MANAJEMEN DANA BERGULIR DHUAFA
BMT USAHA MULYA PONDOK INDAH
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Intan Nur’aini Daeng Mata
NIM : 207046100335
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 November 2011
Intan Nur’aini
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan
karunia yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Manajemen Dana Bergulir Dhuafa pada BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah Jakarta Selatan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Ekonomi Syariah pada jurusan Perbankan Syariah Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabat serta para pengikutnya
hingga akhir zaman. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu, membimbing dan mendoakan hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu
Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma. SH, MA, MM yang penulis
hormati.
2. Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag, selaku Sekretaris Koordinator Teknis
Program Non Reguler sekaligus selaku dosen penguji seminar proposal.
3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag sebagai dosen Penasehat Akademik yang
telah membimbing dan memberikan banyak bantuan serta dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Dosen pembimbing Ibu Huzaemah yang telah membantu dan memberikan
informasi serta inspirasi yang begitu banyak dan baik untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Semua pihak internal BMT Usaha Mulya yang telah membantu penulis
menyelesaikan penelitian skripsi
6. Orang tuaku tercinta ayahku (Alm) Abdullah Daeng Mata yang senantiasa
menjadi inspirasi dan pahlawan terbaik dalam kehidupanku, I LOVE U
ALWAYS DAD. Buat mamaku (Aminah) tersayang yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan moral dan materiil serta kasih sayang yang tak
terhingga hingga saat ini padaku. Tak lupa Bapakku juga Wahyu Rudi, terima
kasih atas semua perhatian dan cinta yang tulus untukku dan keluargaku
hingga saat ini. Adik-adikku (Syahril, Mega, Mutia, Rahmat, Dewi, Jefri) serta
kakakku Ongen yang jauh di Ambon sana dan sepupuku Sandy di Makassar,
terima kasih karena kalian tetap menjadi semangat terbaikku dalam
menyelesaikan pendidikanku.
7. Oppa dan Oma Luturmas yang jauh disana, terima kasih karena menjadi
bagian dari semangatku tuk sukses,
8. Salam spesial tak lupa ku ucapkan untuk adikku tersayang (Phida_Nae) yang
senantiasa ada disampingku dan lalui setiap waktu bersama, terima kasih
karena kamu jadi inspirasi dan penyemangat terbaik buat Kania dalam segala
hal, kegiatan serta masa depan.
iv
9. Dear (HM) yang senantiasa memberikan cinta dan ketulusan hati padaku dan
selalu ada disampingku dan menjadi penyemangatku juga.
10. Abi Jazuli, Umi Latifah serta keluarga besar yang sudah aku anggap orang tua
dan keluarga kedua selama aku mengecam pendidikan di Jakarta, terima kasih
karena telah ada di balik semua perjuangan dalam meraih gelar hingga sampai
di perguruan tinggi ini. Aku tak akan pernah lupakan semuanya.
11. Teman-teman di Al-Ummah Raisya, Wanul, Hafsah, dan spesial buat Dian
juga yang selalu menjadi penyemangatku.
12. Sahabat-sahabatku (Nely, Septie, Uni, Nitha, Vie dan Ema) yang selalu
berjuang bersama hingga saat ini, semoga semua harapan kita bisa secepatnya
lulus dapat terealisasi dan semoga persahabatan kita tetap utuh sampai nanti.
13. Teman-teman PS B-NR angkatan 2007 yang telah menjadi keluarga kedua di
kampus dan menjadi teman-teman yang baik dalam menjalankan studi di UIN
Jakarta. Serta, Arma dan Tary, terima kasih karena kalian juga cukup berarti
dalam perjuangan dan penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-temanku juga (Andriani, Arjuna, Intan Kaufua, Aldy, K’Onggo, dll)
yang juga tetap memberi semangat terbaik untukku.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih untuk semuanya.
Jakarta, 24 Juni 2011 M
23 Rajab 1432 H
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Review Studi Terdahulu .................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ....................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 14
A. Manajemen (pengertian, dasar-dasar, unsur-unsur, fungsi-fungsi
manajemen) ....................................................................................... 14
B. Dana Bergulir (pengertian, tujuan, persyaratan pemberian
pinjaman, dll) .................................................................................... 23
C. Dhuafa .............................................................................................. 25
D. Dana Bergulir Dhuafa ...................................................................... 27
E. Analisis SWOT ................................................................................. 29
F. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dengan semua aspeknya ................ 33
vi
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 41
A. Sekilas tentang BMT Usaha Mulya .................................................. 41
B. Visi dan Misi BMT Usaha Mulya ..................................................... 42
C. Identitas BMT Usaha Mulya ............................................................. 43
D. Jaringan Kerja BMT Usaha Mulya ................................................... 43
E. Layanan BMT Usaha Mulya ............................................................ 44
F. Gambaran Layanan .......................................................................... 44
G. Produk Simpanan Syariah ................................................................. 45
H. Produk Pembiayaan Syari’ah ............................................................ 47
I. Susunan Dewan Pengawas dan Pengurus ......................................... .50
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ..................... 51
A. Pengelolaan atau Manajemen Dana Bergulir Dhuafa ....................... 51
B. Analisis SWOT Dana Bergulir Dhuafa ............................................. 61
C. Keberhasilan dan Hambatan Pengelolaan Dana Bergulir Dhuafa .... 75
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 81
A. Kesimpulan ....................................................................................... 81
B. Saran .................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era perkembangan zaman globalisasi yang saat ini sedang besar-
besarnya dan perkembangan dunia yang begitu pesat maka, semakin kita
merasakan persaingan-persaingan yang begitu kompetitif dan komplek yang
membawa dampak sangat kuat bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan
jasa dan perbankan di kancah perdagangan baik nasional maupun internasional.
Maka dari dampak ini perusahaan dari tahun ke tahun dituntut untuk melakukan
perbaikan di segala bidang baik dari segi infrastruktur maupun dari segi sistem
kinerjanya dari sisi operasional maupun keuangan untuk mempertahankan
eksistensinya.
Perkembangan bank dan lembaga keuangan lainya seperti koperasi serta
lembaga keuangan mikro lainnya seperti BMT, dll sangat bergantung pada
bagaimana cara pengelolaan lembaga yang tersebut. Kelancaran dan kestabilan
jalannya operasional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam
pencapaian tujuan, yaitu usaha pencapaian keuntungan yang maksimal dengan
menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki. Seiring dengan krisis multi
dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai
dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah
menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perusahaan maupun
2
lembaga sosial serta lembaga keuangan lainnya. Krisis moneter yang terus
menerus mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak perusahaan dan
lembaga-lembaga sosial dilanda penyakit yang sama. Hal ini menyebabkan
ekonomi negara ini lumpuh karena dihantam kredit macet hingga tahun 2008
kemarin. Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan usaha yang paling tahan
terhadap krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 dan paling
banyak dalam menyerap tenaga kerja sempai pada tingkat 80%. Oleh karena itu
sebagai komitmen Bank Syariah untuk membantu dalam memajukan usaha kecil
dan menengah di Indonesia maka Bank Syariah sudah lama bermitra dengan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam penyaluran pembiayaan
seperti BPR Syariah, BMT dan Koperasi.
Seiring dengan keadaan tersebut di atas, dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan yang melanda negeri Indonesia hampir dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Meskipun besar kecilnya dampak tersebut berlainan antar
lapisan masyarakat. Namun, bagi masyarakat di lapisan bawah dampak yang
paling dirasakan adalah menurunnya daya beli karena harga-harga kebutuhan
pokok meningkat dari harga sebelum krisis terjadi. Apalagi belakangan ini harga
bahan bakar minyak (BBM) sangat menyekik perekonomian masyarakat kita
belum lagi bencana yang tak henti-hentinya menghujam berbagai daerah di
negara ini.
Bagi masyarakat pelaku ekonomi rakyat yang bergerak dalam
penyediaan kebutuhan pokok (bisnis retail) krisis ekonomi tidaklah
3
menghancurkan usaha mereka, namun bagi pelaku yang bergerak dalam usaha di
luar kebutuhan pokok, seperti perbankan, dampak krisis ekonomi lebih terasa
dengan merosotnya pendapatan.
Kehadiran berbagai lembaga keuangan yang berprinsip syariah di
tengah-tengah perkembangan ekonomi negara yang semakin pesat adalah untuk
menawarkan sistem perekonomian alternatif bagi umat Islam, yang selama ini
menikmati pelayanan lembaga keuangan dengan sistem bunga. Namun sejak
tahun 1992 hingga sekarang umat Islam sudah dapat menikmati pelayanan jasa
bank yang tidak menggunakan sistem bunga, yaitu setelah didirikannya Bank
Muamalat Indonesia yang menjadi bank syariah pertama di Indonesia disusul
dengan berdirinya bank-bank berbasis syariah lain serta kemunculan lembaga
keuangan mikro juga tetap berbasis syariah yang kesemuanya dapat berkembang
hingga saat ini.
Pada tahun-tahun terakhir ini ekonomi syariah dengan lembaga
keuangannya di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, baik
dilihat dari jumlah pembukaan kantor baru, jenis usaha yang ditawarkan dan
volume kegiatan yang dilakukan semakin baik.
Dalam suasana perkembangan yang sangat pesat tersebut, maka lembaga
keuangan syariah terutama usaha mikro dan BMT dapat mempunyai potensi dan
peluang yang lebih besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi
hasil dan investasi yang baik bagi perekonomian negara.
4
Masyarakat sebagai pihak yang paling berperan, pada umumnya
memiliki sikap tanggap terhadap berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh
masing-masing lembaga keuangan untuk menarik simpati masyarakat. Simpati
dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu lembaga keuangan termasuk BMT
tidak terlepas dari keadaan keuangan, termasuk didalamnya adalah dengan adanya
dana sosial yang dapat digunakan untuk membantu sesama sebagai muslim yang
baik, mapan dan taat.
Masalah keterbatasan pengetahuan masyarakatlah yang menjadi kendala
bagi pengembangan dana sosial pada lembaga keuangan. Seharusnya ada
pelatihan maupun seminar-seminar yang dapat digunakan sebagai sarana bagi
pakar ekonomi Islam untuk mengajarkan dan berbagi tentang lembaga keuangan
syariah terutama BMT dengan konsentrasi juga pada manajemen dana bergulir.
Sampai saat ini masih banyak keganjalan di hati masyarakat untuk
menjalankan ataupun bekerjasama dengan lembaga keuangan mikro syariah untuk
membantu memberikan modal kerja dan lain sebagainya, karena pemikiran
mereka yang minim tentang lembaga keuangan islami ini. Merupakan saalah satu
tantangan berat yang harus dilalui juga oleh kami calon sarjana ekonomi Islam
untuk mengatasi masalah-masalah diatas.
Lembaga Keuangan Syariah. Dalam mengelola dana mayarakat, lembaga
ini selain dituntut profesional juga harus sesuai dengan tuntunan syariah. Tidak
boleh ada pengelolaan dana yang terkait dengan riba, gharar, maysir, dan hal-hal
yang bathil yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Maka dalam operasionalnya,
5
dana sosial ini akan selalu berhubungan dengan lembaga keuangan syariah baik
perbankan syariah, asuransi syariah, BMT, koperasi syariah, maupun lembaga
investasi syariah lainnya. Menjadi ironis bila selama ini dana sosial lembaga-
lembaga ini belum belum dapat dikelola dengan baik. Jika hal ini dapat
dilaksanakan maka dampak terhadap perkembangan lembaga keuangan syariah
akan sangat besar. Dengan mobilisasi dana lembaga keuangan syariah yang
semakin besar, maka dampak terhadap perekonomian akan semakin positif yaitu
dinamisasi sektor riil terutama UKM, stabilitas sektor keuangan, dan stabilitas
tingkat harga1.
Sudah menjadi rahasia umum, kalau negara kita ini hanya terdapat
banyak pemikir dan orang pintar namun sayangnya tidak ada realisasi dari
pemikiran dan pemahaman mereka tersebut untuk dituangkan menjadi satu hal
yang positif dan layak untuk dinikmati oleh masyarakat negara ini supaya kelak
menjadi negara yang sejahtera.
Realisasi pada masyarakat melalui pelatihan, seminar dan media
periklanan dan promosi lain untuk mengembangkan produk ini agar diketahui dan
dinikmati masyarakat luas. Dalam hal ini, penulis akan mengkonsentrasikan diri
dalam mengetahui bagaimana manajemen dana bergulir dhuafa yang ada di
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT). Oleh karena itulah penulis tertarik
untuk mengangkat tema tentang dana bergulir untuk menjadi sebuah tugas
akademis sebagai syarat meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Syariah dan Hukum
1 Yusuf Wibisono, Republika Online : 25 Desember 2010.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Manajemen Dana Bergulir
Dhuafa pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Usaha Mulya Masjid Pondok
Indah Jakarta Selatan” dengan harapan agar dapat memperoleh gambaran dan
pengetahuan yang cukup tentang keberadaan dan optimalisasi dana sosial di
lembaga keuangan mikro syariah semoga dalam keberlangsungan penulisan
skripsi ini dilakukan dengan baik sampai selesai sehingga nantinya dapat
digunakan untuk memperluas khazananh kajian mengenai lembaga keuangan
syariah khususnya manajemen dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya
Pondok Indah Jakarta Selatan ini.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berhubung bahwa judul skripsi ini sangat luas dan agar pembahasannya
terarah maka penulis membatasinya pada manajemen dana bergulir, optimalisasi
pemanfaatan dana tersebut, bagaimana keberhasilan dan hambatan pemanfaatan
dana bergulir, serta strategi yang akan dilakukan dalam pengelolaan dana bergulir
yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan.
Dari pembatasan masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen dana bergulir yang dilakukan BMT Usaha Mulya
Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan?
2. Bagaimana optimalisasi pemanfaatan dana bergulir tersebut?
3. Bagaimana keberhasilan dan hambatan pengelolaannya?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan munculnya permasalahan yang ada, sehingga tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui manajemen dana bergulir dhuafa yang dilakukan BMT
Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui optimalisasi pemanfaatan dana bergulir di BMT tersebut.
3. Untuk menganalisis keberhasilan dan hambatan pengelolaan dana bergulir.
Sementara manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat Akademis. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi Islam, khususnya yang
berkenaan dengan lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT) serta dapat
menjadi bahan informatif bagi penulis atau peneliti lain yang memang konsen
terhadap masalah yang sama dan mampu memberikan kontribusi teori yang
baik dalam dunia akademik serta turut mengembangkan wacana ekonomi
Islam pada aplikasi dalam kehidupan.
2. Manfaat Praktis. Karya ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai rujukan untuk
para pelaku ekonomi syariah di Indonesia dalam menjalankan tugas dan
usahanya menuju lembaga keuangan syariah yang profesional sebagai
lembaga keuangan yang dapat memberikan banyak maafaat untuk
kesejahteraan umat, terutama dalam manajemen dana sosial dengan tetap
memberdayakan potensi ekonomi umat.
8
D. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan yang telah direview terhadap beberapa sumber kepustakaan,
penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampak
sangat penting. Adapun review studi terdahulu dalam penelitian ini yaitu dengan
melihat beberapa penelitian terdahulu, antara lain :
1. Ahmad Chaidir. Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. “Strategi Pengumpulan
Dana BMT Ataawun Cipulir Jakarta Selatan”. Dalam penelitiannya, penulis
tersebut menyimpulkan bahwa kesuksesan dan keberhasilan dalam strategi
pengumpulan dana di BMT Ataawun sebagai lembaga lembaga keuangan
mikro syariah tergantung pada stakeholder sebagai pelaksana bukan pada
strategi sebagai sarana dan yang paling penting adalah memiliki tanggung
jawab dan komitmen yang tinggi terhadap pengumpulan dana di BMT
Attaawun. Dari skripsi ini dapat disimpulkan bahwa persamaannya dengan
skripsi yang penulis susun adalah sama-sama konsentasi pada BMT dalam
penghimpunan dana, sedangkan perbedaannya adalah bahwa pada skrispi
diatas hanya membahas secara umum dari penghimpunan dana berbeda
dengan yang penulis susun, lebih berkonsentrasi pada manajemen produk
yaitu manajemen dana bergulir dhuafa pada Masjid Pondok Indah Jakarta
Selatan.
2. Sri Indra Mulyati Tanjung. Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008. “Tinjauan Ekonomi Islam
9
terhadap Manajemen Keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli
Ummat dalam Mengelola Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa LAZ Al-Azhar dalam mengelola dana ZISnya baik dari
sisi penghimpunan maupun penyalurannya sejalan dengan prinsip ekonomi
Islam yaitu keseimbangan dan pemerataan dengan mementingkan sektor
pendidikan dan dakwah, sosial, kemaslahatan umat serta pemberdayaan
ekonomi umat. Persamaannya dengan skripsi yang penulis susun adalah sama-
sama konsentrasi pada manajemen keuangan, perbedaannya adalah penulis
diatas lebih fokus pada pengelolaan Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS)
sedangkan yang saya fokuskan adalah hanya pada salah satu alokasi dari dana
sosial yang dimiliki oleh Yayasan Pondok Mulya untuk mengembangkan
produk dana bergulir dhuafa pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah
Jakarta Selatan.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk
desain deskriptif2 yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari
pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu
kesimpulan dan metode pengumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif
menurut pengertiannya adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
2 Lexi Moleong. Metodogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997) h.
10.
10
penulisan dan gambaran mengenai situasi atau kejadian. Penelitian dengan
menggunakan metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari
gejala terdahulu. Penelitian ini adalah panduan dari penelitian kepustakaan yakni
dengan penelusuran kepustakaan dimana penulis memperoleh data dengan
menggunakan dan mempelajari sumber-sumber yang berkaitan dengan judul
skripsi ini seperti buku-buku dan sumber bacaan lainnya3. Penulis juga
menggunakan penelitian lapangan yaitu pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok
Indah Jakarta Selatan.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dapat juga disebut berdasarkan cara pengumpulan
datanya. Dalam hal ini penulis menggunakan jenis penelitian sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan (Library Research). Studi ini dilakukan dengan cara
menelaah buku-buku, makalah, website, karya ilmiah dan lainnya
terutama informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta
dihimpun dari catatan dan makalah pribadi untuk melengkapi bahan dan
untuk menemukan kerangka pustaka ilmiah mengenai konsep, pengertian
dan dasar hukum produk serta operasional lembaga keuangan mikro
syariah.
b. Penelitian Lapangan (Field Research). Merupakan pengamatan secara
langsung atau turun ke lapangan untuk menyelidiki berbagai fenomena
3 http://lowongankerjamu.info/search/contohpenelitianmetodepenelitiankualitatif-.pdf.
11
yang berkaitan dengan manajemen dana bergulir dhuafa yang dilakukan
oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan.
c. Wawancara. Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang
berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data tentang
manajemen dana bergulir dhuafa BMT Usaha Mulya Masjid Pondok
Indah Jakarta Selatan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
langsung yang dilakukan dengan cara survei pada BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah Jakarta Selatan. Pada penelitian ini digunakan juga pendekatan
dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui arsip
dokumen, laporan keuangan dan data-data atau sumber lainnya yang
memberikan kontribusi dalam penyelesaian penelitian ini.
3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menganalisis manajemen dana sosial khususnya dana
bergulir yang ada pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta
Selatan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu
data kualitatif berupa kata-kata atau kalimat-kalimat serta gambar kalaupun
ada angka-angka yang sifatnya hanya sebagai penunjang seperti data kualitatif
berupa angka dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai data
pendukung dan pelengkap.
12
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Adapun pengolahan dan analisis data dengan mengubah data
kedalam bentuk yang dapat dipahami dengan menyusun, meringkas dan
menganalisis data hasil wawancara dan data atau informasi lain dengan
penjabarannya melalui uraian-uraian yang akan dianalisis secara kualitatif.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman dan penulisan
skripsi Fakultas Syariah dan Hukum serta Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 sampai 2010. Lalu menggunakan
teknik penulisan secara kualitatif dengan memperoleh data dari berbagai
media baik buku, website ataupun artikel, studi lapangan di BMT Usaha
Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan dan yang lainnya yang dapat
membantu mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori. Merupakan landasan dari apa yang dibahas, yang
mengungkap secara teortis tentang ide untuk menghadirkan
lembaga keuangan mikro syariah dengan segala yang ada
didalamnya lalu pengertian manajemen, konsep manajemen,
13
pentingnya manajemen, serta segala hal yang berkaitan dengan
manajemen dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah Jakarta Selatan.
BAB III Gambaran Umum BMT Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan.
Dalam bab ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan, visi
dan misi, struktur organisasi serta produk-produk BMT Usaha
Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan, dll.
BAB IV Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian. Dalam bab ini
menguraikan tentang bagaimana manajemen dana bergulir dhuafa
di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan,
optimalisasi pemanfaatan dana bergulir, bagaimana keberhasilan
dan hambatan pengelolaan dana bergulir ini, juga strategi ke depan
dalam manajemen dana bergulir di BMT tersebut.
BAB V Penutup. Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang
diperoleh dari analisa data dari pembahasan masalah serta saran-
saran kepada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta
Selatan yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menjaga dan mengelola semua produknya
terutama dana bergulir ini untuk meningkatkan pendapatan
lembaga keuangan mikro syariah tersebut sekaligus memanfaatkan
dana sosial untuk kesejahteraan umat terutama untuk kaum dhuafa.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut manajemen secara
umum, meliputi : apa itu manajemen, apa fungsi manajemen dan tingkatan dalam
manajemen, tipe manajemen dan hal-hal lain yang terkait dengan manajemen.
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu
dengan jalan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia dalam
organisasi dengan cara yang sebaik mungkin. Dalam pengertian “organisasi”
selalu terkandung unsur manusia maka manajemen pun biasanya digunakan
dalam hubungan usaha suatu kelompok manusia, walaupun manajemen itu
dapat pula ditetapkan terhadap usaha-usaha individu.
Setiap organisasi selalu membutuhkan manajemen karena tanpa
manajemen yang efektif tak akan ada usaha yang berhasil cukup lama.
Tercapainya tujuan organisasi baik tujuan ekonomi, sosial maupun politik,
sebagian besar tergantung pada kemampuan para manajer dalam organisasi
yang bersangkutan. Manajemen akan memberikan efektifitas pada usaha
manusia.
Untuk memperjelas arti manajemen, di bawah ini kutipan pendapat
beberapa pakar di bidang manajemen, pendapat yang satu dapat berbeda
15
dengan yang lain walaupun terdapat unsur kesamaannya. Dari perbedaan-
perbedaan pendapat (yang disebabkan karena perbedaan dalam menentukan
titik berat sudut pandang) serta kesamaan-kesamaan itu diharapkan dapat
diperoleh pandangan yang jelas dan menyeluruh tentang manajemen.
Beberapa pandangan dan pendapat tentang manajemen :
John F. Mee
“Management is the art or securing maximum result with minimum of efforts
as to secure maximum prosperity and happiness for both employer and
employee and give the public the best posible service”
(Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha
yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat).
George R Terry
“Management is distinct process consisting of planning, organizing,
actuating, controling, utilizing in each both science and art and follow in
order to accomplish predetermined objectives”. (manajemen adalah proses
yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang masing-masing bidang tersebut
digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara
berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan
semula). 1
1 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1997), h. 109-110.
16
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kesamaan-kesamaan yang
terdapat dalam defenisi di atas adalah bahwa :
a. Manajemen selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu
kelompok manusia dan tidak terdapat suatu usaha seseorang tertentu
b. Dalam pengertian manajemen selalu terkandung adanya suatu tujuan
tertentu yang akan dicapai oleh kelompok yang bersangkutan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa manajemen adalah persoalan
mencapai suatu tujuan tertentu dengan suatu kelompok orang. Manajemen
telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Defenisi ini, yang dikemukan oleh Mary Parker Follett,
mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan pekerjaan yang
diperlukan atau dengan kata lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan-
pekerjaan itu sendiri.
2. Dasar-Dasar Manajemen
Dalam istilah Barat disebutkan “ The Fundamental of Management “
adalah pernyataan atau kebenaran fundamental yang dipergunakan sebagai
pedoman bertindak bagi para manajer atau orang yang menjalankan kegiatan
manajemen. The Fundamental of Management atau dasar-dasar manajemen
terdiri dari :
a. Pembagian kerja secara tuntas (devision of works)
b. Adanya wewenang (authority)
c. Disiplin (dicipline)
17
d. Kesatuan Perintah (unity of command)
e. Kesatuan Pengarahan (unity of direction)
f. Kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi (subordination of
individual interest to general interest)
g. Pemberian rangsangan kerja (renumeration)
h. Sentralisasi sebagian dari kekuasaan (centralization)
i. Garis wewenang jelas batasnya (line of authority)
j. Tatanan yang baik (order)
k. Stabilisasi anggotanya, jiwa kelompok yang tinggi harus dijaga (stability
of turn over personal)2.
Menurut Henry Fayol, dasar-dasar manajemen selain dari yang telah
disebutkan di atas terdapat 3 (tiga) dasar manajemen lainnya, yaitu :
a. Equity untuk merangsang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan
kesungguhan dan kesetiaan, mereka memerlukan keramahan dan keadilan,
kombinasi antara keramahan dan keadilan menghasilkan equity.
b. Initiative (inisiatif) merupakan kesanggupan untuk berfikir dan
kemampuan untuk melaksanakan.
c. Esprict de corps yaitu Persatuan.3
2 Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1994), cet. Ke-3, h.60.
3 M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), cet ke-15,
hal. 32.
18
3. Unsur-Unsur Manajemen
Dari pengertian manajemen, dijelaskan bahwa proses manajemen
selalu diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam pencapaian
tujuan tersebut diperlukan unsur-unsur yang dapat menjalankan proses
manajemen. Ada beberapa unsur manajemen yang berkembang, diantaranya :
a. Manusia. Baik pimpinan, pelaksana atau pun manusia yang dijadikan
objek pelaksanaan
b. Tujuan yang ingin dicapai
c. Organisasi atau wadah tenpat manajemen dilaksanakan
d. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan4.
4. Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah Apa atau sesuatu yang harus dijalankan
guna memenuhi maksud dan tujuan. Manajemen memiliki beberapa fungsi
antara lain5 :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dapat didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di
masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Pada hakekatnya perencanaan adalah proses penentuan cara-
cara terbaik yang dilakukan dalam pencapaian tujuan di antara berbagai
4 Gozali Saydam, Manajemen dan Kepemimpinan (Jakarta : Djambatan, 1993), hal.24.
5 Ernie Trisnawati, Kurniawan Sefullah, Pengantar Manajemen. (Jakarta : Kencana, 2005).
19
cara (alternatif) yang tersedia. Adapun maksud dari perencanaan adalah
agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, sistematis, tidak ada
tumpang tindih (overlapped) dan tidak ada yang terlewatkan (gap). Dalam
perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi : apa yang dikerjakan,
bagaimana mengerjakannya, mengapa mengerjakan, siapa yang
mengerjakan, kapan harus dikerjakan dan dimana kegiatan itu harus
dilakukan.
Tahap pertama dalam perencanaan adalah mengidentifikasi alternatif-
alternatif yang tersedia, kemudian memilih salah satu dari berbagai
alternatif yang paling baik dan cocok dengan tujuan yang ingin dicapai.6
b. Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Dr. S.P. Siagian MPA, pengorganisasian (organizing) adalah
keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas dan
tanggung jawab serta wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pengorganisasian merupakan
langkah awal pelaksanaan rencana yang sudah disusun karena rencana
yang tersusun harus dilaksanakan oleh suatu tim (lebih dari satu orang)
sebelum fungsi penggerakan dan pengendalian dilakukan. Bagan
organisasi (organization chart) memberikan informasi yang digambarkan
6 Krismiaji, Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan
AMP YKPN, 2002), Cet ke-2, h.2.
20
ke dalam bagan organisasi atau struktur organisasi. Proses
pengorganisasian meliputi perumusan tujuan, penetapan tugas pokok,
perincian kegiatan, pengelompokan kegiatan dalam fungsi-fungsi, staffing,
serta proses terakhir dari penyusunan organisasi ini adalah pemberian
kelengkapan berupa peralatan. Fasilitas yang harus diberikan dapat
berwujud material dan atau keuangan.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja bawahan,
mengarahkan aktifitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktifitas
bawahan menjadi aktifitas yang kompak dan singkron sehingga semua
kegiatan bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan di awal.
Jadi penggerakan (actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan
orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien, sasarannya adalah untuk mendapatkan ketaatan, disiplin,
kepatuhan dan kesediaan untuk mengerjakan tugas yang dilimpahkan
kepada seseorang dengan sebaik mungkin. Sedangkan tujuan dari
penggerakan adalah agar manajemen dapat berhasil secara efektif dan
efisisen dengan ditetapkannya fungsi penggerakan ini maka usaha untuk
merealisasi tujuan telah dimulai.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan
pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu
21
mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
rencana semula. Pengawasan mutlak harus dilakukan untuk dapat
mengetahui hasil nyata dari proses manajemen, apa sesuai dengan rencana
atau tidak. Dalam pengawasan akan diperbandingkan hasil yang dicapai
dengan rencana jika terdapat penyimpangan maka harus dilakukan
tindakan perbaikan. Jadi bukan hanya mencari kesalahan namun yang
terpenting memperbaiki kesalahan itu. Pengawasan diterapkan agar
kesalahan dapat ditemukan sedini mungkin karena hal ini hanya dapat
dilakukan dengan baik jika atasan dan bawahan sama-sama berperan aktif
dalam proses pelaksanaan pekerjaan. Manajemen strategi modern
ukurannya dilihat dari produktifitas termasuk kualitas dan kemampuan
memberikan pelayanan berkualitas secara berkesinambungan7.
5. Manajemen Dalam Islam
Perbuatan manusia menurut pendekatan syariah dapat berbentuk
ibadah dan berbentuk muamalah. Perbuatan ibadah adalah yang dinyatakan
oleh Al-Qur‟an dan Hadits tentang cara beribadah, shalat, puasa, ibadah haji
dan lainnya. Baik tata cara, waktu, tempatnya dengan tegas dan jelas telah
ditetapkan di dalam Al-Qur‟an dan Hadits. Tidak boleh ditambah, dikurangi
atau diubah. Sedangkan perbuatan mu‟amalah adalah semua perbuatan yang
bersifat manusiawi yang boleh dan dapat dilakukan dengan bebas waktunya
7 Hadari Nawawi, Manajemen SDM Untuk Bisnis Kompetitif, (Jakarta : UGM Press, 2004). h.
18.
22
selama tidak ada larangan dalam Al-Qur‟an dan Hadits dan tidak bertentangan
dengan aturan-aturan akhlak.
Agama Islam mewajibkan para penguasa atau pengusaha untuk
menegakkan keadilan, kejujuran dalam bekerja dan menyampaikan amanat
demi tercapainya kesejahteraan umum. Untuk melaksanakan kewajiban-
kewajiban itu, para penguasa atau pengusaha wajib menjalankan manajemen
yang baik dan sehat, jauh dari unsur cidera atau khianat.
Manajemen yang baik harus memenuhi syarat yang tidak boleh
ditinggalkan demi mencapai hasil tugas atau kegiatan yang baik dan benar.
Karena itu, bagi orang-orang yang menjadi penguasa atau pengusaha wajib
mempelajari manajemen. 8
Allah berfirman :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al-Hasyr : 18)
Pada ayat tersebut di atas terdapat rangkaian kata yang dicetak tebal
dan dengan maksud setiap diri manusia terutama yang beriman dan bertakwa
akan selalu berfungsi sebagai pemimpin. Berikutnya rangkaian kata
8 Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta :
Bhatara, 1996), cet . ke-2, h. 32-34.
23
memperhatikan apa yang telah diperbuat, maksudnya mencakup kegiatan
proses mengawasi apa yang telah dilakukan.
Hasil pengawasan berguna sebagai bahan untuk kegiatan proses
melaporkan, Terutama melaporkan kepada diri sendiri guna meningkatkan
mutu kemampuan diri. Dimana kemampuan diri tersebut sangat berguna
untuk kegiatan proses kehidupan untuk hari esok.9
B. Dana Bergulir
1. Pengertian Dana Bergulir
Dana Bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh kementerian
Negara atau Lembaga atau Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk
kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah,
dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara atau
Lembaga. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, dan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah, yang selanjutnya disebut LPDB-KUMKM adalah satuan
kerja Kementerian Koperasi dan UKM yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan Dana Bergulir untuk disalurkan dalam bentuk Pinjaman atau
Pembiayaan, atau dalam bentuk lainnya dan bertanggung jawab kepada
Menteri Negara Koperasi dan UKM 10.
9 Hasbullah Husain, Manajemen Menurut Islamologi, (Jakarta : Biro Konsultasi Islamologi,
1997), Cet ke-I, h.326.
10
Peraturan Direksi Lembaga Pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah No. 010/PER/LPDB/2011 tentang petunjuk teknis pemberian tambahan pinjaman atau
pembiayaan kepada koperasi, direksi lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah RI.
24
2. Tujuan Dana Bergulir
Tujuan pemberian tambahan Pinjaman atau Pembiayaan kepada
Koperasi adalah untuk memperkuat peran koperasi dan atau anggotanya
terutama dalam upaya perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan
dan pengentasan kemiskinan.
3. Persyaratan Pemberian Pinjaman
Persyaratan Koperasi yang dapat diberikan tambahan Pinjaman atau
Pembiayaan oleh LPDB-KUMKM adalah sebagai berikut :
a. Tingkat pengembalian pokok pinjaman atau pembiayaan sebelumnya
minimal telah mencapai 40% dan atau telah melakukan pembayaran
secara lancar minimal selama satu tahun.
b. Pembayaran bunga termasuk kategori lancar.
c. Kepatuhan dalam menyampaikan laporan monitoring dan evaluasi
(realisasi atau triwulanan atau fiducia).
d. Fasilitas pinjaman/pembiayaan terdahulu telah disalurkan atau
direalisasikan sesuai dengan tujuan penggunaannya 11.
C. Dhuafa
11
Peraturan Direksi Lembaga Pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah No. 010/PER/LPDB/2011 tentang petunjuk teknis pemberian tambahan pinjaman atau
pembiayaan kepada koperasi, direksi lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah RI.
25
1. Pengertian Dhuafa
Ada beberapa ayat Al Qur‟an yang menjelaskan arti kata dhuafa yang
berasal kata dh‟afa atau dhi‟afan. Salah satu firman Allah menyebutkan, “Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah (dhi’afan), yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka”12. Dalam ayat yang lain “mengapa kamu
tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah
(mustadh’afin)”13. Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat ditarik satu kesimpulan
bahwa yang dimaksud kaum dhuafa adalah orang-orang lemah atau tertindas.
2. Macam-Macam Dhuafa
Mengenai orang-orang yang tergolong dhu‟afa, mereka antara lain
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (ibnussabil), orang yang
meminta-minta, hamba sahaya14, tunanetra, orang cacat fisik, orang sakit,
orang lanjut usia, janda miskin, tahanan atau tawanan, mualaf (orang yang
baru memeluk Islam, orang-orang fakir, orang-orang yang berutang
(gharimin), orang yang berjuang di jalan Allah (fii Sabilillah, buruh atau
pekerja kasar, nelayan, rakyat kecil yang tertindas, dll15.
3. Perintah berbuat baik kepada Dhuafa
12
Q.S. An-Nisa‟ ayat 9
13
Q.S. An Nisa‟ ayat 75.
14
Q.S Al-Baqarah ayat 177.
15
Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa, (Jakarta : Wordpress.com,
2011.
26
Allah SWT dalam Al Qur‟an telah memerintahkan kepada umat-Nya
agar berbuat baik kepada kaum dhu‟afa. Salah satu ayatnya Q.S. Al-Baqarah
ayat 83 menyatakan :
...........
Artinya: .... “Dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin.” (Q.S. Al Baqarah : 83)
Perintah berbuat baik kepada mereka ini seperti yang terdapat dalam
ayat diatas antara lain, mengucapkan perkataan yang baik kepada mereka
memuliakan mereka, memelihara, mengasuh, dan mengurus mereka secara
patut, memberikan mereka makan, membela dan melindungi mereka dari
kezaliman, memberikan mereka pendidikan dan pengajaran yang baik, serta
memberikan mereka nasehat dalam segala hal untuk kebaikan.
4. Imbalan dari Allah
Allah SWT menjanjikan dalam Al Quran bahwa mereka yang
berbuat baik, memenuhi hak, dan tidak melanggar larangan terhadap kaum
dhuafa akan diberi ganjaran. Ganjaran itu antara lain adalah menyebut mereka
sebagai orang yang berbakti, yang benar imannya, dan orang yang bertakwa
kepada-Nya16, mereka dipelihara dari kerusakan dan kehancuran, wajah
16
Q.S. Al Baqarah ayat 177.
27
mereka jernih, hati mereka senantiasa bergembira (kebahagiaan di dunia) dan
memperoleh surga (kebahagiaan di akhirat) 17.
Keberpihakan Allah SWT kepada kaum dhuafa sedemikian detail
dan terperinci. Hal ini juga memberi gambaran bahwa sedemikian besar
perhatian, pembelaan, dan perlindungan yang Allah berikan kepada mereka.
Semuanya memperkuat dan memperjelas konsepsi Islam dalam mengatasi
masalah sosial kemanusiaan, khususnya pengentasan dan pemberdayaan kaum
dhuafa. Disini, Allah selain telah memberikan batasan yang jelas tentang
dhuafa yang biasanya dilakukan oleh manusia, juga telah memberikan cara-
cara konkret dalam memberi bantuan serta pertolongan kepada mereka.
Disamping itu, Allah juga memberikan penghargaan kepada orang-orang yang
memiliki keberpihakan dan kepeduliaan atas nasib kaum dhuafa dan
menentukan sanksi kepada mereka yang tidak mau membantu, menolong,
mempedulikan, membela dan melindungi golongan dhuafa ini di dunia dan
akhirat 18.
D. Dana Bergulir Dhuafa
Bergulir dalam bahasa Inggris berarti rolling sedangkan dalam bahasa
Indonesia berarti berguling, menggelincir, atau berputar. Sedangkan dhuafa
berasal dari bahasa Arab yaitu dhi’afan atau mustadh’afin yang berarti orang-
17
Q.S. Al Insaan ayat 7-12.
18
Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa, (Jakarta : Wordpress.com,
2011.
28
orang lemah. Jadi Dana bergulir Dhuafa dapat diartikan sebagai dana yang dapat
digulirkan hanya kepada kaum dhuafa (orang-orang lemah) yang membutuhkan
bantuan permodalan atau dana untuk menjalankan usaha untuk meringankan
beban mereka dalam perekonomian.
Dana bergulir dhuafa merupakan dana yang diperoleh dari dana sosial
dan ZIS kemudian disalurkan ke masyarakat untuk kegiatan yang bersifat
produktif bukan konsumtif dan diharapkan dana tersebut juga dapat dipakai
secara bergantian atau bergulir19.
Dasar Hukum
Terkait dengan hal ini dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa ayat 29 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Artinya: “Dan janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka atau saling meridhoi di antara kamu”. (Q.S. An-Nisa : 29)
Maksud dari ayat diatas adalah kita dilarang memakan harta sesama
umat manusia kecuali dengan jalan perdagangan atas dasar saling meridhai satu
sama lain, ini juga berlaku dalam pengelolaan dana bergulir dhuafa yang mana
dana tersebut diperoleh dari dana ZIS yang kemudian diproduktifkan untuk
pengembangan perekonomian umat namun lebih difokuskan pada kaum dhuafa
yang membutuhkan dana untuk usaha.
19 BMT Usaha Mulya, Produk Pembiayaan Dana Bergulir Dhuafa. Riset pada Mei-Juni
2011.
29
E. Analisis SWOT
SWOT adalah analisis internal maupun eksternal organisasi yang
selanjutnya akan digambarkan sebagai dasar untuk merancang strategi dan
program kerja. Dalam analisis SWOT, meliputi elemen internal yaitu kekuatan
(strength), kelemahan (weakness) dan elemen eksternal yang terdiri dari peluang
(opportunity) dan ancaman (threat). Keempat elemen dari analisis tersebut
merupakan penjabaran dari manajemen strategi20.
Perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Dari
hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan
menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam
menetapkan sasaran-sasaran perusahaan dalam waktu 3-5 tahun ke depan untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder.
Tujuan utama analisis SWOT adalah mengidentifikasi strategi
perusahaan secara keseluruhan. Hampir setiap perusahaan maupun pengamat
bisnis dalampendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT.
Kecenderungan ini tamoaknya akan terus semakin meningkat terutama dalam era
perdagangan bebas di abad 21, dimana satu dengan yang lain saling berhubungan
dan saling tergantung.
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan
perhatian pada kekuatan, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
20
Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariah, (Jakarta : Khairul Bayan, 2002). h. 83.
30
merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan perusahaan. Dengan melakukan
identifikasi secara hati-hati pada faktor keberhasilan kritis (critical success
factors), para eksekutif dan manager dapat menemukan per bedaan-per bedaan
perdagangan. Contohnya apa yang dipandang beberapa manajer sebagai kekuatan
mungkin dipandang sebagai kelemahan oleh manajer lainnya. oleh karena itu,
analisis SWOT juga merupakan alat untuk mencapai pengertian yang lebih baik
danmungkin juga sebagai konsensus diantara para manajer berkaitan dengan
faktor-faktor yang krusial bagi keberhasilan perusahaan.
1. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, perlu diketahui terlebih
dahulu faktor strategi eksternal (External Strategic Factors Analysis
Summary). Jadi, sebelum strategi diterapkan, perencana strategi harus
menganalisis lingkungan eksternal untuk mengetahui beberapa peluang dan
ancaman. Masalah strategi yang akan dimonitor harus ditentukan karena
masalah ini mungkin dapat mempengaruhi organisasi di masa yang akan
datang.
2. Matriks Faktor Strategi Internal
Setelah faktor-faktor strategi ekdternal suatu organisasi diidentifikasi, suatu
tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka strength
and weakness organisasi.
31
Cara Membuat Analisis SWOT
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan
internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan
threats yang dihadapi sebuah organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan
kelemahan.
Proses Analisis SWOT21
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Alat yang
dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT.
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya.
“Matriks SWOT”22
Strengths (S) Weaknesses (W)
21
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2006). h. 31. 22
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. h. 31-32.
32
IFAS
EFAS
Tentukan faktor-
faktor kekuatan
internal.
Tentukan faktor-faktor
kelemahan internal.
Opportunities (O)
Tentukan faktor-
faktor peluang
eksternal
Strategi (SO)
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan
peluang.
Strategi (WO)
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang.
Threats (T)
Tentukan faktor-
faktor ancaman
eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman.
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan untuk
memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada.
b. Strategi ST
33
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tidak mudah menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui situasi
internal dan eksternal perusahaan.kegagalan dalam melakukan analisis, berarti
gagal pula mencari titik temu faktor-faktor strategis yang terdapat dalam
lingkungan internal dan eksternal. Kendati demikian, diakui oleh para manajer
dan praktisi bahwa analisis SWOT merupakan salah satu media yang efektif guna
menyusun suatu Strategic management atau manajemen strategis perusahaan23.
F. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
1. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil (syari‟ah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan
kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi:
23
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. h. 32.
34
Baitul Tamwil (Bait yaitu Rumah, at Tamwil adalah Pengembangan Harta)
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Baitul Maal (Bait yaitu Rumah, Maal yang berarti Harta)
menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya24.
Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi
lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam
arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah
SWT. Titik tekan perumusan Visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang
professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Misi BMT adalah
membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur
masyarakat madani yang adil berkemakmuran, serta berkeadilan berlandaskan
syari‟ah dan diridhoi Allah SWT. Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan
laba modal pada golongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada
pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi Islam.
2. Sejarah Perkembangan Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
24
http://rumahdhuafa.org/baitulmal-rumah-dhuafa. Jum‟at, 4 Februari 2011.
35
Masa Rasulullah SAW (1-11 H/622-632 M)
Pada masa Rasulullah SAW ini, Baitul Mal lebih mempunyai
pengertian sebagai pihak (al-jihat) yang menangani setiap harta benda kaum
muslimin, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran. Saat itu Baitul Mal
belum mempunyai tempat khusus untuk menyimpan harta, karena saat itu
harta yang diperoleh belum begitu banyak. Kalaupun ada, harta yang
diperoleh hampir selalu habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin serta
dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan mereka. Rasulullah SAW senantiasa
membagikan ghanimah dan seperlima bagian darinya (al-akhmas) setelah
usainya peperangan, tanpa menunda-nundanya lagi. Dengan kata lain, beliau
segera menginfakkannya sesuai peruntukannya masing-masing.25
Masa Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq (11-13 H/632-634 M)
Abu Bakar dikenal sebagai Khalifah yang sangat wara‟ (hati-hati)
dalam masalah harta. Bahkan pada hari kedua setelah beliau dibai‟at sebagai
Khalifah, beliau tetap berdagang dan tidak mau mengambil harta umat dari
Baitul Mal untuk keperluan diri dan keluarganya. Diriwayatkan oleh lbnu
Sa‟ad (w. 230 H/844 M), penulis biografi para tokoh muslim, bahwa Abu
Bakar yang sebelumnya berprofesi sebagai pedagang membawa barang-
barang dagangannya yang berupa bahan pakaian di pundaknya dan pergi ke
pasar untuk menjualnya. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Umar bin
Khaththab. Umar bertanya, “Anda mau kemana, hai Khalifah?” Abu Bakar
25
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (Jakarta : Wordpress, 1999), h.12.
36
menjawab, “Ke pasar.” Umar berkata, “Bagaimana mungkin Anda
melakukannya, padahal Anda telah memegang jabatan sebagai pemimpin
kaum muslimin?” Abu Bakar menjawab, “Lalu dari mana aku akan
memberikan nafkah untuk keluargaku?” Umar berkata, “Pergilah kepada Abu
Ubaidah (pengelola Baitul Mal), agar ia menetapkan sesuatu untukmu.”
Keduanya pun pergi menemui Abu Ubaidah, yang segera menetapkan
santunan (ta‟widh) yang cukup untuk Khalifah Abu Bakar, sesuai dengan
kebutuhan seseorang secara sederhana, yakni 4000 dirham setahun yang
diambil dan Baitul Mal.
Masa Khalifah Umar bin Khathab (13-23 H/634-644 M)
Selama memerintah, Umar bin Khathab tetap memelihara Baitul Mal
secara hati-hati, menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan
aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya.
Dalam salah satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/1300-
1373 M), penulis sejarah dan mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam
Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini
melainkan dua potong pakaian musim panas dan sepotong pakaian musim
dingin serta uang yang cukup untuk kehidupan sehari-hari seseorang di antara
orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah seorang biasa seperti kebanyakan
kaum muslimin.
37
Masa Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M)
Kondisi yang sama juga berlaku pada masa Utsman bin Affan.
Namun, karena pengaruh yang besar dan keluarganya, tindakan Usman
banyak mendapatkan protes dari umat dalam pengelolaan Baitul Mal. Dalam
hal ini, lbnu Sa‟ad menukilkan ucapan Ibnu Syihab Az Zuhri (51-123 H/670-
742 M), seorang yang sangat besar jasanya dalam mengumpulkan hadis, yang
menyatakan, “Usman telah mengangkat sanak kerabat dan keluarganya dalam
jabatan-jabatan tertentu pada enam tahun terakhir dari masa pemerintahannya.
Ia memberikan khumus (seperlima ghanimah) kepada Marwan yang kelak
menjadi Khalifah ke-4 Bani Umayyah, memerintah antara 684-685 M dari
penghasilan Mesir serta memberikan harta yang banyak sekali kepada
kerabatnya dan ia (Usman) menafsirkan tindakannya itu sebagai suatu bentuk
silaturahmi yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ia juga menggunakan harta
dan meminjamnya dari Baitul Mal sambil berkata, „Abu Bakar dan Umar
tidak mengambil hak mereka dari Baitul Mal, sedangkan aku telah
mengambilnya dan membagi-bagikannya kepada sementara sanak kerabatku.‟
Itulah sebab rakyat memprotesnya.
Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, kondisi Baitul Mal
ditempatkan kembali pada posisi yang sebelumnya. Ali, yang juga mendapat
santunan dari Baitul Mal, seperti disebutkan oleh lbnu Kasir, mendapatkan
38
jatah pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai separo kakinya, dan
sering bajunya itu penuh dengan tambalan.
Masa Khalifah-Khalifah Sesudahnya
Ketika Dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani
Umayyah, kondisi Baitul Mal berubah. Al Maududi menyebutkan, jika pada
masa sebelumnya Baitul Mal dikelola dengan penuh kehati-hatian sebagai
amanat Allah SWT dan amanat rakyat, maka pada masa pemerintahan Bani
Umayyah Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan Khalifah tanpa
dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat 26.
3. Sejarah BMT di Indonesia
Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan
mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga
pembiayaan berdasarkan syari‟ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di
berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional
ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). BMT
adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil
(syari‟ah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir
miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait
artinya Rumah, at Tamwil arti Pengembangan Harta) berarti melakukan
kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
26
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (Jakarta : Wordpress, 1999), h.13-15.
39
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Baitul Maal (Bait arti Rumah, Maal arti Harta) menerima titipan
dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai
dengan pertaturan dan amanahnya. Kehadiran BMT diharapkan mampu
menanggulagi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha kecil dan
menengah, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan
masyarakat kecil yang tidak tersentuh oleh kebijakan pemerintah. BMT selain
sebagai lembaga alternatif penyalur modal juga memiliki misi yaitu
mewujudkan gerakan pembebasan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat
kemiskinan, namun menggerakkan pemberdayaan peningkatan kapasitas
dalam kegiatan ekonomi dan kelembagaan menuju tatanan perekonomian
yang makmur dan maju serta gerakan keadilan membangun masyarakat
madani yang berlandaskan syari‟ah dan ridha Allah SWT 27.
4. Prospek Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Koperasi syariah atau akrab dikenal dengan sebutan Baitulmal
wattamwil (BMT) mengalami perkembangan cukup signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Bahkan, sebuah lembaga inkubasi bisnis BMT
mengestimasi saat ini terdapat sebanyak 3.200 BMT dengan nilai aset
mencapai Rp 3,2 triliun. Bisnis tersebut hingga akhir tahun ini diproyeksi
mencapai Rp 3,8 triliun. Meski demikian, Chief Secretary Organization
27
www.pikiran-rakyat.com, Mengenal Baitul Maal Wa Tamwil (9 Oktober 2005), h.1.
40
(CSO) BMT Center, Noor Azis, yakin bahwa BMT di Indonesia masih bisa
terus dikembangkan. Syaratnya, adanya dukungan dan komitmen pemerintah
dalam mendorong perkembangan bisnis lembaga keuangan non bunga
tersebut. Salah satu bentuk dukungan itu adalah melahirkan berbagai regulasi
yang melindungi binsis keuangan mikro.
Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan
perdagangan, konsep baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas
menerima dan menyalurkan harta tetapi juga mengelolanya secara lebih
produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Penerimaannya
juga tidak terbatas pada zakat, infak dan shodaqoh, juga tidak mungkin lagi
dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari peperangan. Lagi pula peran
pemberdayaan perekonomian tidak hanya dikerjakan oleh negara.
Selain itu, dengan kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi
sarana dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan
bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba/bunga,
memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah, Lembaga
keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat bawah dan bebas
riba/bunga,Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat,mengentaskan
kemiskinan,meningkatkan produktivitas 28
.
28
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (Jakarta : Wordpress, 1999), h.17.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sekilas Mengenai BMT Usaha Mulya
BMT Usaha Mulya berdiri pada tanggal 01 Agustus 2002 adalah
Lembaga Keuangan Mikro berbasis Syariah, berfungsi sebagai sarana
memberdayarakan perekonomian ummat melalui kerjasama antara pihak BMT
dengan masyarakat yang menjadi anggota atau nasabah dalam bentuk pembiayaan
usaha produktif, layanan konsumtif, simpanan atau tabungan ataupun transaksi
produk-produk syariah lainnya. Semua transaksi muamalat yang dilakukan
menggunakan beberapa mekanisme yang sesuai dengan standar muamalat syariah
seperti bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati, keuntungan selisih harga
jual dan ujrah atau upah. Sumber dana yang dikelola BMT berasal dari modal
BMT, dana pihak ketiga dan ZIS produktif.
BMT berupaya menghasilkan produk-produk yang praktis, kompetitif
serta kemudahan dalam bertransaksi dengan harapan dapat memenuhi setiap
kebutuhan anggota atau nasabah untuk bermuamalat secara aman, nyaman, penuh
berkah dan terhindar dari praktek ribawi.
BMT Usaha Mulya berupaya untuk fokus pada pemberdayaan serta
pengembangan kegiatan usaha produktif atau investasi di kalangan masyarakat
bawah menengah dalam bentuk permodalan atau pengelolaan usaha baik secara
finansial maupun non finansial dengan memadukan fungsi Baitul Maal (dalam
penghimpunan dana) dan Baitut Tamwiil (dalam pengembangan usaha).
42
Kehadiran BMT Usaha Mulya ditengah hingar bingar metropolitan
Pondok Indah dapat menjadi solusi terbaik dan meraih kepercayaan para
wirausaha masyarakat bawah menengah melalui sinergi amanah sehingga
masyarakat dapat meningkatkan taraf perekonomian sejahtera ke arah yang lebih
baik melalui mekanisme muamalah yang sesuai dengan tuntunan syariah Islam1.
B. Visi dan Misi
Visi
Menjadi lembaga keuangan berbasis syariah terdepan serta terpercaya
dalam mensosialisasikan dan mengembangkan sistem keuangan sebagai solusi
efektif untuk meningkatkan perekonomian, produktifitas dan kesejahteraan
masyarakat bawah menengah.
Misi
1. Mengaplikasikan mekanisme bermuamalah menurut tuntunan syariah Islam
2. Memudahkan akses permodalan dan pengelolaan kegiatan usaha bagi
masyarakat bawah menengah secara finansial maupun non finansial
3. Mengembangkan potensi ummat untuk dapat berkiprah membangun
perekonomian dan mengentaskan kemiskinan.
4. Membangun budaya usaha yang amanah, bermartabat dan adil.
1 BMT Usaha Mulya, Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mulya Msjid Pondok Indah, (Jakarta :
BMT Usaha Mulya, 2002) h. 1 profil BMT.
43
C. Identitas Lembaga
Nama Lembaga : Koperasi Serba Usaha
Baitul Maal Wat Tamwiil Usaha Mulya
Alamat Kantor : Jl. Sultan Iskandar Muda No. 1 Pondok Indah
Jakarta Selatan 12310 Telp./ Fax 021-75905868
Tanggal Berdiri : 01 Agustus 2002
Badan Hukum : 467/BH/MENEG.1/2006
SIUP : 0685/1.824.271
NPWP : 02.503.943.9-013.000
TDP : 09.03.2.51.01043 2.
D. Jaringan Kerja Lembaga
Untuk mendukung usaha di bidang pelayanan jasa keuangan, BMT
Usaha Mulya telah menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga antara lain :
1. PT. Asuransi Takaful
2. Bank Permata Syariah
3. Bank Muamalat Indonesia
4. Asosiasi BMT korwil Jakarta
2 Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Profil BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah (Jl.
Sultan Iskandar Muda No. 1 Pondok Indah Jakarta Selatan 12310).
44
E. Layanan BMT Usaha Mulya
BMT Usaha Mulya adalah Lembaga Keuangan Mikro berbasis syariah,
berfungsi sebagai sarana memberdayakan perekonomian umat dengan
memberikan pelayanan jasa keuangan dalam bentuk pembiayaan usaha produktif,
layanan konsumtif, layanan jasa pembayaran seperti listrik, telepon, dan lain-lain,
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau tabungan atau deposito ataupun
transaksi produk-produk syariah lainnya.
F. Gambaran Layanan
1. Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana yang dikelola oleh Lembaga BMT Usaha Mulya
diperoleh dari tiga unsur : 1. Penyertaan modal dari Yayasan Pondok Mulya,
2. Penghimpunan dana dari ZIS produktif bersinergi dengan Masjid Raya
Pondok Indah yang segmen pengelolaannya diperuntuhkan bagi usaha kaum
dhuafa atau para mustahik zakat, 3. Himpunan dana masyarakat dalam bentuk
simpanan atau deposito.
2. Pembiayaan (Landing)
BMT Usaha Mulya menyediakan jasa pembiayaan untuk berbagai jenis usaha
dan perniagaan. Usaha yang dibiayai diantaranya dalam bentuk perdagangan,
industri kerajinan atau home industri serta usaha yang bersifat jasa seperti
pendidikan dan jasa transportasi. Pada sisi lain BMT Usaha Mulya juga
45
melayani pembiayaan konsumtif dengan prinsip jual beli serta kerjasama
usaha dengan pihak kedua melalui skema Musyarakah dan Mudharabah.3
G. Produk Simpanan Syari’ah
1. Simpanan Mudharabah
Adalah simpanan dengan konsep Mudharabah, simpanan anggota
atau nasabah yang disetorkan akan dikelola oleh BMT, anggota atau nasabah
akan mendapatkan keuntungan dari pengelolaan simpanan tersebut.
Keuntungan lainnya saldo simpanan dapat dijadikan jaminan pembiayaan atau
pinjaman. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.
2. Simpanan Pendidikan
Simpanan untuk biaya pendidikan mulai jenjang sekolah TK sampai
Perguruan Tinggi. Simpanan dapat diambil sesuai dengan tahapan periode
pendidikan (sepekan sebelum tahun ajaran baru, semester dan akhir semester),
bentuk simpanan tahapan pendidikan tersebut juga mendapatkan bagi hasil
atas pengelolaannya. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.
3. Simpanan Idul Fitri
Simpanan bagi pemenuhan segala kebutuhan Hari Raya Idul Fitri.
Penarikan simpanannya dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Setoran
awal minimal Rp. 10.000,-.
3 Data dari Riset di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan pada Mei-Juni
2011.
46
4. Simpanan Idul Qurban
Merupakan simpanan bagi pembelian hewan qurban, membantu
penabung dalam menyalurkan hewan qurban pada para mustahik serta
membuka kesempatan bagi siapa saja untuk melaksanakan ibadah qurban.
Penarikan simpanannya dilakukan menjelang hari raya Idul Adha. Setoran
awal minimal Rp. 50.000,00,-
5. Simpanan Walimah
Simpanan untuk memenuhi kebutuhan biaya pernikahan serta
penyelenggaraan resepsi. Penarikan simpanan dilakukan menjelang acara
pernikahan. Setoran awal minimal Rp. 50.000,-.
6. Simpanan Haji
Simpanan ini dikhususkan bagi nasabah yang berniat melaksanakan
ibadah haji, penarikannya dapat dilakukan menjelang keberangkatan ibadah
haji. Insya Allah melalui simpanan haji ini, niat anda beribadah ke tanah suci
dapat terwujud. Setoran awal minimal Rp. 500.000,-.
7. Simpanan Berjangka
Simpanan ini adalah investasi syariah yang penarikannya
berdasarkan jangka waktu tertentu (1, 3, 6, dan 12 bulan) setelah jatuh tempo
atau perjanjian dengan BMT. Nisbah bagi hasil yang akan diberikan BMT
kepada nasabah sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Minimal
simpanan Rp. 500.000,-.
47
Perhitungan Nisbah Simpanan Berjangka
a. 1 bulan nisbah 65% (BMT) 35% untuk pemilik dana
b. 3 bulan nisbah 60% (BMT) 40% untuk pemilik dana
c. 6 bulan nisbah 55% (BMT) 45% untuk pemilik dana
d. 12 bulan nisbah 50% (BMT) 50% untuk pemilik dana. 4
H. Produk Pembiayaan Syari’ah
1. Pembiayaan Murabahah
a. Murabahah dengan pembayaran jatuh tempo adalah pembiayaan untuk
investasi, usaha, konsumtif melalui mekanisme akad jual beli. Pembayaran
dilakukan secara tunai dan sekaligus pada saat jatuh tempo dengan
tenggang waktu maksimal 3 bulan. BMT Usaha Mulya mendapatkan
selisih atau marjin dari harga jual.
b. Murabahah dengan pembayaran berangsur adalah pembiayaan untuk
investasi, usaha, konsumtif melalui mekanisme akad jual beli. Pembayaran
dilakukan secara angsur (harian, mingguan atau bulanan) dengan jangka
waktu pembayaran mulai dari 4 bulan atau lebih. BMT Usaha Mulya
mendapatkan selisih atau marjin dari harga jual.
4 Wawancara dengan Bpk. Warja selaku sekretaris BMT Usaha Mulya pada 6 Juni 2011
(pemberlakuan nisbah).
48
2. Pembiayaan Ijarah
a. Ijarah Multi Jasa
Adalah pemindahan hak guna dan jasa. Pemohon atau nasabah dan BMT
melakukan kontrak ijarah dalam bentuk sewa jasa, seperti jasa pendidikan,
kesehatan, dll. BMT mendapat ujrah atau upah dari pemohon yang
mengacu pada kesepakatan kontrak ijarah yang dilakukan.
b. Ijarah Muntahiah Bit-tamlik
Adalah pemindahan hak guna atas barang. Nasabah atau pemohon dan
BMT melakukan kontrak ijarah. Dalam sewa barang dengan jangka waktu
sesuai kesepakatan kedua belah pihak. BMT mendapatkan ujrah atau upah
dan hasil sewa barang sesuai kesepakatan dalam akad. Pada akad
persewaan yang berakhir dengan kepemilikan, nasabah atau pemohon
dapat memiliki barang yang disewa bila dapat memenuhi ketentuan yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
3. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan ini dalam bentuk penyertaan modal antara BMT dan
nasabah untuk menggarap suatu usaha. Tiap-tiap pihak menyertakan modal
dalam jumlah yang sama atau berbeda sesuai kesepakatan. Mekanisme bagi
hasil dan keuntungan disesuaikan dengan jumlah nisbah yang disepakati
kedua belah pihak.
49
4. Pembiayaan Mudharabah
Bentuk pembiayaan dari BMT untuk modal kerja atau investasi
sampai 100%, penerima pembiayaan adalah nasabah atau pemohon yang
memiliki kemampuan, skil yang layak dan bertanggung jawab dalam
mengelola usaha tersebut. pembagian keuntungan dibagi hasilkan sesuai
nisbah yang disepakati antara BMT dan pengelola.
5. Pembiayaan Dana bergulir Dhuafa
Merupakan bentuk pembiayaan yang diperoleh dari dana sosial dan
ZIS yang dipergunakan untuk usaha kaum dhuafa.
6. Melayani Jasa Pembayaran
a. Pembayaran Rekening PLN
b. Pembayaran Rekening Telepon
c. Pembayaran Rekening PDAM
d. Isi Ulang Pulsa Handphone
7. Teknologi
Untuk mendukung efektifitas, akurasi serta kualitas layanan maka
sistem kerja BMT Usaha Mulya dioperasikan mengacu pada sistem
standarisasi lembaga keuangan melalui perangkat teknologi informasi dan
komputerisasi.
50
I. Susunan Dewan Pengawas dan Pengurus
1. Pengawas Syariah
Prof. Dr. H. Achmad Sukardja, SH, MA
2. Pengawas Manajemen
a. M. Ridwan
b. H. Yusuf Sudono
3. Pengurus
a. Ketua : H. Ika Achmad Furqon, LC
b. Sekretaris : Warja, SE
c. Bendahara : Nur Baiti, Amd. 5
Dari susunan pengawas hingga pengurus seperti yang telah dicantumkan
diatas, dapat kita ketahui bahwa yang memiliki peranan paling tinggi adalah
direktur atau ketua yang dijabat oleh Bpk. H. Ika Achmad Furqon, LC dan
didampingi oleh staf-stafnya serta pihak-pihak lain yang bertugas untuk
mengawasi kinerja dan berjalannya usaha di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok
Indah Jakarta Selatan.
5 BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah. Produk dan Struktur Organisasi (Jakarta : BMT
Usaha Mulya, 2002). Wawancara dengan Bpk. Warja selaku sekretaris BMT Usaha Mulya pada 6 Juni
2011.
51
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Pengelolaan atau Manajemen Dana Bergulir Dhuafa
1. Perencanaan (Planning)
Pengelolaan dana bergulir dhuafa yang dilakukan oleh BMT Usaha
Mulya adalah dimulai dengan merancang anggaran yang akan digunakan
dalam pembiayaan dana bergulir bagi kaum dhuafa yang dikhususkan
kemaksimalan dana ini bagi kaum dhuafa yang ada di sekitar kawasan Pondok
Indah Jakarta Selatan. Dengan tujuan agar dapat membantu meringankan
beban masyarakat terdekat dahulu sebelum berkonsentrasi untuk kawasan
lain.
