8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
1/12
CASE REPORT
DEMAM TIFOID
Disusun oleh :
Tri Rizky Nugraha 1102010280
Pembimbing :
dr. Hj. Nurvita Susanto, Sp. A
dr. H. Budi Risjadi, Sp. A, M. Kes
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SOREANG
2014
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
2/12
BAB I
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2 Tahun 6 Bulan
Alamat : Kp. Babakan, Soreang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Tgl Masuk : 30 Oktober 2014
Medrek : 492118
B. IDENTITAS ORANG TUA
AYAH
Nama : Tn. D
Usia : 28 tahun
Pekerjaan : Wirastwasta
Alamat : Kp. Babakan, Soreang
Penghasilan : Tidak Menentu
Pendidikan : SMK
IBU
Nama : Ny. S
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Babakan, Soreang
Penghasilan : -
Pendidikan : SMA
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
3/12
C. ANAMNESIS
Data diperoleh dari Alloanamnesis Ibu tanggal 31 Oktober 2014
Keluhan Utama : Panas Badan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke POLI ANAK RSUD Soreang dengan keluhan panas badan
14 hari SMRS. Panas badan dirasakan hanya setiap sore menjelang malam dan
panas badan turun pada siang hari tanpa disertai dengan menggigil. Pasien mengeluh
kepada ibunya nyeri pada seluruh lapang perut disertai penurunan nafsu makan.
Keluhan lain muntah 4 kali / hari sejak 3 hari SMRS berupa cairan kuning dan setiap
minum atau makan dimuntahkan kembali lalu pasien tidak BAB sejak 2 hari SMRS.
Keluhan tidak disertai dengan batuk pilek, sesak nafas, kejang, maupun penurunan
kesadaran. BAK tidak ada keluhan. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama
tidak ada dan penurunan berat badan atau berat badan susah naik juga tidak ada.
Riwayat kontak dengan hewan seperti tikus, anjing ataupun ternak juga tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluham seperti ini sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Ibu pasien sudah memberikan pasien obat parasetamol sirup namun tidak ada
perbaikan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal serupa.
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
4/12
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x . usia 2 bulan
DPT : 3 x . usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Polio : 4 x. saat lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Hep B : 3 x. Saat lahir, 1 bulan, 6 bulanCampak: 1 x. Usia 9 bulan
Riwayat Makanan
06 Bulan : ASI
612 Bulan : ASI + Susu Formula
1323 Bulan : Bubur dan sayuran
2 TahunSekarang : Menu Makanan Keluarga
Riwayat Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak seusianya, saat ini pasien sudah
dapat berlari, melompat, mengendarai sepeda roda tiga, makan dengan tangan sendiri,
menggambar, memakai baju sendiri.
D.
PEMERIKSAAN FISIK (31/10/2014)
Kesadaran Umum : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,4 0C
Berat Badan : 10,4 kgTinggi Badan : 83 Cm
BB/U : Z-score : - 1 sd 0 (median)
TB/U : Z-score : - 1 sd 0 (median)
BB/PB : Z-score : 0 sd 1 (median)
Status Gizi : Gizi Baik
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
5/12
Status Generalis
1.
Kepala : rambut hitam lurus, tidak mudah dicabut.
2.
Mata : konjungtiva tidak anemis ataupun hiperemis, sklera tidak ikterik,
tidak terdapat sekret.
3. Hidung : pernafasan cuping hidung (-)
4. Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sekret
5. Mulut : Lidah: lidah tidak kotor, tepi hiperemis, tremor tidak ada
Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis
6. Leher : KGB tidak teraba, retraksi suprasternal tidak ada
7. Thorax
Paru-paru
Bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal tidak adaSimetris kiri-kanan
Vesikular +/+, Rhonci -/-, Wheezing -/-,
Jantung
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, gallop (-) murmur (-)
8. Abdomen
Inspeksi : Datar, rose spot tidak ada
Palpasi : Lembut, turgor kulit baik, Hepar & Lien tidak teraba
Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
9. Ekstremitas : akral hangat, CRT
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
6/12
G. Hasil Pemeriksaan Penunjang (30/10/2014)
DARAH RUTIN
Parameter Hasil
Laboratorium
Nilai Normal
Hemoglobin *9,8 10 - 14 gr/dl
Hematokrit 31 %
Leukosit *5.600 7.000 17.000 mm3
Trombosit 204.000 150.000 40.000 mm3
IMUNOSEROLOGI
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Salmonella typhi O *1/320 Negatif
Salmonella paratyphi AO 1/40 Negatif
Salmonella paratyphi BO Negatif NegatifSalmonella paratyphi CO Negatif Negatif
Salmonella typhi H 1/40 Negatif
Salmonella paratyphi AH negatif Negatif
Salmonella paratyphi BH negatif Negatif
Salmonella paratyphi CH negatif Negatif
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
7/12
H. Diagnosis Kerja
- Demam Tifoid ec Sallmonella Typhi + Anemia ec Underlying Disease
I. Tatalaksana
UMUM
Tirah Baring
Diet makanan lunak, tinggi protein, & rendah serat
Infus Ringer Laktat 15 gtt/menit/makro
FARMAKOLOGIS
Cefotaxime vial 3 x 300 mg (iv)
Paracetamol syr 3 x I cth (po)
Domperidon syr 3 x I cth (po)
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
8/12
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, ditemukan adanya gejala demam yang dialami pasien sejak
14 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Panas badan dirasakan setiap sore menjelang malam.
Poin ini memenuhi salah satu komponen kriteria penegakkan diagnosis demam tifoid yaitu
demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari) dengan sifat demam yang naik secara
bertahap lalu menentap selama beberapa hari, demam terutama pada sore/ malam hari. Panas
yang naik turun dan terus menerus menggambarkan demam yang bersifat remitten juga
bersifat kontinu.
Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi
menyeluruh. Demam disebabkan karena salmonella thypi. Salmonella thypii adalah bakteri
gram negatif , mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari sakarida. Mempunyai
mikro molekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dandinamakan endotoksin. Endotoksin ini merangsang pembentukan dan pelepasan zat pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Diare atau obstipasi terjadi karena sifat bakteri
yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan.
Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan adanya nyeri tekan epigastrium. Sebagaimana
diketahui bahwa bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau
minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti
peredaran darah, menyebabkan bakterimia kemudian akan masuk melalui sirkulasi portal dari
usus kemudian berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya menekan lambung. Hal inilah
yang menyebabkan adanya rasa nyeri ketika epigastrium ditekan.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan penurunan leukositot. Pada demam tifoid
leukosit dapat normal, menurun maupun meningkat. Leukosit yang menurun dapat
disebabkan karena efek kuman yang menekan sumsum tulang.
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
9/12
Pemeriksaan serologi test WIDAL diperoleh titer S Typhi H 1/320, S paratyphi AO
1/40, S Typhi H 1/320. Tes Widal dilakukan untuk mengukur antibodi terhadap antigen O
dan H pada Salmonella Typhi. Tes widal (O dah H agglutinin) mulai positif pada hari
kesepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes
widal selang 2 hari menunjukkan peningkatan progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200)
menunjukkkan diagnosis positif dari infeksi aktif demam tifoid. Peningkatan titer uji WIDAL
empat kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Pemeriksaan
serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah) terhadap antigen
kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih amat
popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di
Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile
aglutinin. Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil
positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara
lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp),
reaksi anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu
dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika,
waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan
adanya penyakit imunologik lain.
