Transcript
Page 1: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

i

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF

H. MUZAYYIN ARIFIN

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

PUTRI ROBIAH ADAWIYAH

11140110000061

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

ii

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

iii

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

iv

Page 5: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

v

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

i

ABSTRAK

Putri Robiah Adawiyah, NIM 11140110000061 “Konsep Pendidikan Islam

dalam Perspektif H. Muzayyin Arifin”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dan solusi dari

problem-problema pendidikan Islam menurut H. Muzayyin. Jenis penelitian yang

digunakan ialah penelitian kualitatif dengan metode library research Dengan

menelaah buku-buku dari tokoh H. Muzayyin Arifin. Salah satu sumber primer

yang digunakan yaitu buku Ilmu Pendidikan Islam karya H. Muzayyin Arifin.

Dalam analisis data menggunakan deskriptif analisis dengan fokus kajian yang

dibahas dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan Islam menurut H.

Muzayyin Arifin.

Dalam skripsi ini dibahas tentang pendidikan Islam dan problema pendidikan

Islam menurut H. Muzayyin Arifin. Menurut H. Muzayyin Arifin pendidikan

Islam ini merupakan sistem pengubahan tingkah laku manusia agar menjadi

manusia yang bertanggung jawab dan beradab, sesuai dengan nilai-nilai islami.

IPTEK memang sudah menjadi tumpuan harapan bagi manusia zaman sekarang,

oleh karena itu H. Muzayyin Arifin menjawab solusi dengan mengembangkan

fitrah manusia agar manusia mempunyai tujuan pendidikan Islam dengan baik dan

tidak melenceng serta dapat tetap menjalani hidupnya sesuai dengan

perkembangan zaman sekarang dengan tidak meninggalkan IPTEK.

Kata Kunci: Pendidikan Islam, IPTEK, Fitrah

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

ii

ABSTRACK

Putri Robiah Adawiyah, NIM 11140110000061 “The Concept Islamic Education

in H. Muzayyin Arifin”, Skripsi, Departement of Islamic Education, Faculty of

Tarbiya and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah state University Jakarta,

2018.

The purpose of the study is to find out the concept islamic education in H.

Muzayyin Arifin and the solution to the problem of islamic education. The type of

research used is qualitative research with library research methode with

reviewing books of works H. Muzayyin Arifin. One of the primary sources used is

islamic education books by H. Muzayyin Arifin. In this analysis using descriptive

analysis. The focus of the study discussed in this study is the concept islamic

education in H. Muzayyin Arifin.

In this paper discussed about islamic educatin and the problem of islamic

education. In H. Muzayyin Arifin, islamic education is the system of canging

human behavior in order to be a responsible and civilized human in accordance

with islamic values. Science and teknologi has indeed become the foundation of

human hope today. So H. Muzayyin Arifin answered the solution by developing

human potential in order to have good islamic education goals and not off the

mark. And still can live his life in accordance with the development of the present

and not leave.

Kerwords: Islamic Education, Science and Technology, Nature

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

iii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الره الره بسم للاه

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, serta yang telah melimpahkan keimanan, memberikan

Nikmat sehat kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

dengan sebaik-baiknya dan semoga memberi manfaat bagi yang membacanya.

Shalawat serta salam kepada satu-satunya uswah (suri tauladan) yang baik

yaitu Nabi Muhammad SAW. Beserta para keluarganya, para sahabatnya, Tabi’in,

Tabiut’ tabiin dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama Penulisan Skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat Do’a, perjuangan,

kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai

pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. H. Abdul majid Khon, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam dan Dosen Penasehat Akademik Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

iv

4. Hj. Marhamah Saleh, Lc., M.A., Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Zaimuddin M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh

perhatian dalam memberikan Bimbingan, arahan, dan Motivasi serta Ilmu

Pengetahuan kepada Penulis. Semoga Allah Memberikan keberkahan dan

membalas semua kebaikan bapak. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu

namun tidak sedikit pun mengurangi rasa hormat dan takzim penulis,

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing penulis

selama masa kuliah di Jurusa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan

mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK) dan Bu Isti selaku staf

Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kedua orang Tua ku tercinta, yaitu H. Ahmad Juaeni dan Ibunda Siti

Khojanah yang telah merawat dengan penuh kasih sayang, yang berjuang

untuk memberikan Pendidikan yang terbaik kepada Putrinya, mendidik

dengan sabar, tulus, Ikhlas, serta memotivasi dan mendoakan penulis

dalam setiap langkahnya. Semoga Allah SWT memberkahi dan membalas

kebaikan bapak dan Ibu dengan mengkaruniakan Surga Tanpa Hisab.

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

9. Kakak-kakak dan adik-adikku, Asef Muhammad Rifat, Dalli Dahlia,

Winda Fitriana Sari, Hasbiallah, Mohammad Riziq, Muhammad Raihan,

Dinar Syihabul Millah, yang selalu membuatku semangat dengan segala

dukungan dan doa mereka.

10. Teman-teman terbaikku, Ari Noer Khoiriyyah, Nurlaila Fitriani, Iis

Meiliani, Dina Nova Yana, Rizkah Fadliah, Zahrah Nurnajmi Laila,

Luthfiah Nur Annisa, Nurul Maemunah, Mulyani Zakiyah. Mereka yang

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

v

selalu menemaniku selama perkuliahan dan memberi semangat dalam

kuliah.

11. Teman Kelas B ‘’PUKIS’’ Yang selalu sama-sama memberikan semangat

satu sama lain, sama-sama menempuh Pendidikan S1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian Skipsi ini dibuat. Seperti pepatah dikatakan tiada gading

yang tak retak, begitupun dengan pembuatan skripsi ini, penulis menyadari

dan mengakui bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, baik yang berkaitan dengan segi penulisan, susunan kalimat,

atau lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sagat penulis

harapkan dalam membangun kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bisa bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama, lebih khususnya bagi penulis

sendiri, dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 30 Oktober 2018

Penulis,

Putri Robiah Adawiyah

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAUJIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................ 8

C. Rumusan Masalah ............................................................... 9

D. Pembatasan Masalah ........................................................... 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................. 9

F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam ................................................................. 10

1. Pengertian Pendidikan Islam .......................................... 10

2. Landasan Pendidikan Islam ............................................ 14

3. Tujuan Pendidikan Islam ................................................ 18

4. Metode Pendidikan Islam ............................................... 24

B. Konsep Fitrah Manusia dalam Al-Qur’an ........................... 26

1. Pengertian Fitrah ............................................................. 26

2. Potensi-potensi Dasar Manusia ....................................... 30

3. Kaitan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam ............. 34

C. Konsep Manusia dalam Al-Qur’an ..................................... 37

1. Pengertian Manusia ........................................................ 37

2. Proses Penciptaan Manusia ............................................ 42

D. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 46

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

vii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian ................................................ 47

B. Jenis Penelitian .................................................................... 47

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 49

D. Teknik Analisis Data ........................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Biografi H. Muzayyin Arifin ............................................... 53

B. Pendidikan Islam Menurut H. Muzayyin Arifn ................... 55

C. Tujuan Pendidikan Islam menurut H. Muzayyin Arifin ...... 57

D. Metode Pendidikan Islam menurut H. Muzayyin Arifin ..... 61

E. Proses Pengembangan Fitrah Manusia ................................ 63

F. Membangun Manusia Ideal dalam Pendidikan ................... 68

G. Problem-Problem Pendidikan Islam .................................... 71

H. Solusi-solusi Pendidikan Islam............................................ 78

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 84

B. Saran .................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal era modern para pemikir dan pemimpin muslim menyadari

betapa pentingnya pendidikan sebagai upaya memajukan umat, terutama untuk

menghadapi hegemoni sosial, ekonomi dan kebudayaan barat. Dalam masyarakat

yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan

perkembangan masyarakat, ekonomi dan budaya tersebut. Oleh sebab itu,

pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta

mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya

kepada generasi penerus. Pendidikan sebagai cara paling efektif untuk

menghadapi persoalan kejumudan dan kemunduran umat selama ini. Pendidikan

Islam diharapkan bisa mengakomodasi perkembangan-perkembangan baru di

barat.1

Pendidikan merupakan upaya untuk membantu manusia memperoleh

kehidupan yang bermakna, sehingga diperoleh suatu kebahagiaan hidup baik

secara individu maupun kelompok. Sebagai proses, pendidikan memerlukan

sebuah sistem yang terprogram dan mantap, serta tujuan yang jelas agar arah yang

dituju mudah dicapai.2

Menurut Saifuddin Anshari yang dikutip oleh Azyumardi Azra bahwa

pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan) oleh

subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, dan

intuisi), dan raga objek didik dengan bahan materi tertentu, pada jangka waktu

tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada kea rah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam.3

1 Abdul Ghofur, Konstruksi Epistemologi Pendidikan Islam, Jurnal Kependidikan Islam,

Vol 2, No 2, Desember 2016, h. 239 2 Muhammad Haris, Pendidikan Islam dalam Perspektif H.M Arifin, Jurnal Ummul Qura

Vol VI, No 2, September 2015, h. 2 3 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan

Milenium III, (Jakarta: Kencana, 2014), cet. 2, h. 6

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

2

Konsep pendidikan pada era globalisasi menurut penulis, selain dengan

menanamkan nilai-nilai yang baik, harus juga disesuaikan dengan perkembangan-

perkembangan yang ada saat ini. Seperti perkembangan ilmu pengetahuan-

teknologi dan sebagainya. Sehingga dengan pendidikan yang baik, akan

mendorong peserta didik ke arah ekonomi yang lebih baik.

Namun pendidikan tersebut, harus diimbangi dengan upaya melestarikan

budaya bangsa, agar generasi kedepan memiliki rasa cinta tanah air dan tidak

terpengaruh oleh budaya luar.

Saat ini, kenyataan bahwa proses pendidikan yang ada cenderung berjalan

monoton, teacher centered, top down, mekanis, orientasi kognitif dan tujuan

pendidikan kadang telah melenceng. Tidak heran jika ada kesan bahwa praktek

dan proses pendidikan Islam steril dari konteks realitas, sehingga tidak mampu

memberikan kontribusi yang jelas terhadap berbagai problem yang muncul.

Pendidikan dianggap tidak cukup efektif memberikan kontribusi dalam

penyelesaian masalah, karena itu, banyak gagasan muncul tentang perlunya

melakukan perubahan terhadap pendidikan, termasuk melakukan perubahan

paradigma dari praktek pendidikan yang selama ini berjalan.4

Al-Quran yang merupakan sumber utama dalam Islam tak jarang

berbicara mengenai fitrah, yang secara normatif syarat dengan nilai-nilai

transendental-ilahiyah dan insaniyah. Artinya, di satu sisi memusatkan perhatian

pada fitrah manusia dengan sumber daya manusianya, baik jasmaniah maupun

ruhaniah sebagai potensi yang siap dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya

melalui proses humanisering sehingga keberadaan manusia semakin

bermakna. Di sisi lain, pengembangan kualitas sumber daya manusia tersebut

dilaksanakan selaras dengan prinsip-prinsip ketauhidan, baik tauhid rububiyah

maupun tauhid uluhiyah.

4 Tian Wahyudi, Konsep Pembelajaran Berbasis Potensi FItrah, Tesis Pada Pascasarjana

UIN Yogyakarta, h. 3

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

3

Dari pembahasan ini, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan di dalam

kelas saat ini lebih banyak berpusat pada guru sebagai sumber utama dari ilmu

pengetahuan atau disebut juga teacher centered. Dan masih banyak pula pendidik

memandang tugasnya hanya mengajar di kelas, sekadar menjalankan kewajiban

pekerjaan. Bukan mendidik untuk mengubah tingkah laku peserta didik menjadi

lebih baik, sehingga ia menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan

mengharap ridho Allah Swt.

Pandangan Islam secara global menyatakan bahwa fitrah merupakan

kecenderungan alamiah bawaan sejak lahir. Penciptaan terhadap sesuatu ada

untuk pertama kalinya dan struktur alamiah manusia sejak awal kelahirannya

telah memiliki agama bawaan secara alamiah yakni agama tauhid. Islam sebagai

agama fitrah tidak hanya sesuai dengan naluri keberagamaan manusia, bahkan

menunjang pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya. Hal ini menjadikan

eksistensinya utuh dengan kepribadiannya yang sempurna.5

Islam pada dasarnya tidak mengenal adanya perbedaan antar sesama

manusia kecuali atas dasar ketakwaannya kepada Allah dan kebaikan perilakunya

dalam kehidupan. Dengan dasar ini Islam memberi kesempatan diciptakan dari

lempung seperti tembikar, kemudian disebutkan pula ia diciptakan dari lempung

dari lumpur yang dicetak.6

Namun potensi yang dimiliki setiap manusia itu tak sepenuhnya

berkembang secara optimal, para ahli Psikologi telah memperkirakan bahwa

manusia hanya menggunakan sepuluh persen dari kemampuan yang dimilikinya

sejak lahir. Oleh karena itu, tugas orang tua dan para pelaku pendidikan, untuk

mengembangkan segala potensi yang dimiliki setiap anak agar mampu

berkembang secara optimal melalui sebuah proses pembelajaran yang efektif.7

Dari paparan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa fitrah adalah potensi

yang ada pada manusia sejak lahir dan mempunyai fitrah bermacam-macam, salah

5 Guntur Cahaya Kesuma, Konsep FItrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam,

Ijtimaiyya, Vol 6, No 2, Agustus 2013, h. 80 6 Nurul Huda, “Konsep Pendidikan Al-Fitrah dalam Al-Qur’an”, Tesis Pada Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta , h. 3-4 7 Ibid, h. 4

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

4

satunya fitrah tauhid atau fitrah beragama. Namun dalam pendidikan, fitrah

sangatlah penting untuk dikaji karena fitrah adalah potensi yang harus di gali dan

dioptimalkan melalui sistem pendidikan yang baik.

Salah satu persoalan pokok yang perlu diketahui tentang manusia sebagai

peserta didik ialah sifat-sifat dasar (pembawaan) yang dimiliki manusia ketika ia

dilahirkan. Dalam literatur Islam, masalah ini dibahas dengan topik fithrah. Para

ahli pendidikan sepakat menyatakan bahwa teori dalam pendidikan sangat

dipengaruhi dan ditentukan oleh pandangan tentang fitrah manusia.8

Tujuan pendidikan adalah untuk memfungsikan pendidikan sesuai dengan

fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk

menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan yang

berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi

peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang

dihadapi. Merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik

dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang. Pendidikan haruslah

membesarkan dan mencerdaskan warga Negara dari berbagai belenggu yang ada

sesuai dengan potensi atau fitrah manusia.9

Pandangan atau konsepsi tentang fitrah manusia ini menjadi pangkal tolak

dari teori dan pelaksanaan pendidikan. Ia menentukan apakah pendidikan

diperlukan atau tidak, apakah pendidikan berguna atau tidak. Jika diperlukan,

aspek apa saja yang perlu ditumbuhkembangkan dalam pendidikan serta

bagaimana melakukannya. Kata fitrah lalu diberi arti suci, potensi-potensi baik,

Islam, dan lain-lain. Semua kata ini merupakan beberapa aspek penting dari fitrah

manusia menurut pandangan Islam.10

Dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan

pendidikan merupakan hasil akhir dari pendidikan, namun tujuan itu harus

disesuaikan dengan fitrah yang ada agar tujuan itu tidak menyimpang. Fitrah pula

8 Abdul Basyit, Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam,

Rausyan Fikr, Vol. 13, No. 1, Maret 2017 ISSN. 1979-0074, h. 1340 9 Tian Wahyudi, “Konsep Pembelajaran Berbasis Potensi FItrah”, Tesis Pada

Pascasarjana UIN Yogyakarta, h. 5 10

Abdul Basyit, Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan

Islam, Rausyan Fikr, Vol. 13, No. 1, Maret 2017 ISSN. 1979-0074, h. 1340-1341

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

5

yang menjadi dasar penting untuk dapat mendewasakan diri dari problem-problem

pendidikan agar bisa mengatasinya dengan baik.

Adapun sifat khas yang bersumber pada bakat, besar peranannya dalam

proses pendidikan, yang sangat ideal jikalau kita dapat memberikan pendidikan

yang benar-benar sesuai dengan bakat manusia. Bakat, disposisi disebut juga

potensi dasar, masalahnya sudah sama tuanya dengan manusia itu sendiri, sejak

dahulu manusia telah berusaha menggarap masalah ini, walaupun tentu saja kalau

dipandang dari kaca mata ilmu pengetahuan modern dewasa ini hasilnya masih

sangat jauh dari memuaskan. Urgensi untuk menggarap masalah ini masih tetap

hangat hingga sekarang terlebih-lebih dalam hubungan dengan usaha pendidikan

saat ini.11

Penelitian masalah fitrah manusia sangatlah penting baik itu secara filosofis,

sosiologis maupun pedagogis. Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh

Nailah Farah dan Cucum Novianti menjelaskan bahwa Sejak zaman Mesir kuno,

Yunani, Romawi, Persia, India, cina sampai abad kita ini ahli-ahli filsafat dan

ilmu pengetahuan telah memikirkan bagaimana sebaiknya generasi muda

dipersiapkan untuk menghadapi tantangan zaman pada masa yang akan datang.12

Salah satu kekuatan penting dari pendidikan Islam, khususnya untuk

konteks Indonesia, adalah moral. Lembaga pendidikan Islam menjadi institusi

yang memiliki kepercayaan moral sangat besar yang diberikan oleh masyarakat.

Dengan kekuatan moral ini, lembaga pendidikan Islam tidak saja dianggap

menjadi medium pengembangan wawasan atau pengetahuan keislaman di

Indonesia, akan tetapi juga katup pengaman moral atas perkembangan dan atau

perubahan zaman yang bila tidak diantisipasi berpotensi memunculkan dampak

negatif bagi masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah pentingnya lembaga

pendidikan Islam dalam menyikapi permasalahan-permasalahan yang muncul di

era globalisasi ini.13

11

Naila Farah dan Cucum Novianti, Fitrah dan Perkembangan Jiwa Manusia dalam

Perspektif Al-Ghazali, Yaqhzan Vol. 2, Nomor 2, Desember 2016, h. 189-190 12

Ibid, h. 190 13

Siti Suwaibatul Aslamiyah, Problematika Pendidikan Islam di Indonesia, Alhikmah

Jurnal Studi Keislaman, Volume 3, Nomor 1, Maret 2013, h. 73

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

6

Dari paparan di atas, menurut penulis bahwa lembaga pendidikan Islam

tidak hanya untuk mewadahi ilmu keislaman saja, akan tetapi menjadi panutan

moral khususnya di Indonesia ini, sebagai penghambat dari arus globalisai yang

terdapat dampak negatifnya.

Pendidikan Islam menghadapi berbagai persoalan, salah satunya yaitu

berkaitan dengan normatif-filosofis. Lembaga pendidikan Islam belum bisa

menuntaskan model lembaga pendidikan yang adaptik terhadap perkembangan

zaman, apakah model pesantren yang lebih menampilkan watak tradisionalnya

yang mengidealisasikan masa lalu, atau model madrasah yang menampilkan

kemoderenan yang lebih pragmatis dan progresif, atau model pesantren moderen

yang lebih mengacu ke masa depan dengan tetap mempertahankan ruh

keislaman seperti yang terdapat dalam pesantren. Selain itu pendidikan Islam

masih belum dapat menemukan konsep ilmu-ilmu keislaman, apakah dengan

menggalinya dari sumber aslinya yaitu al-Qur’an dan Hadits, atau dengan adopsi

ilmu-ilmu sekuler yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits, atau

dengan mengambil konsep-konsep ilmu sekuler dan mencarikan ayat Al-Qur’an

dan Hadits untuk mengintimidasinya, atau dalam bentuk asimilasi yaitu dengan

mengambil konsep ilmu sekuler dan menyesuaikannya disana sini. Walaupun

sudah ada pemikiran ke arah Islamisasi ilmu pengetahuan, pengintegrasian

IMTAK dan IPTEK namun dalam prakteknya masih menjurus kepada dualisme-

dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum dalam kurikulum

lembaga pendidikan Islam.14

Dampak dari perkembangan dan kemajuan Iptek telah bermunculan, yang

pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual. Permasalahan

baru yang tampaknya harus segera dipecahkan oleh pendidikan Islam khususnya

adalah dehumanisasi pendidikan dan netralisasi nilai-nilai agama. Terjadinya

benturan antara nilai-nilai sekuler dengan absolutisme dari Tuhan. Akibat

rentannya pola pikir manusia teknologis yang bersifat pragmatis-relativistis

menurut pendidikan Islam harus membuktikan kemampuan dalam mengendalikan

14

Ibid, h. 76

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

7

dan menangkal dampak negatif dari Iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan

Islam serta nilai-nilai moral dalam kehidupan individual dan sosial.15

Dari paparan di atas, penulis menyimpulkan pendidikan saat ini harus

menghadapi IPTEK yang mana sangat besar pengaruh manfaatnya di zaman

sekarang, namun apabila terlalu berlebihan mengacu pada IPTEK, maka kekuatan

spiritual bangsa kita akan menurun karena mempunyai dampak yang negative

pula sehingga nilai-nilai spiritual pun menurun. Dan masih jadi permasalahan

mengenai integrasi antara IMTAK dan IPTEK saat ini agar seimbang dalam di

dunia pendidikan Islam.

Menurut Hasbullah yang dikutip oleh Zaenal Mustakim, mengatakan bahwa

adanya tuntutan modernisasi pendidikan yang menjadi ciri zaman sekarang

memiliki dimensi dan kekuatan yang sangat kuat dan dahsyat. Terjadinya evolusi

semacam ini memang dilatarbelakangi berbagai alasan, tingkat perkembangan

ekonomi, kemajuan teknologi, kebudayaan dan sistem politiknya, tidak bisa

dipungkiri bahwa inilah fenomena global yang sedang dihadapi dunia

pendidikan sekarang ini.16

Mengingat kekhawatiran akan pengaruh jangka panjang dari kemajuan

iptek yang mungkin melampaui batas, pendidikan Islam harus bertindak untuk

mencegah bahaya-bahaya yang menyertai kemajuan tersebut. Pendidikan Islam

dituntut untuk mampu menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang bermuara pada nilai-nilai Islam.17

Keyakinan diri dan kemampuan menghadapi masa depan sangat tergantung

pada bagaimana cara berpikir. Jika Islam mengajarkan bahwa Allah tidak akan

mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah apa yang ada

pada diri mereka, maka interpretasi yang paling sesuai dengan perubahan nasib

sangat tergantung pada perubahan cara berpikir. Sebab cara berpikir merupakan

salah satu hal yang paling substantif dalam diri manusia.18

Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam

saat ini menghadapi ekonomi yang maju, sains, kebudayaan dan sistem politiknya,

15

M. Slamet Yahya, Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan Iptek, Insania,

Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2006, h. 4-5 16

Zaenal Mustakim, Pendidikan Islam, Globalisasi Teknologi Informasi, dan Moralitas

Bangsa, Forum Tarbiyah, Volume 11, Nomor 1, Juni 2013, h. 39. 17

Ibid, h. 39 18

Ibid, h. 46

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

8

jika tidak di perbaharui pendidikan Islam kita, maka kita akan tertinggal jauh dari

masalah-masalah tersebut. Dan semua itu harus di kuasai dengan seluruh pikiran

dan kemampuan kita agar kita tidak tertinggal di era globalisasi ini.

Maka, dalam usaha pembaruan pendidikan Islam perlu dirumuskan secara

jelas implikasi ayat-ayat al-Qur'an dan Hadits yang menyangkut dengan

"fitrah" atau potensi bawaan, misi dan tujuan hidup manusia. Karena rumusan

tersebut akan menjadi konsep dasar filsafat pendidikan Islam. Untuk itu, filsafat

atau segala asumsi dasar pendidikan Islam hanya dapat diterapkan secara baik

jikalau kondisi-kondisi lingkungan (sosial-kultural) diperhatikan. Jadi,

apabila kita ingin mengadakan perubahan pendidikan Islam maka langkah awal

yang harus dilakukan adalah merumuskan konsep dasar filosofis pendidikan yang

sesuai dengan ajaran Islam, mengembangkan secara empiris prinsip-prinsip yang

mendasari keterlaksanaannya dalam konteks lingkungan (sosial-kultural) yang

dalam hal ini adalah masyarakat madani. Jadi, tanpa kerangka dasar filosofis dan

teoritis yang kuat, maka perubahan pendidikan Islam tidak punya fondasi

yang kuat dan juga tidak mempunyai arah yang pasti.19

Dari latar belakang di atas, maka yang akan penulis simpulkan adalah

pendidikan harus mempunyai dasar filosofis untuk memajukan dunia pendidikan

Islam dengan berbagai faktor, berawal dari fitrah itu sendiri yang harus kita

ketahui apa saja potensi-potensi yang ada pada diri sendiri. Kemudian setelah itu

mempunyai tujuan yang benar, sehingga apapun tantangnnya apalagi di dunia

pendidikan Islam saat ini kita telah kuat dengan fondasi yang ada.

B. Identifikasi Masalah

1. Pendidik belum mengetahui potensi dari setiap anak didiknya.

2. Rentannya pola pikir manusia teknologis yang pragmatis-relativistis yang

akan berakibat kurangnya nilai-nilai etika keagamaan

3. Lembaga pendidikan Islam belum bisa menuntaskan model lembaga

pendidikan yang adaptik terhadap perkembangan zaman.

19

Ibid, h. 48

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

9

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam menurut H. Muzayyin Arifin?

2. Bagaimana H. Muzayyin Arifin memandang problematika pendidikan

Islam dan solusinya?

D. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah di sini adalah resolusi yang ditawarkan H.

Muzayyin Arifin pada pengembangan pendidikan di masa depan untuk

menyelesaikan problem-problem pendidikan Islam kekinian dan yang akan

datang.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam menurut H. Muzayyin Arifin

2. Untuk mengetahui problematika pendidikan Islam dan solusinya

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian,

yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa

pengetahuan mengenai solusi pendidikan untuk menyempurnakan

pengembangan fitrah di era IPTEK dan sebagai kontribusi pemikiran bagi

dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan Islam.

2. Kegunaan Praktis

Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai konsep pendidikan

Islam dan problematika pendidikan Islam serta solusinya menurut H. M

Arifin

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

10

BAB II

KAJIAN TEORI

Di sini penulis akan membahas pengertian Pendidikan Islam, konsep

manusia dalam Al-Qur’an, konsep Fitrah, dan kaitan fitrah manusia dengan

pendidikan Islam. Adapun yang pertama penulis akan bahas yaitu pengertian

pendidikan Islam.

A. PENDIDIKAN ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Islam

Ada tiga terminologi yang digunakan para ahli untuk menunjuk

istilah pendidikan Islam, yaitu ta‟lim, tarbiyah, dan ta‟dib.

a. Ta‟lim

Kata ta‟lim merupakan masdar dari kata „allama yang berarti

pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian, pengertian,

pengetahuan dan keterampilan. Pengertian ta‟lim hanya sebatas proses

pentransferan seperangkat nilai yang ditransfer secara kognitif dan

psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif.20

Menurut Samsul Nizar, pengertian ta‟lim mengandung makna,

bahwa pendidikan merupakan proses pentransferan seperangkat

pengetahuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Dengan kekuatan

yang dimilikinya, baik kekuatan pancaindera maupun akal, manusia

dituntut untuk menguasai materi yang ditransfer. Kekuatan tersebut

berkembang secara bertahap dari yang sederhana ke arah yang lebih

baik.21

Adapun menurut Ahmad Tafsir yang mengutip Jalal, menjelaskan

bahwa ta‟lim tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah, juga tidak

hanya sampai pada pengetahuan taklid. Ta‟lim mencakup pula

pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan, dan meyuruh

melaksanakan pengetahuan itu. Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek

pengetahuan lainnya seperti keterampilan yang dibutuhkan dalam

kehidupan serta pedoman berperilaku. Pengertian ini diambil Jalal dari

20

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 86 21

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Inteletktual dan pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 106

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

11

ayat 5 surat Yunus. Ayat ini menjelaskan aspek-aspek pengetahuan seperti

ilmu falak, teknik, dan logika. 22

b. Tarbiyah

Tarbiyah berasal dari kata rabba, yarbu tarbiyatan yang memiliki

makna tambah (zad) dan berkembang (numu). Pengertian ini misalnya

terdapat dalam surat ar-rum ayat 39 yang artinya “Dan sesuatu riba

(tambahan) yang kamu berikaan agar dia bertambah pada harta manusia,

maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah”.23

Berdasarkan ayat tersebut, maka tarbiyah dapat berarti proses

menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik,

baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.24

Secara inheren, pendidikan merupakan proses penanaman nilai-

nilai kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik untuk menyatakan

pikiran serta mengembangkan totalitas dirinya. Dengan kata lain

pendidikan (Islam) merupakan proses transmisi ajaran Islam dari generasi

ke generasi berikutnya. Proses tersebut melibatkan tidak saja aspek

kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.25

c. Ta‟dib

Menurut Naquib Al-Attas yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, istilah

ta‟dib adalah istilah yang paling tepat digunakan dalam menggambarkan

pengertian pendidikan, sementara tarbiyah terlalu luas karena pendidikan

dalam istilah ini mencakup juga untuk hewan. Selanjutnya ia menjelaskan

bahwa istilah ta‟dib merupakan mashdar kata kerja addaba yang berarti

pendidikan. Dari kata addaba ini diturunkan juga kata adabun. Menurut

Al-attas yang dikutip Ahmad Tafsir, adabun berarti pengenalan dan

pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur

secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan

22

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2015), Cet.

Ke-3, h. 41 23

Ibid, h. 40 24

Ibid, h. 40 25

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Inteletktual dan pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 113

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

12

mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya

dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah,

intelektual, maupun ruhaniah seseorang.26

Dari ketiga kata tersebut yaitu ta‟lim, tarbiyah dan ta‟dib, maka

penulis menyimpulkan bahwa kata yang paling tepat untuk definisi dari

pendidikan yaitu ta‟dib. Karena ta‟dib lah yang mempunyai pengertian

secara komprehensif. Tidak hanya mentransfer ilmu saja, tidak hanya

mengasuh peserta didik saja, melainkan dapat memberikan arahan, ilmu,

serta keterampilan dan dapat mengetahui dan memahami mana yang baik

dan mana yang buruk.

Pendidikan dari segi istilah menurut Hasan Langgulung yaitu

“suatu Proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk

menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang

yang sedang dididik”.

Menurut Azyumardi Azra “pendidikan adalah proses pemindahan

nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.”27

Sedangkan menurut M. Kanal Hasan yang dikutip oleh Samsul

Nizar, bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses yang komprehensif

dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang

meliputi intelektual, spiritual, emosi, dan fisik. Sehingga seorang muslim

disiapkan dengan baik untuk melaksanakan tujuan kehadirannya di sisi

Tuhan sebagai hamba dan wakil-Nya di muka bumi.

Adapun menurut Marimba yang dikutip oleh Ahmad Tafsir,

pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.28

26

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2015), Cet.

Ke-3, h. 39 27

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1999), h. 5 28

Op.cit, h. 34

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

13

Sedangkan pendidikan dalam wacana keislaman lebih popular

dengan istilah Tarbiyah, Ta‟lim, dan Tadib. Masing-masing istilah tersebut

memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian disebut secara

bersamaan. Namun kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika

disebut salah satunya, sebab beberapa buku pendidikan Islam, semua

istilah itu digunakan secara bergantian guna memiliki peristilahan

pendidikan Islam.29

Pendidikan disebut sebagai suatu proses belajar mengajar, karena

pendidikan selalu melibatkan seorang guru yang berperan sebagai tenaga

pengajar dan murid sebagai suatu kajian ilmiah karena pendidikan dapat

dijadikan salah satu objek penelitian ilmiah. Objeknya juga banyak, mulai

dari fakta dan kenyataan pendidikan yang terjadi di lapangan, sampai

telaah filosofi sebagai acuan pengembangan keilmuannya. Sedangkan

pendidikan sebagai suatu lembaga yang disebut sekolah, madrasah, atau

lembaga perguruan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar.30

Adapun menurut Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, hasil seminar

pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 dirumuskan pendidikan Islam

dengan :”Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut

ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.” Upaya

pendidikan dalam pengertian ini diarahkan pada keseimbangan antara

pemenuhan kebutuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, melalui

bimbingan, pengarahan, pengajaran, pelatihan, pengasuhan, pengawasan,

yang kesemuanya dalam koridor ajaran Islam.31

Menurut Syariati yang dikutip oleh Azyumardi Azra, Jika dikaji

lebih jauh, di balik semua pengertian pendidikan Islam di atas terkandung

pandangan dasar Islam berkenaan dengan manusia dan dignifikansi

29

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 21-22 30

Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 13 31

Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014),

cet. Ke-4, h. 14

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

14

dengan ilmu pengetahuan. Manusia, menurut Islam adalah makhluk Allah

yang paling mulia dan unik. Ia terdiri dari jiwa dan raga yang masing-

masingnya mempunyai kebutuhan tersendiri. Manusia dalam pandangan

Islam adalah makhluk rasional, sekaligus pula mempunyai hawa nafsu

kebinatangan. Ia mempunyai organ-organ kognitif semacam hati, intelek,

dan kemampuan fisik, intelektual, pandangan kerohanian, pengalaman,

dan kesadaran. Dengan berbagai potensi semacam itu, manusia dapat

menyempurnakan kemanusiaannya sehingga menjadi pribadi yang dekat

dengan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dapat pula menjadi makhluk paling

hina karena dibawa kecenderungan hawa nafsu dan kebodohannya.32

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa pendidikan adalah usaha pendidik dalam membimbing, mengasuh,

membina seseorang untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani

seperti mengembangkan pengetahuan, keterampilan, emosi, fisik dan yang

paling penting menjadikan manusia yang berkepribadian baik.

2. Landasan Pendidikan Islam

Yang dimaksud dengan landasan atau dasar pendidikan adalah

pandangan hidup yang melandasi seluruh aktivitas pendidikan. Karena

dasar menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan

landasan pandangan hidup yang kokoh dan komprehensif, serta tidak

mudah berubah. Hal ini karena telah diyakini memiliki kebenaran yang

telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang

dijadikan dasar pendidikan itu bersifat relatif dan temporal, maka

pendidikan akan mudah terombang-ambing oleh kepentingan dan tuntutan

sesaat yang bersifat teknis dan pragmatis.33

Selanjutnya karena pandangan hidup seorang muslim berdasarkan

pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka yang menjadi dasar dasar pendidikan

Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah tersebut. Hal yang demikian

32

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan

Milenium III, (Jakarta: Kencana, 2014), cet. Ke-2, h.7 33

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 59

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

15

dilakukan karena dalam teologi umat Islam, Al-Qur’an dan Sunnah

diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transendental,

universal dan eternal (abadi), sehingga secara akidah diyakini oleh

pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi

kebutuhan manusia kapan dan di mana saja.34

Namun menurut Abdul Fattah Jalal yang dikutip oleh Samsul

Nizar, ia membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam, yaitu

pertama, sumber ilahi, yang meliputi al-Qur’an, Hadits, dan alam semesta

sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber

insaniah, yaitu lewat proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul

dari kajian lebih lanjut terhadap sumber ilahi yang masih bersifat global.

Al-Qur’an, Hadits, dan Ijitihad dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya

kepada Nabi Muhammad bagi seluruh umat manusia. Al-qur’an

merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal.

Keuniversalan ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan

sekaligus merupakan mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti,

kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.35

Al-Qur’an dijadikan sumber pendidikan Islam yang pertama

dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari

Tuhan. Allah SWT menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik

manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-

Nya. Tidak satu pun persoalan, termasuk persoalan pendidikan, yang

luput dari jangkauan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surat al-

An’am ayat 38 dan surat an-Nahl ayat 89:

34

Ibid, h. 60 35

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 95

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

16

“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga)

seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab

“Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap

umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami

datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat

manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar

gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.

Dua ayat di atas memberikan isyarat bahwa pendidikan Islam

cukup digali dari sumber autentik Islam, yaitu Al-qur’an.36

Isinya mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu

menyentuh seluruh potensi manusia baik itu motivasi untuk

mempergunakan pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi

kepentingan formulasi lanjut pendidikan manusia (pendidikan Islam),

motivasi agar manusia mempergunakan akalnya, lewat tamsilan-

tamsilan Allah SWT. dalam Al-Qur’an maupun motivasi agar manusia

mempergunakan hatinya untuk mampu mentransfer nilai-nilai

pendidikan Ilahiyah, dan lain sebagainya. Kesemua proses ini

merupakan sistem umum pendidikan yang ditawarkan Allah SWT

dalam Al-Qur’an, agar manusia dapat menarik kesimpulan dan

36

Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014),

cet. Ke-4, h. 32-33

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

17

melaksanakan kesemua petunjuk tersebut dalam kehidupannya sebaik-

baik mungkin.37

Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan terlengkap yang

mencakup kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), spiritual

(kerohanian), material (kejasmanian), dan alam semesta. Al-Qur’an

merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak

akan pernah mengalami perubahan. Al-Qur’an merupakan pedoman

normatif-teoritis yang masih memerlukan penafsiran lebih lanjut

terhadap pelaksanaan operasional pendidikan Islam.38

b. Hadits

Kesemua contoh yang telah ditunjukkan Nabi, merupakan

sumber dan acuan yang dapat digunakan umat Islam dalam seluruh

aktivitas kehidupannya. Hal ini disebabkan meskipun secara umum

bagian terbesar dari syariah Islam telah terkandung dalam al-Qur’an,

namun muatan hukum yang terkandung, belum mengatur berbagai

dimensi aktivitas kehidupan ummat secara terperinci dan analitis.

Menurut Robert L. Gullick sebagaimana disitir oleh Jalaluddin

Rahmat yang dikutip pula oleh Samsul Nizar, mengakui akan

keberadaan Nabi sebagai seorang pendidik yang paling berhasil dalam

membimbing manusia ke arah kebahagiaan kehidupan, baik di dunia

maupun akhirat. Proses yang ditunjukkan nabi ini dapat dijadikan

acuan dasar dalam pelaksanaan pendidikan Islam.39

c. Ijtihad

Ijtihad secara bahasa berarti berusaha secara sungguh-sungguh.

Sementara itu, Umar Shihab yang dikutip oleh Sri Minarti

mendefiniskan ijtihad dengan kesulitan atau kesusahan. Lebih lanjut ia

mendefiniskan ijtihad dengan segala daya dan upaya yang mengarah

pada pengkajian, baik pengkajian dalam ilmu hukum, ilmu kalam,

37

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h.96 38

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), h.44 39

Op.cit, h. 98

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

18

maupun ilmu tasawuf. Semuanya itu dikategorikan sebagai ijtihad.

Dengan demikian, orang yang terjun dalam pengkajian itu disebut

mujtahid.40

Dalam dunia pendidikan, sumbangan ijtihad dalam ikut secara

aktif menata sistem pendidikan yang dialogis, cukup besar peranan dan

pengaruhnya. Umpamanya dalam menetapkan tujuan pendidikan yang

ingin dicapai. Meskipun secara umum rumusan tujuan tersebut telah

disebutkan dalam al-Qur’an, akan tetapi secara khusus, tujuan-tujuan

tersebut memiliki dimensi yang harus dikembangkan sesuai dengan

tuntunan kebutuhan manusia pada suatu periodesasi tertentu, yang

berbeda dengan masa-masa sebelumnya.41

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari ketiga sumber

tersebut ialah bahwa pendidikan harus mempunyai landasan. Terutama

untuk kaum Muslim. Karena agar dapat terarah dalam segala

kehidupannya. Tidak hanya berpegang pada Al-Qur’an, tetapi juga

hadits, karena hadits pula yang merupakan sebab Nabi berhasil

membimbing seluruh umatnya untuk menjadi manusia yang berakhlak

mulia. Ijtihad juga merupakan landasan penting bagi pendidikan,

karena dengan ijtihad, seseorang tidak salah langkah dalam

memutuskan hal yang belum ditemui permasalahannya di Al-Qur’an

maupun hadits.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud, atau haluan. Dalam

bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan “ghayat, maqashid”. Secara

terminologi tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah

sebuah usaha atau kegiatan selesai”.42

Menurut HAMKA, tujuan pendidikan Islam adalah mengenal dan

mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia,

40

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 55-56 41

Ibid, h 57 42

Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h.

15

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

19

serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna

di tengah-tengah komunitas sosialnya. Tujuan pendidikan sesungguhnya

lebih berorientasi pada transinternalisasi ilmu kepada peserta didik agar

mereka menjadi insan yang berkualitas, baik dalam aspek keagamaan

maupun sosial. Dalam arti lain, tujuan pendidikan Islam yang dibangunnya

bukan hanya bersifat internal bagi peserta didik guna memiliki sejumlah

ilmu pengetahuan dan mengenal Khaliknya, akan tetapi juga secara

eksternal mampu hidup dan merefleksikan ilmu yang dimiliki bagi

kemakmuran alam semesta.43

Adapun menurut Imam al-Ghazali yang dikutip Armai Arief,

tujuan pendidikan Islam diklasifikasikan menjadi dua:

a. Membentuk insan purna yang akhirnya mendekatkan diri kepada Allah

SWT

b. Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.

Dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menurut Imam

al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrowi namun duniawi. Karena itu al-

Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam sistem pendidikannya bagi

perkembangan dunia. Dan dunia hanya sebagai jalan menuju kebahagiaan

hidup di akhirat untuk bekal nanti.44

Tujuan pendidikan yang paling sederhana adalah “memanusiakan

manusia” atau “membantu manusia menjadi manusia”. Menurut Naquib

al-Attas yang dikutip oleh Heri Gunawan menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah “manusia yang baik”. Kemudian Marimba

menyatakan tujuan pendidikan Islam adalah terciptanya orang yang

berkepribadian muslim.45

43

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Inteletktual dan pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 117 44

Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h.

22 45

Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 10

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

20

Menurut Langgulung tujuan pendidikan adalah tujuan hidup

manusia itu sendiri, sebagaimana yang tersirat dalam peran dan

kedudukannya sebagai khalifatullah dan abdullah. Oleh karena itu,

menurutnya tugas pendidikan adalah memelihara kehidupan manusia agar

dapat mengemban tugas dan kedudukan tersebut. Dengan demikian, tujuan

pendidikan menurut Langgulung adalah membentuk pribadi “khalifah”

yang dilandasi dengan sikap ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan

sebagaimana hamba Allah.

Menurut Muhammad Quthub yang dikutip oleh Ahmad Tafsir,

tujuan pendidikan adalah bahwa tujuan lebih penting dari pada sarana

pendidikan. Sarana pendidikan selalu berubah dari masa ke masa dan dari

generasi ke generasi. Namun tujuan tidak akan berubah. Yaitu tujuan yang

umum, berbeda dengan tujuan khusus yang masih bisa berubah sesuai

kondisinya.

Dan menurutnya pula, tujuan pendidikan adalah manusia yang

takwa. Itulah manusia yang baik menurutnya. Itu diambilnya dari Al-

Quran surat al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Manusia takwa ialah manusia yang selalu beribadah kepada Allah

(al-Dzariyat:56); manusia yang selalu menuruti ajaran Allah (al-

Baqarah:38); singkatnya, manusia yang memenuhi syarat untuk menjadi

khalifah di bumi al-Baqarah:30

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

21

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui."

Syarat menjadi khalifah Allah di bumi adalah harus bisa bekerja sesuai

kehormatan yang diberikan Tuhan kepadanya, tidak boleh turun derajatnya

dari derajat kemanusiaan ke derajat makhluk lain, harus memiliki kemampuan

untuk menjadi khalifah yang bertugas membangun bumi sesuai dengan wahyu

Allah.46

Menurut Al-Syaibani yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, menjabarkan

tujuan pendidikan sebagai berikut:

a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan berupa

pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-

kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia maupun akhirat.

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku

masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan

kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran

sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai kegiatan

masyarakat.47

Namun menurut Samsul Nizar, tahap-tahap tujuan pendidikan Islam

itu dapat dikelompokkan kepada 3 tahap:

a. Tujuan tertinggi

Orientasi tujuan ini bersifat mutlak dan tidak mengalami perubahan serta

berlaku secara umum bagi seluruh umat Islam, tanpa terbatasi oleh

tetitorial-geografis dan ideologi yang dianut oleh negaranya.48

b. Tujuan Umum

Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan

filosofis, maka tujuan umum yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam

46

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya: 1992), cet. Ke-7, h. 48 47

Ibid, h. 49 48

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 115

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

22

lebih bersifat empirik-realistik. Tujuan umum merupakan bagian dari

tujuan tertinggi, yang berfungsi sebagai pemberi arah kemana operasional

pendidikan Islam itu akan dilakukan.49

c. Tujuan Khusus

Orientasi tujuan khusus di sini merupakan operasionalisasi dari tujuan

umum dan tujuan tertinggi pendidikan Islam. Bentuknya operasional dan

mudah dilakukan evaluasi. Sifatnya elastik dan adaptik sesuai dengan

tuntutan dan perkembangan zaman, tanpa melepaskan diri dari nilai-nilai

Ilahi sebagai tujuan tertinggi yang harus diraihnya. Mekanisme dan sistem

nilai inilah yang membedakan antara pendidikan Islam dengan pendidikan

umum lainnya.50

Tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah. Ibadah dalam

arti yang luas. Yaitu yang mencakup semua hal; amal, pikiran, dan perasaan

yang disandarkan kepada Allah. Ibadah mencakup jalan hidup yang mencakup

seluruh aspek kehidupan seperti perkataan, perbuatan, perasaan, dan

pemikiran yang disandarkan kepada Allah. Dalam hal inilah maka tujuan

pendidikan Islam harus mempersiapkan manusia agar mampu beribadah

sebagaimana yang dimaksud, agar menjadi hamba yang bertakwa sehingga

akhirnya jika ia mati, maka ia akan dalam keadaan Islam serta mendapat ridho

Allah SWT.51

Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Nur Uhbiyati bahwa

tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu kepribadian seseorang untuk

menjadi insan kamil dengan takwa, insan kamil artinya manusia yang utuh

rohani dan jasmaninya, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal

karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan

Islam diharapkan menghasilkan manusia bermanfaat bagi dirinya dan

49

Ibid, h.116 50

Ibid, h. 117-118 51

Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2014),h. 12

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

23

mengamalkan serta dapat mengambil manfaat yang semakin manfaat dari

alam semesta ini untuk bekal di akhirat nanti.52

Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta betanggung

jawab. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan pengejawantahan dari dasar

pendidikan nasional.

Dalam perspektif Islam, dasar dan tujuan pendidikan nasional di atas

secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk

pribadi seseorang yang paripurna. Pribadi tersebut menunjukkan terwujudnya

esensi manusia, yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk

bermoral, dan makhluk yang bertuhan. Citra pribadi itu disebut manusia

paripurna.

Manusia yang sempurna yaitu manusia yang memahami Tuhannya,

diri dan lingkungannya. Jadi, pendidikan akan mencapai tujuan jika terdapat

nilai-nilai humanis tersebut masuk dalam dirinya serta dapat bermanfaat bagi

sesama. Peserta didik yang selalu belajar, akan menjadi manusia yang cerdas,

kreatif, hati yang bersih, tingkat spiritual, kekuatan dan kesehatan fisik yang

prima. Semua keunggulan itu akan diabdikan kepada Tuhannya dan untuk

memberi manfaat kepada diri sendiri dan orang lain.53

Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia

menciptakan manudia dengan tujuan untuk menjadi khalifah di muka bumi

melalui ketaatan-Nya. Untuk mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan

hidayah serta berbagai fasilitas alam semesta kepada manusia. Artinya,

manusia dapat memanfaatkan alam semesta ini sebagai sarana merenungi

kebesaran Pencipta-Nya. Hasil perenungan itu memotivasi manusia untuk

lebih menaati dan mencintai Allah. Di sisi lain Allah memberikan kebebasan

kepada manusia untuk memilih pekerjaan mana yang akan dipilih manusia,

52

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-2, h.

41 53

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-ruzz

Media, 20016), cet. Ke-3, h. 25-26

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

24

kebaikan atau keburukan. Namun, melalui para Rasul, Allah memberikan

petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata

untuk beribadah kepada Allah.54

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah menjadi khalifah di muka bumi dan menjadi

hamba hamba Allah dengan sebaik-baiknya. Dengan didasari proses

pendidikan yang menghasikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain dan alam

semesta. Serta mengharap ridho Allah dan mempunyai bekal di akhirat nanti.

4. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam

melaksanakan proses belajar. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan

cara menarik yang mampu membangkitkan minat siswa untuk melaksanakan

pembelajaran.

Menurut Sutikno (2014: 33-34) metode secara harfiah berarti

“cara”. Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai

untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “pembelajaran” berarti segala upaya

yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta

didik. Jadi, metode pembelajaan adalah cara-cara menyajikan materi

pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada

diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hamzah dan Nurdin (2011: 7),

mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru

dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan

kebutuhan akan dapat menentukan keberhasilan dalam menyampaikan

pembelajaran.

Komalasari (2010: 56) menyatakan bahwa metode pembelajaran

dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan metode secara spesifik. Misalnya, penggunaan

metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak

54

Abdurrahman An-nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 116-117

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

25

membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda

dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya

terbatas. Demikian pula dengan metode diskusi, perlu digunakan teknik

yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang

siswanya tergolong pasif. Metode pembelajaran adalah cara konkret yang

dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti

teknik pembelajaran meskipun dalam koridor metode yang sama.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran adalah suatu cara dan upaya yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan sebuah pembelajaran yang ditampilkan

secara praktis. Tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal dengan

metode pembelajaan yang tepat dan menarik yang dapat membangkitkan

minat siswa dalam belajar.

a. Macam-macam Metode Pembelajaran

Ada banyak macam metode yang dapat dipakai oleh guru

dalam proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Pribadi (2009: 42), bahwa pemilihan metode yang tepat dapat

membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran atau melakukan

internalisasi atau materi pembelajaran.

Macam-macam metode menurut Sutikno (2014: 39), antara

lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode

diskusi kelompok, metode demonstrasi, metode permainan (games),

metode kisah/cerita, team teaching, peer teaching, metode karya

wisata, metode tutorial, metode suri tauladan, metode kerja kelompok,

metode penugasan, brain storming (curah pendapat), metode latihan,

metode eksperimen, metode pembelajaran dengan modul, metode

praktik lapangan, micro teaching, dan metode simposium.

Siswa lebih dapat berinteraksi secara aktif dengan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa melalui metode

pembelajaran yang digunakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Budimansyah (2010: 5), bahwa arsitek pengubah gagasan peserta didik

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

26

adalah siswa itu sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

penyedia kondisi supaya proses belajar bisa berlangsung.

B. Konsep Fitrah Manusia dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Fitrah

Kata fitrah berasal dari kata fathara yang berarti menjadikan. Kata

tersebut berasal dari akar kata al-fathr yang berarti belahan atau pecahan.55

Adapun dalam buku Abdul Rahman Shaleh, fathr adalah bagian

dari khalq (penciptaan) Allah. Merujuk pada pernyataan tersebut dapatlah

dipahami bahwa fitrah manusia adalah kejadian sejak semula atau bawaan

sejak lahir yakni potensi beragama yang lurus. Dari sini timbul pertanyaan

apakah fitrah manusia hanya terbatas pada fitrah keagamaan? Jelas tidak,

oleh karena itu tepatlah apa yang dinyatakan oleh Muhammad bin Askar,

sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab dan dikutip ulang oleh Abdul

Rahman Shaleh, beliau mengatakan: “fitrah adalah bentuk dan sistem yang

diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan

manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan

dengan jasmani dan akalnya (serta rohnya).”56

Bila makna fitrah dikaitkan pada manusia dengan merujuk surat

30:30, secara umum, para pemikir muslim cenderung memaknainya

sebagai potensi manusia untuk beragama (tauhid ila Allah). Dipihak lain,

ada juga yang memaknai fitrah sebagai iman bawaan yang telah diberikan

Allah sejak manusia berada dalam alam rahim. Pendapat ini merujuk pada

surat 7:172. Ketika kedua pandangan di atas dikembangkan lebih lanjut

dalam dataran pendidikan, secara umum hanya pendapat kelompok

pertama yang dapat diterima. Hanya saja dalam batasan bahwa begitu

pentingnya eksistensi agama sebagai kebutuhan asasi. Akan tetapi secara

khusus, bila pemaknaan tersebut dimaksudkan sebagai potensi beragama

sebagai iman bawaan manusia, agaknya belum bisa

55

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 73 56

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), cet. Ke-5, h. 61-62

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

27

dipertanggungjawabkan. Sebab makna tersebut belum dapat merangkum

makna esensial fitrah manusia secara utuh. Sebab, makna fitrah di atas

memiliki kecenderungan manusia bersikap pasif dan fatalis.57

Pada pengertian lain interpretasi fitrah secara etimologis berasal

dari kata fathara yang sepadan dengan kata khalaqa dan ansya‟a

digunakan dalam Al-Quran untuk menunjukkan pengertian mencipta,

menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada dan masih merupakan

pola dasar yang perlu penyempurnaan. Dalam kamus al-Munjid

diterangkan bahwa makna harfiah dari fitrah adalah al-Ibtida‟u wa al

ikhtira‟u, yakni al shifat allati yattashifu biha kullu maujudin fi awwali

zamani khalqihi. Makna lain adalah shifatu al insani al thabi‟iyah. Lain

daripada itu ada yang bermakna al dinu wa al sunnah.

Menurut Guntur Cahaya Kusuma yang megutip dari Abu A’la al-

Maududi mengatakan bahwa manusia dilahirkan di bumi ini oleh ibunya

sebagai muslim (berserah diri) yang berbeda-beda ketaatannya kepada

Tuhan, tetapi di lain pihak manusia bebas untuk menjadi muslim atau non

muslim. Sehingga ada hubungannya dalam aspek terminologi fitrah selain

memiliki potensi manusia beragama tauhid, manusia secara fitrah juga

bebas untuk mengikuti atau tidaknya ia pada aturan-aturan lingkungan

dalam mengaktualisasikan potensi tauhid (ketaatan kepada Tuhan) itu,

tergantung seberapa tinggi tingkat pengaruh lingkungan positif serta

negatif yang mempengaruhi diri manusia secara fitrahnya.58

Menurut Al-Qurtubi yang dikutip oleh Saryono mengatakan bahwa

fitrah bermakna kesucian jiwa dan rohani. Fitrah di sini adalah firman Allah

SWT yang ditetapkan kepada manusia, yaitu bahwa manusia sejak lahir

dalam keadaan suci dalam artian tidak memiliki dosa.59

57

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 73-74 58

Guntur Cahaya Kesuma, Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam,

(Ijtimaiyya, Vol. 6, No. 2, 2013), h. 80-81 59

Saryono, Konsep FItrah dalam Perspektif Islam,( Jurnal Studi Islam, Volume 14,

Nomor 2, Desember 2016), h. 163

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

28

Menurut Toni Pransiska yang mengutip Louis Ma’luf dalam kamus

Al-Munjid, menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap

yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia, agama, sunnah.

Sedangkan Menurut imam Al-Maraghi, fitrah adalah kondisi dimana

Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran

dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.

Secara etimologi, Fitrah berarti Al-Khilqah (naluri, pembawaan)

dan al-thabi‟ah (tabiat, watak, karakter) yang diciptakan Allah swt pada

manusia. Fitrah juga terambil dari kata al-fathr yang berarti syaq

(belahan). Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain pencipta

atau kejadian. Berbagai interpretasi dari makna fitrah menurut Toni

Pransiska adalah:

a. Fitrah berarti Suci (thuhr) Menurut Al-Auza’iy, fitrah adalah kesucian,

dalam jasmani dan rohani. Akan tetapi, dalam konteks pendidikan,

kesucian adalah kesucian manusia dari dosa waris, atau dosa asal. b. Fitrah berarti Islam (dienul Islam). Abu Hurairah berpendapat bahwa

yang dimaksud dengan fitrah adalah agama. Oleh karena itu, anak kecil

yang meninggal dunia akan masuk surga, karena ia dilahirkan dengan

dienul Islam walaupun ia terlahir dari keluarga non muslim. c. Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah (at-tauhid). Manusia lahir

dengan membawa konsep tauhid, atau paling tidak ia berkecenderugan

untuk meng-Esa-kan Tuhannya dan berusaha terus mencari

untuk mencapai ketauhidan tersebut. d. Fitrah berarti murni (al-ikhlash). Manusia lahir dengan berbagai sifat

Salah satu diantaranya adalah kemurnian (keikhlasan) dalam

menjalankan suatu aktivitas. e. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang mempunyai

kecenderungan untuk menerima kebenaran.60

Adapun dalam buku Ilmu Pendidikan Islam menurut Novan Ardy

Wiyani dan Barnawi, fitrah merupakan keutamaan yang diberikan oleh Allah

kepada manusia yang menjadi potensi manusia yang educable. Potensi

tersebut bersifat kompleks yang terdiri atas ruh, (ruh), qalb (hati), „aql (akal),

dan nafs (jiwa), potensi-potensi tersebut ruhaniah atau mental-psikis. Selain

60

Toni Pransiska, konsep Fitrah Manusia dalam Perspektif Islam dan Implikasinya

dalam pendidikan Islam Kontemporer, (Jurnal Ilmiah Didaktika, Volume 17, Nomor 1, Agustus

2016), h. 7

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

29

itu, manusia juga dibekali potensi fisik-sensual berupa seperangkat alat indera

yang berfungsi sebagai instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai

peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, fitrah merupakan

konsep dasar manusia yang ikut berperan dalam membentuk perkembangan

peserta didik disamping lingkungan.61

Fitrah yang bersifat potensial tersebut harus dikembangkan secara

faktual dan aktual. Untuk melakukan upaya tersebut. Islam memberikan

prinsip-prinsip dasarnya berupa nilai-nilai islami sehingga pertumbuhan

potensi manusia terbimbing dan terarah. Dalam proses inilah, faktor

pendidikan sangat besar perananya, bahkan menentukan bentuk corak

kepribadian sesorang. Tampaknya, itulah yang menjadikan Nabi Muhammad

SAW. menjadikan umatnya untuk mencari ilmu.62

Agama asli umat manusia adalah menyembah Allah Swt. hal ini

berkaitan dengan suatu keyakinan kaum muslimin yang berdasarkan dari

keterangan al-Quran bahwa manusia setelah diciptakan membuat sebuah

perjanjian atau ikatan dengan Tuhan. Sebagaimana dilukiskan pada ayat 172

dari surat al-A’raf, Allah telah menyatakan tentang fitrah itu. Ketika manusia

belum dilahirkan di muka bumi, Allah telah bertanya: “Bukankah Aku ini

Tuhan kamu? Semua menjawab; Pasti! Kami berikan kesaksian”. Jadi,

akidah tauhid itulah fitrah manusia. Merujuk kepada ayat tersebut dapat

dikatakan, sesungguhnya manusia telah bertauhid sejak ia di alam arwah. Hal

ini juga bermakna, Allah menciptakan manusia dengan kodrat yang hanif,

memihak kepada kebenaran, sebagaimana juga Islam diciptakan atas kodrat

yang hanif atau sesuai dengan fitrah manusia, sehingga tidak ada alasan bagi

manusia untuk tidak mengimani dan mengamalkan ajaran Islam.63

Dari beberapa pengertian fitrah di atas, penulis menyimpulkan bahwa

fitrah adalah potensi dasar yang dimiliki manusia seperti potensi agama,

61

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Arruz Media,

2016), cet. Ke-3, h.41. 62

Ibid, h.41 63

Saryono, Konsep Fitrah dalam Perspektif Islam,( Jurnal Studi Islam, Volume 14,

Nomor 2, Desember 2016), h. 165

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

30

iman, menginginkan dan menerima kebenaran, mempunyai Tuhan serta

ikhlas dengan apa yang telah ia punya dari pencipta-Nya. Dengan didukung

oleh ruh, hati, jiwa manusia yang ada dalam dirinya. Kesemua itu tidak lain

untuk menjalani kehidupan yang tidak akan goyah karena sudah didasari oleh

fitrah-fitrah tersebut, baik dalam kehidupan untuk dirinya maupun kehidupan

atau bersosialisasi dengan lingkungannya.

2. Potensi-potensi Dasar Manusia

Potensi-potensi yang dimaksud, di samping agama, menurut Ibn

Taimiyah sebagaimana disitir Juhaja S. Praja dan dikutip oleh Samsul Nizar,

pada diri manusia juga memiliki setidaknya ada tiga potensi fitrah, yaitu:

a. Potensi intelektual, yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia

dapat membedakan nilai baik dan buruk. Dengan daya intelektualnya,

manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan Tuhannya.64

b. Potensi ofensif, yaitu potensi dasar yang dimiliki manusia yang mampu

menginduksi obyek-obyek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi

kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah secara serasi dan

seimbang.65

c. Potensi defensif, yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia

dari segala perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, di

antara ketiga potensi tersebut, di samping agama, potensi akal menduduki

posisi sentral sebagai alat kendali dua potensi lainnya. Dengan demikian,

akan dapat teraktualisasikannya seluruh potensi yang ada secara maksimal,

sebagaimana yang disinyalir oleh Allah dalam kitab dan ajaran-ajaran-

Nya. Pengingkaran dan pemalsuan manusia akan posisi potensi yang

dimilikinya itulah yang akan menyebabkannya melakukan perbuatan

amoral.66

Dalam batasan ini, terlihat pengertian fitrah diartikan sebagai potensi

yang diberikan Allah kepada manusia. Dengan potensi tersebut, manusia

64

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 76-77 65

Ibid, h. 76-77 66

Ibid, h. 76-77

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

31

mampu melaksanakan amanat yang dibebankan oleh Allah kepadanya. Potensi

tersebut meliputi potensi seluruh dimensi manusia. Dalam konteks ini sebagai

contoh dari sekian banyak potensi yang dimiliki manusia diantara potensi

tersebut adalah: pertama, potensi berjalan tegak dengan menggunakan kedua

kaki, merupakan bentuk potensi jasadiah. Kedua, kemampuan manusia untuk

menarik suatu kesimpulan dari sejumlah premis, merupakan bentuk potensi

akliahnya. Ketiga, kemampuan manusia untuk dapat merasakan senang,

nikmat, sedih, bahagia, tenteram, dan sebagainya, merupakan bentuk potensi

rohaniahnya.67

Kemudian dalam buku Psikologi menurut Abdul Rahman Shaleh,

potensi manusia sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an melalui kisah Adam

dan Hawa (Q.S 2:30-39) bahwa sebelum kejadian Adam, Allah telah

merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan di bumi.

Untuk maksud tersebut Allah memberikan akal dan rohani. Dengan akal dan

rohani inilah Allah memberikan beberapa potensi kepada manusia, di

antaranya:

1) Potensi untuk mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam

2) Pengalaman hidup di surga, baik yang berhubungan dengan kecukupan

dan kenikmatannya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya.

3) Petunjuk-petunjuk Agama.68

a) Alat-alat potensial manusia

Menurut Abdul Fattah Jalal dalam kitab Min Al-Ushul al-

tarbawiyah al-islamiyah yang dikutip oleh Muhaimin, telah mengkaji

ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan alat-alat potensial yang

dianugerahkan oleh Allah kepada manusia untuk meraih ilmu

pengetahuan. Masing-masing alat itu saling berkaitan dan melengkapi

dalam mencapai ilmu. Alat-alat tersebut yaitu:

67

Ibid, h. 77 68

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), cet. Ke-5, h. 61

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

32

1. Al-lams. Manusia mempunyai raga dengan bentuk yang sebaik-

baiknya, dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya ini diharapkan

manusia menjadi bersyukur kepada Allah (Q.S. al-Nahl:78).69

2. Al-sam‟u (alat pendengar). Penyebutan alat ini dihubungkan dengan

penglihatan dan qalbu, yang menunjukkan adanya saling melengkapi

antara berbagai alat itu untuk mencapai ilmu pengetahuan.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-isra ayat 36, al-mukminun

ayat 78, al-sajdah ayat 9, al-Mulk ayat 23, dan sebagainya.70

3. Al-abshar (penglihatan). Banyak ayat Al-Quran yang menyeru

manusia untuk melihat dan merenungkan apa yang dilihatnya,

sehingga dapat mencapai hakikatnya. Sebagaimana dalam surat al-

A’raf ayat 185, Yunus ayat 101, al-Sajdah ayat 27, dan sebagainya.71

4. Al-„aql. Akal dalam pengertian Islam, bukan otak melainkan daya

berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam Islam

mempunyai ikatan pada tiga unsur yakni pikiran, perasaan, dan

kemauan.72

5. Al-qalb. Hal ini termasuk alat ma‟rifah yang digunakan manusia untuk

dapat mencapai ilmu, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hajj

ayat 46, surat Muhammad ayat 24 dan sebagainya. Kalbu ini

mempunyai kedudukan khusus dalam ma‟rifah ilahiyah, dengan kalbu

manusia dapat meraih berbagai ilmu serta ma‟rifah yang diserap dari

sumber Ilahi. Dan wahyu itu sendiri diturunkan ke dalam kalbu Nabi

Muhammad Saw.73

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Syu’araa’ ayat 192-194.

69

Fadhilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), h. 37. 70

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2004),

cet. Ke 3, h. 13. 71

Ibid, h. 13. 72

Fadhilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), h. 38 73

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2004),

cet. Ke 3, h. 12-13

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

33

“Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh

Tuhan semesta alam,

Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),

ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di

antara orang-orang yang memberi peringatan.”

Demikian uniknya alat-alat potensial manusia dengan berbagai daya

dan kemampuannya yang dimiliki oleh manusia itu dan merupakan nikmat

Allah yang patut disyukuri. Menurut Muhammad Abduh yang dikutip

Muhaimin, bahwa yang dinamakan syukur itu, menggunakan nikmat anugerah

sesuai dengan fungsinya, dan sesuai dengan kehendak yang

menganugerahkannya (yaitu Allah)

Pendidikan dalam Islam, antara lain berusaha untuk mengembangkan

alat-alat potensial dari manusia tersebut seoptimal mungkin untuk dapat

difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup dan

kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya

manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah.74

Dari pengertian potensi-potensi tersebut, maka penulis menyimpulkan

bahwa potensi-potensi dasar manusia merupakan suatu yang sangat penting

untuk digunakan sebaik-baiknya. Potensi-potensi tersebut berfungsi dan

sempurna untuk digunakan dalam melakukan seluruh aktivitas manusia seperti

dalam hal pendidikan, manusia pasti membutuhkan alat-alat untuk terjadinya

proses pendidikan yaitu akal, hati, jiwa. Dan akal menjadi sentral dalam

melakukan hal-hal yang dapat mempertimbangkan mana yang baik dan yang

buruk.

3. Kaitan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam

Setidaknya ada dua unsur dasar yang menjadi sasaran proses

pendidikan Islam, yaitu pengembangan daya jasmani dan kualitas mental.

74

Ibid, h. 16

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

34

Melalui potensi unsur-unsur tersebut menjadikan manusia makhluk yang

dinamis, ingin tahu, mau lekas tahu, dan berusaha menambah ilmu yang telah

dimilikinya tabi’at yang demikian merupakan potensi yang sangat berharga

dan perlu dibimbing agar potensi tersebut berkembang sesuai dengan nilai-

nilai Islam. Akan tetapi dalam upaya manusia (peserta didik) melakukan

kreativitasnya, ia sering kali dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu, terutama

terhadap hal-hal yang bersifat abstrak (metafisik). Lapangan geraknya terikat

oleh undang-undang atau hukum, baik yang bersifat vertikal maupun

horizontal. Pandangan ini menuntut adanya tanggung jawab peserta didik atas

kreativitas yang dilakukannya guna terpelihara kemaslahatan sesamanya dan

makhluk Allah lainnya.75

Menurut HAMKA, setiap anak memiliki fitrah (potensi) yang dinamis.

Fitrah tersebut merupakan kekuatan bagi anak untuk berkembang. Kekuatan

tersebut antara lain adalah kekuatan berpikir, merasa, dan kemauan. Pada

dasarnya, fitrah senantiasa menuntun manusia untuk berbuat kebajikan dan

tunduk terhadap aturan Khaliknya. Jika ada di antara manusia yang tidak

berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah menyimpang dari fitrahnya

tersebut. Ekspresi fitrah manusia akan terpancar dalam tabi’at

kemanusiaannya. Eksistensi fitrah hendaknya ssenantiasa disempurnakan dan

diperhalus sehingga tercapai tujuan budi dan keluasan ilmu. Di sini fitrah

manusia merupakan potensi yang bersifat dinamis dan suci.76

Melalui pendidikan, peserta didik akan memperoleh ilmu pengetahuan

yang dapat dipergunakannya memilah nilai baik dan buruk, serta

memperindah kehidupannya. Pendidikan merupakan proses

menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang bermasyarakat dan

berbudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.

Dalam wacana Islam, pendidikan bukan sekadar proses transfer of knowledge,

akan tetapi merupakan petunjuk dan penangkal berbagai fenomena sosial,

berikut akses yang dibawanya. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia akan dapat

menetralisir perkembangan fitrahnya yang hanif dari pengaruh negatif yang

ditimbulkan oleh lingkungan di mana ia berada. Agar peserta didik mampu

75

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Inteletktual dan pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 125-126 76

Ibid, h. 126-127

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

35

menetralisir berbagai pengaruh tersebut, maka peserta didik dituntut untuk

senantiasa menteladani kepribadian Rasulullah77

Melalui pendidikan, manusia dapat mengetahui nilai kebenaran,

menentukan cara berpikir, menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan baik

pada sebuah kesatuan sosial, dan sekaligus mengembangkan fitrahnya. Baik

fitrah fisik maupun psikis secara optimal.

Dalam rangka membina dan mengembangkan seluruh potensi, baik

potensi jasmani maupun rohani, secara efektif dapat dilakukan melalui

pendidikan. Dengan proses pendidikan. Dengan proses pendidikan, manusia

mampu membentuk kepribadiannya, mentransfer kebudayaannya dari suatu

komunitas kepada komunitas yang lain, mengetahui nilai baik dan buruk, dan

lain sebagainya. Untuk menciptakan suasana kondusif bagi terlaksananya

proses tersebut, diperlukan bentuk interaksi PBM yang mampu menyentuh

dan mengembangkan seluruh aspek manusia (peserta didik). Ketersentuhan

seluruh aspek diri manusia akan mempermudah terangsangnya reaksi dan

perhatian, serta keinginan peserta didik untuk melaksanakan PBM secara

efektif.78

Bila makna manusia yang ditunjukkan Allah dalam Al-Quran

dicermati secara seksama, sesungguhnya akan dapat dijadikan pedoman bagi

upaya memformat interaksi pendidikan yang proposional dan ideal. Hal ini

dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu pertama, pendekatan perkata. Ketika

Allah menggunakan terma al-basyar dalam menunjuk manusia sebagai

makhluk biologis, maka interaksi pendidikan yang ditawarkan harus pula

mampu menyentuh perkembangan potensi biologi (fisik) peserta didik. Ketika

Allah menggunakan terma al-insan, maka interaksi pendidikan harus pula

mampu mengembangkan aspek fisik dan psikis peserta didik. Demikian pula

ketika Allah menggunakan terma al-nas, maka interaksi pendidikan harus pula

mampu menyentuh aspek kehidupan sosial peserta didik. Ketiga terma

tersebut harus diformulasi secara integral dan harmonis dalam setiap interaksi

77

Ibid, h 127 78

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Gaya Media Pratama:

Jakarta, 2001), h. 132

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

36

pendidikan yang ditawarkan. Hanya saja mungkin dalam operasionalnya,

proporsi antara ketiga terma tersebut sedikit berbeda penekanannya, sesuai

dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai dari proses tersebut.79

Konsep fitrah, menurut Islam juga berbeda dengan teori konvergensi

yang dilakukan oleh William Stern. Sebab dalam pandangan Islam,

perkembangan potensi manusia itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh

lingkungan semata dan tidak bisa ditentukan melalui pendekatan kuantitas,

sejauh mana peranan keduanya (potensi dan lingkungan) dalam membentuk

kepribadian manusia. Ada kalanya potensi yang lebih dominan dalam

membentuk kepribadian manusia, tapi ada juga kalanya lingkungan yang lebih

dominan, atau kedua-duanya sama-sama dominan. Bahkan dalam Islam, di

luar kedua pengaruh tersebut, ada pengaruh lainnya yang juga ikut

memberikan warna tersendiri bagi pembentukan kepribadian manusia, yaitu

faktor hidayah yang diberikan Allah kepada hamba-hambanya yang

dikehendaki.

Dengan berpijak pada konsep fitrah insaniah (al-insaniah), Islam

sebagai agama dan acuan moral memiliki landasannya tersendiri dalam bidang

pendidikan. Konsep ini merupakan landasan normative bagi pengembangan

kualitas manusia (peserta didik) melalui proses pendidikan yang dilaksanakan.

Pengembangan dari pandangan di atas. Dapat dilihat dari desain sistem

pendidikan al-insaniah yang ditawarkannya dan bersifat komprehensif-

integralistik, yaitu sistem pendidikannya memiliki visi dan orientasi masa

fitrah manusia.

Pola ini memandang, bahwa pelaksanaan sistem pendidikan dalam

perspektif Islam, merupakan upaya pengarahan optimalisasi potensi dasar

yang dimiliki peserta didik. Untuk itu, pada dimensi ini, kedudukan dan tugas

pendidik adalah tidak lebih sebagai fasilitator, dinamisator, motivator, dan

pembimbing peserta didik untuk/dalam memfungsikan seluruh potensi yang

dimilikinya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang terwujud pada terbinanya

sosok pribadi muslim yang berkualitas, dengan dibalut iman dan taqwa. Pola

79

Ibid, h. 133

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

37

ini memandang dan memposisikan peserta didik sebagai subyek didik yang

aktif dan merdeka. Setidaknya, ada tiga hak kemerdekaan yang harus

diperhatikan dalam pendidikan, yaitu hak bebas dari rasa takut, hak bebas

berkehendak, dan hak berpendapat. Oleh karena itu, sosok peserta didik bukan

lagi dipandang sebagai obyek didik yang pasif dan terbelenggu oleh

sistematika tertentu yang telah diformulasikan oleh sistem pendidikan.80

C. Konsep Manusia dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Manusia

Ada tiga kata yang digunakan al-Qur’an untuk menunjuk makna

manusia, yaitu al-basyar, al-insan, dan al-nas. Secara khusus memiliki

penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan ini bisa dilihat dengan uraian

berikut:

a. Al-basyar

Kata al-basyar berasal dari kata yang pada mulanya berarti

“menampakkan sesuatu dengan baik dan indah”. Dari akar kata yang

sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar

karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang

lain. Proses kejadian manusia sebagai isyarat, melalui tahap-tahap

sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam

surat al-Ruum:20 yang artinya “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-

Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu

menjadi basyar ksmu bertebaran”.81

Kata al-basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan

tersebar dalam 26 surat. Secara etimologi al-basyar berarti kulit, kepala,

wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Al-basyar

juga dapat diartikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki

dengan perempuan. Makna etimologis ini dapat dipahami bahwa manusia

merupakan makhluk biologis yang memiliki sifat kemanusiaan dan

80

Ibid, h. 136 81

Fadhilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), h. 11

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

38

keterbatasan seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan

lain sebagainya. Penunjukkan kata al-basyar ditujukan Allah kepada

seluruh manusia tanpa terkecuali. Demikian pula halnya dengan rasul-

rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan

kepada manusia umumnya tidak diberikan wahyu.82

Kata al-basyar di beberapa tempat dalam Al-Qur’an seluruhnya

memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut

adalah anak Adam yang biasa makan dan berjalan di pasar-pasar, dan

mereka saling bertemu atas dasar persamaan. Dengan demikian, kata

basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek lahiriahnya,

mempunyai bentuk tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan yang

ada dalam alam ini, dan oleh pertambahan usianya, kondisi tubuhnya akan

menurun, menjadi tua dan akhirnya ajalpun menjemputnya.83

Adapun menurut Abdul Rahman Shaleh, kata basyar terambil dari

akar kata yang mulanya berarti “mentampakkan sesuatu dengan baik dan

bersih”. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.

Manusia dinamai basyar karena memiliki kuulit yang jelas dan berbeda

dengan kulit binatang yang lain. Proses kejadian manusia sebagai basyar,

melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.84

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Ruum ayat 20

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu

dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu

bertebaran.

b. Al-insan

Kata al-insan yang berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam al-Qur’an

sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi al-insan

dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata al-

82

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 44 83

Abuddin Nata, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 83 84

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), cet. Ke-5, h. 53-54

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

39

insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia

sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua aspek tersebut

dengan berbagai potensi yang dimilikinya mengantarkan manusia

sebagai makhluk Allah yang unik dan seistimewa, sempurna, dan

memiliki diferensiasi individual antara satu dengan yang lain.

Kesempurnaan ini mengantarkan manusia sebagai makhluk dinamis,

sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi.85

Menurut Abuddin Nata, kata al-insan jika dilihat dari asalnya al-

uns atau anisa dapat berarti jinak. Atas dasar ini, binatang jinak seperti

kucing, dapat diebut binatang yang anis. Kata al-insan dan kata al-insi

keduanya dapat berasal dari kata anisa. Akan tetapi dalam Al-Qur’an

kata al-insi selamanya dipakai dalam kaitan dengan kata al-jinni dapat

diartikan sebagai lawan dari kata anisa (jinak). Oleh karena itu,

makhluk jin dapat dikatakan sebagai makhluk yang buas.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat diperoleh

pengertian bahwa manusia pada dasarnya adalah jinak, dapat

menyesuaikan diri dengan realitas hidup dan lingkungan yang ada.

Manusia memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan

perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial

maupun perubahan alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik,

sopan santun, dan sebagai makhluk yang berbudaya. Manusia tidak liar,

baik secara sosial maupun alamiah.86

Kata al-insan yang berasal dari kata anasa dan nasiya. Kata anasa

dalam arti melihat.87

Misalnya terlihat pada surat Thaha: 10

85

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 47 86

Abuddin Nata, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 82 87

Ibid, h.84

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

40

“Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:

"Tinggallah kamu (di sini), Sesungguhnya aku melihat api, Mudah-

mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku

akan mendapat petunjuk di tempat api itu.”

Integrasi antara aspek fisik dan psikis telah membantu manusia

untuk mengekspresikan dimensi insan al-basyar, yaitu sebagai

makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan

buruk, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Dengan kemampuan ini, manusia akan dapat membentuk dan

mengembangkan diri dan komunitasnya sesuai dengan nilai-nilai

insaniah yang memiliki nuansa Ilahiyah yang hanif. Integralitas ini

akan tergambar pada nilai iman dan bentuk amaliahnya. Dengan

kemampuan ini, manusia akan mampu mengemban amanah Allah di

muka bumi secara utuh. Namun demikian, manusia sering lalai bahkan

melupakan nilai insaniah yang dimilikinya dengan berbuat berbagai

bentuk mafsadah di muka bumi. Yang mana Allah menyandingkan kata

al-insan dengan kata syaitan di dalam surat Yusuf ayat 5, yang mana

ayat tersebut secara general memberikan peringatan agar manusia

senantiasa sadar dan menempatkan posisi fitrahnya sesuai yang

diinginkan Allah, yaitu pada posisi yang hanif.88

Sebagaimana dalam surat Yusuf ayat 5

“Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan

mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat

makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah

musuh yang nyata bagi manusia.”

c. Al-nas

88

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Arruz Media,

2016), cet. Ke-3, h.45

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

41

Kata al-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan

tersebar dalam 53 surat. Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi

manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status

keimanan atau kekafirannya.89

Dalam menunjuk makna manusia, kata al-nas lebih bersifat umum

bila dibandingkan dengan kata al-insan. Keumuman tersebut dapat dilihat

dari penekanan makna yang dikandungnya.

Dalam al-Qur’an kosa kata al-Nas umumnya dihubungkan dengan

fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai

makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita,

kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk saling kenal

menganal (Q.S 49:13). Manusia merupakan makhluk sosial yang secara

fitrah senang hidup berkelompok, sejak dari bentuk satuan yang terkecil

(keluaraga) hingga ke yang paling besar dan kompleks, yaitu bangsa dan

umat manusia.90

Dari pengertian tersebut, maka penulis menyimpulkan kata al-

basyar, al-nas, dan al-insan mempunyai arti manusia yang berbeda-beda

hanya dari segi fisik dan totalitasnya. Basyar mempunyai arti kulit atau

lebih kepada pertumbuhan manusia, sedangkan al-insan mempunyai arti

jinak, yang mana mereka merupakan makhluk yang berbudaya, saling

membantu, ramah, dapat bersosialisasi dengan alam sekitar. Sedangkan

al-nas masih bersifat umum, yaitu makhluk sosial yang tanpa melihat

status keimanan atau kekafirannya.

2. Proses Penciptaan Manusia

Pengertian khalaqa berarti menciptakan, pengertian ini tepat sekali

diterapkan dalam proses kejadian manusia, dalam arti bahwa ia diciptakan

dari sesuatu yang telah ada sumbernya. Ayat-ayat yang berbicara tentang

reproduksi manusia menegaskan bahwa manusia tercipta dari sesuatu yang

89

Ibid, h. 48 90

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), cet. 2, h. 23

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

42

merupakan asal baginya, yaitu dari tanah atau dari saripati yang berasal dari

tanah.91

Tahapan proses kejadian manusia sebagaimana isyarat yang telah di

lukiskan dalam al-Qur’an dapat dilihat kepada beberapa proses, antara lain;

pertama, nuthfah yaitu saripati makanan yang telah berubah menjadi

air mani (sperma) yang masuk ke dalam rahim.92

Hal ini dinukilkan Allah dalam al-Qur’an surat Al-Qiyamah:

“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam

rahim).”

Kedua, sperma dalam alam rahim bercampur dengan ovum,

kemudian terjadi pembuahan sel dalam rahim yang kemudian berproses

menjadi segumpal darah. Firman Allah: surat Al-Qiyamah ayat 38

“Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah

menciptakannya, dan menyempurnakannya.”

Ketiga, berproses menjadi segumpal daging untuk kemudian

diciptakan-Nya tulang belulang (rangka manusia) yang dibalut dengan

daging. Peristiwa tersebut, diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim

berproses selama 40 hari pada setiap fase. Fase-fase tersebut meliputi setelah

terjadinya pembuahan antara sel sperma dan ovum dalam rahim berproses

menjadi nuthfah 40 hari, kemudian menjadi „alaqah selama 40 hari dan

menjadi mudlghah selama 40 hari, untuk kemudian ditiupkan-Nya ruh serta

perlengkapan manusia lainnya.

Keempat, di ciptakan-Nya ruh dalam tubuh ciptaan-Nya serta

menetapkan ilmu, rezeki, ajal dan celaka bahagia bagi manusia

91

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),

Cet. Ke-3, h. 5-6 92

Ibid, h. 54

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

43

Adapun menurut Novan Ardy Wiyani dan Barnawi tahap pertama

proses penciptaan manusia yaitu:

a. Tahapan Primordial, manusia pertama yaitu Adam yang diciptakan dari

tanah, tanah debu, tanah liat, tanah lumpur yang dibentuk Allah dengan

seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri

Adam.93

Sebagaimana dalam urat al-an’am ayat 2.

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu

ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada

sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih

ragu-ragu (tentang berbangkit itu.”

b. Tahapan biologi, di dalam proses ini, manusia diciptakan dari intisari

tanah yang dijadikan dari air mani yang tersimpan dalam tempat yang

kukuh (rahim). Kemudian, nuthfah itu dijadikan darah beku („alaqah)

yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian

dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan

tulang belulang, lalu kepadanya ditiupkan ruh. Hadits yang diriwayatkan

Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah ke dalam

janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari alaqah,

40 hari mudghah.94

Sebagaimana dalam surat al-Mu’minun ayat 14.

93

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Arruz Media,

2016), cet. Ke-3, h.50 94

Ibid, h. 52

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

44

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu

segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging

itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus

dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)

lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Al-Qur’an menguraikan produksi dan reproduksi manusia ketika

berbicara tentang penciptaan manusia pertama, Al-Qur’an menunjukkan

kepada sang pencipta dengan menggunakan penggantian nama tunggal.

Untuk hal ini diterangkan dalam surat Shaad ayat 71 “Sesungguhnya Aku

akan menciptakan manusia dari tanah”. Penciptaan manusia secara

umum, melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya, yaitu ibu

dan bapak. Keterlibatan ibu dan bapak mempunyai pengaruh pada bentuk

fisik dan psikis manusia.95

Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan proses penciptaan

manusia berawal dari nuthfah yang bergabung pada ovum, kemudian,

nuthfah itu dijadikan darah beku („alaqah) yang menggantung dalam

rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging

(mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang, lalu kepadanya

ditiupkan ruh. Dari semua itu, betapa Maha sempurnanya Allah

menciptakan ciptaannya dengan sebaik-baiknya agar kita tidak pernah

lupa akan Sang Penciptanya yang selalu memberikan kasih saying kepada

hambanya. Maka dari situ, kita dapat menyimpulkan untuk mendapat

kebahagiaan dunia akhirat serta mendapat ridho Allah, kita harus

mempergunakan fitrah dengan cara menjalani proses pendidikan.

D. Hasil Penelitian yang relevan

1. Pada jurnal yang ditulis oleh Toni Pransiska dari UIN Yogyakarta, yang

berjudul konsepsi “Fitrah Manusia dalam Perspektif Islam dan

Implikasinya terhadap Pendidikan Islam Kontemporer.” Beliau

menjelaskan bahwa Segenap fitrah manusia yang berupa potensi

95

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), cet. Ke-5, h.55

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

45

takwa selain diusahakan agar tumbuh dan berkembang, mesti

dan perlu untuk juga dididik dan diarahkan. Karena pengaruh orang

tua (mewakili lingkungan berupa pergaulan, bacaan, pendidikan,

dan lain sebagainya) dapat mempengaruhi manusia menjadi buruk,

jahat dan seterusnya.

2. Pada jurnal yang ditulis oleh Guntur Cahaya Kusuma, Dosen Fakultas

Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung dengan judul “Fitrah Manusia

dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Beliau menjelaskan bahwa konsep

fitrah bila dikaitkan dengan pendidikan Islam sangat bersifat religius,

yang lebih menekankan pada pendekatan keimanan. Karena setiap

manusia dilahirkan dia mempunyai potensi keimanan terhadap Allah

atau biasanya disebut potensi tauhid. Karena itu manusia yang tidak

bertauhid merupakan penyimpangan terhadap fitrahnya.

3. Pada skripsi yang ditulis oleh Muhammad Ilham Asy’ari dengan judul

“Peranan pendidikan dalam Pengembangan Fitrah sebagai Potensi

Dasar Manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang Tangerang

Selatan”, ia menjelaskan bahwa sekolah merupakan tempat

pengembangan potensi siswa, karena siswa adalah manusia tidak lepas

dari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Guru seharusnya

memahami itu semua, tapi kenyataannya di lapangan paradox dengan

dengan teori dan konsepnya. Maka timbullah kekerasan yang diperoleh

oleh siswa dari gurunya.

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

46

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

47

BAB III

METODE PENELITIAN

Setelah selesai menjelaskan teori tentang pendidikan Islam, konsep

manusia dan fitrahnya, selanjutnya penulis akan akan membahas mengenai waktu

penelitian, jenis penelitian serta teknik analisis data agar skrispi yang disampaikan

dapat dipertanggung jawabkan. Adapun objek dan waktu penelitian sebagai

berikut:

A. Objek dan Waktu Penelitian

Menurut Sugiyono pengertian objek penelitian yaitu “sesuatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”96

Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah resolusi pendidikan

Islam yang ditawarkan H.Muzayyin Arifinpada pengembangan pendidikan di

masa depan. Tempat penelitian dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan menelaah buku-buku H.Muzayyin Arifindan buku-buku yang

berkaitan dengan buku-buku H. Muzayyin Arifin.

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan mengnalisis fenomena, peristiwa, sikap, aktivitas sosial,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok.97

Menurut Lexy Moleong, Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis

statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini

96

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), hal. 38. 97

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013), h. 60

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

48

mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa

kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak

perlu digunakan pada penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan

mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik

dan rumit. Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu

memandang sesuatu upaya membangun pandangan subjek penelitian yang

rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.98

Adapun literatur-literatur yang penulis pakai untuk penelitian ini

adalah:

1. Data Primer

Sumber atau data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.99

Menurut Joko Subagyo data primer adalah data yang diperoleh

secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara,

observasi, dan alat lainnya. Data primer diperolehnya sendiri secara

mentah-mentah dari masyarakat dan masih dari masyarakat dan masih

memerlukan analisa lebih lanjut. Data yang didapat dari responden yang

masih sangat polos, tidak menutup-nutupi atau mengganti dengan jalan

pikirannya, diceritakan sesuai yang ia dapat atau ia lihat sendiri sesuai

dengan keadaan senyatanya merupakan data murni. 100

Karya-karya yang ditulis Prof. H.Muzayyin ArifinM.Ed yaitu:

a. Ilmu Pendidikan Islam (Suatu tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Bumi Aksara, 2016

b. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 2010

c. Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Islam dan Umum), Bumi Aksara,

2014

98

Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016), Cet. Ke-35, h. 6 99

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 3 100

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta), h.

87

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

49

d. Ilmu Perbandingan Pendidikan, Golden Terayon Press, 2003

e. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah

dan Keluarga (sebagai Pola Pengembangan Metodologi), Bulan

Bintang, 1997

f. Teori-teori counseling Umum Agama , Golden Terayon Press, 1994

g. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,

Bulan Bintang, 1979.

2. Data Sekunder

Menurut Joko Subagyo data sekunder adalah data yang diperoleh

dari atau berasal dari bahan kepustakaan. Data ini biasanya digunakan

untuk melengkapi data primer, mengingat bahwa data primer dapat

dikatakan sebagai data praktek yang ada secara langsung dalam praktek di

lapangan atau ada di lapangan karena penerapan suatu teori. Untuk melihat

konsepsi penerapannya perlu merefleksikan kembali ke dalam teori-teori

yang terkait, sehingga perlunya data sekunder sebagai pemadu.101

C. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan102

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat

dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode

eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah

dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-

lain.103

101

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta), h.

88 102

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 308 103

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (mixed Methods),

(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 308

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

50

Sugiyono berpendapat bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang.104

Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber

data penelitian yang valid juga. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan

data sebagai berikut:

1. Interview/ Wawancara

Wawancara yakni suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Wawancara bermakna

berhadapan langsung antara interviewer dengan responden dan

kegiatannya dilakukan secara lisan.105

Wawancara dilakukan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri atau

keyakinan pribadi.106

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, agenda dan sebagainya.107

Dokumen merupakan catatan peristiwa penting yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan, biografi, criteria, peraturan, kebijakan. Dokumen

104

Op.cit, h. 329 105

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

20l1), h. 39 106

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (mixed Methods),

(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 316 107

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hal. 225

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

51

berbentuk gambar misalnya foto, gambar, hidup, sketsa, dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa

gambar, patung, film, dan lain-lain. 108

D. Teknik Analisis Data

Analisis data tidak saja dilakukan setelah data terkumpul, tetapi

sejak tahap pengumpulan data proses analisis telah dilakukan. ini

dimaksudkan bahwa analisis bertolak dari data-data dan bermuara pada

kesimpulan-kesimpulan umum.109

Berdasarkan pada analisis data ini, dalam

rangka membentuk kesimpulan-kesimpulan umum analisis dapat dilakukan

menggunakan kerangka pikir “induktif”

Penulis melakukan penelitian dengan mendeskripsikan data-data

secara sistematis dan diformulasikan sedemikian rupa hingga diperoleh

kesimpulan yang komprehensif.

Beberapa langkah dalam menganalisis data:

1. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan proses pemulihan, pemusatan perhatian pada

hal-hal yang penting, memilih hal-hal yang pokok, dan membuang yang

tidak diperlukan, maka hal tersebut akan mempermudah peneliti dalam

melakukan pengumpulan data selanjutnya untuk mencari data lainnya

bila diperlukan. Data-data direduksi diperlukan untuk mengorganisasikan

data untuk memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi kemudian dilakukan penyajian data, dalam

penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Penyajian data ini digunakan dalam rangka memperoleh pemahaman

yang lebih baik terhadap konteks penelitian.

108

Op.cit, h. 326 109

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1993), h. 202

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

52

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah selanjutnya dalam penelitian

kualitatif setelah penyajian data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

yang diharapkan yakni merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan baru tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga menjadi jelas

dapat berupa hubungan kausal ataupun teori.110

110

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (mixed Methods),

(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 335-345

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

53

BAB IV

PEMIKIRAN H. MUZAYYIN ARIFIN DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Dalam bab ini, akan penulis menceritakan biografi H.Muzayyin Arifindan

akan menjelaskan analisis pemikiran beliau mengenai pendidikan Islam, konsep

manusia serta fitrah manusia. Penulis akan mulai bahas tentang biografi

H.Muzayyin Arifinsebagai berikut:

A. Biografi H. Muzayyin Arifin

Prof. Dr. H. Muzayyin Arifin, M.ed., lahir di Bogor pada tanggal 2

Agustus 1954. Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Wajib Belajar di Nagrog,

Ciampea Bogor tahun 1968. Kemudian melanjutkan pendidikannya di

sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun. Sambil bersekolah beliau

tinggal dan menginap (mondok) di Pondok Pesantren Nurul Ummah dan

lulus tahun 1972. H. M.111

Arifin melanjutkan pendidikannya pada sekolah Pendidikan Guru

Agama tingkat Atas (PGA A) 6 tahun. Sambil mondok di Pesantren

Jauharatun Naqiyah Cibeber Cilegon Serang Jawa Barat, dan tamat

tahun 1974. Setelah itu beliau memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) pada

tahun 1979, dan Sarjana Lengkap (baca: Drs) pada Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta (sekarang bernama Universitas Islam Negeri

Jakarta), dan tamat tahun 1981. Gelar Magister bidang Studi Islam

diperolehnya tahun 1991, sedangkan gelar Doktor bidang Studi Islam

diperoleh pada tahun 1993 masing-masing dari Fakultas Pascasarjana IAIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.112

Karir H.Muzayyin Arifin dimulai sebagai tenaga peneliti lepas pada

Lembaga Studi Pembangunan (LSP) di Jakarta 1981-1982; pada tahun

111

Muhammad Haris, Pendidikan Islam dalam Perspektif H.M Arifin, Jurnal Ummul

Quro, Vol VI, September 2015, h. 3 112

Ibid, h. 3

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

54

yang sama menjadi Direktur Koperasi Pelajar Kerja Sama Pemerintah

Jepang dengan Indonesia pada Himpunan Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat (HP2M). Kemudian menjadi instruktur pada Lembaga Bahasa

dan Ilmu Al Qur’an (LBIQ) Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tahun 1982-

1985.113

Setelah itu akhirnya bertugas sebagai dosen Mata Kuliah Filsafat

Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

mulai tahun 1985. Tahun 1990 bertugas pula sebagai dosen Fakultas

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bidang mata kuliah

Sejarah Sosial dan Filsafat Pendidikan Islam. Namun, H.M. Arifin wafat

pada tahun 2003. Meski beliau sudah wafat, pemikiran serta peran dan

perjuangan beliau bisa kita ambil hikmah dan nilai-nilainya.114

H. Muzayyin Arifin, di kalangan civitas akademika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dikenal sebagai salah seorang yang concern dengan

persoalan pendidikan, terutama pendidikan Islam. Hidupnya diabdikan

sepenuhnya untuk kemajuan lembaga yang menjadi pilar utama kemajuan

peradaban umat manusia. Hal ini bukan hanya terlihat dari berbagai karya

tulis di bidang pendidikan, melainkan juga keterlibatannya secara langsung

dalam mengelola berbagai lembaga pendidikan.

Adapun karya-karya beliau yaitu:

1. Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner)

2. Filsafat Pendidikan Islam

3. Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum)

4. Ilmu Perbandingan Pendidikan

5. Pendidikan Dalam Arus Dinamika Masyarakat

6. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah

Dan Keluarga (Sebagai Pola Pengembangan Metodologi)

7. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar

113

Ibid, h. 4 114

Ibid, h. 4

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

55

8. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama

9. Teori-Teori Counseling Agama Dan Umum

10. Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia

11. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Filsafat Pendidikan Islam

12. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama115

B. Pendidikan Islam menurut H. Muzayyin Arifin

Islam diturunkan sebagai petunjuk atau pedoman bagi manusia. Cara

manusia memahami Islam yaitu dengan melalui pendidikan. Bagaimana pun

kondisi dan perkembangan zama, syariat Islam tetap harus berjalan secara

mutlak. Seperti shalat, puasa, zakat dan sebagainya. Tujuan manusia sendiri

dalam melaksanakan hidupnya ingin bahagia dunia akhirat, sesuai dengan

fitrah yang ada, bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk bahagia

dalam kondisi apapun dan dimanapun.116

Kemudian, pendidikan Islam ini tidak dilakukan atau didapat secara

singkat, melainkan dengan cara bertahap. Seperti ilmu, jika hanya mencapai

di tingkat kognitif saja, bukan afektif, berarti belum mencapai ilmu tersebut,

maka dari itu, proses pendidikan mempunyai jangka yang panjang.117

Kepribadian manusia yaitu akhlak manusia yang sudah mendarah

daging di dalam dirinya. Maka tugas pendidikan Islam ialah membentuk

manusia menjadi manusia berakhlak sebagai makhluk sosial. Namun itu

semua memerlukan pendekatan dari segi pedagogis. Jadi, pendidikan Islam

juga perlu dengan berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan tugasnya.

Seperti belajar ilmu astronomi, matematika dan sebagainya.118

Menurut H. Muzayyin Arifin, pendidikan berarti menumbuhkan

personalitas serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan

115

Ana Biaunika, “Konsep Pendidikan Islam Perspektif H.M Arifin”, Skripsi Pada

Program Sarjana IAIN Salatiga, h. 114 116

H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-4, h 6 117

Ibid, h. 6 118

Ibid, h. 6

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

56

bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi

pertumbuhan manusia. 119

Manusia yang berpredikat muslim, ia akan menjadi penganut

agamanya. Maka manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam,

yang mana pendidikan Islam itu sistem pendidikan untuk membentuk

manusia menjalankan hidupnya dengan baik dengan dilandasi nilai-nilai

islami.120

Dengan demikian, pendidikan Islam akan terus ada sepanjang hayat

dengan kondisi apapun dan terbuka sesuai perkembangan zaman, dan relevan

tetap pada batas-batas tertentu.

Pendidikan harus mampu mengarahkan kemampuan dari dalam diri

manusia menjadi suatu kegiatan hidup yang berhubungan dengan Tuhan, baik

kegiatan itu bersifat pribadi maupun kegiatan sosial.121

Menurutnya pula, bahwa pendidikan itu tidak hanya menumbuhkan,

melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Juga tidak hanya suatu

proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung ke

arah sasarannya.122

Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha menumbuhkan kemampuan yang ada dalam diri manusia dan rasa

tanggung jawab dan mempunyai tujuan, yaitu mengharap kebahagiaan di

dunia dan akhirat.

Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus

bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai

tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan

dengan nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariah yang

secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah

kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. Oleh karena itu,

119

H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-4, h. 7 120

Ibid, h. 7 121

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8, h.

14 122

Ibid, h. 14

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

57

usaha ikhtiariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan trial and

error (coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidikan tanpa

dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah pedagogis.123

Islam sebagai petunjuk Ilahi mengandung implikasi kependidikan yang

mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang mukmin,

muslim, muhsin dan muttakin melalui proses tahap demi tahap. Islam sebagai

ajaran yang mengandung sistem nilai di mana proses pendidikan Islam

berlangsung dan dikembangkan secara konsisten untuk mencapai tujuan.124

Dan adapun hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa

muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik

melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan

perkembangannya.125

Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Islam menjadi

petunjuk pendidikan yang harus di lakukan dengan cara mengarahkan,

membimbing manusia menjadi seorang yang mukmin, muhsin dan muttakin.

Tidak hanya mengarahkan dan membimbing, melainkan harus didasari

dengan nilai-nilai Islam dan teori-teori kependidikan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah pedagogis.

C. Tujuan pendidikan Islam

Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara

tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Hal ini mengandung makna

bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi

identitas islami. Sedangkan idealitas islami itu sendiri pada hakikatnya adalah

mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan

takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.126

123

H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 9 124

Ibid, h. 21 125

Ibid, h. 22 126

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8, h.

108

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

58

Dengan demikian, pendidikan Islam bertugas di samping

menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai islami, juga

mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai

itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi identitas wahyu

Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu

mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan dan kematangan” dalam

beriman, bertakwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh,

sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam yang dialogis

terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, bidang kehidupan

duniawi ukhrowi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan

antara kedua bidang itu.127

Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan Islam berada di dalam garis

yang sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat

manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh

rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujud nyata, bilamana tidak

diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan

tepat.

Dari paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah membentuk manusia agar memiliki pengetahuan, kedewasaan,

menanamkan nilai-nilai islami dan menjadi pengamal ajaran Islam yang

dialogis terhadap perkembangan zaman agar menciptakan kesejahteraan dan

kebahagiaan serta rahmat dari Allah Swt.

Secara teoritis, tujuan akhir ini dapat dibedakan menjadi 3 bagian,

yaitu:

1. Tujuan normatif

Tujuan ini adalah tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah

(norma)

a. Tujuan formatif yang bersifat memberikan persiapan dasar yang

korektif.

127

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8,

h.111

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

59

b. Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk

membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.

c. Tujuan determinatif yang bersifat memberikan kemampuan untuk

mengarahkan diri kepada sasaran-sasaran yang sejalan dengan proses

kependidikan.

d. Tujuan integratif yang bersifat memberikan kemampuan untuk

memadukan fungsi psikis (penyerapan terhadap rangsangan pelajaran,

pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu) ke arah tujuan akhir

proses pendidikan.128

2. Tujuan fungsional

Tujuan ini bersasaran pada kemampuan anak didik untuk memfungsikan

daya kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar

dengan tujuan mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan

akhirat.

b. Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat

sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya

serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan

pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.

c. Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni,

dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.129

3. Tujuan operasional

Tujuan ini mempunyai sasaran teknis manajerial yang meliputi:

a. Tujuan umum atau tertinggi yang bersasaran pada pencapaian

kemampaun optimal yang menyeluruh (integral) sesuai idealistis yang

diinginkan.

b. Tujuan intermediair yang bersifat sementara untuk dijadikan sarana

mencapai tujuan tertinggi

128

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8, h.

115 129

H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 29

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

60

c. Tujuan partial yang bersasaran pada suatu bagian dari keseluruhan

aspek dari tujuan umum, yang berfungsi untuk memudahkan

pencapaian tujuan umum.

d. Tujuan insidental yang bersasaran pada hal-hal yang tidak

direncanakan, tetapi hal-hal tersebut mempunyai kaitan dengan

pencapaian tujuan umum. Tujuan ini bersifat lebih memperlancar

pencapaian tujuan umum.

e. Tujuan khusus yang bersasaran pada faktor-faktor khusus tertentu yang

menjadi salah satu aspek penting dari tujuan umum, yaitu memberikan

dan mengembangkan kemampuan atau skill khusus pada anak didik,

sehingga mampu bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu yang

berkaitan erat dengan tujuan umum.130

Kalau pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi

yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka

pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transcendental, bukan

incidental atau aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati.131

Oleh karena pendidikan merupakan sarana atau alat untuk

merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara universal maka tujuan

pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi semua umat Islam, yang

berbeda hanyalah sistem dan metodenya.132

Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa

secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan

fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik

maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.133

Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi makan

kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering

diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Bila dingin

130

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8, h.

116 131

Ibid, h. 125 132

Ibid, h. 125 133

H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-4, h. 22

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

61

diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam maka harus

berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan

maupun sistem kurikuler.134

Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak pada

keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak dan pengalamannya. Dan

keempat potensi esensial ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam. Oleh

karenanya, dalam strategi pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang

esensial tersebut menjadi titik pusat dari lingkungan proses kependidikan

Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia

dewasa yang mukmin atau muslim, muhsin dan muhlisin muttakin.135

Dari paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan secara

teoritis, tujuan akhir dapat dibedakan menjadi 3 bagian, ke semua itu adalah

tujuan yang harus di capai dari segi norma-norma peserta didik, kognitif

peserta didik serta skill yang harus di miliki peserta didik untuk menghadapi

perkembangan sekarang.

D. Metode dalam Pendidikan Islam menurut H. Muzayyin Arifin

Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode

mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat konsisten dan

sistematis, mengingat sasaran metode itu adalah manusia yang sedang

mengalami pertumbuhan dan perkembangan, jadi penggunaan metode dalam

proses kependidikan pada hakikatnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati

dalam pekerjaan mendidik/mengajar.136

Menurut Herman H. Horne yang dikutip oleh H.M Arifin, pembatasan

arti metode dalam pendidikan sebagai suatu prosedur dalam mengajar.

Biasanya suatu metode atau kombinasi metode yang dipergunakan dapat

diidentifikasi, walaupun guru sama sekali tidak menyadari tentang

permasalahan metode itu. Suatu prinsip metode yang seiring diikuti dengan

134

H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-4, h. 22 135

H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-4, h.

22-23 136

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8, h.

90

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

62

setengah sadar ialah “ajarlah orang lain seperti orang lain pernah

mengajarmu”.137

Oleh karena itu, ilmu pengetahuan tentang metode yang disebut

metodologi memberikan gambaran jelas bahwa bagaimana suatu metode

mendidik atau mengajar dapat menjadi efektif atau tidak efektif, terutama

didasarkan atas pandangan-pandangan psikologis, bukan atas dasar pandangan

administrative.

Tujuan mempergunakan suatu metode yang paling tepat dalam

pendidikan ialah untuk memperoleh efektivitas dari kegunaan metode itu

sendiri. Efektivitas tersebut dapat diketahui dari kesenangan pendidik yang

memakainya di satu pihak, serta timbulnya minat dan pengajaran. Kedua belah

pihak timbul rasa senang mengerjakan suatu pekerjaan karena apa yang

dikerjakan itu bermanfaat bagi mereka.138

Aspek-aspek kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan manusia

itu pada hakikatnya tercermin dalam gaya bahasa khithab Tuhan yang bersifat

direktif. Metode-metode yang diajarkan dalam Al-Quran menurut H.Muzayyin

Arifinadalah:

1. Metode perintah dan larangan serta metode praktik, contohnya yaitu

perintah shalat, puasa, dan jihad. Demikian pula tentangg menjalankan

puasa ramadhan, Tuhan menunjukkan manfaatnya bagi kehidupan

manusia, baik dalam hubungan dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya

maupun dengan alam sekitar.139

2. Mendorong berjihad. Dengan melalui jihad fi sabilillah itu manusia akan

memperoleh jalan kebenaran Tuhan serta menjadi orang yang beruntung.

Berjihad di sini berarti bersungguh-sungguh dalam pekerjaan. Dalam

hubungan ini maka metode yang berdasarkan pendekatan motivatif akan

mampu menggerakkan semangat bekerja dan berusaha seseorang anak

137

Ibid h. 91-92 138

Ibid, h. 92 139

Ibid, h. 104

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

63

didik bilamana sekaligus didorong oleh nilai-nilai motivatif dari ketiga

aspek, yaitu motivasi teogenetis, sosiogenetis dan biogenetis.140

3. Metode pemberian suasana, misalnya Allah menunjukkan bahwa memeluk

Islam itu tidak melalui paksaan, melainkan atas dasar kesadaran dan

kerelaan.141

4. Metode mendidik secara kelompok yang dapat disampaikan dengan

metode mutual education. Dengan cara berkelompok inilah, maka proses

mengetahui dan memahami pelajaan akan lebih efektif, oleh karena satu

sama lain dapat saling bertanya dan saling mengoreksi bila satu sama lain

melakukan kesalahan.142

5. Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional, yaitu bersifat

mengajar yang lebih menitikberatkan pada kecerdasan dan pengetahuan.

Misalnya Allah mengajarkan tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam

bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana

seharusnya mereka bersikap sehari-hari.143

E. Proses Pengembangan Fitrah Manusia

Kemampuan dasar atau pembawaan disebut fitrah, kata yang berasal

dari fatoro yang dalam pengertian etimologi mengandung arti kejadian. Kata

fitrah ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 30:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama

Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Pengertian fitrah dapat diambil secara terminologis, yaitu sebagai

berikut:

140

Ibid, h. 106 141

Ibid, h. 106 142

Ibid, h. 107 143

Ibid, h. 107

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

64

1. Secara terminologis kata fitrah mengandung makna kejadian yang di

dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu Islam.

Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa pun atau lingkungan

apapun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan

mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi

manusia.144

2. Dalil-dalil lainnya yang dapat diinterpretasikan untuk mengartikan fitrah

yang mengandung kecenderungan yang netral ialah antara lain sebagai

berikut.

Dalam surat Al-Alaq 3-4 dinyatakan oleh Allah sebagai berikut.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia tanpa melalui belajar,

niscaya tidak akan mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi

kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat.145

Pengaruh dari luar diri manusia terhadap fitrah sebagaimana dalam

sabda Nabi Muhammad saw. Riwayat Abu Hurairah dapat disimpulkan

sebagai berikut:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya ibu bapaknya lah

yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi.”

Fitrah dalam hadis tersebut diartikan sebagai faktor pembawaan

sejak manusia lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan ia tak

akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh

lingkungan. Sedang lingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak

favourable (tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan cita-cita

manusia).146

144

H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-4, h. 43 145

Ibid, h. 45 146

Ibid, h. 45

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

65

Dari interpretasi tentang fitrah di atas, meskipun fitrah dapat

dipengaruhi oleh lingkungan, namun kondisi fitrah tersebut tidaklah netral

terhadap pengaruh dari luar. Potensi yang terkandung di dalamnya secara

dinamis mengadakan reaksi atau respon terhadap pengaruh tersebut.

Dengan kata lain bahwa dalam proses perkembangannya, terjadi interaksi

(saling mempengaruhi) antara fitrah dan lingkungan sekitar, sampai akhir

hayat manusia.147

3. Konsep Alquran yang menunjukkan tiap manusia diberi kecenderungan

nafsu untuk menjadikannya kafir bagi yang ingkar terhadap Tuhannya dan

kecenderungan yang membawa sikap bertakwa menaati perintah-Nya.

Sebagaimana surat Al-Syams ayat 7-10 sebagai berikut:

7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya.

9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Firman Allah tersebut dapat dijadikan sumber pandangan bahwa

usaha mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan

positif untuk mengarahkan perkembangan seseorang kepada jalan

kebenaran, yaitu Islam. Tanpa melalui usaha pendidikan, manusia akan

terjerumus ke jalan yang salah atau sesat.

Dari ketiga pengertian tersebut, penulis dapat ambil kesimpulan

bahwa fitrah adalah potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir. Yaitu

potensi dasar mempunyai agama yang lurus, yaitu agama Islam. Dan fitrah

juga mempunyai makna kecenderungan yang ada pada dirinya tentang

pemilihan yang ada di lingkungan sekitar, apakah ia menjadi kafir atau

tetap cenderung pada pendirian nya bahwa ia beragama Islam.

147

Ibid, h. 45

Page 78: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

66

Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yang terdapat dalam

fitrah manusia berpusat pada kemampuan berpikir sehat (berakal sehat),

karena akal sehat mampu membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.

Sedangkan seseorang yang mampu menjatuhkan pilihan yang benar secara

tepat hanyalah orang yang berpendidikan sehat.148

Dengan demikian berpikir sehat dan benar merupakan kemampuan

fitrah yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan latihan.149

Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa akal sehat

dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk karena manusia

mempunyai faktor memilih yang teradapat dalam fitrahnya.

4. Komponen psikologis dalam fitrah

Fitrah dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu

kemampuan dasar perkembangan manusia yang dianugerahkan Allah

kepadanya. Di dalamnya terkandung berbagai komponen psikologi yang

satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup

manusia.

Komponen-komponen fitrah tersebut adalah:

a. Kemampuan dasar untuk beragama Islam, di mana faktor iman

merupakan inti beragama manusia.

b. Bakat dan tendensi atau kecenderungan, yang mengacu kepada

keimanan kepada Allah. Dengan demikian, fitrah mengandung

komponen psikologis yang berupa keimanan tersebut.

c. Naluri dan kewahyuan bagaikan dua sisi dari mata uang logam,

keduanya saling terpadu dalam perkembangan manusia.

d. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum

e. Dalam fitrah, tidak terdapat komponen psikologis apapun, karena

fitrah diartikan sebagai kondisi jiwa yang suci, bersih yang reseptif

terbuka kepada pengaruh eksternal, termasuk pendidikan. Kemampaun

untuk mengadakan reaksi atau response terhadap pengaruh dari luar

tidak terdapat di dalam fitrah.150

Dalam hubungannya dengan konsepsi kependidikan Islam yang

nativistis, fakor pembawaan diakui pula sebagai unsur pembentuk corak

148

Ibid, h. 47 149

Ibid, h. 47 150

Ibid, h. 48-50

Page 79: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

67

keagamaan dalam diri manusia. Hal ini digambarkan dalam kitab suci

Alquran tentang peristiwa Nabi Ibrahim yang orang tuanya menyembah

berhala. Dengan kemampuan akal pikirannya yang mencari dan

menyelidiki alam sekitar. Akhirnya dapat menemukan Tuhannya yang

benar sesuai dengan keislamannya. Sebaliknya anak Nabi Nuh yang tidak

mau mengikuti ayahnya naik ke atas perahu ketika banjir besar melanda

dunia. Ia tetap dalam status non muslim walaupun ayahnya sebagai Nabi

yang Islam.151

Sudah tentu paham-paham yang selanjutnya dikembangkan

menjadi teori pendidikan didasarkan atas pengalaman atau observasi

jangka panjang terhadap perkembangan hidup manusia sejak masa

kehidupannya yang dini sampai dengan masa dewasa atau lanjut usia.

Oleh karena itu, bilamana dipertanyakan mengapa manusia

menjadi muslim dan menjadi non muslim, maka jawabannya dapat

diberikan bahwa setiap manusia telah memiliki arah kecenderungan

individual yang diperkuat oleh proses pendidikan atau diperlemah melalui

pengalaman kependidikan dan pengaruh eksternal lainnya.152

Maka jelaslah bagi kita bahwa manusia dalam proses kependidikan

menurut Islam, tidak lain adalah manusia yang memerlukan tuntunan dan

bimbingan yang tepat melalui proses kependidikan, sehingga terbentuklah

dalam pribadinya suatu kemampuan mengaktualisasikan dirinya selaku

sosok individual, dan sekaligus kemampuan memfungsikan dirinya selaku

anggota masyarakat serta mendarmabaktikan dirinya hanya kepada

Khaliknya semesta.153

Dari paparan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa fitrah

merupakan kecenderungan individual untuk memilih hal-hal yang baik

atau salah dengan di dorong oleh akal yang sehat, untuk mengembangkan

akal sehat, maka diperlukan belajar atau diajarkan melalui pendidikan.

151

H.M Arifin, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), cet. Ke-8, h.

146 152

Ibid, h. 146 153

Ibid, h. 149

Page 80: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

68

Karena sejatinya manusia memerlukan tuntutan dan bimbingan dengan

melalui pendidikan sehingga terbentuklah kemampuan mengaktualisasikan

dirinya sosok individual dan anggota masyarakat yang baik.

Untuk tujuan itulah manusia dijadikan oleh Tuhan dalam bentuk

acuan yang paling baik.154

Sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Tin

ayat 4-6.

4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya .

5. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-

rendahnya (neraka),

6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

F. Membangun Manusia Ideal dalam Pendidikan

Menurut H.M Arifin, dalam pandangan Islam suatu pertumbuhan

manusia itu dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Pertumbuhan secara biologis

2. Pertumbuhan bersifat psikologis

3. Pertumbuhan paedagogis

Pertumbuhan adalah suatu proses pertumbuhan anak itu berlangsung

secara fase demi fase.155

Firman Allah surat Al-Mukmin ayat 67

154

Ibid, h. 149 155

H. M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,

1975), h. 26

Page 81: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

69

67. Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes

mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu

sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai

kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di

antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)

supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu

memahami(nya).

Jadi ayat tersebut menunjukkan bahwa fase-fase pertumbuhan manusia

itu berlangsung sebagai berikut:

1. Masa embrio (masih dalam perut ibu)

2. Masa kanak-kanak (sejak lahir dari rahim ibu)

3. Masa kuat (kuat jasmani dan rohani atau pikiran)

4. Masa tua

5. Masa meninggal dunia156

Adapun pertumbuhan yang bersifat psikologis ialah sebagaimana yang

dikemukakan oleh Al-Fikry yang dikutip H.Muzayyin Arifinyaitu:

1. Masa kanak-kanak: dari lahir sampai umur 7 tahun. Bila anak telah sampai

umur 40 hari ia telah dapat tersenyum dan dapat melihat. Pada saat ini

anank juga telah dapat merasa sakit, merasakan hajat-hajat biologis. Umur

6 bulan anak telah mempunyai kemauan. Umur 7 bulan anak mulai

tumbuh gigi.

2. Masa berbicara: mulai tahun ke 8 sampai ke 14. Masa ini dapat juga

disebut periode cita-cita sebab pada masa ini anak menuju ke arah segala

sesuatu yang berhubungan erat dengan tabiat dan akalnya.

3. Masa akil baligh : dari umur 15-21 tahun

4. Masa syabibah (adolisen): dari umur 22-26 tahun

5. Masa rujulah: (pemuda pertama atau dewasa): dari 29-35 tahun

6. Masa pemuda kedua: dari umur 36-42 tahun

7. Masa Kuhulah: dari umur 43-49

156

H. M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang), h.

26

Page 82: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

70

8. Masa umur menurun: dari 50-56 tahun

9. Masa kakek-kakek/nenek-nenek pertama: dari 56-63

10. Masa kakek-kakek/nenek-nenek kedua: dari 64-75 tahun

11. Masa Harom (pikun): dari 75-91 tahun

12. Masa meninggal dunia157

Adapun pertumbuhan dari segi paedagogis yaitu:

1. Periode pendidikan pertama: sejak lahir-6 tahun. Anak dijaga dari segala

yang mengotorkan jasmani dan rohani. Dengan kata lain, periode ini

adalah masa pendidikan secara dressur (pembiasaan) dalam hal-hal yang

baik.158

Pada perkembangan keagamaannya pada usia 6 tahun ini makin kuat,

apalagi bilamana praktek ibadah selalu diberikan kepada mereka, maka

sikap tersebut akan semakin kuat. Hubungan dengan Tuhan sangat bersifat

pribadi, mereka senang berdoa dengan sepenuh hati.159

2. Periode pendidikan kedua yakni anak didik tentang adab kesusilaan.

Pendidikan demikian ini dimulai umur 6 tahun.160

3. Periode pendidikan ketiga: anak didik sexuilnya dengan cara terpisah

tempat tidurnya dari orang tua, sebab hubungan sexual ayah dan ibu bila

sampa dilihat oleh anak, akan membahayakan jiwa anak tersebut

mengingat anak mempunyai watak suka meniru perbuatan orang lain

terutama orang tuanya. Anak dalam periode ini, menginjak umur 9 tahun.

Mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang terhadap agama.

Mereka lebih ingin mengetahui tentang Tuhan dan banyak mengajukan

pertanyaan tentang hal tersebut. Mereka merasa terganggu perasaannya

157

Ibid, h. 27 158

Ibid, h. 28-29 159

H.M Arifin, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 56-57 160

H. M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang), h.

29

Page 83: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

71

bilamana Tuhan diberi tahukan kepadanya berada di sekelilingnya yang

tidak Nampak oleh panca indera.161

4. Periode pendidikan ke empat yakni bagi anak yang telah berumur 13 tahun

diharuskan menjalankan sembahyang guna menenangkan jiwanya, karena

masa ini anak mulai memasuki alam puberteit (sturm and drang) di mana

pada masa ini anak mengalami kegoncangan-kegoncangan jiwa sangat

membutuhkan pimpinan yang teguh.

5. Periode pendidikan kelima yakni bagi anak umur 16 tahun. Pada masa ini

anak telah mengalami kedewasaan nafsu birahinya yang banyak

mengahajatkan penjagaan dari orang tuanya agar tidak terjadi exces-exces

sexual yang merugikan.

Dari tahap-tahap proses pertumbuhan manusia, penulis

menyimpulkan bahwa manusia memerlukan pendidikan sejak dini, agar

manusia dapat menjalani kehidupan yang lurus dan lebih teratur serta

mempunyai tujuan dengan segala aktivitasnya.

G. Problem-problem Pendidikan Islam

1. Sistem pendekatan dan Orientasi

Di tengah gelombang krisis nilai-nilai kultural berkat pengaruh

ilmu dan teknologi yang berdampak pada perubahan sosial, pendekatan

pendidikan Islam yang memandang bahwa kebenaran Islam yang mutlak

pasti mampu mengalahkan kebatilan yang merajalela di luar kehidupan

Islam dengan dasar dalili:

(jika telah datang perkara yang hak, maka hancurlah perkara yang

batil) perlu dilakukan modifikasi/perubahan menjadi pendekatan yang

berdasarkan atas pandangan yang realistis bahwa Islam sebagai suatu

kebenaran mutlak baru mampu berkembang dengan sepenuhnya dalam

masyarakat bila para pendukungnya berusaha keras dan tepat sasaran

melalui sistem dan metode yang efektif dan efisien.

161

H.M Arifin, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 57

Page 84: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

72

Efektivitas dan efisiensi pendidikan Islam menuntut untuk

menerapkan pelbagai rekayasa dan rekadaya yang didasari oleh ilmu

pengetahuan teoritis dan praktis sesuai dengan sasaran yang digarap.

Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang

jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan

penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan

idealitas umat manusia yang serba multi interes yang berdimensi nilai

ganda dengan tuntutan hidup yang multi kompleks pula. Jadi tugas

pendidikan Islam dalam proses pencapaian tujuannya tidak lagi

menghadapi problema kehidupan yang simplisistis, melainkan amat

kompleks akibat rising demand manusia semakin kompleks pula. Semakin

kompleks rising demand, semakin kompleks pula hidup kejiwaannya,

maka semakin tidak mudah jiwa manusia itu diberi nafas agama. Bagaikan

obat pahit yang menyembuhkan, namun banyak orang yang tak mau

menelannya. Oleh karena itu diperlukan sistem dan metode yang menarik.

162

Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik masyarakat

mulai merubah pandangan tentang cara hidup bermasyarakat yang baik

dalam bidang ekonomi, politik, kemasyarakatan dan implikasinya terhadap

kehidupan individual.163

Dari problema di atas dapat disimpulkan bahwa probelema

mengenai sistem pendekatan dan orientasi adalah krisis nilai-nilai kultural

berkat pengaruh ilmu dan teknologi yang berdampak pada perubahan

sosial, timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multi

interes yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi

kompleks pula.

2. Pelembagaan Proses Kependidikan Islam

Bilamana Toffler benar-benar menyadari bahwa kelemahan fungsi

lembaga pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat, pada hakikatnya tidak

162

Ibid, h. 5 163

Ibid, h. 38

Page 85: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

73

terlepas dari mekanisme sistem sosio-kultural yang saat ini sedang diserbu

oleh membanjirnya pengaruh sains dan teknologi itu sendiri, maka faktor

interaksional dalam pertumbuhan sekolah dan masyarakat adalah satu-

satunya yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kelemahan

fungsional sistem lembaga kependidikan kita.

Di samping itu pergeseran idealitas masyarakat yang menuju ke

arah pola pikir rasional-teknologis yang cenderung melepaskan diri dari

tradisionalisme kultural-edukatif makin membengkak. Fungsi lembaga

kependidikan kita mau atau tidak mau harus bersifat laten terhadap

kecenderungan sosial tersebut. Akibatnya lembaga ini terlalu dibebani

over demanded, karena dianggap sekedar sebagai public and social

servant yang harus tunduk kepada kebinekaan kepentingan yang berubah-

ubah.164

Beban institusi sekolah kita terlalu besar melebihi kemampuannya:

Sekolah kita dituntut untuk memikul beban tanggung jawab moral dan

sosial-kultural yang tidak termasuk program instruksional yang di desain,

oleh karenanya sekolah tidak siap memikul tanggung jawab tersebut.

Sistem birokrasi lah yang telah memperberat beban yang di luar

kemampuan sekolah. Seperti membebani titipan-titipan mata pelajaran

yang bersifat menunjang kebijaksanaan teknis departemental atau

sektoral.165

Makin membesarnya kesenjangan si kaya dan si miskin: Sekolah

kita yang diandalkan menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan

kesejahteraan hidup ekonomis, terutama bagi alumni-alumninya,

memerlukan dukungan mmasyarakat secara berimbang. Bukan hanya

golongan kaya saja yang dapat menyekolahkan anak, akan tetapi juga

golongan miskin yang terdampar di abu. Oleh karena itu, sekolah dituntut

untuk berlaku adil dan bersikap demokratis terhadap enrolment, dan

164

Ibid, h. 7 165

Ibid, h. 39

Page 86: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

74

sekaligus mendidik pendemokrasian dan persamaan serta keadilan sosial

dalam pola hidup ekonomis untuk kemakmurannya yang merata.166

Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sekolah

dan masyarakat adalah satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap

timbulnya kelemahan fungsional sistem lembaga kependidikan kita.

Pergeseran idealitas masyarakat yang menuju ke arah pola pikir rasional-

teknologis yang cenderung melepaskan diri dari tradisionalisme kultural-

edukatif makin membengkak.

3. Pengaruh Sains dan Teknologi Canggih

Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif

daripada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif

(memudahkan) kehidupan manusia yang hidup sehari-hari sibuk dengan

berbagai problema yang semakin mengemelut. Teknologi menawarkan

berbagai macam kesantaian dan kesenangan yang semakin bineka,

memasuki ruang-ruang dan celah-celah kehidupan kita sampai yang

remang-remang dan bahkan yang gelap pun dapat dipenetrasi.167

Dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai

menampakkan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya berkekuatan

melemahkan daya mental-spiritual/jiwa yang sedang tumbuh berkembang

dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Tidak hanya nafsu

mutmainah yang dapat diperlemah oleh rangsangan negative dari

teknologi elektronis dan informatika, melainkan juga fungsi-fungsi

kejiwaan lainnya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan

perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat

teknologis-elektronis dan informatika seperti computer, foto copy, VCR,

dan sebagainya. Dalam waktu dekat, anak didik tidak perlu lagi belajar

bahasa asing dan berfikir ilmiah taraf tinggi, karena alat-alat teknologis

telah mampu menggantikannya dengan computer penerjemah semua

bahasa asing, robot-robot telah siap mengerjakan tugas-tugas yang ahrus

166

Ibid, h. 40 167

Ibid, h. 8

Page 87: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

75

dikerjakan dengan tangan dan mesin otak (computer) yang mampu

berpikir lebih cepat dari otak manusia sendiri.168

Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan Islam

pada khususnya antara lain adalah dehumanisasi pendidikan, netralisasi

nilai-nilai agama, atau upaya mengendalikan dan mengarahkan nilai-nilai

tradisional kepada suatu pemukiman yang Illahi yang kokoh dan tahan

banting, baik dalam dimensi individual maupun sosio kultural.

Di arena perbenturan antara nilai sekuler dan nilai absolutisme dari Tuhan

akibat rentannya pola pikir manusia teknologis yang pragmatis-relativistis

inilah pendidikan Islam harus hidup mengacu dan membuktikan

kemampuan canggihnya. Di sinilah to be or not to be-nya (eksistensinya)

pendidikan Islam.

Tuntutan masyarakat industrial-teknologis masa kini dan masa

datang adalah seperti digambarkan oleh Skinner yang dikutip oleh H.M

Arifin, pelopor pendidikan yang teknologis-behavioris bahwa “Pendidikan

kita saat ini hanya dijadikan sebagai cabang dari teknologi ilmiah yang

paling penting, yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia”.

Padahal seharusnya pendidikan harus dijadikan pusat-pusat pengembangan

peradaban dan kebudayaan umat manusia dalam masyarakat. Kekeliruan

pandang demikian memang beralasan, bahwa lembaga pendidikan kita

dalam beberapa seginya harus dijadikan sumber pengembangan sains dan

taknologi dengan menteknologikan proses kependidikan yang berlangsung

untuk mencapai outcome yang seirama dengan kemajuan teknologi itu

sendiri. Nilai-nilai apapun tidak lagi diperlukan, karena teknologi pun

bebas dari nilai apapun baik yang moral dan yang spiritual. Ini adalah

salah satu aspek pandangan pragmatisme.169

Fenomena sosial yang telah diteliti oleh para ahli perencanaan

kebijaksanaan pendidikan, misalnya menunjukkan bukti bahwa setiap

tahap kemajuan ilmu dan teknologi canggih, selalu membawa perubahan

168

Ibid, h. 9 169

Ibid, h. 9-10

Page 88: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

76

sosial yang sepadan atau bahkan lebih besar dari pada perkiraan atau

peramalan mereka. Dampak positif dan negatifnya terhadap kehidupan

manusia kadang-kadang tak dapat lagi dikontrol atau diarahkan oleh

lembaga-lembaga sosial dan kultural atau moral yang sengaja dibangun

oleh masyarakat misalnya lembaga sekolah.170

Akibat dari dampak negatif IPTEK, dalam bidang moral dan

spiritual menimbulkan keresahan batin yang menyakitkan, karena kejutan-

kejutannya tidak terkendali lagi. Maka dari itu masyarakat kini, sedang

dihinggapi kerawanan sosial dan kultural yang obat penyembuhnya sedang

dicari oleh para ahli dari berbagai bidang keilmuan, di sana-sini para ahli

sedang melakukan diagnosa, namun proses diagnosa mereka kalah cepat

dari serbuan penyakit baru yang susul-menyusul, sehingga kronistas

penyakit itu tak dapat dibendung lagi. Maka makin membengkaklah

akumulasi virus tekno-sosial yang ditularkan oleh kepesatan kemajuan

IPTEK itu sendiri.171

Kita tidak bisa hanya menyalahkan IPTEK saja, karena IPTEK

telah menjadi tumpuan harapan manusia. Kita mengharapkan suatu bentuk

kehidupan yang paling baik berkat kemajuan yang telah kita raih, namun

pada gilirannya kita justru harus menanggung resiko yang makin

kompleks yang mencemaskan batin kita. Itulah peta kehidupan umat

manusia masa kini dan masa depan yang hanya mengandalkan

kemampuan intelektualitas dan logika, tanpa memperhatikan

perkembangan mental-spiritual dan nilai-nilai agama. “Nampaknya kita

hidup normal tapi sebenarnya kita berada di dalam keadaan sakit.” Kata

ahli sosial-futorologi, Theodore Roszak. Masyarakat sedang mengalami

krisis transisi yang makin diperkacau oleh pertikaian dan permusuhan serta

dissosiasi.172

170

H. M Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), h. 35 171

Ibid, h. 35 172

Ibid, h. 35

Page 89: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

77

Penulis menyimpulkan bahwa pengaruh sains dan teknologi

merupakan pengaruh besar yang berdampak pada pendidikan, seharusnya

pendidikan harus dijadikan pusat-pusat pengembangan peradaban dan

kebudayaan umat manusia dalam masyarakat. Lembaga pendidikan kita

dalam beberapa seginya harus dijadikan sumber pengembangan sains dan

taknologi dengan menteknologikan proses kependidikan yang berlangsung

untuk mencapai outcome yang seirama dengan kemajuan teknologi itu

sendiri.

4. Perencanaan dan Model-model Pendidikan Islam

Oleh karena pendidikan beserta kelembagaannya sering harus

mengalami inovasi dan peka terhadap perubahan sosial, maka perencanaan

pendidikan harus mulai dari identifikasi kebutuhan yaitu kebutuhan

perkembangan anak didik seirama dengan perkembangan masyarakat.173

Tingkat kebutuhan kependidikan (seperti ilmu pengetahuan, sikap

dan keterampilan) anak didik. Dimensi-dimensi kebutuhan tersebut

ditetapkan setelah mengidentifikasi tingkat dan macam kebutuhan

kependidikan apa dari tiga aspek tuntutan yaitu masyarakat, siswa, dan

pendidik.174

Dari segi manajemen kependidikan, suatu perencanaan untuk

pendidikan masa depan harus meliputi tiga ciri pokok masyarakat,

menurut Herold G. Shane yang dikutip H.M Arifin, ia mengatakan salah

seorang futuris yang optimis, yaitu masa depan sosio, masa depan tekno

dan masa depan bio, dengan segala implikasi dan dampaknya terhadap

jiwa manusia. 175

Penulis menyimpulkan bahwa perencanaan pendidikan harus mulai

dari identifikasi kebutuhan yaitu kebutuhan perkembangan anak didik

seirama dengan perkembangan masyarakat. Dimensi-dimensi kebutuhan

tersebut ditetapkan setelah mengidentifikasi tingkat dan macam kebutuhan

173

Ibid, 10 174

Ibid, 10-11 175

Ibid, h. 12

Page 90: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

78

kependidikan apa dari tiga aspek tuntutan yaitu masyarakat, siswa, dan

pendidik.

H. Solusi-solusi terhadap Problema Pendidikan Islam

1. Sistem Pendekatan dan Orientasi

Orientasi pendidikan Islam dalam zaman teknologi masa kini dan

masa depan perlu diubah. Yang semula berorientasi kepada kehidupan

ukhrowi menjadi duniawi-ukhrowi bersamaan. Orientasi ini menghendaki

suatu rumusan tujuan pendidikan yang jelas karena itu program

pembelajarannya harus lebih diproyeksikan ke masa depan daripada masa

kini atau masa lampau. Meskipun masa lampau dan kini tetap dijadikan

khazanah kekayaan empiris yang amat berharga bagi batu loncatan ke

masa depan, sehingga nostalgia ke masa keemasan dunia Islam masa

lampau (abad 7-14) tidak perlu lagi mengobsesi pemikiran kita.176

Jadi, menurut penulis, pendidikan merupakan salah satu pusat

gerakan paling strategis dalam masyarakat, karena ia mempunyai landasan

ideal dan operasional yang kokoh berdasarkan nilai-nilai yang pasti kepada

kemajuan hidup masa seakrang. Pendidikan Islam yang bertugas menggali

dan mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadits

sudah jelas memperoleh bimbingan dan arahan dari kedua sumber

tersebut.

Al-Quran telah mengajarkan manusia dalam mengembangkan rasio

untuk memantapkan iman dan takwanya itu diperkokoh melalui ilmu

pengetahuan, yang mana menjadi ciri khas islami. Dan tidak terdapat di

kitab-kitab lainnya.

Manusia telah mendapat wawasan terhadap masa depannya dengan

diberikannya akal sampai ditemukannya IPTEK. Seperti contoh dalam

surat Arrahman yang menjelaskan kelautan dan ruang luar angkasa dan

surat Saba ayat 10-13 tentang bahan teknologis bangunan-bangunan

kolosal. Oleh karena itu, manusia harus bersikap bahwa agama dan IPTEK

bisa saling mempengaruhi nilai-nilai yang baik, yaitu dengan memberikan

176

Ibid, h. 5-6

Page 91: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

79

makna kemanusiawian. Maka, IPTEK tetap harus terus berjalan sepanjang

hidup agar kehidupan tetap stabil dan damai dengan dilandasi iman dan

takwa. Serta tujuan pendidikan Islam saat ini harus berorientasi pada dua

tujuan, yakni tujuan dunia dan tujuan akhirat. Jadi, belajar ilmu-ilmu untuk

masa depan lebih utama daripada belajar hal-hal masa lalu.

2. Pelembagaan Proses Kependidikan Islam

Pendidikan Islam kita yang masih bersifat konservatis dan statis

dalam menyerap tendensi dan aspirasi masyarakat transisional seperti

masa kini, perlu memacu diri untuk melakukan inovasi dalam wawasan,

strategi, dan program-programnya sedemikian rupa sehingga mampu

menjawab secara faktual dan fungsional terhadap tantangan baru. Apalagi

bila diingat bahwa misi pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-

nilai luhur dari Tuhan yang harus diinternalisasikan ke dalam lubuk hati

tiap pribadi manusia melalui bidang-bidang kehidupan manusia, maka

pendekatan sistemik yang bersifat missionair di mana faktor humanisasi

menjadi sentral strategi, perlu lebih diprioritaskan dalam perencanaan.177

Jadi, menurut penulis lembaga pendidikan Islam saat ini seperti

pesantren harus mengikuti perkembangan zaman, seperti menerapkan

metode atau mengajar dengan variatif, tidak hanya ceramah atau hafalan

saja. Serta perlu dikenali dengan teknologi kepada peserta didik.

Kemudian, secara konten, anak didik diajarkan memecahkan

masalah kehidupan nyata yang dimana nilai-nilai kemanusiaan lebih di

kedepankan. Dan anak tetap diajarkan kritis, namun tetap tidak

menghilangkan kesadaran sebagai hamba Allah Swt. Lalu mengenai

pendidik, pendidik harus bertanggung jawab dan mulailah menganggap

murid sebagai sumber pengetahuan juga, jadi bukan sebagai objek

pendidikan yang pasif. Selanjutnya mengenai anak didik, anak didik

diajarkan dialogis dengan siapapun. Menghayati kehidupan dan pandangan

orang lain, kemudian merevisi sikap pandangannya sendiri. Jadi corak

tersebut merupakan sikap inovatif.

177

Ibid, h. 77-8

Page 92: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

80

3. Pengaruh Sains dan Teknologi

Dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai

menampakkan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya berkekuatan

melemahkan daya mental-spiritual/jiwa yang sedang tumbuh berkembang

dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Tidak hanya nafsu

mutmainah yang dapat diperlemah oleh rangsangan negative dari

teknologi elektronis dan informatika, melainkan juga fungsi-fungsi

kejiwaan lainnya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan

perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat

teknologis-elektronis dan informatika seperti computer, foto copy, VCR,

dan sebagainya. Dalam waktu dekat, anak didik tidak perlu lagi belajar

bahasa asing dan berfikir ilmiah taraf tinggi, karena alat-alat teknologis

telah mampu menggantikannya dengan computer penerjemah semua

bahasa asing, robot-robot telah siap mengerjakan tugas-tugas yang ahrus

dikerjakan dengan tangan dan mesin otak (computer) yang mampu

berpikir lebih cepat dari otak manusia sendiri.178

Menurut H.M Arifin, tuntutan masyarakat industrial-teknologis

masa kini dan masa datang adalah seperti digambarkan oleh Skinner,

pelopor pendidikan yang teknologis-behavioris bahwa “pendidikan kita

saat ini hanya dijadikan sebagai cabang dari teknologi ilmiah yang paling

penting, yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia”. Padahal

seharusnya pendidikan harus dijadikan pusat-pusat pengembangan

peradaban dan kebudayaan umat manusia dalam masyarakat. Kekeliruan

pandang demikian memang beralasan, bahwa lembaga pendidikan kita

dalam beberapa seginya harus dijadikan sumber pengembangan sains dan

teknologi dengan menteknologikan proses kependidikan yang berlangsung

untuk mencapai outcomes yang seirama dengan kemajuan teknologi itu

sendiri. Nilai-nilai apapun tidak lagi diperlukan, karena teknologi pun

178

Ibid, h. 9

Page 93: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

81

bebas dari nilai apapun baik yang moral dan yang spiritual. Ini adalah

salah satu aspek pandangan pragmatisme.179

Namun demikian pelopor aliran behaviorisme tersebut masih tetap

menghargai sekolah selaku lembaga pendidikan yang berdaya guna. Ia

menganggap bahwa “oleh karena manusia saat ini berada di dalam kubu

zaman revolusioner yang amat menarik perhatian, dimana studi tentang

manusia dipusatkan pada kepentingan hidup paling utama manusia, maka

pendidikan harus dapat berperan serta didalamnya, pendidikan harus mau

menerima kenyataan bahwa suatu revisi secara menyeluruh mengenai

praktek-praktek kependidikan tak terhindarkan lagi. Barulah setelah tugas

ini, pendidikan dapat mengharapkan sepenuh keyakinan kepada sekolah

sebagai suatu sistem yang mampu memenuhi ciri-ciri dan watak dari

tugasnya, yang mampu menjamin metode-metodenya dan secara suka rela

di-support oleh warga Negara yang efektif dan berpengetahuan yang mana

justru pendidikan itu sendiri harus menciptakan mereka.180

Jadi, menurut penulis, Al-Quran memang telah terlebih dahulu

menjelaskan adanya teknologi dari zaman Nabi. Hal ini membuktikan

bahwa manusia di dorong agar menganalisa dan mengembangkan ilmu dan

teknologi.

Pendidikan Islam yang tugas pokoknya membimbing, membina

peserta didik harus mampu mengetengahkan perencanaan dan kegiatan

operasional kependidikan terutama yang bekaitan dengan IPTEK. Seperti

pendidik harus memotivasi peserta didik dalam keterampilan

memanfaatkan IPTEK.

4. Perencanaan dan Model-model Pendidikan Islam

Pendidikan yang dijadikan tumpuan harapan manusia harus

mampu memproyeksikan keadaan masa depan ke dalam ketiga kategori

tersebut di atas yaitu:

179

Ibid, h. 9-10 180

Ibid, h. 10

Page 94: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

82

1. Masa depan sosio, yang mengandung fenomena prinsipal, antara lain

penyebaran alternatif struktur rumah tangga yang lamban, sharing child-

rearing (pengasuhan anak oleh orang tuanya), pandangan tentang posisi

keibuan, hubungan–hubungan seksualitas dan moralitas sosial baru, serta

interpretasi kembali tentang peranan agama dalam masyarakat. Makin

banyaknya kaum wanita menjadi tenaga kerja. Penekanan hidup pada

aspek-aspek sosial, penolakan umum terhadap penggunaan senjata

penghancur massal (nuklir dan kimia), terjadi peningkatan perkawinan

lintas suku dan agama, radikalisme pelajar makin menurun, status kurang

dikaitkan dengan benda-benda consumer, pemecahan tentang krisis energi

jangka panjang tak kunjung tercapai, dan penggunaan energi per kapita

makin menurun.181

2. Masa depan Tekno, secara singkat dapat disimpulkan bahwa masyarakat

masa depan akan dilanda pengaruh energi fisika tinggi, inovasinya dan

implikasinya yang cenderung lebih besar terhadap energi sinar laser,

bidang sibernetika, proses control sistem-sistem mekanik, biologi dan

elektronik makin dimurnikan pemakaiannya, terjadinya perubahan

terhadap media massa. Adanya sukses besar dalam manipulasi dan

restorasi lingkungan, pengurangan tenaga kerja, penyempurnaan energy

solar dan nuklir, peningkatan penggunaan komputer dan teknik

pemrosesan data, penyempurnaan komputer rumah tangga.182

3. Masa depan bio. Secara prinsipal ditandai dengan makin menghangatnya

diskusi tentang pemakaian teknik modifikasi behavioral seperti kimia,

elektronik dan kejiwaan serta isu-isu manipulasi genetika, akibat

timbulnya hasrat ZPG, tugas-tugas keorangtuaan dan keibuan semakin

selektif berdasarkan prinsip-prinsip genetika, teknik-teknik pengendalian

kelahiran makin disempurnakan.183

Pendidikan Islam yang diharapkan oleh umat Islam adalah

pendidikan yang mampu menjadi obor yang menerangi kebingungan dan

181

Ibid, h. 12 182

Ibi, h. 13 183

Ibid, 13

Page 95: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

83

kegelapan hidup manusia masa kini dan secara maksimal dapat menjadi

Juru Selamat moral bagi masyarakat teknologis yang pragmatis anti

moralitas Illahi yang absolut. Dengan menyerap nilai-nilai Islam seperti

yang muncul dan berkemampuan tinggi pada masa permulaan risalahnya

kemudian dikonseptualisasikan ke dalam sistem nilai yang mengacu

kepada tuntutan baru, maka vitalitas pendidikan Islam akan bangkit

kembali.184

Dari solusi-solusi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa melalui

pendidikan, manusia diharapkan mengikuti arus kehidupan sesuai

perkembangannya agar tidak tertinggal, dengan mempunyai 3 masa depan.

Yaitu masa depan sosio, tekno, dan masa depan bio. Ke semua itu antara

lain penyebaran alternatif struktur rumah tangga yang lamban, sharing

child-rearing (pengasuhan anak oleh orang tuanya), pandangan tentang

posisi keibuan, hubungan–hubungan seksualitas dan moralitas sosial baru,

serta interpretasi kembali tentang peranan agama dalam masyarakat.

mampu menjadi obor yang menerangi kebingungan dan kegelapan hidup

manusia masa kini dan secara maksimal dapat menjadi Juru Selamat moral

bagi masyarakat teknologis yang pragmatis anti moralitas Illahi yang

absolut.

184

Ibid, h. 37-38

Page 96: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam merupakan membimbing, membina, mengarahkan

manusia menjadi makhluk yang bertanggung jawab dan berperilaku baik.

Namun pendidikan kita saat ini sedang mengalami krisis moral. IPTEK yang

seharusnya menjadi tumpuan harapan manusia menjadi manusia yang

berkualitas, berpikir cerdas dan maju dari konservatif dan statis, namun

ternyata kebablasan dalam menggunakannya. Sehingga manusia itu terlena

oleh pengaruh IPTEK. Pengaruh IPTEK yang sedemikian canggih dan cepat,

lambat laun menggerus nilai-nilai sikap mental dan spiritual seseorang

sehingga menyebabkan tujuan pendidikan tidak tercapai.

Fitrah merupakan potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir.

Yaitu fitrah beragama, bakat, naluri, dan sikap netral terhadap lingkungan.

Semua ini penting untuk diketahui dan digali semaksimal mungkin, dengan

dibantu pula oleh lembaga pendidikan. Pendidik harus mengetahui potensi-

potensi yang dimiliki peserta didik. Jadi, macam-macam fitrah tersebut itu

penting semua digali dan dioptimalkan manusia dengan dibantu oleh

pendidikan. Karena dengan begitu, kita tidak akan kebablasan lagi dalam

menghadapi tantangan apapun yang terjadi di zaman sekarang atau zaman

yang akan datang. Kita dapat menghadapi tantangan yang begitu canggih atau

lebih maju dengan tetap tidak kehilangan nilai-nilai keagamaan kita atau

tidak hilang mental-spiritual kita.

Tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri adalah untuk menjadi

manusia yang bermanfaat, menjadi manusia paripurna, bahagia, dan

mengharap ridho Allah Swt. Tujuan pendidikan Islam tidak hanya untuk

kepentingan duniawi, melainkan tujuan ukhrowi. Agar seimbang dalam

menjalani hidup. Jika kita hanya fokus pada tujuan akhirat, maka kita tidak

akan merasakan pengetahuan teknologi yang canggih ini, yang mana sangat

memudahkan kita dalam melakukan aktivitas di zaman sekarang. Maka perlu

Page 97: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

85

sekali berkembang tujuan kita, dari yang semulanya bertujuan untuk akhirat

saja, maka sekarang harus berubah menjadi tujuan dunia dan akhirat.

B. Saran

Bagi pendidik, sudah sebaiknya kita mengetahui konsep fitrah. Yang

mana sangat penting untuk pengembangan potensi peserta didik dengan

melalui pendidikan. Karena sistem pendidikan merupakan sistem yang cocok

untuk mendidik dan menggali potensi apa yang dimiliki peserta didik. Agar

setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang baik.

Page 98: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995.

Arief, Armai. Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Arifin, H.M Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Arifin, H.M. FIlsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. 8, 2016.

Arifin, H.M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

1975

Arifin, H.M. Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

Jakarta: Bulan Bintang. 1976

Arifin,H.M Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. 4, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 1998.

Azra, Azyumardi. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah

Tantangan Milenium II., Jakarta: Kencana. Cet. 2, 2014.

Basyit, Abdul. Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan

Islam, Rausyan Fikr, Vol. 13, Maret 2017.

Biaunika, Ana. Konsep Pendidikan Islam Perspektif H.M Arifin, Skripsi Pada

Program Sarjana IAIN Salatiga, 2017. Tidak Dipublikasikan.

Cahaya Kesuma, Guntur. Konsep FItrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam,

Ijtimaiyya, Vol 6, Agustus 2013.

Fadhilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2005

Farah Naila, dan Cucum Novianti, Fitrah dan Perkembangan Jiwa Manusia dalam

Perspektif Al-Ghazali, Yaqhzan Vol. 2, Desember 2016

Ghofur, Abdul. Konstruksi Epistemologi Pendidikan Islam, Jurnal Kependidikan

Islam, Vol 2, Desember 2016.

Page 99: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

Gunawan, Heri. Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.

Haris, Muhammad. Pendidikan Islam dalam Perspektif H.M Arifin, Jurnal Ummul

Qura Vol VI, September 2015

Huda, Nurul. Konsep Pendidikan Al-Fitrah dalam Al-Qur’an, Tesis Pada

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2006. Tidak

Dipublikasikan.

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002

Mahmud. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.

Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2013

Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. 35, 2016

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.

3, 2004.

Mujib, Abdul, dan Yusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,

cet. 4, 2014

Muliyawan, Jasa Ungguh. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2015.

Mustakim, Zaenal. Pendidikan Islam, Globalisasi Teknologi Informasi dan

Moralitas Bangsa, Forum Tarbiyah, Volume 11, Nomor 1, Juni 2013.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Inteletktual dan pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Nizar, Samzul. Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001.

Pransiska, Toni. konsep Fitrah Manusia dalam Perspektif Islam dan Implikasinya

dalam pendidikan Islam Kontemporer, (Jurnal Ilmiah Didaktika, Volume

17, Nomor 1, Agustus 2016), h. 7

Saryono, Konsep FItrah dalam Perspektif Islam, Jurnal Studi Islam, Volume 14,

Nomor 2, Desember 2016.

Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.

Jakarta: Prenadamedia Group, cet. 5, 2015.

Page 100: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (mixed

Methods), Bandung: Alfabeta, 2011.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013

Suwaibatul Aslamiyah, Siti. Problematika Pendidikan Islam di Indonesia,

Alhikmah Jurnal Studi Keislaman, Volume 3, Nomor 1, Maret 2013.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, cet. 7, 1992.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.

3. 2015.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, cet. 2, 1999.

Wahyudi, Tian. Konsep Pembelajaran Berbasis Potensi FItrah, Tesis Pada

Pascasarjana UIN Yogyakarta. 2015. Tidak Dipublikasikan.

Wiyani, Novan Ardy, dan Barnawi. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz

Media, cet. 3, 2016

Yahya, M. Slamet. Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan Iptek,

Insania, Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2006.

Page 101: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi
Page 102: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi
Page 103: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi
Page 104: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi
Page 105: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF H. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42941/1/PUTRI...KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF . H. MUZAYYIN ARIFIN . Skripsi