perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EVALUASI PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Disusununtuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli
Madya Program Studi Diploma ΙΙΙ Perpajakan
Oleh :
ARDHI SATYAWAN
NIM F3409009
PROGRAM STUDI DIPLOMA ΙΙΙPERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
AN EVALUATION ON VALUE-ADDED TAX REVENUE AND LUXURY GOODS SALE TAX IN BOYOLALI TAX SERVICE OFFICE
ARDHI SATYAWAN
F3409009
Tax is a potential alternative as fund source to implement the national development. Value-Added and Luxury Goods Sale taxes are the examples. The objectives of research are to find out the extent to which the revenue of Value-Added and Luxury Goods Sale taxes affects the total tax revenue in Boyolali Tax Service Office, to find out the projection of Value-Added and Luxury Goods Sale tax revenue contribution in the next 3 years, to find out the compliance level of Annual Notification delivery of PPN Term in 2011 and to find out the obstacles in Value-Added and Luxury Goods Sale taxes revenue as well as the measures taken to improve the Value-Added and Luxury Goods Sale taxes revenue in Boyolali Tax Service Office. Based on the result of research the writer had conducted, it could be concluded that the Value-Added and Luxury Goods Sale taxes revenue affected substantially the total tax revenue in Boyolali Tax Service Office. The recommendation given by the writer was to give firm sanction to the taxpayers incompliant with the prevailing regulation and to increase the frequency of taxing illumination implementation evenly in all subdistricts of Boyolali. Thus, the Value-Added and Luxury Goods Sale taxes revenue could be optimize more.
Keywords: Value-added and luxury goods sale taxes, evaluation, boyolali tax service office, contribution, compliance level of annual notification delivery of PPN term, projection.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Manfaatkanlah waktumu sebaik-baiknya, karena jika waktu tersebut berlalu begitu saja, kau tak akan bisa mengulanginya lagi, dan kau hanya bisa menyesalinya (Penulis).
Penulis persembahkan TUGAS AKHIR ini kepada:
Orang Tua dan Keluarga
Teman-teman DIII Perpajakan Angkatan 2009
Dosen pembimbing tugas akhir
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir
dengan Judul Evaluasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir.
2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang
yang tiada hentinya kepada penulis pada saat menyusun laporan tugas
akhir ini.
3. Saudara dan Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dorongan
semangat dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.
4. Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
5. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Studi
Diploma 3 Perpajakan Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
7. Sutaryo S.E, M.Si., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan dan bantuan selama penyusunan tugas akhir.
8. Indra Susila, S.E., M.M. selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolai yang telah berkenan memberikan kesempatan pada penulis untuk
melakukan magang kerja dan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
9. Bapak Wahono selaku Pembimbing Instansi Magang Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Boyolali.
10. Miftahur Roiva sebagai Staff Sekretariat yang telah membantu penulis
menyelesaikan magang dengan baik.
11. Seluruh staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolai yang telah
memberi kesempatan dan membantu penulis dalam menyelesaikan
magang dengan baik.
12. Teman-teman penulis yang telah memberikan saran, masukan dan
bantuan dalam menyusun tugas akhir ini Apin, Andri, Dhika, Yunda,
Pampam, Umam, Dicky, Febrian, Syahida, Okto, Tyas matur nuwun yo.
13. Seluruh teman-teman D3 Akuntansi Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan
satu-satu.
14. Ikan-ikan di akuarium yang telah memberikan ide dan inspirasi kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
15. Semua pihak yang membantu namun tidak bisa disebut satu-satu.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas
akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 20 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Profil Instansi ......................................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 9
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 12
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
F. Metoda Penelitian .................................................................................. 14
II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 17
1. Pengertian Pajak ............................................................................. 17
2. Pajak Pertambahan Nilai ................................................................ 22
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ........................................... 28
4. Tempat Terutang Pajak .................................................................. 30
5. Faktur Pajak .................................................................................... 31
6. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai .................. 32
B. Pembahasan ............................................................................................ 34
III. TEMUAN
A. Kelebihan ............................................................................................... 43
B. Kelemahan.............................................................................................. 43
IV. PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................. 45
B. Rekomendasi .......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II.1 Kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali ....................... 35
II.2 Proyeksi Kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah dari Tahun 2012-2014 ................................................ 38
II.3 Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Masa PPN Tahun 2011 di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali ..................................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Boyolali........................................ 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Magang.
2. Surat Ijin Magang Kerja.
3. Surat Keterangan Telah Melakukan Magang.
4. Formulir Penilaian Magang Kerja.
5. Data Realisasi Penerimaaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali selama Tahun 2009-2011
6. Laporan Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Masa PPN selama Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PROFIL INSTANSI
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali (KPP Pratama Boyolali)
didirikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Bertikal Direktorat jendral Pajak dan mulai
beroperasi pada tanggal 30 Oktober 2007 sesuai dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007 tanggal 03 Oktober
2007 tentang Penerapan Organisasi dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta kantor
Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan
Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelum KPP Pratama Boyolali berdiri, di Kabupaten Boyolali telah
berdiri Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB). Kantor ini
menangani administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang wilayah kerjanya
meliputi Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen. Untuk penanganan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pajak Pertamabahn Nilai (PPN) dan Pajak Pendapatan Barang Mewah
(PPnBM) Kabupaten Boyolali ditangani oleh KPP Pratama Surakarta.
