TUGAS MAKALAH TENTANG HIDROKARBON
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
Luqmanul Hakim 26030112120007Harum Sari Puspita M. 26030112120008Ratna Budiyanti 26030112140034Tia Wulandari 26030112140037Siti Nur Chotimah 26030112130051Dihya Khalifa 26030112130065Mukarima Rismandari 26030112130072Wildan Fadly 26030112140089Sarah Nur Halimah 26030112130092Indriyanti 26030112140102
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN 2012
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua yang kita gunakan atau
kenakan dalam menjalankan aktifitas adalah hasil olahan dari senyawa
hidrokarbon. Seperti pakaian, alat masak, alat tulis tempat pensil, dan sebagainya.
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari
senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen (H) dan atom karbon
(C). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang
berikatan dengan rantai tersebut. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa
karbon yang paling sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui
senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-
lain.
Sampai saat ini terdapat lebih kurang dua juta senyawa hidrokarbon.sifat
senyawa-senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur dan jenis ikatan koevalen
antar atom karbon. Oleh karena itu,untuk memudahkan mempelajari senyawa
hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli melakukan pergolongan hidrokarbon
berdasarkan strukturnya, dan jenis ikatan koevalen antar atom karbon dalam
molekulnya.
Sejalan dengan kemajuan industri dan teknologi, kebutuhan manusia akan
sarana yang memadai makin bertambah. Kontaminasi hidrokarbon merupakan
masalah serius bagi lingkungan. Pencemaran hidrokarbon disebabkan adanya
pencemaran minyak ke dalam lingkungan. Pada umumnya pencemaran laut yang
terjadi baik secara fisika, kimiawi maupun biologis. Suatu kerja toksik pada
umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika, biokimia, dan biologik
yang sangat rumit dan komplek. Proses ini umumnya dikelompokkan ke dalam
tiga fase yaitu: fase eksposisi, toksokinetik dan fase toksodinamik. Hidrokarbon
juga menimbulkan gejala-gejala penyakit pada manusia biasanya terjadi pada
saluran pernapasan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hidrokarbon?
2. Apa klasifikasi dari hidrokarbon?
3. Bagaimana struktur kimia dari hidrokarbon?
4. Bagaimana toksisitas mekanisme hidrokarbon menyerangan ke tubuh
manusia?
5. Apa gejala-gejala yang timbul jika terkontaminasi hidrokarbon?
6. Bagaimana cara pencegahan yang harus dilakukan agar tidak
terkontaminasi hidrokarbon?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hidrokarbon;
2. Mengetahui klasifikasi dari hidrokarbon;
3. Mengetahui struktur kimia dari hidrokarbon;
4. Mengetahui toksisitas mekanisme hidrokarbon menyerang ke tubuh
manusia;
5. Mengetahui gejala-gejala jika terkontaminasi hidrokarbon; dan
6. Mengetahui cara pencegahan agar tidak terkontaminasi hidrokarbon.
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan
hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom
hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga
sebagai pengertian dari Hidrokarbon Alifatik. Sebagai contoh metana (gas rawa)
adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4.
Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua
atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga
atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya
(CnH2n+2). Pada dasarnya terdapat tiga jenis hidrokarbon, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Hidrokarbon Aromatik, mempunyai setidaknya satu cincin aromatik
2. Hidrokarbon Jenuh, juga disebut alkana yang tidak memiliki ikatan
rangkap atau aromatik
Hidrokarbon Tak Jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antara
atom-atom karbon yang dibagi menjadi alkena dan alkuna. Menurut Dwiyanti
(2014), bahwa Hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang molekulnya
terdiridari atom C dan H. Sifat umum senyawa hidrokarbon adalah:
1. Tidak larut dalam air.
2. Pembakaran sempurnanya menghasilkan karbon dioksida dan air.
Berdasarkan macam ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibagi menjadi
hidrokarbon jenuh (mengandung ikatan tunggal) dan hidrokarbon tak jenuh
(mengandung ikatan rangkap dan rangkap tiga). Alkana merupakan hidrokarbon
jenuh dan alkena serta alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon
aromatik juga merupakan hidrokarbon tak jenuh karena dalam struktur cincin
benzena terdapat ikatan rangkap. Walaupun demikian benzena tidak menunjukan
sifat yang sama dengan sifat alkena dengan tiga ikatan rangkap. Benzena tidak
mengalami reaksi adisi dan stabil terhadap oksidator. Hal tersebut disebabkan
ikatan rangkap antar atom karbon dalam cincin benzena tidak terlokalisasi tetapi
terdelokalisasi (resonansi).
