perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMANFAATAN HOTSPOT AREA SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG
AKTIVITAS MAHASISWA
(Kajian Fenomenologi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP UNS Surakarta)
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD RISYAN KAEMAL ARROSYI
NIM. K8408047
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Risyan Kaemal Arrosyi
NIM : K8408047
Jurusan/Program Studi : PIPS/Pendidikan Sosiologi Antropologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PEMANFAATAN HOTSPOT AREA
SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG AKTIVITAS MAHASISWA (Kajian
Fenomenologi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FKIP UNS Surakarta)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantukan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 15 Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Muhammad Risyan Kaemal Arrosyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMANFAATAN HOTSPOT AREA SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG
AKTIVITAS MAHASISWA
(Kajian Fenomenologi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP UNS Surakarta)
Oleh:
MUHAMMAD RISYAN KAEMAL ARROSYI
NIM. K8408047
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 15 Mei 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H.M. Haryono, M.Si. Siany Indria L, S.Ant, M.Hum
NIP. 19510101 198103 1 005 NIP. 19800905 200501 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd _____________
Sekretaris : Drs. Slamet Subagya, M. Pd _____________
Anggota I : Drs. H.M. Haryono, M.Si. _____________
Anggota II : Siany Indria L, S.Ant, M.Hum _____________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
ub. Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP. 19660415199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Muhammad Risyan Kaemal Arrosyi. K8408047. PEMANFAATAN HOTSPOT AREA
SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG AKTIVITAS MAHASISWA (KAJIAN
FENOMENOLOGI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL FKIP UNS SURAKARTA). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa P.IPS
memanfaatkan Hotspot Area sebagai sarana pendukung kegiatan akademik maupun non
akademik, (2) Untuk mengetahui implikasi lebih lanjut dari hadirnya Hotspot Area bagi
aktivitas mahasiswa di kampus.
Penelitian ini menggunakan metode deskiptif kualitatif dengan strategi penelitian
berupa pendekatan Fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara mendalam dan observasi langsung. Untuk meningkatkan kesahihan data,
peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu triangulasi sumber. Tahapan analisis
interaktif penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, intepretasi data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Dalam memanfaatkan fasilitas hotspot
kampus, mahasiswa menggunakannya untuk aktivitas akademik maupun non akademik
dengan berbagai motif dan tujuan tertentu. Aktivitas akademik tersebut diantaranya
adalah untuk pencarian bahan kuliah, membuka fasilitas online keadministrasian
perkuliahan, membuka jejaring sosial untuk aktivitas perkuliahan, dan mengisi blog
pribadi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemikiran mahasiswa. Sedangkan
untuk aktivitas non akademik sendiri mahasiswa memanfaaatkannya untuk berinteraksi
serta membangun relasi melalui jejaring sosial, aktivitas download, chatting, up date
berita terkini dan membuka forum on line. (2) Implikasi lebih lanjut dari keberadaan
hotspot area berupa shelter dan berbagai fasilitas lain yang memang dibangun untuk
menunjang keberadaan jaringan internet melalui sinyal wi-fi dari hotspot di lingkungan
FKIP UNS dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan
jaringan internet yang pemanfaatannya menggunakan gadget. Keberadaannya juga
bermanfaat untuk aktivitas mahasiswa di kampus diantaranya adalah untuk diskusi antar
mahasiswa serta rapat organisasi maupun kelas. (3) Berbagai aktivitas yang dilakukan
mahasiswa dengan keberadaan hotspot area merupakan tindakan subyektif yang memiliki
arti dengan tujuan tertentu yang dapat di klasifikasikan dalam tindakan sosial mahasiswa.
Kata Kunci : hotspot area, fasilitas, aktivitas, gadget, tindakan sosial Weber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Muhammad Risyan Kaemal Arrosyi. K8408047. THE UTILIZATION OF
HOTSPOT AREA AS FACILITY FOR SUPPORTING STUDENT ACTIVITIES
(PHENOMENOLOGICAL STUDY OF STUDENTS MAJORING IN SOCIAL
SCIENCE FKIP UNS SURAKARTA). Research paper, Surakarta: School of Teacher
Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta, June 2012.
The purposes of this study were: (1) to find out how students utilize P.IPS hotspot
area as a means of supporting academic and non-academic activities, (2) to find out
further implications of the existence of hotspot area for students on campus.
This research uses descriptive-qualitative method and the research strategy is
phenomenology approach. Sampling technique used in this study was purposive
sampling. While the data collection techniques used were in-depth interviews and direct
observation. To improve the validity of data, researcher used the technique of
triangulation. It is the triangulation of data sources. Stages of this research are an
interactive analysis of data collection, data reduction, data interpretation, and inferences.
The results showed that: (1) the use of campus hotspots, students use it for
academic and non-academic activities with various motifs and specific goals. The
academic activities include searching for learning materials, opening the online
administrative facility, opening social network for college activities, and filling out a
personal blog relating to science and the students thinking. As for the non-academic
activities of its own students to use it to interact and build relationships through social
networking activity, download, chat, up to date news and open online forum. (2) the
further implication of the existence of a hotspot area are shelter and other facilities that
are built to support the existence of the internet through wi-fi signal from the hotspot
facility in FKIP UNS can be used for other activities which are not related to the
utilization of Internet network which is using a gadget . Its presence is also useful for
student activities on campus including for discussion among students as well as meeting
and classroom organization. (3) A variety of student activities conducted in the existence
of hotspot areas are subjective measures that have meaning to the particular purpose
which can be classified into social student action.
Key words: hotspot areas, facilities, events, gadgets, Weber‟s social action
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Penguasaan akan tehnologi mendatang akan membuat manusia senang dan
pandai. Dengan adanya tehnologi, mesin akan menguasai masa suram serta
kebodohan.
(Marshall McLuhan)
Komputer menjadi lebih pandai dari waktu ke waktu.
Para ahli mengatakan mereka akan segera bisa berbicara dengan kita.
(Dan „mereka‟ yang saya maksud adalah „komputer‟. Saya ragu para ahli dapat
berbicara dengan kita.)
(Dave Barry)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring Syukur pada-Mu, kupersembahkan karya
ini untuk :
1. Bapakku M. Wahyudi dan Ibuku Arumsih
Kuswandari tercinta, yang selalu memberiku
semangat, nasehat, kasih sayang dan dukungan
setiap saat dan menyertakan namaku didalam
doanya.
2. Riska Mutiara Nur Maesyati (Mbak Riris),
Risky Swastika Nur Amalia (Mbak kiki), kedua
kakakku yang terus menyemangatiku, serta
Intan kumala sari, yang selalu menemaniku di
kota perantauanku
3. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat di selesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai
pihak selama persiapan, pelaksanaan, sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Untuk
itu, dalam kesempatan ini, penulis sampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H.M Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP UNS.
3. Drs. M.H. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Pendidikan Sosiologi
Antropologi FKIP UNS.
4. Drs. H.M. Haryono, M.Si, dosen pembimbing I serta Ibu Siany Indria L, S.Ant,
M.Hum, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan dorongan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Rosihanari, M.Kom, Mas Tito Suryono, S.Pd, serta Semua staf dan
karyawan ICT FKIP UNS sebagai pengelola jaringan internet di FKIP
UNS yang telah membantu dalam melakukan penelitian di Hotspot Area
Kampus Kentingan.
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,29 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………… i
PERNYATAAN…………………………………………………………. ii
PENGAJUAN……………………………………………………............ iii
PERSETUJUAN………………………………………………………… iv
PENGESAHAN………………………………………………………… v
ABSTRAK………………………………………………………………. vi
MOTTO…………………………………………………………............. viii
PERSEMBAHAN………………………………………………............ ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………….... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian……………………………………. 6
D. Manfaat penelitian…………………………………... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………. 8
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan…….. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Kerangka Berpikir…………………………………. 26
BAB III. METODE PENELITIAN……………………………... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………… 30
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian…………………… 32
C. Jenis Data ………………………………………….. 34
D. Sumber Data………………………………………. 35
E. Teknik Sampling (Cuplikan)………………………. 37
F. Teknik Pengumpulan Data………………………… 38
G. Uji Validitas Data………………………………….. 39
H. Teknik Analisis Data……………………………….. 40
I. Prosedur Penelitian…………………………………. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 43
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian………………….. 43
B. Deskripsi Temuan Penelitian………………………... 52
C. Pembahasan…………………………………………. 70
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………. 80
A. Simpulan…………………………………………….. 80
B. Implikasi…………………………………………….. 81
C. Saran…………………………………………………. 83
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 85
LAMPIRAN……………………………………………………………… 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian………………………………………………… 31
Tabel 2. Jumlah Titik Hotspot di FKIP UNS Kampus Kentingan………… 51
Tabel 3. Aktivitas Mahasiswa Ketika Memanfaatkan Jaringan Internet lewat
Hotspot Kampu……………………………………………………….. 69
Tabel 4. Klasifikasi Tipe Tindakan Sosial dalam Aktivitas Mahasiswa
dalam Memanfaatkan Hotspot Area Kampus FKIP UNS……….. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka berfikir…………………………………………… 29
Gambar 2. Model Analisis Interaktif…………………………………… 41
Gambar 3. Denah Kampus FKIP UNS Kampus Kentingan…………….. 50
Gambar 4. Data Statistik Jumlah Akses Hotspot Mahasiswa PIPS
(Januari 2008-Maret2012)………………………………….. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 (Pedoman Wawancara)……………………………………… 88
Lampiran 2 (Field Note)…………………………………………………. 91
Lampiran 3 (Dokumentasi Foto)………………………………………… 145
Perijinan Skripsi…………………………………………………………. 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi pada era globalisasi sangatlah pesat.
Perkembangan ini dapat kita amati dari bagaimana kehidupan manusia sekarang.
Dulu peralatan seperti handphone dan laptop merupakan barang mewah dan hanya
orang-orang yang mampu dalam kehidupan ekonomi yang menggunakannya.
Namun sekarang seiring dengan perkembangan peradaban manusia, barang-
barang tersebut yang dulunya adalah barang mewah menjadi suatu barang
kebutuhan pokok yang mana setiap orang perlu untuk memilikinya. Kebutuhan
manusia akan informasi dan komunikasilah yang menjadi pendorong pesatnya laju
perkembangan teknologi tersebut.
Proses globalisasi yang begitu cepat ini membuat manusia harus terbuka
dengan perubahan dan menerima perubahan tersebut sebagai sarana untuk
mempermudah kegiatan sehari-hari. Modernisasi yang berupa mesinisasi di
berbagai bidang serta hadirnya jaringan internet membuat dunia berubah dengan
begitu cepat sehingga setiap individu di berbagai belahan dunia harus siap dengan
kondisi tersebut. Sumber Daya Manusia yang baik dan mampu bersaing dengan
dunia luar menjadi komponen penting agar proses globalisasi dapat diterima oleh
suatu bangsa dan dimanfaatkan dengan maksimal untuk memberikan kemudahan
pada aktifitas manusia.
Kehidupan manusia zaman sekarang semakin dipermudah dengan adanya
penemuan-penemuan di bidang teknologi. Penemuan-penemuan ini tentunya
membuat manusia selalu melakukan berbagai inovasi dan pembaharuan dengan
berbagai teknologi yang sudah ada. Sifat dari manusia yang selalu ingin tahu dan
tidak puas dengan hasil yang sudah ada membuat perkembangan teknologi yang
begitu cepat tidak terhindarkan. Hal ini dapat kita amati dari perkembangan
teknologi dibidang Telekomunikasi dan Informasi.
Sebagai dampak arus globalisasi, perlu adanya penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Keberadaannya yang mulai di gunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
area kampus memberikan kemudahan bagi para mahasiswa dan dosen dalam
beraktifitas. Berikut merupakan penjelasan mengenai Teknologi Informasi dan
Komunikasi:
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sendiri mencakup dua aspek,
yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi
Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi
Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan
alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang
satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi
Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang
mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan
pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi
antar media (Wahid,2004:69).
Beragam teknologi telah ditemukan dan di gunakan untuk mempermudah
akses dalam dunia Telekomunikasi dan Informasi. Berawal dari adanya jaringan
internet berkabel hingga sekarang muncul jaringan internet nirkabel. Jaringan
internet nirkabel ini membuat aktivitas manusia dibidang Telekomunikasi dan
Informasi menjadi semakin mudah. Kemudahan akses internet ini dapat diperoleh
dengan hot spot. Hotspot merupakan lokasi dimana user (pengguna) dapat
mengakses melalui gadget1 yang mendukung untuk menerima signal Wi-fi
(Wireless Fidelity2) tanpa menggunakan kabel. Jaringan nirkabel (tanpa kabel)
tersebut menggunakan radio frekuensi untuk melakukan komunikasi antara
perangkat komputer dengan wireless acces3 point. Wireless Acces point pada
1 Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang artinya perangkat elektronik
kecil yang memiliki fungsi khusus. Dalam bahasa Indonesia, gadget disebut sebagai “acang”.
Salah satu hal yang membedakan gadget dengan perangkat elektronik lainnya adalah unsur
“kebaruan”. Artinya, dari hari ke hari gadget selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru
yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis. Diperoleh dari
http://www.artikelbagus.com/2011/11/apa-itu-gadget-dan-pengertian-gadget.html pada tanggal 28
Mei 2012.
2 Wi-Fi merupakan singkatan dari Wireless Fidelity merupakan teknologi wireless yang populer
untuk saling menghubungkan antar komputer, PDA, laptop dan perangkat lainnya,
menghubungkan komputer dan device lain ke internet (misalnya di Café kita sering melihat tulisan
Wi-Fi Hotspot) atau ke jaringan kabel (ethernet) LAN. Diperoleh dari
http://www.catatanteknisi.com/2011/11/pengertian-definisi-jaringan-wifi.html#ixzz1xA0yckfI
pada tanggal 31 Mei 2012
3 Wireless acces point adalah adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyambungkan alat-alat
wireless ke sebuah jaringan komputer berkabel menggunakan wi-fi, Bluetooth dan sejenisnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dasarnya berupa penerima dua arah yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz (Giga
Hertz / satuan ukuran dalam gelombang) dan 5,4 GHz (Sirat, Asvial, Marpaung,
2010:85).
Kemajuan teknologi informasi yang telah memasuki era komunikasi
tanpa kabel juga didukung dengan perkembangan teknologi yang diterapkan pada
gadget baik berupa laptop maupun smartphone4. Adanya pemikiran akan
pembuatan atau produksi gadget secara masal serta persaingan pasar membuat
para produsen berusaha menciptakan gadget yang lebih efisien dan murah
sehingga semakin terjangkau oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena para
produsen gadget tersebut menyadari akan minat masyarakat diberbagai belahan
dunia akan gadget yang dapat memanfaatkan signal wi-fi sebagai salah satu
fiturnya. Banyaknya produk gadget yang ditawarkan kepasar membuat
perusahaan penghasil gadget tersebut berusaha bersaing untuk menemukan
terobosan baru agar konsumen tertarik. Selain itu harga yang bersaing dengan
perusahaan lain membuat harga gadget menjadi semakin terjangkau.
Jaringan internet pada awalnya merupakan sistem keamanan militer di
negara Amerika Serikat yang digunakan untuk mengirim informasi-informasi
rahasia. Namun kemudian internet mulai dikenal luas di Eropa bahkan dunia. Sifat
dari jaringan internet yang praktis dan menarik serta banyak diminati membuat
internet menjadi media yang laris manis didunia. Dalam perkembangannya,
jaringan internet menjadi jaringan yang paling longgar dan paling sedikit bisa
dikenai peraturan (Karlina Supelli,2010:336).
Dalam perkembangannya, internet mulai digunakan oleh masyarakat luas
di belahan bumi barat dan terus berkembang hingga sampai di dunia timur. Hal ini
Wireless acces point menggunakan frekuensi radio untuk mengirimkan dan menerima data.
Diperoleh dari http://turisinternet.com/apa-itu-wireless-access-point-pengertian-wireless-access-
point-sebuah-alat-di-dalam-jaringan-komputer/ pada tanggal 31 Mei 2012
4 smartphone adalah sebuah device yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi (seperti
telp atau sms) juga di dalamnya terdapat fungsi PDA (Personal Digital Assistant) dan
berkemampuan seperti layaknya komputer. Diperoleh dari
http://www.tasikisme.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3985:apakah-
smartphone-itu&catid=43:mobile-tips&Itemid=70 pada tanggal 31 Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sangat dipahami karena akses internet yang begitu cepat menyebar membuat
dunia seperti berubah secara drastis. Keberadaannya juga membuat interaksi di
berbagai belahan dunia serasa lebih dekat. Hal ini dapat dipahami karena dengan
akses internet kita dapat mengetahui berbagai informasi di belahan bumi lain
dengan begitu cepat.
Di Indonesia, pembebasan frekuensi 2,4 GHz menjadi cuplikan penting
dari sejarah perkembangan internet dan perkembangan wireless internet
khususnya. Walaupun pada awalnya tidak ada izin menggunakan frekuensi 2,4
GHz namun perlahan tapi pasti masa pengguna wireless internet semakin
berkembang. Akhirnya pada akhir tahun 2000, keluarlah keputusan Dirjen
POSTEL 241/2000 tentang penggunaan bersama (sharing) pita frekuensi 2400-
2483,5 MHz antara wireless LAN akses internet bagi pengguna diluar gedung
(outdoor) dan microwave link. Pasa tanggal 5 Januari 2005 ditandatangani
Keputusan Menteri No. 2/2005 tentang wireless internet di 2,4 GHz. Keputusan
Menteri No. 2/2005 pada prinsipnya membebaskan izin penggunaan frekuensi 2,4
GHz dengan syarat antara lain : maksimum daya pancar 100 mW, EIRP
maksimum 36 dBm, dan semua peralatan yang digunakan disertifikasi (Sirat,
dkk., 2010:86).
Keluarnya keputusan Dirjen POSTEL tersebut membuat pemakaian
Hotspot semakin meluas dengan pesat. Diberbagai kota besar di Indonesia telah
menyediakan Hotspot sebagai fasilitas umum tak terkecuali Surakarta. Fasilitas ini
disediakan oleh pemerintah daerah setempat untuk memberikan akses internet
bagi mereka yang membutuhkan maupun hanya sekedar memberikan hiburan bagi
penggunannya. Kita dapat menjumpai Hotspot area pada fasilitas umum seperti
terminal bus, stasiun kereta, bandara, rumah sakit, bahkan pusat-pusat
perbelanjaan. Fasilitas hotspot memberikan suasana baru karena dengan hotspot
orang-orang yang sedang beraktivitas ditempat-tempat tersebut mendapatkan
jaringan internet gratis yang dapat dimanfaatkan untuk kemudahan akses
informasi sambil beraktivitas.
Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga yang memanfaatkan
perkembangan teknologi jaringan internet nirkabel sebagai fasilitas pelengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
FKIP UNS sebagai Lembaga Pendidikan juga tidak mau ketinggalan dalam
memanfaatkan teknologi Telekomunikasi dan Informasi. Hal ini tampak dengan
banyaknya titik Hotspot di FKIP. Hampir disetiap sudut di lingkungan FKIP dapat
digunakan untuk akses internet. Fasilitas penunjang juga mulai dibangun berupa
Shelter serta memperbanyak Stop Kontak listrik diberbagai tempat. Selain itu juga
mulai diperkenalkannya sistem Online dalam kegiatan perkuliahan dan sistem
keadministrasian menunjukkan keseriusan FKIP dalam menyambut program
WCU (World Class University) di Universitas Sebelas Maret sendiri.
Hadirnya Hotspot Area di lingkungan FKIP UNS tentunya memberikan
peluang bagi mahasiswa untuk mendapatkan akses internet. Setiap mahasiswa
dapat masuk dan memanfaatkannya melalui gadget yang dimiliki berupa laptop
atau smartphone yang telah dikoneksikan dengan acces point pemancar sinyal Wi-
fi yang tersebar di lingkungan FKIP. Untuk masuk kedalam jaringan internet ini,
mahasiswa harus menggunakan NIM serta kode pembayaran semester dari Bank
dimana setiap semester selalu berubah. Pemanfaatan jaringan internet ini tentunya
memberikan fasilitas bagi seluruh mahasiswa untuk memperoleh kemudahan
akses internet.
Fenomena keberadaan hotspot area di berbagai lembaga pendidikan
termasuk FKIP UNS yang memang di peruntukkan bagi sivitas akademik
membuat pihak fakultas berusaha memberikan fasilitas untuk menunjang
keberadaannya agar dapat benar-benar bermanfaat bagi kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi kampus. Untuk itu peneliti berusaha menafsirkan
berbagai fenomena pemanfaatan fasilitas hotspot area kampus menggunakan
pendekatan fenomenologi dengan perspektif teori tindakan sosial dari Max
Weber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Rumusan Masalah :
Dari latar belakang diatas maka dapat kita kita dapat merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mahasiswa Jurusan P.IPS memanfaatkan Hotspot sebagai sarana
pendukung kegiatan akademik maupun non akademik?
