KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LAPORAN PRAKTEK KLINIK
RSKDIA SITTI FATIMAH
PERIODE I
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI GANGGUAN FUNGSIONAL
IBU NIFAS AKIBAT POST SECTIO CAESAR DI RSKDIA SITTI FATIMAH
OLEH :
WIDYA AYU WANDIRA
PO.71.3.241.11.1.092
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN FISIOTERAPI
PRODI DIII FISIOTERAPI
2013
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Gangguan
Fungsional Ibu Nifas Akibat Post Sectio Caesar Di RSKDIA Sitti Fatimah” ini di buat untuk
memenuhi salah satu persyaratan bahwa telah mengikuti Praktek Klinik di RSKDIA Sitti
Fatimah dari tanggal 8 Oktober sampai tanggal 2 September 2013.
Makassar, September 2013
Menyetujui,
PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI
____________________ _______________________
Astuti Nur, Amd. Ft Andy Ma Hariandja, Dipl. Pt, M.Kes
NIP. 196506051988031005
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian
besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada
akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan
ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung
terjadi menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun beberapa studi terbaru
mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah
melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan
MacArthur,1995a), dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthuretal. 1991). Pengetahuan
menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat
penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan
sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi
morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya
seperti obstetric, anestesi dan faktor sosial. Salah satu metode yang digunakan dalam proses
kelahiran dengan mempertimbangkan banyak hal baik keadaan ibu dan janin yaitu kelahiran
dengan metode Sectio Caesar (SC).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau histerektomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Sedang menurut Prawirohardjo (2002), sectio caesarea
adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan
pada dinding uterus yang masih utuh/intact. Jadi sectio caesarea adalah persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan cara melakukan pembedahan atau membuat sayatan pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di punggung posterior (belakang) oleh sakrum dan tulang ekor
(bagian ekor dari kerangka axial), lateral dan anterior oleh sepasang tulang pinggul (bagian dari kerangka
apendikularis). Pada manusia dewasa,panggul normal terdiri dari tiga tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang).
Namun, sebelum masa pubertas tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu ilium, ischium, dan
pubis. Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari sepuluh tulang, tergantung pada komposisi
tulang ekor. Pinggul ini dibagi menjadi 2, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri tubuh. Kedua tulang
pinggul yang terdiri dari 3 bagian, ilium, ichium dan pubis. Bagian-bagian ini digabungkan bersama selama
pubertas, yang berarti di masa kanak-kanak mereka adalah tulang terpisah. Tulang sacrum merupakan
penghubung tulang belakang ke panggul dan juga menjadi tempat yang memungkinkan bagi sepasang pinggul
kita untuk melekat.
Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang menghubungkan kolom vertebral ke femur.
Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh bagian atas ketika kita sedang duduk, berdiri dan beraktivitas.
Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita) ketika hamil dan melindungi viscera pelvis dan
abdominopelvic viscera (bagian inferior saluran kemih, organ reproduksi internal). Tulang pinggul saling
terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis dan posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk
membentuk cincin panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya mobilitas/pergerakan.
Ligamen yang paling penting dari sendi sacroiliac adalah ligamen sacrospinous dan sacrotuberous
yang menstabilkan tulang pinggul pada sacrum dan mencegah promonotory dari miring ke depan. Sendi antara
sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis. diperkuat oleh serangkaian ligamen.
Ligamen sacrococcygeal anterior merupakan perpanjangan dari anterior longitudinal ligament (ALL)
yang berjalan di sisi anterior dari badan vertebra. Serat tidak teratur tersebut menyatu dengan periosteum. Setiap
sisi panggul terbentuk sebagai tulang rawan, yang mengeras sebagai tiga tulang utama yang tinggal terpisah
melalui masa kanak-kanak:: ilium, ichium, pubis. Saat kelahiran seluruh sendi pinggul (area acetabulum dan
bagian atas femur) masih terbuat dari tulang dan otot. Gerakkan trunk/batang (bending forward) pada dasarnya
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
adalah sebuah gerakan dari otot-otot rektus, sementara flexi lateral (bending menyamping) dicapai oleh kontraksi
obliques bersama dengan lumborum kuadratus dan otot punggung intrinsic.
Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk menutup ronggapanggul dan perut, serta
menanggung beban dari organ visceral, yang lain adalahuntuk mengontrol bukaan rektum dan organ urogenital
yang menembus dasar pangguldan membuatnya lebih lemah. Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri
daribeberapa lembar otot dan jaringan ikat.
a. Os Sacrum
Os sacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang berbentuk baji yang
cekung kearah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacri bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior
yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk
ar ticulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas
posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli
kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis.
Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan
lemak fibrosa.
b. Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari empat vertebra rudimenter
yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra
coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai pr ocessus transverses rudimenter dan
cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculus dan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk
bersendi dengan cornu sacrale.
c. Os Inominatum (Tulang Panggul)
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang
ini telah menyatu selurunya pada asetabulum.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
a. Ilium: batas atas tulang ini adalah Krista ilika.
b. Krista iliaka berjalan ke belakang dari spina iliaka anterior superior menuju spina
iliaka posterior superior. Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya.
Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan
gluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan gluteike
tulang. Permukaan dalam ilium halus dan berongga membentuk fosailiaka.
Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium
berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum
sakro iliakaposterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka. Linea
iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan
aurikularis menuju pubis.
c. Iskium: terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi insisura iskiadika
mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah
korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iskium menonjol ke
depan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
d. Pubis: terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang
iniberartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superior
dari korpus memiliki krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen
obturatorium merupakan lubangbesar yang dibatasi oleh rami pubis dan iskium.
d. Pelvis Major (Panggul Besar, Pelvis Spurium)
1. Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis).
2. Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagiancavitas abdominalis.
3. Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantu menyokong uterus
gravidarum
4. Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masukke pelvis minor.
5. Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan fossa iliaka
sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
e. Pelvis Minor (Panggul Kecil, Pelvis Verum)
Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis).
Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis.
Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis.
Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas.
Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses
persalinan. Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,
misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini
dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada
pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara
fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga
dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true
pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu
pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan
pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih,
dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis
yang dibentuk oleh muskulus levator anidan muskulus koksigeus.Jika diamati dari superior
panggul. Jika diamati dari belakang.
1. Diameter transversa pintu atas panggul. Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas
panggul. Bukan “diameter” karena tidak melalui titik pusat pintu atas panggul.
2. Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul. Jarak antara kedua ujung spina
ischiadica kiri dan kanan.
3. Diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Jarak antara ujung os coccygis sampai
pinggir bawah symphisis os pubis.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
4. Diameter transversa pintu bawah panggul. Jarak antara bagian dalam dari kedua
tuberositas os ischii.
5. Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul. Jarak antara bagian tengah diameter
transversa sampai ke ujung os sacrum.
Arteri Pelvis
Arteri dari pelvis adalah cabang dari arteri iliaka. Kecuali arteri rektum superior yang merupakan
cabang dari arteri mesenterika inferior. Cabang-cabang dari arteri iliaka interior adalah :
Iliolumbar
Superior glutealolateral sacral
Inferior gluteal
Internal pudendal
Middle rectal
Inferior vescical (the uterine in the female)
Obturator
Superior vesical
Bagian terminal dari iliaca yang tersumbat dan membentuk ligamentum ubilicalis lateral
dinding anterior abdomen bawah
Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus
1. Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) : Ligamen terpenting untuk
mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis.
2. Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus tidak banyak
bergerak Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding
rektum kearah os sacrum kiri dan kanan.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
3. Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round Ligament) : Ligamen yang
menahan uterus dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal
kiri dan kanan.
4. Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) : Dari uterus kearah
lateral.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari infundibulum ke dinding
pelvis.
Perkiraan Ukuran Rata-Rata Panggul Wanita Normal
1. Pintu Atas Panggul (Pelvic Inlet)
Diameter transversa (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
2. Pintu Tengah Panggul (Mid Pelvis).
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm
3. Pintu Bawah Panggul (Pelvic Outlet)
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
Bedah caesar adalah operasi untuk mengeluarkan bayi lewat perut ibunya. Dibandingkan
dengan 15 tahun yang lalu, dewasa ini semakin banyak dilakukan , sebab kelahiran Caesar sudah
menjadi populer dan menjadi prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. Salah satu alasan untuk
peningkatan ini adalah karena jumlah sebahagian besar dari persalinan sunsang tidak lagi
dilakukan lewat vagina, disamping itu masih ada lagi soal hukum yang membuat dokter gentar
dan meningkatnya penggunaan pemantau ( monitor ) janin seperti USG. Selain daripada itu harus
pula dipikirkan bahwa persalinan Caesar tersebut dilakukan jika dibutuhkan, sebab peningkatan
teknologi sekarang ini tanpa perhitungan pemanfaatan penggunaannya rasanya tidak perlu
apabila persalinan lewat vagina masih memungkinkan, karena lebih terjamin keselamatannya
baik ibu maupun anak.
Bedah Caesar bagi seseorang mungkin dapat merupakan suatu peristiwa yang sangat
menyenangkan dan dapat dinikmati dalam keadaan sadar, bahkan terdapat rumah bersalin yang
memutar lagu-lagu saat dilangsungkannya bedah Caesar tersebut, sebab mereka mungkin merasa
bahwa metode melahirkan tidak penting dibandingkan dengan memiliki bayi yang sehat, apalagi
bagi ibu-ibu yang pernah abortus atau kesulitan pembuahan. Tetapi bagi orang lain, bedah
Caesar mungkin bisa menjadi pengalaman yang traumatik dan mengerikan baginya. Mereka
menerima dengan shock baik fisik maupun mental yang dapat berlanjut setelah bayi lahir, maka
perlu direncanakan sesuai dengan keperluannya.
Dari dua pengalaman tersebut diatas, maka bedah Caesar dapat dibedakan menjadi dua
yakni :
1. Bedah Caesar Efektif
Adalah bedah Caesar yang direncanakan lebih dahulu yang telh dipersiapkan
sengala sesuatunya sehingga orang tidak perlu menjadi panik.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
2. Bedah Caesar Darurat
Adalah bedah Caesar yang tidak direncanakan sebelumnya bahkan seringkali
mengejutkan, baik dokter menangani ataupun orang yang akan melahirkan itu sendiri.
Bedah yang pertama mempunyai keuntungan tidak menjadi paniknya orang yang
akan melahirkan pada menit-menit terakhir, bahkan dapat mengetahui hari tibanya
dan jam berapa si bayi dilahirkan.
Sedangkan bedah yang kedua seringkali datang mengejutkan mungkin saja orang
yang akan melahirkan datangan dengan sehat-sehat saja, sementara persalinan
berjalan, namun keadaan tersebut bisa berubah secara perlahan-lahan, makin lama
menunjukkan perlunya dilakukan bedah Caesar.
Berikut ini merupakan beberapa sebab dokter melakukan operasi caesar pada ibu hamil, yakni:
1. Rongga panggul ibu sempit.
Dokter biasanya akan mengukur panggul ibu hamil di trimester tiga menjelang persalinan
untuk memastikan apakah ukuran panggul ibu mendukung untuk melahirkan normal atau
harus dengan caesar.
2. Ukuran bayi terlalu besar lebih dari 4000 gram.
Jika ukuran bayi melebihi 4000 gram setelah dilakukan pemeriksaan USG, dokter akan
menyarankan untuk caesar karena akan berakibat mengganggu pernapasan dan proses
mengejan.
3. Kelainan letak posisi janin.
Posisi janin tidak normal yang sering disebut sungsang atau melintang disarankan untuk
melakukan proses persalinan caesar. Namun, ada pula ibu hamil dengan posisi janin
sungsang dan melahirkan dengan normal karena dokter atau bidan masih bisa mengatasinya.
4. Kelainan letak plasenta.
Letak plasenta yang menutupi jalan lahir (plasenta previa) bisa berakibat pada perdarahan
sehingga dilakukan operasi caesar.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
5. Riwayat operasi caesar kurang dari 2 tahun
Operasi caesar dilakukan pada persalinan dengan riwayat caesar sebelum 2 tahun lalu
dilakukan karena berisiko pada membukanya kembali sayatan bekas operasi sebelumnya.
6. Ibu menderita penyakit jantung dan preeklampsia
Pada ibu hamil yang punya penyakit jantung, persalinan disarankan dengan caesar karena
akan berisiko saat persalinan normal nanti, yakni saat mengejan. Pada ibu yang menderita
preeklampsia dengan tekanan darah yang tinggi, dokter biasanya akan memutuskan operasi
caesar jika terlalu berisiko dilahirkan secara normal demi keselamatan ibu dan janin.
7. Ketuban pecah dini lebih dari 24 jam bayi belum lahir.
Ketika ketuban sudah pecah, tidak ada lagi pelindung untuk janin. Dikhawatirkan akan
terjadi infeksi dan keracunan pada bayi jika selama 24 jam setelah ketuban pecah bayi belum
lahir. Apabila bayi sudah cukup umur untuk dilahirkan, dokter biasanya akan melakukan
tindakan caesar apabila jalan normal sudah tidak mungkin ditempuh.
8. Kontraksi terlalu lemah.
Proses persalinan dengan kontraksi terlalu lemah bisa membahayakan untuk ibu dan janin.
Pembukaan tidak maju-maju padahal sang ibu sudah kehilangan tenaga. Oleh karena itu,
operasi caesarlah yang kemudian dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB IV
LAPORAN STATUS KLINIK
Nama Mahasiswa : Widya Ayu Wandira
N.I.M : PO. 71.3.241.11.1.092
Tempat Praktek : RSKDIA Sitti Fatimah
Pembimbing : Astuty Nur, Amd. Ft
Tanggal Pembuatan Laporan : 27 Oktober 2013
Kondisi Kasus : Fisioterapi Obstetri
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Ny. Risma
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sunu IV No.22 C RT.3/RW.2 Kec. Tallo
No. Telepon : 082 348 268 248
No. CM : 069910
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
( Diagnosis Medis, Catatan Klinis, Medika Mentosa, Hasil Lab, Radiologi, dll )
A. Diagnosis Medis
Operasi Sectio Caesar
B. Catatan Klinis
- Pada tanggal 15 April 2012, pasien melahirkan anak pertama dengan operasi Sectio
Caesar.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
- Pasien mendapatkan penanganan persalinan dari dokter atas tindakan operasi Sectio
Caesar pada tanggal 20 Oktober 2013 di RSKDIA Sitti Fatimah.
C. Medika Mentosa
Cefadroxil
Dosis 2 x 1
Fungsi : Antibiotik
Asam Mefenamat
Dosis 3 x 1
Fungsi : Analgetik
SF
Dosis 1 x 1
Fungsi : Penambah Darah (Generik)
D. Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KET.
HEMATOLOGI pr lk
Hemoglobin 10.6 g/dL Lk. 13-16, Pr. 12-14, By. 16-20
Leukosit 8.500 /mm3 4000 – 10000
Eritrosit 3.710.000 /mm3Lk : 4.500.000 – 5.500.000
Pr : 4.000.000 – 4.800.000
Hematokrit 28.7 % Lk : 40-48. Pr : 37-43
Trombosit 245.000 /mm3 150.000 – 400.000
Waktu Pembekuan
(CT)8’30” 7-14 menit
Waktu Perdarahan
(BT)1’30” 1-4 menit
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
E. Hasil Radiologi
Hasil USG :
Gravid tunggal hidup
Letak kepala biometri
Uk. 35 mm
Tinggi Fundus Uteri (TFU) : 2,477 gram
III. SEGI FISIOTERAPI
A. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama : Nyeri pada saat pasien diam apalagi bergerak.
Lokasi Keluhan : Sekitar bekas jahitan operasi Sectio Caesar bagian lower abdominal.
Riwayat Persalinan : Pada tanggal 15 April 2012, pasien melahirkan anak pertama dengan
operasi Sectio Caesar. Jarak antara persalinan pertama dengan kedua berselang 18 bulan.
B. Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Tanda Vital Sign
a. Tekanan Darah = 90/70 mmHg
b. Denyut Nadi = 82 x/’
c. Suhu = 36,5 0C
d. Pernapasan = 20 x/’
2. Inspeksi / Observasi
a. Statis
Terdapat bengkak dipunggung kaki.
Postur cenderung ke arah fleksi.
Tangan pasien menahan bagian abdominal yang telah di operasi Sectio Caesar.
Pasien nampak pucat karena susah tidur
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
b. Dinamis
- Pasien telah mampu pindah posisi dari tidur terlentang ke posisi duduk
- Pasien nampak kesakitan saat melakukan gerakan fleksi lumbal
- Pasien kurang mampu mengangkat kepala dan bokong saat tidur terlentang
- Pasien merasakan sakit ketika batuk
3. Test Orientasi / Quick Test
- Pasien kesulitan melakukan gerakan flexi lumbal
4. Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada daerah abdominal
Terdapat bengkak pada punggung kaki
5. Pemeriksaan Spesifik
Skala VAS (Visuale Analog Scale)
Tujuan : untuk mengetahui intensitas nyeri pada ibu nifas post sectio caesar.
VAS pada Tanggal 22 Oktober 2013
0 8 10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post SC adalah sangat tinggi.
VAS pada Tanggal 23 Oktober 2013
0 6,5 10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post SC adalah sedang.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
VAS pada Tanggal 24 Oktober 2013
0 3,5 10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post SC adalah sangat rendah.
C. Diagnosa Fisioterapi
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Gangguan Fungsional Ibu Nifas Akibat Post
Sectio Caesar Di RSKDIA Sitti Fatimah
D. Problematik Fisioterapi
- Terdapat nyeri disekitar abdominal
- Adanya bengkak dipunggung kaki
- Adanya kelemahan otot-otot panggul dan abdominal
- Adanya gangguan Activity Daily Living (ADL)
E. Perencanaan Fisioterapi
1. Tujuan
a. Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
b. Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi bengkak
- Meningkatkan kekuatan otot-otot panggul dan abdominal
- Mengembalikan kekencangan otot-otot vagina
- Meningkatkan keadaan umum pasien
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
2. Tindakan
Hari Pertama Post SC Tanggal 22 Oktober 2013
- Latihan pernapasan dada dan perut
- Latihan AROMEX pada sendi ankle
- Latihan PROMEX pada tungkai
Hari Kedua Post SC Tanggal 23 Oktober 2013
- Latihan pernapasan dada dan perut
- Latihan senam nifas
- Latihan senam keigel
Hari Ketiga Post SC Tanggal 24 Oktober 2013
- Latihan pernapasan dada dan perut
- Latihan senam nifas
- Latihan senam keigel
3. Edukasi
- Pasien dianjurkan untuk melakukan senam nifas pada saat dirumah dalam posisi
terlentang.
- Pasien tidur miring sebelum bangun
- Pasien dianjurkan tidak mengangkat barang yang berat
4. Interfensi Fisioterapi
Senam Nifas
Tujuan :
Memperkuat otot-otot terutama otot-otot panggul, perut, kemaluan dan tungkai
Melancarkan kembali peredaran darah
Mengurangi sakit pinggang akibat proses persalinan
Memperbaiki postur tubuh
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Pelaksanaannya :
- Latihan Pernapasan
Pernapasan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan dada
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik nafas
Pernapasan perut
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan perut
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik nafas
- Latihan AROMEX
Gerakan dorso-plantar fleksi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik salah satu telapak kakinya ke arah kepala
Pasien menarik telapak kakinya yang lain ke arah bawah
Dilakukan secara bergantian
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Gerakan dorso-fleksi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik kedua telapak kakinya ke arah kepala
Gerakan ditahan
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Gerakan plantar-fleksi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik kedua telapak kakinya ke arah bawah
Dilakukan secara bergantian
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Gerakan rotasi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki
ke arah luar dan ke arah dalam
Dilakukan secara bergantian
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Posisi pasien tidur terlentang, kedua tangan dikaitkan didepan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik kedua telapak kakinya ke arah kepala
Pasien mengaitkan kedua tangannya lurus di depan dada
Pasien mengangkat kepala sambil melihat perut
Gerakan ditahan
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
- Latihan Pernapasan
Pernapasan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan dada
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik nafas
Pernapasan perut
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan perut
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik nafas
- Latihan pada posisi Cruck Lying
Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk
Otot-otot vagina dikencangkan seperti menahan buang air kecil
Menekan pantat ke bawah
Gerakan mengangkat pantat ke atas semaksimal mungkin
Kedua tangan lurus di atas kepala kemudian di bawa ke depan dada sambil
diikuti gerakan angkat kepala lihat perut
Kedu tangan di bawa ke samping badan diikuti gerakan angkat kepala dan
diikuti pandangan mengikuti kedua ujung jari tangan, gerakan di tahan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
- Latihan Pernapasan
Pernapasan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan dada
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik nafas
Pernapasan perut
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan perut
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik nafas
- Latihan Penguatan Otot Perut dan Tungkai
Pasien tidur terlentang
Angkat kedua kaki lurus secara bersamaan diikuti gerakan dorso-fleksi ankle
Kedua kaki diturunkan secara perlahan
Angkat salah satu kaki ke atas lurus
Kaki yang lain lurus ke tempat tidur
Gerakan bergantian dengan kaki lurus ke atas
5. Evaluasi
Sesaat
1. Pasien nampak berkeringat setelah latihan
2. Bengkak mulai menurun
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
3. Pasien merasa lebih rileks setelah latihan
Berkala
1. Nyeri yang dirasakan pasien mulai berkurang. Parameter pengukuran menggunakan
skala VAS.
VAS pada Tanggal 22 Oktober 2013
0 8 10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post SC adalah sangat tinggi.
VAS pada Tanggal 23 Oktober 2013
0 6,5 10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post SC adalah sedang.
VAS pada Tanggal 24 Oktober 2013
0 3,5 10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post SC adalah sangat rendah.
2. Bengkak menurun
3. Aktifitas ADL semakin meningkat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LAMPIRAN FOLLOW UP
NO. TANGGAL KEGIATAN INTERPRETASI KET.
1.
2.
Selasa,
22 Oktober 2013
Rabu,
23 Oktober 2013
Anamnesis
Vital Sign
Mengumpulkan Data
Medis Pasien
Anamnesis
Vital Sign
Senam Nifas
Vital Sign
TD = 90/70 mmHg
DN = 82 x/’
S = 36,5 0C
P = 20 x/’
Nilai Skala VAS = 8
Bengkak masih ada
Vital Sign
Sebelum Latihan :
TD = 90/60 mmHg
DN = 81 x/’
S = 36,7 0C
P = 20 x/’
Sesudah Latihan :
TD = 92/60 mmHg
DN = 96 x/’
S = 36,7 0C
Nilai Skala VAS = 6.5
Bengkak mulai menurun
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
3.
4.
Kamis,
24 Oktober 2013
Anamnesis
Vital Sign
Senam Nifas
Vital Sign
Sebelum Latihan :
TD = 110/80 mmHg
DN = 86 x/’
P = 22 x/’
S = 36,5 0C
Sesudah Latihan :
TD = 110/70 mmHg
DN = 96 x/’
S = 36,9 0C
Nilai Skala VAS = 3,5
Bengkak sudah hilang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Abd. 2013. Fisioterapi Obsterti . Makassar
Prof. Dr. Mochtar, Rustam, MPH. 2003. Synopsis Obstetri Jilid 1 . Jakarta: EGC
Veralls, Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan . Jakarta:
EGC
Prof. Sastrawinata, Sulaiman. 2002. Obstetric Fisiologi . Bandung: Universitas
Padjajaran Bandung
Prof. dr. Winkjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu kandungan . Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisologi Untuk Paramedis . Jakarta: Kompas
Gramedia
Drs. H. Syaifudin, AMK. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: EGC
Recommended