GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU
TAHUN 2016
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Fibrianti
PSW.B.2013.IB.0011
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrumdi Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Telah disetujui untuk di seminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Samudra Taufik, S.Gz
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim PengujiKarya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Sutriawati, S.KM.,M.Kes (……………………………….)
2. Sartina, SST (……………………………….)
3. Samudra Taufik, S.Gz (……………………………….)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Samudra Taufik, S.Gz
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama : Fibrianti
Tempat/Tanggal Lahir : Wakadia, 2 Mei 1994
Suku/Bangsa : Muna
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Wakadia
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Lulus SD Negeri 3 Kosambi : Tahun 2007
2. Lulus SMP Negeri 3 Kosambi : Tahun 2010
3. Lulus SMA Negeri 1 Kontunaga : Tahun 2013
4. Sejak Tahun 2013 mengikuti pendidikan Program Studi D III Kebidanan
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dan Insya Allah akan di
selesaikan pada Tahun 2016.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala, atas izin-Nyalah
sehingga penulisan Karya Tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Salam dan Salawat penulis tidak lupa kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW,
orang yang menjadi idola dan panutan penulis.
Penulis sampaikan juga terimakasih kepada Ibu Sartina, SST selaku Pembimbing
I dan Bapak Samudra Taufik, S.Gz selaku pembimbing II dengan tulus dan rela
meluangkan waktunya membimbing penulis dalam penyusunan Proposal ini. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya, khususnya kepada :
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes, selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Sowite.
2. Ibu Rosminah Mansyarif S.Si.T.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Bapak Ali Mochtar Jaya, S.STP, M.Sc, selaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Perlindungan pada Masyarakat beserta Staf yang telah memberikan
izin penelitian.
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kerjasama dalam proses
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak La Uhu dan Wa Ode Luwi selaku kedua orang tua saya dan saudara-
saudaraku tercinta yang banyak memberikan bantuan moril maupun materil
dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Tak lupa juga keluarga serta sahabat-sahabat yang tersayang, yang selalu siap
serta bersedia menolong dan membantu, juga memberikan banyak motivasi dan
dukungan yang tiada henti-hentinya.
Dengan segala kerendahan hati dan senantiasa mengharapkan ridha-Nya karena
kepada-Nya jugalah tempat kembalinya segala sesuatu, penulis terbuka bagi saran
dan kritikan yang konstruktif demi perbaikan kearah yang lebih baik. Akhirnya
semoga Allah Subhana Wata’ala senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua, khususnya teman-teman mahasiswi Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna. Amin.
Raha, Juli 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Lembar Persetujuan............................................................................................... ii
Lembar Pengesahan............................................................................................... iii
Riwayat Hidup....................................................................................................... iv
Kata Pengantar...................................................................................................... v
Daftar Isi................................................................................................................ vi
Daftar Tabel........................................................................................................... vii
Intisari.................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka..................................................................................... 5
1. Konsep Dasar Tentang Pengetahuan.......................................... 5
2. Konsep Dasar Masa Nifas.......................................................... 11
3. Konsep Dasar Kolostrum........................................................... 15
B. Landasan Teori................................................................................... 19
C. Kerangka Konsep.............................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................... 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 22
C. Subyek Penelitian............................................................................... 22
D. Identifikasi Variabel Penelitian.......................................................... 23
E. Definisi operasional............................................................................ 23
F. Instrument Penelitian.......................................................................... 25
G. Pengolahan dan Analisis Data............................................................ 25
H. Jalannya Penelitian............................................................................. 26
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian...................................................
27
B. Hasil
Penelitian....................................................................................
29
C. Pembahasan.................................................................... 34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................... 39
B. Saran................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 41
Lampiran-Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif....................................... 23
Tabel 2 : Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu menurut
Jenis Kelamin Tahun 2016..............................................................
28
Tabel 3 : Distribusi Responden Menurut Golongan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2016.........................................................
29
Tabel 4 : Distribusi Responden Menurut Golongan Pekerjaan di Wilayah
Kerja Puskesmas Katobu Tahun........................................................
30
Tabel 5 : Distribusi Responden Menurut Golongan Pendidikan di Wilayah
Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016...............................................
31
Tabel 6 : Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum
Berdasarkan Tingkat Tahu di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016........................................................................................ 32
Tabel 7 : Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum
Berdasarkan Tingkat Memahami di Wilayah Kerja Puskesmas
Katobu Tahun 2016........................................................................... 33
Tabel 8 : Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum
Berdasarkan Tingkat Aplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Katobu Tahun 2016........................................................................... 34
viii
INTISARI
Fibrianti (PSW.B.2013.IB.0011), “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas TentangManfaat Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016 ”, dibimbing oleh Ibu Sartina dan Bapak Samudra Taufik
Latar belakang : Pada tahun 2012 hanya 4 % bayi yang mendapatkan ASI dalamsatu jam pertama, kemudian 8 % bayi baru lahir mendapatkan kolostrum dalam 1jam setelah lahir, 53 % bayi mendapatkan kolostrum pada hari pertama danselebihnya 35 % sebagian ibu nifas tidak memberikan kolostrum pada bayinya saatlahir.Metode : Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan jumlahpopulasi sebanyak 52 responden ibu nifas dan sampel sebanyak 46 responden dengantehnik purposive sampling. Instrument yang digunakan meliputi kusioner untukmengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas terhadap manfaat kolostrum dengantingkat tahu, memahami, dan aplikasi.Hasil : Penelitian menunjukan dari 30 responden yang memiliki tingkat tahuterhadap manfaat kolostrum pada ibu nifas yang terbanyak adalah kategori baikyakni ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 28 orang (93%),yang memiliki pengetahuan yang cukup tidak terdapat ibu nifas (0%), sedangkanyang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 2 orang (7%). Tingkatmemahami terhadap manfaat kolostrum pada ibu nifas yang terbanyak adalahkategori kurang yaitu sebanyak 12 orang (40%), untuk kategori baik sebanyak 10orang (33%), sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 8 orang (27%). Berdasarkantingkat aplikasi terhadap manfaat kolostrum pada ibu nifas yang terbanyak adalahkategori cukup sebanyak 17 orang (57%), untuk kategori baik sebanyak 9 orang (30%), dan untuk kategori cukup sebanyak 4 orang (13%).Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar respondenmemiliki tingkat tahu yang baik dengan jumlah 28 responden (93 %), memahamiyana kurang dengan jumlah 12 responden (40 %) , dan aplikasi yang cukup denganjumlah 17 responden (57 %) terhadap manfaat kolostrum.
Kata Kunci : Pengetahuan manfaat kolostrum, tahu, memahami, dan aplikasi.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa
jumlah ibu yang menyusui banyak dinegara-negara berkembang dan mulai
meningkat pada tahun 2007 menjadi 27,9 %. Jika dibicarakan mengenai jumlah
penurunan ibu menyusui, pada tahun 2012 sebanyak 16,7 %. Banyak hal yang
mempengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah beban hidup atau stress yang
dialami oleh banyak wanita (Bahiyatun, 2012).
Para ahli kesehatan telah banyak melakukan penelitian untuk menjabarkan data
umum secara ilmiah. Para ahli dengan berbagai penelitian telah membuktikan
kebenarannya, sehingga akhirnya organisasi kesehatan dunia (WHO) termasuk
seluruh departemen kesehatan di dunia pun sangat menganjurkan para ibu memberi
ASI kepada bayinya sesegera mungkin setelah bayi lahir agar dapat tumbuh kembang
dan menajdi generasi yang cerdas (Bahiyatun, 2012).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, cakupan ASI
masih 53,5 %, pemberian ASI kepada bayi satu jam paska persalinan hanya 6 %,
sedangkan pemberian ASI kepada bayi pada hari pertama setelah kelahirannya hanya
41,5 %. Sedangkan pada tahun 2012 hanya 4 % bayi yang mendapatkan ASI dalam
satu jam pertama, kemudian 8 % bayi baru lahir mendapatkan kolostrum dalam 1
jam setelah lahir, 53 % bayi mendapatkan kolostrum pada hari pertama dan
selebihnya 35 % sebagian ibu nifas tidak memberikan kolostrum pada bayinya saat
lahir. Rendahnya tingkat pemberian kolostrum inilah yang menjadi salah satu pemicu
rendahnya status gizi bayi dan balita di Indonesia disebabkan oleh kurangnya
4
pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian kolostrum pada bayinya. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunyayaitu tingkat
pendidikan ibu sehingga informasi tidak dapat tersampaikan dengan baik (Depkes
RI, 2008).
Setelah melahirkan ibu mengeluarkan satu jenis susu kental yang berwarna
kekuning-kuningan dan lebih kental disebut kolostrum, kolostrum mengandung vit
A, protein dan zat kekebalan yang mempunyai keuntungan sebagai pencahar yang
ideal untuk membersihkan selaput usus bayi baru lahir untuk mempersiapkan saluran
pencernaan kadar protein terutama globulin (gamma globulin) yang tinggi dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi dan zat antibodi yang mampu
melindungi tubuh dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan
(Depkes RI, 2008).
Dampak dari tidak diberikannya kolostrum tersebut adalah daya tahan tubuh
yang lemah sehingga mudah terserang berbagai penyakit. Maka dari itu disarankan
untuk sesegera mungkin memberikan kolostrum pada bayi baru lahir (Heryani, Reni.
2012). Hisapan bayi dapat mengakibatkan ibu nifas memulihkan diri dari proses
persalinan. Pemberian kolostrum lebih awal menjadi bayi akan memicu rangsangan
refleks menghisap. Hisapan bayi akan membantu rahim berkontraksi dengan cepat
dan memperlambat perdarahan. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat
turun berat badannya dari berat badan yang bertambah selama masa kehamilan. Oleh
karena itu jika kolostrum tidak diberikan pada masa nifas sesegera mungkin, akan
mengakibatkan proses pemulihan pasca persalinan menjadi terhambat
(Kristiyanasari, Weni. 2012).
4
Data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, pada tahun 2011
prevalensi ibu menyusui yang memberikan Kolostrum adalah 54,81 %, kemudian
pada tahun 2012 hanya sekitar 33,48 % dan pada tahun 2013 semakin menurun
hingga 30,14 % ibu yang memberikan Kolostrum (Profil Kesehatan Dinkes Provinsi
Sulawesi Tenggara, 2013)
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna jumlah ibu nifas pada tahun 2013
sebanyak 5936 orang, 2014 sebanyak 5674 orang dan 2015 sebanyak 4276 orang.
