xi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS IX. 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 15 KOTA PEKANBARU
TESIS
Oleh:
AGUSRIALDI NIM: 51902
Ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
i
ABSTRACT
Agusrialdi, 2011, The Application STAD Cooperative Learning Model to
Increase Learning Motivation and Learning Outcomes IPS IX.2 Grade Students Of SMP Negeri 15 Pekanbaru. Thesis. Graduate Program, State University of Padang.
Students’ motivation and learning outcomes are issue that is closely related to
the success of their learning. Based on the observations of researchers as a teacher for social studies subject for class IX.2 at Junior High School 15 Pekanbaru, it was discovered that there was a problem in the learning process of social studies subject which was the low motivation of the students to take part in the process of learning social studies subject, resulted in the low outcomes of the students’ learning.
One of the efforts that was done by the teachers in learning process was by using models of STAD type cooperative learning to enhance students’ motivation and learning outcomes in the subject. By the application of the model STAD type cooperative learning students were expected to engage actively in the learning process. Students were also able to find the concepts learned in groups on their own, so that students could apply the concepts of these lessons into their daily life.
The research was carried out by conducting Classroom Action Research on learning process of social studies subject. The subjects in this study were 38 tenth grade students from class IX.2 of SMP Negeri 15 Pekanbaru City. The study was conducted in two cycles. Each cycle consisted of four stages; which were planning, execution, observation, and reflection. The instrument used in the study was observation sheet for the activities of the teachers involved, observation sheets on students’ learning motivation, and test results of students’ learning.
The results of this study revealed that the application of the model type STAD cooperative learning could enhance students' learning motivation in learning social studies subject at class IX.2 of Junior High School 15 Pekanbaru City. The increase occurred continuously from cycle I to cycle II. STAD Type cooperative learning could enhance motivation and learning outcomes. The improvement of students’ learning outcomes could be seen from the students' performance prior to the research actions, the cycle I and cycle II. Percentage of students who achieve minimum standard passing score in cycle I was up to 73.7%, and on cycle II the percentage of minimum standard passing score achievement was up of 94.7%.
ii
ABSTRAK
Agusrialdi, 2011, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Motivasi dan hasil belajar siswa merupakan masalah yang erat hubungannya
dengan kesuksesan siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebagai guru IPS di kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru, ditemukan masalah dalam pembelajaran IPS yaitu rendahnya motivasi belajar siswa mengikuti proses pembelajaran IPS, dan rendahnya hasil belajar siswa.
Salah satu usaha yang dilakukan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diharapkan dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajari secara berkelompok, sehingga siswa dapat menerapkan konsep pelajaran tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) pada pembelajaran IPS. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru sebanyak 38 orang. Penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembaran observasi terhadap aktivitas guru, lembaran observasi motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar.
Hasil penelitian ini mengungkapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru. Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II. Persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus I sebesar 73,7%, dan pada siklus II tercapai ketuntasan sebesar 94,7%.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
selalu memberi petunjuk keselamatan kepada hamba-Nya yang beriman. Penulis
memanjatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT, karena
penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun tesis ini untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam meraih gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri
Padang.
Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian tindakan (classromm action
research) dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IX 2
Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Kota Pekanbaru”
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya peneliti
sampaikan kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan, baik moril
maupun materi, waktu dan tenaga sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Ungkapan
terima kasih dan penghargaan ini penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Z. Mawardi Effendi, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Negeri Padang; Prof. Dr. H. Mukhaiyar, M. Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP); dan Dr. Jasrial, M.Pd selaku
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Padang, beserta
staf, karyawan/ti perpustakaan dan tata usaha yang telah memberikan bantuan
berupa sarana dan prasarana selama penulis mengikuti perkuliahan.
iv
2. Prof. Dr. Ungsi A.O. Marmai M, Ed selaku Pembimbing I dan Dr. Ridwan,
M.Sc, Ed selaku Pembimbing II yang dengan tulus dan ikhlas telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga selesainya tesis
ini.
3. Prof. Dr. Gusril, M. Pd., Prof. Dr. Hj. Elisna, dan Dr. Darmansyah, S.T, M.Pd.,
selaku kontributor yang memberikan saran yang konstruktif dalam rangka
penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang
telah membimbing dan mendorong penulis selama studi di PPs Universitas
Negeri Padang hingga selesainya tesis penelitian ini.
5. Bapak H. Syamsul Bahri, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi dan
telah memberikan izin melaksanakan penelitian di SMP Negeri 15 Pekanbaru.
6. Seluruh majelis guru dan siswa-siswi SMP Negeri 15 Pekanbaru, khususnya
kelas IX. 2 yang banyak membantu hingga selesainya penulisan tesis ini.
7. Istri tercinta Wissa Novria dan anak tersayang Feyzah Mahardisa Putri dan
Faiqah Meydisa Tafuzi yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materil hingga selesainya studi ini.
8. Orang tuaku Amran dan Yunimar; mertuaku Syofyan Amin (alm) dan
Hermalini (alm) serta kakakku Peni Susila dan adikku Amra Derry, sebagai
motivatorku sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
v
9. Seluruh rekan-rekan seperjuangan serta semua pihak yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan yang diberikan baik langsung
maupun tidak langsung sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mendoakan semoga bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan
yang setimpal dan bernilai pahala disisi Allah SWT, Amin.
Pekanbaru, Juni 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
F. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoretis .................................................................... 9
1. Hasil Belajar ........................................................................ 9
2. Hakikat Motivasi Belajar .................................................... 15
3. Model Pembelajaran Kooperatif ......................................... 19
4. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPS ......................... 29
5. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dengan Motivasi dan Hasil Belajar .................................... 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 35
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 35
D. Hipotesis Tindakan .................................................................. 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 37
vii
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................... 37
C. Definisi Operasional ................................................................ 37
D. Siklus Penelitian ...................................................................... 38
E. Instrumen Penelitian ................................................................ 44
F. Teknik Pengumpul Data ........................................................... 46
G. Prosedur Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data ............. 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus I ..................................................................................... 50
1. Perencanaan ......................................................................... 50
2. Pelaksanaan Tindakan .......................................................... 51
3. Observasi ............................................................................. 57
4. Refleksi ................................................................................ 61
B. Siklus II .................................................................................... 63
1. Perencanaan ....................................................................... 64
2. Pelaksanaan Tindakan ....................................................... 64
3. Observasi ........................................................................... 69
4. Refleksi ............................................................................. 74
C. Pembahasan ............................................................................. 74
1. Motivasi Belajar Siswa ..................................................... 74
2. Hasil Belajar Siswa ........................................................... 77
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 80
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 81
B. Implikasi .................................................................................. 82
C. Saran ........................................................................................ 83
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 85
LAMPIRAN ................................................................................................. 87
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 4
2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 20
3. Skor Perkembangan Individu ............................................................. 24
4. Interval dan Kategori Aktivitas Guru ................................................. 48
5. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I ...................... 58
6. Hasil Belajar Siswa Siklus I ............................................................... 60
7. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II ..................... 69
8. Hasil Belajar Siklus Siswa II .............................................................. 71
9. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
dan Siklus II ...................................................................................... 72
10. Persentase Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II ......... 75
11. Persentase Ketuntasan dan Rata-rata Hasil Belajar Siswa ................. 77
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Keterpaduan Cabang Ilmu pengetahuan Sosial .............................. 30
2. Bagan kerangka pemikiran pembelajaran STAD untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar ....................................... 34
3. Siklus PTK ..................................................................................... 38
4. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa .......................................... 78
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Hasil Belajar Sebelum Tindakan ........................................... 87
2. Motivasi Belajar Sebelum Tindakan .............................................. 88
3. Silabus Pembelajaran Siklus I ........................................................ 89
4. RPP Siklus I pertemuan 1 ............................................................. 90
5. RPP Siklus I pertemuan 2 .............................................................. 93
6. LKS Siklus I Pertemuan 1 .............................................................. 96
7. LKS Siklus I Pertemuan 2 .............................................................. 98
8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ................... 100
9. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 ................... 101
10. Kisi-kisi Soal Siklus I .................................................................... 102
11. Soal Ulangan Siklus I ..................................................................... 103
12. Hasil Belajar Siklus I ..................................................................... 104
13. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus I Pertemuan 1 .................. 105
14. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus I Pertemuan 2 .................. 106
15. Silabus Pembelajaran Siklus II ...................................................... 107
16. RPP Siklus II pertemuan 1 ............................................................. 109
17. RPP Siklus II pertemuan 2 ............................................................. 112
18. LKS Siklus II Pertemuan 1 ............................................................ 115
19. LKS Siklus II Pertemuan 2 ............................................................ 116
20. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 .................. 117
21. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2 .................. 118
22. Kisi-kisi Soal Siklus II ................................................................... 119
23. Soal Ulangan Siklus II ................................................................... 120
24. Hasil Belajar Siklus II .................................................................... 121
25. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus II Pertemuan 1 ................. 122
26. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus II Pertemuan 2 ................. 123
27. Skor Perkembangan Kelompok ...................................................... 124
28. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran dipandang sebagai
fenomena yang memberikan kesadaran bagi guru untuk selalu memberikan inovasi-
inovasi dalam pemilihan dan penggunaan model dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya tidak hanya menyampaikan informasi
terhadap siswa, tetapi juga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif
sehingga siswa tertarik serta dapat belajar. Harapan yang diinginkan dari mengajar
itu sendiri merupakan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan
motivasi, bimbingan, pengarahan, dan semangat kepada siswa agar terjadi proses
pembelajaran.
Hal tersebut juga sesuai dengan yang diamanatkan Undang-Undang Guru
dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 Pasal 4 (Depdiknas) yang menjelaskan bahwa
kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran (learning agent) peran guru antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi
insipirasi belajar bagi peserta didik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SMP/MTs, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,
1
2
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Berdasarkan itu, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu agar proses pembelajaran IPS dapat membawa siswa
menuju kedewasaan sehingga tercapai keberhasilan mereka dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut, peserta didik perlu memperoleh
pemahaman yang luas dan mendalam tentang semua bidang ilmu yang berkaitan
dengan teori dan praktek sosial. Untuk itu, diperlukan model pembelajaran terpadu
yang merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang digunakan untuk
diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai dengan menengah atas (BSNP, 2006: 1).
Proses interaksi belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan.
Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses interaksi belajar mengajar adalah suatu
upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai bila
proses interaksi belajar mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan.
Dengan demikian, belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain.
Belajar mengacu pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek
yang aktif terlibat mendalami materi pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada
apa yang harus dilakukan guru sebagai pengajar untuk membelajarkan siswa bukan
untuk mengajar siswa. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan
manakala terjadi interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa
3
dengan materi dan lingkungan belajar, baik pada saat proses pembelajaran
berlangsung dalam kelas maupun di luar kelas. Berlangsungnya interaksi antara guru
dengan siswa sebagai makna utama pelaksanaan pembelajaran, memegang peranan
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan
siswa sebagai subjek pembelajaran, bukan sebagai objek dalam pengajaran, maka
inti pelaksanaan pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa (learning
activities) yang membuat mereka aktif dan partisipatif dalam setiap proses
pembelajaran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sebagai guru IPS di kelas IX.2 SMP
Negeri 15 Kota Pekanbaru, ditemukan masalah dalam pembelajaran IPS sebagai
berikut : 1) dalam pembelajaran siswa cenderung hanya mementingkan diri sendiri
tanpa ada keinginan untuk membantu teman lain yang kesulitan dalam
menyelesaikan soal; 2) siswa dalam belajar cenderung menerima informasi yang
diberikan guru tanpa ada niat untuk memperoleh informasi tentang materi yang
dipelajarinya sebelum dijelaskan guru, sehingga kurangnya interaksi antar siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan yang diberikan; 3) siswa kesulitan untuk
menghubungkan atau merefleksikan materi pelajaran yang disampaikan dengan
materi prasyarat atau pengalaman belajar siswa; 4) kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman siswa
yang hanya terfokus pada contoh-contoh soal yang diberikan guru; 5) siswa kurang
percaya diri dengan hasil yang diperolehnya. Hal ini dapat dilihat pada saat
dilaksanakan ulangan harian, siswa cenderung saling berdiskusi bertukar jawaban;
6) motivasi belajar siswa untuk mengikuti proses pembelajaran IPS sangat rendah.
4
Hal ini dapat dilihat dari kurangnya aktivitas yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Siswa juga enggan bertanya kepada guru tentang materi
yang kurang dipahaminya, sehingga pada saat diberikan tugas siswa tidak dapat
menyelesaikannya; 7) hasil belajar siswa rendah. Hal ini diperoleh dari kenyataan,
masih banyak siswa yang mengalami kesukaran dalam memahami konsep dan
memecahkan masalah dari soal-soal IPS yang diberikan. Masih banyak siswa yang
belum mencapai ketuntasan, dari 38 orang siswa hanya 20 atau 52,6% siswa yang
tuntas. Data ketercapaian hasil belajar (ketuntasan) dari tahun 2008 hingga 2010
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Tahun Ajaran Kompetensi Dasar Persentase (%) KKM 2007/2008 Mendeskripsikan
kerjasama antar negara di bidang ekonomi
62%
70 2008/2009 Sda 58% 2009/2010 Sda 54%
Sumber: Dokumentasi SMP N 15 Pekanbaru, 2010
Dari masalah yang muncul tersebut perlu dicari solusi pemecahan masalah,
agar pembelajaran IPS menjadi efektif serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPS siswa. Salah satu alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut peneliti
mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa aktif
bertukar pikiran sesama temannya dalam memahami suatu topik pembelajaran.
Dalam kelompok kooperatif, siswa belajar bersama, saling membantu dan
berdiskusi, serta bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran.
5
Penyebab tidak tercapainya pembelajaran IPS Terpadu menurut BSNP
(2006:1) antara lain adalah : (1) kurikulum IPS itu sendiri tidak menggambarkan satu
kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang ilmu-ilmu
sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru disiplin ilmu
Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi, Antropologi sehingga sangat sulit untuk
melakukan pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut; (3) terdapat
kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru mata
pelajaran untuk pembelajaran IPS secara terpadu; dan (4) meskipun pembelajaran
terpadu bukan merupakan hal yang baru, tetapi para guru di sekolah tidak terbiasa
melaksanakannya sehingga dianggap hal yang baru. Artinya, tidak tercapainya tujuan
pembelajaran IPS disebabkan oleh faktor kurikulum IPS itu sendiri dan faktor guru
yang mengajar bidang studi pembelajaran IPS.
Tidak jauh berbeda dengan penjelasan BSNP, Aziz (1999) juga menyatakan
bahwa kualitas dan keberhasilan pembelajaran IPS Terpadu juga sangat dipengaruhi
oleh kemampuan guru dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran. Artinya, faktor kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran IPS.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran IPS Terpadu,
pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran IPS (Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi) yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual
maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pelaksanaan
6
pembelajaran IPS Terpadu sangat dipengaruhi oleh faktor kurikulum IPS itu sendiri
dan faktor guru yang mengajar bidang studi pembelajaran IPS, di samping faktor-
faktor lain yang mendukung pelaksanaan pembelajaran itu sendiri.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikenal saat ini, adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa
untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran,
dibuat lembaran kegiatan yang akan dikerjakan siswa secara bersama-sama, siswa
saling membantu dan berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan/
menuntaskan materi atau tugas yang diberikan. Menurut para ahli, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana jika dibandingkan dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dituntut
bukan hanya memahami materi pelajaran atau tugas secara individu tetapi mereka
juga harus dapat memberikan pemahaman kepada setiap anggota kelompoknya,
sehingga semua siswa dapat saling memotivasi untuk dapat belajar lebih baik.
Karena adanya saling ketergantungan ini maka setiap siswa dalam kelompoknya
akan berpartisipasi aktif untuk menaikkan nilai kelompoknya, sehingga kerjasama
dalam kelompok dapat terwujud. Kelompok siswa yang mendapat prestasi diberikan
penghargaan dengan sebutan super, hebat, dan baik atau dengan penghargaan lain
yang diberikan oleh guru. Dengan demikian hasil belajar dan motivasi siswa untuk
belajaran IPS diharapkan dapat meningkat.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka
peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Siswa cenderung mementingkan diri sendiri dalam belajar dan kurang keinginan
untuk membantu yang lain.
2. Minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS cenderung rendah
3. Siswa cenderung pasif dan lebih banyak menghafal materi yang diberikan guru
4. Siswa yang mengalami kesulitan belum mau bertanya kepada guru atau teman
5. Hasil belajar IPS siswa masih rendah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan melihat luasnya permasalahan dan
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang peneliti miliki, penelitian ini hanya
dibatasi pada faktor motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas
IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi
belajar IPS siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru?
8
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalahnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, selaku guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru
berusaha untuk peningkatan dan pengembangan profesionalisme sebagai seorang
guru mata pelajaran IPS.
2. Bagi siswa, khususnya kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru sebagai subjek
penelitian yang berimplikasi langsung terhadap perbaikan atau peningkatan
motivasi dan hasil belajar selama proses pembelajaran IPS.
