KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) PADA SUSU SAPI SEGAR
YANG BEREDAR DI AREA MADIUN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Disusun Oleh :
ANNAFSIL MUTHMAINNATIL HANIFAH
201605005
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
i
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) PADA SUSU SAPI SEGAR
YANG BEREDAR DI AREA MADIUN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Ahli Madya Farmasi (A.Md.Farm)
Disusun Oleh :
ANNAFSIL MUTHMAINNATIL HANIFAH
201605005
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis Ilmiah Ini telah disetujui oleh pembimbing
dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian Sidang
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) PADA SUSU SAPI SEGAR
YANG BEREDAR DI AREA MADIUN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Menyetujui,
Pembimbing II
Yetti Hariningsih, M.Farm.,Apt
NIS. 20170140
Menyetujui,
Pembimbing I
Vevi Maritha, M.Farm.,Apt
NIS. 20150129
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Farmasi
Novi Ayuwardani, M.Sc.,Apt
NIS. 20150128
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
dan dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Amd.Farm
Pada Tanggal 15 Agustus 2019
Dewan Penguji
1. Rahmawati Raising, M.Farm Klin.,Apt :
Dewan Penguji
2. Vevi Maritha, M.Farm.,Apt :
Penguji 1
3. Yetti Hariningsih, M.Farm.,Apt :
Penguji 2
Mengesahkan,
Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid)
NIS.20160230
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “ANALISIS KADAR KALSIUM
(Ca) PADA SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI AREA MADIUN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis” sebagai salah satu
persyaratan tugas akhir dalam memperoleh gelar A.Md.Farm (Tenaga Teknis
Kefarmasian) di Prodi Farmasi STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini dapat terlaksana dengan baik
berkat dukungan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Ibu Novi Ayuwardani, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Vevi Maritha, M.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing 1 yang telah
banyak membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Yetti Hariningsih, M.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing 2.
5. Bapak Sidi dan Ibu Darwati, kedua orang tua yang telah mendidik,
membimbing, memberikan dukungan, dan kasih sayang serta doa yang tiada
henti dipanjatkan. Mbah Karjan (almarhum) dan Mbah Tarmi, kakek dan nenek
yang penulis sangat sayangi. Saudara-saudari penulis, Ayuny, Zaky, Aprilia,
Auliya dan Zalfa. Anak-anak pendengar setia penulis Tteokki, Mpus Manis,
v
Agam, Acil. Dan juga kepada partner, sahabat, kawan, teman seperjuangan
tugas akhir masa studi Wahyu Yulianto, S.E.
6. Teman-teman sejawat, Anggun, Bidara, Devi, Desi, Enggar, Sesy, Ristiya,
terkhusus kepada Erike dan Dyah terimakasih karena telah menjadi bagian dari
warna warni kisah masa lalu yang berkesan untuk masa mendatang yang dapat
penulis jadikan kenangan tak terlupakan.
7. Kawan lama yang tak terkikis oleh waktu dan usia, Amatullah, Ifah, Camelia,
terimakasih sudah menjadi tempat berbagi cerita.
8. Serta semua pihak yang telah mendukung yang tidak dapat dituliskan satu-
persatu.
Penulis sadar bahwa laporan karya tulis ilmiah ini pasti ada kekurangan, jadi
penulis memohon kepada pembaca untuk memberi kritik dan saran untuk yang
bersifat membangun sebagai bahan masukan demi perbaikan maupun peningkatan
penulis dalam bidang ilmu pengetahuan. Dan penulis mohon maaf atas kesalahan
dan ketidaksempurnaan tersebut.
Madiun, Agustus 2019
Penulis
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Annafsil Muthmainnatil Hanifah
NIM : 201605005
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
memperoleh gelar (ahli madya atau sarjana) di suatu perguruan tinggi dan
lembaga pendidikan lainnya, pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan
baik yang sudah maupun belum atau tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan
dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, Agustus 2019
Annafsil Muthmainnatil Hanifah
NIM. 201605005
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Annafsil Muthmainnatil Hanifah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Ngawi, 9 April 1998
Agama : Islam
Alamat : Jln. Utama Bhakti No.08 RT 008 RW 002
Dusun Tapen desa Waruktengah Kecamatan
Pangkur Kabupaten Ngawi Jawa Timur 63282
e-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SD Integral Luqman Al-Hakim Ngawi
2. SMP Darul Madinah Madiun
3. MA Al-Burhan Hidayatullah Semarang
viii
ABSTRAK
Annafsil Muthmainnatil Hanifah
ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) PADA SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI
AREA MADIUN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Susu merupakan bahan makanan yang mengandung tinggi kalsium.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pembentukan kompleks senyawa mureksid dengan kalsium (Ca) dan untuk
menganalisis kadar kalsium (Ca) pada susu sapi segar yang beredar di area Madiun. Analisis
kalsium (Ca) dapat dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks kalsium (Ca) dengan mureksid. Senyawa mureksid memiliki gugus kromofor
yaitu ikatan rangkap C=C dan C=O yang akan berikatan dengan kalsium (Ca).
Penelitian ini dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada
pembentukan kompleks kalsium (Ca) dengan mureksid [Ca2+
(Mu-)2] sebagai indikator yang
berfungsi sebagai pengikat kalsium agar absorbansi kalsium dapat terbaca pada spektrofotometri
UV-Vis.
Sampel sebanyak 1 mL dilarutkan dengan aquades dengan penambahan larutan indikator
mureksid dan NaOH. Absorbansi kalsium dibaca pada panjang gelombang antara 400-800 nm
yaitu pada daerah visibel. Hasil absorbansi diperoleh panjang gelombang maksimum 507 nm.
Sampel penelitian ini adalah susu sapi segar yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C yang
diambil dari pedagang yang berjualan didaerah Madiun. Hasil dari penelitian ini adalah absorbansi
kalsium dapat terbaca pada spektrofotometri UV-Vis, hal tersebut menunjukkan bahwa kalsium
(Ca) dapat membentuk senyawa komplek dengan mureksid sebagai indikator yang berfungsi
sebagai pengikat kalsium (Ca). Dan kandungan kalsium (Ca) untuk sampel A yaitu 2,0712 mg/mL,
sampel B yaitu 1,9143 mg/mL, dan sampel C yaitu 1,9275 mg/mL. Berdasarkan hasil tersebut
maka takaran konsumsi susu sapi segar yang disarankan agar dapat memenuhi kebutuhan kalsium
per hari adalah sebanyak 558,8039 mL.
Kata kunci : Susu, Kalsium, Mureksid, Spektrofotometri UV-Vis
ix
ABSTRACT
Annafsil Muthmainnatil Hanifah
ANALYSIS OF CALCIUM (Ca) LEVELS IN FRESH COW MILK WHICH IS
DIFFICULT IN THE MADIUN AREA USING UV-Vis SPECTROFOTOMETRY
METHOD
Milk is a food that contains high calcium. The aims of this study to determine the
formation of murexid compound complexes with calcium (Ca) and to analyze calcium (Ca) levels
in fresh cow milk circulating in the Madiun area. Analysis of calcium (Ca) can be done using the
UV-Vis Spectrophotometry method based on the formation of complex calcium (Ca) with murexid
compounds. Murexid compounds have chromophore cluster, namely double bonds C=C and C=O
which will bind to calcium (Ca).
This research was conducted by UV-Vis spectrophotometry method based on the formation
of calcium (Ca) complex with murexid [Ca2+
(Mu-)2] as an indicator that functions as a calcium
binder so that calcium absorbance can be read on UV-Vis spectrophotometry.
A sample of 1 mL was dissolved with aquades by adding a solvent ofmurexid and NaOH
indicators. Calcium absorbance is read at wavelengths between 400-800 nm, namely in the visible
region. The absorbance results obtained a maximum wavelength of 507 nm.