Data dari puskesmas Katobu bahwa jumlah ibu nifas pada tahun 2015 sebanyak 610,
dan pada tahun 2016 bulan Agustus mencapai 52 ibu nifas.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
Gambaran Pengetehuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2016
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Manfaat Kolostrum di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2016 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas terhadap manfaat kolostrum di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas ditinjau dari segi tahu tentang
manfaat kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016.
4
b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas ditinjau dari segi memahami
tentang manfaat kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas ditinjau dari segi aplikasi
tentang manfaat kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
Dalam bidang ini dijelaskan relevansi dan signifikan terhadap ibu nifas yang
diukur tingkat pengetahuannya mengenai manfaat kolostrum dan untuk ilmu maupun
penerapan yang bersifat praktik.
1. Bagi Profesi Kebidanan
Diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan mutu
pelayanan, khususnya meningkatkan pengetahuan ibu nifas mengenai manfaat
kolostrum serta dapat dijadikan tambahan informasi dan memberikan konstribusi
dalam melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas tersebut.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada Pembaca guna mengetahui
manfaat kolostrum yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi baru lahir.
3. Bagi Institusi Akbid Paramata & Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan pustaka dan sebagai sumber referensi.
4. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman pertama dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka
1. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
penciuman, rasa dan raba). Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Sulistyawati, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Sulistyawati, (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
26
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat
menjelasakan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih
adakaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formula baru dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang telah ada.
26
6) Evaluasi(evaluation)
Evaluasi ini berkaiatan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi. Penialain–penilaian itu didasarkan pada
suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria–criteria
yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Sulistyawati, (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari :
a) Cara coba salah (TrialandError)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Cara coba-coba
ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah. Apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional
saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik
formal maupun informal. Parapemuka agama, pemegang pemerintahan
26
dan lain sebagainya.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (commonsense)
Akal sehat atau commonsense terkadang dapat menemukan teori atau
kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara
yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam
konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini
oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah keberan
tersebut rasional atu tidak.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat melalui
proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
h) Melalui jalan pikiran
Manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Apakah bila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
26
pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan
induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum kekhusus
2. Cara ilmiah atau modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metode penelitian
(researchmetodology). Bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-
pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yaitu gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala–gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala–gejala yang
berubah-ubah pada kondis–kondisi tertentu.
d. Faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Sulistyawati, (2010), faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan secara umum adalah :
1. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses–proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
26
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk
berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu
menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal–hal yang baik dan juga
hal–hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan
seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara
berpikir seseorang.
4. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang
lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan
memperoleh suatu pengetahuan.
26
5. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin baik pula Pengetahuannya.
6. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu, pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan.
2. Konsep Dasar Post Partum (Masa Nifas)
a. Pengertian Post Partum
Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandung kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas yaitu 6-8 minggu (Ambarwati, 2010).
Masa nifas adalah puerperium adalah periode waktu atau masa dimana
organ-organ reproduksi kembali pada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar 6 minggu (Sarwono, 2009).
b. Tujuan Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2010), tujuan asuhan masa nifas dibagi dua yaitu :
26
1) 1) Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan Khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatandiri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana
c. Periode Masa Nifas
Periode nifas menurut Ambarwati (2010), meliputi :
1) Immediate Puerperium
Segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan.
2) Early puerperium
1 hari sampai 7 hari setelah melahirkan.
3) Late puerperium
1 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.
d. Tahapan Masa Nifas
Menurut Rukiyah, dkk (2011), nifas dibagi dalam 3 periode :
1) Puerperium dini adalah masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial adalah masa kepulihan menyeluruh alat– alat genital
yang lamanya 6–8 minggu.
26
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
e. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa nifas
Menurut Rukiyah, (2011) menyebutkan ada beberapa peran dan tanggung
jawab bidan dalam masa nifas yaitu :
1) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk
memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.
2) Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam
kedua, jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai keras karena otot
akan menjepit pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.
3) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan, tiap 15 menit pada
jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
4) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan
kenakan pakain bersih, biarkan ibu istirahat, beri posisi yang nyaman,
dukung program bounding attachman dan ASI Eksklusif, ajarkan ibu dan
keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang
gizi, perawatan payudara, kebersihan diri.
5) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
7) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
26
nyaman.
8) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak serta melakukan kegiatan administrasi.
9) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
10) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda–tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekan kebersihan yang aman.
11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
12) Memberikan asuhan secara professional.
f. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Menurut Rukiyah, dkk (2011), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang
terjadi.
1) Kunjungan I (6–8 jam setelah persalinan)
Tujuannya mencegah perdarahan masa nifas akibat atoniauteri,
mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, pemberian ASI awal,
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir (BoundingAttachment),
menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypothermia.
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuannya memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai adanya
26
tanda–tanda demam, memastikan ibu cukup makanan, cairan, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda–
tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi,
talipusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
Tujuannya memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai adanya
tanda–tanda demam, memastikan ibu cukup makanan, cairan, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda–
tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ibu
alami, memberikan konseling KB secara dini.
3. Konsep Dasar Kolostrum
a. Pengertian Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan kental kekuning–kuningan keluar pada hari
pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Jumlah kolostrum akan betambah
dan mencapai komposisi ASI biasa / matur sekitar 3-14 hari (Nurjanah, dkk.
