ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
208
INTEGRASI KODE ETIK AKUNTAN ISLAMI PADA
PROFESI AKUNTAN DI INDONESIA
Muhammad Ilyas1, Sugi Ma’ruf Abdianoor2, Andriani3
Politeknik Negeri Banjarmasin1,2,3
ABSTRACT
Discussion on the ethics of the accounting profession is an important topic to be
raised. Even though the accountant profession in Indonesia already has a code of
ethics in its profession created by IAI, there are still violations of the applicable
code of ethics. Therefore, it is necessary to internalize religious values into the
current code of ethics in Indonesia by adopting the principles of the code of ethics
contained in the code of ethics of the slami accountant profession compiled by
AAOIFI. In this case, universities have an important role to incorporate the Islamic
accountant's code of ethics into accounting education to produce professional
accountants who are not only competent, but also based on religious values. This
study aims to find out how to integrate the values of the Islamic accountant's code
of ethics into the current accountant's code of ethics in Indonesia, and explain how
it plays a role in accountant education in Indonesia. The nature and type of this
research is qualitative descriptive and the data collection system uses literature
study with secondary data. Data analysis technique is done by collecting all
relevant information then translating it to get the results of research. The results of
this study are the Islamic accountant's code of ethics is relevant to be integrated
and taught in accountant education in Indonesia. Internalization of the ethics of the
Islamic accounting profession into accounting education can be done through an
ethics course that is integrated with the accounting curriculum.
Keywords: accountant's code of ethics, Islamic accountant's code of ethics,
accounting education, integration
ABSTRAK
Pembahasan mengenai etika profesi akuntan merupakan topik yang masih penting
untuk diangkat. Meskipun profesi akuntan di Indonesia sudah memiliki pedoman
kode etik dalam profesinya yang dibuat oleh IAI, namun masih terjadi pelanggaran
atas kode etik yang berlaku. Oleh karena itu, perlu adanya Internalisasi nilai-nilai
agama ke dalam kode etik yang saat ini berlaku di Indonesia dengan mengadopsi
prinsip kode etik yang ada dalam kode etik profesi akuntan slami yang disusun oleh
AAOIFI. Dalam hal ini, perguruan tinggi mempunyai peran penting untuk
memasukkan kode etik akuntan Islami ke dalam pendidikan akuntansi untuk
melahirkan akuntan-akuntan profesional yang bukan hanya sekedar kompeten, tapi
juga berlandaskan nilai-nilai agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengintegrasian nilai-nilai kode etik akuntan islami ke dalam kode etik
akuntan yang ada di indonesia saat ini, serta menjelaskan bagaimana peranannya
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
209
dalam pendidikan akuntan di Indonesia. Sifat dan jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dan sistem pengumpulan datanya menggunakan studi pustaka
dengan data sekunder. Teknik analisis data dilakukan dengan mengumpulkan
semua informasi yang terkait lalu menerjemahkannya agar mendapatkan hasil
penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu kode etik akuntan Islami relevan untuk
diintegrasikan dan diajarkan dalam pendidikan akuntan di Indonesia. Internalisasi
etika profesi akuntan Islami ke dalam pendidikan akuntansi dapat dilakukan melalui
kursus etika yang terintegrasi dengan kurikulum akuntansi.
Kata Kunci: kode etik akuntan, kode etik akuntan islami, pendidikan akuntansi,
integrasi
PENDAHULUAN
Seorang akuntan memiliki peran yang vital dalam tubuh dan kehidupan suatu
organisasi atau badan usaha. Karena merupakan bagian dari sebuah organisasi atau
badan usaha, kinerja profesi akuntan harus mematuhi SOP perusahaan dan berada
dalam lingkaran kepentingan perusahaan. Oleh karena itu, profesi akuntan kerap
terlibat dalam kasus-kasus pelanggaran dan kejahatan dari sebuah badan usaha,
bahkan dengan keterlibatan yang besar karena menyangkut pencatatan dan
pelaporan aktivitas ekonomis suatu perusahaan. Oleh karena itu bagi akuntan, kode
etik sangat dibutuhkan dalam menjalankan profesinya (Pravitasari, 2015).
