BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA
BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
1.1 Data Demografi
Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Lembean, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli. Desa Lembean masuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas
Kintamani I. Desa Lembean memiliki sekitar 195 KK. Sebagian besar warganya
bekerja sebagai petani. Jeruk merupakan hasil pertanian yang dominan di wilayah
ini.
1.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura
Keluarga I Wayan Sura terdiri dari suami, istri, dan anak laki-laki yang sudah
berkeluarga yang tinggal di sebelah rumahnya. Keluarga ini beragama Hindu.
Pengambilan keputusan berada di tangan KK yaitu Bapak I Wayan Sura di dalam
kehidupan sehari-hari.
Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Sura
No. Nama StatusUmur
(tahun)Pendidikan Pekerjaan
1 I Wayan SuraKepala
Keluarga80 SD Petani
2 Ni Wayan Simpir Istri KK 75 SD Petani
3 I Wayan Sena Anak KK 43 SMPBuruh
Bangunan
4 Made Seneng Anak KK 40 SD Pedagang
1
Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Wayan Sura
1. I Wayan Sura – KK
2. Ni Wayan Simpir – Istri KK
3. I Wayan Sena – Anak KK
4. Made Seneng – Anak KK
1.1.2 Keluarga Bapak I Made Genep
Keluarga I Made Genep terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK, istri, dan anak laki-
laki. Mereka bertiga tinggal dalam satu rumah. Keluarga ini beragama Hindu.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, yakni
Bapak I Made Genep.
Tabel 2. Susunan Keluarga I Made Genep
No Nama JK Umur PendidikanHubungan dgn KK
Pekerjaan
1 I Made Genep L 42 th SMP KK Buruh Tani
2 Ni Made Tampi P 40 thTamatan
kelas 5 SDIstri Buruh Tani
3 Wayan Budiasih P22
tahunSMP Anak
Ibu Rumah Tangga
4 Kadek Suarjaya L16
tahunSMP Anak Buruh Tani
2
Gambar 2. Sistem Kekerabatan I Made Genep
1. I Made Genep – KK
2. Ni Made Tampi – Istri KK
3. Wayan Budiasih – Anak KK
4. Kadek Suarjaya – Anak KK
1.1.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel
Keluarga I Ketut Mondel terdiri dari dirinya, istri, dan anak yang sudah berkeluarga.
Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan
keputusan berada di tangan KK, yakni Bapak I Ketut Mondel.
Tabel 3. Susunan Keluarga I Ketut Mondel
No Nama JK UmurPendidik
anHubungan dgn KK
Pekerjaan
1 I Ketut Mondel L 50Tidak
tamat SDKK Petani
2 Wayan Karma P 45 Tidak
bersekolahIstri KK Petani
3 Wayan Ordi L 35Tidak
tamat SDAnak KK Petani
3
Gambar 3. Sistem Kekerabatan I Ketut Mondel
1. I Ketut Mondel – KK
2. Wayan Karma – Istri KK
3. Wayan Ordi – Anak KK
1.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal
1.2.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura
Keluarga Bapak I Wayan Sura tinggal dalam satu rumah seluas 1 are dan berlokasi
satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding rumah
keluarga Bapak I Wayan Sura terbuat dari kayu, tanpa lapisan semen dan tidak
bercat. Lantai rumah juga terbuat dari campuran pasir dan semen, nampak kotor dan
berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes yang kondisi nya sudah mulai usang. Dalam
rumah tersebut terdapat 2 ruangan dimana 1 ruangan difungsikan sebagai dapur.
Ruangan pertama difungsikan sebagai ruang keluarga sekaligus tempat tidur tanpa
ventilasi. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil. Ruangan
tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik.
Ruangan kedua, yakni ruangan yang lebih kecil difungsikan sebagai dapur. Anak
beliau beserta istri dan anak laki-lakinya tidur di dapur Bapak I Wayan Sura.
Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman
depan rumah terbuat dari tanah yang kerap menjadi becek ketika terjadi hujan.
Keluarga Bapak I Wayan Sura termasuk keluarga dengan ekonomi lemah. Sehari-
hari, Bapak I Wayan Sura bekerja sebagai petani yang menggarap kebun jeruk milik
pribadi bersama sang istri seluas 25 are dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp.
1.500.000,00. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I Wayan Sura
mengandalkan sumbangan beras miskin (raskin) yang didapatkan di Dusun
4
Lembean sebesar 15 kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk, Bapak I Wayan Sura
membeli sayur-sayuran dan tahu tempe rata-rata Rp. 10.000,00 per harinya.
Keluarga Bapak I Wayan Sura mengeluarkan biaya untuk air yang dibeli per ember
Rp. 1.000,00 dan listrik Rp. 20.000,00 per bulan. Bapak I Wayan Sura juga tidak
mengeluarkan biaya untuk peralatan MCK, sebab keluarga Bapak I Wayan Sura
tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehingga aktivitas MCK dilakukan
di pondok terdekat. Setiap bulan Bapak I Wayan Sura membayar urunan
(sumbangan wajib sebagai warga desa adat) ke Pura Desa ± Rp. 50.000,00. Untuk
keperluan berobat, Bapak I Wayan Sura mendapatkan obat dari bidan di puskesdes,
dan mengeluarkan biaya kira-kira Rp. 15.000,00-30.000,00 sekali berobat. Keluarga
ini memiliki 1 buah televisi dan perkebunan jeruk seluas 25 are.
