La Nuitcauchemar
Guy de Maupassant
sinopsisDalam cerpen La Nuit Cauchemar, narator
sebagai orang pertama. Pertama-tama, menceritakan tentang kecintaannya dengan
malam. Secara umum, ia menentang hari yang baginya merupakan sumber dari kelelahan , kesedihan sampai di titik dimana ia merasa terus menerus mengangkat beban. Hanya
ketika matahari telah terbenam terasa hidup kembali. Kemudian mengatakan bahwa
kekerasan selalu berakhir dengan membunuh, sebelum menceritakan suatu malam tertentu bahwa ia tidak lagi berhasil menggambarkan
secara jelas dalam waktu, yang setelah gembira berbalik mimpi buruk dan sejak itu terus berakhir “karena hari tidak lagi bangkit”.
I. Pendekatan Internal
Situasi Awal Situasi Akhir
PemicutindakanReaksiPenyele-
saian
Situasi Awal
Waktu : Cerita ini ditulis dalam bentuk “Present”. Sementara, ada beberapa bagian yang ditulis dalam bentuk “Passe” dan “Imparfait”.
Setting : Dalam cerpen La Nuit, terjadi di Prancis, yaitu di Paris, Champs-Elysées, dan l’Arc de Triomphe.
Tokoh : Narator sebagai orang pertama
Situasi Seseorang yang mengembara di kota Paris setiap malam hari, yang ditandai dengan hilangnya penanda ruang dan waktu yang terputus dengan keseharian.
Pemicu . . .
Seseorang yang sangat menyukai situasi malam
“j’aime la nuit avec passion. Je l’aime comme on aime son pays ou sa maîtresse, d’un amour instinctif, profond, invincible.”
hari-hari membuatnya lelah, membosankan dan terasa terbebani
“le jour me fatigue et m’ennuie.”
“comme si je soulevais un écrasant fardeau.”
Tindakan . . .
ia bejalan-jalan di pinggiran kota, terkadang ke tengah hutan dekat Paris dengan gelapnya malam
“je vais, je marche, tantôt dans les faubourgs assombris, tantôt dans les bois voisins de Paris, ou j’entends roder mes sœurs les bêtes et mes frères les braconniers.”
ia berjalan dalam waktu yang lama. Sampai ia mulai merasa bingung dan merasa sesuatu akan terjadi.
“Je marchai longtemps, longtemps. Puis je revins. Quelle heure était-il quand je repassai sous l'Arc de Triomphe ? Je ne sais pas. La ville s'endormait, et des nuages, de gros nuages noirs s'étendaient lentement sur le ciel.”
“Pour la première fois je sentis qu'il allait arriver quelque chose d'étrange, de nouveau.”
ia tersesat
“Je revins. Il n'y avait plus personne autour de moi. Place du Château-d'Eau, pourtant, un ivrogne faillit me heurter, puis il disparut.”
R
E
A
K
S
I
perlahan ia mulai mencoba mengenali lagi jalan-jalan yang ia lewati
“Je me mis en route, mais je n'y voyais même pas pour me conduire. J'avançais lentement, comme on fait dans un bois, reconnaissant les rues en les comptant.”
ia berteriak minta tolong
“J'appelai plus fort. Ma voix s'envola, sans écho, faible, étouffée, écrasée par la nuit, par cette nuit impénétrable. Je hurlai : "Au secours ! au secours ! au secours !”
satu demi satu ia meminta bantuan kepada penduduk sekitar dengan mengetuk pintu dari satu rumah ke rumah lainnya
“Je me décidai à sonner à la première porte cochère. Je tirai le bouton de cuivre, et le timbre tinta dans la maison sonore ; il tinta étrangement comme si ce bruit vibrant eût été seul dans cette maison.”
“J'eus peur ! Je courus à la demeure suivante, et vingt fois de suite je fis résonner la sonnerie dans le couloir obscur où devait dormir le concierge.”
tidak ada satupun yang membantu, bahkan langsung menutup pintunya
“Mais il ne s'éveilla pas, - et j'allai plus loin, tirant de toutes mes forces les anneaux ou les boutons, heurtant de mes pieds, de ma canne et de mes mains les portes obstinément closes.”
Situasi akhir . .
o tiba-tiba ia menyadari bahwa sedang berada di suatu tempat
“Et tout à coup, je m'aperçus que j'arrivais aux Halles. Les Halles étaient désertes, sans un bruit, sans un mouvement, sans une voiture, sans un homme, sans une botte de légumes ou de fleurs.”
“J'étais aux quais, et une fraîcheur glaciale montait de la rivière.”
“Je voulus savoir, je trouvai l'escalier, je descendis... Je n'entendais pas le courant bouillonner sous les arches du pont... Des marches encore... puis du sable... de la vase... puis de l'eau... j'y trempai mon bras... elle coulait... elle coulait... froide... froide... froide... presque gelée... presque tarie... presque morte.”
Ia merasa tidak memiliki kekuatan lagi untuk pergi dari tempat itu dan akan mati disana
“Et je sentais bien que je n'aurais plus jamais la force de remonter... et que j'allais mourir là... moi aussi, de faim - de fatigue - et de froid.”
Segmen pada TeksDalam cerpen La Nuit Cauchemar, saya bagi dalam 6 segmenSegmen Pertama ; Seseorang yang mengembara di Paris
Hari-hari sangat membosankan
Sangat menyukai suasana malam
Segmen kedua ;
Berjalan-jalan di pinggiran kota Paris
Mengelilingi Paris
Berjalan dalam waktu yang lama
Segmen ketigaIa mulai merasa asing di tempat itu
Ia merasa sesuatu akan terjadi
Ia tersesat
Segmen keempat
Ia merasa takut
Ia mulai meminta bantuan
Mengetuk pintu dari rumah satu ke rumah lainnya
Segmen kelima
Tidak ada satupun orang yang membantu
Sampai tiba-tiba ia sadar bahwa berada di suatu tempat
Segmen keenam
Di tempat itu lah ia merasa tak memiliki kekuatan lagi untuk pergi
Ia juga merasa dia akan mati disana
M E R C I
Putri Devianita (08/269653/SA/14567)