Download docx - Laporan Kasus Kani

Transcript
Page 1: Laporan Kasus Kani

1

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : An. N

Umur : 18 bulan

Alamat : Luwung gajah, Ciledug

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 20 November 2014

Keluarga

Ibu : Nama : Ny L

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan/bulan : -

Perkawinan ke : 1x

Pendidikan : SMA

Penyakit :-

Ayah : Nama : Tn.A

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan : SMA

Penyakit :-

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Page 2: Laporan Kasus Kani

2

Perawatan antenatal : Teratur, ke puskesmas setiap bulan

Penyakit kehamilan : -

Cara persalinan : Normal

Penolong persalinan : Bidan

Tempat kelahiran : Praktik bidan swasta

Masa gestasi : 9 bulan

Keadaan bayi

- Berat Badan Lahir : 3000 gram

- Panjang Badan Lahir : 49 cm

Kelainan Bawaan

Hydrocephalus (-)

Bibir terbelah (-)

Rahang terbelah (-)

Langit-langit terbelah (-)

lain-lain (-)

Riwayat Imunisasi: Imunisasi Lengkap

Riwayat Penyakit: -

Page 3: Laporan Kasus Kani

3

Riwayat Makanan

UMUR

(BLN)

ASI/PASI BUAH/BISKUIT BUBUR

SUSU

NASI TIM

0-2

2-4

4-6

6-8 √

8-10

10-12

12-18

Riwayat penyakit dalam keluarga : Disangkal

Riwayat penyakit antara anggota keluarga lain/orang lain serumah :

Disangkal

II. Perjalanan Penyakit

20 November

2014

A. Anamnesis :

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Waled dengan

keluhan BAB mencret sejak 2 hari yang lalu

dengan frekuensi BAB hari pertama sebanyak 5x

dan hari kedua 3x, konsistensi cair, terdapat ampas,

tidak ada lendir ataupun darah. Selain itu keluarga

pasien juga mengeluhkan demam sejak 2 hari yang

Page 4: Laporan Kasus Kani

4

lalu. Mual dan muntah tidak dikeluhkan oleh

keluarga pasien. BAK normal.

B. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : Gerak aktif dan menangis kuat

BB : 8,5 kg

Suhu : 38,4°C

Nadi : 110x/menit

Respirasi : 24x/menit

Kepala : Normosefalus, ubun-ubun cekung (-), air

mata (+/+), konjungtiva anemis (-), mukosa bibir

kering (-).

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Toraks :

Pulmo : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen : Bising usus (+), turgor kulit kembali

cepat

Ekstermitas : Edema (-),

C. Pemeriksaan Penunjang :

Darah rutin (hemoglobin, leukosit, trombosit,

hematokrit)

D. Tatalaksana :

Infus Asering 12 tetes/menit

Cefotaxim 2x250 mg

Antrain 3x100 mg

E. Diagnosis : GEA dehidrasi ringan-sedang

21 November

2014

A. Anamnesis :

Keluarga pasien sudah tidak mengeluhkan diare.

Demam masih dirasakan naik turun dan perut

Page 5: Laporan Kasus Kani

5

kembung dikeluhkan oleh keluarga pasien. Pasien

masih mau diberikan makanan ataupun minuman.

BAK normal.

B. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : Composmentis

Suhu : 38°C

Nadi : 102x/menit

Respirasi : 30x/menit

BB: 8,1 kg

Kepala : Normosefalus, ubun-ubun cekung (-), air

mata (+/+), konjungtiva anemis (-), mukosa bibir

kering (-).

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Toraks :

Pulmo : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen : Cembung, bising usus (+), turgor kulit

kembali cepat

Ekstermitas : Edema (-)

C. Pemeriksaan Penunjang :

Hemoglobin : 11,2 gr%

Leukosit : 12300/mm3

Trombosit : 585000/mm3

Hematokrit : 33%

D. Tatalaksana :

RL

Cefotaxim 2x250 mg

Antrain 3x100 mg

Page 6: Laporan Kasus Kani

6

Zinkid sirup 2x1/2 cth

L Bio 1x1/2 sach

Oralit 100 cc bila mencret

Cek feses

E. Diagnosis : GEA dehidrasi ringan-sedang

22 November

2014

A. Anamnesis :

Keluarga pasien sudah tidak mengeluhkan diare.

Demam, lemas dan perut kembung sudah tidak

dikeluhkan oleh keluarga pasien. Pasien masih mau

diberikan makanan ataupun minuman. BAK

normal.

B. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : Composmentis

Kesadaran : Composmentis

Suhu : 37°C

Nadi : 110x/menit

Respirasi : 22x/menit

BB: 8,1 kg

Kepala : Normosefalus, ubun-ubun cekung (-), air

mata (+/+), konjungtiva anemis (-), mukosa bibir

kering (-).

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Toraks :

Pulmo : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen : D atar, Bising usus (+), turgor kulit

kembali cepat

Ekstermitas : Edema (-)

C. Pemeriksaan Penunjang :

Page 7: Laporan Kasus Kani

7

Kuning

Lembek

Lendir (-)

Darah (-)

Eritrosit

Leukosit

Epitel

Parasit (-)

Amoeba (-)

Sisa makanan (+)

Benzidine

D. Tatalaksana :

BLPL

Zinkid sirup 2x1/2 cth

L Bio 1x1/2 sach

Oralit 100 cc bila mencret

E. Diagnosis : GEA dehidrasi ringan-sedang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare Akut

Page 8: Laporan Kasus Kani

8

Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang

tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali

dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai

Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan

pada Diare Kronik. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus.

Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam dan

tanda-tanda dehidrasi. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari dan

biasanya sembuh sendiri (self limiting disease).1,2

2.2 Epidemiologi

Sampai saat ini penyakit diare pada balita masih menjadi masalah kesehatan

dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari

tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4

milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya

meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare

masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini

disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian

terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB). 2,3

II.3 Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2, yaitu infeksi dan non infeksi.2

1. Infeksi

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak. Diare infeksi akut dapat dengan inflamasi atau non

inflamasi:2,4

- Non inflamasi disebabkan enterotoksin yang dihasilkan beberapa bakteri,

destruksi sel-sel vilus (permukaan) oleh virus, dan translokasi bakteri2,4.

Page 9: Laporan Kasus Kani

9

- Inflamasi yaitu terjadi invasi langsung pada saluran cerna atau produksi

sitotoksin oleh bakteri2,3.

Mekanisme transmisi patogen diare adalah fekal-oral, dengan perantara

makanan dan air pada sebagian besar episode. Enteropatogen seperti Shigella,

Giardia lamblia atau virus enterik bersifat infeksius sehingga sangat mungkin

menular melalui kontak antarorang.2

Infeksi enteral ini meliputi:

- Infeksi bakteri1,2 :

Toksin yang dihasilkan bakteri (enterotoksigenik E.Coli [ETEC],

S.Aureus, Bacillus cereus, C.perfringens) merusak absorpsi normal dan

proses sekresi pada usus halus, menyebabkan diare yang encer dan tanpa

darah. Keadaan ini sering bersamaan dengan adanya pembengkakan,

mual, atau muntah (diare non inflamasi).

Adanya demam atau diare berdarah (disentri) mengindikasikan

adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh invasi (Shigellosis,

Salmonellosis, Campylobacter) atau toksin (C.difficile, E.coli), yang

merupakan diare inflamasi. Karena organisme ini sebagian besar di kolon,

maka volume diarenya sedikit.

- Infeksi virus1,2:

Enterovirus menghancurkan enterosit sel villus yang menyebabkan

diare, keadaan ini biasanya berhubungan dengan adanya demam, muntah

dan bentuk manifestasi respirasi. Agen virus utamanya yaitu Rotavirus,

Enterik Adenovirus dan Norwalk agent. Di Brasil, Rotavirus adalah

penyebab kausatif utama dari diare infeksi pada infant, terutama pada

anak yang masih disusui (6 sampai 24 bulan). Mekanisme tansmisinya

yaitu fekal-oral.

- Infeksi parasit1,2 :

Enteropatogen parasit utama yaitu Giardia lamblia,

Cryptosporidium parvum dan Entamoeba histiolytica. Selain itu jamur

(Candida Albicans) juga dapat menyebabkan diare. Di Brasil, Ascaris

Page 10: Laporan Kasus Kani

10

lumbricoides dan Strongyloides stercoralis memiliki prevalensi yang

tinggi.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan infeksi

dengan enteropatogen1,2:

- Usia muda

- Defisiensi imun

- Lemas

- Malnutrisi

- Perjalanan ke daerah endemik

- Kesalahan dalam pemberian ASI

- Terpapar pada sanitasi lingkungan yang buruk

- Kandungan makanan dan air

- Level pendidikan ibu

- Keberadaan pusat pelayanan kesehatan masyarakat

b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan

seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,

Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur dibawah 2 tahun2,3.

2. Non Infeksi3

a) Kesulitan asupan makanan

b) Kelainan anatomi: malrotasi, duplikasi intestinal, penyakit Hirsprung, atropi

mikrovilus, short bowel syndrome.

c) Malabsorpsi:

- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi

laktosa.

- Malabsorsi lemak

- Malabsorbsi protein

d) Endokrinopati: tirotoksikosis, penyakit Addison.

Page 11: Laporan Kasus Kani

11

e) Keracunan makanan: jamur, makanan basi, logam berat.

f) Neoplasma: neuroblastoma, ganglioneuroma, Zollinger-Ellison syndrome.

g) Lainnya: alergi susu, penyakit Crohn, colitis ulseratif, gangguan motilitas,

penyalahgunaan laksatif.

h) Psikologis: rasa cemas dan takut. Terutama pada anak besar, walaupun jarang

menyebabkan diare.

Page 12: Laporan Kasus Kani

12

Gambar 1 : Etiologi Diare3,4

II.4 Fisiologi Usus

Diare cair disebabkan oleh gangguan pada mekanisme transport air dan

elektrolit di usus halus. Dalam keadaan normal absorbsi dan sekresi cairan air

dan elektrolit tinja terjadi di sepanjang usus, contohnya seorang dewasa sehat

menyerap 2 liter cairan setiap hari, air ludah dan sekresi lambung, pankreas dan

hati berjumlah lebih kurang 7 liter, sehingga cairan yang masuk usus setiap hari

semuanya sekitar 9 liter. Sekitar 90% cairan diserap di usus halus dan sekitar 1

liter sampai di usus besar3,4. Di usus besar terjadi penyerapan lebih lanjut dan

hanya 100-200 ml air di keluarkan setiap hari dalam bentuk tinja. Bila terjadi

perubahan dalam air dan elektrolit dalam usus halus (seperti bertambah sekresi

atau berkurang absorbsi) mengakibatkan peningkatan volume cairan yang masuk

kedalam usus besar. Bila volume cairan ini melebihi kapasitas absorbsi usus

besar terjadilah diare4.

Absorbsi di usus halus disebabkan oleh derajat osmolaritas yang terjadi

apabila bahan terlarut diabsorbsi secara aktif dari lumen usus oleh sel epitel vili.

Ada beberapa cara agar Na diabsorbsi dari usus halus4:

Page 13: Laporan Kasus Kani

13

1) Natrium terkait dengan penyerapan ion klorida

2) Diabsorbsi langsung sebagai natrium

3) Ditukar dengan ion hidrogen

4) Terkait dengan absorbsi bahan organik seperti glukosa atau asam amino

tertentu. Penambahan glukosa kelarutan elektrolit meningkatkan penyerapan

natrium di usus halus sebanyak tiga kali.

Setelah diabsorbsi, natrium dikeluarkan dari sel epitel melalui pompa ion yang

disebut sebagai Na+K+phase. Ini menyebabkan peningkatan osmolaritas di cairan

ekstraselular dan menyebabkan air dan elektrolit mengalir secara pasif dari lumen

usus halus ke saluran interseluler ke dalam cairan ekstraselular.2,3

II.5 Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

1) Diare akibat gangguan sekretorik

Disebabkan oleh karena sekresi air dan elektrolit kedalam usus halus. Hal

ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida

di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Akhirnya terjadi sekresi

cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai

tinja cair ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi,

perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh

toksin bakteri seperti Escerichia coli dan Vibrio cholera atau virus.

2) Diare akibat gangguan osmotic

Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan

elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara

lain isi usus dengan cairan ekstraseluler. Akibat terdapatnya makanan atau

zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Page 14: Laporan Kasus Kani

14

3) Diare akibat gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengaibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya

dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesis diare akut:2-4

1. Masuknya jazad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil

melewati rintangan asam lambung.

2. Jazad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

3. Oleh jazad renik akan dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

Gambar 2. Patogenesis diare oleh karena virus3

Page 15: Laporan Kasus Kani

15

Gambar 3. Patogenesis diare oleh karena bakteri3

Page 16: Laporan Kasus Kani

16

Gambar 4. Patogenesis diare oleh karena protozoa3

Sebagai akibat diare akan terjadi4:

- Kehilangan air dan elektrolit dengan akibat terjadi dehidrasi dan gangguan

keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).

- Gangguan gizi sebagai akibat masukan makanan yang kurang dan

pengeluaran yang bertambah.

- Gangguan sirkulasi darah (syok hipovolemik).

Tabel 1 : Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen

Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent

Bakteri :

V.cholerae

ETEC, EPEC

EIEC

EHEC

Shigella,Salmonella

C.jejuni,Y.enteroclitica

C.defficile

M.tuberculosa

Aeromonas

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

Virus :

Rotavirus

Adenovirus (type

40,41)

Smaal Bowel

Structured virus

Cytomegalovirus

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Protozoa :

G.lamblia (+) (-) (+)

Page 17: Laporan Kasus Kani

17

E.histolytica

C.parvum

Microsporidium spp

Isospora belli

Cyclospora

cayatenensis

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

Cacing :

Strongyloides

stercoralis

Schistosoma spp

Capilaria

philippinensis

Trichuris trichuria

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

2.6 Klasifikasi dan Patofisiologi

Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi

(poisoning), alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis.Berikut ini akan

diuraikan klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi

pada usus atau Enteric Infection.

Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut

berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas

mekanisme Inflamatory, Non inflammatory, dan Penetrating. (Tabel 2)

Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan

manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut

juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan

abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus,

serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis

ditemukan lendir dan/atau darah, secara mikroskopis didapati leukosit

Page 18: Laporan Kasus Kani

18

polimorfonuklear. Mikroorganisme penyebab seperti, E.histolytica, Shigella, Entero

Invasive E.coli (EIEC),V.parahaemolitycus, C.difficile, dan C.jejuni.

Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus

bagian proksimal, Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang

mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang

disebut dengan Watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada

sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus

yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin

tidak ditemukan leukosit. Mikroorganisme penyebab seperti, V.cholerae,

Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Salmonella.

Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut

juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare.

Pada pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear. Mikrooragnisme

penyebab biasanya S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteritidis, S.cholerasuis,

Y.enterocolitidea, dan C.fetus.

Tabel 2 : Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating

Gambaran

Tinja :

Watery

Volume >>

Leukosit (-)

Bloody, mukus

Volume sedang

Leukosit PMN

Mukus

Volume sedikit

Leukosit MN

Demam - + +

Nyeri Perut - + +/-

Dehidrasi +++ + +/-

Tenesmus - + -

Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis

2.7 Manifestasi Klinis

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair

Page 19: Laporan Kasus Kani

19

dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Adanya lendir atau darah menunjukkan

adanya proses inflamasi, biasanya disebabkan invasi bakteri ke mukosa saluran cerna.

Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan

empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, terutama pada

anak kecil. Tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam

laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare

(malabsorpsi karbohidrat sekunder). Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau

sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Selain itu muntah biasanya

dihubungkan dengan neuroenterotoksin pada makanan beracun dari Staphylococcus

aureus atau Bacillus cereus. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan

elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit

berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut

serta kulit tampak kering. 1-4

Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Baik,sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa,tidak haus

*Gelisah,rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin minum banyak

*lesu,lunglai/tidak sadar

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

*malas minum atau tidak bias

minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Bila ada 1 tanda* ditambah 1

atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah 1

atau lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 3. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Page 20: Laporan Kasus Kani

20

Tabel 4. Karakteristik Tinja dan Membedakan Sumbernya

Karakteristik Tinja Usus kecil Usus besar

Penampakan Berair Mucoid dan/atau berdarah

Volume Banyak Sedikit

Frekwensi Meningkat Sangat meningkat

Darah kemungkinan positif tapi tidak

pernah gross blood

Biasanya terdapat gross

blood

pH <5.5 >5.5

Substansi tersisa Positif Negatif

WBC <5 Biasanya >10/lebih

Serum WBC Normal Kemungkinan leukositosis,

bandemia

Organisme Viral, enterotoksigenik bakteri,

parasit

Invasif bakteri, toksik

bakteri, parasit

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi

ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi

menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. Pada dehidrasi berat, volume

darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu

denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil dan tekanan darah menurun,

penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang-kadang

sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai

anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan

pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussmaul)5.

Asidosis metabolik terjadi karena : 1). Kehilangan NaHCO3 melalui tinja. 2).

Ketosis kelaparan. 3). Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat

dikeluarkan (oleh karena oliguri atau anuri). 4). Berpindahnya ion natrium dari cairan

ekstrasel ke cairan intrasel. 5). Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).

Page 21: Laporan Kasus Kani

21

Malnutrisi juga dapat terjadi pada penderita diare. Massa lemak dan otot yang

berkurang atau edema perifer menunjukkan adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak,

dan/atau protein. Organisme Giardia dapat menyebabkan diare intermiten dan

malabsorpsi lemak. Selain itu bisa juga terdapat gejala nyeri perut yang non spesifik

dan non fokal. Nyeri perut biasanya tidak meningkat jika ditekan. Jika nyeri perut

fokal dan semakin berat jika ditekan serta hilang timbul, maka waspada kemungkinan

adanya komplikasi atau diagnosa non infeksi lainnya. Borborygmi terdengar karena

peningkatan signifikan dari aktivitas peristaltik5.

Tabel 5. Organisme and Frekuensi Gejala

Organisme Inkubasi Durasi Muntah Demam Nyeri

perut

Rotavirus 1-7 hari 4-8 hari Ya Rendah Tidak

Adenovirus 8-10 hari 5-12 hari Lambat Rendah Tidak

Norwalk virus 1-2 hari 2 hari Ya Tidak Tidak

Campylobacter species 2-4 hari 5-7 hari Tidak Ya Ya

C difficile Bervariasi Bervariasi Tidak Sedikit Sedikit

C perfringens Minimal 1 hari Ringan Tidak Ya

Enterohemorrhagic E

coli

1-8 hari 3-6 hari Tidak +/- Ya

Enterotoxigenic E coli 1-3 hari 3-5 hari Ya Rendah Ya

Salmonella species 0-3 hari 2-7 hari Ya Ya Ya

Shigella species 0-2 hari 2-5 hari Tidak Tinggi Ya

Giardia species 2 minggu 1+ minggu Tidak Tidak Ya

Entamoeba species 5-7 hari 1-2+

minggu

Tidak Ya Tidak

Diare terbagi atas tiga derajat :1-3

a. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:

1) Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari

Page 22: Laporan Kasus Kani

22

2) Keadaan umum baik dan sadar

3) Mata normal dan air mata ada

4) Mulut dan lidah basah

5) Tidak merasa haus dan bisa minum

b. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat

badan, dengan gejala sebagai berikut :

1) Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering

2) Kadang-kadang muntah, terasa haus

3) Kencing sedikit, nafsu makan kurang

4) Aktivitas menurun

5) Mata cekung, mulut dan lidah kering

6) Gelisah dan mengantuk

7) Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung.

c. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan,

dengan gejala:

1) Frekuensi buang air besar terus-menerus

2) Muntah lebih sering, malas minum

3) Tidak kencing, tidak ada nafsu makan

4) Sangat lemah sampai tidak sadar

5) Mata sangat cekung, mulut sangat kering

6) Nafas sangat cepat dan dalam

7) Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba

8) Ubun-ubun sangat cekung

2.8 Penatalaksanaan

Derajat dehidrasi dan penanganan menurut MTBS

1) Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini :

Page 23: Laporan Kasus Kani

23

- Letargis atau tidak sadar

- Mata cekung

- Tidak bisa minum atau malas minum

- Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya :

- Beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi C)

Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya :

- Rujuk segera dan selama perjalanan mintalah agar ibu terus

memberikan oralit

- Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI

- Jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk kolera

2) Dehidrasi ringan sedang

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:

- Gelisah, rewel/ mudah marah

- Mata cekung

- Haus, minum dengan lahap

- Cubitan perut kembalinya lambat

Jika anak tidak ada klasifikasi sedang lainnya :

- Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B

Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya :

- Rujuk segera dan selama perjalanan mintalah agar ibu terus

memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit.

- Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI

- Nasehati ibu kapan harus kembali segera

- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan

3) Tanpa dehidrasi

Page 24: Laporan Kasus Kani

24

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau

ringan/sedang

- Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A

- Nasehati ibu kapan harus kembali segera

- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan.

2.9 Prinsip pengobatan diare

Prinsip dari pengobatan diare adalah :

1) Mencegah terjadi dehidrasi

2) Mengobati dehidrasi dengan cepat dan tepat

3) Memberi makan pada anak

Peranan obat pada penatalaksanaan diare :

- 95% sembuh dengan oralit dan makanan yang diteruskan

- Pemberian obat mempunyai efek samping yang merugikan

2.9.1 Pemberian antimikroba yang tepat

a) Kolera

- Umur 7 tahun : Tetrasiklin 50mg/KgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-

3 hari.

- Semua umur : Trimethoprim-Sulfamethoxazol. TMP 8 mg/KgBB/hari

– SMX 50mg/KgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 3 hari.

b) Disentri dan shigella

- Anak-anak : TMP 10 mg/kgBB/hari - SMX 50 mg/kgBB/hari, dibagi 2

dosis selama 5 hari atau Ampisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis

selama 5 hari.

- Bayi : Eritromisin 25 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.

c) Amoebiasis

Page 25: Laporan Kasus Kani

25

- Metronidazole30 mg/kg/hr dibagi 3 dosis selama 5-10 hari

- Kasus BeratDehidroemetin HclDosis : 1 - 1,5mg/kg/hr selama 5 hari

d) Giardia lamblia

- Metronidazole 15 mg/kg/hr selama 5 hari

e) Lain-lain

- Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan. Obat

pengeras tinja tidak bermanfaat, tidak perlu diberikan.

2.9.2 Pengobatan cairan/elektrolit

Rencana pengobatan A untuk mengobati diare di rumah :

Gunakan cara ini untuk mengajar ibu:

-Teruskan mengobati anak diare di rumah

- Berikan pengobatan awal bila terkena diare lagi

Menerangkan 3 cara pengobatan diare di rumah :

1. Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah dehidrasi

- Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan

yang cair (sup, air tajin) dan air matang

- Gunakan larutan oralit seperti tabel di bawah (Jika anak usia < 6 bulan

dan belum makan padat lebih baik diberi oralit dan air matang

daripada makanan cair

- Beri larutan oralit sebanyak anak mau.

- Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi.

- Teruskan ASI

- Bila anak tidak mendapat ASI beri susu yang biasa diberikan. Untuk

anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat diberi susu cair

yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.

- Bila anak ≥ 6 bulan / telah mendapat makanan padat:

Page 26: Laporan Kasus Kani

26

- Beri bubur/campuran tepung lain, bila perlu campur dengan kacang-

kacangan, sayur, daging atau ikan. Tambah 1-2 sendok teh minyak

sayur pada tiap porsi

- Beri sari buah segar/pisang halus/untuk menambah kalium

- Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 5 x sehari

- Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan

tambahan setiap hari selama seminggu

3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari /

menderita sbb:

- BAB cair sering kali

- Makan/minum sedikit

- Muntah berulang-ulang

- Demam

- Sangat haus sekali

- Tinja berdarah

Rencana terapi B untuk mengobati dehidrasi :

Jumlah oralit yang harus diberikan dalam 3 jam pertama :

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan,

berikan oralit “paling sedikit” sesuai tabel di bawah ini :

Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun dewasa

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml

- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah

- Dorong ibu untuk meneruskan ASI

ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan

BERAT BADAN penderita (KG) dengan 75 ml

Page 27: Laporan Kasus Kani

27

- Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-

200 ml air masak selama ini

Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit :

- Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan

- Tunjukkan cara memberikannya, sesendok teh tiap 1 - 2 menit untuk anak di

bawah 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua

- Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah

- Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit

tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 - 3 menit

- Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air

masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana terapi A bila pembengkakan telah

hilang.

Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih

rencana A, B atau C untuk melanjutkan pengobatan :

- Bila tidak ada dehidrasi ganti ke Rencana A. Bila dehidrasi telah hilang, anak

biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tertidur

- Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana B tetapi

tawarkan makanan, susu, sari buah seperti Rencana A

- Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana C

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B :

- Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam di

rumah

- Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan

dalam rencana A

- Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit

- Jelaskan 3 cara dalam Rencana A untuk mengobati anak di rumah

- Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti

Page 28: Laporan Kasus Kani

28

- Memberi makanan anak

- Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu

Rencana terapi C

• Mulai diberi cairan iv segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit,

sewaktu cairan iv dimulai. Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam

normal), dibagi sebagai berikut:

Umur Pemberian pertama

30 ml dalam

Kemudian 70 ml/kg dalam

Bayi < 12

bulan

1 jam* 5 jam

Anak > 1

tahun

½ - 1 jam* 2 ½ - 3 jam

* Ulangi nadi bila masih lemah atau tidak teraba

- Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat

tetesan iv.

- Juga berikan oralit (5 mg/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah

3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).

- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan

bagan penilaian.

- Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan

pengobatan

Anak harus diberi oralit di rumah bila :

- Setelah mendapat Rencana Pengobatan B atau C

- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk

Page 29: Laporan Kasus Kani

29

- Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas

kesehatan merupakan kebijaksanaan pemerintah

Jika anak diberi oralit dirumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan

setiap habis BAB dan beri oralit yang cukup untuk 2 hari:

Umur Jumlah oralit yang diberi @

BAB

Jumlah oralit yang disediakan

di rumah

< 12

bulan

50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)

1-4

tahun

100-200 ml 600-800 ml/hari, 3-4 bungkus

> 5

tahun

200-300 ml 800-1000 ml/hari, 4-5 bungkus

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

- Tunjukkan kepada ibu cara mencampur oralit

- Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit

- Perkirakan kebutuhan oralit untuk 2 hari

- Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun

- Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua

- Bila anak-anak muntah tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih

sedikit

- Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk

memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara I atau kembali ke

petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit

-

2.10 Komplikasi

1. Hipernatremia : (Na serum > 150 mmol/L)

Page 30: Laporan Kasus Kani

30

· Oleh karena muntah dengan intake cairan/makan menurun

· Sangat haus dengan tanda dehidrasi tidak jelas, kejang

2. Hiponatremia : (Na serum < 130 mmol/L)

· minum cairan sedikit / tanpa Na

· lemas, kejang (jarang)

· kematian > tinggi dari no.1

3. Demam

· Bisa oleh karena : mikroorganisme penyebab diare, dehidrasi, penyakit lain

yang menyertai

· Cegah kejang dengan kompres dingin, antipiretika

4. Overhidrasi (Keracunan Air)

· Pemasukan air terlalu banyak

· tanda: kelopak mata bengkak, odema paru (jarang)

· tindakan : cairan oral / iv stop

5. Asidosis Metabolik

· Oleh karena bertambahnya asam atau hilangnya basa ekstraseluler oleh

karena dehidrasi

· Tanda : nafas cepat dan dalam

Pemberian oralit yg cukup bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis.

6. Hipokalemia (serum K < 3 mmol/L)

· tanda : lemas,ileus,aritmia jantung,kerusakan ginjal

· terapi oralit (20 mmol/L)

7. Ileus Paralitik

· Fatal oleh karena hipokalemia, obat anti motilitas

· Tanda : perut kembung, peristaltik menurun / tidak ada muntah

· Tindakan : cairan oral stop iv

8. Kejang

· Oleh karena hipoglikemia, kejang demam, hiper/hipo Na

Page 31: Laporan Kasus Kani

31

· oleh karena penyakit SSP : meningitis, ensefalitis, epilepsi, makanan yg

mengandung K.

9. Malabsorpsi dan intoleransi laktosa

· Diare oleh karena infeksi bakteri invasif menyebabkan mukosa usus rusak,

produksi laktase menurun, laktosa dalam makanan tidak dicerna dengan

baik, sehingga terjadi osmotik diare.

10. Malabsorpsi Glukosa

· terjadi diare ok infeksi bakteri, gizi buruk

· pada kasus ini, oralit stop, beri cairan iv

11. Muntah

· Ok dehidrasi, iritasi usus, gastritis ok infeksi, ileus, pemberian cairan oral

dengan cepat

· Pada anak kecil, bayi jangan diberi anti emetik karena kesadaran menurun,

intake berkurang

12. Gagal ginjal akut

· Oleh karena dehidrasi berat dan syok

Bila pengeluaran urine tidak terjadi dalam 12 jam setelah rehidrasi cukup,

perlu perawatan intensif

2.11 Prognosis

Di negara berkembang, dengan manajemen yang lebih baik, prognosisnya

sangat baik. Kematian sebagian besar disebabkan karena dehidrasi dan

malnutrisi sekunder. Dehidrasi berat harus ditangani dengan cairan parenteral.

Sekali malnutrisi dari malabsorpsi sekunder terjadi, prognosis menjadi jelek

kecuali penderta dirawatinapkan di rumah sakit dan diberikan suplemen nutrisi

parenteral. Neonatus dan infant muda merupakan kelompok yang beresiko

terjadinya sindrom dehidrasi, malnutrisi, dan malabsorpsi. Meskipun angka

kematian rendah di negara berkembang, anak-anak dapat meninggal karena

komplikasi yang ada, prognosis anak-anak di negara tanpa perawatan kesehatan

modern harus lebih berhati-hati. 2,5,6

Page 32: Laporan Kasus Kani

32

2.12 Pencegahan

Tujuh Intervensi Pencegahan Diare yang Efektif:

1. Pemberian ASI

2. Memperbaiki makanan sapihan

3. Mempergunakan air bersih yang cukup banyak

4. Mencuci tangan

5. Menggunakan jamban keluarga

6. Cara membuang tinja bayi yang baik dan benar

7. Pemberian imunisasi campak

Page 33: Laporan Kasus Kani

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Noersaid H, Suraatmadja, Asnil P O. Gastroenteritis (Diare) Akut dalam

Gastroenterologi anak Praktis. Jakarta. FKUI; 1999. 51-76

2. World Health Organization. The State of world’s children. Geneva : WHO :

1995

3. Alatas H, Hassan R. Buku Kuliah Ilmu Keehatan Anak jilid 1. Jakarta. FKUI;

1999

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Diare Akut. Pedoman Pelayanan medis

Kesehatan Anak Edisi 2011.

5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam Standart Pelayanan Medis

Kesehatan Anak Edisi I 2004 ; 49-52

Page 34: Laporan Kasus Kani

34