2013).
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari ke 1 sampaike 3, mengandung tissuedebris dan residua
lmaterial yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan setelah masa puerperium. Komposisi dari kolostrum ini dari hari
kehari selalu berubah (Ambarwati, 2010).
26
b. Komposisi Kolostrum
Menurut Rukiyah, dkk, (2011), komposisi kolostrum meliputi :
1) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur.
2) Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI matur, tetapi
berlainan dengan ASI yang matur, pada kolostrum protein yang utama
adalah globulin (gammaglobulin).
3) Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI matur, dan
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.
4) Mineral, terutama natrium kalium dan kalori lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ASI matur.
5) Vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air
(vitamin B dan C) dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
6) Zat kekebalan tubuh atau Immunoglobulin.
7) IgA, IgG dan IgM lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur.
8) Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur hanya 58 Kal / 100
ml kolostrum.
9) Volume berkisar 150-300ml / 24 jam.
c. Manfaat Kolostrum
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015), manfaat kolostrum antara lain:
1) Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh terutama IgA
(ImmunoglobulinA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
terutama diare.
26
2) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi
pada hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit, namun cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan
pada bayi.
3) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi
pada hari–hari pertama kelahiran.
4) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
d. Kandungan Kolostrum
Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh untuk
melawan zat asing yang masuk kedalam tubuh) dan immunoglobulin (zat
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum mangandung
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan
yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare
Kandungan dari kolustrum antara lain :
1) Protein : 8,5 %
2) Lemak : 2,5 %
3) Karbohidrat : 3,5 %
4) Garam dan mineral : 0,4 %
5) Air : 85,1 %
6) Vitamin A, B, C, D, E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit
7) Leukosit sel darah putih
26
d. Reflek yang berperan dalam pembentukan kolostrum atau air susu.
Menurut Kristiyansari, (2010), ada 2 reflek yang berperan dalam
pembentukan kolostrum atau air susu antara lain :
1) Refleks Prolaktin (Proses produksi ASI)
Hormon prolaktin dari plasenta memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum masih terbatas karena masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba
yang terdapat ada putting susu terangsang. Jumlah prolaktin yang disekresi
dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan yaitu
frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
2) Refleks Let Down (Proses pengaliran ASI)
Hormon oksitosin setelah dilepas kedalam darah akan mengacu otot -
otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Tanda–tanda lain dari letdown adalah tetesan pada payudara lain yang
sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
e. Faktor–faktor penyebab seorang ibu tidak memberikan ASI Kolostrum
Beberapa penelitian menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan
seorang ibu tidak menyusui bayinya, terutama dalam pemberian kolostrum,
antara lain :
1) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI terutama
kolostrum.
26
2) Faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum.
3) Faktor perubahan social budaya yang masih berlaku dibeberapa daerah yang
mengharuskan kolostrum dibuang.
4) Faktor ASI yang belum keluar pada hari–hari pertama sehingga perlu
ditambah susu formula.
5) Faktor payudara kecil sehingga tidak menghasilkan cukup ASI Pertama
(kolostrum). Besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya
produksi ASI Pertama (kolostrum) karena payudara yang besar hanya
mengandung lebih banyak jaringan lemak dibandingkan yang kecil
(Syafrudin, dkk, 2011).
B. Landasan Teori
Kolostrum adalah cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara dan keluar
pada hari kesatu–ketujuh, yang mempunyai komposisi berubah-ubah dari hari-kehari,
cairan ini kental dan berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan susu
matur. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang
tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan, saluran pencernaan
bayi. Lebih banyak mengandung protein sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya
lebih rendah dibandingkan ASI matur, mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih
banyak dari ASI matur dengan volume 15-30 ml / 24 jam (Walyani & Purwoastuti,
2015).
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali
26
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi yang
tersebar secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan, dan
sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebgai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalamkonteks atau situasi yang lain.
26
C. Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu nifas
Tahu
Memahami
Aplikasi
Gambar 1. Kerangka konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan antara Variabel
Manfaat Kolostrum
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan observasi
yang bertujuan untuk menguraikan fakta mengenai suatu fenomena dari setiap
variabel yang diteliti.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian sudah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu pada Tanggal
09-16 Juli Tahun 2016.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang memiliki
bayi dengan jumlah 52 orang yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu pada
saat dilakukan penelitian.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang memiliki bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Katobu yang ditemukan pada saat penelitian. Tehnik
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling.
Jumlah sampel yang diperoleh adalah :N = .= ( , )= ( , )
= ,= 46 orang
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain yakni
tahu, memahami dan aplikasi.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah manfaat kolostrum.
E. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
No Variabel Definisi Kriteria Alat SkalaOperasional Objektif Ukur
Dependen1. Manfaat Menurut Walyani dan
Purwoastuti Kolostrum(2015), manfaatkolosrum antara lain :1. Kolostrum
mengandung zatkekebalan tubuhterutama IgA(ImmunoglobulinA)untuk melindungibayi dari berbagaipenyakit.
2. Jumlah kolostrumyang diprodukbervariasi tergantungdari isapan bayipada hari pertama
kelahiran.3. Kolostrum
mengandung protein,vitamin A yang tinggidan mengandungkarbohidrat danlemak rendah sehinggasesuaidengan kebutuhan gizibayi pada hari-haripertama kelahiran.
4. Membantu mengeluarkanmekonium yaitu kotoranbayi yang pertamaberwarna hitam kehijauan.
Independen2. Tahu Mengikat suatu materi yang . a. Baik : Kuesio Ordinal
telah dipelajari sebelumnya ≥ 75 %- ner100 %
. b. Cukup :60 %-74 %
c. Kurang :≤ 60 %
3. Pemahaman Suatu kemampuan a. Baik : Kuesio Ordinalmenjelaskan secara ≥ 75 %- nerbenar tentang obyek 100 %yang diketahui dan b. Cukup :dapat menginterprestasikan 60 %-materi yang tersebarsecara 74 %benar. c. Kurang :
≤ 60 %
4. Aplikasi Kemampuan untuk a. Baik : Kuesio Ordinalmenggunakan materi yang ≥ 75 %- nertelah dipelajari pada situasi b. Cukup :atau kondisi yang sebenarnya. 60 %-
74 %c. Kurang :
≤ 60 %
F. Instrument Penelitian
Instrument penelitian berupakusiner berisi daftar pertanyaan berstruktur yang
dibuat dengan mengacu pada konsep teori pengetahuan yang berisi tentang tahu,
memahami dan aplikasi tentang manfaat ASI kolostrum (Nasir, dkk, 2011).
G. Pengolahan dan Analisa data
Setelah data terkumpul melalui pengumpulan data, kemudian dilakukan
pengolahan data melalui tahapan antara lain :
a. Editing
Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan
diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.
b. Kording
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada
tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.
c. Skorsing
Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan dengan tahap pemberian
skor pada lembar observasi dalam bentuk angka-angka.
d. Tabulasi
Pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokkan dan diteliti dan
tertur. Dijumlahkan dan dituliskan dalam bentuk tabel ( Nasir, dkk. 2011).
Untuk mendapatkan hasil maka digunakan rumus sebagai berikut :
= . d +Ket : n = jumlah sampling
N = jumlah populasi
= presisi yang di tetapkan
H. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin
penelitian dari institusi pendidikan berdasarkan pengantar yang ditujukan pada
Kepala Kesbang Politik, surat izin penelitian selanjutnya disampaikan kepada
institusi tempat penelitian yaitu Puskesmas Katobu dan melaporkannya sebelum
melalui kegiatan pengumpulan data di lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaannya dimulai dengan membagikan kuesioner pada responden di
lapangan dengan menggunakan teknik purposive sampling suatu teknik
penepatan sampel secara spontanitas artinya siapa saja ditemukan secara tidak
sengaja bertemu dengan peneliti maka orang tersebut dijadikan sampel.
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk
deskriptif, tabel dan gambar.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini disajikan laporan sebai tahap akhir penulisan ini.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografi
Secara astronomis, Puskesmas Katobu terletak di bagian Selatan Pulau Muna.
Secara geografis, Katobu terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa, memanjang
dari Utara ke Selatan diantara 4.490 – 4500 lintang Selatan dan membentang dari
Barat ke Timur diantara 122.420 – 122.430 bujur Timur. Puskesmas Katobu
merupakan Pusat Pelayanan Kesehatan masyarakat di Kecamatan Katobu.
2. Letak teritorial
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batalaiworu.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Duruka.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Jati.
3. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas meliputi Kelurahan Raha I, Kelurahan Laende,
Kelurahan Raha II, Kelurahan Mangga Kuning, Kelurahan Butung-butung,
Kelurahan Watonea, Kelurahan Wamponiki, dan Kelurahan Raha III dengan
luas daratan 12,88 km2.
4. Demografis
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Katobu Tahun 2015 sebanyak
7.771 jiwa, terdiri dari 14.299 jiwa laki-laki, dan 15.735 jiwa perempuan.
Tersebar masing-masing di 7 Kelurahan yaitu :
27
Tabel 3.
Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
No. Kelurahan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Kel. Raha I 1.308 1.414 2.722
2. Kel. Laende 1.697 1.635 3.332
3. Kel. Raha II 2.625 2.900 5.525
4. Kel. Mangga Kuning 1.364 1.666 3.030
5. Kel. Butung-butung 1.143 1.290 2.433
6. Kel. Watonea 1.647 1.882 3.529
7. Kel. Wamponiki 2.143 2.375 4.518
8. Kel. Raha III 2.372 2.573 4.945
Jumlah 14.299 15.735 30.034
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Katobu, 2015
5. Sarana Pelayanan dan Tenaga Kesehatan
a. Sarana Pelayanan
Sarana pendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas Katobu terdiri dari
Puskesmas Pembantu 1 buah, posyandu 29 pos, kendaraan roda 4 1 unit,
kendaraan roda 2 adan 6 unit.
b. Tenaga Kesehatan
Pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas Katobu memiliki beberapa
tenaga kesehatan berbagai profesi seperti tenaga medis, paramedis perawat,
paramedis non perawat, tata usaha, dan sopir. Tenaga medis terdiri dari 3 orang
27
Dokter Umum dan 2 orang Dokter Gigi. Tenaga paramedis perawat 9 orang
bidan, perawat 20 orang dan gizi 4 orang. Tenaga paramedis non perawat
terdiri dari kesling 3 orang, analisis 3 orang, SPK 3 orang, farmasi 2 orang dan
FKM 4 orang. Tenaga tata usaha terdiri dari tenaga ahli komputer 4 orang dan
sopir 1 orang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada Tanggal 9-16 Juli Tahun 2016 ibu nifas yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu berjumlah 30 orang, tetapi sampel penelitiannya
adalah 46 orang.
1. Karakteristik Responden
a. Menurut Kelompok Umur
Tabel.1
Distribusi Responden Menurut Golongan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2016
No Kelompok Umur Jumlah
F %
1 18-24 6 20
2 25-29 13 43
3 <30 11 37
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer, 2016.
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa umur responden yang diteliti
27
bervariasi berdasarkan golongan yaitu 18-24 berjumlah 6 orang (20%),
golongan 25-29 berjumlah 13 orang (43%), sedangkan golongan < 30
berjumlah 11 orang (37%).
b. Menurut Pekerjaan
Tabel.2
Distribusi Responden Menurut Golongan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2016
No PekerjaanJumlah
F %
1 PNS 0 0
2 Wiraswasta 4 13
3 Tidak Bekerja 26 87
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer, 2016.
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa pekerjaan responden yang diteliti
bervariasi berdasarkan golongan yaitu PNS, Wiraswasta, dan Tidak Bekerja.
Golongan PNS tidak terdapat ibu nifas dengan pekerjaan PNS (0%),
golongan wiraswasta terdapat 4 orang (13%), sedangkan golongan yang
tidak memiliki pekerjaan atau berstatus ibu rumah tangga biasa berjumlah 26
orang (87%).
27
c. Menurut Pendidikan
Tabel.3
Distribusi Responden Menurut Golongan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Tahun 2016
NoPendidikan
Jumlah
F %
1 SD 0 0
2 SMP 1 3
3 SMA 22 73
4 SI/Perguruan Tinggi 7 24
Jumlah (n) 30 100
Sumber : Data Primer, 2016.
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa pendidikan responden yang
diteliti bervariasi berdasarkan golongan yaitu SD, SMP, SMA, SI/Perguruan
Tinggi. Pada golongan SD tidak terdapat ibu nifas dengan pendidikan terakhir
SD (0%), golongan SMP terdapat 1 orang (3%), sedangkan golongan SMA
berjumlah 22 orang (73%), sedangkan pada golongan SI/Perguruan Tinggi
terdapat 7 orang (24%).
2. Analisis Univariat
Hasil penelitian akan disajikan dalam beberapa tabel distribusi disertai dengan
narasi atau penjelasan tabel yang terdiri dari analisis univariat sebagai berikut :
27
a. Tingkat Tahu
Hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden tentang
manfaat kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016 pada
kategori baik yang berjumlah 28 responden (93 %). Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4.
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum Berdasarkan
Tingkat Tahu di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Tingkat Tahu Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 28 93
Cukup 0 0
Kurang 2 7
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 30 responden ibu nifas
yang emiliki pengetahuan berdasarkan tingkat tahu yang baik berjumlah 28
orang (93%), pada ibu nifas yang memiliki tingkat tahu yang cukup tidak
terdapat (0%), sedangkan pada tingkat tahu yang kurang terdapat 2 orang ibu
nifas (7%).
b. Memahami
Hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat memahami responden
tentang manfaat kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016
27
pada kategori kurang yang berjumlah 12 responden (12 %). Hasil ini dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum Berdasarkan
Tingkat Memahami di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Tingkat Memahami Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 10 33
Cukup 8 27
Kurang 12 40
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 30 responden ibu nifas
yang memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat memahami yang baik
berjumlah 10 orang (33%), pada ibu nifas yang memiliki tingkat memahami
yang cukup terdapat 8 orang (27%), sedangkan pada tingkat memahami yang
kurang terdapat 12 orang ibu nifas (40%).
c. Aplikasi
Hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden tentang
manfaat kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016 pada
kategori cukup yang berjumlah 17 responden (57 %). Hasil ini dapat dilihat
pada tabel 6.
27
Tabel 6.
Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum Berdasarkan
Tingkat Aplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Tingkat Memahami Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 9 30
Cukup 17 57
Kurang 4 13
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa dari 30 responden ibu nifas yang
memiliki pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi yang baik berjumlah 9
orang (30%), pada ibu nifas yang memiliki tingkat aplikasi yang cukup
terdapat 17 orang (57%), sedangkan pada tingkat aplikasi yang kurang terdapat
4 orang ibu nifas (13%).
C. Pembahasan
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali di sekresi oleh kelenjar payudara.
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi. Khususnya
kandungan imunoglobulin A (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan terhadap penyakit dan mencegah kuman memasuki tubuh bayi. IgA ini juga
membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan (Saleha, 2009).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
27
peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang,
semakin banyak informasi yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pada
pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2007).
