Transcript
Page 1: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS SD NEGERI SANGIR

KECAMATAN WAJO KOTA MAKASSAR

Politeness of directive acts on teachers

Spoken In Learning at SD Negeri Sangir

Kecamatan Wajo Macassar City .

TESIS

Oleh :

SARMILA

Nomor Induk Mahasiswa : 04.07.828.2012

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 2: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk.1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta : Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Austin, J.L. 1969. How to Do Things with Words. Cambridge: Harvard University Press

Bach, Kent dan Robert Harnish M. 1979.Linguistics Communication and Speech Acts. Cambridge: The Mit Press

Brown, P. dan Levinson, S.C 1978. Politeness: Some Universal Indonesia Language Usage. Cambridge

Brown, P. dan Gerge Yule. 1996. Discourse Analysis. Cumbridge. CUP

Chaer, Abdul. 2007. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Renika Cipta

___________.2010.Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Kliniks, Kajian tentang Penggunaan dan Gangguan Bahasa secara Kliniks. Terjemahan oleh Abdul Syukur Ibrahim (Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Duranti, Allesandro. 2000. Linguistic Antorophology. Cambridge: CUP

Page 3: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

Fraser, Bruce. 1978. ‘Perspectives of Politeness’, Jurnal of Pragmatics 14:219-236

Gunarwan, A. 1994.Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawadi Jakarta:kajian Sosioprogmatik PELLBA7: 81-122.Jakarta:Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.

Hanafi, Muhammad, Komaruddin. 2001. Fungsi Perintah dan Persepsi Kesantuanan dalam Bahasa Indonesia-Tesis tidak diterbitkan. Ujung Pandang: PPS IKIP Makassar.

Hidayat, Komaruddin. 2010. Krisis ke Pemimpinan Bangsa. Jakarta: Metro TV

Hohnes, J. 2001. An Introduction to Sociolingaistics.Harlow: Person Education

Hymes.Dell. 1974. Foundation in Sociolinguistics: An Etnosraphic Approach. Philadelphia: University of Pennsylvan Press, Inc

Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur.Surabaya: Usaha Nasional.

Karim, Ali.2008. Penggunaan Tindak Imperatif dalam Wacana Kelas. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Malang.

Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.

Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics.London: Logman.

________ . 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D. Oka.1993. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)

Page 4: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

Martinich, A.P. 2001. The Philosophy of Language.Fourth Edition. New York Oxford University Frees.

Mey, Jakob L. 1996.Pragmatics: An Introduction. Oxford: Blackwell.

Mills, Matthew B. dan Huberman, A. Michael.2004.Analisis Data Kualitas Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Mansur. 2006. Kesantunan Berbahasa: Sebuah Kajian Sosiolinguistik. Pendidikan Network (onlinc). (http///www.Artikel Pendidikan Network) Kesantunan Berbahasa-htm, diakses 20 Maret 2012)

Pranowo.2009. Berbahasa Secara Santun.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. 2010. Pedoman Penulisan Tests dan Disertasi(Edisi Ketiga). Makassar: Badan penerbit UNM.

Rahardi, Kunjana. 2000. Imperatif dalam Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

________ . 2005. Pragmatik:Kesantunan Tindak Impertaif Bahasa Indonesia.Jakarta: Indonesia.

Richard, Jack C. 1995. Tentang Percakapan. Terjemahan oleh ismari. Surabaya: Airlangga University Press.

Saleh, Muhammad. 2009. Representasi Kesantunan Berbahasa Mahasiswa Dalam Wacana Akademik Kajian Etnografi Komunikasi di Kampus Universitas Negeri Makassar.Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs. UM. Malang

Page 5: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

Searle, J.R. 1985.Speech Act: An Essay in the Philosophy of LanguageCambridge: Cambridge University Press.

Soemarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda

Suemarsono. 2003. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda

Syafaruddin. 2010. Kesantunan Honorifik dalam Tindak Direktif Berbahasa Indonesia Keluarga Terpelajar Masyarakat Tutur Makassar. Disertasitidak diterbitkan. Malang: PPs. UM. Malang.

Syahrul R. 2006 .Representasi Kesarituriah Tindak Tatar Berbahasa Indonesia dalam Pembelajaran di Kelas (Kajian Etnografi Komunikasi di SMA PMTHamkaSumbar).Disertasi tidak drterbitkan. Malang: PPs. UM. Malang.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik.Yogyakarta:

Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Page 6: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

RIWAYAT HIDUP

SARMILA, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 07

Nopember 1982. Ia merupakan anak kedua dari

pasangan Ahmad dan Husnah, S.Pd.

Ia mengawali pendidikan formal di SD Negeri Sangir tahun 1988

tamat tahun 1994. Pada tahun 1994 ia melanjutkan pendidikan ke SMP

Negeri 5 Makassar dan tamat tahun 1997. Selanjutnya ia melanjutkan

pendidikan ke SMU Negeri 5 tahun 1997 dan tamat tahun 2000. Pada

tahun 2001 ia melanjutkan pendidikan S1 ke Universitas Muhammadiyah

Makassar Prodi Bahasa Indonesia dan selesai tahun 2005. Pada tahun

2012 melanjutkan pendidikan magister (S2) pada jurusan Bahasa

Indonesia Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ia memulai karier sebagai tenaga pendidik pada tahun 2004 di SD Negeri

Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar sampai sekarang

Page 7: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN

DI KELAS SD NEGERI SANGIR KECAMATAN WAJO

KOTA MAKASSAR

yang disusun dan diajukan oleh

SARMILA

NIM 04.07.828.2012

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis

pada tanggal 16 Oktober 2014

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum

Pembimbing II

Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum

Mengetahui; Direktur Program Pascasarjanas

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum

Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M.,M.Pd.

Page 8: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS SD NEGERI SANGIR

KECAMATAN WAJO KOTA MAKASSAR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

SARMILA

Nomor Induk Mahasiswa 04.07.828.2012

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Page 9: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul : KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS SD NEGERI SANGIR KECAMATAN WAJO KOTA MAKASSAR Nama : SARMILA NIM : 04.07.828.2012 Program Studi : Bahasa Indonesia Kosentrasi : -

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada Tanggal 16 Oktober 2014 dan dinyatakan telah memenuhi pesyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 16 Oktober 2014

TIM Penguji :

1. Dr.Abd.Rahman Rahim, M.Hum (……………………) ( Pembimbing I )

2. Dr.H.Bahrun Amin, M.Hum (……………………) ( Pembimbing II )

3. Prof.Dr.H.M.Ide Said D.M., M.Pd (……………………) ( Penguji )

4. Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum (……………………) ( Penguji )

Page 10: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …
Page 11: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

iv

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa

taala berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Tesis ini diajukan guna memenuhi salah satu

persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Bahasa, Kekhususan Pendidikan Bahasa

Indonesia Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan tesis yang berjudul “Kesantunan Tindak Direktif Guru

dalam Pembelajaran di Kelas SD Negeri Sangir Kecamatan Wajo Kota

Makassar”, penulis banyak mendapat bantuan dalam bentuk bimbingan,

saran, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

tesis ini. Terima kasih diucapkan kepada Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum.

pembimbing I dan Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum. pembimbing II yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran dalam penyelesaian

tesis ini. Terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M.,M.Pd.

penguji I dan Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. penguji II yang telah

memberikan saran, kritikan demi kesempurnaan tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur PPs UNISMUH

Prof. Dr. H. Ide Said D.M., M.Pd. dan Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar, Ketua Prodi. Pendidikan Bahasa, beserta staf yang telah

memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis, baik pada waktu

Page 12: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

v

mengikuti perkuliahan, penelitian, maupun pada saat penulisan tesis.

Ucapan terima kasih pula kepada seluruh dosen dan Prodi Kekhususan

Bahasa Indonesia yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan

selama perkuliahan sampai pada hasil penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah, guru dan

murid SD Negeri Sangir Makassar yang membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan kepada ayahanda dan ibunda yang sangat

berjasa telah melahirkan, mendidik, membesarkan, memberikan kasih

sayang dan doanya. Terima kasih pula kepada suami tercinta dan seluruh

keluarga dengan penuh kesabaran dan ketabahan mendampingi penulis

dalam penyelesaian studi dan senantiasa setia mendoakan penulis agar

dapat meraih kesuksesan.

Akhirnya, penulis berharap semoga segala bantuannya yang telah

diberikan oleh berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapat pahala

dari Allah swt.

Makassar, 16 Oktober 2014

SARMILA

Page 13: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Sarmila NIM : 04.07.828.2012 Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan karya asli saya sendiri,bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, 16 Oktober 2014

SARMILA

Page 14: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

vii

ABSTRAK

SARMILA, 2014. Kesantunan Tindak Direktif Berbahasa Indonesia Guru dalam Pembelajaran di Kelas SD Negeri Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. Dibimbing oleh A.Rahman Rahim, dan H.Bahrun Amin. Penelitian ini bertujuan mengkaji kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia guru dalam pembelajaran di kelas SD Negeri Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. Fokus penelitian ini adalah wujud kesantunan tindak direktif dan fungsi tindak direktif guru dalam pembelajaran di kelas SD Negeri Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian berupa pernyataan/kalimat yang digunakan oleh guru dalam pebelajaran di kelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan perekaman. Untuk memverifikasi keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi, perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan pengecekan teman sejawat. Analisis data dilaksanakan dengan menstranskip data rekaman ke dalam bentuk tulis, mengklasifikasikan wujud dan fungsi tindak direktif, mendeskripsikan data berdasarkan penanda kesantunan, menyajikan data dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan analisis data, wujud kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia oleh guru dalam pembelajaran di kelas secara deskriptif diekspresikan melalui tiga modus tuturan yakni : (1) modus tuturan deklaratif; (2) modus tuturan imperatif; (3) modus tuturan interrogatif. Fungsi kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia guru diekspresikan melalui : (1) fungsi kesantunan dalam perintah ; (2) fungsi kesantunan dalam ajakan ; (3) fungsi kesantunan dalam permintaan ; (4) fungsi kesantunan dalam mengizinkan ; dan (5) fungsi kesantunan dalam menasishati. Hasil penelitian menunjukksan bahwa penggunaan kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia guru dalam pembelajaran di kelas di representasikan secara beragam melalui wujud dan fungsi dengan menggunakan teori tindak tutur dalam kesantunan.

Page 15: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

viii

ABSTRACT

Sarmila.2014. Politeness of directive acts on teachers’ Indonesian Language Spoken In Learning at SDN. Sangir Kecamatan Wajo Macassar City .Supervised by A. Rahman Rahim, and H. Bahrun Amin. The study aimed at examining the politeness of directive acts on teachers’spoken of Indonesian language in learning at SDN. Sangir Kecamatan Wajo Maccassar City. The study on the form of directive acts and function of teachers’ directive acts in learning at SDN. Sangir Kecamatan Wajo Macassar City. This study is a qualitative research. Data of the study are statements/sentences used by teachers in the class. Data were collected through observation and recording techniques. Data validation was conducted through triangulation, extended participation, observation, and member check. Data were analyzed by transcribing the recording data into the written from, classifying the form and function of directive acts, describing data based on the politeness markers, and presenting the data descriptively. Based on the data analysis, it is found the diversification of form and function of directive acts politeness on teachers’ Indonesian Language spoken as follows: the form of politeness of diterctive acts on teachers spoken of Indonesian language in class descriptively is expressed trough three speech modes, namely (1) declarative speech mode, (2)imperative speech mode, and (3) interrogative speech mode. The function of teachers’directive acts were expressed through (1) function of politeness is giving order, (2) function of politeness in inviting, (3) function of politeness in asking, (4) function of pioliteness is giving permission, and (5) function of politeness in advice. The result revealed that the use of politeness of directive acts on Indonesian language of teachers in class was represented in diversity throuhh the forms and functions using the theory of speech acts and politeness. Based on the study, it is suggested that (1) teachers can improve the politeness of directive acts on Indonesian language of students, (2) students understand have knowledge of language, particularly the politeness of directive acts on Indonesian language, (3) the principal of SDN. Sangir should stress on teachers to use the politeness of directive acts on Indonesian language in classs, and (4) the researcher should develop a study on politeness of directive acts by employing different research design to examine the benefit of polite language in improving students’ learning achievement.

Page 16: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Hasil Penelitian 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 10

A. Kajian Pustaka 10

1. Pragmatik sebagai Media Ekspresi Kesantunan Tindak

Direktif 10

2. Hakikat Tindak Tutur 18

3. Jenis-Jenis Tindak Tutur 19

4. Hakikat Kesantunan 21

5. Wujud Kesantunan 22

6. Fungsi Kesantunan 23

7. Jenis-Jenis Kesantunan 23

Page 17: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

x

8. Tindak Tutur Direktif 25

9. Struktur Tindak Tutur Direktif 27

10. Keragaman Tindak Tutur Direktif 28

11. Fungsi Tindak Tutur Direktif 31

12. Kesantunan Tindak Direktif dalam Dimensi Analisis

Sosiolinguistik 32

B. Kerangka Pikir 33

BAB III. METODE PENELITIAN 35

A. Jenis Penelitian 35

B. Desain Penelitian 35

C. Batasan Istilah 35

D. Lokasi Penelitian 36

E. Data dan Sumber Data 37

F. Instrumen Penelitian 37

G. Definisi Operasional 37

H. Teknik Pengumpulan Data 38

I. Teknik Analisis Data 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40

A. Hasil Penelitian 40

1. Wujud Kesantunan Tindak Direktif Berbahasa Indonesia

Guru dalam Pembelajaran di Kelas 40

a. Penggunaan Tuturan dengan Modus Deklaratif 40

b. Penggunaan Tuturan dengan Modus Imperatif 44

Page 18: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

xi

c. Penggunaan Tuturan dengan Modus Interogatif 49

2. Fungsi Kesantunan Tindak Direktif Berbahasa

Indonesia Guru dalam Pembelajaran di Kelas 57

a. Penggunaan Fungsi Kesantunan dalam Perintah 58

b. Fungsi Kesantunan dalam Ajakan 67

c. Fungsi Kesantunan Permintaan 70

d. Fungsi Kesantunan dalam Mengizinkan 87

e. Fungsi Kesantunan dalam Menasehati 89

B. Pembahasan 91

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 103

A. Simpulan 103

B. Saran 105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 19: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

xii

Page 20: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesantunan yang dipadankan dengan etiket, tatakrama, sopan

santun, dan budi pekerti merupakan aspek-aspek bahasa yang

diekspresikan dalam sebuah komunikasi yang dilingkupi oleh berbagai

konteks. Fraser (1978: 11) melihat bahwa kesantunan sebagai properti

yang diasosiasikan dengan tuturan. Sehubungan dengan hal itu, Chaer

(2007: 45) menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus dipenuhi oleh

penutur ketika berbahasa agar dapat dikatakan sebagai manusia yang

beradab, yakni kesantunan berbahasa, etika berbahasa, dan

kesopanan berbahasa. Pertama, kesantunan berbahasa berkenaan

dengan substansi bahasanya. Kedua, etika berbahasa berkenaan

dengan perilaku atau tingkah laku di dalam bertutur, dan ketiga

kesopanan berbahasa berkenaan dengan topik tuturan, konteks situasi

pertuturan, dan jarak hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur.

Percakapan dalam pembelajaran merupakan realitas interaksi

sosial yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Oleh karena itu,

penggunaan bahasa dalam pembelajaran di kelas menarik untuk

diperhatikan dan dipahami karena realitas tersebut dapat disebut

sebagai miniatur kehidupan sosial dalam masyarakat. "Peristiwa

komunikasi yang terjadi ditandai oleh percakapan antara penutur dan

mitra tutur yang bersifat resiprokal, bersemuka dan bentuknya

Page 21: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

2

ditentukan oleh tujuan sosial" (Richard, 1995:3). Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa dalam mencapai tujuan sosial, bahasa

digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif dan media ekspresi

bagi penuturnya. Bahasa sebagai media ekspresi bagi penutur dan

mitra tutur dalam kehidupan sosial di masyarakat memerlukan

seperangkat nilai. Salah satu nilai yang dimaksud adalah kesantunan

berbahasa. Kesantunan sebagai sebuah nilai yang diasosiasikan

melalui penggunaan bahasa dalam pembelajaran di kelas diharapkan

mampu mengatur hubungan atau interaksi antara siswa dengan siswa

atau siswa dengan guru sehingga tercipta interaksi yang harmonis.

Terkait dengan pandangan-pandangan di atas, Hobnes (dalam

Syafruddin 2010:2) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sarana

interaksi antarpenutur, baik secara individu maupun kelompok, yang

terpola sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan dan norma-norma

sosial. Salah satu tindak tutur yang menarik untuk diperhatikan dan

dipahami ketika kesantunan diasosiasikan dengan tindak tutur tersebut

adalah tindak direktif. Secara umum, tindak direktif didefinisikan sebagai

suatu tindak tutur yang mengekspresikan maksud atau keinginan

penutur yang menghendaki mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan yang dikehendaki penutur.

Lebih lanjut, Yule (2006 : 93) menyatakan bahwa tindak tutur

direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar lawan

tutur melakukan sesuatu, misalnya tindak memaksa, memerintah,

Page 22: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

3

mengajak, menyuruh, memperingatkan, mengizinkan, dan sebagainya.

Dengan demikian, tindak direktif merupakan jenis tindak tutur yang

dilakukan penutur untuk membuat mitra tutur melakukan sesuatu, baik

yang berfungsi sebagai pengatur tingkah laku maupun yang berfungsi

sebagai pengontrol tindak.

Salah satu aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan dan

digalakkan di sekolah-sekolah adalah penggunaan kesantunan tindak

direktif berbahasa Indonesia karena sering diekspresikan oleh para

guru-siswa saat berinteraksi di kelas. Sesuai dengan fakta tersebut,

penggunaan tuturan dalam pembelajaran di kelas SDN Sangir

Kecamatan Wajo Kota Makassar senantiasa dipengaruhi faktor sosial

budaya setempat.

Fenomena tersebut dapat dilihat pada percakapan berikut.

Guru : Anak-anakku, tolong didengarkan soalnya ya! (1) Mengapa gubernur memiliki kedudukan rangkap dalam struktur pemerintahan? (2) Siswa : Karena, a. . .nuh Bu, (3) gubernur sebagai kepala

propinsi Guru : kenapa?(4) Siswa : Jelaskan sajami, Bu,(5) tidak tau'ki" (6)

Tuturan di atas dituturkan oleh Guru ketika berlangsung

percakapan di dalam kelas. Dalam kutipan di atas terungkap aspek

kesantunan tindak direktif melalui tuturan langsung dengan modus

imperatif (1) dengan menggunakan pemarkah tolong dan anak-anakku

sebagai wujud penunjukan solidaritas tinggi seorang guru ketika

Page 23: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

4

memerintah siswanya. Hal itu mengindikasikan bahwa ada upaya nyata

dari guru (penutur) untuk melembutkan daya ilokusi bermakna perintah

tersebut sehingga terdengar wajar dan santun bagi siswa (mitra tutur).

Melalui tuturan (3), (5) dan (6) siswa tampak menggunakan tuturan

langsung dengan modus imperatif dan deklaratif. Aspek kesantunan

tindak direktif yang dapat dilihat dalam tuturan siswa tersebut antara

lain. Pertama, penggunaan sapaan anuh Bu yang disampaikan dengan

intonasi rendah dengan menunjukkan rasa hormat melalui sapaan Bu

berarti bahwa siswa tetap memposisikan guru sesuai dengan statusnya

(asimetris) yang patut dihormati. Kedua, sikap rendah diri siswa dan

berterus terang dengan menggunakan pemarkah honorifik

(penghormatan, kita) sebagai sosiokultural masyarakat Bugis.

Pemahaman bahasa sebagai realitas interaksi sosial yang

dipengaruhi faktor sosiokultural, tuturan guru-siswa dalam

pembelajaran di kelas merupakan ekspresi penuturnya sebagai wujud

kerja sama(cooperative). Oleh karena itu, penggunaan kesantunan

tindak direktif berbahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas tidak

dapat dipisahkan dari dua fokus utama, yakni: (1) penggunaan bentuk

(wujud verbal) yang berkenaan dengan jenis tindak direktif, dan (2)

penggunaan fungsi (tujuan, maksud, atau makna) tindak direktif.

Percakapan dalam pembelajaran di kelas sebagai bentuk tuturan

juga memiliki komponen tutur, seperti latar tutur (setting), peserta tutur,

tujuan tutur, nada tutur, topik tuturan, norma tutur, sarana tutur, dan

Page 24: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

5

jenis tuturan. Dalam penelitian ini, komponen tutur di atas menjadi titik

tolak kajian untuk melihat penggunaan kesantunan tindak direktif

berbahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu

subkajian pragmatik.

Berdasarkan kajian kepustakaan dilihat dari urgensi, kelayakan,

serta kedudukan penelitian ini di antara berbagai penelitian kesantunan

yang relevan, berikut diuraikan relevansi penelitian ini dengan beberapa

penelitian terdahulu. Pertama, Gunarwan (1994), mengkaji persepsi

kesantunan direktif bahasa Indonesia di antara beberapa kelompok

etnik di Jakarta. Kesimpulan yang diperoleh terdapat kesejajaran di

antara ketaklangsungan tindak direktif dan kesantunan pemakainya.

Kedua, Karim (2008) mengkaji penggunaan tindak imperatif dalam

wacana kelas. Dengan memfokuskan kajian pada penggunaan tindak

imperatif guru dan penggunaannya terhadap siswa.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam penyampaian tindak imperatif guru maupun

siswa adakalanya menekan dan memaksa dan adakalanya halus.

Ketiga, Saleh (2009) mengkaji tentang Kesantunan Berbahasa

Mahasiswa dalam Wacana Akademik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa strategi kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana

akademik didasarkan pada upaya penutur untuk menjaga muka mitra

tutur.

Keempat, Syafaruddin (2010) tentang Kesantunan Honorifik dalam

Tindak Direktif Berbahasa Indonesia Keluarga Terpelajar Masyarakat

Page 25: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

6

Tutur Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan

honorofik dalam tindak direktif dipengaruhi oleh norma sosial dan

budaya yang mereka miliki.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut tampak bahwa

topik-topik yang dikaji berkaitan dengan penggunaan kesantunan tindak

direktif berbahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena

itu, penelitian ini banyak berkiblat terhadap penelitian-penelitian

sebelumnya, agar penelitian ini lebih terarah dan dapat menunjukkan

loyalitas terhadap hal-hal yang ingin dicapai. Meski penelitian tentang

kesantunan berbahasa dan tindak direktif telah banyak dilakukan,

namun penelitian ini tetap perlu dilakukan untuk menambah wawasan

penelitian kesantunan tindak direktif yang telah ada sebelumnya.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi

hasil-hasil penelitian terdahulu yang menyangkut dengan kesantunan

ataupun tindak direktif.

Peneliti melihat "Kesantuan Tindak Direktif Guru dalam

Pembelajaran di Kelas" sebagai sebuah fenomena bahasa yang

memungkinkan untuk dijadikan penelitian di kelas SDN Sangir dengan

pertimbangan bahwa percakapan antara guru dan siswa saat

pembelajaran berlangsung di kelas sering sekali berkaitan dengan

kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia yang tidak dapat

dipisahkan dari dua fokus utama, yakni: (1) penggunaan bentuk (wujud

Page 26: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

7

verbal) yang berkenaan dengan jenis tindak direktif, dan (2)

penggunaan fungsi (tujuan, maksud, atau makna) tindak direktif.

Peneliti mengharapkan agar tindak tutur direktif pada tuturan guru

dalam proses belajar mengajar dijadikan sebagai salah satu contoh

pengajaran kesantunan berbahasa dan tetap mempertahankan

nilai-nilai kesantunan berbahasa dalam tuturan direktifnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, ditemukan rumusan

masalah dalam penelitian ini seperti yang diuraikan berikut ini:

1. Bagaimanakah wujud kesantunan tindak direktif guru dalam

pembelajaran di kelas SDN Sangir Kecamatan Wajo Kota

Makassar .

2. Bagaimanakah fungsi kesantunan tindak direktif guru dalam

pembelajaran di kelas SDN Sangir Kecamatan Wajo Kota

Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan

penelitian ini juga ada dua, yaitu:

1. Mengkaji wujud kesantunan tindak direktif guru dalam

pembelajaran di kelas SDN Sangir Kecamatan Wajo Kota

Makassar.

Page 27: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

8

2. Mengkaji fungsi kesantunan tindak direktif guru dalam

pembelajaran di kelas SDN Sangir Kecamatan Wajo Kota

Makassar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua sisi yakni: (1) manfaat

teoretis dan (2) manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini dapat menambah

perbendaharaan bahan bacaan mengenai teori-teori kesantunan, teori

tindak tutur, dan khususnya penggunaan kesantunan tindak direktif

dalam pembelajaran di kelas yang berkaitan dengan kajian pragmatik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi kajian

pragmatik, khususnya berkaitan dengan kesantunan tindak direktif.

Manfaat praktisnya antara lain:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru bahasa

Indonesia,sebagai salah satu alternasi bahan acuan dalam

penerapan bahan ajar, khususnya bahan ajar untuk pembelajaran

keterampiian berbahasa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

informasi dan evaluasi diri bagi guru-siswa SDN Sangir terhadap

penggunaan bahasa sebagai alat berkomunikasi dalam

pencapaian hasil belajar yang maksimal.

Page 28: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

9

c. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu bahan informasi khususnya dalam kajian tindak

tutur yang terkait dengan kesantunan tindak direktif berbahasa

Indonesia di bidang pragmatik.

Page 29: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pragmatik sebagai Media Ekspresi Kesantunan Tindak Direktif

Penggunaan kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia tidak

dilepaskan dari kajian pragmatik. Hal ini didasarkan pada kenyataan

bahwa kesantunan berkaitan dengan bahasa, dan secara khusus

berkaitan dengan penggunaan bahasa, yang menjamin

mengklasifikasikannya dalam pragmatik. Untuk memahami kesantunan

tindak direktif berbahasa Indonesia dalam perspektif pragmatik,

beberapa konsep dasar dan pengembangan yang terkait dengan

pragmatik, penting untuk diuraikan dalam kajian ini. Konsep-konsep

tersebut meliputi: (a) hakikat pragmatik; (b) deiksis; (c) persuposisi atau

pra-anggapan; dan (d) implikatur percakapan (conversational

implicatur).

a. Hakikat Pragmatik

Elaborasi kesantunan tindak direktif dalam konstelasi kerangka

pragmatik, periu diuraikan hakikat pragmatik. Pada hakikatnya,

pragmatik merupakan studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk

kebahasaan dan pemakaian bentuk-bentuk itu. Yule (2006)

memandang hakikat pragmatik meliputi empat ruang cukup. Pertama,

pragmatik merupakan studi tentang maksud penutur. Kedua, pragmatik

adalah studi tentang makna kontekstual. Ketiga, pragmatik adalah studi

Page 30: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

11

tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang

dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari

jarak hubungan.

Pragmatik dalam kaitannya dengan maksud penutur, dipandang

sebagai studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan

ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya, studi ini lebih banyak

berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang

dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari fcata

atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu. Studi ini melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang dalam suatu konteks

khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang

dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara

penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan

dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam

keadaan apa.

Leech (1993) dan Wijana (1996) memandang pragmatik sebagai

studi kebahasaan yang terkait dengan konteks. Pragmatik sebagai ilmu

bahasa mempelajari kondisi penggunaan bahasa yang digunakan

manusia yang ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan

melatarbelakangi bahasa itu.

Keempat dimensi inilah yang merupakan hakikat pragmatik

sekaligus membedakannya dengan studi semantik maupun sintaksis.

Perbedaan ketiga jenis kajian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Page 31: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

12

Sintaksis merupakan studi tentang hubungan bentuk-bentuk

kebahasaan, bagaimana menyusun bentuk-bentuk linguistik dengan

entitas di dunia, yakni hubungan kata-kata dengan sesuatu secara

harafiah. Analisis semantik juga bersama membangun antara deskripsi

verbal dengan pernyataan-pernyataan hubungan di dunia secara akurat

atau tidak, tanpa menghiraukan siapa yang menghasilkan deskripsi

tersebut. Sementara itu, pragmatik merupakan studi tentang hubungan

antara bentuk-bentuk linguistik dengan pemakai bentuk-bentuk itu.

Sejalan dengan perbedaan tersebut, Gunarwan (1994:10)

mengemukakan bahwa makna dalam semantik ditentukan oleh

koteks(co-text), sedangkan makna dalam pragmatik ditentukan oleh

konteks (context). Yule (2006) menyatakan bahwa analisis pragmatik

berbeda dengan analisis semantik. Dalam kajian semantik, makna

didefenisikan berdasarkan ciri-ciri ungkapan dalam suatu bahasa

secara terpisah dari situasi, penutur, dan mitra tuturnya. Dengan

demikian, pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan

yang melibatkan tiga segi, yaitu ungkapan, arti ungkapan, sedangkan

semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang hanya

melibatkan dua segi, yakni ungkapan dan artinya.

Cummings (2007) memandang hakikat pragmatik dalam perspektif

multidisipliner. Cummings mendasarkan perspektif multidisiplinernya

pada definisi baku pragmatik. Berpijak pada definisi tersebut, Cummings

(2007) mengidentifikasi lima aspek yang mengarahkan pragmatik pada

Page 32: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

13

orientasi multidistpliner. Kelima aspek tersebut adalah: (a) informasi, (b)

enkoding. (c) konvensi, (d) konteks, dan (e) penggunaan. Atas dasar

inilah Cummings mendeskripsikan definisi baku ini sebagai 'standar'

untuk memasukkan gagasan-gagasan seperti konteks dan

penggunaan, gagasan-gagasan yang sangat penting bagi setiap definisi

yang tepat dari suatu subjek. Cummings menyimpulkan bahwa

hampir-hampir tidak mungkin untuk mendeskripsikan apa yang terlihat

dalam pragmatik tanpa mempertimbangkan sifat multidisipliner ke

dalam deskripsi tersebut.

Berdasarkan hakikat pragmatik yang telah diuraikan di atas, dapat

dipastikan bahwa kajian penggunaan kesantunan tindak direktif

berbahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kajian pragmatik. Hal

ini antara lain dapat dilihat dari beberapa aspek berikut. Pertama,

pragmatik merupakan kajian tentang makna kontekstual. Jika dikaitkan

dengan kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia sangat

tergantung pada konteks yang melatarinya. Kedua, pragmatik mengkaji

ungkapan dari jarak hubungan. Dalam konteks ini, kesantunan tindak

direktif dapat berwujud sebuah ungkapan, misalnya ungkapan

permintaan. Kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia dalam

berinteraksi sangat terikat dengan jarak hubungan antara penutur

dengan mitra tutur. Ketiga, salah satu konsep dan teori penting dari

pragmatik adalah teori tindak tutur. Kesantunan tindak direktif

diwujudkan dalam tuturan. Dalam konteks ini pulalah, maka

Page 33: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

14

pemfokusan kajian pragmatik diarahkan pada kajian secara khusus

pada tindak ilokusi direktif.

b. Deiksis

Deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan dalam

tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah

dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap ini

disebut kata-kata deiksis. Kata-kata tersebut meliputi yang berkenaan

dengan persona, tempat, dan waktu.

Deiksis juga merupakan suatu cara yang dilakukan dalam bertutur

untuk mengacu pada hakikat makna tertentu dengan menggunakan

bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh

penutur dan dipengaruhi oleh konteks pembicaraan. Hal ini menyiratkan

makna bahwa sebagian kata dalam bahasa tidak dapat ditafsirkan sama

sekali apabila konteks penutur tidak diketahui. Kata-kata itu contohnya

di sini, di sana, ini, itu, sekarang, kemarin, dan pronomina seperti saya,

kamu, kalian, dan sebagainya.

Ada kalanya kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia tidak dapat

dimengerti apabila tidak diketahui siapa yang sedang mengatakan,

tentang apa, di mana, dan kapan, misalnya "dia harus mengembalikan

buku itu sekarang, sebab soya akan ulangan besok." apabila tidak

diketahui konteksnya, tentu maknanya kabur. Kalimat itu mengandung

deiksis (dia, itu, sekarang, saya, besok) yang maknanya tergantung

pada konteks penuturnya.

Page 34: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

15

c. Presuposisi atau Praanggapan

Presuposisi atau pra-anggapan secara umum didefnisikan sebagai

asumsi-asumsi atau inferensi-inferensi yang tersirat dalam

ungkapan-ungkapan linguistik tertentu. Yang dimaksud dengan

presuposisi dalam tindak tutur adalah makna informasi tambahan yang

terdapat dalam bahasa yang digunakan secara tersirat. Jadi, dalam

ujaran tersebut selain mendapat makna 'asal' yang tersurat dalam

ujaran itu, terdapat pula makna lain yang hanya bisa dipahami secara

tersirat. Memahami makna yang tersirat ini sangat penting untuk

mendapatkan secara keseluruhan makna yang ada dalam suatu tindak

tutur.

Yule (2006) mengklafikasikan beberapa jenis presuposisi. Presuposisi

faktif (nyata), yaitu jenis presuposisi di mana informasi yang

dipra-anggapkan mengikuti kata kerja tertentu yang dapat dianggap

sebagai kenyataan. Sebaliknya, ada pula yang dikenal dengan

presuposisi non-faktif, yaitu suatu presuposisi yang diasumsikan tidak

benar. Juga ada sejumlah bentuk lain yang mungkin paling baik

dianggap sumber presuposisileksikal. Dalam presuposisi leksikal,

pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara

konvensional ditafsirkan dengan presuposisi bahwa suatu makna (yang

tidak dinyatakan) dipahami. Dalam presuposisi leksikal, pemakaian

ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempra-anggapkan

sebuah konsep lain, sedangkan pada presuposisi aktif, pemakaian

Page 35: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

16

ungkapan khusus diambil untuk mempra-anggapkan kebenaran

informasi yang dinyatakan setelah itu,

Di samping presuposisi yang diasosiasikan dengan pemakaian

kata-kata dan frasa-frasa tertentu, ada pula presuposisi struktural.

Dalam hal ini, struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai

presuposisi secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu

sudah diasumsikan kebenarannya. Terakhir, presuposisi konter-faktual,

yang berarti bahwa apa yang dipra-anggapkan tidak hanya tidak benar,

tetapi bertolak belakang dengan kenyataan.

Pada akhirnya, sebuah tuturan dikatakan mempra-anggapkan

tuturan yang lain apabila ketidakbenarannya tuturan yang

dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenarannya

tuturan yang mempresuposisikan tidak dikatakan. Tuturan yang

berbunyi "siswa tercantik di SD Sangir pandai sekali"

mempra-anggapkan adanya seorang siswa yang berparas

cantik di SD Negeri Sangir. Apabila kenyataannya memang ada

seorang siswa yang berparas sangat cantik di SD Negeri Sangir, tuturan

tersebut dapat dinilai benar atau salahnya (Rahardi, 2005).

d. ImplikaturPercakapan(conversational implicatur)

Di dalam pertuturan sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat

secara lancar berkomunikasi karena mereka memiliki kesamaan latar

belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dibicarakan itu. Di antara

penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak

Page 36: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

17

tertulis bahwa hal yang sedang dipercakapan itu dapat saling

dimengerti. Grice (dalam Wijana, 1996:37) mengemukakan bahwa

sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan

merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan

itu dapat disebut implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi "pak

guru datang, jangan ribut!",tidak semata-mata dimaksudkan untuk

memberitahukan bahwa Pak Guru sudah datang. Si penutur bermaksud

memperingatkan kepada mitra tutur bahwa Pak Guru yang bersikap

keras dan tegas itu akan melakukan sesuatu terhadapnya apabila ia

terus ribut. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa

Pak Guru adalah orang yang keras, tegas, dan sering marah pada siswa

yang sedang ribut. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang

sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan bersifat tidak

mutlak. Maksud tuturan harus didasarkan pada konteks tutur yang

mewadahi munculnya tuturan tersebut. Konteks tutur yang dipandang

teori tindak tutur dan pragmatik secara bersama-sama dalam kaitannya

dengan pengetahuan: apa yang diasumsikan, diketahui oleh penutur

dan mitra tutur (misalnya, tentang lembaga-lembagasosial, tentang

berbagai keinginan dan kebutuhan orang lain, tentang sifat rasionalitas

manusia) dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat membimbing

penggunaan bahasa dan interpretasi terhadap tuturan.

Kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para

peserta tutur terlibat aktif dalam proses bertutur tersebut. Apabila

Page 37: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

18

terdapat satu atau lebih pihak yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan

bertutur, dapat dipastikan pertuturan itu tidak dapat berjalan lancar.

Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa proses berkomunikasi antara

penutur dan mitra tutur dapat berjalan baik dan lancar, mereka harus

dapat saling bekerjasama. Kerjasama yang baik dalam proses bertutur

itu dapat dilakukan dengan berperilaku sopan kepada pihak lain.

Berprilaku sopan itu dilakukan dengan cara mempertimbangkan "muka"

si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur.

Rahardi (2000:50) menegaskan bahwa agar pesan (message)

dapat sampai dengan baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi

itu perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut: (1) prinsip

kejelasan, (2) prinsip kepadatan , dan prinsip kelangsungan.

Prinsip-prinsip ini secara lengkap dituangkan dalam prinsip kerjasama

Grice.

2. Hakikat Tindak Tutur

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh anggota

masyarakat dalam interaksi sosial. Dalam interaksi tersebut tampak

adanya upaya penyampaian gagasan, pertukaran gagasan, melalui

kerja sama di antara penutur dan mitra tutur. Dapat dipastikan bahwa

dalam aktivitas komunikasi tersebut senantiasa terjadi kegiatan bertutur.

Dalam kaitannya dengan kegiatan bertutur sebagai aktivitas

komunikasi, Richard (1995: 3) menjelaskan bahwa kegiatan bertutur

adalah suatu tindakan. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai

Page 38: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

19

tindakan, berarti dalam setiap kegiatan bertutur terjadi tindak tutur.

Hakikat tindak tutur itu adalah unit terkecil aktivitas bertutur yang

memiliki fungsi.

Selanjutnya, Hymes ( dalam Pranowo 2009: 100) menjelaskan

tindak tutur hams dibedakan dari kalimat dan tidak bisa diidentifikasikan

dengan unit kalimat dan pada level gramatikal manapun. Tindak tutur

bisa memiliki bentuk-bentuk yang bervariasi. Bentuk-bentuk itu hanya

bisa dikenali melalui konteks.

Di sisi lain, Austin ( dalam Syahrul 2006) menjelaskan bahwa

tindak tutur dalam situasi tuturan secara keseluruhan adalah

satu-satunya fenomena aktual yang kita lakukan sehari-hari. Bahasa itu

baru bermakna dalam tuturan. Bahasa itu digunakan dan melibatkan

penutur dalam situasi dan di dalam keterlibatannya dalam situasi tutur,

penutur itulah yang memiliki makna.

Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang

erat antara pengguna bahasa dan konteks. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa suatu tindak tutur memiliki makna di dalam konteks.

3. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Sistem klasifikasi umum menurut Searle dalam Yule (2006: 92)

mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur;

deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif

Deklarasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui

tuturan. Deklarasi ini menggambarkan penutur harus memiliki peran

Page 39: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

20

institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu

deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur

mengubah dunia dengan kata-kata.

Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang

diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan,

kesimpulan, dan mendeskripsikan. Representatif merupakan sesuatu

yang diyakini oleh penutur yang menggambarkannya. Pada waktu

menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata

dengan apa yang diyakininya.

Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan

pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan

kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau

kesengsaraan. Dalam ekspresif, tindak tutur mungkin disebabkan oleh

sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya

menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif

penutur menyesuaikan kata-kata dengan perasaannya.

Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk

menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini

menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini

meliputi: perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan

bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu

Page 40: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

21

menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan sesuatu dengan

kata lewat pendengar.

Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk

mengikatkan dirinya tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur.

Tindak tutur ini dapat berupa: janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan

dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota

kelompok. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha

menyesuaikan sesuatu dengan kata-kata lewat penuturnya.

4. Hakikat Kesantunan

Kesantunan berbahasa dalam kajian pragmatik tidak terlepas dari

peran para ahli. Teori mereka pada dasarnya beranjak dari pengamatan

yang sama. Lakoff ( dalam Abdul Chaer 2010:46) berpendapat bahwa

ada tiga kaidah yang perlu kita patuhi agar ujaran kita terdengar santun

oleh mitra tutur. Ketiga kaidah tersebut adalah formalitas,

ketaktegasan., dan persamaan. Jika dijabarkan formalitas berarti

"jangan memaksa" atau "jangan angkuh", ketaktegasan berarti "buatlah

sedemikian rupasehingga mitra tutur anda dapat menentukan pilihan",

dan persamaan bermakna "bertindaklah seolah-olah Anda dan mitra

tutur anda sama" atau "buatlah ia merasa senang". Dengan demikian

sebuah ujaran dikatakan santun jika ia tidak terdengar memaksa atau

angkuh, ujaran itu memberi pilihan tindakan kepada mitra tutur, dan

mitra tutur menjadi senang.

Page 41: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

22

Defenisi kesantunan menurut Fraser dalam Abdul Chaer

(2010:47), yaitu: pertama, kesantunan adalah properti atau bagian dari

ujaran, jadi bukan ujaran itu sendiri. Kedua, pendapat mitra tuturlah

yang menentukan apakah kesantunan itu ada pada suatu ujaran.

Mungkin saja sebuah ujaran dimaksudkan sebagai ujaran yang santun

oleh si penutur, tetapi di telinga si mitratutur ujaran itu ternyata tidak

terdengar santun, dan demikian pula sebaliknya. Ketiga, kesantunan itu

dikaitkan dengan hak dan kewajiban penyerta interaksi. Artinya, apakah

sebuah ujaran terdengar santun atau tidak, ini diukur berdasarkan (1)

apakah si penutur tidak melampaui haknya kepada mitra tuturnya dan

(2) apakah si penutur memenuhi kewajibannya kepada mitra tuturnyaitu.

5. Wujud Kesantunan

Wujud kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia oleh guru

dalam pembelajaran di kelas secara deskriptif diekspresikan melalui tiga

modus tuturan yakni:

(1) modus tuturan deklaratif mengekspresikan tindak (a) memohon

sebelum menyatakan informasi, (b) menyatakan suruhan, (c)

menyatakan permintaan, dan (d) menyatakan larangan;

(2) modus tuturan imperatif mengekspresikan tindak (a) wujud tindak

ajakan, (b) wujud tindak permintaan, (c) wujud tindak suruhan, (d)

wujud tindak larangan, dan (e) wujud tindak pengizinan; dan

Page 42: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

23

(3) modus tuturan interogatif mengekspresikan (a) wujud pertanyaan

menyatakan suruhan, (b) wujud pertanyaan menyatakan ajakan, (c)

wujud pertanyaan menyatakan permintaan, (d) wujud pertanyaan

menyatakan larangan, dan (e) wujud tindak pengizinan.

6. Fungsi Kesantunan

Fungsi kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia guru

secara deskriptif diekspresikan melalui

(1) fungsi kesantunan dalam perintah mencakup (a) fungsi kesantunan

dalam suruhan dan (b) fungsi kesantunan dalam larangan;

(2) fungsi kesantunan dalam ajakan,

(3) fungsi kesantunan dalam permohonan;

(4)fungsi kesantunan dalam permintaan mencakup (a) fungsi

kesantunan dalam meminta pengakuan, (b) fungsi kesantunan

dalam meminta keterangan, (c) fungsi kesantunan dalam meminta

alasan, (d)fungsi kesantunan dalam meminta pendapat, dan (e)

fungsi kesantunan dalam meminta kesungguhan;

(5) fungsi kesantunan dalam mengizinkan, dan

(6) fungsi kesantunan dalam menasihati.

7. Jenis-Jenis Kesantunan

Kesantunan dapat dibagi tiga, yaitu kesantunan berpakaian,

kesantunan berbuat, dan kesantunan berbahasa.Dalam kesantunan

berpakaian, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama,

berpakaianlah yang sopan di tempat umum, hindarilah pakaian yang

Page 43: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

24

dapat merangsang orang lain terutama lawan Jenis. Kedua,

berpakaianlah yang rapi dan sesuai dengan keadaan, yaitu berpakaian

resmi pada acara resmi, berpakaian santai pada situasi santai.

Kesantunan perbuatan adalah tatacara bertindak atau gerak-gerik

ketika menghadapi sesuatu atau dalam situasi tertentu. Situasi dan

keadaan tertentu memerlukan tatacara tertentu pula sesuai dengan

situasi dan keadaannya masing-masing. Kesantunan berbahasa

tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau

tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita mematuhi norma-norma

budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan.

Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang

ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu

bahasa dalam berkomunikasi.

Tatacara berbahasa diharapkan dapat membuat orang lebih

memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi karena tatacara

berbahasa bertujuan mengatur serangkaian hal berikut:

a. Apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu.

b. Ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu.

c. Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela

diterapkan.

d. Bagaimana mengatur kenyaringan suatu ketika berbicara.

e. Bagaimana sikap dan gerak-gerik ketika berbicara.

f. Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan.

Page 44: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

25

Tatacara berbahasa seseorang dipengaruhi norma-norma budaya

suku bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. Kebudayaan

seseorang akan mempengaruhi pola berbahasanya. Oleh karena itu,

kita perlu mempelajari dan memahami norma-norma budaya sebelum

mempelajari bahasa sehingga dapat menghasilkan kesantunan

berbahasa.

8. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif yang muncul dalam suatu peristiwa tutur

(speech event) dan dalam situasi tutur (speech situation) tertentu.

Secara umum, didefinisikan sebagai suatu tindak tutur yang

mengekspresikan maksud atau keinginan penuturnya agar mitra tutur

melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penutur. Hal itu sejalan

dengan Holmes (2001) bahwa ujaran yang bersifat direktif ditujukan

kepada seseorang agar melakukan sesuatu. Searle (1985) dalam

uraiannya menempatkan tindak tutur direktif sebagai salah satu aspek

makro tindak ilokusi setelah merujuk pada pembagian tindak tutur

Austin (1969) yang meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi.

Mereka bersepakat bahwa tindak tutur direktif merupakan produk tindak

verbal, bentuk tindakan yang memiliki tujuan yakni mengharapkan mitra

tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penutur baik

berfungsi sebagai pengatur tingkah laku maupun berfungsi sebagai

pengontrol tindak. Sejalan dengan itu, Bach dan Haraish (1979:41),

menyatakan bahwa "tindak tutur direktif selaiu mengekspresikan sikap

Page 45: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

26

penutur terhadap tindakan prospektif mitra tutur dan kehendak penutur

terhadap tindakan mitra tutur".

Martinich (2001:157) mengemukakan "ciri-ciri tindak direktif

sebagai tindak tutur yang beropini ilokusi usaha-usaha dengan berbagai

derajat yang bisa ditentukan melalui apa yang dilakukan penutur agar

mitra tuturnya mau melakaukan sesuatu". Usaha- usaha itu dilakukan

dalam berbagai cara, dari yang halus misalnya meminta melakukan

sesuatu, sampai kepada yang bersifat paksaan, misalnya mendesak

melakukan perbuatan tertentu.

Dengan demikian, bahasa yang digunakan oleh guru-siswa

merupakan perwujudan ekspresi tindak tutur. Setiap aktivitas

guru-siswa selaku peserta komunikasi dalam pembelajaran di kelas

selalu terkait dengan tuturan. Jika tuturan dianggap sebagai tindakan

maka setiap kali terjadi kegiatan bertutur dalam pembelajaran maka

terjadi pula tindak tutur. Oleh karena itu, tindak tulur dapat dinyatakan

sebagai hal yang ditakukan peserta komunikasi ketika bertutur karena

tindak tutur merupakan unit terkecil aktivitas bertutur yang memiliki

fungsi.

Salah satu tindak tutur yang menjadi bagian dari tindak tutur ilokusi

dan sering digunakan oleh guru-siswa dalam pembelajaran di kelas

adalah tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur

yang dirancang oleh penutur untuk mendorong mitra tutur melakukan

sesuatu. Tindak tutur direktif termasuk tindak tutur yang mempunyai

Page 46: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

27

banyak jenis. Keragaman jenis tindak tutur direktif tampaknya terkait

dengan usaha-usaha yang dilakukan penutur agar mitra tutur

melakukan sesuatu. Usaha-usaha itu mulai dari yang paling hams,

seperti ketika penutur meminta atau menyarankan mitra tutur

melakukan sesuatu, hingga yang kasar, seperti paksaan sewaktu

penutur mendesak agar mitra tutur melakukan sesuatu (Searle, 1985)

9. Struktur Tindak Tutur Direktif

Struktur bentuk tindak tutur direktif, dalam realisasinya, biasanya,

ditandai oleh penanda-penanda formal tertentu. Tindak tutur direktif

dalam kelompok permintaan biasanya diwujudkan dalam struktur (a)

tuturan terdiri atas predikat verba dasar atau adjektiva ataupun

frasapreposisional yang sifatnya taktransitif,dan (b) pada umumnya

tuturandimarkahi oleh kata modalitas, misalnya mohon, tolong, dan

harap. Tindak tutur direktif kelompok pertanyaan diwujudkan dalam

struktur: (a) tuturan menghendaki jawaban ya atau tidak, (b) tuturan

menghendaki informasi, (c) tuturan yang menghendaki jawaban berupa

perbuatan, dan (d) tuturan yang diberi kata-kata tanya, misalnya apa,

siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan partikel –kahatau tidak.

Nagasi yang digunakan juga ikut membedakan seperti jangan yang

diikuti oteh partikel. Jenis tindak tutur direktifpengizinan juga sejenis

dengan tindak tutur direktif melarang.Hanya saja, modalitas yang

biasanya melekat adalah baiklah, dengan senang nati, diperkenankan,

dan diizinkan. Tindak tutur direktif kelompok nasihat diwujudkan sama

Page 47: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

28

dengan direktif pengizinan. Hanya saja, direktif kelompok nasihat

menggunakan modalitasmart, harap, kadang-kadang ayo, coba,

hendaknya, dan hendaklah.

Ditinjau dari perspektif pragmatik, tindak tutur direktif tidak selalu

diwujudkan dalam struktur sintaksis yang mengidentifikasi kelompok

tersebut. Karena faktor konteks tutur, mungkin saja, para peserta tutur

dalam proses komunikasi menggunakan bentuk struktur deklaratif untuk

mengungkapkan fungsi direktif. Bentuk-bentuk tindak tutur tidak

langsung memungkinkan digunakan penutur untuk mewujudkan tindak

direktif. Hymes (1974) menjelaskan bahwa tindak tutur harus dibedakan

dari tuturan. Perbedaan itu dapat dilihat dari bentuk tindak tutur yang

memiliki keragaman dan hanya dapat dikenali melalui konteks yang

melingkupinya. Secara formal sebuah tuturan dapat diidentifikasi

berdasarkan konteks linguistik dan nonlinguistik. Dari segi linguistik,

sebuah tuturan dapat berisi serangkaian tuturan dan dapat pula berisi

kata yang memiliki konteks nonlinguistik seperti situasi, partisipan,

waktu dan tempat, tujuan dan sebagainya. Dengan demikian, sebuah

kata dapat dipandang sebagai tuturan asalkan memiliki konteks yang

melingkupinya.

10. Keragaman Tindak Tutur Direktif

Keragaman tindak tutur direktif bergantung pada konteks, seperti

posisi penutur dan mitra tutur yang secara iangsung atau tidak langsung

berkaitan dengan prinsip-prinsip kesopanan. Fraser (1978:39-41)

Page 48: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

29

mengemukakan dan mengklasifikan dalam isi proporsionalnya sebagai

berikut. Pertama, mitra tutur melakukan tindakan karena: (1)

benar-benar keinginan penutur, misalnya bertanya, meminta,

memohon, memerintahkan, mendorong; (2) berdasarkan wewenang

penutur, misalnya memerintah dan melarang. Kedua, mitra tutur yakin

bahwa ia berhak melakukan tindakan berdasarkan wewenang penutur,

misalnya menyetujui, memaafkan, mengizinkan. Ketiga, alasan kuat

bagi mitra tutur untuk melakukan tindakan seperti untuk mengingatkan,

menasehati, merekomendasikan, dan mengusulkan.

Berdasarkan maksud dan tujuan tindak personal, tindak tutur

direktif(directives) dibedakan seperti: tindak memesan, memerintah,

memohon, menuntut, dan memberi nasihat. Searle (1985) menegaskan

bahwa jenis tindak tutur direktif terkait dengan usaha-usaha yang

dilakukan penutur agar mitra tutur melakukan sesuatu. Usaha-usaha

yang dimaksud adalah mulai dari yang paling halus, seperti ketika

penutur meminta atau menyarankan kepada mitra tutur untuk

melakukan sesuatu, hingga yang kasar, seperti paksaan sewaktu

penutur mendesak agar mitra tutur melakukan sesuatu.

Pembagian tindak tutur direktif lebih rinci dilakukan oleh Bach dan

Harnish (1979:47-48). Kedua pakar ini membagi tindak tutur direktif

menjadi enam kelompok, yakni kelompok (a) permintaan (requesitive):

yang mencakup meminta, memohon, mengajak, mendorong,

mengundang dan menekan; (b) pertanyaan (questions): yang

Page 49: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

30

mencakup bertanya, berinkuiri, dan menginterogasi; (c) persyaratan

(requirements): yang mencakup, mensyaratkan, memerintah,

mengomando, menuntut, mendikte, mengarahkan, mengintruksikan,

dan mengatur; (d) larangan (prohibitives), yang mencakup memberi izin,

membolehkan, mengabulkan, melepaskan, memperkenankan, memberi

wewenang, dan menganugerahi; dan (f) nasihat (advisories) yang

mencakup menasihati, memperingatkan, mengusulkan, membimbing,

menyarankan, dan mendorong.

Dalam perspektif etnografi komunikasi, tindak tutur direktif terkait

erat dengan latar tutur, pelaku tutur, tujuan tutur, nada tutur, sarana

tutur, norma tutur, dan jenis tutur. Sehubungan dengan hal tersebut,

dalam melaksanakan tindak tutur:(a) setiap penutur memiliki sesuatu

dalam pikirannya sehingga mitra tutur hams membuat inferensi maksud

tindakan yang diharapkan oleh penutur, dan (b) setiap tindak tutur

membawa dampak tertentu. Dampak tindak direktif dapat dilakukan

lawan tutur bersama penutur atau tindak yang dilakukan penutur atas

izin lawan tutur bergantung pada tindak yang diharapkan penutur baik

dalam hubungan sejajar(solidaritas) maupun dalam hubungan

atasan-bawahan. Daya ilokusi direktif yang lain menurut Brown dan

Levinson (1978) berkisar pada nosi muka positif dan negatif.

Berdasarkan komponen tindak tutur yang membentuk peristiwa tutur

tersebut, tindak tutur direktif dapat menunjukakan status dan peran

penutur dan mitra tutur; menunjukkan kaidah hubungan interaksi

Page 50: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

31

sehubungan dengan kedudukan sosial dan latar interaksi; dan strategi

yang tepat sehubungan dengan pemilihan dan penyampaian tuturan

yang mengemban fungsi tindak. Dilihat dari segi maknanya, bentuk

tindak tutur direktif dapat bermakna literal atau tidak literalnya tindak

direktif, peranan konteks seperti pengetahuan perseptual, pengetahuan

awal, pengetahuan wacana, pengetahuan tindak tutur dan latar

belakang institusional, serta pengetahuan tentang dunia sangat

diperlukan agar tercipta adanya pemahaman bersama antara penutur

dan mitra tutur terhadap pemaksaan tersebut. Pemahaman bersama

tersebut menunjukkan adanya kompetensi linguistik dan kompetensi

komunikatif yang sama antara penutur dan mitra tutur.

11. Fungsi Tindak Tutur Direktif

Dalam penerapannya, tindak direktif mengemban fungsi.Fungsi itu

melekat pada setiap jenis tindak tutur yang bersangkutan. Leech (1993:

162-163) menyoroti fungsi-fungsi lokasi tindak tutur sesuai dengan

fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan sosial, berupa pemeliharaan

perilaku yang sopan dan terhormat. Berdasarkan pandangan tersebut,

tindak tutur dapat diklasifikasikan atas empat fungsi, yakni: kompetitif,

menyenangkan, bekerjasama, dan konfliktif.

Pertama, fungsi kompetitif, yakni bersaing dengan tujuan sosial;

misalnya memerintah, meminta, menasihati, bertanya. Menurut Leech

(1983: 176), tindak tutur direktif tergolong fungsi kompetitif atau

bersaing dengan tujuan sosial. Tujuan-tujuan kompetitif ini pada

Page 51: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

32

dasarnya tidak bertatakrama(discourteous), misalnya meminta

pinjaman uang dengan nada memaksa. Di sini, tatakrama dibedakan

dengan sopan santun. Tata krama mengacu pada tujuan, sedangkan

sopan santun mengacu pada perilaku linguistik atau perilaku lainnya

untuk melemahkan atau memperlambat tuturan yang tidak sopan. Hal

itu dilakukan agar kedua belah pihak sating menghormati atau saling

menguntungkan.

Kedua, fungsi menyenangkan, yakni yang bernilai positif dengan

tujuan sosial misalnya menawarkan, mengajak, menyapa,

mengundang, mengucapkan terima kasih. Fungsi ini pada dasarnya

sudah santun. Fungsi ini menaati prinsip sopan santun yang positif.

Ketiga, fungsi bekerjasama dengan tujuan sosial seperti

menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan. Penutur

mementingkan isi pesan sehingga sopan santun dipandang tidak

relevan.

Keempat, fungsi konfliktif atau bertentangan ditunjukkan dengan

adanya pertentangan antara tujuan lokasi dengan tujuan sosial. Tindak

tutur ini seperti mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi.

12. Kesantunan Tindak Direktif dalam Dimensi Analisis

Sosiolinguistik

Holmes (2001) memaparkan bahwa dalam analisis sosiolinguistik,

ada sejumlah faktor dan dimensi sosial yang mempengaruhi. Secara

garis besar, Holmes mengelompokkan faktor-faktor sosial tersebut atas

Page 52: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

33

empat hal yakni: (1) peserta, berkaitan dengan siapa mereka bertutur;

(2) latar atau konteks sosial interaksi, berkaitan dengan di mana mereka

bertutur; (3) topik, berkaitan dengan apa yangsedang mereka tuturkan;

(4) dan fungsi, berikatan dengan mengapa mereka bertutur. Dalam

situasi mana pun pilihan-pilihan bahasa umumnya mencerminkan satu

atau beberapa komponen tersebut.

B. Kerangka Pikir

Kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia tidak dilepaskan

dari kajian pragmatik.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

kesantunan berkaitan dengan bahasa, dan secara khusus berkaitan

dengan penggunaan bahasa, yang menjamin pengklasifikasiannya

dalam pragmatik. Berdasarkan fungsinya, bahasa sebagai alat

komunikasi digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi

pembelajarannya di dalam kelas. Konteks tuturan mempengaruhi

pembelajaran di kelas. Ketika seseorang menggunakan bahasa dalam

berkomunikasi berarti ia telah melakukan tindak tutur. Tindak tutur

merupakan bagian dari aktivitas yang dilakukan oleh guru.

Tindak tutur direktif menghendaki lawan tutur untuk melakukan

sesuatu. Tindak tutur ini meliputi: perintah, pemesanan, permohonan,

dan pemberian saran. Sehingga, tuturan direktif ini bertujuan

menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan penutur.

Percakapan antara guru dan siswa saat pembelajaran

berlangsung di kelas berkaitan dengan penggunaan kesantunan tindak

Page 53: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

34

direktif berbahasa Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari dua fokus

utama, yakni: (1) penggunaan bentuk (wujud verbal) yang berkenaan

dengan jenis tindak direktif, dan (2) penggunaan fungsi (tujuan, maksud,

atau makna) tindak direktif.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui kesantuan tindak direktif

guru dalam pembelajaran di kelas pada SDN Sangir Kecamatan Wajo

Kota Makassar. Gambaran lebih konkret kerangka pikir.

Page 54: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Artinya, penelitian ini

berusaha mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan sesuai

dengan apa adanya. Dengan kata lain, penelitian ini berusaha

memberikan data bahasa yang sebenarnya. Berdasarkan jenis

penelitian ini maka penelitian dilakukan dengan maksud untuk mengkaji

kesantunan tindak direktif guru dalam pembelajaran di kelas pada SDN

Sangir.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data, mengolah

data, menganalisis data, dan menguji hasil penelitian secara objektif

atau apa adanya sesuai dengan hasil yang diperoleh di lapangan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Arikunto (1998) yang mengatakan bahwa

penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yangberusaha untuk

mengumpulkan informasi suatu gejala, keadaan apa adanya pada saat

penelitian dilakukan.

C. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini ada sejumlah istilah yang digunakan, antara

lain: tindak tutur, kesantunan, tindak direktif, wujud kesantunan tindak

direktif, dan fungsi kesantunan tindak direktif. Untuk menghindari

Page 55: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

36

kemungkinan terjadi perbedaan penafsiran dalam mengartikan istilah

tersebut, berikut ini akan diuraikan istilah tersebut.

1. Tindak tutur dalam penelitian ini adalah segala tindakan dalam

berbicara yang memiliki fungsi. Dengan kata lain, ketika seseorang

melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat sebagai

medianya berarti ia telah melakukan tindak tutur

2. Kesantunan dalam penelitian ini adalah kesantunan adalah properti

yang diasosiasikan dengan ujaran dan di dalam hal ini menurut

pendapat si pendengar, si penutur tidak melampaui hak-haknya atau

tidak mengingkari memenuhi kewajibannya.

3. Tindak direktif adalah tindak tutur yang dirancang untuk mendorong

mitra tutur melakukan sesuatu.

4. Wujud kesantunan tindak direktif adalah jenis bentuk verbal yang

mengekspresikan kesantunan berbahasa Indonesia yang digunakan

guru-siswa pada pembelajaran di kelas.

5. Fungsi kesantunan tindak direktif adalah kegunaan berbagai tuturan

oleh guru-siswa yang mengekspresikan kesantunan berdasarkan

pemahaman terhadap tujuan, maksud maupun makna tuturan.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas SDN Sangir terletak di Kota

Makassar Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo.

Page 56: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

37

E. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek yang menjadi masalah atau tempat

data itu diperoleh. Penelitian ini menyangkut bahasa lisan sehingga

yang menjadi sumber data adalah empat guru di kelas SDN Sangir

Kecamatan Wajo Kota Makassar, sedangkan data yang dijaring adalah

tuturan tindak direktif yang digunakan guru di kelas.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen kunci adalah

peneliti. Oleh karena itu, untuk pengumpulan dan analisis data peneliti

menggunakan handphone dengan ukuran yang relatif kecil dan dapat

disembunyikan di balik baju ataupun disimpan dalam tas. Handphone ini

digunakan merekam tuturan tanpa diketahui oleh penutur yang direkam

sehingga tuturan yang diperoleh sifatnya alamiah. Kedua, lembar

observasi (pengamatan). Ketiga, catatan Iapangan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini akan dikumpulkan dengan menggunakandua

teknik pengumpulan data, yakni observasi (pengamatan), dan

perekaman.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat guru berbicara

kepada siswa di kelas, pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan

data yang diliput dari alat komunikasi handphone, yaitu data yang

Page 57: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

38

berkaitan dengan konteks peristiwa tutur. Observasi yang dilakukan

bersifat nonpartisipatif. Artinya, peneliti hanya mengamati dan mencatat

peristiwa yang diperlukan pada lembaran observasi yang telah

disiapkan. Dengan teknik ini diharapkan diperoleh catatan lapangan

deskriptif dan catatan Iapangan reflektif tentang kesantunan tindak

direktif berbahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan

observasi selama pengumpulan data meliputi: (1) mengobservasi

peristiwa tutur yang sedang berlangsung konteks situasi tutur, serta

tindak tutur yang digunakan; dan (2) mengobservasi konteks-konteks

sosiokultural yang menyertai setiap peristiwa tutur yang bermodus

tindak direktif.

2. Perekaman

Perekaman dilakukan sewaktu guru-siswa berinteraksi dalam

pembelajaran di kelas. Teknik perekaman dilakukan untuk

mengumpulkan data tuturan guru-siswa saat berinteraksi dalam

pembelajaran di kelas. Teknik perekaman ini dapat dikatakan sebagai

teknik yang mendominasi seluruh kegiatan pengumpulan data.

Perekaman melalui handphone dapat dilakukan tersembunyi ataupun

terlihat sambil wawancara kepada subjek penelitian, perekaman manual

(alat tulis-menulis), dilakukan terhadap data yang diliput handphone.

Data tersebut berupa: (a) data yang muncul secara tiba-tiba; dan (b)

konteks penelitian sebagai catatan lapangan.

Page 58: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

39

H. Teknik Analisis Data

Agar pembahasan dapat berjalan dengan baik dan tidak simpang

siur, analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mentranskrip data rekaman ke dalam bentuk tulisan.

2. Mengklasifikasikan wujud dan fungsi kesantunan tindak direktif

berdasarkan penanda kesantunan yang digunakan.

3. Menganalisis data berdasarkan wujud dan fungsi berdasarkan

penanda kesantunan yang digunakan.

4. Data disajikan dalam bentuk deskriptif sebagaimana adanya.

Page 59: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Wujud Kesantunan Tindak Direktif Berbahasa Indonesia Guru

dalam Pembelajaran di Kelas

a. Penggunaan Tuturan dengan Modus Deklaratif

Berdasarkan hasil penelitian, wujud kesantunan tindak direktif

penutur yang diekspresikan melalui tuturan bermodus deklaratif dalam

pembelajaran di kelas meliputi memohon sebelum menyatakan

informasi, menyatakan suruhan, menyatakan permintaan, dan

menyatakan larangan.

1). Memohon Sebelum Menyatakan Informasi

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur mengekspresikan wujud

kesantunan tindak direktif melalui tindak memohon sebelum

menyatakan informasi dengan menggunakan tuturan bermodus

deklaratif, hal itu dituturkan oleh penutur ketika terlambat menyajikan

materi pelajaran karena ada laporan pertanggungjawaban keuangan

yang di ketik.

[A1.1] Penutur : Maaf anak-anakku, saya terlambat. (1) Kebetulan ada

yangdiketik tadi di kantor jadi ibu tinggal.(2)

Mitra tutur: (Diam, mendengarkan informasi yang disampaikan oleh

penutur)(3)

Page 60: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

41

Tuturan (A1.1) dituturkan oleh penutur sebelum menyajikan

materi, ketika itu penutur terlambat masuk di kelas. Dalam kutipan

(A1.1) melalui tuturan (1) terungkap aspek kesantunan penutur melalui

tuturan tidak langsung bermodus deklaratif sebagai wujud ekspresi

tindak memohon sebelum menyatakan informasi. Hal itu di tandai oleh

penggunaan “Maaf anak-anakku, saya terlambat” yang dapat ditafsirkan

bahwa dalam tuturan tersebut penutur selaku partisipan yang memiliki

status sosial tinggi, berusaha melembutkan daya ilokusi dengan

permohonan maaf kepada mitra tutur yang memiliki status sosial lebih

rendah, penutur juga dalam tuturan tersebut menunjukkan solidaritas

tinggi.

2). Menyatakan Suruhan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur mengeksresikan

wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak memohon sebagai wujud

menyatakan suruhan dengan menggunakan tuturan bermodus

deklaratif, hal itu dituturkan oleh penutur ketika menyuruh mitra tutur

supaya belajar di rumah sebagai persiapan ujian harian. Berikut kutipan

(A1.2) memperlihatkan hal yang dimaksud.

[A1.2] Penutur : Anak-anakku minggu depan ujian akhir maki itu, kalau

perlutinggalkan sudah mainnya. (1) minggu

depannyapi baruki ujian praktik. (2)

Tuturan (A1.2) dituturkan oleh penutur dalam kegiatan akhir

pembelajaran, ketika itu penutur mengingatkan mitra tutur

Page 61: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

42

mrmpersiapkan diri untuk menghadapi ulangan harian. Dalam kutipan

(A1.2) melalui tuturan (1) terungkap segala aspek kesantunan penutur

melalui tuturan tidak langsung bermodus deklaratif sebagai wujud

ekspresi tindak menyatakan suruhan kepada mitra tutur supaya belajar.

Penanda suruhan dalam tuturan tersebut dapat dilihat dari pemakaian

maki (kita akan) menandakan adanya penegasan isi pesan yang ingin

disampaikan penutur, kemudian diikuti oleh tuturan “kalau perlu

tinggalkan sudah mainnya”berfungsi sebagai penjelas isi pesan yang

disampaikan penutur sehingga dapat ditafsirkan bahwa penutur

menyuruh mitra tutur untuk belajar.

3). Menyatakan Permintaan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

menyatakan permintaan dengan menggunakan tuturan bermodus

deklaratif. Hal itu dapat dilihat melalui kutipan (A1.3) berikut.

[A1.3] Penutur : Sebentar lagi kita istirahat.(1)

Mitra tutur : Belumpi, bu.(2)

Tuturan (A1.3) dituturkan oleh penutur setelah melihat jam tangannya,

ketika itu mitra tutur sementara mengerjakan soal-soal latihan. Dalam

kutipan (A1.3) melalui tuturan (1) terungkap aspek kesantunan penutur

melalui tuturan tidak langsung bermodus deklaratif sebagai wujud

ekspresi tindak menyatakan permintaan didasarkan pada konteks,

situasi, dan waktu maka tuturan tersebut mengandung permintaan agar

Page 62: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

43

mitra tutur mengerjakan cepat soal latihan tersebut dan segera

mengumpulkannya sebab jam pelajaran akan segera berakhir. Dengan

penggunaan kita sebagai penanda identitas dan kesantunan, penutur

mengidentifikasikan diri satu kelompok dengan mitra tutur. Hal itu

mengidentifikasikan bahwa penutur berupaya melembutkan daya ilokusi

tuturannya sehingga terkesan wajar dan santun bagi mitra tutur.

4). Menyatakan Larangan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur mengekspresikan wujud

kesantunan tindak direktif melalui tindak meyatakan larangan dengan

menggunakan tuturan bermodus deklaratif. Hal itu dapat dilihat melalui

kutipan (A1.4) berikut.

[A1.4] Penutur : Benarmi itu nak. (1)

Mitra tutur : (melanjutkan tulisannya) (2)

Tuturan (A1.4) dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran bahasa Indonesia ketika itu mitra tutur ingin menghapus

jawabannya di papan tulis. Dalam kutipan (A1.4) mealui tuturan (1)

terungkap aspek kesantunan penutur mealui tuturan tidak langsung

bermodus deklaratif sebagai wujud ekspresi tindak menyatakan

larangan kepada mitra tutur. Berdasarkan konteks, tuturan (1)

dikategorikan sebagai wujud tindak larangan kepada mitra tutur agar

tidak menghapus contoh kalimat yang telah ditulis mitra tutur di papan

tulis, sesuai dengan catatan lapangan mitra tutur setelah mendengar

pernyataan penutur tidak jadi menghapus tulisan tersebut. Dalam hal itu

Page 63: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

44

juga penutur tampak melunakkan daya ilokusi dengan sapaan nak

sebagai serpihan diksi anak sebagai upaya menjalin keakraban

sehingga mitra tutur dapat melaksanakan apa yang diinginkan oleh

penutur dengan merasa dikasihi, disayangi, dan bersahabat.

b. Penggunaan Tuturan dengan Modus Imperatif

Berdasarkan hasil penelitian, wujud kesantunan tindak direktif

penutur yangdiekspresikan melali tuturan imperatif dalam pembelajaran

di kelas meliputi(1) wujud tindak ajakan, (2) wujud tindak permintaan, (3)

wujud tindak suruhan, (4) wujud tindak larangan, dan (5) wujud tindak

pengizinan.

1). Wujud Tindak Ajakan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur mengekspresikan

wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak ajakan dengan

menggunakan tuturan bermodus imperatif. Hal itu dapat dilihat melaui

kutipan (A2.1) berikut

[A2.1] Penutur : Sekarang mari kita melihat penulisannya ya!(1) kita lihat

contoh yang Ibu buat di atas!(2) Kalau awal kalimat

menggunakan huruf???(3)

Mitra tutur : Huruf besar, bu.(4)

Tuturan (A2.1) dituturkan oleh penutur ketika mengajak mitra

tutur mengecek contoh kalimat yang telah ditulis di papan tulis. Dalam

konteks tersebut, realisasi ajakan oleh penutur tampak pada

penggunaan pemarkah kesantunan mari kalimat imperatif ajakan

Page 64: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

45

biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo (yo), biar, coba,

mari, harap, hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2005 : 82) sebagai

wujud ekspresi penutur untuk menggiring mitra tutur melakukan sesuatu

yakni melihat dalam arti luas, yakni mengajak mitra tutur untuk

memperbaiki sebuah contoh penulisan yang telah dibuat penutur di

papan tulis. Untuk menghindari ancaman yang tidak menyenangkan,

penutur berupaya mengidentifikasikan diri satu kelompok dengan mitra

tutur melalui penggunaan kita sehingga terjadi pelembutan daya ilokusi

yang menjadikan tuturan tersebut terasa santun bagi mitra tutur.

2). Wujud Tindak Permintaan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

permintaan dengan menggunakan tuturan bermodus imperatif. Hal ini

dapat dilihat melalui kutipan [A2.2] berikut

[A2.2] Penutur : Sayami yang bicara dulu d’i (1) sekarang tolong

dengarki baik-baik soalnya!(2)

Mitra tutur : Iye, Bu!(3)

Tuturan [A2.2] dituturkan penutur – mitra tutur pada kegiatan

inti pembelajaran ketika penutur ingin membacakan soal latihan

sementara mitra tutur masih rebut. Berdasarkan pada konteks dan

situasi yang melingkupi percakapan tersebut wujud tindak permintaan

tampak pada tuturan (1)”sayami yang bicara dulu d’I” maksud tuturan

tersebut kurang lebih seperti ini “Biarkanlah saya berbicara terlebih

Page 65: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

46

dulu”. Tuturan tersebut mengindikasikan adanya interferensi varian tutur

bahasa Bugis yang menjadi pemarkah kesantunan terhadap pemakaian

bahasa Indonesia. Salah satu cara untuk menghubungkan variasi

bahasa dengan faktor-faktor dan kultur adalah melalui pemakaian

bahasa daerah sebagai pemarkah dalam penggunaan bahasa

Indonesia sebagai wujud pencerminan (Kartomiharjo, 1988) dalam

Sumarsono, (2003:348). Melalui tuturan tersebut tampak penggunaan

diksi informal berupa klitik penegasan sayami (biarkanlah) dan –d’i

(yang menyatakan keakraban dan penegas maksud permintaan dalam

tuturan) yang menempati posisi enklitik. Sebagai produk sosiokultural

masyarakat bugis –mi’ dan –d’i diimplikasikan dalam wujud perilaku

berbahasa santun terhadap mitra tuturnya. Artinya, -mi dan –d’i

dijadikan oleh penutur sebagai pelembut daya ilokusi tuturan agar

terdengar santun oleh mitra tutur.

3). Wujud Tindak Suruhan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

suruhan dengan menggunakan tuturan bermodus imperatif. Hal itu

dapat dilihat dalam kutipan [08] berikut.

[A2.3] Penutur : Sayami yang bicara dulu d’i (1) sekarang tolong

dengarki baik-baik soalnya!(2)

Mitra tutur : Iye, Bu!(3)

Page 66: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

47

Tuturan [A2.3] dituturkan oleh penutur – mitra tutur pada

kegiatan inti pembelajaran ketika penutur ingin membacakan soal

latihan sementara mitra tutur ribut. Berdasarkan pada konteks dan

situasi yang melingkupi percakapan tersebut,wujud tindak suruhan yang

diekspresikan oleh penutur tampak pada tuturan (1) melalui

penggunaan dengar sebagai verba yang bergandengan dengan klitik

sapaan ki sebagai wujud pernyataan penghormatan, melalui tuturan

tersebut juga tampak penggunaan pemarkah tolong yang disampaikan

oleh penutur sebelum menyuruh mitra tutur untuk melakukan tindak

mendengar. Dengan demikian, perpaduan antara pemarkah

penghormatan (ki) dengan pemarkah kesantunan tolong semakin

menjadikan daya ilokusi tuturan tersebut terlembutkan dan

menimbulkan kadar kesantunan yang tinggi sehingga efek yang

ditimbulkan membuat mitra tutur merasa senang melakukan apa yang

telah disuruhkan oleh penutur.

4). Wujud Tindak Larangan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

larangan dengan menggunakan tuturan bermodus imperatif. Hal itu

dapat dilihat dalam kutipan [A2.4] berikut.

[A2.4] Penutur : Sayami yang bicara dulu d’i (1) sekarang tolong

dengarki baik-baik soalnya!(2)

Mitra tutur : Iye, Bu!(3)

Page 67: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

48

Tuturan [A2.4] dituturkan oleh penutur – mitra tutur pada kegiatan inti

pembelajaran ketika penutur ingin membacakan soal latihan sementara

mitra tutur ribut. Berdasarkan pada konteks dan situasi yang melingkupi

percakapan tersebut, memperlihatkan bahwa mitra tutur pada waktu itu

sedang ribut dengan teman-temannya sedangkan penutur ingin

membacakan soal-soal, dengan penggunaan tuturan “sayami bicara

dulu d’i” penutur mengatasi masalahnya karena tuturan tersebut dapat

ditafsirkan sebagai wujud permintaan yang mengandung larangan

kepada mitra tutur supaya tidak ribut lagi.

5). Wujud Tindak Pengizinan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

pengizinan dengan menggunakan tuturan bermodus imperatif. Hal itu

dapat dilihat dalam kutipan [A2.5]berikut.

[A2.5] Mitra tutur : Bisa bertanya, Bu?(1)

Penutur : Boleh, Silahkan! (2)

Mitra tutur : Naik semuaki nanti, Bu?

Penutur : Saya sarankan supaya kelompok menentukan sendiri

siapa yang akan mempresentasikannya.

Tuturan [A2.5] dituturkan oleh penutur pada kegiatan inti

pembelajaran, ketika itu penutur mengharapkan mitra tutur agar

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan teman-temannya.

Wujud pengizinan yang diekspresikan oleh penutur dalam tuturan

Page 68: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

49

bermodus imperatif di atas tampak pada penggunaan “Boleh, silahkan!”

pada tuturan (2) hal itu mengidikasikan bahwa penutur sebelum

menyatakan pengizinan melalui penanda silahkan berusaha

melembutkan tuturannya dengan penggunaan boleh yang dapat

ditafsirkan sebagai respon mengiyakan atas permintaan mitra tutur dan

dapat diartikan sebagai wujud perilaku penutur yang tidak ingin

mengecewakan mitra tutur.

c. Penggunaan Tuturan dengan Modus Interogatif

Wujud interogatif diekspresikan oleh penutur kepada mitra tutur

dalam pembelajaran di kelas digunakan apabila penutur bermaksud

mengetahui jawaban terhadap sesuatu hal atau suatu keadaan, melalui

pertanyaan penutur menghendaki adanya respon dari mitra tutur berupa

jawaban ya/tidak, menghendaki informasi, atau menghendaki jawaban

berupa perbuatan. Tindak direktif yang mengemban fungsi pertanyaan

antara lain ditandai pemarkah pertanyaan berupa kata tanya (apa,

siapa, berapa, kapan, dan bagaimana).

Berdasarkan hasil penelitian, wujud kesantunan tindak direktif

penutur yang diekspresikan melalui tuturan bermodus interogatif dalam

pembelajaran di kelas meliputi (1) wujud pertanyaan menyatakan

suruhan, (2) wujud pertanyaan menyatakan ajakan, (3) wujud

pertanyaan menyatakan permintaan, (4) wujud pertanyaan menyatakan

larangan, dan (5) wujud tindak pengizinan

1). Wujud Pertanyaan Menyatakan Suruhan

Page 69: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

50

Sesuai dengan catatan lapangan, melalui mata pelajaran IPA

dalam konteks pembelajaran di kelas diperoleh data tuturan penutur

berwujud interogatif yang menyatakan suruhan dan mengandung wujud

kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia. Hal itu dapat dilihat

dalam kutipan [A3.1] berikut.

[A3.1] Penutur : Mau belajar tidak?(1)

Mitra tutur : Mau, Bu!(2)

Tuturan [A3.1] dituturkan oleh penutur diawal pembelajaran, ketika

proses absensi berlangsung sementara mitra tutur sedang ribut. Pada

kutipan [A3.1] melalui tuturan (1) terungkap aspek kesantunan melalui

tuturan bermodus interogatif menyatakan suruhan. Sebuah tindak tutur

disebut langsung apabila terdapat hubungan langsung antara struktur

tuturan dan fungsi komunikasinya. Sebaliknya, apabila tindak tutur

bertolak belakang apa yang diperformansikan dengan apa yang

dimaksudkan maka tindak tutur tersebut dikatakan sebagai tindak tutur

tak langsung. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur tidak langsung

apabila didasarkan pada konteks yang melatari tuturan tersebut.

Penutur melalui tuturan yang disampaikan bermaksud menyuruh mitra

tutur agar melakukan sesuatu berupa tindak diam. Artinya, tuturan

tersebut memperlihatkan bahwa apa yang disampaikan dengan apa

yang dimaksudkan tidak sesuai, sehingga menuntut mitra tutur untuk

mengenali maksud yang disampaikan lewat inferensi dengan

mempertimbangkan konteks yang melingkupinya. Sesuai catatan

Page 70: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

51

lapangan tampak mitra tutur melakukan dua tindak sebagai wujud

respon yakni, mitra tutur menjawab tuturan penutur sesuai dengan

modusnya dan mitra tutur melakukan tindak diam sebagai realisasi

inferensi terhadap tuturan penutur. Dengan demikian, penutur dalam

pertuturan tersebut berusaha melakukan tindak meminimalisasi

ancaman muka negatif mitra tutur.

2). Wujud Pertanyaan Menyatakan Ajakan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

pertanyaan menyatakan ajakan. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

[A3.2] berikut.

[A3.2] Penutur : Bagaimana kalau kita lanjut lagi d’i?(1)

Mitra tutur : Tunggu sebentar, Bu!(2)

Tuturan [A3.2] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran PKN ketika mengajak mitra tutur menyimak soal

berikutnya. Penanda kesantunan ajakan seperti ayo, mari, harap,

hendaknya, dan hendaklah yang dinyatakan Rahardi (2005:82) pada

kutipan [A3.2] tidak tampak sehingga inferensi yang dapat digunakan

untuk menafsirkan ajakan penutur yang diimplisitkan dalam tuturan

bermodus interogatif adalah mengaitkan dengan penggalan tuturan “kita

lanjut lagi d’i?” yang dapat diartikan bahwa penutur mengajak mitra tutur

untuk melakukan sesuatu yakni me;lanjutkan pembahasan soal-soal ke

nomor berikutnya. Aspek kesantunan penutur yang dapat diungkap

Page 71: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

52

adalah ketidaklangsungan tuturan, penanda kesantunan identitas satu

kelompok, pemakaian penegas d’i diakhir tuturan. Namun yang perlu

diuraikan melalui tuturan ini adalah pemakaian d’i karena pemarkah

kesantunan yang lainnya telah dijelaskan sebelumnya.

3). Wujud Pertanyaan Menyatakan Permintaan

Dalam konteks pebelajaran di kelas penutur mengekspresikan

wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak pertanyaan menyatakan

permintaan. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan [A3.3.1], [A3.3.2], dan

[A3.3.3] berikut.

[A3.3.1] Penutur : Bisakah kalian diam sejenak?(1)

Mitra tutur : (diam dan memperhatikan penutur)(2)

[A3.3.2] Penutur : Apakah sudah benar kita lihat?

Mitra tutur : Maaf, Bu!

[A3.3.3] Penutur : Bagaimana kalau sisanya kita kerja di rumah?

Mitra tutur : Baik Bu, Iye, Bu!

Tuturan [A3.3.1] dituturkan oleh penutur diawal pembelajaran

ketika itu penutur sedang mengabsen anak didiknya. [A3.3.2] dituturkan

oleh penutur dalam kegiatan inti pembelajaran, ketika itu penutur

meminta mitra tutur untuk memperbaiki jawaban yang ditulis di papan

tulis, dan tuturan [A3.3.3] dituturkan oleh penutur diakhir pembelajaran

ketika itu penutur dan mitra tuturbelum sempat membahas secara

keseluruhan soal IPA pada pertemuan itu karena waktu jam pelajaran

sudah tidak memadai. Tuturan permintaan yang disampaikan melalui

Page 72: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

53

wujud pertanyaan di atas, masing-masing terdapat pada kutipan

[A3.3.1], [A3.3.2], dan [A3.3.3]. Melalui tuturan (1) dalam kutipan

[A3.3.1] tampak penggunaan penanya tanda bisakah dan intonasi yang

agak naik diakhir tuturan ketika disampaikan oleh penutur. Berdasarkan

konteks dan tujuan tuturan, penutur melalui wujud tersebut

mengekspresikan maksud permintaan agar mitra tutur melakukan

sesuatu, yakni tindak diam dan mendengarkan namanya ketika

disebutkan oleh penutur. Tujuan tuturan penutur melalui wujud tersebut

adalah berusaha mengendalikan suasana kelas agar bias tertib.

Pada kutipan [A3.3.2] melalui tuturan (1) penutur tampak

mengekspresikan wujud pertanyaan menyatakan permintaan dengan

memakai penanda tanya ‘apakah’ dengan diiringi intonasi yang agak

naik diakhir tuturan ketika disampaikan kepada mitra tutur. Didasarkan

pada konteks dan catatan lapangan, tuturan penutur menyatakan

permintaan agar mitra tutur sebelum kembali ke tempat duduk supaya

mencermati dan memperbaiki contoh kalimat komparatif yang telah

ditulisnya di papan tulis karena menunjukkan adanya kesalahan yang

tidak dinyatakan secara langsung oleh penutur. Melalui pertanyaan

“Apakah sudah benar kita lihat?” pertanyaan tersebut mengindikasikan

bahwa penutur berupaya meminimalisasikan ancaman muka positif

mitra tutur dengan tidak langsung menyatakan “perbaiki pekerjaanmu

karena salah”dan penutur juga berusaha melembutkan daya ilokusi

tuturan tersebut dengan mengidentifikasikan diri satu kelompok dengan

Page 73: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

54

mitra tutur melalui pemakaian kita. Artinya, penutur berusaha

menunjukkan kesetiakawanan, berbagi rasa dan menghargai mitra

tutur. Kita sebagai persina pertama bersifat inklusif (termasuk orang

kedua: pembaca atau pendengar) lazim digunakan untuk

menyembunyikan diri, dengan menggunakan kita penutur memiliki

teman, berbagi rasa dengan dan menghargai mitra tutur.

Pada kutipan [A3.3.3] melalui tuturan (1) penutur tampak

mengekspreikan wujud pertanyaan menyatakan permintaan dengan

memakai penanda tanya ‘bagaimana’ diiringi intonasi yang agak naik

diakhir tuturan ketika disampaikan kepada mitra tutur. Tuturan yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur apabila didasarkan pada

konteks yang melatarinya, dapat ditafsirkan bahwa penutur

menghendaki mitra tutur agar soal yang belum sempat dibahas pada

pertemuan itu supaya dikerjakan di rumah. Melalui tuturan (2) mitra tutur

memahami maksud permintaan penutur dengan langsung merespons

melalui pernyataan yang variatif. Melalui respons mitra tutur

menyatakan penghormatan dan menunjukkan rasa senang dengan

segera mengemasi soal-soal yang telah dibagikan oleh penutur

sebelumnya. Dengan demikian, aspek penentu kesantunan dalam

tuturan penutur adalah ketidaklangsungan tuturan dan pemarkah

identitas kelompok bersifat inklusif yang digunakan penutur dalam

melembutkan daya ilokusi sehingga tuturan terasa wajar dan santun

bagi mitra tutur.

Page 74: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

55

4). Wujud Pertanyaan Menyatakan Larangan

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur

mengekspresikan wujud kesantunan tindak direktif melalui tindak

pertanyaan menyatakan larangan. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

[A3.4] berikut.

[A3.4] Penutur : Siapa yang berbuat seperti itu?(1)

Mitra tutur : Main-mainki, Bu!(2)

Penutur : Bagaimana kalau kita dikasi seperti itu?(3)

Mitra tutur : Tidak enak, Bu!(4)

Tuturan [A3.4] dituturkan oleh penutur setelah menerima

pengaduan salah satu mitra tutur yang merasa diganggu oleh

teman-temannya pada saat menulis. Penanda larangan pada tuturan di

atas tidak dinyatakan secara ekspilit oleh penulis, tetapi melihat pada

konteks dan hasil wawancara peneliti kepada penutur, maka tuturan (1)

berwujud pertanyaan dengan penanda siapa dan tuturan (3) berwujud

pertanyaan dengan penanda bagaimana dari kedua wujud pertanyaan

tersebut, inferensi yang dapat dikemukakan sebagai upaya

menginterpretasikan tuturan penutur antara lain. Pertama, melalui

tuturan tersebut penutur mengimplimplisitkan maksud larangan yang

menjadi tujuan tuturan tersebut. Kedua, penutur dengan menggunakan

pertanyaan untuk menyatakan maksud larangan mengindikasikan

bahwa ketidaklangsungan tuturan penutur menjadi pelembut daya

Page 75: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

56

ilokusi sehingga mitra tutur merasa bersalah dan langsung merespon

dengan berbasa-basi dalam tuturan (2) dengan tetap menunjukkan rasa

hormat melalui pemakaian sapaan Bu sebagai persona pertama.

Dengan demikian, tuturan penutur tersebut disimpulkan sebagai

ekspresi larangan yang menghendaki mitra tutur untuk tidak mengulangi

perbuatannya.

5). Wujud Pertanyaan Menyatakan Pengizinan

Wujud pengizinan dapat dituturkan melalui aneka modus

tuturan (Rahardi, 2005:146-147). Dalam konteks pembelajaran di kelas

penutur mengekspresikan wujud kesanatunan tindak direktif melalui

tindak pertanyaan menyatakan pengizinan. Hal itu dapat dilihat dalam

kutipan [A3.5] berikut.

[A3.5] Penutur : Apakah tidak sebaiknya kita dikelompok Edi Tahir

saja?(1)

Mitra tutur : Baik, Bu.(2)

Tuturan [A3.5] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran Bahasa Indonesia, ketika itu penutur mempersilahkan

salah satu mitra tutur untuk bergabung ke salah satu kelompok yang

telah dibentuk secara bersama-sama. Penanda kesantunan pengizinan

yang dinyatakan Rahardi (2005:81) seperti silakan, dipersilakan, dan

diperkenankan tidak tampak dalam tuturan tersebut. Artinya, penutur

tidak menyatakan secara eksplisit pengizinan yang ditujukan kepada

mitra tutur sehingga mitra tutur perlu mengaitkan konteks dengan

Page 76: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

57

tuturan yang disampaikan penutur sebagai acuan supaya dapat menarik

inferensi atas maksud pengizinan yang ditujukan kepada diri mitra tutur.

Sesuai dengan kenyataan di lapangan yang teramati siswa tersebut

bergabung dengan kelompok yang dimaksudkan oleh penutur dalam

tuturan. Hal itu mengindikasikan bahwa salah satu cara untuk

menginterpretasikan maksud pengizinan pada kutipan [A3.5] adalah

mengaitkan konteks dengan penggunaan verba dikelompok yang dapat

diartikan bahwa penutur menunjukkan agar mitra tutur berada di dalam

kelompok yang dimaksud sebagai acuan untuk menarik inferensi. Aspek

kesantunan yang diekspresikan penutur antara lain. Pertama,

ketidaklangsungan tuturan, kedua, penggunaan pemarkah kesantunan

identitas satu kelompok.

2. Fungsi Kesantunan Tindak Direktif Berbahasa Indonesia Guru

Dalam Pembelajaran Di Kelas

Penggunaan fungsi kesantunan tindak direktif berbahasa

Indonesia oleh penutur dalam pembelajaran di kelas meliputi:

(1) Fungsi kesantunan dalam perintah yang mencakup :

a. Fungsi kesantunan dalam suruhan dan

b. Fungsi kesantunan dalam larangan

(2) Fungsi kesantunan dalam ajakan

(3) Fungsi kesantunan dalam permintaan yang mencakup :

a. Fungsi kesantunan dalam meminta pengakuan

b. Fungsi kesantunan dalam meminta keterangan

Page 77: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

58

c. Fungsi kesantunan dalam meminta alasan

d. Fungsi kesantunan dalam meminta pendapat

e. Fungsi kesantunan dalam meminta kesungguhan,dan

f. Fungsi kesantunan dalam meminta berpikir

(4) Fungsi kesantunan dalam mengizinkan, dan

(5) Fungsi kesantunan dalam menasihati

a. Penggunaan Fungsi Kesantunan dalam Perintah

Dalam konteks pembelajaran di kelas, fungsi kesantunan dalam

perintah merupakan bagian dari fungsi kesantunan direktif yang

senantiasa menghendaki mitra tutur untuk melakukan sesuatussuai

dengan apa yang diperintahkan oleh penutur. Berdasarkan modusnya

perintah diidentikkan dengan tuturan imperative, tetapi kenyataan

memperlihatkan bahwa berkomunikasi dengan bahasa oleh penutur dan

mitra tutur dalam pembelajaran di kelas kadangkala modus suatu

tuturan dipertukarkan untuk menyatakan suatu maksud tertentu.

Sehingga tidak cukup bahasa yang disampaikan dijadikan sebagai

satu-satunya acuan tanpa mempertimbangkan konteks dalam

menginterpretasikan apa yang diinginkan oleh penutur kepada mitra

tuturnya. Chaer, (2010:90-92) menyatakan bahwa fungsi memerintah

secara garis besar dibagi dua, yaitu berfungsi suruhan dan berfungsi

larangan.

Page 78: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

59

1) Fungsi Kesantunan dalam Suruhan

Dalam konteks pembelajaran penggunaan fungsi kesantunan

dalam suruhan oleh penuturdapat dilihat diawal, inti, dan akhir

pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dalam contoh berikut.

[B1.1.1] Penutur : Coba disiapkan!(1)

Mitra tutur : Baik, Bu.(2)

Tuturan [B1.1.1] dituturkan oleh penutur diawal pembelajaran

kepada ketua kelas. Kalimat bermodus perintah tampak pada tuturan (1)

dalam kutipan [B1.1.1] melalui penggunaan disiapkan tuturan tersebut

berkategori langsung dengan fungsi perintah yang disampaikan oleh

penutur kepada mitra tutur dengan harapan agar mitra tutur

melaksanakan isi tuturan itu. Aspek kesantunan yang dapat diungkap

dalam tuturan tersebut adalah penggunaan pemarkah kesantunan coba

oleh penutur dan budaya kelas yang melatari penggunaan tuturan

tersebut menjadi pelembut daya ilokusi tuturan itu agar dapat terdengar

santun bagi mitra tutur.

Penggunaan fungsi kesantunan tindak direktif dapat pula dilihat

dalam contoh berikut yang disampaikan dalam kegiatan inti

pembelajaran. Tuturan tersebut disampaikan oleh seorang ibu penutur

kepada salah seorang mitra tutur agar berkenaan untuk mengambil

buku yang dimaksudkan dalam tuturan ini.

[B1.1.2] Penutur : Ambilkan dulu buku saya di rumah Nak!(1)

Page 79: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

60

Mitra tutur : Iye,Bu! Disebelah mania, Bu?

Tuturan [B1.1.2] dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur

ketika ingin memulai pelajaran, ketika buku referensi penutur terlupakan

di rumah. Perintah dalam tuturan di atas tampak pada tuturan (1) dalam

kutipan [B1.1.2] melaui penanda ambilkan tuturan tersebut tergolong

tuturan yang tidak menganut pola SPO yang mengandung perintah

kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan

penutur. Melalui tuturan tersebut penutur mengekspresikan persesuaian

diri dengan penggunaan saya dan penggunaan solidaritas tinggi dengan

penggunaan sapaan nak sebagai serpihan dari kata anak. Sapaan anak

dalam kultur masyarakat Bugis mencerminkan keakraban, solidaritas

tinggi, dan penunjukkan kasih sayang karena sapaan itu lazim

digunakan dalam lingkungan keluarga untuk menyapa salah satu

anggota rumah tangga.

Selain itu fungsi kesantunan perintah sebagai bagian dari

fungsi kesantunan direktif juga digunakan oleh penutur diakhir

pembelajaran kala memerintah mitra tutur untuk menulis namanya

dilembaran kerjanya dan mengumpulkan buku paket yang telah

dibagikan diawal pembelajaran.

[B1.1.3] Penutur : Sekarang, boleh dikumpul yang sudah!(1)

Mitra tutur : Sebentarpi, Bu.(2)

Mitra tutur : Kasi begini saja kita, pendekji kita, Bu!(3)

Page 80: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

61

Penutur : Iye, tuliski namata ya!(4) jangan sampai kita lupa

lagi.(5)

Tuturan [B1.1.3] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan akhir

pembelajaran agama islam. Pada kutipan [B1.1.3] melalui tuturan (4)

tampak penutur menggunakan penanda perintah tuliski yang diikuti

enklitik ki sebagai modalitas honorofik. Fungsi perintah dalam tuturan

tersebut menghendaki agar mitra tutur menulis namanya. Aspek

kesantunan yang diekspresikan oleh penutur dalam tuturan itu adalah

penggunaan respon iye sebagai wujud mengiyakan atas pertanyaan

mitra tutur dan enklitik ki berfungsi penghormatan, enklitik ta (berfungsi

insklusif) pada isi perintah namata berfungsi untuk menunjukkan

keakraban dan persekawanan kepada mitra tutur.

Dalam konteks pembelajaran di kelas pada kegiatan awal,

penutur menunjukkan penggunaan kesantunan suruhan melalui tuturan

tidak langsung bermodus interogatif untuk menyuruh mitra tutur

melakukan sesuatu. Hal itu dapat dilihat dalam contoh berikut.

[B1.1.4] Penutur : Mana ketua kelas?

Mitra tutur : (ketua kelas) langsung member aba-aba kepada

rekannya(duduk siap!)

Tuturan [B1.1.4] dituturkan oleh penutur ketika baru masuk

dalam kelas, sesuai dengan budaya di SD Negeri Sangir, sebelum

pembelajaran dimulai ketua kelas senantiasa menyiapkan

teman-temannya, member salam dan berdoa berdasarkan konteks

Page 81: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

62

situasional peristiwa tuturnya serta konteks sosiokultural masyarakat

tuturnya. Tuturan (1) penutur dalam kutipan [B1.1.4] memperlihatkan

tuturan tak langsung dengan menggunakan tuturan bermodus

interogatif untuk menyuruh mitratutur. Tuturan (2) mitra tutur tampak

mempraanggapkan dengan memahami maksud tuturan penutur

tersebut dengan langsung mempersiapkan teman-temannya, mengajak

teman-temannya untuk memberi salam kepada penutur, dan kemudian

mengajak berdoa sebelum pelajaran dimulai.

Deskripsi di atas memperlihatkan fungsi kesantunan dalam

suruhan oleh penutur dengan menggunakan tuturan bermodus

interogatif untuk menyuruh mitra tutur.

Pada kegiatan inti dalam pembelajaran di kelas tampak juga

penutur menggunakan suruhan dengan menggunakan kesantunan

linguistik dengan penggunaan panjang pendeknya tuturan fungsi

suruhan bermuatan solusi dengan modus deklaratif. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat melalui contoh berikut.

[B1.1.5] Penutur : Kalau tidak bias baca, tulis bahasa Indonesiami dulu,

kemudian takasi cocok dengan tulisan arabnya (1)

Mitra tutur : Ndak apa-apa, Pak?(2)

Tuturan [B1.1.5] dituturkan penutur pada kegiatan inti

pembelajaran, ketika memberikan solusi kepada salah seorang mitra

tutur yang belum bisa membaca ayat dalam Al-Qur’an yang menjadi

materi dalam pembelajaran tersebut. Dalam kutipan [B1.1.5] melalui

Page 82: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

63

tuturan (1) penanda suruhan tampak pada kata tulis dan takasi cocok

(kita sesuaikan) sebagai wujud sokongan yang member indikasi bahwa

penutur adalah suku Bugis. Aspek kesantunan yang terdapat dalam

tuturan tersebut antara lain. Pertama, tampak pada penggunaan variasi

tutur berupa klitik atau morfem terikat –mi yang menempati posisi

enklitik sebagai penegas isi pesan yang dimaksud dalam tuturan itu

“bahasa Indonesiami”. Kedua, tampak pada pilihan diksi informal takasi

cocok yang diartikan masyarakat penggunaanya dengan “kita

sesuaikan” dan morfem (-ta) dalam tuturan tersebut dapat diartikan

kamu dan kita apabila merujuk pada fungsi –ta ketika menempati posisi

sebagai enklitik dipadankan dengan –mu dalam bahasa Indonesia.

Tetapi masyarakat Bugis acapkali menghindari pemakaian –mu tersebut

karena adanya ta yang dianggap lebih santun. Sedangkan (kasi) bagi

masyarakat tuturannya diartikan sebagai beri sehingga perpaduan antar

keduanya menjadikannya berubah makna kita beri tetapi dalam bahasa

Indonesia menjadi “kita sesuaikan” sesuai dengan maksud penutur

dalam tuturan itu. Ketiga, tampak penutur mengekspresikan tuturan

yang terkesan tidak memaksa melalui penanda kalau yang dapat

dikatakan ciri seorang pendidik yang tanggap terhadap persoalan yang

dihadapi anak didiknya. “Ibarat pepatah tak ada rotan akarpun jadi”

itulah yang dilakukan oleh penutur dalam menangani anak didiknya

tersebut.

Page 83: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

64

Dalam kegiatan akhir pembelajaran penggunaan tuturan fungsi

suruhan juga digunakan penutur untuk memotivasi mitra tutur dengan

pemarkah berupa morfem –ki, dan –d’i. Tuturan yang dimaksud dapat

dilihat melalui contoh berikut ini.

[B1.1.6] Penutur : Latih-latihanki menulis di rumah d’i(1)

Mitra tutur : Iye, Bu! Baik,Bu!(2)

Tuturan [B1.1.6] dituturkan penutur pada kegiatan akhir

pembelajaran, ketika memotivasi salah satu mitra tutur. Suruhan pada

kutipan [B1.1.6] tampak pada tuturan (1) melalui penanda perulangan

kata dasar latih yang mendapat afiksasi –an mengisyaratkan

terbentuknya verba suruhan. Aspek kesantunan yang dapat diungkap

dari penggunaan honorofik –ki dan penegas isi pesan d’i yang berfungsi

sebagai pembentuk penghormatan dan keakraban atau persesuaian

yang ditunjukkan oleh penutur kepada mitra tuturnya.

Selanjutnya, melalui tuturan fungsi suruhan dengan

menggunakan pemarkah kesantunan tolong diekspresikan oleh penutur

pada kegiatan akhir pembelajaran. Hal itu dapat dilihat melalui contoh

berikut.

[B1.1.7] Penutur : Yang sudah tolong dikumpul bukunya (1) kalau ada

yang belum selesai pinjam saja maki sama

temanta.(2) tolong tanya temanta siapa yang belum

kumpul.(3)

Mitra tutur : Iye,Bu!(4)

Page 84: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

65

Tuturan [B1.1.7] dituturkan penutur pada kegiatan akhir

pembelajaran, ketika salah satu diantara mitra tutur telah

mengumpulkan buku paket agama yang telah dibagikan penutur diawali

pembelajaran. Dalam kutipan [B1.1.7] melalui tuturan (1) dan (2)

penutur menyatakan suruhan dengan menggunakan pemarkah

kesantunan tolong ketika menghendaki atau menyuruh mitra tutur untuk

mrngumpul dengan nada tidak memaksa dan dilanjutkan dengan

suruhan kepada salah seorang mitra tutur yang telah mengumpulkan

buku paket untuk menanyai teman-temannya agar mengumpulkan buku

paket yang telah dipinjamkan oleh penutur diawal pertemuan.

Sedangkan diksi temanta dalam tuturan tersebut digunakan untuk

mengidentifikasikan diri dengan menunjukkan persekawanan oleh

penutur kepada mitra tutur. Artinya bahwa penutur memperlihatkan

kepada mitra tutur bahwa teman mitra tutur adalah temannya juga,

dengan menghindari pemakaian temanmu yang bersifat ekslusif.

Dengan demikian, penggunaan diksi tolong dan pengidentifikasian diri

dengan persekawanan penutur dalam menyuruh mitra tutur untuk

melakukan suatu tindakan mengindikasikan bahwa penutur berperilaku

santun dalam berbahasa (Rahardi, 2005: Pranowo,2009)

2) Fungsi Kesantunan dalam Larangan

Fungsi kesantunan dalam larangan adalah bagian dari fungsi

perintah yang tergolong dalam fungsi kesantunan direktif dan digunakan

oleh penutur dalam kegiatan pembelajaran dan disampaikan pada

Page 85: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

66

kegiatan awal, inti dan akhir. Data tuturan tentang itu dapat dilihat dalam

contoh berikut, yang disampaikan pada kegiatan awal pembelajaran.

[B1.2.1] Penutur : Mau belajar tidak?(1)

Mitra tutur : Mau, Bu!(2)

Tuturan [B1.2.1] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan awal

pembelajaran, ketika itu proses absensi sedang berlangsung. Fungsi

kesantunan dalam larangan oleh penutur disampaikan pada tuturan (1)

dalam kutipan [B1.2.1] melalui modus interogatif larangan tidak

dinyatakan secara eksplisit oleh penutur sehingga menjadikan tuturan

tersebut bermakna tidak literal dan tidak langsung.

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur memperlihatkan

penggunaan fungsi kesantunan dalam larangan dan disampaikan pada

kegiatan inti pembelajaran dengan tujuan melarang mitra tutur agar

tidak gaduh. Hal itu dapat dilihat melalui contoh berikut.

[B1.2.2] Penutur : Enak itu kalau tidak ributki.

Mitra tutur : (diam)

Tuturan [B1.2.2] dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur ketika

sedang menjelaskan materi pelajaran ketika itu mitra tutur pada ribut.

Secara eksplisit penanda larangan pada tuturan tersebut tidak tampak

karena penutur telah mengimplisitkannya, hal itu mengisyaratkan bahwa

tuturan tersebut bermakna literal. Akan tetapi, apabila dihubungkan

dengan konteks yang melingkupi tuturan tersebut maka dapat ditarik

sebuah inferensi bahwa “enak itu kalau tidak ributki” bermaksud

Page 86: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

67

menyatakan “jangan ribut” sehingga pembentukan larangan dapat

diinterpretasikan apabila mengaitkannya dengan konteks tuturan itu.

Fungsi larangan juga dapat dilihat pada kegiatan akhir

pembelajaran ketika itu penutur menyuruh mitra tutur supaya berlatih

menulis di rumah.

[B1.2.3] Penutur : Janganki cuma main d’i(1)

Mitra tutur : Iyek, Bu!(2)

Tuturan [B1.2.3] dituturkan penutur pada kegiatan akhir

pembelajaran ketika menyuruh mitra tutur supaya latihan menulis di

rumah. Larangan dalam tuturan di atas dieksplisitkan oleh penutur

dalam tuturan (1) dengan dimarkahi variasi tutur ki sebagai

penghormatan pada kata janganki dan penegas isi pesan d’i agar mitra

tutur mengurangi aktivitas mainnya. Hal itu dituturkan oleh penutur

karena telah mempraanggapkan bahwa anak yang dimaksud dalam

tuturan belum mahir menulis karena banyak bermain sehingga larangan

pada tuturan tersebut berpotensi mengancam muka mitra tutur. Dengan

penggunaan penghormatan dan keakraban, persekawanan dalam

tuturan larangan tersebut menjadi pelembut daya ilokusi dengan

menghindari ancaman muka dengan menambah pujian pada diri mitra

tutur.

b. Fungsi Kesantunan dalam Ajakan

Salah satu fungsi tindak direktif yang berpotensi digunakan oleh

penutur dalam pembelajaran di kelas adalah fungsi ajakan. Fungsi

Page 87: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

68

tindak ajakan pada dasarnya sama dengan fungsi-fungsi yang lainnya

yakni menghendaki mitra tutur untuk melakukan sesuatu tindakan

sesuai dengan apa yang diinginkan penutur. Dalam pembelajaran di

kelas fungsi ajakan ini digunakan penutur melalui kegiatan awal.inti dan

akhir pembelajaran. Hal itu dapat dilihat melalui data yang tertera dalam

contoh berikut.

[B2.1] Penutur : Ayolah kita lihat bersama-sama jawaban nomor 1 di

atas!(1)

Mitra tutur : (Serentak mengalihkan perhatiannya di papan tulis)(2)

Tuturan [B2.1] dituturkan oleh penutur pada kegiatan awal

pembelajaran. Pada kutipan [B2.1] melalui tuturan (1) penutur

menggunakan tuturan berkonstruk imperative bernada ajakan yang

ditujukan kepada mitra tutur agar melihat soal nomor 1 yang dimaksud

oleh penutur. Penanda ajakan yang digunakan oleh penuturdan

berkategori santun pada tuturan tersebut adalah ayolah sebagai wujud

ajakan halus yang mendapat penanda identitas satu kelompok kita

mengisyaratkan bahwa penutur dalam konteks tersebut tidak hanya

membebankan jawaban soal seperti yang dimaksud dalam pertuturan

itu. Dengan demikian, ayolah dan kita menjadi pelembut daya ilokusi

tuturan tersebut sehingga terasa wajar dan santun bagi mitra tutur.

Dalam konteks pembelajaran di kelas penutur juga menunjukkan

penggunaan tuturan yang mengimplikasikan ajakan melalui kegiatan inti

pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dalam contoh berikut.

Page 88: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

69

[B2.2] Penutur : Marilah kita pindah ke soal berikutnya !(1)

Mitra tutur : Nomot berapa, Bu?(2)

Penutur : Kalau dibilang berikutnya, ya nomor empat lagi (3)

coba dengarkan baik-baik soalnya.(4)

Tuturan [B2.2] dituturkan penutur pada kegiatan inti pembelajaran

PKN, ketika itu penutur memberikan soal-soal latihan kepada anak

didiknya. Ajakan di atas tampak pada penggunaan diksi marilah dalam

tuturan (1) sebagai pemarkah yang berkategori santun dan halus oleh

partikel –lah. Partikel –lah oleh Rahardi (2005) dipandang sebagai

penegas yang dapat menjadikan kata yang diikutinya menjadi lembut

atau halus. Dengan penggunaan “marilah kita” oleh penutur dalam

tuturan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa penutur berusaha

mensejajarkan diri dengan memperkecil ancaman muka mitra tutur.

Dalam situasi yang berbeda penutur juga mengekspresikan fungsi

direktif melalui tuturan bermodus imperative yang mengandung ajakan

kepada mitra tutur di akhir pembelajaran. Hal itu dapat dilihat melalui

contoh berikut.

[B2.3] Penutur : Sebelum kita istirahat cobalah kita selesaikan soal ini

secara bersama-sama(1)

Mitra tutur : Na masih banyak, Bu!(2)

Tuturan [B2.3] dituturkan oleh penutur menjelang waktu istirahat.

Dalam kutipan [B2.3] melalui tuturan (1) tampak penutur menggunakan

tuturan bermodus imperatif untuk mengajak mitra tutur melakukan

Page 89: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

70

sesuatu berupa tindak mengerjakan soal sampai selesai, situasi yang

melikngkupi peertuturan tersebut berkategori formal dengan durasi

waktu suadah diambang istirahat. Penanda ajakan pada tuturan

tersebut adalah penggunaan”cobalah kita selesaiakan soal ini secara

bersama-sama” dengan mengidentifikasikan diri satu kelompok dengan

mitra tutur melalui pilihan diksi kita, penutur memiliki alasan untuk

membuat perintah melalui cobalah kepada mitra tutur, dengan adanya

penanda kesantunan cobalah tersebut menjadi pelembut daya ilokusi

sehingga perintah bernada ajakan seakan-akan berubah menjadi

permintaan yang halus yang mengandung ajakan.

c. Fungsi Kesantunan Permintaan

Permintaan merupakan fungsi direktif yang digunakan penutur untuk

meminta mitra tutur melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh penutur. Dalam menyatakan suatu permintaan penutur

dan mitra tutur berpotensi menggunakan tuturan bermodus deklaratif,

imperative dan interogatif sebagai media ekspresinya. Dalam konteks

pembelajaran di kelas ditemukan sejumlah variasi fungsi permintaan

meliputi (1) kesantunan dalam meminta pengakuan, (2) kesantunan

dalam memintaketerangan, (3) kesantunan dalam meminta alasan, (4)

kesantunan dalam meminta pendapat, (5) kesantunan dalam meminta

kesungguhan, dan (6) kesantunan dalam meminta berpikir untuk

memilih.

1) Kesantunan dalam Meminta Pengakuan

Page 90: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

71

Fungsi meminta adalah bagian dari fungsi tindak direktif yang

menghendaki atau menginginkan mitra tutur untuk berbuat sesuai

kehendak penutur. Fungsi kesantunan dalam meminta pengakuan

berpotensi dituturkan oleh penutur diawal, inti dan akhir pembelajaran.

Fungsi meminta pengakuan oleh penutur dalam kegiatan awal

pembelajaran disampaikan ketika mendapat laporan dari mitra tutur

yang lain bahwa mitra tutur yang bernama Rheka tidak mengikuti apel

pagi. Hal itu dapat dilihat melalui contoh yang tersaji berikut.

[B3.1.1] Penutur : Apakah benar kita tidak ikut upacara Rheka ?(1)

Mitra tutur : Iye, Bu! Terlambatka.(2)

Tuturan [B3.1.1] dituturkan penutur pada kegiatan awal

pembelajaran, ketika absensi sedang berlangsung di kelas. Dengan

menggunakan tuturan bermodus interogatif penutur meminta

pengakuan salah seorang mitra tutur, permintaan tersebut terlihat pada

tuturan (1) dalam kutipan [B3.1.1] melalui tuturan bermodus interogatif

dengan penanda tanya apakah digunakan untuk meminta pengakuan

salah seorang mitra tutur yang dimaksud dalam tuturan tersebut atas

kebenaran informasi yang mengklaim dirinya tidak ikut dalam suatu

kegiatan. Dengan penanda identitas suatu kelompok kita dan

penyampaian tuturan dengan intonasi datar, penutur memperlembut

daya ilokusi tuturannya dengan harapan bahwa mitra tutur yang

bersangkutan bersedia memberikan pengakuannya. Dengan demikian,

tuturan penutur mengisyaratkan bahwa senantiasa mengedepankan

Page 91: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

72

kebijaksanaan dengan mengurangi kerugian dengan menambahi pujian

kepada mitra tuturnya.

Fungsi kesantunan dalam permintaan juga digunakan oleh

penutur dalam kegiatan inti pembelajaran ketika meminta pengakuan

mitra tutur dengan menggunakan penanda tanya siapa. Hal itu dapat

kita dilihat melalui sajian data dalam contoh berikut.

[B3.1.2] Penutur : Siapa yang belum bisa membaca doa penutup dzikir

ini?(1) Tolong angkat tangannya !(2)

Mitra tutur : (serentak mengangkat tangannya) (3)

Tuturan [B3.1.2] dituturkan penutur pada kegiatan inti pembelajaran

agama islam. Dalam kutipan [B3.1.2] fungsi meminta pengakuan oleh

penutur tampak dengan jelas pada tuturan (1) dan (2). Aspek

kesantunan yang diekspresikan penutur dalam tuturan itu yakni

penyampaian tuturan yang berintonasi tidak memaksa dan penggunaan

pemarkah tolong sebagai wujud perilaku penutur yang bijaksana dan

murah hati dengan menambahi kerugian diri sendiri dan menambahi

keuntungan pada diri mitra tutur. Dikatakan demikian karenan dilihat dari

status sosial penutur dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang

memiliki kekuaasaan dominan dapat saja mengatakan “angkat tangan

yang tidak tahu membaca doa dzikir ini”. Selain dapat disampaikan

diawal dan inti, penutur juga menggunakan tuturan permintaan

pengakuan dalam kegiatan akhir pembelajaran. Data tuturan tentang itu

disajikan dalam contoh berikut.

Page 92: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

73

[B3.1.3] Penutur : Sekarang tolong jujur pada diri sendiri, yang

menjawab benar semua.(1)

Mitra tutur : (sebagian mengangkat tangan) (2)

Tuturan [B3.1.3] dituturkan oleh penutur pada kegiatan akhir

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Permintaan pengakuan dalam

kutipan [B3.1.3] tampak pada tuturan (1) melalui penanda tolong dalam

tuturan bermodus deklaratif. Dalam konteks tersebut penutur

mengekspresikan kesantunan tindak direktif dengan meminta

pengakuan mitra tutur untuk menunjukkan kejujuran sesuai atau

sebagaimana yang diinginkan oleh tujuan tuturan. Penggunaan

pemarkah tolong dan tuturan bermodus deklaratif menunjukkan bahwa

penutur telah berperilaku santun kepada mitra tuturnya. Hal itu sesuai

dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa penggunaan modus

deklaratif yang mengandung suruhan atau permintaan di dalam

percakapan lebih santun daripada penggunaan modus imperatif

(Holmes,2001)

2) Fungsi Kesantunan dalam Meminta Keterangan

Fungsi kesantunan dalam meminta keterangan sebagai bagian

fungsi permintaan dalam tuturan direktif diekspresikan oleh penutur

dalam pembelajaran di kelas. Hal itu dapat dilihat melalui kegiatan awal

pembelajaran seperti yang tertera pada contoh berikut.

Page 93: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

74

[B3.2.1] Penutur : Coba dengarkan dulu namata, Alvin, Citta

Pradaksena, Salsa, Keisha,Adelia Eka Nanda,

Aliya, Indria (1)

Mitra tutur : (mitra tutur yang bersangkutan tidak ada dalam

ruangan) (2)

Penutur : Tolong siapa diantara kalian yang mengetahui

mengapa Maharani tidak masuk sekolah? (3)

Mitra tutur : Sakit i, Bu. (4)

Penutur : Kenapa tidak masuk sekolah? (5)

Mitra tutur : Demam i, Bu. (6)

Tuturan [B3.2.1] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan awal

pembelajaran, ketika mengabsen anak didiknya. Fungsi meminta

keterangan terlihat pada tuturan (3) dalam kutipan [B3.2.1] oleh penutur

yang menghendaki mitra tutur memberikan keterangan tentang

penyebab ketidakhadiran salah seorang anak didiknya yang bernama

Maharani, penyampaian permintaan itu menggunakan tuturan

bermodus interogatif dengan memakai penanda tanya siapa yang

sebelumya didahului oleh pemarkah kesantunan tolong dimaksudkan

penutur untuk melembutkan daya ilokusi tuturan tersebut sehingga

terdengar wajar dan santun bagi mitra tutur.

Penggunaan fungsi permintaan juga diekspresikan oleh

penutur dalam kegiatan inti pembelajaran agama islam sebagai upaya

memacu mitra tutur agar belajar membaca dengan baik dan benar ayat

Page 94: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

75

yang dimaksud dalam pertuturan tersebut. Hal itu dapat dilihat melalui

contoh berikut.

[B3.2.2] Penutur : kalau boleh saya tahu usahata untuk bisa membaca

ayat ini dengan baik dan benar.(1)

Mitra tutur : kalau saya Bu, minta tolongka sama temanku yang

sudah lancar untuk bacai baru kutulis bahasa

Indonesia.(2)

Tuturan [B3.2.2] dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur

yang belum bisa membaca dengan baik dan benar pada kegiatan inti

pembelajaran. Fungsi meminta keterangan oleh penutur dalam kegiatan

inti pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui usaha-usaha apa

yang akan dilakukan oleh mitra tutur agar dapat membaca dengan baik

dan benar, penanda permintaan dalam tuturan tersebut dilihat dari

“kalau boleh saya tahu” yang tertera dalam tuturan (1). Aspek

kesantunan yang diungkap melalui penggunaan fungsi meminta

keterangan adalah tuturan penutur yang terkesan tidak memaksa dan

kerendahan hati yang ditunjukkan kepada mitra tuturnya sehingga

ditafsirkan bahwa penutur menghindari pemaksaan kehendak kepada

mitra tutur walaupun hal itu dapat dilakukan melalui tuturan

seperti,”kamu harus tahu membaca ayat ini dengan baik dan benar”.

Dalam konteks pembelajaran di kelas fungsi kesantunan

dalam meminta keterangan juga diekspresikan oleh penutur pada

kegiatan akhir pembelajaran ketika meminta keterangan ketua kelas

Page 95: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

76

tentang nama-nama teman yang bolos hari itu sehingga tidak

melaksanakan salat berjamaah di Masjid yang telah diwajibkan bagi

semua mitra tutur.

[B3.2.3] Penutur : Tolong beritahukan ibu d’i siapa-siapa temanta yang

tidakmelaksanakan salat berjamaah di Masjid?(1)

Mitra tutur : ini! Kutulis sajami, Bu.(2)

Tuturan [B3.2.3] dituturkan oleh penutur kepada ketua kelas

diakhir pembelajaran agama islam. Meminta keterangan sebagai bagian

dari fungsi permintaan tersurat melalui tuturan (1) yang menggunakan

tuturan bermodus interogatif dengan nada datar meminta kepada ketua

kelas memberikan keterangan siapa-siapa temannya yang pulang tanpa

melaksanakan salat berjamaah yang telah diwajibkan di sekolah itu.

Aspek kesantunan ynag dapat diungkap melalui tuturan tersebut antara

lain. Pertama, penggunaan pemarkah kesantunan tolong oleh penutur

memperhalus maksud tuturannya agar terasa santun bagi mitra

tuturnya. Kedua, penggunaan klitik penegas d’i oleh penutur disamping

menegaskan isi pesan yang disampaikan juga mengindikasikan

keakraban daripenutur kepada mitra tutur.

3) Fungsi Kesantunan dalam Meminta Alasan

Tuturan direktif fungsi meminta alasan mitra tutur berpotensi untuk

diekspresikan oleh penutur dalam pembelajaran di kelas. Hal itu dapat

dilihat melalui kegiatan awal pembelajaran seperti yang tertera pada

contoh berikut.

Page 96: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

77

[B3.3.1] Penutur : Mengapa sampai bisa terlambat, Rheka?(1)

Mitra tutur : Anuh Bu, saya tidak bermalam di rumah, Bu!(2)

Penutur : Lalu bermalam dimanaki iya?(3)

Mitra tutur : Saya bermalam di rumah tante, Bu!(4)

Tuturan [B3.3.1] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran, ketika meminta alasan mitra tutur yang tidak sempat

mengikuti upacara. Fungsi kesantunan meminta alasan melalui tuturan

(1) dan (2). Penutur mengekspresikan diri melalui tuturan bermodus

bermodus interogatif untuk meminta mitra tuturnya melakukan sesuatu

berupa tindak memberikan alasan atas ketidakikutsertaannya dalam

apel pagi. Aspek kesantunan yang dapat diungkap melalui tuturan

tersebut antara lain penggunaan diksi bisa sebagai modalitas. Modalitas

merupakan keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap

pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yakni mengenai perbuatan,

keadaan atau peristiwa atau juga sikap terhadap lawan bicara. Sikap

tersebut dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau juga

keizinan dan penyampaian tuturan dengan nada datar mengisyaratkan

bahwa tuturan penutur tidak terlalu memaksa dengan menunjukkan

kebijaksanaan sehingga tidak menggunakan tuturan seperti “Mengapa

terlambat Rheka” yang bermakna perintah langsung.

Dalam konteks pembelajaran di kelas fungsi kesantunan dalam

meminta alasan tampak juga digunakan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran ketika meminta alasan mitra tutur yang tidak membawa

Page 97: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

78

catatannya sebagai bukti bahwa mitra tutur yang bersangkutan telah

mengerjakan apa yang telah diperintahkan oleh penutur. Hal itu dapat

dilihat melalui contoh berikut.

[B3.3.2] Penutur : Kita!(1)

Mitra tutur : Anu Bu, kulupa i saya di rumah(2)

Tuturan [B3.3.2] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran, ketika memeriksa kelengkapan catatan anak didiknya.

Penanda fungsi permintaan pada kalimat yang tertera di atas tidak

tampak karena penutur pada tuturan (1) mengimplisitkan maksud yang

ada dalam pikirannya, tetapi dengan melihat konteks dan nada tutur

serta mimik berupa gerakan tangan penutur saat menuturkan kita

mengisyaratkan bahwa tuturan tersebut menyiratkan perintah atau

pertanyaan yang berfungsi meminta mitra tutur menunjukkan

catatannya seperti yang dimaksud dalam pertuturan tersebut yakni

kelengkapan catatan agama mitra tutur. Dengan mencermati respon

mitra tutur berupa alasan, maka memperkuat praanggapan kita bahwa

penutur meminta alasan mitra tutur mengapa sampai tidak membawa

catatannya.

Fungsi kesantunan dalam meminta alasan dapat pula dilihat

pada kegiatan akhir pembelajaran digunakan oleh penutur ketika mitra

tutur meminta izin untuk tidak ikut les sore seperti yang dimaksud dalam

contoh berikut.

[B3.3.3] Mitra tutur : Bu, mungkin saya tidak datang sekolah besok.(1)

Page 98: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

79

Penutur : Kasi tauka alasanta dulu (2)

Mitra tutur : Anu, Bu! Sakit nenekku.

Tuturan [B3.3.3] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan akhir

pembelajaran, ketika memeriksa jawaban anak didiknya. Fungsi

permintaan secara eksplisit dinyatakan oleh penutur dalam kutipan

[B3.3.3] melalui tuturan (2) ketika merespon permintaan izin mitra tutur

melalui tuturan bermodus deklaratif pada tuturan (1). Penutur melalui

tuturan tersebut menyatakan secara langsung permintaannya dengan

“kasi tauka alasanta dulu” yang dapat diartikan “beritahu saya alasanmu

dulu”. Berdasarkan deskripsi tersebut, aspek kesantunan dan fungsinya

dalam tuturan tersebut adalah penutur merendah di depan mitra tutur.

4) Fungsi Kesantunan dalam Meminta Pendapat

Fungsi kesantunan dalam meminta pendapat berpotensi untuk

diekspresikan oleh penutur dalam pembelajaran di kelas. Hal itu dapat

dilihat melalui kegiatan awal pembelajaran seperti yang tertera pada

contoh berikut.

[B3.4.1] Penutur : Bisakah ibu mendengarkan pendapatta Salsa

Mutmainnah bagaimana itu langsung?(1)

Mitra tutur : Anuh, Bu! rakyat sebagai pemilih mempunyai hak

untuk memberikan suaranya secara langsung

sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa

perantara.(2)

Page 99: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

80

Tuturan [B3.4.1] dituturkan oleh penutur pada kegiatan awal

pembelajaran, ketika meminta pendapat seorang mitra tutur yang

berinisial Andi Muh.Resky untuk menyampaikan pendapatnya. Melalui

tuturan (1) penutur menggunakan penanda tanya bisakah dengan

disertai intonasi datar dalam menyatakan permintaan kepada mitra tutur

agar berkenaan menyampaikan pendapatnya.

Dalam konteks pembelajaran di kelas penggunaan fungsi

kesantunan dalam meminta pendapat juga diekspresikan oleh penutur

pada kegiatan inti pembelajaran ketika mengharapkan mitra tutur aktif

dalam sebuah diskusi di kelas.

[B3.4.2] Penutur : Tolong angkat bicara dong!(1)

Mitra tutur : (diam) (2)

Tuturan [B3.4.2] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

poembelajaran, ketika itu penutur bertanya kepada siswa tentang

pelajaran yang dijelaskan. Melalui tuturan (1) penutur tampak

menggunakan penanda kesantunan tolong sebagai wujud permintaan

agar mitra tutur melakukan, yakni menyatakan pendapat agar proses

diskusi berjalan dengan lancar. Topik yang dibicarakan dalam konteks

tersebut dalah pemilu legislative dan suasana yang melingkupinya

terkesan santai sehingga tampak penutur menggunakan tuturan ragam

santai.

Page 100: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

81

Selain awal dan inti, di akhir pembelajaran pun fungsi kesantunan

meminta pendapat dicerminkan oleh penutur ketika meminta mitra tutur

untuk berpendapat tentang materi yang sudah diulas.

[B3.4.3] Penutur : Sebelum kita mengakhiri pelajaran pada pagi hari ini,

saya ingin bertanya kepada anak-anakku apa

manfaat pemilu?(1)

Mitra tutur : (hening sejenak) (2)

Tuturan [B3.4.3] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan akhir

pembelajaran, ketika itu waktu pelajaran tinggal lima menit. Penanda

permintaan tampak pada tuturan (1) penutur dengan menggunakan

penanda tanya apa menyatakan permintaan kepada mitra tutur agar

melakukan sesuatu berupa tindak menyatakan pendapat terhadap

pertanyaan yang diajukan seperti yang dimaksud dalam tuturan itu.

Tuturan tersebut bermodus interogatif dan berkategori tuturan tidak

langsung.

5) Fungsi kesantunan dalam Meminta Kesungguhan

Tuturan direktif fungsi meminta kesungguhan mitra tutur berpotensi

untuk diekspresikan oleh penutur dalam pembelajaran di kelas sebagai

upaya untuk mengatasi problem-problem yang terjadi di dalam prroses

pembelajaran. Hal itu dapat dilihat melalui kegiatan awal pembelajaran

seperti yang tertera pada contoh berikut.

[B3.5.1] Penutur : Sayami yang bicara dulu d’i?(1) janganki ribut (2)

Mitra tutur : Iye, Bu!(3)

Page 101: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

82

Tuturan [B3.5.1] dituturkan oleh penutur pada kegiatan awal

pembelajaran ketika sedang menjelaskan materi pelajaran. Melalui

tuturan (1) dengan tuturan bermodus interogatif penutur meminta

kesungguhan mitra tutur untuk memperhatikan materi yang sedang

dijelaskan dengan penggunaan penanda permintaan sayami sebagai

persona pertama tunggal yang diiringi dengan klitik –mi sebagai

penegas maksud penutur yakni kesungguhan memperhatikan

penjelasan materi tersebut.

Dalam konteks yang berbeda penutur mengekspresikan fungsi

kesantunan dalam meminta kesungguhan mitra tutur supaya

mendengarkan soal latihan yang dibicarakan pada kegiatan inti

pembelajaran sebagai ajang latihan menghadapi ujian nasional. Hai itu

dapat dilihat melalui sajian data dalam contoh berikut.

[B3.5.2] penutur : Sekarang, tolong dengarkan baik-baik soalnya!(1)

Mitra tutur : Iye, Bu!(2)

Tuturan [B3.5.2] dituturkan oleh penutur pada kegiatan inti

pembelajaran ketika penutur ingin membacakan soal Ilmu Pengetahuan

Alam sementara mitra tutur masih ribut. Pada tuturan (1) penutur secara

eksplisit menyatakan permintaan kepada mitra tutur agar melakukan

tindak bersungguh-sungguh memperlihatkan soal yang akan dibacakan

oleh penutur. Melalui tuturan tersebut penutur tidak hanya menyatakan

permintaan melalui pemarkah kesantunan tolong tetapi juga

menyatakan penghormatan dengan menggunakan honorifik ki untuk

Page 102: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

83

melembutkan daya ilokusi tuturannya supaya mitra tutur

bersungguh-sungguh dalam mendengarkan soal tersebut dan tidak

merasa diperintah.

Diakhir pembelajaran penutur juga meminta kesungguhan

mitra tutur supaya belajar dengan giat di rumah dalam rangka

mempersiapkan diri menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional. Hal

itu dapat dilihat melalui contoh berikut.

[B3.5.3] Penutur : Tidak lama lagi anak-anakku akan ujian, saya mohon

supaya kalian mempergunakan waktu sebaik

mungkin untuk belajar di rumah karena kalian sudah

tahu bukan?Kami tidak dapat lagi membantu saat itu

(1)

Mitra tutur : Baik, Bu!(2)

Tuturan [B3.5.3] dituturkan oleh penutur pada kegiatan akhir

pembelajaran ketika itu penutur meminta kesungguhan anak didiknya

untuk belajar di rumah. Melalui tuturan (1)penutur tampak menggunakan

penanda kesantunan mohon dalam meminta kesungguhan mitra tutur

untuk belajar di rumah. Sebelum menyampaikan permintaannya penutur

melakukan tuturan pendahuluan dengan menggunakan tuturan

bermodus deklaratif untuk menyapa mitra tutur dengan anak-anakku

sebagai bentuk kasih sayang dan empati terhadap tantangan yang akan

dihadapi mitra tutur dalam ujian nasional.

6) Fungsi Kesantunan dalam Meminta Berpikir Untuk Memilih

Page 103: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

84

Dalam konteks pembelajaran di kelas penggunaan tindak direktif

yang mengemban fungsi meminta berpikir untuk memilih digunakan

oleh penutur pada kegiatan inti pembelajaran. Hal itu dapat dilihat

melaui contoh berikut.

[B3.6.1] Penutur : Kita lanjut lagi pada soal berikutnya.(1) Soalnya

bilangseperti ini, penyesalan yang dirasakan akibat

perbuatanyang telah dilakukan merupakan sangsi

norma…..?jawabannya adalah……tolong kita

pikirkan baik-baik, cermati dulu jangan memilih saja

(2)

Mitra tutur : Saya C, Bu! (Jawaban mitra tutur beragam.A, B,

dan C)(3)

Penutur : Caranya menjawab soal-soal seperti ini lihatki yang

paling tepat dengan pengertiannya norma

tersebut!(4)

Mitra tutur : Norma agama, Bu!(5)

Tuturan [B3.6.1] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran, ketika penutur memberikan soal-soal latihan kepada

mitra tutur. Dalam kutipan [B3.6.1] terungkap kesantunan tindak direktif

penutur melalui tuturan tidak langsung dengan modus interogatif fungsi

pertanyaan. Topik yang dibicarakan dalam konteks tersebut adalah

pembahasan soal-soal ujian nasional sebelumnya sebagai persiapan

mengahdapi Ujian Nasional. Melalui tuturan (1) penutur dengan modus

Page 104: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

85

deklaratif fungsi ajakan sebagai tuturan pendahuluan sebelum penutur

mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur. Dalam tuturan (2)

menandakan bahwa tuturan penutur merupakan suatu upaya

pelembutan daya ilokusi dan tuturan yang digunakan penutur

merupakan tuturan tak langsung. Hal itu dapat dilihat dari bunyi tuturan

“soalnya bilang seperti ini”. Tuturan (3) dan (5) mitra tutur dengan

menggunakan tuturan langsung ketika merespon pertanyaan dalam

soal. Tuturan (4) penutur tampak memberikan penjelasan tentang

cara-cara menganalisa soal sebelum menarik kesimpulan sebagai

upaya menentukan pilihan (A,B,C dan D) kemudian diteruskan dengan

pertanyaan melalui tuturan langsung.

Berdasarkan deskripsi tersebut aspek fungsi kesantunan tindak

direktif dapat ditarik dalam tuturan penutur antara lain. Pertama,

dengan adanya tuturan pendahuluan penutur yang bermodus deklaratif

memperlihatkan bahwa semakin panjang sebuah tuturan semakin

santunlah tuturan itu karena secara ekonomis penutur menambahi

kerugian pada diri sendiri dan menambahi keuntungan pada mitra tutur

dengan sebanyak-banyaknya (Leech, 1983). Kedua, tuturan yang tidak

langsung digunakan penutur sebagai pertanda bahwa ada upaya nyata

penutur dalam melembutkan daya ilokusi sehingga tuturan tersebut

terasa wajar bagi mitra tutur. Ketiga, penggunaan ki oleh penutur ketika

memberikan penjelasan pertanda bahwa penutur menghargai mitra

tuturnya dengan begitu keakraban dapat dirasakan oleh mitra tutur.

Page 105: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

86

Sedangkan penggunaan tuturan langsung mitra tutur setiap tuturan

langsung sebagai wujud respon selalu di akhiri dengan Bu yang berarti

mitra tutur tetap memosisikan penutur sebagai orang yang terhormat.

Penggunaan tindak direktif fungsi pertanyaan selanjutnya dapat dilihat

melalui contoh berikut ini.

[B3.6.2] Penutur : Kalau kalian menjadi bupati untuk mengurangi tingkat

pencemaran udara di daerahmu efektif ndak kalau

tasuru-i wargata untuk mengurangi pemakaian

motor?(1)

Mitra tutur : Spontanitas mitra tutur menjawab secara

bersama-sama tidak (2)

Penutur : Kalau begitu jawaban yang benar adalah? (3)

Mitra tutur : Yang benar adalah C, Bu!”menanam pohon sebagai

paru-paru kota” (4)

Tuturan [B3.6.2] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran, ketika penutur memberikan soal-soal latihan kepada

mitra tutur. Melalui kutipan [B3.6.2] terungkap kesantunan tindak direktif

penutur melalui tuturan fungsi pertanyaan. Topik yang dibicarakan

dalam konteks tersebut adalah upaya penanggulangan pencemaran

udara seperti yang tertera dalam soal latihan. Melalui tuturan (1) dan (3)

penutur fungsi pertanyaan yang disampaikan melalui tuturan tidak

langsung dan tuturan langsung. Kedua wujud penyampaian tersebut

terkesan tidak memaksa dengan penggunaan diksai kalau sebagai

Page 106: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

87

pemarkah yang melembutkan daya ilokusi sehingga tuturan terasa

wajar. Tuturan (2) dan (4) mitra tutur yang disampaikan melalui tuturan

langsung dengan pemakaian diksi tidak yang lazimnya bermakna

penolakan atau kurang santun, tetapi dalam konteks tersebut makna

tidak bagi penutur adalah santun karena sebelumnya penutur telah

mempraanggapkan bahwa jawaban yang akan disampaikan mitra tutur

adalah tidak sebagai jawaban yang benar.

d. Fungsi Kesantunan dalam Mengizinkan

Tuturan dengan fungsi mengizinkan juga digunakan penutur dalam

pembelajaran di kelas dan penggunaannya memiliki kadar restriksi yang

paling rendah. Dalam bahasa Indonesia, tuturan pengungkapan wujud

pengizinan menggunakan sejumlah modalitas. Menurut Rahardi (2005)

tuturan yang mengungkapkan pengizinan biasanya menggunakan

sejumlah modalitas seperti silakan, biarlah, diperkenankan,

dipersilahkan, dan diizinkan.

Sesuai dengan data tuturan dalam pembelajaran di kelas

teridentifikasi tuturan fungsi mengizinkan yang digunakan penutur saat

berinteraksi dengan mitra tutur. Berikut dapat dilihat contoh

masing-masing tuturan penutur yang menggunakan fungsi pengizinan

dengan menggunakan diksi silakan melalui kutipan di bawah ini.

[B4.1] Penutur : Ok, hari ini kita belajar dengan topik ”Pemilu

Legislatif”(1)Ada yang bisa memberikan apa

pengertian dari pemilu?(2)

Page 107: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

88

Mitra tutur : Saya, Bu!(3)

Penutur : Silakan, Salsa Mutmainnah!

[B4.2] Mitra tutur : Saya mau tanya bu.(1)

Penutur : Silakan! mau tanya apaki (2)

Tuturan [B4.1] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan awal

pembelajaran, ketika meminta mitra tutur yang berinisial Salsa

Mutmainnah untuk mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

pemilu. Tuturan [B4.2] dituturkan oleh mitra tutur dalam kegiatan inti

pembelajaran ketika mitra tutur mengajukan permintaan agar diizinkan

oleh penutur untuk menyampaikan pertanyaan. Dalam kutipan [B4.1]

dan [B4.2] melalui tuturan (2) dan (2) memperlihatkan penanda silakan

sebagai wujud respon mengiyakan yang mengharapkan mitra tutur

berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki penutur. Topik yang

dibicarakan dalam konteks tersebut adalah permintaan mitra tutur agar

diizinkan untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaan. Melalui

kedua tuturan tersebut pemberian izin oleh penutur merupakan upaya

menghargai atau tidak ingin mengecewakan mitra tutur sekaligus

menunjukkan rasa hormat dengan menggunakan honorofik ki sehingga

tuturan sesuai dengan budaya masyarakat Bugis yang selalu

menekankan berperilaku “Sipakaleb’i si pakatau” yang berarti hargai

dan hormatilah sesamamu.

Page 108: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

89

Dalam konteks pembelajaran di kelas fungsi kesantuna dalam

mengizinkan juga diekspresikan penutur dalam kegiatan inti

pembelajaran. Hal itu dapar dilihat melalui contoh berikut.

[B4.3] Mitra tutur : Bagaimanami ini, Bu?(1)

Penutur : Silakan dilanjutkan saja di bawah!(2)

Mitra tutur : Terpotongmi itu, Bu.(3)

Penutur : Tidak apa-apa, biarlah begitu!(4)

Tuturan [B4.3] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan awal

pembelajaran, ketika meminta mitra tutur yang berinisial Salsa

Mutmainnah untuk mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

pemilu. Pada kutipan [B4.3] melalui tuturan (2) dan (4) penutur

bertuturan langsung menyatakan fungsi pengizinan dengan

menggunakan penanda pengizinan silakan dan biarlah menghendaki

mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh penutur. Aspek yang dapat diungkap melalui deskripsi

tersebut adalah penggunaan diksi silakan dan biarlah oleh penutur

dalam tuturan tersebut merupakan upaya untuk melembutkan daya

ilokusi sehingga tuturan yang disajikan dalam percakapan tersebut

terasa wajar dan santan bagi mitra tutur. Secara refresentatif tuturan

fungsi pengizinan dalam pembelajaran hanya digunakan oleh penutur

ketika menyuruh dan mempersilahkan atau memenuhi permintaan mitra

tutur ketika ingin menanyakan sesuatu yang terkait dengan aktivitas

yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Page 109: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

90

e. Fungsi Kesantunan dalam Menasihati

Sesuai dengan fungsinya, tindak direktif digunakan oleh penutur

dalam pembelajaran di kelas untuk fungsi menasihati. Nasihat dapat

didefinisikan sebagai fungsi direktif yang berisi saran. Saran tersebut

senantiasa menghendaki mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan keinginan penutur. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, data menunjukkan bahwa tuturan fungsi menasehati dapat

dilihat melalui contoh berikut.

[B5.1] Penutur : Kalau begitu tidak ada-i guruta di dalamki, saya sudah

seringkasi tau, janganki berkeliaran di luar kalau jam

pelajaran(1)

Mitra tutur : Terdiam.(2)

Tuturan [B5.1] dituturkan oleh penutur dalam kegiatan awal

pembelajaran, ketika sebelumnya melihat mitra tutur masih berkeliaran

di luar kelas pada jam pelajaran. Penanda menasihati dalam tuturan

tersebut di atas secara eksplisit diungkapkan penutur melalui “kalau

tidak ada-i guruta di dalamki”. Melalui tuturan (1) penutur

mengekspresikan nasihat yang mengisyaratkan pemberian saran

setelah mendapati mitra tutur berkeliaran di luar kelas pada jam

pelajaran padahal sudah sering diingatkan dalam bentuk larangan oleh

penutur bahwa apabila guru mata pelajaran belum masuk atau tidak ada

supaya berdiam diri di kelas untuk belajar, apakah itu membaca buku

atau berdiskusi dengan teman-teman yang lainnya. Aspek kesantunan

Page 110: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

91

yang dapat diungkap melalui tuturan penutur fungsi kesantunan dalam

menasihati adalah penggunaan tuturan oleh penutur yang terkesan

tidak memaksa dengan nada suara yang tidak terlalu tinggi.

B. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi temuan penelitian tentang wujud kesantunan

tindak direktif berbahasa Indonesia guru (penutur) ketika berinteraksi

dengan siswa (mitra tutur) dalam pembelajaran di kelas diwujudkan

melalui tiga modus tuturan yaitu : (1) penggunaan tuturan dengan

modus deklaratif, (2) penggunaan tuturan dengan modus imperatif, (3)

penggunaan tuturan dengan modus interogatif. Ketiga wujud tuturan

tersebut diformulasikan ke dalam berbagai tindak dengan

menyesuaikan fungsi tindak ilokusi tuturan tersebut.

Pembelajaran di kelas penutur selaku partisispan yang proaktif

mengekspresikan diri melalui penggunaan wujud kesantunan tindak

direktif ketika berinteraksi dengan mitra tutur dengan menggunakan

tuturan bermodus deklaratif pada berbagai pemerian tindak (1)

memohon sebelum menyatakan informasi, (2) menyatakan suruhan, (3)

menyatakan permintaan, dan (4) menyatakan larangan.

Melalui penggunaan tuturan bermodus imperative yang didasarkan

pada temuan penelitian menunjukkan bahwa penutur mengekspresikan

diri dalam modus tersebut dengan berbagai tindak meliputi (1) wujud

tindak ajakan, (2) wujud tindak permintaan, (3) wujud tindak suruhan, (4)

wujud tindak larangan, dan (5) wujud tindak pengizinan.

Page 111: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

92

Melalui tuturan bermodus interogatif penutur merealisasikan wujud

kesantunan tindak direktif melalui pemerian tindak meliputi (1) wujud

pertanyaan menyatakan suruhan, (2) wujud pertanyaan menyatakan

ajakan, (3) wujud pertanyaan menyatakan permintaan, (4) wujud

pertanyaan menyatakan larangan, dan (5) wujud tindak pengizinan.

Berdasarkan temuan penelitian yang telah disebutkan di atas dari

masing-masing modus yang digunakan oleh penutur mengindikasikan

bahwa dalam pembelajaran di kelas wujud kesantunan tindak direktif

berbahasa Indonesia cenderung disampaikan dengan menggunakan

tuturan tidak langsung. Artinya, kenyataan itu memperlihatkan bahwa

modus tuturan yang digunakan oleh peserta belajar tidak selamanya

mematuhi hasil konvensional bahwa deklaratif bermakna proposisi,

imperatif bermakna perintah atau suruhan dan interogatif bermakna

pertanyaan. Hal itu sejalan dengan apa yang telah dinyatakan oleh Yule

(1996:95) bahwa tuturan deklaratif yang dimaksudkan untuk

memberitakan, tuturan imperatif yang dimaksudkan untuk memerintah,

dan tuturan interogatif yang dimaksudkan untuk bertanya disebut tindak

tutur langsung. Sebaliknya, tuturan imperatif yang dimaksudkan untuk

meminta atau memerintah mitra tutur melakukan sesuatu disebut tindak

tutur tidak langsung. Sehingga apabila dikaitkan dengan kesantunan

tindak direktif semakin langsung ‘maksud’ sebuah tuturan yang

disampaikan oleh penutur ketika menghendaki lawan tutur untuk

melakukan sesuatu semakin tidak santunlah tuturan itu. Dan apabila

Page 112: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

93

dikaitkan dengan kesantunan tindak direktif semakin tidak langsung

‘maksud’sebuah tuturan yang disampaikan oleh penutur ketika

menghendaki mitra tutur melakukan sesuatu semakin santunlah tuturan

itu (Leech, 1983).

Penggunaan tuturan tidak langsungoleh penutur sebagai wujud

kesantunan tindak direktif digunakan untuk menggiring anak didik ke

dalam perencanaan belajar yang telah disusun sedemikian rupa dengan

mempertimbangkan kaidah dan norma-norma sosial yang melingkupi

sebuah pertuturan. Holmes (2001) melihat dan menjelaskan bahwa

kaidah-kaidah yang mengatur perilaku di kelas itu begitu jelas sehingga

bisa di nyatakan bahwa anak-anak berperilaku berdasarkan bentuk

kaidah yang sangat umum. Pernyataan Holmes tersebut memberikan

indikasi bahwa tidak ada kaidah baku yang wajib di penuhi oleh peserta

belajar dalam pembelajaran sehingga diperlukan usaha secara

bersama-sama untuk menciptakan hubungan harmonis melalui

kerjasama berdasarkan norma sosial dan aturan cultural serta saling

menjaga.

Sesuai dengan temuan penelitian, salah satu usaha resiprokal

yang dilakukan oleh penutur dan mitra tutur dalam meminimalisasikan

ancaman muka selain penggunaan tindak tutur tidak langsung adalah

penggunaan tuturan langsung yang dimarkahi oleh pilihan diksi dan

variasi tutur informal berlatar sosiokultural masyarakat Bugis sebagai

wujud kesantunan tindak direktif. Variasi tutur tersebut mengacu kepada

Page 113: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

94

kegiatan atau aktivitas di dalam kelas yang secara langsung diatur oleh

kaidah atau norma untuk penggunaan tutur. Menurut Kartomiharjo

(1988) mengatakan bahwa variasi tutur merupakan pencerminan dari

faktor-faktor sosial dan kultural dan terikat dengan kaidah dan norma.

Temuan penelitian tentang pilihan diksi dan variasi tutur yang

dijadikan sebagai pemarkah kesantunan tindak direktif sebagai

kecakapan penutur yang berkompoten dalam memperlakukan mitra

tuturnya secara baik. Penutur berkompeten adalah penutur yang

benar-benar mampu menggunakan bahasa dalam berbagai tindak

komunikasi, penutur berkompeten tidak hanya memiliki pengetahuan

tentang kosakata dan struktur bahasa yang bersangkutan, tetapi juga

mempunyai kemampuan mengomunikasikannya secara pragmatis

antara lain : Pertama, penggunaan persona pertama kita bersifat inklusif

(termasuk orang kedua : pembaca dan pendengar) pada modus tuturan

deklaratif, imperatif, dan interogatif sebagai pemarkah kesantunan

identitas kelompok mengindikasikan bahwa penutur dan mitra tutur

mengidentifikasikan diri kedalam suatu kelompok tertentu atau lazim

digunakan untuk menyembunyikan diri, dengan menggunakan kita

penutur memiliki teman, berbagi rasa dan menghargai mitra tutur.

Dalam konteks sosiokultural masyarakat Bugis penggunaan persona

kita dalam tuturan berbahasa Indonesia sering digunakan untuk merujuk

pada persona kedua tunggal yang lazimnya dalam tata bahasa baku

Indonesia digunakan untuk persona pertama jamak baik bersifat inklusif

Page 114: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

95

maupun bersifat ekslusif. Hal ini merupakan interferensi bahasa Bugis

yang mengenal adanya dua bentuk persona kalimat tunggal, yakni idi

dan iko. Kedua kata tersebut memiliki makna inferensial yang sama

yakni sama-sama merujuk pada persona kedua tunggal namun kedua

kata tersebut memilki makna konotasi yang berbeda. Berdasarkan

budaya bahasa tersebut, masyarakat Bugis mengalami kesulitan untuk

mengekspresikan makna melalui penggunaan kata kamu. Itulah

sebabnya, sehingga persona kita sebagai interferensi dari persona idi.

Melalui penggunaan persona kita penutur mengekspresikan

penghormatan dan sekaligus keakrabannya dengan anak didiknya.

Oleh karena itu, penggunaan persona kita dalam menyampaikan

informasi melalui tuturan bermodus deklaratif, imperatif dan interogatif

berfungsi sebagai penghormatan, solidaritas, serta menjalin keakraban.

Kedua, penggunaan enklitik mi diekspresikan oenutur dan mitra tutur

dalam tuturan bermodus deklaratif, imperatif dan interogatif dan

berfungsi sebagai penegas kata yang diikutinya, mi bagi masyarakat

bugis apabila dilekatkan pada kata kerja maka maknanya adalah

menegaskan tindakan pada kata dasarnya dan apabila mengikuti kata

sifat maka maknanya adalah menyatakan arti sudah.

Ketiga, penggunaan enklitik penegas d’i diekspresikan penutur dan

mitra tutur sebagai realisasi kesantunan honorofik dalam wujud

kesantunan tindak direktifnmelalui modus deklaratif, imperatif, dan

interogatif. D’i sebagai penegas berdiri sendiri tanpa diletakkan pada

Page 115: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

96

kata tertentu, tidak seperti dengan enklitik lainnya. Di dalam bahasa

Indonesia berbeda dengan d’i dalam bahasa Bugis. Perbedaan antar

keduanya diuraikan sebagai berikut. D‘i dalam bahasa Indonesia

mempunyai variasi bentuk yakni sebagai kata depan dan sebagai afiks

serta berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif sedangkan d’i dalam

bahasa Bugis berfungsi sebagai penegas, posisinya selalu diakhir

tuturan atau kalimat, sebagai penanda keakraban, solidaritas,

penghormatan dan dapat mengikuti fungsi direktif seperti tindak

larangan, suruhan, bertanya, permintaan, dan sebagainya.

Berdasarkan paparan dan uraian tersebut di atas memperlihatkan

bahwa realitas berkomunikasi dengan bahasa penutur dan mitra tutur

tidak hanya dipengaruhi oleh bahasa itu sendiri tetapi konteks

sosiokultural dan situasional yang melatarinya juga turut mempengaruhi

(Hymes, 1974). Dengan mempertimbangkan konteks sosiokultural dan

situasional penutur telah melakukan tindak kesantunan yang disebut

sebagai sistem hubungan interpersonal, menurut sistem ini dirancang

untuk mempermudah interaksi dengan memperkecil terjadinya konflik

dan konfrontasi yang selalu ada dalam pergaulan manusia. Lebih lanjut

Lakoff menyatakan bahwa apabila seseorang menyampaikan pesan

secara langsung dan tujuan utamanya adalah berbicara maka ia akan

berusaha memperjelas tuturannya sehingga maksud yang ingin

disampaikan tidak ada yang disalah tafsirkan. Namun, apabila tujuan

utama penutur adalah menunjukkan status dan posisi penutur, maka

Page 116: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

97

ekspresi kesantunan lebih diutamakan daripada kejelasan. Oleh karena

itu, dalam konteks pembelajaran di kela, ada dua hal yang perlu

direalisasikan oleh seorang penutur. Pertama, berkomunikasi dengan

bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan kejelasan

tuturan agar mitra tutur mampu menerima atau memahami maksud

yang diinginkan. Kedua, berkomunikasi dengan bahasa diperlukan

keteladanan,artinya penutur mampu memberi contoh yang baik kepada

anak didiknya dengan mempertimbangkan pilihan kata, cara

menyampaikan dan sebagainya.

Fungsi kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia dalam

pembelajaran di kelas disampaikan melalui pemerian tindak direktif

sebagai wujud pengekspresian diri dalam memfungsikan bahasa

sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemerian tindak

yang dimaksud meliputi :

(1) Fungsi kesantunan dalam perintah mencakup :

a. Fungsi kesantunan dalam suruhan dan

b. Fungsi kesantunan larangan,

(2) Fungsi kesantunan dalam ajakan

(3) Fungsi kesantunan dalam permintaan mencakup:

a. Fungsi kesantunan dalam meminta pengakuan

b. Fungsi kesantunandalam meminta keterangan

c. Fungsi kesantunan dalam meminta alasan

d. Fungsi kesantunan dalam meminta pendapat

Page 117: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

98

e. Fungsi kesantunan dalam meminta kesungguhan dan

f. Fungsi kesantunan dalam meminta berpikir untuk memilih,

(4) Fungsi kesantunan dalam mengizinkan, dan

(5) Fungsi kesantunan dalam menasihati

Fungsi-fungsi tindak direktif di atas, diformulasikan ke dalam tiga

modus tuturan yakni : (1) tuturan bermodus deklaratif, (2) tuturan

bermodus imperatif, dan (3) tuturan bermodus interogatif. Penggunaan

ketiga modus tuturan tersebut tidaklah berpola secara sistematis dalam

setiap variasi fungsi tindak direktifketika disampaikan oleh penutur atau

mitra tutur. Diversifikasi fungsi-fungsi tindak direktif yang diekspresikan

penutur dalam pembelajaran di kelas adakalanya disampaikan secara

langsung dan tidak langsung. Berdasarkan temuan penelitian tentang

kegiatan bertutur sesungguhnya dalam pembelajaran di kelas ketiga

modus tuturan tersebut tidak selalu diwujudkan seperti dengan makna

yang disandangnya. Penutur sebagai partisipan yang proaktif dan

memiliki tanggung jawab atas ketercapaian tujuan pembelajaran

menggunakan bahasa sebagai wujud ekspresi dalam penyampaian

keinginan-keinginannya. Tetapi tidak selamanya mematuhi hasil

konvensional yang menyatakan bahwa modus deklaratif bermakna

proposisi, modus imperatif bermakna perintah dan modus interogatif

bermakna pertanyaan tetapi adakalanya penutur menggunakan modus

interogatif untuk menyuruh atau meminta sehingga fungsi kesantunan

Page 118: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

99

tindak direktif dapat dilihat dari wujud cara menyampaikannya,yakni

secara langsung dan secara tak langsung.

Dalam konteks pembelajaran di kelas melalui ketiga modus

tuturan yang telah disebutkan, penutur selaku partisipan yang proaktif

mengekspresikan diri melalui berbagai pemerian tindak dengan aneka

fungsi tuturan yang disampaikan dan lebih dominan memnggunakan

tuturan fungsi permintaan. Fungsi permintaan digunakan oleh penutur

dalam pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan tutur, yakni tujuan

pembelajaran. Apabila dibandingkan penggunaan fungsi permintaan

dan fungsi perintah dalam pembelajaran di kelas, maka temuan

penelitian ini mengindikasikan bahwa kuantitas permintaan lebih

dominan diekspresikan oleh penutur ketika berinteraksi dengan anak

didiknya walau status yang melekat pada diri lebih besar apabila

dibandingkan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh mitra tutur sebagai

mitra tuturnya. Artinya bahwa penutur memiliki peluang untuk

mengekspresikan diri melalui tuturan fungsi perintah namun hal itu tidak

dilakukan karena realitas penelitian menyatakan bahwa penutur

kerapkali menggunakan fungsi permintaan untuk melembutkan daya

ilokusi tuturannya sehingga terasa wajar dan santun bagi mitra tutur.

Penanda permintaan yang sering digunakan penutur sebagai cirri

adanya fungsi permintaan dalam sebuah pertuturan adalah pemakaian

modalitas tolong dan jika tuturan fungsi suruhan menggunakan

modalitas tersebut maka akan bernada permintaan, dengan pemarkah

Page 119: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

100

tolong penutur dalam sebuah percakapan memperlihatkan motivasi

dalam mengungkapkan kesantunan.

Temuan penelitian juga memperlihatkan penggunaan fungsi

kesantunan tindak direktif dalam melarang yang digunakan oleh penutur

untuk melarang mitra tutur dan disampaikan oleh penutur dalam

pembelajaran di kelas ketika menstabilkan suasana yang gaduh dan

pada saat mengharapkan mitra tutur agar lebih giat belajar di rumah.

Penggunaan fungsi larangan mengindikasikan bahwa penutur memiliki

tingkat kekuasaan yang lebih tinggi. Hal itu dapat dilihat pada saat

menggunakan “mau tidak belajar?” yang membuat anak didiknya

langsung terdiam.

Penggunaan fungsi pengizinan dalam konteks pembelajaran di

kelas hanya digunakan oleh partisipan yang memiliki status lebih tinggi.

Artinya temuan penelitian tidak melihat adanya pengizinan mitra tutur

yang ditujukan kepada penutur. Fungsi pengizinan penutur biasanya

digunakan untuk mempersilahkan mitra tutur untuk bertanya dan

berpendapat. Penggunaan pengizinan melalui pemarkah silakan dan

boleh mengindikasikan bahwa penutur tidak ingin mengecewakan mitra

tutur dan melalui pemarkah itu penutur secara langsung melembutkan

daya ilokusi tuturannya supaya terdengar santun.

Di dalam pembelajaran fungsi menasihati juga ditemuakan oleh

penelitian ini disampaikan oleh Ibu guru sebagai wujud keinginan

seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya agar hidup disiplin dan

Page 120: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

101

taat aturan. Fungsi menasihati merupakan bagian dari fungsi direktif

yang berkategorikan santun dan senantiasa diiringi oleh nada datar

yang lemah lembut. Dalam menyampaikan nasihat biasanya bahasa

perempuan lebih sopan dari bahasa laki-laki. Perempuan banyak

memberikan umpan balik positif dan menyenangkan di dalam

percakapan daripada laki-laki. Di dalam interaksi percakapan,

perempuan adalah peserta yang penuh kerja sama,sebaliknya laki-laki

lebih kompetitif dan kurang sportif kepada orang lain.(Holmes,2001).

Lain halnya dengan Thomas dan Wareing (2007:130) yang melihat

penyebab perbedaan gaya berbicara antara wanita dan pria disebabkan

oleh topik yang dibicarakan. Wanita lebih dominan bersentuhan dengan

topik-topik personal seperti perasaan, persahabatan mereka, dan

sebagainya. Laki-laki lebih suka berbicara topik-topik yang bersifat

impersonal seperti sepakbola. Dengan mengaitkan pada kesantunan

berbahasa Brown dan Levinson (1987) dengan jelas menyatakan

bahwa bahasa perempuan lebih santun ketimbang bahasa laki-laki

karena perempuan lebih mengedepankan perasaan sedangkan laki-laki

mengedepankan logika.

Berdasarkan berbagai fungsi-fungsi tindak direktif yang

diekspresikan oleh penutur dalam pembelajaran di kelas melalui

persfektif etnografi komunikasi fungsi kesantunan tindak direktif memiliki

relevansi dengan tuturan yang disampaikan secara alamiah melalui

peristiwa komunikasi yang terjadi dalam latar budaya. Hal itu terkait

Page 121: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

102

dengan kenyataan bahwa perhatian utama dalam etnografi komunikasi

sebagaimana didefinisikan Hymes (1974) dengan topik-topik antara lain

: pola dan fungsi komunikasi, komponen-komponen kompetensi

komunikatif, hubungan bahasa dan pandangan dunia dan organisasi

sosial, serta semesta dan ketidaksemestaan linguistik dan sosial. Dari

sejumlah topik bahasan etnografi komunikasi tersebut, fungsi

komunikasi merupakan topik yang memiliki relevansi yang sangat kuat

dengan penggunaan kesantunan tindak direktif bahasa Indonesia

Page 122: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesantunan tindak direktif

berbahasa Indonesia guru dalam pembelajaran di kelas SD Negeri

Sangir dapat ditarik kesimpulan seperti yang berikut ini.

1. Wujud penggunaan kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia

guru dalam pembelajaran di kelas diekspresikan melalui tiga modus

tuturan meliputi deklaratif, imperatif dan interogatif.

Wujud penggunaan tuturan dengan modus deklaratif dinyatakan

penutur melalui tindak : memohon sebelum menyatakan informasi,

menyatakan suruhan, menyatakan permintaan dan menyatakan

larangan.

Wujud penggunaan tuturan dengan modus imperatif dinyatakan

penutur melalui tindak : wujud tindak ajakan, wujud tindak

permintaan, wujud tindak suruhan, wujud tindak larangan dan wujud

tindak pengizinan.

Wujud penggunaan tuturan dengan modus interogatif dinyatakan

penutur melalui : wujud pertanyaan menyatakan suruhan, wujud

pertanyaan menyatakan ajakan, wujud pertanyaan menyatakan

permintaan, wujud pertanyaan menyatakan larangan dan wujud

pertanyaan menyatakan pengizinan.

Page 123: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

104

2. Fungsi penggunaan kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia

guru dalam pembelajaran di kelas diekspresikan melalui tuturan

langsung dan tidak langsung.

Fungsi penggunaan tuturan langsung dan tidak langsung meliputi :

1. Fungsi kesantunan dalam perintah mencakup: fungsi kesantunan

dalam suruhan dan fungsi kesantunan dalam larangan.

2. Fungsi kesantunan dalam ajakan

3. Fungsi kesantunan dalam permintaan mencakup :

a. Fungsi kesantunan dalam meminta pengakuan

b. Fungsi kesantunan dalam meminta keterangan

c. Fungsi kesantunan dalam meminta alasan

d. Fungsi kesantunan dalam meminta pendapat

e. Fungsi kesantunan dalam meminta kesungguhan

4. Fungsi kesantunan dalam mengizinkan

5. Fungsi kesantunan dalam menasihati

Fungsi penggunaan kesantunan tindak tersebut disampaikan

dengan aneka pemarkah kesantunan serta mengemban fungsi

yang disandangnya. Adapun penentu kesantunan dari sekian

fungsi tindak tersebut yakni ketidaklangsungan tuturan atau

maksud, tidak memaksa, memberikan pilihan, solidaritas,

penghormatan dan rasa kasih yang disampaikan penutur melalui

penggunaan diksi formal dan informal yang berfungsi sebagai

pemarkah kesantunan.

Page 124: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

105

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian kesantunan tindak direktif

berbahasa Indonesia guru dalam pembelajaran di kelas SD Negeri

Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar sebagai berikut :

1. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan, diharapkan

memainkan perannya dalam meningkatkan kesantunan tindak

direktif berbahasa Indonesia siswa, khususnya dalam kegiatan

berkomunikasi dengan lawan tutur yang memiliki status dan latar

belakang sosial lebih tinggi daripada mereka.

2. Bagi siswa, disarankan memiliki wawasan kebahasaan khususnya

mengenai kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia agar

berkomunikasi antarpelajar dapat terlaksana dengan baik.

3. Kepala sekolah SD Negeri Sangir hendaknya memberikan

penekanan kepada guru agar senantiasa menggunakan kesantunan

tindak direktif berbahasa Indonesia di kelas dalam kegiatan

pembelajaran.

4. Hasil penelitian ini belum maksimal oleh karena itu, peneliti

selanjutnya hendaknya mengembangkan penelitian mengenai

kesantunan tindak direktif berbahasa Indonesia guru dalam

pembelajaran di kelas dengan rancangan penelitian yang berbedaa

untuk mengetahui manfaat bahasa santun dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

Page 125: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

106

Lampiran

Page 126: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

107

Nama Penutur : Sarmila, S.Pd Situasi tutur : Formal Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Tanggal : 30-04-2014 Waktu : 2 x 45 menit Topik : Menggunakan Huruf Kapital Partisipan : Penutur–Mitra tutur

Percakapan berlangsung di dalam kelas

(Awal Pembelajaran)

Penutur : Coba disiapkan dulu! Mitra tutur : Duduk siap, beri salam, Assalamu Alaikum Warahmatullahi

Wabarakatu Penutur : Waalaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatu Mitra tutur : Berdoa (semua siswa berdoa dalam hati) Penutur : Resky, tolong ambilkan dulu buku saya di rumah nak! Di atas

meja, di rumah na Mitra tutur : Iye, Bu! disebelah mania, Bu? Penutur : Di atasnya meja! Coba saya absen dulu dengarkan namanya

ya!Akbar A.Fatwa, A.Fauzan, Adelia Eka Nanda, Aliya Sriyanti,Ari, Andi Nasra, Celvin,Claudia, Devi, Disa Meutiba, Fernando, Hastiara, Illa Kartina, Mukhlis, Milha, Reski, Refitha, Yuli Wisie

Mitra tutur : Capila Penutur : Mukhlis mau belajar atau tidak kenapa main-main? Siapa itu

yang di sana Nirwan mauki belajar atau tidakkah? Mitra tutur : (Mitra tutur berhenti berbicara) Penutur : Maharani, Syahrani, Keisha, Nurul Aisyah, Indria, Salsa

Mutmainnah Mitra tutur : Sakit, Bu! Penutur : Oh, Maharani sakit ya nak. Na sekarang kita belajar

menggunakan huruf kapital. Mitra tutur : Menggunakan huruf capital Penutur : Perhatikan baik-baik! Jangan ada yang cerita, yang cerita nanti

saya kasih keluar diluar maki sja belajar. Selain digunakan sebagai hurufpertama dalam sebuah kalimat, huruf capital juga digunakan untuk keperluan lain. Salah satunya digunakan untuk menulis lembagapemerintahan. Contohnya, apa kira-kira yang biasa di tulis?Majelis Permusyawaratan Rakyat. Ya bukan hanya diawal kalimat digunakan huruf besar tetapi juga untuk menulis sebuah nama lenbaga contohnya ini Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Coba ditunjuk yang mana huruf kapitalnya?

Page 127: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

108

Mitra tutur : M Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : P Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : R Penutur : R, jadi Majelis Permusyawaratan Rakyat. Misalnya lagi Dewan

Perwakilan Rakyat. Yang mana huruf besarnya? Mitra tutur : D…,P…,R… Penutur : DPR, Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi huruf capital dipakai

sebagai(penutur menulis di papan tulis) bisa dilihat dibelakang Mitra tutur: Bisaji, Bu!(Mitra tutur menyalin tulisan penutur yang ada di

papan tulis) Penutur :Jadi, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur

namanegara. Jadi kalau menuliski nama Negara harus menggunakan huruf besar. Selain unsur negara juga lembaga pemerintahan seperti tadi, sudah toh? Harus menggunakan huruf pertama huruf besar, kemudian ketatanegaraan serta nama dokumen resmi kecuali bila disana terdapat katadan kata dan itu tidak boleh digunakan huruf besar,melainkan harusmenggunakan huruf……….

Mitra tutur : Huruf kecil (Kegiatan Inti) Penutur : Kemudian apalagi, Amerika Serikat. Yang mana huruf

besarnya Mitra tutur : A…..,S….. Penutur : Kalau saya tulis seperti ini (penutur menulis di papan tulis)

republik china. Apakah sudah benar kita lihat di atas? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Apakah sudah benar kita lihat ini. Sudah benar? Angkat tangan

yang bilang sudah benar. Apakah penulisan ibu di atas republik china ini!Apakah penulisan di atas republic china sudah betul kita lihat?

Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Sudah betul? Jangan ketawa! Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Sudah betul, iya, angkat tangan yang bilang betul! Mitra tutur : (sebagian mitra tutur mengangkat tangannya) Penutur : Janganki’bohongi kata hatita, kalau salah bilangki salah. Saya

tidak pernah memaksa seseorang to? Mitra tutur : Iya, Bu! Mitra tutur : Kata Akbar salah, Bu! Penutur : Kata Akbar yang di atas salah, yang lain siapa yang bilang

salah? Angkat tangan yang bilang salah! Mitra tutur : Fauzan, bilangko tadi salah. Penutur : Republik China, ingatki huruf kapital dipakai sebagai huruf

Page 128: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

109

pertama semua nama negara. Berarti R huruf besar dan C juga huruf besar. Iya !terus (penutur menulis kata depan di papan tulis) diperhatikan yang diatas, sudah benar atau salah?

Mitra tutur : Salah Penutur : Sudah benar? Mitra tutur : Salah Penutur : Angkat tangan yang bilang benar! Mitra tutur : (mitra tutur sebagian menaikan tangan) Mitra tutur : Ha…ha…ha…. Penutur : Jawabannya sudah benar, R huruf besar dan C juga huruf

besar Penutur : Sekarang saya minta satu orang siapa yang bisa tulis di atas

Dewan pertimbangan agung. Siapa yang bisa tulis? Coba ditulis dulu di bukunya dewan pertimbangan agung kalau sudah selesai angkat tangannya yangmau naik di atas.

Mitra tutur : Firman tadi, Bu! Mitra tutur : Alvin, Bu! Mitra tutur : Langsung jawaban, Bu? Penutur : Dewan Pertimbangan Agung. Kenapa lagi anu? Sudah, sudah

ini dikerja Dewan Pertimbangan Agung Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Sudah semua? Siapa yang bisa tulis di atas? Mitra tutur : (Mitra tutur mengangkat tangan) Penutur : Iyaa, Raihan! Dewan Mitra tutur : Dewan Pertimbangan Agung Penutur : Dewan Pertimbangan Agung. Coba semua perhatikan yang di

atas penulisannya! Diperhatikan penulisannya di atas. Apakah sudah benar kita lihat?

Mitra tutur : Maaf, Bu! Penutur : Sudah benar? Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Dilihat, diperhatikan satu persatu hurufnya, apakah sudah

benar? Mitra tutur : Benarmi, Bu! Penutur : Semua kelas empat dari 38 siswa mengatakan di atas sudah

benar? Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Iya Mitra tutur : Iya, Bu! Mitra tutur : Tidak, Bu! Penutur : Nirwan! Nirwan karena tidak benar coba perbaiki sedikit di atas!

Nirwan coba berani pasti ada sesuatu sehingga Suriadi mengatakanMasih ada kesalahan sedikit.

Mitra tutur : Iya, ada salah disitu Penutur : Nirwan, dari hati apa kira-kira yang dari tadi dianggap salah Mitra tutur : Sudah benarmi, Bu!

Page 129: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

110

Penutur : Di perhatikan di atas,’janganki’cerita di situ!Dewan, silahkan tulis cepat!

Mitra tutur : (Mitra tutur menulis di papan tulis) Penutur : Dewan pertimbangan, tulis saja kasi sama saja itu di atas cuma

hurufnya ji yang mau dirubah Mitra tutur : Ada yang salah (mitra tutur menyaji) Penutur : Perhatikan kembali, yang mana yang benar? Mitra tutur : Yang di atas Penutur : Yang di atas sudah benar, bagian B sudah benar dan bagian A

sudah benar tapi ini (sambil menunjuk huruf di papan tulis) huruf apa ini?

Mitra tutur : W Penutur : W, kalau ditulis seperti ini adalah huruf besar. Masa ada huruf

besar ditengah-tengahnya. Jadi usahakan kalau menulis huruf w begini (penutur menulis di papan tulis). Sebenarnya sudah benar tujuannya ya, cuma cara penulisannya.

Mitra tutur : Ha….ha…..ha…. Penutur : Sama-sama huruf besar. Sudah paham? Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Ingatki’na. dengarkan dulu Akbar. Coba didengar! Biar kamu

tidak tulis besar sekali saya sudah tau bahwa itu adalah huruf besar. Contoh, Awalaupun tidak ditulis seperti ini saya sudah tau,biarpun kita tulis sekecilseperti ini saya sudah tau bahwa ini huruf besar. Jadi harus diperhatikan, kita semua harus sudah tau bahwa apapun ditulis seperti ini kecilnya,tetap huruf besar. Kecuali kita tulis seperti ini apakah ini huruf besar?

Mitra tutur : Bukan! Penutur : Tetap ini adalah huruf kecil. Biar satu buku pake tulis huruf a

kecil kalau memang a-nya seperti ini, maka tetap a kecil. Mengerti?

Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur :Tadi sudah to? Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama

unsure nama negara. Nama lembaga, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi. Iqrar perhatikan dulu! Dua, huruf capital dipakai sebagai huruf pertama setiapunsur bentuk ulang. Contohnya apa kira-kira yang biasa berulang, misalnya perserikatan bangsa-bangsa yang mana huruf besar, cobadisebut?

Mitra tutur : P…,B….,B… Penutur : PBB itu adalah perserikatan bangsa-bangsa. P huruf besar

perserikatan dan Bangsa-Bangsa yang berulang juga huruf besar, beda dengan lain-lain atau dll.

Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Ya, jadi sudah bisa menulis huruf besar. Misalnya, pulau jawa P

ditulis huruf besar, J huruf besar pula. Danau toba, D ditulis huruf besar, t jugahuruf besar. Misalnya Akbar tinggal di jalan

Page 130: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

111

timur, karena dia namaorang maka huruf pertamanya huruf besar. Nama jalannya juga huruf besar

Mitra tutur : Sudah, bu. Mitra tutur : Ditulis semua i,bu Penutur : Iya, tulismi saja nak, sampai selesai karena tetapji kita pelajari

sampai tuntas. Sudah semua? Mitra tutur : Capekta itu,bu! Mitra tutur : Tidak ada pulpenku, Bu! Penutur : Ini gunakan pulpen ibu, kembalikan nanti ya nak! Penutur : Sudah semua? Mitra tutur : Belumpi, Bu! Penutur : Nirwan, hapus dulu papan tulis! Na sekarang saya mau beri

tugas. (penutur menulis soal di papan tulis) (Kegiatan Akhir) Penutur : Na, sekarang saya sudah beri tugas.(penutur menulis soal di

papan tulis) Mitra tutur : (mitra tutur menulis soal dan mengerjakannya) Penutur : Janganki cuma main d’i! Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kenapaki cerita na ini di atas saya suruki tulis. Ya,diganti yang

mana seharusnya menggunakan huruf besar. Bisa dikerja? Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Yang mana seharusnya menggunakan huruf besar. Mitra tutur : Berkunjung nga itu, bu? Penutur : Iya, berkunjung ke korea selatan. Jangan ribut, jangan diskusi. Mitra tutur : Bu,,iniiee na gangguki menulis Penutur : Sudah? Mitra tutur : Belum, Bu. Penutur : Sudah selesai? Mitra tutur : Belum, Bu Penutur : Sebentar lagi kita istirahat!waktunya tinggal lima belas menit

yang selesai boleh kumpul, Mitra tutur : Belumpi, Bu! Mitra tutur : Dikumpulmi??? Penutur : Iye, dikumpulmi yang sudah. Selesaimi ini Alvin? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kenapa ditulis jie saja Akbar? Ganti mana yang menggunakan

huruf kecil dan mana yang menggunakan huruf besar. Akbar na!

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : kemudian latihan-latihanki’ menulis di rumahta’! liat ini tulisanta

masih perlu diperbaiki na, janganki cuma main d’i! Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Ini Akbar kalau kayak undang-undang u harus huruf besar,

diganti semua yang huruf kecil menjadi huruf besar

Page 131: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

112

Mitra tutur : Iye, Bu!

Page 132: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

113

Nama Penutur : Sitti Nurbaya,S.Pd Situasi tutur : Formal Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Tanggal : 02-05-2014 Waktu : 2 x 45 menit Topik : Pemilu Legislatif Partisipan : Penutur–Mitra tutur

Percakapan berlangsung di dalam kelas (Awal Pembelajaran)

Penutur : Coba dengarkan dulu namata! Andika, Anita, Arda Talia, Ashabul, Ayu Kartika, Eka Lestari, Maharani

Mitra tutur : Tidak hadir, Bu! Penutur : Tolong siapa diantara anda yang mengetahui mengapa

Maharani tidak masuk sekolah? Mitra tutur : Sakit, Bu! Penutur : Mengapa? Arda Talia, kenapa Fibri tidak masuk sekolah? Mitra tutur : Sakit i,Bu! Penutur : Sakit apa? Mitra tutur : Demam i,Bu! Penutur : Oh iya. Haryadi, Harianto, Harianti, Haslinda, Hasnaeni,

Irma Rahma, Jamal, Husnul Khotima, Lis Indriyani, Muh. Rafik, Muh. Yasir, Muh. Saldi, Nur Alim Kusuma, Nur Ilmi Ahmad, Rahmawati, Ramlah, Riskayanti, Rukiyana, Rosmila, Riswandi, Saina ismiyanti, SukmaLestari, Sabri, Selvia, St. Hadijah, Sulaeman, Wahyu Ardiansya.

Mitra tutur : (semua mitra tutur menjawab hadir,bu!) Penutur : Ok, hari ini kita belajar dengan topik pemilu legislative. Ada

yang bisa memberikan apa pengertian dari pemilu? Apa itu pemilu? Siapa yang tau itu?

Mitra tutur : Saya, Bu! Penutur : Iya, silahkan Lis Indriyani! Mitra tutur : Pemilu adalah pemilihan umum Penutur : Pemilu adalah pemilihan umum, tepuk tangan untuk Lis

indrayani. Jadipemilu legislatif diselenggarakan untuk memilih wakil rakyat dan wakil rakyat tersebut nantinya akan menjadi anggota DPR, DPRD,DPRDP,DPRDK atau Kota dan DPD. Siapa yang tau artinya DPR?

Mitra tutur : Dewan Perwakilan Rakyat Penutur : Kalau DPRD?Sulaeman, apa itu DPRD? Mitra tutur : Dewan Perwakilan Daerah Penutur : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tepuk tangan Mitra tutur : (mitra tutur memberikan aplaus) Penutur : Kalau DPD,

Page 133: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

114

Mitra tutur : Saya, Bu! Penutur : Iya, Arda Talia, silahkan! Mitra tutur : Dewan Perwakilan Daerah Penutur : Dewan Perwakilan Daerah. Iya tepuk tangan.

(Kegiatan Inti) Penutur : Pemilu legislatif bertujuan untuk memilih partai politik dan

anggotanyauntuk dicalonkan menjadi anggota DPR, DPRD, dan DPD. Na, kemudian azas pemilu. Azas pemilu ini dilaksanakan secara LUBERdan JURDIL. Pernah mendengar itu LUBER?

Mitra tutur : Tidak pernah! Penutur : Siapa yang tau apa itu luber? Luber adalah langsung,

umum, bebas dan Rahasia. Kalau Jurdil? Mitra tutur : Jujur dan Adil.. Penutur : Jadi asas pemilu dilaksanakan dengan LUBER (langsung

umum bebasdan rahasia), Jujur dan Adil. Yang pertama,langsung. Bisakah ibumendengar pendapatta Lis Indriani, bagaimana itu maksudnyalangsung. Langsung, bagaimana maksudnya langsung langsung ituLis Indriani

Mitra tutur : Anu, Bu! rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak dan hati nuraninya tanpa perantara.

Penutur : Iya, tepuk tangan untuk Lis Indriani! Jadi, langsung maksudnya disiniadalah rakyat sebagai pemilih mepunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak dan hati nuraninya tanpa kemudian yang kedua, UMUM

Mitra tutur : Sulaeman! Penutur : Sulaeman, silahkan Sulaeman saya mau mendengar

pendapatnya Sulaeman! Mitra tutur : Menyuruh bagi semua warga negara tanpa membedakan

suku, agama,ras, golongan, jenis kelamin, pekerjaan dan status seseorang.

Penutur : Tepuk tangan untuk….. Mitra tutur : (Mitra tutur bersamaan bertepuk tangan) Penutur : Umum maksudnya disini tidak membedakan apakah dia

orang kaya, orang miskin bagaimana pekerjaannya, bagaimana jenis kelaminnya yang penting sudah dewasa berhak ikut pemilu. Maksudnya disiniumum adalah menyeluruh tanpa membedakan jenis kelamin dan sebagainya. Lanjut yang ketiga bebas,Wahyu Ardiansyah,bebas?

Mitra tutur : Setiap warga Negara bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.

Penutur : Iya, tepuk tangan untuk Wahyu Ardiansyah. Jadi, bebas

Page 134: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

115

maksudnyadisini kita bebas memilih tanpa ada tekanan dari siapapun. Tentunya terserah kita tidak ada tekanan dari siapapun. Yang keempat adalah rahasia. Pernah mendengar rahasia?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Atau punya rahasia semua? Sekarang, Eka!Apa itu

rahasia? Mitra tutur : Dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa

pilihannya tidak diketahui oleh siapapun. Penutur : Iya, tepuk tangan untuk Eka! Mitra tutur : (Mitra tutur memberikan aplaus secara bersamaan) Penutur : Jadi maksud rahasia disini dalam memberikan suara

pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak diketahui siapapun kecuali dirinya sendiri.Misalkan pemilihan kepala desa, siapa dulu yang dipilih kepala desa.Satu, siapa?

Mitra tutur : Aspa Basir Penutur : Siapa lagi satu? Mitra tutur : Pak Thamrin Penutur : Pak Thamrin. Siapa lagi? Mitra tutur : Lanasir Penutur : Misalkan ada tiga orang. Kamu mau pilih, ya dengarkan

dulu! Kamu mau pilih eh siapa kepala desa? Mitra tutur : Aspa Basir Penutur : Misalkan kita mau pilih Aspa Basir, tentunya kita saja yang

kita tau.Ah, kasih masuk dikotak Aspa Basir, sebentar tidak boleh ditanya hoe Aspa Basir saya pilih. Itu bukan rahasia namanya ya?

Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Itu rahasia tidak boleh ada yang tau kecuali diri sendiri.

Ngerti? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kita pindah ke Jurdil. Disini jujur semua? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Jadi, jujur maksudnya setiap penyelenggara pemilu atau

semua pihak yang terkait harus jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Jadi kita tidak boleh membohongi kata hati nurani. Woe anuji mau kupilih, Pak Thamrin na paksaka itu terpaksa pak Aspa Basir kupilih.Itu namanya tidak jujur. Jujur pada diri sendiri sesuai dengan kata hatinuraninya. Jadi misalkan dalam hatinya Pak Aspa Basir mau saya pilihjangan pilih Pak Thamrin. Ya, ngerti?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Iya, lanjut! Adil. Pernah adil semua? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Adil, bagaimana itu adil? Coba ini selvi.Adil? Mitra tutur : Setiap penyelenggaraan pemilu dan semua pihak yang

Page 135: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

116

terkait harusmendapatkan perlakuan yang adil serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

Penutur : Iya, tepuk tangan untuk selvi! Mitra tutur : (mitra tutur bertepuk tangan semua) Penutur : Setiap penyelenggaraan pemilu dan semua pihak yang

terkait harus mendapatkan perlakuan yang adil serta bebas dari kecurangan pihakmanapun. Na, sekarang bisakah ibu mendengar pendapatta tentang manfaat pemilu. Coba Lis Indriani. Manfaat pemilu?

Mitra tutur : Rakyat dapat memilih pemimpin yang mereka inginkan melalui pemilu

Penutur : Iya, jadi jawaban Lis Indriani mafaat pemilu diantaranya rakyat dapat memilih pemimpin yang mereka inginkan, yang kedua siapa yang tau. Siapa yang kedua? Rakyat dapat melaksanakan namanya luber dan jur..

Mitra tutur : Jurdil Penutur : Jadi yang pertama rakyat dapat memilih pemimpin yang

diinginkan. Kedua dia dapat melaksanakan luber dan jurdil. Apa itu luber?

Mitra tutur : Langsung, umum, bebas dan rahasia. Penutur : Kalau jurdil? Tolong angkat bicara dong! Apa itu jurdil? Mitra tutur : Jujur dan Adil Penutur : Iya, sebelum kita mengakhiri pelajaran pada pagi hari ini

saya ingin bertanya kepada anak-anakku, apa yang kamu ketahui tentang pemilu?

Mitra tutur : Pemilu itu adalah pemilihan umum Penutur : Apa tujuan pemilu legislative. Nur Ilmi? Mitra tutur : Untuk memilih partai politik dan anggotanya untuk

dicalonkan menjadi anggota DPR, DPRD, dan DPD Penutur : Iya, tepuk tangan untuk Ilmi. Jadi yang dipilih dalam pemilu

legislative DPR, DPRD, dan DPD. Apa lagi yang kamu ketahui? Tadi yang pertama pengertian pemilu, kedua tujuan pemilu, yang ketiga manfaatpemilu. Coba disebut kembali manfaat pemilu.

Mitra tutur : Rakyat dapat memilih pemimpin yang mereka inginkan Penutur : Kedua rakyat dapat melaksanakan.

(Kegiatan Akhir)

Penutur : Na, sekarang saya kasi tugas. Nomor satu apa yang dimaksud pemilu,dua sebutkan dua manfaat pemilu, dan ketiga jelaskan apa yang dimaksud langsung, umum, bebas dan rahasia?

Mitra tutur : (mitra tutur mengerjakan soal yang diberikan oleh penutur)

Page 136: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

117

Nama Penutur : Husnah, S.Pd

Situasi tutur : Formal Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Tanggal : 07-05-2014 Waktu : 2 x 45 menit Topik : Alat Perkembangbiakan pada Hewan Partisipan : Penutur–Mitra tutur

Percakapan berlangsung di dalam kelas

(Awal pembelajaran) Penutur : Mana ketua kelas? Mitra tutur : Duduk siap, beri salam Assalamu AlaikumWarahmatullahi

Wabarakatu Penutur : Waalaikum Musallam Warahmatullahi Wabarakatu Mitratutur : Marilah kita berdoa sesuai dengan agama kita

masing-masing. Selesai duduk istirahat gerak. Penutur : Dengarkan dulu namanya! Andika, Anita, Arda Talia,

Ashabul, Ayu Kartika, Eka Lestari, Fibri Anugrah, Hariadi,Hariani, Harianto, Harianti, Haslinda, Irma Rahmayani, Jamal, Husnul Khotima, Lis Indriyani, Muh. Rafik. Mau belajar tidak?

Mitra tutur : Mau,Bu! Penutur : Kalau begitu dengar baik-baik namata! Muh. Yasir, Muh.

Saldi, Nur Alim Kusuma, Nur Ilmi Ahmad, Rahmawati, Ramlah,Riskayanti, Rukiyana, Rosmila, Riswandi, Saina ismiyanti, SukmaLestari, Sabri, Selvia, St. Hadijah, Sulaeman, Wahyu Ardiansya.

Mitra tutur : (semua menjawab hadir, jika disebut namanya) Penutur : Masih ingat pembelajaran minggu lalu? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Dipelajari minggu lalu, alat perkembangbiakan…..? Mitra tutur : Laki-laki dan perempuan Penutur : Pada laki-laki dan perempuan. Kalau pada laki-laki apa alat perkembangbiakannya? Mitra tutur : Testis Penutur : Dengan Mitra tutur : Saluran sperma Penutur : Iya, saluran sperma, kalau pada perempuan? Mitra tutur : Ovarium Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : Saluran telur, rahim dan vagina Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : Rahim, vagina

Page 137: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

118

(Kegiatan Inti) Penutur : Jadi masih ingat ya! Ada empat alat perkembangbiakan

pada perempuan. Na, sekarang karena perkembangan manusia sudah tuntas kita pindah ke perkembangbiakan hewan. Saya yang bicara dulu d’i.Apakah hewan berkembangbiak?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Iya, contohnya hewan apa yang berkembangbiak? Mitra tutur : Sapi, kuda…. Penutur : Sapi. Apalgi? Mitra tutur : Kambing! Penutur : Kambing.Apakah perkembangbiakan hewan sama dengan perkembangbiakan manusia? Mitra tutur :Tidak Penutur : Iya, jadi hewan memiliki alat perkembangbiakan yang

berbeda-bedatidak sama dengan alat perkembangbiakan manusia. Kalau hewanperekembangbiakannya ada lima macam yang pertama membelah diri yang kedua bertunas, yang ketiga bertelur, yang keempat melahirkan atau beranak, yang kelima bertelur. Sudah ditulis?

Mitra tutur : Belumpi, Bu! Penutur : Sudah ditulis Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Yang pertama kita bahas yaitu, apa yang pertama? Mitra tutur : Membelah diri Penutur : Ya, membelah diri. Jadi perkembangbiakan dengan cara

membelah dirimembutuhkan sel kelamin. Hewan tersebut dikenal dengan hewantingkat rendah. Hewan yang melakukan perkembangbiakan dengancara membelah diri biasanya dilakukan oleh hewan yang berukurankecil misalnya amoeba dan paramecium. Jadi hewan ini hanya bisadilihat hanya dengan menggunakan mikroskop. Pernah kalian melihat yang namanya mikroskop?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kaca pembesar ya. Kita kasih begini, bisa dilihat. Kalau

tidak menggunakan alat tidak bisa dilihat karena ukurannya sangat kecil. Kemudian, hewan yang berkembangbiak dengan cara membelah diri tubuhnya dari satu menjadi dua. Dua menjadi empat dan seterusnya kalau empat menjadi?

Mitra tutur : Delapan Penutur : Tadi satu menjadi dua, dua menjadi empat. Kalau empat

menjadi? Mitra tutur : Delapan Penutur : Kalau delapan menjadi? Mitra tutur : Enam belas

Page 138: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

119

Penutur : Enam belas. Dengan demikian, hewan yang bersangkutan memperoleh keturunan yang sama seperti induknya dengan cara membelah diri. Yang kedua yaitu betunas. Pernah melihat hewan bertunas?

Mitra tutur : Tidak, Bu! Penutur : Kalau tumbuhan bertunas? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Apa kalau tumbuhan bertunas? Mitra tutur : Pisang Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : Bambu Penutur : Bambu. Kalau hewan bertunas tidak pernah ya? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Iya. Jadi, selain membelah diri ada beberapa hewan yang

berukuran sangat kecil, melakukan perkembangbiakan dengan cara bertunas. Hewan yang berkembangbiak dengan cara pada bagian tubuhnya tumbuh tunas yang menyerupai induknya. Coba lihat gambar!Induknya, kemudian disamping ada tumbuh tunas mirip induknya. Kalau di lihat ini gambar mirip ji tumbuhan ya padahal hewan. Tunas tersebutmakin lama makin membesar setelah cukup besar tunas tersebut melepaskan diri dari tubuh induknya dan menjadi individu baru.

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Yang terakhir adalah bertelur melahirkan, kira-kira

contohnya apa? Mitra tutur : Ikan Paus Penutur : Apalagi? Mitra tutur : Ikan Pari Penutur : Apalagi? Mitra tutur : Ular Penutur :Ular, kalau hewan yang berkembangbiak dengan cara

bertelur melahirkan disebut ? Mitra tutur : Opipar Penutur : Ovovivipar jadi bukan opipar. Ovovivipar adalah hewan

yang berkembang biak dengan menghasilkan telur selama berada dalam saluran telur, telur mengalami pertumbuhan. Telur tersebut menetasbersamaan dengan keluarnya telur dari tubuh induknya. Jadi hewan tersebut Nampak seperti melahirkan anaknya. Kalau dilihat hewanitu melahirkan padahal dia bertelur dulu didalam tubuh induknyakemudian keluar menetas bersamaan dengan keluarnya dari tubuh induknya. Kira-kira ada yang mau ditanyakan?

Mitra tutur : Tidak ada, Bu! Penutur : Nda ada? Mitra tutur : Iye, Bu!

Page 139: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

120

Penutur : Jelas semua? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kalau begitu saya kasi soal. Nomor satu, sebutkan hewan

yang berkembangbiak dengan cara membelah diri dan bertunas, lanjut kenomor dua…..sayami yang bicara dulu d’i! Sekarang tolong dengarkanbaik-baik soalnya!

Mitra tutur : Bisa diulang soalnya, Bu! Penutur : Sebutkan dua macam pembuahan! Tadi saya menjelaskan

ada duamacam pembuahan, nomor tiga sebutkan alat perkembangbiakan padahewan jantan! Nomor berapa sekarang?

Mitra tutur : Empat Penutur : Empat. Sebutkan alat perkembangbiakan pada hewan

betina! Nomorterakhir sebutkan tiga hewan yang termasuk dalam ovivar! Sudahnomor satu? Nomor satu

Mitra tutur : Dengan membelah diri, Bu! Penutur : Dengan membelah diri. Tadi saya sudah menjelaskan yang

menggunakan mikroskop Mitra tutur : Oh, mikroskop.Apa nomor dua?

Penutur : Nomor dua pertanyaannya! Sudah tadi saya jelaskan mana hewan yang termasuk membelah diri. Jadi yang memperhatikan tadi penjelasan ibu guru pasti jawabannya benar semua karena sudah saya jelaskan tadi semuanya. Ayo kita lihat sama-sama jawaban nomor satu di atas! Apa tadi pertanyaannya?

Mitra tutur : Sebutkan! Penutur : Sebutkan hewan yang berkembangbiak dengan cara

membelah diri dan bertunas. Dengan cara membelah diri amoeba dan paramecium, sedangkan yang adalah hewan hibra. Siapa yang benar jawabannya, adayang benar jawabannya? Kita lihat nomor dua sebutkan dua macam pembuahan?

Mitra tutur : Internal dan eksternal Penutur : Tepuk tangan….nomor tiga sebutkan alat perkembangbiakan

pada hewan jantan? Mitra tutur : Testis dan saluran sperma Penutur : Tepuk tangan. Pertanyaan keempat sebutkan alat

perkembangbiakan pada hewan betina. Hewan betina satu ovarium saluran telur, rahim tepuk tangan. Kemudian pertanyaan kelima sebutkan tiga contoh yang termasuk kedalam hewan…..,sudah semua. Sekarang tolong jujur pada diri sendiri yang menjawab benar semua.

Mitra tutur : (sebagian mengangkat tangan). Penutur : Coba dengarkan , jadi tidak lama lagi anak-anakku akan

ujian saya mohon supaya anda mempergunakan waktu sebaik mungkin untuk belajar di rumah karena anda sudah

Page 140: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

121

tau bahwa guru-guru disini tidak dapat membantu saat itu. Jadi gunakan waktu sebaik mungkin belajar di rumah.

Mitra tutur : (mitra tutur tenang mendengarkan nasehat penutur).

Page 141: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

122

Nama Penutur : Suriani Rahman, S.Pd Situasi tutur : Formal Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Tanggal : 14-05-2014 Waktu : 3 x 45 menit Topik : Dzikir ssesudah Shalat Partisipan : Penutur–Mitra tutur

Percakapan berlangsung di dalam kelas

(Awal Pembelajaran)

Penutur : Hadir semua? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Ok. Sekarang kita akan mempelajari lagi materi lafal dzikir

sesudah salat. Apa ? Mitra tutur : Dzikir sesudah salat! Penutur : Sekarang saya tanya, salat wajib itu ada berapa? Mitra tutur : Lima Penutur : Coba, siapa namamu? Mitra tutur : Taufik Ramadhan Penutur : Taufik Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Coba sebutkan salah satu salat wajib? Mitra tutur : Subuh, Bu Penutur : Subuh? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kau? Mitra tutur : Dhuha, Bu! Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : Duhur Penutur : Apa lagi? Mitra tutur : Isya Penutur : Kau? Mitra tutur : Ashar Penutur : Kau Mitra tutur : Magrib

(Kegiatan Inti)

Penutur : Ya, itulah salat fardu yang wajib kita laksanakan sehari semalam. Sekarang, apabila kita telah melaksananakan salat fardu maka kita duduk tuma’nina membersihkan hati ya, menghadap ke kiblat dan perhatian kita itu tujukan kepada Allah untuk berdzikir. Apa?

Page 142: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

123

Mitra tutur : Berdzikir Penutur : Berdzikir ya. Jadi, didalam berdzikir ini yang pertama kita

baca adalah istigfar. Apa? Mitra tutur : Istigfar Penutur : Ya, saya ulangi yang pertama kali kita lakukan adalah

membaca istigfar sebanyak? Mitra tutur : Tiga kali….. Penutur : Tiga kali, ya. Bunyi istigfar itu ada yang tau? Apa bunyinya?

Siapa yang tau istigfar. Ee,,,tidak ada yang tau? Astagafirullahuladzi lailaha illahuwalhayyul qaiyumu waatubuilaihi. Tiga kali kit abaca. Berapa kali??

Mitra tutur : Tiga kali……….. Penutur : Artinya! Mitra tutur : Artinya….. Penutur :Saya bacakan na, dengarkan baik-baik! Saya mohon

ampunan kepadaAllah Mitra tutur : Saya mohon ampunan kepada Allah Penutur : Tiada Tuhan Selain Dia Mitra tutur : Tiada Tuhan Selain Dia Penutur : Zat yang hidup Mitra tutur : Zat yang hidup Penutur : Dan berdiri sendiri Mitra tutur : Dan berdiri sendiri Penutur : Dan saya bertobat Mitra tutur : Dan saya bertobat Penutur : Kepadanya

Mitra tutur : Kepadanya Penutur : Itulah istigfar, dan istigfar itu kita lakukan diucapkan dalam

hati. Diucapkan dimana? Mitra tutur : Di dalam hati

Penutur : Di dalam hati, tidak berteriak seperti memanggil temanta. Duduk denganbaik, duduk tuma’nina menghadap kepada Allah berbisik dalam hatimaka Allah itu mendengarkan. Yang kedua membaca tahlil tiga kali.

Berapa kali? Mitra tutur : Tiga kali………… Penutur : Lailahaillallah Mitra tutur : Lailahaillallah Penutur : Wahdahu lasyarikalahu Mitra tutur : Wahdahu lasyarikalahu Penutur : Lahulmulku Mitra tutur : Lahulmulku Penutur : Walahulhamdu Mitra tutur : Walahulhamdu Penutur : Yuhyi Mitra tutur : Yuhyi

Page 143: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

124

Penutur : Wayumitu Mitra tutur : Wayumitu Penutur : Wahualakullisyaiinkadir Mitra tutur : Wahualakullisyaiinkadir Penutur : Berapa kali??? Mitra tutur : Tiga kali Penutur : Tiga kali ya diucapkan juga dalam hati seperti itu ya, bukan

kedengaranArtinya…. Mitra tutur : Artinya……. Penutur : Tiada Tuhan Selain Allah Mitra tutur : Tiada Tuhan Selain Allah…. Penutur : Yang Maha Esa Mitra tutur : Yang Maha Esa Penutur : Tiada Sekutu Baginya Mitra tutur : Tiada Sekutu Baginya Penutur : Baginya kekuasaan Mitra tutur : Baginya kekuasaan Penutur : Dan kepunyaannya Mitra tutur : Dan kepunyaannya Penutur : Segala Puja dan Puji Mitra tutur : Segala Puja dan Puji Penutur : Dia Yang Menghidupkan Mitra tutur : Dia Yang Menghidupkan Penutur : Dan Yang Mematikan Mitra tutur : Dan Yang Mematikan Penutur : Dan Dia Maha Kuasa Mitra tutur : Dan Dia Maha Kuasa… Penutur : Atas segala sesuatu Mitra tutur : Atas segala sesuatu Penutur : Bacaan apa itu tadi? Mitra tutur : Tahlil…. Penutur : Apa? Mitra tutur : Berapa kali kita baca? Mitra tutur : Tiga kali…..

Penutur : Tiga kali ya, sekarang dilanjatkan dengan membaca doa. Seperti inallahumma antassalam waminkassalam wailaika yaudussalam fahayina rabbana bissalam waadhil najannatas salam tabarakta rabbanan wataalaita

yasaljalali walikram. Artinya Ya Allah engkau zat yang penyelamat darimu keselamatan itu dan kepadamu akan kembali keselamatan itu maka hidupkanlah kami. Ya, Tuhan kami dalam keselamatan dan masukkanlah kami ke dalam surga tempat keselamatan. Maha Suci dan Maha Agung engkau. Ya, Tuhan kami wahai pemilik keagungan dankemuliaan. Itu kalau di dalam berdoa menengadahkan tangan di depanya, kalau sudah membaca doa seperti itu kita

Page 144: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

125

langsung membaca tasbih. Membaca apa? Mitra tutur : Tasbih Penutur : Sebanyak tiga puluh tiga kali. Siapa yang tau? Mitra tutur : Subhanallah, subhanallah Penutur : Iya, sebanyak tiga puluh tiga kali Mitra tutur : Tiga puluh tiga kali Penutur : Subhanallah, subhanallah, bisa menggunakan tasbih, bisa

menggunakan ibu jari tangan ya kalau ada tasbih bisa digunakan. Kemudian yang kedua membaca tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali. Tahmid itubunyinya apa?

Mitra tutur : Alhmadulillah…….. Penutur : Alhamdulillah. Berapa kali kita baca? Mitra tutur : Tiga puluh tiga kali…… Penutur : Coba sebutkan! Mitra tutur : Alhamdulillah, alhamdulillah……… Penutur : Alhamdulillah sampai selesai sebanyak tiga puluh tiga kali.

Kemudiandilanjutkan dengan membaca……….. Mitra tutur : Takbir! Penutur : Apa? Mitra tutur : Takbir……… Penutur : Berapa kali juga? Mitra tutur : Tiga puluh tiga kali Penutur : Apa bunyi takbir itu? Mitra tutur : Allahu Akbar…. Penutur : Allahu Akbar, Allahu Akbar…… Mitra tutur :Allahu Akbar, Allahu Akbar…… Penutur : Terus, Allahu Akbar, Allahu Akbar…. Mitra tutur : Allahu Akbar, Allahu Akbar Penutur : Berapa kali? Mitra tutur : Tiga puluh tiga kali….. Penutur : Ya, sampai selesai sabanyak tiga puluh tiga…. Mitra tutur : Kali! Penutur : He, itulah takbir tiga puluh tiga kali juga. Allahu Akbar ya! Mitra tutur : Berapa kali? Penutur : Tiga puluh tiga kali ya. Coba siapa yang bisa lakukan lagi

baca takbir,satu orang ya ini pintar baca, takbir tiga puluh tiga kali. Ya, baca!

Mitra tutur : Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,

Page 145: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

126

Allahu Akbar, Allahu Akbar Penutur : Ya, sudah. Kalau sudah membaca takbir tiga puluh tiga kali

dibaca dengan menutup doa. Siapa yang belum bisa membaca doa penutup dzikir ini? Tolong angkat tangannya!

Mitra tutur :(serentak mengangkat tangan) Penutur :Coba Taufik baca doa penutup itu dalam berdzikir. Mitra tutur : Allahu akbar kabira walhamdulillahi katsira wasubuhanallahi

bukratanwaasilan lailahaillallah wahdahulasyarikalahu lahulmulku walahulhamdu yuhyi wayumitu wahuaalakullisyaiinkadiran lahaula walakuwataillabillahialiyulasyim.

Penutur : Ya, itulah doa penutup. Kita ulangi membaca doa penutup di dalam dzikirya kit abaca semua! Allahu akbar kabira walhamdulillahi katsira wasubuhanallahi bukratan waasilan lailahaillallah wahdahulasyarikalahulahulmulku walahul hamdu yuhyi wayumitu wahuaalakullisyaiinkadiran lahaula walakuwata illabillahialiyulasyim.

Mitra tutur : Allahu akbar kabira Penutur : Walhamdulillahi katsira Mitra tutur : Walhamdulillahi katsira Penutur : Wasubuhanallahi bukratan Mitra tutur : Wasubuhanallahi bukratan Penutur : Waasilan Mitra tutur : Waasilan Penutur : Lailahaillallah Mitra tutur : Lailahaillallah Penutur : Wahdahulasyarikalahu Mitra tutur : Wahdahulasyarikalahu Penutur : Lahulmulku Mitra tutur : Lahulmulku Penutur : Walahulhamdu Mitra tutur : Walahulhamdu Penutur : Yuhyi Mitra tutur : Yuhyi Penutur : Wayumitu Mitra tutur : Wayumitu Penutur : Wahuaalakullisyaiinkadir Mitra tutur : Wahuaalakullisyaiinkadir Penutur : Lahaula Mitra tutur : Lahaula Penutur : Walakuata Mitra tutur : Walakuata Penutur : Illabillahialiyulasyim Mitra tutur : Illabillahialiyulasyim Penutur : Sudahhh,,,itu doa penutup di dalam dzikir. Baru itu

dilanjautkan membaca doa, membaca doa apa saja yang kita

Page 146: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

127

minta ya,mau pintarmembaca doa kepintaran membaca doa ilmu, mau makan,mau cantik,mau jadi tentara, mau jadi polisi, mau jadi penerbang, mau jadi presidenkita minta melalui doa, bisa dipaham?

Mitra tutur : Iya, Bu! (Kegiatan Akhir) Penutur : Ok, jadi sekarang karena sudah pintar semua berdzikir minta

kepadakedua orang tuamu bersama-sama berdzikir sebanyak-banyaknya.Jadi didalam hal itu kalau sesudah salat harus duduk berdzikir janganterus berlari pergi bermain. Di tulis sekarang bunyi satu tahlil, kedua

takbir. Tulis sekarang Mitra tutur : (mitra tutur mulai mengerjakan soal yang ada di papan tulis)

Page 147: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

128

Nama Penutur : Sitti Nurbaya S.Pd Situasi tutur : Formal Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Tanggal : 16-05-2014 Waktu : 2 x 45 menit Topik : Pembahasan Soal PKn Partisipan : Penutur–Mitra tutur

Percakapan berlangsung di dalam kelas (Awal Pembelajaran)

Penutur : Assalamu Alaikum,anak-anak! Mitra tutur : Walaikummusallam Penutur : Coba ketua kelas siapkan temannya! Mitra tutur : Duduk siap, beri salam,Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Penutur : Waalaikum Mussalam Warahmatullahi Wabarakatu Mitra tutur : Berdoa (semua siswa berdoa) Penutur : Nah anak-anak sekalian,sebelum kita melanjutkan pelajaran

terlebih dahulu coba anak-anakku dengar namata ya? Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Jadi kalau hadir bilangki hadir, Bu! Aldi, Ardiansyah,Fasli,

Firdayanti, Firman,Gustiawan, Mukhsin, Haikal, Irmayani, Ibnu Qayyum, Jefri,Lili. Ada Lilis?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Bilangki hadir Bu! Mitra tutur : Hadir, Bu.

Penutur : Muh.Alwi, Nia Rahmadani, Nurhana, Nurpianti, Rafli Ramadhan, Ramadani, Refaldi, Sandra, Sofyan, St. Maryam, Sulkifli Ilham, Sulfi, Ulfa, Zulfitra. Nah, coba ingat-ingat siapa yang tidak hadir pada hari ini! Siapa yang tidak hadir temanta?

Mitra tutur : Jefri Penutur : Siapa yang tau kenapa dia tidak datang? Mitra tutur : Sakit i kakinya na tusuk i paku Penutur : Oh, natusuk i paku Mitra tutur : Ufi, pindah juga di tempatnya orang! Penutur : Oh, jadi teman kalian yang tidak hadir hari ini hanya Jefri ya.

Jefri lagi sakit karena barangkali dia nakal sehingga kemana-mana tidak pakai sandal akhirnya kakinya di tusuk paku. Nah, baiklah kita lanjutkan pelajaran kita yaitu bidang studi apa sekarang? PKn ya, jadi kita lanjutkan pelajaran kita minggu lalu tentang kerukunan, masih ingatkah

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Kerukunan di rumah. Jadi, di rumah kita itu terdiri atas

Page 148: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

129

beberapa orangkarena keluarga itu terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anaknya. Malah ada keluarga yang masih utuh masih ada kakek dan neneknya. Saya tanya dulu siapa di rumahnya masih ada kakeknya? Kakek itu adalah bapaknya mama kamu di rumah. Ada?

Mitra tutur : Ada. (Kegiatan Inti) Penutur : Jadi yang akan kita pelajari yaitu kerukunan di rumah, jadi kita

sebagai anggota keluarga harus membiasakan hidup rukun di rumah ya?

Mitra tutur: Iye. Penutur : Bagaimana caranya hidup rukun? Coba yang lain jangan ada

yang ribut! Bisakah kalian diam sejenak? Bagus itu kalau tidak ributki dengan mudah kita bisa memahami pelajaran. Masih ada yang mau ribut?

Mitra tutur : Tidak Penutur : Jadi, janganki ribut ya! Supaya pelajaran kita berjalan lancar.

Kita lanjut, kita harus selalu hidup rukun di rumah. Bagaimana caranya,sebagai anak kita harus menghormati orang tua, siapa yang dihormati?

Mitra tutur : Ayah Penutur : Anak menghormati orang tuanya, orang tua itu ayah dan ibu.

Yang punya kakak, kakak juga dihormati. Sebagai kakak menyayangi adik begitu supaya hidup rukun, kalau adayang di kerjakan dikerja bersama-sama.Jadi, hidup rukun harus selalu dibina dalam kehidupan

Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Jadi kita tidak boleh seenaknya bicara tidak sopan kepada

orang tua. Nah, sehubungan dengan pelajaran yang lalu, ibu guru sempat memberikan soal kepada kita, nomor satu sudah terjawab dulu ya?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur : Yaitu keluarga terdiri atas orang tua dan anak-anaknya. Sudah

terjawab? Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Ok, anak-anakku ada yang mau bertanya sebelum kita lanjut

ke soal berikutnya atau ibu mengulang-ulangi penjelasan tentang kerukunan supaya kalian memahami artinya kerukunan maka kalian juga dapat menerapkannya.

Mitra tutur : Iya, Bu! Penutur : Ya, jadi kita harus selalu membina kerukunan di rumah karena

yang kita pelajari sekarang khusus rukun di rumah, rukun bersama anggota keluarga di rumah. Jangan ada yang curang semuanya harus bekerja semuanya saling membantu kalau sudah makan ada yang angkat piring ada yang menyapu, ada

Page 149: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

130

yang mengepel tempat makan jadi semuanyaambil bagian kecuali ayah dan ibu. Bagaimana bisa kalian mencobanyadi rumah?

Mitra tutur : Iye….. Penutur : Sangat gembira hatinya itu orang tua kalau dia minta tolong

sama kita langsung kita kerjakan. Siapa ini, ini Fitrah kenapa jalan.Jangan selalu ribut ya? Kalau ada yang ribut kita semua terganggu.Enak itu kalau tidak ribuk ki’?

Mitra tutur : Iye, Bu! Penutur :Jadi, senang hatinya bapak dan mama kalau kita sering

membantunya. Dan ingat jangan membangkang. Apa itu membangkang anak-anak?Membangkang namanya kalau disuruki lalu kita tidak peduli dan itu tidak boleh kita lakukan.

Mitra tutur : Iye Penutur : Apa dibilang kalau disuruhki sama orang tua? Apa yang kita

bilang.Randi ambil air Randi! Seharusnya kita bilang apa? Mitra tutur : (mitra tutur diam) Penutur : Insya allah ma, ok ma kecil itu ma insya allah akan saya kerja Mitra tutur : Kecil sekali Penutur : Sekarang kita lanjut, dengarkan baik-baik ya. Jangan dulu

bicara, kitaharus saling membantu, saling menghargai dan saling menghormati sesama anggota keluarga. Saya tanya ulang kita sebagai adik apa yangkita lakukan sama kakak?

Mitra tutur : Hormati………. Penutur : Kita lanjut lagi di’!Nomor berapa kemarin? Mitra tutur : Nomor lima Penutur : Nomor Mitra tutur : Nomor empat Penutur : Nomor berapa lagi yang tidak terjawab kemarin? Mitra tutur : Lima Penutur : Kemarinkan ibu guru hanya berikan soal emapt nomor! Sudah

terjawab nomor satu dan nomor dua. Nomor berapa lagi yang belum?

Mitra tutur : Tiga…… Penutur : Nomor tiga itu soalnya seperti ini. Coba lihat! Kita harus

menghormati…..dan……,apa yang di tulis di situ. Menghormati, siapa yang harus dihormati

Mitra tutur : Ayah,adik Penutur : Coba siapa bisa jawab yang dihormati adalah…… Mitra tutur : Kakak, adik Penutur : Soalnya seperti ini, coba perhatikan dan simak baik-baik. Kita

harus menghormati….dan……belum masuk kakak disitu. Siapa dahulu yang kita hormati sebelum kakak?

Mitra tutur : Mama Penutur : Iya, kita harus menghormati ibu dan …… Mitra tutur : Bapak

Page 150: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

131

Penutur : Begitu! Mitra tutur : Iya, Bu! (Kegiatan Akhir) Penutur : Nah, untuk pelajaran PKn pada pagi hari ini tentang hidup

rukun dirumah saya kira cukup sekian namun saya harus pesankan bahwa setelah pulang di rumah jangan ada yang bermain saja, tapi apa yang kita lakukan?

Mitra tutur : Menulis Penutur : Ya latihan menulis, membaca, pokoknya jangan tidur sebelum

belajar walaupun waktunya sebentar saja ya? Ya cukup sekian pelajaran kita tentang hidup rukun di rumah. Ulangi pelajaran setelah sampai di rumah, Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Mitra tutur : Waalaikum Mussalam Warahmatullahi Wabarakatu.

Page 151: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …
Page 152: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …
Page 153: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …
Page 154: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …
Page 155: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …
Page 156: KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN …

Recommended