8/19/2019 Museum Kontekstual
1/55
8/19/2019 Museum Kontekstual
2/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 2
pengamanannya1.
Secara umum istilah pelestarian merupakan proses dalam memelihara,
menjaga maupun melindungi sesuatu yang bernilai dipandang dari segala aspek baik
ekonomi, politik, sosial dan budaya agar hal tersebut tidak menghilang. Pada awalnya
usaha pelestarian hanya menyangkut pengelolaan lingkungan terkait ketersediaan
sumber daya alam, namun dalam perkembangannya pelestarian juga mencakup dalam
pemeliharaan lingkungan binaan yang salah satunya merupakan bidang arsitektur
(Daud, 2012).
Dalam Burra Carter (1981) makna pelestarian merupakan suatu proses
pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang ada tetap terpelihara dengan baik
sesuai situasi dan kondisi setempat. Menurut Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia
(2003) pelestarian adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian,
perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau
pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya
dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa
yang lebih berkualitas.
Pelestarian Cagar Budaya merupakan suatu upaya untuk melestarikan dan
melindungi nilai budaya dari masa lampau dan potensi penting saat ini agar tetap
mampu merepresentasikan nilai-nilai era kemarin di era mendatang dari bukti
bendawi yang ada.
A.1.2.
Tujuan Dan Manfaat Pelestarian
Tujuan dari pelestarian tidak hanya ditekankan pada wujud benda budaya yang
ada melainkan melestarikan nilai-nilai budaya yang luhur dibalik objek tersebut.
Menurut Shrivani (1985) pelestarian pada suatu kawasan maupun bangunandapat memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Manfaat kebudayaan yaitu sumber-sumber sejarah yang dilestarikan dapat
menjadi sumber pendidikan dan memperkaya estetika.
1 Depdikbud, 1993: 98
8/19/2019 Museum Kontekstual
3/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 3
2. Manfaat ekonomi yaitu adanya peningkatan nilai properti, peningkatan pada
penjualan ritel dan sewa komersil, penanggulangan biaya-biaya relokasi dan
peningkatan pada penerima pajak serta pendapatan dari sektor pariwisata; dan
3. Manfaat sosial dan perencanaan, karena upaya pelestarian dapat menjadi
kekuatan yang tepat dalam memulihkan kepercayaan masyarakat.
A.1.3.
Lingkup Objek Pelestarian
Menurut Shankland (Bani, 2004), lingkup pelestarian dapat dibedakan atas desa
dan kota kecil bersejarah; kawasan bersejarah dalam kota besar; kota bersejarah; dan
kelompok bangunan bersejarah. Pada kawasan kota objek dan lingkup pelestarian
digolongkan dalam beberapa luasan, antara lain:
1. Satuan Areal, yaitu berwujud sub wilayah;
2. Satuan Pandang atau View, berupa aspek visual yang memberikan bayangan
metal (image) antara lain, path, edge, node, district , dan landmark ; dan
3. Satuan Fisik, berwujud bangunan, sederetan bangunan, bahkan unsur
bangunan seperti struktur, ornamen dan lainnya.
Dari beberapa lingkup objek pelestarian tersebut yang termasuk dalam bidang
kajian arsietktur adalah pelestarian baik dalam lingkup areal maupun fisik yang
berwujud bangunan atau kawasan bangunan yang didalamnya juga membahas tentang
unsur pembentuk bangunan seperti, fasade, ornamen, struktur dan unsur lainnya yang
memiliki nilai sejarah dan nilai estetika yang tinggi.
A.1.4.
Bentuk-Bentuk Pelestarian
Tidak semua benda cagar budaya memiliki jenis golongan yang sama sehingga
cara penanganan pelestariannya pun tidak sama. Bentuk pelestarian terhadap benda
cagar budaya terbagi menjadi Preservasi, Konservasi, Rekontruksi, dan
Rehabilitasi/Renovasi.
1. Preservasi
Preservasi merupakan tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam
mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta
8/19/2019 Museum Kontekstual
4/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 4
bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan
menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material
bangunan bersejarah tersebut. Upaya melindungi benda cagar budaya secara tidak
langsung (pemagaran, pencagaran) dari faktor lingkungan yang merusak
(antariksa,2012).
2. Rehabilitasi/Renovasi
Membuat bangunan tua berfungsi kembali. Dengan catatan, perubahan-
perubahan dapat dilakukan sampai batas-batas tertentu, agar bangunan dapat
beradaptasi terhadap lingkungan atau kondisi sekarang atau yang akan datang. Salah
satu bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannyahanya memperbaiki bagian-bagian
bangunan yang mengalami kerusakan. Bangunan tersebut tidak dibongkar seluruhnya
karena pekerjaan rehabilitasi umumnya melibatkan tingkat prosentase kerusakan yang
rendah (antariksa,2012).
3. Konservasi
Memelihara dan melindungi tempat-tempat yamg indah dan berharga, agar
tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. Menekankan pada
penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan
menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan
lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. Upaya perlindungan terhadap benda-
benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan,
memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari
pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak (antariksa,2012).
4. Rekontruksi
Adalah tindakan suatu proses mereproduksi dengan membangun baru semua
bentuk serta detil secara tepat, sebuah bangunan yang telah hancur/hilang, serti
tampak pada periode tertentu. - Yaitu suatu kegiatan penyusunan kembali struktur
bangunan yang rusak/runtah, yang pada umumnya bahan-bahan bangunan yang asli
sudah banyak yang hilang. Dalam hal ini kita dapat menggunakan bahan-bahan
8/19/2019 Museum Kontekstual
5/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 5
bangunan yang baru seperti cat warna atau bahan lainnya yang bentuknya hares
disesuaikan dengan bangunan aslinya (antariksa,2012).
A.2.
Pemahaman Revitalisasi
A.2.1.
Pengertian Revitalisasi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan
perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya2.
Revitalisasi merupakan bagian dari upaya penataan dan perancangan kota untuk
mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan
estetika-arsitektural atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan
agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan.
Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini
biasanya disertai pula dengan upaya restorasi (pemugaran/pemulihan kembali),
rehabilitasi (perbaikan) dan/atau rekonstruksi (pengembalian seperti semula).
Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah
kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi
lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada
penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan
ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada.
Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat dimana
keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek
formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat
yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat
luas. Ada beberapa aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi,
yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan
banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat
2 http://kbbi.web.id/revitalisasi
8/19/2019 Museum Kontekstual
6/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 6
ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah. atau revitalisasi dalam
rangka untuk mengubah citra suatu kawasan.
Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau
bagian kota yang dulunya pernah hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Revitalisasi juga berarti kegiatan memodifikasi suatu
lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru.
Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga
ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap
diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization)
yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental
objectives). Melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuk sebuah
mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan
infrastruktur kota.
1. Revitalisasi Kawasan
Revitalisasi Kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali
kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan
kembali potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan
kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan
masyarakat. Sejarah perkembangan kota di Barat mencatat bahwa memang kegiatan
revitalisasi ini diawali dengan pemaknaan kembali daerah pusat kota setelah periode
tahun 1960-an. Bahkan ketika isu pelestarian di dunia Barat meningkat pada periode
pertengahan tahun 1970-an, kawasan (pusat) kota tua menjadi fokus kegiatan
revitalisasi. Dilihat dari pengertian di atas, maka revitalisasi dapat menjadi alternatif
dalam memecahkan masalah pelestarian wajah kota lama, dan kebutuhan ruang
teratasi dengan meminimalisasikan pudarnya eksistensi kota lama.
Revitalisasi kawasan bertujuan untuk meningkatkan vitalitas kawasan lama
melalui program usulan dan pelaksanaan yang mampu menciptakan kualitas ruang
publik dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pada kawasan.
2. Revitalisasi Bangunan
8/19/2019 Museum Kontekstual
7/55
8/19/2019 Museum Kontekstual
8/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 8
A.2.2.
Prinsip Dasar Revitalisasi
Revitalisasi bangunan cagar budaya seyogyanya mengandung tiga unsur
perlakuan, yaitu:
1. Konservasi, yaitu pemeliharaan serta perbaikan bagian-bagian yang rusak
(pemugaran);
2. Pemberian nilai ekonomi, yaitu penambahan fungsi atau perubahan fungsi
sesuai dengan kebutuhan manusia masa kini, sehingga alih-alih menjadi
”cost center ” bangunan cagar budaya hendaknya menjadi ” profit center ”.
3. Pemilihan jenis penggunaan yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat luas, dengan demikian bangunan cagar budaya tidak menjadi
sarana atau wadah kegiatan yang eksklusif.
A.2.3.
Fungsi Revitalisasi
Dengan adanya tindakan revitalisasi terhadap kawasan ini, maka diharapkan
Kawasan Museum Radya Pustaka memuat fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Historik
Museum Radya Pustaka sebagai salah satu kawasan yang memiliki nilai
sejarah dan latar belakang yang sangat perlu untuk dijaga dan
dilestarikan.
2. Fungsi Wisata (Rekreasi)
Museum Radya Pustaka yang masih termasuk dalam kawasan Taman
Wisata Budaya Sriwedari sebagai salah satu objek wisata di kota
Surakarta.
3. Fungsi Pendidikan
Museum Radya Pustaka memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat
pendidikan masyarakat kota Surakarta dengan salah satu elemennya
sebagai pusat informasi dan pengetahuan segala bentuk kehidupan di
waktu dahulu dan dengan penggalakan program minat atau gemar baca.
4. Fungsi Seni Dan Budaya
8/19/2019 Museum Kontekstual
9/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 9
Kawasan Museum Radya Pustaka sebagai salah satu kawasan cagar
budaya yang berperan penting dalam keberadaanya sebagai pelestari
aktivitas yang berhubungan dengan seni dan budaya.
5. Fungsi Sosial
Kawasan museum sebagai salah satu ruang publik kota yang berfungsi
sebagai ruang sosial yaitu sebagai wadah masyarakat umum maupun
cendekiawan untuk berinteraksi.
6. Fungsi Komersial
Sebagai fungsi penunjang yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi
lainnya.
A.2.4. Dasar Pembangunan Kota Dan Revitalisasi
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui
beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Intervensi Fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan,
tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/ reklame dan ruang terbuka kawasan
(urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual
kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini
perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting,
sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan.
Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.
2.
Rehabilitasi EkonomiRevitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang
bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal
dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai
8/19/2019 Museum Kontekstual
10/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 10
tambah bagi kawasan kota ( P. Hall/ U. Pfeiffer , 2001). Dalam konteks revitalisasi
perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas
ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
3. Revitalisasi Sosial/Institusional
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik (interesting ), jadi bukan sekedar membuat
beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat
meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms).
Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place
making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan
institusi yang baik.
Mempertimbangkan bahwa pusaka yang akan dikelola berbentuk sebuah
setting yang terdiri dari berbagai sumber daya budaya dan alam lokal, baik yang
berbentuk fisik ataupun tidak, upaya pelestarian telah bergeser dari hanya
mempertimbangkan isu keindahan (beautification) semata menuju usaha-usaha yang
holistik. Pelestarian menitik beratkan pada upaya menciptakan pemanfaatan yang
kreatif, menghasilkan heritage products yang baru, pelaksanaan program-program
partisipasi, analisis ekonomi, serta kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan
pelestarian.
8/19/2019 Museum Kontekstual
11/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 11
Gambar II. 1. Kondisi Benteng Vastenburg Dibandingkan Benteng-Benteng Lain di Indonesia Yang Sudah Lebih
Dahulu Direvitalisasi
Sumber : Google.com, 2015
A.2.5. Tujuan Pelestarian Melalui Revitalisasi
Tujuan revitalisasi Kawasan secara umum adalah untuk meningkatkan vitalitas
kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang menciptakan pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi lokal, integrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial,
berwawasan budaya dan lingkungan. (Permen PU, 2010).
Tujuan revitalisasi kawasan museum radya pustaka adalah untuk
mengembalikan dan menghidupkan kembali vitalitas kawasan sesuai fungsinya
sebagai identitas lokal kota Surakarta yang mampu meningkatkan aktivitas
pertumbuhan ekonomi dan kualitas masyarakat sekitar kawasan terbangun.
A.2.6.
Sasaran Pelestarian Melalui Revitalisasi
Adapun sasaran Revitalisasi sebagai berikut :
1. Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi untuk:
8/19/2019 Museum Kontekstual
12/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 12
a. Meningkatkan kegiatan yang mampu mengembangkan penciptaan
lapangan kerja, peningkatan jumlah usaha, dan variasi usaha serta
produktivitas kawasan.
b. Menstimulasi faktor-faktor yang mendorong peningkatan
produktivitas kawasan.
c. Mengurangi jumlah kapital bergerak keluar kawasan dan
meningkatkan investasi yang masuk ke dalam kawasan.
2. Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontunuitas dan
kepastian usaha.
3.
Meningkatnya nilai properti kawasan dengan mereduksi berbaai faktor
eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti
kawasan sesuai dengan niali pasar dan kondusif bagi investasi jangka
panjang.
4. Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan
sistem kota dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi,
sosial, dan budaya.
5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan
dan jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan, serta sarana
kawasan seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi, ruang
ekonomi informal dan formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana
transportasi.
6. Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna
mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan.
7. Terciptanya pelestarian aset warisan budaya perkotaan dengan mencegah
terjadinya “perusakan diri-sendiri” ( self-destraction) dan “perusakan
akibat kreasi baru” (creative destraction), melestarikan tipe dan bentuk
kawasan, serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya tradisi sosial
dan budaya lokal.
8/19/2019 Museum Kontekstual
13/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 13
8. Penguatan kelembagaan yang mampu menbgelola, memelihara dan
merawat kawasan revitalisasi.
9. Penguatan kelembagaan yang meliputi penguatan SDM, kelembagaan
dan peraturan/ketentuan perundang-undangan.
10. Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi pemda agar tidak
hanya fokus membangun kawasan baru. (Peremen PU, 2010)
A.2.7. Variabel Pemilihan Lokasi Revitalisasi
Masyarakat yang tinggal di kawasan objek rancang bangun merupakan
komponen utama untuk dipertimbangkan. Usaha untuk menghasilkan keuntungan
dari upaya pelestarian bagi masyarakat, kualitas hidup yang lebih baik, peningkatan
pendapatan dan lingkungan yang ramah menjadi tujuan utama pelestarian.
Manajemen pelestarian kawasan bersejarah menjadi alat untuk mencapai tujuan
termasuk keterlibatan total masyarakat untuk mengelola sendiri ( people centered
management ).
Dengan dukungan mekanisme kontrol/ pengendalian rencana revitalisasi harus
mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan/aktifitas
sosial-ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat
pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif
terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.
Sebagai batasan ruang lingkup revitalisasi yang akan dilakukan mencakup area
Kawasan Museum Radya Pustaka.
A.2.8.
Pengelolaan Kawasan Revitalisasi
Berkut metode dan uraian teknik yang direncanakan untuk perancangan objek
rancang bangun di Kawasan Museum Radya Pustaka :
Pelestarian bangunan asli museum sebagai aset.
Tata massa kawasan sekitar bangunan museum.
8/19/2019 Museum Kontekstual
14/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 14
Perencanaan dan perancangan penataan massa bangunan di sekitar
museum sehingga tercapai keserasian antara bangunan penunjang dan
museum.
Rencana penataan landscape sebagai ruang terbuka hijau.
B. Pemahaman Museum Secara Umum
B.1. Pengertian Museum
Menurut International Council of Museum (ICOM) museum adalah sebuah
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, meperoleh, merawat, menghubungkan, dan
memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk
tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
Museum adalah suatu institusi permanen yang melayani kebutuhan publik dan
memiliki sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi,
meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat
umum untuk kebutuhan hiburan maupun pendidikan.
Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion,
yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak
Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Museum berkembang seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti
otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. (Wikipedia, 2014)
Gambar II. 2. Museum-Museum Terkenal di Dunia; Musee du Louvre, Paris(Kiri), National Gallery of Art,
Washington, D.C.(Kanan)
Sumber : Google.com, 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Institusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_pengetahuanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_pengetahuanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Institusi
8/19/2019 Museum Kontekstual
15/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 15
Pada awalnya, museum memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan koleksi
milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya
merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan
artefak arkeologi.
Di Indonesia, salah satu museum yang tertua adalah Museum Radya Pustaka.
Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal memiliki koleksi terlengkap di
Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri
Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.
B.2. Fungsi Museum
Dewasa ini museum dapat dianggap sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap
dan terbuka untuk umum, tidak mencari keuntungan, bertujuan untuk melayani
masyarakat dan mengembangkan serta merawat dan memamerkan koleksi untuk
tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan
lingkungannya.
Untuk memperjelas kegunaan dari museum tersebut, maka kita harus mengetahui
fungsi dari museum itu sendiri. Menurut Staff Research and Education Association
(1982) fungsi dari Museum adalah sebagai berikut :
1. Pusat Dokumentasi dan Penelitian llmiah
2. Pusat penyaluran ilmu untuk umum
3. Pusat penikmatan karya seni
4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
5. Obyek wisata
6. Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan
7.
Suaka Alam dan Suaka Budaya8. Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan
Dengan demikian secara garis besar museum memiliki dua fungsi besar yaitu :
1. Sebagai tempat pelestarian, museum memiliki kegiatan pokok sebagai
berikut :
http://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Radya_Pustakahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Gajahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persada_Soekarno&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Tekstilhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Tekstilhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persada_Soekarno&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Gajahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Radya_Pustakahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefak
8/19/2019 Museum Kontekstual
16/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 16
a. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi
koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.
b. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi
kerusakan koleksi.
c. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga
koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah
manusia.
2. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan
melalui penelitian dan penyajian.
a.
Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional,
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan
pengamanannya.
B.3.
Tugas Dan Kegiatan Museum
Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk
memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan tentang benda yang
penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan.
1. Tugas Pengumpulan atau Penggandaan
Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum, hanyalah
benda -benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:
a. Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.
b. Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan
sebagainya.
c.
Harus dapat dianggap sebagai dokumen.2. Tugas Pemeliharaan
Tugas pemeliharaan ada 2 aspek, yakni:
8/19/2019 Museum Kontekstual
17/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 17
a. Aspek Teknis : Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan
diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari
kemungkinan kerusakan.
b. Aspek Administrasi : Benda-benda materi koleksi harus mempunyai
keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut
bersifat monumental.
3. Tugas Konservasi
Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan
penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.
4.
Tugas Penelitian
Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni:
a. Penelitian Intern : Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan museum yang
bersangkutan.
b. Penelitian Ekstern : Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar,
seperti mahasiswa, pelajar, umum dan lain-lain untuk kepentingan
karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.
5. Tugas Pendidikan
Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi
koleksi yang dipamerkan:
a. Pendidikan Formal : Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan
sebagainya.
b. Pendidikan Non formal : Berupa kegiatan pameran, pemutaran film,
slide, dan lain - lain.
6.
Tugas Rekreasi
Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang
mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan konsentrasi
yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.
8/19/2019 Museum Kontekstual
18/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 18
Gambar II. 3. Museum-museum di Indonesia; (kiri-kanan) Museum Bank Rakyat Indonesia, Purwokerto;
Museum Adityawarman, Padang; Museum Sangiran, Sragen
Sumber : Google.com, 2015
B.4. Pelaku Kegiatan Museum
Pelaku kegiatan dalam museum terbagi menjadi 2 kategori, yaitu sebagai berikut
1. Pengelola
Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas
museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum
membawahi dua bagian yaitu bagian administrasi dan bagian teknis.
a. Bagian Administrasi
Bagian administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-
menyurat, kerumah-tanggaan, pengamanan dan registrasi koleksi.
b. Bagian Teknis
Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga
konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.
2. Pengunjung
Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yakni:
a. Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum
seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar.
b. Kelompokorang yang baru mengunjungi museum.
8/19/2019 Museum Kontekstual
19/55
8/19/2019 Museum Kontekstual
20/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 20
mengenai berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena
meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia.
Gambar II. 5. British Museum di London , Inggris.
Sumber : Google.com, 2015
3. Museum Militer
Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadapsejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah
senjata, seragam militer, dan bahkan kendaraan perang. Contoh dari museum ini
adalah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Monumen Yogya Kembali di
Yogyakarta.
4. Museum Arkeologi
Museum arkeologi merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk
memajang artefak arkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum
terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di
Indonesia, contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan,
Jawa Timur.
5. Museum Ethnology (Museum Budaya)
Museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku
bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari,
mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan
dengan etnologi dan antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di negara
yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak. Contoh
dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII.
http://id.wikipedia.org/wiki/British_Museumhttp://id.wikipedia.org/wiki/British_Museumhttp://id.wikipedia.org/wiki/British_Museumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Londonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Londonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Senjatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Seragamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Militerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Peranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburghttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembalihttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Antropologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnishttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnishttp://id.wikipedia.org/wiki/Antropologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembalihttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburghttp://id.wikipedia.org/wiki/Peranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Militerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Seragamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Senjatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Londonhttp://id.wikipedia.org/wiki/British_Museum
8/19/2019 Museum Kontekstual
21/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 21
6. Historical Museum (Museum Ilmu Sejarah)
Museum sejarah mencakup pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa
kini dan masa depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi
yang sangat beragam, mulai dari dokumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda
sejarah yang terkait dengan even kesejarahan tersebut. Contoh museum sejarah di
Indonesia adalah Museum Sumpah Pemuda dan Museum Fatahillah.
Menurut Koentjaraningrat (1980) Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba
mecapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-
kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang
tersebar diseluruh muka bumi pada masa sekarang ini.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Beberapa Hal yang termasuk dalam unsur Kebudayaan yaitu Peralatan dan
perlengkapan hidup (teknologi), Sistem mata pencaharian, Sistem kekerabatan dan
organisasi sosial, Bahasa, Kesenian, Sistem Kepercayaan, Pernikahan serta Sistem
ilmu dan pengetahuan.
Berdasarkan eksplorasi diatas didapat kesimpulan bahwa Museum Radya
Pustaka masuk dalam klasifikasi Museum Ethnology (budaya).
B.6.
Persyaratan Rancang Bangun Museum
B.6.1. Lokasi Yang Strategis
Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk
masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan masyarakat umu
lainnya. Lokasi harus sehat. Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen iklim yang
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Sumpah_Pemudahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Sumpah_Pemudahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah
8/19/2019 Museum Kontekstual
22/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 22
berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidakna harus terkontrol
mencapai netral, yaitu 55-65 %.
B.6.2.
Persyaratan Bangunan
a. Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa
dijabarkan sebagai berikut :
1) Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai :
Fungsi dan aktivitasnya
Ketenangan dan keramaian
Keamanan
2) Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukan bagi
pengunjung.
3) Pintu masuk khusus (serviceutama) untuk bagian pelayanan,
perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan
khusus.
4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat.
5)
Area privat terdiri dari :
Laboratorium Konservasi
Studio Preparasi
Storage
6) Area publik/umum terdiri dari :
Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran temporer
dan peragaan.
Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box,
penitipan barang, lobby /ruang istirahat, dan tempat parkir.
b. Persyaratan Khusus
1) Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan
temporer harus dapat :
8/19/2019 Museum Kontekstual
23/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 23
Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.
Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh
pengunjung museum.
Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami ataupun karena pencurian.
2) Bangunan auditorium, harus dapat :
Dengan mudah dicapai oleh umum.
Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah
3) Bangunan Khusus, harus :
Terletak pada tempat yang kering.
Mempunyai pintu masuk yang khusus.
Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,
kebakaran, dan pencurian).
4)
Bangunan Administrasi, harus :
Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum
maupun terhadap bangunan lainnya.
B.6.3.
Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum.
Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut:
a. Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang
perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi.
Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50%
dengan suhu 21°C-26°C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan
8/19/2019 Museum Kontekstual
24/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 24
meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan
cahaya alami pada museum sebagai berikut
Gambar II. 6. Penggunaan Cahaya Alami pada Museum
(sumber : binus.ac.id)
b. Ergonomi dan Tata Letak
Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan
mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut
standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer museum.
Gambar II. 7. Perletakan Panel Koleksi
Sumber : Google.com, 2015
8/19/2019 Museum Kontekstual
25/55
8/19/2019 Museum Kontekstual
26/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 26
Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal,tipe, gaya dan
sebagainya.
b. Benda Reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru
benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi :
Replika : Benda yang tiruan yang diproduksi dengan
memiliki sifat-sifat benda yang ditiru.
Miniatur : benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki
bentu, warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli.
Referensi : Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu
buku mengenai etnografi, sejarah dan lainnya.
Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film
yang sukar dimiliki.
c. Benda Penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan pelengkap
pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akan disampaikan,
misalnya : lukisan, foto dan contoh bahan.
3. Penataan Koleksi Museum
Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan beberapa cara,
yakni:
a.
Tematik
Yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan sub tema.
b. Taksonomik
Yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.
c. Kronologis
Yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya, dari yang
tertua hingga sekarang.
4. Metode Penyajian Museum
Metode penyajian disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan atau
pengunjung museum, yakni:
8/19/2019 Museum Kontekstual
27/55
8/19/2019 Museum Kontekstual
28/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 28
Charles Landry mengatakan “The most significant argument of the art of city
making is that a city should not seek to be the most creative city IN the world (or
region/state) — it should strive to be the best and most imaginative city FOR the
world. That is why city making is an ethical foundation.” Argumen yang paling
signifikan dari seni merancang kota adalah bahwa kota seharusnya tidak berusaha
untuk menjadi kota yang paling kreatif DI dunia (atau wilayah/negara) melainkan
harus berusaha untuk menjadi kota yang terbaik dan paling imajinatif UNTUK dunia.
Itulah sebabnya perancangan kota menjadi landasan etika.
Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai
dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang
cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan
suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu
memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau
setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti
langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan
memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang
sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat
karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam
konteks yang baik.
Untuk mewujudkan hal ini, sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual
dalam aspek fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek
non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi.
C.1.
Prinsip Kontekstual
Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasiandan kesinambungan visual, memori dan makna dari urban fabric. Prinsip
kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur
suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang
lebih luas.
8/19/2019 Museum Kontekstual
29/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 29
Pada saat ini prinsip-prinsip yang sesuai untuk masa yang akan datang baru
mulai muncul dengan jelas. Manifesto Modern sebagai naskah/tulisan yang sering
dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip Modern dengan suara keras lebih sensitif
pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk suatu
situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain. Arsitektur
Modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan masih sangat penting
sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral Sudirman di Jakarta Pusat lain
dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan kawasan Keraton Surakarta.
Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu unsur
terpenting dalam agenda pasca Modern yang sedang timbul, tapi bukan hanya soal
gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh membicarakan
mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk membuatkan jati diri
kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan nilai-nilai hidup.
Berikut prinsip-prinsip kontekstual berdasarkan beberapa pendapat ternama
tentang arsitektur kontekstual :
Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan
dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebutdapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada
dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya.
(Bill Raun)
Seorang arsitek atau perencana bangunan dianjurkan untuk memperhatikan dan
menghormati lingkungan fisik sekitarnya, mengutamakan kesinambungan visual
antara bangunan baru dengan bangunan, landmark dan gaya setempat yang
keberadaannya telah diakui sebelumnya. (Brent C. Brolin)
Untuk membentuk keterkaitan dalam kontekstual dapat diperoleh melalui proses
analogi dan seleksi bentuk arsitektur setempat yang telah sesuai dan diakui oleh
masyarakat dan lingkungan. (Stuart E. Cohen)
8/19/2019 Museum Kontekstual
30/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 30
C.2.
Klasifikasi Bentuk Arsitektur Kontekstual
Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara :
Mengambil motif-motif desain setempat: bentuk massa, pola atau irama
bukaan, dan ornamen desain.
Gambar II. 9. Penggunaan Motif-Motif Adat Jawa dan Wayang Pada Interior dan Eksterior Gedung Bank BI
Baru di Surakarta
(sumber: dokumen penulis)
Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali
sehingga tampak berbeda.
Melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama
atau mendekati yang lama.
Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain
terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu
tempat.
Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)3.
Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan
dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali
elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan
simpatik tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-
bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa
diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda.Contohnya, desain bangunan Woll Building, Carlton Gardens, dan St James,
London. Elemen bukaan pada bangunan lama yang memiliki ukuran kecil,
3 http://blabbermouthdisease.tumblr.com/post/958926412/arsitektur-kontekstual
8/19/2019 Museum Kontekstual
31/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 31
diabstraksikan pada bangunan baru dengan bentuk lebih besar dan transparan
dengan tetap menjaga pola-pola atau ritme dari bukaan pada bangunan lama.
C.3.
Kelompok Desain Arsitektur Kontekstual
Dalam kesimpulan prinsip desain arsitektur kontekstual, ada beberapa
pendekatan dalam merancang bangunan yang sesuai konteks dengan sekitarnya yaitu
sebagai berikut :
C.3.1.
Contras
Kontras dapat diartikan berbeda, dalam prinsip kontekstualisme dapat diartikan
menciptakan bangunan baru yang benar-benar berbeda dari bangunan yang sudah
terlebih dulu ada. Dalam bukunya Architecture in Context (1980) Brent C. Brolin
mengatakan kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu ( shock effect ) yang kuat
dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati karena
jika tidak akan dapat merusak dan efektifitas yang dikehendaki akan menurun
sehingga yang muncul adalah kekacauan (chaos).
Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi
seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra
aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau
sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan.
C.3.2.
Harmony
Kontekstualisme juga erat kaitannya dengan keselarasan lingkungannya.
Kontekstualisme dan keselarasan tidak hanya tentang style fisik yang tervisualisasi
secara konkret tapi juga tentang rasa. Selaras tidak hanya diartikan penyelesaian yang
sama dengan lingkungan karena jika diartikan selaras lingkungan secara keseluruhan
akan terjadi kemonotonan lingkungan4. Sehingga pada prinsipnya kontekstual yang
selaras prinsipnya harus adaptif. Beradaptasi dengan lingkungan tanpa harus menolak
penggunaan bahan-bahan dan teknologi modern dimana kehadiran satu bangunan
4 Junianto.2000.Kontekstual Dalam Dialog Arsitektur . Jakarta: Group Konservasi Arsitektur Dan Kota Jurusan
Arsitektur Universitas Merdeka Malang
8/19/2019 Museum Kontekstual
32/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 32
baru meskipun lebih menunjang dan dominan tetapi tidak menyaingi karakter
bangunan yang sudah ada.
Kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik mendesain yang
dikembangkan untuk dapat memberikan jawaban khususnya atas kondisi-kondisi
yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat pluralistic dan
fleksibel, serta bukan dogmatis rasional ataupun terlalu berorientasi kepada kaidah-
kaidah yang terlalu universal.
C.4.
Unsur-Unsur Dalam Desain Konteks
Yang perlu diperhatiakan dalam kontekstual adalah sebagai berikut.
a. Irama
Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna
secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan
mengelompokkan unsur – unsur di dalam suatu komposisi acak menurut:
1) Kedekatan atau keterhubungan satu sama lain.
2) Karakteristik visual yang dimiliki bersama
Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara
berulang adalah:
1) Ukuran
2) Bentuk wujud
3) Karakteristik detail
b. Datum
Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan
untuk menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi.
Datum mengorganisir suatu pola acak unsur – unsur melalui keteraturankontinuitas dan kehadirannya yang konstan. Sebagi contoh, garis – garis lagu
berfungsi sebagai suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca
not dan irama secara relatif nada – nada yang ada.
Pada sebuah organisasi acak dari unsur – unsur yang tidak sama, sebuah
8/19/2019 Museum Kontekstual
33/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 33
datum dapat mengorganisir unsur – unsur ini menurut cara – cara berikut5.
1) Sebuah garis dapat memotong atau membentuk sisi – sisi bersama
suatu pola; garis – garis grid dapat membentuk sebuah bidang
penyatu yang netral dari suatu pola.
2) Bidang
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur – unsur di
bawahnya atau berfungsi sebagai latarbelakang dan membatasi
unsur – unsur di dalam bidangnya.
3) Ruang
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola – pola di dalam batas –
batasnya atau mengorganisir mereka sepanjang sisi – sisinya.
D. Tinjauan Preseden Dengan Penerapan Arsitektur Kontekstual
D.1.
Bank Indonesia, Surakarta
Gambar II. 10. Bank Indonesia, Surakarta
(sumber: dokumen penulis)
5 D. K. Ching, Francis.(1996) Architecture; Form, Space, And Order . Cetakan ke – 6. Jakarta. Penerbit Erlangga.
http://lh4.ggpht.com/-X_3i846FaQw/UHqWc5h-TNI/AAAAAAAAMoc/a4WXej_nynA/s1600-h/Foto4949.jpg
8/19/2019 Museum Kontekstual
34/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 34
Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta (biasa disebut
Solo) memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain
bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang
terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan
latar belakang sosialnya masing-masing.
Salah satu gedung bersejarah yang masih terawat adalah Gedung Bank Indonesia
yang terletak di jalan Jendral Sudirman. Gedung yang letaknya tidak jauh dari
Balaikota Surakarta ini mempunyai arti sejarah yang penting, karena pada tanggal 27
Juni 1946 sekelompok pemuda menggunakan gedung ini untuk menculik Perdana
Menteri Sutan Syahrir dan tokoh – tokoh lain seperti Menteri Kesehatan dr. Darna
Setiawan, Jendral Mayor Sudibyo dan lain – lain. Ternyata dibelakang peristiwa
tersebut berdiri “Persatuan Perjuangan” yang dipimpin oleh Tan Malaka, yang semula
bernama “Volksfront” yang didirikan di Solo pada tanggal 5 Januari 1946.
Gedung ini dulu bernama Javasche Bank. Merupakan kantor cabang karya arsitek
Hulswit, Fermont dan Ed. Cuipers dengan standart gaya neo-klasik.
Gambar II. 11. Gedung de Javasche Bank (BI Lama)
(sumber: dokumen penulis)
http://lh5.ggpht.com/-XKnxeXnA_fA/UHqXBYXpRBI/AAAAAAAAMp8/pCRLaBI557s/s1600-h/Foto50283.jpghttp://lh5.ggpht.com/-XKnxeXnA_fA/UHqXBYXpRBI/AAAAAAAAMp8/pCRLaBI557s/s1600-h/Foto50283.jpg
8/19/2019 Museum Kontekstual
35/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 35
Saat ini terdapat gedung BI yang baru yang dihubungkan dengan gedung BI
sebelumnya. Diresmikan pada 5 Oktober 2012 gedung BI Solo baru ini difungsikan
untuk menggantikan gedung BI yang lama, karena bangunan bergaya kolonial
tersebut dirasa terlalu kecil untuk mengakomodir kerja para pegawai BI. Dimana
gedung baru ini digunakan sebagai pusat kegiatan utama Bank BI sedangkan gedung
yang lama dialih fungsikan menjadi museum de Javasche Bank. Gedung ini adalah
gedung megah bertingkat pertama di Kota Surakarta yang dibangun dengan konsep
green building.
Gambar II. 12. Konsep Jembatan Penghubung Antara Gedung BI Lama dengan Gedung BI Baru
(sumber: dokumen penulis)
Konsep green building merupakan pembangunan gedung yang ramah lingkungan,
diantaranya menerapkan konsep hemat energi dengan memanfaatkan energi matahari,
mendaur ulang air limbah untuk menyiram tanaman, lingkungan hijau bahkan
halamannya terbuka, menyatu dengan akses jalan untuk publik.
Gedung yang mulai dibangun pada Desember 2010, merupakan hasil rancangan
Han Awal, pemenang desain rancangan bangunan gedung BI Solo yang sebelumnya
disayembarakan untuk publik. Gedung baru ini dibangun tepat di samping gedung BI
lama di lahan bekas mess pegawai kantor pos yang terbengkalai.
http://lh4.ggpht.com/-ievCgrVRKAg/UHqW4ztmWpI/AAAAAAAAMps/vhBzi9OJ7Hw/s1600-h/Foto50214.jpghttp://lh3.ggpht.com/-Ibyutp07fP4/UHqWy0i5TbI/AAAAAAAAMpc/nGBgXV5kRBc/s1600-h/Foto50083.jpghttp://lh4.ggpht.com/-ievCgrVRKAg/UHqW4ztmWpI/AAAAAAAAMps/vhBzi9OJ7Hw/s1600-h/Foto50214.jpghttp://lh3.ggpht.com/-Ibyutp07fP4/UHqWy0i5TbI/AAAAAAAAMpc/nGBgXV5kRBc/s1600-h/Foto50083.jpg
8/19/2019 Museum Kontekstual
36/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 36
Gambar II. 13. Filosofi Langgam Arsitektur Jawa yang Diterapkan pada Desain Gedung BI Baru
(sumber: dokumen penulis)
Desain gedung tersebut berkonsep Contras by Harmony, merupakan bangunan
modern yang dirancang agar tetap berdampingan dengan gedung lama BI yang
merupakan bangunan kuno, peninggalan jaman Belanda. Beliau mengatakan bahwa
ide dasar dari gedung BI yang baru bukan untuk mendesain bangunan baru sebagai
foreground untuk menyaingi bangunan lama melainkan memposisikan bangunan baru
sebagai background untuk bangunan lama sehingga desain yang minimalis dan
sederhana dengan dominan kaca dipilih sebagai desain dari gedung BI yang baru.
Selain itu, untuk menyesuaikan dengan filosofis kota Solo yang notabene kota
budaya, beliau menyematkan beberapa ciri khas Jawa, misalnya filosofi joglo didepan
gedung berupa selubung kaca dan relief di sisi gedung maupun hiasan motif batik di
kaca depan gedung.
D.2. Museum Louvre, Perancis
Museum Louvre (Musée du Louvre) di Paris, Perancis, adalah salah satu museum
terbesar dan paling terkenal di dunia. Musee du Louvre awalnya dibangun sebagai
benteng pada abad ke-12, lalu diubah menjadi sebuah istana kerajaan di abad ke-14
yang terletak di pusat Perancis antara sungai Seine dan Rue de Rivoli. Sebagian dari
istana tersebut kemudian dibuka sebagai museum pada 8 November 1793, pada saat
http://lh3.ggpht.com/-Pzb6znFkVpE/UHqWtBnslRI/AAAAAAAAMpM/1JtZJEiV41s/s1600-h/Foto50304.jpghttp://lh3.ggpht.com/-9tWFxzSMXDY/UHqWnDnk_6I/AAAAAAAAMo8/09vCfpToyXQ/s1600-h/Foto50094.jpghttp://lh3.ggpht.com/-Pzb6znFkVpE/UHqWtBnslRI/AAAAAAAAMpM/1JtZJEiV41s/s1600-h/Foto50304.jpghttp://lh3.ggpht.com/-9tWFxzSMXDY/UHqWnDnk_6I/AAAAAAAAMo8/09vCfpToyXQ/s1600-h/Foto50094.jpg
8/19/2019 Museum Kontekstual
37/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 37
Revolusi Perancis. Dewasa ini, lebih dari 35.000 karya seni dari seluruh dunia dan
mencakup seluruh periode sejarah manusia.dari zaman prasejarah hingga abad ke-19
dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi. Museum Louvre merupakan
kebanggaan sekaligus pusat budaya terpenting bagi bangsa Perancis.
Gambar II. 14. Istana Louvre dan Piramida kaca Louvre, yang selesai dibangun pada tahun 1989.
(sumber: google.com, 2015)
1. Sejarah Latar Belakang
Museum Louvre atau dalam bahasa Perancis Musée du Louvre adalah sebuah
monumen bersejarah dan merupakan salah satu museum seni terbesar yang paling
banyak dikunjungi di dunia. Museum Louvre terletak di Rive Droite Seine,
Arondisemen pertama di Paris, Perancis.
Museum ini bertempat di Istana Louvre (Palais du Louvre) yang awalnyamerupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II.
Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah museum. Istana ini diperpanjang
kemudian diperluas dan diperpanjang dengan penambahan dua halaman selama abad
ke 16 oleh arsitek Pierre Lescot. Istana yang pada mulanya diperuntukkan sebagai
kediaman Cathrine de Medicis, janda Henri II, rancangan Philibert Delorme memiliki
2 sayap utama, sayap utara dan selatan yang masing-masingnya memiliki panjang
500 meter.
Satu dekade kemudian Catharina Medici menambahkan istana Tuileries di
sebelah barat Louvre. Pembangunan Musee du Louvre dihentikan untuk beberapa
waktu ketika pada tahun 1682, raja Louis XIV memutuskan untuk pindah ke Istana
Versailles. Istana Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk
http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Rive_Droitehttp://id.wikipedia.org/wiki/Seinehttp://id.wikipedia.org/wiki/Arondisemen_di_Parishttp://id.wikipedia.org/wiki/Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Philippe_II_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Louvre_Museum_Wikimedia_Commons.jpghttp://id.wikipedia.org/wiki/Philippe_II_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Arondisemen_di_Parishttp://id.wikipedia.org/wiki/Seinehttp://id.wikipedia.org/wiki/Rive_Droitehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah
8/19/2019 Museum Kontekstual
38/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 38
menampilkan koleksi-koleksi kerajaan. Pembangunan istana ini berlangsung secara
bertahap selama tiga abad dari sejak pemerintahan Henri IV, Louis XIII, Louis XIV,
Napoleon I sampai dengan Napoleon III. Istana Louvre menjadi titik awal sumbu
jalan sepanjang 7 km yang membelah kota Paris, sejajar Taman Tuileries, Champs
Elysees dan La Defense.
Pada tahun 1692, di gedung ini ditempati oleh Académie des Inscriptions et
Belles Lettres dan Académie Royale de Peinture et de Sculpture. Académie tetap di
Louvre selama 100 tahun berikutnya dimana selama Revolusi Perancis Louvre
berubah menjadi museum publik. Pada bulan Mei 1791, Majelis menyatakan bahwa
Louvre akan menjadi "monumen untuk menyatukan semua ilmu dan seni".
Pada tanggal 10 Agustus 1792, Louis XVI dipenjarakan dan koleksi kerajaan
di Louvre menjadi milik nasional. Karena takut adanya vandalisme atau pencurian
terhadap artefak yang ada, pada tanggal 19 Agustus 1792 Majelis Nasional
melakukan persiapan museum yang mendesak. Pada bulan Oktober, sebuah komite
yang memiliki misi untuk "melestarikan memori nasional" mulai merakit koleksi
untuk ditampilkan. Museum ini dibuka pada tanggal 10 Agustus 1793 dengan
memamerkan 537 lukisan. Mayoritas karya tersebut diperoleh dari properti gereja dan
kerajaan yang disita Pemerintah Perancis. Karena masalah struktural dengan
bangunan, museum ditutup pada tahun 1796 hingga 1801.
Jumlah koleksi museum meningkat di bawah masa pemerintahan Napoleon
dan museum berganti nama menjadi Musée Napoléon. Setelah kekalahan Napoleon
dalam Pertempuran Waterloo, sebagian besar karya-karya yang disita oleh
pasukannya kembali ke pemilik asli mereka. Koleksi museum semakin bertambah
selama pemerintahan Louis XVIII dan Charles X, dan selama masa Imperium
Perancis Kedua, museum berhasil memperoleh 20.000 koleksi. Koleksi museum terus
bertambah dengan adanya sumbangan dan hadiah yang terus meningkat sejak masa
Republik Perancis Ketiga.
http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1793http://id.wikipedia.org/wiki/Lukisanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Napoleon_Bonapartehttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Waterloohttp://id.wikipedia.org/wiki/Louis_XVIII_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Charles_XI_dari_Swediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Perancis_Ketigahttp://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Perancis_Ketigahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Charles_XI_dari_Swediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Louis_XVIII_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Waterloohttp://id.wikipedia.org/wiki/Napoleon_Bonapartehttp://id.wikipedia.org/wiki/Lukisanhttp://id.wikipedia.org/wiki/1793http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustus
8/19/2019 Museum Kontekstual
39/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 39
Gambar II. 15. Museum Louvre, Paris
(sumber: google.com, 2015)
Beberapa abad kemudian tepatnya pada masa pemerintahan presiden François
Mitterrand, tepat di depan pintu masuk bangunan kebanggaan Prancis ini dibangun
Piramida Louvre yang selesai dibangun tahun 1993 menjadikan bangunan tambahan
ini landmark bagi kota Paris di kemudian hari.
2.
Pyramide du Louvre Pyramide du Louvre terletak di Paris, Ille de France, Prancis dirancang oleh
arsitek terkenal dari Cina bernama Ieoh Ming Pei (I.M. Pei), terletak di halaman
utama (Cour Napoleon) dari Istana Louvre ( Palais du Louvre) di Paris. Piramida du
Louvre berfungsi sebagai pintu masuk utama ke Museum Louvre.
Gambar II. 16. Pyramide du Louvre
(sumber: google.com, 2015)
8/19/2019 Museum Kontekstual
40/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 40
Pembangunan Piramida Louvre dilakukan secara dua tahap; tahap pertama
dilakukan pada tahun 1985 – 1989, sedangkan tahap kedua diselesaikan pada tahun
1993. Pada tahun 1983, Presiden Francois Mitterrand ingin membuat sebuah museum
yang modern, luas, dan lebih menyatu dengan identitas kota untuk dijadikan sebagai
simbol dari negara Prancis sebagai pusat seni, politik, dan ekonomi dunia di akhir
abad ke-20 dengan mengabaikan Palais Royale Musee du Louvre yang merupakan
bangunan bersejarah dibelakangnya dengan gaya arsitektur klasik. Pembangunan
Pyrámide banyak menuai protes dari warga Prancis karena dianggap tidak seimbang
dengan lingkungan sekitarnya, dimana Museum Louvre berarsitektur renaissance
klasik sedangkan Pyrámide berarsitektur modern yang terlihat lebih dinamis.
Pyrámide du Louvre merupakan pintu masuk baru sebagai salah satu akses
menuju galeri museum yang terdapat di bawahnya. La Pyrámide Inversee merupakan
pirámide dengan ketinggian lebih kecil (sekitar 5 meter) dibanding pyramid utama
(ketinggian mencapai 21.64 meter dengan lebar sisi 35.42 meter) yang berfungsi
sebagai skylight mall bawah tanah. Struktur piramida dibangun seluruhnya dengan
603 segmen kaca berbentuk belah ketupat dan 70 segmen kaca berbentuk segitiga,
mencapai ketinggian 20,6 meter (sekitar 70 kaki) dengan dasar persegi memiliki sisi
35 meter (115 kaki).
Pada pembangunan Pyrámide tahap kedua, banyak dilakukan pemugaran pada
bagian luar bangunan dan exterior sculpture, perubahan halaman interior yang semula
sebagai tempat parkir para staff menjadi tempat skylight sculpture. Selain itu, interior
bangunan seluruhnya direnovasi kecuali ruang-ruang yang bernilai historis untuk
disesuaikan dengan eksterior istana. Interior bangunan dibuat menjadi tiga lantai;
lantai dasar sebagai galeri patung atau sculpture; lantai kedua sebagai galeri seni
dekoratif; sedangkan lantai ketiga dijadikan sebagai galeri lukisan dengan desain
skylight yang inovatif. Escalator yang megah merupakan salah satu akses untuk
menghubungkan antarlantai dan merupakan salah satu ciri bahwa Pyrámide du
Louvre merupakan bangunan museum modern.
8/19/2019 Museum Kontekstual
41/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 41
Gambar II. 17. Pyramide du Louvre Pada Malam Hari
(sumber: google.com, 2015)
Di dalam museum Louvre tersimpan artefak kuno Oriental, Mesir, Romawi,
Eropa zaman klasik dan neo klasik. Pei mengamati museum Louvre yang dikunjungiorang dengan volume sangat besar yang terus meningkat dari tahun ke tahun, suatu
saat bisa melebihi kapasitasnya. Ketika ditugasi memperluas Louvre oleh François
Mitterrand, presiden Perancis kala itu, Pei berpegang pada nasehat Leonardo da
Vinci, ‟kekuatan lahir dari kendala dan mati dalam kebebasan‟.
Agar tak mengganggu keantikan museum Louvre, perluasan museum ini
(1983-1989) mengambil tempat di bawah halaman dengan membuat piramid kaca
sebagai skylight-nya menaungi lobby dibawahnya, sekaligus mengatasi serangkaian
problem yang berkaitan dengan pintu masuk utama Louvre lama. Pengunjung
memasuki piramid, turun ke lobby yang luas, mendaki ke bangunan utama Musée du
Louvre.
8/19/2019 Museum Kontekstual
42/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 42
Gambar II. 18. Denah Situasi Piramid Louvre
(sumber: google.com, 2015)
Gambar II. 19. Lingkungan sekitar Museum Louvre Tanpa Hiasan Vegetasi
(sumber: google.com, 2015)
8/19/2019 Museum Kontekstual
43/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 43
Gambar II. 20. Piramida sebagai Skylight dan Entrance Museum
(sumber: google.com, 2015)
Gambar II. 21. Tangga masuk dari entrance Piramida menuju Museum Louvre
(sumber: google.com, 2015)
3.
Material dan Desain Arsitektural
Material yang digunakan pada Pyrámide du Louvre yaitu baja sebagai
material utama, stainless steel, dan kaca. Material kaca digunakan sebagai penutup
bagian luar bangunan atau façade dengan ketebalan 3 cm yang dihubungkan dengan
stainless steel dengan panjang 381mm. Penggunaan material baja berupa baja profil
digunakan sebagai kerangka bangunan dengan menggunakan baut dan las sebagai alat
sambungnya.
8/19/2019 Museum Kontekstual
44/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 44
Gambar II. 22. Struktur Truss Frame Pyramide du Louvre
(sumber: google.com, 2015)
Bangunan museum terdiri dari 4 lantai, yaitu lower ground floor, ground
floor, first floor, dan second floor. Ada 8 kategori karya seni di Louvre, yaitu Oriental
antiquities, Egyptian antiquities, Greek, Etruscan and Roman antiquities, Islamic art,
scultur e, painting , objects d‟art, dan graphics art. Ada tiga sayap (wing) bangunan ,
yaitu Denon, Sully, dan Richeliu. Denon adalah yang paling banyak dikunjungi,
karena di wing inilah disimpan lukisan Mona Lisa yang sangat terkenal.
Pembangunan pyramida yang bergaya futuristik ini sempat mengundang
kontroversi luas di masyarakat Perancis, karena dianggap tidak sesuai dengan style
bangunan Louvre yang antik. Kelompok yang menentang pembangunan pyramida
mengatakan bahwa proyek ini adalah „Pharaonic Complex‟ dari Mitterand. Meskipun
demikian pyramida tetap dibangun, dan pada akhirnya menjadi kebanggaan orang
Paris. Desain dari Pyramida yang bertolak belakangan dengan desain awal
8/19/2019 Museum Kontekstual
45/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 45
bangunanlah yang menjadikan pertentangan. Desain bangunan yang sebelumnya
sangat detail dengan ornamen, kemudian diberi penambahan bangunan modern yang
minim detail dan bangunan inilah yang justru menjadi main entrance dari Louvre
Museum. Akan tetapi justru pembentukkan desain modern pada Louvre Museum
justru menjadi daya tarik sendiri yaitu perpaduan antara dua style desain yang
berbeda, namun tetap memiliki kesan unik dan harmonis.
Detail dari Piramida Kaca pada Louvre Museum hanya berupa susunan space
frame yang strukturnya diekspos. Bangunan ini juga memiliki Plaza yang dapat
digunakan sebagai Open Space, ruang terbuka yang dapat menjadi tempat
bersosialisasi masyarakat Paris. Tidak terdapat penghijauan sebagai pelembab suhu
pada plaza ini, akan tetapi diganti dengan penggunaan air sebagai elemen pelembab.
Gambar II. 23. Desain Tangga Memutar Yang Unik Dan Dinamis
(sumber: google.com, 2015)
4. Sistem Struktur dan Konstruksi
Piramid dibangun dengan sistim struktur ruang dengan konstruksi rangka
metal berbentuk belah ketupat dilengkapi kabel metal untuk menyalurkan gaya tarik.
Pencahayaan alami menembus segmen kaca masuk ke hall utama. Mezzanine di
bawahnya bisa dicapai langsung dari stasiun kereta bawah tanah. Hall menjadi ruang
penerima yang mengantarkan pengunjung ke ruang koleksi di sebelah utara, selatan
dan timur museum. Di ruang bawah tanah yang diatapi beton pelataran tersedia
lobby, butik, toko, ruang konferensi, kantor dan fasilitas pendukung lainnya.
Struktur dan konstruksi pada Pyrámide du Louvre terlihat dominan
menggunakan sistem statika bangunan tinggi yaitu sistem rangka dengan bahan
8/19/2019 Museum Kontekstual
46/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 46
berbentuk segitiga sebagai rangka utamanya. Hal ini disebabkan bentuk segitiga
bersifat stabil dan kaku (rigid) dibanding dengan bentuk geometri lainnya. Semua
gaya dan beban didistribusikan melalui sistem koneksi komponen penyusunnya
sedemikian hingga tetap stabil. Secara independen, sistem struktur dan konstruksi
Pyrámide du Louvre mampu menahan semua jenis gaya dan pembebanan, kecuali
gaya geser dan lendutan.
Berikut ini merupakan diagram distribusi gaya pada Pyrámide du Louvre:
Gambar II. 24. Pembagian Beban Gaya Pada Struktur Piramida Museum Louvre
(sumber: google.com, 2015)
5. Koleksi
Pada tahun 2008, Museum Louvre memiliki koleksi berjumlah lebih dari
380,000 buah dan memamerkan 35,000 karya seni dalam delapan departemen
kuratorial. Koleksi Mesir kuno, benda purbakala dari Timur Dekat, Yunani, Etruskan,
Romawi, Seni Islam, Patung, Seni Dekoratif, Seni Lukis, Cetakan dan Seni Gambar.