1.2.2 Keluarga Bapak I Made Genep
Keluarga Bapak I Made Genep tinggal dalam satu rumah seluas 0,5 are yang
berlokasi satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding
rumah keluarga Bapak I Made Genep terbuat dari kayu, tanpa lapisan semen dan
tidak bercat. Lantai rumah keluarga ini terbuat dari campuran pasir dan semen,
nampak kotor dan berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes dengan kondisi yang
sudah mulai usang. Dalam rumah tersebut terdapat 2 ruangan tanpa ventilasi dimana
1 ruangan difungsikan sebagai dapur sekaligus ruang keluarga dan 1 ruangan lagi
untuk tempat tidur. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil.
Ruangan tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang
kurang baik. Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat.
Halaman depan rumah terbuat dari tanah.
Bapak I Made Genep sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan Rp.
50.000,00 per hari, sedangkan istrinya Made Tampi diupah Rp. 40.000,00 per hari.
Rata-rata setiap bulan Bapak I Made Genep bisa mengumpulkan pendapatan sebesar
Rp. 2.500.000,00 - Rp. 2.700.000,00. Dan untuk penghasilan tambahan seperti
panen jeruk menghasilkan Rp. 1.000.000,00/tahun. Keluarga ini menerima bantuan
beras miskin (raskin) sebesar 30 kg/bulan. Untuk biaya listrik Bapak I Made Genep
menghabiskan sekitar Rp. 40.000,00/4 bulan, sedangkan untuk air menghabiskan
Rp. 5.000,00/bulan, akan tetapi untuk keperluan memasak menghabiskan sebesar
5
Rp. 500,00/ember. Keluarga ini tidak memiliki kepemilikan barang berharga.
Keluarga ini hanya memiliki lahan pondok milik mertua seluas ± 30 are yang
dimanfaatkan untuk perkebunan jeruk, labu siam, dan ternak sapi 2 ekor milik
pemerintah jika sapi-sapi tersebut sudah beranak nanti salah satu anak sapi tersebut
berhak menjadi milik Bapak I Made Genep, selain itu Bapak I Made Genep juga
memiliki 6 ekor ayam milik pribadi yang dipelihara.
1.2.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel
Keluarga Bapak I Ketut Mondel tinggal dalam satu rumah seluas 1,5 are. Dinding
rumah keluarga Bapak I Ketut Mondel terbuat dari batako, tanpa lapisan semen dan
tidak bercat. Lantai rumah keluarga ini terbuat dari campuran pasir dan semen, kotor
dan berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes dengan kondisi yang masih layak.
Dalam rumah tersebut terdapat 2 ruangan tanpa ventilasi dimana 1 ruangan
difungsikan sebagai dapur sekaligus tempat tidur dan 1 ruangan lagi untuk tempat
tidur anak dan keluarganya. Penerangan di rumah keluarga ini berasal dari lampu
pijar dengan watt yang kecil. Ruangan tersebut gelap dan lembab akibat
pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik. Keluarga ini belum memiliki
fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman depan rumah terbuat dari tanah.
Bapak I Ketut Mondel bekerja sebagai petani yang dibantu oleh istri dan anaknya
dengan penghasilan yang tidak menetap. Dalam sebulan, Bapak I Ketut Mondel
dapat mengumpulkan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.200.000,00 – Rp.
1.500.000,00. Setiap bulan, keluarga Bapak I Ketut Mondel mendapatkan
sumbangan beras miskin (raskin) sebesar 15 kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk
seperti sayur, tahu, dan tempe, Bapak I Ketut Mondel biasa membeli di pasar atau
warung terdekat. Keluarga ini mengeluarkan biaya per bulan untuk membayar listrik
sebesar Rp. 50.000,00 per 4 bulan dan membeli air Rp. 1.000,00 per ember.
Sewaktu-waktu, Bapak I Ketut Mondel juga membayar urunan desa, rata-rata
sebesar Rp.50.000,00 setiap kali membayar. Keluarga ini tidak memiliki barang
berharga seperti televisi, radio, dan sepeda motor. Namun, keluarga ini memiliki
perkebunan jeruk seluas 15 are dan ternak sapi 2 ekor.
6
1.3 Rumusan Masalah Masing – Masing Keluarga Binaan
1.3.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura
Berdasarkan hasil peneluSuran dalam keluarga Bapak I Wayan Sura, terdapat
beberapa masalah kesehatan. Bapak I Wayan Sura tidak memiliki riwayat penyakit
kronis berat yang membutuhkan pengobatan lama dan menimbulkan kecacatan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bapak I Wayan Sura mengatakan pernah
memeriksakan diri ke puskesdes karena sakit kepala, kelelahan, dan merasa berat di
daerah kepala. Bidan di puskesdes memeriksa tekanan darah beliau dan mengatakan
beliau memiliki tekanan darah tinggi dan diberikan obat penurun tekanan darah. Istri
Bapak I Wayan Sura mengalami batuk dan pilek beberapa bulan terakhir. Hal ini
dikatakan sudah biasa terjadi karena perubahan cuaca yang terjadi. Keluarga Bapak
I Wayan Sura telah memiliki tanggungan JKBM.
Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Wayan Sura masih tergolong
kurang. Keluarga ini belum menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun.
Bapak I Wayan Sura hanya mencuci tangan ketika merasa tangan beliau kotor.
Bapak I Wayan Sura juga tidak memiliki kebiasaan menggosok gigi secara teratur.
