LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENDAMPINGAN GUGUS TUGAS KATAM TERPADU
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : NAZARIAH, SP. M.Si
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
i
LEMBARAN PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Pendampingan Gugus Tugas Katam Terpadu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jl. P. Nyak Makam N0. 27 Lampineung, Banda Aceh
4. Sumber Dana : DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Aceh Tahun 2014
5. Status Kegiatan (L/B) : Lanjutan
6. Penanggung Jawab a. Nama : Nazariah, SP. M.Si
b. Pangkat/Golongan c. Jabatan Fungsional
: :
Pembina Tk I, IV/b Penyuluh Pertanian Madya
7 Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Lahan Sawah
9. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun
10. Tahun Dimulai : 2015
11. Biaya : Rp. 83.300.000,- (Delapan puluh tiga juta tiga ratus ribu rupiah)
Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan, Dr. Rachman Jaya, S.Pi. M.Si
Nazariah. SP, MSi.
NIP. 19740305 200003 1 001 NIP. 19710818 199803 2 002 Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilllah, berkat Rahmat Allah laporan kegiatan Pendampingan Gugus Tugas
Katam dapat diselesaikan pada waktunya. Seandainya dalam pelaksanaan kegiatan dan
laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, kami memohon maaf dan menerima saran
serta masukan yang bersifat membangun dan memperbaiki pola kegiatan yang
dilaksanakan agar lebih baik dimasa mendatang.
Terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada Kepala BPTP Aceh yang
telah memberikan kepercayaan, ungkapan terima kasih juga kami haturkan kepada semua
pihak yang telah turut membantu pelaksanaan kegiatan ini.
Akhirnya kepada Allah jualah kita mohon hidayahnya, semoga laporan sederhana ini
berguna bagi yang membutuhkannya.
Banda Aceh, Desember 2015 Pelaksana Kegiatan, Nazariah, SP. M.Si NIP. 19710818 199803 2 002
iii
RINGKASAN
1. Judul RPTP : PENDAMPINGAN GUGUS TUGAS KATAM TERPADU
2. UNIT KERJA : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
3. LOKASI : KABUPATEN BIREUEN
4. AGROEKOSISTEM : LAHAN SAWAH
5. STATUS : LANJUTAN
6. TUJUAN : a. Mendukung proses penyusunan Sistem Informasi
Kalender Tanam Terpadu
b. Melaksanakan verifikasi dan sosialisasi Sistem
Informasi Kalender Tanam Terpadu
c. Melaksanakan desiminasi Kalender Tanam ke
kabupaten dan/atau kecamatan (BPP)
7. KELUARAN : a. Tersusunnya Sistem Informasi Kalender Tanam
Terpadu,
b. Terlaksana verifikasi dan sosialisasi Sistem
Informasi Kalender Tanam Terpadu,
c. Terlaksana desiminasi Kalender Tanam ke
kabupaten dan/atau kecamatan (BPP
8. HASIL : Tersebarluaskannya informasi teknologi kalender
tanam (KATAM) terpadu kepada pengguna dalam
upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi
sebagai strategi mengantisipasi perubahan iklim.
1.
9. PERKIRAAN
MANFAAT DAN
DAMPAK
: a. Tersebarluaskannya informasi kalender tanam
(KATAM) terpadu kepada pengguna di seluruh
kabupaten/kota
b. Meningkatnya pengetahuan pengguna dalam
mengakses langsung informasi kalender tanam
terpadu sesuai kebutuhan
c. Meningkatnya tingkat adopsi dalam rangka
peningkatan produksi
iv
d. Meminimalkan penanaman diluar jadwal/kalender
tanam pada setiap musim tanam
e. Sebagai pemandu atau pedoman awal tanam,
alternatif pola tanam, luas areal tanam potensial,
dan rekomendasi teknologi adaptif pada level
kecamatan/Kabupaten
f. Pengumpulan data katam sampai level kecamatan
lebih mudah.
g. Mendapatkan data akurasi katam terpadu
10. Prosedur : a. Melaksanakan sosialisasi,
b. Melaksanakan gelar teknologi validasi dalam
rangka penajaman dan akurasi Katam Terpadu di
Kabupaten Bireuen
c. Melaksanakan temu lapang pada lokasi dimana
gelar teknologi validasi dilaksanakan
d. Pengumpulan data base dari Provinsi dan seluruh
Kabupaten/Kota
e. Tabulasi data, pengiriman data dan Update data
ke Tim Katam Pusat
11. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun
12. Biaya tahun 2015 : Rp. 83.300.000,- (Delapan puluh tiga juta tiga ratus
ribu rupiah)
v
SUMMARY 1. Title : MENTORING TASK FORCE INTEGRATED KATAM
2. Implementation unit : ASSESSMENT INSTITUTE FOR AGRICULTURE
TECHNOLOGY (AIAT) ACEH
3. Location : ACEH PROVINCE
4. Agroecosytem : Lowland
5. Status : NEW
6. Objective : a. Support the process of preparation of Integrated
Information Systems Planting Calendar
b. Conduct verification and dissemination of
Integrated Information Systems Planting Calendar
c. Planting Calendar carry out dissemination to the
district and / or sub-district (BPP)
7. Output : a. Support the process of preparation of Integrated
Information Systems Planting Calendar
b. Conduct verification and dissemination of
Integrated Information Systems Planting Calendar
c. Planting Calendar carry out dissemination to the
district and / or sub-district (BPP).
8. Outcome : 2. Dissemination of information technologies planting
calendar (katam) integrated to users in an effort to
increase the productivity of rice plants as a strategy to
address climate change.
3.
9. Expected Benefits
And Impact
: a. Information dissemination planting calendar
(katam) integrated to users in all districts / cities
b. Increased knowledge of the user in accessing the
information directly integrated crop calendars as
needed
c. The increasing rate of adoption in order to
increase production
d. Minimizing planting beyond schedule / calendar
planted in each planting season
e. As a guide or guidelines early planting, alternative
cropping patterns, planting area of potential, and
vi
adaptive technology advice at the level of districts
/ District
f. Katam data collection until the district level more
easily.
g. Getting the data accuracy integrated katam
10. Procedure a. To socialize,
b. Implement technology degree validation in the
framework of the Integrated Katam refinement and
accuracy in Bireuen
c. Implement an open-field at the location where the
degree of validation technology implemented
d. Collecting data base of the entire province and
regency / city
e. Tabulation of data, data transmission and data to
the Update Center Katam Team
11. Duration 1 year
12. Budget IDR. 83.300.000
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan tanaman ........ 17
padi validasi Kalender Tanam Terpadu di Desa Mon Jambe Ke- camatan Jeumpa Kabupaten Bireuen 2015.
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penampilan persemaian umur 12 hari setelah semai ……………………. 13 Gambar 2. Proses penanaman hari pertama dan profil tanaman …………………… 13
satu batang per lubang tanam
Gambar 3. Profil padi hari pertama penanaman ………………………………………….. 14 Gambar 4. Profil tanaman padi umur 14 hari setelah penanaman ………………… 14 Gambar 5. Profil tanaman padi umur 22 hari setelah penanaman ……………….. 15 Gambar 6. Profil tanaman padi umur 60 hari setelah penanaman ……………….. 15 Gambar 7. Profil tanaman padi umur 68 hari setelah penanaman ……………….. 16 Gambar 8. Profil tanaman padi umur 120 hari setelah penanaman/panen ……. 16 Gambar 9. Proses penghitungan hasil ubinan ……………………………………………… 17
ix
DAFTAR ISI
Halaman LEMBARAN PENGESAHAN .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN.......................................................... ..... i ABSRAK………………………………………………………………………. ii KATA PENGANTAR ..................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................ iv RINGKASAN ............................................................................... iv I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Dasar Pertimbangan……………………………………………………………. ... 2 1.3. Tujuan ..................................................................................... 3 1.3. Keluaran yang diharapkan ........................................................ 3 1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak............................................. ..... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5 III. PROSEDUR ........................................................................... 8 3.1. Pendekatan .............................................................................. 8 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................... 8 3.3. Waktu dan Tempat................................................................ .... 8 3.4. Bahan dan Alat…………………………………………………………………… .... 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 10
4.1. Sosialisasi………………......................................... .................. 10 4.2. Validasi Katam Terpadu ....................................................... 11
4.3. Perkembangan Tanaman…………………….. ............................. 12 4.4. Produktivitas……………………………………………………. ............... 17 4.5. Temu Lapang…………………………………………………………………….. 18 V. KESIMPULAN……………………………………………………… ...... 20
5.1. Kesimpulan………………………………………………………………………. 20 5.2. Saran……………………………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 45/2011 tentang Tata Hubungan
Kerja Antara Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan
Pertanian dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), pada
dasarnya terkait dengan: a) pengembangan dan penerapan kalender tanam (katam),
baik dalam penyusunan, maupun sosialisasi dan validasi/verifikasi lapang, dan b)
mendukung upaya adaptasi sekaligus mitigasi perubahan iklim dalam
pengamanan/penyelamatan atau pengurangan risiko, pemantapan pertumbuhan
produksi, dan mengurangi dampak sosial-ekonomi.