2. Apa implikasi lebih lanjut dari hadirnya Hotspot Area bagi aktivitas
mahasiswa dikampus ?
C. Tujuan Penelitian :
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa P.IPS memanfaatkan Hotspot Area
sebagai sarana pendukung kegiatan akademik maupun non akademik.
2. Untuk mengetahui implikasi lebih lanjut dari hadirnya Hotspot Area bagi
aktivitas mahasiswa dikampus.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat praktis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai aktivitas mahasiswa dalam memanfaatkan hotspot area
dilingkungan FKIP UNS
b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui mengenai
pemanfaatan hotspot area sebagai ruang tindakan sosial mahasiswa.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi pengelola Hotspot
Area dilingkungan FKIP UNS untuk memperbaiki kinerjanya agar dapat
mendorong kualitas mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengkajian Hotspot Area sebagai tempat mahasiswa beraktifitas
dilingkungan FKIP UNS baik aktifitas akademik maupun non akademik.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengkajian pemikiran Max Weber mengenai Tindakan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Konsep Hotspot sebagai Teknologi Informasi
Setiap manusia dalam suatu masyarakat memiliki dua segi dalam
kehidupannya. Dua segi tersebut adalah segi materiil dan segi spiritual. Segi
materiil mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan
benda-benda maupun hal lain yang berwujud benda. Sedangkan segi spiritual
manusia memiliki cipta yang menghasilkan ilmu pengetahuan, karsa yang
menghasilkan kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, keindahan dan
hukum.
Pada dasarnya kedua segi tersebut merupakan hasil dari pemikiran
manusia pada waktu tertentu untuk menghadapi permasalahn kehidupan yang
semakin kompleks. pemikiran tersebut kemudian menghasilkan sebuah
inovasi dalam menciptakan teknologi dalam kehidupan masyarakat.
Teknologi secara tradisional dapat diartikan sebagai cara-cara memproduksi,
memakai, dan memelihara segala peralatan hidup dari suatu suku bangsa
(Koentjaraningrat,1990:341)
The Liang Gie menjelaskan istilah teknologi berasal dari kata
technologia yang artinya pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan
kerajinan. Teknologi berasal dari kata techne dan logos
(perkataan,pembicaraan). Kata techne berarti seni (art), kerajinan (craft). Art
atau seni pada permulaannya berarti sesuatu yang dibuat oleh manusia untuk
melawan alam, tetapi kemudian menunjuk pada keterampilan (skill) dalam
membuat barang (1984:31). Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa teknologi adalah sesuatu yang dibuat manusia untuk melawan alam
yang menunjuk pada keterampilan (skill) dalam pembuatan barang.
Perkembangan tersebut terjadi karena diciptakan dan dikembangkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mempermudah aktivitas manusia serta untuk pemenuhan kebutuhan manusia
agar manusia dapat bertahan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.
J.J. Honigmann mendefinisikan bahwa teknologi itu mengenali
“segala tindakan baku dengan apa manusia merobah alam, termasuk
badannya sendiri atau badan orang lain” (Koentjaraningrat, 1990:343).
Teknologi merupakan sebuah hasil mengenai cara manusia membuat,
memakai, dan memelihara seluruh peralatannya, bahkan mengenai cara
manusia bertindak dalam keseluruhan hidupnya. Teknologi muncul dalam
cara-cara manusia melaksanakan mata pencaharian hidupnya dalam cara-cara
ia mengorganisasi masyarakat, dalam cara-cara ia mengekspresikan rasa
keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya (Koentjaraningrat,
1990:346).
Skolimowski menegaskan bahwa teknologi bertujuan menciptakan
barang-barang baru dengan merencanakan sarana-sarana untuk peningkatan
efektivitas. Cara yang efisien dan benda teknologi yang lebih baik merupakan
perwujudan dan ukuran perkembangan teknologi selama ini. Secara lebih
umum dapatlah dikatakan bahwa teknologi merupakan suatu sistem
penggunaan berbagai sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan
praktis yang ditentukan. Dengan kata lain, tujuan keseluruhan dari teknologi
sebagai sebuah sistem ialah penentuan sesuatu cara untuk mencapai tujuan
tertentu (Gie, 1980:36).
Manusia yang hidup bermasyarakat menghasilkan sebuah karya yang
merupakan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan
utama dalam meningkatkan efektivitas serta melindungi masyarakat terhadap
lingkungannya. Menurut Soerjono Soekanto (1990:178), teknologi pada
hakikatnya memiliki tujuh unsur, yaitu:
1. Alat-alat produksi
2. Senjata
3. Wadah
4. Makan dan minuman
5. Pakaian dan perhiasan
6. Tempat berlindung dan perumahan
7. Alat-alat transportasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tujuh hakikat teknologi tersebut yang menjadi dasar sebuah teknologi
untuk terus berkembang seperti sekarang ini. Karena secara tidak langsung
perkembangan teknologi terjadi karena adanya perkembangan kebutuhan
masyarakat.
Kegiatan manusia yang termasuk pengertian teknologi pada pokoknya
dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu membuat dan menggunakan.
Membuat adalah kegiatan merancang dan menciptakan suatu barang buatan.
Sedangkan menggunakan adalah melakukan sesuatu kegiatan sesuai dengan
fungsi suatu barang buatan yang telah dibuat. Dari pernyataan tersebut dapat
dimengerti bahwa teknologi merupakan kegiatan manusia. namun, tidak
semua kegiatan manusia adalah teknologi, melainkan hanyalah kegiatan yang
mempunyai dua ciri pokok, yaitu efisien dan bertujuan tertentu (yang
menyangkut kebutuhan kebendaan). Efisiensi adalah sebuah konsepsi (dalam
pemikiran manusia) yang menunjukkan perbandingan terbaik antara suatu
kerja dengan hasilnya. Oleh karena itu ada dua faktor yaitu kerja dan hasil.
Faktor hasil, suatu kegiatan efisien apabila dengan suatu kerja tertentu
memberikan hasil yang terbesar. Sedangkan faktor kerja, suatu kegiatan
efisien jika suatu hasil tertentu dapat tercapai dengan kerja yang terkecil. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi pada pokoknya dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu membuat dan menggunakan, namun hanya
yang efisien dan bertujuan tertentu saja yang dapat disebut teknologi (Gie,
1996:22-24).
Teknologi yang berkembang dari masa kemasa juga merupakan
implikasi dari perkembangan kehidupan manusia. kita hidup dalam zaman
yang sangat dinamis dengan berbagai bentuk perubahan di segala aspek
kehidupan manusia. baik secara cepat maupun lambat, masyarakat akan selalu
mengalami perubahan. “Perubahan menjadi sesuatu hal yang sulit untuk kita
hindari karena hal itu sudah menjadi bagian dalam kehidupan yang kita
rasakan sekarang. Setiap saat kita melihat segala bentuk perubahan ataupun
kemajuan di berbagai bidang baik Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
Ekonomi, Sosial, maupun Budaya” (Subagiyo,2006:26). Perubahan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menjadi sebuah fenomena yang menarik dikaji karena memiliki implikasi
yang begitu kompleks dalam berbagai segi kehidupan manusia. hal ini
merupaka dampak dari akses informasi global yang semakin cepat dan
canggih.
Budi Sutedjo (2003:1) berpendapat bahwa Akses informasi global
yang berkembang dengan pesat memunculkan sebuah babak baru dalam
kehidupan masyarakat modern zaman sekarang dimana manusia sangat
bergantung dengan informasi. Ketergantungan ini dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari dimana masyarakat modern selalu lekat dan tidak
terpisahkan dari informasi baik melalui media cetak maupun elektronik. Kita
dapat dengan mudah menikmati sebuah informasi mengenai berbagai hal dari
berbagai belahan dunia. Kemudahan ini dapat diperoleh dengan kemajuan
dibidang Teknologi Informasi yang berkembang dengan pesat.
Menurut Anthony Giddens (2001:59) globalisasi tentu lebih dari
sekedar gejala yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Giddens bebicara
mengenai perentangan waktu-ruang yang berkaitan erat dengan suatu
peristiwa dalam kehidupan. Peristiwa dilingkup lokal semakin berkait erat
dengan peristiwa dan proses yang terjadi amat sangat jauh jaraknya, begitu
pula sebaliknya. Kita dapat melihat berbagai peristiwa yang berada dalam
suatu ruang dan waktu yang jauh dari keberadaan kita sehingga seolah-olah
kita sangat dekat dengan hal tersebut. Namun disisi lain,kita juga merasakan
perentangan ruang dan waktu tersebut pada peristiwa yang juga berada pada
wilayah jangkauan kita. Hal ini di definisikan sebagai berikut:
Kerangka konseptual perentangan waktu-ruang mengarahkan kita
pada hubungan-hubungan yang kompleks antara peristiwa lokal
(kondisi co-presence) dan interaksi lintas jarak (kaitan kehadiran dan
ketidak hadiran). Dalam kondisi modern, tingkat perentangan waktu-
ruang jauh lebih tinggi dibanding kurun sebelumnya, dan hubungan
antara peristiwa lokal dan yang jauh juga direntang. Globalisasi
terutama mengacu pada proses perentangan ini. (B.Herry-Priyono,
2002:61)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sebagai dampak arus globalisasi, perlu adanya penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Keberadaannya yang mulai di gunakan
dalam area kampus memberikan kemudahan bagi para mahasiswa dan dosen
dalam beraktifitas. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sendiri
mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi
Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung
pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.
(Wahid,2004:69).
Teknologi yang kemudian dihadapkan kepada kebutuhan manusia
akan informasi yang cukup besar membuat manusia membuat berbagai
inovasi. Besarnya kebutuhan akan informasi membuat teknologi berkembang
untuk memberikan informasi yang lebih berkualitas kepada masyarakat luas.
Beberapa faktor penentu kualitas informasi adalah keakuratan, ketepatan
waktu, relevansi, dan kemudahan untuk memperolehnya. (Sutedjo,2003:2).
Kebutuhan akan informasi yang begitu besar dimasyarakat dengan
kualitas yang dituntut untuk lebih baik kemudian terjawab dengan adanya
jaringan internet. Jaringan internet pada awalnya merupakan sistem keamanan
militer di negara Amerika Serikat yang digunakan untuk mengirim informasi-
informasi rahasia. Namun kemudian internet mulai dikenal luas dieropa
bahkan dunia. Sifat dari jaringan internet yang praktis dan menarik serta
banyak diminati membuat internet menjadi media yang laris manis didunia.
Dalam perkembangannya, jaringan internet menjadi jaringan yang paling
longgar dan paling sedikit bisa dikenai peraturan (Karlina Supelli,2010:336).
Membayangkan internet sebagai sekedar jaringan komputer adalah
tidak tepat. Jaringan komputer hanyalah medium yang membawa informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
daya guna internet terletak pada informasi itu sendiri, bukan pada jaringan
komputer. Selain itu, kita dapat melihat bahwa internet sebagai sumber daya
informasi yang berorientasi ke manusia. Internet memberi kesempatan pada
pemakai diseluruh dunia untuk berkomunikasi dan memakai bersama sumber
daya informasi ini (Sidharta,1996:2)
Teknologi yang berkembang kemudian memunculkan sebuah
penemuan akan jaringan internet nirkabel (tanpa kabel) berupa Hotspot yang
pemanfaatannya menggunakan signal Wi-FI (Wireless Fidelity). Area
bersinyal yang sering disebut Hotspot pertama kali dikemukakan oleh Brett
Steward pada tahun 1993 dengan memanfaatkan teknologi Wireless LAN
(Local Area Network). Hotspot merupakan lokasi dimana user (pengguna)
dapat mengakses melalui mobile computer (seperti laptop atau PDA) tanpa
menggunakan koneksi kabel dengan tujuan untuk mendapatkan jaringan
internet. Jaringan tanpa kabel (wireless) merupakan teknologi jaringan yang
semakin banyak digunakan pada lembaga ataupun instansi. Pada jaringan
wireless, instalasi jaringan sangat mudah dan fleksibel karena tidak
membutuhkan media kabel sebagai penghubung antar komputer, laptop, atau
gadget dengan penangkap sinyal Wi-Fi. Pada jaringan wireless setiap gadget
penangkap signal membutuhkan perangkat wireless sehingga dapat saling
terhubung. (Madcoms, 2011:2)
Wi-Fi atau Wireless Fidelity adalah satu standar Wireless Networking
tanpa kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke
jaringan. Teknologi Wi-Fi memiliki standar yang ditetapkan oleh sebuah
institusi internasional yang bernama Institute of Electrical and Electronic
Engineers (IEEE), yang secara umum sebagai berikut :
Standar IEEE 802.11a yaitu Wi-Fi dengan frekuensi 5 Ghz yang memiliki
kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.
Standar IEEE 802.11b yaitu Wi-Fi dengan frekuensi 2,4 Ghz yang
memiliki kecepatan 11 Mbps dan jangkauan jaringan 100 m.
Standar IEEE 802.11g yaitu Wi-Fi dengan frekuensi 2,4 Ghz yang
memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.
(Priambodo & Heriadi,2005:1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Teknologi WI-Fi yang banyak di implementasikan adalah standar
IEEE 802.11g karena standar tersebut lebih cepat untuk proses transfer data
dengan jangkauan jaringan yang lebih jauh serta dukungan vendor
(perusahaan pembuat hardware). Perangkat tersebut bekerja di frekuensi 2,4
Ghz atau disebut sebagai pita frekuensi ISM (Industrial, Scientific, and
Medical) yang juga digunakan oleh peralatan lain, seperti microwave open,
cordless phone, dan Bluetooth (Priambodo & Heriadi,2005:1)
Keberadaan jaringan internet membuat segala bentuk perubahan serta
informasi mengenai berbagai hal di berbagai belahan dunia dapat kita ketahui
dengan akses yang semakin cepat dan canggih. Dahulu, akses berita tidak
dapat secara cepat dan akurat diterima oleh manusia di berbagai tempat. Hal
ini dapat dimengerti karena untuk memperoleh berita tersebut manusia masih
menggunakan peralatan yang sederhana dan kadang keakuratannya juga
dipertanyakan. Namun sekarang, kita dapat mengakses berbagai informasi
dari berbagai belahan dunia dengan mudah. Sebuah peristiwa yang terjadi di
belahan bumi barat seperti di Benua Amerika atau Eropa dapat diakses oleh
kita yang berada di belahan bumi timur hanya dalam hitungan menit bahkan
detik melalui berbagai jalur akses baik melalui jaringan internet maupun
melalui satelit buatan manusia berupa siaran televisi. Hal ini membuat
masyarakat dunia dapat lebih cerdas dalam menyikapi globalisasi karena
globalisasi informasi dipandang telah menciptakan suatu masyarakat yang
terbuka dan kritis (Winarno,2008:30).
2. Hotspot Sebagai Penunjang Aktifitas Mahasiswa
Perkembangan teknologi informasi sering menjadi suatu fenomena
yang dapat dipandang sebagai sebuah trend. Sadar ataupun tidak dalam
mengikuti dan menggunakannya, setiap orang, setiap industri, setiap kantor
telah merasa perlu untuk mengikuti trend teknologi informasi. semua
berusaha menggunakan jaringan komputer dirumah, didalam kantor,
diperusahaan, maupun dalam lembaga pendidikan. Selain itu, semua merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
harus menggunakan internet untuk mengikuti trend perkembangan teknologi
informasi hanya sekedar tidak ingin dikatakan ketinggalan jaman (Priambodo
& Heriadi,2005:2).
Kebutuhan akan akses informasi yang tinggi mendorong pemikiran
mengenai sarana pendukung teknologi informasi terbawa untuk berkembang
dan semakin canggih. Perkembangan ini kemudian menjadi trend yang
banyak diikuti. Salah satu trend yang mengikuti perkembangan teknologi
informasi adalah trend gadget yang ada sekarang ini. Setiap saat muncul
berbagai kecanggihan gadget yang ditawarkan kepada konsumen yang
kemudian digunakan dan diikuti sebagai gaya hidup. “Gadget adalah lambang
masyarakat post-industri yang dalam hal ini kemudian terjadi pergeseran
makna antara use value menjadi symbolic value dari sebuah gadget”
(Baudrillard, 2004:137).
Trend gadget ini menarik perhatian seperti budaya massa yang
diungkapkan oleh Hikmat Budiman (2002:52), yang pada umumnya tertuju
pada tiga hal, yaitu:
1. Daya tariknya yang sedemikian besar yang sanggup menjangkau bukan
hanya kalangan terbatas dari sebuah kelompok massa dalam sebuah
masyarakat, tetapi menembus hampir seluruh batas, baik fisik maupun
mental masyarakat manusia diseluruh dunia.
2. Menarik perhatian sejumlah orang untuk mengetahui pengaruh positif atau
negatif yang diakibatkan baik pada praktek-praktek dan pengalaman
cultural yang lebih lama, terhadap bidang kehidupan dalam masyarakat
kontemporer maupun masyarakat yang menjadi pendukungnya.
3. Medium yang sanggup menyebarluaskan budaya massa tadi keseluruh
dunia sehingga lepas dari berbagai kritik dari penentangnya dan
diterima sebagai sebuah budaya dunia baru.
Priyambodo dan Heriadi menyatakan bahwa komunikasi tanpa
kabel/nirkabel (wireless) telah menjadi kebutuhan dasar atau gaya hidup baru
masyarakat informasi. LAN nirkabel yang lebih dikenal dengan jaringan Wi-
Fi menjadi teknologi alternatif dan relatif lebih mudah untuk di
implementasikan di lingkungan kerja (SOHO/Small Office Home Office).
Instalasi perangkat jaringan Wi-Fi lebih fleksibel karena tidak membutuhkan
penghubung kabel antar komputer. Komputer dengan WI-Fi Device dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
saling terhubung dengan hanya membutuhkan ruang atau space dengan syarat
jarak jangkauan dibatasi kekuatan pancaran sinyal radio dari masing-masing
komputer (2005:1).
Penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan merupakan sebuah
langkah dalam peningkatan mutu pendidikan. Teknologi dalam Pendidikan
adalah salah satu aspek yang sangat penting dari Teknologi Pendidikan.
“Teknologi dalam pendidikan (Technologi in Education) mencakup setiap
kemungkinan sarana (alat) yang dapat digunakan untuk menyajikan
informasi. Hal ini berhubungan erat dengan alat-alat yang dipakai dalam
dunia pendidikan itu sendiri dalam menunjang aktivitas mahasiswa” (Percival
& Ellington, 1993:1).
Aktivitas adalah suatu kegiatan berfikir maupun bertindak, yang
dalam hal ini adalah kegiatan mahasiswa dalam memanfaatkan Hotspot Area
sebagai fasilitas penunjang aktivitas mahasiswa. Aktivitas tidak berdiri
sendiri namun senantiasa mengenai relasi tertentu terhadap suatu objek.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005:25), aktivitas didefinisikan
sebagai “kegiatan atau kesibukan; keaktifan; kerja atau salah satu kegiatan
kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian didalam perusahaan”. Dalam
konteks didalam kampus, aktivitas mahasiswa dapat digolongkan menjadi dua
yaitu aktivitas akademik dan aktivitas non akademik. aktivitas akademik
disini merupakan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan ilmu
pengetahuan yang telah direncanakan dalam kalender akademik lembaga
pendidikan dalam hal ini fakultas. Sedangkan kegiatan non akademik
merupakan kegiatan yang merupakan wadah bagi mahasiswa untuk
mengekspresikan bakat masing-masing yang telah difasilitasi oleh lembaga
dan digunakan untuk pengembangan diri mahasiswa.
Sumadi Suryabrata menjelaskan bahwa “Aktivitas (activiteit) adalah
banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan
pikiran-pikirannya dalam tindaan yang spontan” (1991:98). Jadi jelas bahwa
aktivitas disini bukan sekedar melakukan kegiatan akan tetapi dalam hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mahasiswa melakukan kegiatan tersebut dengan latar belakang dan tujuan
tertentu ketika memanfaatkan hotspot kampus.