2.2. Klasifikasi
Hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang molekulnya terdiri dari
atom C dan H. Berdasarkan macam ikatan antar atom karbon dan sifatnya,
hidrokarbon dapat diklasifikasi sebagai berikut:
Gambar 1. Klasifikasi Hidrokarbon
Pada dasarnya, senyawa karbon dapat digolongkan ke dalam senyawa
hidrokarbon dan turunannya. Senyawa turunan hidrokarbon adalah
senyawakarbon yang mengandung atom-atom lain selain atom karbon dan
hidrogen,seperti alkohol, aldehida, protein, dan karbohidrat. Ditinjau dari cara
berikatan karbon-karbon, senyawa hidrokarbon dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian besar.
Senyawa hidrokarbon alifatik, yaitu senyawa hidrokarbon yangmembentuk
rantai karbon dengan ujung terbuka, baik berupa rantailurus atau bercabang.
Senyawa alifatik dibedakan sebagai berikut
1) Senyawa hidrokarbon jenuh, merupakan senyawa hidrokarbon yang
berikatan kovalen tunggal. Pada alifatik jenuh, atom karbon dapat
mengikat atom hidrogen secara maksimal. Senyawa yang tergolong
alifatik jenuh adalah alkana dan sikloalkana. Contohnya, senyawa alkana.
a. Senyawa Alkana
Hidrokarbon dengan hanya atom sp3
(yakni dengan hanya ikatan-ikatan tunggal) disebut alkana (atau
sikloalkana jika atom karbon itu membentuk cincin). Beberapa alkana
yang lazim ialah metana, etana, propana dan butana. Alkanaalkana ini
berbentuk gas dan terdapat dalam minyak bumi. Gas-gas ini digunakan
sebagai bahan bakar. Bensin pada hakikatnya adalah campuran alkana.
Alkana dan sikloalkana disebut hidrokarbon jenuh (saturated
hydrocarbon), artinya “jenuh dengan hidrokarbon”. Senyawa ini tak
bereaksi dengan hidrogen. Senyawa yang mengandung ikatan pi
disebut tak jenuh , dalam kondisi reaksi yang tepat, senyawa ini
bereaksi dengan hidrogen, menghasilkan produk yang jenuh. Alkana
termasuk hidrokarbon jenuh karena hanya memiliki ikatan kovalen
tunggal antar-atom karbon yakni ikatan C – C (Fessenden, 1998).
Gas alam dan minyak bumi tergolong hidrokarbon alifatik.
2) Senyawa hidrokarbon tidak jenuh, merupakan senyawa hidrokarbon yang
berikatan kovalen rangkap dua atau rangkap tiga. Hidrokarbon tidak jenuh
adalah hidrokarbon dengan satu atau lebihatom karbon mengikat atom
hidrogen tidak maksimal atau memiliki ikatanrangkap. Alkena memiliki
ikatan rangkap dua karbon-karbon (C=C) dan alkuna memiliki ikatan
rangkap tiga karbon-karbon (C=C).Contohnya alkena dan alkuna.
a. Senyawa alkena
Alkena termasuk hidrokarbon tak jenuh karena memiliki setidaknya 1
ikatan rangkap dua C = C.
b. Senyawa alkuna
Alkuna merupakan keluarga hidrokarbon tak jenuh, karena tidak
mengandung jumlah atom H maksimum seperti alkana. Alkuna
memiliki setidaknya 1 ikatan rangkap tiga.
b. Senyawa hidrokarbon siklik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan ujungrantai
karbon tertutup. Senyawa siklik dibedakan sebagai berikut.
1). Senyawa hidrokarbon alisiklik, merupakan senyawa golonganalifatik
dengan ujung rantai karbon tertutup. Contohnya: sikloheksana dan
sikloheksena.
2). Senyawa hidrokarbon aromatik, merupakan senyawa benzena
danturunannya. Contoh hidrokarbon aromatik yaitu benzena, naftalena,
toluena, dan sebagainya.
2.3. Struktur Kimia
Menurut Kamaruzzaman,et al., (2013), Hidrokarbon merupakan senyawa
organik yang tersusun hanya oleh karbon (C) dan hidrogen (H). Hidrokarbon
terbagi menjadi tiga jenis utama yaitu hidrokarbon jenuh, hidrokarbon tak jenuh,
dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon jenuh hanya mempunyai ikatan C-C
tunggal, sementara hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan C-C rangkap 2 atau
rangkap 3. Hidrokarbon aromatik merupakan senyawa siklik yang mempunyai
sifat kimia berkaitan dengan benzena.
Hidrokarbon jenuh (alkana dan sikloalkana) bersifat relatif inert dan tidak
mudah bereaksi dengan pereaki-pereaksi umum. Hidrokarbon tak jenuh (alkena
dan sikloalkena) dapat mengalami reaksi adisi dan reaksi oksidasi. Benzena dan
senyawa aromatik lainnya tidak bereaksi secara adisi tetapi dapat mengalami
reaksi substitusi dengan penggantian atom hidrogen oleh satu atom atau
sekelompok atom lainnya.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih
terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan
sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana
memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2)
(http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).
Rumus Molekul
Gambar 2. Struktur Molekul Senyawa Hidrokarbon: Alkana, Alkena, Alkuna
1. Alkana
Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa
yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 dan dinamakan alkana atau parafin. Suku
pertama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat diperoleh dengan
mensubstitusikan harga n (n menyatakan jumlah atom karbon yang terdapat pada
senyawa hidrokarbon) dan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkanaSuku ke n rumus molekul nama1 1 CH4 metana2 2 C2H6 etana3 3 C3H8 propana4 4 C4H10 butana5 5 C5H12 pentana6 6 C6H14 heksana7 7 C7H16 heptana8 8 C8H18 oktana9 9 C9H20 nonana10 10 C10H22 dekana
Pemberian nama alkana dilakukan dengan mengganti awalan alk- dengan
suku kata lain berdasarkan pada harga n. Untuk n = 1 sampai n = 4, awalan alk-
berturut-turut diganti dengan met-, et-, prop- dan but-. Sedangkan untuk jumlah
atom karbon lima sampai dengan sepuluh, digunakan awalan angka latin; pent-
untuk 5, heks- untuk 6, hept- untuk 7, okt- untuk 8, non- untuk 9, dan dek- untuk
10.
2. Alkena
Tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap
dua antara dua atom C yang berurutan, Alkena mempunyai 2 atom H lebih sedikit
dari alkana. Oleh karena itu rumus umumnya menjadi CnH2n+2-2H = CnH2n.
Tabel Lima suku pertama alkena Suku ke n rumus molekul nama1 2 CH2 = CH2 etena2 3 CH2 = CH - CH3 propena3 4 CH2 = CH - CH2 - CH3 1-butena4 5 CH2 = CH - CH2 - CH2 - CH3 1-pentena
5 6CH2 = CH - CH2 - CH2 -CH2 - CH3
1-heksena
3. Alkuna
Alkuna merupakan deret senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dalam
tiap molekulnya mengandung satu ikatan rangkap 3 diantara dua atom C yang
berurutan. Untuk membentuk ikatan rangkap 3 atau 3 ikatan kovalen diperlukan 6
elektron, sehingga tinggal satu elektron pada tiap-tiap atom C tersisa untuk
mengikat atom H. Jumlah atom H yang dapat diikat berkurang dua, sehingga
rumus umumnya menjadi CnH2n+2 - 4H = CnH2n-2 (Ahmad, 2012).
2.4. Toksisitas Mekanisme Menyerang ke Tubuh Manusia
Kontaminasi hidrokarbon merupakan masalah serius bagi lingkungan.
Pencemaran hidrokarbon disebabkan adanya pencemaran minyak ke dalam
lingkungan. Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika,
kimiawi maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan
manusia. Salah satu dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi.
Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun
yang lalu di masa lampau sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik dari
tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Racun hidrokarbon sering ditemukan di laut.
Salah satu senyawa hidrokarbon yang beracun yaitu PAH. Menurut pendapat
Munawir (2007), senyawa PAH (Polisiklik Aromatik Hidrokarbon) adalah
senyawa organik yang tersebar luas di alam, bentuknya terdiri dari beberapa rantai
siklik aromatik dan bersifat hidrofobik. Senyawa PAH mengandung dua atau
lebih rantai benzena, berasal dari pirolisis, pembakaran yang tidak sempurna
(pembakaran hutan, buangan motor, gunung berapi) dan proses pembakaran yang
menggunakan suhu tinggi pada pengolahan minyak bumi. Zakaria dan Mahat
(2006) dalam Munawir (2007), sudah banyak hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa PAH yang dihasilkan dari kegiatan manusia dapat menyebabkan kanker
dan efek mutagenik pada organisme.
Menurut Sherly (2009), bahwa hidrokarbon aromatik polisiklik dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara seperti respirasi atau
pernapasan, terabsorpsi melalui pori-pori kulit dan masuk ke dalam tubuh melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Senyawa HAP akan terakumulasi
menjadi kadar yang tinggi dalam tubuh hewan tingkat rendah dan hewan tingkat
tinggi seperti ikan dan sapi, karena senyawa ini sukar dicerna dalam tubuh.
Menurut Budiawan, (2008), Prinsip kunci dalam toksikologi ialah
hubungan dosis-respon/efek. Kontak zat toksik (paparan) terhadap
organisme/tubuh dapat melalui jalur tertelan (ingesti), terhirup (inhalasi) atau
terabsorpsi melalui kulit. Zat toksik umumnya memasuki organisme/tubuh dalam
dosis tunggal dan besar akut), atau dosis rendah namun terakumulasi hingga
jangka waktu tertentu (kronis).
Menurut Abha and Singh, (2012), Bahan kimia yang sangat beracun yang
terkandung dalam minyak mentah dapat merusak sistem organ dalam tubuh
manusia seperti sistem saraf , sistem pernapasan , sistem peredaran darah , sistem
kekebalan tubuh , sistem reproduksi , sistem sensorik , sistem endokrin , hati,
ginjal , dan lain-lain dan akibatnya dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
dan gangguan.
Gambar 3. Routes of absorption, distribution, and excretion of toxicants in the human body
Menurut pendapat Wirasuta dan Niruri (2006), bahwa suatu kerja toksik
pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika, biokimia, dan
biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini umumnya dikelompokkan ke
dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi, toksokinetik dan fase toksodinamik. Dalam
menelaah interaksi xenobiotika/tokson dengan organisme hidup terdapat dua
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:kerja xenobiotika pada organisme dan
pengaruh organisme terhadap xenobiotika. Yang dimaksud dengan kerja tokson
pada organisme adalah sebagai suatu senyawa kimia yang aktif secara biologik
pada organisme tersebut (aspektoksodinamik). Sedangkan reaksi organisme
terhadap xenobiotika/tokson umumnya dikenal dengan fase toksokinetik.
1. Fase Eksposisi
Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan xenobiotika,
pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik/ farmakologi
setelah xenobiotika terabsorpsi. Umumnya hanya tokson yang berada dalam
bentuk terlarut, terdispersi molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik.
Dalam fase ini terjadi kotak antara xenobiotika dengan organisme atau dengan
lain kata, terjadi paparan xenobiotika pada organisme. Paparan ini dapat terjadi
melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian xenobiotika
langsung ke dalam tubuh organisme (injeksi).
2. Fase Toksikinetik
Fase toksikinetik disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah
xenobiotika berada dalam ketersediaan farmasetika, pada mana keadaan
xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka
xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah atau limfe didistribusikan ke
seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor). Pada saat yang bersamaan
sebagian molekul xenobitika akan termetabolisme, atau tereksresi bersama urin
melalui ginjal, melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.
3. Fase Toksodinamik
Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat
kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya muncul
efek toksik/farmakologik. Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan
interaksi yang bolak-balik (reversibel). Hal ini mengakibatkan perubahan
fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya
(reseptor). Selain interaksi reversibel, terkadang terjadi pula. Interaksi tak bolak-
balik (irreversibel) antara xenobiotika dengan subtrat biologik.
2.5. Gejala-Gejala
Hidrokarbon (minyak tanah) yang teraspirasi ke dalam paru akan
menimbulkan perdarahan dan bronkopneumonia. Selanjutnya timbul edem paru
dan konsolidasi paru sehingga terjadi asfiksia dan kematian. Hidrokarbon yang
terminum akan terserap dan ikut aliran darah sampai ke paru, organ lain dan
otak. Di organ akan timbul kelainan degeneratif dan perdarahan kecil kecil yang
reversibel. Sedangkan di otak akan terjadi depresi otak. Zat racun chlorinated
hidrokarbon akan menyerang susunan saraf pusat terutama batang otak, serebelum
dan kortek serebri. Gejala yang timbul adalah rangsangan saraf dan penekanan
pusat pernapasan.
Dasar diagnosis : Hidrokarbon menyebabkan perubahan paru paru dan
susunan saraf pusat. Menekan zat ini akan menyebabkan iritasi mukosa, muntah
dan diare. Kadang timbul distres pernapasan, sianosis, takikardi, demam
dankematian. Bensin, gasolin, karosen dan minyak polish sangat bahaya.
Diagnosis dibantu dengan foto thorak adanya pneumonia hidrokarbon.
Penatalaksanaan : Resusitasi JPO / homeostasis. Observasi selama 24 jam.
Kontra indikasi emesis dan bilas lambung. Berikan oksigen, antibiotika dan
kortikosteroid. Hindari penggunaan adrenalin. Jangan diberikan alkohol dan
minyak mineral karena akan mempermudah absorbsi. Boleh diberikan caffein
pada depresi saraf pusat. Menurut Sugiarti (2009), PAH ini merangsang
terbentuknya sel-sel kanker bila terhisap masuk ke paru-paru, dan PAH yang
bersifat karsinogenik ini banyak terdapat di daerah industri dan daerah padat
lalu lintasnya, yang bersumber utama dari gas buangan hasil pembakaran
bahan bakar fosil. Toksisitas HC aromatik lebih tinggi dari pada HC alisiklik.
Dalam keadaan gas HC, dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa
dan menimbulkan infeksi paru-paru bila terhisap.
Gejala dari Intoksikasi Hidrokarbon
Gejala intoksikasi minyak tanah dapat dibagi menjadi gejala inhalasi dan
gejala akibat minyak tanah yang terminum. Gejala inhalasi dapat menimbulkan
euphoria yang menyerupai intoksikasi alkohol.
a. Gejala iritatif terhadap faring, esophagus, lambung dan usus halus dan
dapat menyebabkan perasaan terbakar pada mulut, tenggorokan,
esophagus dan ulkus pada mukosa.
b. Gejala fibriasi ventrikel, walaupun jarang terjadi. Fibriasi ventrikel ini
disebabkan karena minyak tanah menyebabkan sensitifasi jantung terhadap
katekolamin eksogen dan endogen (epinefrin, norepinefrin). Gejala pada
susunan syaraf pusat berupa mengantuk atau koma yang terjadi segera
setelah terminum minyak tanah.
c. Gejala pada paru berupa bronkopneumonia.
d. Bronkopneumonia ini bukan disebabkan oleh minyak tanah yang di
absorbs melalui oral atau ekskresi minyak tanah melalui paru, tetapi akibat
aspirasi trakeobronkial
Pada intoksikasi minyak tanah yang berat dapat pula dilihat kelainan pada urin
berupa albuminuria. Kematian biasanya timbul sebagai akibat asfiksia. Menurut
Romdhoni (2009), bahwa partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-
paru dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan
(pnevmokoniosis) antara lain:
• Penyakit Silikosis
Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas (SiO2). Dapat terjadi pada daerah
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan
besi (mengikir / menggerinda), penambangan bijih besi, timah putih dan
batubara. Bila sudah parah penyakit ini dapat diikuti hipertropi jantung sebelah
kanan yang mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
• Penyakit Asbestosis
Disebabkan oleh debu/serat asbes (campuran berbagai silikat terutama magnesium
silikat). Dapat terjadi di daerah pabrik/industri yang menggunakan asbes, pabrik
pemintalan serat asbes, pabrik yang beratap asbes, dan lain-lain.