Untuk mengimplementasikan Permentan No. 45/2011, Badan Litbang Pertanian
telah mengembangkan Sistem Kalender tanam (KATAM) terpadu yang menjadi rujukan
bagi pengambil kebijakan dalam penyusunan rencana pengelolaan pertanian tanaman
pangan di tingkat kecamatan. Informasi tersebut meliputi estimasi awal waktu tanam
ke depan berdasarkan prediksi iklim, yang dilengkapi dengan informasi rawan bencana
banjir, kekeringan, dan organisme pengganggu tanaman (OPT), serta rekomendasi
teknologi berupa varietas, benih, dan pemupukan berimbang. Sistem Informasi
Kalender tanam (KATAM) terpadu dapat diakses melalui litbang.deptan.go.id,
deptan.go.id, epetani.deptan.go.id, cybex.deptan.go.id, balitklimat.
litbang.deptan.go.id. Untuk lebih mengefektifkan penerapan Permentan No.45/2011,
Badan Litbang Pertanian telah menerbitkan SK No 77.1/Kpts/OT.160/I/3/2012 tentang
Tim Penyusunan Kalender Tanam (Katam) Terpadu tahun 2012 dan SK No.
178.1/Kpts/OT.160/I/7/2012 tentang Pembentukan Gugus Tugas Katam dan
Perubahan IKlim di BPTP.
Dalam dua dekade terakhir, isu perubahan iklim terus menguat dan menjadi
entri point penting dalam menyusun perencanaan pengembangan pertanian,
khususnya tanaman pangan. Perubahan iklim yang ditandai oleh perubahan pola dan
distribusi curah hujan, peningkatan suhu udara, dan peningkatan muka air laut
berdampak langsung terhadap pertanian di wilayah tertentu. Tanaman pangan
merupakan subsektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Di sisi lain,
2
kedaulatan pangan sejak era Otonomi Daerah seakan telah beralih ke Pemerintah
Provinsi/Kabupaten. Kegagalan panen di suatu sentra produksi dapat menyebabkan
keguncangan di daerah lain, terlebih pada daerah yang bukan sentra pertanian.
Kalender Tanam yang sudah dihasilkan oleh Kementerian Pertanian merupakan
teknologi yang memuat berbagai informasi tanam pada skala kecamatan. Secara
administratif, setiap kecamatan memiliki beberapa desa dengan luas, posisi desa dari
jaringan irigasi maupun drainase, letak desa dari pasar pertanian yang menyediakan
saprodi, dan letak desa dari pusat kegiatan ekonomi dan penyediaan tenaga kerja.
Semua faktor tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan oleh petani untuk
menetapkan waktu tanam padi, sehingga waktu tanam akan bervariasi dalam satu
kecamatan.
1.2. Dasar Pertimbangan
Upaya peningkatan produksi memerlukan strategi yang cermat berdasarkan
prakiraan iklim yang akurat, antara lain melalui percepatan tanam di beberapa lokasi,
terutama di wilayah yang masih tinggi curah hujannya. Untuk memandu upaya ini
diperlukan alat Bantu antisipatif, berupa Kalender Tanam yang telah dikembangkan
sejak 2007 oleh Badan Litbang Pertanian, kemudian disempurnakan menjadi Kalender
tanam (KATAM) terpadu yang memuat rekomendasi teknologi dan kebutuhan sarana
produksi. Dengan adanya Kalender tanam (KATAM) terpadu untuk setiap kabupaten,
petani diharapkan dapat menentukan waktu tanam terbaik dan sekaligus menetapkan
varietas yang sesuai dan pemupukan yang rasional.
Kegiatan pendampingan kalender tanam (KATAM) terpadu di Propinsi Aceh
baru dilaksanakan pada tahun 2012. Sejauh ini sosialisasi yang dilaksanakan masih
sangat terbatas sehingga Dinas/Instansi terkait dan pengguna lainnya belum
memahami pentingnya kalender tanam (KATAM) terpadu untuk meningkatkan produksi
tanaman terutama padi terkait dengan anomali iklim yang terjadi. Informasi yang
tercantum dalam KATAM sampai ke level kecamatan memerlukan kerjasama semua
pihak. Minimnya informasi yang mereka dapatkan menyebabkan pihak terkait di
Kabupaten/kota belum memahami pentingnya keakuratan dan ketepatan waktu data
3
yang diminta untuk updating data kalender tanam pada kecamatan masing-masing,
sehingga dinas/instansi terkait di daerah terkesan data tersebut tidak begitu penting
sehingga mereka keberatan untuk memberikannya. Oleh karena itu, pemasyarakatan
kalender tanam (KATAM) terpadu melalui sosialisasi dan uji efektivitas untuk
mendukung keakuratan data katam penting dilakukan. Hal ini berguna sebagai
jembatan untuk memudahkan menghimpun data katam selanjutnya. Apabila
dinas/instansi terkait di daerah sudah memahami pentingnya data level kecamatan,
maka rekomendasi teknologi katam untuk Aceh diharapkan dapat lebih akurat.
1.3. Tujuan
a. Mendukung proses penyusunan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu
b. Melaksanakan validasi dan sosialisasi Sistem Informasi Kalender Tanam
Terpadu
c. Melaksanakan desiminasi Kalender Tanam ke kabupaten dan/atau
kecamatan (BPP)
1.4. Keluaran
a. Tersusunnya Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu,
b. Terlaksana validasi dan sosialisasi Sistem Informasi Kalender Tanam
Terpadu,
c. Terlaksana desiminasi Kalender Tanam ke kabupaten dan/atau kecamatan
(BPP)
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
a. Tersebarluaskannya informasi kalender tanam (KATAM) terpadu kepada
pengguna di seluruh kabupaten/kota
b. Meningkatnya pengetahuan pengguna dalam mengakses langsung
informasi kalender tanam terpadu sesuai kebutuhan
c. Meningkatnya tingkat adopsi dalam rangka peningkatan produksi
4
d. Meminimalkan penanaman diluar jadwal/kalender tanam pada setiap
musim tanam
e. Sebagai pemandu atau pedoman awal tanam, alternatif pola tanam, luas
areal tanam potensial, dan rekomendasi teknologi adaptif pada level
kecamatan/Kabupaten
f. Pengumpulan data katam sampai level kecamatan lebih mudah.
g. Mendapatkan data akurasi katam terpadu
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyediaan pangan terutama beras dalam jumlah yang cukup dan harga
terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan
makanan pokok lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan
lapangan pekerjaan bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan, sehingga
dari sisi ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis (BB.
Padi, 2009)
Salah satu indikator pentingkinerja pemerintah adalah terpenuhinya kebutuhan
pangan secara cukup dan berkualitas berdasarkan prinsip-prinsip kemandirian pangan.
Target surplus 10 juta ton beras sampai 2014, akhirnya dijadikan agenda penting
Kementerian Pertanian yang harus didukung oleh seluruh Provinsi di Indonesia
termasuk Aceh. Pencapaian surplus ini dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu
menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan produksi beras. Penurunan konsumsi
beras dapat dicapai melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal dan budaya
lokal. Penurunan ini menjadi bermakna karena diharapkan mampu berkontribusi dalam
menurunkan angka kerawanan pangan dunia yang mencapai 1,02 miliar orang atau
15,8 persen dari jumlah total penduduk dunia (Renstra Kementan, 2009).
Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan
swasembada beras. Diantara tingginya pertumbuhan populasi penduduk, konversi
lahan sawah subur ke tanaman lainnya yang lebih bernilai jual tinggi, pembangunan
kawasan perumahan, perkantoran dan kawasan industri, meningkatnya kompetisi
antar-usahatani, keterbatasan sumber daya air, terjadinya banjir dan kekeringan akibat
perubahan iklim (climate change) karena pemanasan golbal (global warming),
(Suyamto dan Zaini, 2010 ).
Keragaman (variabilitas) dan perubahan iklim merupakan proses alami yang
terjadi secara dinamis dan terus-menerus. Hal ini dicirikan oleh ketidak menentuan
pola curah hujan dan musim, serta peningkatan frekuensi kejadian anomali
(penyimpangan) iklim. Pada sektor pertanian, dampak perubahan iklim sudah semakin
terasa,terutama pada sub-sektor tanaman pangan, seperti ancaman banjir dan
6
kekeringan, serangan hama penyakittanaman, penurunan rendemen dan kualitas
produksi. Oleh sebab itu, diperlukan strategi dan upaya. Antisipasi dampak perubahan
iklim agar tidak berpengaruh terhadap produksi pangan nasional, termasuk pencapaian
target swasembada pangan berkelanjutan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan atau adaptasi kegiatan,
teknologi, dan pengembangan pertanian yang toleran terhadap perubahan iklim,
antara lain melalui penyesuaian waktu dan pola tanam, penggunaan varietas yang
adaptif, tahan terhadap organisme penganggu tanaman (OPT), dan pengelolaan air
secara efisien. Agar para pemangku kebijakan, penyuluh, petani, dan pengguna
inovasi lainnya dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim
Perubahan iklim memberikan dampak terhadap kehidupan di Bumi.Pada
pertanian, perubahan iklim menyebabkan pergeseran musim tanam. Petani dihadapkan
pada perubahan iklim yang ekstrim, baik kering (El nino) maupun basah (La nina).
Pada beberapa kasus perubahan iklim mendorong berkembangnya hama dan penyakit
yang menyebabkan gagal panen. perubahan pola curah hujan menjadi perhatian
dalam mengatur kalender dan pola tanam untuk menjaga kesinambungan produksi
pertanian.
Kalender tanam dibuat dengan tujuan untuk dijadikan acuan bagi petani dalam
bercocok tanam tanaman semusim.Kalender tanam dibuat dengan menggabungkan
peta prakiraan iklim, ketersediaan air dan penggolongan tanam.Kalender tanam
kemudian dicocokkan dengan pola tanam yang dilakukan petani di lapangan sehingga
memiliki ketepatan yang tinggi (Subagyono, 2007).Peta kalender tanam adalah peta
yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan terutama
padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan air.
Upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan atau adaptasi kegiatan,
teknologi, dan pengembangan pertanian yang toleran terhadap perubahan iklim,
antara lain melalui penyesuaian waktu dan pola tanam, penggunaan varietas yang
adaptif, tahan terhadap organisme penganggu tanaman (OPT), dan pengelolaan air
secara efisien. Agar para pemangku kebijakan, penyuluh, petani, dan pengguna
inovasi lainnya dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, Badan Penelitian
7
dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
(Balitklimat), Balai Penelitian Tanah (Balittanah), dan Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa (Balittra) yang didukung oleh seluruh BPTP, telah menyusun Peta dan Tabel
Kalender tanam (KATAM) terpadu untuk sentra padi di Indonesia. Kalender Tanam
tersebut merupakan pedoman bagi Dinas Pertanian, penyuluh, dan petani dalam
menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat, sesuai dengan kondisi iklim di setiap
kecamatan dan kabupaten, yang kini telah dipadukan dengan rekomedasi penggunaan
varietas, pemupukan, dan kebutuhan sarana produksi hingga tingkat kecamatan.
Sosialisasi penggunaan Kalender tanam (KATAM) terpadu ini diyakini dapat menekan
dampak perubahan iklim, termasuk anomali iklim, terhadap produksi padi nasiona
Sebagai suatu inovasi yang dinamis, pada tahap awal penyusunan Kalender tanam
(KATAM) terpadu lebih difokuskan pada agroekosistem lahan sawah irigasi, dan saat
ini sedang dipersiapkan Kalender tanam (KATAM) terpadu untuk agroekosistem lahan
rawa (BBSDLP 2011).
8
III. PROSEDUR
3.1. Pendekatan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendekatan lapang, baik sosialisasi maupun
gelar teknologi uji efektivitas dalam rangka penajaman dan akurasi Katam Terpadu uji
di Propinsi Aceh serta temu lapang.
3.2. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan ini meliputi :
a. Melaksanakan sosialisasi pada daerah sentra produksi padi
b. Melaksanakan gelar teknologi dalam rangka validasi teknologi Kalender
Tanam (KATAM) terpadu di Desa Mon Jambe Kecamatan Jeumpa
Kabupaten Bireuen
c. Melaksanakan temu lapang di Kabupaten Bireuen pada lokasi gelar
teknologi validasi Katam Terpadu dilaksanakan
d. Pengumpulan data base dari Provinsi dan seluruh Kabupaten/Kota
e. Tabulasi data, pengiriman data dan Update data ke Tim Katam Pusat
f. Monitoring dan Evaluasi
g. Pelaporan
3.3. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada Januari sampai dengan Desember 2015.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada event-event tertentu yang signifikan dengan
kondisi dan materi dimana sosialisasi dapat dilaksanakan. Sedangkan validasi dalam
rangka penajaman dan akurasi katam terpadu serta temu lapang dilaksanakan di Desa
Mon Jambe Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen.
9
3.4. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa alat tulis kantor, bahan untuk
budidaya tanaman berupa saprodi serta bahan dan alat pendukung lainnya.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sosialisasi Sosilaisasi Kalender Tanam (KATAM) terpadu tidak dilaksanakan secara khusus.
Hal ini disebabkan tidak tersedianya biaya (dana) perjalanan untuk melakukan
sosialisasi kepada Dinas/Instansi terkait serta stakeholder lainnya di 23 kabupaten/kota
di Aceh. Sosialisasi dilakukan hanya dengan memanfaatkan momen kegiatan yang
dilaksanakan oleh BPTP Aceh sendiri maupun Dinas/Instansi terkait. Beberapa
kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan KATAM kepada
pengguna adalah :
a. Pada Temu Teknis Tingkat Kabupaten; Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Penyuluhan Kabupaten di Kabupaten Pidie 2015. Yang dilaksanakan oleh Badan
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pidie, diikuti oleh Koordinator BPP
se Kabupaten Pidie.
b. Bimbingan teknis mahasiswa dan alumni : UPSUS peningkatan produks pajale di
Prov. Aceh 2015. Diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,
diikuti oleh peserta 114.
c. Pelatihan pengamat curah hujan pos kerjasama, penyelenggara Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indrapuri. Peserta 30 orang pengamat curah
hujan dari 23 Kabupaten/kota
d. Diklat teknis agribisnis padi diikuti oleh 30 PPL yang berasal dari 23 kabupaten/kota
diikuti 30 orang peserta. Diselenggarakan oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan
Pertanian Saree.
e. Diklat dasar THL-TB penyuluh pertanian 30 orang berasal dari 23 kabupaten/kota.
Diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Pendidikan Pertanian (BLPP) saree.
11
4.2. Validasi Teknologi Katam Terpadu
4.2.1. Gambaran Umum Lokasi Gelar teknologi yang merupakan validasi Katam terpadu sekaligus sebagai
upaya mensosialisasi Kalender Tanam Terpadu dilaksanakan di Desa Mon Jambe
Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Kecamatan Jeumpa adalah salah satu
kecamatan sentra produksi padi untuk Kabupaten Bireuen dengan total luas sawah
mencapai 1.375 ha, terdiri dari sawah irigasi teknis 1.277 ha dan sawah tadah hujan
98 ha. Validasi teknologi katam terpadu dilaksanakan di Desa Mon Jambe yang
memiliki luas sawah irigasi 40 ha, dengan total penduduk 847 jiwa yang terdiri dari
195 kk. Desa. Memiliki beberapa kelompok tani yang bergabung dalam Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Bungong Awe.
Desa Mon Jambe mempunyai kelembagaan ekonomi perdesaan yang
mendukung pelaksanaan usahatani yang baik, diantaranya; Koperasi diluar KUD 1
unit, kios saprodi 1 unit dan lumbung padi desa 1 unit.
Dalam berusahatani padi sawah, desa Meunasah Pulo didukung oleh alat mesin
pertanian (Alsintan) berupa; Hand Sprayer sebanyak 11 unit, 8 unit milik petani dan 3
unit milik Dinas Pertanian setempat, disamping juga memiliki 2 unit traktor milik
petani.
4.2.2. Teknologi Eksisting
Budidaya tanaman padi sudah dilakukan oleh masyarakat sejak turun menurun.
Umumnya petani di Desa Mon Jambe sudah melakukan beberapa komponen dasar dan
pilihan dari teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah, seperti;
pengolahan tanah sempurna, penggunaan bibit muda dan penggunaan varietas unggul
baru. Varietas umum yang digunakan petani adalah Ciherang, dengan system tanam
tegel, penanaman system legowo belum memasyarakat sama sekali terutama legowo
2: 1. Petani setempat masih beranggapan bahwa penanaman legowo 2:1 hanya
membuang tanah sehingga produksi menurun.
12
4.2.3. Gelar Teknologi
Gelar teknologi yang merupakan validasi Katam terpadu sekaligus sebagai
upaya mensosialisasi Kalender Tanam Terpadu dilaksanakan di Desa Mon Jambe
Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Beberapa teknologi yang diterapkan adalah :
a. Jadwal Tanam
Jadwal tanam yang dilaksanakan adalah pada Musim Kering (MK) 2015, yang
jatuhnya pada Juni II - III. Oleh karena itu penanaman dilaksanakan pada tanggal 16
Juni 2015.
b. Varietas
Sesuai dengan varietas yang direkomendasikan oleh katam, maka benih yang
digunakan adalah Inpari 30.
c. Pola Tanam
Menggunakan pola tanam 2 : 1, jumlah bibit 1 batang per lubang tanam.
d. Pemupukan
Pemupukan dilaksanakan berdasarkan rekomendasi teknologi KATAM
kecamatan bersangkutan, yaitu; menggunakan pupuk organik 2000kg/ha, NPK
Phonska 125 kg/ha dan Urea 200 kg/ha. Disamping pemakaian rekomendasi
pemupukan seperti yang disebutkan diatas, juga akan dilakukan perlakuan-perlakuan
lain sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan.
4.3. Perkembangan Tanaman
a. Persemaian
Varietas padi yang digunakan pada validasi informasi kalender tanam (KATAM)
terpadu adalah Inpari 30. Varietas eksisting yang umumnya terseda dan diusahakan
oleh masyarakat Kabupaten Bireuen adalah Vaietas Ciherang. Sedangkan Inpari 30
merupakan varietas padi unggul yang belum pernah mereka ketahui. Minimnya
informasi dan ketersediaan varietas padi lainnya menyebabkan tingkat ketergantungan
petani terhadap Varietas Ciherang begitu tinggi. Oleh sebab itu, diharapkan dengan
13
memperkenalkan Varietas Inpari dapat menjadi solusi atau alternatif pemilihan varietas
padi unggul dimasa mendatang.
Persemaian pada lokasi validasi tidak mengalami kendala yang berarti. Benih
yang disemai tumbuh dengan baik.
b. Penanaman
Penanaman dilakukan saat persemaian berumur 16 hari. Menggunakan pola
tanam legowo (jurong) 2:1. Jumlah tanaman 1 batang per lubang tanam.
Gambar 1. Penampilan persemaian umur 12 hari setelah semai
Gambar 2. Proses penanaman hari pertama dan profil tanaman satu batang per lubang tanam
14
a. Pertumbuhan Tanaman
Intensifnya perawatan, tanaman padi mulai dari persemaian sampai panen
menunjukkan performance yang sangat baik tanpa ada masalah yang berarti.
Pengamatan dilakukan selama tujuh kali selama pertumbuhan, yaitu: hari ke 16
setelah tanam, hari ke 22, 28, 36, 42, 86, 100 dan 120 hari. Parameter yang diukur
adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan.
Gambar 3. Profil padi hari pertama penanaman
Gambar 4. Profil tanaman padi umur 14 hari setelah penanaman
15
Tanaman padi umur 14 hari setelah tanam rata-rata tinggi batang mencapai 14 cm
dengan jumlah anakan 4 batang per rumpun. Pengamatan hari ke 22 setelah
tanaman, tinggi tanaman 16 cm dengan anakan 13 batang, pada hari ke 28 setelah
tanam anakan per rumpun berjumlah 13 batang dengan tinggi tanaman rata-rata 31
cm.
Pengamatan pada hari ke 36 tinggi tanaman 37 cm dengan jumlah anakan 20
batang, demikian juga pengamatan pada hari ke 42 setelah tanam tinggi tanaman
mencapai 42 cm.
Gambar 5. Profil tanaman padi umur 22 hari setelah penanaman
Gambar 6. Profil tanaman padi umur 60 hari setelah penanaman
16
Pengamatan-pengamatan selanjutnya, anakan per rumpun tanaman tidak
mengalami pertambahan lagi, rata-rata 20 batang per rumpun merupakan anakan
produktif. Pertambahan terjadi pada tinggi tanaman, yaitu; 86 cm pada hari ke 60
setelah tanam, 100 cm pada hari ke 68 setelah tanam dan 119 cm pada hari ke 120
setelah tanam yang merupakan saat panen.
Untuk lebih jelas hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 7. Profil tanaman padi umur 68 hari setelah penanaman
Gambar 8. Profil tanaman padi umur 120 hari setelah penanaman/panen
17
Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan tanaman padi validasi Kalender Tanam Terpadu di Desa Mon Jambe Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen 2015.
HST Rataan Tinggi Rataan Jumlah
Tanaman (cm) anakan (btg)
16 14 4
22 16 13
28 31 16
36 37 20
42 42 20
60 86 20
68 100 20
120 119 20
4.4. Produktivitas
Penerapan rekomendasi teknologi Kalender Tanam (KATAM) terpadu telah
memberikan dampak yang signifikan terjadap produktivitas tanaman padi di Desa Mon
Jambe Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Produktivitas yang didapatkan
mencapai 7,2 ton/ha, sedangkan produktivitas eksisting sebelumnya dan petani
setempat yang tidak menerapkan tekologi yang didemontrasikan hanya 6 ton/ha.
Gambar 9. Proses penghitungan hasil ubinan
18
Validasi teknologi Kalender Tanam Terpadu, telah memberikan beberapa
informasi kepada petani, antara lain; pengenalan varietas unggul baru (inpari 30),
penggunaan pupuk berdasarkan kebutuhan sesuai dengan rekomendasi, tanam jurong
2 : 1 dan tanam bibit muda. Kegiatan ini diharapkan berdampat pada peningkatan
adopsi teknologi, paling tidak pada beberapa komponen yang dianggap sesuai oleh
masyarakat.
4.5. Temu Lapang
Pelaksanaan temu lapang dilakukan dalam rangka menjaring informasi dan
umpan balik terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Temu lapang dilaksanakan pada
lokasi validasi dimana gelar teknologi, yaitu; di Desa Mon Jambe Kecamatan Jeumpa
Kabupaten Bireuen. Temu lapang diikuti oleh 40 orang peserta kalangan petani
maupun PPL, laki-laki dan perempuan.
Peserta laki-laki dan perempuan adalah satu kemajuan yang luar biasa, karena
selama ini umumnya setiap pertemuan yang dilaksanakan pesertanya lebih dominan
laki-laki. Akan tetapi, mengingat aktivitas usahatani padi keterlibatan perempuan
sangat tinggi maka keikusertaan perempuan dalam temu lapang yang dilaksanakan
memberikan nilai positif.
Materi yang dijadikan bahan diskusi pada acara temu lapang adalah kilas balik
kegiatan yang dilaksanakan dan teknologi kalender tanam terpadu. Kegiatan temu
lapang memberi gambaran umum tentang pentingnya penanaman berdasarkan
kalender tanam. Pada temu lapang didapatkan beberapa umpan balik. Beberapa
teknologi yang sudah diinformasikan dan didemontrasikan kepada masyarakat adalah:
jadwal tanam, varietas unggul baru, pola tanam, pemupukan dan pemberantasan
hama penyakit.
Berdasarkan hasil diskusi, validasi kalender tanam terpadu memberikan
gambaran kepada masyarakat bahwa prakiraan penanaman (aktivitas turun ke sawah)
berdasarkan kalender tanam adalah tepat. Hal ini didasarkan pada kondisi padi saat
persemaian tidak ada gangguan yang berarti, demikian juga pemupukan. Selama ini
petani cenderung memberikan pupuk yang berlebihan pada tanaman padi dengan
19
asumsi makin banyak pupuk yang diberikan akan semakin banyak produksi yang
didapatkan. Sedangkan dengan mengikuti teknologi kalender tanam, kebutuhan pupuk
lebih sedikit dibandingkan dengan yang diperkirakan selama ini.
Validasi teknologi kalender tanam terpadu telah memberikan beberapa
informasi kepada petani, antara lain; pengenalan varietas unggul baru (inpari 30),
penggunaan pupuk berdasarkan kebutuhan sesuai dengan rekomendasi, tanam jurong
2 : 1 dan tanam bibit muda. Kegiatan ini diharapkan berdampat pada peningkatan
adopsi teknologi, paling tidak pada beberapa komponen yang dianggap sesuai oleh
masyarakat.
20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Sosialisasi mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi
Kalender Tanam Terpadu kepada pengguna. Sosialisasi tidak dilaksanakan
secara khusus terutama ke daerah-daerah sentra produksi tanaman padi,
jagung dan kedelai. Sosialisasi dilaksanakan hanya dengan memanfaatkan
momen kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas/Instansi lain jika diundang.
b. Validasi Kalender Tanam Terpadu pada tanaman padi menunjukkan
peningkatan produktivitas sebesar 1,2 ton/ha di Desa Mon Jambe Kecamatan
Jeumpa Kabupaten Bireuen.
c. Teknologi Kalender Tanam (KATAM) terpadu yang diterapan pada validasi
adalah; jadwal tanam, varietas, pola tanam dan pemupukan, disamping
penerapan teknlogi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) lainnya yang sesuai
dengan kondisi setempat.
d. Berdasarkan hasil validasi, didapatkan kondisi bahwa data Kalender Tanam
(KATAM) sesuai untuk prediksi musim tanam di lokasi yang bersangkutan.
5.2. Saran
a. Dalam upaya meningkatkan adopsi, teknologi kalender tanam terpadu perlu di
sosialisasikan secara intensif kepada pengguna mulai dari tingkat provinsi,
kebupaten sampai ke tingkat kecamatan.
b. Kalender Tanam (KATAM) terpadu tidak bisa berdiri dan bergerak sendiri,
diperlukan sinergisitas dengan kegiatan lain yang relevan baik dalam sosialisasi
maupun validasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonymaus, 2011. Aceh Dalam Angka. Kerjasama Pusat Statistik dengan Bappeda Provinsi ACEH
------------------,2013. Juknis Gusus Tugas Kalender tanam (KATAM) terpadu dan Perubahan Iklim, Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian.
------------------, 2013. Juknis Pengelolaan Stasiun Iklim, Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian.
BB. Padi. 2009. Peningkatan produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400. Pedum IP padi 400. Balai Besar penelitian Tanaman Padi. Badan penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
BBSDLP. 2011. Penyusunan Kalender Tanam Lahan Sawah Irigasi Seluruh Wilayah
Indonesia. Kementan. 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 –
2014. Subagyono, K. 2007. Kalender Tanam Lahan Sawah. Sinar Tani. Edisi 7. 13 Februari
2007. Suyamto dan Zulkifli Zaini. 2010. Kapasitas Produksi Bahan Pangan pada Lahan sawah
Irigasi dan Tadah Hujan. Analisis Sumberdaya Lahan Menuju Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.