KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Studi Pola Komunikasi Antar Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan
di RW 19 Kelurahan Srengseng Sawah
Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Maulana Abdul Zhaki
NIM: 11150510000082
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2020 M
iv
ABSTRAK
Nama : Maulana Abdul Zhaki
NIM : 11150510000082
Komunikasi Antarbudaya (Studi Pola Komunikasi Antar Umat
Beragama dalam Menjalin Kerukunan di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan)
Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antar orang-
orang yang berbeda budaya baik dalam arti agama, ras, suku, etnis
maupun sosial ekonomi. Rukun Warga (RW) 19 Kelurahan
Srengseng Sawah menjadi wilayah yang menjadi percontohan dalam
kehidupan beragama dan berbudaya. Hal ini dikarenakan warganya
hidup rukun selama puluhan tahun tanpa terjadi konflik. Wilayah ini
memiliki tempat peribadatan lengkap yakni Musala, Pura dan Gereja
yang saling berdekatan satu sama lain.
Berdasarkan latar belakang di atas proses komunikasi
antarbudaya antar umat beragama di RW 19 kelurahan Srengseng
Sawah terjadi dalam bentuk pola komunikasi antarpribadi,
kelompok, publik dan massa. Hasil dari komunikasi antarbudaya
tersebut melahirkan kerukunan dan hubungan harmonis antar umat
beragama satu sama lainnya.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Tenik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara mendalam dan
dokumentasi berupa foto, catatan dan lainnya. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi yang ditinjau dari
pola yang dilakukan. Menurut Joseph A. Devito, terdapat empat
jenis pola komunikasi yaitu pola komunikasi antarpribadi, pola
komunikasi antar kelompok, pola komunikasi publik dan pola
komunikasi massa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerukunan antar
umat beragama di wilayah RW 19 kelurahan Srengseng Sawah
sangat nampak, hal ini terlihat dari berbagai aspek kegiatan yang
dilakukan bersama-sama seperti aspek sosial, pendidikan, agama dan
budaya. Pola komunikasi yang paling sering digunakan ialah pola
komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi massa.
Kata Kunci: Komunikasi Antarbudaya, Pola Komunikasi
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi
ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, serta para sahabat yang selalu setia mendampingi
setiap tetes keringat perjuangan beliau.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengalami banyak
kendala dan kesulitan sehingga rasa putus asa kerap kali datang dan
dirasakan. Namun berkat dukungan yang tiada henti serta bantuan
dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dari berbagai pihak,
menjadikan penulis bangkit kembali dan bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dan akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.
Banyak pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi
ini, namun karena keterbatasan kata dalam pengantar maka penulis
tidak dapat menyebutkan pihak tersebut satu persatu dan tanpa
mengurangi rasa terima kasih, izinkan penulis menyebutkan
beberapa pihak untuk mewakili pihak-pihak yang berjasa tersebut,
antara lain:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW. MSW Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.A Wakil
vi
Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Drs. Cecep
Castrawijaya, M.A Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si Kepala Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. H. Edi Amin, M.A Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Muhammad Sungaidi, M.A Dosen Pembimbing yang telah
sabar dalam membimbing, memotivasi penulis serta meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjalani proses
perkuliahan.
7. Seluruh staff perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan staff perpustakaan umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kemudahan
penulis untuk mendapatkan berbagai bahan dan referensi untuk
skripsi ini.
8. Bapak Agung Setya ketua Rukun Warga (RW) 19 Kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan yang telah memberikan izin
dan membantu penulis sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
9. Seluruh informan Bapak Komang, Omah Bernat, Bapak Yadi,
Ibu Ida Ayu dan Ibu Nursyaidah terima kasih sudah memberikan
informasi yang penulis butuhkan.
vii
10. Kedua orang tua tercinta Bapak Bonin dan Ibu Rosidah, dan
juga anggota keluarga lainnya yang sudah membantu penulis
dalam bentuk moril maupun materil yang tidak akan bisa penulis
balas sampai kapan pun.
11. Teman-teman Futsal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan semangat, masukan dan pengalaman serta
kebersamaan yang telah penulis dapatkan selama membela tim
ini.
12. Alif Rizki Maulana, Muhammad Badrudin, Fahmi Darmawan,
Hodijah, Wisesa dan Shana Syafira terimakasih sudah selalu ada
dan memberi masukan kepada penulis.
13. Muhammad Fahreza Lubis terima kasih sudah menjadi teman
dari hari pertama kuliah sampai sekarang, teman di dalam dan di
luar kelas.
14. Deni, Litha, Helda dan Putri selaku teman sejak sekolah
menengah hingga sekarang yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis dan meluangkan waktunya untuk penulis.
15. Para sahabat penulis Danang, Barik, Farhan, Rayhan, Ilsya,
Rezka, Sadiah, Karlita, Zaky, Mega, Alissa dan Cindy yang
selalu meluangkan waktunya untuk kumpul dan silaturahmi
disamping kesibukan masing-masing. Semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan kalian selama ini. Aamiin.
16. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2015 dan KKN
Koloni 2018, terima kasih untuk semua pengalamannya selama
ini.
viii
Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis
sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu, penulis
berharap Allah SWT membalas semua kebaikan pihak-pihak yang
telah banyak membantu penulis selama ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Jakarta. 25 Februari 2020
Maulana Abdul Zhaki
NIM. 11150510000082
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING .......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah......................................... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ......................................... 6
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 7
E. Metodologi Penelitian ........................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 17
A. Pengertian Komunikasi .................................................... 17
B. Pengertian Budaya ........................................................... 19
C. Pengertian Komunikasi Antarbudaya .............................. 20
D. Model Komunikasi Antarbudaya ..................................... 24
E. Teori Pola Komunikasi .................................................... 25
F. Kerangka Berfikir ............................................................ 30
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................ 31
A. Keadaan Geografis ........................................................... 31
B. Keadaan Demografis ........................................................ 34
C. Sejarah masuknya Hindu, Kristen dan Islam di RW
19 Kelurahan Srengseng Sawah....................................... 39
x
BAB IV HASIL TEMUAN ................................................................... 44
A. Pola Komunikasi Antarumat Beragama di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan .................. 44
B. Hubungan Antarumat Beragama dalam Menjalin
Kerukunan ........................................................................ 51
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................ 55
A. Pola Komunikasi Antarumat Beragama di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. ................. 55
B. Hubungan Antarumat Beragama dalam Menjalin
Kerukunan ........................................................................ 67
C. Tabel Komunikasi Antarbudaya Studi Pada Pola
Komunikasi Antar Umat Beragama di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan .................. 76
BAB VI PENUTUP ................................................................................ 79
A. Kesimpulan ...................................................................... 79
B. Saran ................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 82
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komunikasi Antarbudaya ........................................ 22
Gambar 2.2 Model Komunikasi Antarbudaya ............................ 24
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah ............ 33
Gambar 4.1 Kegiatan Gerak Jalan HUT RI ke-74 ...................... 45
Gambar 4.2 Kegiatan Gotong-royong ......................................... 46
Gambar 4.3 Pelatihan Sistem Keselamatan Kebakaran
Lingkungan (SKKL) ................................................................... 48
Gambar 4.4 Kegiatan Posyandu .................................................. 50
Gambar 5.1 Komunikasi Antarpribadi secara Tatap Muka ........ 56
Gambar 5.2 Komunikasi Kelompok Saat Acara 17 Agustus ...... 61
Gambar 5.3 Komunikasi Kelompok saat rapat RW .................... 62
Gambar 5.4 Kegiatan Gotong-royong ......................................... 63
Gambar 5.5 Komunikasi Publik Penyuluhan Kesehatan ............ 64
Gambar 5.6 Komunikasi Massa melalui WhatsApp ................... 66
Gambar 5.7 Kegiatan Kerja Bakti RW 19 .................................. 68
Gambar 5.8 Kegiatan Penyuluhan Kesehatan ............................. 69
Gambar 5.9 Kegiatan Maulid Nabi di Mushola Darussalam ...... 72
Gambar 5.10 Lokasi Gereja dan Pura ......................................... 73
Gambar 5.11 Kegiatan Pentas Seni ............................................. 75
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah
berdasarkan RT dan RW ............................................. 32
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 34
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk RW 19 Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2019 .................................................. 35
Tabel 3.4 Jumlah Kelahiran dan Kematian 2017 ........................ 36
Tabel 3.5 Jumlah Pertambahan Penduduk Pertahun ................... 36
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
dan Kepercayaan di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah ........................................................ 38
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Pendidikan tahun 2011-2018 .............. 39
Tabel 5.1 Karakteristik Interaksi Komunikasi Antar
Kelompok................................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia dapat
berinteraksi sosial dan berkomunikasi antar sesama manusia
yang berbeda latar belakang, status sosial, ekonomi dan
sebagainya. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia, apalagi bagi yang hidup dengan keragaman
kebudayaan, menuntut manusia untuk memahami dan
berinteraksi dengan budaya lain. Setiap sesuatu yang berkaitan
wakan berusaha berada dalam tatanan budaya. Misalnya, cara
berbicara, kebiasaan makan dan minum, bahasa sehari-hari
dan kegiatan keagamaan tertentu. Hal tersebut merupakan
hasil dari penyesuaian serta respon dari manusia, baik individu
maupun sosial, terhadap pola-pola budaya yang dikenalnya.
Mereka lahir dan dibesarkan dalam bentuk budayanya masing-
masing.1
Di Indonesia keragaman budaya dan sosial sudah ada
sejak dulu bahkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
sebagaimana tercantum dalam semboyan “Bhineka Tunggal
Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu.
Hubungan individu atau kelompok dari lingkungan
kebudayaan yang berbeda akan memengaruhi pola
komunikasi. Karena perbedaan budaya memiliki nilai dan
1 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 18.
2
aturan yang berbeda dan oleh karena itu menentukan tujuan
hidup yang berbeda sehingga sering kali menemui hambatan
seperti bahasa, norma serta adat suatu kelompok masyarakat
tertentu yang menjadikannya pedoman dalam bersikap dan
berinteraksi. Karenanya akan ada banyak perbedaan yang
muncul, dan jika perbedaan itu tidak dipahami dengan baik
akan menjadi kendala dalam proses komunikasi serta dapat
menimbulkan konflik yang bisa mengakibatkan terjadinya
perpecahan.
Di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah dikenal
mayoritas masyarakatnya beragama Islam dan kental dengan
etnik betawi, kenyataannya tidaklah demikian. Selain
masyarakat muslim, kondisi multietnik dan multiagama di
kelurahan Srengseng Sawah juga didukung oleh keberadaan
agama Hindu, Kristen dan Katholik yang tentu memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini terbukti
dengan adanya rumah peribadatan Hindu dan Kristen di
tengah-tengah masyarakat yang tentu saja mempunyai pola
komunikasi antarbudaya antar umat beragama. Dalam
kehidupan bermasyarakat tentu harus saling menyayangi satu
sama lain sebagaimana dalam hadis:
“Dari Abi Musa ra. sesungguhnya dia mendengar bahwa
Nabi Muhammad SAW berkata: Tidak dikatakan orang
beriman diantara kamu sekalian, sehingga kalian saling
mengasihi atau menyayangi. Sahabat berkata: Wahai
Rasulullah kita semuanya (komunitas sahabat) sudah
saling mengasihi. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya
kasih sayang itu bukan hanya diantara kamu saja, tetapi
3
kasih sayang kepada seluruh umat manusia dan alam
semesta. (HR. Thabrani, hadits shohih. Mujamma’ Az
Zawaid, juz 8, hal. 340)
Selaras dengan kondisi ini menggambarkan tentang
kesesuaian dengan ajaran Islam yang mana menyebutkan
bahwasanya Allah SWT menjadikan manusia berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku, laki-laki dan perempuan untuk
saling mengenal satu sama lainnya, sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur’an Allah berfirman:
ومن آياته خلق السماوات والرض واختلف
ل ك ليات للعالمين ألسنتك م لوانك موأ إن في ذ
Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
(QS. Ar-Rum : 22)
Berdasarkan ayat diatas dapat diketahui bahwa pada
hakikatnya manusia diciptakan ke dunia ini dengan berlain-
lainan bahasa, warna kulit, budaya, ras, bahasa, ide dan bahkan
cara pandang. Hal tersebut juga tercantum dalam Al-Qur’an
surat Al-Hujurat ayat 13 yang memiliki makna bahwa
sesungguhnya manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikannya berbangsa dan
bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal.
4
Namun dengan adanya perbedaan itu diharapkan akan
membawa suatu rahmat yang harus kita syukuri, walaupun tak
dapat kita pungkiri, bahwa secara manusiawi kita akan
mengalami kesusahan dalam proses komunikasi tidak
selamanya akan berjalan lancar dan efektif, pasti akan ada
permasalahan yang muncul.
Dalam masyarakat multietnik dan multiagama
kemampuan adaptasi dan toleransi menjadi pedoman pokok
dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Masyarakat
etnik Betawi yang beragama Islam merupakan masyarakat
mayoritas diharapkan dapat bertoleransi terhadap kondisi
keberagaman, sebaliknya etnis minoritas mampu beradaptasi
terhadap kondisi sosial budaya masyarakat etnis Betawi. Di
RW 19 kelurahan Srengseng Sawah kerukunan masyarakat
multietnik yang hidup berdampingan menjadi sebuah keunikan
tersendiri, yaitu tentang bagaimana berbagai etnik yang saling
berdampingan ini menjaga kerukunan selama puluhan tahun
walaupun banyak sekali perbedaan pandangan nilai dalam
kebudayaan mereka masing-masing.
Dari pemaparan di atas, menimbulkan pertanyaan
bagaimanakomunikasi antarbudaya dapat terjalin antar umat
beragama untuk saling bersinergi dan berkolaborasi dalam
menjaga kerukunan antar sesama. Penulis ingin mengkaji dan
meneliti mengenai pola komunikasi antarbudaya warga
kelurahan Srengseng Sawah. Maka penulis mengangkat judul
“Komunikasi Antarbudaya (Studi Pola Komunikasi Antar
5
Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan 2019).
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Di Kelurahan Srengseng Sawah ini terdapat berbagai
tempat peribadatan seperti Pura, Gereja, Masjid, dan
Mushola dalam satu wilayah dan setiap tahun mengadakan
acara lintas agama antar umat beragama. Acara tersebut
dihadiri oleh agama Hindu, Kristen, Katholik, Kong Hu Cu
dan Islam. Mereka saling berkomunikasi satu sama lain dan
sharing.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini hanya
pada warga pemeluk agama Islam, Kristen, dan Hindu di
wilayah RW 19 dalam menjalin kerukunan antarbudaya di
kelurahan Srengseng Sawah
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses komunikasi antarbudaya antar umat
beragama di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah?
b. Bagaimana pola komunikasi antar umat beragama di RW
19 kelurahan Srengseng Sawah?
c. Bagaimana hasil komunikasi antarbudaya antar umat
beragama di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah?
6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan
umat beragama di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah
b. Untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya pada
umat beragama di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah.
c. Untuk mengetahui hasil dari komunikasi antarbudaya
pada umat beragama di RW 19 kelurahan Srengseng
Sawah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dalam melakukan penelitian ini merupakan suatu
hal yang bermanfaat bagi penulis karena penulis dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku
perkuliahan, dan dituangkan dalam suatu karya ilmiah.
Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah
kepustakaan tentang ilmu pengetahuan khususnya
komunikasi antarbudaya dan komunikasi pada umumnya
di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa dilanjutkan dan
menjadi titik sambung bagi penelitian antarbudaya serta
menjadi masukan dan wacana ideal khususnya bagi
penulis dan umumnya untuk masyarakat luas yang
menggeluti bidang komunikasi.
7
c. Rekomendasi
Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk
Fidikom dan Kemenag mengembangkan penelitian antar
budaya sehingga tercipta masyarakat saling menghargai,
menghormati dan bekerja sama dalam merajut dan
merawat kebhinekaan serta untuk lebih meningkatkan
studi Komunikasi Antarbudaya mengingat di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini memiliki
banyak mahasiswa yang berasal dari kebudayaan yang
berbeda baik itu nasional ataupun internasional.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini lebih lanjut dan
menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah
awal peneliti adalah dengan menelaah terlebih dahulu
beberapa karya ilmiah yang berkaitan atau hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Beberapa
penelitian yang telah melakukan kajian penelitian terdahulu
seperti:
1. Skripsi ditulis oleh Ratih Pratiwi jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
(Komunikasi Antara Masyarakat Muslim Dengan
Masyarakat Non Muslim Dalam Konteks Toleransi
Beragama Pada Bulan Ramadhan Di Kelurahan Parapat,
Sumatera Utara). Penelitian ini menggunakan metode studi
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Persamaannya
8
adalah dari subjek yang diteliti yaitu antara masyarakat
muslim dan non muslim. Perbedaannya adalah penelitian
ini membahas tentang toleransi beragama pada bulan
ramadhan saja sedangkan peneliti membahas tentang pola
komunikasi antarbudaya.
