BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Perusahaan
3.1.1 Sejarah Perusahaan
PT Bintang Mandiri Hanafindo merupakan pemecahan dari perusahaan induk PT
Bintang Kanguru pada tahun 2010. PT Bintang Kanguru telah beroperasi sebagai
perusahaan tekstil dan garmen vertikal sejak 1974. PT Bintang Kanguru sekarang
beroperasi sebagai pabrik merajut tekstil, yang memfasilitasi hingga 200 ton
produksi per bulan dan berfokus pada benang celup dan mencetak rajutan
melingkar. Perusahaan ini mengoperasikan berbagai divisi di pabriknya seperti:
Memutar, menghanguskan, mercerising (proses tambahan yang dapat memperbaiki
sifat fisik dan kimia kain rajutan) baik gulungan dan produksi, merajut (termasuk
kain jacquard), pencetakan tempat tidur datar, dan finishing. Mulai tahun 2010
divisi garmen telah diubah menjadi PT Bintang Mandiri Hanafindo dengan
manajemen dan kepemilikan baru saat ini.
3.1.2 Struktur Organisasi dan Fungsi
a. Strutur Organisasi
Adapun struktur organisasi PT BINTANG MANDIRI HANAFINDO dapat dilihat
pada gambar berikut :
Sumber: Dokumentasi PT Bintang Mandiri Hanafindo Gambar III.1.
Stuktur Organisasi PT Bintang Mandiri Hanafindo
Didalam struktur organisasi masing – masing memiliki fungsi tersendiri yang berupa
tugas dan tanggung jawab.
1. Commisioner
Secara umum tugas Commisioner adalah melakukan pengawasan, maka seorang
komisaris wajib dengan iktikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
2. Director
Seorang Director memiliki peran besar dalam perusahaan, secara umum director
memiliki peran mengatur keseluruhan operasional perusahaan.
3. Finance Manager
Berada dibawah wewenang director, Finance manager bertanggung jawab atas
semua transaksi keluar masuk dalam perusahaan.
4. Factory Manager
Berkedudukan sejajar dengan finance manager maka tanggung jawab factory
manager cukup besar. Namun, fungsi factory manager lebih berfokus pada
kegiatan produksi.
5. Human Resources Departement
HRD berada dibawah wewenang factory manager yang memiliki fungsi berfokus
pada kesejahteraan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan.
1. Pattern Maker
Tugas utama dari bagian ini adalah membuat dan menggandakan pola, serta
menyusun panel dalam marker untuk mengoptimalkan efisiensi penggunaan
fabrics. Pada saat order baru datang, Pattern Maker menerima detail order dan
minimarker dari buyer ( hanya buyer tertentu yang memberikan minimarker ).
Melakukan editing minimarker untuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik.
3.2 Analisa Jaringan
Hasil dari analisa penulis jaringan komputer LAN digunakan oleh PT Bintang
Mandiri Hanafindo, mempunyai sistem jaringan komputer yang terdiri dari beberapa
hardware, contohnya Router, Switch, Modem Speedy yang sudah tersedia dikantor.
3.2.1 Blok Jaringan
Sumber: Dokumentasi PT Bintang Mandiri Hanafindo
Gambar III.2.
Blok Jaringan
Berdasarkan gambar pada blok jaringan penulis menganalisa blok jaringan
yang digunakan untuk menghubungkan antar perangkat jaringan. Dengan alasan
perangkat-perangkat tersebut diatas terhubung membentuk sebuah cabang, dimana 2
buah switch menjadi titik pusat terhubungnya komputer dalam setiap ruangan. Oleh
karena itu dapat di asumsikan bahwa topologi yang digunakan pada PT Bintang
Mandiri Hanafindo adalah Topologi Star. Topologi ini mengandalkan kabel
Unshielded Twisted Pair (UTP) sebagai penyambung antara perangkat dengan
perangkat lainnya. Penjelasan mengenai topologi Star telah penulis paparkan pada
bab landasan teori.
3.2.2 Skema Jaringan
Sumber: Dokumentasi PT Bintang Mandiri Hanafindo
Gambar III.3.
Skema Jaringan
Skema jaringan yang ada pada PT Bintang Mandiri Hanafindo secara
lengkap dapat dilihat pada gambar diatas. Sistem koneksi internet menggunakan
ISP layanan Indihome dengan kecepatan 10Mbps. Menggunakan sistem share
Bandwidth, sehingga mendapatkan IP Publik secara static. Sedangkan IP Address
private yang digunakan pada perangkat Modem ini adalah 192.168.0.254/24.
