Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam latar belakang masalah telah diuraikan bahwa pembelajaran kritis
dengan metode problem solving dimugkinkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain, terdapat hubungan
sebab akibat antara pembelajaran ekonomi dengan menggunakan metode problem
solving dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X.
Berdasarkan hal ini, dengan melihat adanya hubungan sebab akibat antara
pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis peserta didik, maka penelitian ini disebut penelitian
eksperimen (experimental research). Penelitian eksperimen merupakan pendekatan
penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan
untuk menguji hubungan sebab akibat (Nana Syaodih, 2012:194). Penelitian
eksperimen terbagi menjadi 2 (dua), yakni eksperimen murni dan kuasi eksperimen.
Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. Pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan
secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 2005:52).
Artinya penelitian ini dilaksanakan pada kondisi suasana kelas normal yang sudah
ada di SMA Negeri 11 Pekanbaru tanpa mengubah komposisi kelas yang sudah ada
tanpa adanya penugasan secara acak baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas
kontrol.
3.2 Desain Penelitian
Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonequivalent Control Group Design yang merupakan bagian dari metode penelitian
kuasi eksperimen. Dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi
47
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tanpa acak (without random assignment). Pada kedua kelompk tersebut sama-sama
diberikan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan
treatment, dengan rancangan sebagai berikut (Creswell, 2010:242):
Tabel 3.1
Desain Quasi Eksperimen
Keterangan:
O1 = Pretest / tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
O2 = Posttest / tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
X = Perlakuan dengan pembelajaran metode Problem solving
Pada desain ini, setiap kelompok masing-masing diberi tes awal/Pretest (O1)
dan setelah diberi perlakuan diukur dengan tes akhir/Posttest (O2). Hal ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta
didik sebelum dan sesudah pembelajaran.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian kemampuan berpikir kritis ini adalah seluruh peserta
didik kelas X pada SMA Negeri 11 Pekanbaru yang penelitiannya dilaksanakan pada
pertengahan semester II (genap). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih dari
kelas yang telah ada. Karena desain penelitian menggunakan desain ”Kelompok
Kontrol Non-Ekuivalen”, maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik “Purposive Sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 126). Informasi awal dalam pemilihan
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 O2
48
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi ekonomi
sebelumnya. Agar penentuan sampel tidak bersifat subjektif, maka pertimbangan
dalam menentukan sampel juga didasarkan pada perolehan nilai ekonomi peserta
didik pada ujian tengah semester.
Ada beberapa alasan dalam pemilihan subjek penelitian tersebut, yaitu:
a. SMA Negeri 11 Pekanbaru Provinsi Riau termasuk salah satu SMA yang belum
menerapkan Kurikulum 2013 (dalam rangka persiapan penerapan Kurikulum
2013).
b. Dipilih Kelas X, dengan asumsi bahwa mereka dengan cepat dapat beradaptasi
dengan Kurikulum 2013 yang sudah menekankan pada pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual. Penelitian ini berfokus pada kemampuan berpikir kritis
peserta didik SMA melalui pembelajaran dengan metode Problem solving
c. Dipilih Kelas X, karena sudah mendapatkan izin dari pihak sekolah sehingga
hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat dilihat secara nyata manfaat
penelitian tersebut.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
bagaimana pengunaan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik dalam pembelajaran ekonomi. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan tes.
3.4.1 Tes
Tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang digunakan berbentuk pilihan
ganda beralasan, dengan maksud untuk melihat proses pengerjaan yang dilakukan
peserta didik agar dapat diketahui sejauh mana peserta didik mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Tes pilihan ganda beralasan yang diberikan mencakup
soal-soal yang berbasis kontekstual. Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal
(Pretest), yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (Posttest), yaitu
49
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tes yang dilakukan setelah perlakuan. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan
awal peserta didik sementara itu posttest dilakukan setelah pembelajaran (setelah
diberi perlakuan kepada kelas eksperimen) dilakukan.
Dalam penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup
kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaiannya dan nomor
butir soal. Setelah membuat kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal beserta
kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.