Diagnosis banding dapat dipikirkan dari keluhan utama. Diagnosis banding tersebut
harus disingkirkan untuk mendapatkan sebuah diagnosis klinis. Keluhan utama pada kasus ini
adalah demam yang lebih dari 7 hari. Diagnosis Banding Demam > 7 hari:
- Demam Tifoid
- Malaria
- Leptospirosis
- TB paru
- limfoma hodkin
- leukimia
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
10/12
Panas yang tidak hilang timbul membedakan jenis panas pada malaria. Pada malaria
biasanya panas juga didahului oleh mengigil. Batuk perlu ditanyakan untuk menyingkirkan
adanya infeksi saluran pernapasan ataupun kemungkinan TB paru yang mana panas dapat
muncul sebagai salah satu manifestasi klinisnya. TB paru pada anak jarang datang dengan
keluhan batuk maka penting kita tanyakan juga tentang nafsu makan, ada tidaknya keringat
malam, dan penurunan berat badan yang drastis. Leptospirosis dapat disingkirkan dengan
tidak terdapatnya ruam- ruam merah pada kulit, ikterik pada mata dan tidak terdapat riwayat
kontak terhadap hewan seperti tikus, anjing ataupun ternak.
Untuk terapi, Tirah baring sempurna terutama pada fase akut. Pasien harus berbaring
di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan
berjalan. Masukan cairan dan kalori perlu diperhatikan. Dahulu dianjurkan semua makanan
saring, sekarang semua jenis makanan pada prinsipnya lunak, mudah dicerna, mengandung
cukup cairan , kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas. Makanan saring / lunak diberikan selama istirahat mutlak
kemudian dikembalikan ke makanan bentuk semula secara bertahap bersamaan dengan
mobilisasi. Misalnya hari I makanan lunak, hari II makanan lunak, hari III makanan biasa,
dan seterusnya Pemberian IVFD berdasarkan kebutuhan pasien akibat adanya demam
berlebihan dan diare yang tentu saja menyebabkan cairan tubuh berkurang. Pemberianparacetamol diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing.
Paracetamol sebagai anti piretik berfungsi sebagai penghambat prostaglandin. Suhu badan
diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. Pada keadaan demam
keseimbangan terganggu, tetapi dapat dikembalikan ke normal. Peningkatan suhu tubuh pada
keadaan patologik diawali dengan pelepasan suatu zat pirogen endogen atau suatu sitokin
seperti IL-1 yang memacu pelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah preoptik
hipotalamus, selain itu PGE-2 menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral.
Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis prostaglandin.
Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya
patogenesis infeksi salmonella typhii berhubungan dengan keadaan bakteriemia. Obat-obat
pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/ amoksisilin dan kotrimoksasol. Munculnya
resistensi Salmonella typhi terhadap ampisilin, kloramfenikol, dan trimetroprim-
sulfametoksazol mengakibatkan obat-obatan ini perlu waktu yang lebih lama untuk
mendapatkan efektivitas penuh. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi ketiga. Obat-
obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
11/12
Pilihan terapi anibiotik :
1. Lini pertama
a. Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan antibiotik, diberikan
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari secara intravena dalam 4 dosis selama 10 - 14 hari. Pada
bayi usia < 2 minggu beri 25 mg/KgBB/hari
b. Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari diberikan peroral/iv dibagi 3 4 dosis selama 10 - 14 hari,
atau
c. Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim atau 50 mg/KgBB/hari
sulfametoksazol, dibagi 2 dosis, selama 10 - 14 hari.
2. Lini ke dua, diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang
resisten terhadap berbagai obat (MDR=multidrug resistance), yang terdiri atas :
a. Seftriakson dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 5 hari .
b. Sefiksim dengan dosis 10 - 15 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari,
adalah alternatif pengganti seftriakson yang cukup handal.
c. Sefotaksim 150
200 mg/ KgBB/hari dibagi 3
4 dosis.
8/10/2019 Case Report Tifoid Anak (TRN)
12/12
DAFTAR PUSTAKA
-
Widodo, djoko. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.
- Garna, Herry dan Heda Melinda N. Pedoman Diagnosis dan Terapi edisi 4. 2012.
Bandung : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD