BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan merupakan kehidupan dalam suatu
kelas, dimana guru dan siswa saling berkaitan dalam melaksanakan kegiatan yang
telah direncanakan oleh guru. Keberhasilan kegiatan tersebut menjadi
tanggungjawab guru dan siswa secara bersama-sama. Namun guru memegang
peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar karena merupakan pengelola di
dalam kelas. Oleh karena itu, bila siswa kurang bisa menguasai suatu materi maka
kurang berhasilnya tingkat penguasaan siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor
salah satunya adalah penyajian materi yang kurang menarik dari guru.
Kebanyakan guru mengajar hanya sekedar transfer pengetahuan kepada siswa
dengan hapalan-hapalan teori maupun rumus, untuk menjawab soal-soal ujian,
tetapi seringkali tidak sanggup untuk menterjemahkannya ke dalam realitas yang
ada di sekelilingnya. Pembelajaran yang demikian akan membosankan, hal ini
mengakibatkan berkurangnya minat siswa untuk mempelajari materi tersebut
sehingga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penguasaan materi. Khususnya
dalam materi pencemaran lingkungan perairan yang merupakan salah satu materi
kontekstual, metode pembelajaran yang hanya sekedar transfer pengetahuan akan
sangat membosankan bagi siswa dan mereka hanya memahami atau mengetahui
sekedar kata- kata, tetapi tidak mengerti maksudnya dalam kehidupan sehari –
hari.
Kondisi siswa yang cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat dihindari,
disebabkan penjelasan guru yang sukar dipahami karena masih bersifat abstrak.
Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan siswa
berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, karena tidak ada
fokus masalahnya. Jika ingin menyampaikan materi dengan maksimal, maka
1
menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran merupakan solusi yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Terutama untuk materi pencemaran lingkungan perairan, pemanfaatan bahan yang
berasal dari lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran sangat membantu
guru meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dan hal ini juga
akan lebih mengeksplorasi sumber daya laut sebagai penyampaian pesan dan isi
materi pencemaran lingkungan berair sehingga kemungkinannya materi yang
diserap oleh siswa meningkat. Sebab dengan menyajikan media pembelajaran,
materi akan lebih menarik dan konkret. Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran yaitu kerang darah ( Anadara granosa ) sebagai
bioindikator pada pencemaran lingkungan perairan. Dengan demikian akan
memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas dan rasa
ingin tahu siswa untuk belajar.
Lingkungan perairan di Kota Pontianak yang kemungkinan mengalami
pencemaran sehingga dapat dijadikan media pembelajaran adalah sungai kapuas.
Pencemaran tersebut dapat berasal dari aktivitas industri yang secara tidak
langsung membuang limbah cairnya ke perairan laut, terutama yang berasal dari
kawasan industri kayu atau karet yang berada di dekat atau pinggir sungai kapuas.
Adanya pembuangan limbah industri tersebut diduga dapat mencemari lingkungan
perairan dan organisme yang hidup di dalamnya.
Bioindikator yang dipilih adalah kerang darah karena merupakan biota yang
potensial terkontaminasi logam berat sebab sifatnya yang filter feeder, sehingga
biota ini dapat digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi
logam berat pada lingkungan perairan (Yennie dan Murtini ,2005)
Dengan demikian pemanfaatan kerang darah sebagai bioindikator media
pembelajaran dalam pencemaran lingkungan perairan diharapkan dapat
memberikan pengalaman dan penyampai pesan-pesan yang akan dicapai didalam
materi tersebut. Sehingga daya ingat siswa terhadap materi yang disampaikan
2
akan lebih lama karena siswa mengalami langsung atau terlibat langsung dalam
kegiatan pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa
permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam karya tulis ilmiah ini
adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan minat siswa pada materi pencemaran
lingkungan perairan dan dasar pemilihan kerang darah sebagai
bioindikator untuk media pembelajaran?