3. Bagi kepala SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru sebagai salah satu masukan dan
pertimbangan dalam memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil
pembelajaran IPS.
4. Bagi guru bidang studi IPS, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar IPS
5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan pedoman atau landasan berpijak bagi
peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang peningkatan motivasi dan hasil
belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan memanfaatkan temuan penelitian ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoretis
1. Hasil Belajar
Muhibbin Syah (2007:213) menyatakan bahwa pada prinsipnya,
pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah siswa,
sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal
ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting
dan diharapkan dapat menceminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Dimyati dan Mujiono (2006:3) menyatakan bahwa hasil belajar adalah:
”Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor dan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar”.
Nana Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam
ketiga aspek hasil belajar.
1) Hasil belajar bidang kognitif
9
10
a. tipe hasil pengetahuan hafalan (Knowledge)
b. tipe hasil belajar pemahaman (Comprehention)
c. tipe hasil belajar penerapan (Aplikasi)
d. tipe hasil belajar analisis
e. tipe hasil belajar sintesis
f. tipe hasil belajar evaluasi
2) Hasil belajar bidang afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar
bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak
memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
atens/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai
guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain.
3) Hasil belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill),
kemampuan bertindak individu (seseorang).
Di bagian selanjutnya Tulus Tu’u (2004:76) mengemukakan bahwa prestasi
belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena
aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan
sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana Sudjana (2009:23) mengatakan
11
bahwa di antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik, maka
ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Karena itu unsur yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil belajar dan nilai
siswa dalam ranah kognitif.
Menurut Bloom (2009:23) yang dikutip oleh Nana Sudjana hasil belajar
aspek kognitif terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1) Tipe Hasil Belajar Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak
sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual
disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan,
definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama
kota dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu
dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau
pemahaman konsep-konsep lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat
dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai,
mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar
pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe
hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafalan
menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang ilmu, baik
matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misalnya hafal
12
suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus
tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat.
2) Tipe Hasil Belajar Pemahaman
Tipe hasil balajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah
pemahaman.Misalnya menjelaskan susunan kalimat dengan bahasa sendiri,
memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, menggunakan petunjuk
penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami
setingkat lebih tinggi dari pada mengetahui. Namun, tidaklah berarti bahwa
pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu
terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat terendah
adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang
sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia,
pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih,
menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang saklar dll yang sejenis.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-
bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan
yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata kerja,
subjek, dan possesive sehingga tahu menyusun kalimat. Pemahaman tingkat
ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan
ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat
membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas
13
presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Meskipun
pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari
bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes
dapat membedakan soal yang susunannya termasuk subkategori tersebut, tetapi
tidak perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan
mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, pemanfsiran, dan
ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar.
3) Tipe Hasil Belajar Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, rumus, hukum, prinsip,
generalisasi dan pedoman atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam
situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi
lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi
akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah.
Situasi bersifat lokal dan mungkin pula subjektif sehingga tidak mustahil bahwa
sesuatu itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi
beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih
didasarkan atas realitas yang ada di masyarakat atau realitas yang ada di dalam
kehidupan siswa sehari-hari.
4) Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis merupakan
suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
14
hasil belajar sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa
mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah
atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal
prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Bila kecakapan
analisis telah dikuasai siswa maka siswa akan dapat mengaplikasikannya pada
situasi baru secara kreatif.
5) Tipe Hasil Belajar Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh
disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman,
berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir
konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada berpikir devergen. Dalam
verpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya akan mudah diketahui
berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen.
Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat
dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan
mengumpulkannya ke dalam satu kelompok besar. Kalau analisis memecah
integritas menjadi bagian-bagian, sebaliknya sintesis adalah menyatukan unsur-
unsur menjadi suatu integritas yang mempunyai arti. Berpikir sintesis
merupakan sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif. Seseorang yang
kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreatifitas juga beroperasi
dengan cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, siswa
dimungkinkan untuk menemukan hubungan kausal, urutan tertentu, astraksi dari
suatu fenomena dll.
15
6) Tipe Hasil Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi,
dll. Oleh karena itu maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau stándar
tertentu. Dalam tes esai, stándar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase
”menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frase yang pertama
sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan sebab variasi
kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang
dibuat harus menyebutkan kriterianya secara eksplisit. Mengembangkan
kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kemampuan evaluasi memerlukan kemampuan dalam pemahaman, aplikasi,
analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil belajar evaluasi mensyaratkan
dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya.
Dari kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.
2. Hakikat Motivasi Belajar
Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai defenisi tentang
motivasi antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan
dan insentif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu motif adalah keadaan
kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang
16
mengarahkan dan menyalurkan prilaku, sikap, dan tindak tanduk seseorang yang
selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan.
Sondang P. Siagian (1995: 142) menyatakan bahwa bagaimanapun motivasi
didefenisikan, terdapat tiga komponen utamanya, yaitu kebutuhan, dorongan dan
tujuan. Kebutuhan yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri
seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Dalam pengertian
homeostatik, kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya
ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang menurut persepsi yang
bersangkutan seyogyanya dimilikinya, baik dalam arti fisiologis maupun psikologis.
Motivasi belajar merupakan alasan yang mendorong seseorang yang akan
melakukan proses belajar. Dimyati & Mudjiono (2006:239) berpendapat bahwa
motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi,
atau tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar dan
selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus, agar siswa memiliki motivasi
belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2007:91)
yang mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, peranan motivasi, baik intrinsik
(dari dalam diri) maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi seseorang
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
17
Senada dengan pendapat tersebut di atas, Abu Ahmadi (2004:214)
menyatakan bahwa perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses
belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai
siswa tidak akan optimal. Dimyati dan Mujiono (2000:85) juga mengemukakan
bahwa motivasi belajar sangat penting diketahui dan dipahami oleh siswa maupun
guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut :
a) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar, contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab materi pelajaran akan lebih mampu menangkap isi materi pelajaran dibandingkan siswa yang tidak membaca buku, sehingga mendorong siswa yang lain untuk membaca buku sebelum materi pelajaran diberikan oleh guru.
b) Menginformasikan kekuatan usaha belajar siswa, contohnya ; seperti contoh diatas bahwa siswa yang sudah membaca buku terlebih dahulu akan lebih mampu menangkap isi pelajaran dibandingkan dengan siswa yang tidak membaca buku terlebih dahulu. Hal ini berarti bahwa siswa yang suadah terlebih dahulu membaca buku mempunyai kemampuan atau usaha dalam belajar dibanding siswa yang tidak membaca buku terlebih dahulu.
c) Mengarahkan kegiatan belajar siswa, contoh siswa yang terbukti memperoleh ilai yang tidak memuaskan karena selalu bersenda gurau atau bermain pada saat belajar akan mengubah prilaku jika ia menginginkan nilai yang baik.
d) Membesarkan semangat belajar siswa, contohnya siswa yang menyadari bahwa ia telah menghabiskan dana yang sangat besar, sementara adiknya masih banyak yang harus dibiayai, maka ia akan berusaha agar cepat lulus.
e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Siswa yang memahami bahwa orang yang tidak berpendidikan akan memperoleh pekerjaan dengan gaji yang rendah, sedangkan orang yang berpendidikan akan mudah memperoleh pekerjaan yang menghasilkan uang yang banyak, akan berusaha untuk memperoleh nilai yang baik sehingga dapat menyelesaikan sekolah tepat pada waktunya.
Dari uraian tentang motivasi belajar maka dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi belajar adalah dorongan untuk melakukan belajar. Dorangan ini dapat
berasal dari dalam diri sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan dorongan yang
18
berasal dari luar juga lingkungan dan orang lain juga ada yang biasanya disebut
motivasi ekstrinsik.
Siswa yang memiliki motivasi belajar, tentunya melakukan aktivitas yang
menunjukkan ciri-ciri motivasi belajar. Anderson (dalam Elida Prayitno, 1989:10)
mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakterisitik
tingkah laku anak yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan
ketekunan. Anak yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar menampakkan
minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka
memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa
mengenal perasaan bosan, apalagi menyerah.
Secara lebih jelas Alex Sobur (2003:188) mengemukakan ciri-ciri motivasi belajar yaitu: (a) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai); (b) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); (c) tidak memerlukan dorongan untuk berprestasi; (d) ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan; (e) selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya); (f) mununjukkan minat terhadap macam-macam masalah; (g) senang dan rajin belajar, penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; (h) dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut); (i) mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian); (j) senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi ditunjukkan oleh perilaku atau
aktivitas-aktivitas positif yang menunjang tercapainya tujuan belajar. Sehubungan
dengan penelitian ini, maka secara operasional siswa yang memilki motivasi belajar
yang tinggi ditunjukkan oleh indikator: (a) belajar dengan sungguh-sungguh dalam
kelompok; (b) berinisiatif dalam kelompok dalam mengajukan pendapat untuk
menyelesaikan tugas kelompok; (c) sering bertanya jika menemukan kesulitan dalam
19
memahami materi yang disampaikan guru; (d) berusaha mempertahankan pendapat
yang telah diajukan; (e) sering ingin menjadi wakil dari kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2008:8) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran dimana siswa belajar secara berkelompok. Pada pembelajaran ini
siswa dikelompokkan, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa.
Anggota kelompok harus heterogen baik kognitif, jenis kelamin, suku, dan
agama. Mereka belajar dan bekerja secara kolaboratif, dengan struktur
kelompok yang heterogen. Selengkapnya Kunandar (2010:359) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan.
Arends dalam Trianto (2009:65) menyatakan ada 4 ciri-ciri model
pembelajaran kooperatif yaitu (1) siswa bekerjasama dalam kelompok-
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar, (2) kelompok
dibentuk dari siswa yang berkemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah,
(3) bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-berda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu. Selanjutnya dinyatakan pembelajaran kooperatif terdiri
dari 6 fase, dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan diakhiri
20
dengan pemberian penghargaan. Keenam fase tersebut disajikan dalam bentuk
tabel berikut:
Tabel 2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkahlaku GuruFase -1
Menyampaikan tujuan danmemotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuanpelajaran yang ingin dicapai padapelajaran tersebut dan memotivasisiswa belajar
Fase-2
Menyajikan informasiGuru menyajikan informasi kepadasiswa dengan jalan demonstrasi ataulewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompokbelajar
Guru menjelaskan kepada siswabagaimana caranya membentukkelompok belajar dan membantusetiap kelompok agar melakukantransisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompokbekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat merekamengerjakan tugas mereka
Fase-5
Mengevaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajartentang materi yang telah dipelajariatau masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaanGuru mencari cara-cara untukmenghargai baik upaya maupun hasilbelajar individu dan kelompok
Ibrahim, dkk. (2000:10)
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang agar siswa diberi
kesempatan untuk bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Dengan
demikian rasa setia kawan dan ingin maju bersama semakin tertanam pada
setiap diri siswa.
21
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Division)
Student Teams Achievement Division (STAD). Dalam STAD para siswa
dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latas belakang etniknya. Guru
menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-
sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.
Skor kuis para siswa dibadingkan dengan rata-rata pencapaian mereka
sebelumnya, dan kepada masing-masing tim diberikan poin berdasarkan
tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai
sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan
tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau
penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang
disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerluan waktu 3-5
periode kelas (Slavin, 2009:11).
Kunandar (2010:364) menjelaskan pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang sederhana. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal
maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok
22
yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap
anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian mereka
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok. Secara individual atau kelompok, tiap
minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa
dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan
kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah sebagai berikut:
1) Penyajian Materi
Pada tahap penyajian materi siswa masih belum berada dalam kelompok-
kelompok. Selain dari menyampaikan materi pelajaran yang sudah ia
siapkan, guru perlu menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran
khusus, memotivasi siswa, menjelaskan kiat-kiat yang perlu mereka
lakukan ketika mereka bekerja atau belajar dalam kelompok,
menginformasikan materi prasyarat dalam kaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan siswa tentang materi
prasyarat dan menyiapkan siswa untuk mengikuti dan memahami uraian
materi pelajaran serta mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok (Slavin, 2008). Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat dipraktikkan bersama materi kurikulum atau materi yang dirancang
23
oleh guru yang diadaptasi atau diambil dari buku teks atau sumber terbitan
lainnya yang sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) Kerja Kelompok
Dalam setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, kelompok bersifat
heterogen dan tiap siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) berisikan
tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan berkaitan dengan materi
pelajaran yang telah dijelaskan. Pada tahap kerja kelompok ini siswa akan
berinteraksi dan saling membantu, mendiskusikan permasalahan/ tugas
yang harus mereka selesaikan. Akuntabilitas dari tiap anggota kelompok
memastikan bahwa tiap individu harus berfokus pada aktivitas saling
menolong dalam mempelajari materi yang diajarkan guru untuk
memastikan bahwa setiap anggota siap untuk mengikuti latihan. Hasil kerja
kelompok dituangkan dalam satu lembar kerja siswa dan dikumpulkan.
Pada kerja kelompok, peranan guru adalah sebagai motivator dan fasilitator
(Slavin, 2008).
3) Latihan/ Kuis
Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan
diadakannya latihan oleh guru mengenai materi yang dibahas. Dalam
mengerjakan latihan ini siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor
yang diperoleh nanti digunakan untuk menentukan keberhasilan
kelompoknya. Kepada setiap individu, guru memberikan skor untuk nanti
digunakan dalam menentukan skor bersama bagi setiap kelompok (Slavin,
2008). Maksudnya keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan
24
latihan/ kuis, dimana siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor
yang ia peroleh nanti akan digunakan untuk menentukan keberhasilan
kelompoknya.
4) Perhitungan Skor
Skor yang diperoleh setiap anggota dalam latihan akan berkontribusi
pada kelompok mereka dan ini didasarkan pada sejauh mana skor mereka
telah meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang telah
mereka capai pada latihan yang lalu. Berdasarkan skor awal setiap individu
ditentukan skor peningkatan/ perkembangan. Skor perkembangan dari tiap
individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan
penghargaan bagi setiap kelompok. Gagasan dibalik skor kemajuan
individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja
yang dicapai apabila mereka belajar lebih giat dan memberikan kinerja
yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan
kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi
tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka
yang terbaik. Slavin (2008:159) menjelaskan pedoman untuk memberikan
skor perkembangan individu seperti pada tabel berikut
Tabel 3. Skor Perkembangan Individu
No Skor Tes Nilai
Perkembangan Individu
1. 2. 3. 4. 5.
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 hingga 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atasnya Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
5 10 20 30 30
25
Hal yang perlu diperhatikan mengenai skor ini adalah bagaimana
membandingkan skor yang dicapai siswa dengan penampilannya (skor yang dicapai)
pada kuis lalu, dan bukan dengan membandingkannya dengan skor yang dicapai oleh
anggota kelompoknya. Slavin (2008) menyebutkan penghargaan kepada kelompok
yang berperestasi diberikan berdasarkan rata-rata skor peningkatan/perkembangan
dalam tiap kelompok, dengan kategori kelompok baik, kelompok hebat dan
kelompok super sebagai berikut :
a. Kelompok baik, rata-rata 15
b. Kelompok hebat, rata-rata 20
c. Kelompok super, rata-rata 25
Namun Slavin (2008) mengemukakan bahwa guru boleh mengubah kriteria
tersebut karena skor rata-rata perkembangan berbentuk interval maka kriteria yang
dibuat Slavin tidak memenuhi syarat (tidak bisa mengakomodasi rata-rata
perkembangan yang mungkin) Contoh: Jika rata-rata perkembangan itu 18 maka
tidak ada perkembangan kelompok, maka oleh sebab itu kriteria tersebut dapat
diubah sebagai berikut:
a. Kelompok dengan rata-rata 5 < x < 11,25 sebagai kelompok baik
b. Kelompok dengan rata-rata 11,25 < x < 23,75 sebagai kelompok hebat
c. Kelompok dengan rata-rata 23,75 < x < 30 sebagai kelompok super
Setelah satu periode penilaian (dua kali pertemuan) terhadap hasil
pembelajaran kooperatif, dilakukan perubahan kelompok dan perhitungan ulang skor
dasar baru untuk setiap siswa. Perubahan kelompok ini memberikan kesempatan
26
kepada siswa untuk bekerja dengan siswa yang lain untuk memelihara kelompok
kooperatif agar hasil belajar yang diperoleh lebih baik lagi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dijelaskan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu tercapainya kemampuan
anak, baik dalam bekerjasama dalam kelompok, mengajukan pendapat atau
pertanyaan. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
dikembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan
menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab
kelompoknya. Dalam pelaksanaannya dapat diamati beberapa aspek yaitu a. situasi
kegiatan belajar mengajar, b. keaktifan siswa, dan c. kemampuan siswa.
Dari uraian di atas juga diperoleh simpulan bahwa pembelajaran koorperatif
tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan langkah pembelajaran: (1)
siswa dibagi kedalam kelompok 4 – 5 orang secara heterogen, (2) guru menyajikan
materi secara ringkas, (3) memberikan tugas individu, (4) kerja kelompok (kelompok
mempersiapkan anggota timnya untuk siap menghadapi kuis secara inddividual), (5)
memberikan kuis kepada individu dan diberikan skor (anggota tim tidak boleh
membantu), (6) skor perolehan individu digunakan untuk menentukan keberhasilan
kelompok, dan (7) kepada kelomok yang menang diberi hadiah (reward).