Setelah melakukan penilaian secara keseluruhan yakni dengan menjumlahkan
nilsi setiap variabel yang diteliti, maka didapatkan bahwa Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Manfaat Kolostrum di Puskesmas Katobu pada umumnya sebagai berikut :
1. Tingkat Tahu
Tahu adalah sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termaksud dalam pengetahuan tingkat ini mengingat kembali (recall) terhadap
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefinikasikan, menyatakan dan
sebagainya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 30 responden yang mempunyai
pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terhadap manfaat kolostrum pada ibu nifas
yang terbanyak adalah kategori baik 27 orang (93%) dengan perolehan skor
pengetahuan yang berkisar dari perolehan skor pengetahuan yang berkisar dari ≥
75 %-100 %, yang memiliki pengetahuan yang kurang yakni 2 orang (7%),
dengan perolehan skor yang berkisar dari ≤ 60 %. Dan tidak terdapat tingkat
pengetahuan yang cukup pada ibu nifas. Hasil penelitian ini responden memiliki
pengetahuan yang baik yang berjumlah 27 (93 %). Hal ini menunjukan bahwa ibu
nifas yang memiliki tingkat tahu dengan kategori baik disebabkan karena sebagian
27
ibu nifas memperoleh banyak informasi dari lingkungan sekitar maupun dari
berbagai media informasi baik dari media cetak maupun dari media elektronik.
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang merupakan dasar untuk berbuat
dimana pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari informasi-informasi tentang
manfaat kolostrum, karena itu kemapuan seseorang melakukan sesuatu tergantung
pengetahuan yang ia miliki, atas dasar pengetahuan tentang manfaat kolostrum
yang diperoleh memungkinkan ibu untuk menghindari manfaat kolostrum.
Dengan informasi yang banyak diperoleh tentang manfaat kolostrum maka
pengetahuan seseorang akan baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Nursalam dan Siti Priyani (2007) yang menyatakan bahwa bahwa umumnya
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh informasi yang diterima, semakin
banyak informasi yang diterima maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
2. Tingkat Memahami
Memahami adalah sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat diinterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 30 responden yang mempunyai
pengetahuan berdasarkan tingkat memahami terhadap manfaat kolostrum pada ibu
nifas yang terbanyak adalah kategori kurang yakni 12 orang (40%), dengan
perolehan skor yang berkisar dari ≤ 60 %, yang memiliki tingkat pemahaman
yang baik terdapat 10 orang (33%) dengan perolehan skor pengetahuan yang
berkisar dari perolehan skor pengetahuan yang berkisar dari ≥ 75 %-100 % , Dan
yang memiliki tingkat pemahaman yang cukup pada ibu nifas terdapat 8 orang
27
(27 %) dengan perolehan skor yang berkisar 60%-74%. Hasil penelitian ini
responden memiliki tingkat pemahaman yang kurang.
Minoritas ibu nifas, memiliki tingkat pemahaman yang kurang yang berjumlah
12 (40 %) mengenai manfaat kolostrum disebabkan karena kurangnya kegiatan-
kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok
yang menyangkut manfaat kolostrum
(Nursalam dan Siti Priyani, 2007).
3. Aplikasi
Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau kondisi yang lain.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 30 responden yang mempunyai
pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terhadap manfaat kolostrum pada ibu
nifas yang terbanyak adalah kategori cukup terdapat 17 (57%) dengan perolehan
skor yang berkisar 60% - 74%, kategori baik terdapat 9 orang (30%) dengan
perolehan skor pengetahuan yang berkisar dari perolehan skor pengetahuan yang
berkisar dari ≥ 75 %-100 % , yang memiliki pengetahuan yang kurang yakni 4
orang (13%), dengan perolehan skor yang berkisar dari ≤ 60 %. Hasil penelitian
ini responden memiliki tingkat aplikasi yang cukup.
Meskipun responden mempunyai pemahaman yang cukup yang berjumlah 17
orang (57 %) tentang pengetahuan yang dimiliki mengenai manfaat kolostrum,
tetapi dapat mengaplikasikannya dalam sebuah kehidupan nyata, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya lingkungan seperti budaya, kelas
27
sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi, motivasi, sikap dan kepribadian,
gaya hidup dan demografi (Nursalam dan Siti Priyani, 2007).
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu nifas tentang manfaat kolostrum
di Puskesmas Katobu Tahun 2016, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu nifas tentang manfaaat kolostrum di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016 menunjukan bahwa dari 30
responden yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terhadap
manfaat kolostrum pada ibu nifas yang terbanyak adalah kategori baik berjumlah
28 responden (93 %).
2. Hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu nifas tentang manfaaat kolostrum di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016 menunjukan bahwa dari 30
responden yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat memahami
terhadap manfaat kolostrum pada ibu nifas yang terbanyak adalah kategori kurang
berjumlah 12 responden ( 40 %).
3. Hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu nifas tentang manfaaat kolostrum di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016 menunjukan bahwa dari 30
responden yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terhadap
manfaat kolostrum pada ibu nifas yang terbanyak adalah kategori cukup
berjumlah 17 responden (57 %).
B. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian gambaran pengeathuan ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016. Maka dapat dikemukakan beberapa saran
yaitu :
27
1. Bagi Puskesmas Katobu lebih ditingkatkan lagi pelayanan kesehatan dan
penjelasan tentang manfaat kolostrum.
2. Bagi bidan, diharapkan agar selalu menambah wawasan tentang manfaat
kolostrum. Serta bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan tindakan proaktif
seperti penyuluhan dan pendidikan kesehatan.
3. Bagi peneliti, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat kolostrum
di puskesmas Katobu.