Dengan adanya modernisasi dan reorganisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak, maka fungsi kerja instansi vertical seperti KPP, KP PBB,
Krikpa (Kantor Pameriksaan dan Penyidikan Pajak) digabungkan menjadi
KP2KP (Kantor Penyuluhan, Pelayana dan Konsultasi Perpajakan) dan
KPP Pratama. Dengan adanya peraturan dari Dirjen Pajak, maka di
Boyolai dibangunlah KPP Pratama Boyolali yang terletak di Jalan Solo –
Boyolali Km 24, Mojosongo, Boyolali.
2. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Kantor Pelayan Pajak Pratama Boyolali yang terletak di Jalan Solo-
Boyolali Km 24, Mojosongo, Boyolali, wilayah kerjanya melayani seluruh
Kabupaten Boyolali. Letak geografis Kabupaten Boyolali adalah 110 22’–
110 50’ Bujur Timur dan 7 36’-7 71’ Lintang Selatan. Kabupaten
Boyolali berada pada ketinggian 100 – 1500 meter diatas permukaan laut.
Wilayah ini terdiri dari 19 kecamatan, diantaranya adalah:
a. Kecamatan Boyolali;
b. Kecamatan Mojosongo;
c. Kecamatan Teras;
d. Kecamatan Banyudono;
e. Kecamatan Sawi;
f. Kecamatan Sambi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
g. Kecamatan Ngemplak;
h. Kecamatan Simo;
i. Kecamatan Nogosari;
j. Kecamatan Klego;
k. Kecamatan Andong;
l. Kecamatan Karanggede;
m. Kecamatan Wonosegoro;
n. Kecamatan Kemusu;
o. Kecamatan Juwangi;
p. Kecamatan Ampel;
q. Kecamatan Musuk;
r. Kecamatan Cepogo;
s. Kecamatan Selo.
Untuk itu batas-batas wilayah Boyolali, di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen
dan Kota Surakarta. Untuk wilayah dibagian selatan, berbatasan dengan
Kabupaten Klaten dan Propinsi DIY Yogyakarta. Sedangkan di sebelah
barat batasnya adalah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Wilayah kabupaten boyolali membentang sepanjang 48 km dari barat
sampai timur dan 54 km dari utara ke selatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Struktur Organisai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali adalah
sebagai berikut:
a. Kepala Kantor;
b. Subbagian Umum;
c. Seksi PDI;
d. Seksi Pelayanan;
e. Seksi Penagihan;
f. Seksi Pemeriksaan;
g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
Untuk mengetahui lebih jelas yentang struktur organisasi KPP Pratama
Boyolali, bisadilihat bagian pada Gambar I.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gambar 1.1
Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali (Penyebaran Pegawai Per Seksi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali)
Per 1 November 2011
Kepala Kantor
Pejabat Fungsional
Subbag Umum
Seksi PDI
Seksi Pelayanan
Seksi Penagihan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Ekstensifikasi
Perpajakan
Seksi Waskon I
Seksi Waskon II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural
a. Kepala Kantor
Kepala kantor mempunyai tugas mengelola pelaksanaan,
penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Subbagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas diantaranya melaksanakan
pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha
dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
c. Seksi PDI
Seksi PDI mempunyai tugas pengumpulan, pengolahan data,
penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,
pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan
e-filling serta penyiapan laporan kinerja.
d. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas antara lain melaksanakan
penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan
kerjasama perpajakan sesuai ketentuan berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
e. Seksi Penagihan
Seksi Penagiahan mempunyai tugas antara lain menatausahakan
urusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak,
penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas diantaranya menyusun
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas diantaranya
melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari
pihak ketiga, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak
dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas diantaranya
melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja Wajib
Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukanevaluasi hasil banding berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
5. Visi Misi Direktorat Jendral Pajak
a. Visi dari Direktorat Jendral Pajak
Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan system
administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi dari Direktorat Jendral Pajak
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-
Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui system
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
6. Nilai-Nilai Direktorat Jendral Pajak
a. Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode
etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak
jujur, konsisten dan menepati janji.
b. Profesionalisme
Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan
pekerjaan sesuai dengan kompetensinya, kewenangan serta norma-
norma profesi dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta
norma-norma profesi, etika, sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Inovasi
Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternative
pemecahan masalah yang kreatif dan memperhatikan aturan dan norma
yang berlaku.
d. Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan pihak lain, serta
membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
NegaraRepublik Indonesia adalah negara hukum berdaarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban
setiap masyarakat. Adapun salah satu tujuan bangsa Indonesia berdasarkan
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan
umum, untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya dengan melaksanakan
pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air memerlukan biaya yang besar
(Rusjdi, 2007).
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, maka diperlukan fasilitas
yang cukup guna menunjang kehidupan rakyatnya. Fasilitas tersebut bisa
terlaksana dengan baik jika pemerintah mempunyai sumber dana yang besar.
Berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanjaan Negara, sumber penerimaan
negara terbesar adalah dari sektor perpajakan. Oleh karena itu negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menempatkan perpajakan sebagai perwujudan salah satu kewajiban
kenegaraan dalam rangka membiayai pembangunan nasional.
Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Masalah Perpajakan
bukan hanya masalah pemerintah saja dan pihak-pihak yang terkait
didalamnya akan tetapi masyarakat juga sangat mempunyai kepentingan yang
sama untuk mengetahui masalah Perpajakan di Indonesia.Sebagai salah satu
sumber penerimaan negara yang sangat potensial, sektor Pajak merupakan
pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil tetapi
juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai
pembangunan. Untuk meningkatkan peran pajak sebagai sumber penerimaan
negara, Pemerintah telah melakukan reformasi pajak tax reform yang mulai
dicanangkan sejak tahun 1984.
Salah satu jenis pajak yang berperan sebagai sumber penerimaan adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penjualan
Barang Mewah (PPnBM). Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) dipungut
berdasarkan Undang-undang No.11 tahun 1994 tentang perubahan atas
Undang-undang No. 8 tahun 1983. Jo Undang-undang No. 18 tahun 2000.
Sejak diterapkannya Undang-Undang no 42 tahun 2009 tentang perubahan
atas UU no 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Pertambahan Nilai atas Barang Mewah telah cukup berperan sebagai sumber
penerimaan utama yang semakin meningkat disetiap wilayah Indonesia, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
jumlah maupun jumlah relatifnya apabila dibandingkan dengan penerimaan
negara lainnya.
Sebagai salah satu wilayah di Indonesia, daerah Boyolali yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah juga mempunyai peranan dalam memberikan
sumbangan di penerimaan negara salah satunya di sektor penerimaan
pajaknya, terutama dari pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah. Hal ini disebabkan kegiatan ekonomi di Boyolali mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini terjadi dibeberapa sektor
seperti di sektor pertanian, pertambangan, industri, bangunan/konstruksi,
listrik, gas, hotel, rumah makan, perdagangan, angkutan, komunikasi,
perbankan dan jasa-jasa lainnya.Hal tersebut mengakibatkan penerimaan
pajak, khususnya pajak pertambahan nilai semakin meningkat.
Berdasarkan sumber data Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
tahun 2009, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebesarRp37.322.254.999, pada tahun 2010 menjadi
Rp45.756.942.444 dan pada tahun 2011 menjadi Rp56.914.488.170. Namun
menurut data laporan rasio kepatuhan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai selama tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali, tingkat rasio kepatuhan dari bulan januari sampai desember terjadi
peningkatan danpenurunan, namun rata-rata mengalami penurunan.Pada
bulan Januari rasio kepatuhan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai sebesar
93,57%, pada bulan Februari turun menjadi 74,32%, pada bulan Maret turun
menjadi 67,89%, pada bulan April turun menjadi 66,02%, pada bulan Mei
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
turun menjadi 65,89%, pada bulan Juni turun menjadi 64,58%, pada bulan
Juli naik menjadi 72,65%, pada bulan Agustus turun menjadi 67,11%, pada
bulan September turun menjadi 54,65%, pada bulan Oktober naik menjadi
68,56%, pada bulan November naik menjadi 69,34% dan pada
bulanDesember turun menjadi65,49%.. Hal tersebut tidak sesuai dengan
peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
Paparan di atas menjadi fokus penulis untuk mengetahui bagimana
penerimaan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah,
apakah cukup berpengaruh terhadap total penerimaan pajak di Boyolali ,
sehingga penulis mengambil judul “EVALUASI PENERIMAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BOYOLALI”.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari laporan Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana kontribusi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah terhadap total penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali?
2. Bagaimana tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam kewajiban
penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertanbahan Nilai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali?
3. Bagaimana kendala dalam penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah serta apa upaya yang dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari laporan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam
penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali.
3. Untuk mencari upaya peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Boyolali.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diambil dalam laporan penulisan Tugas Akhir ini
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi sehingga dapat
meningkatkan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam hal
penagihan pajak agar berjalan lebih lancar.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah informasi dan
memberikan tambahan referensi sumber data penelitian selanjutnya dalam
bidang yang sama yaitu Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
F. METODA PENELITIAN
1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah Laporan
Jumlah Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
2. Jenis Data
Jenis data adalah data primer, yang diperoleh langsung dari obyek
yang diteliti(Nazir, 1998), yaitu penerimaan pajak dari pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah selama tahun
2009 sampai 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subjek
(orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya
pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti
(Sangadji dan Sopiah, 2010).Pada tempat magang, penulis dapat
mengamati kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pegawai di setiap
bagian secara langsung keadaan dan proses yang berkaitan dengan
objek yang diteliti dan mengumpulkan data yang diperlukan.
b) Wawancara
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara secara
langsung terhadap beberapa karyawan dibagian pelayanan dan pusat
data dan informasi (PDI), mengenai penerimaan PPN dan PPnBM di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
c) Teknik Analisis Data
1) Analisis Kualitatif adalah proses pendekatan yang tidak berwujud
angka. Pada umumnya, analisis kualitatif didasarkan pada kalimat
atau teori yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2) Analisis Kuantitatif adalah proses analisis data yang menggunakan
angka atau rumus untuk mengetahui penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali. Contohnya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
penghitungan kontribusi pajak pertambahan nilai terhadap total
penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak
a. Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Sumarsan, 2010: 4).Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengtgan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintah (Waluyo, 2010: 2). Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara bedasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung
dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Waluyo, 2010: 3).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.
1) Iuran dari rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Berdasarkan undang-undang.
3) Tanpa jasa timbal balik atau kontrasepsi dari negara secara langsung.
4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Fungsi Pajak
Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar bagi
pembangunan, oleh karena itu pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan negara dan pengeluaran pembangunan (Mardiasmo,
2008).
2) Fungsi Mengatur
Pajak berfungsi sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang ekonomi, sosial maupun politik dengan maksud mencapai
tujuan-tujuan tertentu (Mardiasmo, 2008).
c. Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya “An Inquiry Into Nature and
Cause of the Wealth of Nations” tentang asas-asas pemungutan pajak
yang dikenal dengan “The Four Maxims” adalah sebagai berikut:
1) Asas Equality (asas kesinambungan atau asas keadilan)
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak yang
dikenakan kepada Wajib Pajak harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak serta sesuai dengan manfaat yang
diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Asas Certaintly (asas kepastian hukum)
Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang tetapi harus
berdasarkan undang-undang, sehingga bagi yang melanggar akan
dikenakan sanksi hukum.
3) Asas Convenience of Payment (asa pemungutan pajak tepat waktu)
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib
pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengat saat diterimanya
penghasilan atau keuntungan yang dikenakan pajak.
4) AsasEconomy (asas efisien atau asas ekonomis)
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat/seefisien
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih
besar dari penerimaan pajak.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan tiga sistem
pemungutan (Resmi, 2009)., antara lain:
1) Self Assesment System
Dalam sistem ini, pemungut pajak memberi kepercayaan dan
tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar melalui Surat Pemberitahuan Bulanan
atau Tahunan. Petugas pajak hanya bertugas untuk meneliti
kelengkapan Surat Pemberitahuan, meneliti kebenaran perhitungan
dan penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Official Assesment System
Dalam sistem ini, fiskus yang berperan aktif dalam menghitung dan
menetapkan besarnya pajak terutang melalui Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang.
3) Withholding System
Dalam sistem ini, pajak dihitung, ditetapkan, dipotong, disetor, dan
dilaporkan oleh pihak ketiga ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
tempat wajib pajak terdaftar. Hal ini wajib dilakukan oleh
Bendaharawan, pimpinan perusahaan/pemberi kerja.
e. Pengelompokan Jenis Pajak
1) Menurut golongannya
a) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri
oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain
serta dikenakan pada waktu yang berulang-ulang pada waktu
tertentu (Resmi, 2009).
Contoh: Pajak Penghasilan, PBB.
b) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal
atau peristiwa tertentu saja (Resmi, 2009).
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Menurut lembaga pemungutnya
a) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (Resmi,
2009).
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan
Bea Materai.
b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah (Resmi,
2009).
Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan dan Pajak Restoran.
3) Menurut sifatnya
a) Pajak Subjektif adalah pajak yang berdasarkan pada subjeknya
(orangnya) yaitu memperhatikan keadaan Wajib Pajak (Resmi,
2009).
Contohnya: Pajak Penghasilan
b) Pajak Objektif adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak (Resmi, 2009).
Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Pajak Pertambahan Nilai
a. Dasar Hukum
Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang-Undang No. 42
Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
b. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap
pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-
faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan,
menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau
pemberian jasa kepada para konsumen (Rusjdi, 2007).
c. Subyek Pajak Pertambahan Nilai
1) Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
2) Pengusaha Kecil yang memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak dengan
dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp600.000.000
dalam satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Orang Pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
berwujud dan atau dari luar Daerah Pabean.
4) Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembangunan rumahnya
sendiri dengan persyaratan tertentu.
5) Pemungut pajak yang ditunjuk oleh Pemerintah, yang terdiri atas
Kantor Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat dan
Daerah, termasuk Bendahara Proyek.
d. Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha yang memenuhi syarat.
a) Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak.
b) Barang Tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak tidak berwujud.
c) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
d) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha dan
pekerjaan.
2) Impor Barang Kena Pajak
3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha harus memenuhi syarat-syarat.
a) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
b) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c) Penyerahan dilakukan di dalam kegiatan usaha atau kegiatan
pengusaha yang bersangkutan.
4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean.
5) Penyerahan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
6) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud dan tidak berwujud, serta
ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
7) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan.
8) Penyerahaan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut
tujuan, semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan.
e. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
1) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena
Pajak/ Jasa Kena Pajak wajib memungut Pajak Pertambahan Nillai
dari pembeli dengan membuat Faktur Pajak.
2) Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak
tersebut merupakan Pajak Keluaran (out put tax) bagi Pengusaha
Kena Pajak penjual Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, yang
sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (terutang pajak).
3) Pada waktu Pengusaha Kena Pajak diatas melakukan pembelian atau
perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambhaan Nilai tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
merupakan Pajak Masukan (input tax) yang sifatnya sebagai pajak
yang dibayar dimuka, sepanjang Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha.