2. Skripsi ditulis oleh Ali Abdul Rodzik jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
(Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa Studi
Komunikasi Antarbudaya pada Kesenian Gambang
Kromong di Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan
Srengseng Sawah). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Persamaan
pada penelitian ini yaitu membahas tentang komunikasi
antarbudaya. Perbedaannya adalah penelitian ini lebih fokus
terhadap akulturasi budaya Betawi dengan Tionghoa.
3. Skripsi ditulis oleh Endah Dewi Cahyani jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan judul “Pola Komunikasi Antarbudaya Masyarakat
Lintas Agama Dalam Menciptakan Harmonisasi di Desa
Bagoang Bogor”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Persamaan
pada penelitian ini adalah membahas tentang komunikasi
antarbudaya, namun perbedaannya dalam penelitian ini
lebih fokus terhadap cara respon dan menghindari sebuah
konflik.
9
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata.2 Pada penelitian ini
menggunakan paradigma konstruktivisme dengan
pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian
yang menghasilkan data deskriptif dengan pengamatan
langsung yang bersifat interaktif dan memaparkan sesuai
data yang didapat. Dalam penerapannya pendekatan
kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan
metode analisis yang bersifat non kuantitatif, seperti
penggunaan instrument wawancara dan pengamatan.
Metode yang digunakan ialah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang menggambarkan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Dengan metode ini peneliti ingin menggambarkan
atau melukiskan fakta-fakta atau keadaan ataupun gejala
yang tampak di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah berupa
pola komunikasi yang terjalin antar umat beragama.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu
data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam
bentuk angka.3 Sedangkan yang dimaksud dengan sumber
2 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), cet ke-7, h. 9. 3 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Rakesarasin, 1996), h. 2.
10
data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh.4 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu:
1. Sumber data primer, yaitu data langsung dikumpulkan
oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya.
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah para tokoh agama dari masing-
masing agama dan masyarakat Srengseng Sawah, Jakarta
Selatan.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari
sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang
tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam
penelitian ini, studi dokumen merupakan sumber data
sekunder.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
a. Observasi
Metode observasi ialah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.5
Dimana proses pengumpulan data primer dengan cara
pengamatan langsung dan melakukan setiap pencatatan
4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 129. 5Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2003), h. 30.
11
terhadap objek-objek terkait. Yang termasuk teknik
adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi
di antara subjek yang diriset.6 Pengamatan ini dilakukan
dengan pengamatan terhadap pola komunikasi
antarbudaya antar umat beragama di kelurahan
Srengseng Sawah.
b. Wawancara
Wawancara ialah sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang
yang diwawancarai dengan menggunakan alat yang
dinamakan interviewer guide (panduan wawancara).7
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara berfungsi sebagai parameter,
pedoman, patokan, dalam membuat pertanyaan
wawancara.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan wawancara dan observasi dalam penelitian
kualitatif. catatan atau karya seseorang tentang sesuatu
yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau
sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi
sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian.
Dokumen itu dapat berupa teks tertulis, artefak, gambar,
6Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 107. 7Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 194.
12
maupun, foto. Dokumentasi bisa berupa dokumen publik
ataupun privat. Dokumen publik contohnya adalah
media cetak ataupun media online. Adapun dokumen
privat adalah dokumen yang merupakan arsip instansi
ataupun perorangan.8
4. Informan
Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan
penelitian yang memahami informasi tentang objek
penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki kriteria
agar informasi yang didapatkan bermanfaat untuk
penelitian yang dilakukan. Terdapat kriteria-kriteria untuk
menentukan informan penelitian, yaitu9:
1. Informan yang intensif menyatu dengan suatu kegiatan
atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau
perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh
kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang
sesuatu yang ditanyakan.
2. Informan masih terikat secara penuh serta aktif pada
lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran
penelitian.
3. Informan mempunyai cukup banyak waktu dan
kesempatan untuk dimintai informasi.
8Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 338. 9Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 165.
13
Informan yang dalam memberikan informasi tidak
cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka
relatif masih lugu dalam memberikan informasi.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan
memilih mana yang penting serta mana yang perlu
dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif yang dikemukakan oleh Whitney
yakni pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil
wawancara langsung dan pengamatan yang sudah
dilakukan selama kurang lebih dua tiga bulan dan juga
transkrip wawancara. Kemudian data yang telah terkumpul
diolah dan disusun dengan teknik kualitatif dan deskriptif.10
6. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2019
- Februari 2020. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan
di wilayah RW 19 Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa,
Jakarta Selatan.
10Andi Praswoto, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta: AR-
RUZ Media, 2011), h. 201.
14
7. Kesimpulan
Pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan
antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi terbagi
menjadi 4 yakni pola komunikasi antarpribadi, pola
komunikasi kelompok, pola komunikasi publik dan pola
komunikasi massa. Sedangkan definisi paling sederhana
dari komunikasi antarbudaya adalah dengan menambah
kata budaya ke dalam pernyataan “komunikasi antara dua
orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan” atau
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang
berbeda latar belakang kebudayaan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah
pemahaman mengenai penelitian ini. Sistematika penulisan
dibagi menjadi enam bab yang terdiri dari beberapa sub bab.
Adapun sistematika penulisan nya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan langkah awal atau pendahuluan yang
menguraikan argumentasi ini mengenai latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian yang digunakan, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum mengenai teori
yang digunakan dalam penelitian ini, serta konsep-konsep
yang terkait.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini berkenaan dengan gambaran umum yang mencakup
tentang profil kelurahan Srengseng Sawah dan profil masing-
masing agama.
BAB IV TEMUAN DATA
Bab ini membahas mengenai deskripsi hasil penelitian, isi dari
jawaban rumusan masalah yaitu bagaimana pola komunikasi
antarbudaya dalam menjalin kerukunan antar umat beragama
di kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan dan faktor
pendukung serta penghambat dari penelitian ini.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini penulis membahas temuan data dan mengaitkan
dengan teori dan rumusan teori.
BAB VI PENUTUP
Bab ini penulis menarik kesimpulan dari pembahasan
keseluruhan bab dan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kemudian juga menambahkan saran serta menambahkan
daftar pustaka yang digunakan untuk rujukan penelitian.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan
kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan
manusia-manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan
hubungan sosial dengan orang-orang lainnya dan kebutuhan
ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai
jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa
berkomunikasi akan terisolasi. Secara sederhana komunikasi
bisa dimengerti sebagai proses pengiriman pesan dari
komunikator kepada komunikan. Jane Pauley memberi
definisi khusus atas komunikasi, bahwa sebuah kegiatan
dikatakan proses komunikasi jika merupakan suatu transmisi
informasi, transmisi pengertian, dengan menggunakan simbol-
simbol yang sama.1
Harold D. Lasswell mengatakan bahwa komunikasi
merupakan rangkaian kegiatan yang bermula dari “who say
what, in which, to whom, in channel with what effect”.
Maksudnya adalah siapa yang menyampaikan, kepada siapa
disampaikan, apa yang disampaikan, melalui media apa dan
apa timbal baliknya. Harold D. Lasswell mengatakan bahwa
ada 5 unsur komunikasi yang digunakan yaitu “Who, Say What
in Which Channel to Whom With What Effect”. 2
1 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), h. 7. 2 Nofrion, Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2016), h. 10
18
1. Sumber informasi atau disebut juga pengirim informasi
(sender), penyandi (encoder), komunikator
(communicator), pembicara (speaker). Jelasnya adalah
orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan tertentu.
2. Pesan, yaitu apa yang disampaikan oleh pengirim kepada
penerima pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol
verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai,
gagasan, pikiran, atau maksud dari isi pengirim pesan.
3. Saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan
sumber informasi untuk menyampaikan pesannya kepada
penerima pesan.
4. Penerima pesan atau komunikan disebut juga receiver atau
khalayak, yakni sekelompok orang yang menerima pesan
dari si pengirim pesan.
5. Efek, yakni apa yang terjadi pada si penerima pesan setelah
meneirma pesan.
Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid seperti yang
dikutip Hafied Cangara dalam bukunya “Perencanaan dan
Strategi Komunikasi”, menyatakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi antara satu sama lainnya,
yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang
mendalam.3 Jadi, komunikasi merupakan proses interaksional
dimana komunikasi antarmanusia melibatkan manusia untuk
3 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2013), h. 33.
19
selalu berinteraksi satu sama lain, sehingga mencapai suatu
pemahaman yang sama.
Dengan adanya aturan ini, orang yang menerima signal
dapat memahami maksud dari signal yang diterimanya.
Misalnya, setiap bahasa mempunyai aturan tertentu, baik
bahasa lisan, tulisan maupun bahasa isyarat.
B. Pengertian Budaya
Secara bahasa, kata budaya berasal dari kata budi, yang
diambil dari bahasa Sangsekerta yang artinya akal.4 Budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu,
peranan, konsep alam semesta dan kepemilikan yang diperoleh
sekelompok orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok tertentu.
Sedangkan arti dari kebudayaan itu sendiri menurut
Edward Burnett Tylor,5 kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup semua pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum,
adat-istiadat dan semua kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan
yang terdapat dalam diri manusia yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan dari sudut
pandang komunikasi, budaya dapat diartikan sebagai
kombinasi yang kompleks dari simbol-simbol umum,
pengetahuan, cerita rakyat, adat, bahasa, pola pengolahan
4 Yusron Rozak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi
Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 136. 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar: Tinjauan Pemikiran
Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h.
136.
20
informasi, ritual, kebiasaan dan pola perilaku lain yang
berkaitan serta memberi identitas bersama kepada sebuah
kelompok orang tertentu pada suatu titik waktu tertentu.
C. Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Istilah antarbudaya (interculture) yang pertama kali
diperkenalkan oleh seorang antropolog yang bernama Edward
T. Hall pada tahun 1959 dalam bukunya yang berjudul The
Silent Language. Karya Hall tersebut hanya menerangkan
tentang keberadaan konsep-konsep unsur kebudayaan,
misalnya sistem ekonomi, religi, sistem pengetahuan
sebagaimana apa adanya.6
Deddy Mulyana mendefinisikan komunikasi antar
budaya sebagai komunikasi yang terjadi antara orang-orang
yang berbeda agama, bangsa, ras, bahasa, tingkat pendidikan,
status sosial, bahkan jenis kelamin. Pada dasarnya komunikasi
dan budaya ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan
dan saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya tidak hanya
menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa dan
bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut
menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia
miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan. Bila budaya beraneka
ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik
6 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), Cet ke-II, h. 1
21
komunikasi.7 Adapun pengertian komunikasi antarbudaya
(intercultural Communication) menurut Joseph A. Devito
adalah komunikasi yang terjadi diantara orang-orang dari
kultur yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki
kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultur yang berbeda.8
Selain memahami pengertian komunikasi antarbudaya,
ada beberapa asumsi dasar dari komunikasi antarbudaya:9
1. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar
bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikan dan
komunikator.
2. Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi
antarpribadi.
3. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarbudaya.
4. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat
ketidakpastian.
5. Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
6. Efektifitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi
antarbudaya.
Samovar dan Porter mengatakan, untuk mengkaji
komunikasi antarbudaya perlu dipahami hubungan antara
kebudayaan dengan komunikasi. karena melalui pengaruh
budayalah manusia belajar berkomunikasi, dan memandang
7 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 20. 8 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang: Kharisma
Publishing Group, 2011), h. 535. 9 Samovar, Porter, McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya (Edisi 7), (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), h. 132.
22
dunia mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep dan
label-label yang dihasilkan kebudayaan.
Nampak sekali bahwa komunikasi antarbudaya lebih
menekankan aspek utama yakni komunikasi antarpribadi di
antara komunikator dan komunikan yang berbeda budaya.
Gambar 2.1 Komunikasi Antarbudaya
Kebudayaan A Kebudayaan B
Pesan/ Media
Kebudayaan C
Sumber: Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya,
h. 13
Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi
antarbudaya adalah kegiatan komunikasi antarpribadi yang
dilangsungkan di antara para anggota kebudayaan yang
berbeda.
Komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya
komunikasi ditujukan pada orang atau kelompok lain, tak lain
adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Dalam proses tersebut
terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah
bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan
23
demikian, komunikasi juga disebut proses budaya.10 Adapun
pengertian komunikasi antar budaya menurut para ahli,
diantaranya adalah :
1. Guo-Ming Chen dan William J. Satrosa mengatakan
bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi
atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing
perilaku manusia dan membatasi mereka dalam
menjalankan fungsinya sebagai kelompok.11
2. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarbudaya
(intercultural communication) adalah proses pertukaran
fikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda
budayanya.12
3. Stewart L. Tubbs – Sylvia Moss mendefinisikan
komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara
orang-orang yang berbeda budaya baik dalam arti ras,
etnik atau perbedaan sosio ekonomi.13
4. Joseph A. Devito mengatakan bahwa komunikasi
antarbudaya mengacu pada komunikasi antar orang-
orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara
berprilaku yang berbeda.14
10 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 49. 11 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 11 12 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), h. xi 13 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication Konteks-Konteks
Komunikasi Antarbudaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), Cet ke-
II, h. 182. 14 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, (Tangerang Selatan: Karisma
Publishing Group, 2011), h. 535
24
D. Model Komunikasi Antarbudaya
Gambar 2.2 Model Komunikasi Antarbudaya
Sumber: Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, h. 32.
Berikut ini adalah keterangan Alo tentang model
komunikasi antarbudaya, gambar di atas menunjukkan A
dan B merupakan dua orang berbeda latar belakang
kebudayaan karena memiliki kepribadian dan persepsi
mereka terhadap relasi antarpribadi.15 Ketika A dan B
saling berbicara, itulah yang disebut komunikasi
antarbudaya, karena dua pihak saling “menerima”
15 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), cet. Ke-5, h. 32.
C
A B
Persepsi
terhadap
relasi
antarpribadi
Ketidakpastian
Kecemasan
Persepsi
terhadap
relasi
antarpribadi
Strategi Komunikasi
yang Akomodatif
Kepribadian
Kebudayaan
Kepribadian
Kebudayaan
25
perbedaan sehingga bermanfaat untuk menurunkan tingkat
ketidakpastian dan kecemasan dalam relasi antarpribadi.
Menurutnya, tingkat ketidakpastian dan kecemasan
dapat menjadi motivasi bagi komunikasi yang bersifat
akomodatif. Komunikasi tersebut dihasilkan karena
terbentuknya sebuah “kebudayaan” baru “C” yang secara
psikologis menyenangkan kedua orang tersebut. Hasil akhir
komunikasi yang bersifat adaptif yakni A dan B saling
menyesuaikan diri dan menghasilkan komunikasi
antarpribadi-antarpribadi yang efektif.
E. Teori Pola Komunikasi
Kata “pola” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.16 Pola
dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara menunjukkan
sebuah objek yang mengandung kompleksitas di dalamnya dan
hubungan antara unsur-unsur pendukungnya. Sedangkan
komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu
menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Dalam
proses ini terlihat bagaimana merespon satu sama lain dan
menentukan hubungan yang mereka miliki.
Nurudin menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi
adalah sebuah pemrosesan ide, gagasan, lambang dan
melibatkan orang lain di dalam proses tersebut. Setiap orang
memiliki perbedaan dalam melakukan pemrosesan ide,
16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 778.
26
gagasan dan lambang tersebut sehingga terdapat pola-pola
tertentu sebagai wujud perilaku manusia dalam
berkomunikasi.17
Joseph A. Devito dalam buku Sistem Komunikasi
Indonesia karya Nurudin, mengelompokkan pola komunikasi
menjadi empat macam yang ditinjau dari pola yang dilakukan,
yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok,
komunikasi publik, dan komunikasi massa.18
1. Pola Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal maupun nonverbal.19 Wiryanto mengatakan bahwa
komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau
lebih, baik secara terorganisasi maupun kerumunan orang.20
Menurut Joseph A. Devito (dalam Roudhonah, 2007),
komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau
sekelompok kecil dengan efek dan umpan balik yang
17 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 26. 18 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 28. 19 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 81. 20 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 2005), h. 25.