4. Bagi ibu menyusui agar selalu meningkatkan pengetahuan tentang pemberian
kolostrum agar selalu diberikan pada anaknya, sehingga anaknya menjadi lebih
sehat serta menjadi generasi yang lebih produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R. 2010. Asuhan KebidananNifas, Yogyakarta, Nuha Medika.
Bahiyatun. 2012. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta, EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Standar Pelayanan Kebidanan,
Jakarta, Penerbit Dirjen Pembina Masyarakat.
Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui, Jakarta,
Cv.Trans Info Media.
Kristiyanasari, Weni. 2010. Asi Menyusui dan Sadari. Yogyakarta, Nuha Medika.
Nasir, dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta, Nuha
Medik.
Nurjanah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Post Partum. Bandung, PT Refika
Aditama.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Pustaka Sarwono.
Rukiyah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III ( Nifas ). Jakarta, CV. Trans Info
Media.
Sulistyawati, Ari. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta,
CV. Trans Info Media.
Syafrudin, dkk. 2011. Penyuluhan KIA. Jakarta, CV.Trans Info Media.
Walyani, E.S & Purwoastuti, Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui, Yogyakarta, PT. Pustaka Baru.
MASTER TABEL
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU
TAHUN2016
NamaTahu Memahami Aplikasi
KeteranganBaik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Ny.R √ √ √Ny.H √ √ √Ny.F √ √ √Ny.T √ √ √Ny.A √ √ √Ny.Y √ √ √Ny.W √ √ √Ny.N √ √ √Ny.S √ √ √Ny.S √ √ √Ny.W √ √ √Ny.W √ √ √Ny.D √ √ √Ny.S √ √ √Ny.R √ √ √Ny.M √ √ √Ny.S √ √ √Ny.H √ √ √Ny.P √ √ √Ny.R √ √ √Ny.R √ √ √Ny.I √ √ √Ny.S √ √ √Ny.N √ √ √Ny.A √ √ √Ny.D √ √ √Ny.F √ √ √Ny.E √ √ √Ny.R √ √ √Ny.M √ √ √
Kuesioner
Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum di WilayahKerja Puskesmas Katobu Tahun 2016
A. data responden
Berilah tanda ( √ ) untuk pilihan
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
B. kuesioner
Petunjuk : Berilah tanda √ padakolom yang benar jika pernyataannya benar.
Berilah tanda √ pada kolom salah jika pertanyaannya salah.
1. Tahu
No Pernyataan Benar Salah1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kolostrum merupakn cairan yang pertama kali di keluarkan olehpayudara
Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama sampai hari ketiga atauhari ke empat
Kolostrum sangat kaya akan anti infeksi
Kolostrum banyak mengandung protein
Kolostrum banyak mengandung zat kekebalan tubuh
Kolostrum mempunyai 10-17 kali lebih banyak di bandingaknsusu formula
Kolostrum berwarna kuning atau jerni
Jumlah kolostrum antara 150-300 ml/24 jam
Kolostrum lebih baik di bandingkan susu formula
Kolostrum merupakan pancahar yang ideal untuk bayi baru lahir
2. Memahami
No Pernyataan Benar Salah1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Cairan yang pertama keluar yang berwarna kuning keemasandan kental harus di buang
Kolostrum dapat membersihkan alat pencernaan bayi
Pembentukan kolostrum dapat di pengaruhi olehmendengarkan suara bayi
Komposisi kolostrum dari hari kehari selalu berubah
Pembentukan kolostrum tidak di pengaruhi oleh obat-obatan
Sejak awal ibu harus memberikan kolostrum pada bayibaru lahir.
Memberikan kolostrum menjalin hubungan kasih sayangantara ibu dan anak
Memberikan kolostrum baik bagi ibu karena dapatmencegah terjadinya perdarahan
Segera setelah lahir kolostrum dapat segera diberikankepada bayi karena sudah diproduksi sejak akhirkehamilan.
Memberikan ASI (kolostrum) pada bayi segera setelahlahir akan mengganggu istirahat
3. Aplikasi
No Pernyataan Ya Tidak1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apakah setiap 2 jam ibu menyusui bayinya atau setiap kalimenangis ?
Apakah ibu membuang ASI yang pertama keluar ?
Apakah ibu akan memberikan ASI saja usia 0-6 bulantanpa makanan tambahan ?
Apakah ibu langsung menyusui bayinya setelahlahir ?
Apakah ibu memberikan madu kepada bayinya setelahlahir ?
Apakah ASI yang keluar pertama (kolostrum) dibuangkarena kotor atau basi ?
Apakah bayinya mengalami alergi setelah ibu memberikankolostrum ?
Apakah ibu tetap memberikan kolostrum walaupunproduksi ASI tidak cukup ?
Apakah ibu memberikan susu formula jika kolostrum tidakada ?
Apakah ibu memberikan kolostrum walaupun puting susulecet ?
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Responden dalam Penelitian)
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang bernama Fibrianti (NIM : PSW.B.2013.IB.0011) dengan
judul penelitian “ Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Manfaat Kolostrum di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Tahun 2016”.
Saya sebagai responden memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk
kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi mahasiswa
tersebut dalam hal ini sebagai peneliti dan tidak merugikan siapapun. Dengan
demikian, saya dengan besar hati dan tanpa paksaan dari siapapun akan siap
membantu dalam penelitian ini dengan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepada saya.
Raha, Juli 2016
Responden