Gangguan jiwa merupakan respons maladaptif terhadap stressor dari lin gkungan
internal atau eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan, dan prilaku yang tidak sesuai
dengan norma–norma lokal atau budaya setempat dan menganggu fungsi sosial, pekerjaan
dan/atau fisik (Depkes RI, 2003). Prevalensi gangguan jiwa pada populasi penduduk dunia
menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 memperoleh data gangguan
mental sebesar 12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada tahun pada
tahun 2015 menjadi 15%. Prevalensi gangguan mental di negara Amerika Serikat (6%-9%),
Brazil (22.7%), Chili (26.7%), Pakistan (28.8%). Di Indonesia prevalensi gangguan mental
emosional pada penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun sebesar 11.6%. Berarti
dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000
orang yang mengalami gangguan mental emosional. Angka prevalensi ini cenderung
meningkat sejalan dengan pertambahan usia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008).
Tingginya angka gangguan mental ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
ketidaktahuan masyarakat tentang penyakit jiwa, kendala ekonomi, serta pengobatan yang
mahal dan jauhnya akses kesehatan (Anna, 2011). Selain itu, keterbatasan fasilitas dan
rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan penderita gangguan jiwa tidak mendapat
akses ke layanan kesehatan yang maksimal. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah
Rumah Sakit Jiwa yang hanya terdapat 48 Rumah Sakit dengan kapasitas 7.700 tempat tidur.
Padahal sesuai standar yang dianjurkan World Health Organization (WHO) Indonesia
membutuhkan setidaknya 80.000 tempat tidur untuk penderita gangguan jiwa berat.
Strategi pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
memasukkan layanan kesehatan jiwa ke pelayanan primer, yang di Indonesia dikenal dengan
sebutan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Penyediaan layanan kesehatan mental
di pelayanan primer diawali dengan adanya perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan
jiwa masyarakat. Penanganan gangguan mental, berdasarkan paradigma lama, lebih
memfokuskan pada pendekatan medis-biologis, sedangkan paradigma baru menekankan pada
pendekatan biopsikososial. Namun, kurang meratanya jumlah Puskesmas serta perawat dan
tenaga medis yang terlatih dalam hal pengelolaan gangguan jiwa juga merupakan kendala
dalam memberikan pelayanan kepada pasien (Feranindya, 2010). Dan kesehatan jiwa bukan
unggulan program kerja puskesmas. Sehingga perlu adanya pemberdayaan masyarakat dalam
keterlibatan menuju masyarakatyang sehat jiwa.
Selain itu pemerintah juga berusaha untuk mengatasi masalah gangguan jiwa melalui
program Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan salah satu program Community Mental Health
Nursing (CMHN) dengan cara megembangkan kesehatan mental berbasis masyarakat bertujuan agar
masyarakat di desa binaan tanggap terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah
timbulnya masalah kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa di
masyarakat (Yuni, 2010)
Dari fenomena tersebut, diperlukan adanya sebuah inovasi penatalaksanaan kasus
gangguan jiwa secara merata, cepat, tepat, dan berkelanjutan di Indonesia. Maka dari itu
penulis menawarkan sebuah inovasi Posko Sehat Jiwa yang khusus memberikan bantuan dan
perawatan jiwa secara merata, cepat, tepat, dan berkelanjutan yang berlandaskan teori
supportive (Rockland). teori ini mengaplikasikan 5 prinsip intervensi : 1) Mengangkat harga
diri/dukungan internal, 2) Mengaktifkan dukungan eksternal, 3) Menasehati dan memberi
saran/arahan, 4) memecahkan masalah yang ada, 5) structuring.) sehingga dapat mengatasi
masalah kegawatdaruratan jiwa seluruh masyarakat indonesia dengan cara yang tepat. Selain
itu Posko Sehat Jiwa merupakan bagian integrasi dari program Community mental health
nursing (CMHN) melalui desa siaga sehat jiwa.
Dssj Cmhn
emergency psikiatri
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor pencetus tingginya angka BBLR di Indonesia.
2. Mengidentifikasi aplikasi Posko Sehat Jiwa sebagai solusi alternatif dalam mengatasi
masalah kesehatan jiwa di daerah yang kurang terjangkau.
C. Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Bagi Pemerintah Indonesia
Memberikan rekomendasi pada pemerintah Indonesia berupa alternative program
tambahan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa di daerah yang kurang terjangkau.
2. Bagi Masyarakat
Pelajar/Mahasiswa, Dosen Pendidik dan Perawat
Memberikan wawasan, pemahaman, dan arahan mengenai sebuah konsep Posko Sehat
Jiwa yang akan membantu mengatasi masalah kesehatan jiwa di daerah yang kurang
terjangkau di Indonesia dengan memaksimalkan peran tenaga kesehatan.
Penduduk Desa
Memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan penduduk desa tentang
bagaimana pengontrolan tiga aspek utama dalam paradigma keperawatan untuk
mencegah mortalitas bayi dan balita.
3. Bagi Penulis
Memaksimalkan fungsi mahasiswa sebagai calon penerus generasi bangsa untuk
memberikan kontribusi terhadap perkembangan Negara Indonesia khususnya
dibidang kesehatan melalui sebuah karya tulis.
D. Rumusan masalah
Bagaimana aplikasi teori keperawatan Orem (self care) sebagai upaya alternativ dalam
penurunan insiden BBLR dengan menggunakan media Bumil Beraksi (Baju Hamil
Berbasis Edukasi)?
Penjelasan konsep posko sehat jiwa
1. Peran pemerintah
Peran Pemerintah dalam program ini sebagai pembantu dalam hal legalitas dan
pendanaan. Tugas yang diharapkan dapat dilakukan oleh pemerintah, yaitu:
a. Bertugas untuk memberikan perlindungan serta aspek legalitas pada tindakan
yang akan kami aplikasikan di masyarakat.
b. Memberikan bantuan dana dalam melengkapi sarana prasarana pelayanan
kesehatan.
2. Peran cmhn(des a siaga sehat jiwa)
Bekerja sama dalam merekrut masyarakat untuk berpartisipasi dalam penanggulangan masalah gangguan jiwa
3. Pemberdayaan masyarakatDengan memberdayakan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam melakukan deteksi dini kepada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu Hal tersebut secara otomatis akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dan mendapatkan ilmu baru tentang psikiatri.
4. Berada di setiap desaDengan berdirinya posko sehat jiwa disetiap desa memberikan bantuan dan
perawatan kepada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa untuk mendapatkan pengobatan secara cepat karena letak dari posko sehat jiwa yang berada pada setiap desa, sehingga memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan pengobatan.
5. Tenaga kerja yang profesionalPosko sehat jiwa yang terletak di setiap desa beranggotakan tenaga kesehatan yang profesional dibidang psikiatri diantaranya adalah perawat jiwa, dan seorang psikolog. Maka dari itu dengan adanya tenaga kesehatan yang profesional dapat memberikan pengobatan dan perawatan yang tepat kepada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa.
6. Teori supportiveMerupakan sebuah teori keperawatan yang diaplikasikan untuk memberikan perawatan kepada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa berdasarkan 5 prinsip intervensi dan memberikan dampak pengobatan kepada masyarakat secara kontinu.
Dengan adanya 4 poin diatas dalam kehidupan masyarakat yang saling mendukung dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap mekanisme penanganan pasien gangguan jiwa. Selain itu pasien gangguan jiwa dapat memperoleh perawatan dan penanganan dengan cepat, tepat dan berkelanjutan, sehingga hasil yang diperoleh akan jauh lebih maksimal.