Keberadaan Hotspot sebagai fasilitas pemanfaatan teknologi informasi
dalam dunia pendidikan harus dilengkapi bangunan fisik penunjang aktifitas
mahasiswa. Hal ini kemudian memunculkan keberadaan shelter ataupun
lokasi yang ditujukan untuk para pengguna hotspot. Ini memberikan sebuah
gambaran akan makna dalam ranah arsitektur. Secara sederhana tempat
mahasiswa memanfaatkan signal wi-fi dirancang untuk memberikan
kemudahan dalam aktifitas mereka ketika berada di area hotspot. David
Hutama(2010) memberikan gambaran sebagai berikut:
Kata „ruang‟ dalam arsitektur selalu merujuk pada dua sifat; matematis
dan psikologis. Arsitektur memahami ruang secara matematis sebagai
sebuah entitas dan objek yang dibatasi oleh tiga sumbu: x. y, dan z. secara
psikologis arsitektur memahami ruang sebagai locus terjadinya
percampuran, pertemuan, atau bahkan pertempuran beragam kepentingan
(needs) dan keinginan (wants) manusia. pemahaman matematis bersifat
obyektif dan kuantitatif sedangkan pemahaman psikologis bersifat
subyektif dan kualitatif. Kedua pemahaman sifat ini tidak berdiri mandiri
tapi saling melengkapi. Tanpa adanya integrasi dan harmonisasi antara
keduanya tidak akan lahir sebuah ruang arsitektur. Sebab itu juga ruang
dalam arsitektur selalu mengandung dua sifat tersebut
(Hardiman,2010:318).
Bentuk nyata dari bangunan penunjang Hotspot merupakan sebuah
ruang matematis yang dapat dimanfaatkan mahasiswa dalam berbagai
keperluan. Disini secara psikologis ruang ini memberikan sebuah tempat bagi
mahasiswa untuk beragam kepentingan dan keinginan tertentu dimana kedua
sifat tersebut memberikan sebuah keadaan yang saling melengkapi.
Keberadaan fasilitas hotspot tersebut merupakan sebuah upaya yang memiliki
tujuan tertentu dari FKIP sendiri sebagai lembaga pendidikan yang berusaha
meningkatkan kualitasnya dibidang teknologi sebagai sebuah tantangan dunia
global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Hotspot Area Sebagai Media Tindakan Sosial Mahasiswa
Dalam mengupas fenomena pemanfaatan Hotspot area disini tindakan
sosial dari Max Weber merupakan teori yang akan digunakan. Weber sangat
tertarik pada masalah-masalah sosiologis yang luas mengenai struktur sosial
dan kebudayaan, tetapi dia melihat bahwa kenyataan sosial secara mendasar
terdiri dari individu-individu dan tindakan-tindakan sosialnya yang berarti.
Weber mendefinisikan sosiologi sebagai:
Suatu ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman
interpretatif mengenai tindakan sosial agar dengan demikian bisa
sampai ke suatu penjelasan kausal mengenai arah dan akibat-
akibatnya. Dengan “tindakan” dimaksudkan semua perilaku manusia,
apabila atau sepanjang individu yang bertindak itu memberikan arti
subyektif kepada tindakan itu … Tindakan itu disebut sosial karena arti
subyektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak.,
… memperhitungkan perilaku orang lain dan karena itu diarahkan
ketujuannya. (Doyle Paul Johnson ,1986:214)
Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada
motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial. Posisi Weber berhubungan
dengan posisi nominalis. Kaum nominalis berpendirian bahwa hanya
individu-individulah yang riil secara obyektif, dan bahwa masyarakat
hanyalah satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu-individu.
Konsep struktur sosial atau tipe-tipe fakta sosial lainnya yang lebih daripada
individu dan perilakunya serta transaksinya dianggap sebagai suatu abstraksi
spekulatif tanpa suatu dasar apapun dalam dunia empiris. (Johnson, 1986).
Weber menjelaskan bahwa “Tindakan sosial meliputi setiap jenis perilaku
manusia, yang dengan penuh arti diorientasikan pada perilaku orang-orang
lain yang telah lewat yang sekarang dan yang diharapkan diwaktu yang akan
datang”(Giddens, 1986: 186)
Dalam kemunculan hotspot area didalam kampus beserta fasilitas
pendukungnya, mahasiswa menyikapi hal tersebut dengan berbagai hal.
Aktivitas tersebut merupakan tindakan yang secara sosiologis memiliki
makna yang berbeda-beda dari setiap individu. Makna dari tindakan subyektif
mahasiswa dalam pemanfaatan fasilitas tersebut merupakan sebuah perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang memiliki alasan dan tujuan tertentu. Tindakan dalam pengertian
orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subyektif hanya hadir sebagai
perilaku seseorang atau beberapa orang manusia secara individual. Secara
lebih sederhana, pemanfaatan hotspot dilingkungan kampus dimanfaatkan
mahasiswa untuk berbagai aktivitas yang memiliki motivasi dan tujuan
tertentu dalam tindakan sosial yang dilakukannya.
Analisa substantif Weber tidak mencerminkan suatu posisi
individualistik yang demikian ekstremnya. Dia mengakui pentingnya
dinamika-dinamika kecenderungan sejarah yang besar dan pengaruhnya
terhadap individu. Namun demikian, semua pernyataan umum yang
berhubungan dengan kecenderungan sejarah itu, dalam analisa akhirnya,
merupakan pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan kecenderungan-
kecenderungan atau pola-pola tindakan atau interaksi individu. Posisi weber
dapat dilihat sebagai sesuatu yang berhubungan dengan individualism
metodologis. Artinya, data ilmiah bagi ilmu sosial akhirnya berhubungan
dengan tindakan-tindakan individu (Johnson, 1986:215).
Arti-arti subyektif sangat penting dalam definisi weber. Posisi weber
jelas dalam kutipan berikut ini:
Sosiologi interpretatif memandang individu dan tindakannya sebagai
satuan dasar., sebagai “atom”-nya … Dalam pendekatan ini, individu
juga yang paling penting dan satu-satunya yang melaksanakan
tindakan yang berarti itu … Umumnya bagi sosiologi, konsep-konsep
seperti “negara”, “perserikatan”, “feodalisme”, dan sebagainya
menunjukkan kategori-kategori tertentu dalam interaksi manusia.
Karena itu adalah tugas sosiologi untuk mereduksikan konsep-konsep
ini ketindakan “yang dapat dimengerti”, artinya, tanpa kecuali,
ketindakan orang-orang yang berpartisipasi secara individual
(Johnson,1986:215)
Tujuan Weber adalah untuk masuk ke arti-arti subyektif yang
berhubungan dengan berbagai “kategori interaksi manusia” untuk
menggunakannya dalam membedakan antara tipe-tipe struktur sosial dan
untuk memahami arah perubahan sosial yang besar dalam masyarakat
(Johnson,1986:215).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Weber menjelaskan bahwa sosiologi memiliki kelebihan daripada
ilmuwan alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan sosiologi untuk
memahami fenomena sosial, sementara ilmuwan alam tidak dapat
memperoleh pemahaman serupa tentang perilaku atom atau ikatan kimia.
Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Pemakaian istilah
verstehen ini secara khusus oleh weber dalam penelitian historis adalah
sumbangannya yang paling banyak dikenal, dan paling kontroversial,
terhadap metodologi sosiologi kontemporer (Ritzer & Goodman, 2008:126).
Menurut Weber Verstehen dalam hal ini melibatkan penelitian
sistematis dan ketat yang bukan sekedar “merasakan” teks atau fenomena
sosial. Bagi weber verstehen adalah prosedur studi yang rasional. Pemahaman
akan tindakan yang dikehendaki oleh subyeknya serta memahami konteks
yang melingkupinya akan memberikan penjelasan yang rasional mengenai
tindakan sosial yang terjadi (Ritzer & Goodman, 2008:127). Dalam konteks
pemanfaatan hotspot area sebagai fasilitas kampus, mahasiswa sebagai
subyek penelitian memiliki pemahaman yang berbeda-beda tergantung
konteks yang dijalankan ketika berada di area hotspot. Tindakan yang
dipahami oleh mahasiswa serta konteks yang melingkupi tindakan tersebut
dapat digunakan untuk memahami makna akan fenomena sosial pemanfaatan
hotspot area sebagai fasilitas kampus.
Tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektif) sebagai metode
untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif
tindakan sosial. Bagi weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan
introspeksi. Introspeksi bisa memberikan seseorang pemahaman akan
motifnya sendiri atau arti-arti subyektif, tetapi tidak cukup untuk memahami
arti-arti subyektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang
diminta adalah empati, kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka
berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-
tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu. Proses itu menunjuk pada
konsep “mengambil peran” yang terdapat dalam interaksionisme simbolik.
Weber berpendirian bahwa sosiologi haruslah merupakan suatu ilmu empirik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang menganalisa perilaku aktual manusia individual menurut orientasi
subyektif mereka sendiri. (Johnson,1986:216).
Hotspot area sebagai ruang tindakan sosial mahasiswa memberikan
ruang bagi aktivitas mahasiswa didalam kampus untuk berbagai kegiatan
yang bersifat akademik maupun non akademik. Tindakan mahasiswa dalam
memanfaatkan berbagai fasilitas kampus tentunya memiliki orientasi yang
berbeda-beda. Orientasi tersebut sangat bergantung dengan konteks setiap
mahasiswa dalam tindakan tesebut. Hotspot area terlihat ramai ketika
mahasiswa dengan berbagai aktivitasnya memenuhi ruang-ruang fasilitas
hotspot area untuk berbagai tujuan tertentu dimana setiap aktivitas dari
mahasiswa tersebut tentunya memiliki orientasi dan motif yang berbeda-beda
sesuai dengan tujuan masing-masing. Aktivitas tersebut memiliki implikasi
lebih lanjut mengenai pemanfaatan hotspot area itu sendiri.
Pemikiran weber jika kita menerima kata-katanya ini sebagaimana
adanya, didasarkan pada pemahamannya tentang tindakan sosial. (S. Turner,
1983). Ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Konsep
perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses
pemikiran. Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas
melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang
ditimbulkan olehnya). Antara terjadinya stimulus dengan respons. Secara
agak berbeda, tindakan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan makna
subjektif pada tindakan mereka. Bagi weber, tugas analisis sosiologi terdiri
dari “penafsiran tindakan menurut makna subjektifnya” (Ritzer &Goodman ,
2008:136).
Menurut Weber “tindakan sosial harus dimengerti dalam
hubungannya dengan arti subyektif yang terkandung didalamnya, orang perlu
mengembangkan suatu metode untuk mengetahui arti subyektif ini secara
obyektif dan analitis” (Johnson, 1986:219). Dalam keadaan tidak ada metode
seperti itu, kritik-kritik terhadap berbagai pendekatan subyektif pasti benar
yang menyatakan bahwa aspek-aspek pengalaman individu yang tidak dapat
diamati tidak dapat dimasukkan dalam suatu analisa ilmiah mengenai perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
manusia. namun bagi weber, konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu
analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar
perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda.
Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan weber dalam
klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang
diberikan adalah antara tindakan rasional dan yang non rasional. Singkatnya
tindakan rasional (menurut weber) berhubungan dengan pertimbangan yang
sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Didalam kedua kategori
utama, mengenai tindakan rasional dan non rasional itu (Johnson ,1986:219)
Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan
makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar.
Tipologi ini tidak hanya sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud
weber dengan tindakan namun juga menjadi salah satu dasar bagi minat
weber pada strukur dan institusi sosial yang lebih luas. Empat tipe tindakan
tersebut diantaranya:
1. Rasionalitas Instrumental (Zweckrationalitat), yaitu tindakan yang
ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan
perilaku manusia lain. Harapan ini digunakan sebagai „syarat‟ atau
„sarana‟ untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan
perhitungan yang rasional. Individu tersebut lalu menilai alat yang
mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi.
Hal ini mungkin mencakup pengumpulan informasi, mencatat
kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat
dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin dari beberapa alternatif tindakan itu.
Akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang kiranya
mencerminkan pertimbangan individu atas efisiensi dan afektivitasnya.
Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu dapat menentukan secara
obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Wertrationalitat), yaitu tindakan yang
oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, esetis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
religius, atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek
keberhasilannya. Alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan
perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam
hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau nilai
akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat non rasional dalam hal dimana
seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai
tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Komitmen terhadap nilai-nilai
ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional
mengenai kegunaan (utility) efisiensi, dan sebagainya tidak relevan.
3. Tindakan Tradisional, yaitu tindakan sosial yang bersifat non rasional
dimana seorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan
tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Individu itu akan
membenarkan atau akan menjelaskan tindakan itu kalau diminta dengan
hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu
atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya.
4. Tindakan Afektif, yaitu tindakan yang didominasi perasaan atau emosi
tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan
tersebut benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan
logis, ideologis, atau criteria rasionalitas lainnya. (Ritzer & Goodman,
2008:137)
Pengklasifikasian tindakan tersebut merupakan gambaran mengenai
tindakan subjektif dari seorang manusia dalam aktivitas kehidupannya.
Meskipun pada kenyataannya tidak semua tindakan dapat dimasukkan
kedalam pengklasifikasian tersebut. Namun secara garis besar, tindakan
rasional maupun non rasional dari seorang individu memiliki motivasi dan
tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Meskipun Weber membedakan empat bentuk tindakan ideal –tipikal,
ia sepenuhnya sadar bahwa tindakan tertentu biasanya terdiri dari kombinasi
dari keempat tipe tindakan ideal tersebut. selain itu, weber berarguman bahwa
sosiologi harus memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tindakan yang lebih memiliki variasi rasional ketimbang memahami tindakan
yang didominasi oleh perasaan atau tradisi. ( Ritzer & Goodman , 2008:138).
Pola perilaku tertentu yang sama mungkin mungkin bisa sesuai
dengan kategori-kategori tindakan sosial yang bebeda dalam situasi-situasi
yang berbeda, tergantung pada orientasi subyektif dari orientasi individu yang
terlibat. Dalam konteks mahasiswa dalam kampus, mungkin mereka sama-
sama membuka gadget ketika berada dalam ruang hotspot area. Namun setiap
mahasiswa tentunya memiliki tujuan yang berbeda-beda dimana orientasi
mereka tentunya juga bermacam-macam tergantung konteks yang digunakan
untuk menjelaskan makna keberadaannya. Sehingga tindakan yang terjadi
tentunya bersifat subyektif dan memiliki tujuan tertentu yang dapat dikaji
lebih lanjut.
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai Hotspot Area memiliki kaitan dengan penelitian
dari Yetti Purwanti, mahasiswa FKIP UNS dari Prodi Sosiologi Antropologi
dengan judul “PERILAKU MAHASISWA DALAM MEMANFAATKAN
HOTSPOT” (UPT. Puskom Universitas Sebelas Maret UNS Solo). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa dalam memanfaatkan
Hotspot Area oleh Mahasiswa UNS. Peneliti berusaha untuk menangkap
pandangan atau persepsi mahasiswa dengan keberadaan Hotspot area yang
pada waktu itu sedang mulai dikenal oleh berbagai instansi pendidikan.
Penelitian ini juga meneliti mengenai pembangunan sistem teknologi
informasi atau internet berbasis nirkabel di UPT. Puskom Universitas Sebelas
Maret.
Lebih lanjut, implementasi jaringan internet tanpa kabel juga dibahas
oleh Djamhari Sirat, Muhammad Asvial, dan Luther B. Marpaung dalam
jurnal yang ditulis oleh mereka dengan judul “IMPLEMENTASI WiMAX
SEBAGAI BACKHAUL PADA JARINGAN HOTSPOT EXISTING
DIJAKARTA”. Dalam jurnalnya, ditulis bahwa perkembangan Broadband
Wireless Access (BWA) sebagai standar global untuk media transmisi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
telah digunakan sebagai penyedia jasa akses internet berkecepatan tinggi.
Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan
teknologi BWA yang memiliki kecepatan akses tinggi dengan jangkauan luas.
Aplikasi WiMAX yang ditunjang oleh kemampuan interoperabilitas,
fleksibilitas, dan aspek komersial telah membawa dampak penggunaan
internet lebih efisien serta memberikan layanan murah dan mudah.
Dijelaskan pula dalam jurnal tesebut bahwa WiMAX dengan
kemampuan menyalurkan data hingga 75 Mbps dengan jarak jangkau hingga
50 km dan mampu mengatasi kondisi non line of sight (NLOS) sangat
potensial di implementasikan di Indonesia yang memiliki kesenjangan
infrastruktur telekomunikasi. WiMAX dapat berfungsi untuk mendukung
percepatan pembangunan infrastruktur akses sebagai solusi alternative
backhaul. Kelebihannya lainnya adalah kemampuan interoperability yang
menyebabkan terjadi kompetisi penyediaan perangkat sehingga bisa
menurunkan tingkat harga.
Penelitian mengenai jaringan internet juga dibahas oleh Emmy
Poentarie yang merupakan seorang peneliti muda pada BPPKI Yogyakarta
dengan judul “KONSTRUKSI CITRA MELALUI MEDIA ONLINE”.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa kehadiran internet telah membawa
perubahan baru dalam perilaku berkomunikasi. Adanya weblog atau sering
disebut blog, tidak hanya dimanfaatkan oleh pengguna biasa namun juga
digunakan oleh tokoh-tokoh politik serta orang-orang berpengaruh di
bidangnya untuk mengkonstruksi dirinya. Dalam hal ini, internet menjadi
kebutuhan bagi manusia untuk beraktivitas di dunia maya baik untuk
pencitraan diri ataupun aktivitas yang lain. Hal ini juga terjadi pada para
mahasiswa yang menggunakan jaringan internet melalui hotspot kampus
dimana jaringan internet menjadi sebuah kebutuhan bagi mahasiswa untuk
aktivitas akademik maupun non akademik.
Ketiga penelitian tersebut memberikan gambaran kepada peneliti
untuk mengembangkan penelitian ini. Penelitian tersebut memiliki relevansi
dengan apa yang dibicarakan dan di ulas dalam penelitian ini sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
membantu peneliti dalam menarik berbagai permasalahan yang akan
diangkat. Selain itu, hasil dari penelitian tersebut memberikan gambaran
mengenai fenomena yang tejadi pada penelitian yang sedang dilakukan.
B. Kerangka Berpikir
Sistem informasi dengan jaringan internet terus mengalami
perkembangan yang pesat. Jaringan internet yang pada awalnya
menggunakan kabel sebagai alat untuk saling terhubung mulai berkembang
dengan ditemukannya sistem jaringan internet tanpa kabel. Dengan
menggunakan gelombang mikro jaringan internet dapat diperoleh dari yang
jaraknya hanya puluhan meter, ratusan meter hingga puluhan kilometer.
Bahkan jaringan ini dapat mencakup antar negara maupun benua melalui
satelit buatan manusia. selain itu, kecepatan akses dari waktu kewaktu juga
berkembang dengan pesat. Di negara-negara maju yang kebutuhan sistem
informasinya tinggi kecepatan akses tidak lagi menggunakan ukuran kilobyte
per detik namun sudah menggunakan megabyte. Kecepatan akses ini menjadi
penting karena dengan akses yang cepat maka manusia juga akan
memperoleh akses yang lebih cepat pula. Perkembangan teknologi informasi
yang begitu cepat tersebut merupakan jawaban atas kebutuhan akan informasi
yang begitu tinggi dalam masyarakat.
Kebutuhan akan informasi yang begitu tinggi menjadi sebuah
fenomena yang terjadi seiring perkembangan kehidupan manusia. Hal ini
dapat dipahami karena kehidupan manusia diera modern seperti sekarang ini
menempatkan informasi sebagai kebutuhan yang penting dalam menjalani
aktivitas kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan informasi ini membuat
banyak bermunculan media penyedia informasi salah satunya adalah sistem
informasi melalui jaringan internet. Sistem informasi ini memberikan
berbagai macam hal mulai dari berita politik, ekonomi, sosial, serta budaya
dengan cepat. Kita dapat mengetahui berbagai berita dari berbagai belahan
dunia dalam hitungan menit bahkan detik. Hal ini memberikan fenomena
tersendiri dalam kehidupan manusia zaman sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Hotspot Area menjadi fenomena yang mulai menjadi tolak ukur akan
modernisasi dan globalisasi. Ini tampak dari semakin gencarnya berbagai
lembaga pemerintahan maupun lembaga pendidikan yang berupaya untuk
menjadikannya sebagai fasilitas dilingkungan masing-masing lembaga
tersebut sebagai sarana pelengkap akan kebutuhan teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan adanya hotspot area di berbagai tempat sebagai fasilitas
publik memberikan akses kemudahan dalam berbagai hal yang berkaitan
dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam hal ini adalah fasilitas
internet nirkabel melalui Wi-fi.