Adapun pemberian skor untuk soal-soal berpikir kritis dalam bentuk pilihan
berganda beralasan mengacu pada pedoman Holistic scale dari North Caroline of
Public Instruction, 1994 (Ratnaningsih, 2003) seperti Tabel berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Respon Peserta didik terhadap Soal Skor
Tidak ada pilihan ganda dan alasan yang dijawab dengan benar 0
Hanya alasan saja yang dijawab dengan benar 1
Hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar 2
Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar 3
Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik dikembangkan
instrument (tes) yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes objektif
dengan bentuk soal pilihan ganda beralasan seperti tercantum dalam tabel 3.3
Tabel 3.3
Kisi-kisi Intrumen Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator Berpikir Kritis Sub Indikator No. Soal
1
Elementary Clarification
(Memberikan Penjelasan
Sederhana)
Memfokuskan pertanyaan 1,17
Menganalisis argumen 2, 18
Bertanya dan menjawab pertanyaan
klarifikasi dan pertanyaan yang
menantang
3, 9, 19
50
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 Basic Support (Membangun
Keterampilan Dasar)
Mempertimbangkan kredibilitas suatu
sumber 10, 20
Mengobservasi dan mempertimbangkan
observasi 4, 21
3 Inference (Menyimpulkan)
Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi 5,11
Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi 6, 24
Membuat dan mempertimbangkan
keputusan 12
4 Advance clasification (Membuat
Klasifikasi Lanjut)
Mengidentifikasi istilah dan
mempertimbangkan definisi 7, 13, 22
Mengidentifikasi asumsi 14, 25
5 Strategies and tactics (Strategi
dan Taktik)
Memutuskan suatu tindakan 8,15
Berinteraksi dengan orang lain 16, 23
Sebelum instrumen tes diujicoba, terlebih dahulu instrument tersebut di
konsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing. Intrumen diperiksa dari segi
bahasa dan redaksi, sajian serta akurasi kajian atau teori, kemudian soal diujicobakan
secara empiris. Tujuan ujicoba ini untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
butir soal.
Instrumen tes diujicobakan kepada peserta didik kelas XI IPS SMA Labschool
Sekolah Percontohan UPI Bandung sebanyak 59 orang. Kemudian hasil tes diolah
untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
soal tes.
3.5 Analisis Uji Tes
Untuk mengetahui kualitas tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba
instrument terhadap peserta didik. Intrumen yang berkualitas dapat ditinjau dari
beberapa hal diantaranya tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran soal tes.
51
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini adalah perhitungan uji coba intrumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
3.5.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihaan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006:168).
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antar
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap
butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan
rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2006: 80). Adapun langkah-langkah
untuk menguji validitas butir soal tes adalah sebagai berikut:
1. Menghitung harga korelasi setiap butir soal dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment, yaitu:
𝑟𝑥𝑦 =𝑛 𝑋𝑌 − 𝑋 . 𝑌
𝑛. 𝑋2 − 𝑋 2 . 𝑛. 𝑌2 − 𝑌 2
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
n : Jumlah responden
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total (seluruh item)
2. Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟 𝑛 − 2
1 − 𝑟2
Keterangan :
t : Nilai thitung
52
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
r : Koefisien korelasi hasil rhitung
n : Jumlah responden
3. Mencari ttabel dengan ttabel =tα (dk = n-2) dengan α = 0,05
4. Membuat kesimpulan dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel , berarti valid
Jika thitung < ttabel , berarti tidak valid
Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah
sebagai berikut :
Table 3.4
Klasifikasi Validitas Soal
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < 𝑟 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < 𝑟 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < 𝑟 ≤ 0,60 Cukup
0,20 < 𝑟 ≤ 0,40 Rendah
𝑟 ≤ 0,20 Kurang
Sumber :Suherman (2003:113)
Data diujicoba dengan bantuan Program SPSS versi 21.0, sehingga diperoleh
nilai koefisien korelasi validitas butir. Selanjutnya uji validitas butir soal intrumen
dilakukan dengan membandingkan rxy (𝑟hitung) dengan nilai kritis 𝑟tabel (nilai tabel).
Tiap item tes dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi α = 0,05 didapat 𝑟hitung ≥
𝑟tabel. Berikut ini hasil uji validitas butir intrumen dengan menggunakan Program
SPSS versi 21.0 pada α = 0,05 dengan derajat bebas (df) = jumlah kasus (n) – 2.
Jumlah kasus atau butir soal pada uji coba kali ini adalah 25 soal dengan sampel 59
peserta didik (df = 59 – 2 = 57). Maka 𝑟tabel. Pada uji satu arah adalah 𝑟 (0,05;57) =
53
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,256. Berkenaan dengan hal tersebut dibawah ini disajikan tebel asil uji validitas
kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran ekonomi yang diolah
dengan menggunakan program SPSS versi 21.0.
Tabel 3.5
Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Butir
Soal
Corrected Item- Total
Correlation (rhitung) rtabel Validitas
1 0,524 0,256 Valid
2 0,324 0,256 Valid
3 0,312 0,256 Valid
4 0,296 0,256 Valid
5 0,420 0,256 Valid
6 0,274 0,256 Valid
7 0,399 0,256 Valid
8 0,422 0,256 Valid
9 0,192 0,256 Tidak valid
10 0,295 0,256 Valid
11 0,369 0,256 Valid
12 0,268 0,256 Valid
13 0,070 0,256 Tidak valid
14 0,261 0,256 Valid
15 0,369 0,256 Valid
16 0,265 0,256 Valid
17 0,361 0,256 Valid
18 0,344 0,256 Valid
19 0,279 0,256 Valid
20 0,346 0,256 Valid
21 0,281 0,256 Valid
22 0,350 0,256 Valid
23 0,182 0,256 Tidak valid
24 0,298 0,256 Valid
25 0,361 0,256 Valid
Sumber : Lampiran B.2
54
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji coba soal tes kemampuan berpikir kritis terdiri 25 soal berbentuk pilihan
ganda beralasan. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 22 soal yang telah valid dan 3
soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest
berjumlah 22 soal (Lampiran A.5 dan Lampiran A.6).
1.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu intrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Suatu intrumen memiliki tingkat
reliabilitas yang memadai, bila intrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang
diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.
Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan
ganda beralasan. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien realiabilitas adalah
rumus Cronbach’s Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu:
𝑟𝑖 =𝑛
(𝑛 − 1) 1 −
𝑠𝑖2
𝑠𝑡2
Keterangan :
𝑟𝑖 : Koefisen reliabilitas soal
𝑛 : Banyak butir soal
𝑠𝑖2
: Variansi item
𝑠𝑡2 : Variansi total
Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan
menggunkan interperetasi nilai r dari Guilford (Sundayana, 2010:71) dan data yang
diperoleh dianalisis dengan SPSS versi 21.0 untuk mengetahui nilai Alpha, yaitu :
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
55
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Besarnya R Tingkat Reliabilitas
0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r < 0,60 Sedang
0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi
0,80 ≤ r < 1,00 Sangat Tinggi
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes
pilihan ganda beralasan sebesar 0,675 yang berarti soal-soal dalam tes yang
diujicobakan termasuk dalam klasifikasi tingkat relibilitas tinggi. Perhitungan dalam
dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.675 26
Sumber : Lampiran B.3
3.5.3 Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir item pada instrumen dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Menurut Sudijono (2001: 370) butir-butir item tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, butir-butir item tes baik
jika derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Tingkat kesukaran tes
dihitung dengan rumus (Sundayana, 2010:77):
𝑇𝐾 =𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
2. 𝐽𝑆𝐴
Keterangan:
56
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TK : Tingkat kesukaran
JBA : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar
JBB : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar
JSA : Jumlah peserta didik kelompok atas
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan
kriteria tingkat kesukaran butir soal yang dikemukakan oleh Sundayana (2010 : 78)
yaitu pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
TK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < TK 0,30 Sukar
0,30 < TK 0,70 Sedang
0,70 < TK < 1,00 Mudah
TK = 1,00 Terlalu mudah
Rangkuman hasil perhitungan uji tingkat kesukaran untuk tiap butir soal tes
kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.9
Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No Soal Nilai Interpretasi No Soal Nilai Interpretasi
1 0,80 Mudah 14 0,60 Sedang
2 0,45 Sedang 15 0,65 Sedang
3 0,30 Sukar 16 0,72 Mudah
4 0,68 Sedang 17 0,68 Sedang
5 0,58 Sedang 18 0,27 Sukar
6 0,57 Sedang 19 0,67 Sedang
57
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7 0,78 Mudah 20 0,62 Sedang
8 0,30 Sukar 21 0,62 Sedang
10 0,73 Mudah 22 0,80 Mudah
11 0,43 Sedang 24 0,88 Mudah
12 0,53 Sedang 25 0,65 Sedang
Sumber : Data Diolah Ms. Excel (Lampiran B.4)
Hasil uji tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa 3 soal termasuk dalam
kriteria tingkat sukar, 13 soal termasuk dalam tingkat sedang, dan 6 soal yang
tergolong kedalam kriteria kesukaran mudah.
