BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectation) ke
salah satu dari dua arah, artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan
ada pula penyimpangan yang merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang
menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah
risiko (risk).
Sedangkan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan karena mengandung
risiko. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Secara umum risiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan. Begitupun dalam ,segala kegiatan didalamnya juga
mengandung risiko yang harus ditangani agar tidak menimbulkan kerugian yang fatal. Untuk
menangani risiko tersebut bisa dilakukan dengan manajemen risiko.
Menurut Smith : 1990, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan
dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada
perusahaan tersebut. Dengan kata lain, manajemen risiko adalah suatu cara dalam
mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum
diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur
dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh karena itu, melalui
manajemen risiko, diharapkan kerugian yang ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi
bahkan dihilangkan untuk kelangsungan kegiatan di bidangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen Resiko
1. Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan
atau kerugian pada perusahaan tersebut.
2. Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu
pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan
kerugian.
3. Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari
manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani
sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
4. Menurut Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis
dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa resiko bisnis dapat menyebabkan kinerja
perusahaan menjadi rendah, resiko tersebut bisa timbul dari dalam perusahaan maupun
pengaruh dari luar perusahaan.Manajemen resiko adalah menyangkut identifikasi atas
kemungkinan resiko yang akan dihadapinya dan berusaha melakukan proteksi agar pengaruh
resiko tersebut dapat diminimalisasi, bahkan ditiadakan sama sekali.
2.2 Manfaat Manajemen Resiko
1. Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok et al.,
1996)
Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang
rumit.
Memudahkan estimasi biaya.
Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan
dalam cara yang benar.
Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak
informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.
2. Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap
perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi
perusahaan itu.
Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur
pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara
tidak langsung menolong meningkatkan public image.
3. Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah
terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko
antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).
Survival
Kedamaian pikiran
Memperkecil biaya
Menstabilkan pendapatan perusahaan
Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan
masyarakat.
2.3 Derajat Resiko
Derajat risiko – degree of risk adalah ukuran risiko lebih besar atau risiko lebih kecil.
Jika suatu risiko diartikan sebagai ketidakpastian, maka risiko terbesar akan terjadi bila
terdapat dua kemungkinan hasil yang masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama
untuk terjadi.Klasifikasi Risiko sebagai berikut :
Risiko yang dapat diukur dan risiko yang tidak dapat diukur
Risiko financial dan risiko non financial
Risiko statis dan risiko dinamis
Risiko fundamental dan risiko khusus
Risiko murni dan risiko spekulatif
2.4 Klasifikasi Manajemen Resiko :
a) Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal
yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko
operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas
juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi,
sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.
b) Risiko eksternal factor –faktor yang mempengaruhi akibat akibat yang ditimbulkan dari
suatu peristiwa. Lingkungan eksternal menimbulkan kondisi yang kondusif terhadp bencana
yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan.
Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun
sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko
fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi
cara penanganannya.
c) Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari
ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau
bunga atau bunga serta pokok pinjaman.
d) Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang
dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara
signifikan.
2.5 Mengidentifikasi Timbulnya Resiko
2.6 Proses Manajemen Resiko
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam
menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen
risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap)
Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan
beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang
risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite
(selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi,
dan pendelegasian wewenang.
Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat
mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan
menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi
Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam
jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi
tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1)
operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan
bagian haruslah dilibatkan dan mengerti risiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut
terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik dari risiko.
Demikian pula, dalam penentuan tujuan organisasi, hendaknya menggunakan pendekatan
SMART , dan ditentukan risk appetite and risk tolerance (variasi dari tujuan yang dapat
diterima).
Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective yang dapat
diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak modern seperti pengiriman
SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan
mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%, dalam hal 72%
WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan fasilitas tersebut telah
terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran
roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%.
Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau
pencapaian tujuan dari organisasi.
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu (1) Exposure analysis; (2)
Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu
model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya
organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan,
human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti
reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi
dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di
bank,
Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat
mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent
dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood
(kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya
risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan
perkalian antara likelihood dan consequence. Penilaian risiko dapat menggunakan dua
teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative
techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high),
questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data
berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic
models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking. Penilaian risiko atas
setiap aktivitas organisasi akan menghasilkan informasi berupa peta dan angka risiko.
Aktivitas yang paling kecil risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang paling
berisiko tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi ada pada aktivitas d. Sedangkan
aktivitas c, walaupun memiliki dampak yang besar, namun memiliki risiko terjadi yang
rendah.Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar
kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, bila
digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi banyak
business units perlu dikelompokkan dalam common event categories, dan dinilai secara
aggregate.
Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari
organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan
yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi
likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung
bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu
menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus
yang dilakukan. Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor
seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang
optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost
versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap
risk response.
Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan
prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas
pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan
nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya
organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan
(7) wewenang dan tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas
pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive,
detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1)
pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi
wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian
hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya
yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus Manajemen Aset Berbasis Resiko pada Perusahaan Air Minum Daerah
Air bersih atau air minum sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Kajian
global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di Denhaag,
Belanda tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di
beberapa negara. Krisis air dapat saja terjadi di Indonesia apabila pemerintah dan perusahaan
air minum tidak dapat secara maksimal mengelola asset utamanya.
Berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan air minum saat ini, seperti:
tingginya tingkat kebocoran air yang diproduksi, kapasitas produksi yang belum terpakai,
biaya operasional/pemeliharaan untuk menghasilkan air bersih setiap meter kubiknya masih
lebih tinggi atau sama dengan harga jual air setiap meter kubiknya, belum dapat terpenuhinya
kebutuhan masyarakat akan air minum bersih, baik secara kuantitas maupun kualitas, konflik
perebutan air baku yang melintasi dua atau lebih pemerintah daerah, adanya daerah yang
tidak menyediakan pengaturan air baku, adanya penggundulan hutan di kawasan daerah
aliran sungai, kesulitan keuangan, terbelit hutang yang cukup besar dan tidak mampu
membayar hutang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, bahkan tidak sedikit dari
perusahaan air minum yang ada, jika ditinjau dari posisi keuangan perusahaan sudah dalam
keadaan pailit mencerminkan belum maksimalnya pengelolaan asset utama perusahaan air
minum.
Bagi perusahaan air minum, infrastruktur air minum merupakan asset utama yang
nilainya signifikan. Oleh karena itu, harus dikelola secara baik mulai sejak perencanaan
kebutuhan, penyediaan dana, pengadaan asset, pengoperasian, pemeliharaan, hingga pada
pemusnahan asset.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, manajemen asset merupakan asset
merupakan suatu proses untuk menghasilkan nilai maksimal bagi semua stakeholder
perusahaan dari pengelolaan asset fisik yang dimiliki perusahaan, baik untuk kepentingan
bisnis maupun kepentingan umum, dengan menyeimbangkan kinerja operasional dari asset
dengan biaya siklus hidup dan profil resikonya. Manajemen berbasis resiko lebih
menekankan pada proses mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan
resiko-resiko yang melekat pada proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses
manajemen resiko terhadap asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola
penyebab utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan. Penerapan proses manajemen
resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara khusus
lebih menekankan pada aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset
management). Tujuan dari diterapkannya proses manajemen resiko adalah tidak hanya untuk
memberikan perlindungan dan kesinambungan aktivitas bisnis inti dan jasa yang penting,
tetapi juga memenuhi kewajiban hukum; menjaga kesehatan pekerja dan masyarakat;
perlindungan lingkungan; beroperasinya dan perlindungan asset pada biaya rendah; dan
rencana kontijensi untuk situasi darurat bila terjadi rencana alam.
3.2 Proses Manajemen Resiko pada Perusahaan Air Minum Daerah,
meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative bagi perusahaan secara
signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada perusahaan air minum resiko
yang mungkin terjadi adalah:
Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada struktur
sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas penyimpanan, kualitas
sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan kegiatan operasional yang tidak tepat.
Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya penguapan air
di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan kebocoran (leakage) seperti
kebocoran pada pipa jaringan distribusi, dan tempat penyimpanan air/reservoir.
Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena adanya
pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate metering) seperti alat kalibrasi
meteran yang tidak akurat, alat meteran yang sudah tua, alat meteran yang berputar
rendah, dan adanya pemakaian air yang tidak terukur dengan meteran (unmetered
usage) seperti pemakaian yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak
illegal, pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak illegal) dan
pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan jalan, dan taman).
Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah yang tidak
terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan jaringan pipa.
Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air minum dapat
terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya sumber air minum/produksi air
minum selama pembangunan, pemeliharaan, atau pengoperasian infrastruktur
penyedia air.
Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena kenaikan tingkat
inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah, dan kenaikan harga
bahan bakar minyak.
b. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat
kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah
mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan
menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau
kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan dampak
kerugian yang ditimbulkannya
c. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan
prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan
resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat
diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani.
Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun
peta resiko
d. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko
berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga,
mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara
menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada pada proses
bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah
dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara
menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada
manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke
dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai
indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak
kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat
kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah mempertimbangkan pengendalian
yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak
terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.
e. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi
perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara
penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam
register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.
f. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas
bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko
dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang
berkepentingan berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan
eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar
lingkungan perusahaan, dan konsumen air bersih).
Walaupun penerapan proses manajemen resiko pada perusahaan air minum di
Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya,
namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice), maka
seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada
setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen
asset.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu disiapkan segala
infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman manajemen resiko (kebijakan,
pedoman umum, prosedur, dan formulir), struktur organisasi manajemen resiko
(tugas, wewenang, tanggung jawab personil untuk melaksanakan manajemen resiko),
dan sistem informasi pelaporan/pemantauan pelaksanaan manajemen resiko.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang tidak
terlepas dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko lebih menekankan pada proses
mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko yang melekat pada
proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap asset utama
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama kegagalan pencapaian
sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas bisnis
perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan pada aktivitas manajemen asset
perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset management).
Walaupun penerapan manajemen resiko pada perusahaan air minum di Indonesia
khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya, namun karena
manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice) maka seyogyanya sudah mulai
dapat diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis
perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen asset sehingga tujuan
manajemen asset dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu solusi dalam
rangka memaksimalkan pengelolaan asset perusahaan air minum.
Jadi, manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil
antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi
efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau
legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen
risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen
risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen
risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat
diklasifikasi menjadi
• Risiko Operasional
• Risiko Eksternal
• Risiko Finansial
• Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko
Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk Management). Manajemen Risiko dimulai dari proses
identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring dan evaluasi. Risiko dapat terjadi
pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang bersangkutan. Risiko yang terjadi
dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kejadian alam, operasional, manusia,
politik, teknologi, pegawai, keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi.
Suatu risiko yang terjadi dapat berasal dari risiko lainnya, dan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Risiko rendahnya kinerja suatu instansi berasal dari risiko rendahnya mutu
pelayanan kepada publik. Risiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia
yang dimiliki organisasi dan operasional seperti keterbatan fasilitas kantor. Risiko yang
terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari instansi tersebut, dan
timbulnya ketidakpercayaan dari publik.
Risiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor publik yang menuntut
transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang terbatas, risiko yang dihadapi instansi
Pemerintah akan semakin bertambah dan meningkat. Oleh karenanya, pemahaman terhadap
risiko menjadi keniscayaan untuk dapat menentukan prioritas strategi dan program dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen risiko. Peran dari
manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan penyusunan strategic management,
mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive
decision making dari manajemen puncak.
TUGAS MANAJEMEN RESIKO
MANAJEMEN ASET BERBASIS RESIKO
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
Disusun oleh :
Taufiq Ardi Hidayat
NIM : A01.11.0027
MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PELITA NUSANTARA SEMARANG
2014