikonsumsi.
B. PESAN KUNCI
- Perkembangan bayi di dalam kandungan dipengaruhi oleh perilaku Ibu saat ini
dan makanan yang dikonsumsi.
- Makan 1 porsi telur atau hati ayam atau ikan bergantian setiap hari pada masa
kehamilan.
C. TARGET PESERTA
Ibu Hamil
D. WAKTU
20 Menit
E. PERALATAN
1. Kartu Janin
2. Pensil / Balpoint
3. Kertas Tulis (9 Kartu)
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Salam pembuka
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel gerakan
Rumpi Sehat! Mari kita mulai!
Ikut! Ikut! Ikut Rumpi Sehat!
Ibu Hamil, ya ATIKA! ASI Eksklusif, itu wajib!
Makanan anak, harus seimbang!
Cemilan, harus sehat!
Kalo salah? Ya Benerin!
2. Siapkan peralatan dan tanyakan kepada Ibu umur kehamilannya.
Contoh:
“Berapa usia kehamilan Ibu? Apa ibu tau bagaimana wujud bayi Ibu saat ini?
Apa ibu mau lihat gambarnya?”
42
3. Teknis permainan.
a. Berikan masing-masing ibu satu gambar janin sesuai dengan usia
kehamilannya
b. Jika ada ibu yang usia kehamilannya sama, mintalah ibu-ibu tersebut untuk
bergabung.
c. Minta mereka untuk memperhatikan gambar perkembangan janin.
Kemudian minta Ibu untuk membacakan dengan keras keterangan di balik
gambar secara bergantian.
Contoh:
“Ini adalah kartu perkembangan janin sesuai dengan umur kandungan Ibu.
Silahkan diperhatikan gambarnya setelah itu baca keterangan di bagian
belakangnya.”
4. Diskusikan permainan.
Setelah semua Ibu selesai, diskusikan mengenai perkembangan janinnya.
Contoh:
“Ternyata janin tidak hanya bertambah besar, tapi semua anggota tubuhnya
juga berkembang. Dari yang belum berbentuk, hingga menjadi bayi yang
sempurna.”
“Untuk memastikan janin dalam kandungan kita sehat, apa saja yang harus kita
lakukan? Apakah makanan juga berpengaruh bagi janin Ibu? Makanan apa saja
yang sebaiknya dikonsumsi agar janin berkembang dengan baik?” (Arahkan
pada ATIKA.)
5. Bagikan kertas dan pena untuk masing masing ibu, mintalah mereka untuk
memikirkan dan menuliskan:
- harapan Ibu untuk anaknya
- apa yang dapat mereka lakukan saat ini (janji ibu) agar perkembangan bayi
mereka di dalam kandungan baik.
Berikan waktu 5 menit. Bagi Ibu yang kesulitan untuk menuliskan harapan dan
janjinya, nanti bisa langsung bercerita.
Contoh:
43
”Untuk anak yang akan Ibu lahirkan, apa harapan dan impian Ibu? Untuk
mencapai harapan dan impian Ibu, apa yang bisa Ibu lakukan mulai sekarang?
“Sekarang tuliskan harapan dan janji Ibu kepada anak pada kertas yang
dibagikan.”
6. Tergantung dari jumlah peserta, bila lebih dari 8 orang mintalah minimal 3
relawan untuk membacakan janji dan harapan mereka. Bila peserta kurang dari
8, mintalah masing-masing ibu untuk membacakan janji dan harapan mereka.
Contoh:
“Bila Ibu-Ibu sudah selesai menuliskannya, saya minta beberapa (atau masing-
masing) Ibu untuk membacakan janji dan harapannya. Sekarang setelah Ibu
membacakannya, silahkan suratnya Ibu simpan. Berikan surat itu kepada anak
Ibu saat dia sudah cukup besar dan dapat membaca.”
G. KESIMPULAN
- Perkembangan bayi di dalam kandungan dipengaruhi oleh perilaku Ibu saat ini dan
makanan yang dikonsumsi.
- Makan 1 porsi telur atau hati ayam atau ikan bergantian setiap hari pada masa
kehamilan.
12. CUCI TANGAN
A. TUJUAN PERMAINAN
- Ibu belajar mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun terutama pada 3
momen penting.
- Ibu belajar mengenai 5 langkah cuci tangan pakai sabun yang tepat.
B. PESAN KUNCI
- Cuci tangan pakai sabun terutama pada 3 momen penting
- 5 langkah cuci tangan pakai sabun yang tepat.
C. TARGET PESERTA
Ibu Baduta
D. WAKTU
25 Menit
44
E. PERALATAN
1. Cairan penanda kuman
2. Lampu UV
3. Kartu Peraga A
4. Kartu Peraga B
5. Kartu 3 Momen Penting
6. Kartu 5 langkah cuci tangan
7. Ember
8. Sabun batangan
9. Botol air bersih
10. Piring/benda berwarna
11. Stiker Peringatan
F. PETUNJUK PERMAINAN
Langkah-langkahnya
1. Salam pembuka
Salam Rumpi Sehat! Supaya tambah semangat, yuk kita yel-yel Lagu Rek Ayo
Rek
Rek Ayo Rek…….. Ingat 3 momen penting
Rek Ayo Rek ……. Momen penting cuci tangan
Bu Ayo Bu….. sopo gelem melu aku
Bu Ayo Bu ……. Melu aku cuci tangan
Ayo ingat, sbelum siapkan makanan
Jangan lupa, sebelum menyusui
Jangan lupa, sesudah bersihkan anak
Kita harus ingat karna semua itu penting
2. Siapkan peralatan. Tanyakan kabar untuk mencairkan suasana. Jelaskan
bahwa emo demo ini mengenai cuci tangan.
3. Tanyakan kepa Ibu mengenai kebiasaan cuci tangan sehari-hari. Gunakan
kartu peraga A sebagai alat bantu.
Contoh :
45
“Apakah hari ini ibu sudah mencuci tangan? Kapan terakhir mencuci
tangan? Bagaimana cara mencuci tangannya? Pakai sabun atau tidak?”
4. Mintalah kesediaan 2 orang ibu untuk menjadi sukarelawan di depan dan
mulailah permainan dengan bercerita :
a. mintalah kesediaan 2 orang ibu untuk menjadi sukarelawan di depan dan
minta masing-masing berperan sebagai ibu A dan dan ibu B. Mulailah
bercerita.
Contoh :
“Ibu A baru saja kembali berbelanja di pasar. Ia membeli banyak
belanjaan, sperti sayur bayam, ikan mas, ayam, bumbu dan kebutuhan
lainnya. Mari kita bayangkan, apa saja yang dipegang Ibu A selama
berbelanja ? Ibu A memegang belanjaan, uang dan benda lainnya.”
b. Kemudian jelaskan bahwa setiap kali Ibu A memegang benda yang tidak
bersih, tangannya akan diberi cairan penanda ( semprotkan dan ratakan
cairan pananda kuman secukupnya pada tangan kanan Ibu A).
Informasikan bahwa cairan yang akan disemprotkan tidak berbahaya bagi
kulit. Lanjutkan cerita.
Contoh : “ Ibu A kemudian berjumpa dan bersalaman dengan Ibu B yang
sedang memegang piring menyuapi anaknya di halaman rumah. Setelah
bersalaman dan bertegur sapa, Ibu B memegang piring yang dipakai
bersalaman tadi. “ (minta Ibu A dan Ibu B melakukan hal yang
diinstruksikan dalam cerita).
c. Diskusikan permainan
Contoh :
“ Apakah tangan Ibu A terlihat bersih? Bagaimana dengan tangan Ibu B?
