UJIAN PROPOSALKARYA TULIS ILMIAH
NURUL HIDAYATI T.01.210.6241
HUBUNGAN DERAJAT MIOPIA PRA LASIK TERHADAP
TERJADINYA DRY EYE PADA PASIEN PASCA LASIK
Studi Observasi Analitik Terhadap Pasien Pasca Lasik di RSI Sultan Agung Semarang
BAB I• Masalah• Besar Masalah• Kronologi• Upaya penyelesaian• Rumusan Masalah• Tujuan Penelitian• Manfaat Penelitian
Masalah
• LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) merupakan salah satu bedah refraktif mata yang mampu memperbaiki tajam penglihatan sehingga penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak (Segre, 2007).
• Banyak faktor yang mempengaruhi hasil akhir pasca tindakan LASIK, seperti usia pasien, beratnya derajat kelainan refraksi, mikrokeratom, teknik bedah, suhu, dan kelembapan (Travella dkk, 2008).
• Menurut Rapuano (2007) tindakan LASIK dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita miopia yang telah melakukan tindakan LASIK seperti glare/halo, regresi, dry eye, ektasia kornea, ablasi retina, dan striae.
Besar Masalah
• Roizen dkk (2010) menyebutkan bahwa pasca pembedahan LASIK dapat terjadi komplikasi pada mata hingga 5%.
• Hasil angket yang diisi oleh pasien PRK dan LASIK pada bulan Mei 2001 juga mengungkapkan bahwa 19,5% melaporkan mengalami perburukan dalam fungsi, 27,1% perburukan gejala, 34,9% yang memburuk dalam masalah optik, 33,7% yang mengalami glare, dan 41,5% yang mengalami perburukan dalam mengemudi (Schein dkk, 2001).
• Prevalensi yang diamati dari dry eye tergantung dari studi populasi umum yang signifikan telah dilakukan di Australia, Amerika Serikat, Taiwan, Cina, dan Indonesia. Prevalensi dari dry eye pada studi ini bervariasi antara 5-34% (Asbell dan Lemp, 2004).
Kronologi
Menurut Lindstrom dkk (1997), semakin kecil derajat miopia, komplikasi yang dihasilkan dari LASIK juga akan lebih rendah.
Penelitian mengenai efek LASIK terhadap penderita miopia pada pengguna lensa kontak dan kacamata yang dilakukan oleh Nurjanah
(2009) terhadap 80 mata menunjukkan bahwa pada pasien yang menggunakan lensa kontak 35% mengalami efek LASIK berupa dry eye,
halo/glare, dan sebagian kecil over corrected.
Penelitian yang dilakukan Albietz dkk (2004) mengatakan bahwa banyak pasien pasca LASIK yang mengalami kejadian dry eye kronis.
Yu dkk. (2000) juga menguraikan dalam penelitiannya bahwa 94,8% pasien miopia yang melakukan LASIK mengalami dry eye.
Upaya Penyelesaian
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan derajat miopia pra LASIK dengan kejadian dry eye pasca LASIK.
Rumusan Masalah
Adakah hubungan derajat miopia pra LASIK terhadap terjadinya dry eye pada pasien pasca LASIK?
Tujuan Penelitian
Tujuan UmumMengetahui hubungan antara derajat miopia
pra LASIK terhadap terjadinya dry eye pada pasien pasca LASIK.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui jumlah pasien pra LASIK dengan derajat miopia ringan yang mengalami dry eye pasca LASIK.
Untuk mengetahui jumlah pasien pra LASIK dengan derajat miopia berat yang mengalami dry eye pasca LASIK.
Mengetahui keeratan hubungan antara derajat miopia pra LASIK dengan dry eye pasca LASIK.
Untuk mengetahui jumlah pasien pra LASIK dengan derajat miopia sedang yang mengalami dry eye pasca LASIK.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
• Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya sehubungan dengan komplikasi bedah refraktif, khususnya untuk dry eye pasca LASIK.
Manfaat praktis
• Memberikan informasi kepada pembaca tentang perbedaan terjadinya dry eye pada pasien pasca LASIK dengan indikasi miopia derajat ringan, miopia derajat sedang dan miopia derajat berat.
BAB II
• Kerangka Teori• Kerangka Konsep• Hipotesis
Kelainan refraksi
Astigmatisme Miopia Hiperopia
SedangRingan Berat
Usia
LASIK
Trauma
Dry eye
Kedalaman laser
Inflamasi
Hiposensitivitas Sekresi air mata terganggu
Pemotongan saraf
Kerusakan epitel superfisial kornea
Produksi musin terganggu
Penyakit sistemik
Riwayat dry eye pra LASIK
KERANGKA
TEORI
Kerangka Konsep
Derajat miopia pra LASIK
Kejadian dry eye
LASIK
Hipotesis
Terdapat hubungan derajat miopia pra LASIK terhadap terjadinya dry eye pada pasien pasca LASIK
BAB III
• Jenis Penelitian• Variabel Penelitian• Populasi dan Sampel• Cara Penelitian• Alur Penelitian• Waktu dan Tempat
Penelitian• Analisa Hasil
Jenis Penelitian
• Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan penelitian “cross sectional”.
Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Derajat miopia pra LASIK Dry eye
Populasi dan SampelPopulasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata pasien miopia yang telah dilakukan operasi LASIK di LASIK Center, RSI Sultan Agung pada tahun 2011-2013.
Sampel• Sampel yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan.• Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sejumlah 89,3724 mata atau dibulatkan menjadi 90 mata yang kemudian dikategorikan menjadi miopia ringan, miopia sedang, dan miopia berat sesuai dengan data yang tercantum dalam Rekam Medis.
• Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode Consecutive Sampling.
Kriteria Inklusi
• Pasien miopia pra LASIK dengan usia 18-40 tahun
• Pasien miopia pra LASIK tidak memiliki riwayat dry eye
• Pasien yang melakukan kontrol 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan pasca LASIK
Kriteria Eksklusi
• Pasien dengan penyakit sistemik
• Pasien dengan data kontrol yang tidak lengkap pasca LASIK
Rumus Besar Sampel
Dalam penelitian ini digunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) untuk menentukan jumlah sampel.
Cara Penelitian
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
ALUR
PENELITIAN
Inklusi
Eksklusi
Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling
Identifikasi komplikasi pasca LASIK
Hasil penelitian
Analisa data
Proposal penelitian disetujui
Pengajuan surat izin penelitian ke bagian rekam medis RSISA Semarang
Surat izin penelitian disetujui
Pengumpulan data pasien
Penyusunan proposal penelitian
Waktu dan Tempat
• Waktu : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014
• Tempat : Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Analisa Hasil
• Data penelitian berupa data kategorik tidak berpasangan yang akan dianalisis secara bivariat untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung menggunakan uji Chi-square (X2). Hasil penelitian dinyatakan bermakna jika p<0,05dan dinyatakan tidak bermakna jika p>0,05.
TERIMA KASIH