1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia sangat membutuhkan informasi untuk mengetahui peristiwa yang
terjadi di sekitar, memahami kedudukan dan perannya dalam masyarakat.
Komunikasi merupakan aktivitas penyampaian informasi dari pemberi informasi
ke penerima informasi. Sarana-sarana informasi seperti televisi, radio, telepon,
surat kabar, majalah bahakan film berperan dalam berlangsungnya kelancaran
komunikasi sehingga informasi dapat diperoleh.
Film Indonesia dari tahun ke tahun semakin banyak yang bermunculan,
meskipun dalam kenyataannya harus bersaing dengan film-film asing. Film
Indonesia sekarang sudah mulai diminati oleh banyak kalangan, baik dari
kalangan anak-anak, remaja, sampai dewasa. Dunia perfilman Indonesia
beberapa tahun yang lalu sangat mengkhawatirkan karena kurangnnya produk
film terbaru dari para anak bangsa, namun pada saat sekarang sudah banyak
bermunculan film-film dari karya anak bangsa Indonesia sehingga kalangan
masyarakat lebih tertarik dalam mengkonsumsi film-film Indonesia.
Film-film yang bermunculan pada saat sekarang sangat beraneka ragam,
dimulai dari film horor, persahabatan, percintaan, perceraian, perebutan harta
serta film yang menceritakan tentang pendidikan. Salah satu film yang
membahas tentang pendidikan di Indonesia adalah Film “Ikhsan, Mama I love
You”. Dari judul film tersebut, orang-orang mungkin beranggapan bahwa film
2
tersebut merupakan film anak-anak yang menceritakan tentang kasih sayang
seorang anak terhadap ibunya. Pada umumnya film tersebut memang
menceritakan tentang kisah seorang anak yang sangat menyayangi ibunya,
tetapi disisi lain film tersebut memiliki makna yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan di negara Indonesia pada saat sekarang. Film
tersebut menceritakan tentang anak yang mengalami kesulitan belajar dyslexia
atau kesulitan dalam membaca. Anak tersebut diberi nama Ikhsan, memiliki
keluarga yang sangat bahagia. Namun di lain pihak anak tersebut tidak
merasakan adanya kebahagiaan pada dirinya, karena sering merasa dirinya
adalah anak yang bodoh dan selalau menyusahkan orang tua. Ikhsan selalu
berusaha untuk terus belajar, agar orang-orang yang ada di sekitarnya tidak lagi
menggap Ikhsan sebagai anak yang mengalami gangguan dyslexia.
Motivasi belajar merupakan penggerak yang mengaktifkan siswa untuk
melibatkan diri dalam proses pembelajaran (Winkel, 2004). Motivasi belajar
adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan proses belajar, seperti kesadaran untuk belajar di rumah,
kemauan untuk mengerjakan tugas, menyimak keterangan dari guru, dan
kemauan mengemukakan suatu pendapat (Sardiman, 2009). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) yang mengemukakan bahwa
ada pengaruh dari film “Laskar Pelangi” yang merupakan film motivasi belajar
tehadap motivasi belajar siswa SMP. Sehingga peneliti mengambil sampel yang
juga berasal dari siswa SMP Negeri 18 Makassar untuk diperlihatkan tayangan
3
dari film Ikhsan, Mama I Love You dan melihat apakah ada pengaruh dari film
tesebut terhadap motivasi belajar sisiwa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka untuk mempermudah
pembahasan diberikan rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh film
“Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 18
Makassar?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui bagaimana
pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP
Negeri 18 Makassar?
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian tersebut diharapkan bermanfaat untuk menambah
wawasan pembaca terkait mengenai permasalahan dari pengaruh film
terhadap motivasi belajar dan bisa menjadi salah satu referensi ilmu
pengetahuan, khususnya dalam disiplin ilmu psikologi. Penelitian tersebut
juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan teoritis untuk
penelitian-penelitian dengan tema yang relevan.
4
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis, sebagai wadah untuk memperluas pengetahuan,
pemahaman dan pengalaman serta memberikan kontribusi nyata bagi
kemajuan penelitian dan pengaplikasian ilmu psikologi yang dimiliki.
b) Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
kajian literatur dalam studi ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi.
c) Bagi masyarakat, sebagai penambahan wawasan terkait mengenai
media pembelajaran yang bisa meningkatkan motivasi belajar anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Motivasi Belajar
2.1.1.1 Pengertian Motivasi Belajar
Uno (2010:1) menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan
dasar yang dimiliki oleh seseorang yang menggerakkan untuk bertingkah
laku sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan
sebagai kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik dari dalam maupun dari
luar yang dapat mendorong seseorang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Uno (2010:8) mengemukakan bahwa suatu konsep motivasi yang
dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan tingkah lakunya dapat
dikelompokkan sebagai berikut : (1) seseorang memiliki kesenangan
terhadap sesuatu, ketika seseorang tersebut dapat mempertahankan rasa
senangnya maka ia akan cenderung termotivasi untuk melakukan kegiatan
tersebut, dan (2) ketka seseorang tersebut merasa yakin dapat menghadapi
tantangan tersebut, maka biasanya orang tersebut lebih tedorong untuk
melakukan kegiatan tersebut.