Mengingat keterbatasan sarana MCK, Bapak I Wayan Sura dan istrinya melakukan
aktivitas mandi dan BAK/BAB di pondok tempat perkebunan yang dimiliki. Untuk
mencuci pakaian, biasanya dilakukan 3-4x seminggu menggunakan deterjen di air
pancoran di desa. Tempat tidur yang digunakan juga jarang dibersihkan sehingga
terlihat kotor dan berantakan. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan
air sebelum dimasak. Air minum biasanya dimasak terlebih dahulu. Menu makanan
sehari-hari sering kali hanya berupa nasi dan sayur.
1.3.2 Keluarga Bapak I Made Genep
Keluarga Bapak I Made Genep tidak memiliki riwayat penyakit kronis berat yang
membutuhkan pengobatan lama dan menimbulkan kecacatan berdasarkan hasil
kunjungan. Namun, Bapak I Made Genep mengeluh nyeri pada pinggang akibat
jatuh dari sepeda motor 6 bulan yang lalu. Beliau juga mengeluh pusing-pusing dan
sakit pada bagian kepala belakang terutama saat kelelahan. Kadang-kadang, Bapak I
Made Genep juga sering mengeluh pegal-pegal di seluruh badan. Ibu Ni Made
7
Tampi mengeluh pusing ketika bangun tidur dan terkadang nyeri pada ulu hati
ketika beliau terlambat makan Jika sakit, keluarga ini berobat ke puskesdes yang
lokasinya cukup dekat dengan tempat tinggal mereka. Keluarga ini jarang berobat ke
rumah sakit terdekat. Keluarga ini telah memiliki tanggungan JKBM.
Perilaku hidup dan sehat keluarga Bapak I Made Genep tergolong masih kurang.
Anggota keluarga sudah memiliki kebiasaan sikat gigi setiap hari namun tidak
teratur. Keluarga ini biasa mandi 1 kali setiap harinya dikarenakan cuaca yang
sangat dingin beberapa bulan terakhir. Cuci tangan biasa dilakukan hanya setelah
makan dengan tangan, maupun ketika tangan dirasakan kotor. Cuci tangan yang
dilakukan hanya seadanya yaitu hanya dengan air tanpa sabun. Untuk mencuci
pakaian biasanya dilakukan 2-3 kali seminggu di air pancoran desa. Mengingat
keluarga ini belum memiliki sarana jamban sehat, aktivitas BAB dilakukan di
kebun. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak.
Menu makanan sehari-hari jarang mengkonsumsi daging karena keterbatasan biaya.
Menu sehari-hari hanya berupa nasi dan sayur-sayuran, terkadang disertai tahu dan
tempe. Keluarga Bapak I Made Genep biasanya memasak air untuk diminum
terlebih dahulu sebelum diminum.
1.3.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel
Keluarga Bapak I Ketut Mondel tidak memiliki permasalahan yang berat di bidang
kesehatan dari hasil kunjungan yang dilakukan. Keluarga Bapak I Ketut Mondel
tidak memiliki riwayat penyakit kronis berat yang membutuhkan pengobatan lama
dan menimbulkan kecacatan. Bapak I Ketut Mondel beserta istrinya mengeluhkan
nyeri pada perut beberapa bulan terakhir. Keluhan disertai nyeri pada ulu hati
disertai mual-mual. Keluhan ini timbul ketika beliau terlambat untuk makan. Anak
Bapak I Ketut Mondel dan keluarganya tidak mengalami sakit yang berat, namun
beberapa bulan ini hanya mengeluhkan flu dan batuk akibat perubahan cuaca.
Keluarga ini memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur. Jika sakit, mereka
terkadang hanya beristirahat di rumah atau pergi mencari pengobatan ke bidan di
Dusun Lembean. Keluarga ini telah memiliki tanggungan JKBM.
8
Perilaku hidup sehat keluarga Bapak I Ketut Mondel belum tergolong baik.
Keluarga ini belum memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar. Cuci
tangan yang dilakukan hanya sebatas mencuci menggunakan air mengalir tanpa
menggunakan sabun. Keluarga ini memiliki kebiasaan mandi 1-2 kali sehari di
pondok maupun di air pancoran desa. Kebiasaan menggosok gigi yang baik dan
benar belum teratur dilakukan oleh keluarga Bapak I Ketut Mondel. Keluarga ini
tidak mempunyai kamar mandi dan jamban untuk mandi, BAK maupun BAB.
Biasanya melakukan BAB maupun BAK di ladang tempat bekerja. Untuk mencuci
pakaian biasanya dilakukan 2-3x seminggu menggunakan deterjen. Untuk memasak,
bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum biasanya
dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali hanya berupa nasi, sayur, dan
kacang-kacangan. Keluarga ini sangat jarang mengkonsumsi daging.
9
BAB II
KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN
2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga
2.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura
No. Tanggal Kegiatan
1. 4 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 5 Agustus 2015 Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
- Hipertensi Grade II pada Bapak I Wayan
Sura.
- Tingkat penerapan PHBS yang sangat
kurang pada Bapak I Wayan Sura
3. 7 Agustus 2015 - Promosi kesehatan tentang hipertensi
- Promosi kesehatan tentang bahaya merokok
4. 9 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meliputi
praktek bersama cara cuci tangan pakai sabun,
cara menggosok gigi dengan benar
5. 11 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai gaya hidup sehat
untuk mencegah hipertensi dan mengendalikan
penyakit hipertensi.
6. 13 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pentingnya
penerapan PHBS untuk pencegahan penyakit
diare.
7. 15 Agustus 2015 Pemberian obat-obatan, alat-alat MCK, bahan
pangan, dan tanaman obat keluarga (TOGA)
kepada keluarga Bapak I Wayan Sura.
Partisipasi keluarga bapak I Wayan Sura saat dilakukan promosi kesehatan
cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan penyuluhan, Bapak I
Wayan Sura menyimak dengan antusias dan mengajukan beberapa pertanyaan.
10
2.1.2 Keluarga Bapak I Made Genep
No. Tanggal Kegiatan
1. 6 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 8 Agustus 2015 Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat.
- Hipertensi Grade I pada Bapak I Made
Genep
- Gastritis pada Ibu Ni Made Tampi
- Tingkat penerapan PHBS yang masih
kurang pada keluarga Bapak I Made Genep
3. 12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang hipertensi
4. 15 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan
benar dan pentingnya nutrisi seimbang
5. 17 Agustus 2015 Promosi kesehatan dengan praktik cuci tangan
yang baik dan benar, gosok gigi yang baik dan
benar.
6. 21 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pencegahan
hipertensi
7. 22 Agustus 2015 Pemberian obat-obatan, bahan pangan, dan
tanaman obat keluarga (TOGA) kepada keluarga
Bapak I Made Genep
Partisipasi keluarga Bapak I Made Genep saat dilakukan promosi kesehatan
cukup antusias. Keluarga Bapak I Made Genep menyimak pemaparan materi
penyuluhan mengenai PHBS dan pencegahan hipertensi dengan seksama. Bapak I Made
Genep dan Ibu Ni Made Tampi aktif bertanya dan berdiskusi mengenai hipertensi dan
meminta solusi mengenai penyakit yang dialami oleh Bapak I Made Genep.
2.1.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel
11
No. Tanggal Kegiatan
1. 10 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan
2. 13 Agustus 2015 Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
- Gastritis pada Bapak I Ketut Mondel
- ISPA pada Wayan Ordi
- Tingkat penerapan PHBS yang masih kurang
pada keluarga Bapak I Ketut Mondel
3. 14 Agustus 2015 - Promosi kesehatan mengenai gastritis
- Promosi kesehatan mengenai ISPA
4. 16 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan
benar dan pentingnya nutrisi seimbang
5. 18 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pencegahan
gastritis
6. 20 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pencegahan untuk
penyakit diare akibat PHBS yang kurang
7. 23 Agustus 2015 Pemberian obat-obatan, bahan pangan, dan
tanaman obat keluarga (TOGA) kepada keluarga
Bapak I Ketut Mondel
Partisipasi keluarga Bapak I Ketut Mondel saat dilakukan promosi kesehatan
cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi kesehatan
mengenai pentingnya penerapan PHBS, penyakit gastritis dan infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) Bapak I Ketut Mondel bersama sang istri, Wayan Karma cukup aktif
berdiskusi dan mengajukan pertanyaan.
2.2 Hasil Pembinaan pada Keluarga Binaan
2.2.1 Keluarga I Wayan Sura
Selama kegiatan pemberian promosi kesehatan oleh mahasiswa PPD ke-74, Bapak I
Wayan Sura dan keluarga cukup antusias menerima edukasi. Promosi kesehatan
12
yang diberikan meliputi penyakit hipertensi mendapat tanggapan yang sangat baik.
Setelah diberikan edukasi hipertensi mengenai arti dari penyakit tersebut, faktor
risiko, komplikasi, dan tata cara pencegahan. Keluarga ini sudah mulai menghindari
faktor-faktor risiko yang memperberat hipertensi seperti mengurangi kebiasaan
merokok dan minum kopi yang berlebihan seperti yang biasa dilakukan oleh Bapak
I Wayan Sura. Beliau memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus yang habis dalam 1-2
hari, namun setelah diberikan edukasi mengenai apa saja bahaya dari merokok,
maka kebiasaan merokok beliau berkurang menjadi 1 bungkus habis dalam 3-4 hari.
Kebiasaan minum kopi di dalam keluarga ini cukup tinggi tiap harinya yaitu 7-8
gelas, namun setelah diberikan edukasi kebiasaan minum kopi menjadi 5 gelas per
hari. Kedua hal ini susah untuk dikurangi secara signifikan karena kebiasaan yang
sudah lama dijalani di dalam kehidupan mereka sehari – hari. Bapak I Wayan Sura
mulai mengontrol tekanan darahnya ke bidan di puskesdes secara rutin untuk
mengobati hipertensinya setelah diberikan edukasi mengenai bahaya hipertensi yang
berkelanjutan. Pengobatan yang dilakukan menggunakan jaminan kesehatan yang
dimiliki berupa JKBM sehingga beliau tidak dipungut biaya. Kegiatan untuk
mengkontrol tekanan darah ini diharapkan rutin dilakukan hingga tekanan darah
beliau stabil.
Secara umum, telah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai akan pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam keluarga Bapak I
Wayan Sura. Promosi kesehatan yang dilakukan meliputi cara mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir, menggosok gigi dengan baik dan benar, serta
kebersihan diri dan lingkungan, cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari
keluarga Bapak I Wayan Sura. Setelah mendapatkan edukasi, Bapak I Wayan Sura
telah merubah kebiasaannya yakni kegiatan menyikat gigi yang sebelumnya hanya
dilakukan sangat jarang menjadi 2 kali sehari pada saat mandi pagi dan sore hari.
Kebiasaan cuci tangan yang sebelumnya dilakukan hanya saat tangan terlihat kotor
maupun setelah makan yang hanya menggunakan air seadanya, saat ini sudah
menggunakan sabun dan air mengalir yang dilakukan saat sebelum dan setelah
makan, serta sesudah buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK). BAB
dan BAK dilakukan di lading tempat bekerja karena ladangnya berada agak jauh
dari pemukiman. Oleh karena itu, kurang memungkinkan untuk mereka meminjam
13
jamban ke orang lain. Pakaian yang digunakan diganti setiap hari. Bahan makanan
yang akan digunakan untuk memasak dicuci terlebih dahulu dengan air dan air yang
akan diminum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi
lebih beraneka ragam, seperti nasi, sayur, dan terkadang berisi sumber protein dari
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
2.2.2 Keluarga I Made Genep
Keluarga Bapak I Made Genep menunjukkan sikap yang cukup antusias selama
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan selama kegiatan PPD ke-74. Keluarga ini
telah menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai promosi kesehatan yang
diberikan yaitu penyakit hipertensi dan gastritis. Promosi kesehatan mengenai
hipertensi sudah ditanggapi dengan baik dimana Bapak I Made Genep dengan
mengurangi faktor-faktor risikonya seperti merokok dan minum kopi. Bapak I Made
Genep sudahn menggunakan jaminan kesehatan yang dimiliki yaitu JKBM untuk
mengkontrol tekanan darahnya. Ibu Ni Made Tampi sudah bisa mengkontrol jadwal
makan sehari-harinya supaya tidak menyebabkan maagnya kambuh. Ibu Ni Made
Tampi juga mengkontrol jadwal makan dan jenis makanan yang di konsumsi tiap
harinya untuk semua keluarganya supaya tidak menderita maag seperti dirinya. Saat
ini nyeri ulu hati yang diderita ibu Ni Made Tampi sudah jarang kambuh.
Promosi kesehatan PHBS dilakukan pada semua anggota keluarga I Made Genep
dan berdampak pada perubahan pola hidup bersih dan sehat dari keluarga ini.
Setelah diberikan edukasi pada keluarga binaan Bapak I Made Genep, kegiatan
mandi yang sebelumnya dilakukan sebanyak 1 kali sehari saat ini telah dilakukan 1-
2 kali sehari. Kegiatan menggosok gigi yang sudah biasa dilakukan namun tidak
teratur, sudah dilakukan secara teratur setiap harinya minimal sekali dalam sehari.
Pakaian yang digunakan selalu diganti setiap hari minimal 1 kali. Kegiatan mencuci
tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dan air mengalir yang dilakukan
sebelum dan sesudah makan, setelah BAB/BAK, maupun sebelum menyiapkan
makanan. Penerapan nutrisi seimbang juga sudah dimulai di keluarga ini dimana
sudah mengkonsumsi makanan yang lebih beraneka ragam terutama sumber protein
nabati seperti kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
14
2.2.3 Keluarga I Ketut Mondel
Keluarga Bapak I Ketut Mondel menunjukkan sikap yang cukup antusias menerima
promosi kesehatan yang diberikan oleh mahasiswa PPD ke-74. Peningkatan
pengetahuan telah terlihat di keluarga ini mencakup penerapan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS) yang telah ditanggapi dengan baik. Keluarga ini sudah
menerapkan kebiasaan mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar
yang dilakukan secara teratur, serta asupan nutrisi seimbang di kehidupan sehari-
harinya. Keluarga ini sudah membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setiap sebelum dan sesudah makan, dan setelah BAB maupun BAK.
Keluarga ini juga sudah menerapkan mandi secara teratur dengan air bersih minimal
sekali sehari. Bahan makanan yang digunakan untuk memasak sudah dicuci
menggunakan air sebelum dimasak. Air minum sudah dimasak terlebih dahulu
sebelum diminum. Asupan nutrisi sudah beragam baik sumber karbohidrat, protein,
dan lemak. Keluarga ini juga sudah BAB di jamban milik keluarga maupun tetangga
yang tinggal satu pekarangan dengan mereka.
15
BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA
BAB III
PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN (KASUS)
3.1 Latar Belakang Kasus
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak dalam tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dikatakan menderita
hipertensi apabila tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Penyebab hipertensi digolongkan
menjadi 2 yaitu hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Sebagian besar etiologi
dari kasus hipertensi masih belum jelas. Faktor risiko terjadinya hipertensi dapat
dibagi menjadi 2 macam yaitu faktor risiko yang dapat diubah seperti kebiasaan
konsumsi garam yang berlebihan, obesitas, kurang berolahraga, merokok, konsumsi
minuman beralkohol, kondisi medis lainnya seperti diabetes mellitus, penyakit
ginjal, dan lain-lain, dan konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain
umur, riwayat keluarga hipertensi, dan jenis kelamin.
Berdasarkan atas uraian di atas, maka penulis akan membahas kasus hipertensi pada
penderita ini.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : I Wayan Sura
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Riwayat keluarga : Ibu kandung
16
3.1.2 Riwayat Penyakit
Melalui autoanamnesis dengan Bapak I Wayan Sura, pasien mengatakan sering
mengeluhkan sakit kepala. Keluhan ini muncul sejak 2 tahun yang lalu yang
dirasakan seperti ditaruh beban di leher dan kepala seperti diikat. Sakit kepala ini
bisa muncul 3-4 kali dalam seminggu. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
sakit kepala sesering ini sebelumnya, namun 2 tahun terakhir ini sakit kepala ini
sering muncul hingga sekarang. Sakit kepala ini dikatakan memberat ketika sedang
bekerja di kebun atau memikirkan banyak hal, dan keluhan ini menjadi lebih ringan
ketika pasien beristirahat. Keluhan seperti pusing berputar, mimisan, kelumpuhan,
dan sering pingsan disangkal oleh pasien.
Bapak I Wayan Sura mengatakan dirinya tidak pernah mengalami keluhan seperti
ini sebelumnya. Baru 2 tahun yang lalu keluhan sakit kepala ini sering muncul dan
memeriksakan diri ke bidan desa yang dikatakan bahwa tekanan darahnya 140/90
mmHg. Setelah itu Bapak I Wayan Sura memeriksakan diri setiap bulan atau jika
keluhan sakit kepalanya muncul lagi. Riwayat penyakit saraf dan ginjal disangkal.
Riwayat penyakit kencing manis disangkal oleh Bapak I Wayan Sura.
Bapak I Wayan Sura mengatakan ibu kandungnya juga mengalami keluhan yang
sama dengan dirinya, namun sudah meninggal ±10 tahun yang lalu. Bapak I Wayan
Sura memiliki kebiasaan untuk merokok 1 bungkus yang habis dalam 1-2 hari.
Bapak I Wayan Sura juga mengatakan dirinya sering mengkonsumsi kopi yaitu 7-8
gelas per hari. Bapak I Wayan Sura adalah seorang petani jeruk.
Melalui pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit ringan, TD
150/90 mmHg, TB 158cm, BB 45 kg, lingkar lengan atas (LILA) 155 mm.
3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus
3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Kasus
Keluarga Bapak I Wayan Sura tinggal dalam satu rumah seluas 1 are dan berlokasi
satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding rumah
keluarga Bapak I Wayan Sura terbuat dari kayu, tanpa lapisan semen dan tidak
17
bercat. Lantai rumah juga terbuat dari campuran pasir dan semen, nampak kotor dan
berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes yang kondisi nya sudah mulai usang. Dalam
rumah tersebut terdapat 2 ruangan dimana 1 ruangan difungsikan sebagai dapur.
Ruangan pertama difungsikan sebagai ruang keluarga sekaligus tempat tidur tanpa
ventilasi. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil. Ruangan
tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik.
Ruangan kedua, yakni ruangan yang lebih kecil difungsikan sebagai dapur. Anak
beliau beserta istri dan anak laki-lakinya tidur di dapur Bapak I Wayan Sura.
Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman
depan rumah terbuat dari tanah yang kerap menjadi becek ketika terjadi hujan.
3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Kasus
Keluarga Bapak I Wayan Sura termasuk keluarga dengan ekonomi lemah. Sehari-
hari, Bapak I Wayan Sura bekerja sebagai petani yang menggarap kebun jeruk milik
pribadi bersama sang istri dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp. 1.500.000,00.
Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I Wayan Sura mengandalkan
sumbangan beras miskin (raskin) yang didapatkan di Dusun Lembean sebesar 15
kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk, Bapak I Wayan Sura membeli sayur-sayuran
dan tahu tempe rata-rata Rp. 10.000,00 per harinya.
Keluarga Bapak I Wayan Sura mengeluarkan biaya untuk air yang dibeli per ember
Rp. 1.000,00 dan listrik Rp. 20.000,00 per bulan. Bapak I Wayan Sura juga tidak
mengeluarkan biaya untuk peralatan MCK, sebab keluarga Bapak I Wayan Sura
tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehingga aktivitas MCK dilakukan
di pondok terdekat. Setiap bulan Bapak I Wayan Sura membayar urunan
(sumbangan wajib sebagai warga desa adat) ke Pura Desa ± Rp. 50.000,00. Untuk
keperluan berobat, Bapak I Wayan Sura mendapatkan obat dari bidan di puskesdes,
dan mengeluarkan biaya kira-kira Rp. 15.000,00-30.000,00 sekali berobat. Keluarga
ini memiliki 1 buah televisi dan perkebunan jeruk seluas 25 are.
2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Kasus
Semua keputusan dalam keluarga diputuskan oleh Bapak I Wayan Sura dengan
pertimbangan bersama istri yaitu Ibu Ni Wayan Simpir. Kegiatan upacara agama
18
dan ngayah masih bisa dilakukan oleh Bapak I Wayan Sura dan sang istri. Namun,
apabila salah satu dari beliau kelelahan, anak dan menantu beliau bersedia untuk
membantu Bapak I Wayan Sura dan istrinya.
2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Kasus
Aspek sosial psikologis pada keluarga ini cukup baik. Hal tersebut dapat terlihat
dari hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan
setiap dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh Bapak I Wayan Sura
dan keluarganya. Hubungan dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Hal ini
dapat dilihat dari saling tolong menolong antar tetangga bila ada warga yang sedang
dalam kesusahan.
1.1 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus
3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga
a. Status Gizi
I Wayan Sura memiliki status gizi cukup aitu dengan tinggi badan 158 cm dan
berat badan 45 kg, didapatkan BMI sebesar 18,07 kg/m2 (normal) serta lingkar
lengan atas (LILA) sebesar 155 mm. Sedangkan anggota keluarga yang lain
status gizinya masih dalam batas yang normal.
b. Kelahiran
I Wayan Sura dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun beranak di desa
Lembean, dan lahir segera menangis. Beliau tidak memiliki keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa sejak kecil. Perkembangan Bapak I Wayan
Sura dikatakan normal.
c. Kematian
Sepuluh tahun yang lalu ibu kandung Bapak I Wayan Sura meninggal karena
serangan jantung dan memiliki riwayat hipertensi.
d. Kesakitan
Dalam 6 bulan terakhir, Bapak I Wayan Sura sering menderita sakit kepala.
Asupan nutrisi Bapak I Wayan Sura dirasa cukup baik dari segi kualitas dan
kuantitas. Gaya hidup Bapak I Wayan Sura yaitu merokok dan sering
mengkonsumsi kopi menyebabkan beliau memiliki tekanan darah yang tinggi.
e. Latar Belakang Penyakit
19
Penderita, Bapak I Wayan Sura, menderita sakit kepala yang dirasakan seperti
diikat dan merasa ditaruh beban di lehernya sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan ini
dirasakan 3-4 kali dalam seminggu. Bapak I Wayan Sura pernah memeriksakan
tekanan darahnya ke bidan desa 2 tahun yang lalu dan didapatkan tekanan
darahnya 140/90 mmHg. Bapak I Wayan Sura memiliki kebiasaan merokok,
dimana 1 bungkus rokok dikatakan habis dalam 1-2 hari. Bapak I Wayan Sura
juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi sekitar 7-8 kali dalam sehari.
3.3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit
Persepsi sakit-sehat masih kurang tepat di keluarga Bapak I Wayan Sura. Menurut
persepsi mereka, dikatakan sakit apabila sudah lemas hingga tidak bisa bekerja
kembali ataupun melakukan aktivitas sehari-hari dan dikatakan sudah sembuh
apabila sudah tidak ada gejala yang timbul yang menyebabkan tidak bisa
beraktivitas tersebut. Keluarga ini tidak memahami bahwa kesehatan tidak hanya
mencakup kesehatan badan saja, melainkan juga sehat secara psikologis (mental)
dan sehat secara sosial. Keluarga ini juga belum memahami bahwa faktor risiko
beberapa penyakit sangat berkaitan erat dengan gaya hidup sehari-hari dan pola
hidup bersih dan sehat (PHBS).
3.3.3 Solusi Masalah Kesehatan
Bertolak pada tujuan dari PPD ke-74 ini sebagai dokter keluarga dengan menangani
kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-
prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut, antara lain personal, komprehensif,
berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta
memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang
dijelaskan sebelumnya, saya mengusulkan penyelesaian masalah yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kedokteran keluarga yakni:
A. Paripurna (Komprehensif)
1. Pencegahan Primer
- Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga penderita
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipetensi, terutama
20
mengenai definisi, penyebab, cara penularan, gejala, dan upaya
pencegahannya (promosi kesehatan).
- Memberikan penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana cara-
cara mencegah terjadinya hipertensi bagi anak – anak dari Bapak I
Wayan Sura mengingat sudah terdapat riwayat hipertensi pada keluarga.
Cara – cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi
yang disampaikan yaitu tidak mengkonsumsi minuman beralkohol,
menjaga agar berat badan tetap ideal, mengurangi mengkonsumsi garam,
sering berolahraga/beraktivitas, memakan makanan yang berserat, tidak
merokok, dan tidak mengkonsumsi kopi, (promosi kesehatan).
- Menekankan kepada penderita bahwa sangat diperlukan kesadaran
penderita unutuk mengurangi kebiasaan merokok, mengurangi
mengkonsumsi kopi, dan sering beraktivitas untuk mempertahankan
kestabilan dari tekanan darah penderita. (promosi kesehatan).
- Memberikan penjelasan dan pengertian mengenai pengobatan yang harus
dijalani penderita terkait kondisi hipertensi yang dimilikinya. Penjelasan
mengenai jenis obat, tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibat
yang dapat timbul apabila tidak patuh dalam menjalani pengobatan
(promosi kesehatan).
2. Pencegahan Sekunder
-Memberikan pengobatan yang tepat dan mengingatkan penderita untuk
tetap rajin dan patuh menggunakan obat (pengobatan yang tepat). Untuk
hipertensi grade I yang dialami oleh penderita, obat hipertensi yang
sering digunakan adalah golongan Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker, Beta Blocker, Calcium Channel
Blocker, dan Diuretic. Untuk penderita dengan hipertensi grade I, obat –
obat yang digunakan biasanya terdiri dari 1 golongan obat dan
diharapkan tekanan darah akan stabil. Setelah tekanan darah stabil, dosis
obat yang digunakan saat itu harus dipertahankan dan rutin
mengkonsumsi obat tersebut.
- Memberi pemahaman kepada keluarga penderita apabila terdapat
anggota keluarga yang mengalami gejala – gejala seperti sakit kepala,
21
sakit tengkuk, sering mimisan, dan lain-lain untuk segera memeriksakan
diri ke dokter (deteksi dini).
- Menganjurkan kepada seluruh anggota keluarga untuk rutin
memeriksakan tekanan darah setiap 6 bulan untuk mengetahui status
tekanan darahnya. (deteksi dini)
- Menganjurkan kepada penderita untuk mengkonsumsi makanan yang
rendah garam, lemak dan kolesterol dan makanan tinggi potassium
sehingga hipertensi yang dimilikinya tidak semakin memberat
(pengobatan yang tepat).
- Dianjurkan agar keluarga mengawasi dan memotivasi penderita untuk
menjalani pengobatan (pengobatan tepat).
3. Pencegahan Tersier
- Menganjurkan keluarga penderita untuk memberikan perhatian dan
motivasi terhadap penderita agar teratur mengkonsumsi obat sehingga
penyakit hipertensi yang dimiliki tidak menyebabkan komplikasi yang
berbahaya. (pembatasan disabilitas)
B. Berkesinambungan
- Memantau perkembangan penyakit dari penderita dengan rutin
mengadakan kunjungan rumah setiap minggunya.
- Pengobatan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan untuk
menstabilkan tekanan darah penderita dan mengoptimalkan status
kesehatan dari penderita. .
C. Koordinatif dan kolaboratif
- Memberikan saran kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam pengobatan penderita karena penyakit hipertensi adalah
penyakit seumur hidup. Misalnya mengantarkan penderita setiap kali
berobat, mengawasai kepatuhan pengobatan penderita, memberi motivasi
kepada penderita untuk berobat, mengawasi makanan yang dikonsumsi
oleh penderita, dan mengajak penderita untuk berolahraga bersama –
sama.
22
- Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain khususnya pihak di bidang
kesehaatan seperti bidan desa Lembean sehingga penanganan hipertensi
yang dimiliki oleh Bapak I Wayan Sura dapat dilakukan secara
berkelanjutan.
- Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat mengenai pelaporan
tentang kasus – kasus hipertensi yang terjadi di masyarakat dan
menganjurkan penderita hipertensi untuk rutin berobat ke layanan
kesehatan untuk mencegah komplikasi dari hipertensi.
- Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas khususnya melalui program
penanggulangan penyakit (P2) dengan upaya penanggulangan penyakit
hipertensi di masyarakat yang dapat dilakukan secara optimal melalui
skrining hipertensi yang rutin pada masyarakat.
- Meningkatkan kerjasama dengan kantor Perbekel Desa Lembean dalam
memfasilitasi pengobatan penderita melalui asuransi JKBM.
D. Mengutamakan Pencegahan
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit hipertensi merupakan
penyakit berbahaya yang dapat membunuh secara diam – diam apabila
tidak ditangani dengan segera dan mencegah komplikasi yang bisa
terjadi di kemudian hari (silent killer).
- Memberikan saran kepada penderita dan anggota keluarganya agar tetap
menjaga pola hidup yang sehat untuk mencegah terkena penyakit
hipertensi.
E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya
Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang
penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang
lain. Jelaskan bahwa penyakit hipertensi yang diderita tidak akan bisa sembuh
(seumur hidup) namun dapat dikontrol apabila penderita rutin untuk
mengkonsumsi obat yang diberikan. Menghilangkan stigma di masyarakat
bahwa mengkonsumsi obat hipertensi secara terus menerus adalah berbahaya
perlu dilakukan juga. Edukasi yang diberikan kepada masyarakat bahwa tidak
mengkonsumsi obat hipertensi lebih berbahaya dibandingkan dengan rutin
23
mengkonsumsi obat hipertensi. Selain itu, jelaskan juga kepada anggota
keluarga penderita bahwa pengobatan untuk penyakit hipertensi sudah
ditanggung asuransi JKBM sehingga keluarga sebaiknya mengurus segala
keperluan penderita untuk pengobatan penderita.
F. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh
bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Hal ini berarti penderita ditangani
secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis,
sosial ekonomi, budaya, serta agama.
- Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai
pola hidup yang sehat untuk mencegah hipertensi dan komplikasinya.
Sebaiknya dilakukan pemantauan secara berkelanjutan mengenai
pengobatan penderita dari berbagai pihak seperti keluarga penderita dan
petugas kesehatan.
- Secara psikologis, dengan memperbaiki kondisi mental penderita karena
penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup. Hal
yang perlu dilakukan adalah meningkatkan rasa kasih sayang dan
keharmonisan didalam keluarga.
- Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita.
Pengobatan hipertensi sudah ditanggung asuransi JKBM sehingga
penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala keperluan untuk
berobat dengan memanfaatkan JKBM.
- Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan budaya dan agama setempat. Pengobatan hipertensi yang diderita
tidak bertentangan dengan budaya dan agama setempat. Keluarga
diharapkan tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya.
24
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.1.1 Keluarga binaan dalam laporan kasus kedokteran keluarga ini memiliki
lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu baik, keadaan ekonomi
yang masih tergolong rendah, gaya hidup yang kurang baik dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah.
4.1.2 Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini masih kurang tepat,
terutama mengenai faktor-faktor risiko penyakit dan keteraturan untuk
berobat ke pelayanan kesehatan.
4.1.3 Selama kegiatan PPD ke-74 ini, khususnya di keluarga binaan I Wayan Sura
telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut
promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
serta memberikan motivasi baik kepada pihak penderita dan keluarga tentang
penyakit yang sedang atau pernah diderita.
4.2 Saran
4.2.1 Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik, dan
material sehingga mengoptimalkan status kesehatan penderita.
4.2.2 Peran keluarga sebagai motivator penderita hipertensi perlu dioptimalkan demi
terwujudnya pengobatan hipertensi yang berkelanjutan.
25