Lembaga pendidikan yang bertugas mendidik calon-calon penerus
bangsa juga tidak mau ketinggalan dengan perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Salah satunya adalah FKIP (Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan). Dengan program WCU (World Class University) yang
di angkat membuat Teknologi Informasi dan Komunikasi mulai
dikembangkan oleh FKIP. Proses keadministrasian mahasiswa yang mulai
menggunakan sistem online merupakan gambaran keseriusan FKIP dalam
menyambut kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai sistem
yang dipakai dalam lembaga FKIP sendiri. Hal ini membuat jaringan internet
nirkabel juga mulai dimanfaatkan untuk mendapatkan akses internet yang
mudah diperoleh dilingkungan kampus. Salah satu bentuk pemanfaatan
jaringan internet nirkabel yang dilakukan adalah dengan penyediaan fasilitas
Hotspot Area di lingkungan FKIP. Dilingkungan kampus kentingan sendiri
ada beberapa titik Hotspot yang dapat dimanfaatkn mahasiswa.
Sebagai fasilitas kampus, FKIP juga membangun fasilitas penunjang
keberadaan Hotspot. Fasilitas tersebut berupa pembangunan Shelter di
lingkungan kampus sebagai tempat bagi mahasiswa dalam memanfaatkan
signal Wi-fi yang dipancarkan. Di Shelter juga dilengkapi dengan stop kontak
listrik yang dapat digunakan apabila gadget yang digunakan mahasiswa
lowbattery. Selain itu, disediakan pula meja dan kursi di loby-loby gedung
agar mahasiswa dapat menggunakannya sebagai tempat untuk mengakses
jaringan internet nirkabel tersebut apabila Shelter yang ada penuh. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
menurut pengamatan pada jam-jam aktif kuliah Shelter rata-rata ramai di
gunakan mahasiswa.
Dengan keberadaan fasilitas pendukung tersebut membuat banyak
mahasiswa memanfaatkan Hotspot Area untuk berbagai keperluan.
Ramainnya mahasiswa yang berada di Hotspot Area memperlihatkan
antusiasme mahasiswa yang tinggi dalam memanfaatkan fasilitas kampus
tersebut. mereka tampak mengobrol dengan teman, sibuk didepan layar laptop
atau gadget yang dimiliki untuk memanfaatkan signal Wi-fi. Hal ini menarik
untuk dikaji mengenai bagaimana mahasiswa memanfaatkan keberadaan
Hotspot Area dilingkungan kampus FKIP baik dari ranah akademik maupun
non akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka berfikir
Perkembangan
Teknologi Informasi
Aktifitas mahasiswa
dalam kampus
Kebutuhan akan
jaringan internet
Keberadaan fasilitas Hotspot Area
Pemanfaatan Hotspot Area oleh
Mahasiswa
Akademik Non Akademik
Sebagai sarana belajar
mahasiswa
Sebagai Ruang Tindakan
Sosial Mahasiswa
Pemanfaatan Teknologi
Informasi untuk
pengembangan kualitas FKIP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Secara umum metode adalah cara atau prosedur yang harus dilakukan
untuk dapat melakukan sesuatu secara sistematis. Sementara metodologi ialah
suatu kajian untuk mempelajari peraturan-peraturan dari suatu metode. Jadi
metode penelitian adalah kajian untuk mempelajari peraturan-peraturan dalam
penelitian. Jika ditinjau dari segi filsafat, metodologi penelitian merupakan
epistemologi penelitian, yaitu menyangkut bagaimana seorang peneliti
mengadakan penelitian (Usman & Akbar, 2000). Adapun pokok – pokok dari
kajian penelitian ini adalah:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian mengenai pemanfaatan Hotspot Area ini dilakukan di
lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Jalan Ir. Sutami 36 A Kelurahan Kentingan Kecamatan Jebres
Kota Surakarta. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, FKIP UNS merupakan
fakultas yang gencar dalam membangun fasilitas bagi mahasiswanya serta
memiliki titik hotspot yang paling banyak di kampus UNS sendiri yang
mencapai jumlah 24 titik.
b. Lokasi ini berada dilingkungan peneliti sendiri sehinga penggalian data dapat
dilakukan secara maksimal, mendalam, serta mudah dijangkau dan lebih
cepat dalam proses pengambilan data sehingga validitas data dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu lima bulan, mulai dari bulan
Januari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
Tabel 1. Waktu Penelitian
N
o
Kegiatan Bulan
Jan’12 Feb’12 Mar’12 Apr’12 Mei’12 Jun’12
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan
Proposal
a. Konsultasi
Proposal
b. Seminar
Proposal
3. Penyusunan
Desain Penelitian
a. Pra Penelitian
b. Mengurus
Perizinan
Penelitian
c. Penyusunan
Instrumen
Penelitian
4. Pengumpulan
Data dan Analisis
Data
a. Pengumpulan
Data
b. Menyusun
Fieldnote
c. Analisis Data
dan Penarikan
Kesimpulan
5. Penyusunan
laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian dapat dibedakan menjadi
penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor “Metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati” (Moleong, 2007:4),
Sedangkan menurut Kirk dan Miller “Penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya” (Moleong, 2007:4). Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada” (Moleong, 2007:5).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni
berusaha menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang persoalan yang
dijadikan topik penelitian dengan mengutamakan data-data verbal. Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengamati aktivitas mahasiswa yang
memanfaatkan hotspot area ketika beraktivitas didalam kampus serta berusaha
menafsirkan fenomena yang terjadi dengan keberadaan fasilitas penunjang hotspot
area sebagai ruang tindakan sosial mahasiswa didalam kampus.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi.
Perspektif ini mengarahkan bahwa apa yang dicari peneliti dalam kegiatan
penelitiannya dan bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi penelitian , serta
bagaimana peneliti menafsir beragam informan yang telah digali dan dicatat,
semuanya sangat bergantung pada perspektif teoritis yang digunakannya (Bogdan
& Taylor, 1975). Fenomenologi memandang perilaku manusia, apa yang mereka
katakan, apa yang mereka lakukan, adalah sebagai suatu produk dari bagaimana
orang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri. Tugas peneliti kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
adalah untuk menangkap proses tersebut, dan untuk itu diperlukan apa yang
disebut verstehen oleh Weber, atau pemahaman empatik (emphaty)
(Sutopo,2002:25). Menurut Kant, pentingnya penafsiran dan pemahaman.
Pengambilan keputusan dari seorang individu menyiratkan pengambilan jalan
hidup dan kebebasan manusia dalam bertindak. Pemahaman dan penafsiran
tersebut dapat lebih mengerti keadaan dan perasaan orang lain. Dengan cara
merasa berada didalam diri orang lain yaitu kemampuan untuk mereproduksi diri
didalam pikiran orang lain , perasaan, motif, yang menjadi latar belakang
kegiatannya. Dengan kata lain, untuk menangkap makna perilaku seseorang,
peneliti harus berupaya untuk melihat segalanya dari pandangan orang yang
terlibat dalam situasi yang menjadi sasaran studinya tersebut (participant’s point
of view) (Denzin & Lincoln, 2009:76).
Schutz menjelaskan bahwa fenomenologi sosial dimaksudkan untuk
merumuskan ilmu sosial yang mampu „menafsirkan dan menjelaskan tindakan dan
pemikiran manusia‟ dengan cara menggambarkan struktur-struktur dasar” …
realita yang tampak „nyata‟ dimata setiap orang yang berpegang teguh pada „sikap
alamiah”. Inilah isu utama interpretif yang memusatkan perhatian pada makna dan
pengalaman subjektif sehari-hari, yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana
objek dan pengalaman terciptakan secara penuh makna dan dikomunikasikan
dalam kehidupan sehari-hari (Denzin & Lincoln, 2009:337). Perilaku mahasiswa
dalam memanfaatkan Hotspot Area merupakan sebuah tindakan yang memiliki
makna dan tujuan tertentu dimana setiap tindakan dari individu tentunya memiliki
tujuan yang berbeda-beda. Penelitian ini berusaha untuk melihat tindakan tersebut
dari pandangan orang yang terlibat dalam aktivitas pemanfaatan fasilitas tersebut.
Penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena pemanfaatan fasilitas Hotspot Area
sebagai fasilitas yang dimanfaatkan mahasiswa dalam aktivitasna didalam
kampus.
Penelitian dengan pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami
makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia didalam situasinya yang
khusus. Penelitian dengan cara ini dimulai dengan sikap diam dan terbuka tanpa
prasangka. Artinya, peneliti tidak menganggap dirinya mengetahui makna dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berbagai hal yang terjadi dan ada pada orang-orang yang sedang dipelajarinya.
Sikap diam dan terbuka ini merupakan usaha untuk bisa menangkap segala
kemungkinan (dengan pikiran tanpa prasangka dan tidak berpikir prediktif) dari
apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian cara fenomenologis menekankan
pada berbagai aspek subjektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami
tentang bagaimana dan apa makna yang mereka bentuk dari berbgai peristiwa
didalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini berusaha untuk memahami
serta menangkap makna dari pemanfaatan fasilitas Hotspot Area dilingkungan
kampus Kentingan FKIP UNS .
C. Jenis Data
Pemahaman mengenai berbagai macam jenis data merupakan bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis data
akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang
diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun
menariknya suatu permasalahan atau topik penelitian, bila sumber datanya tidak
tersedia, maka ia tidak akan punya arti karena tidak akan bisa diteliti dan
dipahami.
Adapun jenis data secara menyeluruh yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dari
informan yang berkaitan dengan fokus masalah yang diteliti. Sumber data
utama dalam penelitian ini ialah berupa kata-kata dan tindakan. Kata-kata
yang dimaksud disini adalah kata-kata yang peneliti dapatkan dari hasil
wawancara dengan informan yang telah ditentukan.
Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan yang open-minded dan mengarah
pada kedalaman informasi, dilakukan dengan cara tidak secara
formal, terstruktur, untuk menggali pandangan subjek yang diteliti
tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi
penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam (Sutopo,
2002:59),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sedangkan tindakan yang dimaksud disini adalah adalah tindakan yang
dilakukan informan yang peneliti dapatkan dari lapangan dengan mengamati
informan ditentukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data
tersebut untuk mengetahui pemanfaatan Hotspot Area sebagai fasilitas
penunjang aktivitas mahasiswa didalam kampus.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain yang dilakukan
oleh peneliti dengan terjun langsung ke lapangan. Sumber data sekunder ini
diperoleh berupa dokumentasi. Peneliti menggunakan data sekunder ini
untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah peneliti
dapatkan melalui wawancara maupun observasi di lapangan.
D. Sumber Data
Jenis data yang diperlukan untuk digali dan dikaji sangat tergantung dari
rumusan masalah penelitian. Jenis sumber data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah:
1. Narasumber (Informan)
Informan adalah individu-individu tertentu yang dapat memberikan
keterangan dan data informasi untuk kepentingan penelitian. Sutopo
menjelaskan “dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (nara
sumber) sangat penting peranya sebagai individu yang memiliki
informasinya” (2002: 50). Dalam penelitian ini, peneliti akan memilih
informan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP
UNS yang sering melakukan aktivitas di Hotspot Area di lingkungan kampus
FKIP UNS kampus Kentingan.
Dalam teknik pengambilan informan yang bersifat internal, kelengkapan dan
kedalaman informasi tidak ditentukan oleh jumlah sumber datanya. Sumber
data tersebut bisa berupa informan dalam jumlah besar maupun informan
dalam jumlah kecil. Informan dalam jumlah kecil dianggap cukup apabila
informan tersebut dapat memberikan informasi yang lengkap dan benar serta
sah memenuhi syarat penelitian, tetapi apabila informan dalam jumlah kecil
belum memenuhi syarat maka diperlukan informan yang lebih banyak. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penelitian ini informan yang digunakan diantaranya adalah dari mahasiswa
yang dalam kesehariannya sering memanfaatkan hotspot kampus dan sering
berada di hotspot area kampus serta dari pihak pengelola jaringan internet di
FKIP UNS yaitu ICT Center.
2. Peristiwa atau aktivitas
Data atau informasi juga dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas, atau
perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya.
Sutopo menyatakan, ”dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti
bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena
menyaksikan sendiri secara langsung” (2002: 51). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan peristiwa atau aktivitas informan dilapangan untuk
memperkuat dan memberikan jawaban nyata akan fenomena yang terjadi.
selanjutnya dari data tersebut peneliti dapat memperkuatnya pada tahap
wawancara dengan informan yang telah ditentukan. Peristiwa atau aktivitas
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas mahasiswa dalam
memanfaatkan fasilitas Hotspot Area di lingkungan kampus Kentingan FKIP
UNS. Diantara aktivitas tersebut yaitu aktivitas memanfaatkan hotspot
kampus menggunakan gadget masing-masing serta aktivitas mahasiswa
ketika berada di hotspot area kampus baik untuk berdiskusi, mengerjakan
tugas, maupun kegiatan kelas dan organisasi.
3. Tempat atau lokasi
Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa
dimanfaatkan oleh peneliti. Sutopo menyatakan, “informasi mengenai kondisi
dari lokasi peristiwa atau aktivitas yang dilakukan bisa digali lewat sumber
lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya” (2002:52).
Dalam hal ini informasi dapat digali dari pengamatan secara cermat kondisi
dan lokasi serta bangunan yang digunakan mahasiswa dalam aktivitas
pemanfaatan hotspot area dilingkungan kampus Kentingan FKIP UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4. Dokumen atau arsip
HB. Sutopo (2002:54) menjelaskan bahwa “dokumen dan arsip merupakan bahan
tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dokumen
yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian-penelitian serupa yang
telah dilakukan di tempat yang berbeda, dapat juga data dari buku, surat kabar,
majalah, internet, beragam foto dan catatan lapangan.
E. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Menurut Sutopo dalam purposive sampling “peneliti cenderung untuk
memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap”
(2002:56). Dalam teknik purposive sampling ini peneliti akan memilih informan
yang dipandang paling tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data dan
mengetahui masalahnya secara mendalam. Menurut pendapat Patton bahwa
“didalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informasi dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data”
(Sutopo, 2002:56).
Untuk mencari data yang dibutuhkan, disini peneliti memilih informan
yang dianggap benar-benar mengetahui pokok permasalahannya secara mendalam
dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, peneliti telah mewawancara
mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang dalam
kesehariannya menggunakan fasilitas hotspot area dilingkungan kampus FKIP.
Untuk itu, peneliti mewawancara serta mengobservasi informan ketika sedang
berada di hotspot area dan sedang beraktivitas ditempat tersebut.
F. Teknik Pengumpulan Data
Berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara
umum dapat dikelompokkan kedalam dua jenis cara, yaitu metode atau teknik
pengumpulan data yang bersifat Interaktif dan non interaktif (Goetz & LeCompte,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1984). Dalam teknik yang bersifat interaktif berarti ada kemungkinan terjadinya
saling mempengaruhi antara peneliti dengan sumber datanya. Dalam teknik non
interaktif, sama sekali tidak ada pengaruh antara peneliti dengan sumber datanya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
berupa :
1. Wawancara Mendalam
Moleong menjelaskan “wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan
itu” (2004: 135) . Wawancara yang dilakukan bersifat in dept interviewing
atau wawancara secara mendalam. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat
menggali dengan mendalam tentang fokus masalah yang diteliti sehingga
dapat menyajikan data secara lengkap mengenai pemikiran, motivasi, serta
persepsi dari informan.
Dalam penelitian ini, peneliti telah mewawancara mahasiswa Jurusan P.IPS
FKIP UNS yang dalam kesehariannya menggunakan fasilitas hotspot area
dilingkungan kampus FKIP. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
bagaimana perilaku mahasiswa dalam menggunakan hotspot area dalam
kegiatan di kampus. Wawancara akan dilakukan dengan informal dengan
pertanyaan yang tidak terstruktur namun tetap fokus dengan tujuan
penelitian yang dilakukan. Hasil wawancara akan didiskusikan dengan
informan apabila ada jawaban yang belum jelas namun tanpa mempengaruhi
jawaban informan.
2. Observasi
Sutopo mengatakan “teknik observasi digunakan untuk menggali data dari
sumber data berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman
gambar” (2002: 64). Dalam penelitian ini digunakan observasi berperan
pasif dimana peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan yang
dilakukan oleh obyek penelitian hanya sebagai pengamat saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Peneliti telah mengamati kegiatan yang dilakukan oleh para pengguna
hotspot serta apa yang mereka bicarakan mengenai hal-hal yang dilakukan
ketika sedang memanfaatkan hotspot area.
G. Uji Validitas Data
Data yang berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk itu, teknik
untuk memeriksa keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah trianggulasi
data (trianggulasi sumber). Sutopo menjelaskan bahwa trianggulasi data
mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan
beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji
kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang
berbeda jenisnya (2002). Cara-cara yang ditempuh dalam melaksanakan
triangulasi sumber pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Membandingkan jawaban informan yang satu dengan informan yang lain
mengenai aktivitas mahasiswa dalam memanfaatkan fasilitas hotspot area
dilingkungan kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
2. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara yaitu
melakukan cross check antara hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dengan jawaban yang diberikan informan.
3. Menggali informasi dari satu nara sumber tertentu, dari kondisi lokasinya,
serta dari aktivitas mahasiswa dalam memanfaatkan hotspot area.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman menjelaskan “secara sederhana terdapat
dua model pokok analisis di dalam penelitian yaitu model analisis jalinan atau
mengalir dan model analisis interaktif” (Sutopo, 2000: 94). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model analisis interaktif dengan uraianya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data
(kasar) yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan riset, yang di mulai bahkan dari debelum pengumpulan data
dimulai.
2. Penyajian Data (Data Display)
Sajian data dilakukan dengan merangkai data atau informasi yang telah
direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar atau skema, maupun tabel
yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini
merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
sehingga dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi
dalam penelitian yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu
pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Penyajian
data dalam penelitian ini diperioleh dari observasi langsung dan wawancara
mendalam.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing)
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan yang telah dicatat, dilihat,
ditemui serta didengar yang berdasarkan pada konfigurasi yang telah
dirancang. Kesimpulan yang dihasilkan memerlukan verifikasi agar benar-
benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Dari hasil
verifikasi ini dapat diperoleh data yang telah teruji validitasnya. Untuk itu
peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan,
penelusuran data kembali, melihat lagi fieldnote sehingga penelitian menjadi
lebih bisa dipercaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002:96)
I. Prosedur Penelitian
Menurut HB. Sutopo (2002: 187-190) prosedur penelitian adalah rangkaian
tahap demi tahap kegitan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian
kasus ini, peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah dari persiapan,
pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
Prosedur penelitian merupakan proses tahapan / langkah – langkah
penelitian yang dimulai dari persiapan sampai dengan pembuatan laporan.
1. Persiapan
a. Mengajukan judul penelitan kepada pembimbing
b. Mengumpulkan bahan atau sumber materi penelitian
c. Menyusun laporan penelitian
d. Menyiapkan instrumen penelitian atau alat observasi
2. Pengumpulan data (observasi)
a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung, wawancara
mendalam dan analisis dokumen
b. Membuat field note
c. Memilih dan mengatur data sesuai kebutuhan
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
penarikan kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Analisis data
a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan proposal penelitian
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian direcheckkan
dengan temuan di lapangan
c. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data
d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian
4. Penyusunan laporan penelitian
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan
orang yang memahami penelitian tersebut
c. Melakukan perbaikan laporan dan disusun sebagai laporan akhir
d. Perbanyakan laporan sesuai kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kota Surakarta atau terkenal dengan sebutan Solo terletak di dataran rendah di
ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl. Memiliki luas 44,1 km2 (0,14 %
luas Jawa Tengah) dengan penduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan
penduduk 13.636/km2. Surakarta berada sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan
100 km tenggara Semarang serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Merapi
(tinggi 3115m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806m) di bagian timur.
Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Surakarta berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten
Sukoharjo di sebelah selatan. Sisi timur kota ini dilewati sungai terpanjang di
pulau Jawa yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo
karya sang maestro keroncong Indonesia yaitu almarhum Gesang. Bersama
dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah
pada tahun 1755. . Solo sendiri terbagi dalam empat kecamatan; Laweyan, Pasar
Kliwon, Jebres, dan Banjarsari. Sebagian besar lahan di kota ini digunakan untuk
pemukiman warga yaitu 64%. Sedangkan 15% lahan di Solo digunakan untuk
kegiatan ekonomi.
Solo sebagai kota yang maju semakin ditunjukan dengan event-event skala
nasional maupun internasional yang diadakan di kota ini. Mulai dari acara
kebudayaan yang semakin menguatkan citra kota Solo sebagai Heritage City
seperti Solo Internasional Ethnic Music (SIEM), Solo Internasional Performing
Art (SIPA), Solo Batik Carnival (SBC) yang mengadaptasi dari karnaval di Rio de
Jeneiro (Brasil). Event tersebut semakin menegaskan akan eksistensi solo sebagai
kota budaya yang terus mengembangkan diri dalam menggali potensi yang ada.