Koleksi Mesir kuno
Departemen ini memiliki koleksi berjumlah lebih dari 50.000 buah, termasuk
diantaranya artefak dari peradaban Sungai Nil yang memiliki penanggalan dari 4.000
entrance
Sambungan
Engsel/sendi
sebagai
sambungan di
masing-masing
Beban angin
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etruskanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Romawihttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Nilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Nilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Romawihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etruskanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir
8/19/2019 Museum Kontekstual
47/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 47
tahun SM hingga abad ke-4 Masehi. Koleksinya merupakan salah satu yang terbesar
di dunia, memberikan gambaran lengkap mengenai kehidupan masyarakat Mesir pada
masa Mesir kuno, Kerajaan Pertengahan Mesir, Kerajaan Baru Mesir, Seni Koptik,
dan Aegyptus (provinsi Romawi), masa Ptolemaic, dan periode Kekaisaran Romawi
Timur.
Koleksi Purbakala Timur Dekat
Koleksi Purbakala Timur Dekat , merupakan departemen kedua yang terbaru, berasal
dari tahun 1881 dan memberikan gambaran mengenai peradaban Timur Dekat dan
pemukiman pertama di daerah tersebut, sebelum kedatangan Islam. Departemen ini
terbagi menjadi tiga daerah geografis: Levant, Mesopotamia (Siria, Irak), dan
Kerajaan Persia (Iran)..
Yunani, Etruskan, dan Romawi
Departemen Yunani, Etruskan dan Romawi memajang koleksi yang berasal dari
Mediterania dengan penanggalan dari masa Neolitik hingga abad ke-6 Masehi.
Koleksi ini mencakup periode Cycladic hingga keruntuhan Kekaisaran Romawi.
Departemen ini merupakan salah satu yang tertua di Museum Louvre, dan koleksinya
dimulai dengan pengumpulan koleksi oleh kerajaan, beberapa bahkan telah
dikumpulkan sejak masa Francis I. Pada galeri yang sejajar dengan Seine,
dipamerkan koleksi museum mengenai patung Romawi. Koleksi potret Romawi milik
museum ini merupakan salah satu yang terbaik.
Seni Islam
Koleksi seni Islam merupakan departemen terbaru dari Museum Louvre, yang
mencakup masa selama 13 abad dan 3 benua. Benda yang dipamerkan oleh
departemen ini adalah keramik, kaca, benda logam, kayu, gading, karpet, tekstil dan
miniatur, termasuk diantaranya 5.000 karya dan 1.000 tembikar. Pada awalnya,
museum ini merupakan bagian dari departemen seni dekorasi, yang kemudian
berpisah pada tahun 2003.
Koleksi Seni Pahat
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_kunohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pertengahan_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Baru_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aegyptus_%28provinsi_Romawi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Levanthttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesopotamiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Persiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Iranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Francis_I_dari_France&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Francis_I_dari_France&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Iranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Persiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesopotamiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Levanthttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aegyptus_%28provinsi_Romawi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Baru_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pertengahan_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_kunohttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir
8/19/2019 Museum Kontekstual
48/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 48
Departemen Seni Pahat mengkhususkan diri terhadap karya yang dibuat sebelum
tahun 1850 dan tidak termasuk ke dalam departemen Yunani, Etruskan dan Romawi.
Museum Louvre merupakan tempat penyimpanan material pahatan sejak lokasi
museum tersebut masih berfungsi sebagai istana; namun hanya karya kuno yang
dipajang hingga tahun 1824, kecuali karya Michelangelo yang berjudul Dying Slave
dan Rebellious Slave. Pada awalnya, jumlah koleksi museum hanya berjumlah 100
buah, sisa dari koleksi patung kerajaan diletakkan di Versailles. Koleksi ini tetap
berjumlah sedikit hingga tahun 1847, ketika Léon Laborde diberikan kekuasaan untuk
mengontrol departemen Seni Pahat. Pada tahun1986, semua hasil karya setelah tahun
1850 dipindahkan ke museum baru bernama Musée d'Orsay. Sebuah proyek bernama
The Grand Louvre atau Louvre Agung, memisahkan departemen ini menjadi dua
lokasi pameran. Koleksi seni pahat Perancis dipamerkan pada sayap Richelieu, dan
karya seni asing pada sayap Denon.
Seni Dekoratif
Departemen Seni Dekoratif (bahasa Perancis: 'Objets d'art' memiliki cakupan
koleksi sejak abad pertengahan Eropa, hingga pertengahan abad ke-19 Masehi.
Departemen ini pada awalnya merupakan bagian dari departemen seni pahat.
Beberapa koleksi yang paling berharga diantaranya vas dan benda perunggu pietre
dure. Koleksi Durand pada tahun 1825 menambahkan keramik, porselin yang dilapis
dan kaca berwarna, selain itu sekitar 800 buah tambahan koleksi diberikan oleh Pierre
Révoil.
Pada bulan September 2000, Museum Louvre mendedikasikan Galeri Gilbert
Chagoury dan Rose-Marie Chagoury untuk memajang koleksi permadani dinding
yang disumbangkan oleh keluarga Chagoury, termasuk diantaranya satu set (6
bagian) permadani dinding dari abad ke-16 Masehi, yang dijahit dengan benang emas
dan perak merepresentasikan keabadian lautan, yang dibuat di Paris untuk Colbert de
Seignelay, Sekretaris Angkatan Laut Negara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelohttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelo
8/19/2019 Museum Kontekstual
49/55
Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta
dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
IRMA LOVITA I 0211034 | II 49
Lukisan
Koleksi lukisan Museum Louvre berjumlah lebih dari 7.500 buah yang berasal dariabad ke-13 Masehi hingga tahun 1848 dan diatur oleh 12 kurator. Hampir dua per tiga
dari keseluruhan koleksi merupakan hasil karya pelukis Perancis, dan lebih dari 1.200
karya merupakan hasil pelukis Eropa Utara. Lukisan Italia mendominasi koleksi
milik Francis I dan Louis XIV, beberapa lainnya merupakan karya seni yang belum
dikembalikan sejak masa Napoleon, dan beberapa lainnya merupakan hasil
pembelian. Koleksi milik Francis I, kebanyakan merupakan koleksi yang didapat dari
pelukis Italia terkenal seperti Raphael dan Michelangelo, dan membawa Leonardo da
Vinci ke istananya. Setelah Revolusi Perancis, koleksi kerajaan menjadi inti dari
Louvre. Ketika stasiun kereta d'Orsay diubah menjadi Musée d'Orsay pada tahun
1986, koleksi museum dibagi, dan hasil karya yang dibuat setelah tahun 1848
dipindahkan ke museum yang baru. Karya seni yang dihasilkan oleh pelukis Perancis
dan Eropa Utara diletakkan di sayap Richelieu dan Cour Carrée; sedangkan pelukis
Spanyol dan Italia diletakkan pada lantai pertama sayap Denon.
Cetakan dan Seni Gambar
Departemen Cetakan dan Seni Gambar lebih memusatkan terhadap karya yang
dilakukan di atas kertas. Asal dari koleksi museum in merupakan karya yang terdapat
di koleksi kerajaan (Cabinet du Roi) yang berjumlah 8.600 buah, yang bertambah
dengan pembelian yang dilakukan oleh negara, seperti pembelian 1.200 koleksi
Fillipo Baldinucci pada tahun 1806, dan donasi. Deaprtemen ini dibuka pada 5
Agustus 1797 dengan 415 buah koleksi yang dipajang di Galerie d'Apollon.
Koleksinya dibagi menjadi tiga seksi: inti, Cabinet du Roi, 14.000 pelat cetakan
tembaga, dan donasi dari Edmond de Rothschild, termasuk diantaranya 40.000
cetakan, 3.000 gambar, dan 5.000 buku bergambar. Lokasi pameran diadakan di
Pavillon de Flore; karena rapuhnya bahan kertas, hanya beberapa saja yang dipajang
dalam satu waktu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Raphaelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelohttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Mus%C3%A9e_d%27Orsayhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edmond_James_de_Rothschild&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edmond_James_de_Rothschild&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mus%C3%A9e_d%27Orsayhttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi
Recommended