Shih dan Gamon (2001:12) mengemukakan bahwa
motivasi adalah satu-satunya faktor yang signifikan yang dapat
meningkatkan prestasi dan belajar siswa yang tergantung dari kondisi
kelasnya. Ketika kondisi kelas terasa nyaman, maka siswa lebih termotivasi
6
dalam belajar dan melakukan persaingan di kelas. Uno (2010:8-9)
mengemukakan bahwa banyak dari teori motivasi yang lebih didasarkan
dari asas kebutuhan (need) yang menyebabkan seseorang berusaha agar
dapat memenuhinya. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang
berupa kekuatan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan suatu proses interaksi dari
beberapa unsur. Kekuatan-kekuatan tersebut pada dasarnya dirangsang
oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti keinginan yang hendak
dipenuhinya, tingkah laku, tujan, dan umpan balik. Proses interaksi tersebut
sebagai produk motivasi dasar (basic motivation process), dapat
digambarkan dengan model proses seberti berikut yaitu:
Gambar 1. Proses Motivasi Dasar
Motivasi belajar adalah keseluruhan dari daya penggerak psikis di dalam
diri siswa yang dapat menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada aktivitas belajar untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Winkel, 2004: 169). Motivasi merupakan bagian dari learning,
motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar sebagaimana
Feedback Goals
BehaviorNeeds,
desires, or
expectation
7
pendapat dari Mc Conel yang menyatakan bahwa tidak ada suatu masalah
dalam proses mengajar yang lebih penting dibandingkan motivasi. Motivasi
belajar sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai pembelajaran untuk
keberhasilan dari proses pembelajaran (Sahabuddin, 2007:142).
Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri individu untuk
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar, seperti
kesadaran untuk belajar di rumah, kemauan untuk mengerjakan tugas,
menyimak keterangan dari guru, dan kemauan mengemukakan suatu
pendapat (Sardiman, 2009). Siswa yang tidak memiliki motivasi, tidak akan
berusaha keras untuk belajar, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi
tinggi senang ke sekolah dan menyerap pembelajaran (Santrock, 2004).
2.1.1.2 Komponen-Komponen Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan penggerak yang mengaktifkan siswa untuk
melibatkan diri dalam proses pembelajaran (Winkel, 2004:186-195).
Djamarah (2002:114) mengemukakan bahwa dalam proses belajar,
motivasi sangat dibutuhkan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar maka tidaka akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Hamalik (2006:159) menjelaskan bahwa motivasi memiliki dua
komponen yaitu komponen luar atau motivasi ekstrinsik dan komponen
dalam atau motivasi intrinsik.
1. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik dalam belajar didasarkan pada manfaat dari tugas
belajar yaitu untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai target
8
belajar. Motivasi belajar ekstrinsik digolongkan ke dalam bentuk aktivitas
belajar yaitu :
a. Belajar demi memenuhi kewajiban sebagai siswa
b. Siswa belajar untuk menghindari ancaman terhadap hukuman
c. Siswa belajar untuk memenuhi hadiah belajar yang telah dijanjikan
oleh guru
d. Belajar dilaksanakan untuk meningkatkan gengsi sosial
e. Siswa belajar agar mendapat pujian dari yang dianggap penting,
seperti guru dan orang tua
f. Siswa belajar untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang
2. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik selain berasal dari dalam diri siwa juga dapat
berasal dari peran orang lain yang menanamkan pentingnya kebutuhan
dalam diri mereka. Motivasi intrinsik didasarkan pada kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Winkel
(2004) mengemukakan bahwa motivasi belajar intrinsik digolongkan
pada aktivitas belajar yaitu :
a. Keseriusan dalam belajar
b. Siswa belajar untuk mengetahui permasalah ataupun materi secara
lengkap
c. Siswa ingin menjadi ahli dalam bidang ilmu tertentu seperti profesor.
Uno (2010:23) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar yaitu (1) faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan untuk
9
berhasil serta adanya dorongan kebutuhan belajar, harapan dalam
menentukan cita-cita, (2) faktor ekstrinsik yaitu berupa adanya
penghargaan, kegiatan belajar yang menarik, dan lingkungan belajar yang
kondusif. Kedua faktor ini disebabkan oleh adanya rangsangan tertentu,
sehingga seseorang memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas belajar
yang lebih giat dan semangat.
