48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair pada penelitian ini dihasilkan dari campuran limbah
sayuran dan kotoran ayam. Proses fermentasi campuran limbah sayuran dan kotoran
ayam berlangsung selama 42 hari. Fermentasi dilakukan pada kondisi tertutup atau
secara anaerob. Proses anaerob adalah proses fermentasi yang tidak membutuhkan
oksigen selama proses ferementasi dan dalam kondisi tertutup.
4.1.1 Karakteristik dan Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Parameter karakteristik pupuk organik cair terdiri dari pH, suhu, warna, dan
kandungan unsur hara. Derajat keasaman adalah merupakan parameter yang
mempengaruhi proses pengomposan pupuk organik cair. Nilai pH yang fluktuatif
pada proses pembuatan pupuk organik cair disebabkan karena adanya aktivitas
mikroorganisme Proses penurunan nilai pH terjadi pada awal proses fermentasi dan
mengalami kenaikan nilai pH. Lactobacillus sp. merupakan mikroorganisme yang
terkandung dalam MG1 yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik menjadi
asam organik dan aktivitas mikroorganisme lain yang menguraikan atau
memecahkan kandungan nitrogen yang mengakibatkan nilai pH menjadi naik dan
turun atau fluktuatif. Perubahan nilai pH menjadi netral disebabkan oleh reaksi
asam dan basa yang terbentuk dari mikroorganisme pengurai. Nilai derajat
keasaman (pH) juga mempengaruhi kandungan nitrogen yang akan dihasilkan.
49
Derajat keasaman yang bersifat basa akan mengakibatkan kandungan
nitrogen menjadi menurun sedangkan derajat keasaman bersifat asam akan
meningkatkan kandungan nitrogen. Selain itu, nilai pH pada pupuk organik cair
juga mempengaruhi dan menentukan penyerapan ion-ion yang dibutuhkan oleh
tanaman. Unsur hara yang memiliki pH berkisar antara 5,5 – 7 akan lebih mudah
diserap oleh akar tanaman sedangkan apabila unsur hara bersifat asam, maka
tanaman dapat rusak.
Nilai pH pembuatan pupuk organik cair pada setiap perlakuan di awal bersifat
asam dan di akhir proses nilai pH pupuk organik cair bersifat netral. Nilai pH pada
kematangan pupuk organik cair berkisar antara 7 sampai 7,5. Nilai derajat
keasaman mencapai 5,5 dapat mengakibatkan aktivitas bakteri dapat berhenti dan
apabila nilai pH tidak sesuai maka dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Nilai
pH pada pupuk organik cair dengan penambahan pupuk organik cair dengan 50 mL
MG1 yaitu 7; pupuk organik cair dengan 100 mL MG1 yaitu 7,2; dan pupuk organik
cair dengan 200 mL MG1 yaitu 7,3.
Gambar 10. pH Proses Pengomposan (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
0
2
4
6
8
10
12
14
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
P1 P2
Der
ajat
Kea
sam
aan
Hari
50
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembuatan
pupuk organik cair. Suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pengurai.
Kenaikan suhu mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme dan enzim yang
berfungsi untuk menguraikan bahan organik. Proses pengomposan pupuk organik
cair berlangsung pada suhu optimal 40-45℃. Suhu optimal untuk mengetahui
tingkat kematangan pupuk organik cair yaitu 30℃. Pada penelitian ini, suhu setiap
perlakuan tidak melebihi standar suhu. Fluktuasi suhu pada proses pengomposan
disebabkan karena adanya proses dekomposisi bahan organik menghasilkan air
yang mengakibatkan penurunan suhu sedangkan kenaikan suhu disebabkan karena
proses pengomposan bersifat eksoterm karena proses pengomposan berada pada
proses tertutup sehingga udara di dalam meningkat. Suhu pada akhir pengomposan
masing-masing perlakuan P1, P2 dan P3 yaitu 24,1°C; 23,9 °C; dan 24,6 °C.
Gambar 11. Perubahan Suhu Pengomposan (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
P1 P2Hari
Su
hu
(℃)
51
Tabel 5. Kandungan Unsur Hara
Perlakuan Nitrogen (%) Posfor (%) Kalium (%) Kelas
P1 0,1 0,17 0,78 Rendah
P2 0,11 0,16 0,69 Rendah
P3 0,11 0,5 0,75 Rendah
(Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Tabel 5 menunjukkan kandungan unsur hara yang dihasilkan oleh masing-
masing perlakuan. Setiap memiliki kandungan unsur hara yang tidak tetap
tergantung dari bahan, mikroorganisme pengurai, dan lain-lain.
Tabel 6. Standar Mutu Pupuk Organik Cair
No Parameter Satuan Standar Mutu
1 C-Organik % Min 6
2
Bahan ikutan: (plastik, kaca,
kerikil) % Maks2
3
Logam Berat :
- As
- Hg
- Pb
- Cd
ppm
ppm
ppm
ppm
Maks 2,5
Maks 0,25
Maks 12,5
Maks 0,5
4 pH
5
Hara makro:
- N
- P2O5
- K2O
%
%
%
3-6
3-6
3-6
6 Mikroba Kontaminan :
- E.Coli
- Salmonella sp.
MPN/mL
MPN/mL
Maks 100
Maks 100
7
Hara mikro :
- Fe Total
- Fe tersedia
- Mn
- Cu
- Zn
- B
- Co
- Mo
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
90-900
5-50
250-5000
250-5000
250-5000
125-2500
5-20
02-10 (Sumber : Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2010)
52
Nitrogen merupakan fraksi bahan organik campuran senyawa kompleks
antara lain asam amino, gula amino dan protein. Nitrogen dihasilkan dari
dekomposisi bahan organik yang menghasilkan senyawa NH4+ dan NO3
-. Hasil
penelitian yang dilakukan dihasilkan kandungan nitrogen tertinggi pupuk organik
cair dihasilkan dengan penambahan 200 mL/L air konsentrasi MG1 dan 100 mL
MG1 sebesar 0,11% sedangkan terendah dihasilkan dengan penambahan 50 mL/L
MG1 sebesar 0,1%. Kandungan nitrogen yang terkandung pada setiap perlakuan
jika dibandingkan dengan kandungan fosfor dan kalium, kandungan nitrogen yang
dihasilkan lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya proses amonifikasi dan
nitrifikasi yang dapat mengurangi kandungan nitrogen sebanyak 50%. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/SR.140/10/2011, kandungan unsur
hara nitrogen pada penelitian belum memenuhi standar mutu.
Fosfor merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan
akar, pembelahan sel, kematangan buah. Fosfor dihasilkan dari proses perombakan
senyawa karbon yang terkandung di dalam bahan organik. Fosfor dihasilkan dari
aktivitas mikroorganisme dan enzim seperti Pseudomonas, Bacillus, Echerichia.
Hasil penelitian menunjukkan kandungan fosfor tertinggi dihasilkan dengan
penambahan 20 0 mL MG1 sebanyak 0,5% dan kandungan fosfor terendah yaitu
penambahan 100 mL MG1 yaitu 0,16%. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No 70/Permentan/SR.140/10/2011, kandungan unsur hara fosfor yang dihasilkan
pada penelitian ini belum memenuhi standar mutu fosfor yang berkisar antara 3-
6%.
53
Kalium merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk proses
fotosintesis. Kalium (K2O) digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat
sebagai katalisator dan aktivitas mikroorganisme berpengaruh terhadap
peningkatan unsur kalium. Kalium merupakan senyawa yang dihasilkan dari
metabolisme bakteri yang menggunakan ion-io K+ pada bahan organik sebagai
keperluan metabolisme. Hasil uji laboratorium menunjukkan kandungan kalium
tertinggi dihasilkan pada pupuk organik cair dengan penambahan 50mL MG1 yaitu
0,78% sedangkan kandungan kalium terendah dihasilkan pada pupuk organik cair
dengan penambahan 100 mL MG1 sebanyak 0,69%. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian No 70/Permentan/SR.140/10/2011, kandungan unsur hara kalium yang
dihasilkan pada penelitian ini belum memenuhi standar mutu kalium yang berkisar
antara 3-6%.
Salah satu faktor yang menyebabkan nilai kandungan unsur hara pupuk
organik cair sangat kecil yaitu massa feses ayam yang digunakan lebih sedikit
dibandingkan dengan limbah sayuran. Hasil beberapa penelitian pendahulu
menunjukkan semakin banyak limbah ternak yang digunakan maka semakin baik
kualitas pupuk cair yang akan dihasilkan karena feses ternak karena kandungan
feses ternak dipengaruhi oleh bahan makanan yang dikonsumsi, umur ternak dan
alat pencernaan ternak. Selain itu, faktor yang dapat menyebabkan kandungan
unsur hara setiap perlakuan berbeda yaitu jenis limbah sayuran yang digunakan
tidak seragam.
54
4.1.2 Electrical Conductivity (EC) Nutrisi
Electrical Conductivity (EC) adalah kemampuan suatu larutan dalam
menghantarkan listrik dan pengukuran EC dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
ion yang terkandung dalam larutan. Nilai EC dipengaruhi oleh tingkat kepekatan
dari konsentrasi kation dan anion pada larutan. Nilai EC juga menunjukkan
ketersediaan unsur hara. Nilai EC tinggi maka kandungan unsur hara juga tinggi
begitu pula sebaliknya jika nilai EC rendah maka ketersediaan unsur hara juga
sedikit. Nilai EC yang dibutuhkan tanaman pakcoy dalam pertumbuhan yaitu
berkisar antara 1,5 – 2 milisiemen.
Pada penelitian ini, nilai EC pada pukul 07:00 WIB berkisar antara 1 – 1,9
milisiemen, pada pukul 12: WIB berkisar antara 1,1 – 1,5 milisiemen dan pada
pukul 17:00 WIB berkisar antara 1,2 – 1,5 milisiemen. Nilai EC setiap perlakuan
cenderung kecil karena kandungan unsur hara pada pupuk organik cair juga sedikit.
Nilai EC yang mengakibatkan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman menjadi
lambat dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman pakcoy.
4.1.3 Suhu Nutrisi
Suhu merupakan parameter pengukuran yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan proses penguapan
menjadi meningkatkan sehingga dapat mengurangi kandungan usnur hara yang
terkandung dalam larutan nutrisi. Suhu yang tinggi juga dapat mengakibatkan
terhambarnya proses penyerapan unsur hara. Suhu larutan pupuk organik cair pada
pukul 07:00 WIB berkisar antara 20 – 22 °C, pada siang hari atau pukul 12:00 WIB
berkisar antara 24 – 28 °C dan sore hari atau pukul 17:00 WIB berkisar antara 22 –
55
24°C. Suhu nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman pakcoy berkisar
antara 22 – 24 °C sehingga pada pagi hari dan sore hari, suhu nutrisi pupuk organik
cair cocok untuk pertumbuhan tanaman pakcoy sedangkan siang hari, pertumbuhan
menjadi lambat.
4.1.4 Potential of Hydrogen (pH) Nutrisi
pH atau derajat keasaman adalah parameter pengukuran yang digunakan
untuk mengukur tingkat keasamaan atau kebasaan suatu larutan dan mengetahui
ketersediaan unsur hara dalam suatu larutan. Nilai pH lebih kecil dari 7
menunjukkan larutan bersifat asam, pH lebih besar dari 7 menunjukkan larutan
bersifat basa dan nilai pH sama dengan 7 menunjukkan larutan bersifat netral. Nilai
pH berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dalan larutan dan kekurangan
atau kelebihan pH yang tidak sesuai kebutuhan tanaman dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman.
Pada penelitian ini, nilai pH setiap perlakuan pemberian pupuk organik cair
cenderung memiliki nilai pH diatas 7 sehingga larutan nutrisi pupuk organik cair
bersifat basa. Nilai pH pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 5. Beberapa
penelitian terlebih dahulu menyebutkan bahwa larutan yang memiliki nilai pH
bersifat basa dapat mengakibatkan defisiensi unsur hara. Defisiensi adalah
kekurangan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Larutan bersifat basa pada
penelitian ini disebabkan pula karena kandungan unsur hara pupuk organik cair
penambahan MG1 tergolong sedikit.
56
4.2 Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
Pengamatan tanaman pakcoy dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan
tanaman pakcoy dengan pemberian nutrisi pupuk organik cair pada sistem
hidroponik DFT. Pengamatan pertumbuhan tanaman pakcoy terdiri dari tinggi
tanaman, jumlah daun, dan panjang akar tanaman pakcoy serta berat basah tanaman
pakcoy setelah panen untuk mengetahui produktivitas tanaman pakcoy.
4.2.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman adalah parameter pertumbuhan tanaman yang sering diamati
atau diukur untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan yang diberikan.
Pengukuran tinggi tanaman pakcoy dilakukan secara manual menggunakan alat
ukur penggaris dan pengukuran dilakukan setiap hari sampai panen. Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan setelah bibit tanaman pakcoy dipindahkan ke instalasi
hidroponik. Tanaman pakcoy pada budidaya hidroponik dapat dipanen pada umur
25 sampai 30 hari setelah pindah tanam dan dapat tinggi tanaman pakcoy dapat
mencapai 15-30 cm.
Dari hasil perhitungan analisis ANOVA pada 7 HST, 14 HST, 21 HST, dan
HST, pemberian pupuk organik cair dengan penambahan biofertilizer MG1 tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
pakcoy. Pertumbuhan tanaman pakcoy yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh
kandungan unsur hara yang terkandung dalam larutan nutrisi. Unsur hara
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Kekurangan unsur hara dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi
57
lambat, produktivitas tanaman rendah, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanaman.
Gambar 12. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pakcoy (Sumber: Hasil Pengamatan, 2019)
Gambar 12 menunjukkan grafik pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy dari
masa awal pindah tanam sampai panen cenderung lambat. Hasil beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa pupuk organik cair cenderung lambat dalam memberikan
reaksi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.
a. Pengamatan Tinggi Tanaman 7 HST
Hasil pengamatan tinggi tanaman pakcoy pada 7 HST menunjukkan perlakuan
P3 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman pakcoy tertinggi yaitu 11,3 cm sedangkan
rata-rata tinggi tanaman pakcoy terendah dihasilkan pada perlakuan P2 sebesar 9,12
cm.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
P1 P2 P3
Tin
ggi
Tan
aman
(cm
)
Hari
58
Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 7 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
P1 9,34
P2 9,12
P3 11,3 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik
cair sebagai nutrisi tanaman pakcoy tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy pada 7 HST. Hal ini dapat
disebabkan karena nilai F hitung tinggi tanaman pakcoy pada 7 HST lebih kecil
dibandingkan dengan nilai F tabel pada taraf 5%.
Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pakcoy 7 HST
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 1,09 0,55
2,68 3,88 Galat 12 2,44 0,20
Total 14 3,54 0,25 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
b. Pengamatan Tinggi Tanaman 14 HST
Rata-rata tinggi tanaman pakcoy tertinggi pada 14 HST terdapat pada
perlakuan P3 sebesar 13,8 cm sedangkan rata-rata terendah yaitu perlakuan P2
sebesar 12,99 cm
Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 14 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
P1 13,45
P2 12,99
P3 13,8 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan pemberian pupuk organik
cair pada 14 HST tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
59
pertumbuhan tanaman pakcoy. Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA, nilai F
tabel tinggi tanaman pakcoy 14 HST lebih kecil dibandingkan dengan F tabel taraf
5% sehingga uji lanjutan tidak berlaku.
Tabel 10. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 HST
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 1,65 0,83
0,80 3,88 Galat 12 12,40 1,03
Total 14 14,05 1,00 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
c. Pengamatan Tinggi Tanaman 21 HST
Hasil pengamatan tinggi tanaman pada 21 HST menghasilkan perlakuan P3
memberikan rata-rata tertinggi tinggi tanaman pakcoy sebesar 16,54 cm sedangkan
perlakuan P2 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman pakcoy terendah yaitu sebesar
16,22 cm.
Tabel 11. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 21 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
P1 16,3
P2 16,22
P3 16,54 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA, nilai F hitung lebih kecil
dibandingkan dengan F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk
organik cair tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy
21 HST.
60
Tabel 12. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pakcoy 21 HST
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 0,28 0,14
0,23 3,88 Galat 12 7,24 0,60
Total 14 7,52 0,54 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
d. Pengamatan 26 HST
Rata-rata tinggi tanaman pakcoy pada masa panen dalam penelitian ini berkisar
antara 18 cm sampai 19 cm. Perlakuan yang menghasilkan rata-rata tinggi tanaman
pakcoy yaitu pemberian pupuk organik cair penambahan 200 mL MG1 atau P3
sedangkan rata-rata tinggi tanaman pakcoy terendah dihasilkan pada pemberian
pupuk organik cair penambahan 100 mL MG1 atau P2.
Tabel 13. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 26 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
P1 18,72
P2 18,3
P3 19,02 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil perhitungan sidik ragam ANOVA menghasilkan nilai F hitung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai F tabel. Hal ini menunjukkan pemberian pupuk organik
cair dengan penambahan mikroorganisme MG1 tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy 26 hari setelah tanam.
Tabel 14. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 26 HST
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 1,31 0,65
2,13 3,88 Galat 12 3,69 0,31
Total 14 4,99 0,36 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
61
4.2.2 Pertumbuhan Jumlah Daun
Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat mensintesis
makanan untuk kebutuhan tanaman dan sebagai cadangan makanan. Daun memiliki
klorofil yang berfungsi sebagai tempat melakukan proses fotosintesis. Tanaman
pakcoy dapat menyerap unsur hara melalui akar dan daun. Pengukuran jumlah daun
dilakukan dengan menghitung jumlah daun sempurna secara manual dan
pengukuran dilakukan setiap hari.
Hasil perhitungan analisis ANOVA yang dilakukan terhadap pertumbuhan
jumlah daun pada 7 HST, 14 HST, 21 HST, dan 26 HST, pemberian pupuk organik
cair dengan penambahan MG1 tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy pada sistem hidroponik DFT.
Pertumbuhan jumlah daun yang tidak signifikan disebabkan oleh kandungan nutrisi
yang terkandung di dalam pupuk organik cair yang kecil. Kekurangan unsur
nitrogen dan fosfor dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun. Hasil uji
laboratorium pada tabel 8 menunjukkan perlakuan P2 menghasilkan unsur nitrogen
lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga menghasilkan jumlah
daun yang sedikit pula dibandingkan perlakuan lainnya.
62
Gambar 13. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pakcoy (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
a. Pengamatan Jumlah Daun 7 HST
Rata-rata jumlah daun setiap perlakuan P1, P2, dan P3 menghasilkan jumlah
daun selama 7 HST. Rata-rata jumlah daun tanaman pakcoy yang dihasilkan yaitu
empat helai. Dari data pengukuran jumlah daun, setiap perlakuan tidak berbeda
nyata dalam pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy.
Tabel 15. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 7 HST
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
P1 4
P2 4
P3 4 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil perhitungan analisis sidik ragam menunjukkan nilai F hitung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai F tabel. Hasil analisis sidik ragam jumlah daun selama
7 HST dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan atau pemberian pupuk organik
cair dengan penambahan MG1 tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
jumlah daun tanaman pakcoy setelah 7 hari tanam.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
P1 P2 P3
Jum
lah D
aun (
hel
ai)
Hari
63
Tabel 16. Sidik Ragam ANOVA
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 0,23 0,12
0,82 3,88 Galat 12 1,70 0,14
Total 14 1,93 0,14 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
b. Pengamatan Jumlah Daun 14 HST
Rata-rata jumlah daun terbanyak dihasilkan pada perlakuan P1 sebesar 5,1
helai sedangkan jumlah daun terendah dihasilkan pada perlakuan P2 sebesar 4,9
helai.
Tabel 17. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 14 HST
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
P1 5,1
P2 4,9
P3 5 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil analisis ANOVA jumlah daun tanaman pakcoy setelah 14 hari tanam
menghasilkan nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel sehingga
dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy.
Tabel 18. Sidik Ragam ANOVA
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 0,06 0,03
0,35 3,88 Galat 12 1,00 0,08
Total 14 1,06 0,08 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
64
c. Pengamatan Jumlah Daun 21 HST
Rata-rata jumlah daun tanaman pakcoy terbanyak pada 21 HST dihasilkan pada
perlakuan P1 dan P2 sebesar 7 helai sedangkan rata-rata jumlah daun terendah
dihasilkan pada perlakuan P2 sebsar 6,4 helai.
Tabel 19. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 21 HST
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
P1 7
P2 6,4
P3 7 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman pakcoy pada 21 HST
menunjukkan nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy.
Tabel 20. Sidik Ragam ANOVA
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 1,20 0,60
3,27 3,88 Galat 12 2,20 0,18
Total 14 3,40 0,24 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
d. Pengamatan Jumlah Daun 26 HST
Rata-rata jumlah daun terbanyak yang dihasilkan pada saat panen terdapat
pada perlakuan P3 sebesar 7,8 helai dan jumlah daun terendah terdapat pada
perlakuan P2 sebesar 7,3 helai.
65
Tabel 21. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 26 HST
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
P1 7,5
P2 7,3
P3 7,8 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah daun pada 26 HST menunjukkan
bahwa setiap perlakuan atau pemberian pupuk organik cair dengan penambahan
MG1 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun
tanaman pakcoy.
Tabel 22. Sidik Ragam ANOVA
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 0,63 0,32
1,46 3,88 Galat 12 2,60 0,22
Total 14 3,23 0,23 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
4.2.3 Panjang Akar Tanaman Pakcoy
Akar merupakan komponen atau bagian terpenting bagi tanaman yang
berfungsi untuk menyerap unsur hara dari nutrisi, menopang tanaman agar tumbuh
tegak, melakukan fotosintesis, respirasi, dan lain-lain. Pertumbuhan yang baik pada
tanaman harus mempunyai akar dan sistem perakaran yang cukup luas supaya
penyerapan unsur hara tanaman dapat berlangsung dengan baik. Pengukuran
panjang akar dilakukan pada saat panen menggunakan alat ukur penggaris.
66
Gambar 14. Panjang Akar Tanaman Pakcoy (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil pengukuran panjang akar menghasilkan perlakuan P3 menghasilkan
panjang akar terpanjang sebesar 27,84 cm sedangkan perlakuan P2 menghasilkan
panjang akar terendah sebesar 26,17 cm.
Tabel 23. Rata-rata Panjang Akar Tanaman Pakcoy
Perlakuan Panjang Akar (cm)
P1 27,15
P2 26,17
P3 27,84 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam terhadap panjang akar
tanaman pakcoy, pemberian pupuk organik cair dengan penambahan MG1 tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar tanaman pakcoy.
Tabel 24. Sidik Ragam ANOVA
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 7,04 3,52
3,16 3,88 Galat 12 13,35 1,11
Total 14 20,40 1,46 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
25
25,5
26
26,5
27
27,5
28
P1 P2 P3
Pan
jang A
kar
(cm
)
67
4.2.4 Berat Panen Tanaman Pakcoy
Pengukuran berat panen dilakukan untuk mengetahui bobot atau massa yang
dihasilkan selama masa pertumbuhan sampai panen. Pengukuran berat panen
dilakukan setelah tanaman dapat dipanen dengan menggunakan alat ukur
timbangan massa.
Gambar 15. Berat Panen Pakcoy (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Rata-rata berat panen tanaman pakcoy terbesar yaitu pada perlakuan P3 atau
pemberian pupuk organik cair penambahan 200 mL MG1 sebanyak 26,4 gr
sedangkan terkecil dihasilkan pada perlakuan P2 atau pemberian pupuk organik cair
dengan penambahan 100 mL MG1 sebanyak 25,33 gr.
Tabel 25. Rata-rata Berat Panen Tanaman Pakcoy
Perlakuan Berat Panen (gr)
P1 25,89
P2 25,33
P3 26,4 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)
Hasil analisis ragam terhadap berat panen pakcoy menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
24,5
25
25,5
26
26,5
P1 P2 P3
Ber
at P
anen
(gr)
68
berat panen tanaman pakcoy. Hal ini disebabkan karena nilai F hitung lebih kecil
dibandingkan dibandingkan dengan nilai F tabel. Nilai F hitung pada pengukuran
berat panen tanaman pakcoy yaitu 0,77 sedangkan nilai F tabel yaitu 3,88.
Tabel 26. Sidik Ragam ANOVA
Sumber DB JK KT Fh F0,05
Perlakuan 2 2,86 1,43
0,77 3,88 Galat 12 22,39 1,87
Total 14 25,25 1,80 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)