Menyangkut penelitian mengenai pemanfaatan teknologi informasi berupa
Hotspot Area, Solo merupakan kota yang terus berkembang dalam membangun
fasilitas publik yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti hotspot area.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sebagai kota madya, Surakarta selalu berbenah setiap saat dan giat membangun
fasilitas publik. Kebutuhan akan akses jaringan informasi yang tinggi membuat
banyak tempat dan ruang publik mulai di fasilitasi dengan hotspot yang
memanfaatkan signal Wi-fi. Mulai pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi
diantaranya adalah Singosaren, Solo Grand Mall, Solo Square, Solo Paragon, Solo
Center Point, Rumah Sakit, Setasiun kereta, hingga city walk di jalan Slamet
Riyadi serta gedung-gedung instansi pemerintahan dan instansi pendidikan yang
sebagian besar difasilitasi dengan Hotspot area. Bahkan pada tanggal 30 Juli 2008
di city walk Jalan Samet Riyadi Surakarta terpecahkan rekor MURI untuk kategori
“Mengakses Internet Secara Serentak Dengan Peserta Terbanyak”. Acara tersebut
terselenggera dengan kerjasama Pemerintah Kota Surakarta, Apkomindo
Surakarta, Speedy & Republik Aeng Aeng. Di sepanjang city walk telah ada 20
titik hot spot di sekitar Jl Slamet Riyadi. Sementara untuk memenuhi kebutuhan
peserta dalam mencetak rekor MURI panitia penyelenggara menambah 50 titik di
sekitar city walk. Pemasangan titik dimulai dari Megaland hingga DKT, Kegiatan
tersebut diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan Pameran Komputer Solo
IT 2008, Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) bekerjasama
dengan Pemerintah Kota Surakarta dan Republik Aeng Aeng. Kegiatan
Mengakses Internet Secara Serentak yang diikuti 468 Peserta di Hot Spot Area
City Walk Jalan Slamet Riyadi Solo. Kegiatan tersebut memperlihatkan bahwa
hotspot menjadi fasilitas yang mulai digunakan di fasilitas publik.
Teknologi Informasi berupa Hotspot memang telah menjamur dalam beberapa
tahun terakhir. Hotspot mulai dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan dalam
mendapatkan jaringan internet serta sebagai fasilitas pelengkap di berbagai
instansi salah satunya adalah instansi Pendidikan. Mulai dari SD, SMP, SMA,
SMK, hingga perguruan tinggi sekarang mulai menggunakan Hotspot sebagai
fasilitas di lingkungannya. Dengan harapan memberikan kemudahan akses
internet, hotspot menjadi fasilitas yang dipilih karena selain praktis karena tidak
membutuhkan banyak kabel, jangkauannya juga cukup luas sehingga dapat
menjangkau seluruh wilayah instansi pendidikan yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Salah satu lembaga pendidikan yang memanfaatkan hotspot sebagai fasilitas
jaringan internet di dalam lingkungan kampusnya adalah Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP). Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret dimana peneliti juga
merupakan salah satu mahasiswanya.
Universitas Sebelas Maret, yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami No. 36 Kentingan
Surakarta, diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976 dengan surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 1976, tanggal 8 Maret 1976, yang
semula bernama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret disingkat UNS yang
merupakan penyatuan dari lima unsir perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada
saat itu yaitu :
1. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta,
2. Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Negeri Surakarta,
3. Akademi Administrasi Niaga (AAN) Negeri Surakarta,
4. Univesitas Gabungan Surakarta (UGS), dan
5. Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional Veteran
(PTPN Veteran) cabang Surakarta.
Pada perkembangannya terdapat sembilan fakultas di Universitas Sebelas Maret
sendiri, diantaranya adalah :
1. Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR)
2. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
3. Fakultas Hukum (FH)
4. Fakultas Ekonomi(FE)
5. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik(FISIP)
6. Fakultas Kedokteran(FK)
7. Fakultas pertanian(FP)
8. Fakultas Teknik(FT)
9. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Dari kesembilan Fakultas tersebut, FKIP merupakan salah satu Fakultas yang ada
di UNS. Dari sejarah berdirinya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
merupakan gabungan dari dua lembaga pendidikan yaitu IKIP Negeri Surakarta
berdasarkan SK Menteri PTIP No. 5 tahun 1966 tertanggal 22 Januari 1966 dan
Sekolah Tinggi Olahraga Surakarta dengan berdasarkan SK Menteri Olahraga No.
40 tahun 1967 tanggal 1 April 1967.
Berdasarkan SK Presiden RI No. 10 tahun 1976 tanggal 8 Maret 1976 didirikan
sebuah Universitas Negeri Surakarta dengan nama Universitas Negeri Surakarta
Sebelas Maret dan disingkat UNS. Dengan lahirnya Universitas Negeri Surakarta
Sebelas Maret tersebut, IKIP Negeri Surakarta dan STO Negeri Surakarta ditutup
dan selanjutnya menjadi fakultas dilingkungan Universitas Negeri Surakarta
Sebelas Maret (UNS) yang tergabung dalam Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan
Fakultas Keguruan.
Berdasarkan SK Presiden No. 55 Tahun 1982 Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Fakultas Keguruan digabung menjadi satu fakultas dengan nama Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Dalam perjalanannya Program Studi yang
terdapat di FKIP UNS mengalami beberapa perubahan. Pada tahun akademik
1997/1998 Program Studi yang ada di FKIP UNS mengacu pada SK Dirjen Dikti
No. 222/Dikti/ Kep/1966 tanggal 11 Juli 1996. Berdasar SK tersebut Program
Studi di lingkungan FKIP UNS sebanyak 16 Program Studi. Pada bulan Desember
2000, berdasarkan SK DIKTI Depdiknas No. 442/DIKTI/KEP/2000 tanggal 20
Desember tentang pembentukan Program Studi S1 Pendidikan Sosiologi
Antropologi di UNS, maka mulai Tahun Akademik 2001/2002 secara resmi
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi dibuka dibawah Jurusan P.IPS
FKIP UNS. Sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Dikti nomor
400a/Dikti/Kep/1992 dan nomor 400b/Dikti/Kep/1992 FKIP UNS merupakan
salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia yang
mendapat tugas menyelenggarakan program D-2 PGSD baik guru kelas maupun
guru pendidikan jasmani. Berdasarkan surat Dirjen Dikti nomor 4856/D/T/2004
FKIP UNS di izinkan menyelenggarakan Program Pendidikan Taman Kanak-
Kanak baik jenjang D-2 maupun S-1. Kemudian pada tahun 2008 prodi
Bimbingan dan Konseling dihidupkan kembali, 2009 dibentuk kembali prodi baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
yaitu prodi PAUD, dan terakhir tahun 2011 dibentuk prodi Pendidikan Bahasa
Jawa.
Fakultas dengan jumlah mahasiswa terbanyak di UNS ini selalu membangun
fasilitas yang tampak pada pembangunan gedung yang terjadi secara
berkelanjutan. Adanya kebutuhan akan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) berupa jaringan internet membuat FKIP UNS berusaha untuk menerapkan
sistem berbasis jaringan internet dalam kegiatannya baik kegiatan akademik
maupun ke administrasian. Untuk menunjang sistem tersebut serta untuk
memberikan kemudahan bagi mahasiswanya FKIP membangun jaringan internet
berbasis nirkabel di lingkungannya. Hotspot Area dengan Shelter dan berbagai
sarana penunjang lainnya dibangun untuk memberikan kemudahan tersebut.
sehingga diharapkan dengan adanya hal tersebut diharapkan program dari UNS
untuk bersaing di dunia internasional sebagai universitas bertaraf internasional
dapat terwujud.
Hotspot area sebagai sebuah Media Informasi memberikan sebuah akses bagi
mahasiswa untuk mendapatkan kemudahan akan Jaringan Internet.
Keberadaannya merupakan sebuah fasilitas yang ditujukan dalam menunjang
akses online yang sekarang diterapkan oleh FKIP sendiri. Penerapan ini terlihat
dari proses keadministrasian yang mulai dikembangkan oleh FKIP. Mahasiswa
dapat mengakses berbagai keperluan perkuliahan maupun keadministrasian
melalui link yang telah disediakan dalam portal milik FKIP. Sehingga sistem
online memberikan kemudahan bagi mahasiswa kapan saja dan dimana saja.
Selain itu juga FKIP merupakan fakultas yang memanfaatkan teknologi informasi
berupa hotspot area dimana FKIP UNS memiliki titik hotspot yang paling banyak
diantara fakultas-fakultas lain di UNS. Titik-titik hotspot tersebut tersebar di
gedung-gedung milik FKIP dimana penempatannya disesuaikan dengan luas
wilayah kampus FKIP sehingga setiap wilayah kampus mendapatkan jaringan dari
hotspot tersebut. Lokasi penelitian di khususkan pada kampus I FKIP UNS yang
terletak di Kentingan.
Pengelolaan hotspot di lingkungan FKIP sendiri berada di bawah ICT Center yang
merupakan unit operasional teknologi informasi di FKIP. ICT (Information and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Comunication Technology) Center FKIP UNS adalah unit operasional pada FKIP
UNS yang berhubungan dengan pendidikan yang turut membantu mempercepat
pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada
dunia pendidikan dan masyarakat. Selain menggunakan teknologi informasi, FKIP
UNS juga mengembangkan ilmu dan teknologi informasi itu sendiri. Walau
belum memiliki jurusan yang terkait dengan ilmu komputer, melalui ICT-Center
FKIP UNS telah mengembangkan berbagai aplikasi yang saat ini digunakan di
internal kampus UNS.
ICT Center FKIP UNS merupakan Unit pelayanan FKIP UNS dalam bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang mempunyai fungsi utama dalam
pengelolaan sistem informasi dan jaringan komputer di FKIP UNS. Sebagai unit
yang bertugas memberikan layanan informasi terhadap seluruh civitas akademika
ICT Center FKIP UNS secara organisasi bertanggung jawab langsung terhadap
Dekan melalui Pembantu Dekan I Bidang Akademik.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, ICT - Center menjalankan fungsi pelayanan
dan pengembangan sistem dan teknologi informasi di FKIP UNS dan
pemberdayaan SDM yang meliputi antara lain:
Memberi pelayanan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan
antara lain menyangkut informasi akademik, informasi, kepegawaian,
informasi sarana prasarana, dan informasi keuangan dan semua informasi
yang termasuk dalam e-education dan e-administrative.
Menyediakan, memelihara dan mengembangkan sarana dan prasarana
komunikasi data baik internal (intranet) maupun eksternal (internet)
sehingga informasi online dapat dinikmati oleh masyarakat kampus.
Mengadakan Pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan SDM dibidang
teknologi informasi
Melaksanakan pemeliharaan perangkat keras, perangkat lunak, basis data
serta informasi agar data dan informasi fakultas selalu up-to-date dan
tersedia setiap saat.
Mendukung seluruh kegiatan dan proses yang membutuhkan dukungan
ICT dalam Fakultas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Mendukung aktivitas non-rutin seperti Program Sertifikasi Guru (PSG),
Program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ/PPKHB), workshop-workshop
bidang ICT dalam pembelajaran dan lain sebagainya.
Melaksanakan percepatan pengembangan LPTK melalui teknologi
infomasi dan komunikasi baik internal dan eksternal.
Secara umum, pengembangan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) di FKIP UNS dilakukan untuk meningkatkan kemudahan civitas
akademika dalam akses internet, meningkatkan kemudahan dalam mengakses
informasi, meningkatkan efektivitas kinerja SDM, meningkatkan daya saing, dan
meningkatkan jati diri fakultas. Untuk memberikan kenyamanan bagi mahasiswa
dibangun shelter di beberapa titik di lingkungan FKIP serta menyediakan meja
dan kursi loby gedung kampus.
Fokus utama dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (PIPS) yang merupakan salah satu jurusan di FKIP dengan
jumlah Mahasiswa terbanyak diantara Jurusan lain. Selain itu juga keberadaan
fasilitas Shelter banyak dibangun di gedung yang merupakan tempat perkuliahan
yang diperuntukkan bagi mahasiswa PIPS yaitu gedung B dan C. PIPS sendiri
terdiri dari 5 Program Studi yaitu Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Sosiologi
Antropologi, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi, serta Pendidikan
Kewarganegaraan. Penelitian ini lebih di fokuskan pada mahasiswa yang pada
kesehariannya sering memanfaatkan Hotspot Area di lingkungan FKIP untuk
bebagai aktivitas baik aktivitas akademik maupun non akademik. selain itu juga
observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang banyak dilakukan di
hotspot area tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 3. Denah Kampus FKIP UNS Kampus Kentingan
8
Pasca Sarjana
Lapangan
Tenis
Masjid
NH
U Keterangan :
No. Lokasi
1 ICT Center
2 Ruang Sidang Senat
3 Ruang Sidang 2
4 Lab Kom
5 Gelora Pendidikan
6 Lab PAP
7 Ruang Dosen Ekonomi
8 BEM
9 FICOS
10 Ruang Dosen PPKN
11 Ruang Dosen Sejarah
12 Lab Kimia Lt 1
13 Ruang Dosen Biologi
14 Ruang Dosen Matematika
15 Lt 2
16 Ruang Administrasi Jurusan
17 Ruang Dosen
18 Pojok Lt 1
19 Lobi
20 Ruang Sidang 1
21 Umum Perlengkapan
22 Auditorium Gd F
23 Balkon Gd F
24 Ruang Sertifikasi
1
2
3*
4
6 5 7
9
10
11
16 17
18 19*
20*
21
22**
24
23**
12 13
14
15*
Keterangan:
Shelter :
Lantai 2: *
Lantai 3: **
Gedung A
Gedung B
Gedung E
Gedung F
Gedung C
Gedung E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 2. Jumlah Titik Hotspot di FKIP UNS Kampus Kentingan
Gedung Lokasi
Jumlah Koneksi Bisa
Tersambung
Jumlah Beban
Client *)
Gedung
A ICT Center 30
281 Ruang Sidang
Senat 30
Ruang Sidang 2 30 56
Lab Kom 30
Gedung
B
Gelora
Pendidikan 60 915
Lab PAP 30
Ruang Dosen
Ekonomi 30 263
BEM 30
Gedung
C FICOS 30 352
Ruang Dosen
PPKN 30 322
Ruang Dosen
Sejarah 30 327
Gedung
D Lab Kimia Lt 1 30 410
Ruang Dosen
Biologi 30 417
Ruang Dosen
Matematika 30 391
Lt 2 30 420
Gedung
E
Ruang
Administrasi
Jurusan 30
1308
Ruang Dosen 30 286
Gedung
F Pojok Lt 1 30
31
Lobi 30
Ruang Sidang 1 30
Umum
Perlengkapan 30
Auditorium Gd
F 30
Balkon Gd F 30
Ruang
Sertifikasi 30
*)Asumsi Jumlah mahasiswa aktif + Karyawan
Sumber : data Information and Comunication Technology (ICT) FKIP UNS tahun
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Deskripsi dimaksudkan untuk menyajikan data yang dimiliki sesuai dengan pokok
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang pemanfaatan
hotspot area sebagai fasilitas penunjang aktivitas mahasiswa. Dalam hal ini
peneliti berusaha untuk mengungkap fenomena pemanfaatan hotspot dilingkungan
FKIP UNS Kampus kentingan oleh mahasiswa.
Hotspot sebagai sebuah teknologi informasi menjadi sebuah penemuan yang
banyak dimanfaatkan dan digunakan di berbagai tempat baik pada fasilitas umum
seperti terminal, stasiun kereta,taman kota, rumah sakit, pusat perbelanjaan,
hingga instansi-instansi pemerintah. Hal ini juga terjadi tak terkecuali pada
instansi pendidikan dalam hal ini salah satu yang memanfaatkan adalah Perguruan
Tinggi. Salah satu Perguruan Tinggi yang memanfaatkan teknologi tersebut
adalah Universitas Sebelas Maret (UNS).
Lebih lanjut, peneliti mengambil lokasi di FKIP UNS kampus Kentingan. Dalam
penelitian ini, lokasi penelitian memang telah tersedia fasilitas hotspot. Hampir di
setiap sudut wilayah kampusnya dapat digunakan untuk mengakses jaringan
internet melalui hotspot yang telah dipasang di titik yang memang tersebar di
beberapa gedung perkuliahan. Untuk mempermudah mahasiswa dalam
memanfaatkannya pihak fakultas membangun fasilitas berupa shelter serta
menyediakan meja dan kursi di loby-loby gedung. Namun sebenarnya mahasiswa
dapat memanfaatkan hotspot tersebut di berbagai tempat di wilayah kampus baik
di kelas maupun di perpustakaan. Hal ini karena memang hampir diseluruh
wilayah kampus sudah terjangkau oleh sinyal wi-fi dari beberapa titik yang telah
disediakan.
Bagi mahasiswa yang ingin mengakses internet melalui hotspot, mereka dapat
menggunakan gadget yang mereka miliki. Gadget ini dapat berupa laptop maupun
smartphone yang dapat mengakses sinyal wi-fi yang dipancarkan oleh titik hotspot
tersebut. Mahasiswa yang ingin mengakses jaringan internet melalui hotspot FKIP
harus memasukkan NIM dan 6 digit kode bank yang mereka peroleh ketika
membayar uang semester. Namun beberapa titik ada yang memang diperuntukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bagi para dosen sehingga akses yang melalui titik hotspot tersebut hanya dapat di
gunakan oleh dosen menggunakan password masing-masing.
Dalam penelitian ini, informan menjadi sangat penting untuk mengetahui
fenomena dibalik pemanfaatan hotspot area oleh mahasiswa. Peneliti
menggunakan mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial yang
merupakan jurusan di FKIP yang memiliki jumlah Program Studi serta jumlah
mahasiswa terbanyak di FKIP. Peneliti menggunakan sampel kunci beberapa
mahasiswa yang sering memanfaatkan fasilitas hotspot area sebagai ruang bagi
mereka untuk beraktivitas didalam kampus baik aktivitas akademik maupun non
akademik. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumentasi dari ICT FKIP
untuk memperkuat hasil temuan penelitian yang diperoleh dari wawancara dan
observasi lapangan. Selain itu, peneliti juga mewawancara salah satu pihak ICT
mengenai pengelolaan hotspot di FKIP yang merupakan fasilitas yang dikelola
oleh mereka.
Dari pengamatan dalam aktivitas sehari-hari di dalam kampus, hampir setiap saat
ada mahasiswa yang memanfaatkan hotspot dan beraktivitas di hotspot area.
Bahkan pada jam-jam aktif kuliah hotspot area yang merupakan tempat bagi
mahasiswa untuk memanfaatkan jaringan internet tampak ramai. Di beberapa titik
sampai ada yang “lesehan” untuk hotspotan. Ini membuktikan hotspot area
sebagai fasilitas kampus memang banyak dimanfaatkna oleh mahasiswa untuk
berbagai aktivitas baik aktivitas akademik maupun non akademik. aktivitas
tersebut merupakan fenomena yang merupakan rumusan masalah dari penelitian
ini. Untuk lebih detailnya berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dalam menjawab rumusan masalah yang merupakan hasil temuan
penelitian.
1. Pemanfaatan Hotspot untuk Aktivitas Akademik dan Non Akademik
a. Persepsi Mahasiswa Mengenai Keberadaan Hotspot.
Hotspot merupakan teknologi yang mampu menyediakan jaringan internet melalui
sinyal Wi-fi yang dipancarkan. Sinyal tersebut yang merupakan jalur akses dari
pengguna sebagai pengganti kabel. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan jaringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
internet melalui hotspot diperlukan gadget yang dapat menangkap sinyal wi-fi dari
titik hotspot atau Access Point. Pada intinya, hotspot memang memberikan
kemudahan akses internet bagi penggunanya karena hotspot tidak memerlukan
kabel untuk dapat memanfaatkannya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, mahasiswa memiliki definisi tersendiri
mengenai konsep hotspot menurut mereka yang pada dasarnya memiliki definisi
yang sama. Berikut merupakan pendapat dari MNH. “Hotspot area menurut saya
ya tempat kita mendapatkan jaringan internet melalui jaringan wireless dimana
aksesnya didapat tanpa kabel” (MNH/W/11/5/2012). Hampir sama dengan
jawaban MNH, DK juga memiliki definisi mengenai keberadaan hotspot area.