• Penyakit Bisinosis
Disebabkan oleh debu/serat kapas. Dapat terjadi pada daerah pabrik pemintalan
kapas/tekstil, pembuatan kasur atau jok kursi. Penyakit ini dapat diikuti bronkitis
kronis.
• Penyakit Antrakosis
Disebabkan oleh debu batubara. Dapat terjadi pada daerah tambang batubara,
penggunaan batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), kapal laut bertenaga
batubara, pekerja boiler pada PLTU bertenaga batubara.
• Penyakit Beriliosis
2.6. Pencegahan
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Pengobatan keracunan
pestisida ini harus cepat dilakukan terutama untuk toksisitas organophosphat..
Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan
kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit
dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan yang berat ,
pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila
kandungannya jauh dibawah normal, kercaunan mesti terjadi dan gejala segera
timbul.
Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan
biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg. Atrophin akan memblok efek
muskarinik dan beberapa pusat reseptor muskarinik. Pralidoxim (2-PAM) adalah
obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat. Obat tersebut dijual secara
komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah tentang hidrokarbon ini, kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C)
dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-
atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut;
2. Ditinjau dari cara berikatan karbon-karbon, senyawa hidrokarbon dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu senyawa hidrokarbon
alifatik dan senyawa hidrokarbon siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik
dibagi menjadi 2 yaitu alifatik jenuh dan alifatik tak jenuh. Senyawa
hidrokarbon siklik juga dibagi menjadi 2 yaitu alisiklik dan aromatic;
3. ;
4. Toksisitas mekanisme hidrokarbon menyerang ke tubuh manusia
dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi, toksokinetik dan
fase toksodinamik;
5. Gejala-gejala terkontaminasi hidrokarbon biasanya terjadi pada saluran
pernapasan; dan
6. Pencegahan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan
biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada makalah ini adalah setiap individu
mempunyai kesadaran untuk mengurangi kegiatan yang menghasilkan
hidrokarbon.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. 2012. Kandungan senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) di teluk jakarta. Jurnal ilmu kelautan. Vol. 17 No. 4, hal 199-208.
Budiawan. 2008. Peran Toksikologi Forensik dalam Mengungkap Kasus Keracunan dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):35-39.
Dwiyanti, G. 2014. Konsep Dasar Kimia Organik yang Menunjang Pembelajaran Kimia SMA.
Fessenden dan Fessenden. 1984. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Kamaruzzaman., Muyassir, dan Syafruddin. 2013. Pengaruh Nutrisi Dan Bakteri Pseudomonas Fluorescens terhadap Mikroorganisme Pendegradasi hidrokarbon Pada Entisol. Jurnal konversi sumber daya alam. Vol.1 No.1.
Munawir, K. 2007. Kadar Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dalam Air, Sedimen dan Sampel Biota di Perairan Teluk Klabat-Bangka. ISSN 0125 – 9830. 33: 441–453.
Romdhoni. 2009. Kimia Lingkungan. Universitas Gunadarma. Depok.
S., Abha and C. S. Singh. (2012). Hydrocarbon Pollution: Effects on Living Organisms,Remediation of Contaminated Environments, and Effects of Heavy Metals Co-Contamination on Bioremediation, Introduction to Enhanced Oil Recovery (EOR) Processes and Bioremediation of Oil- Contaminated. ISBN: 978-953-51-0629-6. InTech.
Sherly. 2009. Study Analisis Kandungan Benzo(a)Piren dalam Daging Olahan dengan Metode Kromatografi Gas. Jurnal Kimia. UNHAS. Makassar.
Sugiarti. 2009. Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. UNM. Makassar.
Wirasuta, I M.A.G., dan R. Niruari. 2006. Toksikologi Umum. Udayana. Bali.
Recommended