Kunandar (2010) mengemukakan kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu sebagai berikut:
a. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa tidak terlalu tergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
27
b. Pembelajaran koopertif tipe STAD dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar.
e. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu strategi yang ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif siswa terhadap sekolah.
f. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab kelompoknya.
g. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat ditingkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Kunandar (2010) menyatakan keterbatasan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebagai berikut :
a. Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif tipe STAD memang butuh waktu. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat saja menimbulkan perasaan “terhambat” bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan siswa yang kurang kemampuannya. Akibatnya keadaan ini dapat menganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang
28
cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD memang bukan pekerjaan yang mudah.
4. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPS
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang-
cabang ilmu yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu
sosial. IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial : Sosiologi, Sejarah,
Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial.
Ilmu sosial merupakan tinjauan ilmiah yang membahas gejala-gejala yang
muncul dalam kehidupan sosial insani. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, kita
menyadari bahwa gejala sosial itu bermacam-macam coraknya atau bisa juga, satu
gejala sosial mengandung beberapa hal yang kompleks. Ada tiga aspek yang
membedakan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan ilmu lainnya, yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri.
Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas
pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah pengetahuan?
Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut
29
diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?. Dalam pembelajaran IPS,
ontologi berkaitan dengan pengetahuan yang akan dipelajari siswa, contoh:
materi IPS yang berjudul kerjasama antar negara. Jadi siswa akan mempelajari
pengetahuan tentang pengertian kerja sama ekonomi antar negara,
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar
negara, dan mendeskripsikan tujuan kerjasama ekonomi antar negara.
2. Epistimologi
Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan
yang benar. Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan
untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-
pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu
pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja?. Dalam pembelajaran pendidikan IPS, siswa diharapkan
memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta
melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang
dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran IPS secara epistemology harus
diformulasikan pada aspek kependidikannya.
3. Aksiologi
Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
30
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Pendidikan IPS berdasarkan aspek aksiologi adalah pembelajaran yang ditujukan
untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan
di masyarakat, selain itu juga untuk mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapinya.
Jadi, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembahasan mengenai
pengetahuan sosial, kemudian metode yang digunakan untuk mendapatkan
pengetahuan dengan membahas pertanyaan-pertanyaan agar mendapatkan
pengetahuan yang benar, dan nilai kegunaan ilmu sosial yang didapat, bermanfaat
bagi masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Keterpaduan cabang Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut digambarkan oleh
Badan Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai berikut :
Sejarah Ilmu Politik Geografi Ekonomi Ilmu Pengetahuan Psikologi Sosiologi Sosial Sosial Antropologi Filsafat Gambar 1. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial
Jika dilihat dari tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
31
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun masyarakat (Depdiknas, 2006:5). Tujuan tersebut dapat dicapai
manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci antara lain agar peserta didik memiliki
kemampuan seperti: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Secara lebih rinci lagi, Hamid (1996) menyatakan tujuan penyelenggaraan
pembelajaran IPS adalah mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan
peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang
diperlukan bagi kehidupan masyarakat. Artinya, pelaksanaan pembelajaran IPS tidak
hanya bertujuan membentuk kemampuan peserta didik menguasai pengetahuan,
sikap, dan nilai, tetapi juga bertujuan untuk mempersiapkan dan membina peserta
didik dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu sosial, seperti : Sosiologi,
Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
32
yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
5. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Motivasi dan Hasil Belajar
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya oleh Slavin (2008:12) bahwa
salah satu kelebihan tipe STAD adalah menambah kepercayan kemampuan
berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal
dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Mereka bekerja dengan
teman-teman sekelompok, mencoba menilai kekuatan dan kelemahan mereka
sendiri sehingga dapat membantu mereka untuk berhasil baik dalam kuis. Proses
pembelajaranseperti ini akan meningkatkan motivasi belajar tiap siswa. Dengan
adanya motivasi siswa untuk menemukan jawaban serta selalu berusaha
memecahkan masalah secara mandiri, mereka akan menemukan makna dari
materi yang disampaikan guru, dan mereka dapat menempatkan dirinya sebagai
pencari ilmu sejati.
Menurut Sardiman (2007:40) seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau
pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum
pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan
untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini
meliputi 2 hal : (1) mengetahui apa yang dipelajari, dan (2) memahami mengapa
hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak kepada dua unsur motivasi inilah
33
sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar, sebab tanpa motivasi (tidak
mengerti apa yang dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu
dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa meningkatnya motivasi
belajar siswa akan sangat mempengaruhi hasil belajar mereka. Karena dengan
adanya motivasi belajar, mereka akan bersungguh-sungguh untuk mengetahui,
belajar, atau berkeingintahuan yang tinggi. Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Dengan demikian siswa yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi akan sangat mendukung tercapainya hasil
belajar yang baik pula. Sardiman (2007:45) menambahkan bahwa hasil belajar
akan mejadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dahyar Husein (2006) dari hasil penelitiannya terbukti bahwa siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara keseluruhan
memperoleh hasil belajar IPS lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan
menggunakan model konvensional.
Aisyah (1999) dari hasil penelitiannya terbukti bahwa pembelajaran dengan
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan laboratorium mini efektif untuk topik
geometri.
Summitri (2010) dari hasil penelitiannya terbukti bahwa pembelajaran dengan
kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa untuk mengembangkan segala
34
kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat perpartisipasi aktif dalam pembelajaran
seni budaya di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Bengkalis.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif tipe Tipe STAD adalah suatu bentuk pembelajaran
kooperatif yang sederhana. Dalam STAD, siswa dibentuk dalam kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 orang dari berbagai kemampuan,
gender dan etnis. Dalam prakteknya guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa
belajar dalam kelompok untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah
menguasai materi. Hal tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut :
1. Siswa cenderung hanya mementingkan diri sendiri tanpa ada keinginan untuk membantu teman lain yang kesulitan dalam menyelesaikan soal,
2. Kurangnya interaksi antar siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang diberikan,
3. Siswa kesulitan untuk menghubungkan atau merefleksikan materi pelajaran yang disampaikan dengan materi prasyarat
4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah.
5. Siswa kurang percaya diri dengan hasil yang diperolehnya
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD : 1. Lebih mementingkan sikap dan proses
dari pada prinsip, yaitu sikap dan proses partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
2. Siswa lebih mampu mendengar, menerima dan menghormati orang lain,
3. Siswa dapat mengidentifikasi perasaaannya dan juga perasaan orang lain,
4. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain. Kondisi akhir.
1. Motivasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat
2. Hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat.
3. Pembelajaran lebih bermakna
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran pembelajaran STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
35
Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti berpendapat bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD motivasi dan hasil belajar
IPS siswa SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru dapat ditingkatkan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi hipotesis tindakan adalah sebagai
berikut.
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar
IPS siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Calssroom
action research). Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-
tindakan-riset-tindakan” yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan
masalah, sampai masalah itu terpecahkan (Depdiknas, 2001). Menurut Darmasyah
(2009:10) PTK adalah kegiatan penelitian yang berupaya meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar melalui suatu tindakan berbentuk siklus berdasarkan
pencermatan guru yang mendalam terhadap permasalahan yang terjadi dan
berkeyakinan akan mendapatkan solusi terbaik bagi siswa di lingkungan kelasnya
sendiri.
2) Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru dari tanggal 10 sampai
dengan 27 Januari 2011 pada semester Genap tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswa
sebanyak 38 orang siswa yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 18 orang
siswa perempuan.
3) Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap istilah-istilah kunci yang
digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan defenisi operasional dari istilah-
istilah tersebut sebagai berikut;
36
37
1. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh
siswa SMP Negeri 15 Pekanbaru setelah proses pembelajaran di akhir siklus.
Hasil belajar adalah tingkatan pencapaian yang diperoleh siswa setelah
pembelajaran, baerupa nilai (skor) kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan
bahan ajar pada tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Untuk
mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa dilakukan evaluasi hasil belajar
berupa ulangan harian yaitu dengan cara mengadakan tes di akhir siklus.
2. Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini dilihat dari indikator: 1) belajar
dengan sungguh-sungguh dalam kelompok, 2) berinisiatif dalam kelompok untuk
mengajukan pendapat untuk menyelesaikan tugas kelompok, 3) sering bertanya
jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru, 4)
berusaha mempertahankan pendapat yang telah diajukan, dan 5) sering ingin
menjadi wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok
di depan kelas.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah metode pembelajaran yang
menekankan pada proses kerjasama dalam suatu kelompok yang terdiri dari 4 – 5
orang siswa tiap kelompoknya untuk mempelajari suatu materi akademik yang
spesifik sampai tuntas, untuk yaitu materi “Memahami perubahan pemerintahan
dan kerjasama internasional”.
4) Siklus Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas, siklus
penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah model siklus yang dikembangkan
oleh Kemmis. Menurut Kemmis yang dikutip Wardani (2002:2.2) penelitian tindakan
38
kelas dipandang sebagai suatu siklus yang mempunyai empat komponen yaitu
penyusunan rencana, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat
komponen tersebut merupakan unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu
putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi, bentuk penelitian
tindakan kelas tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu harus berupa
rangkaian kegiatan yang kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus (Arikunto,
2006:16).
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti merencanakan beberapa siklus.
Siklus pertama diawali dengan refleksi awal karena peneliti telah memiliki
seperangkat data yang dapat dijadikan dasar untuk merumuskan tema penelitian yang
selanjutnya diikuti perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan/observasi, dan refleksi untuk dilanjutkan ke siklus berikutnya. Siklus
penelitian yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3. Siklus PTK Menurut Wardani
1. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan tindakan termasuk revisi dan perubahan
pelaksanaan tambahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang
Refleksi
Implementasi Tindakan
Pengamatan
Perencanaan
39
sebelumnya tidak diduga, namun kendala-kendala yang dirasakan sebelumnya
belum ada. Perencanaan juga disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan
kemungkinan untuk diberikan atau dilaksanakan secara efektif dan situasional.
Sifat dari perencanaan ini adalah sementara yang dapat di rubah sesuai dengan
yang dirasakan. Kegiatan perencanaan meliputi: merancang perangkat
pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
lembar tugas siswa; memilih buku pegangan siswa; dan merancang instrumen
antara lain: membuat format lembar observasi aktivitas guru dan lembar
observasi motivasi belajar siswa, dan menetapkan jadwal pelaksanaan. Berikut
akan diuraikan kegiatan perencanaan ini:
a. Mengkaji silabus mata pelajaran IPS kelas IX.2 SMP.
Peneliti mengkaji terlebih dahulu silabus mata pelajaran IPS kelas IX.2
sebelum pembelajaran dimulai. Pengkajian dilakukan terhadap materi
pembelajaran, alokasi waktu dan indikator yang diharapkan dikuasai siswa
serta menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP). Pokok bahasan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Memahami perubahan
pemerintahan dan kerjasaman internasional”.
b. Memilih buku pegangan siswa
Buku teks yang dipilih untuk mendukung pembelajaran IPS ini adalah IPS
untuk SMP Kelas IX terbitan Erlangga, 2007.
c. Merancang Instrumen
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:
40
1) Lembar observasi motivasi belajar dan aktifitas guru dalam proses
pembelajaran
2) Kuis
3) Tes hasil belajar
d. Memberi informasi tentang kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Sebelum memulai penelitian, guru memberi informasi tentang kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD agar sebelum pelaksanaan proses
pembelajaran siswa sudah mengetahui tahapan-tahapan aktivitas
pembelajaran yang dilakukan.
Pada tahap pemberian informasi yang disiapkan adalah materi yang akan
diajarkan, membentuk kelompok belajar yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan pendahuluan,
menjelaskan materi dan latihan terbimbing. Di akhir pertemuan guru dan
siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang dibahas. Untuk
mendapatkan nilai perkembangan individu maka dilakukan kuis yang
dikerjakan secara individu.
e. Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok dilakukan sebanyak dua kali, karena penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Pembentukan kelompok siklus I berdasarkan
skor dasar yang diperoleh melalui ulangan harian sebelum dilakukan proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Sedangkan pembentukan kelompok siklus II berdasarkan skor yang
41
diperoleh siswa pada ulangan harian I. Pembentukan kelompok dilakukan
secara heterogen dengan mengurutkan skor perolehan siswa dari yang paling
tinggi ke yang paling rendah. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi tiga
kelompok yang terdiri dari 25% kelompok tinggi, 50% kelompok sedang, dan
25% kelompok rendah. Setiap kelompok terdiri dari 1 orang dari siswa
kelompok tinggi, 2 orang dari siswa kelompok sedang, dan 1 orang dari siswa
kelompok rendah.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan proses pembelajaran melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Tahapan-tahapan pelaksanan
pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2) Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab bersama siswa tentang
materi yang telah lalu
3) Guru memotivasi siswa dengan menghubungkan materi yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menyajikan informasi secara garis besar tentang materi yang
dipelajari
42
2) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang
telah ditentukan guru dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
digunakan
3) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa
mengerjakannya dengan saling bekerja sama
4) Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan memberikan
bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran
5) Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta
perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya ke depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan
tanggapan, guru bertindak sebagai fasilitator
6) Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang
telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah
menanggapi hasil kerja temannya.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran
2) Guru mengevaluasi jawaban soal yang diperoleh dari hasil presentasi dan
menjelaskan jawaban soal yang masih rancu
3) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah kepada siswa.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan oleh observer
dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan dilakukan terhadap
aktivitas siswa yang merupakan indikator motivasi belajar siswa selama proses
43
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan
pada tiap kali pertemuan. Sebelum dilakukan observasi peneliti menjelaskan
kepada observer mengenai mekanisme pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan terlebih dahulu melakukan diskusi mengenai apa yang akan
diobservasi nantinya.
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dijadikan sebagai bahan kajian pada
kegiatan refleksi. Hasil analisis dari refleksi ini disajikan sebagai bahan untuk
membuat rencana tindakan yang baru pada siklus berikutnya.
5) Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Tes
Digunakan untuk melihat tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa dan
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Tes
yang diberikan berbentuk uraian yang diberikan setelah selesai pokok bahasan
atau di akhir siklus. Instrumen tes hasil belajar disusun berdasarkan kompetensi
dasar dari materi yang diteliti. Penskoran tes uraian dilaksanakan berdasarkan
alternatif jawaban dari soal evaluasi yang diberikan.
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Sewaktu peneliti terlibat dalam proses pembelajaran diperlukan observer untuk
mengamati aktivitas guru. Ini diperlukan juga sebagai validasi terhadap
pengamatan peneliti ke siswa dan tindakan yang dilakukan guru. Untuk itu
44
diperlukan lembaran untuk memandu teman sejawat mengamati aktivitas guru
selama proses pembelajaran. Lembar observasi yang disediakan berupa lembar
observasi terfokus. Adapun indikator untuk aktivitas guru dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1) Menyajikan materi secara ringkas
2) Membagi kelompok belajar secara heterogen
3) Memberikan tugas kepada masing-masing siswa
4) Membimbing diskusi kelompok
5) Memerintahkan salah satu kelompok diskusi menampilkan hasil diskusinya.
6) Memberikan pertanyaan individu kepada masing-masing siswa.
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atas
jawaban temannya.
8) Memberikan penguatan dan mengajak siswa menyimpulkan materi
bersama-sama.
9) Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dan klaborator melakukan
pengamatan atau observasi.
3. Lembar Observasi Motivasi Belajar
Lembar observasi motivasi belajar siswa disusun berdasarkan indikator motivasi
belajar, yaitu :
a. Belajar dengan sungguh-sungguh dalam kelompok
b. Berinisiatif dalam kelompok untuk mengajukan pendapat untuk
menyelesaikan tugas kelompok
45
c. Sering bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan guru
d. Berusaha mempertahankan pendapat yang telah diajukan
e. Sering ingin menjadi wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok di depan kelas
6) Teknik Pengumpul Data
Data yang diperoleh dari hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang diberikan tiap siklus adalah hasil observasi pada saat proses
pembelajaran, observasi motivasi sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan nilai kuis
yang diberikan pada setiap akhir pertemuan. Data selanjutnya diolah dan dianalisis
dan hasilnya digunakan sebagai bahan refleksi pada siklus berikutnya.
7) Prosedur Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data
Pada dasarnya pengolahan dan analisis data dilakukan selama proses penelitian
berlangsung dan dilakukan secara terus menerus. (Kemmis, 1998 dalam Katin,
2003).
1. Prosedur Pengolahan Data
Fungsi data dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai landasan refleksi.
Berdasarkan data tersebut peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya. Data yang
diperoleh dari pengamatan dan kuis dijadikan pedoman untuk memberikan
tindakan pada siklus berikutnya.
46
2. Teknik Analisis Data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi siklus penelitian. Teknik analisis
data yang digunakan adalah:
a. Rata-rata Motivasi Belajar Siswa yang Diamati
Skala yang digunakan dalam melakukan pengukuran terhadap motivasi
adalah skala likert. Menurut Sugijono (2009:107), skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang orang tentang
fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
a. Sangat setuju/selalu/sangat positf diberi skor 5
b. Setuju/sering/positif diberi skor 4
c. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
d. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
e. Sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1
Rata-rata motivasi siswa dalam belajar dianalisis sesuai dengan formulasi
dan kriteria berikut:
%100×=−idealnilaiJumlah
teramatiyangnilaiJumlahratarataNilai
(Depdiknas, 2004)
47
Kriteria yang digunakan:
76% - 100% = Baik Sekali
56% - 75% = Baik
26% - 55% = Cukup
0% - 25% = Kurang
Sudijono (2009:43) mengungkapkan bahwa untuk data hasil pengamatan
terhadap motivasi belajar siswa dipakai ketentuan sebagai berikut:
100% NF ×=P
Keterangan:
F = Frekuensi yang Sedang Dicari Persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah Frekuensi/Banyaknya Individu)
P = Angka Persentase
100% = Bilangan Tetap
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkatan motivasi belajar siswa,
yakni sebagai berikut:
76% - 100% = Tinggi Sekali
56% - 75% = Tinggi
26% - 55% = Rendah
0% - 25% = Rendah Sekali
Ketuntasan motivasi belajar apabila sudah mencapai nilai di atas 75% atau
dengan kategori tinggi.
b. Aktivitas Guru
Untuk melihat aktivitas guru dalam membina proses belajar mengajar yang
menggunakan 9 aktivitas, dapat dilihat dari lembar observasi yang
48
menggunakan 5 alternatif jawaban dengan skor aktivitas belajar mengajar
sebagai berikut:
1) Sangat Sempurna (SS) = 4
2) Sempurna (S) = 3
3) Cukup Sempurna (KS) = 2
4) Tidak Sempurna (TS) = 1
5) Tidak Dilaksanakan (TD) = 0
Jumlah skor tertinggi 9 × 4 = 36 dan skor terendah 9 × 0 = 0
Menentukan 5 klasifikasi tingkat kesempurnaan guru dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dihitung dengan cara:
1) Menentukan jumlah klasifikasi yang diinginkan, yaitu 5 klasifikasi yaitu
sangat sempurna, sempurna, cukup sempurna, kurang sempurna, dan
tidak sempurna.
2) Menentukan interval (I), yaitu: I = 2,75
036=
− (7) pembulatan
3) Menentukan tabel klasifikasi standar pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, yaitu:
Tabel 4. Interval dan Kategori Aktivitas Guru Kategori
0 - 7 tidak sempurna8 - 14 kurang sempurna
15 - 21 cukup sempurna22 - 28 sempurna29 - 36 sangat sempurna
Interval Skor
c. Hasil belajar siswa, buku petunjuk penilaian hasil belajar mengungkapkan
bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila mendapat nilai > 70,
49
Depdiknas (2004). Dalam hal ini persentase ketuntasan dapat dihitung
dengan rumus:
100% SMT ×=NI
Keterangan:
NI = Ketuntasan belajar secara individual
T = Skor yang diperoleh siswa
SM = Skor Maksimum dari tes
Sedangkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan
menggunakan rumus:
100% N
ST ×=NT
Keterangan:
NT = Ketuntasan belajar secara Klasikal
ST = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah siswa dalam satu kelas
Ketuntasan belajar secara klasikal apabila sudah 75% siswa mencapai nilai
di atas 70.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dibahas hasil penelitian tindakan yang diberikan pada siklus I,
siklus II, dan pembahasan hasil penelitian.
A. Siklus I
Berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran, maka direncanakan suatu
tindakan. Tindakan yang dilakukan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi, agar siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.
1. Perencanaan
Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada
tanggal 10 Januari, 13 Januari dan 1 kali ulangan harian pada 17 Januari 2011.
Jadwal pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran IPS kelas
IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru.
Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum dilaksanakan penelitian adalah
sebagai berikut.
a. Mengkaji silabus mata pelajaran IPS kelas IX.2 SMP
b. Memilih buku pegangan siswa
c. Merancang instrumen
d. Memberi informasi tentang kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
e. Pembentukan kelompok
50
51
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap-tahap untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah
melaksanakan tahap awal, tahap inti dan tahap penutup. Kegiatan awal
pembelajaran diawali dengan salam pembuka, kemudian guru memberikan
keterangan singkat materi pelajaran. Setelah itu guru memberi motivasi kepada
siswa. Kemudian menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu pembelajaran
dengan metode STAD. Pada tahap ini guru menyajikan informasi secara garis
besar tentang materi yang dipelajari, mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan guru dan menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran yang digunakan, dan memberikan LKS kepada
setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja
sama.
Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan
memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan
dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan
kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan, guru bertindak
sebagai fasilitator. Setelah itu guru memberikan penghargaan berupa tepuk
tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada
siswa yang telah menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membantu siswa untuk
menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa semua kelompok, menuliskan garis
52
besar kesimpulan hasil analisis di papan tulis, dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang dimengerti atau bisa
juga guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk menguji ketercapaian
belajar siswa. Setelah selesai guru memberikan soal post test.
a. Pertemuan Pertama (Senin, 10 Januari 2011)
Materi pelajaran yang dipelajari pada pertemuan ini adalah kerjasama
ekonomi internasional. Standar kompetensinya adalah memahami perubahan
pemerintahan dan kerjasama internasional yang berpedoman pada RPP – 1
(Lampiran 4). Kompetensi dasarnya adalah mendiskripsikan kerjasama
antarnegara di bidang Ekonomi.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, kemudian guru
membuka pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran
yaitu tentang pengertian kerjasama ekonomi antar negara, dan faktor-faktor
penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara. Setelah itu guru
memberi motivasi kepada siswa dengan berbagai jenis pembuka untuk
memancing semangat belajar siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang hendak dicapai yaitu agar siswa mampu mendefinisikan
pengertian kerjasama ekonomi antar negara, mampu memberikan contoh
kerjasama ekonomi antar Negara, dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu
pembelajaran dengan metode STAD. Sebelum menyajikan materi pelajaran,
guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yaitu ada 9 kelompok. Di
53
mana tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa. Setelah itu guru
menyajikan informasi secara garis besar tentang materi yang dipelajari, dan
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah
ditentukan guru, serta menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
digunakan. Kemudian guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan
meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja sama.
Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan
memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan
dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke
depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan,
sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Setelah pembelajaran STAD
selesai, guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa
yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah
menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membantu siswa untuk
menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa hasil kerja semua kelompok,
menuliskan garis besar kesimpulan hasil analisis di papan tulis, dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang
dimengerti atau juga guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk
menguji ketercapaian belajar siswa. Setelah selesai guru memberikan soal post
test, dan siswa harus menyelesaikannya dalam waktu 15 menit.
54
b. Pertemuan Kedua (Kamis, 13 Januari 2011)
Pada pertemuan kedua, materi pelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan ini masih sama seperti siklus I, yaitu kerjasama ekonomi
internasional. Kemudian standar kompetensinya adalah memahami perubahan
pemerintahan dan kerjasama internasional yang berpedoman pada RPP – 2
(Lampiran 5), dan kompetensi dasarnya adalah mendiskripsikan kerjasama
antarnegara di bidang Ekonomi.
Sebagaimana pertemuan sebelumnya, kegiatan pembelajaran diawali
dengan salam pembuka, kemudian guru membuka pelajaran dengan
memberikan keterangan singkat materi pelajaran yaitu mendeskripsikan tujuan
kerjasama ekonomi antar negara. Setelah itu guru memberi motivasi kepada
siswa dengan berbagai jenis pembuka untuk memancing semangat belajar
siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai
yaitu agar siswa mengetahui tujuan kerjasama ekonomi antar negara.
Selanjutnya kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu
pembelajaran dengan metode STAD. Sebelum menyajikan materi pelajaran,
guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yaitu ada 9 kelompok. Di
mana tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa. Kelompok siswa
dibentuk berdasarkan kelompok pada pertemuan I. Setelah itu guru
menyajikan informasi secara garis besar tentang materi yang dipelajari, dan
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah
ditentukan guru, serta menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
55
digunakan. Kemudian guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan
meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja sama.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah membimbing siswa dalam
menyelesaikan LKS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang
memahami materi pelajaran. Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan
LKS, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan kelompok lain diminta untuk
memberikan tanggapan, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Setelah
pembelajaran STAD selesai, guru memberikan penghargaan berupa tepuk
tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan
kepada siswa yang telah menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membantu siswa untuk
menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa hasil kerja semua kelompok,
menuliskan garis besar kesimpulan hasil analisis di papan tulis, dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang
dimengerti atau bisa juga guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk
menguji ketercapaian belajar siswa. Setelah selesai guru memberikan soal post
test, dan siswa harus menyelesaikannya dalam waktu 15 menit.
c. Pertemuan Ketiga/Ulangan Harian I (Senin, 17 Januari 2011)
Pertemuan ketiga ini peneliti melaksanakan ulangan harian I. Soal dibuat
berdasarkan indikator ketercapaian pada kisi-kisi soal ulangan harian I
(Lampiran 11) dengan jumlah soal 5 buah dan soal berbentuk uraian. Ulangan
56
harian I dilaksanakan selama 60 menit. Lembar soal (Lampiran 12) dan lembar
jawaban disediakan oleh peneliti.
Pelaksanaan ulangan harian I berjalan lancar. Semua siswa mengikuti
ulangan harian I. Siswa diminta untuk mengerjakan soal ulangan harian I
secara individu. Setelah waktu pelaksanaan ulangan harian I berakhir peneliti
mengumpulkan lembar jawaban siswa dan meminta siswa untuk membawa
pulang lembar soal untuk dipelajari di rumah.
3. Observasi
Pada bagian ini dibahas pengumpulan data hasil pengamatan, terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada siklus I. Data penelitian pada siklus I
ini dikumpulkan dengan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, lembar
observasi motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar siswa. Observasi aktivitas
guru dan siswa dilakukan selama proses pembelajaran, hal ini dilakukan untuk
mengetahui hasil pengamatan pada setiap kali pertemuan. Observasi terhadap
motivasi belajar siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan
motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dibandingkan dengan metode pembelajaran yang dilakukan guru selama
ini. Sedangkan tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I yang
tertuang dalam bentuk angka atau skor.
57
a. Hasil Analisis Data
Data motivasi belajar yang telah terkumpul melalui hasil pengamatan dan
hasil belajar melalui tes dianalisis secara deskriptif yang dibahas sebagai
berikut.
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Pengamatan terhadap aktivitas guru dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru. Jumlah aktivitas guru yang diamati
sebanyak 9 aktivitas.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua siklus I, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru semakin
membaik. Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 26 dengan kategori
penilaian sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan guru telah dapat
melakukan aktivitas yang telah dirancang pada RPP dengan sempurna.
2) Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa pada siklus I, maka
diperoleh hasilnya sebagai berikut.
58
Tabel 5. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I
No Aktivitas yang Diamati Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata Jlh
Skor % Jlh Skor % Jlh
Skor %
1 Belajar dengan sungguh-sungguh dalam kelompok 113 59.5 128 67.4 121 63.4
2 Berinisiatif dalam kelompok untuk mengajukan pendapat untuk menyelesaikan tugas kelompok
117 61.6 129 67.9 123 64.7
3 Sering bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru
110 57.9 122 64.2 116 61.1
4 Berusaha mempertahankan pendapat yang telah diajukan 119 62.6 126 66.3 123 64.5
5 Sering ingin menjadi wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
111 58.4 123 64.7 117 61.6
Rata-rata 114 60.0 126 66.1 120 63.1 Kategori Tinggi Tinggi Tinggi
Motivasi belajar siswa pada setiap pertemuan untuk setiap indikator pada
siklus I meningkat baik jumlah maupun persentasenya. Analisisi motivasi
belajar siswa untuk setiap indikator pada pertemuan pertama, dan pertemuan
kedua diuraikan seperti berikut ini.
Pada pertemuan 1, persentase siswa belajar dengan sungguh-sungguh
dalam kelompok sebesar 59,5% dengan kategori tinggi, sedangkan pertemuan
2 terjadi peningkatan menjadi 67,4% dengan kategori tinggi. Peningkatan ini
terjadi karena siswa senang belajar dalam kelompok dan dapat dengan
sungguh-sungguh dalam kelompoknya. Selain itu, siswa yang kurang paham
dengan tugas yang diberikan guru dapat bertanya langsung dengan teman
sekelompoknya sehingga mereka dapat saling bekerja sama dalam menghadapi
tugas yang diberikan guru.
Kemudian siswa berinisiatif dalam kelompok dalam mengajukan pendapat
untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Dimana pada pertemuan pertama
diperoleh rata-rata 61,6% dengan kategori tinggi, dan pada pertemuan kedua
59
meningkat sebesar 67,9% dengan kategori tinggi. Pada indikator siswa sering
bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan
guru diperoleh rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 57,9% dengan
kategori tinggi, dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 64,2% dengan
kategori tinggi. Jika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran,
siswa bertanya langsung dengan teman sekelompoknya, dan jika jawaban dari
teman sekelompoknya tidak memuaskan, siswa langsung bertanya dan minta
penjelasan kepada guru.
Siswa yang telah mengajukan pendapatnya dalam menyelesaikan tugas
kelompok pasti mempertahankan pendapatnya karena dia merasa pendapat
yang diajukan benar, sehingga suasana kelas menjadi tidak tertib. Persentase
siswa yang memperoleh indikator tersebut pada pertemuan pertama adalah
62,6% dengan kategori tinggi, dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi
66,3% atau dengan kategori tinggi.
Pada pertemuan pertama siswa sering ingin menjadi wakil dari
kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
sebanyak 58,4% dengan kategori tinggi, sedangkan pada pertemuan kedua dan
adalah 64,7% atau dengan kategori tinggi. Selanjutnya, dari hasil observasi
terhadap motivasi belajar siswa diperoleh rata-rata secara klasikal sebesar
63,1%. Walaupun hanya tercapai pada rata-rata tersebut, namun motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran dikatakan tinggi karena rata-rata 63,1%
berada di antara interval nilai 56% - 75% atau dengan kategori tinggi.
3) Hasil Belajar Siswa
60
Hasil belajar siswa siklus I dilihat dapat dilihat dari hasil ulangan harian
yang dilaksanakan pada akhir siklus I. Ulangan harian I ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan banyak siswa yang
mencapai ketuntasan dalam belajar setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Adapun hasil belajar siswa tersebut ditampilkan dalam
bentuk tabel berikut ini.
Tabel 6. Hasil Belajar Siswa Siklus I
Aspek Nilai Nilai Rata-rata Kelas 77.9 Simpangan Baku 13.0 Siswa yang Mencapai KKM (Tuntas) 28 73.7% Siswa yang tidak Mencapai KKM (Tidak Tuntas) 10 26.3%
Jumlah Siswa 38
Tabel di atas mengindikasikan bahwa dari 38 siswa ada 28 siswa yang
tuntas mencapai nilai KKM atau ada 73,7%, sedangkan yang belum tuntas ada
26,3% atau ada 10 siswa. Kemudian secara keseluruhan diperoleh rata-rata
nilai kelas sebesar 77,9. Walaupun rata-rata nilai berada di atas 70, namun
belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yakni minimal 75%
siswa mencapai nilai KKM 70.
4. Refleksi
Dari hasil analisis data pada siklus I, ditemukan beberapa kelemahan dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD :
a. Pengelolaan pembelajaran oleh peneliti telah sesuai dengan tahapan yang
dimuat dalam RPP, namun penerapan metode STAD dalam proses
pembelajaran guru masih mengalami baeberapa kelemahan khususnya
61
dalam penyajian materi yang kurang sistematis, kurang serius dalam
membimbing siswa, serta masih kurang dalam menyimpulkan materi
yang telah diberikan.
b. Secara umum aktivitas siswa dalam kegiatan belajar sudah mulai
terfokus pada tugas yang diberikan guru, namun mereka masih perlu
bimbingan dan pengawasan yang lebih ketat dari guru.
c. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini telah dapat
meningkatkan kerja sama antar siswa dalam kelompok. Pada siswa telah
terjadi saling membantu dalam kelompoknya, meskipun masih ada siswa
yang malu-malu jika hendak bertanya jika menemukan kesulitan dalam
memahami materi yang disampaikan, hal ini karena kebanyakan siswa
kurang ingin tahu dalam hal belajar, apabila mengalami kesulitan siswa
cenderung diam.
d. Hasil belajar siswa pada siklus I juga meningkat. Hal ini dapat dilihat
dari perolehan hasil ulangan harian I siswa dan dibandingkan dengan
hasil belajar siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Hasil belajar setelah dilakukan ulangan harian I pada siklus I
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam pembelajaran IPS
sebanyak 28 orang siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 73,7%.
Namun hal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan siklus kedua.