The sample of this research was fresh cow's milk, that is sample A, sample B, and sample C
taken from traders selling in Madiun area. The results of this study are the absorbance of calcium
can be read on UV-Vis spectrophotometry, it shows that calcium (Ca) can form complex
compounds with murexid as an indicator that functions as a calcium binder (Ca). And the calcium
content (Ca) for sample A is 2.0712 mg/mL, sample B is 1.9143 mg/mL, and sample C is 1.9275
mg/mL. Based on these results, the recommended dose of consumption of fresh cow's milk in
order to meet the calcium requirement per day is 558.8039 mL.
Keywords : Milk, Calcium, Murexid, UV-Vis Spectrophotometry
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ........................................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 LatarBelakang ..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................5
2.1 Susu ..........................................................................................................5
2.1.1 Definisi Susu ..................................................................................5
2.1.2 Kandungan Susu .............................................................................6
2.1.3 Sifat Fisik dan Kimiawi Susu .........................................................8
2.1.4 Jenis Susu .......................................................................................9
2.1.5 Manfaat Susu ..................................................................................12
2.2 Kalsium ....................................................................................................13
2.3 Spektrofotometri UV-Vis .........................................................................14
2.3.1 Definisi Spektrofotometri UV-Vis .................................................14
2.3.2 Instrument Spektrofotometri UV-Vis .............................................16
2.3.1 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis .........................................17
2.4 Mureksid ...................................................................................................19
2.4.1 Struktur Kimia Mureksid ...............................................................19
2.4.2 Definisi Mureksid ...........................................................................19
2.4.3 Reaksi Kimia Senyawa Mureksid dengan Ca (Kalsium) ...............20
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ..........................................................21
3.1 Kerangka Penelitian .................................................................................21
3.2 Hipotesa ...................................................................................................22
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................23
4.1 Rancangan Penelitian ...............................................................................23
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................................23
4.2.1 Populasi ..........................................................................................23
4.2.2 Sampel ............................................................................................23
4.3 Teknik Sampling dan Proses Sampling ....................................................24
4.3.1 Teknik Sampling ............................................................................24
4.2.2 Proses Sampling .............................................................................24
xi
4.4 Prosedur Kerja Analisis Kualitatif ...........................................................24
4.5 Prosedur Kerja Analisis Kuantitatif .........................................................24
4.5.1 Pembuatan Larutan Mureksid ........................................................24
4.5.2 Pembuatan Larutan Baku Kalsium dari CaCl.2H2O ......................25
4.5.3 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum ...................................25
4.5.4 Penetapan Kurva Baku ...................................................................25
4.5.5 Penetapan Kadar Kalsium dalam Susu Segar ...............................26
4.6 Variabel, Definisi, dan Batasan Opersional Penelitian ............................26
4.6.1 Variabel Independen ......................................................................26
4.6.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................26
4.6.3 Batasan Operasional .......................................................................27
4.7 Instrumen Penelitian .................................................................................27
4.7.1 Alat Penelitian ................................................................................27
4.7.2 Bahan Penelitian .............................................................................27
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................28
4.9 Teknik Analisis Data ................................................................................28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................29
5.1 Hasil Penelitian .........................................................................................29
5.2 Pembahasan ..............................................................................................31
BAB VI PENUTUP ...........................................................................................35
6.1 Kesimpulan ...............................................................................................35
6.2 Saran .........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Kurva Baku Kalsium .................................................... 30
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri UV-Vis ........ 31
Tabel 5.3 Serapan Sinar dan Zat Warna..................................................................... 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis .......................................... 17
Gambar 2.2 Struktur Kimia Mureksid ................................................................. 19
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ......................................................................... 21
Gambar 5.1 Panjang Gelombang Maksimum Kalsium ....................................... 29
Gambar 5.2 Kurva Baku Kalsium ........................................................................ 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Preparasi Baku Kalsium .............................................. 39
Lampiran 2 Perhitungan Kadar Kalsium Dalam Sampel .................................... 43
Lampiran 3 Absorbansi sampel A1 ..................................................................... 56
Lampiran 4 Absorbansi sampel A2 ..................................................................... 56
Lampiran 5 Absorbansi sampel A3 ..................................................................... 57
Lampiran 6 Absorbansi sampel B1 ...................................................................... 57
Lampiran 7 Absorbansi sampel B2 ...................................................................... 58
Lampiran 8 Absorbansi sampel B3 ...................................................................... 58
Lampiran 9 Absorbansi sampel C1 ...................................................................... 59
Lampiran 10 Absorbansi sampel C2 ...................................................................... 59
Lampiran 11 Absorbansi sampel C3 ...................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pangan sebagai sumber zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama
manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Melalui penganekaragaman pangan, dapat dipenuhi kebutuhan zat gizi yang
dibutuhkan oleh manusia. Salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia adalah
kalsium (Rahmadani, 2011).
Keperluan kalsium dalam tubuh biasanya dihitung dengan keseimbangan
kalsium, kira-kira sama dengan yang digunakan untuk menghitung keseimbangan
nitrogen. Jumlah kebutuhan kalsium dapat dibedakan berdasar jenis kelamin dan
usia. Kebutuhan kalsium tiap hari adalah : usia 0-6 bulan 200 mg, usia 7-11 bulan
250 mg, usia 1-3 tahun 650 mg, umum 1100 mg, ibu hamil dan menyusui 1300
mg (BPOM, 2016).
Untuk memenuhi kalsium setiap hari, tubuh harus mengonsumsi bahan
makanan yang mengandung kalsium seperti susu, sereal, keju dan lauk seperti
tahu dan tempe. Dengan mengonsumsi bahan pangan bisa juga menghindari
resiko negatif akibat kelebihan konsumsi kalsium. Maka konsumsi kalsium harus
dalam jumlah yang wajar dan dari sumber yang alami (Rahmadani, 2011).
Kalsium merupakan salah satu makromineral yang memiliki peran penting
diantaranya untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, faktor pembantu
2
dan pengatur reaksi bioimia dalam tubuh serta mencegah terjadinya osteoporosis.
Pemenuhan kebutuhan terhadap kalsium dapat diperoleh dari sumber pangan
hewani maupun nabati. Salah satu sumber pangan tersebut adalah susu. Susu
dikenal sebagai bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena susu
mengandung air di dalamnya, kalsium, protein, karbohidrat, lemak, mineral,
enzim–enzim, gas serta vitamin A, C, D, dalam jumlah yang memadai. Susu segar
adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, atau domba, dan hewan
ternak penghasil susu lainnya yang sehat dan bebas dari kolostrum, serta
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum
dapat perlakuan apapun kecuali pendinginan (Utami, 2009).
Metode analisis yang telah dilakukan untuk penetapan kadar kalsium
diantaranya adalah metode kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom.
Instrumen spektrofotometri serapan atom cukup mahal dan hanya ada di beberapa
laboratorium penelitian, sehingga analisis hanya dapat dilakukan wilayah tertentu.
Pada penggunaan metode kompleksometri reagen yang diperlukan sulit ditemukan
sehingga penggunaannya pun tidak efektif. Kandungan mineral seperti kalsium
yang relatif kecil dalam sampel yang kompleks menyebabkan penentuan kadar
mineral sulit dilakukan karena adanya kemungkinan senyawa lain. Metode lain
yang juga digunakan untuk penetapan kadar kalsium adalah secara
spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada pembentukan kompleks kalsium
mureksid dalam suasana basa. Kadar kalsium menarik dan perlu diteliti mengingat
tingginya kadar kalsium dalam susu sapi segar dan besarnya manfaat kalsium
untuk pertumbuhan tulang dan gigi (Rahayu dkk., 2011).