2. Bagaimana keefektifan penggunaan kerang darah sebagai bioindikator
pencemaran lingkungan perairan untuk media pembelajaran?
3. Bagaimana dampak positif dan negatif pemanfaatan kerang darah sebagai
bioindikator pencemaran lingkungan perairan untuk media pembelajaran?
1.3. Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara meningkatkan minat siswa pada materi pencemaran
lingkungan perairan dan dasar pemilihan kerang darah sebagai
bioindikator untuk media pembelajaran
2. Mengkaji keefektifan penggunaan kerang darah sebagai bioindikator
pencemaran lingkungan perairan untuk media pembelajaran.
3. Menganalisis dampak positif dan negatif pemanfaatan kerang darah
sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan untuk media
pembelajaran.
3
1.4. Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan bisa dijadikan inspirasi bagi guru untuk memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran. Misalnya untuk menarik minat
siswa mempelajari pencemaran lingkungan perairan maka dapat dimanfaatkan
kerang darah sebagai bioindikator yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran sehingga siswa akan lebih menarik dalam memahami materi dan
menimbulkan pengalaman yang berkesan bagi siswa sehingga mudah memahami
materi pencemaran lingkungan perairan dan daya ingat terhadap materi
pembelajaran tersebut juga akan lebih lama.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan
oleh guru guna membelajarkan siswanya. Guru yang mengajar dan siswa yang
belajar, Perpaduan dari dua unsur menusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan
memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Semua komponen pengajaran
diperankan secara opimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sebaiknya dapat mencipakan kondisi belajar mengajar yang dapat
mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran. Tugas guru adalah menciptakan
suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua siswa.
Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa
biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang
harmonis. Siswa gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing.
Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan subjek dan sebagai objek dari
kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika siswa berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari
segi kejiawaan. Bila hanya fisik siswa yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak capai.
Kegiatan mengajar bagi guru menghendaki hadirnya sejumlah siswa. Berbeda
dengan belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup
banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa di luar dari keterlibatan guru .Belajar
5
mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu suatu proses mengatur,
mengorganisasi lingkunga yanga ada disekitar siswa, sehingga dapa
menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. (Nana
Sudjana,1991:29)
2.2 Lingkungan Sekitar sebagai Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan. Cukup banyak batasan yang dibuat orang.
Asosiasi Teknologi Pendidikan misalnya mengatakan bahwa media adalah segala
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan atau
informasi.
Gagne (1978) mengartikan media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Heinich
dan Russell (1989) mengartikan media sebagai saluran untuk komunikasi yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang digunakan untuk
menyalurkan informasi antara pengirim dan penerima. Dari batasan-batasan itu
dapat kita rumuskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswa.
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili
kekurangan penjelasan guru yang diucapkan melalui kata-kata. Bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Maka siswa lebih
mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Dengan demikian media
6
adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pembelajaran.
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya
untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Sebagai alat bantu, media
mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal
ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan
media mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup
lama. Itu berarti kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai
bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang
terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan
ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere,
domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan
keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur
lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur
biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan
yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah
terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk
kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin
memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa karena mereka belajar tidak
terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab
7
siswa dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca
inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi siswa sebab lingkungan
menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Begitu
banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber
belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari
dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif
dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.3 Kerang Darah Sebagai Bioindikator
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan biota laut yang tergolong molusca
dari kelas pelecypoda. Kerang darah hidup didaerah perairan dan bisa bertahan
hidup ditempat berlumpur. Kerang ini memiliki mobilitas yang rendah sehingga
dapat mengakumulasi logam berat yang ada dilingkungannya. Oleh sebab itu,
adanya logam berat dalam tubuhnya dipandang dapat mewakili keberadaan logam
berat yang ada dihabitatnya. Kandungan logam dalam biota air, biasanya akan
selalu bertambah dari waktu ke waktu karena sifatnya yang bioakumulatif,
sehingga kerang darah sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran
logam dalam lingkungan perairan.
Peranan kerang darah sebagai indikator pencemaran lingkungan perairan
merupakan salah satu contoh bioindikator. Karena bioindikator adalah organisme
atau respon biologis yang menjadi petunjuk atau keterangan adanya polutan
dengan timbulnya berbagai gejala khas dan respon yang terukur.
8
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Prosedur Pengumpulan Sumber Pustaka
Penulisan ini bersifat deskriptif dan agar penulisan karya tulis ini lebih akurat,
maka penulis mencari sumber pustaka dari berbagai literatur yang relevan dengan
masalah yang dipilih untuk digunakan sebagai referensi. Referensi yang
digunakan terutama adalah jurnal ilmiah, makalah-makalah, artikel-artikel yang
dimuat di koran dan internet, serta buku-buku yang sesuai dengan masalah
penulisan.
3.2 Analisis Sumber Pustaka
Setelah mencari, mengkaji dan menelaah berbagai data, informasi dan sumber
pustaka yang ada, penulis melakukan analisa terhadap konsep dan hal-hal yang
terkait dengan perumusan masalah. Setelah melakukan analisa dan sintesis
terhadap fakta-fakta yang ada, maka penulis kemudian menarik simpulan yang
akan menjawab perumusan masalah tersebut.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Meningkatkan Minat Siswa pada Materi Pencemaran Lingkungan
Perairan dan Dasar Pemilihan Kerang Darah Sebagai Bioindikator
untuk Media Pembelajaran.
Materi pencemaran pada lingkungan merupakan materi yang sangat berhubungan
dengan lingkungan sekitar. Jika pada proses belajar mengajar, siswa hanya
mendengarkan cerita dari guru maka pembelajaran akan sangat membosankan.
Hal ini akan mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari materi tersebut dan
akan berimplikasi pada hasil belajar siswa. Sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai secara maksimal.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan kreatifitas dan jiwa inovatif dari guru
supaya dapat meningkatkan minat siswa pada materi yang diajarkan. Salah
satunya adalah dengan penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu
penyampaian pesan dari materi akan sangat diperlukan. Media yang digunakan
tidak harus berupa alat atau bahan yang mahal, tetapi media tersebut dapat
diperoleh dari lingkungan sekitar yang penting dapat menunjang dan membantu
proses belajar mengajar.
Salah satu solusi yang ditawarkan dalam penulisan ini adalah dengan
memanfaatkan kerang darah sebagai indikator untuk mempelajari materi
pencemaran lingkungan perairan. Penggunaan kerang darah dikarenakan kerang
darah mudah diperoleh di lingkungan perairan dan merupakan biota yang
potensial terkontaminasi logam berat sebab sifatnya yang filter feeder dan tahan
terhadap kandungan logam berat yang tinggi (tidak mati seperti ikan dan udang)
sehingga biota ini dapat digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat
akumulasi logam berat pada lingkungan perairan (Yennie dan Murtini ,2005)
10
Sifat kerang darah yang filter feeder dapat mewakilkan kandungan logam pada
perairan sehingga disebut sebagai bioindikator. Dengan memanfaatkan kerang
darah menjadi bioindikator sebagai media pembelajaran berarti telah
memanfaatkan lingkungan sekitar dalam kegiatan pembelajaran.
Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini diarahkan agar siswa
dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima di
kelas dengan pengamatan langsung di alam. Pembelajaran yang hanya dilakukan
di dalam kelas akan menyebabkan siswa merasa bosan karena hanya mengacu
pada teori-teori. Sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran
ini bisa dijadikan sebagai cara atau alternatif bagi guru untuk mendidik siswa.
Jadi media pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan akan
meningkatkan pemahaman pada siswa sesudah menerima materi karena mereka
dapat membawa pengalaman dan penemuan di lingkungan mereka. Dengan
adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran, siswa akan lebih
mudah memahami materi tersebut.
4.2 Keefektifan Penggunaan Kerang Darah Sebagai Bioindikator
Pencemaran Lingkungan Perairan untuk Media Pembelajaran.
Penggunaan kerang darah sebagai media pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengajak siswa langsung ke lapangan (perairan sekitar) dan diajak untuk
melakukan pengamatan terhadap kerang darah yang ada di perairan. Kemudian
dilakukan pengujian atau analisis terhadap kerang darah untuk mengetahui kadar
logam berat pada kerang darah yang mewakili tingkat pencemaran di lingkungan
perairan tersebut. Lalu dari pengamatan dan analisis yang dilakukan dapat
disimpulkan besarnya kadar logam yang terdapat di lingkungan perairan tersebut,
jika keberadaannya melebihi ambang batas yang diperbolehkan maka dapat
membahayakan lingkungan di sekitarnya.
11
Pemanfaatan kerang darah sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan
untuk media pembelajaran akan menjadi pengalaman bagi siswa karena siswa
terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sebagai subjek yang mencari fakta
di lingkungan sekitar. Sehingga akan meningkatkan rasa ingin tahu di dalam diri
siswa, dan sesuai dengan paham kontruktivisme, siswa akan membangun sendiri
pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan sekitar. Jadi dengan
demikian siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran karena akan
timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul. Selain itu, dengan suasana
belajar di luar kelas, pembelajaran akan lebih menarik dan santai.
Implikasinya dengan mengamati dan melakukan analisis secara langsung, siswa
dapat mengetahui kadar logam berat atau tingkat pencemaran di lingkungan
sekitarnya. Sehingga akan timbul rasa tanggung jawab dan kepedulian siswa
untuk menjaga lingkungan perairannya. Dan tindak lanjutnya, siswa dapat
menyebarkan hasil pengamatan dan analisis mereka ke teman sebayanya atau
orang terdekatnya sehingga tidak seperti pembelajaran di kelas yang berhenti saat
mengisi ulangan umum. Tetapi lebih dari itu, pemanfaatan kerang menjadi
bioindikator pencemaran lingkungan perairan sebagai media pembelajaran dapat
menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa dan membiasakan penerapan metode
ilmiah dalam memecahkan suatu masalah.
4.3 Dampak Positif dan Negatif Pemanfaatan Kerang Darah Sebagai
Bioindikator Pencemaran Lingkungan Perairan Untuk Media
Pembelajaran.
Pemanfaatan kerang darah sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan
untuk media pembelajaran akan memberikan dampak positif dan dampak negatif.
A. Dampak Positif Penggunaan Kerang Darah Sebagai Bioindikator Pencemaran
Lingkungan Perairan
12
Dampak positif dari pemanfaatan kerang sebagai media pembelajaran adalah
untuk:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata –
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya). Media pembelajaran dapat
membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila
dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang
memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat,
menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media (kerang
darah) maka tingkat pemahaman siswa terhadap pencemaran lingkungan
perairan akan lebih baik.
2. Membuat konkret konsep yang abstrak, sering kali sesuatu yang
diterangkan oleh guru diterima sebagai konsepsi yang berbeda oleh siswa
yang berbeda pula. Penggunaan media yaitu menggunakan kerang darah
sebagai bioindikator bisa memberikan konsep dasar yang benar dalam
mempelajari pencemaran pada lingkungan perairan.
3. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya,
membangkitkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu pada siswa. Dengan
menggunakan media pembelajaran, pengalaman siswa semakin luas,
persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya semakin
lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu muncul
sehingga terbiasa menerapkan sikap ilmiah. Sehingga mendorong
kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)
4. Menghemat biaya karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di
lingkungan sekitar, misalnya kerang darah
5. Karena bahan (kerang darah) berasal dari lingkungan siswa, maka benda-
benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal
13
ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual
learning).
6. Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui
media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,
karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa
dalam kehidupannya sehari-hari.
7. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung
secara alamiah.
8. Lebih komunikatif, sebab benda (kerang darah) tersedia di lingkungan
siswa sehingga biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan
media yang dikemas
B. Dampak Negatif Penggunaan Kerang Darah Sebagai Bioindikator Pencemaran
Lingkungan Perairan
Dampak negatif dari pemanfaatan kerang sebagai media pembelajaran adalah
untuk:
1. Kesulitan dalam mengontrol dan mengawasi siswa ketika turun ke
lapangan
2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran jadi
lebih lama
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penggunaan kerang darah (Anadara granosa) sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajari
pencemaran pada lingkungan perairan.
2. Kerang darah ( Anadara granosa ) dapat digunakan sebagai hewan uji
dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada lingkungan
perairan sebab sifatnya yang filter feeder dan tahan terhadap kandungan
logam berat yang tinggi.
3. Kadar logam berat pada kerang darah yang mewakili tingkat pencemaran
di lingkungan perairan tersebut.
4. Pemanfaatan kerang darah sebagai media pembelajaran akan menjadi
pengalaman bagi siswa karena siswa terlibat langsung dalam kegiatan
pembelajaran sebagai subjek yang pencari fakta di lingkungan sekitar.
5. Kerang darah yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dapat
menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa dan membiasakan penerapan
metode ilmiah dalam memecahkan suatu masalah.
6. Dampak positif dalam pemanfaatan kerang darah sebagai media
pembelajaran adalah membuat penjelasan lebih konkreat, jelas,
komunikatif, dan aplikatif
15
7. Dampak negatif pemanfaatan kerang sebagai media pembelajaran adalah
kesulitan mengontrol dan mengawasi siswa serta pembelajaran
membutuhkan waktu yang lebih lama.
5.2 Saran
1. Guru lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran sehingga
meningkatkan minat siwa dalam mempelajari materi pembelajaran.
2. Lingkungan sekitar dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai media
pembelajaran yang berfungsi menyampaikan pesan dari suatu materi
3. Kerang darah (Anadara granosa) dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bioindikator tingkat
pencemaran pada lingkungan perairan agar pembelajaran lebih menarik
dan berkesan sebagai suatu pengalaman sehingga daya ingat siswa lebih
lama
16
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Lingkungan sebagai Sumber dan Media Pembelajaran .(online).
Diunduh 29 maret 2010
Djamarah, S.B dan Aswan Z. 1995. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). PT
Rineka Cipta : Jakarta.
Gagne. 1978. Media Pembelajaran. (online). (http://edu-articles.com/mengenal-
media-pembelajaran/) diunduh 29 maret 2010
Heinich dan Russel. 1989. Manfaat Media Pembelajaran. (online).
http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/media-pembelajaran.html
diunduh 29 maret 2010
Heru , nanik. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan , Sedimen dan Kerang
Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai
Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. J.BIOMA, Vol.
10, No. 2, Hal. 53-56
Jovita Tri Murtini, Yusma Yennie dan Rosmawaty Peranginangin.2003.
Kandungan Logam Berat Pada Kerang Darah (Anadara granosa), Air
Laut dan Sedimen di Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-api. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 Nomor 5
17
LIPI, 1991, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Status Pencemaran
Laut di Indonesia dan Teluk Peniantauannya. Dalam Proyek Penelitian
dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Air Tawar . Jakarta
Nana Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru:
Bandung.
Nurjanah , Zulhamsyah dan Kustiyariyah .2005. Kandungan Mineral dan
Proksimat Kerang Darah (Anadara granosa) yang Diambil dari
Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Buletin Teknologi Hasil Perikanan , Vol
VIII Nomor 2 Tahun 2005
Yusma Yennie dan Jovita Tri Murtini. 2005.Kandungan Logam berat Air Laut,
Sedimen dan Daging Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan
Menthok dan Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia, 12(1):27-32.12(1):27-32
18
19
Recommended