Berdasarkan Refleksi diatas, maka perlu direncanakan tindakan perbaikan dan
peningkatan tindakan pada siklus II. Demi optimalnya pembelajaran menggunakan
62
model kooperatif tipe STAD, maka diperlukan rancangan tindakan yang akan
diaksanakan pada siklus II yaitu :
1. Guru lebih mengingatkan siswa agar saat guru menyampaikan materi pelajaran,
seluruh siswa tidak dibenarkan mengerjakan kegiatan lain selain memperhatikan
penjelasan guru.
2. Dalam proses pembelajaran, guru akan lebih memperhatikan siswa yang tidak
aktif dalam diskusi dan tidak selesai mengerjakan LKS, dengan bertanya kepada
siswa permasalahan mana yang perlu dibantu.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar perlu diperbanyak latihan. Dengan banyaknya
latihan yang diberikan guru dapat melatih siswa menguasai materi dan soal,
sehingga hasil belajar meningkat.
4. Siswa yang memperoleh nilai motivasi yang rendah dan hasil belajar yang masih
dibawah KKM perlu diberikan perhatian khusus dengan membimbing mereka
secara individual ketika mengerjakan LKS dalam kegiatan pembelajaran, dan
bertanya kepada mereka permasalahan mana yang perlu bantuan, sehingga
motivasi dan hasil belajar dapat meningkat.
B. Siklus II
Hasil pembelajaran yang diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan, yakni 75% siswa memperoleh nilai minimal 70. Oleh
karena itu perlu dirancang kembali suatu tindakan pada siklus II. Tindakan utama
pada siklus I tetap dipertahankan pada siklus II yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS. Hanya saja perbaikan pada refleksi
siklus I akan diterapkan pada siklus II. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
63
pada siklus ini sama dengan siklus I, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.
Selanjutnya guru merencanakan dan menerapkan hasil refleksi dengan
menanyakan dulu kepada siswa apa yang ia peroleh dari proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Kemudian setelah mengetahui jawaban siswa, guru mencatatnya
atau menambahkan jawaban siswa untuk dicatat di papan tulis, sehingga sebelum
siswa mencatat kesimpulan yang diberikan, mereka telah mengetahuinya.
1. Perencanaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2011, 24 Januari 2011,
dan 27 Januari 2011. Siklus II merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I. Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah
mempersiapkan RPP 4, RPP 5, dan RPP 6, lembar observasi aktivitas guru, motivasi
siswa, kisi-kisi ulangan harian II, dan soal ulangan harian II. Perbaikan pada siklus I
diterapkan pada siklus II, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai harapan.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus II membahas tentang hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam kegiatan ekonomi internasional RPP – 4 (Lampiran 17).
Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, kemudian guru
membuka pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran
yaitu tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator
64
mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam kerjasama ekonomi antar negara.
Setelah itu guru memberi motivasi kepada siswa dengan berbagai jenis
pembuka untuk memancing semangat belajar siswa. Setelah itu guru
menjelaskan secara singkat tentang kerjasama ekonomi internasional dengan
indikator mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam kerjasama ekonomi
antar negara. Kemudian guru menjelaskan kembali model pembelajaran STAD
yang akan digunakan pada materi pelajaran, dan menyampaikan tujuan
pelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu
pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD. Sebelum menyajikan materi
pelajaran, guru membagi siswa dalam 9 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri
dari 4 – 5 orang siswa. Kelompok siswa dibentuk berdasarkan hasil ulangan
siklus I. Setelah itu guru menyajikan informasi secara garis besar tentang
materi yang dipelajari, dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar yang telah ditentukan guru, serta menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran yang digunakan. Kemudian guru memberikan LKS
kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling
bekerja sama.
Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan
memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan
dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke
depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan,
65
sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Setelah pembelajaran STAD
selesai, guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa
yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah
menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membantu siswa untuk
menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa hasil kerja semua kelompok,
menuliskan garis besar kesimpulan hasil analisis di papan tulis. Dalam hal ini
guru menanyakan dulu kepada siswa apa yang ia peroleh dari proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian setelah mengetahui jawaban
siswa, guru mencatatnya atau menambahkan jawaban siswa untuk dicatat di
papan tulis, sehingga sebelum siswa mencatat kesimpulan yang diberikan,
mereka telah mengetahuinya. Selanjutnya guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang dimengerti
atau bisa guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk menguji
ketercapaian belajar siswa. Setelah selesai guru memberikan soal post test, dan
siswa harus menyelesaikannya dalam waktu 15 menit.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua membahas tentang “Bentuk-bentuk kerjasama antar
Negara” yang berpedoman pada RPP – 5 (Lampiran 18). Kegiatan
pembelajaran diawali dengan salam pembuka, kemudian guru membuka
pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran yaitu
tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator mengidentifikasi
bentuk kerjasama antar negara. Setelah itu guru memberi motivasi kepada
66
siswa dengan meminta siswa mengemukakan pengetahuannya tentang
kerjasama ekonomi internasional. Setelah itu guru menjelaskan secara singkat
tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator mengidentifikasi
bentuk kerjasama antar negara. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu
pembelajaran dengan metode STAD. Sebelum menyajikan materi pelajaran,
guru membagi siswa dalam 9 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 – 5
orang siswa. Kelompok siswa dibentuk berdasarkan kelompok pada pertemuan
I siklus II. Setelah itu guru menyajikan informasi secara garis besar tentang
materi yang dipelajari, dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar yang telah ditentukan guru, serta menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran yang digunakan. Kemudian guru memberikan LKS
kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling
bekerja sama.
Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan
memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.
Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan
dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke
depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan,
sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Setelah pembelajaran STAD
selesai, guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa
67
yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah
menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membantu siswa untuk
menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa hasil kerja semua kelompok,
menuliskan garis besar kesimpulan hasil analisis di papan tulis, dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang
dimengerti atau juga guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk
menguji ketercapaian belajar siswa. Setelah selesai guru memberikan soal post
test, dan siswa harus menyelesaikannya dalam waktu 15 menit.
c. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga siklus II, peneliti melaksanakan ulangan harian II.
Soal dibuat berdasarkan indikator ketercapaian pada kisi-kisi soal ulangan
harian II (Lampiran 24) dengan jumlah soal 5 buah berbentuk uraian. Ulangan
harian II dilaksanakan selama 80 menit. Lembar soal (Lampiran 25). Siswa
diminta untuk mengerjakan soal ulangan harian II secara individu. Pelaksanaan
ulangan harian II berjalan tertib. Setelah waktu pelaksanaan ulangan harian II
berakhir, peneliti mengumpulkan lembar jawaban siswa dan meminta siswa
untuk membawa pulang lembar soal untuk dipelajari di rumah.
3. Observasi
Observasi pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu terdiri atas aktivitas
guru, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar yang diperoleh siswa selama
pembelajaran.
68
a. Pengumpulan Data
Data pada siklus II ini dikumpulkan dengan pengamatan dan tes hasil
belajar siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui motivasi belajar siswa
pada siklus II. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada siklus II
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Hasil Analisis Data
Data motivasi belajar yang telah terkumpul melalui hasil pengamatan dan
hasil belajar melalui tes dianalisis secara deskriptif yang dibahas sebagai
berikut.
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Aktivitas guru pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan
aktivitas pada pertemuan-pertemuan pada siklus I. Hasil observasi aktivitas
guru pada pertemuan pertama siklus II memperlihatkan seluruh aktivitas
telah dilakukan guru dengan sempurna. Guru sudah dapat melaksanakan
aktivitas dengan baik dan sesuai dengan RPP yang telah dirancang.
Berdasarkan hal tersebut aktivitas guru sudah sesuai dengan harapan.
Guru dapat melibatkan siswa langsung dalam proses pembelajaran, sehingga
motivasi dan keinginan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tinggi.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dikatakan bahwa Guru
telah melakukan aktivitasnya sesuai dengan langkah-langkah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan sangat sempurna.
69
2) Hasil Observasi Motivasi Belajar
Hasil observasi motivasi siswa siklus II terdiri atas pertemuan pertama,
dan pertemuan kedua. Peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus II ini
juga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II
No Aktivitas yang Diamati Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata Jlh
Skor % Jlh Skor % Jlh
Skor %
1 Belajar dengan sungguh-sungguh dalam kelompok 138 72,6 144 75,8 141 74,2
2 Berinisiatif dalam kelompok untuk mengajukan pendapat untuk menyelesaikan tugas kelompok
143 75,3 150 78,9 147 77,1
3 Sering bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru
138 72,6 148 77,9 143 75,3
4 Berusaha mempertahankan pendapat yang telah diajukan 141 74,2 146 76,8 144 75,5
5 Sering ingin menjadi wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
136 71,6 152 80,0 144 75,8
Rata-rata 139 73,3 148 77,9 144 75,6 Kategori Tinggi Tinggi Tinggi
Peningkatan motivasi belajar siswa dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua terjadi pada semua indikator. Siswa sudah termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran IPS. Hal ini disebabkan siswa sudah
mulai terbiasa dengan cara belajar melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Analisis hasil observasi peningkatan motivasi belajar
siswa setiap indikator pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua
diuraikan berikut.
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa siswa belajar dengan sungguh-
sungguh dalam kelompok. Indikator ini meningkat dari 72,6% dengan
kategori tinggi pada pertemuan pertama menjadi 75,8% dengan kategori
70
tinggi pada pertemuan kedua. Hal ini terlihat dari semakin giatnya siswa
menyelesaikan LKS dalam kelompoknya. Kesungguhan siswa belajar dalam
kelompok ditandai dengan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan guru dan dapat membantu temannya sekelompoknya yang
kurang memahami materi yang sedang dibahas. Siswa semakin memahami
konsep dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Kemudian pada aktivitas berinisiatif dalam kelompok dalam
mengajukan pendapatnya untuk menyelesaikan tugas kelompok, dari 75,3%
dengan kategori tinggi yang diperoleh siswa pada pertemuan pertama
meningkat menjadi 78,9% dengan kategori tinggi pada pertemuan kedua.
Hal ini tampak dari semakin banyak anggota kelompok yang berinisiatif
mengajukan pendapatnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Selanjutnya siswa semakin sering bertanya jika menemukan kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan guru. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya siswa yang menunjuk tangan dan bertanya tentang materi
yang tidak dipahaminya dan meminta guru untuk menjelaskannya kembali
ke papan tulis. Pada indikator ini persentase siswa yang melakukan aktivitas
tersebut pada pertemuan pertama sebesar 72,6% dengan kategori tinggi,
sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 77,9% dengan
kategori.
Pada aktivitas ingin berusaha mempertahankan pendapat yang telah
diajukan, persentase siswa pada pertemuan pertama sebesar 74,2% dengan
kategori tinggi, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 76,8% dengan
71
kategori tinggi. Sedangkan aktivitas siswa yang selalu ingin menjadi wakil
dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan
kelas dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua semakin meningkat.
Persentase pada pertemuan pertama sebesar 71,6% dengan kategori tinggi,
dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 80,0% dengan kategori tinggi
sekali. Hal ini tampak dari setiap siswa ingin tampil ke depan untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Jika mereka tidak mempunyai
kesempatan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, mereka
berupaya memberi tanggapan atas hasil kerja kelompoknya.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa
semakin termotivasi dalam belajar. Tanpa adanya motivasi belajar, tidak
akan tercapai tujuan pembelajaran. Dengan bekerja sama dan dapat
menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari membuat siswa
semakin temotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3) Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang
dilaksanakan pada akhir siklus II. Adapun hasil belajar siswa tersebut
ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Aspek Nilai Nilai Rata-rata Kelas 85.8 Simpangan Baku 11.3 Siswa yang Mencapai KKM (Tuntas) 36 94.7% Siswa yang tidak Mencapai KKM (Tidak Tuntas) 2 5.3%
Jumlah Siswa 38
72
Tabel di atas menjelaskan bahwa dari 38 siswa ada 36 siswa yang tuntas
mencapai nilai KKM yaitu ada 94,7%. Sedangkan yang belum tuntas ada 5,3%
atau ada 2 siswa. Kemudian secara keseluruhan diperoleh rata-rata nilai kelas
sebesar 85,8, sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dikatakan
berhasil karena siswa yang tuntas telah melebihi indikator keberhasilan
penelitian, yakni 75% siswa mencapai nilai KKM 70. Hal ini sesuai dengan
buku petunjuk penilaian hasil belajar mengungkapkan bahwa seorang siswa
dikatakan tuntas belajar apabila mendapat nilai > 70 minimal sebanyak 75%,
(Depdiknas, 2004).
4) Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru melakukan ulangan sebelum
tindakan yang dijadikan sebagai skor dasar yang akan dibandingkan dengan
hasil belajar pada siklus I dan siklus II serta untuk membentuk kelompok
belajar siswa pada siklus I. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan
siklus II dapat direkapitulasi sebagai berikut.
Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No Ulangan Harian
Jumlah Siswa Keseluruhan
Jumlah Siswa Tuntas
Persentase Ketuntasan
1 Siklus I 38 28 73.7% 2 Siklus II 36 94.7%
Dari analisis data yang diperoleh dari tes hasil belajar dapat diketahui
terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari ulangan harian siklus I ke
ulangan harian siklus II. Jumlah siswa yang skor hasil belajarnya siklus I
73
mencapai KKM atau yang tuntas sebanyak 28 orang siswa atau 73,7%,
sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan pada siklus II meningkat
menjadi 36 siswa atau sebesar 94,7%. Oleh karena itu, penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil, karena telah lebih
dari 75% siswa memperoleh nilai minimal 70.
4. Refleksi
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan
pertama telah dilakukan guru dengan sempurna. Sedangkan pada pertemuan
kedua diperoleh 3 aktivitas dengan kategori sangat sempurna, dan aktivitas
lainnya memperoleh kategori sempurna. Hal ini mengindikasikan peningkatan
motivasi siswa dalam belajar, dimana dari pertemuan pertama dan pertemuan
kedua terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada hasil observasi
motivasi belajar siswa yang telah diperoleh pada siklus II dengan persentase rata-
rata sebesar 75,6% atau dengan kategori tinggi karena berada pada rentang 56% -
75%.
Tingginya motivasi siswa dalam pelajaran IPS akan meningkatkan
kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran, sehingga hasil belajar
yang mereka peroleh meningkat dibandingkan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam pembelajaran IPS sebanyak 36
siswa atau dengan persentase ketuntasan sebesar 94,7%. Walaupun masih terdapat
2 siswa yang belum mencapai nilai KKM, namun dikatakan berhasil karena siswa
yang tuntas memperoleh nilai minimal 70 telah melebihi 75% dari jumlah
keseluruhan siswa sehingga tidak perlu dilakukan siklus berikutnya.
74
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi rekapitulasi hasil observasi
motivasi siswa siklus I dan siklus II, dan hasil belajar siklus I dan siklus II. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk uraian berikut.
1. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi merupakan faktor penting bagi seorang siwa yang akan melakukan
kegiatan, khususnya dalam belajar. Terdapat dua sumber motivasi yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik dapat dibangkitkan melalui berbagai
usaha dari lingkungan siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan
menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimana lebih banyak
siswa yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini diketahui dari hasil pembicaraan peneliti dengan siswa disaat pelajaran
telah selesai dilaksanakan, dimana siswa sangat menyukai model pembelajaran
tipe STAD tersebut karna masih baru dan melakukan kerja sama dengan teman-
teman lainnya, dimana dengan pembelajaran yang biasa (konvensional) para
siswa dituntut untuk bersaing secara individu, namun dalam pembelajaran tipe
STAD ini siswa lebih dituntut untuk memajukan kelompok tanpa meninggalkan
kewajiban masing-masing siswa dalam belajar.
Motivasi belajar merupakan alasan yang mendorong seseorang yang akan
melakukan proses belajar. Dimyati & Mudjiono (2006:239) berpendapat bahwa
motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya
motivasi, atau tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar
75
dan selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu,
motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus, agar siswa
memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar
yang menggembirakan.
Meningkatnya aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Peningkatan ini diketahui dari rata-rata motivasi siswa dari
siklus I ke siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Persentase Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No Aktivitas yang Diamati Siklus I Siklus II
Jlh Skor % Jlh Skor %
1 Belajar dengan sungguh-sungguh dalam kelompok 121 63.4 141 74.2
2 Berinisiatif dalam kelompok untuk mengajukan pendapat untuk menyelesaikan tugas kelompok
123 64.7 147 77.1
3 Sering bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru
116 61.1 143 75.3
4 Berusaha mempertahankan pendapat yang telah diajukan 123 64.5 144 75.5
5 Sering ingin menjadi wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
117 61.6 144 75.8
Rata-rata 120 63.1 144 75.6 Kategori Tinggi Tinggi
Motivasi belajar IPS siswa dari siklus I ke siklus II meningkat hampir pada
setiap indikator yang diamati. Peningkatan yang terjadi karena dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dituntut bukan hanya menyelesaikan
tugas secara individu tetapi juga bekerja sama dengan baik dalam kelompok
76
dalam menyelesaikan LKS. Siswa sudah aktif berdiskusi dengan anggota
kelompok. Mereka aktif menyampaikan pendapat dan mempertahankan pendapat
yang dianggap benar. Mereka dapat bekerja sama dengan baik bersama teman
sekelompoknya. Jika mereka mendapat kesulitan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang terdapat pada LKS, mereka bertanya langsung kepada teman
sekelompoknya yang berkemampuan tinggi tanpa bertanya pada guru terlebih
dahulu. Pembelajaran kooperatif tipe STAD membentuk interaksi belajar bagi
siswa bersama teman sekelompoknya. Hal inilah yang menjadi ukuran
peningkatan motivasi belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Kunandar
(2010:359) bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan. Ada 5 unsur dalam pembelajaran kooperatif yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah yaitu :
a. Saling ketergantungan positif
Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (1) saling
ketergantungan pencapaian tujuan; (2) saling ketergantungan dalam
menyelesaikan pekerjaan; (3) ketergantungan bahan atau sumber untuk
menyelesaikan pekerjaan; dan (4) saling ketergantungan peran.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar sehingga sumber belajar menjadi bervariasi.