3
Dengan penelitian analisis kadar kalsium pada susu sapi segar di area
Madiun ini diharapkan masyarakat akan termotivasi mengonsumsi susu sapi segar
supaya dapat mencukupi angka label gizi pada kalsium untuk tubuh menurut
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Tahun 2016
yaitu secara umum 1100 mg per hari. Sehingga asupan gizi kalsium pada tubuh
dapat tercukupi dengan baik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana pembentukan senyawa komplek mureksid yang
ditambahkanpada sampel susu sapi segar yang dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV Vis?
1.2.2 Berapakah kadar kalsium pada susu sapi segar yang beredar di area
Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Mengetahui pembentukan senyawa komplek mureksid yang ditambahkan
pada sampel susu sapi segar yang dianalisis menggunakan spektrofotometri
UV-Vis.
1.3.2 Mengetahui kadar kalsium dengan metode spektrofotometri UV-Vis
terhadap susu sapi segar yang beredar di area Madiun
4
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1.4.1 Memperkaya ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan kalsium
pada susu sapi segar.
1.4.2 Memberikan informasi mengenai kadar kalsium pada susu sapi segar yang
beredar di area Madiun.
1.4.3 Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengonsumsi susu sapi
segar dengan maksud menambah asupan kalsium pada tubuh.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
2.1.1 Definisi Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae
(ambing) pada binatang mamalia betina untuk bahan makanan dan sumber gizi
bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan mamalia betina bervariasi
sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga tidak sama pada hewan mamalia
yang berbeda (Utami dkk., 2011).
Susu merupakan sumber energi karena mengandung banyak laktosa dan
lemak, disebut juga sumber zat pembangun karena mengandung juga banyak
protein dan mineral serta berbagai bahan-bahan pembantu dalam proses
metabolisme seperti mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal
mempunyai komposisi air 87,20%, lemak 3,70%, protein 3,50%, laktosa 4,90%,
dan mineral 0,07% (Sanam dkk., 2014).
Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena di dalam susu
segar mengandung berbagai zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti
protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Salah satunya yaitu susu sapi segar, merupakan susu yang
dihasilkan oleh sapi betina perah di peternakan. Akan lebih baik jika sebelum
mengonsumsinya direbus terlebih dahulu hingga mendidih untuk menghilangkan
bakteri yang mungkin terdapat pada susu (Wardana, 2012).
6
2.1.2 Kandungan Susu
Susu merupakan sumber protein hewani yang mempunyai peranan strategis
dalam kehidupan manusia, karena mengandung berbagai komponen gizi yang
lengkap serta kompleks. Susu mengandung vitamin yang dapat larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E dan K serta vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B
dan C. Beberapa vitamin memberikan warna pada susu. Riboflavin memberikan
warna susu kuning sedikit kehijauan, sedangkan karoten akan memberikan warna
lemak susu menjadi kekuning-kuningan (Hasanuddin, 2017).
Kalsium (Ca), kalium (K), fosfat (P), dan klor (Cl) merupakan mineral yang
banyak terdapat dalam susu. Mineral lain terdapat dalam jumlah sedikit misalnya
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), dan mangan (Mn). Kandungan mineral dalam
susu bersifat relatif konsisten dan tidak dipengaruhi oleh makanan ternak
(Hasanuddin, 2017).
Di dalam susu terdapat enzim peroksidase, katalase, fosfatase dan lipase.
Peroksidase dan fosfatase dapat dijadikan sebagai indikator kecukupan
pasteurisasi susu karena kedua enzim ini akan rusak pada suhu pasteurisasi.
Sedangkan lipase dapat menyebabkan kerusakan pada susu (Hasanuddin, 2017).
Zat gizi yang terkandung dalam susu yaitu air, protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor dan vitamin.
A. Air, kandungan air dalam susu sangat tinggi. Susu mengandung air 87,90
yang berfungsi sebagai bahan pelarut bahan kering didalam susu. Sebagian
besar dihasilkan dari air yang diminum oleh binatang yang menghasilkan
susu (Saleh, 2004).
7
B. Protein, susu merupakan sumber protein dengan mutu sangat tinggi. Kadar
protein didalam susu rata-rata 3,20% yang terdiri dari: 2,70% kasein, dan
0,50% albumin. Kadar protein didalam susu sebanyak 26,50% dari bahan
kering susu. Protein didalam susu akan menentukan kualitas susu yang
dihasilkan. Didalam susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit
(Saleh, 2004).
C. Lemaksusu yang juga disebut sebagai butter fat merupakan komponen yang
sangat penting dalam susu, bahkan secara komersial lemak susu merupakan
komponen yang sangat berharga. Kadar lemak dalam susu berkisar antara 3
sampai 8% namun rata-rata kadar lemak didalam susu adalah ±3,45%
(Saleh, 2004).
D. Karbohidrat utama yang terdapat dalam susu adalah laktosa. Laktosa adalah
disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Enzim laktase bertugas
memecah laktosa menjadi gula-gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa.
Pada usia bayi tubuh menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup
sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Seiring bertambahnya usia,
keberadaan enzim laktase semakin menurun sehingga sebagian akan
menderita diare bila mengonsumsi susu terlalu berlebih (Khomsan, 2004).
E. Kalsium adalah nutrisi yang penting bagi tubuh manusia. Susu merupakan
sumber kalsium terbaik yang dapat meningkatkan kekuatan tulang
(Wirakusumah, 2007).
8
F. Fosfor, susu merupakan sumber fosfor yang baik yaitu sekitar 90 mg. Fosfor
biasanya bekerja sama dengan kalsium dan vitamin D. Fosfor berguna untuk
pembentukan tulang dan gigi (Nainggolan, 2014).
G. Vitamin. Susu mengandung 100 IU vitamin D (25% kebutuhan vitamin D
harian), 400 mg potassium (12% kebutuhan harian), dan 0,4 mg riboflavin
(vitamin B2) atau sekitar 23% kebutuhan harian (Wirakusumah, 2007).
2.1.3 Sifat Fisik dan Kimiawi Susu
Sifat fisik dan kimiawi susu meliputi kerapatan, pH, warna, rasa dan bau,
serta titik beku. Kerapatan susu bervariasi antara 1,0260 dan 1,0320 pada suhu
20oC, angka ini biasanya disebut sebagai “26” dan “32”. Keragaman ini
disebabkan karena perbedaan kandungan lemak dan zat-zat padat bukan lemak.
pH susu segar berada di antara pH 6,6 sampai 6,7 dan bila terjadi cukup banyak
pengasaman oleh aktivitas bakteri, angka-angka ini akan menurun secara nyata
(Amallia, 2012).
Warna susu yang normal adalah putih sedikit kekuningan. Warna susu dapat
bervariasi dari putih kekuningan hingga putih sedikt kebiruan.Warna putih
sedikitkebiruan dapat tampak pada susu yang memiliki kadar lemak rendah.Susu
memiliki rasa sedikit manis dan bau (aroma) khas. Rasa manisdisebabkan adanya
gula laktosa didalam susu, meskipun sering dirasakan ada sedikit rasa asin yang
disebabkan oleh klorida. Bau khas susu disebabkan oleh beberapa senyawa yang
mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat volatil (Mohamad, 2002).
Titik beku susu adalah -0,520oC. Berat jenis air susu adalah 1,027 sampai
1,035 dengan rata-rata 1,031. Kekentalan atau viskositas susu biasanya berkisar
9
1,5 sampai 2,0 cP, temperatur juga ikut menentukan viskositas susu. Pada suhu
20oC
susu segar memiliki viskositas 2,0 cP (Saleh, 2004).
2.1.4 Jenis Susu
Beberapa jenis susu yang saat ini beredar di pasaran menurut Utami (2009)
di antaranya yaitu:
A. Susu segar, adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, atau
domba, dan hewan ternak penghasil susu lainnya yang sehat dan bebas dari
kolostrum, serta kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu
apapun dan belum dapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu jenis
ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 3%, sedangkan total padatan
bukan lemak tidak kurang dari 8%.