27
langsung.21 Secara umum komunikasi antarpribadi dapat
diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara
orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses
mengacu perubahan dan tindakan (action) yang
berlangsung terus menerus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyuluh
agar bisa menjalin komunikasi antarpribadi dengan
masyarakat seperti yang semestinya.22
a. Kemampuan empati
b. Menciptakan situasi homophily (situasi yang
menggambarkan derajat pasangan yang berinteraksi
memiliki kesamaan) dengan khalayak
c. Menegakkan keserasian (kompatibilitas) program yang
dijalankannya dengan kebudayaan masyarakat setempat.
2. Pola Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) berarti
komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator
dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua
orang.23 Komunikasi kelompok bisa juga diartikan sebagai
suatu sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang
sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang
mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut,
21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2007), cet. Ke-1, h. 107. 22 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2007), cet. Ke-1, h. 124. 23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2007), h. 75.
28
komunikasi ini dengan sendirinya melibatkan komunikasi
interpersonal.24 Sekelompok orang yang menjadi
komunikan bisa sedikit, bisa juga banyak. Jika jumlah
orang dalam kelompok itu sedikit, disebut komunikasi
kelompok kecil. Jika komunikannya banyak, dinamakan
komunikasi kelompok besar.25
Alo Liliweri yang mengatakan bahwa komunikasi
kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah orang
(kalau kelompok kecil berjumlah 4-20 orang, dan kelompok
besar 20-50 orang di dalam sebuah kelompok).26
3. Pola Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang yang banyak atau
khalayak dalam sebuah situasi pertemuan seperti seminar,
kampanye, ceramah, pidato dan lain sebagainya. Dalam
komunikasi publik ini mengutamakan pengalihan pesan
yang tersusun secara baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan, yang dimulai dengan pembicaraan satu arah
kemudian dibuka dialog antara pembicara dengan
audiens.27
24 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), h. 65. 25 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 177-178. 26 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta:
PT. LkiS Printing Cemerlang, 2009), h. 21. 27 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta:
PT. LkiS Cemerlang Printing, 2009), h. 21-22.
29
4. Pola Komunikasi Massa
Komunikasi massa yaitu komunikasi dengan
menggunakan media massa, baik melalui media cetak
maupun media elektronik. Pesan-pesan yang disampaikan
biasanya bersifat umum dan di sampaikan secara cepat,
serentak dan sekilas (khususnya di media elektronik).
Biasanya komunikasi massa juga didefinisikan sebagai
suatu jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah
audiens yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media massa sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.28
28 Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2014), h. 13.
30
F. Kerangka Berfikir
Komunikasi
Antarbudaya
Pola Komunikasi
Komunikasi
Antarpribadi
Komunikasi
Kelompok
Komunikasi
Massa
Kerukunan Antarumat
Beragama
Komunikasi
Publik
RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah
31
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis
Kelurahan Srengseng Sawah adalah satu dari enam
kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Jagakarsa
Kotamadya Jakarta Selatan. Kelurahan Srengseng Sawah
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 1251 Tahun 1986. Kelurahan Srengseng Sawah mejadi
kelurahan terbesar di Kecamatan Jagakarsa berdasarkan luas
wilayah yaitu 6,75km² atau 26,99% dari luas wilayah
Kecamatan Jagakarsa.1 Batas-batas wilayah kelurahan
Srengseng Sawah adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kelurahan Lenteng Agung dan
Kelurahan Jagakarsa
- Sebelah Timur : Kali Ciliwung
- Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
- Sebelah Barat : Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Jakarta Selatan tahun 2018, wilayah kelurahan Srengseng
Sawah terdapat 19.155 kepala keluarga yang terdiri dari 19
rukun warga dan 156 rukun tetangga.2 Adapun jumlah RT/RW
di kelurahan Srengseng Sawah sebagai berikut :
1Hendi Irawan. Kecamatan Jagakarsa Dalam Angka, (Jakarta: BPS Kota
Administrasi Jakarta Selatan, 2019), h. 6. 2 Hendi Irawan. Kecamatan Jagakarsa Dalam Angka, (Jakarta: BPS Kota
Administrasi Jakarta Selatan, 2019), h. 41.
32
Tabel 3.1 Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah
berdasarkan RT dan RW
Nomer RW Jumlah RT
1 9
2 13
3 15
4 7
5 13
6 11
7 12
8 13
9 14
10 4
11 4
12 5
13 7
14 3
15 7
16 9
17 3
18 3
19 4
Jumlah 156
Sumber: Data Monografi Kelurahan Srengseng Sawah 2014
Menurut data di atas dapat disimpulkan bahwa RW
dengan jumlah RT terbanyak yaitu terdapat pada RW 3
sebanyak 15 RT. Dan dapat dilihat pula dari tabel di atas
bahwa ada 3 RW dengan jumlah RT paling sedikit masing-
masing 3 RT.
33
Pola pembangunan Kelurahan Srengseng Sawah
mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) tahun
2005 dan Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK) wilayah
selatan yang ditetapkan sebagai Daerah Resapan Air. Hal ini
didukung dengan keberadaan potensi air tanah yang ada antara
lain Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan
Setu ISTN. Selain itu, Kelurahan Srengseng Sawah pun
memiliki hutan kota yang berada di kawasan Universitas
Indonesia.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah
Sumber: Google Maps
Lembaga RT dan RW sebagai organisasi masyarakat
yang diakui secara resmi dan dibina oleh Pemerintah,
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 36 Tahun 2001 tentang Peraturan RT / RW
di Propinsi DKI Jakarta.
34
B. Keadaan Demografis
1. Kependudukan
Penduduk kelurahan Srengseng Sawah berdasarkan
data terakhir hasil Sensus Penduduk tahun 2018 tercatat
sebanyak 39.266 jiwa, sebagaimana terdapat dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 19483
Perempuan 19783
Jumlah 39266
Sumber : BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk
di kelurahan Srengseng Sawah lebih banyak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki dengan selisih tiga ratus
orang. Jika di persentasekan maka penduduk laki-laki
49,6% dan perempuan 50,4%.
Adapun jumlah penduduk RW 19 selama tahun 2019
berdasarkan catatan data dan kegiatan warga kelompok
PKK RW 19 sebagai berikut:
35
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk RW 19 Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2019
Nomor
RT
Jumlah
KK
Total Balita Jumlah
L P L P
1 54 52 51 2 3 108
2 44 62 76 7 5 150
3 38 58 62 5 8 133
4 42 68 64 3 3 138
Jumlah 178 240 253 17 19 529
Sumber: Catatan Data dan Kegiatan Kelompok PKK RW 19
Dari data penduduk diatas, jumlah penduduk RW 19
berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih banyak perempuan
daripada laki-laki. Adapun jumlah penduduk terbanyak di
RW 19 terdapat pada RT 2 yaitu sebanyak 150 jiwa dan
penduduk paling sedikit terdapat di RT 3 sebanyak 133
jiwa.
Perkembangan penduduk di Kelurahan Srengseng
Sawah cukup pesat, hal ini diimbangi dengan
pembangunan-pembangunan yang merata. Adapun
pembangunan yang semakin bertambah setiap tahunnya
yaitu pembangunan sarana pendidikan dan sarana kesehatan
seperti Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas dan Apotek.
Selain itu, suasana yang cukup menyenangkan karena
kelestarian terjaga dengan baik dan lokasi yang strategis
disertai sarana umum yang memadai, baik sarana
transportasi, kesehatan, pendidikan dan lainnya.
36
Tabel 3.4 Jumlah Kelahiran dan Kematian 2017
Jenis Kelamin Lahir/Birth Mati/Death
Laki-laki 445 4
Perempuan 421 2
Jumlah 866 6
Sumber : BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019
Menurut data di atas, sepanjang tahun 2018 terdapat 6
orang meninggal dunia yaitu empat laki-laki dan dua
perempuan meninggal dunia. Dan dapat dilihat pula dari
tabel diatas bahwa jumlah kelahiran untuk laki-laki
sebanyak 445 jiwa dan perempuan sebanyak 421 jiwa dan
jika digabungkan total keseluruhan kelahiran sebanyak 866
jiwa.
Tabel 3.5 Jumlah Pertambahan Penduduk Pertahun
Tahun Jumlah Penduduk
2015 34419
2016 36024
2017 37639
2018 39266
Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk kelurahan
Srengseng Sawah mengalami kenaikan setiap tahunnya
yaitu pada tahun 2015 tercatat sebanyak 34.419 jiwa, tahun
2016 sebanyak 36.024 jiwa, tahun 2017 sebanyak 37.639
jiwa dan tahun 2018 sebanyak 39.266 jiwa.
37
2. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk Kelurahan Srengseng Sawah
adalah beragama Islam. Namun demikian kerukunan antar
umat beragama sudah berjalan dengan baik sehingga
kehidupan bermasyarakat antar pemeluk agama satu dengan
yang lain saling menghormati. Sarana peribadatan yang ada
di Kelurahan Srengseng Sawah terdapat 24 Masjid, 42
Musholla, 2 Gereja dan 1 Pura.3
RW 19 kelurahan Srengseng Sawah menjadi RW
percontohan karena memiliki tempat peribadatan yang
lengkap dan mereka saling berdampingan selama puluhan
tahun. Adapun rumah peribatadan yang ada di RW 19 yaitu
Masjid, Pura dan Gereja. Berikut adalah jumlah penduduk
berdasarkan latar belakang agama dan kepercayaan di RW
19 tahun 2019 :
3 Hendi Irawan. Kecamatan Jagakarsa Dalam Angka, (Jakarta: BPS Kota
Administrasi Jakarta Selatan, 2019), h. 32.
38
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama dan
Kepercayaan di RW 19 Kelurahan Srengseng Sawah
Nomor
RT
Agama Kepercayaan Jumlah
Islam Hindu Kristen
1 81 22 5 108
2 149 0 1 150
3 126 1 6 133
4 138 0 0 138
JUMLAH 529
Sumber: Survey pribadi setiap RT di wilayah RW 19 tahun 2019
Berdasarkan tabel di atas, Islam masih menjadi
mayoritas di wilayah ini dengan total keseluruhan 494
orang lalu Hindu dengan 23 orang dan umat Kristen dengan
12 orang. Meskipun minoritas, umat Hindu dan Kristen
turut ambil andil di setiap kegiatan yang diadakan oleh
pihak RW.
3. Pendidikan
Masyarakat kelurahan Srengseng Sawah merupakan
masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan baik
formal maupun non formal. Terbukti sejak tahun 2011
pembangunan sarana pendidikan semakin bertambah setiap
tahunnya mulai dari tingkatan dasar, menengah, dan tinggi.4
4 Hendi Irawan. Kecamatan Jagakarsa Dalam Angka, (Jakarta: BPS Kota
Administrasi Jakarta Selatan, 2019), h. 15.
39
Adapun jumlah sarana pendidikan di kelurahan
Srengseng Sawah yaitu sebagai berikut ini:
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Pendidikan tahun 2011-2018
Tingkatan
Pendidikan
Tahun
2011 2014 2018
SD 20 20 20
SMP 11 11 11
SMA/SMK 10 9 11
Universitas 2 2 4
Jumlah 43 42 46
Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan 2019
Jika dilihat dari tabel di atas maka pembangunan
sarana pendidikan di Kelurahan Srengseng Sawah sudah
cukup merata, mulai dari tingkatan dasar (SD) hingga
perguruan tinggi (Universitas).
C. Sejarah masuknya Hindu, Kristen dan Islam di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah
Awalnya sekitar tahun 1960 banyak warga dari Bali
yang menjadi tentara di Batalyon Zeni Kontruksi yang berada
di Jalan Yon Zikon 14 Kelurahan Srengseng Sawah. Pada saat
itu ketika selesai pendidikan mereka basecamp nya di wilayah
RW 19, lalu setelah masuk team sekitar tahun 1970 banyak
dari mereka yang akhirnya tinggal menetap. Dan sekarang
mayoritas menetap karena sudah berkeluarga dan punya anak.
Sekitar pada tahun 1980 warga Bali yang menetap membina
40
anak-anak muda di wilayah RW 19, ruang pembinaannya
berbentuk kelas. Saat itu warga Bali yang menetap
mengajarkan pengetahuan tentang agama Hindu kepada anak-
anak muda yang beragama Hindu. Hal tersebut dikarenakan
pada saat itu tidak ada pelajaran agama Hindu di sekolah
formal. Setelah mengetahui tentang agama Hindu, akhirnya
umat Hindu membangun tempat praktek untuk
sembahyangnya. Dengan semangat anak muda dan warga
lainnya maka terbangunlah Pura Widya Mandala sekitar tahun
1990.
Begitupun umat Kristen, mereka sudah ada di wilayah
RW 19 sejak awal tahun 1960. Umat Kristen yang ada di
wilayah ini awalnya adalah siswa-siswa beragama Kristen
yang sedang pendidikan di Batalyon Zeni Tempur A atau biasa
disebut ZIPUR A pada tahun 1959. Siswa-siswa tersebut
memiliki kerinduan untuk bersekutu melalui kebaktian-
kebaktian. Kebaktian yang pertama kali diadakan adalah
kebaktian malam Natal tahun 1961 dan sejak saat itu kebaktian
mulai dilakukan secara rutin di rumah-rumah asrama secara
bergantian. Pada tahun 1967 dibentuklah Perkumpulan Warga
Kristen Satuan Zeni Lenteng Agung (PWK SATZI LA).
Seiring dengan pertambahan anggota jemaat, pada tahun 1987
didirikanlah gedung Gereja di atas lahan tanah TNI Angkatan
Darat di Jalan Mangga 1 No. 19 RT.4/RW.19 Srengseng
Sawah atas persetujuan Komando Daerah Militer Jakarta Raya
Jayakarya. Lalu pada tahun 1980-an umat Islam mulai masuk
ke daerah ini dengan latar belakang budaya Jawa. Hingga kini,
41
umat Islam yang tinggal di wilayah RW 19 mayoritas adalah
pendatang dengan latar belakang kebudayaan Jawa.
Islam sendiri masuk ke wilayah RW 19 sekitar tahun
1990 yang kala itu masih mayoritas umat Hindu. Salah satu
tokoh Islam di wilayah ini yaitu H. Makmun Batubara
mengajak umat Islam lainnya secara door to door dari satu
rumah ke rumah lainnya untuk solat berjamaah.
Berdasarkan data RW tahun 2019, wilayah ini memiliki
luas sebesar 21.793m dan terdiri dari 4 Rukun Tetangga (RT).
Lokasi RW 19 sangat strategis yaitu berdempetan dengan
Universitas Pancasila. Adapun batas wilayah Rukun Warga
(RW) 19 Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa
sebagai berikut :
- Sebelah Utara: Berbatasan dengan RW 04
- Sebelah Timur: Berbatasan dengan Universitas Pancasila
- Sebelah Selatan: Berbatasan dengan RW 03
- Sebelah Barat: Berbatasan dengan RW 10
Pada awalnya wilayah RW 19 cukup luas dan jumlah
penduduknya juga banyak, namun sebagian wilayah RW 19
harus terkena gusur untuk pembangunan kampus Universitas
Pancasila. Adapun untuk sarana pendidikan hanya ada
pengajian anak-anak di Mushola dan Majlis Ta’lim
Qotrunnada yang dipimpin langsung oleh Ustad Haji Sofyan
Syauri.
42
1. Visi, Misi dan Prestasi.
a. Visi
Menjadikan RW 19 sebagai miniatur Pancasila di
tingkat bawah yang senantiasa bersatu merangkul segala
perbedaan yang ada.
b. Misi
- Melibatkan semua warga dari berbagai etnis dalam
kegiatan yang mengatasnamakan RW 19
- Melestarikan budaya gotong-royong yang sudah ada
sejak dulu
- Mendukung program kegiatan yang dicanangkan oleh
Pemerintah Kelurahan Srengseng Sawah
- Memberikan pelayanan terbaik kepada warga dengan
tulus dan ikhlas
- Mengembangkan sistem administrasi yang tertib dan
modern dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan juga mengedepankan prinsip transparansi.
c. Prestasi
Adapun prestasi yang telah diraih oleh RW 19
sejak tahun 2017 yaitu :
- Juara 3 lomba Gapura tingkat Kelurahan
- Juara 3 lomba Administrasi tingkat Kelurahan
- Juara 2 lomba Penghijauan tingkat Kelurahan
- Juara 3 lomba Catur tingkat Kelurahan
43
2. Struktur Organisasi RW 19 Kelurahan Srengseng
Sawah
Berdasarkan struktur organisasi, ketua RW 19 saat ini
adalah bapak Agung Setya dengan wakilnya yaitu bapak
Sutopo. Kepemimpinan bapak Agung sebagai ketua RW 19
berlaku sejak tahun 2017 hingga kini. Sejak dahulu RW 19
tidak pernah disertakan dalam perlombaan tingkat apapun
oleh kelurahan, namun sejak masa kepemimpinan bapak
Agung ini, barulah RW 19 mendapat kepercayaan untuk
mengikuti berbagai perlombaan. Berikut adalah struktur
organisasi RW 19:
Gambar 3.2
Struktur Organisasi RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah
:
:
Ketua RW 19 Bpk. Agung Setya
Wakil Ketua Bpk. Sutopo
Sekretaris
Bpk. Sujatmiko
Bendahara
Ibu Lilik W
PKK RW Ibu Titik
LMK Bpk. Yadhi
Dokumentasi Bpk. Slamet
Kader Posyandu Ibu Titik
Kader Posbindu Ibu enis
Karang Taruna Bpk. Nugro
44
BAB IV
HASIL TEMUAN
Dalam subbab ini peneliti akan menyajikan beberapa data
hasil temuan. Data-data diperoleh berdasarkan wawancara
mendalam, pengamatan serta dokumentasi. Proses wawancara
yang telah dilaksanakan yaitu mengumpulkan data tentang pola
komunikasi warga RW 19 Kelurahan Srengseng Sawah.