3.5.4 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan soal tersebut untuk dapat
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang
kemampuannya rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik
bila memang peserta didik yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan peserta
didik yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi
tingkat daya pembeda adalah pengetahuan yang dimiliki peserta didik dan
pengalaman belajar peserta didik telah mendorong peserta didik dalam memahami
tentang konsep-konsep dalam mata pelajaran. Daya pembeda tes dihitung dengan
rumus (Sundayana, 2010:77):
𝐷𝑃 =𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐽𝑆𝐴
Keterangan:
DP : Daya pembeda
JBA : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar
JBB : Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar
JSA : Jumlah peserta didik kelompok atas
58
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan
klasifikasi yang dikemukakan oleh Sundayana (2010: 78) seperti pada tabel 3.10
dibawah ini:
Tabel 3.10
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
DP 0,00 Sangat rendah
0,00 < DP 0,20 Rendah
0,20 < DP 0,40 Cukup/sedang
0,40 < DP 0,70 Baik
0,70 < DP 1,00 Sangat baik
Rangkuman hasil daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 3.11
Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
No Soal Nilai Interpretasi No Soal Nilai Interpretasi
1 1,20 Sangat Baik 14 0,40 Cukup
2 0,37 Cukup 15 0,70 Baik
3 0,47 Baik 16 0,50 Baik
4 0,50 Baik 17 0,83 Sangat Baik
5 0,90 Sangat Baik 18 0,53 Baik
6 0,47 Baik 19 0,47 Baik
7 0,70 Baik 20 0,63 Baik
59
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8 0,47 Baik 21 0,30 Cukup
10 0,47 Baik 22 0,60 Baik
11 0,73 Sangat Baik 24 0,63 Baik
12 0,40 Cukup 25 0,63 Baik
Sumber : Data Di Olah Ms. Excel (Lampiran B.4)
Dari hasil perhitungan daya pembeda pada soal uji instrumen dapat diketahui
bahwa 4 soal yang termasuk dalam kriteria daya pembeda sangat baik, 14 soal yang
termasuk dalam kriteria daya pembeda baik, dan 4 soal termasuk dalam kriteria
cukup.
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui tes yang diperoleh dari hasil tes
awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang dianalisis untuk mengetahui peningkatan
berpikir kritis peserta didik.
Data yang diperoleh dari hasil dianalisis secara statistik. Skor yang diperoleh
dari hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran metode
problem solving dianalisis dengan cara membandingkan skor peserta didik yang
diperoleh dari hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan
pembelajaran konvensional.
Data-data yang diperolah dari hasil pretest dan posttest dianalisis secara
statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS v 21.0 dan Ms. Excel 2007.
Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus
gain ternormalisasi (normalized gain) yang dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
60
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Menskor tiap lembar jawaban tes peserta didik sesuai dengan kunci jawaban
2. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest. Jika
semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar diberi
skor 3 (tiga), jika hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan benar
diberi skor 2 (dua), jika hanya pilihan ganda saja yang dijawab dengan
benar diberi skor 1 (satu), dan jika tidak ada pilihan ganda dan alasan yang
dijawab dengan benar diberi skor 0 (nol).
3. Mengubah bentuk ke dalam persentase dengan cara:
Nilai peserta didik (%) = 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥 100%
4. Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretest dan nilai posttest
secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (Meltzer dan David, 2002)
Normalisasi Gain (g) = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%
Tabel 3.12
Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
3.6.1.1 Melakukan Uji Normalitas
Manfaat uji normalitas adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data. Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Z
dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS versi 21.0 Kriteria
pengujiannya adalah jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas < 0.05 maka
distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai
probabililtas > 0.05 maka distribusi adalah normal.
61
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.1.2 Melakukan Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan
(homogenitas) beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampel yang
diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data
sampel pada setiap kelompok untuk dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa
atau tidaknya digabung untuk dinalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji
homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
berikut:
1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus:
Fhitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (Sugiyono, 2011:276)
2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:
dk pembilang = n -1 (untuk varians terbesar)
dk penyebut = n – 1 (untuk varians terkecil)
a. Jika diperoleh harga Fhitung < Ftabel, maka kedua variansi homogen
b. Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen
Dalam penelitian ini perhitungan homogenitas dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 21.0. Uji homogenitas
dilakukan pada skor hasil pretest dan posttest dengan ketentuan jika nilai signifikasi
hitung lebih besar dari taraf signifikasi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut
memiliki perbedaan varian atau homogen.
3.6.1.3 Melakukan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta
didik yang mendapat pembelajaran dengan metode problem solving dibandingkan
dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional,
62
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maka dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikasi α = 0,05.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :
Hipotesis I
H0 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode problem solving sama dengan sebelum pembelajaran
dengan menggunakan metode problem solving
H1 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan sebelum
pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving
Hipotesis II
H0 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah sama dengan sebelum pembelajaran dengan
mengguanakan metode ceramah
H1 : Kemampuan berpikir kritis peserta didik sesudah pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan sebelum
pembelajaran dengan mengguanakan metode ceramah
Hipotesis III
H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh
pembelajaran metode problem solving sama dengan kemampuan berpikir
kritis peserta didik yang memperoleh pembelajaran metode ceramah
H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memperoleh
pembelajaran metode problem solving lebih tinggi dibandingkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik yang memperoleh pembelajaran metode ceramah
Hipotesis yang akan diuji adalah:
63
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 > µ2
Keterangan :
µ1 = rata-rata skor kelas eksperimen
µ2 = rata-rata kelas kontrol
Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan variansinya homogen maka
uji statistik yang digunakan adalah uji-t dan jika variansinya tidak homogen, maka uji
statistik yang digunakan adalah uji-t’ dengan menggunakan bantuan program SPSS
versi 21.0
3.6.1.4 Pengukuran Effect Size
Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen dan variabel
dependen maka gunakan Effect Size. Effect size merupakan ukuran mengenai
signifikansi praktis hasil penelitian yang berupa ukuran besarnya korelasi atau
perbedaan, atau efek dari suatu variabel pada variabel lain. Ukuran ini melengkapi
informasi hasil analisis yang disediakan oleh uji signifikansi. Informasi mengenai
effect size ini dapat digunakan juga untuk membandingkan efek suatu variabel dari
penelitian-penelitian yang menggunakan skala pengukuran yang berbeda
Secara umum ukuran pengaruh (Effect Size) dapat diukur dengan koefisien Eta
Square (ɳ2).
𝜂2 =𝑆𝑆𝑏𝑒𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Tabel 3. 13
Kriteria Pengukuran Effect Size
Eta Square (η2) Kriteria
≤ 0,10 Kecil
0,10 < η
2 ≤ 0,24 Sedang
64
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,24 < η
2 ≤ 0,37 Besar
> 0,37 Sangat Besar
Jacob Cohen (Santoso, A, 2010:12)
Tabel 3. 14
Hipotesis dan Statistik Uji
Hipotesis Hipotesis
Statistik
Statistik Uji
Kriteria Uji Parametik
Non
Parametik
1. Kemampuan
berpikir kritis
peserta didik kelas
X SMA Negeri 11
Pekanbaru sesudah
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode problem
solving lebih tinggi
dibandingkan
sebelum
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode problem
solving
Ho : Ŷpost =
Ŷpre
H1 : Ŷpost >
Ŷpre
Paired
Samples t
Test
Wicoxon’s
Matched
Pairs Test
Ho tidak dapat
diterima jika
p-value ≤ 0,05
(1-tailed test,
Sig/2)
2. Kemampuan
berpikir kritis
peserta didik kelas
X SMA Negeri 11
Pekanbaru sesudah
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode ceramah
lebih tinggi
Ho : Ŷpost =
Ŷpre
H1 : Ŷpost >
Ŷpre
Paired
Samples t
Test
Wicoxon’s
Matched
Pairs Test
Ho tidak dapat
diterima jika
p-value ≤
0,05 (1-tailed
test, Sig/2)
65
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hipotesis Hipotesis
Statistik
Statistik Uji
Kriteria Uji Parametik
Non
Parametik
dibandingkan
sebelum
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode ceramah
3. Peningkatan
kemampuan
berpikir kritis
peserta didik kelas
X SMA Negeri 11
Pekanbaru antara
kelas eksperimen
yang menggunakan
metode problem
solving lebih tinggi
dibandingkan
dengan kelas
kontrol yang
menggunakan
metode ceramah.
Ho :
G_ekspeimen =
G_kontrol
H1 :
G_ekspeimen >
G_kontrol
Independen
t Samples t
Test
Mann
Whitney U
Test
Ho tidak dapat
diterima jika
p-value ≤
0,05 (1-tailed
test, Sig/2)
3.7 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai buan April 2014 sampai dengan Mei 2014. Jadwal
kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.15
Jadwal Kegiatan Penelitian
66
Riastri Helmy, 2014 Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.8 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan
penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram
berikut:
No Kegiatan Bulan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1 Pembuatan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Menyusun Intrumen
Penelitian
4
Kunjungan Ke Sekolah
Dan Pelaksanaan Pbm
Di Kelas Eksperimen
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Penulisan Tesis
Identifikasi Masalah
Studi Pendahuluan
Penyusunan instrumen, uji coba instrumen, validasai &
perbaikan instrumen
Penentuan Sampel & Pretest
Kelas Kontrol:
Pembelajaran dengan
Metode Ceramah
Kelas Eksperimen:
Pembelajaran dengan
Metode Problem solving
Posttest
Kesimpulan
Pengolahan data
Analisis data