“hotspot area itu tempat dimana kita dapat mengakses jaringan internet secara
gratis.”(DK/W/17/4/2012)
Pendapat kedua informan diatas juga diperkuat dengan pendapat BAS yang
merupakan mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup luas mengenai
teknologi informasi. “Menurut saya Hotspot sendiri merupakan sebuah fasilitas
pemancar signal wi-fi yang dapat digunakan untuk mendapatkan jaringan internet
dengan mudah menggunakan gadget sedangkan kata area sendiri lebih kepada
tempat untuk mengakses jaringannya”. (BAS/W/26/5/2012)
Dari ketiga definisi menurut ketiga mahasiswa tersebut ada karakteristik yang
dimengerti mahasiswa bahwa hotspot area merupakan lokasi mendapatkan
jaringan internet melalui sinyal wi-fi yang dipancarkan oleh titik hotspot dimana
akses yang didapat tanpa menggunakan kabel dan penggunaannya cukup mudah
dan praktis karena tinggal menggunakan gadget yang dapat menerima sinyal wi-fi
serta untuk memanfaatkannya pun mahasiswa tidak dikenai tarif ketika mengakses
atau gratis. Hal ini karena hotspot area merupakan fasilitas yang di sediakan
fakultas untuk berbagai keperluan dan aktivitas mahasiswa.
b. Alasan dan Frekuensi Penggunaan Fasilitas Hotspot Kampus
Sebagai fasilitas kampus yang banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa memang
hotspot memiliki daya tarik sendiri. Kebutuhan akan jaringan internet serta
kemudahan akses membuat mahasiswa banyak beraktivitas dan memanfaatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
fasilitas ini. Mahasiswa sendiri memiliki berbagai alasan mengapa mereka
memanfaatkan fasilitas hotspot area di lingkungan kampus. Berbagai alasan
mereka kemukakan seperti yang diungkapkan oleh DS berikut, “Alasan saya
memilih fasilitas hotspot di FKIP ini karena lebih leluasa dan tidak terbatas
waktu. Selain itu juga banyak teman-teman yang juga hotspotan. Jadi kita bisa
sekalian kumpul-kumpul bareng temen-temen sambil saling tukar
informasi”.(DS/W/27/4/2012)
Alasan lain juga di ungkapkan oleh DKW yang memang dalam kesehariannya
tampak sering memanfaatkan jaringan internet di hotspot area kampus.
Yang pertama karena gratis, kan mbayarnya sekalian dari SPP semesteran. Selain
itu karena kebutuhan informasi yang up to date lewat internet, jadi fasilitas ini
jangan disia-siakan. Selain itu juga karena saya ga punya modem. Tapi kalaupun
punya modem ga punya uang untuk mengisi pulsa ya enakan
hotspotan.(DKW/W/2/5/2012)
Lebih lanjut, MFA beralasan mengapa dia rutin memanfaatkan hotspot area
dilingkungan kampus FKIP.
Sebenarnya alasan utamanya karena hotspot itu gratis, jadi kita bisa
memanfaatkan fasilitas ini dengan bebas. Walaupun memang biayanya
sebenarnya dimasukkan dalam pembayaran semesteran. Selain itu juga kebetulan
saya punya laptop. Sehingga ya dimanfaatkan aja. (MFA/W/7/5/2012)
Dari ketiga alasan mahasiswa memanfaatkan hotspot area dikampus, alasan yang
paling banyak di kemukakan adalah karena gratis. Hal ini memang benar adanya
karena sebagai fasilitas kampus pengelolaannya berasal dari uang pembayaran
uang semesteran dari masing-masing mahasiswa. Selain alasan tersebut,
kebutuhan akan jaringan internet memang cukup tinggi dikalangn mahasiswa. Hal
ini karena memang berkaitan erat dengan berbagai tugas dari dosen yang
mengharuskan mereka untuk menggunakan internet untuk berbagai keperluan.
Selain itu hotspot memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk mendapatkan
jaringan internet. Mahasiswa cukup menggunakan gadget yang dimiliki bisa
berupa laptop maupun smartphone yang dapat menangkap sinyal wi-fi yang
dipancarkan oleh titik hotspot. Dalam hal ini memang hanya dengan gadgetlah
mahasiswa dapat memanfaatkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Lebih lanjut, dari observasi yang dilakukan oleh peneliti dari waktu ke waktu
memperlihatkan bahwa pengguna hotspot tidak hanya pada siang hari. Namun
juga pada sore dan malam hari. Dari data yang didapat dari lapangan diketahui
bahwa setiap mahasiswa memanfaatkan hotspot dengan frekuensi yang berbeda-
beda. Berikut merupakan pernyataan dari DK, “Saya pakai hotspot kalau lagi
nunggu jam kuliah atau ada tugas kelompok. Intinya untuk mengisi waktu luang
aja kalau dikampus. Lagian kan jam kuliah ga tentu kadang masuk jam 1-2 terus
jam 3-4 nya kosong, baru kuliah lagi jam 5-6, nah waktu nunggu jam itu saya
hotspotan”. (DK/W/17/4/2012)
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh DKW yang memanfaatkan
hotspot selain untuk mengisi waktu juga sesuai kebutuhan. Berikut
pernyataannya, “Ga tentu sih, saya hotspotan kalau lagi nunggu kuliah, sehabis
kuliah. atau kalau ada kebutuhan aja. Kalau untuk lamanya setiap hotspotan paling
antara 2-3 jam”. (DKW/W/2/5/2012)
Kedua pendapat itu juga hampir sama dengan penuturan dari IE yang memang
menggunakan hotspot ketika ada kebutuhan kuliah untuk browsing internet.
Saya hotspotan tergantung kebutuhan sih. Seminggu juga ga‟ mesti. Kalau dirata-
rata mungkin 2-3 kali. Waktunya ketika nunggu jam kuliah atau jeda kuliah.
dalam sekali hotspotan sekitar 1-2 jam an lah. Tapi tergantung koneksinya juga
sih kalau lagi lambat ya bisa agak lama. (IE/W/14/5/2012)
Dari ketiga informan tersebut disimpulkan bahwa mereka hotspotan tergantung
dengan waktu senggang dan kebutuhan akan tugas kuliah. Selain ketiga jawaban
dari ketiga informan diatas, pernyataan lain dikemukakan oleh MW yang memang
frekuensi memanfaatkan hotspotnya cukup tinggi.
Saya hotspotan hampir setiap hari, namun tergantung keperluan juga sih, kalau
ada tugas atau hanya mengisi waktu sambil beraktivitas di sekre. Seringnya sore
hari sehabis kuliah atau malam ketika berada di sekre LPM Motivasi sambil
berkumpul dengan anggota yang lain. Intensitasnya bisa 5-8 jam setiap
memanfaatkan hotspot.(MW/W/11/5/2012)
Pernyataan yang hampir sama juga dikemukaan oleh BAS yang memang
memanfaatkan hotspot hampir setiap saat, “Hampir setiap hari kalau saya berada
di kampus saya memanfaatkan hotspot menggunakan gadget handphone atau
laptop saya.” (BAS/W/26/5/2012). Kedua pernyataan tersebut juga diperkuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dengan pendapat dari BAR yang memang sangat intensif dalam memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas hotspot.
Saya hotspotan hampir setiap hari baik ketika ada tugas, waktu jeda kuliah atau
kadang menyempatkan waktu hotspotan hingga malam hari. Kalau saya malah
lebih sering hotspotan malam hari soalnya kan penggunanya sepi jadi sinyalnya
bisa kuat dan kalau buat download bisa cepet. Karena menurut saya kan internet
sudah menjadi kebutuhan, jadi mumpung ada fasilitasnya ya kita manfaatkan
semaksimal mungkin. (BAR/W/14/5/2012)
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki frekuensi
yang berbeda-beda dalam memanfaatkan hotspot. Mereka memanfaatkan hotspot
ketika ada waktu luang diantara jam kuliah, ketika ada kebutuhan untuk browsing
tugas kuliah, atau meluangkan waktu tersendiri ketika tidak beraktivitas. Bahkan
dalam pemanfaatannya mahasiswa memanfaatkan fasilitas tersebut hingga malam
hari. Hal ini karena memang koneksi hotspot memang selama 24 jam. Pemakaian
hotspot yang tidak mengenal waktu ini memang dikarenakan kampus sendiri
memang terbuka bagi mahasiswa. Pihak keamanan sendiri dalam hal ini satpam
memperbolehkan para pengguna hotspot untuk beraktivitas di shelter atau loby
gedung asalkan tidak melakkan aktiitas yang mencurigakan.
Mengenai lokasi dimana mahasiswa memanfaatkan jaringan internet Hotspot
beragam. Berikut pernyataan yang dikemukakan DK, “Saya biasanya hospotan
paling sering di shelter, kalau shelter penuh ya di loby gedung atau perpustakaan.
Kadang juga saya hotspotan dikelas sambil nunggu dosen atau kalau jam
kuliahnya mundur atau kosong”. (DK/W/17/4/2012). Pendapat lain juga di
kemukakan oleh BAR yang merupakan pengguna hotspot yang cukup intensif.
“Biasanya kalau saya hotspotan yang paling sering di shelter, kadang juga di loby
gedung. Tapi itu Cuma kalau shelter penuh”.(BAR/W/14/5/2012)
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa memilih berbagai
lokasi untuk hotspotan. Mulai dari shelter, Loby gedung, ruang kelas, hingga
perpustakaan. Hal ini karena memang hampir disetiap sudut di kampus FKIP
dapat digunakan untuk mendapatkan sinyal wi-fi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
c. Aktivitas akademik ketika memanfaatkan jaringan internet di
hotspot kampus
Lebih lanjut, mahasiswa memanfaatkan jaringan internet hotspot untuk berbagai
macam aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat akademik maupun non
akademik. Dari beberapa informan, diketahui bahwa mahasiswa memanfaatkan
jaringan internet di hotspot area untuk berbagai aktivitas akademik seperti yang di
ungkapkan BAR.
Untuk tugas sendiri saya biasa nyari di google atau yahoo baik untuk pencarian
materi kuliah maupun sekedar saling berkirim email, kalau ga ya tergantung
tugasnya apa. Kadang beberapa dosen saya kan aktif di elearning fkip jadi saya
download materi atau soal disitu. Untuk facebook sendiri selain untuk berinteraksi
dengan teman juga karena kelas saya aktif memanfaatkan facebook lewat grup
kelas untuk berbagai aktivitas mulai share jarkoman, upload tugas kelompok
berupa soal, materi atau anggota kelompok dan nilai mahasiswa.
(BAR/W/14/5/2012)
Pendapat yang hampir serupa juga diungkapkan DK yang juga sering
memanfaatkan jaringan internet untuk kepentingan akademik.
Kalau aktivitas yang berkaitan dengan akademik di perkuliahan sendiri saya
menggunakan jaringan internet lewat hotspot untuk browsing bahan kuliah di
program pencari yahoo atau google.di samping itu juga kalau butuh transfer data
via e mail. Selain itu juga sekarang tu apa-apa kan serba online, contohnya
jarkoman kelas sekarang mulai pakai grup di jejaring sosial facebook. Jadi mau ga
mau harus punya Facebook biar ga ketinggalan jarkoman. Sampai kegiatan
lainnya seperti PPL dimana mahasiswa juga di harapkan mengisi blog yang sudah
disediakan penyelenggara perkuliahan PPL. Jadi kalau dipikir-pikir memang
jaringan internet sudah menjadi bagian dari dunia pendidikan terutama
perkuliahan. (DK/W/17/4/2012)
Kedua pendapat diatas juga hampir sama dengan jawaban dari MNH mengenai
aktivitas akademiknya ketika memanfaatkan hotspot area.
Saya biasanya hotspotan kalau lagi ada tugas yang perlu browsing internet,
biasanya sih buka google atau yahoo buat nyari bahan materi tugas kuliah atau
ngirim email. kadang juga memanfaatkan elearning di blog prodi. Karena
memang tugasnya sering di upload oleh dosen dan kita tinggal mengunduh saja.
Kalau jejaring sosial Facebook saya sering membuka selain untuk berinteraksi
dengan teman juga karena di kelas saya jarkomannya sering lewat Facebook
seperti pembagian kelompok tugas kuliah, pergantian jadwal, dan berbagai jarkom
kelas lainnya. Jadi mau tidak mau saya harus aktif di Facebook biar tidak
ketinggalan jarkoman. (MNH/W/11/5/2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh BAS yang sering
memanfaatkan jaringan internet di hotspot kampus.
Kalau lagi ada tugas saya internetan di hotspot FKIP buat nyari bahan tugas yang
perlu searching. Bahannya bisa nyari lewat google, yahoo, atau link-link jurnal &
artikel yang di dapat dari google atau temen-temen. Kalau enggak ya manfaatin
digital library yang sudah ada baik fakultas maupun universitas.
(BAS/W/26/5/2012)
Sedikit berbeda dengan pendapat yang dingkapkan ketiga informan diatas, MW
memanfaatkan jaringan internet hotspot tidak hanya untuk searching bahan kuliah
namun dia juga aktif menuangkan hobby menulisnya dengan aktif menuangkan
pemikirannya melalui blog pribadi yang sering di isi olehnya.
Aktivitas saya ketika mengakses internet di hotspot FKIP biasannya kalau ada
tugas kuliah. biasannya saya mencari bahan materi atau artikel yang berkaitan
dengan tugas saya lewat google atau altavista. Kemudian saya juga merupakan
pengguna blog kompasiana. Biasanya setiap tiga hari sekali saya menulis berbagai
hal yang ingin saya tulis seperti tentang pendidikan, ekonomi, maupun sosial
budaya. Kadang juga hal-hal yang berkaitan dengan materi perkuliahan saya.
(MW/W/11/5/2012)
Selain berbagai aktivitas tersebut, sistem keadministrasian yang sudah
menggunakan sistem online serta pengolahan nilai serta rencana study yang juga
online juga membuat mahasiswa memanfaatkan hotspot untuk aktivitas tersebut.
Saya juga memakai hotspot untuk keperluan keadministrasian kuliah. Biasanya
sih Cuma kalau pergantian semester saja. Sekarang kan sistemnya sudah online
semua mulai dari nilai,KRS an, KHS an, registrasi online, atau info-info beasiswa
dan sebagainya bisa lewat portal universitas atau fakultas. Selain itu juga kalau
kita butuh berbagai formulir kan harus di download dan diisi via jaringan internet.
(DK/W/17/4/2012)
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh DS dalam memanfaatkan
hotspot untuk keperluan keadministrasian.. “Biasanya sih saya buka portal UNS
siakad Cuma kalau lagi perlu aja, itu kan paling waktu pergantian semester”.
(DS/W/27/4/2012)
Dari berbagai jawaban yang diungkapkan oleh beberapa mahasiswa
memperlihatkan bahwa aktivitas akademik yang dilakukan lebih kepada pencarian
bahan ataupun materi tugas dan mata kuliah. Mereka memanfaatkan program
pencari seperti google, yahoo, ataupun altavista yang memang sudah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kebiasaan mahasiswa. Selain itu mereka juga sesekali menggunakan internet
sebagai sarana untuk saling mengirim email baik untuk sesama teman ataupun
tugas yang perlu dikirim kepada dosen karena memang ada beberapa dosen yang
sudah memanfaatkan jaringan informasi internet sebagai media untuk perkuliahan
mereka.
Selain itu mereka juga memanfaatkan fasilitas yang dikelola oleh ICT berupa
digital library. Digital library merupakan program yang digunakan untuk mencari
berbagai referensi baik buku, artikel, maupun jurnal yang bersifat online. Selain
itu, mahasiswa juga menggunakan elearning yang bertujuan untuk memberikan
fasilitas perkuliahan online yang mulai diterapkan oleh FKIP. Meskipun pada
prakteknya aktivitas akademik baik pencarian tugas maupun aktivitas elearning
dilakukan mahasiswa hanya ketika ada intervesi dari dosen yang bersangkutan
untuk browsing di internet ataupun memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
ICT.
Lebih lanjut, jejaring sosial Facebook juga mulai digunakan oleh mahasiswa
untuk saling berinteraksi serta berbagi informasi ataupun jarkom kelas baik
mengenai kegiatan akademik dalam aktivitas perkuliahan maupun yang berkaitan
dengan informasi-informasi dikampus. Jejaring sosial menjadi tempat mereka
berinteraksi karena pemanfaatan teknologi yang diangap lebih praktis dan efisien.
Share informasi menggunakan dianggap lebih leluasa karena mereka bisa
membagi informasi tersebut tanpa batasan besar-kecilnya ukuran file yang ingin
di bagikan. Lain halnya ketika menggunaan handphone yang harus memikirkan
biaya untuk membuka jarkoman tersebut. Mereka membentuk suatu grup dimana
didalam grup tersebut terdapat berbagai hal yang berkaitan dengan informasi
mulai dari jarkom kelas, upload tugas, pembagian tugas kelompok, pemberitahuan
nilai hasil tugas dosen, hingga informasi mengenai berbagai hal yang perlu
diketahui mahasiswa. Grup jejaring sosial tersebut dikelola oleh pengurus kelas
sehingga dengan adanya grup tersebut mahsiswa dapat mngetahui berbagai
kegiatan dan saling berbagi informasi.
Lebih lanjut, aktivitas yang juga dilakukan mahasiswa juga dengan memanfaatkan
blog sebagai tempat bagi mereka untuk menuangkan pikiran mereka melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
tulisan yang dapat di unggah dan dibaca oleh orang lain sehingga mereka dapat
mengembangkan pemikirannya. Keberadaan blog tersebut membuat mahasiswa
belajar untuk menulis apa yang menjadi pemikirannya serta dapat menyalurkan
hoby mereka mengenai berbagai sesuai dengan ilmu yang di geluti oleh mereka.
Sistem jaringan internet yang juga dimanfaatkan untuk keadministrasian dan
pengolahan data baik nilai dan proses pengambilan mata kuliah membuat
mahasiswa juga memanfaatkan hotspot ketika mengurus keperluan tersebut. Hal
ini karena memang di UNS sendiri termasuk FKIP menggunakan sistem yang
sudah online walaupun memang aktivitas tersebut sebagian besar hanya dilakukan
oleh mahasiswa ketika pergantian semester terjadi.
d. Aktivitas non akademik ketika memanfaatkan jaringan internet di
hotspot kampus
Selain pemanfaatan hotspot dalam kaitan dengan aktivitas akademik yang
berkaitan dengan kegiatan perkuliahan, jaringan internet melalui hotspot area di
lingkungan FKIP sendiri banyak dimanfaatkan untuk aktivitas lain yang tidak
berkaitan dengan kegiatan perkuliahan. Mereka mengakses link tersebut untuk
sekedar hiburan atau mengisi waktu dengan berbagai aktivitas baik untuk mencari
informasi, membangun relasi melalui dunia maya, hingga menghabiskan waktu
untuk bermain game-game yang besifat online. Berikut merupakan pernyataan
dari BAR mengenai aktivitasnya diluar akademik ketika memanfaatkan jaringan
internet melalui hotspot.
Kalau aktivitas selain yang berkaitan dengan non akademik biasanya saya buka
facebook untuk sekedar online up date status atau chatting dan saling comment
sesama teman. Selain itu biasanya saya juga buka forum diskusi atau sejenisnya
seperti kaskus. Di kaskus sendiri saya buka-buka isinya aja sih soalnya kan
dikaskus itu forum yang semuanya ada mulai dari film, lagu, info-info terbaru,
pokoknya all in one lah. Jadi kita ga perlu kemana-mana lagi nyarinya. Untuk
aktivitas lain biasanya download video dan lagu terus kalau jaringannya sedang
cepet saya juga download film. (BAR/W/14/5/2012)
Aktivitas yang hampir sama juga di kemukaan oleh BAS yang memang cukup
aktif beraktivitas di dunia maya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Yang sudah pasti saya buka jejaring sosial Facebook & twitter buat sekedar
berinteraksi dengan temen melalui dunia maya, chattingan atau bermain game
sambil nunggu download an. Kadang buka forum on line kaskus, Biasanya saya
juga buka-buka web yang menyediakan berita terkini seperti detiknews, kompas,
pokoknya buat up date berita lah, kalau enggak nyari-nyari artikel di blog-blog
yang menarik dan bisa nambah wawasan yang di cari via link program pencari
seperti google & yahoo. Kadang juga download lagu, buku online, majalah online,
gambar, atau video. (BAS/W/26/5/2012)
Pernyataan dari kedua mahasiswa diatas juga diperkuat dengan pernyataan dari
MW.
Kalau aktivitas yang lain paling buka jejaring sosial Facebook atau twitter untuk
berinteraksi dengan teman-teman lewat dunia maya. Terus buka you tube dan
4shared untuk download video dan lagu. Selain itu paling memanfaatkan Koran
online untuk update berita seperti kompas, oke zone, detiknews.
(MW/W/11/5/2012)
Dari aktivitas ketiga informan diatas dapat diketahui bahwa pemanfaatan jaringan
internet melalui hotspot di lingkungan kampus cukup beragam. Kebanyakan dari
mereka menggunakan jejaring sosial untuk berinteraksi dengan teman-temannya
lewat dunia maya. Diera digital ini memang interaksi tidak hanya dilakukan
secara nyata namun juga merambah ke dalam aktivitas di dunia maya. Interaksi
juga dapat dilakukan dengan chatting dengan sesama teman didunia maya.