Akuntan di Indonesia pada dasarnya telah memiliki prinsip-prinsip kode etik
profesi akuntan yang telah dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Meski telah
memiliki kode etik akuntan yang diciptakan dengan harapan dapat mengarahkan
akuntan untuk berbuat etis, ternyata masih sering terjadi tindakan pelanggaran kode
etik yang melibatkan profesi akuntan. Salah satu penyebab utamanya karena etika
profesi yang digunakan oleh akuntan di Indonesia masih cenderung berdasar pada
filsafat kapitalisme yang material dan rasional (Nurhidayah, 2008).
Indonesia memang bagian dari masyarakat dunia yang juga membutuhkan
profesi akuntan dalam kegiatan-kegiatan ekonominya, sehingga banyak dasar
hukum yang bercermin dari luar. Namun, untuk hal-hal yang bersifat prinsip seperti
aturan etika profesi semestinya bukan sekedar adopsi. Prinsip etika profesi akuntan
juga harus diupayakan untuk memasukkan nilai-nilai luhur moral etika bangsa dan
sesuai dengan keadaan serta kepentingan masyarakat Indonesia (Koerniawan,
2013). Melihat potensi sumber daya cendikiawan yang ada di lingkup organisasi
profesi akuntan di Indonesia, sangat memungkinkan dilakukannya internalisasi
nilai-nilai Islam dalam mengembangkan etika profesi akuntan Indonesia (Sirajudin,
2013).
Selanjutnya, menurut Koerniawan (2013) perguruan tinggi harus dapat berperan
lebih aktif dengan melakukan pendidikan akuntansi secara profesional dan
memadai dengan menanamkan nilai-nilai moral, norma, agama, dan keadilan bagi
setiap calon akuntan saat masih mengemban pendidikan. Perguruan tinggi harus
mengajarkannya secara praktis, dan menanamkan komitmen bagi setiap yang
mempelajarinya. Semua itu, agar lulusannya dapat lebih kompeten dan memiliki
dasar-dasar etika profesi sebagai seorang akuntan professional yang bermoral dan
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
210
merasa bertanggung bukan hanya kepada dirinya, akan tetapi juga kepada
Tuhannya dan kepentingan orang banyak.
Islam memiliki kode etik yang disusun oleh organisasi yang menaungi Akuntan
dan Auditor Muslim, yaitu Accountants and Auditors of Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) yang dibentuk pada tahun 1998. Kode etik tersebut memiliki
esesnsi bahwa prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya berdasarkan nilai-nilai
ketuhanan. Masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi cara-
cara untuk menggunakan secara praktis sebagai panduan bagi akuntan dan auditor
di lembaga keuangan atau non keuangan untuk meningkatkan karakter moral dan
etika mereka. Salah satu cara untuk mengeksposnya kepada calon akuntan
profesional adalah melalui pendidikan akuntansi (Yunanda & Majid, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu adanya internalisasi nilai-nilai
agama ke dalam kode etik yang saat ini berlaku di Indonesia. Dalam hal ini,
perguruan tinggi mempunyai peran penting untuk memasukkan kode etik akuntan
islami ke dalam pendidikan akuntansi untuk melahirkan akuntan-akuntan
profesional yang bukan hanya sekedar kompeten, tapi juga berlandaskan nilai-nilai
agama. Oleh karena itu, penulis mengangkat penelitian berjudul Integrasi Kode Etik
Akuntan Islami pada Profesi Akuntan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengintegrasian nilai-nilai kode etik akuntan islami ke
dalam kode etik akuntan yang ada di indonesia.
METODE PENELITIAN
Sifat dan jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan sistem pengumpulan
datan menggunakan studi pustaka. Penelitian dengan studi pustaka atau studi
literatur merupakan sebuah penelitian yang dilakukan berdasarkan karya tertulis,
termasuk hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Memperoleh bahan penelitian
dengan studi pustaka tidak harus turun kelapangan, cukup memperolehnya dari
sumber pustaka yang sifatnya sekunder (Embun, 2012).
Teknik analisis data dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
terkait dengan bagaimana penerapan kode etik profesi akuntan dari IAI di Indonesia
dan bagaimana kode etik profesi akuntan islami dari AAOIFI. kemudian, kedua
kode etik tersebut dikomparasikan dan diterjemahkan untuk mendapatkan
bagaimana cara pengintegrasian nilai - nilai kode etik akuntan islami ke dalam kode
etik akuntan yang ada di indonesia saat ini, serta menjelaskan bagaimana
peranannya dalam pendidikan akuntan pada perguruan tinggi di Indonesia.