77
c. Akuntabilitas individual
Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi
Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan
antarpribadi. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran kooperatif ditekankan
aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan tehadap teman, mengkritik ide dan
bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.
Hal ini sesuai dengan gagasan utama dari pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan
membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan siswa dari sebelum tindakan,
siklus I, dan siklus II meningkat. Persentase tes hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Persentase Ketuntasan dan Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Ulangan Harian Jumlah dan
Persentase Siswa yang Tuntas
Jumlah dan Persentase Siswa
Tidak Tuntas
Rata-rata Hasil Belajar
Siklus I 28 10 77.9 73.7% 26.3%
Siklus II 36 2 85.8 94.7% 5.3%
78
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa juga dideskripsikan dalam bantuk
grafik batang di bawah ini.
2836
73.7
94.7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
Ketuntasan Persentase
Gambar 4. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas pada siklus I
adalah 28 orang siswa (73,7%), dan pada siklus II meningkat menjadi 36 siswa
(94,7%). Peningkatan hasil belajar siswa berhubungan dengan tujuan utama
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam
pembelajaran IPS yaitu pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya dan menyadari apa yang
mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Sehubungan dengan hal di atas, Trianto (2009:56) menyatakan pembelajaran
kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang
79
sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja
dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek
utama dalam pembelajaran kooperatif.
Kemudian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
hasil belajar IPS kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru khususnya pada
materi pokok “pengertian kerjasama ekonomi antar negara, faktor-faktor
penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antarnegara, dan tujuan kerjasama
ekonomi antar negara” dapat meningkat. Siswa semakin memahami konsep dari
pembelajaran tersebut melalui LKS yang dirancang guru dan penyelesaian secara
bersama-sama dalam kelompok. Sebagaimana dijelaskan oleh Trianto (2009:59)
bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik bagi siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPS siswa. Siswa yang termotivasi dalam belajar akan dapat meningkatkan
hasil belajarnya. Hasil belajar akan terpertahankan dan terpelihara dengan baik
pada siswa jika guru selalu menjaga hubungan baik dengan siswa dan
memberikan dorongan yang dapat memotivasi siswa untuk terus belajar.
80
D. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut.
1. Penelitian hanya dilakukan di kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru pada
pelajaran IPS. Hal ini disebabkan kelas tersebut memliki motivasi dan hasil
belajar yang rendah dalam pembelajaran IPS dibandingkan dengan kelas lainnya
yang setingkat.
2. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam penelitian ini hanya dilihat dari
penggunakan pendekatan dalam pembelajaran, sedangkan hal-hal lain yang ikut
meningkatkan hasil belajar siswa tidak diteliti. Keterbatasan waktu menyebabkan
peneliti belum bisa meneliti hal lain yang dapat meningkatkan hasil belajar.
Instrumen penelitian hanya mengukur motivasi belajar dan hasil belajar siswa
secara kognitif saja. Karena kurangnya observer yang membantu peneliti
mengamati motivasi belajar siswa pada penelitian ini, peneliti hanya mengukur
motivasi belajar siswa melalui lima indikator yaitu :
a. Belajar dengan sungguh-sungguh dalam kelompok
b. Berinisiatif dalam kelompok untuk mengajukan pendapat untuk
menyelesaikan tugas kelompok
c. Sering bertanya jika menemukan kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan guru
d. Berusaha mempertahankan pendapat yang telah diajukan
e. Sering ingin menjadi wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok di depan kelas
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
motivasi belajar IPS siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IX.2 SMP Negeri 15
Kota Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan yang terjadi dari
siklus I ke siklus II. Persentase motivasi belajar siswa siklus I sebesar 63,1%
dengan kategori tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi 75,6% dengan
kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa siswa telah memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS di kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya peningkatan hasil belajar yang dapat dilihat dari hasil
belajar siswa sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II. Persentase jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan sebelum tindakan sebesar 42,1%, sedangkan pada
siklus I meningkat menjadi 73,7%, dan pada siklus II tercapai ketuntasan sebesar
94,7%. Hal ini disebabkan oleh karena siswa sudah termotivasi dalam belajar,
sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
81
82
B. Implikasi
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa,
dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak
dari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada dari guru. Interaksi yang terjadi
dalam pembelajaran kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Sedangkan motivasi belajar siswa
dapat dilihat dari kegiatan belajar dalam memberikan refleksi atau umpan balik
dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan
pemecahannya, merekonstruksi kegiatan, dan saran atau harapan siswa. Secara
periodik perkembangan kompetensi siswa dapat diamati melalui kegiatan-kegiatan
nyata ketika pembelajaran berlangsung.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini efektif untuk meningkatkan
proses pembelajaran IPS di kelas IX.2 SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru. Dalam
penerapannya model pembelajaran ini telah dapat meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar IPS siswa. Siswa bersemangat dan aktif dalam pembelajaran, terjadi
interaksi langsung di antara siswa dan terjadi pengembangan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok serta siswa memiliki tanggung jawab pada
dirinya sendiri dan juga pada teman sekelompoknya.
Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
83
menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat., sehingga siswa akan termotivasi
dalam belajar dan secara bersama-sama akan belajar dengan sungguh-sungguh sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat mengakomodasi suasana pembelajaran yang seperti itu.
C. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan, disarankan
beberapa hal dalam pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai berikut.
1. Dalam proses pembelajaran IPS diharapkan guru dapat menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar siswa dapat belajar bersama teman
sekelompoknya dalam menemukan konsep dari pembelajaran yang sedang
dipelajarinya secara bekerja sama. Guru baertindak sebagai fasilitator yang
membantu dan membimbing siswa dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan guru.
Pemahaman guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara
guru mengajar, karena pembelajaran suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku.
2. Dalam menerapkan metode STAD, khususnya untuk mata pelajaran IPS sangat
dituntut kemampuan guru dalam membagi tugas setiap siswa sehingga
pembelajaran menjadi efektif dan mudah dipahami oleh seluruh siswa, sehingga
mereka bisa dan mampu belajar bersama-sama dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya.
84
3. Sebagai bentuk penerapan terhadap kawasan TP terutama kawasan perancangan
dan pengembangan TP, pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai dengan
kawasan TP yang dimulai dengan praktik perancangan, pengembangan,
penggunaan, pengelolaan dan pengevaluasian proses. Untuk itu perlu penelitian
yang lebih lanjut untuk penerapan terhadap kawasan TP.
85
DAFTAR RUJUKAN
Abu Ahmadi. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Afnil Guza, SS. 2009. Undang-Undang Sisdiknas, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang Guru Dan Dosen, UU RI Nomor 14 Tahun 2005. Jakarta: Asa Mandiri.
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Anas Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Darmansyah, 2009, Penelitian Tindakan Kelas; Pedoman Praktis Bagi Guru dan Dosen. Padang: Sukabina Press
Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran IPS untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS, SMP/MTs/SMPLB. Jakarta: Depdiknas
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dokumentasi SMP N 15 Pekanbaru, 2010 Elida Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Hasan Budi Sulistyo dan Bambang Suprobo. 2007. IPS Terpadu untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga
Ibrahim dan Nur. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.
Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali pers
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
86
Seels B. Barbara. . Teknologi Pembelajaran. Washington. DC: Association For Educational Communication and Technology (Terjemahan Elisna).
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sondang P Siagian. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.
Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo
Wardani dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
WS. Winkle. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Yusufhadi Miarso. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
87
Lampiran 1. Data Hasil Belajar Sebelum Tindakan
NO Kode Siswa Nilai Kategori Ketuntasan
1 AG 001 60 Rendah Belum Tuntas 2 AG 002 80 Sedang Tuntas 3 AG 003 80 Sedang Tuntas 4 AG 004 60 Rendah Belum Tuntas 5 AG 005 60 Rendah Belum Tuntas 6 AG 006 60 Rendah Belum Tuntas 7 AG 007 80 Sedang Tuntas 8 AG 008 80 Sedang Tuntas 9 AG 009 60 Rendah Belum Tuntas 10 AG 010 60 Rendah Belum Tuntas 11 AG 011 60 Rendah Belum Tuntas 12 AG 012 80 Sedang Tuntas 13 AG 013 60 Rendah Belum Tuntas 14 AG 014 60 Rendah Tuntas 15 AG 015 80 Sedang Tuntas 16 AG 016 60 Rendah Belum Tuntas 17 AG 017 60 Rendah Belum Tuntas 18 AG 018 60 Rendah Belum Tuntas 19 AG 019 60 Rendah Belum Tuntas 20 AG 020 60 Rendah Belum Tuntas 21 AG 021 60 Rendah Belum Tuntas 22 AG 022 80 Sedang Tuntas 23 AG 023 60 Rendah Belum Tuntas 24 AG 024 60 Rendah Belum Tuntas 25 AG 025 80 Sedang Tuntas 26 AG 026 60 Rendah Belum Tuntas 27 AG 027 60 Rendah Belum Tuntas 28 AG 028 80 Sedang Tuntas 29 AG 029 60 Rendah Belum Tuntas 30 AG 030 80 Sedang Tuntas 31 AG 031 60 Rendah Belum Tuntas 32 AG 032 80 Sedang Tuntas 33 AG 033 80 Sedang Tuntas 34 AG 034 80 Sedang Tuntas 35 AG 035 60 Rendah Belum Tuntas 36 AG 036 80 Sedang Tuntas 37 AG 037 80 Sedang Tuntas 38 AG 038 60 Rendah Belum Tuntas
Jumlah 2580 Rata-rata 67.9 Rendah Belum Tuntas
88
Lampiran 2. Motivasi Belajar Sebelum Tindakan
NO Kode Siswa Aspek yang Dinilai
Nilai Kategori 1 2 3 4 5
1 AG 001 3 3 3 2 3 56% Tinggi 2 AG 002 3 3 2 3 3 56% Tinggi 3 AG 003 3 3 2 2 3 52% Rendah 4 AG 004 3 3 3 3 2 56% Tinggi 5 AG 005 3 3 3 3 3 60% Tinggi 6 AG 006 3 3 2 3 2 52% Rendah 7 AG 007 3 2 2 2 2 44% Rendah 8 AG 008 2 3 2 3 3 52% Rendah 9 AG 009 3 2 3 2 3 52% Rendah 10 AG 010 3 3 2 3 3 56% Tinggi 11 AG 011 3 3 3 3 2 56% Tinggi 12 AG 012 2 2 3 2 2 44% Rendah 13 AG 013 3 2 3 3 3 56% Tinggi 14 AG 014 3 2 2 3 2 52% Rendah 15 AG 015 3 3 3 3 3 60% Tinggi 16 AG 016 3 3 2 3 2 52% Rendah 17 AG 017 3 2 3 3 3 56% Tinggi 18 AG 018 2 3 3 3 3 56% Tinggi 19 AG 019 3 3 3 3 3 60% Tinggi 20 AG 020 2 2 3 3 3 52% Rendah 21 AG 021 3 3 3 3 3 60% Tinggi 22 AG 022 3 3 2 3 2 52% Rendah 23 AG 023 2 2 3 3 3 52% Rendah 24 AG 024 2 3 3 3 2 52% Rendah 25 AG 025 2 2 2 2 3 44% Rendah 26 AG 026 2 3 2 3 3 52% Rendah 27 AG 027 2 3 3 3 3 56% Tinggi 28 AG 028 2 2 3 3 3 52% Rendah 29 AG 029 2 3 3 3 3 56% Tinggi 30 AG 030 2 3 3 3 3 56% Tinggi 31 AG 031 2 3 3 3 2 52% Rendah 32 AG 032 3 3 3 3 2 56% Tinggi 33 AG 033 3 2 2 3 3 52% Rendah 34 AG 034 3 2 3 3 3 56% Tinggi 35 AG 035 2 3 3 3 3 56% Tinggi 36 AG 036 3 3 3 2 2 52% Rendah 37 AG 037 2 3 3 3 3 56% Tinggi 38 AG 038 3 3 3 3 3 60% Tinggi
Jumlah 99 102 102 107 102 2052.0% Jumlah Rata-rata 52.11 53.68 53.68 56.32 53.68 54.0% Rata-rata
89
Lampiran 3. Silabus Pembelajaran Siklus I
NAMA SEKOLAH : SMP Negeri 15 Pekanbaru MATA PELAJARAN : EKONOMI KELAS/SEMESTER : IX/2 STANDAR KOMPETENSI : Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional
KOMPETENSI
DASAR MATERI POKOK
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI WAKTU
BAHAN/ SUMBER/
ALAT
7.4. Mendiskripsikan kerjasama antarnegara di bidang ekonomi
Pengertian kerjasama ekonomi antarnegara
Faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antarnegara
Tujuan kerjasama ekonomi antar negara
• Mendiskusikan pengertian dan tujuan kerja sama ekonomi internasional
• Tanya jawab tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antarnegara
• Mengetahui tujuan kerjasama ekonomi antarnegara
• Mendefinisikan pengertian kerja sama ekonomi antarnegara
• Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara
• Mendeskripsikan tujuan kerjasama ekonomi antar negara
• Siswa mampu mendefinisikan pengertian kerjasama ekonomi antarnegara
• Siswa mampu memberikan contoh kerjasama ekonomi antarnegara
• Siswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara
• Siswa mampu mendeskripsikan tujuan kerjasama ekonomi antarnegara
• Penugasan
• Tes
4 x 40’
(2 x pertemuan)
• Buku teks/Buku Pelajaran IPS Ekonomi SMP terbitan Erlangga
Mengetahui, Kepala SMPN 15 Pekanbaru
(H. Syamsul Bahri, S.Pd) NIP.19510507 197602 1 001
Guru Bidang Studi,
(Agusrialdi)
90
Lampiran 4. RPP Siklus I Pertemuan 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Semester : IX/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Hari/Tanggal : Senin, 2 Januari 2011
Standar Kompetensi : 7. Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional
Kompetensi Dasar : 7.4. Mendiskripsikan kerjasama antarnegara di bidang Ekonomi
Indikator : - Mendefinisikan pengertian kerja sama ekonomi
antarnegara
- Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara
I. Tujuan Pembelajaran : - Siswa mampu mendefinisikan pengertian kerjasama
ekonomi antarnegara
- Siswa mampu memberikan contoh kerjasama ekonomi antarnegara
- Siswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar Negara
II. Materi Ajar (Materi Pokok) : Kerjasama ekonomi internasional
- Pengertian kerjasama ekonomi antarnegara
- Faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antarnegara
III. Metode Pembelajaran :
- Ceramah
- Diskusi
- STAD
91
IV. Langkah-langkah Pembelajaran:
Kegiatan Awal (10 menit)
• Salam pembuka
• Guru membuka pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran (Pengertian kerjasama ekonomi antarnegara, Faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antarnegara, dan Tujuan kerjasama ekonomi antarnegara)
• Guru memberi motivasi kepada siswa dengan berbagai jenis pembuka untuk memancing semangat belajar siswa
• Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai yaitu agar siswa
1. mampu mendefinisikan pengertian kerjasama ekonomi antarnegara
2. mampu memberikan contoh kerjasama ekonomi antarnegara
3. mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara
Kegiatan Inti (55 menit)
• Guru menyajikan informasi secara garis besar
tentang materi yang dipelajari
• Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan guru dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang digunakan
• Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja sama
• Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran
• Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan, guru bertindak sebagai fasilitator
• Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang telah
92
mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan Akhir (15 menit)
• Siswa melakukan refleksi, dalam bentuk, guru
membantu siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa semua kelompok.
• Guru menuliskan garis besar kesimpulan hasil analisa di papan tulis.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang dimengerti atau bisa juga guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk menguji ketercapaian belajar siswa.
• Memberikan soal post test.
V. Alat dan Sumber Belajar:
• Buku teks/Buku pelajaran terbitan Erlangga
VI. Penilaian: Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
diberikan dilakukan tes menjawab pertanyaan. Siswa secara individual menjawab
pertanyaan.
Mengetahui, Kepala SMPN 15 Pekanbaru
(H. Syamsul Bahri, S.Pd) NIP.19510507 197602 1 001
Guru Bidang Studi,
(Agusrialdi)
93
LAMPIRAN 5. RPP Siklus I Pertemuan 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Semester : IX/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Januari 2011
Standar Kompetensi : 7. Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional
Kompetensi Dasar : 7.4. Mendiskripsikan kerjasama antarnegara di bidang Ekonomi
Indikator : - Mendeskripsikan tujuan kerjasama ekonomi antar
negara
I. Tujuan Pembelajaran : - Siswa mengetahui tujuan kerjasama ekonomi
antarnegara
II. Materi Ajar (Materi Pokok) : Kerjasama ekonomi internasional
- Tujuan kerjasama ekonomi antarnegara
III. Metode Pembelajaran :
- Ceramah
- Diskusi
- STAD
IV. Langkah-langkah Pembelajaran:
Kegiatan Awal (10 menit)
• Salam pembuka
• Guru membuka pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran (Pengertian kerjasama ekonomi antarnegara, Faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antarnegara, dan Tujuan kerjasama ekonomi antarnegara)
• Guru memberi motivasi kepada siswa dengan berbagai jenis pembuka untuk memancing
94
semangat belajar siswa
• Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai yaitu agar siswa mengetahui tujuan kerjasama ekonomi antarnegara
Kegiatan Inti (55 menit)
• Guru menyajikan informasi secara garis besar
tentang materi yang dipelajari
• Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan guru dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang digunakan
• Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja sama
• Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran
• Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan, guru bertindak sebagai fasilitator
• Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan Akhir (15 menit)
• Siswa melakukan refleksi, dalam bentuk, guru
membantu siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan menganalisa semua kelompok.
• Guru menuliskan garis besar kesimpulan hasil analisa di papan tulis.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang dimengerti atau bisa juga guru yang menanyakan kepada siswa sekedar untuk menguji ketercapaian belajar siswa.
• Memberikan soal post test.
95
V. Alat dan Sumber Belajar:
• Buku teks/Buku pelajaran terbitan Erlangga
VI. Penilaian: Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan dilakukan tes menjawab pertanyaan. Siswa secara individual menjawab pertanyaan.
Mengetahui, Kepala SMPN 15 Pekanbaru
(H. Syamsul Bahri, S.Pd) NIP.19510507 197602 1 001
Guru Bidang Studi,
(Agusrialdi)
96
Lampiran 6. LKS Siklus I Pertemuan 1
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 1)
Satuan pendidikan : SMP N 15 Pekanbaru Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : IX / 2 Waktu : 2 x 40 Menit
Kelompok : .....................
Hari / Tanggal : .....................
Anggota : 1...................... 3......................... 5.........................
2 ...................... 4.........................
Peta di bawah ini menggambarkan alur perdagangan internasional Jepang ke seluruh dunia. Tebal tipisnya tanda panah menunjukkan besar kecilnya nilai transaksi dalam dollar Amerika Serikat. Tanda panah dari Jepang menunjukkan kegiatan ekspor, sedangkan tanda panah menuju Jepang kegiatan impor.
Diskusikanlah! 1. Dengan Negara mana sajakah Jepang paling banyak (diukur dari besarnya
transaksi) membina hubungan dagang? Apakah dengan negera itu Jepang lebih banyak mengimpor atau mengekspor? Lalu, apakah dampaknya bagi ekonomi Jepang?
97
2. Perhatikan alur hubungan dagang Jepang dengan Asia Selatan dan Tenggara! Bagaimana penilaianmu terhadap hubungan dagang itu, ditinjau dari besarnya nilai transaksi? (sebagai bahan perbandingan, pada tahun 2002 nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai US$12 juta, sedangkan nilai impor dari Jepang mencapai US$4,5 juta).
3. Menurut pendapatmu, apakah keberhasilan Jepang dalam perdagangan internasional didukung oleh kepiawaiannya dalam menjalin kerja sama ekonomi dengan Negara-negara lain? Mengapa kerja sama itu diperlukan? (untuk kamu ketahui, Jepang merupakan anggota G-8, APEC, dan mitra ASEAN).
98
Lampiran 7. LKS Siklus I Pertemuan 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 2)
Satuan pendidikan : SMP N 15 Pekanbaru Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : IX / 2 Waktu : 2 x 40 Menit
Kelompok : .....................
Hari / Tanggal : .....................
Anggota : 1...................... 3......................... 5.........................
2 ...................... 4.........................
Diskusikanlah: 1. Apa yang dimaksud dengan investor asing? 2. Mengapa Batam terancam ditinggalkan investor asing? Dan, apa dampaknya?
99
3. Menurutmu, apakah meningkatkan investasi asing di Batam akan menguntungkan Indonesia? Jelaskan pendapatmua dengan alasan yang jelas!
100
Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1
No Aktivitas yang Diamati Skala Nilai 4 3 2 1 0
1 Guru menyajikan materi secara ringkas √ 2 Guru membagi kelompok belajar secara
heterogen
√
3 Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa √
4 Guru membimbing diskusi kelompok √ 5 Guru memerintahkan salah satu
kelompok diskusi menampilkan hasil diskusinya.
√
6 Guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa. √
7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atas jawaban temannya.
√
8 Guru memberikan penguatan dan mengajak siswa menyimpulkan materi bersama-sama.
√
9 Guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dan klaborator melakukan pengamatan atau observasi
√
Jumlah 0 21 4 0 0 Total Skor 25 Kategori Sempurna
Keterangan : SS = Sangat Sempurna = 4 S = Sempurna = 3 KS = Kurang Sempurna = 2 TS = Tidak Sempurna = 1 Tidak Dilaksanakan = 0
101
Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2
No Aktivitas yang Diamati Skala Nilai 4 3 2 1 0
1 Guru menyajikan materi secara ringkas
√
2 Guru membagi kelompok belajar secara heterogen
√
3 Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa
√
4 Guru membimbing diskusi kelompok √ 5 Guru memerintahkan salah satu
kelompok diskusi menampilkan hasil diskusinya.
√
6 Guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.
√
7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atas jawaban temannya.
√
8 Guru memberikan penguatan dan mengajak siswa menyimpulkan materi bersama-sama.
√
9 Guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dan klaborator melakukan pengamatan atau observasi
√
Jumlah 0 24 2 0 0 Total Skor 26 Kategori Sempurna
Keterangan : SS = Sangat Sempurna = 4 S = Sempurna = 3 KS = Kurang Sempurna = 2 TS = Tidak Sempurna = 1 Tidak Dilaksanakan = 0
102
Lampiran 10. Kisi-kisi Soal Siklus I
Mata Pelajaran : EKONOMI Kelas/SMT : IX/2 Standar Kompetensi : Kemampuan memahami perdagangan internasional dan
dampaknya terhadap perekonomian Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Soal No soal Mudah Sedang Sulit
Mendeskripsikan kerjasama antarnegara di bidang ekonomi
Mendefinisikan pengertian kerja sama ekonomi antarnegara
√ 1
Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerjasama ekonomi antar negara
√ 2,3
Mendeskripsikan tujuan kerjasama ekonomi antar negara
√ 4,5
103
Lampiran 11. Soal Ulangan Siklus I
Satuan pendidikan : SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas / Semester : IX / II Waktu : 2 x 40 Menit
Nama : ..........................................
Hari / Tanggal : ..........................................
Jawablah dengan jelas dan jujur pertanyaan di bawah ini: 1. Jelaskan pengertian dari kerjasama ekonomi antarnegara!
2. Tuliskan salah satu fungsi kerjasama internasional
3. Tuliskan 2 faktor persamaan dan pendorong terjadinya kerjasama antarnegara!
4. Jelaskan mengapa dengan adanya perbedaan ilmu dan teknologi dapat terjadinya kerjsama ekonomi antarnegara?
5. Diantara 10 tujuan kerjasama ekonoi antarnegara, jelaskan 2 tujuan kerjasama tersebut!
Jawaban:
1) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
2) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
3) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
4) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
5) __________________________________________________________________
104
Lampiran 12. Hasil Belajar Siklus I
NO Kode Siswa Nilai Kategori Ketuntasan 1 AG 001 60 Rendah Belum Tuntas 2 AG 002 100 Tinggi Tuntas 3 AG 003 80 Sedang Tuntas 4 AG 004 80 Sedang Tuntas 5 AG 005 60 Rendah Belum Tuntas 6 AG 006 80 Sedang Tuntas 7 AG 007 80 Sedang Tuntas 8 AG 008 100 Tinggi Tuntas 9 AG 009 80 Sedang Tuntas 10 AG 010 80 Sedang Tuntas 11 AG 011 80 Sedang Tuntas 12 AG 012 80 Sedang Tuntas 13 AG 013 80 Sedang Tuntas 14 AG 014 60 Rendah Belum Tuntas 15 AG 015 100 Tinggi Tuntas 16 AG 016 60 Rendah Belum Tuntas 17 AG 017 80 Sedang Tuntas 18 AG 018 80 Sedang Tuntas 19 AG 019 80 Sedang Tuntas 20 AG 020 60 Rendah Belum Tuntas 21 AG 021 60 Rendah Belum Tuntas 22 AG 022 100 Tinggi Tuntas 23 AG 023 80 Sedang Tuntas 24 AG 024 60 Rendah Belum Tuntas 25 AG 025 80 Sedang Tuntas 26 AG 026 80 Sedang Tuntas 27 AG 027 60 Rendah Belum Tuntas 28 AG 028 80 Sedang Tuntas 29 AG 029 80 Sedang Tuntas 30 AG 030 80 Sedang Tuntas 31 AG 031 60 Rendah Belum Tuntas 32 AG 032 100 Tinggi Tuntas 33 AG 033 80 Sedang Tuntas 34 AG 034 80 Sedang Tuntas 35 AG 035 80 Sedang Tuntas 36 AG 036 100 Tinggi Tuntas 37 AG 037 80 Sedang Tuntas 38 AG 038 60 Rendah Belum Tuntas
Jumlah 2960 Rata-rata 77.9 Sedang Tuntas
105
Lampiran 13. Motivasi Siswa Siklus I Pertemuan 1
NO Kode Siswa
Aspek yang Dinilai Nilai Kategori
1 2 3 4 5 1 AG 001 3 4 3 2 3 60% Tinggi 2 AG 002 3 4 2 4 3 64% Tinggi 3 AG 003 4 3 2 2 3 56% Tinggi 4 AG 004 3 3 3 4 2 60% Tinggi 5 AG 005 4 3 4 3 3 68% Tinggi 6 AG 006 3 3 2 3 2 52% Rendah 7 AG 007 4 2 2 2 2 48% Rendah 8 AG 008 2 4 2 3 3 56% Tinggi 9 AG 009 4 2 3 2 4 60% Tinggi 10 AG 010 3 3 2 3 3 56% Tinggi 11 AG 011 4 4 3 4 2 68% Tinggi 12 AG 012 2 2 4 2 2 48% Rendah 13 AG 013 3 2 3 4 3 60% Tinggi 14 AG 014 4 2 2 3 2 52% Rendah 15 AG 015 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 16 AG 016 3 4 2 3 2 56% Tinggi 17 AG 017 4 2 3 4 4 68% Tinggi 18 AG 018 2 4 3 3 3 60% Tinggi 19 AG 019 4 3 4 3 4 72% Tinggi 20 AG 020 2 2 3 3 3 52% Rendah 21 AG 021 4 3 3 4 4 72% Tinggi 22 AG 022 3 4 2 4 2 60% Tinggi 23 AG 023 2 2 4 4 3 60% Tinggi 24 AG 024 2 4 4 3 2 60% Tinggi 25 AG 025 2 2 2 2 3 44% Rendah 26 AG 026 2 4 2 3 4 60% Tinggi 27 AG 027 2 3 3 3 3 56% Tinggi 28 AG 028 2 2 4 3 4 60% Tinggi 29 AG 029 2 4 3 3 3 60% Tinggi 30 AG 030 2 4 3 3 4 64% Tinggi 31 AG 031 2 4 3 3 2 56% Tinggi 32 AG 032 4 3 3 4 2 64% Tinggi 33 AG 033 3 2 2 3 3 52% Rendah 34 AG 034 4 2 4 3 4 68% Tinggi 35 AG 035 2 4 3 3 3 60% Tinggi 36 AG 036 4 3 3 2 2 56% Tinggi 37 AG 037 2 3 4 4 3 64% Tinggi 38 AG 038 4 4 3 4 3 72% Tinggi
Jumlah 113 117 110 119 111 2280.0% Rata-rata 59.5% 61.6% 57.9% 62.6% 58.4% 60.0% Tinggi
106
Lampiran 14. Motivasi Siswa Siklus I Pertemuan 2
NO Kode Siswa
Aspek yang Dinilai Nilai Kategori
1 2 3 4 5 1 AG 001 3 4 3 3 3 64% Tinggi 2 AG 002 3 4 3 4 3 68% Tinggi 3 AG 003 4 3 3 3 3 64% Tinggi 4 AG 004 3 3 3 4 3 64% Tinggi 5 AG 005 4 3 4 3 3 68% Tinggi 6 AG 006 3 3 3 3 3 60% Tinggi 7 AG 007 4 3 3 3 3 64% Tinggi 8 AG 008 3 4 3 3 3 64% Tinggi 9 AG 009 4 3 3 3 4 68% Tinggi 10 AG 010 3 3 3 3 3 60% Tinggi 11 AG 011 4 4 3 4 3 72% Tinggi 12 AG 012 3 3 4 3 3 64% Tinggi 13 AG 013 3 3 3 4 3 64% Tinggi 14 AG 014 4 3 3 3 3 64% Tinggi 15 AG 015 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 16 AG 016 3 4 3 3 3 64% Tinggi 17 AG 017 4 3 3 4 4 72% Tinggi 18 AG 018 3 4 3 3 3 64% Tinggi 19 AG 019 4 3 4 3 4 72% Tinggi 20 AG 020 3 3 3 3 3 60% Tinggi 21 AG 021 4 3 3 4 4 72% Tinggi 22 AG 022 3 4 3 4 3 68% Tinggi 23 AG 023 3 3 4 4 3 68% Tinggi 24 AG 024 3 4 4 3 3 68% Tinggi 25 AG 025 3 3 3 3 3 60% Tinggi 26 AG 026 3 4 3 3 4 68% Tinggi 27 AG 027 3 3 3 3 3 60% Tinggi 28 AG 028 3 3 4 3 4 68% Tinggi 29 AG 029 3 4 3 3 3 64% Tinggi 30 AG 030 3 4 3 3 4 68% Tinggi 31 AG 031 3 4 3 3 3 64% Tinggi 32 AG 032 4 3 3 4 3 68% Tinggi 33 AG 033 3 3 3 3 3 60% Tinggi 34 AG 034 4 3 4 3 4 72% Tinggi 35 AG 035 3 4 3 3 3 64% Tinggi 36 AG 036 4 3 3 3 3 64% Tinggi 37 AG 037 3 3 4 4 3 68% Tinggi 38 AG 038 4 4 3 4 3 72% Tinggi
Jumlah 128 129 122 126 123 2512.0% Rata-rata 67.4% 67.9% 64.2% 66.3% 64.7% 66.1% Tinggi
107
Lampiran 15. Silabus Pembelajaran Siklus II
NAMA SEKOLAH : SMP Negeri 15 Pekanbaru
MATA PELAJARAN : EKONOMI
KELAS/SEMESTER : IX/2
STANDAR KOMPETENSI : Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional KOMPETENSI
DASAR MATERI POKOK
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI WAKTU
BAHAN/ SUMBER/
ALAT
7.5. Kemampuan menganalisis kerjasama ekonomi internasional
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ekonomi internasional
Bentuk-bentuk kerjasama antarnegara
• Membaca literatur dan mendiskusikan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ekonomi internasional
• Mendiskusikan bentuk-bentuk kerjasama ekonomi
• Mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam kerjasama ekonomi antarnegara
• Mengidentifikasi bentuk kerjasama antarnegara
• Mengidentifikasi badan-badan kerja sama ekonomi yang bersifat regional maupun
• Siswa mampu mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam kerjasama ekonomi antarnegara
• Siswa mampu menyebutkan contoh kerjasama ekonomi antarnegara yang terkendala karenan hambatan-hambatan yang ada
• Siswa mampu
• Penugasan
• Tes
4 x 40’
(2 x pertemuan)
• Buku teks/Buku Pelajaran IPS Ekonomi SMP
108
KOMPETENSI DASAR
MATERI POKOK
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI WAKTU
BAHAN/ SUMBER/
ALAT
Badan-badan kerjasama ekonomi yang bersifat regional maupun multilateral yang penting bagi Indonesia
internasional
• Mendiskusikan badan-badan kerjasama ekonomi yang bersifat regional maupun multilateral yang penting bagi Indonesia
multilateral yang penting bagi Indonesia
mengidentifikasi bentuk kerjasama antarnegara
• Siswa mampu mengidentifikasi badan-badan kerjasama ekonomi yang bersifat regional maupun multilateral yang penting bagi Indonesia
Mengetahui, Kepala SMPN 15 Pekanbaru
(H. Syamsul Bahri, S.Pd) NIP.19510507 197602 1 001
Guru Bidang Studi,
(Agusrialdi)
109
Lampiran 16. RPP Siklus II Pertemuan 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Semester : IX/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Januari 2011
Standar Kompetensi : 1. Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional
Kompetensi Dasar : 7.5. Kemampuan menganalisis kerjasama ekonomi internasional
Indikator : - Mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam
kerjasama ekonomi antarnegara
I. Tujuan Pembelajaran : - Siswa mampu mengidentifikasi hambatan-hambatan
dalam kerjasama ekonomi antarnegara
- Siswa mampu menyebutkan contoh kerjasama ekonomi antarnegara yang terkendala karenan hambatan-hambatan yang ada
II. Materi Ajar (Materi Pokok) : kerjasama ekonomi internasional
- Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ekonomi internasional
III. Metode Pembelajaran : - Ceramah
- Diskusi
- STAD
110
IV. Langkah-langkah Pembelajaran:
Kegiatan Awal (10 menit)
• Salam pembuka
• Guru membuka pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran yaitu tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam kerjasama ekonomi antar negara
• Guru memberi motivasi kepada siswa dengan meminta siswa mengemukakan pengetahuannya tentang kerjasama ekonomi internasional
• Guru menjelaskan secara singkat tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam kerjasama ekonomi antar negara
• Guru menjelaskan kembali model pembelajaran STAD yang akan digunakan pada materi pelajaran
• Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai
Kegiatan Inti (55 menit)
• Guru menyajikan informasi secara garis besar
tentang materi yang dipelajari
• Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan guru dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang digunakan
• Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja sama
• Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran
• Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan, guru bertindak sebagai fasilitator
• Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang telah
111
mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan Akhir (15 menit)
• Guru dan siswa menyimpulkan hasil analisa
semua pasangan.