4) Untuk setiap masa pajak, apabila Pajak Keluaran lebih besar
daripada daripada Pajak Masukan, selisihnya harus disetor ke kas
negara, dan apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari Pajak
Keluaran, selisihnya dapat direstitusi atau dikompensasi ke masa
pajak berikutnya.
5) Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan laporan Perhitungan
Pajak Pertambhana Nilai setiap bulan (Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai) ke Kantor Pelayanan Pajak terkait.
f. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual atau penggantian
atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan sesuai
keputusan MentriKeuanganyang dipakai sebagai dasar menghitung
pajak terutang (Rusjdi, 2007). Jenis Dasar Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai adalah:
1) Harga Jual
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menurut undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan
dalam faktur pajak.
2) Penggantian
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena
Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan potongan
hargayang tercantum dalam faktur pajak.
3) Nilai Impor
Nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk
ditambah pungutan, dikenakan sesuai undang-undang, Pabean tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
4) Nilai Ekspor
Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
g. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak
sebesar 0% (nol persen).
Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan atas
konsumsi Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Oleh karena
itu, Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang diekspor atau
dikonsumsi diluar Daerah Pabean , dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai dengan tarif 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bukan berati pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Namun, Pajak Masukan yang telah dibayar atas ekspor tetap dapat
dikreditkan. Ketentuan ini berlaku juga bagi Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
h. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dapat
diuraikan sebagai berikut.
1) Secara umum Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas transaksi
penyerahan Baratng Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak penjual, dan pembeli Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak wajib membayar kepada Pengusaha Kena Pajak
penjual sebesar harga jual ditambah Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang
2) Namun apabila yang bertindak sebagai pembeli Barang kena Pajak/
Jasa Kena Pajak tersebut berstatus sebagai pemungut Pajak
Pertambahan Nilai (pembeli khusus), Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang tidak dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak, melainkan
disetor langsung ke kas Negara oleh pemungut Pajak Pertambahan
Nilai tersebut. Pembeli khusus terdiri dari.
a) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara serta Bendahara
Pemerintah (pusat atau daerah) yang dananya berasal dari APBN.
b) Pertamina.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, termasuk
Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah.
d) Perusahaan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil
Pertambangan/ Pengeboran.
i. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah
dengan tarif 10% atau 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak, dengan
rumus.
Pajak Pertambahan Nilai = Tarif pajak Dasar Pengenaan Pajak.
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
a. Dasar Hukum
Dasar hukum Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah Undang-
Undang no 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b. Karakteristik dalam Pajak Penjualan atas Barang Mewah
1) Pengenaan atas Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya satu kali
yaitu pada saat penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada saat impor.
2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dapat dikreditkan dengan
Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian apabila eksportir
mengekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah, maka Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Penjualan atas Barang Mewah yang telah dibayar pada saat
perolehan dapat direstitusi.
c. Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah di dalam Daerah Pabean dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang
yang tergolong mewah (Rusjdi, 2007).
d. Obyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah
1) Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang
Kena Pajak yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean.
2) Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
e. Mekanisme Pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dibayar tidak dapat
dikreditkan dengan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
Dengan demikian, prinsip pemungutan pajak hanmya satu kali saja
yaitu saat penyerahan pertama dan penyerahan pada tingkat berikutnya
tidak lagi dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
f. Dasar Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Dasar pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sama dengan
dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai yaitu.
1) Nilai impor untuk impor barang mewah.
2) Harga jual untuk penjualan barang mewah oleh pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
g. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
1) Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah serendah-
rendahnya 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 20% ( dua puluh
persen).
2) Perbedaan kelompok tarif didasarkan pada pengelompokan Barang
Kena Pajak tergolong mewah yang ditetapkan ditetapkan
pemerintah.
3) Atas Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenakan
pajak dengan tarif 0% (nol persen).
h. Perhitungan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pajak Penjualan atas Barang Mewah = Tarif Pajak Dasar Pengenaan
Pajak.
4. Tempat Pajak Terutang
a. Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
1) Tempat tinggal
2) Tempat kedudukan
3) Tempat kegiatan usaha dilakukan
Jika mempunyai lebih dari satu tempat usaha, atas permohonan
Pengusahan Kena Pajak dapat ditetapkan salah satu tempat usaha
sebagai tempat pajak terutang.
4) Tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Untuk impor terutang pajak ditempat Barang Kena Pajak dimasukkan
ke dalam Daerah Pabean dan dihubungkan dengan tempat penyelesaian
Bea Masuk.
c. Untuk pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, di tempat orang pribadi atau badan
tersebut terdaftar.
d. Satu tempat atau lebih yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak
sebagai tempat pemusatan pajak terutang atas permohonan tertulis dari
Pengusaha Kena Pajak.
5. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak (Rusjdi, 2007). PKP juga wajib memungut PPN.
Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan faktur
penjualan. Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen
tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktorat Jendral
Pajak.
a. Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:
1) penyerahan Barang Kena Pajak,
2) penyerahan Jasa Kena Pajak,
3) ekspor Barang Kena Pajak Berwujud dan atau Tidak Berwujud,
4) ekspor Jasa Kena Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Saat Pembuatan Faktur Pajak
1) Saat penyerahaan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa
Kena Pajak.
2) Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak.
3) Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan.
4) Saat penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.
5) Saat lain yang diatur berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.
Dalam rangka meringankan beban administrasi, Pengusaha
Kena Pajak diperkenankan untuk membuat satu Faktur Pajak yang
meliputi semua penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang terjadi selama 1 (satu) bulan kalender kepada pembeli yang
sama atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama, yaitu Faktur Pajak
Gabungan. Faktur Pajak tersebut harus dibuat paling lama pada akhir
bulan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
6. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai adalah surat yang
oleh Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau buka obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai ketentuan perundang-undangan
perpajakan (Rusjdi, 2007).
a. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Pengusaha Kena Pajak dan
Pemotong/ Pemungut Pajak adalah:
1) sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang sebenarnya terutang,
2) melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran,
3) melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan melalui pihak lain dalam satu masa pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
b. Saat Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak
harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
masa pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai disampaikan. Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007, keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak terutang
dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% (dua persen) dari pajak
terutang sebulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
tanggal pembayaran dan bagian dari satu bulan dihitung penuh satu
bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Saat Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling
lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,
keterlambatan Surat penyampaian Pemberitahuan Pajak Pertambahan
Nilai dikenakan sanksi denda sebesar Rp500.000.
B. PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis mengevaluasi besarnya penerimaan pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali berdasarkan rumasan masalah yang ada
pada bab sebelumnya. Rumusan masalah tersebut diantaranya adalah:
1. Kontribusi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah terhadap Total Penerimaan Pajak
Tahun 2009 sampai 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali
Kontribusi adalah besarnya sumbangan atau pengaruh
darisetiapsumber penerimaan pajak terhadap total penerimaan
pajak.Besarnya kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah terhadap total penerimaan pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Boyolali tahun anggaran 2009-2011 dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Kontribusi = X 100%
Sumber data: KPP Pratama Boyolali
Tahun 2009 = x 100% = 28,42%
Tahun 2010 = x 100% = 27,68%
Tahun 2011 = x 100% = 28,80%
Berikut ini merupakan data tabel yang menunjukkan secara terperinci
mengenai rasio kontribusi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah terhadap total penerimaan pajak tahun
anggaran 2009 sapai 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
Tabel II.1 Kontribusi
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Di Kantor Pelayan Pajak Pratama Boyolali
Tahun Realisasi penerimaan PPN dan
PPn BM
Realisasi Total Penerimaan
Pajak
Kontribusi PPN dan PPnBM
2009 37.307.490 131.281.901 28,42% 2010 46.756.942 168.905.398 27,68% 2011 56.914.488 192.707.392 28,80%
Sumber data: Kantor Pelayan Pajak Pratama Boyolali
Berdasarkan tabel II.1, kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah terhadap total penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali mengalami peningkatan dan penurunan
dari tahun 2009 sampai 2011. Pada tahun 2009, penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebesar37.307.490, sedangkan total penerimaan pajak yang diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sebesar 131.281.901 sehingga kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap total penerimaan pajak
sebesar 28,42%. Pada tahun 2010, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebesar 46.756.942, sedangkan
total penerimaan pajak yang diterima sebesar 168.905.398 sehingga
kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah terhadap total penerimaan pajak sebesar 27,70%. Pada tahun 2011,
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebesar 56.914.488, sedangkan total penerimaan pajak yang
diterima sebesar 197.707.392 sehingga kontribusi Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap total penerimaan pajak
sebesar 28,80%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah mempunyai
kontribusi yang lumayan besar terhadap total penerimaan pajak di Kantor
Pelayan Pajak Boyolali.
Berdasarkan tabel II.1, kontribusi Pajak Pertambahan Nilaidan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah mengalami kenaikan dan penurunan setiap
tahun. Pada tahun 2010 kontribusi PPN dan PPnBM mengalami penurunan
sebesar 0,74%. Sedangkan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar
1,12%.
Untuk mengetahui kontribusi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM) di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Boyolali beberapa tahun berikutnya, penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mencoba untuk memproyeksikan kontribusi penerimaan PPN dan PPnBM
selama 3 (tiga) tahun mendatang. Memproyeksikan berarti menganalisa
kondisi di masa mendatang. Dalam memproyeksikan kontribusi
penerimaan PPN dan PPnBM memerlukan banyak asumsi seperti
kontribusi tahun sebelumnya, dan kenaikan (penurunan) rata-rata
kontribusi tahun sebelumnya. Cara pertama yang digunakan untuk
memproyeksikan adalah dengan menghitung perubahan kenaikan dan
penurunan rata-rata kontribusi penerimaan PPN dan PPnBM per tahun.
Setelah itu, hasil rata-rata perubahan kenaikan atau penurunan di rata-rata
dengan menjumlahkan hasil perubahan kenaikan atau penurunan 3 (tiga)
tahun sebelumnya. Untuk memproyeksikan 3 (tiga) tahun mendatang
dengan cara hasil dari rata-rata kenaikan (penurunan) di tahun sebelumnya
dibagi 100kemudian dikalikan rata-rata kontribusi tahun sebelumnya(jika
mencari tahun 2012 maka dikalikan dengan rata-rata tingkat kontribusi
tahun 2011, dan seterusnya), setelah itu ditambahkan dengan rata-
ratakontribusi di tahun sebelumnya juga.
Berdasarkan Modul Analisis Laporan Keuangan Nugrahaningsih dan
Palikhatun 2007, rumus proyeksi dapat dirumuskan sebagai berikut.
P = X2 + X2
P = Proyeksi tahun mendatang
X1 = Rata-rata kenaikan (penurunan)
X2 = Rata-rata kontribusi tahun sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Proyeksi untuk 3 (tiga) tahun mendatang penulis sajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel II.2 Proyeksi Kontribusi Penerimaan PPN dan PPnBM
Di KPP Pratama Boyolali Tahun 2012-2014 Tahun Realisasi
PPN dan PPnBM
Realisasi Total
Penerimaan Pajak
Kontribusi (%)
Rata-rata Kenaikan
(Penurunan) (%)
Proyeksi (%)
2012 2013 2014
2009 37.307.490 131.281.901 28,42% 0,67
28,99 29,18 29,36 2010 46.756.942 168.905.398 27,68% 2011 56.914.488 192.707.392 28,80%
Sumber data:Seksi PDI Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
Tabel di atas menjelaskan tentang proyeksi kontribusi penerimaan
PPN dan PPnBM selama 3 (tiga) tahun. Data di atas menghasilkan
kontribusi penerimaan PPN dan PPnBM selama 3 (tiga) tahun mengalami
kenaikan setiap tahun. Hal itu bisa terjadi karena dilihat dari tahun 2009-
2011 kontribusi mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikan sebesar 0,67%,
maka penulis dapat memproyeksikan untuk 3 (tiga) tahun mendatang
kontribusi penerimaan PPN dan PPnBM mengalami kenaikan. Hal tersebut
terjadi karena rencana penerimaan PPN dan PPnBM dapat tercapai sesuai
target sehingga proyeksi 3 (tiga) ke depan mengalami kenaikan.
2. Tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam kewajiban
penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertanbahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Boyolali pada tahun 2011
Tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dari laporan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai. Menurut Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali, indikator
tingkat kepatuhan penyampaian SPT Masa PPN adalah sebagai berikut.
a. Persentase 0%-40% (sangat tidak patuh).
b. Persentase 41%-60% (tidak patuh).
c. Persentase 61%-80% (cukup patuh).
d. Persentase 81%-100% (patuh).
Tingkat kepatuhan dapat dihitung dengan rumus.
Tingkat Kepatuhan PKP = X 100
Tingkat penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai tahun 2011 di Kantor PelayananPajak Pratama Boyolali
disajikan dalam tabel kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai yang menunjukkan 3 jenis surat pemberitahuan
masa adalah sebagai berikut:
a. surat pemberitahuian masa pajak pertambahan nilai industri,
b. surat pemberitahuian masa pajak pertambahan nilai jasa,
c. surat pemberitahuian masa pajak pertambahan nilai
perdagangan.
Selain jenis Surat Pemberitahuan yang terdiri atas penyampaian
Surat Pemberitauan nihil, Surat Pemberitauan lebih bayar, dan Surat
Pemberitauan kurang bayar, tabel juga menunjukkan jumlah Pengusaha
Kena Pajak terdaftar. Penulis membahas, apakah bertambahnya Pengusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kena Pajak terdaftar setiap bulan disertai kenaikan kepatuhan
penyampaian Surat Pemberitauan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
Berdasarkanperhitungan pada tabel laporan rasio kepatuhan di
bawah, secara keseluruhan tingkat kepatuhan dikatakan cukup patuh,
penyampaian dikatakan sangat patuh apabila dilihat sekilas pada bulan
Januari dengan rata-rata diatas 80%. Semakin bertambahnya Pengusaha
Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali ternyata tidak
disertai dengan tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pajak Pertambahan Nilai. Tingkat penyampaian SPT Masa PPN tertinggi
dicapai oleh sektor jasa sebesar 308 SPT dari 432 PKP, dan tingkat
penyampaian SPT Masa PPN terendah dicapai oleh sektor industri sebesar
53 SPT dari 89 PKP.
Tabel II.3 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPN
Tahun 2011 Bulan Sektor usaha Total
PKP SPT Yang Dilaporkan Jumlah Rasio
kepatuhan (%)
Industri Jasa Perdagangan Industri Jasa Perdagangan
Januari 55 323 166 544 46 307 156 509 93,57 Februari 56
326 171 553 32 274 105 361 74,32
Maret 82 411 217 710 61 296 125 482 67,89 April 83 417 221 721 50 296 130 476 66,02 Mei 83 418 226 727 54 292 133 479 65,89 Juni 84 420 230 734 41 294 139 474 64,58 Juli 86 425 235 746 54 316 172 542 72,65
Agustus 86 425 237 748 55 293 154 502 67,11 September 86 427 239 752 28 272 111 411 54,65 Oktober 88 430 239 757 51 145 323 519 68,56
November 89 430 241 760 53 316 158 527 69,34 Desember 89 432 244 765 53 308 140 501 65,49 Rata-rata 69,17
Sumber data: Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Hambatan dan Upaya peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Boyolali
a. Hambatan
Hambatan yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
dalam hal penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah adalah:
1) Wajib Pajak lupa melapor
Rata-rata Wajib Pajak (Konstruksi) lupa untuk melapor karena tidak
ada kegiatan usaha yang dilakukan, sehingga Wajib Pajak
beranggapan tidak perlu melapor SPT Masa PPN.
2) Wajib Pajak telah meninggal dunia
Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak ada pemberitahuan
resmi dari ahli waris, sehingga masih terdaftar dalam administrasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
b. Upaya
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah:
1) Pendekatan Account Representative (AR)
Pendekatan oleh AR yang menangani beberapa Wajib Pajak untuk
meningkatkan penerimaan dengan pendekatan persuasif, seperti
memberi informasi perpajakan terbaru, mengingatkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
melaporkan SPT dengan menghubungi Wajib Pajak via telepon dan
mengirim surat.
2) Memberikan Penyuluhan dan Sosialisasi Perpajakan
Penyuluhan dan Sosialisasi Perpajakan biasanya dilakukan dengan
cara mengundang Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan untuk
melakukan penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
dengan mendatangkan Narasumber atau dengan datang ke Kantor
Wajib Pajak Badan untuk memberikan penyuluhan.
3) Mengadakan Mobile Tax Unit
Mobile Tax Unit adalah sebuah mobil berlogo Direktorat Jendral
Pajakyang ada di tempat tertentu dan didampingi oleh petugas pajak
yang berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan Wajib Pajak
dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak. Biasanya Mobile
Tax Unit berada di wilayah yang mempunyai jarak terlalu jauh dari
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
TEMUAN
A. KELEBIHAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, penulis menemukan
beberapa kelebihan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Boyolali, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kontribusi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah pada Tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya sebesar 1,12%.
2. Proyeksi kontribusi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah selama tiga tahun mendatang mengalami
kenaikan.
3. Tingkat rasio kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPN
paling tinggi terjadi pada bulan januari dengan rasio kepatuhan sebesar
93,57%.
4. Tingkat penyampaian paling tinggi pada Tahun 2011 berasal dari SPT
Masa PPN Jasa.
B. KELEMAHAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, penulis menemukan
beberapa kelemahan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Pertambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Boyolali, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kontribusi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,74% dari tahun
sebelumnya.
2. Tingkat rasio kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPN
paling rendah terjadi pada bulan september dengan rasio kepatuhan
sebesar 54,65%.
3. Tingkat penyampaian paling rendah pada Tahun 2011 berasal dari SPT
Masa PPN industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang penulis lakukan dapat diambil
simpulan dan rekomendasi yang mungkin berguna bagi pihak-pihak terkait
berkenaan dengan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah di Kantor Pelayanan Pajak Boyolali adalah sebagai berikut.
1. Kontribusi Pajak Pertaambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah terhadap keseluruhan penerimaan pajak dari tahun 2009 sampai
2011 mengalami kenaikan dan penurunan. Tingkat kontribusi Pajak
Pertambahan Nilaidan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tertinggi tahun
2011 dengan presentase sebesar 28,80%. Sedangkan kontribusi terendah
pada tahun 2010 sebesar 27,70%. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah mempunyai kontribusi yang
cukup besar terhadap keseluruhan penerimaan pajak, lebih dari seperempat
penerimaan pajak bersumber dari Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
2. Untuk proyeksi kontribusi penerimaan PPN dan PPnBM selama 3 tahun
kedepan penulis memprediksikan bahwa kontribusi penerimaan PPN dan
PPnBM mengalami kenaikan dengan rata-rata kenaikan 0,67%.
3. Kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak tahun 2011 belum sesuai dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar. Rata-rata tingkat kepatuhan pada
tahun 2011 sebesar 69,17% dari 765 Pengusaha Kena Pajak terdaftar.
Tingkat kepatuhan penyampaian paling tinggi berasal dari SPT Masa PPN
Jasa, sedangkan tingkat kepatuhan paling rendah berasal dari SPT Masa
PPN Industri.
4. Hambatan–hambatan yang mempengaruhi penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah diantaranya adalah
ketidakpatuhan dalam penyampaian SPT Masa PPN atau SPT Masa PPN
tidak lengkap atau bahkan tidak disampaikan sama sekali. Wajib Pajak
lupa untuk melapor karena tidak ada kegiatan, sehingga beranggapan
untuk tidak melapor. Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Boyolai dengan cara pendekatan oleh AR, memberikan
Penyuluhan dan Sosialisasi Perpajakan, dan mengadakan mobile tax unit.
B. REKOMENDASI
Rekomendasi yang diberikan penulis untuk Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Boyolali adalah sebagai berikut.
1) Sanksi terhadap Wajib Pajak yang melanggar peraturan dan melalaikan
kewajiban perpajakannya diterapkan secara tegas sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2) Meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan menggiatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
program penyuluhan mengenai perpajakan secara merata disetiap
kecamatan di Boyolali.
3) Meningkatkan pengwasan dan kesadaran Penusahan Kena Pajak sektpr
industri pada saat penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
dengan memberikan informasi-informasi perpajakan serta sanksi-sanksi
perpajakan supaya mendapatkan hasil yang optimal.