Produk ini hadir untuk memberdayakan perekonomian ummat
melalui kerjasama antara pihak BMT dengan masyarakat yang menjadi
anggota atau nasabah dalam bentuk pembiayaan usaha produktif. Kesemua
transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme yang sesuai dengan
standar muamalat syariah seperti bagi hasil yang sesuai nisbah yang
disepakati, adanya ujrah/ fee, dll.
Pihak BMT berusaha memaksimalkan pemberdayaan produk dana
bergulir dhuafa yang memudahkan masyarakat dalam transaksi pembiayaan
dengan harapan dapat memenuhi setiap kebutuhan nasabah untuk
52
bermuamalat secara aman, nyaman, penuh berkah dan terhindar dari praktek
ribawi.
Dalam tahap awal ini, BMT Usaha Mulya telah sedemikian rupa
mengatur sumber dana hingga pemanfaatan dana yang akan digunakan dalam
produk dana bergulir ini, antara lain :
a. Sumber Dana Bergulir Dhuafa
Dana bergulir yang bersumber dari dana sosial dan ZIS Yayasan
Pondok Mulya yang kemudian disalurkan ke BMT Usaha Mulya agar
dimanfaatkan untuk pembiayaan dana bergulir bagi kaum dhuafa. Cirinya:
1) Dana bergulir tidak dikenakan bunga
2) Pendapatan dana bergulir tersebut dapat digunakan untuk belanja atau
perguliran dana tersebut kembali.
b. Pemanfatan Dana Bergulir Dhuafa
Dana yang telah diterima oleh BMT Usaha Mulya yang diperoleh
dari dana sosial dan ZIS Yayasan Pondok Usaha Mulya yang setiap
tahunnya sebesar Rp. 50.000.000,00- yang kemudian disalurkan langsung
kepada kaum dhuafa untuk memulai atau penambahan modal untuk
menjalankan usaha.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan langkah awal pelaksanaan rencana
yang sudah disusun karena yang tersusun harus dilaksanakan oleh suatu tim
sebelum penggerakan dan pengendalian dilakukan. Proses pengorganisasian
53
meliputi perumusan tujuan, penetapan tugas, perincian kegiatan ,
pengelompokan kegiatan serta pemberian kelengkapan berupa peralatan dan
fasilitas berwujud materiil atau keuangan.
Dalam hal ini dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Pondok
Indah memiliki tujuan karakteristik sebagai berikut :
a. Tujuan Dana Bergulir Dhuafa
Membantu perkuatan modal usaha masyarakat khususnya kaum
dhuafa guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan
usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran
dan pengembangan ekonomi nasional.
b. Karakteristik Dana Bergulir Dhuafa
1) Merupakan bagian dari keuangan BMT Usaha Mulya
2) Dicantumkan dalam Anggaran pendapatan dan belanja BMT juga
dalam laporan keuangan BMT.
3) Dikuasai, dimiliki dan atau dikendalikan oleh nasabah pengguna dana
bergulir dhuafa tersebut
4) Dana ini setelah disalurkan kepada nasabah dan masyarakat, ditagih
kembali dengan atau tanpa nilai tambah untuk selanjutnya disalurkan
kembali
5) BMT dapat menarik kembali dana bergulir yang telah disalurkan.
54
3. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan
orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien, sasarannya adalah untuk mendapatkan ketaatan, disiplin, kepatuhan
dan kesediaan untuk mengerjakan tugas yang dilimpahkan kepada seseorang
dengan sebaik mungkin.
Penentuan pembiayaan dana bergulir dhuafa yang dilakukan oleh
BMT Usaha Mulya Pondok Indah adalah dengan langsung mendatangi
nasabahnya dan mengetahui secara baik bagaimana penggunaan dana yang
dilakukan oleh nasabah produk dana bergulir ini.Sedangkan adapun
penyaluran Dana Bergulir dilakukan oleh BMT Usaha Mulya sebagai berikut :
a. BMT mendapat alokasi dana ini dari anggaran pendapatan Yayayasan
Pondok Mulya
b. Nasabah mengajukan pencairan dana kepada BMT untuk memulai usaha
atau sebagai modal tambahan untuk usaha.
c. Dana dicairkan dari Rekening Kas Umum BMT kepada rekening
pengelola dana bergulir.
d. Dana bergulir disalurkan pengelola dana bergulir kepada penerima dana
atau nasabah.
e. Dana bergulir merupakan pinjaman yang harus dikembalikan oleh
penerima dana yaitu kaum dhuafa.
55
a. Prosedur Pemberian Dana Bergulir Dhuafa
Tabel 4.2
Alur Penyaluran Dana Bergulir Dhuafa 1
Tabel diatas menjelaskan skema penyaluran dana bergulir dhuafa
di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah yang mungkin skemanya
tidak jauh berbeda dengan produk di perbankan maupun di lembaga
keuangan lain, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1) BMT harus menyeleksi nasabah dana bergulir, dengan langsung terjun
ke lapangan untuk lebih dekat mengetahui kondisi kehidupan dan
perekonomian calon nasabah yang akan dibantu tersebut, setelah itu
BMT memberikan modal untuk memulai atau menjalankan usaha
kepada nasabah yang telah lolos seleksi, baik tempat, latar belakang
ekonomi, dan sebagainya.
1 Data ini diambil berdasarkan riset di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah pada Mei-
Juni 2011.
BMT Usaha Mulya
Menyeleksi nasabah
Pembiayaan dan pembinaan
Konsultasi
Pengembangan usaha
Pengawasan
Nasabah Dana Bergulir
56
2) Setelah nasabah mendapat modal usaha, BMT tidak lepas tangan
begitu saja, BMT harus melakukan pembinaan agar nasabah yang
telah diberikan dana tersebut tidak salah langkah dalam menjalankan
usahanya.
3) Dana yang telah diberikan oleh BMT, wajib digunakan dengan sebaik-
baiknya oleh nasabah.
4) Setelah BMT memberikan modal untuk usaha, BMT juga membuka
konsultasi bagi para nasabah pembiayaan supaya tetap berusaha
dengan mengembangkan usaha yang telah dijalankannya.
5) BMT juga berkewajiban mengembangkan usaha, agar nasabah yang
sudah diberikan modal usaha semakin maju dan berkembang.
6) BMT juga wajib melakukan pengawasan terhadap nasabah yang sudah
diberikan modal usaha, dengan memantau setiap perkembangan
kegiatan nasabah termasuk pengadaan kunjungan kepada mereka
dengan memberikan peringatan dini jika terjadi penurunan kualitas
penggunaan dana yang diperkirakan mengandung resiko bagi BMT.
57
b. Pembiayaan Termasuk Dana Bergulir Dhuafa
Tabel 4.1
Tabel Angsuran Pembiayaan Usaha Produktif dan Konsumtif
Nominal
Pembiayaan
Jangka Waktu
100 hari 4 bln 6 bln 10 bln
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
3.000.000
5.000.000
10.000.000
15.000.000
17.500.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
5.500
11.000
16.500
22.000
33.000
55.000
-
-
-
-
-
-
137.500
275.000
412.500
550.000
825.000
1.375.000
-
-
-
-
-
-
-
-
383.333
575.000
958.333
1.916.667
2.875.000
3.266.667
3.733.333
4.666.667
5.600.000
-
-
-
250.000
375.000
625.000
1.250.000
1.875.000
2.100.000
2.400.000
3.000.000
3.600.000
58
Nominal
Pembiayaan
Jangka Waktu
12 bln 18 bln 24 bln 30 bln 36 bln
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
3.000.000
5.000.000
10.000.000
15.000.000
17.500.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
-
-
-
216.667
325.000
541.667
1.083.333
1.625.000
1.808.333
2.066.667
2.583.333
3.100.000
-
-
-
-
-
-
805.556
1.208.333
1.322.222
1.511.111
1.888.889
2.266.667
-
-
-
-
-
-
666.667
1.000.000
1.079.167
1.233.333
1.541.667
1.850.000
-
-
-
-
-
-
-
-
933.333
1.066.667
1.333.333
1.600.000
-
-
-
-
-
-
-
-
836.111
955.556
1.194.444
1.433.333
Dari data tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa nasabah harus melakukan
penyetoran simpanan atau tabungan wajib minimal sebesar margin per bulan. Dengan
Plafon sebesar Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 30.000.000,- bagi usaha kecil dan
menengah. Sedangkan plafon lebih dari Rp. 30.000.000,- untuk pembiayaan
menengah atas, perorangan atau corporate (perusahaan).
59
Dengan persyaratan pengajuan sebagai berikut :
a. Usaha telah berjalan minimal 1 tahun
b. Mengisi formulir aplikasi dengan lampiran :
1) Foto copy KTP Suami dan Istri
2) Foto copy Kartu Keluarga
3) Surat keterangan domisili dari RT setempat
4) Foto copy berkas jaminan (BPKB, Sertifikat + SPPT, SK PNS) untuk
pembiayaan > Rp. 1.500.000,-.
5) Foto copy akta pendirian atau perubahan, SIUP, TDP, NPWP dan
domisili usaha untuk pembiayaan perusahaan atau lembaga.
6) Melampirkan rekening koran 3 bulan terakhir (lembaga)
7) Melampirkan laporan keuangan 2 tahun terakhir (lembaga)2.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan proses untuk memetapkan pekerjaan yang
sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud
supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana atau tidak.
a. Respon Masyarakat terhadap Dana Bergulir Dhuafa
Respon masyarakat cukup baik yaitu antara lain karena mereka
senang telah mendapatkan bantuan dana untuk usaha yang dilakukan oleh
BMT Usaha Mulya dalam pengembangan sektor usaha kecil mikro untuk
2 BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah, Profil dan Produk BMT Usaha Mulya
Pondok Indah. data diambil pada Selasa, 21 Juni 2011.
60
mengentaskan kemiskinan di negara ini. Hingga saat ini dana yang telah
dikumpulkan dan disalurkan oleh BMT Usaha Mulya untuk produk dana
bergulir ini adalah sebesar Rp. 550.000.000,00-
b. Pemberdayaan Penggunaan Dana Sosial Dhuafa
Pemberdayaan BMT, usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) merupakan upaya strategis dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat karena UMKM merupakan bagian terbesar dari
aktivitas masyarakat Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah
UMKM pada tahun 2008 mencapai 51,3 juta unit usaha atau 99,9 persen
dari jumlah unit usaha di Indonesia. Sementara itu, jumlah tenaga kerjanya
yang terlibat mencapai 90,9 juta orang atau 97,0 persen dari seluruh
tenaga kerja Indonesia. Pada tahun yang sama, jumlah koperasi adalah
sebanyak 155 ribu unit, dengan jumlah anggota mencapai sekitar 26,8 juta
orang. Produktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga
menunjukkan peningkatan sebesar 3,0 persen pada tahun 2008
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan produktivitas ini masih
lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan produktivitas per unit
usaha secara nasional sebesar 3,2 persen. Sementara itu, peran ekspor
nonmigas UMKM pada tahun 2008 menunjukkan kontribusi yang cukup
besar, yaitu 20,2 persen dari total ekspor nonmigas nasional serta
pemberdayaan penggunaan dana sosial bergulir yang dilakukan oleh BMT
61
Usaha Mulya yang telah memajukan sebagian masyarakat dhuafa yang
memerlukan dana untuk usaha.
Analisis SWOT juga termasuk dalam bagian dari manajemen yang mana
terdapat dalam pengawasan (controlling) untuk mengetahui seberapa kuat suatu
kegiatan atau usaha dapat berjalan atau sebaliknya. Dibawah ini akan membahas
lebih rinci tentang analisis SWOT Dana Bergulir Dhuafa BMT Usaha Mulya
Pondok Indah.
B. Analisis SWOT Dana Bergulir Dhuafa
Ananlisis SWOT dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki BMT yang dilakukan melalui telaah
terhadap kondisi internal lembaga BMT serta analisis mengenai peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap
kondisi eksternal lembaga BMT. Identifikasi kekuatan, kelemahan juga dapat
dilakukan dengan melihat masa lampau (past-performance) dan
membandingkannya dengan hasil-hasil perusahaan lain. Tantangan-tantangan
dapat juga diidentifikasi, misalnya melalui masalah-masalah manajerial yang
diakibatkan oleh keadaan lingkungan (ketentuan pemerintah, perkembangan
ekonomi, keinginan atau tingkah laku nasabah, perkembangan teknologi, dan
lain-lain).
62
Tabel 4.3
Matriks IFAS BMT Usaha Mulya.3
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Bagi hasil yang kompetitif
pembiayaan dana bergulir
2. Produk dana bergulir ini dapat
divariasikan dengan beragam skim
yang ada
3. Pelayanan dari pegawai yang baik,
berkualitas dan memiliki dedikasi
serta komitmen untuk memajukan
perusahaan
4. Lembaga swasta independen yang
memiliki nama yang cukup familiar di
masyarakat sekitar
5. Tingkat kesehatan BMT yang berada
pada kondisi yang sehat dan memiliki
tingkat likuiditas yang baik
6. Birokrasi yang begitu teratur di bawah
Yayasan Pondok Mulya
1. Belum memiliki izin resmi
untuk produk pembiayaan dana
bergulir dhuafa
2. Belum memiliki jaringan
pemasaran yang luas
3. Kurangnya sosialisasi pada
masyarakat sekitar
4. Jaringan kantor terbatas
5. Pola pembiayaan yang belum
familiar
6. Jaringan komunikasi dan
informasi yang masih terbatas
3 Data ini diambil berdasarkan riset di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah pada Mei-
Juni 2011.
63
Tabel 4.4
Matriks EFAS BMT Usaha Mulya
Peluang (O) Ancaman (T)
1. Adanya peraturan yang
memungkinkan Koperasi dan BMT
mendapat suntikan dana dari
pemerintah maupun pihak luar.
2. Memanfaatkan event dan acara bazar
3. Hubungan yang baik dengan berbagai
pihak karena lokasi yang strategis di
kawasan pusat perbelanjaan
4. Kondisi ekonomi yang mulai
membaik
5. Fatwa MUI bahwa “Bunga itu
Haram”
1. Krisis ekonomi global yang
terjadi beberapa waktu lalu
2. Semakin meluasnya
perkembangan BMT dimana-
mana
3. Mengembangkan produk
4. Adanya peraturan yang sah
terhadap keberadaan BMT
beserta semua produknya
5. Memperluas jaringan dan kantor
cabang
1. Matriks Faktor Strategi Internal
Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu faktor strategi internal (Internal Strategic Factors
Analysis Summary atau IFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor
strategis internal (IFAS) :
64
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom I
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variable yang masuk
kategori kekuatan) diberikan nilai mulai dari +1 sampai +4 (sangat baik)
membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan persaingan
utama. Sedangkan variable yang bersifat negatif, kebalikannya.
Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan
rata-rata lembaga keuangan, nilainya adalah I sedangkan jika kelemahan
perusahaan dibawah rata-rata sektor lemabaga keuangan nilainya adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
65
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai bobot ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama4.
Tabel 4.5
Penghitungan Matriks IFAS
Faktor-faktor strategi
internal
bobot rating Bobot x
Rating
Komentar
Kekuatan
1. Bagi hasil yang
kompetitif pembiayaan
dana bergulir
2. Produk dana bergulir ini
dapat divariasikan
0,10
0,10
4
4
0,40
0,40
Strategi Pemasaran
Inovasi Produk
4 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. h. 24-25.
66
dengan beragam skim
yang ada
3. Pelayanan dari pegawai
yang baik, berkualitas
dan memiliki dedikasi
serta komitmen untuk
memajukan perusahaan
4. Lembaga swasta
independen yang
memiliki nama yang
cukup familiar di
masyarakat sekitar
5. Tingkat kesehatan BMT
yang berada pada
kondisi yang sehat dan
memiliki tingkat
likuiditas yang baik
6. Birokrasi yang begitu
teratur di bawah
Yayasan Pondok Mulya
0,10
0,10
0,05
0,05
3
3
2
2
0,30
0,30
0,10
0,10
Reputasi yang baik
Reputasi yang baik
Manajemen resiko
yang baik
Strategi Pemasaran
67
Kelemahan
1. Belum memiliki izin
resmi untuk produk
pembiayaan dana
bergulir dhuafa
2. Belum memiliki
jaringan pemasaran
yang luas
3. Kurangnya sosialisasi
pada masyarakat sekitar
4. Jaringan kantor terbatas
5. Pola pembiayaan yang
belum familiar
6. Jaringan komunikasi
dan informasi yang
masih terbatas
0,10
0,10
0,10
0,05
0,10
0,05
3
3
3
2
1
2
0,30
0,30
0,30
0,10
0,10
0,10
Implikasi, kurangnya
strategi pemasaran
Menghambat
pemasaran
Strategi pemasaran
Perluas jaringan
Akad masih asing di
masyarakat
Perluas jaringan dan
komunikasi
Total 1,00 2,80
2. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Setelah faktor-faktor strategis eksternal suatu perusahaan
diidentifikasi, suatu tabel EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis
68
Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut
dalam kerangka opportunity and threat perusahaan. Tahapannya adalah :
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman)
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian
nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin
besar diberi nilai +4, tetapi juga peluangnya kecil diberi rating +1).
Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya, jika ancamannya
sedikit ratingnya +4 dan jika ancamannya besar, ratingnya adalah +1.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4, hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
69
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok lainnya dalam kelompok industri yang sama5.
Jika manajer strategis telah menyelesaikan analisis faktor-faktor
strategis eksternalnnya (peluang dan ancaman), ia juga harus menganalisis
faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) dengan cara yang
sama. Agar lebih jelas, maka lihatlah tabel EFAS dibawah ini.
Tabel 4.6
Perhitungan Matriks EFAS
Faktor-faktor Strategi
Eksternal
Bobot Rating Bobot
X
Rating
Komentar
Peluang
1. Adanya peraturan yang
memungkinkan
Koperasi dan BMT
mendapat suntikan
dana dari pemerintah
maupun pihak luar.
2. Memanfaatkan event
dan acara bazar
0,20
0,10
4
4
0,80
0,40
Dukungan Pemerintah
Peluang Pemasaran
5 Ibid. h. 22-23.
70
3. Hubungan yang baik
dengan berbagai pihak
karena lokasi yang
strategis di kawasan
pusat perbelanjaan
4. Kondisi ekonomi yang
mulai membaik
5. Fatwa MUI bahwa
“Bunga bank itu
Haram”
0,10
0,05
0,05
3
3
2
0,30
0,15
0,10
Pangsa pasar luas
Kondisi yang stabil
Pangsa Pasar Luas
Ancaman
1. Krisis ekonomi global
yang terjadi beberapa
waktu lalu
2. Semakin meluasnya
perkembangan BMT
dimana-mana
3. Mengembangkan
produk
4. Adanya peraturan yang
sah terhadap
keberadaan BMT
beserta semua
produknya
5. Memperluas jaringan
dan kantor cabang
0,15
0,10
0,10
0,10
0,05
3
2
2
1
1
0,45
0,20
0,20
0,10
0,05
Menghambat pemasaran
Persaingan ketat
Strategi pemasaran
Pengembangan produk
Perluas komunikasi
Total 1,00 1
71
Setelah manajemen strategis menyelesaikan analisis faktor-faktor strategis
eksternal (peluang dan ancaman), ia juga harus menganalisis faktor strategis internal
(kekuatan dan kelemahan).
Keunggulan perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan pesaing harus
diintegrasikan ke dalam budaya organisasi sedemikian rupa sehingga perusahaan
lain tidak mudah menirunya. Selanjutnya, sebelum suatu perencanaan strategis
dikembangkan, manajemen puncak perlu menganalisis hubungan antara fungsi
manajemen perusahaan dengan mempelajari struktur perusahaan (corporate
structure), budaya perusahaan (corporate culture) dan sumber daya perusahaan
(corporate resources).
Tabel 4.7
Diagram Matriks SWOT
IFAS
STRENGTHS (S)
1. Bagi hasil yang kompetitif
pembiayaan dana bergulir
2. Produk dana bergulir ini dapat
divariasikan dengan beragam
skim yang ada
3. Pelayanan dari pegawai yang
baik, berkualitas dan memiliki
dedikasi serta komitmen untuk
WEAKNESS (W)
1. Belum memiliki izin resmi untuk
produk pembiayaan dana bergulir
dhuafa
2. Belum memiliki jaringan pemasaran
yang luas
3. Kurangnya sosialisasi pada masyarakat
sekitar
4. Jaringan kantor terbatas
72
EFAS
memajukan perusahaan
4. Lembaga swasta independen
yang memiliki nama yang cukup
familiar di masyarakat sekitar
5. Tingkat kesehatan BMT yang
berada pada kondisi yang sehat
dan memiliki tingkat likuiditas
yang baik
6. Birokrasi yang begitu teratur di
bawah Yayasan Pondok Mulya.
5. Pola pembiayaan yang belum familiar
6. Jaringan komunikasi dan informasi
yang masih terbatas.
73
OPPORTUNITY (O)
1. Adanya peraturan
yang memungkinkan
Koperasi dan BMT
mendapat suntikan
dana dari pemerintah
maupun pihak luar.
2. Memanfaatkan event
dan acara bazar
3. Hubungan yang baik
dengan berbagai
pihak karena lokasi
yang strategis di
kawasan pusat
perbelanjaan
4. Kondisi ekonomi
yang mulai membaik
5. Fatwa MUI bahwa
“Bunga bank itu
Haram”
STRATEGI SO
1. Membangun brand image
yang baik di benak nasabah
dengan memanfaatkan event
dan acara-acara bazar
2. Mulai mengenalkan dan
mengembangkan produk-
produk unggulan bagi
masyarakat melalui pelatihan
dan seminar-seminar.
3. Mengembangkan sistem
informasi dan jaringan
komunikasi yang baik dan
luas
STRATEGI WO
1. Pemanfaatan event dan bazar-bazar
untuk mensosialisasikan produk dana
bergulir dhuafa bagi masayarakat
2. Mempermudah pelayanan dan
persyaratan agar menarik minat
nasabah dan masyarakat
3. Meningkatkan hubungan baik dengan
berbagai pihak agar suntikan dana
dapat mengalir dengan baik.
74
THREATS (T)
1. Krisis ekonomi global
yang terjadi beberapa
waktu lalu
2. Semakin meluasnya
perkembangan BMT
dimana-mana
3. Mengembangkan
produk
4. Adanya peraturan
yang sah terhadap
keberadaan BMT
beserta semua
produknya
5. Memperluas jaringan
dan kantor cabang
STRATEGI ST
1. Memberikan kemudahan bagi
masyarakat yang tengah
kesulitan dana usaha agar
bisa membangun brand image
yang baik.
2. Optimalkan pelayanan yang
baik agar nasabah merasa
aman dan nyaman
3. Inovasi produk perlu
dilakukan
STRATEGI WT
1. Memperbaiki sistem dan prosedur
pelayanan nasabah sehingga pelayanan
dapat berjalan dengan mudah, cepat
dan efisisen
2. Melakukan penyempurnaan di
berbagai aspek untuk menata kinerja
BMT agar lebih baik lagi
3. Perkuat manajemen SDM yang handal
agar BMT tetap mampu bersaing
dengan lembaga maupun BMT lain.
75
C. Keberhasilan dan Hambatan Pengelolaan Dana Bergulir Dhuafa
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana manajemen yang
dilakukan oleh BMT Usaha Mulya dalam menjalankan usahanya terutama fokus
pada produk dana bergulir dhuafa ini.
1. Permasalahan yang Dihadapi
Upaya pemberdayaan BMT dan Dana bergulir dhuafa telah
dilakukan dengan langkah-langkah yang nyata. Namun, hingga saat ini
keduanya masih menghadapi beberapa permasalahan sebagai berikut :
a. Permasalahan yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif
menjadi penghambat bagi tumbuhnya produk ini. Salah satunya adalah
masih besarnya biaya transaksi usaha sebagai akibat dari ketidakpastian
dan ketidakjelasan prosedur perizinan, panjangnya proses perizinan dan
timbulnya berbagai pungutan tidak resmi, serta masih adanya praktik
bisnis serta persaingan usaha yang tidak sehat di masyarakat.
Produktivitas UMKM sudah menunjukkan peningkatan, tetapi nilainya
masih sangat kecil dibandingkan dengan produktivitas usaha besar. Hal ini
mengakibatkan produk yang dihasilkan kurang memiliki kemampuan
untuk bersaing dan kualitas yang baik yang dapat memenuhi permintaan
masyarakat khususnya kaum dhuafa.
b. Masih rendahnya produktivitas UMKM ini diakibatkan antara lain, oleh
rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia.
76
c. Selain itu, keterbatasan modal dan penguasaan teknologi pada sektor
usaha kaum dhuafa di masyarakat berakibat sangat sulit untuk
meningkatkan nilai tambah usahanya sehingga pendapatan yang diperoleh
juga masih rendah.
d. Kualitas kerja yang kurang baik berdampak pada lingkungan kerja dan
produk yang dihasilkan menjadi kurang berdaya saing. Produk ini juga
masih menghadapi kendala keterbatasan pada akses pemasaran yang
mempengaruhi pendapatan nasabah produk dana bergulir dhuafa ini.
e. Permasalahan khusus yang dihadapi dalam pemberdayaan dana bergulir
dhuafa adalah belum meluasnya pemahaman tentang dana bergulir
sehingga BMT harus menggunakan istilah yang lebih mudah seperti
talangan dana untuk mempermudah pemahaman nasabah dan masyarakat
tentang dana bergulir yang hanya diperunuthkan untuk kaum dhuafa ini.
2. Keberhasilan yang Telah Dicapai
Kebijakan pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil secara umum diarahkan
terutama untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional
melalui :
a. Peningkatan ekonomi ummat dengan mengembangkan usaha skala mikro
khususnya dana bergulir dhuafa dalam rangka mendukung peningkatan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah
b. Peningkatan produktivitas dan akses BMT sebagai sumber daya produktif
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk ekonomi daerah,
77
sekaligus menciptakan lapangan kerja khususnya bagi masyarakat kurang
mampu atau kaum dhuafa. Dalam rangka mendukung peningkatan
pendapatan masyarakat berpendapatan rendah melalui pemberdayaa
ekonomi lokal, kota, dan perdesaan, pemberdayaan usaha mikro pada
produk dana bergulir dhuafa difokuskan untuk mendorong pertumbuhan
yang berpihak pada rakyat miskin.
Langkah kebijakannya yaitu :
a. Meningkatkan kapasitas dan memperluas jangkauan lembaga keuangan
mikro yaitu BMT melalui dana bergulir dhuafa
b. Meningkatkan kemampuan pengusaha kecil dan mikro dalam aspek
manajemen usaha unthasilkan pendapatan yang layak untuk
melangsungkan hidup para dhuafa
c. Meningkatkan fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana BMT sebagai
bagian dari usaha kecil mikro
d. Meningkatkan fasilitasis pembinaan sentra-sentra produksi tradisional dan
usaha ekonomi produktif dan daerah tertinggal yang membutuhkan dana
untuk usaha. Dalam kaitannya dengan peningkatan akses BMT dan
UMKM kepada sumber daya produktif dalam masyarakat.
Saat ini, cukup banyak lembaga keuangan mikro syariah atau
Baitulmal Wat Tamwil (BMT) yang sengaja berkantor di dekat pasar.
Alasannya, karena pasar merupakan tempat sejumlah pedagang mengadu
untung meraih rupiah dengan berjualan dari pagi hingga petang hari. Hingga
78
kini, mereka merupakan salah satu konsumen utama penyerap pembiayaan
BMT. Namun, pasar bukan satu-satunya lokasi strategis. Karena ada juga
BMT yang menjadikan masjid sebagai pusat operasi.
Bagi BMT Usaha Mulya, menjalankan operasi bisnis keuangan
mikro syariah di Masjid Pondok Indah adalah satu pilihan bisnis yang penting
dijalankan. Hal itu karena pengembangan usaha masyarakat ekonomi
menengah kecil dan ibadah merupakan dua hal yang berjalan beriringan.
Salah satu alasan pengurus BMT Usaha Mulya memilih majid karena
diharapkan bisa mendorong pengembangan usaha keuangan mikro syariah
sekaligus meningkatkan kualitas keimanan baik bagi BMT maupun
nasabahnya. „‟Kami ingin masjid tidak hanya sebagai pusat ibadah saja, tapi
juga menjadi pusat pengembangan masyarakat,‟‟ kata Kabid Usaha BMT
Usaha Mulya, Faisal Qosim, beberapa waktu lalu.
BMT Usaha Mulya pertama kali didirikan pada Agustus 2002.
Pendirian dilakukan oleh Yayasan Pondok Mulya yang bergerak pada
pengembangan sektor pendidikan, kemasjidan, dan usaha. Saat itu, modal
awal yang digunakan BMT untuk memulai operasi bisnis keuangan mikro
syariahnya tercatat sebesar Rp 200 juta.
Modal awal itu, digunakan sebagai dana pembiayaan bagi penguatan
permodalan usaha kecil dan mikro masyarakat. Selain itu, dana tersebut juga
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional harian BMT. Menurut
Faisal, alasan utama pendirian BMT Usaha Mulya adalah untuk membantu
79
pengembangan perekonomian masyarakat usaha kecil dan mikro. Hingga kini,
cukup banyak masyarakat Indonesia yang mencari nafkah melalui usaha jenis
kecil dan mikro. Namun, banyak dari mereka yang tidak memiliki akses
penguatan permodalan ke sektor perbankan.
Karena itulah, BMT hadir untuk membantu pengembangan usaha
mereka. „‟Melalui BMT, kami ingin membantu pengembangan usaha
masyarakat menengah ke bawah,‟‟ ujarnya. Menurutnya, sebelum BMT ini
didirikan, masyarakat usaha menengah ke atas sebetulnya sudah ingin
memiliki akses kepada layanan perbankan berbasis syariah. Namun, saat itu,
layanan keuangan mikro syariah belum banyak hadir. Padahal, mereka juga
berhak mengakses layanan keuangan syariah. „‟Karena itu, bisa dibilang,
BMT Usaha Mulya hadir untuk melayani masyarakat ekonomi menengah ke
bawah.
Hingga Mei lalu, BMT Usaha Mulya telah menyalurkan pembiayaan
hampir Rp 3 miliar. Dana itu disalurkan bagi ribuan nasabah dengan nilai
pembiayaan masing-masing paling kecil sebesar Rp 500 ribu, dan paling besar
Rp 50 juta. Namun rata-rata rata-rata pembiayaan per nasabah berkisar Rp 2
juta.
Faisal menyebutkan, nasabah pembiayaan BMT berasal dari berbagai
profesi. Tapi, mereka umumnya merupakan pelaku usaha kecil dan mikro. Di
antaranya adah pedagang sayur mayur di pasar dan pengusaha toko kelontong.
80
Selain itu, ada juga pengusaha industri kerajinan kayu rumahan yang juga
menjadi nasabah BMT.
Selain di Masjid Pondok Indah, Yayasan Pondok Mulya juga
mengelola beberapa masjid lainnya di wilayah Jadebotabek. Di antaranya
adalah Masjid Akbar Kemayoran, Masjid Al Huriyah Puri Kembangan, dan
Masjid Al Furqon Bekasi.
Rencananya, usaha BMT juga akan dikembangkan di beberapa
masjid tersebut. Tujuannya adalah agar layanan keuangan mikro syariah dapat
diakses oleh banyak masyarakat di Jadebotabek. Dengan demikian, masjid
tidak hanya menjadi solusi keimanan, tapi juga solusi bagi perekonomian
masyarakat. BMT kini dapat menjadi salah satu lembaga ekonomi yang
berlandaskan syariah dan memiliki target untuk menumbuh-kembangkan
perekonomian khususnya usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia6
6 Baihaqi Abdullah Majid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Gagasan
dan Gerakan BMT di Indonesia (Jakarta : PINBUK, 2002). h. 275.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BMT merupakan badan atau lembaga yang dapat meningkatkan kinerja
perekonomian dan sekaligus dapat mengentaskan kemiskinan sehingga tercapai
kesejahteraan ummat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan peran BMT dalam
perekonomian tersebut diperlukan peranan pemerintah yang intensif terhadap
eksistensi BMT itu sendiri.
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang manajemen dana
bergulir dhuafa BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah dapat disimpulkan
secara keseluruhan bahwa :
1. Manajemen yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah-
Jakarta Selatan pada produk dana bergulir dhuafa sudah berjalan dengan baik
namun tetap membutuhkan dukungan dari masyarakat khususnya ummat
Islam untuk lebih mengembangkannya baik dari segi permodalan maupun
peningkatan kualitas sumber daya manusianya (SDM) dalam menjalankan
amanah agama untuk senantiasa membantu sesama manusia dalam kebaikan.
2. BMT Usaha Mulya telah dapat menjadi inspirasi bagi sebagian masyarakat
untuk membuka usahanya yang tidak hanya di dekat pasar namun juga dapat
dilakukan di masjid agar dapat tercipta sinergi antara ibadah sekaligus
meningkatkan optimalisasi pemanfaatan dana bergulir terhadap perekonomian
82
masyarakat khususnya bagi sebagian kaum dhuafa yang mau dan ingin untuk
mendapatkan dana dalam memulai usaha atau menjalankan bisnisnya.
3. Produk unggulan yang ditawarkan oleh BMT Usaha Mulya Pondok Indah ini
adalah Dana Bergulir Dhuafa yang hingga saat ini berkembang pesat dengan
tingkat keberhasilan yang baik dalam manajemennya bahkan jika dana yang
terkumpul dari produk ini telah mencapai 1 milyar rupiah maka pihak BMT
Berjanji akan membagi habis dana tersebut ke seluruh nasabah dana bergulir
untuk kemudian digunakan dalam mengembangkan usahanya. Subhanallah
semoga semua niat dari BMT ini dapat terealisasi agar dapat mengurangi
sedikit kemiskinan yang terjadi di negara kita ini. Namun dibalik semua
kesuksesan maupun keberhasilan yang diraih tiap orang atau lembaga pasti
ada saja kendala dan tantangan yang dihadapi pada kenyataannya, hal ini pula
yang dialami BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah, kendala atau
hambatan dalam hal ini berhubungan dengan masalah teknis seperti belum
adanya akses internet dan website yang dapat mempermudah nasabah dan
pihak-pihak lain untuk menerima informasi lebih banyak lagi tentang semua
aspek terkait dengan BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah, dll yang
mungkin bisa jadi masukan pada BMT tersebut agar kinerjanya ke depan akan
lebih baik dan maju.
83
B. Saran
Penciptaan Iklim yang baik bagi usaha yang dilakukan oleh BMT Usaha
Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan dapat dilakukan dengan berbagai
kegiatan yaitu :
1. Penguatan status badan hukum harus dilakukan BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah agar produk-produknya dapat diakui dan berkembang dengan
baik.
2. Lebih ditekankan lagi dengan pengembangan teknologi informasi yaitu
mungkin membuat website sendiri untuk BMT Usaha Mulya Masjid Pondok
Indah agar semua info tentang BMT ini dapat diakses oleh siapapun,
kapanpun dan dimanapun, jika membutuhkan info.
3. Penelaahan peraturan perundang-undangan. Orientasi pembinaan BMT dan
Usaha kecil mikro lebih diarahkan pada penciptaan iklim usaha yang kondusif
dan pemberian kesempatan yang seluasluasnya kepada masyarakat di bidang
perkoperasian. Untuk itu, Pemerintah telah melakukan upaya penguatan status
badan hukum BMT karena hingga saat ini badan hukum BMT masih dibawah
naungan Undang-Undang Perkoperasian.
4. Perluasan usaha, dalam hal ini mungkin membuka cabang BMT Usaha Mulya
Masjid Pondok Indah di tempat lain agar memudahkan masyarakat untuk
menjangkau lembaga ini
84
5. Dari sisi produk dana bergulir sendiri, masih banyak kekurangan di sana-sini
yang harus dibenahi, misalnya dasar hukum yang masih kurang, serta para
nasabah masih kurang mengetahui apa dana yang mereka gunakan.
6. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang dana bergulir dhuafa ini, sehingga
ke depan harus ada penyuluhan yang dilakukan oleh pihak BMT Usaha Mulya
Masjid Pondok Indah untuk mengembangkan produk dana bergulir dhuafa
yang sangat berpotensi dengan baik ini.
85
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya :
Risalah Gusti, 1996.
Baihaqi Abdullah Majid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah,
Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia. Jakarta : PINBUK, 2002.
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil. Jakarta : Wordpress, 1999.
Ernie Trisnawati, Kurniawan Sefullah, Pengantar Manajemen. Jakarta : Kencana,
2005.
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Ghafur, Muhammad. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini, Yogyakarta :
Biruni Press, 2007. Cetakan.1.
Gozali Saydam, Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta : Djambatan, 1993.
Hadari Nawawi, Manajemen SDM Untuk Bisnis Kompetitif. Jakarta : UGM Press,
2004.
Hasbullah Husain, Manajemen Menurut Islamologi. Jakarta : Biro Konsultasi
Islamologi, 1997. Cet ke-1.
Ibnu Syamsi, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1994. Cet. Ke-3.
Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariah. Jakarta : Khairul Bayan, 2002.
Hasan Iqbal, Pokok-Pokok Materi Statistik 2-Statistik Inferensif . Jakarta : Bumi
Aksara 2003. Cet ke-2.
Krismiaji, Dasar-dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN, 2002. Cet ke-2.
Lexi, Moleong, Metodogi Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya,
1997.
86
Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa. Jakarta :
Wordpress.com, 2011.
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996. Cet ke-
15.
Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.Jakarta :
Bhatara, 1996. Cet . ke-2.
Nazaruddin Umar , Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dalam kuliah
umumnya.
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis. Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1997.
Peraturan Direksi Lembaga Pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah No. 010/PER/LPDB/2011 tentang petunjuk teknis pemberian
tambahan pinjaman atau pembiayaan kepada koperasi, direksi lembaga
pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah RI.
Presley, John. Perbankan Syariah : Membahas Prinsip, Praktik dan Prospek. Jakarta
: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001.
Suhendi, Hendri, Fiqh Muamalah : membahas Ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Korelasi. Yogyakarta : Amara Books. 2007.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta : Logos Wawancara Ilmu, 1997. Jilid 1.
Yusuf Wibisono, Sumber: Republika Online : 25 Desember 2010.
Zulkarnaen, Perekonomian Indonesia, Jakarta : LPFE, 1989.
http://hendrakholid.net-tabung-haji-perbankan-syariah-2010.
http://lowongankerjamu.info/search/contohpenelitianmetodepenelitiankuantitati-.pdf
http://www.pikiran-rakyat.com, Mengenal Baitul Maal Wa Tamwil (9 Oktober 2005)
http://rumahdhuafa.org/baitulmal-rumah-dhuafa/
87
LAMPIRAN-LAMPIRAN