Menggunakan 2 buah switch yaitu D-link 24 port dengan kecepatan 10/100Mbps,
support backbone bandwidth 4.8 Gbps dan switch Linksys 16 port dengan
kecepatan 10/100/1000Mbps. Untuk IP Address yang digunakan tiap komputer
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III.1. IP Address
RUANGAN No
PC
IP Subnet Gateway
FM 1 192.168.185.10 255.255.255.0 192.168.185.1
HRD
1 192.168.185.11 255.255.255.0 192.168.185.1
2 192.168.185.12 255.255.255.0 192.168.185.1
3 192.168.185.13 255.255.255.0 192.168.185.1
MCD
1 192.168.185.14 255.255.255.0 192.168.185.1
2 192.168.185.15 255.255.255.0 192.168.185.1
3 192.168.185.16 255.255.255.0 192.168.185.1
4 192.168.185.17 255.255.255.0 192.168.185.1
5 192.168.185.18 255.255.255.0 192.168.185.1
6 192.168.185.19 255.255.255.0 192.168.185.1
CAD 1 192.168.185.20 255.255.255.0 192.168.185.1
IT 1 192.168.185.21 255.255.255.0 192.168.185.1
ACC
1 192.168.185.22 255.255.255.0 192.168.185.1
2 192.168.185.23 255.255.255.0 192.168.185.1
3 192.168.185.24 255.255.255.0 192.168.185.1
Sumber: Dokumentasi Penulis
3.2.3 Keamanan Jaringan Komputer
Penerapan jaringan untuk dapat melakukan manajemen bandwidth
menggunakan metode Hierarchical Token Bandwidth (HTB) secara maksimal
memerlukan keamanan jaringan. Pada PT Bintang Mandiri Hanafindo telah
menggunakan antivirus SMADAV untuk proteksi keamanan pada setiap komputer.
Adapun keamanan jaringan yang diperlukan dalam memperbaiki jaringan pada PT
Bintang Mandiri Hanafindo adalah sebagai berikut:
1. Physical Security
Dalam mengamankan perangkat komputer yang pertama perlu diperhatikan yaitu
membatasi akses ke fisik perangkat tersebut, jadi harus dipastikan perangkat seperti
Router, Switch berada di ruangan terkunci dan hanya user yang mempunyai akses
yang bisa masuk, agar mencegah terjadinya mematikan atau perusakan alat jaringan
baik yang disengaja maupun tidak.
2. Password Access dan User Limit
Dalam implementasi ini penulis melakukan pembatasan terhadap penggunaan wifi
berupa pemberian username dan password pada wifi. Serta memberikan batas user
yang dapat terkoneksi dengan wifi.
3.2.4 Spesifikasi Perangkat Keras
Jaringan LAN yang digunakan pada PT. Bintang Mandiri Hanfindo memiliki
spesifikasi yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat. Spesifikasi yang
dimaksud pada bagian ini adalah informasi mengenai perangkat-perangkat
penopang jaringan yang digunakan dalam menunjang pelaksanaannya. Adapun
spesifikasinya sebagai berikut:
1. Modem
Modem ZTE F609 adalah perangkat jaringan internet yang sudah mendukung
teknologi GPON Fiber Optic pabrikan Zhong Xing Telecommunication Equipment
Company Limited atau yang lebih dikenal dengan singkatan ZTE. ONT GPON ZTE
F609 merupakan modem bundling indihome yang digunakan PT. Telekomunikasi
Indonesia (TELKOM) sebagai salah satu perangkat pendukung implementasi
jaringan teknologi Fiber Optic yang diberikan kepada pelanggan secara gratis.
GPON adalah singkatan dari Gigabit Passive Optical Network, sedangkan ONT
adalah singkatan dari Optical Network Terminal.
2. Hub / Switch
PT Bintang Mandiri Hanafindo menggunakan 2 buah switch yaitu:
a. D-link 24 port dengan kecepatan 10/100Mbps dan support backbone
bandwidth 4.8 Gbps
b. Linksys 16 port dengan kecepatan 10/100/1000Mbps.
3. Komputer Server
Tabel III.2. Spesifikasi Server
Komponen Type
Product DELL Power Edge T30
Processor Intel Xeon E3-1225 v5
Chipset Intel C236
Hard Drive SATA HDD 1 TERA 3.5 Inchi
Memory DDR4 4GB
Power Supply 290W
Sumber : Dokumentasi PT Bintang Mandiri Hanafindo
4. Komputer Client
Tabel III.3. Spesifikasi Komputer
Komponen Type
Product LG
Procesor Intel core I3
RAM 2 GB
Sistem Operasi Windows 7
Sumber : Dokumentasi PT Bintang Mandiri Hanafindo
5. Laptop User
Di dalam PT Bintang Mandiri Hanafindo terdapat 4 laptop untuk spesifikasi laptop
berbagai macam, tetapi rata-rata spesifikasi prosesor AMD Dual-Core A4-9120 APU
(2.2 GHz base frequency, up to 2.5 GHz burst frequency, 1 MB cache) dengan
kapasitas memori (RAM) 4 GB. VGA AMD Radeon™ R3 Graphics serta harddisk
berkapasitas 500 GB.
3.2.5 Spesifikasi Perangkat Lunak
Terdapat beberapa perangkat lunak berupa Sistem Operasi yang dipakai pada
komputer dan laptop yang ada di PT Bintang Mandiri Hanfindo.
1. Windows Server 2013
Server pada PT Bintang Mandiri Hanafindo menggunakan Sistem Operasi
Windows Server 2013.
2. Windows 7 Ultimate 64bit
Untuk PC Client di PT Bintang Mandiri Hanafindo, menggunakan Sistem Operasi
Windows 7 64 bit, karenakan OS tersebut dapat menjalankan program bisnis
perusahaan yang mana bisnis perusahaan menggunakan Auto-CAD sebagai
program untuk mendesain.
3.3 Permasalahan Pokok
Dari hasil analisa penulis pada PT.Bintang Mandiri Hanafindo terdapat
permasalahan pokok yaitu lambatnya koneksi internet ketika karyawan
menggunakan internet secara bersamaan dikarenakan tidak adanya pembagian
bandwidth terhadap client yang ada.
3.4 Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan pada PT Bintang Mandiri Hanafindo, maka dalam
riset ini penulis memberikan masukan yaitu melakukan penambahan alat jaringan
berupa routerboard Mikrotik. Dengan Routerboard Mikrotik tersebut dapat
memanajemen bandwidth dengan metode HTB.
3.5 Analisa Usulan
3.5.1 Skema Usulan
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar III.4.
Skema Usulan
Gambar diatas merupakan skema usulan yang dibuat oleh penulis untuk
manajemen bandwidth pada PT Bintang Mandiri Hanafindo dengan menambah
routerboard mikrotik dan 1 buah switch.
3.5.2 Konfigurasi Usulan
Untuk melakukan manajemen bandwidth menggunakan metode HTB ada beberapa
konfigurasi yang harus dilakukan.
1. Konfigurasi IP Address
Untuk konfigurasi IP Address yang dilakukan adalah login pada mikrotik terlebih
dahulu. Untuk menyambungkan mikrotik ke winbox dapat mengklik MAC
Addressnya default yang ada di mikrotik. Konfigurasi yang dilakukan selanjutnya
yaitu dengan menambahkan IP Address pada ether2 menggunakan IP
192.168.185.1/24 dengan network 192.168.185.0 pada konfigurasi ini penulis
menggunakan simulasi jaringan menggunakan winbox versi terbaru.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.5.
Konfigurasi IP Address
IP diatas nantinya akan digunakan untuk login ulang pada winbox, dengan kata lain
ip tersebut akan dipakai menjadi ip Router Mikrotik. Pada simulasi ini penulis
menggunakan hotspot pada handphone. Agar dapat terkoneksi dengan baik ada
beberapa konfigurasi yang harus dilakukan seperti konfigurasi wireless, DHCP
Client, DNS, dan Routes pada mikrotik.
2. Konfigurasi NAT
Konfigurasi selanjutnya adalah konfigurasi NAT (Network Address Translation),
konfigurasi ini berada di dalam menu firewall. Disana terdapat beberapa menu
konfigurasi seperti Filter Rule, NAT, Mangle dan beberapa menu lainnya.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.6.
Tampilan Winbox dalam konfigurasi Firewall
Untuk konfigurasi NAT penulis memilih chain: src-nat dan action: masquerade.
src-nat dan masquerade sendiri berfungsi untuk menyembunyikan IP lokal dan
menggantikannya degan IP publik yang sudah terpasang pada router.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.7.
Konfigurasi NAT
Pada kolom Out. Interface digunakan untuk memilih interface mana yg akan
digunakan. Penulis menggunakan out interface: wlan1 untuk koneksi internet.
3. Konfigurasi Mangle
Konfigurasi yang selanjutnya dilakukan yaitu menambahkan mark connetion dan
mark packet pada mangle yang berada pada menu firewall. Pertama penulis
membuat mark connection, Chain yang digunakan adalah chain prerouting baik
dalam pembuatan mark connection ataupun mark packet.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.8.
Konfigurasi Mangle
Untuk kotak chain penulis menggunakan salah satu dari 4 macam pilihan,
yaitu Forward, Input, Output, Prerouting, dan Postrouting. Konfigurasi mangle
berfungsi untuk menandai sebuah koneksi atau paket data, yang melewati router,
masuk ke router, ataupun yang keluar dari router. Dalam konfigurasi ini kita pilih
prerouting fungsinya untuk menangkap trafik yang melewat router dan trafik yang
masuk kedalam router.
.4. Konfigurasi HTB
Konfigurasi HTB dapat dilakukan dalam mode Simple Queue atau Queue Tree. Pada
kali ini penulis melakukan konfigurasinya pada mode simple queue. Hierarchical
Token Bucket (HTB) mengatur bandwidth dengan paramater parent (interface utama
untuk menentukan bandwidth download maupun upload), packet-mark dan max limit
(batas kecepatan maksimal) atau dikenal juga sebagai MIR (Maximum Iinformation
Rate).
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.9.
Konfigurasi Parent
Pada pembuatan Parent konfigurasi yang dirubah hanya pada Name dapat diisikan
dengan nama parent yang akan dibuat kemudian target yaitu target jaringan yang
akan digunakan, jika menggunakan ISP dapat diisi dengan ISP. Karena penulis
melakukan simulasi pada jaringan hotspot handphone maka diisikan IP Wlan1.
Terakhir menentukan target upload dan download. Pada jaringan ini penulis
memasukkan target upload dan download sebesar 10M.
Kemudian penulis membuat child dari parent sebanyak 15 child dan diberi nama
sesuai ruangan masing-masing. Kolom target isi dengan ip 192.168.185.10 dan
seterusnya. Untuk target max upload dan download dapat diisi sama dengan parent
atau dibawah target max parent tapi tidak boleh melebihi target max parent.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.10.
Konfigurasi child
Karena kecepatan child tidak dapat melebihi kecepatan parent meskipun pada kolom
target child diisi melebihi target parent. Agar menjadi child penulis melakukan
konfigurasinya di menu advance lalu merubah parent dari none menjadi parent yang
telah penulis buat dengan nama total bandwidth. Penulis juga menambahkan packet
mark yang telah dibuat pada konfigurasi mangle. Semua Client juga harus memiliki
MIR dan CIR.
Agar pembagian bandwidth lebih efektif maka penulis membuat parent pada setiap
ruangan. Perlu diingat dalam metode HTB ini total Limit-At seluruh client tidak
boleh melebihi max limit parent tertinggi.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.11.
Tampilan Manajemen Bandwidth HTB
Pada gambar diatas penulis melakukan limitasi bandwidth berdasarkan total
bandwidth yang disediakan ISP. Terdapat 18 Queue List yang dibuat oleh
penulis mewakili semua divisi yang ada pada PT Bintang Mandiri Hanafindo.
Pada ruang bos, CAD dan IT penulis memberikan Max-Limit bandwidth 3Mbps
dan Limit-At 1Mbps untuk 1 komputer. Dan pada divisi lain penulis memberikan
Max-Limit bandwidth 1Mbps Limit-At 512Kbps untuk masing-masing komputer
yang ada. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa total Limit-At tidak melebihi
10Mb.
5. Pengujian Kecepatan
Pada uji kecepatan ini penulis menggunakan hotspot handphone sebagai pengganti
ISP. Karena kecepatan hotspot yang tidak sebanding maka dalam uji kecepatan kali
ini limitasi bandwidth akan disesuaikan dengan kecepatan hotspotnya.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.12.
Limitasi pada divisi akunting
Pada divisi akunting terdapat 3 buah PC. Dengan Ip 192.168.185.22 hingga
192.168.185.24 pada tahap ini penulis melakukan uji kecepatan ketika terkoneksi
hanya 1 pc saja. Limit At dari komputer ACC3 sebesar 128k dan Max Limitnya 1Mb
dan kecepatan yang diperoleh untuk upload sebesar 0.31Mbps untuk download
sebesar 0.75Mbps.
Dengan demikian hasil tersebut sesuai dengan limitasi bandwidth pada divisi
akunting komputer ACC3.
Sumber: Dokumen Penulis Gambar III.13.
Uji Kecepatan komputer
Pada uji kecepatan selanjutnya penulis melakukan speedtest secara bersamaan di 3
komputer di divisi akunting menggunakan server yang sama yaitu Firstmedia.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.14.
Speedtest divisi akunting
Hasil dari uji kecepatan 3 komputer dalam 1 divisi menunjukan bahwa kecepatan
upload dan download semua client dibawah Max-Limit 1Mbps, namun semua client
juga memiliki kecepatan upload download diatas Limit-At 128Kbps.
Pada salah satu komputer dilihat trafficnya dan menunjukan hasil yang sesuai dengan
limitasi bandwidth yang dibuat.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.15.
Trafic komputer ACC1
Hasil traffic pada komputer ACC1 terlihat bahwa download mencapai kecepatan
maksimum pada batas 1022Kbps. Penulis kemudian melakukan uji kecepatan pada 2
divisi yang berbeda secara bersamaan yaitu divisi HRD dengan Ruang Manager
(boss).
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.16.
Speedtest Bos
Gambar diatas merupakan hasil uji kecepatan Ruang Manager (Bos) karena
merupakan ruang manager maka diberikan bandwidth lebih besar yaitu Limit At
1Mbps dan Max Limit 3Mbps. Dapat dilihat hasil uji kecepatanya sesuai dengan yang
ditentukan oleh penulis.
Kemudian pada divisi HRD, penulis melakukan uji kecepatan pada komputer HRD1
dan hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.17.
Speedtest HRD1
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perebutan bandwidth
antara 2 jaringan yang berbeda ruangan dan kedua jaringan dapat mencapai max-
limitnya masing-masing. Pada gambar dibawah ini terlihat bahwa divisi Boss dan
HRD1 berwarna merah yang berarti keduanya dapat mencapai max-limit.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.18. Speedtest
HRD1 dan Boss
Dan dapat dilihat total bandwidth masih berwarna hijau yang menandakan masih
banyak bandwidth yang tersedia karena tidak semua divisi mengunakan jaringan
internet.
Terakhir, penguji melakukan speedtest secara bersamaan dalam 1 divisi merchandise.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar III.19.
Speedtest Divisi Merchandise
Hasil uji kecepatan seluruh komputer dalam divisi MCD telah sesuai dengan yang
dilimitkan. Yaitu kecepatan upload/download tidak melebihi 1Mb dan tidak kurang
dari 512Kb.
Tabel III.4 Hasil Uji Kecepatan
Tabel diatas menunjukan bahwa semua divisi yang dilakukan uji kecepatan dapat
memenuhi Limit-Atnya masing-masing dan ada beberapa komputer yang mendekati
max-limitnya seperti pada komputer HRD1 dan ACC3. Dengan demikian manajemen
bandwidth menggunakan metode HTB pada PT.Bintang Mandiri Hanafindo dapat
diterapkan dengan baik.
Divisi/Ruangan Komputer Jenis Test Limit At
Upload/Download
Target Max Limit
Upload/Download
Hasil
Download
Hasil
Upload
Akunting ACC1 Tunggal 0,128Mbps 1Mbps 0,31Mbps 0,75Mbps
Bos Bos Bersamaan
1Mbps 3Mbps 1,59Mbps 2,53Mbps
HRD HRD1 0,512Mbps 1Mbps 0,24Mbps 0,92Mbps
Akunting
ACC1
Bersamaan 0,128Mbps 1Mbps
0,50Mbps 0,82Mbps
ACC2 0,60Mbps 0,83Mbps
ACC3 0,59Mbps 0,87Mbps
Merchandise
MD1
Bersamaan 1Mbps 1Mbps
0,91Mbps 0,68Mbps
MD2 0,92Mbps 0,96Mbps
MD3 0,87Mbps 0,60Mbps
MD4 0,53Mbps 0,72Mbps
MD5 0,76Mbps 0,57Mbps
MD6 0,72Mbps 0,69Mbps
3.5.2 Analisa Biaya
Untuk melakukan perbaikan pada PT Bintang Mandiri Hanafindo penulis
memberikan usulan untuk menambahkan switch TP-LINK TL-SG5428 dan
routerboard mikrotik Rb2011Uias-2Hnd. Berikut ini adalah analisa biaya
berdasarkan usulan jaringan pada bahasan di atas, yaitu :
Tabel III.5. Analisa Biaya
NO Nama Barang Qty Harga satuan Total Harga
1 Switch Managed Merk TP-LINK
TL-SG5428 24Port 1
Rp 4.000.000 Rp 4.000.000
2 Router Mikrotik Rb2011Uias-
2Hnd 1
Rp 1.800.000 Rp 1.800.000
Total Rp 5.800.000