Hakikat dari motivasi belajar adalah adanya dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswi yang sedang melakukan aktivitas belajar untuk
mengadakan suatu perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
menggunakan beberapa indikator yang mendukung yang mempunyai
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator-
indikator dalam motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut
yaitu : (1) memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil, (2) memiliki
dorongan dan kebutuhan dalam proses belajar, (3) memiliki harapan dan
cita-cita untuk masa depan, (4) memiliki penghargaan dalam proses belajar,
(5) memiliki kegiatan yang menarik dalam proses belajar, (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar sehingga memungkinkan
seorang siswa/siswi dapat belajar dengan baik dan kondusif (Uno,
2010:23).
10
2.1.1.3 Peran Motivasi Dalam Pembelajaran
Uno (2010:27-29) mengemukakan bahwa ada beberapa peranan
penting dari motivasi belajar dan pembelajaran, antara lain yaitu :
1. Peran motivasi dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan
penguatan belajar, apabila seorang anak yang sedang belajar
dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan suatu pemecahan
dan hanya dapat dipecahkan dengan bantuan hal-hal yang pernah dilalui
sebulumnya. Misalnya, seorang anak ingin memecahkan materi bahasa
indonesia dengan bantuan kamus bahasa indonesia. Tanpa bantuan
kamus tersebut, anak tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas bahasa
indonesia. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari kamus bahasa
indonesia tersebut. Upaya untuk mencari kamus bahasa indonesia
tersebut merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan
pengauatan belajar.
2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar, sangat erat kaitannya
dengan kemaknaan belajar. Seorang anak akan tertarik untuk belajar
sesuatu, jika materi yang dipelajari tersebut sudah dapat diketahui
manfaatnya bagi anak. Misalnya, seorang anak akan termotivasi belajar
elektronik karena dengan belajar elektronik dapat melahirkan kemapuan
seorang anak dalam bidang elektronik. Ketika anak tersebut diminta
untuk membetulkan radio rusak, dan berkat pengalamannya dari
pelajaran elektronik maka radio tersebut menjadi baik setelah anak
tersebut memperbaikinya. Dari pengalaman tersebut, anak semakin hari
11
semakin termotivasi untuk belaja karena anak sudah mengetahui makna
dari belajar.
3. Motivasi menentukan ketekunan belajar, seorang anak yang telah
termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya
dengan baik dan tekun dengan harapan anak dapat memperoleh hasil
yang baik. Dari hal itu, sangat tampak bahwa motivasi untuk belajar
menyebabkan seorang anak lebih tekun untuk belajar. Sebaliknya,
apabila seorang anak kurang atau sama sekali tidak memiliki motivasi
untuk belajar maka anak cenfderung tidaka tahan lama untuk belajar dan
mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain. Sehingga disimpulkan
bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap ketekunan dan ketahanan
anak untuk belajar.
2.1.1.4 Teknik-teknik Motivasi Dalam Pembelajaran
Uno (2010:34-37) mengemukakan bahwa ada beberapa teknik motivasi
yang dapat dilakukan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Pemberian pernyataan penghargaan secara verbal, pernyataan verbal
terhadap perilaku atau hasil kerja yang baik merupakan cara yang paling
mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa/siswi
kepada hasil belajar yang baik.
2. Menggunakan nilai hasil ulangan sebagai pemacu keberhasilan,
pengetahuan atas hasil pekerjaan dari anak merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan motivasi belajar anak.
12
3. Menimbulkan rasa ingin tahu kepada anak, rasa ingin tahu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa/siswi dan dapat ditimbulkan oleh
suasana yang yang dapat mengejutkan ketidaktentuan, keragu-raguan,
adanya kontradiksi, menemukan suatu hal yang baru, dan menghadapi
masalah yang sulit dipecahkan. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik
konseptual yang bisa membuat siswa/siswi merasa penasaran, sehingga
dengan sendirinya dapat menyebabkan siswa tersebut berupaya keras
untuk bisa memecahkanya. Upaya inilah yang menjadi motivasi belajar
siswa/siswi bertambah besar.
4. Memunculkan sesuatu yang tidak terduga oleh siswa, guru berusaha
untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
5. Menjadikan tahap dini dalam belajar bagi siswa, misalnya memberikan
semacam hadiah kepada siswa pada tahap pertama dalam belajar yang
memungkinkan siswa lebih bersemangat untuk belajar kedepannya.
6. Menggunakan materi yang sudah dikenal oleh siswa sebagai contoh
dalam belajar, siswa lebih mudah menerima ataupu mengingat sesuatu
yang telah dikenalinya. Jadi guru hendaknya menggunakan hal-hal yang
telah diketahui oleh siswa sebagai bahan untuk menjelaskan sesuatu
yang baru ataupun belum dipahami oleh siswa.
7. Menggunakan sesuatu yang unik dan tak terduga untuk menerapakan
konsep dan prinsip yang telah dipahami, siswa cenderung lebih senang
sesuatu yang unik untuk dipelajari dibandingkan dengan sesuatu yang
biasa-biasa saja.