PEMBAHASAN
Pentingnya Etika Profesi bagi Akuntan
Dewasa ini, dibutuhkan eksplorasi lebih mendalam atas dimensi etis dalam
praktik profesional akuntan. Profesi akuntan seakan menjadi pihak yang paling
bertanggungjawab atas banyak skandal keuangan, oleh karena akuntan bekerja pada
situasi dan lingkungan yang tidak selalu mengapresiasi isu-isu etika, serta akuntan
itu sendiri tidak mengetahui standar etika apa yang harus dimiliki dalam kegiatan
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
211
profesionalnya. Oleh karena itu perlu adanya kode etik profesi yang disusun untuk
profesi akuntan (Sirajudin, 2013).
Etika di Indonesia diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar,
kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar dan bagus. Selanjutnya, selain
kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah profesional
yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Oleh karena
merupakan konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal
dan selanjutnya disebut “kode etik” (Arens (2008) dalam Hasan (2009)).
Kode etik profesi akuntan dirancang untuk menegakkan dan memastikan
akuntan bertindak dan memberikan panduan layanan akuntansi berkualitas tinggi
yang tidak melanggar nilai-nilai etis. Kehadiran kode etik dapat berfungsi sebagai
mekanisme kontrol untuk profesi, sehingga dapat memoderasi atau mengurangi
efek buruk dari masalah etika di kalangan praktisi. Dengan demikian, hal ini
memfasilitasi penciptaan lingkungan yang sehat dalam praktik akuntansi yang
mengutamakan kepentingan semua pihak.
Kode etik berpengaruh besar terhadap reputasi dan kepercayaan masyarakat
pada profesi yang bersangkutan. Mukadimah Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
menekankan pentingnya prinsip etika bagi para akuntan (Rustiana, 2009). Adopsi
kode etik perlu diartikulasikan oleh organisasi atau perusahaan dalam kegiatan rutin
dan sehari-hari yang dilakukan oleh anggotanya, baik itu kantor akuntan publik,
akuntan intern perusahaan, dan akuntan pemerintahan. Praktik semacam itu
dianggap sebagai semacam pemupuk nilai etis untuk mendidik anggota agar
terbiasa dengan kode etik dan akibatnya mengarah pada peningkatan praktik etis di
tempat kerja (Yunanda & Majid, 2011).
Lebih lanjut oleh Sirajudin (2013), Adanya penanaman etika dalam membangun
kredibilitas profesi harus dilakukan untuk mengembangkan praktek etika di sebuah
organisasi bisnis, seperti: menjadikan etika sebagai basis profesionalisme akuntan,
adanya upaya pengembangan etika di organisasi dengan memperhatikan dimensi
individu dan organisasi itu sendiri. Pengembangan tersebut dilakukan meliputi
upaya-upaya eksplisit seperti adanya kode etik, pelatihan etika, ethics newsletter,
ethics hotline, ethics offier, dan komite etika. Selain itu, upaya implisitnya berupa
reward system, sistem evaluasi kinerja, sistem promosi, budaya organisasi,
kepemimpinan etis, dukungan dari manajemen puncak, dan saluran komunikasi
yang terbuka. Disamping adanya kesadaran akan penguatan potensi spiritualitas
anggota profesi tersebut.
Etika Profesi Akuntan dari IAI dan AAOIFI
1. Kode Etik Akuntan dari IAI
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya organisasi profesi
akuntan di Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan etika profesi
bagi akuntan publik. Untuk mewujudkan perilaku profesionalnya, maka IAI
menetapkan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik tersebut dibuat
untuk menentukan standar perilaku bagi para akuntan, terutama akuntan
publik (Hasan, 2009).
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
212
Kode etik Akuntan Profesional yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia terbaru mulai berlaku sejak Desember 2016, yang terdiri dari tiga
bagian. Bagian A menetapkan prinsip dasar etika profesional bagi Akuntan
profesional, dimana isinya merupakan usur-unsur penting yang harus dimiliki
seseorang apabila ingin berprofesi menjadi akuntan independen. Oleh karena
itu, bagian A merupakan dasar yang dapat dijadikan pedoman bagi KAP dan
akuntan-akuntan profesional dalam merumuskan peraturan, bertindak, dan
menghadapi banyak situasi. Sedangkan, bagian B dan C menjelaskan
penerapan kerangka konseptual untuk menghadapi dan bertindak dalam
situasi tertentu. Terdapat lima prinsip dalam bagian A Kode Etik Akuntan dari
IAI yang harus dipatuhi yaitu sebagai berikut:
1. Integritas, yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis.
2. Objektivitas, yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat
mengesampingkan pertimbangan profesional atau bisnis.
3. Kompetensi dan kehatihatian profesional, yaitu menjaga pengetahuan dan
keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja akan menerima jasa profesional yang
kompeten berdasarkan perkembangan praktik, peraturan, dan teknik
mutakhir, serta bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan teknik dan
standar profesional yang berlaku.
4. Kerahasiaan, yaitu tidak mengungkapkan informasi yang berhubungan
dengan professional dan bisnis kepada pihak ketiga tanpa ada
kewenangan yang jelas dan memadai, kecuali terdapat suatu hak atau
kewajiban hukum untuk mengungkapkannya serta tidak menggunakan
informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
5. Perilaku Profesional, yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
dan menghindari perilaku apapun yang mengurangi kepercayaan kepada
profesi Akuntan Profesional (Nurhidayati & Witjaksono, 2016).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik,
bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab
profesionalnya ((IAI), 2016)
menurut Wahyudi dan Aida (2006) dalam Nurwiyati (2015), Seorang
akuntan maupun auditor dapat dikatakan professional apabila telah memenuhi,
dan mematuhi standar kode etik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), antara lain :
1) Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI, yaitu standar ideal dari perilaku
etis yang telah ditetapkan oleh IAI.
2) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan
sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan.
3) Interpretasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para
praktisi harus memahaminya.
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
213
4) Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk tetap
memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya,
walaupun auditor dibayar oleh kliennya.
Dengan demikian profesionalisme auditor merupakan sikap dan perilaku
yang ditunjukkan oleh seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Hal
tersebut ditunjukkan dengan mematuhi aturan etika pofesi yang telah
ditetapkan, dan mengakui tanggung jawab terhadap pihak yang terkait dengan
profesinya (Nurwiyati, 2015).
2. Kode Etik Akuntan dari AAOIFI
Dalam perspektif Islam, kode etik untuk akuntan tentu harus didasarkan
pada Syari’at Islam yang bersifat fleksibel, permanen dan Universal atau
menyeluruh. Karena akuntan adalah profesi yang lahir dan ditujukan untuk
kepentingan orang banyak, dengan demikian etika profesi untuk akuntan juga
saling berkaitan dengan nilai-nilai dan perkembangan masyarakat (Masluhih,
Masyhad, & Hidayati, 2017).
Dalam Rahman (2010), Salah satu upaya membangun kode etik akuntan
berlandaskan syariat Islam berasal dari Accounting and Auditing Organization
of Islamic Financial Institution (AAOIFI) yang merumuskan dan menerbitkan
standar kode akuntan yang berasal dari syari’at Islam. Kode Etik akuntan
Islami diharapkan dapat memotivasi profesi akuntan untuk berperilaku etis
karena alasan keyakinan agama dan bernilai ibadah.
Dalam Kusumaningtyas dan Solikah (2016), AAOIFI merumuskan
struktur kode etik akuntan Islami menjadi tiga bagian. Bagian pertama
merupakan pondasi syariah yang berupa dasar-dasar hukum dari kode etik itu
sendiri. Bagian kedua dan ketiga dari kode etik AAOIFI membahas Prinsip-
prinsip Etika untuk akuntan dan menetapkan aturan-aturan perilaku etis untuk
akuntan. Bagian pertama terdiri atas pondasi-pondasi sebagai berikut:
a. Prinsip Integritas
Akuntan dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi sikap jujur,
berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan
agar dapat memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
Bersikap dan bertindak jujur merupakan tuntutan untuk dapat dipercaya.
Sikap jujur ini didukung oleh sikap berani untuk menegakkan kebenaran.
b. Prinsip Khalifah
Seorang profesi akuntan harus memperhatikan perintah dan larangan
Allah selaku pemilik semua yang ada di bumi ini dalam penggunaannya
sebab manusia akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia
menggunakan kekayaan itu.
c. Prinsip Ikhlas (sincerity)
Seorang akuntan harus mencari keridhaan Allah semata dalam
melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama. Harus berdasarkan
komitmen agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi profesinya. Tugas
profesi harus bisa dikonversikan menjadi tugas ibadah. Jika hal ini bisa
diwujudkan maka tugas akuntan menjadi bernilai ibadah dihadapan Allah
SWT disamping tugas professi yang berdimensi material dan dunia.
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
214
d. Prinsip Taqwa (Piety)
Sebagai salah satu cara untuk melindungi dari hal-hal negatif serta
perilaku yang bertentangan dengan syariat Islam khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan kekayaan atau transaksi.
Wujud dari ketaqwaan adalah mematuhi semua perintah dan menjauhi
larangan Allah SWT.
e. Kebenaran dan bekerja secara sempurana
Akuntan tidak harus membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-
pekerjaan profesi dan jabatannya tetapi juga harus berjuang untuk mencari
dan menegakkan kebenaran dan kesempurnaan tugas profesinya dengan
melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik dan
sesempurna mungkin. Hal ini tidak akan bisa direalisir kecuali melalui
kualifikasi akademik, pengalaman praktik, dan pemahaman serta
pengalaman keagamaan yang diramu dalam pelaksanaan tugas profesinya.
f. Allah menyaksikan tingkah laku setiap orang
Seorang Akuntan meyakini bahwa Allah selalu melihat dan
menyaksikan semua tingkah laku hamba-hambaNya dan selalu menyadari
serta mempertimbangkan setiap tingkah laku yang tidak disukai Allah. Ini
berarti bahwa seorang akuntan harus berperilaku ”taat” kepada Allah. Sikap
ini merupakan sensor diri sehingga ia mampu bertahan terus menerus dari
godaan yang berasal dari pekerjaan profesinya.
g. Manusia bertanggung jawab dihadapan Allah
Akuntan syariah harus meyakini bahwa Allah selalu mengamati semua
perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua tingkah
lakunya kepada Allah di akhirat baik tingkah laku dan perbuatan.
Karenanya akuntan harus berupaya untuk selalu menghindari pekerjaan
yang tidak disukai oleh Allah SWT karena dia takut akan hukuman nantinya
dihari akhirat.
Bagian kedua dan ketiga dari kode etik AAOIFI membahas Prinsip-
prinsip Etika untuk akuntan dan menetapkan aturan perilaku etis untuk
akuntan. Uraian di bawah merangkum prinsip-prinsip etika AAOIFI dan
aturan perilaku etis untuk akuntan :
1. Dapat dipercaya (trustworthinies)
Dapat dipercaya mencakup bahwa akuntan harus memiliki tingkat
integritas dan kejujuran yang tinggi dan akuntan juga dapat menghargai
kerahasiaan informasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa
baik kepada organisasi atau langganannya.
2. Legitimasi
Kegiatan profesi yang dilakukannya harus memiliki legitimasi dari
hukum syariah maupun peraturan dan perudang-undangan yang berlaku.
3. Objektivitas
keharusan bertindak adil, tidak memihak, bebas dari konflik
kepentingan.
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
215
4. Berkompetensi atas profesi dan rajin
Akuntan harus memiliki kompetensi profesional yang dilengkapi dengan
pengetahuan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan
profesinya dengan baik.
5. Perilaku yang didorong keimanan
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan nilai islam
yang berasal dari prinsip dan aturan syariah.
6. Perilaku profesional dan standar teknik
Akuntan harus memperhatikan peraturan profesi termasuk didalamnya
standar akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan syariah.
Perbandingan Prinsip Kode Etik Akuntan dari IAI dan Prinsip Kode Etik
Akuntan ISlami dari AAOIFI
Tabel 1. Matrik Perbandingan prinsip kode etik akuntan dari IAI dan prinsip
kode etik akuntan Islami dari AAOIFI
No. Aspek IAI AAOIFI
1. Kejujuran Berintegritas Trustwothiness
(Dapat dipercaya)
2. Objektivitas Objektivitas Objectivity
3. Kompetensi Kompetensi profesional dan
lkehati-hatian
Professional Competence and
Diligent (Ber-kompetensi
professional dan
menekuninya)
4.
Kepatuhan pada
aturan, standar,
dan hukum
Bersikap pofesional
Legitimacy (Legitimasi),
Professional Conduct and
Technical Standars (Sikap
professional berlandaskan
standar teknis)
5.
Kepatuhan pada
nilai-nilai moral,
agama, dan
keadilan
-
Faith Driven Conduct
(Perilaku professional yang
berlandaskan dan didorong
oleh keimanan)
6.
Bertanggung jawab
dan dapat
dipercaya
Dapat menjaga rahasia
dalam profesi dan bisnis Amanah
Prinsip kode etik akuntan dari IAI dan AAOIFI dibandingkan ke dalam enam
aspek. Berdasarkan pada 6 aspek prinnsip dasar etika, maka produk etika profesi
dari IAI tidak memenuhi 1 aspek yaitu Kepatuhan pada nilai-nilai Agama dan
Keadilan. Oleh karenanya, tidak adanya perilaku professional yang berlandaskan
dan disorong oleh Iman seperti halnya produk etika dari AAOIFI. pada prinsip etika
profesi akuntan publik IAI, berdasarkan pada 4 gaya pemikiran dari Perkembangan
Moral, yaitu Deontological, Teleological, Conventional, dan Ego. Dari tabel matrik
tersebut maka dapat dikatakan bahwa prinsip Etika Profesi IAI juga masih bersifat
dan berada pada tahapan Konvemsional (Koerniawan, 2013).
Kode etik akuntan Islam memiliki keunggulan daripada kode etik akuntan
konvensional. Dalam kode etik ini, akuntan diberi pedoman untuk berperilaku
profesional berlandaskan iman (Hossain, 2010). Dalam kode etik akuntan Islami,
rasa akuntabilitas dapat dipandu oleh nilai-nilai agama. Setiap agama memiliki
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
216
etika dan nilai moral masing-masing yang tentu tidak saling bertentangan. Sehingga
kode etik akuntan Islami memiliki nilai moral yang bersifat universal dan dapat
diterima penganut agama lain (Sirajudin, 2013).
Penanaman Kode Etik Akuntan Islami dalam Pendidikan Etika Akuntansi
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk
generasi dalam rangka membangun masa depan karena pendidikan mampu
mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. Namun terdapat tantangan yang
menghadang dunia pendidikan Indonesia saat ini meliputi: heterogenitas tingkat
pendidikan masyarakat, keterpurukan perekonomian masyarakat,
kekurangmerataan tingkat pendidikan pendidikan, serta mulai lunturnya nilai-nilai
moral (Tas’adi, 2014). Dalam hal ini, Yaljan (2003) dalam Rosif (2015)
menyatakan bahwa apabila mengambil ikhtiar pendidikan etika Islam, maka dapat
membangun suatu kebudayaan dan peradaban yang akan melestarikan atau
mengharmonisasikan masyarakat itu sendiri yang selanjutnya akan membentuk dan
mempertahankan etika yang baik.
Pendidikan etika Islam memainkan peran penting dalam memberikan panduan
tidak terkecuali bagi akuntan untuk melakukan tugasnya dengan integritas dan
dinamis. Prinsip prinsip etika Islam, kondusif dalam membangun pelaporan
keuangan yang berkualitas dan harus didasarkan pada keadilan, kebenaran,
kejujuran, adil, dan tanggung jawab untuk memperkuat profesi akuntansi (Ahmad,
Ahmed, & Mustaffa, 2017). Pendidikan dimensi personalitas tidak hanya
mendasarkan pada penguatan sesuatu yang material dan rasional (IQ) saja, lebih
dari itu penguatan personalitas dilakukan pula dengan memperhatikan potensi
emosionalitas (EQ) dan spiritualitas (SQ) (Ludigdo, 2005).
Dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku
etis akuntan. Perencanaan sosial diperlukan untuk membuat mahasiswa akuntansi
diuniversitas negeri atau swasta dan organisasi akuntansi dalam menyadari perilaku
etis. Dengan demikian,profesi akuntansi dapat melanjutkan peran historisnya untuk
menumbuhkan keberhasilan ekonomi bangsa (Mahdavikhou and Khotanlou (2012)
dalam Sugianto, A'yun, & Putri, 2018).
Al-Ghazali mengemukakan metode pembelajaran berupa latihan dan
pembiasaan kemudian nasehat dan anjuran sebagai alat pendidikan dalam rangka
membina etika sesuai dengan ajaran Islam. Pembiasaan dan latihan akan
membentuk sikap pada diri, yang lambat laun sikap tersebut akan bertambah jelas
dan kuat yang akhirnya tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain (Rosif, 2015).
Selain itu, diperlukan juga spiritualitas yang mendasari pendidikan tersebut, karena
spiritualitas adalah wadah yang dapat menghidupkan kembali hati yang berfungsi
sebagai pendorong untuk meningkatkan perilaku etis dalam melakukan
pekerjaannya sebagai profesional (Nursanty, 2016).
Selain Al-Ghazali, menurut Klimek and Wenell (2011) dalam Sugianto, A'yun,
& Putri (2018) menyatakan bahwa Internalisasi etika dalam pendidikan akuntansi
dapat dilakukan melalui kursus etika yang terintegrasi dengan kurikulum akuntansi.
Kursus ini dilakukan sebelum kelulusan. National Association of State Boards of
Accountancy (NASBA) topic merumuskan bahwa yang akan dimasukkan ke dalam
kursus etika yaitu:
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
217
a. Hakikat etika
b. Perbedaan dalam pendekatan berbasis aturan dan berbasis prinsip etika
c. Tanggung jawab sosial
d. Tata kelola perusahaan dan kepentingan publik
e. Kepatuhan dengan prinsip-prinsip etika dasar integritas, objektivitas,
komitmen untuk kompetensi profesional dan hati-hati serta kerahasiaan
f. Perilaku profesional dan kepatuhan pada standar dan hukum teknis
g. Konsep kemerdekaan, skeptisisme, konflik kepentingan akuntabilitas
dan harapan publik
h. Dilema etika dan konsekuensi perilaku tidak etis kepada individu,
terhadap profesi, dan untuk masyarakat luas (Sugianto, A'yun, & Putri,
2018).
Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keuangan apabila
etika Islam diterapkan. Perilaku amanah dan nilai kejujuran akan memandu penyaji
laporan akuntansi memenuhi tanggungjawab profesionalnya, sehingga laporan
akuntansi dapat disajikan secara profesional (Ekasari, 2017). Semangat etis adalah
ciri khas praktik keuangan Islam dan salah satu tekad kepatuhan terhadap syari'ah.
Sehingga, pelaporan keuangan berorientasi pada kesejahteraan sosial masyarakat
daripada mengambil keuntungan semata (Ahmad, Ahmed, & Mustaffa, 2017).
Singkatnya, prinsip dan nilai etika Islam sesuai dan menguntungkan bagi profesi
akuntan dan seluruh pihak pemangku kepentingan sehingga menimbulkan dampak
kesejahteraan dan keberkahan dalam bisnis.
KESIMPULAN
Profesi akuntan memiliki peran yang vital dalam tubuh dan kehidupan suatu
organisasi atau badan usaha. Oleh karena itu, seorang akuntan harus memiliki kode
etik profesi dalam menjalankan tugasnya. Kode etik profesi akuntan berfungsi
sebagai mekanisme kontrol yang dirancang untuk menegakkan dan memastikan
akuntan bertindak serta memberikan layanan akuntansi yang berkualitas tinggi yang
sesuai dengan prinsip etika.
Di Indonesia sendiri, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menerbitkan kode
etik untuk profesi akuntan guna mengakomodir kebutuhan akan adanya kode etik
bagi profesi akuntan di Indonesia. Sedangkan untuk profesi akuntan islam, juga
memiliki kode etik akuntan yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan berlaku secara
global. Jika dikomparasikan, kedua prinsip kode etik ini memiliki persamaan dalam
berbagai aspek. Namun prinsip kode etik dari AAOIFI memiliki aspek nilai-nilai,
norma, dan ketuhanan sebagai kelebihannya. AAOIFI berlandaskan pada ajaran
Islam yang meletakkan prinsip ketauhidan sebagai hal paling utama dan paling
tinggi disbanding prinsip lainnya yang bersifat muamalah.
Dalam kode etik akuntan Islami, rasa akuntabilitas dipandu oleh nilai-nilai
agama. Setiap agama memiliki etika dan nilai moral masing-masing yang tentu
tidak saling bertentangan. Sehingga kode etik akuntan Islami memiliki nilai moral
yang bersifat universal dan dapat diterima penganut agama lain (Sirajudin, 2013).
Kode etik akuntan Islami relevan untuk diintegrasikan dan diajarkan dalam
pendidikan akuntan di Indonesia.
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
218
Al-Ghazali mengungkapkan bahwa perlu adanya pendidikan karakter yang
ditanamkan pada setiap insan, dalam hal ini akuntan dan calon akuntan. Selain itu
menurut Klimek and Wenell (2011), Internalisasi etika dalam pendidikan akuntansi
dapat dilakukan melalui kursus etika yang terintegrasi dengan kurikulum akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
(IAI), I. A. (2016). Kode Etik Akuntan Profesional. www.iaiglobal.or.id. Ahmad, N. L., Ahmed, H., & Mustaffa, W. S. (2017). The Significance of Islamic
Ethics to Quality Accounting Practice. International Journal of Academic
Research in Business and Social Sciences, 693-703.
Ekasari, A. (2017). Pengaruh Etika Kerja Islami (EKI) terhadap Kualitas Penyajian
Laporan akuntansi (KPLA) : Self Esteem Sebagai Variabel Intervening. 1-
15.
Embun, B. (2012, Juni). Penelitian Kepustakaan. Retrieved Oktober 15, 2019, from
dapur ilmiah: http://dapurilmiah.blogspot.co.id
Hasan, M. A. (2009). Etika & Profesional Akuntan Publik. Pekbis Jurnal, 159-167.
Hossain, M. K. (2010). A Comparative Analysis of Conventional Ethical Code and
Islamic Ethical Code in Accounting Profession. Thoughts on Economics,
39-53.
Koerniawan, K. A. (2013). Etika Profresi dalam Problematika di Era Competitif
Menurut Sisi Pandang Akuntan Publik. Modernisasi, 49-64.
Kusumaningtyas, D., & Solikah, M. (2016). Pengaruh Etika Profesi Akuntan
Terhadap Perilaku Tidak Etis Di Lembaga Keuangan Syariah. Syariah
Paper Accounting FEB UMS, 154-163.
Ludigdo, U. (2005). Mengembangkan Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah
Perspektif untuk Mendorong Perwujudan Good Governance. Peran
Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance (pp. 1-20).
Jakarta Barat: Universitas Trisakti.
Masluhih, H., Masyhad, & Hidayati, K. (2017). Pemaknaan Kode Etik Auditor
Eksternal. 272-289.
Nurhidayah. (2008). Prinsip Integritas Akuntan dalam Perspektif Spritiualisme
Islam. 1-100.
Nurhidayati, & Witjaksono, A. (2016). Perbandingan Kode Etik Profesi Akuntansi
di Indonesia. Jurnal Online Insan Akuntan, 377-390.
Nursanty, I. A. (2016). Spiritual Religius Sebagai Basis Etika Akuntan Profesional.
Jurnal Valid, 289-297.
Nurwiyati. (2015). Pengaruh Penerapan Aturan Etika, Pengalaman Kerja, Dan
Persepsi Profesi Terhadap Profesionalisme Auditor (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik wilayah Yogyakarta). Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta, 1-154.
Pravitasari, D. (2015). Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam di Indonesia.
An-Nisbah, 85-110.
ISSN 2541-6014 (Cetak) ISSN 2541-6022 (Online) Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
219
Rahman, A. R. (2010). an Introducing to Islamic Accounting Theory and Practice.
42-64.
Rosif. (2015). Dialektika Pendidikan Etika Dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama
Islam. Jurnal Pendidikan Etika Islam, 394-417.
Rustiana. (2009). Studi Pemahaman aturan etika dalam kode etik akuntan:
SimulaSian etika Pengauditan. Jurnal Kinerja, 135-149.
Sirajudin. (2013). Interpretasi Pancasila Dan Islam Untuk Etika Profesi Akuntan
Indonesia. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 456-466.
Sugianto, M. R., A'yun, A. Q., & Putri, D. A. (2018). Internalisasi Nilai Keimanan
Untuk Mengoptimalkan Pengawasan Dan Meningkatkan Kompetensi
Akuntan. Banjarmasin: Politeknik Negeri Banjarmasin.
Tas’adi, R. (2014). Pentingnya Etika Dalam Pendidikan. Jurnal Ta’dib, 189-198.
Yunanda, R. A., & Majid, N. A. (2011). The Contribution of Islamic Ethics
Towards Ethical Accounting Practice. Issues in Social and Environmental
Accounting, 124-137.