Chatting menjadi aktivitas yang digemari oleh penggunanya karena mereka dapat
mengobrol dengan bebas baik dengan orang yang dikenalnya maupun yang tidak
dikenal. Interaksi lewat chatting ini juga menjadi salah satu menu wajib bagi
hampir pengguna jaringan internet.
Selain itu, game online juga menjadi hal yang dilakukan ketika memanfaatkan
hotspot. Game on line yang memang sedang marak dikalangan penggemarnya
membuat fasilitas hotspot yang menyediakan jaringan internet menjadi salah satu
tempat bagi mahasiswa untuk memenuhi keinginannya untuk bermain game.
Mereka bermain game biasanya untuk menunggu file yang di download selesai
karena memang jika file yang diunduh berkapasitas besar perlu waktu yang cukup
lama.
Lebih lanjut, aktivitas yang lainnya adalah mengunjungi situs-situs penyedia
berita online yang setiap saat meng up date halamannya jika ada berita terbaru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Diera digital seperti sekarang memang sangat mudah untuk mengakses situs
penyedia berita yang dapat diakses dengan mudah oleh mahasiswa. Selain itu
mahasiswa juga mencari-cari informasi melalui blog-blog yang berisi konten-
konten yang memang beraneka ragam. Mereka juga dapat menggunakan web
pencari untuk mencari artikel yang diinginkan karena memang informasi-
informasi tersebut dapat dengan mudah di dapat.
Selain berbagai aktivitas tersebut aktivitas download baik film, lagu, maupun
video merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan mahasiswa ketika
mengakses jaringan intenet di hotspot kampus. Aktivitas ini sering menjadi tujuan
ketika mahasiswa mengakses internet karena memang download merupakan
aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan hiburan baik berupa film, lagu
maupun video. Selain itu banyak situs yang menyediakan hal-hal tersebut
sehingga mahasiswa memanfaatkan kemudahan yang ada.
Selain itu, forum online yang didalamnya berisi berbagai hal seperti kaskus
merupakan hal yang sering dikunjungi. Didalamnya mereka dapat membangun
relasi serta mengakses berbagai hal mulai dari forum diskusi maupun forum jual
beli. Didalam forum tersebut pengunjung situs dapat berinteraksi satu sama lain
dan saling berbagi informasi mengenai berbagai hal.
Dalam pengelolaan jaringan internet, ICT FKIP juga menyediakan fasilitas yang
berkaitan dengan kegiatan akademik mahasiswa. Fasilitas tersebut ada didalam
situs yang dikelola FKIP (www.ict.fkip.uns.ac.id). Berikut pernyataan dari T.S
selaku karyawan ICT FKIP yang merupakan pengurus bagian networking,
“Sebenarnya ICT FKIP sudah berusaha untuk menyediakan fasilitas akademik
yang sudah terseda di link FKIP. Namun semuanya kembali kepada perilaku
mahasiswa dan dosen yang kurang antusias menggunakannya”.
(T.S/W/17/5/2012)
Dari pernyataan tersebut dapat di mengerti karena pada kenyataannya aktivitas
akademik yang dilakukan sebenarnya selalu ada intervensi dari dosen. Sementara
fasilitas akademik yang disediakan ICT kurang mendapatkan apresiasi dari dosen
dan mahasiswa sehingga pemanfaatannya kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, pemanfaatan hotspot lebih
didominasi dengan aktivitas pemanfaatan di ranah non akademik. hal ini
dikarenakan mahasiswa menggunakan fasilitas internet lewat hotspot kampus
hanyalah ketika ada intervensi dari dosen atau adanya tugas kuliah. dari
pengamatan yang dilakukan, ketika mahasiswa membuka berbagai laman internet,
laman yang berkaitan dengan akademik baik itu tugas maupun yang lain akan
segera di akhiri ketika apa yang diinginkan sudah didapat. Lain ketika mereka
mengunjungi web penyedia hiburan, mahasiswa dapat betah hingga berjam-jam
berada di hotspot area memanfaatkan jaringan internet lewat hotspot kampus.
2. Implikasi Lebih Lanjut dengan Keberadaan Hotspot Area Bagi
Aktivitas Mahasiswa di lingkungan kampus.
Sebagai fasilitas kampus, keberadaan hotspot sebagai fasilitas penyedia akses
internet telah ditunjang dengan fasilitas pendukung. Fasilitas tersebut seperti
shelter yang tempatnya memang di desain bagi para pengguna hotspot, kemudian
loby gedung yang kemudian juga sering dipakai mahasiswa untuk mengakses
internet menggunakan gadget masing-masing.
Ramainya hotspot area di kampus ternyata tidak hanya digunakan oleh
mahasiswa yang memanfaatkan jaringan internet menggunakan gadget yang
meeka gunakan. Keberadaan hotspot area dengan segala fasilitas penunjangnya
ternyata juga digunakan untuk keperluan yang lain seperti yang dilakukan oleh
DS, “Menurut saya pembangunan fasilitas hotspot area selain bermanfaat untuk
mendapatkan akses internet juga tempatnya yang cukup Nyaman membuat
mahasiswa dapat memanfaatkannnya untuk keperluan lain seperti ngobrol,
diskusi, maupun kegiatan yang lain”. (DS/W/27/4/2012)
Pernyataan DS diatas juga diperkuat dengan yang diungkapkan oleh DK yang
intinya hampir sama.
Biasanya sambil hotspotan saya ngobrol-ngobrol sama temen-temen. Aku juga
sering kumpul sama temen-temen kalau ada tugas kelompok yang mesti dikerjain
bareng-bareng. Kan enak ngerjain di shelter daripada di kos atau dirumah, lagian
juga sudah ada fotocopyan, ngeprint, dan kantin. Jadi kita bisa ngapa-ngapain
didalam kampus. (DK/W/17/4/2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Lebih lanjut, BAR mengungkapkan aktivitasnya yang sering dia lakukan di
hotspot area tanpa menggunakan gadget.
kalau untuk aktivitas yang tidak menggunakn gadget saya biasanya kumpul
sambil ngobrol-ngobrol sama temen-temen di hotspot area soalnya kan tempanya
enak buat kumpul bareng temen-temen. selain itu juga kadang buat ngerjain tugas.
Kan enak janjiannya ga perlu di luar. Selain itu bisa ngerjain rame-rame bareng
temen-temen sambil diskusi tentang bahan perkuliahan. Paling gitu-gitu aja sih.
(BAR/W/14/5/2012)
Jawaban yang sedikit berbeda juga diungkapkan oleh MFA yang sering
beraktivitas di hotspot area dimalam hari, “kadang kalau lagi bosen dikos saya
sama temen-temen kos nongkrong-nongkrong di shelter sampai pagi buat
hotspotan bareng-bareng. Biasanya kita saling bertukar informasi satu sama lain
baik itu tentang link, software, entertainment, maupun informasi yang berkaitan
dengan teknologi”. (MFA/W/7/5/2012)
Dari beberapa aktivitas yang di sebutkan ke empat informan diatas dapat diketahui
bahwa ramainya hotspot area di lingkungan kampus ternyata tidak hanya dipakai
untuk mengakses jaringan internet. Lokasi yang sebenarnya di sediakan untuk
memanfaatkan jaringan internet banyak di manfaatkan mahasiswa untuk aktivitas
lainnya.
Salah satu aktivitas yang sering dilakukan adalah sebagai tempat bekumpul
dengan teman-teman. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan untuk mengobrol
namun mahasiswa juga sering menggunakannya untuk berdiskusi tentang
berbagai hal baik mengenai kehidupan sehari-hari, diskusi materi kuliah maupun
diskusi tugas kelompok yang memang sering di berikan dosen. Tugas kelompok
dirasa lebih nyaman dikerjakan dikampus karena selain tempatnya yang kondusif
untuk bekerja bersama juga karena mereka tidak susah untuk mengumpulkan
teman-teman satu kelompoknya. Lingkungan yang kondusif serta keberadaan
fasilitas kampus yang lengkap membuat mahasiswa menjadi nyaman berada di
hotspot area.
Akivitas mahasiswa ketika memanfaatkan hotspot area tidak hanya di siang hari
namun juga dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk beraktivitas dimalam hari.
Kebiasaan mahasiswa untuk berkumpul dengan teman menurut salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
informan membuat mereka menggunakan hotspot area untuk sekedar
menghabiskan malam sambil membuka gadget maising-masing. Kegiatan tersebut
yang sering di sebut “nongkrong-nongkrong” memang banyak dilakukan
mahasiswa dimalam hari karena pada waktu tersebut mereka bebas beraktivitas
tanpa perlu menggunakan pakaian yang rapi dan berkerah. Hal itu membuat
mahasiswa merasa nyaman berada di hotspot area pada malam hari.
Lebih lanjut, selain berbagai aktivitas tersebut diatas ternyata mahasiswa juga
memanfaatkan hotspot area untuk aktivitas yang lebih formal. Shelter yang
merupakan tempat untuk mengakses internet ternyata juga sering dipakai untuk
aktivitas kelas maupun organisasi. Hal ini di ungkapkan oleh MFA yang memang
aktif berorganisasi. “Sebagai aktivis organisasi, saya sering memakai shelter
untuk aktivitas organisasi seperti rapat membahas proker atau diskusi bersama staf
layouter yang lain. Soalnya kadang di dalam ruangan motivasi penuh dan ga
kondusif buat rapat”. (MFA/W/7/5/2012).
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh DK yang juga aktif di kelas
dan organisasi.
Dulu saya sering ada acara HMP, kalau kumpul staf biasanya di shelter, kan
udaranya sejuk dan ga gerah dibandingkan di ruang HMP. Selain itu juga kalau
ada acara kelas atau koordinasi dengan teman-teman juga sering pakai shelter
soalnya kan kalau pake kelas pasti dipake kuliah, jadi pilih yang praktis aja di
shelter. Jadi sebenarnya fasilitas hotspot area menurut saya multifungsi untuk
berbagai aktivitas mahasiswa. (DK/W/17/4/2012)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa menganggap
hotspot area dalam hal ini bangunan shelter kondusif untuk aktivitas yang lebih
formal. Aktivitas organisasi atau kelas yang berupa rapat atau koordinasi kadang
mereka lakukan di shelter. Hal ini dikarenakan mereka merasa nyaman untuk
berakivitas di ruang terbuka. Selain itu mereka juga lebih leluasa untuk
menggunakannya karena memang di shelter tidak dibatasi waktu untuk
menggunakannya. Lain jika mereka menggunakan kelas karena ruang kelas di
peruntukkan bagi kegiatan perkuliahan yang memang hampir setiap saat di pakai.
Aktivitas tersebut sering dilakukan oleh mahasiswa dengan berbagai alasan seperti
yang di ungkapkan oleh DKW berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Menurut saya kan kalau shelter bangunannya kan enak buat kumpul-kumpul dan
lebih santai, jadi enak buat pertemuan rame-rame untuk keperluan kelas maupun
organisasi. Selain itu juga kalau siang sejuk, fasilitas yang lain juga cukup
lengkap kaya‟ kantin, fotocopyan, print-printnan, sampai penjual makan-makan
kecil juga banyak. ya walaupun sering penuh dan ada beberapa shelter yang panas
kalau siang, tapi ga masalah sih.(DKW/W/2/5/2012)
IE juga memiliki alasan hampir sama dengan alasan dari dian yang juga merasa
nyaman berada di shelter, “Saya sendiri sih memanfaatkan shelter buat kumpul-
kumpul karena tempatnya enak buat kumpul dan ngobrol sama temen-temen.
sejauh ini sih saya paling menggunakan shelter hanya untuk kumpul atau diskusi
tentang berbagai hal sama temen-temen”. (IE/W/14/5/2012)
Pernyataan DKW dan juga IE di perkuat oleh pernyataan dari MNH yang juga sering
beraktivitas di shelter, “Kalau untuk aktivitas kumpul dan mengerjakan tugas
alasannya sih lebih pada tempatnya yang enak untuk mengerjakan tugas. Kan bisa
rame-rame ngerjainnya kalau di shelter. Selain itu juga didalam kampus udah ada
fotocopyan sama print-printnan. Jadi tugas bisa selesai”. (MNH/W/11/5/2012)
Alasan yang di ungkapkan oleh DKW dan MNH tersebut memang dapat di
mengerti karena aktivitas kampus baik perkuliahan dan organisasi yang padat
membuat mahasiswa harus memanfaatkan ruang yang ada untuk memenuhi
kebutuhan akan aktivitas tersebut. Ramainya hotspot area baik disiang hari
maupun dimalam memang digunakan mahasiswa untuk berbagai aktivitas. Hal ini
dikarenakan memang pembangunan hotspot area dengan berbagai fasilitas
penunjangnya dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk memanfaatkan jaringan
internet namun juga dapat digunakan untuk aktivitas lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
sosant ekonomi sejarah KWN geografi
Gambar 4. Data Statistik Jumlah Akses Hotspot Mahasiswa PIPS (Januari 2008-
Maret 2012)
Keterangan:
Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi (Sosant) : 16769 Kali akses
Prodi Pendidikan Ekonomi : 54206 Kali akses
Prodi Pendidikan Sejarah : 11773 Kali akses
Prodi Pendidikan Kewarganegaraan (KWN) : 11102 Kali akses
Prodi Pendidikan Geografi : 32676 Kali akses
Sumber : ICT FKIP UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 3. Aktivitas Mahasiswa Ketika Memanfaatkan Jaringan Internet lewat
Hotspot Kampus.
Aktivitas Akademik Aktivitas Non Akademik
- Searching bahan kuliah via situs
pencari data (Google, Yahoo,
Altavista, dll) atau situs penyedia
jurnal.
- Membuka Fasilitas situs FKIP yang
berkaitan dengan aktivitas
perkuliahan (dalam portal FKIP).
- Membuka Jejaring Sosial untuk
aktivitas perkuliahan (grup kelas di
dalam Facebook).
- Mengisi blog pribadi yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan
pemikiran mahasiswa.
- Membuka Jejaring Sosial untuk
berinteraksi dengan teman lewat dunia
maya (Facebook, Twitter, Friendster)
- Aktivitas Download file (Lagu, Video,
Film, Software, dll).
- Chatting dengan teman-teman di dunia
maya.
- Membuka situs-situs penyedia berita on
line (Okezone, detiknews, tribunnews,
dll).
- Membuka forum online, contohnya
adalah forum Kaskus.
- Bermain game on line.
Sumber :Data primer yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
C. Pembahasan
Setelah peneliti mengadakan penelitian dan mereduksi hasil penelitian didalam
fieldnote, dapat diketahui bahwa keberadaan hotspot area di lingkungan kampus
menjadi ruang bagi mahasiswa untuk melakukan beragam aktivitas. Aktivitas
tersebut merupakan berbagai macam kegiatan mahasiswa yang berkaitan dengan
keberadaan hotspot area sebagai fasilitas kampus yang memang disediakan bagi
mahasiswa ataupun warga kampus yang lain dalam hal ini dosen maupun
karyawan. Ramainya hotspot area memberikan sebuah gambaran bahwa ada
banyak aktivitas yang dilakukan mahasiswa dengan berbagai motif dan makna
yang dilakukan untuk tujuan tertentu.
Dalam mengupas fenomena pemanfaatan Hotspot area disini, tindakan sosial dari
Max Weber merupakan teori yang akan digunakan. Weber sangat tertarik pada
masalah-masalah sosiologis yang luas mengenai struktur sosial dan kebudayaan,
tetapi dia melihat bahwa kenyataan sosial secara mendasar terdiri dari individu-
individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Paradigma ini merumuskan sosiologi
sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative
understanding) sebuah tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai
pada penjelasan kausal. Paradigma ini digunakan karena pada dasarnya tindakan
yang dilakukan mahasiswa ketika memanfaatka jaringan internet melalui hotspot
kampus merupakan sebuah tindakan sosial yang di kemukakan oleh Max Weber.
Pemikiran weber jika kita menerima kata-katanya ini sebagaimana adanya,
didasarkan pada pemahamannya tentang tindakan sosial. (S. Turner, 1983). Ia
membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Konsep perilaku
dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses pemikiran.
Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan
campur tangan proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan
olehnya). Antara terjadinya stimulus dengan respons. Secara agak berbeda,
tindakan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada
tindakan mereka. Bagi weber, tugas analisis sosiologi terdiri dari “penafsiran
tindakan menurut makna subjektifnya”.( George Ritzer & Douglas J. Goodman ,
2008:136-137).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Menurut Weber dalam Doyle Paul Johnson (1986:219) tindakan sosial harus
dimengerti dalam hubungannya dengan arti subyektif yang terkandung
didalamnya, orang perlu mengembangkan suatu metode untuk mengetahui arti
subyektif ini secara obyektif dan analitis. Dalam keadaan tidak ada metode seperti
itu, kritik-kritik terhadap berbagai pendekatan subyektif pasti benar yang
menyatakan bahwa aspek-aspek pengalaman individu yang tidak dapat diamati
tidak dapat dimasukkan dalam suatu analisa ilmiah mengenai perilaku manusia.
namun bagi weber, konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa
obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan
mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda.
Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan weber dalam klasifikasinya
mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah
antara tindakan rasional dan yang non rasional. Singkatnya tindakan rasional
(menurut weber) berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan
bahwa tindakan itu dinyatakan. Didalam kedua kategori utama, mengenai
tindakan rasional dan non rasional itu (Doyle Paul Johnson,1986:219-220).
Berdasarkan kategorisasi tindakan tentang makna dari sebuah tindakan
berdasarkan rasionalitas yang diungkapkan oleh Weber dalam Doyle Paul Johnson
(1988: 220-221), maka peneliti dapat mengidentifikasi bahwa aktivitas mahasiswa
ketika memanfaatkan hotspot area merupakan sebuah tindakan yang memiliki
makna. Dari definisi mengenai tindakan sosial yang di kemukakan oleh Weber
dapat di pahami bahwa aktivitas mahasiswa ketika memanfaatkan hotspot area
merupakan suatu bentuk tindakan sosial dimana tindakan tersebut mempunyai
makna subyektif bagi dirinya. . Makna subyektif tersebut tergantung pada
pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan, apakah tipe
tindakan rasional instrumental, rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional
ataupun tindakan afektif.
Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa yang dilihat sebagai sebuah
tindakan sosial memiliki berbagai macam tujuan yang bermacam-macam. Motif
yang ada pada diri setiap subyek dalam memanfaatkan hotspot area sebagai
fasilitas kampus menjadi kajian peneliti dalam melihatnya sebagai sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tindakan sosial yang terjadi berdasarkan rasionalitas. Secara lebih spesisik penulis
dapat mengklasifikasikan berbagai tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa
sebagai berikut:
1. Rasionalitas Instrumental (Zweckrationalitat).
Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini merupakan tindakan yang ditentukan
oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain.
Harapan ini digunakan sebagai „syarat‟ atau „sarana‟ untuk mencapai tujuan-
tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. Individu tersebut lalu
menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
dipilih tadi. Hal ini mungkin mencakup pengumpulan informasi, mencatat
kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat dalam
lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang
mungkin dari beberapa alternatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dibuat atas
alat yang dipergunakan yang kiranya mencerminkan pertimbangan individu atas
efisiensi dan afektivitasnya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu dapat
menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan
dicapai.
Berkaitan dengan tipe tindakan rasionalitas instrumental (Zweckrationalitat),
dalam hal ini merupakan tipe tindakan yang memiliki tingkat rasionalitas yang
paling tinggi. Tindakan yang dilakukan mahasiswa tersebut meliputi
pertimbangan dan pilihan yang sadar berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan
alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindaka mahasiswa tersebut
diantaranya penggunaan jaringan internet lewat hotspot kampus yang bermotif
akademik serta penggunaan shelter untuk aktivitas mengerjakan tugas ,organisasi
maupun kelas. Berbagai tindakan tersebut merupakan tindakan sosial yang
didasarkan atas pertimbangan dan pilihan yang sadar yang kesemuanya
berhubungan dengan tujuan dan alat yang dipergunakan untuk mendapatkan suatu
tujuan akan motif akademik maupun organisasi.
Tindakan mahasiswa memanfaatkan jaringan internet untuk mengerjakan tugas
yang memerlukan bahan dari internet memiliki tujuan yang jelas untuk memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tugas yang diberikan dosen. Mereka memanfaatkan program pencari seperti
google, yahoo, ataupun altavista yang memang sudah menjadi kebiasaan
mahasiswa. Selain itu mereka juga sesekali menggunakan internet sebagai sarana
untuk saling mengirim email baik untuk sesama teman ataupun tugas yang perlu
dikirim kepada dosen karena memang ada beberapa dosen yang sudah
memanfaatkan jaringan informasi internet sebagai media untuk perkuliahan
mereka.
Selain itu mereka juga memanfaatkan fasilitas yang dikelola oleh ICT berupa
digital library. Digital library merupakan program yang digunakan untuk mencari
berbagai referensi baik buku, artikel, maupun jurnal yang bersifat online. Selain
itu, mahasiswa juga menggunakan elearning yang bertujuan untuk memberikan
fasilitas perkuliahan online yang mulai diterapkan oleh FKIP. Meskipun pada
prakteknya aktivitas akademik baik pencarian tugas maupun aktivitas elearning
dilakukan mahasiswa hanya ketika ada intervensi dari dosen yang bersangkutan
untuk browsing di internet ataupun memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
ICT.
Lebih lanjut, jejaring sosial Facebook juga mulai digunakan oleh mahasiswa
untuk saling berinteraksi serta berbagi informasi ataupun jarkom kelas baik
mengenai kegiatan akademik dalam aktivitas perkuliahan maupun yang berkaitan
dengan informasi-informasi dikampus. Jejaring sosial menjadi tempat mereka
berinteraksi karena pemanfaatan teknologi yang diangap lebih praktis dan efisien.
Share informasi menggunakan dianggap lebih leluasa karena mereka bisa
membagi informasi tersebut tanpa batasan besar-kecilnya ukuran file yang ingin
di bagikan. Lain halnya ketika menggunaan handphone yang harus memikirkan
biaya untuk membuka jaroman tersebut. Mereka membentuk suatu grup dimana
didalam grup tersebut terdapat berbagai hal yang berkaitan dengan informasi
mulai dari jarkom kelas, upload tugas, pembagian tugas kelompok, pemberitahuan
nilai hasil tugas dosen, hingga informasi mengenai berbagai hal yang perlu
diketahui mahasiswa. Grup jejaring sosial tersebut dikelola oleh pengurus kelas
sehingga dengan adanya grup tersebut mahasiswa dapat mngetahui berbagai
kegiatan dan saling berbagi informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Sistem jaringan internet yang juga dimanfaatkan untuk keadministrasian dan
pengolahan data baik nilai dan proses pengambilan mata kuliah membuat
mahasiswa juga memanfaatkan hotspot ketika mengurus keperluan tersebut. Hal
ini karena memang di UNS sendiri termasuk FKIP menggunakan sistem yang
sudah online walaupun memang aktivitas tersebut sebagian besar hanya dilakukan
oleh mahasiswa ketika pergantian semester terjadi.
Tindakan rasional instrumental yang lainnya juga terlihat ketika mahasiswa
memanfaatkan shelter untuk aktivitas mengerjakan tugas bersama dengan teman-
teman serta untuk keperluan pertemuan kelas ataupun keperluan organisasi.
Shelter yang di desain sebagai tempat mahasiswa beraktivitas juga dimanfaatkan
untuk mengerjakan tugas kuliah bersama-sama dengan teman-teman mereka baik
itu tugas kelompok maupun tugas individu. Tugas kelompok dirasa lebih nyaman
dikerjakan dikampus karena selain tempatnya yang kondusif untuk bekerja
bersama juga karena mereka tidak susah untuk mengumpulkan teman-teman satu
kelompoknya. Lingkungan yang kondusif serta keberadaan fasilitas kampus yang
lengkap membuat mahasiswa menjadi nyaman berada di hotspot area.
Lebih lanjut, aktivitas pertemuan atau rapat kelas dan organisasi juga dilakukan
oleh mahasiswa di shelter. Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
mahasiswa menganggap hotspot area dalam hal ini bangunan shelter kondusif
untuk aktivitas yang lebih formal. Aktivitas organisasi atau kelas yang berupa
rapat atau koordinasi kadang mereka lakukan di shelter. Hal ini dikarenakan
mereka merasa nyaman untuk berakivitas di ruang terbuka. Selain itu mereka juga
lebih leluasa untuk menggunakannya karena memang di shelter tidak dibatasi
waktu untuk menggunakannya. Lain jika mereka menggunakan kelas karena
ruang kelas di peruntukkan bagi kegiatan perkuliahan yang memang hampir setiap
saat di pakai.
2. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Wertrationalitat).
Tindakan rasional berorientasi nilai merupakan tindakan yang oleh keyakinan
penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, esetis, religius, atau bentuk
perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya. Alat-alat hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar , tujuan-tujuannya
sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut
atau nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat non rasional dalam hal dimana
seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-
tujuan mana yang harus dipilih. Komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah
sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai kegunaan
(utility) efisiensi, dan sebagainya tidak relevan.
Tindakan rasional berorientasi nilai tampak pada mahasiswa yang memanfaatkan
jaringan internet untuk pencarian info-info yang up to date dan bermanfaat. Disini
mahasiswa melakukan hal tersebut melalui pertimbangan yang obyektif dan sadar
dengan tujuan yang berorientasi pada nilai yang akan diperoleh. Tujuan yang
ingin dicapai sebagai nilai akhir tidak dapat diperhitungkan secara obyektif. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan rasional
yang berorientasi nilai.
Tindakan rasional berorientasi nilai yang lainnya dapat terlihat pada aktivitas
mahasiswa yang menuangkan pemikirannya pada blog pribadi yang di unggah di
dunia maya dimana orang lain dapat membaca dan bebas memberikan komentar
mengenai isi yang di tulisnya. Tindakan tersebut jelas merupakan tindakan yang
tujuannya sudah ada yaitu menuangkan pemikiran yang di tuangkan dalam tulisan
tersebut namun pada dasarnya nilai akhir yang di inginkan bersifat non rasional
dimana mahasiswa yang bersangkutan tidak dapat memperhitungkan secara
obyektif tujuan mana yang harus dipilih.
Lebih lanjut, aktivitas mereka memanfaatkan berbagai macam jejaring sosial
untuk berinteraksi dan membangun relasi dengan rekan-rekan mereka yang
lainnya juga merupakan tindakan rasional berorientasi nilai. Membangun relasi
lewat dunia maya memang dimungkinkan terjadi untuk tujuan yang bersifat nilai-
nilai hubungan antar personal dan secara obyektif tidak dapat ditentukan tujuan
yang dipilih.
3. Tindakan Tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Merupakan tindakan sosial yang bersifat non rasional dimana seorang individu
memperlihatkan perilaku karena kebiasaan tanpa refleksi yang sadar atau
perencanaan. Individu itu akan membenarkan atau akan menjelaskan tindakan itu
kalau diminta dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara
seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya. Apabila
kelompok-kelompok atau seluruh masyarakat didominasi oleh orientasi ini, maka
kebiasaan dan institusi mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau
tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya, yang diterima begitu
saja tanpa persoalan. Satu-satunya pembenaran yang perlu adalah bahwa, “inilah
cara yang sudah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan dengan demikian
pula nenek moyang mereka sebelumnya; ini adalah cara yang sudah begini dan
akan selalu begini terus”. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang
lenyap karena meningkatnya rasionalitas instrumental.
Tindakan tradisional tampak pada mahasiswa yang memanfaatkan hotspot area
untuk berkumpul dan mengobrol dengan teman-temannya. Aktivitas tersebut
merupakan tindakan yang dilakukan tanpa perencanaan atau refleksi yang sadar.
Tindakan tradisional ini merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional.
Tindakan tersebut memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang
sadar atau perencanaan. Menurut Weber perilaku seperti itu digolongkan sebagai
tindakan tradisional.
4. Tindakan Afektif.
Merupakan tindakan yang didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan tersebut benar-benar tidak
rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologis, atau criteria rasionalitas
lainnya.
Pada penelitian ini juga ditemukan adanya tindakan afektif dari informan. Hal ini
tampak pada aktivitas mahasiswa yang memanfaatkan jaringan internet melalui
hotspot kampus tanpa mengenal waktu. Selain itu juga tampak pada mahasiswa
yang memanfaatkan jaringan internet untuk bermain game dan aktivitas
mendownload lagu, video, maupun film. Mereka hanya mengedepankan perasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Dalam hal ini
pada umumnya mereka melakukan hal tersebut untuk memenuhi kepuasan mereka
melalui hal tersebut. mereka kurang mempertimbangkan alasan yang logis dan
hanya mengikuti pemikiran afektif mereka.
Dari ke empat pengklasifikasian yang diungkapkan oleh Max Weber tindakan
Rasional berorientasi nilai (Wertrationalitat) merupakan tindakan yang cenderung
lebih mendominasi aktivitas mahasiswa di saat berada di hotspot area kampus.
Hal ini dikarenakan aktivitas tersebut tampak lebih banyak dilakukan berdasarkan
data primer yang ada. Dari observasi serta jawaban informan dapat di mengerti
bahwa apa yang menjadi tindakan mahasiswa lebih didominasi oleh tujuan yang
tidak dapat diperhitungkan secara obyektif oleh mahasiswa yang
memanfaatkannya.
Pengklasifikasian tindakan tersebut merupakan gambaran mengenai tindakan
subjektif dari seorang manusia dalam aktivitas kehidupannya. Meskipun pada
kenyataannya tidak semua tindakan dapat dimasukkan kedalam pengklasifikasian
tersebut. Namun secara garis besar, tindakan rasional maupun non rasional dari
seorang individu memiliki motivasi dan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Secara
lebih rinci, penjelasan mengenai pengklasifikasian tipe tindakan sosial dalam
aktivitas mahasiswa dalam memanfaatkan hotspot area dapat dilihat didalam table
dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4. Klasifikasi Tipe Tindakan Sosial dalam Aktivitas Mahasiswa dalam
Memanfaatkan Hotspot Area Kampus FKIP UNS
Tindakan
Rasionalitas
instrumental
Tindakan
Berorientasi
Nilai
Tindakan
Tradisional
Tindakan
Afektif
- Aktivitas
dengan motif
akademik
diantaranya
untuk mencari
bahan untuk
perkuliahan
dan tugas dari
dosen
(memanfaatkan
blog dosen
baik lewat e
learning FKIP
maupun
berkirim e
mail)
- Pemanfaatan
jejaring sosial
untuk
kepentingan
akademik
berupa saling
berbagi
informasi
dengan
mahasiswa lain
(saling berbagi
materi
perkuliahan,
kepentingan
jarkom kelas,
berbagi
informasi
akademik, dsb)
- Penggunaan
hotspot utuk
mendapatkan
jaringan
internet untuk
keperluan
- Pemanfaatan
jaringan
internet untuk
mencari
artikel atau
informasi
yang up to
date baik
lewat blog
maupun situs
berita on line,
- Aktivitas
menuangkan
pemikirannya
melalui blog
on line yang
dapat di baca
khalayak
pengunjung
dunia maya.
- Pemanfaatan
jejaring sosial
untuk
berinteraksi
dan
membangun
relasi dengan
teman atau
orang lain
lewat dunia
maya.
- Pemanfaatan
shelter untuk
berkumpul dan
mengobrol
dengan teman-
teman saat
berada
dikampus.
- aktivitas
mahasiswa
yang
memanfaatka
n jaringan
internet
melalui
hotspot
kampus
tanpa
mengenal
waktu.
- Aktivitas
memanfaatka
n jaringan
internet
untuk
bermain
game dan
aktivitas
mendownloa
d lagu, video,
maupun film.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
keadministrasi
an mahasiswa
melalui situs
fakultas
maupun
universitas.
- Pemanfaatan
shelter di
hotspot area
untuk
berkumpul
dengan
mahasiswa lain
untuk
mengerjakan
tugas kuliah.
- Pemanfaatan
shelter untuk
kegiatan
koordinasi atau
rapat kelas
maupun
organisasi.
Sumber: Data primer diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diperoleh pada penelitian
tentang pemanfaatan Hotspot Area sebagai fasilitas penunjang aktivitas
mahasiswa maka pemanfaatannya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam memanfaatkan fasilitas hotspot kampus, mahasiswa menggunakannya
untuk aktivitas akademik maupun non akademik dengan beberapa poin
penting berikut ini:
a) Kemunculan fasilitas hotspot yang sekarang di miliki dan dimanfaatkan
FKIP dalam lingkungan kampus menjadi fasilitas yang banyak
dimanfaatkan mahasiswa untuk mengakses jaringan internet
menggunakan gadget yang dapat menangkap signal Wi-fi yang
merupakan radio frekuensi dari access point. Hal ini terlihat dari
banyaknya mahasiswa yang berada di shelter dan loby gedung yang
merupakan fasilitas yang dibangun dan disediakan pihak fakultas agar
mahasiswa nyaman ketika mengakses internet lewat hotspot.
b) Ramainya hotspot area kampus selain karena tempatnya yang nyaman
bagi mahasiswa juga karena alasan pemanfaatan fasilitas kampus.
Selain itu juga karena pemanfaatan jaringan internet lewat hotspot
kampus dirasakan lebih ekonomis dan efisien bagi mahasiswa.
c) Intensitas pemanfaatan jaringan internet di hotspot kampus terbagi
menjadi tiga bagian yaitu ada yang tergantung keperluan saja ketika
kebetulan berada di kampus menunggu kuliah, ada yang hampir setiap
hari memanfaatkan hotspot ketika waktu luang kuliah, dan ada yang
dengan sengaja meluangkan waktu untuk memanfaatkan hotspot.
Mayoritas penggunaannya 2 sampai 3 jam. Namun ada yang lebih
karena untuk tujuan tertentu.
d) Mahasiswa menggunakan fasilitas hotspot yang telah di sediakan oleh
pihak fakultas untuk berbagai keperluan baik keperluan akademik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
maupun non akademik. Aktivitas pemanfaatan jaringan internet dari
hotspot tersebut mereka untuk berbagai kepentingan dengan tujuan
yang berbeda-beda. Perbedaan pemanfaatan tersebut dapat terlihat dari
intensitas dan motif penggunaan hotspot, situs yang sering mereka
kunjungi, dan manfaat yang dirasakan setelah melakukan kunjungan
terhadap situs atau link yang dituju.
2. Selanjutnya adalah mengenai implikasi lebih lanjut dari keberadaan
hotspot area berupa shelter dan berbagai fasilitas lain yang memang
dibangun untuk menunjang keberadaan jaringan internet melalui sinyal
wi-fi dari hotspot di lingkungan FKIP UNS itu sendiri adalah sebagai
berikut:
a) Keberadaan Hotspot Area di FKIP juga banyak digunakan
mahasiswa untuk berbagai aktivitas yang tidak berkaitan dengan
pemanfaatan jaringan internet. Mahasiswa memanfaatkannya untuk
berkumpul dan untuk berbagai keperluan baik keperluan akademik,
kepentingan kelas maupun organisasi.
b) Selain aktivitas pemanfaatan hotspot menggunakan gadget untuk
mendapatkan signal wi-fi, mahasiswa yang berada di hotspot area
juga melakukan aktivitas lain mulai dari kumpul-kumpul dengan
teman untuk sekedar ngobrol, diskusi dengan teman mengenai
materi perkuliahan, mengerjakan tugas kuliah baik tugas individu
maupun tugas kelompok, maupun koordinasi kegiatan kelas hingga
aktivitas rapat organisasi kampus.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas,
maka implikasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dalam penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial
yang dikemukakan oleh Max Weber. Teori ini berperan besar dalam
menganalisis data yang telah ditemukan di dalam penelitian dimana peneliti
ingin melihat fenomena pemanfaatan hotspot area sebagai fasilitas penunjang
aktivitas mahasiswa.
Hotspot area sebagai ruang tindakan sosial mahasiswa memberikan
ruang bagi aktivitas mahasiswa didalam kampus untuk berbagai kegiatan yang
bersifat akademik maupun non akademik. Tindakan mahasiswa dalam
memanfaatkan berbagai fasilitas kampus tentunya memiliki orientasi yang
berbeda-beda. Orientasi tersebut sangat bergantung dengan konteks setiap
mahasiswa dalam tindakan tesebut. Hotspot area terlihat ramai ketika
mahasiswa dengan berbagai aktivitasnya memenuhi ruang-ruang fasilitas hotspot
area untuk berbagai tujuan tertentu dimana setiap aktivitas dari mahasiswa
tersebut tentunya memiliki orientasi dan motif yang berbeda-beda sesuai dengan
tujuan masing-masing.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah adanya aktivitas mahasiswa
dalam memanfaatkan hotspot sebagai tempat mengakses internet menggunakan
signal wi-fi untuk berbagai tujuan baik tujuan akademik maupun tujuan non
akademik. meskipun pada kenyataannya pemanfaatannya cenderung kearah non
akademik, namun dengan peran serta berbagai pihak pemanfaatan hotspot
tersebut diarahkan ke hal-hal yang positif.
Keberadaan fasilitas tersebut memiliki implikasi lebih lanjut mengenai
pemanfaatan hotspot area itu sendiri. Hotspot area sebagai sebuah bangunan
dengan tujuan untuk memanfaatkan signal wi-fi ternyata juga dapat bermanfaat
bagi ruang mahasiswa untuk berkumpul, berdiskusi dan melakukan aktivitas
organisasi yang membutuhkan ruang untuk berkumpul membahas kepentingan
organisasi atau kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3. Implikasi Metodologis
Implikasi metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode
Fenomenologi dimana perspektif ini memandang perilaku manusia, apa yang
mereka katakan, apa yang mereka lakukan, adalah sebagai suatu produk dari
bagaimana orang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri.
Penelitian dengan pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami
makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia didalam situasinya yang
khusus. Penelitian dengan cara ini dimulai dengan sikap diam dan terbuka tanpa
prasangka. Artinya, peneliti tidak menganggap dirinya mengetahui makna dari
berbagai hal yang terjadi dan ada pada orang-orang yang sedang dipelajarinya.
Sikap diam dan terbuka ini merupakan usaha untuk bisa menangkap segala
kemungkinan (dengan pikiran tanpa prasangka dan tidak berpikir prediktif) dari
apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian cara fenomenologis menekankan
pada berbagai aspek subjektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami
tentang bagaimana dan apa makna yang mereka bentuk dari berbgai peristiwa
didalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini berusaha untuk memahami
serta menangkap makna dari pemanfaatan fasilitas Hotspot Area dilingkungan
kampus Kentingan FKIP UNS .
C. SARAN
Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang pemanfaatan
Hotspot Area sebagai fasilitas penunjang aktivitas mahasiswa maka peneliti
memberikan saran-saran untuk menambah wawasan:
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa harus meningkatkan pemanfaatan media internet untuk aktivitas
akademik. Mahasiswa harus lebih meningkatkan pengetahuan tentang dunia
maya berupa jaringan internet dan menggunakannya dengan baik sehingga
dapat menimbulkan efek positif bagi kualitas pribadi masing-masing.
Dengan memanfaatkan fasilitas tersebut mahasiswa akan mempunyai potensi
dan kualitas yang lebih baik untuk menghadapi tantangan globalisasi yang
semakin kompleks dari waktu ke waktu. Dengan memanfaatkan hotspot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sebagai fasilitas untuk mendapatkan jaringan internet akan berdampak
kepada wawasan mahasiswa untuk mengikuti perkembangan zaman sesuai
tuntutan persaingan global.
2. Bagi dewan dosen
Bagi dewan dosen agar ikut memanfaatkan teknologi informasi berupa
jaringan internet serta mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan jaringan
internet untuk kepentingan akademik sehingga mahasiswa terbiasa dengan
teknologi dan mampu bersaing dengan mahasiswa lain yang juga
memanfaatkan teknologi dalam kegiatan akademik.
3. Bagi ICT FKIP UNS
Bagi ICT FKIP UNS selaku lembaga yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan serta mendukung pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi agar lebih gencar mensosialisasikan pemanfaatan jaringan internet
diranah akademik dengan memanfaatkan fasilitas situs FKIP UNS yang juga
terintegrasi dengan masing-masing mahasiswa. Pembatasan situs juga perlu
dilakukan bagi situs yang tidak berkaitan dengan aktivitas akademik. Selain
dengan sosialisasi, pelatihan juga dapat dilakukan bagi para dosen,
mahasiswa, maupun segenap karyawan FKIP untuk lebih faham dan
mendalami fasilitas yang ada agar lebih maksimal dalam penggunaan fasilitas
tersebut.
4. Bagi FKIP UNS
Bagi FKIP UNS selaku lembaga pendidikan agar lebih meningkatkan sarana
dan prasarana yang menggunakan teknologi sebagai fasilitas penunjang
aktivitas mahasiswa seperti perbaikan fasilitas, maupun peningkatan
pelayanan berbasis online. Agar mahasiswa lulusan FKIP UNS dapat bersaing
dengan lulusan universitas lain di dunia kerja baik skala nasional maupun
internasional.