13
8. Menuntut siswa untuk lebih menggunakan hal-hal yang sudah dipelajari
sebelumnya, siswa dapat menguatkan pemahaman ataupun
pengetahuannya mengenai hal-hal yang telah dipelajarinya.
9. Menggunakan simulasi ataupun semacam permainan dalam prose
belajar, simulasi adalah upaya untuk menerapkan sesuatu yang telah
dipelajari ataupun yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung.
Suasana yang lebih menarik dapat menyebabkan proses belajar menjadi
lebih bermakna secara efektif maupun emosional bagi siswa. Sesuatu
yang lebih bermakna akan lebih mudah diingat, dipahami, ataupun
dihargai.
10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan
kemampuannya di depan umum, hal tersebut dapat menimbulkan rasa
bangga dan lebih diharagai sehingga dengan suasana tersebut dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
11. Mengurangi hal-hal yang tidak menyenangkan dalam belajar dan
mengurangi keterlibatan siswa dalam proses belajar, hal-hal yang positif
dari keterlibatan siswa dalam proses belajar hendaknyalebih ditekankan,
sedangkan hal-hal yang negatif sebaiknya dikurangi.
12. Memahami iklim sosial di sekolah, merupakan suatu dorongan untuk
lebih mudah berbuat bagi siswa sehingga siswa mampu memperoleh
bantuan yang tepat dalam mengatasi suatu masalah ataupun
kesulitannya dalam belajar.
14
13. Memanfaatkan kewibawaan dari guru secara tepat, guru hendaknya
memahami secara tepat ketika harus menggunakan berbagai
manifestasi kewibawaannya pada siswa untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa seperti kewibawaan dalam memberikan ganjaran,
kewibawaan dalam pengendalian perilaku siswa, kewibawaan
berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai rujukan, dan kewibawaan
karena keahlian.
14. Memadukan motifasi-motivasi yang kuat, seorang siswa lebih giat belajar
mungkin karena latar belakang motiv berprestasi sebagai motivasi yang
kuat dan biasanya siswa juga belajar karena ingin menonjolkan diri dan
memperoleh penghargaan atau dapat memperoleh kekuatan. Ketika
motivasi-motivasi yang kuat tersebut dipadukan, maka siswa
memperoleh penguatan motif yang lebih dan memiliki kemauan belajar
yang lebih besar sampai mencapai keberhasilan yang tinggi.
15. Memperjelas tujuan belajar yang ingin dicapai, makin jelas tujuan yang
ingin dicapai oleh sorang siswa maka akan semakin terarah upaya untuk
mencapainya.
16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara yang ingin dicapai, untuk
mencapai tujuan belajar yang lebih terarah maka tujuan belajar yang
lebih umum itu sebaiknya dipilah menjadi tujuan sementara uang lebih
jelas dan lebih mudah untuk dicapai.
17. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai dari proses belajar, guru
hendaknya selalu memberiatahukan nilai ujian atau nilai pekejaan rumah
15
kepada siswanya. Dengan mengetahui hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa, maka motivasi belajar siswa lebih kuat baik dilakukan karena
ingin mempertahankan hasil belajar yang telah dicapai, maupun ingin
memperbaiki hasil belajarnya yang kurang memuaskan.
18. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa, suasana
tersebut dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mengukur kemampuannya sendiri melalui kemampuan orang lain. Selain
itu, belajar dengan bersaing juga menimbulkan upaya belajar yang
sungguh-sungguh. Siswa juga hendaknya memiliki keinginan untuk
selalu lebih baik dari orang lain.
19. Mengembangkan rasa persaingan terhedapa diri individu sendiri,
persaingan dilakukan dengan cara memberikan tugas dalam berbagai
kegiatan yang harus dilakukan sendiri sehingga siswa dapat
membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas.
20. Memberikan contoh-contoh yang positif, banyak guru yang memiliki
kebiasaan memebankan pekerjaan para siswa tanpa mengontrol seperti
guru memberikan tugas kepada suatu kelas kemudian meninggalkan
kelas tersebut untuk melaksanakan pekerjaan yang lain. Keadaan yang
sekperti ini bukan saja merupakan hal yang tidak baik tetapi da[at
merugikan para siswa. Untuk memberikan contoh yang baik agar siswa
lebih giat belajar, guru seharusnya tidak hanya memberikan tugas tetapi
guru seharusnya memberikan pengawasan dan bimbingan yang memdai
16
selama siswa mengerjakan tugas di dalam kelas. Selain itu, guru juga
hendaknya memberikan contoh-contoh yang baik kepada siswanya.
2.1.1. Media Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Media
Secara harfiah, media berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’,
yang berasal dari bahasa Latin, medius. Gerlach & Ely menyatakan bahwa
secara garis besar, media merupakan segala sesuatu yang dapat
membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Berdasarkan pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah dapat
dikatakan sebagai media. Sebagian orang cenderung mengartikan media
sebagai alat-alat grafis, fotografis, ataupun elektronis yang dapat membantu
siswa memperoleh dan memproses pengetahuan visual dan verbal (Arsyad,
2010:3).
AECT (Association of Education and Communication Technology)
(Arsyad, 2010:3-4) mendefinisikan media sebagai segala bentuk sarana
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada
orang lain. Media biasa juga disebut sebagai mediator, dimana menurut
Fleming merupakan penyebab atau alat yang membantu mendamaikan dua
pihak. Dengan kata lain, media merupakan sistem pembelajaran yang
memiliki peran mediasi.
Media pembelajaran mencakup juga media komunikasi, namun media
komunikasi belum dapat dikatakan sebagai media pembelajaran. Suatu
media komunikasi hanya dapat dikatakan sebagai media pembelajaran jika
17
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran. TV, film, foto, radio, gambar
proyeksi, dan sejenisnya merupakan media komunikasi, namun belum
dapat dikatakan sebagai media pelajaran. Media-media tersebut dikatakan
media pembelajaran jika informasi yang disampaikan bertujuan untuk
pengajaran. Hamidjojo dan Latuheru (Arsyad, 2010:4) membatasi kata
media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan untuk
menyampaikan atau menyebar idea tau pendapat sehingga ide yang
dikemukakan tersebut sampai kepada penerima yang dituju.
2.1.2.2 Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Hamalik (Arsyad, 2010:15) mengemukakan bahwa penggunaan media
belajar dapat membangkitkan minat baru, meningkatkan motivasi belajar,
dan member pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu,
media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Levie & Lentz (Arsyad, 2010:16-17) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran secara visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi
kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi dapat menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan. Fungsi afektif dapat
menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi mengenai masalah
social atau ras. Fungsi kognitif, yaitu memperlancar pencapaian tujuan
18
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar. Fungsi kompensatoris mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambat menerima atau memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau secara verbal.
Dale (Arsyad, 2010:23-24). Bahan-bahan audio-visual dapat
memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran Beberapa manfaat penggunaan media audio-visual yang
dikemukakan oleh Dale adalah:
1. Meningkkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan serta
minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
6. Mendorong siswa menggunakan imajinasi dan berpartisipasi aktif yang
mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;
7. Pemberian umpan balik dapat membantu siswa memahami seberapa
banyak yang telah mereka pelajari;
8. Mengembangkan pengalaman yang kaya akan konsep-konsep
bermakna;
9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
19
10. Meyakinkan diri bahwa siswa membutuhkan urutan dan kejelasan pikiran
untuk membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (2010) menjelaskan bahwa media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang diharapkan
dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan
mengapa media pengajaran dikatakan dapat mempertinggi proses belajar
siswa. Alasan pertama yang berkenaan dengan manfaat media pengajaran
dalam proses belajar siswa, antara lain:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar,
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga kita dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran yang lebih baik,
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga , apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajarn,
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
20
2.1.2.3 Penggunaan Media Film dan Video
Film merupakan gambar-gambar dalam frame yang diproyeksikan
melalui lensa proyektor sehingga pada gambar-gamber tersebut terlihat
hidup di layar Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga
memberikan visual yang kontinu. Seperti halnya film, video juga
memberikan gambaran objek bergerak yang bersuara secara alamiah atau
pun suara yang disesuaikan (Arsyad, 2010:49).
Pada umumnya, film dan video digunakan sebagai media hiburan,
dokumentasi, dan pendidikan. Keduanya dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap (Arsyad, 2010:49).
Arsyad (2010:49-50) mengemukakan beberapa keuntungan dari
penggunaan media film dan video, yaitu:
1. Film dan video dapat melengkapi pengetahuan-pengetahuan dasar
yang siswa peroleh dari membaca, berdiskusi, atau praktik langsung.
2. Film dan video menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
dilihat secara berulang-ulang.
3. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video juga
dapat menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
4. Film dan video yag mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran siswa dan menjadi pembahassan dalam kelompok.
21
5. Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang apabila dilihat secara
langsung dapat membahayakan bagi siswa.
6. Film dan video dapat ditunjukkan kepada siapapun, baik kelompok kecil
atau besar, kelompok heterogen ataupun perorangan.
7. Proses yang dalam dunia nyata membutuhkan waktu lama, dapat
diketahui dalam waktu singkat dengan melihat film. Misalnya, bagaimana
kejadian mekarnya kembang mulai dari kuncup bunga hingga kuncup itu
mekar.
Arsyad (2010:50) menjelaskan bahwa meskipun memiliki banyak
keuntungan dalam menggunakan media film dan video, terdapat juga
keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan jika ingin menggunakan
media film dan video, yaitu:
1. Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan
waktu yang banyak.
2. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gamar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan
melalui film tersebut, kecuali jika film diputar berulang-ulang.
3. Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan
belajar dan pesan yang ingin disampaikan.
22
2.2 Kerangka Pikir
Kerangka pikir daripenelitian tersebut digambarkan dalam bentuk skema
sebagai berikut.
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian tersebut adalah ada pengaruh film “Ikhsan, Mama
I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 18 Makassar.
Subjek Penelitian
Manipulasi (Film)
Pengukuran(Skala Motivasi Belajar)
Pengukuran(Skala Motivasi Belajar)
MotivasiBelajar
X Y
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Identifikasi Variabel
Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode quasi eksperimen, desain one group pretest-postest design. Variabel
penelitian dalam penelitian ini adalah:
Variabel Bebas (X) : Fillm “Ikhsan, Mama I Love You”
Variabel Terikat (Y) : Motivasi Belajar
Hubungan antarvariabel di atas digambarkan sebagai berikut.
3.2. Operasionalisasi Variabel
1. Film yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah fillm “Ikhsan, Mama I
Love You”. Film tersebut menceritakan tentang anak yang mengalami
kesulitan belajar dyslexia yang harus menerima kondisi dirinya yang tidak
seperti anak normal pada umumnya. Isi kandungan dari cerita film tersebut
diharapkan dapat dimengerti dengan baik.
2. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebutuhan akan
informasi yang diperoleh yang dapat menambah wawasan dan pemahaman
siswa akan suatu kondisi atau keadaan yang tercermin dari fillm “Ikhsan,
Mama I Love You” sehingga dapat menyadari bahwa betapa pentingnya
proses belajar meskipun memiliki kesulitan belajar seperti dyslexia yang
24
dapat memberikan motivasi yang besar pada anak-anak normal untuk tetap
belajar dan tidak bermalas-malasan.
3.3. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling
3.3.1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian tersebut berjumlah 26 orang. Seluruh subjek
berstatus sebagai siswa-siswi SMP Negeri 18 Makassar. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap wali kelas dari subjek penelitian bahwa subjek tersebut
masih kurang dalam motivasi belajar, terbukti dari hasil ujian yang diperoleh
subjek dan keseharian dari subjek di kelas. Subjek merupakan siswa-siswi
kelas executive, namun motivasi belajarnya tidak sebagus orang-orang yang
berada di kelas reguler.
3.3.2. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian tersebut
yaitu teknik purposive sampling. Hadi (2004:186) mengemukakan bahwa
purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populsai yang sudah diketahui
sebelumnya.
25
3.4. Teknik Kontrol
Teknik kontrol yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu:
1. Within-Subject
Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2005:107) mengemukakan bahwa within-
subject disebut juga dengan within-participant yang merupakan desain yang
menggunakan sekelompok subjek dan setiap subjek diberikan beberapa
perlakuan VB yang berbeda. Tahap penelitian eksperimental yang terlibat
dalam desain within-subject, yaitu:
a. Menciptakan garis dasar perilaku, dilakukan dengan mengukur perilaku
dalam penyelidikan selama waktu tertentu untuk menentukan bagaiman
organisme bereaksi tanpa adanya VB.
b. Memberikan VB kemudian mengukur VT yang muncul serta
memperhatikan adanya perubahan.
2. Konstansi
Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2005:94-95) mengemukakan bahwa
teknik konstansi digunakan untuk menghilangkan pengaruh variabel
sekunder terhadap variabel terikat, tetapi bukan berarti variabel sekunder
tersebut tidak ada dalam penelitian. Teknik konstansi yang digunakan
dalam penelitian tersebut yaitu konstansi kondisi, seperti konstansi
ruangan. Kondidsi ruangan dari kelas tersebut cukup bagus karena
disertai dengan LCD, kipas angin, dan AC. Tetapi AC dalam ruangan
tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lantai kelas
menggunakan karpet, sehingga siswa-siswi yang berada dalam kelas
26
tersebut tidak menggunakan sepatu ketika melakukan proses belajar
sehari-hari begitu pula pada saat penelitian berlangsung. Kursi dan meja
membentuk huruf U dan di depannya sudah terdapat sebuah papan tulis
dan meja guru.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
alat ukur pretest-postest berupa skala pretest-postest yang terdiri dari
pernyataan yang diberikan kepada subjek untuk dijawab sebelum dan setelah
menonton film Ikhsan, Mama I Love You. Skala tersebut terdiri dari 22 item
pernyataan. Skala diadaptasi dari skala yang disusun oleh Maria Laba pada
tahun 2010.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tersebut, yaitu dengan
menggunakan SPSS (Statistical Package of Social Science) For Windows
Ver. 16.0. Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif dan inferensial.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif berkaitan dengan pencatatan dan peringkasan data
yang bertujuan untuk menggambarkan hal-hal penting pada sekelompok data
(Santoso, 2010:1). Deskripsi hasil penelitian disajikan dalam bentuk rata-rata
(mean), skor minimum, dan skor maksimum.
27
2. Analisis inferensial
Analisis inferensial berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data
yang telah dicatat dan diringkas tersebut (Santoso, 2010:1). Analisis
inferensial terbagi atas dua macam yaitu metode parametrik dan
nonparametrik. Statistik nonparametrik digunakan untuk melengkapi metode
statistik parametrik agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih metode
statistik untuk kegiatan inferensi (Santoso, 2010:2). Salah satu uji hipotesis
untuk statistik nonparametrik yaitu uji dua sampel, baik sampel bebas atau
berpasangan (Santoso, 2010:6). Teknik analisis data yang digunakan yaitu
teknik analisis nonparametrik untuk uji dua sampel yang berpasangan yaitu
uji wilcoxon dengan menguji subjek yang sama namun diberikan perlakuan
dengan melihat pretest dan postest dari subjek tersebut, selain itu wilcoxon
juga menggunakan ranking dari selisih data yang diperoleh (Santoso,
2010:143). Kriteria yang digunakan yaitu jika nilai p < 0,05 maka hipotesis
diterima.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
1. Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan hal-hal penting pada
sekelompok data yang diperoleh dari sampel yang diteliti. Deskripsi hasil
penelitian disajikan dalam bentuk rata-rata (mean) dan skala motivasi belajar
maksimum dan minimum sebelum dan setelah pemberian film, serta ranking
dari selisih data yang diperoleh.
Tabel 1. Hasil skala motivasi belajar
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Pretest 26 72.23 8.335 53 87
Postest 26 71.00 8.198 54 84
Hasil penelitian skala motivasi belajar menunjukkan bahwa rata-rata
(mean) dari motivasi belajar siswa pada saat pre test yaitu sebesar 72,23.
Skala motivasi belajar maksimum yaitu 87 dan skala motivasi belajar
minimum yaitu sebesar 53 pada saat pre test. Sedangkan rata-rata (mean)
dari motivasi belajar siswa pada saat post test yaitu sebesar 71,00. Skala
motivasi belajar maksimum yaitu 84 dan Skala motivasi belajar minimum
yaitu sebesar 54.
29
2. Analisis inferensial
Analisis inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan
yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data yang telah dicatat.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji wicoxon menghasilkan ranking dari
selisih data dan proses pengambilan keputusan melalui analisis inerensial
dengan melihat nilai probabilitas dari hasil uji data dengan memasukkan nilai
pre test dan post test.
Tabel 2. Hasil ranking dari selisih data
N Mean Rank Sum of Ranks
postest -
pretest
Negative Ranks 17a 13.03 221.50
Positive Ranks 9b 14.39 129.50
Ties 0c
Total 26
a. postest < pretest
b. postest > pretest
c. postest = pretest
Hasil ranking dari selisih data dengan menggunakan uji wilcoxon
diperoleh negative ranks atau selisih antara post test dan pre test yang
bernilai negatif, dalam artian bahwa angka post test lebih kecil dari angkan
pre test. Berdasarkan hasil tabel diatas maka jumlah ranking yang negatif
adalah 221,5 dan memiliki rata-rata (mean rank) untuk tanda negatif adalah
13,03. Pada positive differences atau selisih antara post test dan pre test
yang bernilai positif, dalam artian bahwa angka post test lebih besar dari
angkan pre test. Berdasarkan hasil tabel diatas maka jumlah ranking yang
30
positif adalah 129,5 dan memiliki rata-rata (mean rank) untuk tanda negatif
adalah 14,39. Ties merupakan data post test dan pre test yang bernilai sama,
karena hasil yang diperoleh pada tabel di atas adalah 0, maka tidak ada data
pada post test dan pre test yang memiliki angka yang sama.
Tabel 3. Hasil tes statistik uji Wolcoxon
postest - pretest
Z -1.171a
Asymp. Sig. (2-tailed) .242
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui apakah Ha diterima dan
H0 ditolak atau sebaliknya Ha ditolak dan H0 diterima yaitu dengan melihat
angka probabilitas yang memiliki ketentuan bahwa ketika probabilitas lebih
besar dari 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika angka probabilitas lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil penelitian tes statitik uji
wilcoxon pada tabel diatas yang memiliki nilai probabilitas sebesar 0,242 dan
dibandingkan dengan nilai 0,05, maka diperoleh nilai probabilitas lebih besar
dari nilai 0,05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
4.2. Pembahasan
Hasil uji hipotesis melalui teknik analisis data uji wilcoxon dengan
menghitung nilai probabilitas dari data pre test dan post test, maka diperoleh
nilai signifikansi p = 0,242 yang dibandingkan dengan nilai 5% atau 0,05
sehingga p > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak
31
atau tidak ada pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi
belajar siswa SMP Negeri 18 Makassar.
Arsyad (2010:49-50) menjelaskan bahwa pada umumnya, film dan video
digunakan sebagai media hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Keduanya
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep
yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,
dan mempengaruhi sikap. Meskipun memiliki banyak keuntungan dalam
menggunakan media film dan video, terdapat juga keterbatasan-keterbatasan
yang harus diperhatikan jika ingin menggunakan media film dan video, salah
satunya yaitu pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus
sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui film tersebut, kecuali jika film diputar berulang-ulang.
Berdasarkan hasil uji data wilcoxon, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar siswa SMP
Negeri 18 Makassar. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan diatas
bahwa pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui
film tersebut, kecuali jika film diputar berulang-ulang. Hasil observasi yang
dilakukan mendukung teori tersebut yaitu bahwa tidak semua subjek ketika
diputarkan film “Ikhsan, Mama I Love You” mampu mengikuti informasi atau
pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut karena peneliti hanya
menampilkan film tersebut satu kali dan tidak berulang-ulang.
32
Peneliti awalnya menjelaskan kepada subjek, pesan atau informasi yang
ingin disampaikan oleh film tersebut sebelum menayangkan kepada subjek.
Kondisi subjek pada saat itu tidak memungkinkan karena sebelum ditayangkan
film, subjek mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan oleh salah satu
guru pengajar di sekolah tersebut. Kondisi ruangan yang juga panas pada saat
itu karena alat pendingin ruangan yang tidak berfungsi dengan baik yang
memberikan pengaruh terhadap subjek sehingga suasana ruangan tidak
kondusif. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil uji hipotesis penelitian bahwa
tidak ada pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap motivasi belajar
siswa SMP Negeri 18 Makassar yang didukung oleh teori yang dikemukakan
oleh Arsyad (2010:49-50) dan hasil observasi peneliti terhadap kondisi fisik
maupun psikologis dari subjek serta kondisi ruangan.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh film “Ikhsan, Mama I Love You” terhadap
motivasi belajar siswa SMP Negeri 18 Makassar. Hal tersebut dapat dilihat dari
besarnya nilai probabilitas yang diperoleh dari hasil uji data statistik
nonparametrik wilcoxon yaitu p = 0,242, dan dibandingkan dengan nilai 0,05,
maka diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari nilai 0,05, sehingga hipotesis
ditolak.
5.2. Saran
1. Bagi seluruh siswa diharapkan untuk dapat mengetahui serta meningkatkan
motivasi belajar yang dimiliki agar dapat mengembangkan potensi belajar
yang ada dan dapat berprestasi di sekolah. Adapun salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu dengan menonton film-film yang mengandung nilai-nilai
motivasi belajar yang memberikan pesan atau informasi yang baik dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Bagi pihak sekolah, perguruan tinggi, dan setiap institusi pendidikan agar
dapat mempertimbangkan peningkatan mutu pendidikan bagi generasi-
generasi muda saat ini melalui peningkatan film-ilm Indonesia yang
memberikan pesan moral yang baik kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pendidikan salah satunya yaitu motivasi belajar siswa.
34
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini
dengan cara melakukan persiapan awal yang lebih matang dan memilih film
yang benar-benar memiliki pesan moral yang baik yang dapat membuat
subjek fokus terhadap film tersebut, serta ruangan yang mendukung
diadakannya penelitian misalnya ruangan yang kondusif seperti ruangan
yang difasilitasi dengan pendingin ruangan dan penerang ruangan untuk
dilakukan praktikum sehingga subjek merasa nyaman ketika diberikan
perlakuan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2010). Media pembelajaran. Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Djamarah, S. B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, S. (2004). Statistik jilid 2. Yogyakarta : Andi.
Hamalik, O. (2006). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahayu, I.T. & Ardani, T.A. (2004). Observasi & wawancara. Malang: Bayumedia Publishing.
Sahabuddin. (2007). Mengajar dan belajar (dua aspek dari suatu proses yg disebut pendidikan). Makassar: Badan Penerbit UNM.
Santoso, S. (2010). Statistik nonparametrik konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Santrock, J. W. (2004). Psikologi pendidikan (edisi kedua). Terjemahan Tri Wibowo. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sardiman. (2009). Interaksi dan motivasi belajar. Jakarta: RajaGrafindo
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2005). Psikologi eksperimen. Jakarta : PT. Indeks.
Shih, C. C., Gamon, R. A. J. (2001). Relationships Among Student Motivation, Attitude, Learning Styles, And Achievement. Journal of Agricultural Education. Volume 42, Issue 4: 12-20.
Sudjana, N & Rivai, A. (2010). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suhendri, N. (2009). Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi belajar (Studi Korelasional Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Dharma Pancasila Kelurahan PB. Selayang 1 Kota Medan) (Online). http://repository.usu.ac.id/handle. Diakses tanggal 3 November 2011.
Uno, H. B. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Winkel, W. S. (2004). Psikologi pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi