STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
KONTRIBUSI APBN/ APBD/ SUMBER DANA LAINNYA
DALAM P3TB
Februari, 2020
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 1
DAFTAR ISI Hal
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 2
B. MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................................................................... 2
C. KRITERIA ......................................................................................................................................... 2
D. RUANG LINGKUP SOP ..................................................................................................................... 3
E. PROSEDUR UNTUK PERIODE SEBELUM RIPT DITETAPKAN (TA 2018-2020) ................................... 3
E.1. Kontribusi APBN ...................................................................................................................... 3
E.2. Kontribusi APBD ...................................................................................................................... 3
F. PROSEDUR UNTUK PERIODE SESUDAH RIPT DITETAPKAN (TA 2021-2023) ................................... 4
F.1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kab/Kota, Provinsi dan Nasional ........ 4
F.2. Penyiapan Dokumen Kesiapan Proyek (Readiness Criteria) ....................................................... 5
F.3. Penyusunan Annual Working Plan (AWP) .................................................................................. 5
F.4. Pemantauan Pelaksanaan .......................................................................................................... 6
G. PERAN PELAKU ............................................................................................................................... 6
G.1. CPMU ...................................................................................................................................... 6
G.2. PMU ........................................................................................................................................ 6
G.3. PIU .......................................................................................................................................... 7
G.4. Pokja Provinsi ......................................................................................................................... 7
G.5. Pokja Kabupaten/Kota ............................................................................................................. 7
G.6. PMS Pusat ............................................................................................................................... 8
G.7. PMS Regional .......................................................................................................................... 8
H. PEMANFAATAN IW-MIS ................................................................................................................... 8
I. PERHITUNGAN KONTRIBUSI APBN/APBD ....................................................................................... 9
Lampiran 1. Diagram Alir Sebeleum Sebelum RIPT Ditetapkan ............................................................... 11
Lampiran 2. Diagram Alir Penyusunan AWP (dari MPP) .......................................................................... 12
Lampiran 3. Diagram Alir Sebeleum Setelah RIPT Ditetapkan ................................................................. 13
Lampiran 4. Format CF-1 Daftar Usulan Sub Proyek Kontribusi APBN/ APBD/ Sumber Dana Lainnya .... 14
Lampiran 5. Format CF-2 Daftar Verifikasi Usulan Sub Proyek Kontribusi APBN/ APBD/ Sumber Dana
Lainnya .................................................................................................................................................. 16
Lampiran 6. Format CF-3 Pemantauan Sub Proyek Kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya ....... 18
Lampiran 7. Kutipan Pedoman Umum P3TB terkait pemenuhan kriteria pada Form CF-1 dan CF-2 ......... 19
Lampiran 8. Ringkasan Mengenai Instrumen Lingkungan dan Sosial ..................................................... 34
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 2
A. LATAR BELAKANG
P3TB (Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan) dilaksanakan dengan
menggunakan berbagai sumber pendanaan meliputi; PHLN Bank Dunia, APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota, dan Sumber Dana Lainnya (swasta dan masyarakat). Dalam 5 (lima) tahun pertama (TA
2019-2023), telah ditetapkan skenario pembiayaan sebesar USD 772.9 juta untuk 4 (empat) komponen
P3TB di 3 (tiga) destinasi pariwisata super prioritas, yaitu: Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Borobudur-Yogyakarta-Prambanan Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, serta Danau Toba
Provinsi Sumatera Utara. Sumber pembiayaan P3TB ini berasal dari Pinjaman Bank Dunia sebesar USD
300 juta, Hibah sebesar USD 2.1 juta, kontribusi pemerintah pusat (APBN) sekitar USD 367.9 juta dan
kontribusi pemerintah daerah (APBD provinsi dan kabupaten/kota) sekitar USD 102.9 juta.
Dalam rangka memenuhi kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya dalam P3TB, diperlukan Standard
Operating Procedure (SOP) atau Prosedur Operasi Standar sebagai pedoman perencanaan, pelaksanaan,
dan perhitungan besaran APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya yang dapat diterima sebagai kontribusi
pendanaan sesuai Pedoman Umum (Pedum) P3TB.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
SOP dimaksudkan sebagai pedoman bagi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang terlibat dalam P3TB dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan (sub-project) agar kegiatan tersebut dapat diterima sebagai kontribusi pendanaan P3TB. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman dalam: 1. Menyaring kegiatan (sub-project) APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya yang telah terlaksana di TA
2018, TA 2019, dan TA 2020 berdasarkan kriteria sesuai Pedum P3TB; 2. Merencanakan kegiatan (sub-project) kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya di TA 2021, TA
2022, dan TA 2023 berdasarkan Rencana Induk Pariwisata Terpadu (RIPT); 3. Memantau hasil pelaksanaan kegiatan (sub-project) APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya periode TA
2018 – TA 2023 terhadap indikator dan sasaran keberhasilan P3TB; dan 4. Menghitung nilai kontribusi APBN/ APBD/ Sumber Dana Lainnya dalam P3TB.
C. KRITERIA
Kriteria yang digunakan untuk menilai suatu kegiatan (sub-project) dapat diterima sebagai kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya dalam P3TB adalah: 1. Kesesuaian dengan kerangka P3TB yang meliputi:
a. Kesesuaian tujuan kegiatan (sub-project) dengan tujuan P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.2 (terlampir);
b. Kesesuaian ruang lingkup kegiatan (sub-project) dengan ruang lingkup P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.3 dan bab II (terlampir); dan
c. Berkontribusi terhadap pencapaian indikator keberhasilan P3TB sebagaiman diatur dalam Pedum pada bab III (terlampir).
2. Kesesuaian lokasi, yaitu: a. Berlokasi di Kecamatan KTA (Key Tourism Area) sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab
1.4 (terlampir); atau b. Apabila tidak berlokasi di KTA, kegiatan (sub-project) tersebut bertujuan untuk melayani KTA.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 3
3. Pelaksanaannya sesuai dengan Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF) P3TB, yaitu: a. Instrumen lingkungan dan sosial tersedia sebagaimana diatur dalam ESMF; dan b. Instrumen lingkungan dan sosial dilaksanakan sebagaimana diatur dalam ESMF. Ringkasan mengenai instrumen lingkungan dan sosial dalam P3TB terlampir.
Catatan:
• Untuk kegiatan (sub-project) yang telah tercantum dalam RIPT, maka kriteria nomor 1 dan 2 dianggap telah dipenuhi.
D. RUANG LINGKUP SOP
SOP ini berlaku untuk kegiatan (sub-project) yang dibiayai oleh APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota / Sumber Dana Lainnya yang memenuhi kriteria sebagaimana bagian C, yang mencakup: 1. Periode sebelum RIPT ditetapkan (TA 2018-2020); dan 2. Periode setelah RIPT ditetapkan (TA 2021-2023).
E. PROSEDUR UNTUK PERIODE SEBELUM RIPT DITETAPKAN (TA 2018-2020)
E.1. Kontribusi APBN
1. PMU bersama PMS Pusat mengumpulkan daftar kegiatan (sub-project) TA 2018, TA 2019, dan
TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBN/ Sumber Dana Lainnya;
2. PMU bersama PMS Pusat melakukan penapisan daftar kegiatan tersebut pada butir 1 dengan
menggunakan kriteria sebagaimana diatur dalam Bagian C;
3. Hasil penapisan dituangkan dalam FORMAT CF-1 dan selanjutnya dikirimkan oleh PMU kepada
CPMU;
4. CPMU melakukan verifikasi terhadap daftar sub-proyek yang diusulkan PMU;
5. Hasil verifikasi CPMU dituangkan ke dalam Daftar Sub-Proyek Kontribusi APBN/ Sumber Dana
Lainnya (FORMAT CF-2) dan ditandatangani oleh CPMU dan PMU;
6. Setelah penandatanganan, Daftar Sub-Proyek Kontribusi APBN/ Sumber Dana Lainnya dikirim ke
Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan;
7. Daftar Sub-Proyek Kontribusi APBN/ Sumber Dana Lainnya yang telah disetujui Bank Dunia,
menjadi acuan dalam perhitungan kontribusi APBN/ Sumber Dana Lainnya;
8. Berdasarkan Daftar Kegiatan (Sub-project) Kontribusi APBN/ Sumber Dana Lainnya yang telah
disetujui Bank Dunia, PMU bersama PMS Pusat melaksanakan pemantauan terhadap indikator
keberhasilan proyek (IKP) masing-masing sub-proyek dengan menggunakan FORMAT CF-3.
9. PMU bersama PMS Pusat melakukan input data kontribusi APBN/ Sumber Dana Lainnya dan
hasil pemantauan IKP ke dalam IW-MIS P3TB.
Diagram Alir Kontribusi APBN Periode Sebelum RIPT Ditetapkan dapat dilihat pada Lampiran-1.
E.2. Kontribusi APBD
1. Pokja Provinsi/Pokja Kab-Kota bersama PMS Regional mengumpulkan daftar kegiatan (sub-
project) TA 2018, TA 2019, dan TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBD/
Sumber Dana Lainnya;
2. Pokja Provinsi/Pokja Kab-Kota bersama PMS Regional melakukan penapisan daftar kegiatan
tersebut pada butir 1 dengan menggunakan kriteria sebagaimana diatur dalam Bagian C;
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 4
3. Hasil penapisan dituangkan dalam FORMAT CF-1 dan selanjutnya dikirimkan oleh Pokja
Provinsi/Pokja Kab-Kota kepada CPMU;
4. CPMU P3TB melakukan verifikasi terhadap daftar kegiatan (sub-project) hasil penapisan yang
disampaikan oleh Pokja Provinsi/Pokja Kab-Kota;
5. Hasil verifikasi CPMU dituangkan ke dalam Daftar Kegiatan (Sub-project) Kontribusi APBD/
Sumber Dana Lainnya (FORMAT CF-2) dan ditandatangani oleh 2 (dua) pihak, yaitu:
i. CPMU dan Ketua Pokja Provinsi untuk kontribusi APBD Provinsi/ Sumber Dana Lainnya di
lingkup provinsi; serta
ii. CPMU dan Ketua Pokja Kab/Kota untuk kontribusi APBD Kab./Kota/ Sumber Dana Lainnya
di lingkup kabupaten/ kota.
6. Setelah penandatanganan, Daftar Kegiatan (Sub-project) Kontribusi APBD/ Sumber Dana
Lainnya dikirim ke Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan.
7. Daftar Kegiatan (Sub-project) Kontribusi APBD/ Sumber Dana Lainnya yang telah disetujui Bank
Dunia, menjadi acuan dalam perhitungan kontribusi APBD/ Sumber Dana Lainnya.
8. Berdasarkan Daftar Kegiatan (Sub-project) Kontribusi APBD/ Sumber Dana Lainnya yang telah
disetujui Bank Dunia, Pokja Provinsi/Kabupaten-Kota bersama PMS Regional melaksanakan
pemantauan terhadap indikator keberhasilan proyek (IKP) masing-masing sub-proyek dengan
menggunakan FORMAT CF-3.
9. Pokja Provinsi/Kabupaten-Kota bersama PMS Regional melakukan input data kontribusi APBD/
Sumber Dana Lainnya dan hasil pemantaun IKP ke dalam IW-MIS P3TB.
Diagram Alir Kontribusi APBN Periode Sebelum RIPT Ditetapkan dapat dilihat pada Lampiran-1.
F. PROSEDUR UNTUK PERIODE SESUDAH RIPT DITETAPKAN (TA 2021-2023)
F.1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kab/Kota, Provinsi dan
Nasional;
1. Musrenbang merupakan forum bagi para pemangku kepentingan untuk membahas prioritas
pembangunan di daerah yang akan menjadi bahan bagi penyusunan kontribusi APBN/APBD/
Sumber Dana Lainnya.
2. Musrenbang Kabupaten/Kota merupakan forum konsultasi publik dokumen Rancangan Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD). Rancangan RKPD disiapkan oleh Bappeda dengan
mengakomodasi hasil Musrenbang Kecamatan dan RIPT setiap kecamatan yang termasuk
dalam Key Tourism Area. Dalam pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota, Pokja
Kabupaten/Kota mengawal kegiatan (sub-project) dalam RIPT yang direncanakan menjadi
kontribusi APBD/ Sumber Dana Lainnya;
3. Dokumen hasil Musrenbang Kabupaten/Kota berupa kesepakatan:
i. Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan dan alokasi anggaran indikatif,
termasuk di dalamnya kegiatan (sub-project) yang tercantum dalam RIPT ;
ii. Daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan yang sudah dipilih berdasarkan
sumber pembiayaan dari APBD kabupaten/kota, APBD provinsi, APBN, dan sumber
pendanaan lainnya;
iii. Daftar usulan kebijakan atau regulasi yang diperlukan pada tingkat pemerintah kabupaten,
provinsi, dan pusat.
4. Hasil pembahasan Musrenbang Kabupaten/Kota menjadi dasar bagi Bappeda untuk menyusun
finalisasi dokumen RKPD yang akan ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD
yang menjadi dasar penyusunan APBD.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 5
5. Daftar kegiatan (sub-project) yang harus didanai oleh APBD Provinsi (sebagai keluaran dari
Musrenbang Kabupaten/Kota) diteruskan ke Musrenbang Provinsi dan dikawal oleh Pokja
Provinsi.
6. Daftar kegiatan (sub-project) yang harus didanai oleh APBN (sebagai keluaran dari Musrenbang
Provinsi) diteruskan ke Musrenbang Nasional untuk dilakukan penetapan RKP.
F.2. Penyiapan Dokumen Kesiapan Proyek (Readiness Criteria)
Yang dimaksud dokumen kesiapan proyek adalah mencakup antara lain:
1. Studi Kelayakan (Feasibility Study – FS), jika diperlukan;
2. Rancangan Teknis (Detailed Engineering Design – DED);
3. Instrumen pengelolaan lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, atau SPPL/SOP);
4. Instrumen pengelolaan sosial:
4.1 LARAP – Land Acquisition and Resettlement Action Plan, jika memerlukan pengadaan tanah;
4.2 IPP – Indigeneous People Plan, jika Masyarakat Adat (MA) terkena dampak; dan
4.3 Rencana Pengelolaan Benda Cagar Budaya (BCB), jika berdampak pada BCB.
5. Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Setelah RKPD/RKP ditetapkan, beberapa langkah berikut perlu dilaksanakan:
1. Pokja Provinsi/Kabupaten/Kota memastikan OPD terkait telah menyiapkan dokumen kesiapan
proyek kontribusi APBD;
a. KAK, FS, dan DED disiapkan oleh OPD pelaksana teknis kegiatan (misalnya untuk sub proyek
pembangunan/rehabilitasi jalan disiapkan oleh dinas PUPR);
b. Instrument pengelolaan lingkungan disiapkan oleh OPD pelaksana teknis kegiatan bersama
OPD yang membidangi lingkungan hidup;
c. Instrumen pengelolaan sosial disiapkan oleh OPD pelaksana teknis kegiatan bersama OPD
yang membidangi pertanahan, sosial dan budaya.
2. PMU bersama PIU memastikan ketersediaan dokumen kesiapan proyek kontribusi APBN;
3. Pokja Provinsi/Kabupaten/Kota dan PMU menyampaikan seluruh dokumen kesiapan proyek
sebagai bagian kelengkapan Annual Working Plan (AWP).
F.3. Penyusunan Annual Working Plan (AWP)
Annual Working Plan (AWP) adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan: sasaran, tujuan,
indikator kinerja, dan prioritas kegiatan untuk setiap komponen yang didukung oleh P3TB. Tahapan
penyusunan AWP adalah sebagai berikut:
1. Usulan AWP disusun oleh semua PIU di bawah koordinasi PMU di masing-masing unit kerja untuk
kemudian dikonsolidasikan oleh CPMU.
2. CPMU menyampaikan Consolidated AWP ke Bank Dunia untuk mendapatkan NOL selambat-
lambatnya pada bulan Oktober.
3. Setelah consolidated AWP mendapatkan NOL dari Bank Dunia, dokumen tersebut disampaikan
oleh CPMU kepada seluruh PMU di masing-masing kementerian/lembaga teknis guna diteruskan
kepada KPA di masing-masing unit kerjanya sebagai dasar pengusulan rencana kerja dan
anggaran (RKA) untuk ditetapkan sebagai DIPA.
Proses penyusunan AWP ini diharapkan sejalan dengan proses/siklus penyusunan anggaran melalui
proses DIPA, namun di dalam pelaksanaannya jadwal penyusunan dan penetapan AWP dapat
berbeda dengan proses penganggaran Pinjaman/DIPA.
AWP mencakup daftar kegiatan (sub-project) kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya.
Prosedur dan diagram alir penyusunan AWP dapat dilihat pada Lampiran-2
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 6
F.4. Pemantauan Pelaksanaan
Setelah AWP disetujui oleh Bank Dunia: 1. PMU/Pokja Provinsi/Kabupaten-Kota bersama PMS Pusat/Regional melaksanakan pemantauan
kegiatan (sub-project) kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya terhadap indikator
keberhasilan proyek (IKP) dengan menggunakan Format CF-3; dan
2. PMU/Pokja Provinsi/Kabupaten-Kota bersama PMS Pusat/Regional melakukan input data
kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya dan hasil pemantauan IKP ke dalam IW-MIS
P3TB.
Diagram Alir Kontribusi APBN Periode Setelah RIPT Ditetapkan dapat dilihat pada Lampiran-3.
G. PERAN PELAKU
G.1. CPMU
a. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Melakukan verifikasi terhadap daftar kegiatan (sub-project) yang diusulkan PMU/Pokja Provinsi/Pokja Kabupaten-Kota sebagai kontribusi APBN/APBD;
- Menandatangani daftar kegiatan (sub-project) kontribusi APBN/APBD yang telah
diverifikasi dengan PMU/ Pokja Provinsi/Pokja Kabupaten-Kota;
- Menyampaikan daftar kegiatan (sub-project) kontrbusi APBN yang telah ditandatangani
oleh berbagai pihak kepada Bank Dunia untuk memperoleh persetujuan;
b. Periode setelah RIPT ditetapkan
- Melakukan konsolidasi usulan Annual Working Plan (AWP) dari PIU atas koordinasi PMU
sebagai kontribusi APBN; dan
- Menyampaikan Consolidated AWP kepada Bank Dunia untuk memperoleh persetujuan.
c. Menyampaikan dokumen daftar kegiatan (sub-project) dan consolidated AWP yang telah
disetujui oleh Bank Dunia sebagai kontribusi APBN kepada PMU dimasing-masing
kementerian/lembaga teknis dan daftar kegiatan (sub-project) kepada Pokja Provinsi/
Kabupaten-Kota.
G.2. PMU
a. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Bersama PMS Pusat mengumpulkan dan melakukan penapisan daftar kegiatan (sub-project) TA 2018, TA 2019, dan TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBN;
- Memastikan kelengkapan dokumen daftar kegiatan (sub-project) kontribusi APBN untuk disampaikan kepada CPMU;
- Menandatangani daftar kegiatan (sub-project) sebagai kontribusi APBN dalam P3TB yang telah diverifikasi dengan CPMU untuk disampaikan ke Bank Dunia guna memperoleh persetujuan;
b. Periode setelah RIPT ditetapkan
- Membantu dalam penyusunan AWP;
- Menyampaikan dokumen AWP yang telah memperoleh persetujuan Bank Dunia kepada KPA di masing-masing unit kerja sebagai dasar pengusulan rencana kerja dan anggaran (RKA) untuk ditetapkan sebagai DIPA;
c. Melakukan pemantauan pencapaian sasaran kegiatan (sub-project) dalam P3TB yang telah
ditetapkan sebagai kontribusi APBN; dan
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 7
d. Membuat laporan berkala terkait pelaksanaan kegiatan (sub-project) sebagai kontribusi APBN
dalam P3TB, khususnya laporan keuangan serta melakukan entry data ke dalam IW-SIM P3TB.
G.3. PIU
a. Memastikan kelengkapan dokumen daftar kegiatan (sub-project) kontribusi APBN untuk
disampaikan kepada CPMU melalui PMU sebelum RIPT ditetapkan ; dan
b. Menyusun AWP di bawah koordinasi PMU setelah RIPT ditetapkan.
G.4. Pokja Provinsi
a. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Bersama PMS Regional mengumpulkan dan melakukan penapisan daftar kegiatan (sub-project) yang disampaikan oleh OPD TA 2018, TA 2019, dan TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBD Provinsi;
- Memastikan kelengkapan daftar dokumen kegiatan (sub-project) kontribusi APBD Provinsi untuk disampaikan kepada CPMU;
- Menandatangani daftar kegiatan (sub-project) sebagai kontribusi APBD Provinsi dalam P3TB yang telah diverifikasi CPMU untuk disampaikan ke Bank Dunia guna memperoleh persetujuan;
b. Periode setelah RIPT ditetapkan
- Menyampaikan seluruh dokumen kesiapan proyek sebagai bagian kelengkapan Annual Working Plan (AWP)
c. Melakukan pemantauan pencapaian sasaran kegiatan (sub-project) dalam P3TB yang telah
ditetapkan sebagai kontribusi APBD Provinsi;
d. Membuat laporan berkala terkait pelaksanaan kegiatan (sub-project) sebagai kontribusi APBD
Provinsi dalam P3TB, khususnya pencapaian hasil dan laporan keuangan kepada Gubernur
dan Tim Koordinasi Pusat; dan
e. Bersama PMS Pusat melakukan entry data ke dalam IW-SIM P3TB.
G.5. Pokja Kabupaten/Kota
a. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Bersama PMS Regional mengumpulkan dan melakukan penapisan daftar kegiatan (sub-project) yang disampaikan oleh OPD TA 2018, TA 2019, dan TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBD Kabupaten/ Kota;
- Memastikan kelengkapan daftar dokumen kegiatan (sub-project) kontribusi APBD Kabupaten/Kota untuk disampaikan kepada CPMU;
- Menandatangani daftar kegiatan (sub-project) sebagai kontribusi APBD Kabupaten/Kota dalam P3TB yang telah diverifikasi CPMU untuk disampaikan ke Bank Dunia guna memperoleh persetujuan;
b. Periode setelah RIPT ditetapkan
- Menyampaikan seluruh dokumen kesiapan proyek sebagai bagian kelengkapan Annual Working Plan (AWP);
c. Melakukan pemantauan pencapaian sasaran kegiatan (sub-project) dalam P3TB yang telah
ditetapkan sebagai kontribusi APBD Kabupaten/Kota;
d. Membuat laporan berkala terkait pelaksanaan kegiatan (sub-project) sebagai kontribusi APBD
Kabupaten/Kota dalam P3TB, khususnya pencapaian hasil dan laporan keuangan kepada
Walikota/Bupati dan Pokja Destinasi Wisata Provinsi; dan
e. Bersama PMS Regional melakukan entry data ke dalam IW-SIM P3TB.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 8
G.6. PMS Pusat
a. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Membantu PMU dalam mengumpulkan dan melakukan penapisan daftar kegiatan (sub-project) TA 2018, TA 2019, dan TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBN.
b. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Melakukan pemantauan kegiatan (sub-project) kontribusi APBN terhadap indikator keberhasilan proyek (IKP).
c. Bersama PMU melakukan input data kontribusi APBN dan IKP ke dalam IW-MIS P3TB; dan
d. Memastikan seluruh kelangkapan data dan informasi terkait kegiatan (sub projects) sebagai
kontribusi APBN sudah berada di IW-MIS.
G.7. PMS Regional
a. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Membantu Pokja Provinsi dan Pokja Kabupaten/Kota dalam mengumpulkan dan melakukan penapisan daftar kegiatan (sub-project) TA 2018, TA 2019, dan TA 2020 yang dilaksanakan dengan sumber pembiayaan APBD.
b. Periode sebelum RIPT ditetapkan
- Membantu Pokja Provinsi dan Pokja Kabupaten/Kota dalam menyelaraskan usulan kegiatan (sub projects) di daerah dengan RIPT, serta memastikan terpenuhinya persyaratan pengelolaan lingkungan dan sosial (ESMF); dan
- Melakukan pemantauan kegiatan (sub-project) kontribusi APBN/APBD terhadap indikator keberhasilan proyek (IKP) ).
c. Bersama Pokja Provinsi/Kabupaten-Kota melakukan input data kontribusi APBD dan IKP ke
dalam IW-MIS P3TB; dan
d. Memastikan seluruh kelangkapan data dan informasi terkait kegiatan (sub projects) sebagai
kontribusi APBD sudah berada di IW-MIS.
H. PEMANFAATAN IW-MIS
CPMU telah mengembangkan Integrated Website-Management Information System (IW-MIS) sebagai alat
bantu kolaborasi para pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan P3TB.
Fungsi IW-MIS adalah :
(1) Sosialisasi dan publikasi program kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat;
(2) Sarana pertukaran informasi antar pemangku kepentingan;
(3) Alat bantu pelaporan program;
(4) Alat bantu monitoring dan evaluasi, termasuk pelaksanaan ESMF;
(5) Sarana pengelolaan pengaduan masyarakat; dan
(6) Pengelolaan database untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
Seluruh kegiatan (sub-project) kontribusi APBN/ APBD wajib diinput ke dalam IW-MIS oleh PMS Pusat/
Regional, termasuk informasi spasial (peta) kegiatan (sub-project) apabila tersedia. Para pemangku
kepentingan wajib menggunakan IW-MIS untuk pengelolaan P3TB.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 9
I. PERHITUNGAN KONTRIBUSI APBN/APBD
Nilai kontribusi APBN/APBD dalam P3TB dihitung sebagai berikut:
1. Merupakan rekapitulasi dari seluruh kegiatan (sub-project) yang masuk dalam FORMAT CF-3 mulai TA
2018 sampai dengan TA-2023
2. Nilai yang dipakai adalah realisasi keuangan dari setiap kegiatan (sub-project).
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 10
L A M P I R A N
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 11
Lampiran 1. Diagram Alir Sebeleum Sebelum RIPT Ditetapkan
PROSES DOKUMEN KET/PIC
Daftar Sub-Proyek
PMU/Pokja
Prov/Pokja Kab-
Kota kepada CPMU
Kriteria Penapisan:
1. Sesuai dengan kerangka P3TB
2. Kesesuaian lokasi 3. Mengikuti ketentuan ESMF
CPMU
Daftar sub-proyek yang sudah ditandatangani oleh CPMU dan PMU/ Pokja Prov/ Pokja Kab-Kota
CPMU dan PMU/
Pokja Prov/ Pokja
Kab-Kota,
Daftar sub-proyek yang sudah ditandatangani oleh CPMU dan PMU/ Pokja Prov/ Pokja Kab-Kota
CPMU
Daftar Sub-Proyek Kontribusi
APBN/APBD yang disetujui Bank
Dunia
WB
Memantau terhadap indikator
keberhasilan proyek (IKP) dan
entry data ke dalam IW-MIS
PMS/ PMU/ Pokja
Prov/ Pokja Kab-
Kota
Mulai
Daftar sub-proyek yang diusulkan sebagai
kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana
Lainnya
Penapisan sesuai
kriteria P3TB
Tidak
Ya
Drop
Daftar Sub-Proyek Kontribusi
APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya
Menyampaikan Daftar Sub-
Proyek Kontribusi
APBN/APBD/ Sumber Dana
Lainnya ke WB
Persetujuan WB
Tidak
Ya
Selesai
Entry Data Daftar Sub-Proyek
Kontribusi APBN/APBD/ Sumber
Dana Lainnya ke dalam IW-MIS
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 12
Lampiran 2. Diagram Alir Penyusunan AWP (dari MPP)
PROSES DOKUMEN KET/PIC DURASI
(Hari)
PIU dimasing-masing
Kementerian/Lembaga
teknis terkait.
Periode Juni-
Juli
PIU dimasing-masing
Kementerian/Lembaga
teknis terkait.
Minggu ke-1
Bulan Agustus
PMU nelakukan review
berdasarkan: POM, Loan
Agreement dan RIPT
Minggu ke-2
Bulan Agustus
CPMU
Minggu ke-4
Bulan
September
CPMU
Minggu ke-1
Bulan Oktober
(Deadline: 15
Oktober)
Bank Dunia
Minggu ke-3
Bulan Oktober
(5 Hari Kerja
Setelah
diterima oleh
Bank Dunia)
Bank Dunia
Minggu ke-3
Bulan Oktober
CPMU
Minggu ke-4
Bulan Oktober
Mulai
PIU menyusun usulan kegiatan dan kebutuhan
alokasi anggaran (Annual Work Plan) pada tahun Draft Usulan
AWP
PIU menyampaikan kepada PMU
dimasing-masing unit kerjanya
Draft Usulan
AWP
usulan
AWP
diterima?
Tidak
Ya
POM
Loan
Agreement
RIPT
consolidated
AWP diterima?
Ya
Loan
Agreement
PAD POM
Mengirimkan Consolidated AWP
ke Bank Dunia
consolidated
AWP diterima?
Loan
Agreement
PAD
POM
Ya
Tidak
Menyampaikan NOL dan
Approved AWP
Approved
AWP
Menyampaikan Approved AWP kepada
DitJen Anggaran, KemenKeu serta seluruh
PMU
Approved
AWP
Selesai
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 13
Lampiran 3. Diagram Alir Sebeleum Setelah RIPT Ditetapkan
PROSES DOKUMEN KET/PIC
Mengacu pada dokumen ITMP yang telah
ditetapkan
1. Daftar prioritas program dan alokasi
anggaran indikatif;
2. Daftar prioritas program dan alokasi
anggaran indikatif bersadarkan sumber
pembiayaan
3. Daftar usulan kebijakan atau regulasi yang
diperlukan
Pokja Nasional,
Pokja Provinsi dan
Pokja Kabupaten/
Kota
1. Dokumen kesiapan proyek kontribusi
APBN/APBD;
2. Dokumen kesiapan proyek sebagai bagian
kelengkapan Annual Working Plan (AWP)
PMU/PIU/ Pokja
Prov/ Pokja Kab-Kota
Dokumen AWP
PMU/PIU/ Pokja
Prov/ Pokja Kab-Kota
Consolidated AWP
CPMU
Consolidated AWP yang disetujui
Bank Dunia
Dokumen RKA, DIPA/DIPDA
CPMU, PMU, dan
KPA
Dokumen AWP sebagai kontribusi dalam P3TB
CPMU
Memantau terhadap indikator keberhasilan
proyek (IKP) dan entry data ke dalam IW-
MIS
PMS/ PMU/ Pokja
Prov/ Pokja Kab-Kota
Mulai
Penyusunan AWP
Consolidated AWP
Persetujuan Bank Dunia
Tidak
Ya
Distribusi dokumen rencana kerja dan
anggaran (RKA) untuk ditetapkan
sebagai DIPA/DIPDA
AWP yang dianggap sebagai
dasar kontribusi dalam P3TB
Musrenbang (Kabupaten/Kota, Provinsi
dan Nasional)
Readiness Criteria
Selesai
Entry Data Daftar Sub-Proyek Kontribusi
APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya ke
dalam IW-MIS
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 14
Lampiran 4. Format CF-1 Daftar Usulan Sub Proyek Kontribusi APBN/ APBD/ Sumber Dana Lainnya
No Komponen/ Sub-Komponen/ Program/ Sub-project
Lingkup Kerja
Volume Unit
Pendanaan Proyek Pemenuhan Kriteria (√)
Uraian Lokasi Jumlah
(USD/IDR) Sumber
Kerangka P3TB Lokasi ESMF
A B C A B A B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
…………, ……………..2020 PMU/ Pokja …………........, ………………………………. NIP.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 15
Keterangan Format CF-1:
1. Nomor, harus disusun berdasarkan Komponen dan Sub-Komponen ITDP, lihat Tabel 1.2 Pedoman Umum 2. Nama Komponen, Sub Komponen, Program dan Subproyek. Program didefinisikan sebagai kelompok rencana tindakan yang dapat mencakup beberapa sub proyek 3. Deskripsi Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh setiap program / sub proyek 4. Lokasi program / sub proyek. Harap sebutkan setidaknya hingga tingkat Kecamatan 5. Volume untuk setiap program/ sub proyek 6. Satuan dari volume berupa: meter (m), kilometer (km), meter persegi (m2), paket, sambungan rumah (SR), ltr/dtk, dok, KK, dll 7. Anggaran program / sub proyek dalam USD atau IDR 8. Sumber dana yang direncanakan untuk program / sub proyek (Pinjaman, APBN, APBD I, APBD II, Sumber Dana Lainnya) 9. Kesesuaian tujuan kegiatan (sub-project) dengan tujuan P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.2 10. Kesesuaian ruang lingkup kegiatan (sub-project) dengan ruang lingkup P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.3 dan bab II 11. Berkontribusi terhadap pencapaian indikator keberhasilan P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada bab III 12. Berlokasi di Kecamatan KTA (Key Tourism Area) sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.4 13. Apabila tidak berlokasi di KTA, kegiatan (sub-project) tersebut bertujuan untuk melayani KTA 14. Instrumen lingkungan dan sosial tersedia sebagaimana diatur dalam ESMF 15. Instrumen lingkungan dan sosial dilaksanakan sebagaimana diatur dalam ESMF
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 16
Lampiran 5. Format CF-2 Daftar Verifikasi Usulan Sub Proyek Kontribusi APBN/ APBD/ Sumber Dana Lainnya
No Komponen/ Sub-Komponen/ Program/ Sub-project
Lingkup Kerja
Volume Unit
Pendanaan Proyek Pemenuhan Kriteria (√) Telah
diverifikasi (√) Uraian Lokasi
Jumlah (USD/IDR)
Sumber
Kerangka P3TB
Lokasi ESMF
A B C A B A B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
…………, ……………..2020
Ketua CPMU, PMU/Pokja Prov/Pokja Kab-Kota......., ………………………………. ………………………………. NIP. NIP.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 17
Keterangan Format CF-2:
1. Nomor, harus disusun berdasarkan Komponen dan Sub-Komponen ITDP, lihat Tabel 1.2 Pedoman Umum 2. Nama Komponen, Sub Komponen, Program dan Subproyek. Program didefinisikan sebagai kelompok rencana tindakan yang dapat mencakup beberapa sub proyek 3. Deskripsi Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh setiap program / sub proyek 4. Lokasi program / sub proyek. Harap sebutkan setidaknya hingga tingkat Kecamatan 5. Volume untuk setiap program/ sub proyek 6. Satuan dari volume berupa: meter (m), kilometer (km), meter persegi (m2), paket, sambungan rumah (SR), ltr/dtk, dok, KK, dll 7. Anggaran program / sub proyek dalam USD atau IDR 8. Sumber dana yang direncanakan untuk program / sub proyek (Pinjaman, APBN, APBD I, APBD II, Sumber Dana Lainnya) 9. Kesesuaian tujuan kegiatan (sub-project) dengan tujuan P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.2 10. Kesesuaian ruang lingkup kegiatan (sub-project) dengan ruang lingkup P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.3 dan bab II 11. Berkontribusi terhadap pencapaian indikator keberhasilan P3TB sebagaimana diatur dalam Pedum pada bab III 12. Berlokasi di Kecamatan KTA (Key Tourism Area) sebagaimana diatur dalam Pedum pada subbab 1.4 13. Apabila tidak berlokasi di KTA, kegiatan (sub-project) tersebut bertujuan untuk melayani KTA 14. Instrumen lingkungan dan sosial tersedia sebagaimana diatur dalam ESMF 15. Instrumen lingkungan dan sosial dilaksanakan sebagaimana diatur dalam ESMF 16. Telah diverifikasi oleh pejabat yang berwenang atau menandatangani
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 18
Lampiran 6. Format CF-3 Pemantauan Sub Proyek Kontribusi APBN/APBD/ Sumber Dana Lainnya [ ] Seluruh TDA (Lintas KTA)
[ ] Spesifik KTA
No Komponen/ Sub-
Komponen/ Program/ Sub-project
Tujuan Lingkup Kerja Spesifikasi Teknis
Unit
Pendanaan Proyek Jadwal Pelaksanaan
Uraian Kontribusi
ke PDO Uraian Lokasi Uraian Volume
Jumlah (USD/IDR)
Sumber Mulai Akhir PIU/ OPD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
Rencana
Realisasi
2
Rencana
Realisasi
3
Rencana
Realisasi
Keterangan: 1. Nomor, harus disusun berdasarkan Komponen dan Sub-Komponen ITDP, lihat Tabel 1.2 Pedoman Umum 2. Nama Komponen, Sub Komponen, Program dan Subproyek. Program didefinisikan sebagai kelompok rencana tindakan yang dapat mencakup beberapa sub proyek 3. Deskripsi Tujuan Program / Subproyek yang harus terkait dengan masalah atau masalah dalam TDA keseluruhan 4. Kontribusi untuk Tujuan Pengembangan Proyek, lihat Tabel III.1 (Program Indikator Keberhasilan) dan Tabel III.2 (Indikator Capaian Antara). Silakan tentukan indikator
mana dan perkiraan jumlah kontribusi 5. Deskripsi Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh setiap program / sub proyek 6. Lokasi program / sub proyek. Harap sebutkan setidaknya hingga tingkat Kecamatan 7. Deskripsi spesifikasi teknis program / sub proyek 8. Volume program / sub proyek yang dapat dihubungkan dengan anggaran 9. Satuan dari volume berupa: meter (m), kilometer (km), meter persegi (m2), paket, sambungan rumah (SR), ltr/dtk, dok, KK, dll 10. Anggaran program / sub proyek dalam USD atau IDR 11. Sumber dana yang direncanakan untuk program / sub proyek (Pinjaman, APBN, APBD I, APBD II, Sumber Dana Lainnya) 12. Tanggal mulai / bulan / tahun untuk implementasi 13. Tanggal akhir / bulan / tahun implementasi 14. PIU/ OPD yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sub proyek (unit implementasi proyek)
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 19
Lampiran 7. Kutipan Pedoman Umum P3TB terkait pemenuhan kriteria pada Form CF-1 dan CF-2
I.2 Tujuan
P3TB bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta akses terhadap pelayanan dan
infrastruktur dasar yang berkaitan dengan pariwisata; memperkuat keterkaitan
perekonomian lokal dengan pariwisata; dan mendorong investasi swasta di wilayah
destinasi wisata prioritas.
I.3 Ruang Lingkup
P3TB terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu:
2. Komponen-1: Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi pembangunan
pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan;
3. Komponen-2: Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang terkait
dengan pariwisata;
4. Komponen-3: Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal di sektor
pariwisata; dan
5. Komponen-4: Meningkatkan iklim usaha yang kondusif untuk investasi swasta ke sektor
pariwisata.
I.4 Cakupan Wilayah
P3TB akan dilaksanakan di 3 (tiga) destinasi wisata prioritas, yaitu:
a. Wilayah di sekitar Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara;
b. Wilayah di sekitar Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; dan
c. Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di masing-masing destinasi wisata prioritas (selected tourism destinations) terdapat beberapa
kawasan inti pariwisata (selected key tourism areas) yang akan menjadi fokus perencanaan dan
pengembangan infrastruktur pariwisata. Identifikasi awal batasan administratif dari
destinasi wisata prioritas dan kawasan inti pariwisata di 3 (tiga) destinasi wisata prioritas
disajikan pada Tabel I.2. Masing-masing destinasi wisata prioritas tersebut akan disusun
Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Terpadu (RIPT). RIPT terdiri dari rencana 25 tahun
yang mencakup satu destinasi sebagai satu wilayah perencanaan dan rencana detail 5 tahun
untuk masing-masing kawasan inti pariwisata. Peta destinasi wisata prioritas dan kawasan
intinya dapat dilihat pada Gambar 1.1, 1.2, dan 1.3. Gambaran Umum 3 (tiga) destinasi
wisata prioritas
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 20
Batasan Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Destinasi Wisata Prioritas Kawasan Inti Pariwisata
Deskripsi Batas administratif Deskripsi Batas Administratif Lombok
Pulau Lombok Kepulauan Gili dan Kawasan Senggigi serta Pengembangan pesisir kea rah utara
Kecamatan Batu Layar (Lombok Barat);
Kecamatan Pemenang (Lombok Utara)
Kecamatan Tanjung (Lombok Utara)
Pantai Selatan Kecamatan Pujut (Lombok tengah)
Kecamatan Praya Barat (Lombok Tengah)
Kecamatan Sekotong (Lombok Barat)
Kecamatan Jerowaru (Lombok Timur) Borobudur-Yogyakarta-Prambanan
Kecamatan Tempuran; Kecamatan Mertoyudan; Kecamatan Muntilan; Kecamatan Borobudur; Kecamatan Mungkid (Kab. Magelang); Kecamatan Prambanan (Kab. Sleman);
Kecamatan Prambanan (Kab. Klaten); Kota Yogyakarta.
Borobudur Kecamatan Borobudur (Magelang)
Kecamatan Mungkid (Magelang)
Prambanan
Kecamatan Prambanan (Sleman);
Kecamatan Prambanan (Klaten);
Yogyakarta Kecamatan Kraton (Kota Yogyakarta)
Kecamatan Gedongtengen (Kota Yogyakarta)
Kecamatan Danurejan (Kota Yogyakarta)
Kecamatan Ngampilan (Kota Yogyakarta)
Kecamatan Kotagede (Kota Yogyakarta)
Kecamatan Gondomanan (Kota Yogyakarta)
Danau Toba Sesuai Peraturan Presiden No. 81 No 2014 tentang Rencana Tata Ruang Danau Toba dan Kawasan sekitarnya
Parapat dan sekitarnya
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon (Simalungun)
Pulau Samosir (sebagian)
Kecamatan Simanindo (Samosir)
Kecamatan Pangururan (Samosir)
Balige Kecamatan Balige (Toba Samosir)
Tambahan 27 kecamatan untuk program sanitasi dan limbah padat untuk mengatasi polusi air danau dan masalah kebersihan
Kecamatan Silahisabungan, Merek, Muara, Baktiraja, Lintongnihuta, Paranginan, Pematang Silimahuta, Silimakuta, Purba, Haranggaol Horison, Dolok Pardamean, Pematang Sidamanik, Ajibata, Lumban Julu, Uluan, Porsea, Siantar Narumonda, Sigumpar, Laguboti, Tampahan, Sianjur Mulamula, Harian, Sitiotio, Balige, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi and Ronggur Nihut.
Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018
Mengacu pada definisi batasan administratif “Destinasi Wisata Prioritas” dan “Kawasan inti
pariwisata” pada Tabel I.2, provinsi dan kota/kabupaten berikut ini memenuhi persyaratan
(eligible) untuk dapat berpartisipasi (participating province/ kota/ kabupaten) di dalam P3TB.
Provinsi dan Kota/Kabupaten yang memenuhi persyaratan (eligible) dan dapat berpartisipasi (participating province/ kota/ kabupaten) di dalam P3TB.
Lanjutan Tabel I.2
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 21
Deskripsi Destinasi Wisata Prioritas: Batas
Administratif
Provinsi/Kab/Kabupaten yang memenuhi persyaratan dan
dapat berpartisipasi
Lombok Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten Lombok Barat
Kabupaten Lombok Utara
Kabupaten Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Timur
Kota Mataram
Borobudur-Yogyakarta-Prambanan
Kecamatan Tempuran (Kab. Magelang)
Kecamatan Mertoyudan (Kab. Magelang)
Kecamatan Muntilan (Kab. Magelang)
Kecamatan Borobudur (Kab. Magelang)
Kecamatan Mungkid (Kab. Magelang)
Kecamatan Prambanan (Kab. Sleman);
Kecamatan Prambanan (Kab. Klaten);
Kota Yogyakarta.
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Kabupaten Magelang
Kabupaten Sleman
Kabupaten Klaten
Kota Yogyakarta
Danau Toba Sesuai Peraturan Presiden No. 81 No 2014 tentang Rencana Tata Ruang Danau Toba dan Kawasan sekitarnya
Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten Karo
Kabupaten Simalungun
Kabupaten Toba Samosir
Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Humbang Hasundutan
Kabupaten Samosir
Kabupaten Dairi
Kabupaten Pakpak Bharat2
Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018
2 Berdasarkan Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2014, Danau Toba dan sekitarnya terdiri dari Badan Danau,
Daerah Tangkapan Air (DTA), Cekungan Air Tanah (CAT) dan jaringan infrastruktur diluar Badan Danau, DTA dan CAT tetapi berkaitan dengan perairan Danau Toba dan mendukung pembangunan Danau Toba. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan bagian dari Cekungan Air Tanah, yang sebagian besar tidak berhubungan dengan kegiatan P3TB. Berdasarkan Market Analysis and Demand Assessment for Lake Toba, Kabupaten Pakpak Bharat tidak termasuk ke dalam batasan Destinasi Wisata Prioritas. Kabupaten ini juga tidak menjadi bagian dari Badan Danau berdasarkan Perpres di atas dan tidak termasuk ke dalam pengertian “destinasi” dari segi pariwisata.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 22
BAB II. KOMPONEN PROGRAM
P3TB terdiri dari 4 (empat) komponen yang saling terkait untuk mengatasi permasalahan
utama industri pariwisata Indonesia dan mengoptimalkan potensi yang belum tergarap.
Secara bersama-sama, empat komponen P3TB diharapkan dapat memberi dampak yang
positif pada: (i) peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara; (ii) peningkatan
jumlah rata-rata belanja harian per wisatawan; dan (iii) peningkatan jumlah lapangan kerja
sektor pariwisata. Dampak lanjutan yang diharapkan adalah meningkatnya kontribusi
sektor pariwisata dalam perekonomian nasional dan daya saing pariwisata Indonesia. Selain
itu, secara keseluruhan program ini juga berfungsi sebagai kerangka kelembagaan yang
ditargetkan untuk menyelesaikan permasalahan koordinasi antara pemerintah pusat,
provinsi, kota/kabupaten, dan juga memobilisasi sumber daya di setiap tingkat
pemerintahan agar dapat memaksimalkan usaha pencapaian tujuan bersama di destinasi
wisata prioritas. Tujuan bersama ini tertuang dalam RIPT yang akan disiapkan untuk setiap
destinasi pariwisata prioritas, termasuk di dalamnya pengaturan kelembagaan untuk
meningkatkan koordinasi antar-Lembaga/Institusi.
II.1 Komponen-1: Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan untuk
Memfasilitasi Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan
Tujuan utama Komponen-1 adalah untuk mendukung penguatan kelembagaan di pusat dan
daerah dalam sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan program. Komponen-1 juga
bertujuan untuk mendukung peningkatan keterlibatan para pemangku kepentingan
termasuk swasta dan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Komponen-1 juga
diharapkan mampu menjaga kelestarian alam dan keberagaman budaya di destinasi wisata.
Secara lebih rinci, kegiatan Komponen 1 mencakup:
a. Penyusunan RIPT atau Integrated Tourism Master Plans (ITMP) di 3 (tiga) destinasi wisata
prioritas, termasuk rencana aksi turunannya, penguatan kelembagaan dan kapasitasnya
dalam perencanaan destinasi wisata secara terintegrasi, serta perlindungan dan
pengelolaan Situs Warisan Dunia, dan/atau Global Geopark dan Cagar Biosfer.
Penyiapan RIPT ini menjadi tanggung jawab Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai
Executing Agency bersama-sama dengan Tim Koordinasi P3TB. Setiap RIPT mencakup
rencana pembangunan untuk seluruh wilayah destinasi wisata (dengan masa
perencanaan 25 tahun yang di mulai tahun 2019) dan rencana pembangunan rinci
(dengan masa perencanaan 5 tahun) untuk setiap kawasan inti pariwisata (key tourism
areas) yang sudah ada maupun kawasan baru yang akan dikembangkan. RIPT akan
mensinkronkan rencana pengembangan pariwisata nasional dan rencana pengembangan
pariwisata daerah dengan didasarkan pada kajian permintaan dan analisis ekonomi di
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 23
setiap wilayah destinasi wisata prioritas.3 RIPT akan disusun melalui proses partisipatif
yang melibatkan konsultasi intensif dan inklusif dengan semua pemangku kepentingan,
terutama dengan K/L, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat setempat. RIPT akan
menjadi dasar pembangunan fasilitas pariwisata, infrastruktur pendukung dan kegiatan
komponen lainnya dalam rangka: (i) menindaklanjuti peluang dan hambatan
lingkungan, sosial dan budaya dari destinasi wisata; dan (ii) menghindari kerusakan
kekayaan alam dan keragaman budaya.
b. Program Management Support (PMS), yaitu jasa konsultan yang menyediakan dukungan
manajemen program kepada BPIW selaku executing agency dan K/L terkait. PMS
bertanggungjawab dalam mendukung perencanaan, penganggaran, pengendalian mutu,
pengawasan, pemantauan, pelaporan, dan koordinasi pelaksanaan P3TB. Tim PMS yang
ditempatkan di setiap destinasi wisata prioritas akan memberi dukungan bagi
pemerintah daerah dalam manajemen program serta memfasilitasi Kelompok Kerja
(Pokja) Destinasi Wisata di provinsi dan kabupaten/kota.
c. Dukungan terhadap pemantauan dan pelestarian aset kekayaan alam, budaya dan sosial,
termasuk pembentukan dan/atau penguatan lembaga Observatorium Pariwisata
Berkelanjutan (Sustainable Tourism Observatories – STO) sebagai bagian dari jaringan
United Nation World Tourism Organization (UNWTO), International Network of Sustainable
Tourism Observatories (INSTO) dan/atau Wonderful Indonesia Sustainable Tourism
Observatories (WINSTO) yang dikelola oleh Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata
di Kementerian Pariwisata. Lembaga tersebut akan memantau indikator pariwisata
berkelanjutan di 3 (tiga) destinasi wisata prioritas dan spesifik pada kawasan inti
pariwisata. Hasil monitoringnya akan dilaporkan kepada Menteri Pariwisata dan Tim
Teknis, Kelompok Kerja (Pokja) Destinasi Wisata Provinsi dan Kelompok Kerja (Pokja)
Destinasi Wisata Kabupaten/Kota (diatur melalui Surat Keputusan (SK) Menteri
Bappenas Nomor Kep. 9/M.PPN/HK/01/2019) sebagai Tim Koordinasi Program serta
kepada Pemerintah Daerah. Pusat Monitoring untuk Observatorium Pariwisata
Berkelanjutan Terkait dengan program telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Pariwisata Nomor KM.73/PW.001/MP/2016, berada di Universitas Gadjah Mada,
Universitas Mataram, dan Universitas Sumatera Utara dengan tugas sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan peningkatan kesadaran, pembentukan sistem pendukung dan
kelompok kerja lokal di bidang pariwisata berkelanjutan;
2. Melakukan penilaian, monitoring, pembinaan dan pendampingan terhadap penerapan
standar, indikator dan kriteria pariwisata berkelanjutan;
3. Menyelenggarakan program kegiatan berdasarkan isu strategis pariwisata berkelanjutan
dengan melibatkan pemangku kepentingan sebagai tindak lanjut hasil penelitian yang
mendukung pengembangan destinasi wisata berkelanjutan;
3 Market Analysis and Demand Assessment for Lombok:
http://bpiw.pu.go.id/uploads/20170302_Lombok_Market_and_Demand_Assessment.pdf; Market Analysis and Demand Assessment for Borobudur: http://bpiw.pu.go.id/uploads/20170302_Borobudur_Market_and_Demand_Assessment.pdf; Market Analysis and Demand Assessment for Lake Toba: http://bpiw.pu.go.id/uploads/20170302_Lake_Toba_Market_and_Demand_Assessment.pdf
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 24
4. Melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penelitian di bidang
pariwisata sesuai dengan wilayah kerja;
5. Melakukan diseminasi dan berbagi metode penerapan pariwisata berkelanjutan secara
nasional dan internasional; dan
6. Menyampaikan laporan dan rekomendasi hasil penilaian dan monitoring secara berkala
kepada Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Daerah.
II.2 Komponen-2: Meningkatkan Kualitas Jalan dan Akses Pelayanan Dasar
yang terkait dengan Pariwisata
Komponen-2 bertujuan untuk meningkatkan kualitas jaringan jalan, menyediakan sarana
transportasi umum dan sarana untuk kendaraan tidak bermotor di lokasi program, serta
memperbaiki akses terhadap pelayanan dasar dan infrastruktur yang penting bagi kepuasan
wisatawan untuk menikmati pengalaman berwisata. Komponen-2 juga bertujuan
meningkatkan infrastuktur yang diperlukan untuk pelestarian kekayaan alam dan budaya.
Komponen-2 akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan APBD kabupaten/kota.
Sebagian dana APBN akan bersumber dari pinjaman Bank Dunia. Kegiatan Komponen-2
yang dibiayai oleh APBN akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM)
dan Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) Kementerian PUPR, dan Direktorat
Jenderal/Badan lainnya di Kementerian PUPR. Sedangkan kegiatan Komponen-2 yang
dibiayai oleh APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota akan dilaksanakan oleh OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Kegiatan dari Komponen-2 terdiri dari:
a. Pembiayaan transportasi jalan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi jalan yang
terkait dengan pariwisata, termasuk jembatan, melalui konstruksi, pelebaran, perbaikan,
rekonstruksi, rehabilitasi, dan perawatan, untuk memenuhi standar dan target nasional
kondisi jalan mantap dengan International Roughness Index (IRI) kurang dari 6;
b. Infrastruktur dan layanan pariwisata, seperti sarana pejalan kaki dan kendaraan tidak
bermotor, pembangunan taman dan ruang terbuka hijau, pembangunan dan
peningkatan fasilitas angkutan umum daerah seperti pemberhentian bus dan terminal,
dermaga, tempat sandar kapal, terminal feri, serta tempat pemberhentian taksi dan truk;
c. Pelayanan infrastruktur dasar, seperti penyediaan air minum, pengelolaan sampah,
pengelolaan air limbah dan sanitasi di kawasan inti pariwisata. Khusus untuk destinasi
Danau Toba, terdapat beberapa tambahan kecamatan untuk program sanitasi dan
persampahan (rincian kecamatan dapat dilihat pada Tabel I.2)
d. Studi kelayakan, rancangan teknis (Detailed Engineering Design - DED), dan jasa konsultan
manajemen konstruksi dan supervisi untuk kegiatan fisik, termasuk untuk memastikan
pelaksanaan dari ketentuan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental
and Social Management Framework – ESMF).
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kegiatan dalam komponen 2 antara lain batas
administratif yang relevan dengan pariwisata dan permasalahan yang terkait dengan daya
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 25
saing pariwisata di destinasi wisata prioritas. Dalam Studi Demand Assessment (selengkapnya
dapat dilihat di LAMPIRAN-2) telah diidentifikasi kawasan inti prioritas serta kesenjangan
akses layanan dasar yang mempengaruhi daya saing pariwisata (termasuk kesehatan,
kebersihan, kelestarian lingkungan). RIPT akan menjadi acuan perencanaan dan tahapan
Investasi yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan tersebut. P3TB yang berjangka
waktu lima tahun akan: (1) memprioritaskan kegiatan yang mampu mengatasi kesenjangan
infrastruktur dan akses layanan dasar serta pencegahan untuk penurunan aset lingkungan
yang semakin buruk (seperti pantai, terumbu karang, dan danau), (2) memfokuskan pada
kawasan inti pariwisata di destinasi wisata prioritas, dan (3) mengeluarkan kegiatan skala
besar yang tujuan utamanya tidak terkait langsung dengan pariwisata.
Jika RIPT mengindikasikan perlunya penyesuaian terhadap ruang lingkup geografis
maupun jenis kegiatan/sub-proyek baru yang belum terdefinisikan dalam Pedum ini maka
perlu dilakukan revisi Pedum dengan persetujuan Bank Dunia. Kegiatan/sub-proyek baru
tersebut misalnya kegiatan dengan skala yang lebih besar dari kegiatan pada Tabel II.1.
RIPT akan menjadi acuan bagi penentuan kegiatan prioritas dan sinkronisasi antar-kegiatan
yang didanai oleh APBN, APBD provinsi, dan APBD kabupaten/kota. RIPT akan menjadi
kerangka kerja bagi Komponen-2. Namun demikian, sambil menunggu proses penyusunan
RIPT, Komponen-2 dapat dimulai untuk kegiatan tertentu yang tidak perlu menunggu RIPT
sebagaimana dijelaskan dalam Tabel II.1.
Tabel II.1 Kegiatan Yang Perlu/Tidak Perlu Menunggu RIPT
1. KEGIATAN 2. MENUNGGU
RIPT
I SEKTOR JALAN
1.1 Pemeliharaan rutin jalan; pemeliharaan preventif jalan Tidak
3. 1.2 4. Pemeliharaan berkala/ rehabilitasi jalan Tidak
5. 1.3 6. Rekonstruksi/ peningkatan jalan Tidak
7. 1.4 8. Perbaikan jalan (termasuk pelebaran minor) Tidak
9. 1.5 10. Pelebaran jalan (menambah jalur) Ya
1.6 Pembangunan jalan*) Ya
1.7 Pemeliharaan rutin, perawatan berkala, rehabilitasi jembatan Tidak
1.8 Pelebaran jembatan (menambah jalur)*) Ya
1.9 Pembangunan jembatan*) Ya
1.10 Dukungan jalan daerah Tidak
1.11 Layanan perencanaan, pengendalian dan pengawasan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional
Tidak
II INFRASTRUKTUR DAN PELAYANAN PARIWISATA
2.1
Pembangunan infrastruktur baru untuk pejalan kaki, sepeda, dan transportasi tidak bermotor, seperti trotoar, jalan setapak, jalur sepeda, penyeberangan jalan, jembatan penyeberangan orang, dan lain-lain
Ya
2.2 Perbaikan infrastruktur untuk pejalan kaki, sepeda, dan transportasi tidak bermotor, seperti trotoar, jalan setapak, jalur sepeda, penyeberangan jalan, jembatan penyeberangan orang, dan lain-lain
Tidak
2.3 Taman kota dan kegiatan perbaikan taman dan ruang terbuka hijau untuk memperindah kota
Tidak
2.4 Taman kota dan proyek pembangunan taman dan ruang terbuka hijau untuk memperindah kota
Ya
2.5 Pembangunan atau peningkatan fasilitas untuk angkutan umum di daerah, seperti pemberhentian bus dan terminal serta terminal feri, taksi dan truk. Pemeliharaan dan perbaikan berkala pada terminal dan dermaga feri di pelabuhan-pelabuhan daerah yang ada
Ya
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 26
Lanjutan Tabel II.1
1. KEGIATAN 2. MENUNGGU
RIPT
III PENYEDIAAN AIR BERSIH
3.1 Perluasan jaringan pasokan air yang sudah ada dan pembangunan jaringan pasokan air baru Tidak
3.2 Perluasan fasilitas pengolahan air perkotaan yang sudah ada atau pembangunan fasilitas baru (< 100 l/s)
Tidak
3.3 Perluasan fasilitas pengolahan air perkotaan yang sudah ada atau pembangunan fasilitas baru (> 100 l/s)
Ya
3.4 Perbaikan atau pergantian fasilitas penyimpanan air yang sudah ada (atau yang rusak) Tidak
IV SANITASI
4.1 Pembangunan dan peningkatan instalasi pengolahan lumpur limbah tinja Ya
4.2 Pembangunan dan peningkatan sistem perpipaan air limbah Ya
4.3 Pembangunan dan peningkatan instalasi pengolahan air limbah Ya
4.4 Fasilitas WC umum dan sanitasi (misalnya fasilitas MCK di daerah hunian masyarakat setempat/taman)
Tidak
4.5 Truk penyedot tanki septik Tidak
V PERSAMPAHAN
5.1 Fasilitas pengolahan sampah skala kecil Tidak
5.2 Truk pengumpul sampah dan peralatan pengumpul sampah lainnya Tidak
5.3 Fasilitas biogas dan pengomposan berskala kecil Tidak
5.4 Tempat Pembuangan Sementara Tidak
5.5 Perluasan/rehabilitasi/peningkatan Tempat Pembuangan Akhir dengan cara lahan urug terkendali/ lahan urug saniter, termasuk fasilitas pendukungnya
Ya
5.6 Pembentukan organisasi 3R atau layanan masyarakat (misalnya, program bank sampah) Tidak
VI FS dan DED
6.1 FS dan DED untuk investasi fisik yang tercantum di atas Tergantung
pada subproyek
Keterangan: *) Berdasarkan Laporan Demand Assessment, kegiatan ini tidak diidentifikasi sebagai kebutuhan, sehingga harus menunggu RIPT.
Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018
II.3 Komponen-3: Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha
Lokal di Sektor Pariwisata
Komponen-3 akan dikelola oleh Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal dalam kegiatan ekonomi di
sektor pariwisata. Hasil utama yang diharapkan dari komponen-3 adalah:
a. Jaminan keberlanjutan pasokan tenaga kerja terampil bagi sektor pariwisata;
b. Dukungan bagi perusahaan lokal untuk memanfaatkan peluang ekonomi di sektor
pariwisata yang semakin mengandalkan teknologi digital;
c. Peningkatan standar kualitas pelayanan dari para penyedia jasa pariwisata lokal; dan
d. Peningkatan keterlibatan dan kesadaran (Sadar Wisata) masyarakat setempat di dalam
pembangunan sektor pariwisata di daerahnya.
Kegiatan Komponen-3, dalam rangka menjamin keberlanjutan pasokan tenaga kerja terampil
bagi sektor pariwisata, mencakup:
a. Pengembangan pelatihan kepariwisataan berbasis kompetensi (Competency Based Training
- CBT) meliputi standar kompetensi, kerangka kualifikasi dan paket kurikulum,
termasuk penyelenggaraan konsultasi pemerintah dengan industri pariwisata (sektor
swasta);
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 27
b. Pelatihan untuk pelatih, pengajar/guru dan asesor untuk meningkatkan proses CBT
yang lebih baik dan pengembangan bahan panduan terkait;
c. Pemberian bantuan teknis untuk lembaga Pendidikan dan Pelatihan Teknik dan
Kejuruan (Teachers and Technical and Vocational Education and Training – TVET) untuk
diselaraskan dengan tuntutan sektor swasta termasuk penyediaan peralatan yang
diperlukan TVET;
d. Sertifikasi peserta pelatihan dan para tenaga kerja bidang pariwisata, termasuk jasa
konsultasi untuk pengembangan program peningkatan keterampilan berkelanjutan
(upskilling) bagi para pekerja sektor pariwisata; dan
e. Penyelenggaraan forum pengembangan keterampilan pariwisata sebanyak dua kali
dalam setahun di setiap lokasi program.
Kegiatan Komponen-3, dalam rangka dukungan bagi perusahaan lokal untuk memanfaatkan
peluang ekonomi di sektor pariwisata yang semakin mengandalkan teknologi digital,
mencakup; (i) kerjasama dengan perusahaan pengelola situs perjalanan wisata untuk
mengidentifikasi perusahaan yang saat ini belum terhubung dan/atau belum aktif dalam
sistem pemasaran online; dan (ii) menyelenggarakan serangkaian lokakarya untuk
meningkatkan kapasitas dan keterlibatan perusahaan pariwisata lokal untuk memasarkan
jasanya secara online. Kegiatan tersebut dilakukan agar perusahaan pariwisata lokal dapat
lebih kompetitif dan mengoptimalkan peluang pasar secara online.
Kegiatan Komponen-3, dalam rangka peningkatan standar kualitas pelayanan para penyedia
jasa pariwisata lokal, mencakup:
a. Pelatihan bagi para penyedia jasa pariwisata lokal untuk menangkap peluang pasar
online melalui perbaikan visibilitas profil perusahaan baik yang terdapat di website
perusahaan perjalanan wisata atau di website perusahaan masing-masing.
b. Peningkatan standar layanan dari para penyedia jasa pariwisata lokal.
Kegiatan Komponen-3, dalam rangka peningkatan keterlibatan dan kesadaran (Sadar
Wisata) masyarakat setempat di dalam pembangunan sektor pariwisata di daerahnya,
mencakup:
a. Penguatan program Sadar Wisata Kementerian Pariwisata;
b. Perancangan ulang (revitalisasi) program Sadar Wisata, dengan mempertimbangkan
pengalaman internasional, agar lebih fokus pada pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan sektor pariwisata, misalnya dalam proses pengambilan keputusan terkait
manfaat ekonomi dan sosial; dan
c. Survei kepuasan masyarakat terhadap manfaat pariwisata dalam perubahan kondisi
sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Hasil survei ini digunakan sebagai umpan
balik bagi proses perencanaan dan penganggaran program periode berikutnya.
Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal di sektor pariwisata,
aspek kesetaraan gender harus menjadi perhatian, terutama kegiatan sertifikasi pekerja dan
pemberdayaan masyarakat Sebagai bagian dari inklusi sosial, masyarakat penyandang
disabilitas juga harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan Komponen-3.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 28
II.4 Komponen 4: Meningkatkan Iklim Usaha yang Kondusif Untuk
Investasi Swasta ke Sektor Pariwisata
Komponen-4 dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Deputi Bidang
Perencanaan Penanaman Modal untuk memberi bantuan teknis bagi penyiapan dan
pelaksanaan investasi swasta pada destinasi wisata, termasuk: (1) penyiapan dan pembaruan
dokumen proyek investasi yang siap ditawarkan (Investment Project Ready to Offer – I-PRO);
(2) penawaran I-PRO ke calon investor (market sounding); dan (3) pemantauan proyek
investasi. Dalam melaksanakan komponen ini, BKPM akan bekerja sama dengan K/L dan
pemerintah daerah.
Dokumen I-PRO akan disiapkan oleh BKPM dengan mengacu pada RIPT. I-PRO memuat
penjelasan secara lengkap dan terperinci mengenai peluang proyek investasi yang
teridentifikasi dalam RIPT. BKPM menggunakan I-PRO untuk menawarkan proyek investasi
kepada para calon investor baik dari dalam maupun luar negeri.
Market sounding adalah kegiatan mempromosikan I-PRO kepada para calon investor. Selain
ketersediaan I-PRO, kegiatan market sounding membutuhkan identifikasi investor potensial
untuk memastikan kehadiran investor yang memiliki minat, permodalan, pengalaman dan
keahlian di bidang usaha yang ditawarkan. BKPM akan melakukan koordinasi dengan K/L
dalam menyusun daftar investor potensial yang tepat sasaran, antara lain Kementerian
Pariwisata, Indonesian Tourism Development Corporation, Badan Otorita Destinasi Pariwisata
seperti Danau Toba dan Borobudur, Kedutaan Besar Republik Indonesia, Indonesia
Investment Promotion Center yang tersebar di kota-kota utama di Eropa, Amerika dan Asia.
Informasi yang diberikan oleh asosiasi pengusaha dan perbankan dari negara target juga
sangat membantu dalam penyusunan daftar investor potensial.
Kegiatan pemantauan proyek investasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan market
sounding. BKPM bertanggung jawab untuk menjalin komunikasi dengan calon investor yang
telah menghadiri acara market sounding. Komunikasi tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor yang menghambat calon investor untuk segera mengambil
keputusan dan mendaftarkan rencana investasinya. Faktor tersebut kemungkinan terkait
kebutuhan informasi yang lebih spesifik dan operasional, hambatan terkait perizinan
investasi serta permasalahan lainnya. Kegiatan pemantauan proyek investasi membutuhkan
nara-hubung (liaison officer) yang memiliki kapasitas dan kompetensi untuk memberikan
respon secara cepat, jelas dan efektif terhadap keluhan dan pertanyaan dari investor. Nara-
hubung juga harus berinteraksi secara efektif dengan K/L yang terlibat dalam proses
perizinan maupun pelaksanaan kegiatan investasi di sektor pariwisata.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 29
BAB III. KERANGKA DAN INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
Kerangka P3TB mencakup empat kelompok indikator hasil (outcome) yang mewakili setiap
komponen program dan akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan program yang lebih
luas, termasuk dampak ekonomi dan sosial di destinasi wisata prioritas. Seluruh komponen
saling terkait dan mempengaruhi pencapaian indikator outcome komponen lain. Misalnya,
investasi swasta dapat dipengaruhi oleh ketersediaan dan akses infrastruktur dasar, kondisi
tenaga kerja lokal, dan kebijakan pemerintah dalam mendukung keterlibatan sektor swasta
dalam pengembangan pariwisata. Dengan demikian, secara komulatif, 4 (empat) komponen
program diharapkan mampu menghasilkan dampak ekonomi yang signifikan, yaitu: (i)
meningkatnya jumlah wisatawan; (ii) meningkatnya belanja rata-rata wisatawan di lokasi
wisata; dan (iii) terciptanya lapangan kerja pada sektor pariwisata di wilayah destinasi
wisata prioritas. Kerangka program secara umum dapat dilihat pada Gambar III.1.
Berdasarkan Kerangka P3TB, telah ditetapkan indikator keberhasilan dan angka target yang
diharapkan tercapai selama jangka waktu pelaksanaan sebagaimana tersaji dalam Tabel III.1.
Hubungan masing-masing komponen dengan indikator keberhasilan tidak selalu linier
karena seluruh komponen pada prinsipnya saling terkait dan mempengaruhi. Sebagai
jembatan untuk mencapai indikator keberhasilan program, telah ditetapkan indikator
capaian antara (intermediate results) sebagaimana tersaji dalam Tabel III.2.
Dikarenakan setiap komponen program bersifat saling terkait dan mempengaruhi,
keberhasilan program sangat tergantung pada kolaborasi para pemangku kepentingan,
yaitu: K/L terkait, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, universitas/lembaga
pendidikan kepariwisataan, penyedia jasa kosultan dan konstruksi, pengusaha dan investor
sektor pariwisata termasuk usaha mikro dan kecil menengah (UMKM), para pekerja sektor
pariwisata, serta masyarakat di lokasi program.
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 30
Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018
Lingkup hasil yang diukur dalam rentang waktu P3TB (5 tahun)
Komponen Keluaran PDO Target Akhir
Komponen 1:
Meningkatkan Kapasitas
Kelembagaan Untuk
Memfasilitasi
Pembangunan
Pariwisata Terintegrasi
dan Berkelanjutan
Peningkatan kinerja pada
indikator pariwisata
berkelanjutan
Peningkatan jumlah
wisatawan
mancanegara dan
lokal ke destinasi
wisata prioritas
Peningkatan jumlah
rata-rata pengeluaran
per hari wisatawan di
destinasi wisata
prioritas
Jumlah lapangan kerja
yang tercipta secara
langsung pada sektor
pariwisata di
destinasi wisata
prioritas
Komponen 2:
Meningkatkan kualitas
jalan dan akses
pelayanan dasar yang
terkait dengan
pariwisata
Jumlah penerima manfaat
dari peningkatan kualitas
jalan dan akses pelayanan
dasar
Komponen 3:
Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dan dunia usaha lokal di
sektor pariwisata
Peningkatan kepuasan
masyarakat terhadap
kegiatan penguatan
keterkaitan perekonomian
lokal dengan pariwisata
Komponen 4:
Meningkatkan iklim
usaha yang kondusif
untuk investasi swasta ke
sektor pariwisata
Peningkatan nilai investasi
swasta di sektor
pariwisata
Outcome (Hasil) Dampak Komponen
Gambar III.1 Kerangka Program : Komponen, Hasil dan Dampak
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 31
Tabel III.2 Indikator Keberhasilan Program
No Indikator Keberhasilan Program Unit Data Awal Target Antara Target
Akhir 1 2 3 4
Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi pembangunan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan
1 Peningkatan kinerja pada indikator
pariwisata berkelanjutan
Peningkatan
Persentase 0 20 40 60 80 100
Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang terkait dengan pariwisata
2 Jumlah penerima manfaat dari
peningkatan kualitas jalan dan akses
pelayanan dasar untuk pariwisata
Jumlah (orang) 0 352,300 922,400 1,686,400 2,450,100 2,849,500
Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal di sektor pariwisata
3 Peningkatan kepuasan masyarakat
terhadap kegiatan penguatan keterkaitan
perekonomian lokal dengan pariwisata
Peningkatan
Persentase 0 8 20
Meningkatkan iklim usaha yang kondusif untuk investasi swasta ke sektor pariwisata
4 Nilai investasi swasta di sektor pariwisata
(kumulatif) Jumlah (USD) 32,400,000 82,000,000 167,500,000 256,500,000 349,200,000 421,200,000
Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 32
Tabel III.3 Indikator Capaian Antara (Intermediate Results) berdasarkan Komponen
No
Indikator Capaian Antara
(Intermediate results)
berdasarkan Komponen
Unit Data Dasar
Target Antara Target
Akhir 1 2 3 4
I Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi pembangunan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan
1.1 Jumlah laporan pemantauan periodik
STO (Sustainable Tourism Observatory, atau
yang setara) yang dipublikasikan
Jumlah 0 3 6 9 12 15
1.2 Persentase rencana tata ruang atau
rencana induk sektoral yang diadopsi
atau direvisi selaras dengan RIPT
Persentase 0 0 10 20 30 40
II Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang terkait dengan pariwisata
2.1 Persentase jalan yang terkait dengan
pariwisata yang terpelihara dalam
kondisi mantap dengan IRI < 6
Persentase 40 52 64 76 88 100
2.2 Lajur khusus baru untuk lalu lintas tidak
bermotor
Meterpersegi
(m2) 0 60,000 120,000 180,000 240,000 300,000
2.3 Masyarakat dengan akses terhadap
sumber air minum layak (improved water
sources)
Jumlah (orang) 0 60,060 163,800 327,600 485,940 546,000
2.4 Masyarakat dengan akses terhadap
pengelolaan sampah berkelanjutan Jumlah (orang) 0 77,220 257,400 506,220 763,620 858,000
2.5 Masyarakat dengan akses terhadap
layanan sanitasi yang lebih baik (improved
sanitation)
Jumlah (orang) 0 56,160 180,960 368,160 549,120 624,000
2.6 Penambahan kamar hotel baru Jumlah (kamar) 0 1,608 3,282 5,027 6,843 8,255
III Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal di sektor pariwisata
3.1 Jumlah peserta pelatihan dan para pekerja
pariwisata yang menyelesaikan sertifikasi
berbasis kompetensi
Jumlah 21,132 30,132 39,132 48,132 57,132 66,132
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 33
No
Indikator Capaian Antara
(Intermediate results)
berdasarkan Komponen
Unit Data Dasar
Target Antara Target
Akhir 1 2 3 4
3.2 Partisipasi perempuan dalam sertifikasi Persentase 33 35 38 42 46 50
3.3 Jumlah bisnis pariwisata yang
menerapkan layanan online (kumulatif) Jumlah 4,099 4,756 5,626 6,379 7,172 7,354
3.4 Jumlah bisnis pariwisata yang sudah ada
(eksisting) dengan peningkatan pada
peringkat kualitas dan pelayanan
Jumlah 0 0 265 502 899 1,183
3.5 Jumlah peserta pada program
peningkatan kesadaran pariwisata (Sadar
Wisata)
Jumlah 600 3400 6500 9100 11350 13600
3.6 Partisipasi perempuan pada program
Sadar Wisata Persentase 27 30 35 40 45 50
IV Meningkatkan iklim usaha yang kondusif untuk investasi swasta ke sektor pariwisata
4.1 Adopsi rencana investasi swasta di
destinasi wisata prioritas dan pembaruan
tahunan
Jumlah 0 3 baru 3
pembaruan
3
pembaruan
3
pembaruan
3
pembaruan
Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018
Lanjutan Tabel III.2
SOP Kontribusi APBN/APBD Dalam P3TB 34
Lampiran 8. Ringkasan Mengenai Instrumen Lingkungan dan Sosial
INDONESIA TOURISM DEVELOPMENT PROJECT (ITDP) /
Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB)
RINGKASAN ESMF (ENVIRONMENTAL AND SOCIAL MANAGEMENT FRAMEWORK)
REPUBLIK
INDONESIA
Komponen Hasil Dampak
Komponen 1: Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi pengembangan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan
Peningkatan kinerja pada indikator Pariwisata Berkelanjutan Peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara dan nusantara
Tercapainya target penerima manfaat dari kegiatan peningkatan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar
Komponen 2: Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang terkait pariwisata Peningkatan pengeluaran rata-
rata per hari per pengunjung
Komponen 3: Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal di sektor pariwisata
Peningkatan kepuasan masyarakat yang berpartisipasi dalam sektor pariwisata
Jumlah lapangan kerja baru yang terkait langsung sektor
pariwisata
Komponen 4: Meningkatkan iklim usaha yang kondusif untuk investasi swasta ke sektor pariwisata
Peningkatan nilai investasi swasta di wilayah destinasi wisata prioritas
2
PENDAHULUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN (P3TB)
Tujuan Program: (1) Meningkatkan kualitas serta akses pelayanan dan infrastruktur dasar pariwisata;
(2) Memperkuat keterkaitan perekonomian lokaldengan pariwisata, dan
(3) Mendorong investasi swasta di wilayah destinasi wisata prioritas.
KERANGKA P3TB
KEPUTUSAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS NOMOR: KEP. 183/M.PPN/HK/09/2019
Tentang Tim Koordinasi Program Pengembangan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan
TIM PENGARAH
TIM PELAKSANA
TIM TEKNIS
TIM DUKUNGAN SUBSTANSI BAPENAS CPMU
POKJA I
PERENCANAAN
DESTINASI WISATA
YANG TERINTERGRASI
DAN BERKELANJUTAN
POKJA II
PENGEMBANGAN
INFRASTRUKUTR
DASAR DAN
AKSESIBILITAS DI DESTINASI WISATA
POKJA III PENINGKATAN SDM,
INDUSTRI DAN
KELEMBAGAAN
PARIWISATA
POKJA IV
PENINGKATAN IKLIM
USAHA UNTUK
INVESTASI PARIWISATA
REPUBLIK
INDONESIA
PENDAHULUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN (P3TB) TATA KELOLA
WAKIL KETUA : 1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif *
KETUA : Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
9. Menteri Keuangan 10. Menteri Kesehatan
11. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
12. Menteri Kelautan dan Perikanan
13. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
ANGGOTA : 1. Menteri Perhubungan 2. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional
3. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
4. Menteri Dalam Negeri
5. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
6. Menteri Badan Usaha Milik Negara
REPUBLIK
INDONESIA
PENDAHULUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN (P3TB) TIM PENGARAH
6
Komponen Proyek Biaya
Proyek
Sumber Pendanaan
Bank Dunia (IBRD)
Trust Funds DFAT
Pemerintah Indonesia
Rincian Pendanaan dari Pemerintah
APBN APBD
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi
pengembangan pariwisata terpadu dan berkelanjutan 24.7 22.0 2.1 0.6 0.6 0.0
Perencanaan dan Koordinasi terpadu 22.1 20.0 2.1 0.0 0.0 0.0
Monitoring pariwisata berkelanjutan 2.6 2.0 0.6 0.6 0.0
2. Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang
terkait dengan pariwisata 680.0 239.6 440.4 337.5 102.9
Jalan: Perawatan rutin dan berkala 96.6 0.0 96.6 58.6 38.0
Jalan: Perbaikan dan rehabilitasi 244.3 90.0 154.3 154.3 0.0
Fasilitas untuk lalu lintas tidak bermotor 11.3 7.0 4.3 4.3 0.0
Infrastruktur spesifik untuk pariwisata 50.0 18.0 32.0 32.0 0.0
Perpipaan untuk suplai air 105.6 35.0 70.6 41.2 29.4
Pengelolaan sampah padat 20.5 13.0 7.5 0.1 7.4
Pengelolaan air limbah dan sanitasi 119.3 65.0 54.3 30.5 23.8
Rancangan Rinci (DED), Studi Kelayakan (FS), termasuk
instrumen safeguard 32.4 11.6 20.8 16.5 4.3
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal di
sektor pariwisata 66.9 37.1 29.8 29.8 0.0
Pengembangan skill SDM kepariwisataan 55.4 28.3 27.1 27.1 0.0
Pengembangan usaha kepariwisataan 6.3 4.2 2.0 2.0 0.0
Perlibatan Masyarakat 5.2 4.6 0.7 0.7 0.0
4. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif untuk investasi swasta
ke sektor pariwisata 1.3 1.3 0.0 0.0 0.0
Perencanaan investasi swasta 1.3 1.3 0.0 0.0 0.0
Total biaya proyek 772.9 300.0 2.1 470.8 367.9 102.9
REPUBLIK
INDONESIA
PENDAHULUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN (P3TB) PEMBIAYAAN
6
Sebagai panduan teknis bagi pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi maupun daerah dalam pengelolaan lingkungan dan sosial mulai dari perencanaan (penapisan, pengkajian dan penyusunan dokumen) sampai pelaksanaan (pemantauan, evaluasi, penanganan keluhan dan pelaporan).
REPUBLIK
INDONESIA
PENDAHULUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN (P3TB) FUNGSI ESMF
6
A Mengidentifikasi, mencegah, menghindari, dan mengurangi risiko potensi dampak lingkungan dan sosial yang dapat timbul dari kegiatan yang direkomendasikan oleh Rencana Induk Pariwisata Terpadu (RIPT)
REPUBLIK
INDONESIA
PENDAHULUAN PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN (P3TB) CAKUPAN ESMF
ESMF berlaku untuk seluruh kegiatan pada proyek yang berlangsung di daerah target pelaksanaan dari manapun sumber pembiayaannya.
B
8
9
DAFTAR ISI
GAMBARAN ESMF
KRONOLOGI
TUJUAN ESMF
CAKUPAN PENERAPAN ESMF
PRINSIP DASAR PENERAPAN ESMF
PRINSIP PENGELOLAAN BENDA CAGAR BUDAYA (BCB)
PRINSIP PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI
PRINSIP PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT
PRINSIP PENGELOLAAN RISIKO BENCANA
2
3
4
5
6
7
8
9
1
GAMBARAN ESMF
10
P3TB
Aspek Lingkungan
Aspek Sosial
Aspek Budaya
Aspek Ekonomi
- Keanekaragaman
Hayati
- Habitat Alami
- Risiko Bencana
Benda Cagar Budaya
Pengadaan Tanah
Permukiman Kembali
Masyarakat Adat PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
INSTRUMEN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL
(ESMF)
PERATURAN BANK
DUNIA
KRONOLOGI
• Dokumen ESMF diterbitkan pada Januari 2018 berdasarkan kesepakatan Kementerian PUPR sebagai Executing Agency dengan Bank Dunia
• ESMF Edisi Januari 2018 tersebut mencakup 3 Destinasi Wisata Prioritas yaitu: a) Danau Toba; b) Lombok; c) Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (BYP)
• Saat ini Dokumen ESMF sedang direvisi karena :
1. Ada rencana tambahan lokasi P3TB yaitu : a) Wakatobi; b) Labuan Bajo; c) Bromo-Tengger-Semeru
2. Ada rencana perluasan Wilayah Perencanaan BYP mencakup : KSPN Semarang-Karimunjawa dsk, KSPN Solo-Sangiran dsk, KSPN Pantai Selatan Yogyakarta dsk, dan KSPN Dieng dsk
3. Disesuaikan dengan Pedoman Umum dan Manual Pengelolaan Proyek P3TB
11
A. Memasukkan kebijakan pengamanan lingkungan dan sosial
dari Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia ke setiap
kegiatan P3TB.
B. Memastikan instrumen pengamanan lingkungan dan sosial
telah dimasukkan ke setiap kegiatan P3TB, sehingga dapat
memenuhi persyaratan Pemerintah Indonesia dan Bank
Dunia,
C. Memberikan panduan kegiatan pelatihan dan peningkatan
kapasitas lainnya dalam rangka memperkuat pelaksana
proyek di tingkat pusat dan daerah
12
TUJUAN ESMF
1. Prosedur penapisan (screening) kegiatan;
2. Tata cara identifikasi potensi dampak lingkungan dan sosial
dari setiap kegiatan;
3. Prosedur dan tata cara penyusunan serta persetujuan
instrumen pengelolaan dampak lingkungan dan sosial;
4. Pengelolaan dan mitigasi potensi dampak negatif yang timbul
pada aspek lingkungan dan sosial; dan
5. Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Terpadu dan
implementasinya
13
CAKUPAN PENERAPAN ESMF
1. Harus menghindari atau meminimalkan potensi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial (termasuk Masyarakat Adat);
2. Harus memberikan manfaat, kehidupan dan penghidupan yang lebih baik bagi warga yang terlibat dan terkena dampak.
3. Pengelolaan lingkungan dan sosial harus dilakukan berdasarkan prinsip keadilan, transparansi, partisipasi dan konsultasi bermakna (melibatkan pemerintah pusat dan daerah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga akademik, para pemerhati dan masyarakat umum).
4. P3TB tidak akan mendanai kegiatan yang termasuk ke dalam Daftar Pengecualian (Negative List).
14
PRINSIP DASAR PENERAPAN ESMF
1. Kegiatan yang mengakibatkan konversi atau degradasi habitat alami secara signifikan;
2. Kegiatan penambangan karang (baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati);
3. Kegiatan konstruksi skala besar yang akan mengakibatkan dampak negatif lingkungan dan sosial yang signifikan;
4. Kegiatan apapun yang mungkin akan menciptakan dampak negatif yang signifikan terhadap suku atau Masyarakat Adat;
5. Kegiatan yang dapat menghilangkan atau merusak aset budaya;
6. Kegiatan yang tidak menghormati pengetahuan tradisional, nilai-nilai budaya asli, dan hak Masyarakat Adat;
7. Kegiatan yang melanggar hak asasi manusia termasuk diskriminasi gender, penyandang disabilitas dan pekerja anak-anak; dan
8. Kegiatan yang menghasilkan/ menggunakan bahan-bahan atau komoditas yang secara langsung/ tidak langsung merusak kesehatan masyarakat.
15
DAFTAR PENGECUALIAN (NEGATIVE LIST)
1. Upaya pengelolaan BCB dilaksanakan sesuai UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang bertujuan melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan BCB melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat;
2. P3TB mendukung upaya pelestarian cagar budaya;
3. Inventarisasi BCB harus dilakukan melalui pengumpulan data dan fakta BCB untuk perencanaan pelestarian yang meliputi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan.
4. Perlu diidentifikasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak (positif maupun negatif) pada BCB agar tidak mengancam kelestariannya. Jika teridentifikasi, harus disusun Physical Cultural Resources Management Plan - PCRMP.
5. Prosedur yang dilakukan jika BCB ditemukan: (i) menghentikan kegiatan fisik di lokasi tersebut; (ii) delineasi dan pengamanan/pemagaran BCB; (iii) menghubungi instansi yang berwenang; (iv) meneliti BCB yang ditemukan, dan (v) mengaplikasikan prosedur ESMF terkait temuan baru BCB.
16
PRINSIP PENGELOLAAN BENDA CAGAR BUDAYA (BCB)
1. Kegiatan yang berdampak terhadap pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dihindari atau diminimalkan dengan melakukan pencarian alternatif desain investasi fisik dan pendekatan teknis;
2. Jika hal itu tidak memungkinkan, maka kegiatannya harus dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan, dengan menyediakan sumber daya yang cukup agar Warga Terdampak Proyek (WTP) memperoleh manfaat dari pembangunan.
3. WTP harus diajak dalam konsultasi bermakna dengan memberi kesempatan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan program;
4. WTP harus dibantu dalam upaya untuk meningkatkan mata pencaharian dan standar hidupnya atau setidaknya untuk mengembalikan mata pencaharian dan tingkat kehidupannya seperti sebelumnya;
5. WTP harus diberikan ganti kerugian atas semua aset yang terkena dampak kegiatan mengacu kepada ESMF;
6. Jika kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali diperlukan, perlu menyiapkan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (LARAP); dan
7. Pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali dipantau dan dievaluasi dengan melibatkan WTP di setiap tahapan kegiatan sampai ke tahap program pemulihan mata pencaharian.
17
PRINSIP PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI
1. Tujuan umum perlindungan Masyarakat Adat (MA): memastikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan mengakomodasikan kebutuhan dan kepentingan MA serta menghormati identitas, martabat, hak asasi manusia, sistem mata pencaharian MA, dan keunikan sosial budaya MA, seperti yang didefinisikan oleh MA itu sendiri;
2. Tujuan khusus perlindungan MA: (i) memastikan MA mendapatkan manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan MA berdasarkan karakteristik sosial dan budayanya; (ii) mencegah atau meminimalkan dampak negatif terhadap MA, dan jika tidak dapat dicegah, mengembangkan dan menerapkan langkah-langkah mitigasi berdasarkan proses konsultasi bermakna, yang menghasilkan dukungan luas dari MA terkena dampak tanpa paksaan; dan (iii) memaksimalkan potensi dampak positif kegiatan bagi MA;
3. Setiap kegiatan harus melindungi hak-hak MA untuk berpartisipasi dan secara adil menerima manfaat dari kegiatan yang sesuai dengan karakteristik sosial budayanya; dan
4. Rencana Perlindungan Masyarakat Adat (Indigenous Peoples Plan) harus disiapkan dan dilaksanakan sesuai dengan ESMF dan Manual Pengelolaan Program jika suatu kegiatan mempengaruhi atau berdampak terhadap Masyarakat Adat.
18
PRINSIP PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT
19
PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1. Prinsip mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas dalam konteks menjaga keanekaragaman hayati, habitat alami dan pengurangan risiko bencana diterapkan untuk semua proyek/ subproyek/ kegiatan P3TB;
2. Analisis pada keanekaragaman hayati, habitat alami dan potensi risiko bencana perlu dilakukan dalam tahap perencanaan;
3. Pengarusutamaan pengelolaan dampak terhadap keanekaragaman hayati, habitat alami dan risiko bencana dalam P3TB dilakukan melalui: pelatihan, penyiapan rencana kegiatan, DED, pelaksanaan pembangunan, operasional dan pemeliharaan, dan penguatan kelembagaan; pengelolaan lingkungan dan monitoring lingkungan, dan;
4. Bila teridentifikasi potensi risiko terhadap keanekaragaman hayati, habitat alami dan bencana sangat tinggi dengan probabilitas terjadinya tinggi, perlu dirumuskan Rencana Kontinjensi dan SOP untuk meminimalisasi dampak.
20
21
Prosedur Pengelolaan Lingkungan dan Sosial
Proses Persetujuan Instrumen Lingkungan dan Sosial
Konsultasi dan Pengungkapan Informasi
Pembiayaan ESMF
Monitoring dan Evaluasi ESMF
2
3
4
5
1
DAFTAR ISI
22
PROSEDUR UMUM
23
PROSEDUR UMUM
Penapisan (screening) potensi dampak lingkungan dan sosial setiap kegiatan P3TB berdasarkan daftar negative list, ambang batas fisik, serta potensi dampaknya;
Menetapkan hasil penapisan;
Menetapkan jenis instrumen yang sesuai;
Menyusun instrumen;
Proses persetujuan instrumen;
Pelaksanaan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial yang telah disetujui;
1
2
3
4
5
6
7 Pemantauan pelaksanaan instrumen
24
INSTRUMEN LINGKUNGAN
Jenis instrumen lingkungan yang dipilih mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No. P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2008 serta peraturan terkait
lainnya dan kebijakan Bank Dunia yang sudah tercantum dalam ESMF.
1 AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
2 UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan Upaya Pemantauan Lingkungan)
3 SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan)/ Prosedur Standar Operasi
25
Dokumen Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (Land Acquisition and Resettlement Action Plan-LARAP)
Dokumen LARAP disusun berdasarkan Dokumen ESMF Bab 5.2 yang telah mengacu pada 2 (dua) landasan:
INSTRUMEN PENGADAAN TANAH
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan peraturan pelaksanaannya Kebijakan Bank Dunia tentang “Involuntary Resettlement” sesuai Kerangka Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (Land Acquisition and Resettlement Policy Framework-LARPF)
1
2
26
Dokumen Rencana Perlindungan Masyarakat Adat (Indigenous Peoples Plan - IPP)
Dokumen IPP disusun ESMF Bab 5.3 yang telah mengacu pada 2 (dua) landasan, yaitu:
1. Peraturan perundangan Indonesia terkait Masyarakat Adat
2. Kerangka Perencanaan Masyarakat Adat atau “Indigenous Peoples Planning Framework” (IPPF) Bank Dunia
INSTRUMEN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT
27
INSTRUMEN PERLINDUNGAN BCB (PCR-MP)
Instrumen Pengelolaan BCB adalah Rencana Pengelolaan Sumber Daya
Benda Cagar Budaya (Physical Cultural Resources Management Plan -
PCRMP).
PCRMP kegiatan P3TB harus disusun berdasarkan ESMF Bab 5.1.4 yang
ketentuannya telah mengacu pada 2 (dua) landasan, yaitu:
(1) Peraturan perundangan Indonesia terkait Pengelolaan BCB; dan
(2) Physical Cultural Resources Bank Dunia OP 4.11.
1. Berdasarkan Rencana Induk Pariwisata Terpadu (RIPT), PMU/ PIU/ pemerintah daerah dapat mengidentifikasi kebutuhan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial untuk setiap proyek/ subproyek/ kegiatan
2. Berdasarkan prioritas RIPT, PMU/ PIU/ pemerintah daerah dapat melakukan penyusunan instrumen yang diperlukan sebelum diprogramkan (pada TA sebelumnya)
3. Proses sekurangnya 1 (satu) tahun sebelumnya tersebut harus dilakukan karena instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial memerlukan proses konsultasi publik dan persetujuan
28
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN INSTRUMEN
29
CONTOH
PENETAPAN
INSTRUMEN
Yes
30
31 Lanjutan Gambar
32
1. Setiap proyek/ subproyek/ kegiatan P3TB wajib dikaji potensi dampak lingkungan dan sosialnya;
2. Jika proyek/ subproyek/ kegiatan memiliki dampak lingkungan dan sosial, maka harus diperiksa kesiapan instrumen, mencakup: • Instrumen lingkungan: AMDAL, UKL-UPL, SPPL atau SOP
• Instrumen pengadaan tanah: LARAP
• Instrumen perlindungan masyarakat adat: IPP
• Instrumen perlindungan BCB: PCR-MP
3. Jika ada instrumen yang belum siap, CPMU akan meminta PMU/ PIU/ pemerintah daerah menyusun atau melengkapi instrumen yang sesuai dengan ESMF;
4. Proyek/ subproyek/ kegiatan P3TB hanya dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi kesiapan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial
KESIAPAN INSTRUMEN
33
1. Bank Dunia akan mereviu dan memberikan persetujuan terhadap semua instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial bagi subproyek pada tahun pertama
2. Untuk tahun kedua dan seterusnya, Bank Dunia hanya akan mereviu dan memberikan persetujuan untuk subproyek yang mempunyai potensi dampak dan risiko lingkungan dan sosial yang signifikan:
• subproyek yang mewajibkan AMDAL; atau • berdampak pada Masyarakat Adat; • melibatkan relokasi atau pengadaan tanah skala besar; atau • melibatkan jumlah warga terdampak yang besar (> 200 orang); atau • subproyek yang diidentifikasikan perlu mendapat perhatian sesuai
laporan pelaksanaan ESMF yang diterbitkan oleh CPMU setiap 6 bulan
REVIEW BANK DUNIA (PRA-PELAKSANAAN)
1. Dilakukan terhadap proyek/ subproyek/ kegiatan P3TB yang sedang dilaksanakan dalam TA berjalan
2. CPMU dan Bank Dunia akan melakukan “uji tuntas” atau “due diligence” terhadap jenis, cakupan dan kualitas instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial yang telah ada, serta mengkaji pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan sosial yang dilakukan.
3. Jika pelaksanaannya belum sesuai dengan ESMF, CPMU akan meminta PMU/ PIU/ pemerintah daerah untuk membuat Rencana Aksi Perbaikan (Corrective Action Plan) Pengelolaan Lingkungan dan Sosial dengan jangka waktu yang jelas
UJI TUNTAS (PELAKSANAAN)
34
35
1. Konsultasi/ keterbukaan informasi publik harus dilaksanakan pada tahap: • penyusunan KAK-RIPT tahap pertama (sudah dilakukan pada Agt-Sep
2019)
• penyusunan dokumen ESMF termasuk KAK-RIPT (acara ini)
• penyusunan RIPT
• penyusunan instrumen subproyek/ kegiatan dan hasilnya
• Pelaksanaan dan pemantauan instrumen subproyek/ kegiatan
2. Tujuan dari konsultasi/ keterbukaan informasi publik adalah: • memberi kesempatan pemangku kepentingan menyampaikan aspirasi;
• memperoleh dukungan pemangku kepentingan
• memberi masukan terhadap instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial dan perencanaan subproyek/ kegiatan
KONSULTASI/ KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Melibatkan seluruh pemangku kepentingan
36
SYARAT KONSULTASI/ KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Sebelum konsultasi/ keterbukaan informasi publik dilakukan, para pemangku kepentingan harus diberikan informasi lengkap dan akurat mengenai uraian kegiatan serta potensi dampak lingkungan dan sosialnya, usulan mitigasi dampak;
Peserta/ pemangku kepentingan diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan harapan tanpa tekanan atau paksaan;
Masukan peserta/ pemangku kepentingan harus diakomodasi sepanjang memungkinkan dari sisi teknis, ekonomi dan sosial, serta peraturan yang berlaku
37
1. Pelaksanaan ESMF membutuhkan anggaran, terutama untuk
penyusunan instrumen lingkungan dan sosial dan pelaksanaannya;
Selain itu, pembiayaan ESMF juga dialokasikan untuk konsultasi/
keterbukaan informasi publik, penanganan pengaduan, serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaan ESMF.
2. Anggaran tersebut dapat disediakan melalui APBN, APBD Provinsi,
APBD Kabupaten/ Kota atau pinjaman Bank Dunia.
3. Pelaksanaan instrumen lingkungan dan sosial yang terkait konstruksi
fisik harus dituangkan dalam DED dan dokumen lelang, sehingga
menjadi bagian dari biaya konstruksi
PEMBIAYAAN ESMF
38
1. Pra-Pelaksanaan: CPMU akan memastikan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial telah disusun dan disetujui
2. Pelaksanaan: CPMU akan memantau pelaksanaan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial
3. Setiap 6 (enam) bulan, CPMU akan menyampaikan laporan pelaksanaan ESMF untuk Tim Koordinasi P3TB dan Bank Dunia, termasuk penilaian efektivitas ESMF dan rekomendasi untuk perubahan-perubahan yang diperlukan.
4. Berdasarkan laporan 6 (enam) bulanan tersebut, Bank Dunia akan memberikan tinjauan dan masukan kepada CPMU untuk meningkatkan kinerja P3TB dalam aspek lingkungan dan sosial.
MONITORING DAN EVALUASI ESMF
39
MONITORING DAN EVALUASI ESMF
PROSEDUR DAN INSTRUMEN
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK KATEGORI AMDAL
I. JALAN & JEMBATAN
1. Pembangunan dan/atau
perbaikan jalan tol (skala panjang
dan skala pengadaan tanah)
a. Di kota-kota besar /
metropolitan
- Panjang jalan
- Pengadaan tanah ≥ 2 km dengan ≥ 5 ha
≥ 10 ha
A
b. Di kota-kota sedang
- Panjang jalan
- Pengadaan tanah ≥ 5 km dengan ≥ 20 ha
≥ 30 ha
A
c. Di daerah pedesaan
- Panjang jalan
- Pengadaan tanah ≥ 5 km dengan ≥ 30 ha
≥ 40 ha
B
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI AMDAL
I. JALAN & JEMBATAN
2. Pembangunan jalan / perbaikan
dengan pelebaran (skala panjang
dan skala pengadaan tanah)
a. Di kota besar / metropolitan
-Panjang jalan dan keluasan areal
tanah yang harus dibebaskan
-Pengadaan tanah
≥ 5 km dengan ≥ 10 ha
≥ 30 ha
A
b. Di kota sedang
-Panjang jalan dan keluasan areal
tanah yang harus dibebaskan
-Pengadaan tanah
≥ 5 km dengan ≥ 30 ha
≥ 40 ha
B
c. In rural areas
-Panjang jalan dan keluasan areal
tanah yang harus dibebaskan
-Pembukaan lahan/Pengadaan tanah
≥ 5 km dengan ≥ 40 ha
≥ 50 ha
C
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI AMDAL
I. JALAN & JEMBATAN
3. Pembangunan underpass,
terowongan, flyover
a. Pembangunan underpass,
terowongan, flyover dan
Pembangunan jembatan
- Panjang ≥ 500 m
A
II. PASOKAN AIR BERSIH
Air minum
a. Pembangunan sistem
jaringan distribusi
- Keluasan Daerah
Pelayanan ≥ 5000 ha
B
b. Pembangunan jaringan
pipa penyalur (panjang) ≥ 40 km C
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI AMDAL
III. SANITASI 1. Pembangunan Fasilitas
Pengolahan Lumpur Tinja,
termasuk fasilitas pendukungnya
- Ukuran
- Atau kapasitas
≥ 2 ha
≥ 50 m3/hari
B
2. Pembangunan Fasilitas
Pengolahan Limbah Cair
- Ukuran
- Atau kapasitas ≥ 6 ha
≥ 2.5 ton/hari
B
3. Pembangunan sistem sanitasi
pembuangan air limbah di kota /
kawasan perumahan
- Ukuran cakupan layanan
- Debit limbah cair
≥ 500 ha
≥ 16,000 m3/hari
B
4. Pembangunan saluran drainase
(primer dan / atau sekunder) di
kawasan perumahan
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI
AMDAL
III. SANITASI
1. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Lumpur
Tinja, termasuk fasilitas pendukungnya
- Ukuran
- Atau kapasitas
≥ 2 ha
≥ 50 m3/hari
B
2. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah
Cair
- Ukuran
- Atau kapasitas
≥ 6 ha
≥ 2.5 ton/hari
B
3. Pembangunan sistem sanitasi pembuangan air
limbah di kota / kawasan perumahan
- Ukuran cakupan layanan
- Debit limbah cair
≥ 500 ha
≥ 16,000 m3/hari
B
4. Pembangunan saluran drainase (primer dan /
atau sekunder) di kawasan perumahan
a. Di kota besar /metropolitan (panjang) ≥ 5 km C
b. Di kota sedang (panjang) ≥ 10 C
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI AMDAL
IV. LIMBAH PADAT
1. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dengan tempat pembuangan /
pengurugan sampah terkendali,
termasuk fasilitas pendukungnya
- Ukuran
- Atau kapasitas total ≥ 10 ha
≥ 100,000 ton
B
2. Tempat Pembuangan Akhir di daerah
pasang surut
- Ukuran
- Kapasitas Semua ukuran dan kapasitas
B
3. Pembangunan Tempat Pembuangan
Sementara (TPS)
- Kapasitas
≥ 500 ton/hari
C
4. Pembangunan Fasilitas Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST)
- Kapasitas ≥ 500 ton/hari
C
5. Pembangunan insinerator
- Kapasitas Semua kapasitas
B
6. Pembangunan pabrik
pengomposan
- Kapasitas ≥ 500 ton/hari
C
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI AMDAL
V. SUMBER DAYA AIR
7. Pembangunan Sarana Pelindung
Kawasan Pesisir dan Perbaikan Mulut
Sungai
- Jarak secara tegak lurus dengan pantai ≥ 500 m
A
8. Pembangunan bendungan dengan
a. Tinggi di ukur dari dasar pondasi
terdalam ≥ 15 m
A
a. Daya tampung waduk ≥ 500.000 m3
C
a. Luas genangan ≥ 200 Ha C
9. Pembangunan embung atau jenis
penampung lainnyan ≥ 500.000 m3
10. Pembangunan bendungan baru
dengan luas layanan ≥ 3000 Ha
B
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN SKALA ATAU LUASNYA
KEGIATAN PROYEK
KATEGORI
AMDAL
VI. PERHUBUNGAN
11. Pembangunan Jalur Kereta Api dengan atau tanpa bangunan stasiun
a. Pada permukaan tanah (at grade), dengan panjang
-Kawasan perkotaan
-Kawasan Non Perkotaan
≥ 25 Km
≥ 40 Km
A
b. Dibawah permukaan tanah (underground) Semua besaran A
c. Diatas permukaan tanah (elevated)
-Kawasan perkotaan
-Kawasan Non Perkotaan
≥ 10 Km
≥ 25 Km
A
12. Pembangunan terminal penumpang dan terminal barang trasnportasi jalan
-Luas lahan
-Luas bangunan
≥ 5 Ha
≥ 10.000 m2
C
13. Pembangunan pelabuhan dengan fasilitas berikut:
a. Dermaga dengan bentuk konstruksisheet pile atau open pile
-Panjang
-Luas ≥ 400 m
≥ 10.000 m2
A
b. Dermaga dengan konstruksi massif
-Panjang
-Luas ≥ 200 m
≥ 3.000 m2
A
c. Penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah gelombang (break water)
-Panjang ≥ 500 m
A
d. Fasilitas terapung (loating facility) ≥ 50.000 DWT
A
14. Pembangunan Banda Udara untuk fixed wing beserta:
-Fasilitasnya, Luas Lahan
-Landasan pacu (runaway), panjang
-Bangunan Terminal, luas
≥ 100 Ha
≥ 1.800 m
≥ 10.000 m2
A
AMBANG BATAS AMDAL
JENIS KEGIATAN
Skala atau Keluasan Kegiatan Proyek
UKL-UPL (Permen PU
No.10/PRT/M/2008)
I. JALAN & JEMBATAN
1. Pembangunan Jalan Tol
a. Pembangunan Jalan Tol
- Panjang Jalan (tanpa pengadaan tanah)
<5km
b. Peningkatan jalan tol dengan pengadaan tanah
- Panjang jalan
- Tanah yang dibutuhkan
<5km
<5ha
c. Peningkatan jalan tol tanpa pengadaan tanah
- Panjang jalan
<10km
2. Pembangunan/perbaikan jalan dengan pelebaran yang membutuhkan pengadaan
tanah
a. Di kota besar/metropolitan
- Panjang jalan dan keluasan pengadaan tanah yang dibutuhkan
- Pembukaan lahan/pengadaan tanah
1km sampai <5km
2ha sampai <5ha
b. Di kota sedang
- Panjang jalan dan keluasan pengadaan tanah yang dibutuhkan
- Pembukaan lahan/pengadaan tanah
3km sampai <10km
5ha sampai <10ha
c. Di kota kecil
- Panjang jalan dan keluasan pengadaann tanah yang dibutuhkan
- Pembukaan lahan/pengadaan tanah
10km sampai <30km
10ha sampai <30ha
3. Pembangunan underpass, terowongan, flyover
a. Pembangunan underpass, terowongan, flyover
- Panjang
<2km
b. Pembangunan jembatan
- Panjang 100 sampai <500m
AMBANG BATAS UKL-UPL
JENIS KEGIATAN
Skala atau Keluasan Kegiatan Proyek
UKL-UPL (Permen PU
No.10/PRT/M/2008)
II. PASOKAN AIR BERSIH
1. Air bersih/ minum
a. Pembangunan sistem jaringan distribusi
- Ukuran Daerah Pelayanan 100ha sampai >500ha
b. Pembangunan pipa penyalur
- Daerah cakupan 1. Kota metropolitan, panjang 5km sampai 10km
2. Kota sedang sampai kecil, panjang 8km sampai 10km
c. Pasokan air dari sungai, danau dan sumber air permukaan lainnya 1. Sungai dan Danau 50 l/dtk sampai 250 l/dtk
2. Mata air 2,5 l/dtk sampai 250 l/dtk
d. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Air Minum lengkap (debit air) 50 l/dtk sampai 100 l/dtk
e. Pengambilan air tanah untuk keperluan (debit) 1. Layanan masyarakat melalui SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) 2,5 l/dtk sampai 50 l/dtk
2. Keperluan komersial lainnya 1,0 l/dtk sampai 50 l/dtk
III. SANITASI
1. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Lumpur Tinja, termasuk fasilitas pendukungnya
- Ukuran
- Atau kapasitas
<2 ha
<11 m3/hari
2. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah Cair
- Ukuran
- Pembebanan bahan organik
<3 ha
<2,4 ton/hari
3. Pembangunan sistem sanitasi pembuangan air limbah di kota / kawasan
perumahan
- Ukuran
- Atau debit limbah cair <500 ha
<16.000 m3/hari
AMBANG BATAS UKL-UPL
JENIS KEGIATAN
Skala atau Keluasan Kegiatan Proyek
UKL-UPL (Permen PU
No.10/PRT/M/2008)
IV. SUMBER DAYA AIR
1. Pembangunan Bendungan/Waduk atau Jenis Sarana Penampung
Air Lainnya
- Ketinggian bendungan
- Kapasitas - Total keluasan areal
6m sampai <15 m
300.000m3 < 500.000 m3
50 ha sampai <200 ha
2. Pembangunan Sarana Pelindung Kawasan Pesisir dan Perbaikan
Mulut Sungai - Jarak secara tegak lurus dengan pantai 10 m sampai <500 m
AMBANG BATAS UKL-UPL
PROSEDUR PENGADAAN TANAH : TAHAP PERSIAPAN
Inventarisasi awal OTDP
Membentuk Tim Persiapan untuk mempersiapkan inventarisasi awal
OTDP & Konsultasi Publik
Konsultasi Publik
di Lokasi
Setuju Tidak Setuju
Penetapan Lokasi Konsultasi & evaluasi ulang oleh tim evaluasi &
keputusan oleh Gubernur
Menerima keluhan
Membentuk Tim Evaluasi
OTDP mengajukan Gugatan ke Pengadilan Administrasi
Rencana Pengadaan Tanah Badan/Lembaga Kaji Tata Ruang
Pelaksanaan Pengadaan tanah
Merubah Lokasi
Menerima
Menolak
Menolak Keluhan
OTDP banding ke MA
Menolak
Menerima
Mencapai kesepakatan
Badan/Lembaga menyerahkan permohonan dan
Dokumen Pelaksanaan
Inventarisasi Aset & Identifikasi OTDP Menunjuk Penilai Berizin untuk melakukan
Penilaian atas Tanah & Aset OTDP
Mengumumkan hasil Inventarisasi & Identifikasi: Peta & Daftar Nominasi
Negosiasi
Tidak mencapai kesepakatan
Menyerahkan uang titipan di Pengadilan untuk OTDP
setelah ada Putusan Pengadilan Membayar Ganti Kerugian
Konstruksi
Membentuk Tim Pelaksana dan Satuan Tugas Pengadaan tanah
OTDP mengajukan gugatan ke Pengadilan
Pemantauan dan evaluasi
Diterima
OTDP mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi
Membayar Ganti Kerugian yang Diminta oleh OTDP
Ditolak
Diterima
PROSEDUR PENGADAAN TANAH : TAHAP PELAKSANAAN
HAK ORANG TERKENA DAMPAK PROYEK
ORANG YANG TERKENA DAMPAK PROYEK HAK
Pemilik tanah/aset yang kehilangan tanah dan/atau aset lainnya (termasuk bangunan, struktur, utilitas, pohon, dll.) dan kehilangan pendapatan
Ganti kerugian atas hilangnya tanah dan aset yang terkait pada kehilangan lahan lainnya berdasarkan penilaian nilai yang dilakukan oleh penilai berizin
Pemilik tanah/aset yang kehilangan sumber pendapatan atau mata pencaharian sementara atau tetap mereka
Ganti kerugian atas hilangnya sumber pendapatan atau mata pencaharian berdasarkan penilaian nilai untuk kerugian non fisik yang dilakukan oleh penilai berizin dan fasilitasi untuk perbaikan mata pencaharian
Orang yang memiliki dan menempati tempat tinggal dan struktur lainnya yang dibangun di atas tanah negara atau pemerintah tanpa hak hukum yang dapat diakui atau mengklaim tanah yang mereka tempati
Ganti kerugian untuk kehilangan tempat tinggal dan struktur lainnya, untuk sumber pendapatan atau mata pencaharian dan bantuan pemukiman kembali, berdasarkan penilaian dari penilai berizin
Pihak yang menyewa tempat tinggal dan bangunan lainnya yang dibangun di atas tanah negara atau pemerintah tanpa hak hukum yang dapat diakui atau mengklaim tanah yang mereka tempati
Proyek ini memberikan waktu yang cukup (minimal 2 bulan dari tanggal dimulainya tenggat (cut-off date)/pada saat survei sensus) agar para penyewa dapat menemukan tempat lain atau bantuan lainnya yang disepakati oleh penyewa dan instansi/ lembaga yang mungkin mencakup biaya kepindahan dan uang saku masa transisi dan bantuan mata pencaharian.
Penggarap (sharecropper) Bantuan untuk perbaikan mata pencaharian
Penghuni ilegal (squatter) Kompensasi untuk bangunan dan struktur. Bantuan untuk perbaikan mata pencaharian dan fasilitasi untuk akses pada perumahan umum dan bantuan transisi dan kepindahan, serta peningkatan pada lokasi.
Penyerobot tanah (encroacher), yaitu, orang yang menambah atau memperluas kepemilikan pribadi mereka dengan melanggar batas tanah milik pemerintah atau tanah negara
Ganti kerugian atas bangunan dan struktur. Bantuan untuk perbaikan mata pencaharian dan fasilitasi pada perumahan umum dan bantuan transisi dan kepindahan, serta peningkatan pada lokasi.
Penyerobot tanah yang memasuki kawasan proyek setelah batas waktu yang diumumkan pada publik .
Tidak berhak atas ganti kerugian apapun
JENIS LARAP
Jumlah Orang yang Terkena Dampak Proyek (OTDP) /
Pemilik Tanah Instrumen
> 200 orang (atau > 40 rumah tangga) atau menghilangkan >10%
dari aset produktif mereka, jika pengadaan tanah sama sekali
belum dilakukan
LARAP Lengkap*)
≤ 200 orang (atau > 40 rumah tangga) atau menghilangkan
≤ 10% dari aset produktif, tanpa relokasi, jika pengadaan tanah
sama sekali belum dilakukan
LARAP Sederhana**)
Dalam hal instansi/lembaga telah menyiapkan Rencana
Pengadaan Tanah (LAP) atau Rencana Tindak Pengadaan Tanah
dan Pemukiman Kembali (LARAP) sebelum penilaian
investasi/investasi fisik dilakukan
Kajian terhadap LAP atau LARAP, jika ada kesenjangan
dengan LARPF, instansi/ lembaga harus
merevisi/memperbarui dokumen-dokumen tersebut
sesuai dengan LARPF
Dalam hal instansi/lembaga yang mengajukan investasi fisik
telah mendapatkan tanah, sebagian atau seluruhnya
Studi Perunutan (Tracer Study). Jika ada kesenjangan
antara proses pengadaan tanah dan LARP, perlu disusun
suatu Rencana Tindak Korektif
Dalam hal rencana investasi fisik di kawasan lindung
direncanakan atau rekomendasi ITMP atau Rencana Sektoral
untuk melindungi sumber daya alam penting, sehingga
menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan lindung yang
mengakibatkan pembatasan akses bagi masyarakat ke taman
nasional atau kawasan lindung yang ditetapkan tersebut.
Suatu Rencana Tindak dengan mengacu pada Kerangka
Kerja Proses (Lampiran 3)
TERIMA KASIH