• Guru menuliskan garis besar kesimpulan analisa di papan tulis.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang dimengerti.
• Membagikan soal post test
VI. Alat dan Sumber Belajar:
• Gambar
• Buku teks/Buku pelajaran
VII. Penilaian: Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
diberikan dilakukan tes menjawab pertanyaan. Siswa secara individual menjawab
pertanyaan.
Mengetahui, Kepala SMPN 15 Pekanbaru
(H. Syamsul Bahri, S.Pd) NIP.19510507 197602 1 001
Guru Bidang Studi,
(Agusrialdi)
112
Lampiran 17. RPP Siklus II Pertemuan 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Semester : IX/2
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Hari/Tanggal : Senin, 24 Januari 2011
Standar Kompetensi : 1. Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional
Kompetensi Dasar : 7.5. Kemampuan menganalisis kerjasama ekonomi internasional
Indikator : - Mengidentifikasi bentuk kerjasama antarnegara
I. Tujuan Pembelajaran : - Siswa mampu mengidentifikasi bentuk kerjasama
antarnegara
II. Materi Ajar (Materi Pokok) : kerjasama ekonomi internasional
- Bentuk-bentuk kerjasama antar negara
III. Metode Pembelajaran : - Ceramah
- Diskusi
- STAD
IV. Langkah-langkah Pembelajaran:
Kegiatan Awal (10 menit)
• Salam pembuka
• Guru membuka pelajaran dengan memberikan keterangan singkat materi pelajaran yaitu tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator mengidentifikasi bentuk kerjasama
113
antar negara
• Guru memberi motivasi kepada siswa dengan meminta siswa mengemukakan pengetahuannya tentang kerjasama ekonomi internasional
• Guru menjelaskan secara singkat tentang kerjasama ekonomi internasional dengan indikator mengidentifikasi bentuk kerjasama antar negara
• Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang hendak dicapai
Kegiatan Inti (55 menit)
• Guru menyajikan informasi secara garis besar
tentang materi yang dipelajari
• Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan guru dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang digunakan
• Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengerjakannya dengan saling bekerja sama
• Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran
• Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan, guru bertindak sebagai fasilitator
• Guru memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dan kepada siswa yang telah menanggapi hasil kerja temannya.
Kegiatan Akhir (15 menit)
• Guru dan siswa menyimpulkan hasil analisa
semua pasangan.
• Guru menuliskan garis besar kesimpulan analisa di papan tulis.
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pokok bahasan yang kurang dimengerti.
114
• Membagikan soal post test
VI. Alat dan Sumber Belajar:
• Gambar
• Buku teks/Buku pelajaran
VII. Penilaian: Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
diberikan dilakukan tes menjawab pertanyaan. Siswa secara individual menjawab
pertanyaan.
Mengetahui, Kepala SMPN 15 Pekanbaru
(H. Syamsul Bahri, S.Pd) NIP.19510507 197602 1 001
Guru Bidang Studi,
(Agusrialdi)
115
Lampiran 18. LKS Siklus II Pertemuan 1
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 3)
Satuan pendidikan : SMP N 15 Pekanbaru Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : IX / 2 Waktu : 2 x 40 Menit
Kelompok : .....................
Hari / Tanggal : .....................
Anggota : 1...................... 3......................... 5.........................
2 ...................... 4.........................
Peta berikut ini menggambarkan berbagai kelompok kerja sama internasional utama dunia.
Diskusikanlah! 1. Kelompok kerja sama ekonomi manakah yang meliputi wilayang paling luas? Lalu,
kelompok manakah yang paling dominant dalam perdagangan internasional? Apakah kesimpulanmu?
2. Perhatikan kurva tebal yang membagi dunia menjadi dua. Garis khayal tersebut membedakan kawasan negara maju dan negara berkembang. Bagaimana penilaianmu?
116
Lampiran 19. LKS Siklus II Pertemuan 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 4)
Satuan pendidikan : SMP N 15 Pekanbaru Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : IX / 2 Waktu : 2 x 40 Menit
Kelompok : .....................
Hari / Tanggal : .....................
Anggota : 1...................... 3......................... 5.........................
2 ...................... 4.........................
Simak kutipan di atas, terutama kata-kata yang dicetak tebal. Bandingkanlah dengan penjelasan kerja sama ekonomi internasional. 1. Apakah alas an kritik Mahatir Muhammad terhadap WTO 2. Apakah mantan PM Malaysia itu menganggap WTO tidak perlu? Alasanmu? 3. Bagaimanakah menurutmu WTO seharusnya berperan?
117
Lampiran 20. Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1
No Aktivitas yang Diamati Skala Nilai 4 3 2 1 0
1 Guru menyajikan materi secara ringkas √ 2 Guru membagi kelompok belajar secara
heterogen
√
3 Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa √
4 Guru membimbing diskusi kelompok √ 5 Guru memerintahkan salah satu
kelompok diskusi menampilkan hasil diskusinya.
√
6 Guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa. √
7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atas jawaban temannya.
√
8 Guru memberikan penguatan dan mengajak siswa menyimpulkan materi bersama-sama.
√
9 Guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dan klaborator melakukan pengamatan atau observasi
√
Jumlah 0 27 0 0 0 Total Skor 27 Kategori Sempurna
Keterangan : SS = Sangat Sempurna = 4 S = Sempurna = 3 KS = Kurang Sempurna = 2 TS = Tidak Sempurna = 1 Tidak Dilaksanakan = 0
118
Lampiran 21. Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2
No Aktivitas yang Diamati Skala Nilai 4 3 2 1 0
1 Guru menyajikan materi secara ringkas √ 2 Guru membagi kelompok belajar secara
heterogen √
3 Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa √
4 Guru membimbing diskusi kelompok √ 5 Guru memerintahkan salah satu
kelompok diskusi menampilkan hasil diskusinya.
√
6 Guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.
√
7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan atas jawaban temannya.
√
8 Guru memberikan penguatan dan mengajak siswa menyimpulkan materi bersama-sama.
√
9 Guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dan klaborator melakukan pengamatan atau observasi
√
Jumlah 12 18 0 0 0 Total Skor 30 Kategori Sangat Sempurna
Keterangan : SS = Sangat Sempurna = 4 S = Sempurna = 3 KS = Kurang Sempurna = 2 TS = Tidak Sempurna = 1 Tidak Dilaksanakan = 0
119
Lampiran 22. Kisi-kisi Soal Siklus II
Mata Pelajaran : EKONOMI Kelas/SMT : IX/2 Standar Kompetensi : Kemampuan memahami perdagangan internasional dan
dampaknya terhadap perekonomian Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Soal No soal Mudah Sedang Sulit
Mendeskripsikan kerjasama antarnegara di bidang ekonomi
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ekonomi internasional
√ 1
Bentuk-bentuk kerjasama antarnegara
√ 2,3
Badan-badan kerjasama ekonomi yang bersifat regional maupun multilateral yang penting bagi Indonesia
√ 4,5
120
Lampiran 23. Soal Ulangan Siklus II
Satuan pendidikan : SMP Negeri 15 Kota Pekanbaru Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas / Semester : IX / II Waktu : 2 x 40 Menit
Nama : ..........................................
Hari / Tanggal : ..........................................
Jawablah dengan jelas dan jujur pertanyaan di bawah ini! 1. Tuliskan 2 hambatan dalam kerjasama ekonomi antarnegara!
2. Jelaskan perbedaan kerjasama bilateral dengan multilateral beserta contoh.
3. Sebutkan salah satu dari keuntungan penanaman modal asing (PMA) di negara kita!
4. Berikan 2 contoh bentuk kegiatan kerjasama bilateral!
5. Mengapa pengembalian pinjaman luar negeri sering diambil dalam jangka waktu panjang? jelaskan!
Jawaban:
1) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
2) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
3) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
4) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
5) __________________________________________________________________
__________________________________________________________________
121
Lampiran 24. Hasil Belajar Siklus II
NO Kode Siswa Nilai Kategori Ketuntasan 1 AG 001 80 Sedang Tuntas 2 AG 002 100 Tinggi Tuntas 3 AG 003 80 Sedang Tuntas 4 AG 004 100 Tinggi Tuntas 5 AG 005 80 Sedang Tuntas 6 AG 006 80 Sedang Tuntas 7 AG 007 80 Sedang Tuntas 8 AG 008 100 Tinggi Tuntas 9 AG 009 100 Tinggi Tuntas 10 AG 010 80 Sedang Tuntas 11 AG 011 80 Sedang Tuntas 12 AG 012 100 Tinggi Tuntas 13 AG 013 100 Tinggi Tuntas 14 AG 014 80 Sedang Tuntas 15 AG 015 100 Tinggi Tuntas 16 AG 016 80 Sedang Tuntas 17 AG 017 80 Sedang Tuntas 18 AG 018 80 Sedang Tuntas 19 AG 019 80 Sedang Tuntas 20 AG 020 80 Sedang Tuntas 21 AG 021 80 Sedang Tuntas 22 AG 022 100 Tinggi Tuntas 23 AG 023 100 Tinggi Tuntas 24 AG 024 80 Sedang Tuntas 25 AG 025 80 Sedang Tuntas 26 AG 026 80 Sedang Tuntas 27 AG 027 80 Sedang Tuntas 28 AG 028 80 Sedang Tuntas 29 AG 029 100 Tinggi Tuntas 30 AG 030 80 Sedang Tuntas 31 AG 031 60 Rendah Belum Tuntas 32 AG 032 100 Tinggi Tuntas 33 AG 033 100 Tinggi Tuntas 34 AG 034 80 Sedang Tuntas 35 AG 035 80 Sedang Tuntas 36 AG 036 100 Tinggi Tuntas 37 AG 037 80 Sedang Tuntas 38 AG 038 60 Rendah Belum Tuntas
Jumlah 3260 Rata-rata 85.8 Sedang Tuntas
122
Lampiran 25. Motivasi Siswa Siklus II Pertemuan 1
NO Kode Siswa
Aspek yang Dinilai Nilai Kategori
1 2 3 4 5 1 AG 001 3 4 4 3 4 72% Tinggi 2 AG 002 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 3 AG 003 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 4 AG 004 3 3 4 4 3 68% Tinggi 5 AG 005 4 4 4 3 4 76% Tinggi Sekali 6 AG 006 3 4 4 4 3 72% Tinggi 7 AG 007 4 3 4 4 4 76% Tinggi Sekali 8 AG 008 3 4 3 4 3 68% Tinggi 9 AG 009 4 3 4 3 4 72% Tinggi 10 AG 010 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 11 AG 011 4 4 3 4 3 72% Tinggi 12 AG 012 3 3 4 3 4 68% Tinggi 13 AG 013 3 4 4 4 3 72% Tinggi 14 AG 014 4 3 4 3 3 68% Tinggi 15 AG 015 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 16 AG 016 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 17 AG 017 4 3 4 4 4 76% Tinggi Sekali 18 AG 018 4 4 3 3 4 72% Tinggi 19 AG 019 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 20 AG 020 4 4 4 3 3 72% Tinggi 21 AG 021 4 3 3 4 4 72% Tinggi 22 AG 022 3 4 4 4 3 72% Tinggi 23 AG 023 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 24 AG 024 3 4 4 4 3 72% Tinggi 25 AG 025 3 3 4 4 3 68% Tinggi 26 AG 026 4 4 3 3 4 72% Tinggi 27 AG 027 4 4 4 4 3 76% Tinggi Sekali 28 AG 028 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 29 AG 029 4 4 3 3 3 68% Tinggi 30 AG 030 3 4 3 4 4 72% Tinggi 31 AG 031 3 4 4 4 3 72% Tinggi 32 AG 032 4 4 3 4 3 72% Tinggi 33 AG 033 3 4 3 3 3 64% Tinggi 34 AG 034 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 35 AG 035 3 4 3 3 4 68% Tinggi 36 AG 036 4 3 4 4 4 76% Tinggi Sekali 37 AG 037 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 38 AG 038 4 4 3 4 3 72% Tinggi
Jumlah 138 143 138 141 136 2784.0% Rata-rata 72.63 75.26 72.63 74.21 71.58 73.3% Tinggi
123
Lampiran 26. Motivasi Siswa Siklus II Pertemuan 2
NO Kode Siswa
Aspek yang Dinilai Nilai Kategori
1 2 3 4 5 1 AG 001 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 2 AG 002 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 3 AG 003 4 3 3 3 4 68% Tinggi 4 AG 004 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 5 AG 005 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 6 AG 006 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 7 AG 007 4 4 4 4 3 76% Tinggi Sekali 8 AG 008 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 9 AG 009 4 3 3 4 4 72% Tinggi 10 AG 010 4 3 4 4 4 76% Tinggi Sekali 11 AG 011 4 5 4 4 4 84% Tinggi Sekali 12 AG 012 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 13 AG 013 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 14 AG 014 4 3 4 3 4 72% Tinggi 15 AG 015 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali 16 AG 016 4 4 4 4 3 76% Tinggi Sekali 17 AG 017 4 3 4 4 5 80% Tinggi Sekali 18 AG 018 4 4 5 4 4 84% Tinggi Sekali 19 AG 019 4 4 4 4 4 80% Tinggi Sekali 20 AG 020 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 21 AG 021 4 5 4 4 4 84% Tinggi Sekali 22 AG 022 4 4 3 4 3 72% Tinggi 23 AG 023 5 4 4 4 4 84% Tinggi Sekali 24 AG 024 4 4 4 5 4 84% Tinggi Sekali 25 AG 025 3 4 5 3 4 76% Tinggi Sekali 26 AG 026 4 4 4 3 4 76% Tinggi Sekali 27 AG 027 4 5 4 3 4 80% Tinggi Sekali 28 AG 028 4 4 4 3 4 76% Tinggi Sekali 29 AG 029 4 4 4 3 4 76% Tinggi Sekali 30 AG 030 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 31 AG 031 3 4 4 3 4 72% Tinggi 32 AG 032 5 4 4 4 5 88% Tinggi Sekali 33 AG 033 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 34 AG 034 4 5 4 4 4 84% Tinggi Sekali 35 AG 035 3 4 4 4 4 76% Tinggi Sekali 36 AG 036 4 3 5 5 4 84% Tinggi Sekali 37 AG 037 4 4 4 4 5 84% Tinggi Sekali 38 AG 038 4 4 3 4 4 76% Tinggi Sekali
Jumlah 144 150 148 146 152 2960.0% Rata-rata 75.79 78.95 77.89 76.84 80 77.9% Tinggi Sekali
124
Lampiran 27. Skor Perkembangan Kelompok Pembelajaran STAD
Kelompok Kode Siswa
Skor Dasar (UH I)
Hasil Belajar (UH II)
Nilai Perkembangan
Individu
Predikat Kelompok
A
AG 002 100 100 20
20 Hebat AG 019 80 80 20 AG 026 80 80 20 AG 038 60 60 20
B
AG 008 100 100 20
20 Hebat AG 018 80 80 20 AG 028 80 80 20 AG 031 60 60 20
C
AG 015 100 100 20
26 Super AG 017 80 80 20 AG 023 80 100 30 AG 029 80 100 30 AG 027 60 80 30
D
AG 022 100 100 20
24 Super AG 013 80 100 30 AG 025 80 80 20 AG 030 80 80 20 AG 024 60 80 30
E
AG 032 100 100 20
27.5 Super AG 012 80 100 30 AG 033 80 100 30 AG 021 60 80 30
F
AG 036 100 100 20
22.5 Hebat AG 011 80 80 20 AG 034 80 80 20 AG 020 60 80 30
G
AG 003 80 80 20
22.5 Hebat AG 010 80 80 20 AG 035 80 80 20 AG 016 60 80 30
H
AG 004 80 100 30
27.5 Super AG 009 80 100 30 AG 037 80 80 20 AG 014 60 80 30
I
AG 006 80 80 20
25 Super AG 007 80 80 20 AG 001 60 80 30 AG 005 60 80 30
−
x
125
Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian