27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan merupakan kehidupan dalam suatu kelas, dimana guru dan siswa saling berkaitan dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan oleh guru. Keberhasilan kegiatan tersebut menjadi tanggungjawab guru dan siswa secara bersama- sama. Namun guru memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar karena merupakan pengelola di dalam kelas. Oleh karena itu, bila siswa kurang bisa menguasai suatu materi maka kurang berhasilnya tingkat penguasaan siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah penyajian materi yang kurang menarik dari guru. Kebanyakan guru mengajar hanya sekedar transfer pengetahuan kepada siswa dengan hapalan-hapalan teori maupun rumus, untuk menjawab soal-soal ujian, tetapi seringkali tidak sanggup untuk menterjemahkannya ke dalam realitas yang ada di sekelilingnya. Pembelajaran yang demikian akan membosankan, hal ini mengakibatkan berkurangnya minat siswa untuk mempelajari materi tersebut sehingga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penguasaan materi. Khususnya dalam materi 1

LkTi Nursiah FKIP UNtan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: LkTi Nursiah FKIP UNtan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan merupakan kehidupan dalam suatu

kelas, dimana guru dan siswa saling berkaitan dalam melaksanakan kegiatan yang

telah direncanakan oleh guru. Keberhasilan kegiatan tersebut menjadi

tanggungjawab guru dan siswa secara bersama-sama. Namun guru memegang

peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar karena merupakan pengelola di

dalam kelas. Oleh karena itu, bila siswa kurang bisa menguasai suatu materi maka

kurang berhasilnya tingkat penguasaan siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor

salah satunya adalah penyajian materi yang kurang menarik dari guru.

Kebanyakan guru mengajar hanya sekedar transfer pengetahuan kepada siswa

dengan hapalan-hapalan teori maupun rumus, untuk menjawab soal-soal ujian,

tetapi seringkali tidak sanggup untuk menterjemahkannya ke dalam realitas yang

ada di sekelilingnya. Pembelajaran yang demikian akan membosankan, hal ini

mengakibatkan berkurangnya minat siswa untuk mempelajari materi tersebut

sehingga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penguasaan materi. Khususnya

dalam materi pencemaran lingkungan perairan yang merupakan salah satu materi

kontekstual, metode pembelajaran yang hanya sekedar transfer pengetahuan akan

sangat membosankan bagi siswa dan mereka hanya memahami atau mengetahui

sekedar kata- kata, tetapi tidak mengerti maksudnya dalam kehidupan sehari –

hari.

Kondisi siswa yang cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat dihindari,

disebabkan penjelasan guru yang sukar dipahami karena masih bersifat abstrak.

Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan siswa

berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, karena tidak ada

fokus masalahnya. Jika ingin menyampaikan materi dengan maksimal, maka

1

Page 2: LkTi Nursiah FKIP UNtan

menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran merupakan solusi yang tepat

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

Terutama untuk materi pencemaran lingkungan perairan, pemanfaatan bahan yang

berasal dari lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran sangat membantu

guru meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dan hal ini juga

akan lebih mengeksplorasi sumber daya laut sebagai penyampaian pesan dan isi

materi pencemaran lingkungan berair sehingga kemungkinannya materi yang

diserap oleh siswa meningkat. Sebab dengan menyajikan media pembelajaran,

materi akan lebih menarik dan konkret. Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran yaitu kerang darah ( Anadara granosa ) sebagai

bioindikator pada pencemaran lingkungan perairan. Dengan demikian akan

memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas dan rasa

ingin tahu siswa untuk belajar.

Lingkungan perairan di Kota Pontianak yang kemungkinan mengalami

pencemaran sehingga dapat dijadikan media pembelajaran adalah sungai kapuas.

Pencemaran tersebut dapat berasal dari aktivitas industri yang secara tidak

langsung membuang limbah cairnya ke perairan laut, terutama yang berasal dari

kawasan industri kayu atau karet yang berada di dekat atau pinggir sungai kapuas.

Adanya pembuangan limbah industri tersebut diduga dapat mencemari lingkungan

perairan dan organisme yang hidup di dalamnya.

Bioindikator yang dipilih adalah kerang darah karena merupakan biota yang

potensial terkontaminasi logam berat sebab sifatnya yang filter feeder, sehingga

biota ini dapat digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi

logam berat pada lingkungan perairan (Yennie dan Murtini ,2005)

Dengan demikian pemanfaatan kerang darah sebagai bioindikator media

pembelajaran dalam pencemaran lingkungan perairan diharapkan dapat

memberikan pengalaman dan penyampai pesan-pesan yang akan dicapai didalam

materi tersebut. Sehingga daya ingat siswa terhadap materi yang disampaikan

2

Page 3: LkTi Nursiah FKIP UNtan

akan lebih lama karena siswa mengalami langsung atau terlibat langsung dalam

kegiatan pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa

permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam karya tulis ilmiah ini

adalah:

1. Bagaimana cara meningkatkan minat siswa pada materi pencemaran

lingkungan perairan dan dasar pemilihan kerang darah sebagai

bioindikator untuk media pembelajaran?

2. Bagaimana keefektifan penggunaan kerang darah sebagai bioindikator

pencemaran lingkungan perairan untuk media pembelajaran?

3. Bagaimana dampak positif dan negatif pemanfaatan kerang darah sebagai

bioindikator pencemaran lingkungan perairan untuk media pembelajaran?

1.3. Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui cara meningkatkan minat siswa pada materi pencemaran

lingkungan perairan dan dasar pemilihan kerang darah sebagai

bioindikator untuk media pembelajaran

2. Mengkaji keefektifan penggunaan kerang darah sebagai bioindikator

pencemaran lingkungan perairan untuk media pembelajaran.

3. Menganalisis dampak positif dan negatif pemanfaatan kerang darah

sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan untuk media

pembelajaran.

3

Page 4: LkTi Nursiah FKIP UNtan

1.4. Manfaat Penulisan

Karya tulis ini diharapkan bisa dijadikan inspirasi bagi guru untuk memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran. Misalnya untuk menarik minat

siswa mempelajari pencemaran lingkungan perairan maka dapat dimanfaatkan

kerang darah sebagai bioindikator yang dapat digunakan sebagai media

pembelajaran sehingga siswa akan lebih menarik dalam memahami materi dan

menimbulkan pengalaman yang berkesan bagi siswa sehingga mudah memahami

materi pencemaran lingkungan perairan dan daya ingat terhadap materi

pembelajaran tersebut juga akan lebih lama.

4

Page 5: LkTi Nursiah FKIP UNtan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan

oleh guru guna membelajarkan siswanya. Guru yang mengajar dan siswa yang

belajar, Perpaduan dari dua unsur menusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan

memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Semua komponen pengajaran

diperankan secara opimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan

sebelum pengajaran dilaksanakan.

Sebagai guru sebaiknya dapat mencipakan kondisi belajar mengajar yang dapat

mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran. Tugas guru adalah menciptakan

suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua siswa.

Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa

biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang

harmonis. Siswa gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing.

Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan

pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan subjek dan sebagai objek dari

kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah

kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika siswa berusaha secara aktif untuk

mencapainya. Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari

segi kejiawaan. Bila hanya fisik siswa yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya

kurang aktif maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak capai.

Kegiatan mengajar bagi guru menghendaki hadirnya sejumlah siswa. Berbeda

dengan belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup

banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa di luar dari keterlibatan guru .Belajar

5

Page 6: LkTi Nursiah FKIP UNtan

mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu suatu proses mengatur,

mengorganisasi lingkunga yanga ada disekitar siswa, sehingga dapa

menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. (Nana

Sudjana,1991:29)

2.2 Lingkungan Sekitar sebagai Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,

‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim pesan kepada penerima pesan. Cukup banyak batasan yang dibuat orang.

Asosiasi Teknologi Pendidikan misalnya mengatakan bahwa media adalah segala

bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan atau

informasi.

Gagne (1978) mengartikan media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Heinich

dan Russell (1989) mengartikan media sebagai saluran untuk komunikasi yang

berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” yang digunakan untuk

menyalurkan informasi antara pengirim dan penerima. Dari batasan-batasan itu

dapat kita rumuskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar

pada diri siswa.

Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam

proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.

Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat

dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili

kekurangan penjelasan guru yang diucapkan melalui kata-kata. Bahkan

keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Maka siswa lebih

mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Dengan demikian media

6

Page 7: LkTi Nursiah FKIP UNtan

adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai

tujuan pembelajaran.

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan

yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya

untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan

pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Sebagai alat bantu, media

mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal

ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan

media mempertinggi kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup

lama. Itu berarti kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan

proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai

bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang

terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan

ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere,

domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan

keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur

lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua

benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur

biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan

yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang

dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang

berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah

terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk

kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin

memperkaya wawasan dan pengetahuan siswa karena mereka belajar tidak

terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab

7

Page 8: LkTi Nursiah FKIP UNtan

siswa dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca

inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.

Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi siswa sebab lingkungan

menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Begitu

banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber

belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari

dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif

dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

2.3 Kerang Darah Sebagai Bioindikator

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan biota laut yang tergolong molusca

dari kelas pelecypoda. Kerang darah hidup didaerah perairan dan bisa bertahan

hidup ditempat berlumpur. Kerang ini memiliki mobilitas yang rendah sehingga

dapat mengakumulasi logam berat yang ada dilingkungannya. Oleh sebab itu,

adanya logam berat dalam tubuhnya dipandang dapat mewakili keberadaan logam

berat yang ada dihabitatnya. Kandungan logam dalam biota air, biasanya akan

selalu bertambah dari waktu ke waktu karena sifatnya yang bioakumulatif,

sehingga kerang darah sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran

logam dalam lingkungan perairan.

Peranan kerang darah sebagai indikator pencemaran lingkungan perairan

merupakan salah satu contoh bioindikator. Karena bioindikator adalah organisme

atau respon biologis yang menjadi petunjuk atau keterangan adanya polutan

dengan timbulnya berbagai gejala khas dan respon yang terukur.

8

Page 9: LkTi Nursiah FKIP UNtan

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Prosedur Pengumpulan Sumber Pustaka

Penulisan ini bersifat deskriptif dan agar penulisan karya tulis ini lebih akurat,

maka penulis mencari sumber pustaka dari berbagai literatur yang relevan dengan

masalah yang dipilih untuk digunakan sebagai referensi. Referensi yang

digunakan terutama adalah jurnal ilmiah, makalah-makalah, artikel-artikel yang

dimuat di koran dan internet, serta buku-buku yang sesuai dengan masalah

penulisan.

3.2 Analisis Sumber Pustaka

Setelah mencari, mengkaji dan menelaah berbagai data, informasi dan sumber

pustaka yang ada, penulis melakukan analisa terhadap konsep dan hal-hal yang

terkait dengan perumusan masalah. Setelah melakukan analisa dan sintesis

terhadap fakta-fakta yang ada, maka penulis kemudian menarik simpulan yang

akan menjawab perumusan masalah tersebut.

9

Page 10: LkTi Nursiah FKIP UNtan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Meningkatkan Minat Siswa pada Materi Pencemaran Lingkungan

Perairan dan Dasar Pemilihan Kerang Darah Sebagai Bioindikator

untuk Media Pembelajaran.

Materi pencemaran pada lingkungan merupakan materi yang sangat berhubungan

dengan lingkungan sekitar. Jika pada proses belajar mengajar, siswa hanya

mendengarkan cerita dari guru maka pembelajaran akan sangat membosankan.

Hal ini akan mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari materi tersebut dan

akan berimplikasi pada hasil belajar siswa. Sehingga tujuan pembelajaran tidak

tercapai secara maksimal.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan kreatifitas dan jiwa inovatif dari guru

supaya dapat meningkatkan minat siswa pada materi yang diajarkan. Salah

satunya adalah dengan penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu

penyampaian pesan dari materi akan sangat diperlukan. Media yang digunakan

tidak harus berupa alat atau bahan yang mahal, tetapi media tersebut dapat

diperoleh dari lingkungan sekitar yang penting dapat menunjang dan membantu

proses belajar mengajar.

Salah satu solusi yang ditawarkan dalam penulisan ini adalah dengan

memanfaatkan kerang darah sebagai indikator untuk mempelajari materi

pencemaran lingkungan perairan. Penggunaan kerang darah dikarenakan kerang

darah mudah diperoleh di lingkungan perairan dan merupakan biota yang

potensial terkontaminasi logam berat sebab sifatnya yang filter feeder dan tahan

terhadap kandungan logam berat yang tinggi (tidak mati seperti ikan dan udang)

sehingga biota ini dapat digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat

akumulasi logam berat pada lingkungan perairan (Yennie dan Murtini ,2005)

10

Page 11: LkTi Nursiah FKIP UNtan

Sifat kerang darah yang filter feeder dapat mewakilkan kandungan logam pada

perairan sehingga disebut sebagai bioindikator. Dengan memanfaatkan kerang

darah menjadi bioindikator sebagai media pembelajaran berarti telah

memanfaatkan lingkungan sekitar dalam kegiatan pembelajaran.

Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini diarahkan agar siswa

dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima di

kelas dengan pengamatan langsung di alam. Pembelajaran yang hanya dilakukan

di dalam kelas akan menyebabkan siswa merasa bosan karena hanya mengacu

pada teori-teori. Sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran

ini bisa dijadikan sebagai cara atau alternatif bagi guru untuk mendidik siswa.

Jadi media pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan akan

meningkatkan pemahaman pada siswa sesudah menerima materi karena mereka

dapat membawa pengalaman dan penemuan di lingkungan mereka. Dengan

adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran, siswa akan lebih

mudah memahami materi tersebut.

4.2 Keefektifan Penggunaan Kerang Darah Sebagai Bioindikator

Pencemaran Lingkungan Perairan untuk Media Pembelajaran.

Penggunaan kerang darah sebagai media pembelajaran dapat dilakukan dengan

mengajak siswa langsung ke lapangan (perairan sekitar) dan diajak untuk

melakukan pengamatan terhadap kerang darah yang ada di perairan. Kemudian

dilakukan pengujian atau analisis terhadap kerang darah untuk mengetahui kadar

logam berat pada kerang darah yang mewakili tingkat pencemaran di lingkungan

perairan tersebut. Lalu dari pengamatan dan analisis yang dilakukan dapat

disimpulkan besarnya kadar logam yang terdapat di lingkungan perairan tersebut,

jika keberadaannya melebihi ambang batas yang diperbolehkan maka dapat

membahayakan lingkungan di sekitarnya.

11

Page 12: LkTi Nursiah FKIP UNtan

Pemanfaatan kerang darah sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan

untuk media pembelajaran akan menjadi pengalaman bagi siswa karena siswa

terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sebagai subjek yang mencari fakta

di lingkungan sekitar. Sehingga akan meningkatkan rasa ingin tahu di dalam diri

siswa, dan sesuai dengan paham kontruktivisme, siswa akan membangun sendiri

pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan sekitar. Jadi dengan

demikian siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran karena akan

timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul. Selain itu, dengan suasana

belajar di luar kelas, pembelajaran akan lebih menarik dan santai.

Implikasinya dengan mengamati dan melakukan analisis secara langsung, siswa

dapat mengetahui kadar logam berat atau tingkat pencemaran di lingkungan

sekitarnya. Sehingga akan timbul rasa tanggung jawab dan kepedulian siswa

untuk menjaga lingkungan perairannya. Dan tindak lanjutnya, siswa dapat

menyebarkan hasil pengamatan dan analisis mereka ke teman sebayanya atau

orang terdekatnya sehingga tidak seperti pembelajaran di kelas yang berhenti saat

mengisi ulangan umum. Tetapi lebih dari itu, pemanfaatan kerang menjadi

bioindikator pencemaran lingkungan perairan sebagai media pembelajaran dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa dan membiasakan penerapan metode

ilmiah dalam memecahkan suatu masalah.

4.3 Dampak Positif dan Negatif Pemanfaatan Kerang Darah Sebagai

Bioindikator Pencemaran Lingkungan Perairan Untuk Media

Pembelajaran.

Pemanfaatan kerang darah sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan

untuk media pembelajaran akan memberikan dampak positif dan dampak negatif.

A. Dampak Positif Penggunaan Kerang Darah Sebagai Bioindikator Pencemaran

Lingkungan Perairan

12

Page 13: LkTi Nursiah FKIP UNtan

Dampak positif dari pemanfaatan kerang sebagai media pembelajaran adalah

untuk:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata –

katanya, tetapi tidak tahu maksudnya). Media pembelajaran dapat

membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila

dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang

memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat,

menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media (kerang

darah) maka tingkat pemahaman siswa terhadap pencemaran lingkungan

perairan akan lebih baik.

2. Membuat konkret konsep yang abstrak, sering kali sesuatu yang

diterangkan oleh guru diterima sebagai konsepsi yang berbeda oleh siswa

yang berbeda pula. Penggunaan media yaitu menggunakan kerang darah

sebagai bioindikator bisa memberikan konsep dasar yang benar dalam

mempelajari pencemaran pada lingkungan perairan.

3. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya,

membangkitkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu pada siswa. Dengan

menggunakan media pembelajaran, pengalaman siswa semakin luas,

persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya semakin

lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu muncul

sehingga terbiasa menerapkan sikap ilmiah. Sehingga mendorong

kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)

4. Menghemat biaya karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di

lingkungan sekitar, misalnya kerang darah

5. Karena bahan (kerang darah) berasal dari lingkungan siswa, maka benda-

benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal

13

Page 14: LkTi Nursiah FKIP UNtan

ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual

learning).

6. Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui

media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,

karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa

dalam kehidupannya sehari-hari.

7. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung

secara alamiah.

8. Lebih komunikatif, sebab benda (kerang darah) tersedia di lingkungan

siswa sehingga biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan

media yang dikemas

B. Dampak Negatif Penggunaan Kerang Darah Sebagai Bioindikator Pencemaran

Lingkungan Perairan

Dampak negatif dari pemanfaatan kerang sebagai media pembelajaran adalah

untuk:

1. Kesulitan dalam mengontrol dan mengawasi siswa ketika turun ke

lapangan

2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran jadi

lebih lama

14

Page 15: LkTi Nursiah FKIP UNtan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Penggunaan kerang darah (Anadara granosa) sebagai media

pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajari

pencemaran pada lingkungan perairan.

2. Kerang darah ( Anadara granosa ) dapat digunakan sebagai hewan uji

dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada lingkungan

perairan sebab sifatnya yang filter feeder dan tahan terhadap kandungan

logam berat yang tinggi.

3. Kadar logam berat pada kerang darah yang mewakili tingkat pencemaran

di lingkungan perairan tersebut.

4. Pemanfaatan kerang darah sebagai media pembelajaran akan menjadi

pengalaman bagi siswa karena siswa terlibat langsung dalam kegiatan

pembelajaran sebagai subjek yang pencari fakta di lingkungan sekitar.

5. Kerang darah yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa dan membiasakan penerapan

metode ilmiah dalam memecahkan suatu masalah.

6. Dampak positif dalam pemanfaatan kerang darah sebagai media

pembelajaran adalah membuat penjelasan lebih konkreat, jelas,

komunikatif, dan aplikatif

15

Page 16: LkTi Nursiah FKIP UNtan

7. Dampak negatif pemanfaatan kerang sebagai media pembelajaran adalah

kesulitan mengontrol dan mengawasi siswa serta pembelajaran

membutuhkan waktu yang lebih lama.

5.2 Saran

1. Guru lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran sehingga

meningkatkan minat siwa dalam mempelajari materi pembelajaran.

2. Lingkungan sekitar dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai media

pembelajaran yang berfungsi menyampaikan pesan dari suatu materi

3. Kerang darah (Anadara granosa) dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bioindikator tingkat

pencemaran pada lingkungan perairan agar pembelajaran lebih menarik

dan berkesan sebagai suatu pengalaman sehingga daya ingat siswa lebih

lama

16

Page 17: LkTi Nursiah FKIP UNtan

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Lingkungan sebagai Sumber dan Media Pembelajaran .(online).

Diunduh 29 maret 2010

Djamarah, S.B dan Aswan Z. 1995. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). PT

Rineka Cipta : Jakarta.

Gagne. 1978. Media Pembelajaran. (online). (http://edu-articles.com/mengenal-

media-pembelajaran/) diunduh 29 maret 2010

Heinich dan Russel. 1989. Manfaat Media Pembelajaran. (online).

http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/media-pembelajaran.html

diunduh 29 maret 2010

Heru , nanik. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan , Sedimen dan Kerang

Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai

Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. J.BIOMA, Vol.

10, No. 2, Hal. 53-56

Jovita Tri Murtini, Yusma Yennie dan Rosmawaty Peranginangin.2003.

Kandungan Logam Berat Pada Kerang Darah (Anadara granosa), Air

Laut dan Sedimen di Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-api. Jurnal

Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 Nomor 5

17

Page 18: LkTi Nursiah FKIP UNtan

LIPI, 1991, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Status Pencemaran

Laut di Indonesia dan Teluk Peniantauannya. Dalam Proyek Penelitian

dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Air Tawar . Jakarta

Nana Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru:

Bandung.

Nurjanah , Zulhamsyah dan Kustiyariyah .2005. Kandungan Mineral dan

Proksimat Kerang Darah (Anadara granosa) yang Diambil dari

Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Buletin Teknologi Hasil Perikanan , Vol

VIII Nomor 2 Tahun 2005

Yusma Yennie dan Jovita Tri Murtini. 2005.Kandungan Logam berat Air Laut,

Sedimen dan Daging Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan

Menthok dan Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan

Perikanan Indonesia, 12(1):27-32.12(1):27-32

18

Page 19: LkTi Nursiah FKIP UNtan

19