Bagaimana tanggapan Ibu apabila cairan yang disemprotkan di tangan
Ibu A tadi diumpamakan sebagai sekumpulan kuman? Menurut Ibu,
tangan siapa yang yang terkena kuman? Mari kita buktikan.”
46
d. Sinari tangan Ibu A dan Ibu B dengan lampu UV dan tanyakan pendapat
Ibu.
Contoh:
“Apa yang ibu lihat di tangan Ibu A dan B?”
e. Kemudian sinari juga piring dengan lampu UV dan tanyakan pendapat
Ibu.
Contoh:
“ Apa yang Ibu lihat pada piring yang dipegang Ibu B?”
5. Lanjutkan dengan diskusi tentang perlunya cuci tangan pakai sabun.
Contoh:
“Dari cerita tadi, menurut Ibu apakah penting untuk sering cuci tangan?
Apakah cukup cuci tangan hanya menggunakan air? Mengapa penting
menggunakan sabun saat cuci tangan (gunakan Kartu Peraga B sebagai
alat bantu)?”
Jelaskan bahwa kita perlu cuci tangan pakai sabun untuk menghilangkan
kuman dari tangan, dan memastikan kuman tidak berpindah dari tangan
kita dan masuk ke dalam tubuh ibu, anak dan anggota keluarga lainnya.
6. Diskusikan waktu dan langkah cuci tangan pakai sabun.
Contoh:
“Kita sudah tahu dari permainan bahwa cuci tangan pakai sabun perlu
dilakukan setelah memegang benda yang kotor. Menurut ibu, yang memiliki
baduta, kapan kita harus cuci tangan pakai sabun?” (setelah itu perlihatkan
dan jelaskan 3 Kartu Momen Penting Cuci Tangan Pakai Sabun satu per satu)
7. Kemudian lanjutkan dengan demo cuci tangan.
Contoh:
Bagaimana langkah-langkah cuci tangan pakai sabun yang benar? Apa ada
yang tahu? (Setelah itu, perlihatkan dan jelaskan Kartu 5 langkah penting cuci
tangan pakai sabun).
Mintalah satu sukarelawan untuk praktek cuci tangan dengan menggunakan
langkah pakai sabun yang benar.
47
8. Bari 1 atau 2 pertanyaan yang dipilih dari Kartu Kuis.
9. Bagikan 1 set stiker pengingat 3 momen penting untuk ditempel di tempat
yang sering dan mudah terlihat oleh Ibu.
Misalnya: “Stiker sebelum menyiapkan makanan” dapat ditempel di dapur, “Stiker
setelah membersihkan anak di pintu kamar mandi.
G. KESIMPULAN
- Selalu cuci tangan pakai sabun terutama pada 3 momen penting yaitu sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyusui dan sesudah membersihkan sesuatu.
- Lakukan cuci tangan dengan 5 langkah cuci tangan pakai sabun yang baik dan
benar.
Materi pelatihan 1 sampai materi 12 dan alat peraga Emo Demo dapat dilihat pada
lampiran.
48
BAB V MATERI PENUJANG
KOMUNIKASI
A. Pengertian Komunikasi
Selama manusia masih hidup dan saling membutuhkan satu sama lain, selama
itu pula selalu terjadi proses komunikasi. Pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial dan dalam hidupnya selalu memerlukan orang lain. Jadi komunikasi merupakan
suatu kebutuhan bagi kehidupan manusia.
Di zaman dahulu, komunikasi kebanyakan dilakukan secara langsung, yaitu
berhadap-hadapan secara lisan. Dengan ditemukannya tulisan dan simbol-simbol
lainnya untuk berkomunikasi, mulailah komunikasi dilakukan secara tidak langsung,
yaitu melalui tulisan dan simbul lainnya. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai
media antara lain daun lontar, dinding candi, tanah liat/batu yang dipakai dan
sebagainya. Sesudah ditemukannya kertas dan teknologi mencetak, maka terbukalah
kesempatan yang baru bagi manusia untuk berkomunikasi dengan jumlah sasaran
yang jauh lebih banyak. Bahkan dewasa ini masalah jarak dalam proses komunikasi
tidaklah menjadi hambatan. Kejadian-kejadian di berbagai belahan dunia langsung
dapat diketahui dengan menggunakan teknik komunikasi seperti kita dapat melihat
atau mengetahui secara cepat pembukaan Olimpiade di Atlanta, Amerika Serikat
tahun 1996 melalui siaran langsung televisi.
Dengan kemajuan dalam bidang iptek, maka arus komunikasi dewasa ini begitu
banyak tanpa batas. Bahkan media komunikasi begitu canggih seperti penggunaan
internet, dimana setiap orang dapat saja berhubungan satu sama lain tanpa mengenal
waktu, jarak dan lain-lainnya. Dalam abad modern sekarang ini dunia seakan-akan
menciut oleh karena banyak sekali tersedia sarana-sarana untuk saluran komunikasi.
Pengertian komunikasi secara terminologis berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Ini berarti bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh pakar komunikasi dengan rumusan
yang berbeda namun mempunyai maksud yang kurang lebih sama. Di bawah ini akan
dikemukakan beberapa definisi komunikasi, yaitu :
49
1. Menurut Wilbur Schramm
Istilah komunikasi berasal dari kata latin “Communicare” atau “Communis”
yang berarti menjadi milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain,
berarti kita berusaha agar apa yang kita sampaikan kepada orang lain tersebut
juga menjadi miliknya.
2. Menurut Santoso Karo-Karo, 1984 (Dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat /
Health Education)
Komunikasi dapat diartikan sebagai pengirim pesan menyampaikan pesan
secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi
(Communication Channel) kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu
efek.
3. Menurut William Albig
Komunikasi adalah pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang
perlu dipahami bersama atas pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
komunikasi.
4. Oxford Dictionary, 1956
Komunikasi adalah “the sending or exchange of informations, ideas, etc”.
Yaitu pengiriman atau tukar informasi, ide dan sebagainya.
Menganalisis persamaan definisi komunikasi tersebut di atas, maka komunikasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku baik berlangsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.
Menurut Lembaga Administrasi Negara, 1993 dari pengertian tersebut di atas,
terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi harus dipandang sebagai suatu proses. Hal ini berarti bahwa
komunikasi merupakan suatu aliran informasi melalui serangkaian atau urutan
beberapa tahap atau langkah yang bersifat dinamis.
2. Pengiriman informasi, arti dan pengertian sesuai dengan definisi komunikasi yang
memadai adalah “pengiriman informasi, arti dan pengertian”. Pengiriman
informasi itu sendiri sebenarnya bukanlah komunikasi, karena komunikasi
merupakan suatu proses dua arah, jadi bukan satu arah. Informasi tidak hanya
50
dikirim begitu saja, tetapi harus diterima dan dipahami. Bila informasi dikirim oleh
seseorang dan tidak diterima oleh orang lain yang menjadi sasaran komunikasi
atau diterima tetapi tidak ditafsirkan secara tepat, maka terjadilah apa yang
disebut “mis komunikasi”.
3. Mencakup aspek manusia dan bukan manusia. Sesuai dengan definisi komunikasi
yang lengkap, harus mencakup aspek manusia dan bukan manusia. Banyak
perubahan mengenai proses komunikasi membatasi hanya pada interaksi antar
manusia, yang berarti hanya manusia saja yang berperan sebagai pihak pengirim
dan penerima informasi. Padahal dengan perkembangan teknologi yang begitu
pesat dewasa ini, dimungkinkan suatu mesin, misalnya komputer menjadi
pengirim maupun penerima di dalam suatu sistem komunikasi modern.
B. Tujuan Komunikasi
Sesuai dengan definisi komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat
atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Jadi
pengertian pragmatis komunikasi mengandung tujuan tertentu sesuai dengan yang
disimpulkan oleh para pakar komunikasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi, yaitu :
1. Perubahan sikap (Attitude Change)
2. Perubahan perilaku (Behaviour Change)
3. Perubahan pendapat/ pandangan (Opinion Change)
4. Perubahan sosial (Social Change)
Komunikasi yang disampaikan secara komunikatif dapat merubah sikap,
perilaku, pendapat/ pandangan dan kehidupan sosial seseorang. Hal ini dimungkinkan
karena kegiatan komunikasi bukan hanya sekadar membuat orang lain mengerti dan
mengetahui (informatif) akan tetapi juga bermaksud agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, ajakan, perbuatan atau kegiatan (persuasif).
Sebagai contoh perubahan sikap maupun perilaku terjadi pada karyawan suatu
instansi setelah mereka mendapat penataran P-4. Penataran tersebut meningkatkan
kesadaran dan rasa tanggung jawab sehingga hal ini menimbulkan semangat disiplin
maupun gairah kerjanya karena mereka merasakan ikut memiliki (Sence of belonging).
51
C. Pentingnya Komunikasi
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa komunikasi adalah suatu
bidang ilmu yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dari hari ke
hari secara kodrat orang akan terlibat dalam proses komunikasi. Demikian pula
komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam manajemen organisasi.
Tanpa komunikasi maka fakta, gagasan dan pengalaman tidak saling dipertukarkan.
Seorang manajer harus dapat menyalurkan gagasan serta informasi yang dimilinya
kepada orang lain dalam kesatuan kerjanya. Pengetahuan, pikiran dan perasaan dari
manajer yang ditranmisikan akan turut menentukan dan mengkoordinasikan
pemenuhan tugas manajerial.
Manfaat komunikasi dapat menumbuhkan rasa kesatuan antara pekerja serta
dapat meningkatkan saling pengertian dan memupuk semangat korps. Disamping itu
juga menumbuh kembangkan rasa keterlibatan (Sence of involvement) yang pada
gilirannya dapat meningkatkan rasa tanggung jawab, semangat dan gairah kerjanya,
karena merasakan seolah-olah usaha itu milik sendiri.
Seberapa jauh pentingnya komunikasi dapat dilihat dari hasil penelitian
seorang pakar komunikasi yang menyatakan bahwa persentase waktu yang
digunakan dalam proses komunikasi adalah sangat besar, yaitu sekitar 75% sampai
90% dari waktu kerja kita. Waktu yang dipergunakan dalam proses komunikasi
tersebut 5% digunakan untuk menulis, 10% untuk membaca, 35% berbicara, dan
50% untuk mendengarkan (Drs. Gunawan Jiwanto “Komunikasi Dalam
Administrasi”).
Komunikasi dapat pula merubah pendapat atau pandangan seseorang
ataupun masyarakat umum. Sebagai contoh, misalnya baru-baru ini ada sebuah
perusahaan terkenal yang menawarkan gelang “Modial” bioregulator yang
berkhasiat menyembuhkan reumatik, ashma dan sebagainya kalau dipakai. Karena
hampir setiap hari di iklankan melalui televisi secara menarik, maka gelang tersebut
menjadi populer, sehingga banyak yang membeli. Namun pada suatu waktu sebuah
harian terkenal di ibukota telah memuat berita yang menyatakan bahwa
Departemen Kesehatan telah menolak pengajuan pendaftaran gelang “modial”
52
sebagai alat pengobatan, karena belum diuji secara medis. Rupanya setelah ada
berita tersebut berpengaruh terhadap masyarakat untuk membeli gelang tersebut.
Komunikasi dapat membuat perubahan kehidupan sosial seseorang atau
masyarakat. Sebagai contoh, adanya listrik dengan tenaga surya masuk desa, surat
kabar masuk desa, televisi masuk desa, belum lagi pembangunan jalan raya yang
menembus melalui desa-desa, berpengaruh terhadap peri kehidupan mereka. Hal
inilah yang turut memperlancar komunikasi antar kota dan desa yang lambat laun
akan dapat mengadakan perubahan sosial, terutama pada masyarakat pedesaan.
Mengingat setiap hari membaca koran, melihat televisi yang penuh glamour dan
serba jet-set yang akhirnya kebudayaan kota merasuk ke desa. Kita dapat saksikan
masyarakat pedesaan sudah mengenal mode, lipstik dan memiliki barang-barang
seperti televisi, video, kulkas, dan sebagainya.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial sebagai mahkluk sosial
manusia selalu ketergantungan dengan orang lain. Dalam mengatasi ketergantungan
selalu mengadakan proses interaksi dan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh
manusia kadang berjalan efektif dan sering dan sering terjadi miskomunikasi. Apabila
terjadi miskomunikasi atau misunderstanding maak akan muncul permasalahn. Jika
permasalahan komunikasi terjadi di suatu lembaga, maka akan menghambat
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu seorang pimpinan suatu
lembaga harus memahami faktor – faktor yang mempengaruhi proses komunikasi.
Dibawah ini akan diuraikan faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu
1. Persepsi
Persepsi merupakan suatu pandangan pribadi seseorang terhadap suatu
peristiwa atau kejadian, perbedaan persepsi antara individu yang satu dengan
yang lain adalah hal yang manusiawi. Terjadinya perbedaan persepsi dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain latar belakang etni, pendidikan, pengetahuan,
pengalaman dan pengharapan.
Untuk mengatasi perbedaan persepsi maka hal yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah kejelasan pesan. Oleh karena itu seorang komunikator harus
mengetahui latar belakang dari penerima pesan atau komunikan. Misalnya kata
53
“barang” akan dipersepsikan berbeda oleh komunikan dari Bali dan dari Filipina.
Orang Bali mempersepsikan kata barang sebagai suatu tarian, tetapi orang
Filipina mempersepsikannya sebagai pakaian khas orang Filipina.
2. Bahasa
Perbedaan bahasa berkaitan dengan perbedaan persepsi. Agar pesan dapat
dikomunikasikan dengan tepat maka kata – kata atau istilah yang dipergunakan
harus mengandung arti yang sama bagi komunikator dan komunikan. Kata – kata
yang bersayap, kata – kata asing, atau kata – akata istilah khusus tidak semua
orang memahami. Hal ini dapat mengganggu pencapaian tujuan komunikasi.
Untuk mengatasi perbedaan bahasa, istilah teknis atau khusus harus
dijelaskan secara deail. Bahasa yang mudah, biasa digunakan, sederhana adalah
cara agar tujuan komunikasi dapat tercapai. Kata kritis bagi seseorang ilmuan /
akademisi artinya teliti, jeli dan mencermati dengan baik. Bagi seorang ahli gizi
yang berhubungan dengan pasien, kritis mengandung arti gawat, tidak sadar, dan
sakitnya sangat parah. Untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima sesuai
dengan tujuan perlu bertanya kepada komunikan apakah penjelasan sudah
dimengerti. Cara lain bisa dilakukan dengan menjelaskan kembali poin – poin
penting yang telah disampaikan.
3. Kegaduhan
Kegaduhan atau kebisingan dapat mengganggu proses komunikasi
terutama bagi penerima pesan. Apabila kita berkomunikasi dalam suasana yang
bising, maka pesan – pesan sulit ditangkap. Contoh komunikasi ditempat kerja
yang banyak suara mesin, suara lalu lalang kendaraan, dan suara bising yang
mengganggu dapat mempengaruhi komunikasi, bahkan terjadi kesalahpahaman.
Sadar akan masalah kebisingan sebagai penghambat proses komunikasi,
maka sumber bising tersebut harus dihilangkan. Jika penerima pesan terganggu
dalam proses pendengaran, usahakan utnuk dapat memperoleh pehatian,
misalnya dengan cara mengajukan pertanyaan.
4. Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan meliputi faktor usia dalam siklus kehidupan,. Agar
komunikasi berjalan efektif seorang komunikator harus mengetahui tahap
54
perkembangan bahasa pada usia anak – anak, remaja, dewasa dan lansia. Pada
usia anak – anak, belum banyak kosa kata yang diketahui. Pada usia remaja lebih
banyak menggunakan bahasa yang gaul. Perlu disadarioleh seorang komunikator
bahwa setiap tahap perkembangan manusia mempunyai sikap dan perilaku yang
berbeda beda.
5. Emosi
Reaksi emosional yang dapat mempengaruhi proses komunikasi adalah
marah, gembira, cinta, benci, cemburu, takut/malu, dan gelisah. Seorang
komunikator yang baik harus memahami kondisi emosional dari komunikan.
Tidak hanya komunikasi, seorang komunikator harus bisa mengendalikan
emosinya pada saat menyampaikan pesan. Komunikator harus berempati kepada
komunikan.
Pada saat komunikator dan komunikan emosinya tidak stabil maka proses
komunikasi tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari reaksi yang
bersifat bertahan atau defensif, atau sebaliknya bersifat menyerang atau agresif.
Pendekatan terbaik bagi komunikator dan komunikan adalah belajara menerima
emosi sebagai bagian dari proses komunikasi.
6. Latar belakang budaya
Cara seseorang berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh budaya dimana
dia dibesarkan. Masing – masing budaya mempunyai karakteristik
berkomunikasi yang realtif berbeda. Umumnya orang batak dan orang Madura
cara berkomunikasinya agak keras dan memebentak dibanding budaya dari Solo.
Komunikator yang baik harus memahami budaya dari komunikan, jangan
sampai seorang komunikator merasa tersinggung terhadap komunikan yang gaya
dan sikapnya agak anehdari budaya yang mereka anut selama ini.komuikator
akan merasa kesulitan dalam berkomunikasi apabila para komunikan mempunyai
latar belakang budaya yang berbeda – beda.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang akan memperngaruhi dalam proses
komunikasi. Kesulitan terjadi apabila diantara mereka terdapat perbedaan
pengetahuan yang sangat lebar. Dalam proses komunikasi, seorang komunikator
55
harus mengetahui latar belakang pengetahuan, bahasa, dan pengalaman dari
komunikan agar tidak terjadi salah persepsi.
8. Komunikasi yang tidak konsisten
Komunikasi verbal dan non verbal harus dilakukan secara serasi, seiring
dan sejalan. Apabila tidak akan menimbulkan permasalahan. Lembaga
Administrasi Negara 1993, memberikan contoh seorang atasan menanggapi
ucapan “selamat pagi” dari bawahan dengan mengucapkan selamat pagi sebagai
balasan, anamun tanpa mengarahkan pandangannya kebawahan, bahkan
dengan muka cemberut.
Komunikasi non verbal dalam muka cemberut lebih terkesan dari ucapan
yang verbal. Jadi tidak sinkron antara ucapan verbal dengan non verbal. Proses
komunikasi tersebut seolah – olah atasan terkesan kurang perhatian dan acuh
tak acuh.
Komunikasi verbal yang disampaikan dipengaruhi juga oleh komunikasi no
verbal seperti gerakan tubuh, postur tubuh, pakaian, ekspresi wajah, dan gerak
isyarat seperti mata, bibir dan kepala. Umumnya komunikasi lebih merespon
komunikasi non verbal dibanding dengan komunikasi verbal. Cara untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan menghilangkan kepalsuan atau lain
dimulut lain dihati. Jadi komunikasi verbal dan non verbal harus konsisten.
9. Peran
Karakteristik gaya seseorang dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi
oleh peran yang dimainkan. Antara Ahli gizi dan dokter mempunyai peran yang
berbeda dalam menangani pasien. Cara berkomunikasi antara ahli gizi dengan
dokter sanagt berbeda dengan cara berkomunikasi antara ahli gizi dengan
pasien. Gaya komunikasi antara ahli gizi dengan dokter umumnya dalam
hubungan kemitraan atau teamwork. Sedangkan komunikasi antara ahli gizi
dengan pasien dimana ahli gizi sebagai pelayan dengan pasien sebagai yang
dilayani.
10. Ketidak percayaan
Rasa saling percaya antara komunikator dengan komunikan dapat
memperlancar proses komunikasi. Kredibelitas komunikator sangat berpengaruh
56
kualitas pesan. Dalam suatu institusi diaman bawahan memandang atasan tidak
jujur, atau kurang dapat dipercaya dapat menghambat proses komunikasi.
Seorang atasan bersikap supel, akrab dengan bawahan memungkinkan
terjadi proses komunikasi yang efektif. Kredibilitas atasan dianggap tinggi jika
oleh bawahan sebagai orang yang berwawasan luas, akrab dengan sesama,
dapat dipercaya, tulus dan memperhatikan kesejahteraan bawahan.
11. Fungsi indera
Salah satu fungsi indera adalah menangkapa rangsangan atau stimulus.
Agar komunikasi berjalan dengan baik maka indera (khususnya panca indera )
harus berfungsi dengan baik. Contoh apabila indera pendengaran tidak berfungsi
dengan baik maka komunikasi secara verbal sulit dilakukan. Dewasa ini ada
sejenis alat yang dipasang ditelinga untuk dapat meningkatkan fungsi alat
pendengaran.
Indera mata juga sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi.
Penggunaan bahasa tulisan tidak memungkinkan dilaksanakan terutama pada
saat pertemuan khusus seperti seminar, pelatihan dan sebagainya. Oleh karena
itu seorang komunikator dalam penyampaian pesan harus memperhatikan fungsi
indera dari audien atau komunikan.
12. Nilai
Faktor yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi komunikasi
adalah nilai – nilai yang terdapat dalam masyarakat. Nilai – nilai ini
mempengaruhi perilaku pada umumnya. Seorang ahli gizi dalam berkomunikasi,
khusus pada saat melaksanakan penyuluhan dan konsultasi gizi harus
mengetahui nilai – nilai yang dianut oleh sasaran.
Tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan niali antara komunikator
dan komunikan. Seorang komunikator tidak boleh terpengaruh oleh sistem nilai
ynag keliru dari komunikan. Contoh ada bebrapa nilai yang ada dimasyarakat
tentang pantangan makan seperti di Jawa Barat anak kecil tidak boleh makan
ikan karena anak bisa cacingan, dibeberapa daerah di Jawa Timur khusunya
Madura, Ibu hamil tidak boleh makan nanas karena bisa keguguran.
57
13. Lingkungan
Kondisi lingkungan dimana interakasi komunikasi itu berlangsung
sangat berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi, kondisi yang bising, tidak
ada kenyamanan, tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berpengaruh
terhadap komunikator dan komunikan. Komunikasi ber;angsung secara efekif
bila lingkungan fisik, psikis, sosial berada falam suasana yang kondusif.
Proses komunikasi sangat berbeda pada lingkungan institusi
pemerintah, lingkungan RT, di warung makan/kantin dan pada saat konsultasi
gizi. Komunikan dilingkungan pemerintah bersifat formal dan berbeda dengan
proses komunikasi di warung makan yang leboh bersifat santai dan non formal.
Komunikasi pada ahli gizi, konselor lebih banyak bersifat persuasif dan
memberikan alternatif terhadap pemecahan masalah yang dihadapi klien. Jadi
lingkungan dimana komunikasi itu berlangsung sangat menentukan teknik, gaya
dan pola interaksi dari proses komunikasi tersebut.
14. Unsur – unsur komunikasi
Unsur – unsur komunikasi merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap efektifitas komunikasi. Unsur komunikasi tersebut seperti sumber
pesan (source), komunikator (communicator), pesan (message), media
(channel), umpan balik (feedback), komunikan (communican) dan efek (effect).
Dibawah ini akan diuraikan unsur – unsur tersebut.
a. Sumber pesan
Dalam era globalisasi dewasa ini, sumber pesan banyak jenisnya
dan mudah didapat. Sumber pesan tersebut bisa personal, lembaga,
internet, facebook dan televisi. Faktor sumber pesan yang mempengaruhi
komunikasi adalah faktor bahasa, teknis, dan keterjangkauan pesan.
Sumber pesan yang dikemas dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh sasaran sangat mempermudah penerimaan pesan
tersebut. Begitu pula teknik penyampaiannya harus tepat dan pesan yang
disampaikan harus terjangkau sasaran.
58
b. Komunikator
Faktor yang paling utama dan menentukan proses komunikasi
adalah komunikator. Penampilan komunikator adalah merupakan stimulus
awal dan memberikan kesan yang mendalam bagi sasaran. Penampilan itu
meliputi sikap, ekspresi (verbal dan non verbal), kerapian dan cara
berpakaian.
Sikap yang menunjang keberhasilan komunikasi adalah
keterbukaan, sopan santun, murah senyum, rendah hati, tidak sombong,
percaya diri, dan dapat menjadi pendengar yang baik. Seorang
komunikator harus memahami permasalahan yang akan disampaikan,
disamping itu pula seorang komunikator menggunakan bahasa yang sesuai
dengan sifat dan karakteristik sasaran.
c. Pesan
Bentuk pesan yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan
komunikan. Apakah pesan utnuk memberikan informasi, bersifat persuasif
atau koersif. Teknik penyampaian pesan, apakah secara langsung atau tidak
langsung, bersifat verbal atau non verbal.
Syarat – syarat pesan yang baik adalah harus direncanakan secara
baik, bahasa yang mudah dimengerti, pesan harus menarik minat, jelas
dan gamblang, seimbang dan dan disesuaikan dengan keinginan
komunikan. Pesan yang tidak jelasakan menimbulkan persepsi yang keliru
dari komunikan
d. Media
Faktor media sangatlah penting dalam proses komunikasi anatara
media dan dan bahasa verbal harus ada kaitannya. Media dapat berupa
audio (bisa didengar) visual (bisa dilihat) dan audio visual (yang bisa
didengar dan dilihat).
Penggunaan media ini sangat tergantung dari karakteristik
komunikan yaitu unsur, tingkat pendidikan, pengalaman dan sosial budaya.
Komunikan akan tertarik dengan media apabila dia menyenangi dan sudah
terbiasa ada dimasyarakat sesuai dengan kondisi sosial budayanya. Contoh
59
di masyarakat yang masih tradisional dan menjunjung tinggi budaya maka
media komunikasi wayang sangat diminati.
e. Umpan Balik
Adanya umpan balik mencirikan komunikasi itu berlangsung secara
aktif dan bersifat interaktif. Umpan balik yang disampaikan hendaknya
mengacu pada tujuan komunikasi atau umpan balik tersebut ada
relevansinya dengan topik yang dibicarakan.
Umpan balik yang disampaikan hendaknya bersifat evaluatif dan
bukan bersifat penilaian (judgement). Umpan balik yang bersifat penilaian
akan berdampak kurang baik terhadap proses komunikasi. Penyampaian
umpan balik juga harus memperhatikan waktu dan tempat yang tepat.
f. Komunikan
Salah satu unsur yang menentukan proses komunikasi berjalan
efektif atau tidak adalah komunikan. Karakteristik komunikan ini antara lain
masalah penampilan dan sikap seperti ekspresi verbal dan non verbal,
busana yang digunakan, sopan santun, dan masalah etika pada umumnya.
g. Faktor yang lain dalam komunikan yang berpengaruh dalam komunikasi
adalah tingkat pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat
pengetahuan tinggi dan berwawasan luas akan lebih mudah menerima
pesan dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pengetahuan
terbatas. Disamping faktor pengetahuan, sistem sosial yang dianut oleh
komunikan juga berpengaruh dalam komunikasi. Seorang komunikator
harus memahami sistem sosial dari komunikan agar tidak terjadi
ketersinggungan dalam proses komunikasi.
E. Bentuk Komunikasi Para Ahli komunikasi memandang bentuk – bentuk komunikasi banyak
macamnya. Hal ini disebabkan dari sudut pandang yang berbeda – beda. Di bawah ini
akan diuraikan bentuk – bentuk komunikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan pada proses.
Berdasarkan pada proses komunikasi, maka bentuk komunikasi dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung.
60
a. Komunikasi langsung.
Ada yang mengatakan komunikasi langsung sama dengan komunikasi
lisan, yaitu komunikasi tanpa menggunakan media, menurut Depkes, 2006
komunikasi langsung adalah komunikasi tanpa menggunakan suatu media /
alat perantara teknik yang berupa barang cetak maupun berbentuk alat
elektronik. Komunikasi ini dapat dalam bentuk kata - kata, gerakan - gerakan,
yang berarti khusus dan penggunaan isyarat - isyarat. Contoh komunikasi ini
adalah kita berbicara langsung kepada seorang dihadapan kita.
b. Komunikasi tidak langsung
Komunikasi tidak langsung sering juga disebut komunikasi sekunder,
yaitu komunikasi yang menggunakan media atau alat. Komunikasi tidak
langsung dapat mengatasi hambatan geografis dan waktu. Contoh media
komunikasi tidak langsung adalah dengan menggunakan radio, televisi,
handphone, fax, email dan facebook. Edward Sapir, mengatakan penggunaan
buku sebagai alat komunikasi dari generasi ke generasi berikutnya.
2. Berdasarkan arah penyampain pesan
Bentuk komunikasi berdasarkan arah penyampaian pesan dapat dibagi 2 jenis.
Kedua jenis tersebut yaitu komunikaasi satu arah dan komunikasi timbal balik atau
komunikasi dua arah.
a. Komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah sering disebut one way communication, yaitu
komunikasi yang tidak memberi kesempatan umpan balik atau bertanya.
Komunikasi satu arah hanya menjamin penyampaian pesan. Contoh paling
ekstrim komunikasi satu arah adalah suatu perintah dalam pasukan dan
pemasangan iklan. Contoh lain adalah komunikasi lewat media massa yang
tidak bersifat interaktif seperti radio, televisi, surat kabar dan sebagainya.
Metode ceramah pada prinsipnya merupakan komunikasi satu arah.
Komunikasi satu arah mempunyai beberapa keuntungan antara lain
komunikasi bisa berlangsung cepat, menghemat waktu dan uang, pembicara
merasa puas karena tidak ada yang menanyakan kejelasan informasi sehingga
terlindung dari kekurangan dan kesalahan. Kerugian dari komunikasi ini
61
adalah penerima pesan tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya dan
meminta klarifikasi. Jadi komunikasi satu arah terjadi apabila pengirim pesan
tanpa mengharapkan umpan balik atau penjelasan lebih lanjut.
b. Komunikasi timbal balik
Komunikasi ini sering disebut “two way communication” yaitu suatu
komunikasi yang memberi kesempatan utnuk melakukan umpan balik. Contoh
komunikasi timbal balik adalah pada saat seminar, kelompok partisipatif, dan
kelompok diskusi. Pada komunikasi timbal balik seseorang dapat berfungsi
sebagai pengirim pesan dan penerima pesan. Keuntungan dari komunikasi ini
adalah mengurangi salah tafsir dan bisa membina keakraban, karena terjadi
komunikasi yang bersifat interaktif. Kejelekan dari komunikasi timbal balik
adalah lamban, makan waktu, dan mungkin kurang efisien walaupun
memuaskan penerima pesan.
3. Berdasarkan sasaran
Ada 4 bentuk komunikasi berdasarkan sasaran yaitu komunikasi intrapersonal,
komunikasi interpersonal, komunkasi kelompok, dan komunikasi masa. Di bawah
ini akan diuraikan keempat bentuk komunikasi berdasarkan Depkes, 2006 sebagai
berikut.
a. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah dialog percakapan dengan diri sendiri,
berlangsung di dalam hati . Biasanya komunikasi dalam bentuk renungan atau
mawas diri atau introspeksi diri. Contoh lain adalah pada saat sedang
melamun, berarti sedang berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini
bermanfaat agar dairinya sadar, siapa dirinya sendiri yang sebenarnya, baik
yang menyangkut masalah kelebihan maupun kekurangan.
b. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah percakapan antara dua pihak, merupakan
interaksi orang ke orang, terjadi dalam dua arah, bisa verbal dan non verbal
ataupun perpaduan keduanya. Komunikasi interpersonal berlangsung dengan
cara bertatap muka (face to face communication) atau menggunakan media
komunikasi antara lain dengan menggunakan media telepon atau radio
62
komunikasi. Sifat komunikasi ini adalah timbal balik, karena pada saat
tertentu seseorang dapat berfungsi sebagai komunikator dan komunikan.
c. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok melibatkan minimal 3 orang. Komunikasi ini
merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang menyangkut
seseorang dengan berbeapa orang lain. Kelompok kecil terdiri dari 3 – 10
orang dan kelompok besar mencapai puluhan orang. Secara singkat
komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan melalui kelompok, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja. Contoh pertemuan kelompok adalah
pertemuan kader posyandu dan pertemuan tokoh masyarakat (Tomas)
d. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah penyampaian pesan / informasi kepada
sejumlah sasaran yang tidak saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.
Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi lainnya adalah sifat – sifat
yang terkandung dalam komunikasi massa yaitu komunikatornya lebih banyak
bersifat terorganisasi atau terlembagakan dan disalurkan melalui media
massa dan ditujukan kepada orang banyak yang bersifat anonim dan
keterangan.
4. Berdasarkan jenis pesan
Bentuk komunikasi berdasarkan penyampaian pesan dapat dibagi 2 yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata – kata atau
bahasa sebagai alat, umumnya komunikasi verbal menggunakan bahasa lisan.
Contoh pengguna komunikasi verbal adalah apda saat penyuluhan atau
komunikasi gizi.
b. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian informasi tanpa kata – kata,
diberikan dengan menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh anara lain
dengan mimik, gerakan tangan, gerakan tubuh lainnya, dan kontak mata.
63
Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa kial, bahasa gambar dan bahasa
sikap. Bahasa sikap adalah bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan
berupa perasaan, pikiran, dan pendirian. Contoh bahasa sikap seperti bungkam,
dingin, acuh tak acuh, dan apatis.
5. Berdasarkan tujuan komunikasi
Bentuk komunikasi berdasarkan tujuan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu dengan
tujuan promosi, bimbingan dan edukasi.
a. Promosi
Tujuan komunikasi promosi adalah membujuk seseorang atau kelompok
orang agar menerima suatu sikap atau perilaku tertentu atau produk tertentu.
Contoh dalam bidang gizi adalah menyusui anak sampai umur 2 tahun dangat
penting dan makanlah gizi seimbang agar tetap sehat dan produktif.
b. Bimbingan
Tujuan komunikasi bimbingan adalah menyampaikan informasi yang benar
dan menjelaskannya supaya dipahami, diterima dan diikuti oleh penerima pesan.
Contoh dalam bidang gizi adalah membimbing kader gizi agar dapat
melaksanakan 9 langkah penimbangan dengan benar.
c. Eduaksi
Tujuan komunikasi edukasi adalah pada prinsipnya sama dengan bimbingan
tapi ruang lingkupnya lebih luas, contoh dalam bidang gizi adalah melaksanakan
kegiatan pendidikan dan pelatihan kader posyandu di desa.
6. Berdasarkan tingkat keformalan
Bentuk komunikasi berdasarkan tingkat keformalan dapat dibagi menjadi 2 yaitu
komunikasi formal dan komunikasi non formal.
a. Komunikasi formal
Komunikasi formal adalah menyampaikan sejumlah informasi kepada anggota
organisasi sesuai dengan jabatan mereka. Komunikasi formal terjadi diantara
pegawai melalui garis kekeuasan yang dibuat oleh manajemen.
Tipe komunikasi formal berdasarkan arus informasi dapat dibagi 3 yaitu
komunikasi keatas (atasan pegawai) komunikasi kebawah (bawahan pegawai) dan
komunikasi horizontal (antara pegawai tingkat jabatan dan fungsi hampir sama)
64
Menurut Chruden dan Sherman, dalam Moekijat 1993 Teori komunikasi
menyatakan bahwa komunikasi formal itu dapat berupa komunikasi tertulis dari
manajemen, komunikasi tertulis dari pegawai, dan komunikasi tatap muka.
Contoh komunikasi tertulis dari manajemen anatra lain uraian jabatan, buku
pedoman prosedural, dan buku penuntun. Komunikasi tertulis dari pegawai
antara lain kotak saran dan program saran. Sedangkan contoh komunikasi tatap
muka antara lain komunikasi antara atasan dan bawahan, dalam bentuk
kepanitiaan dan konferensi.
Komunikasi anatara atasan dan bawahan dapat digunakan untuk :
1) Memberikan nasehat kepada oarang bawahan mengenai apa yang harus
dikerjakan dan cara mengerjakannya
2) Memberikan moticasi untuk mencapai tujuan
3) Mengkomunikasikan akibat pelaksanaan pekerjaan mereka kepada pegawai –
pegawai
4) Umpan balik pegawai kepada manajemen
Komunikasi kepanitiaan umumnya bersifat ad-hoc atau sementara.
Bentuk kepanitiaan dapat digunakan untuk acara – acara tertentu atau khusus.
Disamping itu pula komunikasi kepanitiaan digunakan untuk melihat calon – calon
pemimpin dalam suatu organisasi.
Komunikasi konferensi digunakan untuk memberikan informasi kepada
pegawai untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Hubungan tatap
muka dalam konferensi akan memungkinkan para peserta memeperoleh tingkat
pengertian yanglebih jelas dan menghindari terjadinya persepsi yang salah.
b. Komunikasi non formal
Dalam suatu lembaga atau organisasi biasanya komunikasi non formal sangat
dibutuhkan. Mengingat komunikasi non formal bersifat santai maka terkadang
masalah – masalh organisasi dapat digali lebih dalam. Komunikasi non formal
memiliki tujuan untuk memenuhi interaksi sosial antara pegawai dan
menigkatkan pelaksanaan pekerjaan lebih efektif dan efisien.
65
Menurut Terry dan Franklin, komunikasi non formal digunakan oleh manajer
yang cerdas untuk melengkapi komunikasi formal. Chruden dan Sherman dalam
Moekijat 1993, menyatakan komunikasi non formal terjadi diantara orang – orang
dalam suatu organisasi yang hubungan stu dengan yang lain tidak trgantung apda
kekuasaan dan jabatan.
Pada umumnya komunikasi non formal tidak terstruktur dan tidak ada
sanksinya. Mereka bebas berbicara masalah organisasi dan diluar organisasiyang
dikemas dalam bentuk komunikasi yang santai dan tidak tergantung waktunya.
c. Komunikasi budaya
Setiap budaya mempunyai karakteristik berkomunikasi yang berbeda – beda.
Karena pengaruh globalisasi, maka cara berkomunikasi antar budaya juga mengalami
perubahan, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju.
Kebudayaan adalah kreasi manusia dalam lingkungan yang mengandung arti baginya
dan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.
Pendekatan interaksi akan terlihat terutam dari sisi sosial agama dan sosiologi
kebudayaan serta dengan sendirinya dari segi ilmu komunikasi.
Komunikasi merupakan kegiatan penyampaian informasi melaui lambang –
lambang budaya, informasi tersebut disebarkan menurut nilai dan budaya yang ada
pada suatu masyarakat. Dalam berkomunikasi, bahasa digunakan sebagasi sistem
lambang. Penggunaan bahasa okeh suatu bangsa merupakan hasil perkembangan
politik dan budaya bangsa yang bersangkutan.
Edward Hall dalam Astrid S. Susanto 1985. komunikasi sosial di Indonesia,
menganalisis komunikasi dan informasi dari nilai monokronik dan polikronik. Sifat
kebudayaan monokronik adalah dikuasai oleh waktu, kompartementalisasi adanya
banyak prioritas, sikap memandang sesuatu secara linier, dan kesulitan menyatukan
kenyataan dengan pikiran diri. Sifat kebudayaan denganpolikronik mencerminkan
sifat totalitas, interaksi yang banyak antar individu maupun individu dengan
lingkungannya, selalu melihat diri sebagai bagian dari subsistem yang lebih besar.
Jadi bentuk komunikasi dipengaruhi oleh faktor budaya yang dimilikioleh seorang
komunikator. Oleh karena itu bahasa akan mselalu mencerminkan kebudayaan.
Kebudayaan tersebut ada yang bersifat monokronik dan bersifat polikronik.
66
F. Komunikasi Efektif
Berikut diuraikan langkah-langkah komunkasi efektif yang dikutif dari Modul
Pelatihan Untuk Pelatih Program Integrasi Zat Gizi Mikro Tingkat kabupaten Kota
tahun 2015 sebagai berikut:
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aspek utama dalam komunikasi efektif yang
bukan hanya memmahami kata-kata yang dikomunikasikan tetapi juga
menangkap informasi yang disampaikan.
Mendengarkan secara efektif:
a. Membuat pembicara merasa didengarkan dan dimengerti sehingga sangat
membantu dalam membangun hubungan yang lebih kuat dan mendalam
b. Menciptakan lingkungan dimana setiap orang merasa nyaman dan aman
untuk menyampaikan gagasan, pendapat, perasaan dan pemecahan masalah
secara kreatif.
c. Hemat waktu karena informasi yang jelas akan dapat menghindari konflik dan
kesalahfahaman.
d. Menghilangkan emosi negatif yang biasanya timbul di saat adanya
argumentasi yang disertai emosi tinggi. Jika pembicara menggunakan
komunikasi efektif akan dapat membantu menenangkan dan mendapatkan
pemahaman yang benar untuk pemecahan masalah.
2. Komunikasi non Verbal
Komunikasi yang efektif dapat ditingkatkan dengan menggunakan bahasa tubuh
terbuka, berdiri tegak terbuka, di tepi kursi dengan tetap mempertahankan
kontak mata kepada orang yang diajak bicara. Dapat juga menggunakan bahasa
tubuh untuk menekankan atau memperkuat pesan lisan seperti menepuk
belakang bahu sambil memuji keberhasilannya.
3. Mengelola Stress
Tip untuk mengatasi stress selama berkomunikasi:
a. Mengenal diri ketika kita menjadi stres.
b. Luangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum memutuskan
untuk melanjutkan percakapan.
67
c. Gunakan indra kita untuk dengan cepat mengelola stres dengan menarik
nafas dalam, mengepal dan mengendorkan otot, tetap sabar dan
menenangkan diri.
d. Carilah humor dalam situasi tersebut bila orang disekitar kita mulai terlalu
serius.
e. Bersedia untuk kompromi. Kadang-kadang perlu kita mengalah untuk
mendapatkan pemecahan terbaik.
f. Setuju untuk tidak setuju, jika memang diperlukan.
4. Kesadaran Emosional
Kesadara emosi membantu kita:
a. Memahami dan berempati dengan apa yang sebenarnya mengganggu
orang lain.
b. Memahami diri sendiri, termasuk apa yang sebenarnya mengganggu kita
dan apa yang benar-benar kita inginkan.
c. Tetap termotivasi untuk memahami dengan orang yang berinteraksi
derngan kita, walaupun kita tidak menyukai mereka.
d. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif, bahkan ketika menyampaikan
pesan-pesan yang negatif.
e. Membangun rasa percaya diri, hubungan bermanfaat, berfikir kreatif
dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik..
5. Komunikasi efektif membutuhkan pikiran dan Perasaan yang Baik.
Ketika kesadaran emosional berkembang, seseorang akan tahu apa yang
dirasakannya. Tanpa harus berpikir tentang hal di luar konteks. Mereka akan
dapat menggunakan isyarat emosional untuk memahami apakah orang lain itu
benar-benar berkomunikasi dengannya. Tujuan adari komunikasi efektif adalah
untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara akal dan emosi dan antara
pikiran dan perasaan.
68
BAB VI
PENERAPAN METODE EMODEMO DALAM MATA KULIAH
Berdasarkan kuriklum Diploma III Gizi dan Diploma VI Gizi, terdapat berbagai mata
kuliah yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan metode EmoDemo ini.
Mata kuliah yang terkait langsung dengan metode ini adalah Pendidikan Gizi,
Pendidikan dan Laithan Gizi, dan mata kuliah yang berhubungan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yaitu Manajemen Intervensi Gizi Masyarakat (MIGM).
Profil lulusan yang didukung oleh metode EmoDemo ini adalah sebagai Pendidik/
Konselor Gizi. Seorang Pendidik/ Konselor harus memahami dan dapat menerapkan
berbagai metode dalam penyuluhan, konsultasi, dan pendidikan gizi. Metode
pendidikan gizi yang harus dikuasai adalah metode yang sudah umum digunakan dan
metode inovasi yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan Iptek Gizi. Metode
EmoDemo ini adalah merupakan metode inovasi yang sesuai dengan kondisi
masyarakat.
Berdasarkan pengamatan Penulis, metode ini sangat cocok untuk menggugah emosi
peserta pelatihan dalam pelayanan gizi di daerah pedesaan. Metode ini sangat dinamis
karena menggunakan alat peraga yang kreatif dan inovatif. Bahan bahan yang
digunakan juga sangat bervariasi berdasarkan kondisi lokal yang ada di daerah
pedesaan dan sudah umum digunakan dalam permainan di pedesaan seperti kelereng,
telor, kartu,dan sebagainya.
Sesuai dengan hasil uji coba modul ini di kampus Poltekkes Kemenkes Malang pada
tanggal Mei 2017, diharapkan metode ini dapat disisipkan dari berbagai mata kuliah
yang ada yang mendukung profil lulusan dancapaian pembelajaran mata kuliah.
Pengembangan metode dalam mata kuliah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
69
No. Materi Modul Deskripsi Materi Mata Kuliah Keterangan / TM / semester
1. ASI Saja Cukup Ukuran perut bayi
sampai dengan
umur 6 bulan.
a. Anatomi Fisiologi
b. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan.
c. Konseling dan konsultasi gizi.
a. Diberikan / ditambahkan pada materi Sistem Pencernaan/ TM ke 9 / semester 1.
b. Diberikan / ditambahkan pada materi Kondisi kelahiran bayi / TM 4 / semester 2.
c. Diberikan / ditambahkan pada materi Konseling menyusui / TM 2 / semester 4.
2. ATIKA Sumber
Zat Besi
Bahan makanan
sumber zat besi
yang diperlukan
selama kehamilan.
a. Ilmu Pangan. b. Ilmu Gizi
Dalam Daur Kehidupan.
a. Diberikan / ditambahkan pada materi Kacang-kacangan, Sayur dan buah, Daging dan Unggas, Ikan dan hasil perikanan serta olahannya / TM 3, 4, 5 / semester 1.
b. Diberikan / ditambahkan pada materi Masalah kesehatan dan gizi pada masa kehamilan serta faktor yang mempengaruhi / TM 2 / semester 2.
3. Cemilan
sembarangan
Ciri-ciri makanan
jajanan/camilan
yang tidak sehat
dan akibat yang
ditimbulkannya.
a. Gizi Kuliner. b. Pengawasan
Mutu Makanan.
Disampaikan pada saat
menjelaskan materi tentang
HACCP
4. Membayangkan
masa depan
Gizi ibu hamil
mempengaruhi
masa depan anak.
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Diberikan / ditambahkan pada materi Gizi pada masa kehamilan / TM 2 / semester 2.
5. Menyusun
Balok
Perilaku(ibu hamil
dan pemberian
makan) yang
mendukung
pertumbuhan dan
perkembangan
anak.
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Diberikan / ditambahkan pada materi Gizi pada masa kehamilan / TM 2 / semester 2.
6. Jadwal Makan
Bayi dan Anak
Pola (jadwal)
pemberian makan
pada anak.
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan
Diberikan / ditambahkan pada materi Pemenuhan gizi pada masa bayi dan Pola Pemberian Makanan bayi / TM 5 / semester 2.
70
7. Siap bepergian Pemberian ASI
lebih praktis
daripada susu
formula.
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Diberikan / ditambahkan pada materi Komposisi dan kecukupan ASI, kelebihan ASI / TM 4 / semester 2.
8. Ditarik kesegala
arah.
Pemeriksaan
kehamilan secara
teratur.
Hal-hal yang bisa
berpengaruh
negatif pada
kesehatan ibu
hamil.
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan
Diberikan / ditambahkan pada materi Masalah kesehatan dan gizi pada masa kehamilan serta faktor yang mempengaruhi / TM 2 / semester 2.
9. Porsi makan
bayi dan anak.
Porsi dan Makanan
yang beraneka
ragam dan bergizi
untuk balita.
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Diberikan / ditambahkan pada materi Pemenuhan gizi pada masa bayi dan balita/ TM 4 dan 5 / semester 2.
10. Ikatan Ibu dan
anak
Cara menyusui
yang baik.
a. Konseling dan konsultasi gizi.
Diberikan / ditambahkan pada materi Konseling menyusui / TM 2 / semester 4.
11. Harapan ibu Faktor perilaku
makan ibu hamil
yang
mempengaruhi
perkembangan
janin
a. Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Diberikan / ditambahkan pada materi Pemenuhan gizi pada ibu hamil / TM 2 / semester 2.
12. Cuci tangan Cara mencuci
tangan yang benar.
a. Ilmu kesehatan masyarakat
Diberikan / ditambahkan pada materi Pengertian personal higiene, Prinsip higiene dan sanitasi makanan, Aplikasi higiene dan sanitasi makanan di makanan jajanan dan jasaboga / TM 8 dan 9 / semester 2.
71
Daftar Pustaka
1. Valerie A. Curtis, Lisa O. Danquah, Robert V. Aunger. 2009. Planned, motivated and habitual hygiene behaviour: an eleven country review, Health Education Research Vol.24 no.4 2009, Pages 655–673.
2. Robert Aunger and Valerie Curtis. 2015. A Guide to Behaviour Centred Design. London School of Hygiene and Tropical Medicine.
3. Global Alliance for Improve Nutrition (GAIN). Yayasan Paramintra Jawa Timur 2016. Modul Penyuluhan Emo Demo.
4. I Dewa Nyoman Supariasa dan Poedyasmoro, 2010. Diktat Komunikasi. Poltekkes Kemenkes Malang. 2010.
5. I Dewa Nyoman Supariasa, 2014. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. EGC. Jakarta.
72
Lampiran 1 : Modul Permainan EmoDemo 1. ASI saja cukup
73
74
2. ATIKA Sumber Zat Besi
75
76
3. Cemilan Sembarangan
77
78
4. Membayangkan Masa Depan
79
80
5. Menyusun Balok
81
82
6. Jadwal Makan Bayi dan Anak
83
84
7. Siap Bepergian
85
86
8. Ditarik ke Segala Arah
87
88
9. Porsi Makan Bayi dan Anak
89
90
10. Ikatan Ibu dan Anak
91
92
11. Harapan Ibu
93
94
12. Cuci Tangan
95
96
Lampiran 2 : Alat Peraga Emo Demo 1. Dadu
97
2. Kartu ASI, Makan, Cemilan
98
3. Kartu ATIKA
99
100
101
4. Kartu Bayi Menangis
102
5. Kartu Indeks
103
6. Kartu Perut
104
105
7. Kartu Piring
106
8. Kartu Salah Benerin
107
9. Kartu Faktor
108
109
10. Kartu Janin
110
111
112
113
10. Kartu Kerupuk
114
BIOGRAFI PENULIS
Sugeng Iwan, lahir di Malang Jawa Timur. Riwayat Pendidikan Tinggi D-III Gizi di Akademi Gizi Malang (1988), tahun 2001 lulus S-1 Fakultas Teknologi Pangan Universitas Brawijaya, S-2 Magister Kesehatan Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Airlangga Surabaya (2009). Riwayat pekerjaan : staf Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Kediri (1989-
1996), pengajar di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Malang (1996 – sekarang).
I Dewa Nyoman Supariasa, lahir di Desa Kelating-Tabanan, Bali. Riwayat pendidikan: Menyelesaikan pendidikan di Akademi Gizi Jakata (1983), S-2 di University of The Phillipines at Los Banos di bidang Food and Nutrition Planning (1989), menempuh pendidikan Akta mengajar III di IKIP Bandung (1985), dan Akta mengajar IV di IKIP Negeri Malang (1996). Riwayat karier: Dosen di Akademi Gizi Malang/Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Malang (1984–sekarang),
Pembantu Direktur Akademi Gizi Malang bidang Akademik dan Kemahasiswaan (1999–2001), Pembantu Direktur Bidang Akademik Poltekkes Malang (2002–2010), dan Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Malang (2010–2014). Keterlibatan dalam organisasi profesi adalah sebagai Pengurus DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) (2015–sekarang), Penasehat DPD PERSAGI Jawa Timur (2006–sekarang), Ketua Program D-IV Gizi Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI) (2014–sekarang), Pengurus DPC Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Kota Malang (2013–sekarang), dan Anggota Perhimpunan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) (2013–sekarang).
Juin Hadisuyitno, lahir di Desa Gandong-Bandung
Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Riwayat Pendidikan Tinggi D-III Gizi di Akademi Gizi Malang (1991), tahun 2008 lulus D-IV Gizi di Poltekkes Malang, S-2 Magister Epidemiologi Konsentrasi Sain Terapan Kesehatan di Universitas Diponegoro Semarang (2014). Riwayat pekerjaan
staf instalasi gizi Rumah Sakit dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (1993 – 2003), Staf Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Batu (2003-2011), pengajar di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Malang (2014 – sekarang).