Download docx - Candle for You

Transcript

Nama Kelompok : - Fatwa Naratama Romadani - Bayu Kartiko - Syahrul Ilma Fisgianto - Fera Mujiati - Eka Yuli Astuti

Selama ini sebagian besar orang memahami lilin sebagai simbol filosofi hidup yang sia-sia. Hanya bisa menerangi sementara dirinya sendiri hancur. Lalu muncul statement jangan hidup seperti lilin. Kami mungkin salah satu dari sebagian kecil orang yang mencoba memahami filosofi lilin dengan perspektif yang berbeda. Menilik pada warnanya, lilin tidak pernah luntur walau terkena air dan sinar matahari. Ia tidak penah merubah warnanya menjadi warna sesuka hatinya atau demi beradaptasi dengan lingkungannya. Jika warnanya putih, kemarin, hari ini, esok dan lusa ia tetap berwarna putih. Beda dengan pemimpin-pemimpin di negara kita. Seperti binatang mimikri, ia selalu berubah-ubah warna demi menyesuaikan diri dengan kualisinya, kepentingan partainya, kepentingan koleganya, dan kepentingan-kepentingan lainnya diluar kepentingan tugas kepemimpinannya itu sendiri. Jika saja pemimpin masa depan negara kita mau sedikit memaknai filosofi lilin tersebut maka ia akan mempunyai keteguhan pendirian yang kuat, tidak mudah berubah walau berada dalam lingkungan apa pun. Laksana Lilin yang senantiasa fokus dan konsisten terhadap warna pribadinya atau karakter dirinya sendiri, tidak plinplan dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi-kondisi yang bisa menodai kepemimpinannya. Meskipun kecil, Lilin berani berkorban demi kepentingan orang banyak. Hanya demi seberkas cahaya, lilin rela tubuhnya meleleh bahkan lebur tak berbetuk dengan tanpa menuntut balas jasa pada siapapun. Ia ikhlas berkorban demi menerangi lingkungan sekitarnya tanpa membeda-bedakan usia, status ekonomi, dan budaya, juga agama, selama dibutuhkan maka ia akan membantunya dengan tanpa pamrih sedikit pun. Filsafat ini yang paling penting untuk dimiliki sang pemimpin masa depan. Bukan pemimpin yang hanya tebar pesona seolah-olah peduli pada kepentingan masyarakat bawah, namun hanya demi pencitraan saja agar mendapatkan simpati dari masyarakat. Sang Lilin, kehadirannya dapat mengubah gelap menjadi terang, walau tidak seterang bohlam listrik, namun lingkungan sekitarnya sangat merasa tertolong dengan pancaran sinarnya. Pemimpin masa depan hendaknya mampu hadir untuk mengubah gelap gulita negara ini dengan secerca cahaya perubahan. Mampu benar-benar memberikan harapan bagi rakyatnya dengan kebijakan-kebijakan yang benar-benar nyata (bukan sekedar janji). mengutamakan kepentingan kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, perlindungan hak, pada segenap rakyatnya. Lilin hadir sesuai dengan kehendak pembuatnya, tidak penah berkeinginan lain di luar tugasnya sebagai lilin. Ini yang tidak dimiliki para pemimpin kita. Lilin, ketika dirinya sendiri meleleh habis terbakar setelah memancarkan cahaya menerangi kegelapan, sesungguhnya apa yang terjadi bukanlah suatu kehancuran. Melelehnya lilin itu pada hakikatnya adalah simbolisasi penyatuan jatidiri dengan pancaran cahaya yang keluar dari api yang membakar dirinya sendiri, itulah yang disebut sebagai puncak dari suatu hikmat pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Hanya mereka yang mau berkorban dengan tulus tanpa pamrih seperti lilin yang akan berhasil mencapai puncak kesadaran, suatu konsepsi kesadaran yang dibutuhkan sebagai tiket menuju puncak kebahagiaan yang dicita-citakan oleh semua ummat manusia dan bangsa-bangsa di dunia. Manusia dalam kondisi kesadaran seperti inilah yang tercerahkan dan mampu mencerahkan kehidupan. Menjadi pemimpin yang adil, pejabat yang taat hukum dan tidak korupsi, ayah yang bijak, ibu yang penuh cinta dan kasih, anak yang sholeh dan hormat pada orang tua, murid yang santun, dan seterusnya. Belajarlah hidup seperti lilin, menerangi kegelapan dan berkorban dengan tulus tanpa pamrih.Sebatang lilin bertonggak di sebuah ruangan yang besar. memberikan penerangan kepada sang mpunya rumah, agar tak tersandung atau tak tertabrak barangnya sendiri. Lilin yang menyala, melelehkan batangnya dan menguapkan lelehannya itu bukan berarti tak bisa apa-apa. Sekalipun kecil harus bisa berbuat dan berkorban banyak. seperti lilin yang berusaha menerangkan ruangan yang cukup besar. Lilin melelehkan dirinya untuk orang lain hingga batangnya tak tersisa lagi. Berkorban demi orang lain secara total, sampai batas akhir kemampuan kita. Akan tetapi hati-hati, lilin bisa membuat kebakaran besar jika ditempatkan ditempat yang berkayu. Maka kitapun harus bisa menepatkan diri, karena jika tidak, dapat mengakibatkan bahaya yang besar.


Recommended