B. Susu pasteurisasi, adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar
atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang dipanaskan dengan
metode High Temperature Short Time (HTST) atau metode Holding, dan
dikemas segera dalam kemasan yang steril secara aseptis. Susu jenis ini
kadar lemak susunya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan lemak
tidak kurang dari 8%.
C. Susu UHT, adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar atau susu
rekonstitusi atau susu rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang
dari 135oC selama 2 detik dan dikemas segera dalam kemasan yang steril
dan secara aseptis. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 3%
dan total padatan bukan lemak tidak kurang dari 8%.
10
D. Susu steril, adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar atau susu
rekonstitusi atau susu rekombinasi yang dipanaskan pada suhu tidak kurang
dari 100oC selama waktu yang cukup untuk mencapai keadaan steril
komersial dan dikemas secara hermetis (kedap). Susu jenis ini kadar lemak
susunya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan lemak tidak kurang
dari 8%.
E. Susu tanpa lemak atau susu skim, adalah produk susu cair yang sebagian
besar lemaknya telah dihilangkan dan dipasteurisasi atau disterilisasi atau
diproses secara UHT. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak lebih dari
1,25% dan kadar proteinnya tidak kurang dari 2,7%.
F. Susu rendah lemak, adalah produk susu cair yang sebagian lemaknya telah
dihilangkan. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 1,25%
dan tidak lebih dari 3% serta kadar proteinnya tidak kurang dari 2,7%.
G. Susu rekonstitusi, adalah produk susu cair yang diperoleh dari proses
penambahan air pada susu bubuk berlemak (full cream) atau susu bubuk
skim atau susu bubuk rendah lemak, dan dipasteurisasi atau disterilisasi atau
diproses dengan UHT.
H. Susu rekombinasi, adalah produk susu cair yang diperoleh dari campuran
komponen susu (susu skim, krim) dan air atau susu, atau keduanyayang
dipasteurisasi atau disterilisasi atau diproses secara UHT.
I. Susu lemak nabati/susu minyak nabati (filled Milk), adalah produk susu cair
yang diperoleh dengan cara menggantikan sebagian atau seluruh lemak susu
dengan minyak atau lemak nabati, atau campurannya dalam jumlah yang
11
setara. Produk ini mempunyai komposisi umum, penampakan, dan
penggunaan yang mirip dengan susu segar. Susu jenis ini kadar lemaknya
tidak kurang dari 3,25% dan total padatan bukan lemaknya tidak kurang dari
8,25%.
J. Susu evaporasi, adalah produk susu cair yang diperoleh dengan cara
menghilangkan sebagian air dari susu segar atau susu rekonstitusi atau susu
rekombinasi, dengan menggunakan proses evaporasi hingga diperoleh
tingkat kepekatan tertentu. Produk dikemas secara kedap (hermetis) dan
diproses dengan pemanasan setelah penutupan pengemas. Susu jenis ini
kadar lemak susunya tidak kurang dari 7,5% dan total padatan tidak kurang
dari 25%.
K. Susu bubuk berlemak (full cream), adalah produk susu berbentuk bubuk
yang diperoleh dari susu cair, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan
susu kental atau krim bubuk, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan
susu kental atau susu bubuk, yang telah dipasteurisasi dan melalui proses
pengeringan. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 26% dan
kadar airnya tidak lebih dari 5%.
L. Susu bubuk rendah lemak dan susu bubuk kurang lemak, adalah produk
susu berbentuk bubuk yang diperoleh dengan proses pengeringan yang
sebelumnya telah dipisahkan sebagian lemak susunya dengan alat pemisah
krim (cream separator) atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu
kental atau krim bubuk, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu
12
kental atau susu bubuk. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang
dari 1,5% dan tidak lebih dari 26% serta kadar airnya tidak lebih dari 5%.
M. Susu bubuk bebas lemak atau susu skim bubuk, adalah produk susu
berbentuk bubuk yang diperoleh dengan proses pengeringan susu skim
pasteurisasi. Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak lebih dari 1,5% dan
kadar airnya tidak lebih dari 5%.
2.1.5 Manfaat Susu
Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena
kelezatan dan komposisinya yang ideal selain susu mengandung semua zat yang
dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam susu dapat
diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. Manfaat susu dapat dirasakan
terutama untuk kesehatan tulang (Almatsier, 2009).
Susu mempunyai peranan sangat penting dalam mencegah osteoporosis. Hal
ini disebabkan karena susu merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat
penting untuk pembentukan tulang. Selain bermanfaat bagi kesehatan tulang dan
gigi, susu juga memiliki manfaat lainnya. Susu diketahui mendatangkan manfaat
untuk optimalisasi produk melatonin. Melatonin adalah hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar pineal pada malam hari. Kehadiran melatonin akan membuat kita
merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Susu
mengandung banyak asam amino triptofan yang merupakan salah satu bahan
dasar melatonin. Sehingga dianjurkan untuk meminum susu sebelum tidur, agar
tubuh dapat beristirahat dengan baik. Selain itu, susu juga mempunyai
kemampuan mengikat logam-logam yang bertebaran akibat polusi. Dengan
13
demikian, susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam berat
yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan yang terpolusi
(Khomsan, 2004).
2.2 Kalsium
Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak dibutuhkan oleh
manusia. Kalsium dalam tubuh sekitar 99 % berada di dalam jaringan keras yaitu
tulang dan gigi. Sedangkan 1 % kalsium berperan untuk mengatur fungsi sel,
untuk transmisi syaraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, menjaga
permeabilitas membran sel, mengatur fungsi hormon sebagai faktor pertumbuhan.
Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada
konsentrasi kurang lebih 2,25 sampai 2,60 mmol/1 (9 sampai 10,4 mg/100ml)
(Rahmadani, 2011).
Sumber utama kalsium dalam makanan terdapat pada susu dan hasil
olahannya, seperti keju atau yogurt. Sumber kalsium selain susu juga penting
untuk memenuhi kebutuhan kalsium, baik yang berasal dari hewani atau nabati.
Sumber kalsium yang berasal dari hewani seperti susu, udang, kuning telur,
daging sapi, sarden, ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering
merupakan sumber kalsium yang baik. Sumber kalsium yang berasal dari nabati
ialah sereal, kacang-kacangan juga hasilnya seperti tahu, dan tempe, dan sayuran
hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga. Tetapi ada pula bahan makanan
yang mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti
serat, fitat, dan oksalat (Almatsier, 2009).
14
Berdasarkan jenis kelamin dan usia jumlah kebutuhan kalsium tiap hari
adalah : usia 0-6 bulan 200 mg, usia 7-11 bulan 250 mg, usia 1-3 tahun 650 mg,
umum 1100 mg, ibu hamil dan menyusui 1300 mg (BPOM, 2016).
Tersedianya kalsium dalam tubuh sangat penting. Peranan dan fungsi
kalsium antara lain, pembentukan tulang, pembentukan gigi, pembekuan darah,
katalisator reaksi-reaksi biologik, kontraksi otot, dapat meringankan gejala
sindrom pramenstruasi. Kekurangan kalsium dapat menyebabkab osteoporosis,
yaitu dimana tulang menjadi kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh seingga
mudah mengalami fraktur. Kurangnya mengonsumsi kalsium serta stress dapat
mempercepat terkena osteoporosis. Hal ini dapat terjadi pada wanita dan laki-laki
dan lebih banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna. Kelebihan
konsumsi kalsium dapat menyebabkan gangguan ginjal. Disamping itu juga dapat
menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi
apabila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain. Untuk itu,
sangat disarankan untuk mengonsumsi kalsium dengan cukup berdasarkan dengan
angka label gizi menurut Badan Pengawas Obat dan Pangan. Agar tubuh
menerima asupan gizi kalsium dengan baik tanpa menimbulkan resiko yang buruk
(Almatsier, 2009).
2.3 Spektrofotometri UV-Vis
2.3.1 Definisi Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
15
mempunyai panjang gelombang 400-800 nm. Spektrofotometri digunakan untuk
mengukur besarnya energi yang diabsorbsi atau diteruskan. Sinar radiasi
monokromatik akan melewatilarutan yang mengandung zat yang dapat menyerap
sinar radiasi tersebut (Harmita, 2004).
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Menurut Rohman (2007) hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan
linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding
terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan yaitu, sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan
terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama, senyawa
yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut, tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi, indeks bias tidak
tergantung pada konsentrasi larutan. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam
persamaan: A = a.b.c
Keterangan:
A = absorban a = absorpsivitas molar
b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi
16
Syarat senyawa dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis
adalah senyawa mengandung gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor
merupakan gugus atau atom dalam senyawa organik yang dapat memberikan
serapan pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Dikatakan memiliki gugus
kromofor apabila memiliki ikatan rangkap C=C, ikatan rangkap C=O, cincin
benzena, ikatan rangkap berkonjugasi (diena(C=C-C=C), dienon (C=C-C=O), dan
lain-lain. Ausokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas
(Skoog dkk., 2007).
2.3.2 Instrument Spektrofotometri UV-Vis
Instrument spektrofotometriUV-Vis adalah sumber cahaya, monokromator,
wadah sampel (kuvet), detektor, dan visual display atau recorder. Sumber cahaya,
sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfram.
Pada daerah UV digunakan lampu hidrogen atau lampu deuterium. Kebaikan
lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada
berbagai panjang gelombang. Monokromator, adalah alat yang akan memecah
cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen
panjang gelombang tertentu. Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi
monokromator dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis.
Monokromator terdiri dari susunan: celah (slit) masuk-filter-prisma-kisi (grating)-
celah (slit) keluar (Khopkar, 2003).
Wadah sampel (kuvet), merupakan wadah sampel yang akan dianalisis.
Kuvet dari leburan silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
pada daerah pengukuran 190-1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai pada
17
daerah pengukuran 380-1100 nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi
UV.Detektor, yang akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan
ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).Visual
Display/Recorder, merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat
listrik. Visual Display atau Recorder menyatakan dalam bentuk % transmitan
(%T) maupun absorbansi (%A) (Khopkar, 2003).
2.3.3 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis (Mustikaningrum, 2015)
Spektrofotometri UV-Vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila
cahaya monokromatik jatuh pada suatu medium homogen, maka sebagian dari
cahaya akan dipantulkan sebagian diserap dan sebagian akan diteruskan. Nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel (Hasibuan, 2015).
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
18
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang
mikro (Marzuki, 2012).
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak
umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul
dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible. Oleh karena itu mereka
mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi
ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi
tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau
panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas,2011).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca
langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun
grafik yang sudah diregresikan (Mustikaningrum, 2015)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
yaitu pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis, waktu
operasional (operating time), dan pemilihan panjang gelombang. pembentukan
molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis perlu dilakukan jika senyawa yang
dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut, cara yang digunakan adalah
dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
Waktu operasional (operating time)biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi
atau pembentukan warna, tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran
19
yang stabil, waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara
waktu pengukuran dengan absorbansi larutan. Dan pemilihan panjang gelombang
yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimal, untuk memilih panjang gelombang maksimal,
dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu (Rohman, 2007).
2.4 Mureksid
2.4.1 Struktur Kimia Mureksid
Gambar 2.2 Struktur Kimia Mureksid (Rehman dkk., 2015)
2.4.2 Definisi Mureksid
Mureksid merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+
.
Mureksid (NH4C8H4N5O6, atau C8H5N5O6 · NH3), juga disebut ammonium
purpurate atau MX, adalah garam amonium dari asam purpuric. Mureksid dalam
keadaan kering memiliki penampilan bubuk ungu kemerahan, sedikit larut dalam
air. Warnanya berkisar kuning dalam pH asam kuat, ungu kemerahan di pH lemah
dan dalam larutan basa menunjukkan warna ungu biru. Mureksid digunakan
sebagai indicator dalam banyak analisis kimia misalnya titrasi kompleksometri,
titrasi EDTA konvensional dan bidang spektrofotometri. Mureksid juga
digunakan sebagai reagen colourimetric (Rehman dkk., 2015).
20
2.4.3 Reaksi Kimia Senyawa Mureksid dengan Ca (Kalsium)
Menurut Amanatie (2013) Senyawa kimia tersusun atas molekul atau atom.
Atom-atom akan saling bergabung membentuk suatu ikatan kimia untuk mencapai
kestabilan. Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya
tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Dalam suatu senyawa ion, semua
senyawa ion-ionnya saling tarik menarik satu sama lain membentuk ikatan
senyawa. Berdasarkan prinsip ikatan ion tersebut, maka reaksi kimia senyawa
mureksid dengan Ca (kalsium) akan membentuk :
Syarat suatu senyawa dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri salah
satunya adalah mengandung gugus kromofor. Kromofor ada 3 jenis yaitu ikatan
rangkap C=C, ikatan rangkap C=O, dan cincin benzena. Pada reaksi kimia
mureksid dengan Ca2+
diketahui adanya ikatan rangkap C=C dan C=O. Maka,
dengan adanya pembentukan kompleks mureksid dan Ca2+
kalsium akan dapat
dianalisis menggunakan spektrofotometri karena telah memenuhi syarat (Harmita,
2004).
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sumber kalsium hewani
Susu
Kebutuhan kalsium pada tubuh manusia
Pengambilan
sampel susu sapi
segar yang
beredar di area
Madiun
Pembuatan
larutan komplek
sampel susu
dengan mureksid
Penetapan
panjang
gelombang
maksimum
Penetapan kurva
baku
Analisis kadar kalsium pada susu sapi
segar yang beredar di area Madiun
Penetapan kadar kalsium pada sampel susu sapi segar
yang beredar di area Madiun
Sumber kalsium nabati
22
3.2 Hipotesa
3.2.1 Terbentuknya senyawakomplek mureksid yang ditambahkan pada
sampel susu sapi segar yang dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV-Vis.
3.2.2 Dapat dianalisis kadar kalsium dalam sampel susu sapi segar di area
Madiun menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium, jenis penelitiannya menggunakan
metode non eksperimental atau deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa
sekarang atau yang sedang berlangsung (Nazir, 2013).
Penelitian yang dilakukan yaitu uji kuantitatif. Yang bertujuan untuk
mengetahui kadar kalsium pada susu sapi segar di area Madiun dengan metode
spektrofotometri UV-Vis.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan semesta pembahasan yang menjadi
generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah susu sapi segar
yang beredar di area Madiun.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian.
Sebanyak 3 sampel diambil secara acak pada daerah yang berbeda di daerah
Madiun yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C.
24
4.3 Teknik Sampling dan Proses Sampling
4.3.1 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan praktikan yaitu secara simple random
sampling, proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan
yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel susu sapi segar yang beredar di
area Madiun.
4.3.2 Proses Sampling
Proses sampling pada susu sapi segar dilakukan berdasarkan daerah
beredarnya di area Madiun. Dalam melakukan pengambilan sampel diambil
sebanyak 3 sampel susu sapi segar untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini
yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C.
4.4 Prosedur Kerja Analisis Kualitatif
Sampel susu sapi segar diambil sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan ditambah 1 mL HCl 0,1 N dan 1 mL Na2S.
Terbentuknya endapan putih menunjukkan bahwa sampel mengandung kalsium
(Suryandari, 2012).
4.5 Prosedur Kerja Analisis Kuantitatif
4.5.1 Pembuatan Larutan Mureksid
Timbang 50 mg mureksid larutkan dalam 10 mL aquades, sehingga
diperoleh larutan mureksid dengan konsentrasi 0,5%. Tambahkan 25 mL etanol
25
kedalam larutan mureksid tersebut. Reagen ini hanya bertahan satu hari (Rahayu
dkk., 2011).
4.5.2 Pembuatan Larutan Baku Kalsium dari CaCl2.2H2O
50 mg CaCl2.2H2O diencerkan dengan aquades sampai 50 mL, maka
konsentrasinya adalah 1 mg/mL atau 1000 µg/mL (1000 ppm). Dari konsentrasi
1000 ppm kemudian diambil 1 mL dan diencerkan dalam labu ukur dengan
aquades sampai batas volume 100 mL sehingga diperoleh konsentrasi baku
kalsium 10 ppm (Rahayu dkk., 2011).
4.5.3 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum
Dari larutan baku kalsium 10 ppm, diambil 1 mL masukkan dalam labu ukur
50 mL. Pada labu ukur tersebut ditambahkan 1 mL larutan mureksid dan aquades
secukupnya. Setelah itu ditambahkan 2 mL NaOH 0,1 N kemudian volumenya
dicukupkan hingga 50 mL dengan aquades. Larutan dikocok sampai homogen
kemudian dimasukkan kedalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang antara 400–800 nm (Rahayu dkk., 2011).
4.5.4 Penetapan Kurva Baku
Dari larutan baku kalsium10 ppm, dipipet 1: 2: 3: 4: 5: 6: 7: 8: 9 mL
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Pada labu ukur tersebut
ditambahkan 1 mL larutan mureksid. Kemudian pada masing–masing labu ukur
ditambahkan aquades secukupnya. Setelah itu ditambahkan 2 mL NaOH 0,1 N,
kemudian volumenya dicukupkan hingga 50 mL dengan aquades, sehingga
diperoleh seri larutan baku kalsium dengan konsentrasi 0,2: 0,4: 0,6: 0,8; 1,0; 1,2;
26
1,4; 1,6; 1,8 ppm. Larutan dikocok sampai homogen kemudian dimasukkan ke
dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada gelombang maksimum, dengan
persamaan regresi linier y = bx + a (Rahayu dkk., 2011).
4.5.5 Penetapan Kadar Kalsium dalam Susu Segar
Sampel susu sapi segar sebanyak 100 mL disaring menggunakan kertas
saring. Sampel susu sapi segar yang sudah disaring lalu diambil sebanyak 1 mL
dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, ditambah 1 mL larutan mureksid, dan
aquades secukupnya serta 2 mL NaOH 0,1 N. Volume larutan dicukupkan sampai
50 mL dengan aquades. Diambil 1 mL larutan sampel untuk diencerkan,
dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, volume larutan dicukupkan dengan
aquades sampai tanda batas. Larutan dikocok sampai homogen kemudian
dimasukkan kedalam kuvet dan dibaca absorbansinyapada gelombang maksimum.
Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali.
4.6 Variabel, Definisi, dan Batasan Operasional Penelitian
4.6.1 Variabel Independen
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu kandungan kalsium pada susu sapi
segar. Variabel kendali dalam penelitian ini yaitu kondisi percobaan dan alat
percobaan. Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu kandungan kalsium
dalam sampel.
4.6.2 Definisi Operasional Variabel
Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak dibutuhkan oleh
manusia yang terkandung dalam sumber kalsium nabati dan hewani. Susu adalah
27
cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada
binatang mamalia betina yangmerupakan sumber energi danbahan makanan yang
bergizi tinggi, dan susu sapi segar adalah susu yang dihasilkan oleh sapi betina
perah. Spektrofotometri UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur
transmitan atau serapan suatu sampel dengan pengukuran energi cahaya oleh
suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.
4.6.3 Batasan Operasional
Batasan operasional pada penelitian ini adalah susu sapi segar. Yang
merupakan susu sapi segar yang dipasarkan oleh pedagang di area Madiun.
4.7 Instrumen Penelitian
4.7.1 Alat Penelitian:
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri UV-
Vis (ThermoFisher Scientific), kuvet, labu ukur (Iwaki), gelas ukur (Iwaki),
beaker gelas (Iwaki), erlenmeyer (Iwaki), tabung reaksi, batang pengaduk, corong
pisah, pipet volume, pipet tetes, kertas saring whatman, botol semprot, timbangan
analitik.
4.7.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel susu segar dari
berbagai daerah di Madiun, baku kalsium dari CaCl2.2H2O p.a, etanol 96% p.a,
mureksid p.a, NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, Na2S p.a, dan aquades.
28
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Labolaturium Kimia Terpadu STIKES BHM
Madiun. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2019.
4.9 Teknik Analisis Data
Perhitungan kadar kalsium pada 3 sampel susu segar yang diberi label A, B,
dan C menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
A. Membuat persamaan regresi. Regresi linier merupakan hubungan antara
konsentrasi (sumbu x) dengan absorbansi (sumbu y). Regresi linier dibuat
dengan rumus : y = bx + a
Keterangan :
y = Serapan yang diperoleh
x = Konsentrasi
B. Menghitung kandungan (kadar) kalsium yaitu dengan menghitung kadar
rata-rata kalsium dalam susu segar =
x
29
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium dalam sampel
susu sapi segar yang beredar di area Madiun, serta untuk mengetahui takaran
konsumsi susu sapi segar yang disarankan agar dapat memenuhi kecukupan
kalsium pada tubuh menurut Acuan Label Gizi (ALG) Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) tahun 2016.
Penentuan panjang gelomang maksimum dengan cara diukur serapannya
pada panjang gelombang 400-800 nm. Hasil absorbansi diperoleh panjang
gelombang maksimum 507 nm dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Panjang Gelombang Maksimum Kalsium
Kemudian mencari kurva baku kalsium dengan seri kadar 0,2008 ppm;
0,4016 ppm; 0,6024 ppm; 0,8032 ppm; 1,004 ppm; 1,2048 ppm; 1,4056 ppm;
1,6064 ppm dan 1,8072 ppm. Hasil pengukuran kurva baku dapat dilihat pada
tabel 5.1.
30
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Kurva Baku Kalsium
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0,2008 0,210
2 0,4016 0,294
3 0,6024 0,372
4 0,8032 0,436
5 1,004 0,524
6 1,2048 0,583
7 1,4056 0,664
8 1,6064 0,739
9 1,8072 0,798
Hasil kurva baku kalsium dari pembacaan serapan dapat dibuat persamaan
regresi linier y = 0,366x + 0,145 dan nilai r = 0,998. Persamaan garis linier dapat
dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Kurva Baku Kalsium
y = 0,3667x + 0,1452
R² = 0,9988
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0 0,5 1 1,5 2
Konsentrasi (ppm)
Ab
sorb
an
si (
A)
Kurva Baku Kalsium
31
Pengukuran kadar kalsium dalam sampel susu sapi segar A, B, dan C
dengan 2 kali replikasi dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Kadar Kalsium Secara Spektrofotometri UV-Vis
No Sampel Absorbansi (A) Kadar (ppm) Kadar (mg/mL) Rata-Rata (mg/mL)
1 0,721 1,5737 1,9098
2,0711 2 0,795 1,7759 2,1552
3 0,793 1,7704 2,1485
4 0,722 1,5765 1,9132
1,9143 5 0,716 1,5601 1,8933
6 0,729 1,5956 1,9364
7 0,732 1,6038 1,9463
1,9275 8 0,717 1,5628 1,8966
9 0,730 1,5983 1,9396
5.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium (Ca) dalam
sampel susu sapi segar di area Madiun yang dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Dan bertujuan untuk mengetahui pembentukan senyawa
komplek mureksid yang ditambahkan pada sampel susu sapi segar. Sehingga
kadar kalsium (Ca) dalam susu dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri
UV-Vis. Syarat suatu senyawa dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri
salah satunya adalah mengandung gugus kromofor. Dengan adanya gugus
kromofor pada senyawa mureksid yang mengikat unsur kalsium (Ca), yaitu ikatan
rangkap C=C dan ikatan rangkap C=O, maka absorbansi kalsium (Ca) dapat
terbaca pada gelombang maksimum di spektrofotometri UV-Vis.
Sebelum melakukan analisis kadar kalsium dalam sampel susu sapi segar
terlebih dahulu sampel dianalisis secara kualitatif. Hasilnya yaitu sampel A, B,
dan C terbentuk endapan putih, hal tersebut menunjukkan bahwa sampel positif
32
mengandung kalsium. Selanjutnya adalah penetapan panjang gelombang
maksimum. Panjang gelombang maksimum digunakan untuk mengetahui pada
serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometri UV-Vis. Absorbansi
kalsium (Ca) dibaca pada panjang gelombang 400-800 nm yang merupakan
daerah visibel atau sinar tampak. Panjang gelombang dari berbagai warna dapat
dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Serapan Sinar dan Zat Warna
Panjang Gelombang (nm) Warna yang Diserap Warna yang Diteruskan
400-435 Hijau Kekuningan Ungu
435-480 Kuning Biru
480-490 Jingga Biru Kehijauan
490-500 Merah Hijau Kebiruan
500-560 Ungu Kemerahan Hijau
560-580 Ungu Hijau Kekuningan
580-595 Biru Kuning
595-610 Biru Kehijauan Jingga
610-750 Hijau Kebiruan Merah
(Day dan Underwood, 2002)
Sampel yang digunakan untuk penetapan panjang gelombang maksimum
yaitu berwarna ungu kemerahan. Jika dilihat dari segi warna, ungu kemerahan
adalah warna yang dapat diserap pada gelombang 500-560 nm. Panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 507 nm.
Panjang gelombang yang akan digunakan dalam analisa sampel ditentukan
berdasarkan dari absorbansi maksimum yang dihasilkan dari salah satu
konsentrasi yang digunakan dalam penentuan kurva baku. Konsentrasi baku
kalsium yang digunakan yaitu seri kadar 0,2008 ppm; 0,4016 ppm; 0,6024 ppm;
0,8032 ppm; 1,004 ppm; 1,2048 ppm; 1,4056 ppm; 1,6064 ppm dan 1,8072 ppm.
Diperoleh absorbansi berturut-turut adalah 0,210; 0,294; 0,372; 0,436; 0,524;
33
0,583; 0,664; 0,739; 0,798. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet. Dari data tersebut didapatkan
persamaan regresi y = 0,366x + 0,145 dengan nilai r = 0,9989 dan r2 = 0,998.
Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah ≥ 0,9970 dan ≤ 1
(ICH, 2005). Sehingga diketahui hubungan antara konsentrasi sampel dengan
absorbansi adalah linear. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan,
makin banyak sinar yang diserap. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert Beer.
Apabila kurva kalibrasi diatas memiliki linearitas yang baik, maka persamaan
tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengukuran. Persamaan kurva baku
kalibrasi ini sangat penting karena perhitungan kadar kalsium diplotkan dari
persamaan tersebut dimana nilai y merupakan serapan yang dihasilkan dalam
sampel dan nilai x merupakan kadar kalsium yang dari dalam sampel.
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear apabila nilai
absorbansi larutan antara 0,2 sampai 0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut
sebagai daerah berlaku hukum Lambert Beer. Jika absorbansi yang diperoleh
lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi. Pembacaan absorbansi
sebesar 0,2 sampai 0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) akan memberikan persentase kesalahan
yang kecil dan dapat diterima yaitu 0,5 sampai 1,0%. Apabila absorbansi berada
diluar rentang tersebut maka akan memberikan tingkat kesalahan yang tinggi.
Pada penelitian ini didapatkan nilai absorbansi pada sampel A yaitu 0,721; 0,795;
0,793. Absorbansi pada sampel B yaitu 0,722; 0,716; 0,729. Absorbansi pada
sampel C yaitu 0,732; 0,717; 0,730. Seluruh sampel berada pada rentang 0,2
34
sampai 0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) maka hubungan absorbansi dengan konsentrasi linear
dan dapat diterima.
Menurut Acuan Label Gizi (ALG) Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Nomor 9 Tahun 2016 kebutuhan kalsium per hari yaitu usia 0-6 bulan
200 mg, usia 7-11 bulan 250 mg, usia 1-3 tahun 650 mg, umum 1100 mg, ibu
hamil dan menyusui 1300 mg. Pada sampel A mengandung kadar kalsium sebesar
2,0712 mg/mL, maka takaran konsumsi kalsium yang disarankan per harinya
yaitu usia 0-6 bulan 96,56 mL; usia 7-11 bulan 120,7 mL; usia 1-3 tahun 313,83
mL; umum 531,09 mL; ibu hamil dan menyusui 627,66 mL. Pada sampel B
mengandung kadar kalsium sebesar 1,9143 mg/mL, maka takaran konsumsi
kalsium yang disarankan per harinya yaitu usia 0-6 bulan 104,48 mL; usia 7-11
bulan 130,59 mL; usia 1-3 tahun 339,55 mL; umum 574,62 mL; ibu hamil dan
menyusui 679,09 mL. Pada sampel C mengandung kadar kalsium sebesar 1,9275
mg/mL, maka takaran konsumsi kalsium yang disarankan per harinya yaitu usia 0-
6 bulan 103,76 mL; usia 7-11 bulan 129,7 mL; usia 1-3 tahun 337,22 mL; umum
570,69 mL; ibu hamil dan menyusui 674,45 mL.
Agar dapat mencukupi kebutuhan kalsium perhari maka takaran konsumsi
susu sapi segar yang disarankan yaitu usia 0-6 bulan 96,56-104,48 mL; usia 7-11
bulan 120,7-130,59 mL; usia 1-3 tahun 313,83-339,55 mL; umum 531,09-574,62
mL; ibu hamil dan menyusui 627,66-679,09 mL. Takaran konsumsi mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 yaitu
cangkir 200 mL.
35
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Kalsium dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan
adanya pembentukan komplek kalsium (Ca) dengan larutan mureksid
sebagai indikator yang berfungsi sebagai pengikat kalsium (Ca) agar dapat
dibaca absorbansinya di spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum 507 nm.
2. Menurut Acuan Label Gizi (ALG) Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Nomor 9 Tahun 2016 kebutuhan kalsium per hari yaitu usia 0-6
bulan 200 mg, usia 7-11 bulan 250 mg, usia 1-3 tahun 650 mg, umum
1100 mg, ibu hamil dan menyusui 1300 mg. Kadar kalsium dalam susu
sapi segar yang beredar di area Madiun pada sampel A mengandung
2,0712 mg/mL, pada sampel B mengandung 1,9143 mg/mL, pada sampel
C mengandung 1,9275 mg/mL. Agar dapat mencukupi kebutuhan kalsium
perhari maka takaran konsumsi susu sapi segar yang disarankan yaitu
usia 0-6 bulan 96,56-104,48 mL; usia 7-11 bulan 120,7-130,59 mL; usia 1-
3 tahun 313,83-339,55 mL; umum 531,09-574,62 mL; ibu hamil dan
menyusui 627,66-679,09 mL. Takaran konsumsi mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 yaitu cangkir
200 mL.
36
6.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kadar kalsium dalam susu
sapi segar dengan perlakuan dan metode yang berbeda sebagai pembanding
dengan hasil penelitian ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi .Cetakan VII.Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Amallia, G. 2012. Penetapan Kadar Lemak Pada Susu Kental Manis Metode
Sokletasi. Tugas Akhir, Program Studi Diploma III Analisis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara, Medan.
Amanatie. 2013. Buku Pegangan Mahasiswa Biologi Kimia Umum. Yogyakarta :
UNY Press.
Day, R A, dan Underwood, A L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 1, No.3, : 117-135.
Hasanuddin. 2017. Profil Protein Berbasis SDS-PAGE Pada Susu Sapi dan Susu
Kambing Etawa Pasteurisasi Dan Mendidih. Tesis, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Hasibuan, E. 2015. Pengenalan Spektrofotometri pada Mahasiswa yag
Melakukan Penelitian di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU.
Karya Tulis Ilmiah, Pranata Laboratorium Perguruan Tinggi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan.
International Conference on Harmonization (ICH). 2005. Validation of Analytical
Procedures : Text and Methodology Q2 (R1). Geneva : International
Conference on Harmonization.
Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta :
Grasindo.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press.
Mustikaningrum, M. 2015. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Genesys-20
Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza). Tugas Akhir, Program Studi Diploma III Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Nainggolan, R.S. 2014. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Dan Konsumsi Susu
Dengan Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun Di Sdn 173538 Balige.
Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, Medan.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
38
R.I., Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016
Tentang Acuan Label Gizi. Jakarta : BPOM Republik Indonesia.
Rehman, R., dkk. 2015. Removal of Alizarin Yellow and Murexide Dyes from
Water Using Formalin Treated Pisum sativum Peels.Asian Journal of
Chemistry : Vol. 27, No. 5, : 1593-1598.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan : USU
Digital Library.
Sanam, A.B., dkk. 2014. Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-
Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol.
Indonesia Medicus Veterinus ISSN : 2301-7848, 3(1), pp.1-8.
Skoog, D.A., dkk. 2007. Principles of Instrumental Analysis Sixth Edition.
Canada : Thomson Corporation, pp. 367-390.
Suryandari, E.T. 2012. Petujuk Praktikum Dasar Kimia Analitik. Semarang :
Tadris Kimia FITK IAIN Walisongo.
Utami, I. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Mengenai Susu Dan
Faktor Lainnya Dengan Riwayat Konsumsi Susu Selama Masa Usia
Sekolah Dasar Pada Siswa Kelas 1 SMP Negeri 102 Dan SMPI PB
Sudirman Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Utami, K.B., dkk. 2011. Kajian kualitas susu sapi perah PFH (studi kasus pada
anggota koperasi Argo Niaga di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang).
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 24(2), pp. 58-66.
Wirakusumah, E.S. 2007. Mencegah Osteoporosis lengkap dengan 39 Jus dan 38
Resep Makanan. Jakarta : Penebar Plus.
Wunas, Y., dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua).
Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UNHAS.
39
Lampiran 1
Perhitungan Preparasi Baku Kalsium
1. Larutan induk
100,4 mg ad 100 ml aquades
2. Pengenceran larutan baku 1000 ppm menjadi 10 ppm
1 ml dari 1000 ppm ad 100 ml aquades
3. Pengenceran untuk larutan kurva baku
a. 0,2 ppm
1 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
40
b. 0,4 ppm
0,4016
2 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
c. 0,6 ppm
3 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
d. 0,8 ppm
4 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
41
e. 1,0 ppm
5 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
f. 1,2 ppm
6 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
g. 1,4 ppm
7 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
42
h. 1,6 ppm
8 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
i. 1,8 ppm
9 ml dari 10,04 ppm ad 1 ml indikator mureksid, 2 ml NaOH 0,103 N, ad
50 ml aquades
43
Lampiran 2
Perhitungan Kadar Kalsium Dalam Sampel
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,721
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,721 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,721 – 0,145
x = 1,5737 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,19098 %
= 1909,8 ppm
= 1,9098 mg/mL
44
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,795
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,795 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,795 – 0,145
x = 1,7759 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,21552 %
= 2155,2 ppm
= 2,1552 mg/mL
45
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,793
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,793 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,793 – 0,145
x = 1,7704 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,21485 %
= 2148,5 ppm
= 2,1485 mg/mL
46
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,722
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,722 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,722 – 0,145
x = 1,5765 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,19132 %
= 1913,2 ppm
= 1,9132 mg/mL
47
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,716
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,716 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,716 – 0,145
x = 1,5601 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,18933 %
= 1893,3 ppm
= 1,8933 mg/mL
48
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,729
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,729 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,729 – 0,145
x = 1,5956 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,19364 %
= 1936,4 ppm
= 1,9364 mg/mL
49
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,732
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,732 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,732 – 0,145
x = 1,6038 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,19463 %
= 1946.3 ppm
= 1,9463 mg/mL
50
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,717
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,717 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,717 – 0,145
x = 1,5628 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,18966 %
= 1896,6 ppm
= 1,8966 mg/mL
51
Sampel
Absorbansi Sampel : 0,730
Sampel = 1 mL = 1,03 gram = 1030 mg
Faktor Pembuatan = 50 mL
Faktor Pengenceran = 1 mL Labu ukur 25 mL = 25
y = bx + a
y = 0,366x + 0,145
0,730 = 0,366x + 0,145
0,366x = 0,730 – 0,145
x = 1,5983 ppm
x =
Kadar = x . F Pembuatan . F Pengenceran
= × 100 mL × 25
= × 100%
= 0,19396 %
= 1939,6 ppm
= 1,9396 mg/mL
52
Rata-rata kadar sampel
Sampel A :
=
= 2,0712 mg/mL
Sampel B :
=
= 1,9143 mg/mL
Sampel C
=
= 1,9275 mg/mL
53
Berdasarkan jenis kelamin dan usia jumlah kebutuhan kalsium tiap hari
menurut Acuan Label Gizi (ALG) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Nomor 9 Tahun 2016 kebutuhan kalsium per hari yaitu usia 0-6 bulan 200 mg,
usia 7-11 bulan 250 mg, usia 1-3 tahun 650 mg, umum 1100 mg, ibu hamil dan
menyusui 1300 mg.
Sampel A
Usia 0-6 bulan (200 mg)
200 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 96,56 mL
Usia 7-11 bulan (250 mg)
250 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 120,7 mL
Usia 1-3 tahun (650 mg)
650 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 313,83 mL
Umum (1100 mg)
1100 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 531,09 mL
Ibu hamil dan menyusui (1300 mg)
1300 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 627,66 mL
54
Sampel B
Usia 0-6 bulan (200 mg)
200 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 104,48 mL
Usia 7-11 bulan (250 mg)
250 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 130,59 mL
Usia 1-3 tahun (650 mg)
650 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 339,55 mL
Umum (1100 mg)
1100 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 574,62 mL
Ibu hamil dan menyusui (1300 mg)
1300 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 679,09 mL
55
Sampel C
Usia 0-6 bulan (200 mg)
200 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 103,76 mL
Usia 7-11 bulan (250 mg)
250 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 129,7 mL
Usia 1-3 tahun (650 mg)
650 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 337,22 mL
Umum (1100 mg)
1100 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 570,69 mL
Ibu hamil dan menyusui (1300 mg)
1300 mg = x mL × 2,0712 mg/mL
x mL = 674,45 mL
56
Lampiran 3 Absorbansi sampel A1
Lampiran 4 Absorbansi sampel A2
57
Lampiran 5 Absorbansi sampel A3
Lampiran 6 Absorbansi sampel B1
58
Lampiran 7 Absorbansi sampel B2
Lampiran 8 Absorbansi sampel B3
59
Lampiran 9 Absorbansi sampel C1
Lampiran 10 Absorbansi sampel C2
60
Lampiran 11 Absorbansi sampel C3