A. Pola Komunikasi Antarumat Beragama di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan di
lapangan serta wawancara kepada beberapa narasumber dari
berbagai agama dan kebudayaan, dapat ditemukan bahwa
proses komunikasi antarbudaya yang terjadi antarumat
beragama di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah adalah pola
komunikasi antarpribadi, pola komunikasi kelompok, pola
komunikasi publik dan pola komunikasi massa.
Pola komunikasi itu merupakan bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola
komunikasi yang terjadi antarumat beragama dalam menjalin
kerukunan di wilayah RW 19 ini sudah terjalin cukup baik.
Dalam pelaksanaannya para warga ikut andil dalam kegiatan
yang diadakan atas nama RW. Selain itu, antarumat
beragamanya pun sangat inklusif sehingga terjadi
keharmonisan antarumat beragama. Dari visi dan misi yang
45
ada, penulis menemukan program kerja RW 19 yang sesuai
dengan pola komunikasi antarumat beragama yakni :
1. Melibatkan semua elemen masyarakat dari berbagai etnis
dalam kegiatan yang mengatasnamakan RW 19.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan atas nama RW
maka warga wajib mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini
demi terwujudnya keharmonisan antar warga tanpa
memandang etnis dan agamanya. Kegiatan tersebut
biasanya seperti kerja bakti, agustusan, rapat dan
sebagainya.
Gambar 4.1 Kegiatan Gerak Jalan HUT RI ke-74
Sumber: Akun Youtube Agung Utomo (Ketua RW 19)
Pada gambar di atas terlihat ibu-ibu dan anak-anak
sedang berdoa sebelum melaksanakan gerak jalan dalam
memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Dari gambar
tersebut terlihat sosok perempuan yang tidak memakai
hijab, ia adalah Omah Bernat salah satu umat Kristen di
RW 19. Gambar ini didapat dari akun Youtube Agung
Utomo selaku ketua RW 19.
46
2. Melestarikan budaya gotong royong yang sudah ada sejak
dulu.
Gotong royong merupakan istilah Indonesia untuk
bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang
didambakan. Istilah ini berasal dari kata “gotong” yang
berarti bekerja dan “royong” yang berarti bersama.
Gambar 4.2 Kegiatan Gotong-royong
Sumber: Akun Youtube Agung Utomo (Ketua RW 19)
Budaya gotong royong sudah ada sejak dahulu dan
mendarah daging hingga kini. Warga RW 19 tidak
terkecuali harus ikut andil dalam kegiatan gotong royong
ini karena sudah menjadi program dari tahun ke tahun yang
wajib dilaksanakan.
“Gotong royong sangat dijunjung tinggi di wilayah
ini. Di Jakarta memakamkan jenazah itu bayar, disini
ga bayar, tim penggali kubur pun disini ga dibayar,
memang tidak ada aturan yang gali dibayar, tidak
ada. Nanti jika yang meninggal keluarga tidak
mampu, lalu yang kasih makan ya orang lain. Untuk
pemakaman tidak ada tarif namun ada pihak yang
memberikan secara ikhlas. Disini tidak hanya orang
47
muslim saja, non muslim pun sama. tapi baru 6
bulanan ini, ada anjuran dari kelurahan atas arahan
pemprov DKI untuk mengadakan retribusi, akhirnya
ada pengurus makam yang dilegalkan sehingga kena
biaya administrasi pemakaman. Namun untuk RW
lain terkena biaya satu juta sedangkan RW 19 hanya
200rb untuk menggugurkan kewajiban administrasi
tersebut.”1
Gotong royong sudah menjadi adat dan kebiasaan
sejak dulu di wilayah ini, bahkan saat salah seorang warga
meninggal maka warga lain akan senantiasa membantu
dalam bentuk apapun salah satunya dengan membantu
menggali kubur untuk jenazah. Dan ketika keluarga dari
pihak jenazah dalam keadaan ekonomi yang kurang
mampu, maka warga lain yang akan ikut menyumbang
konsumsi untuk tukang gali kubur tersebut dan makan
bersama di Pos atau lapangan RW.
Pernyataan di atas sesuai dengan firman Allah dalam
surat Ar-Rum ayat 26:
نت ون ٱلسم وٱلرض ك ل له ۥ ق ت وله ۥ من فى و
Artinya:
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan
di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.
(QS. Ar-Rum: 26).
1 Wawancara dengan Pak Yadi sebagai tokoh Islam dan ketua LMK RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 17 Oktober 2019.
48
Sesungguhnya segala sesuatu di dunia ini milik Allah
SWT, tidak ada patokan tarif untuk proses pemakaman
jenazah dengan alasan tidak ingin menambah beban
keluarga jenazah. Namun, 6 bulan belakangan ini hal
tersebut berubah karena adanya peraturan dari pemerintah
yang mengharuskan adanya administrasi untuk proses
pemakaman. Akhirnya disepakati untuk proses pemakaman
dikenakan biaya dua ratus ribu rupiah. Biaya ini hanya
untuk menggugurkan kewajiban administrasi yang
diwajibkan oleh pemerintah yang semula senilai satu juta
rupiah.
3. Mendukung program kegiatan yang dicanangkan oleh
Pemerintah Kelurahan Srengseng Sawah.
Sebagai lembaga masyarakat yang berada di bawah
naungan pemerintah langsung, RW pun harus mendukung
program kerja yang dicanangkan pemerintah. Salah satu
program kerjanya adalah Pelatihan Sistem Keselamatan
Kebakaran atau biasa disingkat SKKL.
Gambar 4.3 Pelatihan Sistem Keselamatan Kebakaran
Lingkungan (SKKL)
Sumber: Akun Youtube Agung Utomo (Ketua RW 19)
49
Pelatihan tersebut dilaksanakan bersama Dinas
Pemadam Kebakaran sektor Jagakarsa. Kegiatan tersebut
dilaksanakan dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran
khususnya di wilayah RW 19 kelurahan Srengseng Sawah.
Maksud dan tujuan diadakannya adalah untuk
meminimalisir daripada kerugian bencana kebakaran
maupun masalah keselamatan jiwa.
Rukun Warga (RW) 19 memang tidak memiliki
fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan
lainnya. Namun program kesehatan gratis menjadi
solusinya dan rutin diadakan setiap bulan. Berdasarkan
pemaparan tokoh agama Hindu di atas, program kesehatan
gratis rutin diadakan setiap bulan yang berlokasi di Pura
Widya Mandala yang terletak di wilayah RW 19.
4. Memberikan pelayanan terbaik kepada warga dengan tulus
dan ikhlas.
Posyandu merupakan salah satu kegiatan kesehatan
dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu
merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM).
50
Gambar 4.4 Kegiatan Posyandu
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar di atas merupakan kegiatan Posyandu yang
dilaksanakan di Pos RW 19. Kegiatan Posyandu
dilaksanakan rutin setiap bulan dan biasanya berlokasi di
Pura atau Pos RW. Jadi, Posyandu merupakan salah satu
pelayanan yang diberikan RW kepada masyarakat dalam
bidang kesehatan.
“Agustusan kemudian kita sering ngundang
pengobatan gratis lokasinya disini, jadi sampe nyari-
nyari siapa yang kurang sehat karena kita datengin
dokter-dokter yang qualified obatnya bagus-bagus.
Kegiatan rutin, malah kemaren karena sering adain
kegiatan malah kosong mungkin masyarakatnya udah
sehat-sehat ya, masa dokter dateng banyak tapi
masyarakatnya yang sakit gaada ya gimana, jadi
sekarang yang tadinya sebulan sekali berubah
menjadi ketika dibutuhkan saja, setiap momen.”2
Rukun Warga (RW) 19 merupakan salah satu bagian
dari kelurahan Srengseng Sawah dan kecamatan Jagakarsa.
RW ini memiliki masyarakat dari berbagai agama dan
2 Wawancara dengan Pak Komang ketua PHDI Jakarta Selatan dan tokoh
agama Hindu di RW 19, 13 Desember 2019.
51
budaya dan menjadi RW percontohan karena memiliki
tempat peribadatan yang lengkap dan layak. Kondisi
lingkungan yang tenang, bersih dan strategis menjadi
kelebihan dari tempat ini. Prestasi pun tentu ada, dari dua
tahun terakhir RW ini berhasil mendapat juara 3 dalam
lomba Gapura tingkat kelurahan, juara 3 lomba administrasi
tingkat kelurahan, juara 2 lomba penghijauan tingkat
kelurahan dan juara 3 lomba Catur tingkat kelurahan.
B. Hubungan Antarumat Beragama dalam Menjalin
Kerukunan
Rukun Warga (RW) 19 memiliki keragaman agama yang
cukup lengkap sehingga berdasarkan catatan data dan
kegiatan, jumlah rumah ibadah terbilang lengkap dan memadai
dengan jumlah total ada 3 rumah ibadah yang didirikan yang
terdiri dari Musholla, Gereja, dan Pura.
Masyarakat di wilayah ini sudah hidup rukun selama
bertahun-tahun tanpa pernah terjadi konflik baik dari segi
agama maupun budaya. Ida Ayu merupakan salah satu umat
Hindu yang sudah lama tinggal di sini, ia mengatakan bahwa
sangat nyaman tinggal di wilayah RW 19 ini, terhitung sudah
46 tahun ia tinggal dan menetap di sini.
“Gaada, saya nyaman banget tinggal disini sehingga
saya tidak mau pindah-pindah dari sini. Nyamannya
disini ya tidak kaku, kita santai disini bermasyarakatnya
52
dan tempatnya strategis kemana mana mudah,
transportasinya gampang dan betah jadinya.”3
Dari pernyataan-pernyataan tersebut terbukti bahwa
wilayah RW 19 tidak pernah terjadi konflik dan bisa dikatakan
rukun dalam hidup bermasyarakat. Yadi sebagai tokoh Islam
di wilayah ini berpendapat bahwa kerukunan antarumat
beragama itu dimulai dari yang terdekat dulu yaitu keluarga.
Setelah keluarga bisa hidup rukun dan tentram maka barulah
kita bisa hidup berdampingan dengan masyarakat luar.
“Kalo saya tidak bisa orasi tapi saya mengambil cara
bagaimana kita tidak menyinggung orang lain, kalau
bicara fanatik Islam ya saya fanatik sekali dengan
Islam, akidah tidak bisa ditawar. Cuma habluminnanas
nya saya pakai cara rasul dan walisongo yaitu yang
pertama semua berawal dari keluarga kita dulu baru ke
lingkup luar. Step by step. Jangan merasa paling pinter
paling bener sedangkan mereka yang diluar juga
memiliki ilmu. Tidak pernah mengajak orang untuk
masuk ke agama kita, lakum dinukum wa liyaddin.
Jangan alergi kepada orang non muslim dan
mengkafirkan seseorang. Bukti nyatanya ketika non
muslim ngadain acara umat muslim mengatur parkir.”4
Berdasarkan wawancara tersebut, membuktikan bahwa
dalam Islam tidak ada toleransi dalam hal akidah. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah Al-Kafirun
tentang menjalankan pilihan hidup dengan memilih agama
yang dianut oleh manusia itu sendiri. Tidak ada paksaan dalam
beragama, sehingga ketika manusia menjalankan
3 Wawancara dengan Ibu Ida Ayu sebagai Sesepuh di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020. 4 Wawancara dengan Pak Yadi sebagai tokoh Islam dan ketua LMK RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 17 Oktober 2019.
53
hablumminannaas, hendaknya berperilaku baik, saling
menghargai satu sama lain atas komitmen beragama yang telah
dipilih menurut keyakinan masing-masing.
Menurut Komang, kerukunan antarumat beragama itu
apabila setiap orang bisa saling menghargai dan menghormati
satu sama lain tidak pandang etnis atau budaya.
“Kebetulan kami orang Bali, Hindu memang sangat
menjaga dan menghormati budaya dan lingkungan
setempat itu prinsipnya. Karena kami dimana bumi
dipijak disitu langit dijunjung.”5
Berdasarkan wawancara di atas, umat Hindu sangatlah
menjaga dan menghormati sesama. Prinsip mereka adalah
dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Makna dari
kalimat tersebut adalah haruslah mengikuti dan menghormati
adat istiadat di tempat yang kita tinggali. Selain itu, adapula
kalimat lain yang menjadi prinsip umat Hindu yaitu
“Wasudewa Kutumbuka” yang mengandung arti “kita semua
adalah saudara.”
Sedangkan menurut Bernat, kerukunan antarumat
beragama apabila antar warga bisa hidup berbarengan tanpa
pandang latar belakang agama dan bisa saling membantu tanpa
perlu diminta.
“Cara bersosialisasi dengan yang lain itu gaada
perbedaan sama saja, misalnya ada kematian ya kita
dateng bantu bantu apa aja yang bisa kita kerjain, yang
namanya kematian kan gaperlu di undang untuk datang.
5 Wawancara dengan Pak Komang ketua PHDI Jakarta Selatan dan tokoh
agama Hindu di RW 19, 13 Desember 2019.
54
Dan misalkan ada acara 17an kan malemnya
tumpengan di lapangan, kita makan bareng-bareng.”6
Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa
antarumat beragama sudah sangat rukun dalam kehidupan
sehari-hari dan peristiwa ini sudah berlangsung selama
puluhan tahun. Selain itu, respons antarumat pun cukup baik
ketika salah satu dari mereka sedang melaksanakan ibadah.
Suatu tatanan hidup yang rukun dan harmonis
merupakan harapan seluruh umat manusia, dan setiap umat
manusia terpanggil untuk menciptakannya. Cara hidup rukun
yang terjalin antara warga berbeda etnis di RW 19 kelurahan
Srengseng Sawah merupakan suatu cara hidup yang selaras
dengan semboyan Bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal
Ika” yang artinya berberda-beda tapi tetap satu.
Berdasarkan pemaparan hasil temuan data di atas, dapat
disimpulkan bahwa kualitas komunikasi antarbudaya yang
terjadi di wilayah RW 19 kelurahan Srengseng Sawah sudah
sangat objektif yakni adil, tidak memihak, dan tidak bias, serta
merupakan hasil dari pikiran yang adil serta penilaian
seimbang dari semua fakta dan keadaan yang relevan.
6 Wawancara dengan Omah Bernat selaku umat Kristen di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, 10 Desember 2019.
55
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pola Komunikasi Antarumat Beragama di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.
Pola komunikasi merupakan salah satu aspek penting
dalam suatu hubungan, terutama hubungan yang dilakukan
untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama. Pola
komunikasi yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
sangat penting, karena setiap manusia membutuhkan
komunikasi dengan manusia lainnya tanpa pandang budaya
dan agamanya. Pola komunikasi merupakan salah satu unsur
yang menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi antarumat
beragama dalam menjalin kerukunan.
Ditinjau dari pola yang dilakukan, ada beberapa jenis
pola komunikasi yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito
(dalam Nurudin, 2007) yakni komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi
massa.1 Dalam hubungan komunikasi antarbudaya yang terjadi
di wilayah RW 19 kelurahan Srengseng Sawah, penulis
menemukan bahwa pola komunikasi yang terjadi yakni:
1. Pola Komunikasi Antarpribadi
Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan
sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang
yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu
1 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 28.
56
perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus
menerus.
Gambar 5.1 Komunikasi Antarpribadi secara Tatap Muka
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam gambar terlihat dua orang wanita sedang
melakukan komunikasi antarpribadi secara tatap muka yang
melibatkan umat Hindu yang berkebudayaan Bali dan umat
Islam yang berkebudayaan Jawa. Mereka saling bertukar
pesan dan informasi, hal ini terlihat dari wanita Bali yang
sedang mendengarkan informasi yang disampaikan oleh
lawan bicaranya. Dalam kegiatan tersebut dapat dipastikan
bahwa komunikasi antarpribadi sering terjadi di sini dalam
kehidupan bertetangga dan bermasyarakat sebagaimana
yang dikatakan oleh Ida Ayu
“Ya sebagai sahabat sebagai teman, saudara ya
namanya kita bertetangga harus saling sapa
ikatannya erat bisa dibilang simpati mungkin ya.”2
2 Wawancara dengan Ibu Ida Ayu sebagai umat Hindu di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020.
57
Ada tiga karakteristik dasar dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu: (1) keduanya memiliki hubungan yang
lebih dekat yang tidak mengalami kendala jarak; (2)
keduanya aktif dalam mengirim dan menerima pesan, yang
langsung dapat melakukan koreksi jika kesalahpahaman
dan (3) pesan tidak hanya bersifat verbal, tetapi melalui
stimuli non verbal yang melengkapi dan mempermudah
pesan yang disampaikan, seperti ekspresi muka, lirikan
mata, gerakan tangan, baju, wewangian, perhatian dan
postur tubuh.3
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator harus
mengetahui latar belakang lawan bicaranya sehingga dapat
berkomunikasi lebih mendalam dan untuk mengurangi
ketidakpastian dalam berkomunikasi antarpribadi. Bernat
sebagai warga Kristen yang berlatarbelakang kebudayaan
Manado merasa bahwa pentingnya mengetahui latar
belakang lawan bicaranya seperti yang ia ungkapkan
kepada penulis:
“Saya sendiri mengetahui latar belakang lawan bicara
saya, terutama mempelajari karakter atau watak
seseorang agar saya bisa membatasi diri saya dan bisa
berkomunikasi lebih mendalam. Semua berbalik kepada
diri kita bagaimana kita membawa diri.”4
3 Andik Purwasito, Komunikasi Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), h. 234. 4Wawancara dengan Omah Bernat selaku umat Kristen di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, 10 Desember 2019.
58
Hal tersebut justru menurut Komang (ketua PHDI
Hindu) ada sisi baik dan buruknya. Sisi buruknya yaitu
ketika kita mengetahui latar belakang lawan bicaranya
maka akan terbentuk persepsi, jika latar belakangnya buruk
maka akan timbul persepsi buruk pula dan begitupun
sebaliknya. Sisi baiknya adalah kita dapat berbicara lebih
mendalam dan mungkin ada kesamaan latar belakang
sehingga komunikasi menjadi lebih menarik.
2. Pola Komunikasi Kelompok
Dalam wilayah kelompok atau group, partisipan
komunikasi terdiri atas beberapa orang yang didasarkan
atas beberapa kesamaan yang mendasar seperti adanya
persepsi, motivasi dan tujuan mereka bergabung dalam
kelompok tersebut. Kelompok memiliki peranan yang
sangat spesifik dan saling ketergantungan antara anggota
satu dengan anggota lainnya untuk mencapai tujuan yang
kurang lebih sama, adanya kepuasan didalam kelompok
serta adanya intensitas dan frekuensi anggota kelompok
tersebut dalam melakukan komunikasi antarpribadinya.5
Komunikasi kelompok bisa juga diartikan sebagai
suatu sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang
sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang
mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut,
5Andik Purwasito, Komunikasi Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), h. 235.
59
komunikasi ini dengan sendirinya akan melibatkan
komunikasi interpersonal.6
Sekelompok orang yang menjadi komunikan bisa
sedikit, bisa juga banyak. Jika jumlah orang dalam
kelompok itu sedikit, disebut komunikasi kelompok kecil.
Jika komunikannya banyak, dinamakan komunikasi
kelompok besar.7
Tabel 5.1 Karakteristik Interaksi Komunikasi Antar
Kelompok
Jumlah Orang Sedikit
Kedekatan fisik para peserta Dekat
Sifat umpan balik Segera
Peran Komunikasi Informal
Adaptasi pesan Spesifik
Tujuan dan maksud Tak berstruktur
Sumber: Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi
Antarbudaya h.55
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa ketika
komunikasi kelompok posisi para peserta haruslah dekat
sehingga terdapat umpan balik sesegera mungkin. Alo
Liliweri yang mengatakan bahwa komunikasi kelompok
merupakan komunikasi di antara sejumlah orang (kalau
kelompok kecil berjumlah 4-20 orang, dan kelompok besar
6 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), h. 65. 7 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 177-178.
60
20-50 orang di dalam sebuah kelompok).8 Sedangkan
komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka.
Dalam pelaksanaannya warga RW 19 sering
mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengharuskan setiap
warganya untuk kumpul bersama, ada 3 kegiatan di wilayah
ini yang penulis masukkan ke dalam komunikasi kelompok
yaitu: Pertama, kegiatan 17 Agustusan untuk memperingati
hari kemerdekaan Indonesia. Seluruh warga dari berbagai
etnis ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dalam
kegiatan tersebut terdapat beberapa acara seperti jalan
santai, berbagai lomba dan terakhir penutup. Setiap
tahunnya acara Agustusan selalu ramai diminati seluruh
warga tanpa terkecuali, dan banyak juga warga yang turut
menyumbang baik berupa makanan ataupun jasa/tenaga.
Dan misalkan ada acara 17an kan malemnya
tumpengan di lapangan, kita makan bareng-bareng.
Kita punya satu tujuan yang sama, yaitu hidup sama-
sama aja. Kaya kemarin waktu 17an kan ada voli ibu-
ibu yaudah saya deh nyumbang konsumsi buat ibu-
ibu sampe dengan selesai, nah itu saya bikin kue.9
8 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta:
PT. LkiS Printing Cemerlang, 2009), h. 21. 9Wawancara dengan Omah Bernat selaku umat Kristen di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, 10 Desember 2019.
61
Gambar 5.2 Komunikasi Kelompok Saat Acara 17 Agustus
Sumber: Akun Youtube Agung Utomo (Ketua RW 19)
Contoh kegiatan tersebut adalah salah satu dari
kegiatan komunikasi kelompok yang bertujuan untuk
bertukar informasi, menambah pengetahuan dan mengubah
sikap dan perilaku. Dalam gambar tersebut terlihat warga
sedang berkumpul dengan posisi fisik yang berdekatan
untuk berkomunikasi secara kelompok satu sama lain
sehingga umpan baliknya bersifat segera.
Kedua, rapat RW merupakan salah satu contoh lain
dari kegiatan bersama antara warga yang didalamnya
terdapat komunikasi antar kelompok.
62
Gambar 5.3 Komunikasi Kelompok saat rapat RW
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam prosesnya, kegiatan rapat ini membahas segala
sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan RW 19 dan
proses komunikasinya sangat interaktif sehingga umpan
balik bersifat segera. Penggunaan bahasa yang tidak terlalu
baku memudahkan peserta rapat untuk memahami
informasi yang disampaikan dan pembahasan yang lebih
spesifik dengan mengerucut pada inti permasalahan.
Ketiga, kegiatan gotong-royong. Kegiatan tersebut
sangat dijunjung tinggi di wilayah ini dan menjadi agenda
rutin setiap bulan yang dicanangkan oleh ketua RW 19.
Dalam gotong-royong setiap warga dituntut kerjasama baik
secara individu dan kelompok demi membentuk status
norma saling percaya untuk melakukan kerjasama dalam
menangani permasalahan yang menjadi kepentingan
bersama. Bentuk kerjasama gotong royong ini merupakan
salah satu bentuk solidaritas sosial.
63
Gambar 5.4 Kegiatan Gotong-royong
Sumber: Akun Youtube Agung Utomo (ketua RW 19)
Foto di atas merupakan contoh dari bentuk
komunikasi kelompok yaitu gotong royong. Kegiatan
gotong-royong tidak hanya soal kebersihan saja tetapi
mencakup aspek sosial lainnya seperti kematian. Yadi
mengatakan bahwa gotong-royong sangat dijunjung tinggi,
di Jakarta memakamkan jenazah itu bayar administrasi
sedangkan di wilayah RW 19 tidak dipungut biaya. Tim
penggali kubur pun disini tidak dibayar, memang tidak ada
aturan yang mengharuskan tukang gali kubur itu dibayar.
Nanti jika yang meninggal keluarga tidak mampu, lalu yang
kasih makan orang lain. Untuk pemakaman tidak ada tarif
namun ada pihak yang memberikan secara ikhlas. Disini
tidak hanya orang muslim saja, non muslim pun sama.
Tetapi baru 6 bulan ini, ada anjuran dari kelurahan atas
arahan pemprov DKI untuk mengadakan retribusi, akhirnya
ada pengurus makam yang dilegalkan sehingga kena biaya
administrasi pemakaman. Namun untuk RW lain terkena
64
biaya satu juta sedangkan RW 19 hanya dua ratus ribu
untuk menggugurkan kewajiban administrasi tersebut.10
3. Pola Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan
sejumlah orang yang berbeda dalam sebuah organisasi atau
yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui
media.11 Komunikasi publik memerlukan keterampilan
komunikasi lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan
secara efektif dan efisien. Tujuan dari komunikasi publik
adalah untuk memberikan informasi kepada sejumlah besar
orang mengenai sesuatu yang hendak dicapai.
Gambar 5.5 Komunikasi Publik Penyuluhan Kesehatan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar di atas merupakan kegiatan penyuluhan
kesehatan tentang stunting (kerdil) dari Puskesmas
kelurahan Srengseng Sawah. Kegiatan tersebut termasuk
10Wawancara Pribadi dengan Pak Yadi sebagai tokoh Islam dan ketua LMK
RW 19 Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 17 Oktober 2019. 11Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.
7.
65
dalam komunikasi publik karena proses penyampaian pesan
atau informasinya secara kontinu dan terencana.
Kegiatan penyuluhan tersebut membahas tentang
stunting, yaitu kondisi ketika anak lebih pendek
dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata
lain tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar
yang dipakai sebagai acuan adalah standar kurva
pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO).12 Tujuan dari penyuluhan stunting ini adalah agar
warga terutama para ibu bisa memahami ciri-ciri anak
mengalami stunting serta proses pencegahannya.
4. Pola Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi
melalui media massa (media cetak dan elektronik).13 Pada
prakteknya, pola komunikasi massa sering terjadi antarumat
beragama di wilayah RW 19 dalam kehidupan
bermasyarakat. Media massa yang digunakan dalam
berkomunikasi ialah media elektronik yaitu Handphone
dengan aplikasi WhatsApp.
12 Diakses dari https://www.alodokter.com/memahami-stunting-pada-anak
pada hari Senin, 17 Februari 2020 pukul 01:47 WIB. 13 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 3.
66
“Semuanya mas, ngobrol langsung sering, WhatsApp
sering, kalo misalkan ada kegiatan-kegiatan rapat
sering. Karena kan kalo ada info mengenai kegiatan
di RW itu gamungkin kan kita datangi satu satu
kerumahnya, jadi kita lewat WhatsApp gitu untuk
menyebarkan informasi. Kan kita juga punya grup.”14
Gambar 5.6 Komunikasi Massa melalui WhatsApp
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar di atas merupakan penyebaran informasi
mengenai senam dan penyuluhan kesehatan melalui grup
WhatsApp yang beranggotakan ibu-ibu warga RW 19.
Senam diadakan rutin setiap sabtu pagi di lapangan depan
14 Wawancara dengan Ibu Ida Ayu sebagai umat Hindu di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020.
67
Pos RW 19 dan dihadiri oleh siapa saja yang mau ikut
tanpa terkecuali.
B. Hubungan Antarumat Beragama dalam Menjalin
Kerukunan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang
kemudian dianalisa, maka penulis menemukan bahwa
hubungan antarumat beragama dalam menjalin kerukunan di
wilayah RW 19 kelurahan Srengseng Sawah meliputi lima
aspek antara lain: konteks sosial, pendidikan, agama dan
budaya.
1. Konteks Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendiri, dalam kehidupannya manusia selalu terlibat dalam
aktivitas komunikasi. Oleh sebab itu komunikasi
merupakan sebuah tindakan manusia yang lahir penuh
dengan kesadaran yang memiliki maksud dan tujuan
tertentu. Komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan
terutama untuk membantu dalam berinteraksi dengan
sesama.
Dikarenakan banyak perbedaan yang berasal dari latar
belakang kebudayaan yang berbeda, maka demi
menciptakan komunikasi yang harmonis antar warga di
wilayah RW 19 sering diadakan kegiatan-kegiatan yang
mengatasnamakan pihak RW dan mewajibkan seluruh
warganya untuk ikut berpartisipasi.
68
Seperti yang disampaikan oleh Nursyaidah bahwa
antar warga yang berbeda latar belakang budaya maupun
agama tidak ada batasan dalam melaksanakan kegiatan
bermasyarakat, ketika gotong-royong dan kerja bakti
seluruh warga bersatu tanpa membedakan dan tidak saling
cela.15
Gambar 5.7 Kegiatan Kerja Bakti RW 19
Sumber : Akun Youtube Agung Utomo (Ketua RW 19)
Gambar di atas merupakan kegiatan kerja bakti yang
dilakukan oleh warga RW 19 kelurahan Srengseng Sawah.
Kegiatan tersebut rutin diadakan di wilayah ini dengan
tujuan terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Selain
itu, kerja bakti juga dapat mempererat antar warga dalam
berinteraksi satu sama lain. Bernat menilai bahwa
lingkungan RW 19 sangat baik dalam hidup bermasyarakat,
hal ini didasari oleh warga yang selalu akrab dalam
kegiatan apapun tanpa pandang agama dan budaya.16
15 Wawancara dengan Ibu Hj. Nursyaidah sebagai umat Islam di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020. 16 Wawancara dengan Omah Bernat selaku umat Kristen di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, 10 Desember 2019.
69
2. Konteks Pendidikan
Konteks pendidikan menjadi sarana pendukung
terjadinya komunikasi antarumat beragama di wilayah RW
19 kelurahan Srengseng Sawah. Pada dasarnya pendidikan
bisa didapat dari mana saja tidak hanya dari sekolah, setiap
pengalaman yang memiliki efek normatif atau tindakan
pada dasarnya bisa dianggap sebagai pendidikan.
Di wilayah RW 19 kelurahan Srengseng Sawah
Jakarta Selatan tidak terdapat sekolah formal namun hal ini
bukan berarti tidak adanya pendidikan di lingkungan ini.
Contoh pendidikan yang ada di wilayah RW 19 yaitu
penyuluhan tentang kesehatan kepada warga.
Gambar 5.8 Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari gambar di atas terlihat bahwa sedang ada
penyuluhan kesehatan dari para mahasiswa yang berasal
dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(STIKIM). Pada gambar tersebut nampak bahwa warga
sangat antusias mendengarkan apa yang disampaikan oleh
narasumber tentang kesehatan.
70
3. Konteks Agama
Ciri dari masyarakat yang majemuk ditandai dengan
adanya keterbukaan dalam kehidupan beragama yang
dimana tingkat toleransi antarumat beragama dapat
dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama
dengan penganut agama lainnya, dengan memiliki
kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan
(ibadah) masing-masing tanpa adanya tekanan dan paksaan
dari satu pihak ke pihak lainnya.
Dalam agama Islam kerukunan diberi istilah
“tasamuh” atau toleransi, yang dimaksud dengan toleransi
dalam Islam ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan
dalam bidang akidah Islamiyah (keimanan), karena akidah
telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Dalam bidang akidah dan keimanan seorang
muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-
satunya agama dan keyakinan yang dianutnya.
Ida Ayu selaku umat Hindu yang sudah hampir
setengah abad menetap di wilayah RW 19 mengatakan
bahwa setiap warga masing-masing menjalankan ibadahnya
berdasarkan apa yang diyakini.17 Pendapat Ida Ayu tersebut
sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat Al-
Kafirun ayat 6 yang berbunyi:
17 Wawancara dengan Ibu Ida Ayu sebagai umat Hindu di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020.
71
لك م دين ك م ولي دين
Artinya:
“Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku.”
(QS. Al-Kafirun: 6)
Pada dasarnya prinsip menganut agama adalah
tunggal, tidak mungkin manusia menganut beberapa agama
dalam waktu yang sama atau mengamalkan ajaran dari
beberapa agama. Oleh sebab itu, Al-Qur’an menegaskan
bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada keesaan
Allah juga menjelaskan tentang prisip di mana setiap
pemeluk agama memiliki cara dan ajarang masing-masing
sehingga tidak perlu saling menghujat satu dan yang
lainnya.
Dalam konteks ini, sikap toleransi sangat dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat demi terciptanya
kerukunan antarumat beragama. Seperti yang disampaikan
oleh Nursyaidah, dalam pelaksanaan peribadatan tidak ada
masalah dikarenakan setiap agama saling memahami dan
fokus kepada ibadahnya masing-masing.
“Itu mah biasa aja kan kita mah masing-masing, kadang
itu hari minggu kita semuanya ada acara dan bentrok.
Pura ada acara, Kristen sudah pasti ya setiap minggu
dan kita kadang juga suka memperingati hari besar
seperti Maulid, Isra Mi’raj dan lain-lain. Kita kan juga
cari hari libur supaya acara rame makanya kita adakan
hari minggu. Tapi kita ga saling menggangu kita kan
juga beribadah sama mereka juga, biarkan aja mereka
beribadah kan menurut mereka ibadah mereka benar
72
sedangkan menurut kita juga Islam kan ajaran paling
benar, jadi kita ga saling mempermasalahkan”.18
Gambar 5.9 Kegiatan Maulid Nabi di Mushola
Darussalam
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Terlihat dari gambar di atas bahwa sedang dilaksanakan
kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di
Mushola Darussalam RW 19 kelurahan Srengseng Sawah pada
hari Minggu 19 Januari 2020.
Warga RW 19 kelurahan Srengseng Sawah memiliki
tingkat toleransi yang sangat tinggi, hal ini terjalin karena
mereka saling berkomunikasi dengan baik. Lokasi rumah
peribadatan yang bersebelahan antara Pura Widya Mandala
dan Gereja Pouk tidak membuat kedua agama berselisih, justru
kedua agama tersebut hidup rukun berdampingan selama
puluhan tahun.
18 Wawancara dengan Ibu Hj. Nursyaidah sebagai umat Islam di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020.
73
Gambar 5.10 Lokasi Gereja dan Pura
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dari gambar di atas terlihat bahwa posisi kedua rumah
ibadah tersebut sangatlah dekat dan bersebelahan. Komang
mengatakan bahwa respons dari warga di sini sangat baik,
dalam agama Hindu terdapat berbagai macam
persembahyangan seperti doa atau puja. Ritual yang dilakukan
terkadang melibatkan iringan suara yang berasal dari Gong
dan suara tersebut sangatlah keras sehingga terdengar sampai
rumah warga dan Gereja. Namun karena hubungan antarumat
cukup baik, maka tidak ada masalah dengan suara keras
tersebut. Mereka pun tidak merasa kebisingan dengan suara
Gong tersebut dan situasi selama ini sangat kondusif.19
Kegiatan lain yang dapat mencerminkan kerukunan
antarumat beragama di sini ialah ketika umat Kristen
mengadakan peribadatan atau memperingati hari besar. Umat
Kristen yang merupakan jamaah dari Gereja POUK tidak
19Wawancara dengan Pak Komang ketua PHDI Jakarta Selatan dan tokoh
agama Hindu di RW 19, 13 Desember 2019.
74
hanya berasal dari wilayah RW 19 saja, banyak pula yang dari
luar wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan ramainya Gereja
dan menuntut lahan parkir yang luas pula. Dikarenakan
hubungan antarumat di wilayah ini cukup baik, umat Kristen
yang membawa kendaraan dipersilahkan untuk memakai lahan
parkir Pura selama kegiatan berlangsung. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan salah satu informan yaitu:
“Oh ya tidak masalah, kalau kita sedang ada acara di
Pura bisa parkir di lahan Gereja dan yang jagain anak-
anak sini, begitupun sebaliknya. Jika Gereja sedang ada
acara, bisa pakai lahan Pura untuk parkir nah yang
jagain anak-anak sini itu remaja masjid dan lainnya.
Dan kita sering mengadakan bakti sosial, waktu itu
setiap bulan pengobatan gratis disini, lokasinya di
Pura.”20
4. Konteks Budaya
Komunikasi antarbudaya (intercultural
communication) menurut Joseph A. Devito dalam bukunya
yang berjudul “Komunikasi Antarmanusia” adalah
komunikasi yang terjadi diantara orang-orang dari kultur
yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki
kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultur yang
berbeda.21
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang
penulis lakukan, dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari warga RW 19 kelurahan Srengseng Sawah
20Wawancara dengan Pak Komang ketua PHDI Jakarta Selatan dan tokoh
agama Hindu di RW 19, 13 Desember 2019. 21 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang: Kharisma
Publishing Group, 2011), h. 535.
75
saling berkomunikasi satu sama lain dengan latar belakang
kebudayaan dan kepercayaan yang berbeda. Nursyaidah
sebagai umat Islam yang berasal dari Mandailing
mengatakan bahwa selama ia tinggal di sini yakni sejak
tahun 1999 tidak pernah tejadi konflik, perbedaan budaya di
wilayah ini justru ditampilkan dalam bentuk pentas seni
setiap Agustusan.22 Wujud dari kerukunan yang terjadi di
wilayah ini menimbulkan rasa aman dan nyaman kepada
warga dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-
hari.
“Gaada, saya nyaman banget tinggal disini sehingga
saya tidak mau pindah-pindah dari sini. Nyamannya
disini ya tidak kaku, kita santai disini
bermasyarakatnya dan tempatnya strategis kemana
mana mudah, transportasinya gampang dan betah
jadinya.”23
Gambar 5.11 Kegiatan Pentas Seni
Sumber : Akun Youtube Agung Utomo
Gambar di atas merupakan kegiatan pentas seni yang
rutin dilaksanakan RW 19 setiap tahun pada malam
22 Wawancara dengan Ibu Hj. Nursyaidah sebagai umat Islam di RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020. 23 Wawancara dengan Ibu Ida Ayu sebagai Sesepuh di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 11 Februari 2020.
76
penutupan peringatan hari kemerdekaan Indonesia atau
biasa disebut Agustusan. Komang mengatakan bahwa
selain tari-tarian, budaya Bali yang masih ada sampai
sekarang adalah makanan khas Bali pada saat acara
keagamaan di Pura.
“Kita sediakan dapur khusus dibelakang pura,
disinilah tempat masak kalau ada acara untuk
kebersamaan. Ada Lawar, Sayur Ares, sayur ares tuh
bahannya pohon pisang.”
C. Tabel Komunikasi Antarbudaya Studi Pada Pola
Komunikasi Antar Umat Beragama di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan
Teori Temuan Pembahasan
Pola
Komunikasi
Antarpribadi
Komunikasi
antarpribadi secara
tatap muka
Dalam pelaksanaan
komunikasi
antarpribadi yang
terjadi di wilayah RW
19 berupa komunikasi
secara tatap muka antar
warga, yang biasa
terjadi ketika berbicara
dengan teman, tetangga
dan masyarakat lain.
Pola
Komunikasi
Kelompok
Mengadakan rapat
RW, gotong royong
dan acara Agustusan
Dalam praktek
komunikasi kelompok,
pihak RW mengadakan
77
kegiatan-kegiatan yang
mengatasnamakan RW
dan mewajibkan
seluruh anggota
masyarakat untuk
terlibat langsung dalam
kegiatan tersebut tanpa
pandang agama dan
budaya. Acara tersebut
biasanya seperti rapat
RW, gotong royong
membersihkan
lingkungan dan
kegiatan memperingati
hari kemerdekaan
Indonesia.
Pola
Komunikasi
Publik
Penyuluhan
Kesehatan dari
Puskesmas, Seminar
kesehatan dari
mahasiswa STIKIM
Proses penyuluhan
kesehatan dari
Puskesmas tentang
stunting dan warga
mendengarkan apa yang
disampaikan oleh
narasumber.
Pola
Komunikasi
Massa
Komunikasi melalui
grup WhatsApp
Komunikasi massa
biasanya digunakan
untuk menyampaikan
78
informasi kepada
khalayak banyak agar
lebih cepat dan praktis.
Media yang digunakan
adalah Handphone
dengan aplikasi
WhatsApp.
79
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi antarbudaya yang terjadi di wilayah RW 19
kelurahan Srengseng Sawah umumnya terjadi pada pola
komunikasi antarpribadi, kelompok, publik dan massa. Penulis
mengambil kesimpulan dari keempat pola komunikasi tersebut
yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi oleh
warga RW 19 adalah pola komunikasi antarpribadi dan pola
komunikasi massa. Hal tersebut diiringi dengan perkembangan
zaman yang semakin maju sehingga pesan atau informasi bisa
di dapat dengan mudah melalui media elektronik seperti
Handphone.
Hasil dari komunikasi antarbudaya yang terjadi pada
antarumat beragama di wilayah RW 19 kelurahan Srengseng
Sawah adalah kerukunan dan hubungan harmonis satu sama
lainnya. Keduanya mengalami suatu perjumpaan yang lembut
dan indah. Konflik-konflik yang bernuansa agama juga tidak
pernah terjadi sama sekali di RW 19 ini. Bagi masyarakat di
sini, hal-hal yang berkaitan dengan agama merupakan hak
individu yang harus dihargai. Walaupun demikian, hal ini
bukan berarti bahwa masyarakat RW 19 menutup mata akan
perbedaan yang ada diantara mereka. Hanya saja kebhinekaan
tersebut tidak menjadi persoalan bagi mereka. Kehidupan
masyarakat RW 19 yang berbhineka dijiwai oleh mereka
dengan rasa solidaritas, saling menghormati, saling
80
menghargai, serta sikap yang terbuka tanpa adanya rasa curiga
antar sesama, baik dari warga kristen, Hindu maupun Islam.
Hal ini mereka jalani baik secara individu ataupun
bermasyarakat. Kerukunan yang ada bukanlah kerukunan yang
semu melainkan kerukunan yang nyata dan merupakan
warisan leluhur yang mereka anggap penting dan perlu dijaga
serta dipelihara, dan merupakan tugas semua lapisan
masyarakat yang terkait dengan RW 19.
Hubungan yang harmonis dalam suatu tatanan yang
berbhineka seperti ini dapat menjadi percontohan bagi
kehidupan bermasyarakat, terutama di negara Republik
Indonesia sebagai negara dengan gaya tatanan hidup
masyarakat yang plural dan majemuk, yang akhir-akhir ini
semakin banyak bermunculan kelompok-kelompok intoleran.
Satu harapan penulis semoga sekiranya RW 19 mampu
menjadi percontohan bagi wilayah lain sehingga di negara ini
makin banyak bermunculan “RW 19 – RW 19” lainnya.
Sehingga semboyan Bhineka Tunggal Ika benar-benar hidup
di Negara Pancasila ini.
B. Saran
Berdasarkan temuan di lapangan serta analisis yang dilakukan
terhadap umat Islam, Hindu dan Kristen di RW 19 kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan, penulis memberikan saran
kepada semua pihak demi terciptanya sikap toleransi dan
hubungan yang harmonis satu sama lain. Adapun saran
tersebut adalah:
81
1. Bagi para pengurus lingkungan RW 19 hendaknya lebih
memperhatikan keragaman yang dimiliki dan menambah
kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan rasa toleransi
antarumat beragama guna menciptakan masyarakat damai
dalam perbedaan budaya.
2. Bagi kelurahan Srengseng Sawah agar lebih peduli terhadap
warga RW 19 dikarenakan sudah menjadi RW percontohan
di wilayah Ibukota Jakarta. Pemerintah bisa menambah
fasilitas pendidikan agar masyarakat bisa meningkatkan
pengetahuan agar tidak salah dalam menafsirkan informasi
yang datang.
3. Bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
hendaknya lebih meningkatkan studi Komunikasi
Antarbudaya mengingat di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini memiliki banyak mahasiswa yang
berasal dari kebudayaan yang berbeda.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Tangerang:
Kharisma Publishing Group, 2011.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Irawan, Hendi. Kecamatan Jagakarsa Dalam Angka. Jakarta:
BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2019.
Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Kriyantoro, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006.
Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel
(Penerjemah: Indri Margaretha Sidabalok). Komunikasi
Lintas Budaya (Communication Between Cultures). Jakarta:
Salemba Humanika, 2010.
Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
—. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
—. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
PT. LkiS Printing Cemerlang, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
83
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Rakesarasin, 1996.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi
Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-
orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
—. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Nazir, Moh. Metode Penelitian . Bandung: Ghalia Indonesia,
1999.
Nofrion. Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media, 2016.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers,
2017.
—. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Praswoto, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Purwasito, Andik. Komunikasi Multikultural. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2007.
Rozak, Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan
Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Jakarta:
Laboratorium Sosiologi Agama, 2008.
Ruliana, Poppy. Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation dan
Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.
84
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta:
Laboratorium Sosiologi Agama, 2008.
Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010.
Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. Human Communication:
Konteks-Konteks Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia, 2005.
Website
Hidayati, Fatimah. Memahami Stunting Pada Anak. 10 April
2019. https://www.alodokter.com/memahami-stunting-
pada-anak (diakses Februari 17, 2020).
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Pak Agung Setya
Tempat dan waktu : Rumah ketua RW 19, 31 Oktober 2019
Usia :
Agama dan Budaya : Islam/Jawa
1. Apa visi dan misi RW 19 ini pak?
Yang pertama menjadikan RW 19 ini sebagai miniatur
pancasila di tingkat bawah, yaitu tingkat RW
2. Untuk keragaman Agama dan toleransinya bagaimana
pak?
Karena disini kami punya beberapa tempat ibadah ya ada
musola, majlis talim, kemudian pure, gereja dan sangat
berdampingan dan alhamdulillah disini aman ya, toleransi
antar umat beragama saling membantu setiap kegiatan2 kita
saling libatkan terutama di tingkat RW
3. Apakah disini pernah terjadi konflik?
Memang selama ini tidak terjadi hal-hal yang gesekan-
gesekan dan sebagainya
4. Menurut bapak berapa banyak umat non Islam disini?
Di Rw 19 ini itu kan Pura terbesar di jaksel ya mayoritas rt1
itu kan umat Hindu, sebagian lah. Umat kristen itu memang
disini hanya beberapa orang saja, memang jamaahnya dari
luar
5. Untuk Agama Islam nya bagaimana pak?
Untuk musola, majlis talim jamaahnya mayoritas disini ya
alhamdulillah kita damai tentram toleransi antar umat
beragama berjalan dengan baik
Bapak Agung Setya
Ketua RW 19
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Pak Yadi
Tempat dan waktu : Rumah Narasumber, 17 Oktober 2019
Usia :
Agama dan Budaya : Islam/Jawa
1. Bagaimana kondisi kerukunan antarumat beragama di
RW 19 ini?
saya tidak ilmiah saya hanya bicara, saya hanya masyarakat
biasa kebetulan saya pernah yaa di tuakan kata orang, saya
bukan akademisi. Kalo di srengseng sawah khususnya di RW
19 umat beragamanya itu kebetulan saya aktif di komunitas
lintas agama. Saya sering bicara dengan kristen katolik hindu
dan yang lain. RW 19 ini menjadi RW percontohan umat
beragama di seluruh Jakarta, karena RW nya kecil tapi rumah
peribadatannya cukup lengkap ada Masjid, Majlis Ta’lim
Qotrunnada, Pura dan Gereja.
2. Bagaimana komunikasi antar agama agar rukun supaya
tidak bersinggungan?
Kalo saya tidak bisa orasi tapi saya mengambil cara
bagaimana kita tidak menyinggung orang lain, kalau bicara
fanatik Islam ya saya fanatik sekali dengan Islam, akidah
tidak bisa ditawar. Cuma habluminnanas nya saya pakai cara
rasul dan walisongo yaitu yang pertama semua berawal dari
keluarga kita dulu baru ke lingkup luar. Step by step. Jangan
merasa paling pinter paling bener sedangkan mereka yang
diluar juga memiliki ilmu. Tidak pernah mengajak orang
untuk masuk ke agama kita, lakum dinukum wa liyaddin.
Jangan alergi kepada orang non muslim dan mengkafirkan
seseorang. Bukti nyatanya ketik non muslim ngadain acara
umat muslim mengatur parkir.
3. Jumlah kepala keluarga?
rw 19 terdiri dari 4 RT jumlah KK 270, penduduknya putra
putri sekitar 850an, Luas wilayah 21.703m
4. Perkembangan sejarah disini?
disini dulu basic nya adalah orang Bali yang kemudian
pulang kampung ke asalnya setelah pekerjaan mereka disini
selesai dan muslim mulai masuk awal tahun 80an.
5. Islam identik dengan budaya apa disini? Islam disini
dominan NU dan ada Muhammadiyah itu hanya sebagian
kecil, rata rata orang Islam disini itu pendatang alias jawa.
Kalopun ada orang betawi itu pasti keturunan
6. Untuk mata pencaharian di wilayah ini apa aja pak? ada
TNI sedikit, Pegawai negeri, swasta
7. Untuk pendidikannya? yang tua selevel saya sudah S1 dan
banyak yang SMA dan SMP, tapi kalo untuk anak mudanya
ya minimal D3 lah
8. Terus untuk adat istiadat yang sudah mendarah daging
disini itu apa pak?
gotong royong, sangat dijunjung tinggi. Di Jakarta
memakamkan jenazah itu bayar, disini ga bayar, tim penggali
kubur pun disini ga dibayar, memang tidak ada aturan yang
gali dibayar, tidak ada. Nanti jika yang meninggal keluarga
tidak mampu, lalu yang kasih makan ya orang lain. Untuk
pemakaman tidak ada tarif namun ada pihak yang
memberikan secara ikhlas. Disini tidak hanya orang muslim
saja, non muslim pun sama. tapi baru 6 bulanan ini, ada
anjuran dari kelurahan atas arahan pemprov DKI untuk
mengadakan retribusi, akhirnya ada pengurus makam yang
dilegalkan sehingga kena biaya administrasi pemakaman.
Namun untuk RW lain terkena biaya 1jt sedangkan RW 19
hanya 200rb untuk menggugurkan kewajiban administrasi
tsb.
Pak Yadi
Ketua LMK RW 19
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Yetje (Omah Bernat)
Tempat dan waktu :Rumah Narasumber, 10 Desember
2019
Usia : 76 tahun
Agama : Kristen
1. Bagaimana sejarah masuknya etnis anda di RW 19
kelurahan Srengseng Sawah ini ? Sejak kapan dan
bagaimana asal muasalnya ?
Tinggal disini sejak tahun 60an, sejarah awalnya umat
Kristiani masuk kesini itu baik. Saya sendiri pendatang dari
kampung dari Manado, Kayuuwi. Dari pertama masuk kesini
baik, dulu umat kristen mayoritas disini karena banyak yang
pulang kampung dan meninggal jadi berkurang dan tinggal
sedikit. Responnya baik kalo kita adain ibadah dirumah
mereka gapapa terus setiap natal mereka dateng. Tapi pernah
sekitar 2 tahunan mereka gapernah dateng karena gaboleh
sama guru ngaji, itu sekitar udah tahun 2000an. Ya gapapa
kalo gitu, tapi rumah kita terbuka untuk siapa aja. Tapi kesini
kesini sudah mulai dateng lagi dan normal lagi.
2. Etnis anda ini di dominasi oleh budaya apa ?
Di dominasi oleh Manado, Medan, Jawa namun mayoritas
oleh Manado namun sudah banyak yang pulang kampung
dan meninggal. Makanya kan gereja disini itu Okumene.
3. adat istiadat apa yang paling sering dilakukan dan
menjadi kebiasaan disini ?
gotong royongan memang menonjol disini ga mandang dia
Islam, Kristen, Hindu
4. bagaimana cara bersosialisasi dengan etnis lain ? bahasa
apa yang digunakan antar etnis maupun sesama etnis ?
cara bersosialisasi dengan yang lain itu gaada perbedaan
sama saja, misalnya ada kematian ya kita dateng bantu bantu
apa aja yang bisa kita kerjain, yang namanya kematian kan
gaperlu di undang untuk datang. Dan misalkan ada acara
17an kan malemnya tumpengan di lapangan, kita makan
bareng-bareng
5. dalam berkomunikasi, etnis (Islam, Kristen, Hindu) lebih
sering dengan cara apa ? antarpribadi, kelompok, publik
atau komunikasi massa ? contohnya ?
lebih sering komunikasi antarpribadi dengan tetangga dan
komunikasi kelompok yaitu rapat RT, RW, dan semacamnya
6. Apakah antar etnis ini saling mengetahui latar belakang
lawan bicaranya sehingga dapat berkomunikasi secara
mendalam ?
saya sendiri mengetahui latar belakang lawan bicara saya,
terutama mempelajari karakter atau watak seseorang agar
saya bisa membatasi diri saya dan bisa berkomunikasi lebih
mendalam. Semua berbalik kepada diri kita bagaimana kita
membawa diri
7. Lalu, ada gak sih permasalahan atau konflik antar etnis
di RW ini ?
Tidak ada, selama ini baik-baik saja
8. kegiatan apa saja yang dilakukan dengan etnis lain di
RW 19 ini ? rutin kah ?
gotong royong, rapat, dan acara lain yang mengatasnamakan
RT/RW. rutin
9. apakah ada batasan pergaulan antar etnis ? menurut
anda perlu tidak adanya batasan itu ?
tidak ada batasan pergaulan selama kita bisa menjaga diri.
Batasan perlu, kita juga membatasi, kita lihat situasi apabila
tidak memungkinkan untuk keluar ya jangan keluar
10. bagaimana penilaian anda terhadap warga etnis lain ?
penilaiannya baik sih, baiknya itu kalo ada acara apa apa
kelihatan keakrabannya. Kurang baiknya itu ketika seperti
bulan puasa kan mereka ada Sahur, nah suka ada yang
bangunin sahur keliling bangunin orang nah saya terganggu
termasuk juga orang Bali yang tidak nyaman dengan hal ini.
ya kan sudah tau ada waktu sahur kenapa masih harus
dibangunin lagi apalagi keliling, karena warga disini kan
multi agama. Saya suka terganggu dengan tetangga saya
yang buka warung disamping rumah saya, karena warungnya
menjadi tempat nongkrong anak anak Univ Pancasila, namun
mereka tidak kenal waktu jika nongkrong. Bahkan sampai
jam-jam malam yang waktunya istirahat mereka masih
nongkrong, bahkan maghrib ketika adzan mereka tetep
berisik, kita aja yang non muslim jika menjelang maghrib
dan denger adzan kita akan menghormati. Tapi anak
tongkrongan itu yang malah berbanding terbalik dengan yg
saya lakukan. Dan keamanan pun kok gamau negor anak
tongkrongan itu apalagi pas jam malam itu sangat terganggu
saya sampai gabisa tidur.
11. masih ada gak sih kesenian-kesenian etnis anda di
wilayah ini ? dan makanan khas etnis anda juga masih
ada gak disini ?
kesenian kesenian disini ada ya ketika memperingati hari
sumpah pemuda, agustusan dan lain lain. Kalo makanan khas
etnis saya itu ada namanya Lemeng (Nasi Jaha) dari Manado,
itu pun setahun sekali pas natal.
12. bagaimana etnis anda (Islam, Kristen, Hindu) dalam
melaksanakan peribadatan ? dan response dari etnis lain
bagaimana ketika anda melaksanakan ibadah tersebut ?
response agama lain bagus sih saling mendukung dalam hal
ibadah, ya masa dalam hal keagamaan mau ada yang usil.
13. terus bagaimana pengaruh etnis anda terhadap etnis lain
disini ?
pengaruh etnis saya baik sih, karena kita selalu aktif dalam
acara acara disini dan ikut ambil andil dengan membantu
sebisa kita
14. selanjutnya, faktor penghambat dalam berkomunikasi
antar etnis itu apa disini?
untuk faktor bahasa gaada sih, karena ketika kumpul di acara
mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baik, paling
mereka ngomong sesama mereka ya pakai bahasa mereka.
15. faktor pendukung yang anda alami saat berkomunikasi
dengan etnis lain itu apa saja ?
kita punya satu tujuan yang sama, yaitu sama sama aja. Kaya
kemarin waktu 17an kan ada voli ibu-ibu yaudah saya deh
nyumbang konsumsi buat ibu-ibu sampe dengan selesai, nah
itu saya bikin kue.
Omah Bernat
Umat Kristen
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Bapak Komang Suarloka
Tempat dan waktu : Pura Widya Mandala, 13 Desember
2019
Usia : 57
Agama dan Budaya : Hindu/Bali
1. Sejak kapan anda tinggal disini ? Bagaimana sejarah
masuknya etnis Bali (Hindu) di RW 19 kelurahan
Srengseng Sawah ini? Sejak kapan dan bagaimana asal
muasalnya?
Saya tinggal disini ada sekitar 20 tahunan, awalnya sekitar
tahun 60an itukan ada tentara dari Bali di bagian Seni
Kontruksi di Zikon, waktu itu habis pendidikan mereka base
camp nya disini lalu setelah masuk team sekitar tahun 75 nah
itu kebanyakan dari Bali yang basecamp nya disini dan
akhirnya tinggal disini. Dan sekarang mayoritas tinggal disini
karena sudah berkeluarga dan punya anak. Sekitar tahun
80an, kebetulan saya mahasiswa disini yaitu di ISTN. Nah
awalnya sih kita membina anak-anak muda dulu disini hanya
ada sekitar 40 kk, ada ruang pembinaan disini berbentuk
kelas. Kalo disekolah kan gaada guru agama hindu, sehingga
untuk dia tau tentang agama Hindu maka dibuatlah kelas
pembinaan itu, terus akhirnya kita membangun tempat
praktek untuk sembahyangnya. Tapi entah gimana
semangatnya warga dan anak muda disini maka terbangunlah
pura ini itu sekitar tahun 90an. Nah kebetulan saya juga dari
pengukuran lahan sampai jadi pura ikut andil di dalamnya
jadi saya tau betul tentang pura ini.
2. Bagaimana cara etnis Bali bersosialisasi dengan etnis lain
yang berbeda kepercayaan?
kebetulan kami orang Bali, Hindu memang sangat menjaga
dan menghormati budaya dan lingkungan setempat itu
prinsipnya. Karena kami dimana bumi dipijak disitu langit
dijunjung.
3. Adat istiadat yang sering dilakukan disini apa?
karena gini, kebetulan umat Hindu disini mayoritas Bali jadi
adatnya ya Bali. Contoh budaya Bali disini ada Gong, tari-
tarian, seni suaranya. Nah disini ada kelas untuk menari dan
ada pelatihnya
4. Profesi etnis Bali mayoritas disini apa aja ?
mayoritas profesi sekarang tuh yang tentara sedikit, termasuk
heterogen lah yang tentara itu. Ada yang jadi dokter, ada
yang di pemerintahan, pejabat juga ada, dagang ada.
5. tadi kan adat dan kesenian bali ya pak, kalau makanan
khas Bali disini ada gak?
kita sediakan dapur khusus dibelakang pura, disinilah tempat
masak kalau ada acara untuk kebersamaan. Ada Lawar,
Sayur Ares, sayur ares tuh bahannya pohon pisang.
6. Bagaimana etnis Bali dalam melaksanakan peribadatan?
sangat nyaman, kebetulan yang berinteraksi dengan
masyarakat saya sendiri. Terus dengan pihak gereja, RW,
karang taruna, kelurahan, kecamatan nah itu saya yang
komunikasi langsung.
7. Ini kan dempet sekali ya pak antara Pura dengan Gereja,
itu kalau ibadah bagaimana pak?
Oh ya tidak masalah, kalau kita sedang ada acara di Pura bisa
parkir di lahan Gereja dan yang jagain anak-anak sini,
begitupun sebaliknya. Jika Gereja sedang ada acara, bisa
pakai lahan Pura untuk parkir nah yang jagain anak-anak sini
itu remaja masjid dan lainnya. Dan kita sering mengadakan
bakti sosial, waktu itu setiap bulan pengobatan gratis disini,
lokasinya di Pura.
8. Bagaimana respons etnis lain?
respons nya sangat baik, malah kita kan ada gong suaranya
keras tuh karena kita hubungannya baik jadi gaada masalah
sama masyarakat lain dan mereka tidak kebisingan. Selama
ini kondusif, sangat kondusif.
9. Penilaian anda terhadap etnis lain disini?
gaada masalah, kalau basic saya menilai justru mungkin
pengurus Gereja yang kurang kooperatif lebih ekslusif dan
kurang terbuka. Kalau kita sama siapapun welcome aja, jadi
udah gaada jarak
10. Apakah ada batasan pergaulan antar etnis disini?
tidak ada batasan selama itu masih dalam hal baik, menurut
saya sangat penting ada batasan maksudnya batasan dalam
etika, menghormati
11. Kegiatan apa saja yang sering dilakukan bersama-sama?
agustusan kemudian kita sering ngundang pengobatan gratis
lokasinya disini, jadi sampe nyari-nyari siapa yang kurang
sehat karena kita datengin dokter-dokter yang qualified
obatnya bagus-bagus. Kegiatan rutin, malah kemaren karena
sering adain kegiatan malah kosong mungkin masyarakatnya
udah sehat-sehat ya, masa dokter dateng banyak tapi
masyarakatnya yang sakit gaada ya gimana, jadi sekarang
yang tadinya sebulan sekali berubah menjadi ketika
dibutuhkan saja, setiap momen
12. Apakah ada hubungan komunikasi antara etnis Bali
dengan etnis lain disini?
ada sih , ya kaya biasanya aja
13. Dalam berkomunikasi, etnis Bali lebih sering dengan
cara apa? antarpribadi, kelompok, publik atau
komunikasi massa? contohnya?
kalau sekarang sih kebanyakan lewat WA karena jaman udah
canggih jadi lebih sering dengan komunikasi massa, tapi
untuk yang lain anak-anak mudanya lebih sering dengan
komunikasi antarpribadi contohnya ngobrol dengan tetangga
dan masyarakat lain.
14. apakah anda mengetahui latar belakang lawan bicaranya
sehingga dapat berkomunikasi secara mendalam?
sebenernya sih mengalir aja, gini sebenernya dalam
komunikasi itu awalnya positif aja apapun latar belakangnya
kita kan gatau. Penting tidak penting, ada plus minusnya tuh.
15. Apakah pernah terjadi konflik disini? dan bagaimana
etnis Bali menyikapinya?
gaada, tidak pernah ada konflik.
16. Faktor pendukung yang anda alami saat berkomunikasi
dengan etnis lain itu apa saja?
rasa kekeluargaan yang pasti itu, utamanya adalah dari kita
sendiri, kalau berniat baik ya baiklah ketika kalau niat kita
gabaik tapi orang berbuat baik maka kita mikirnya gaakan
baik. Jadi semua tergantung pola fikir kita positif atau negatif
dalam berkomunikasi.
17. Selanjutnya, faktor penghambat dalam berkomunikasi
antar etnis itu apa disini?
gaada hambatannya sih, kita mah beragam mau bahasa Bali
iya bahasa Indonesia iya, betawi juga iya
18. adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman
ketika berinteraksi dengan etnis lain?
gaada
19. apakah ada kemiripan antara budaya anda dengan
budaya pribumi disini?
ada, justru Bali banyak mirip dengan betawi. Ya dari
bahasanya tadi, terus Bali dengan Sunda. Saya 83 sudah di
Srengseng situ dengan orang Betawi, dan segala tata cara dan
budayanya sama aja, artinya gaada masalah dan mirip
dengan Betawi dan Sunda.
20. Terus bagaimana pengaruh etnis anda terhadap etnis
lain disini?
pasti positif, kalo ga positif pasti ditolak ya. Terus juga kita
sama sama saling membantulah ketika ada acara atau
sebagainya.
Pak Komang
Ketua PHDI Jakarta Selatan
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Ibu Nursyaidah
Tempat dan waktu : Rumah Narasumber
Usia : 48
Agama dan Budaya : Islam/Mandailing
1. Sejak kapan anda tinggal disini ? Bagaimana sejarah
masuknya Islam di RW 19 kelurahan Srengseng Sawah
ini? Sejak kapan dan bagaimana asal muasalnya?
Saya tinggal disini sejak tahun 1999, tapi kalau di RW 19 ya
sedangkan kalau di Jakarta itu sejak tahun 1991. Tadinya
saya disitu di RW 05. Sejak saya datang kesini wilayah ini
sudah mayoritas Islam dan kebetulan suami saya juga tokoh
agama Islam disini jadi tuh suka mengajak anak-anak solat,
dulu door to door itu untuk mengajak orang solat berjamaah
pada awal-awal pindah kesini sekitaran tahun 2000. Dulu
2. Tapi ibu sendiri berasal dari daerah mana ?
Saya berasal dari Mandailing, orang biasa menyebutnya
batak tapi kita tidak menyebutnya Batak melainkan
Mandailing.
3. Bagaimana cara ibu bersosialisasi dengan warga lain
yang berbeda kepercayaan?
Alhamdulillah baik karena kita kan mempunyai akidah
masing-masing. Kita berteman tapi kan sesuai akidah kita,
kita gaikut mereka ya walau berteman kita tetap rukun walau
mereka Kristen, Hindu kita tetap berteman.
4. Lalu kalau berdasarkan perbedaan kebudayaan,
bagaimana cara ibu bersosialisasi ?
Sama aja, kalau muslim itu mayoritasnya disini itu sama
semua tidak mengutamakan salah satu suku. Kita bergabung
dalam satu majelis, itu kan ada yang siang dan malam
jumatan. Siang itu rabu dan sabtu abis zuhur di Musolla
5. Adat istiadat yang sering dilakukan di wilayah sini apa?
Gotong royong, misalkan tujuh belasan itu bergabung semua
agama, jadi kita bergabung semua itu kompak
6. Profesi umat Islam mayoritas disini apa aja ?
Kebanyakannya wiraswasta disini
7. Kesenian Mandailing disini ada gak bu ?
Ada tapi itu kan jika ada acara besar aja seperti pernikahan
itu kita ada Gordang Sambilan, itu kalau orang Batak bilang
tari Tortor tapi namanya Gordang Sambilan.
8. Bagaimana umat Islam dalam melaksanakan
peribadatan disini ? dengan keberadaan rumah
peribadatan agama lain yang berdekatan
Itu mah biasa aja kan kita mah masing-masing, kadang itu
hari minggu kita semuanya ada acara dan bentrok. Pura ada
acara, Kristen sudah pasti ya setiap minggu dan kita kadang
juga suka memperingati hari besar seperti Maulid, Isra Mi’raj
dan lain-lain. Kita kan juga cari hari libur supaya acara rame
makanya kita adakan hari minggu. Tapi kita ga saling
menggangu kita kan juga beribadah sama mereka juga,
biarkan aja mereka beribadah kan menurut mereka ibadah
mereka benar sedangkan menurut kita juga Islam kan ajaran
paling benar, jadi kita ga saling mempermasalahkan.
9. Kalau respon agama lain bagaimana bu terkait
peribadatan yang bentrok ?
Kayaknya sih sama aja, mereka juga ga ngurusin kita karena
kita tuh satu wilayah kita ga saling mengganggu. Itu kan
ibadah mereka jadi kita gausah ganggu
10. Penilaian anda terhadap agama lain disini ?
Gimana ya kalau namanya tetangga juga kita kan menilai
kalau ia bagus dalam beribadah sesuai agamanya jadi kita
menilai ya bagus bagus aja, kita kan saling menyapa apalagi
berteman
11. Apakah ada batasan pergaulan antar agama disini?
Menurut ibu penting ga batasan pergaulan itu?
Batasan sih gaada ya, kalau menurut saya sih ya dalam
bermasyarakat kan ada gotong royong dan kerja bakti nah
disitu kan kita bersatu, ga saling mencela gaada yang
membedakan. Kalau ada sesuatu mereka suka bantu dan kita
pun ikut membantu.
Kalau bagi saya sih asal jangan mengganggu dalam ibadah
sih engga papa
12. Kegiatan apa saja yang sering dilakukan bersama-sama?
Senam, sabtu pagi di lapangan RW itu semua ikut dari
berbagai agama. Ada yang non muslim, muslim, lansia,
gabung lah semuanya. Volly juga begitu sih
13. Apakah anda sering berkomunikasi dengan warga yang
berbeda agama?
Sering itu kita berbicara dengan tetangga yang non muslim,
itu kita juga termasuk dalam grup PKK dengan mereka juga
14. Dalam berkomunikasi, etnis Bali lebih sering dengan
cara apa? antarpribadi, kelompok, publik atau
komunikasi massa? contohnya?
Kalau ibu kan jualan, namanya jualan kan suka ngobrol dulu
cerita dulu ya namanya ibu-ibu. Jadi kita sering
berkomunikasi dengan antarpribadi dan kita juga sering pergi
bareng jalan-jalan gitu dan mereka pun kalau waktunya solat
suka mengingatkan kita buat solat kaya “solat dulu bu haji”
dan dia juga kan jam 8an pulang untuk beribadah kan bikin
sesajen gitu. Kalau saya jarang ikut rapat tapi suami saya
sering karena beliau ketua pengurus musola disini.
15. apakah anda mengetahui latar belakang lawan bicaranya
sehingga dapat berkomunikasi secara mendalam?
Biasa aja lagipula kita juga menjaga kan jangan sampe
omongan kita menyinggung perasaan dia. Batak itu kan sama
Bali hampir mirip dalam adat istiadat, contohnya kalau lelaki
sudah menikahi perempuan itu si perempuan sudah menjadi
hak milik si lelaki, nah orang Bali juga gitu.
16. Apakah pernah terjadi konflik disini?
Alhamdulillah gapernah sih, justru kita menampilkan budaya
budaya yang ada disini lewat pentas seni setiap agustusan.
17. Faktor pendukung yang anda alami saat berkomunikasi
dengan etnis lain itu apa saja ?
Keluarga sih engga ya, jangan kekelurgaan itu kan beda
akhlak beda akidah. Lebih ke berteman dan simpati aja sih
menjaga kerukunan. Namun kita selalu berdoa kepada
mereka untuk kembali ke jalan yang benar, kembali ke jalan
Allah gitu mudah mudahan saja Allah mendengar doa kita.
Dan dia pun suka minta doain “doain saya ya bu haji” ya
saya suka bilang inshaAllah ya saya doain ibu. Emang kita
sih ga ngomong langsung untuk kembali ke jalan Allah tapi
dalam hati supaya ga tersinggung
18. adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman
tinggal disini dengan keragamannya ? atau malah
sebaliknya
Alhamdulillah saya sangat nyaman sekali, nyamannya ya
saya kan dulu pernah tinggal di RW 05 saya disitu kurang
enak lah dalam bersosialisasi dan saya pindah ke Ciganjur
dan itupun juga kurang enak, yang saya rasakan enak tuh
baru di RW 19 ini.
19. apakah ada kemiripan antara budaya anda dengan
budaya pribumi disini?
Mandailing ya mirip dengan Bali karena tadi itu yang saya
ceritakan soal pernikahan
20. Terus bagaimana pengaruh agama Islam terhadap
agama lain disini?
Kalau menurut kita sih gimana ya, kalau yang sebaik-
baiknya itu ya Islam sudah paling baik menurut kita.
21. Selama ibu tinggal disini pernah ada kendala ga ketika
jadwal ibadah yang bentrok dengan agama lain ?
Masing masing menjalankan ibadah masing masing aja jadi
tidak ada kendala
22. Berarti bisa dibilang disini itu rukun ya bu ?
Alhamdulillah soalnya kita cuma sedikit kalau kita ada
konflik ya warga kita siapa lagi sedangkan RW ini kecil
cuma ada 4 RT saja.
23. Menurut ibu kerukunan itu apa sih ?
Kerukunan bermasyarakat itu karena kita saling bantu
membantu, nah itu kan ada acara dan mereka ikut bantu
bantu tanpa milih-milih.
24. Kegiatan yang mencerminkan kerukunan tuh disini apa
ya bu ?
Gotong royong, senam, dan lain lain
25. Pernah gak ibu merasa umat Islam lebih unggul dari
umat yang lain ?
Ya pasti dan pasti cuma kita ga berbicara depan umum
26. Bagaimana pandangan ibu terhadap warga lain yang
berbeda agama ?
Kalau pribadi sih, dalam Al-Qur’an kan dijelaskan bahwa
Islam sebaik-baiknya agama, cuma karena kita hidup
bertetangga dan bermasyarakat yang berbeda agama ya kita
harus rukun dan tentram
27. Pernah ga ibu punya prasangka dengan berkomunikasi
dengan orang lain? Prasangka baik atau buruk
Pernah sih
28. Apakah bahasa menjadi hambatan dalam
berkomunikasi?
Oh engga, kita juga kan pake bahasa kita sendiri dan kalau
berbicara di depan umum ya kita pakai bahasa indonesia
yang benar. Paling cuma logatnya aja yang kendala, karena
saya orang Sumatera dan logatnya udah keras itu kadang
suka dibilang judes
Ibu Hj. Nursyaidah
Istri pengurus Mushola Darussalam
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Ibu Ida Ayu
Tempat dan waktu : Rumah Narasumber, 11 Februari 2019
Usia : 66
Agama dan Budaya : Hindu/Bali
1. Sejak kapan anda tinggal disini ? Bagaimana sejarah
masuknya etnis Bali (Hindu) di RW 19 kelurahan
Srengseng Sawah ini? Sejak kapan dan bagaimana asal
muasalnya?
Saya tinggal disini sejak tahun 1974, berarti 46 tahun udah
mau setengah abad. Saya asli Bali semua keluarga orang
Bali. Awalnya bapak angkatan seni, tentara bagian seni dan
dinas disini lalu dapat asrama disini, kalau bapak dari tahun
1962 disini dan dulu wilayah ini mayoritas Hindu. Nah terus
tahun 1974 ibu nikah dengan bapak dibawalah kesini
2. Bagaimana cara etnis Bali bersosialisasi dengan etnis lain
yang berbeda kepercayaan?
Ya caranya gimana ya, ya pertemuan di Pura kadang-kadang
ada kematian ya kita kumpul saling bantu dan kalau di Pura
kita ada acara-acara bantu buat buat sajen dan disitu kita
saling bersosialisasi. Kalau untuk bersosialisasi dengan etnis
lain ya misalnya ada arisan RT ya kita ikut nimbrung, seperti
rapat yang mengharuskan ibu hadir ya ibu ikut. Kalau senam
ibu rajin setiap sabtu pagi.
3. Adat istiadat yang sering dilakukan disini apa?
Ya seperti sembahyang bersama, buat buat sajen masih dan
kalau kesenian ada sanggarnya di Pura ada tiap minggu.
Kalau makanan khas suka buat ketika acara acara di Pura aja
paling, contohnya ya makanan Lawar, sate Lilit dan Ayam
betutu.
4. Profesi etnis Bali mayoritas disini apa aja ?
Tentara, tapi sekarang udah pada pensiun dan sebagian udah
pada engga ada dan lebih banyak sekarang itu swasta. Dan
saya pun pensiunan guru
5. Bagaimana etnis Bali dalam melaksanakan peribadatan?
Kita masing-masing saling toleransi lah kaya Gereja
berdekatan dengan Pura, siapa yang mau make lahan parkir
ni ya gantian karena kan pasti perlu parkir. Parkiran Gereja
kalau Pura ada acara silahkan pakai dan sebaliknya pun
sama.
6. Ini kan dempet sekali ya antara Pura dengan Gereja, itu
kalau ibadah bagaimana bu?
Kalau jadwal ibadah yang bentrok ya kita atur aja sesuai
agama dan ibadah masing-masing jadi ga merasa keganggu
sih. Kalo ada acara besar itu disini nyediain keamanan ya dan
pengatur parkirannya.
7. Bagaimana respons etnis lain?
Baik baik aja gaada masalah
8. Penilaian anda terhadap etnis lain disini?
Saling membantu saling menghormati dan saling bertoleransi
9. Apakah ada batasan pergaulan antar etnis disini?
Ya batas pergaulan sih gaada sih, tapi batasan menurut saya
penting apalagi ke arah negatif ya
10. Kegiatan apa saja yang sering dilakukan bersama-sama?
Kerja bakti, senam dan olahraga lah dan agustusan juga lah
kumpul gerak jalan dan jalan santai
11. Apakah ada hubungan komunikasi antara etnis Bali
dengan etnis lain disini?
Sering, sering banget
12. Dalam berkomunikasi, etnis Bali lebih sering dengan
cara apa? antarpribadi, kelompok, publik atau
komunikasi massa? contohnya?
Semuanya mas, ngobrol langsung sering, WhatsApp sering,
kalo misalkan ada kegiatan-kegiatan rapat sering. Karena kan
kalo ada info mengenai kegiatan di RW itu gamungkin kan
kita datangi satu satu kerumahnya, jadi kita lewat WhatsApp
gitu untuk menyebarkan informasi. Kan kita juga punya grup
13. apakah anda mengetahui latar belakang lawan bicaranya
sehingga dapat berkomunikasi secara mendalam?
Ya perlu supaya kita berkomunikasi itu ga salah ya, apa yang
kita harus komunikasiin
14. Apakah pernah terjadi konflik disini? dan bagaimana
etnis Bali menyikapinya?
Kayaknya gapernah ada kalau konflik agama dan budaya,
paling konflik-konflik kecil ya namanya hidup
bermasyarakat
15. Menurut ibu kerukunan itu apa sih ?
Rukun itu ya kita saling akrab, akrab berkomunikasi, akrab
bergaul tidak pandang etnis, agama, tua dan muda ya kita
berkomunikasi sewajarnya
16. Faktor pendukung yang anda alami saat berkomunikasi
dengan etnis lain itu apa saja?
Ya sebagai sahabat sebagai teman, saudara ya namanya kita
bertetangga harus saling sapa ikatannya erat bisa dibilang
simpati mungkin ya
17. adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman
ketika berinteraksi dengan etnis lain? Atau malah
sebaliknya
gaada, saya nyaman banget tinggal disini sehingga saya tidak
mau pindah-pindah dari sini
nyamannya disini ya tidak kaku, kita santai disini
bermasyarakatnya dan tempatnya strategis kemana mana
mudah, transportasinya gampang dan betah jadinya
18. apakah ada kemiripan antara budaya anda dengan
budaya pribumi disini?
Ya kemiripan sih kayaknya sama Jawa ya kaya dari segi
bahasa banyak kesamaan, kejawen-kejawen gitu. Mungkin
kaya kejawen itu sekarang udah ga keliatan ya, adanya jaman
dulu
19. Terus bagaimana pengaruh etnis anda terhadap etnis
lain disini?
Gaada pengaruh apa apa, positif banget ya
20. Karena dekatnya tempat peribadatan, pernah gak ada
kendala saat beribadah bu ?
Ya masing-masing menjalankan ibadahnya aja apa yang kita
yakini
21. Kegiatan disini yang mencerminkan kerukunan tuh apa
bu ?
Olahraga, arisan itu semua ikut dan kerja bakti
22. Apakah ibu pernah merasa lebih unggul dari etnis lain?
Gaada kita semua sama, berdiri sama tinggi dan duduk sama
rendahnya
23. Apakah ibu pernah bersikap stereotip terhadap budaya
lain negatif ?
Gapernah, saya disini selalu positif thinking
24. Apakah ibu pernah punya prasangka terhadap lawan
bicara ?
Wajar-wajar aja, sepanjang yang diomongin baik-baik ajasih
ya gapapa asal tidak menyinggung
25. Apakah bahasa menjadi hambatan dalam berkomunikasi
disini ?
Engga, justru saya bahasa Balinya udah lupa-lupa tapi kalo
ngomong pake bahasa Indonesia, yang penting yang dengerin
ngerti.
Ibu Ida Ayu
Umat Hindu
FOTO KEGIATAN WARGA RW 19 KELURAHAN
SRENGSENG SAWAH JAKARTA SELATAN
Kegiatan Peribadatan Umat Hindu di Pura Widya Mandala
Gambar di atas merupakan kegiatan ibadah umat Hindu di
Pura Widya Mandala yang bertempat di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan pada hari Rabu tanggal 19
Februari 2020. Proses peribadatan diawali dengan permainan alat
musik tradisional seperti Gong, Gamelan dan lainnya. Kegiatan
tersebut dihadiri oleh para tokoh agama dan jamaah Pura Widya
Mandala.
Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Gambar di atas merupakan kegiatan Maulid Nabi
Muhammad SAW yang diadakan di Musala Darussalam RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Kegiatan Maulid
tersebut dihadiri oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat serta
jamaah Musala Darussalam.
Kegiatan Wawancara dengan Narasumber
Bersama Bapak Yadi Bersama Pak RW Agung
Bersama Omah Bernat Bersama Ibu Hj. Nursyidah
Bersama Ibu Ida Ayu Bersama Bapak Komang Suarloka
Gambar di atas merupakan dokumentasi peneliti dengan para
informan yang telah bersedia untuk diwawancarai. Proses wawancara
dilakukan di rumah kediaman informan, namun proses wawancara
dengan bapak Komang Suarloka (tokoh agama Hindu) dilakukan di
Pura Widya Mandala.
Kegiatan Perlombaan 17 Agustus
Gambar di atas merupakan perlombaan yang diadakan dalam
memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
2019. Kegiatan ini rutin diadakan setiap tahun untuk mempererat tali
silaturahmi sesama warga dan untuk menjaga kekompakan dalam
kehidupan bermasyarakat. Perlombaan yang diadakan beraneka
macam seperti lomba futsal, basket, gerak jalan hingga lomba tarik
tambang. Kegiatan tersebut biasanya diadakan dilapangan RW 19
Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.