48
BAB III
SOKHAI dalam Budaya Orang Pantar
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa Bouweli
Luas wilayah kecamatan Pantar adalah 754,50 Km2 dengan memiliki batas-batas wilayah
yaitu sebelah utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan selat
ombay. Sebelah timur berbatasan dengan selat Alor. Sebelah barat berbatasan dengan selat
Lomblein/Flores Timur. Kecamatan Pantar sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan yang
tinggi yang dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam dan merupakan hambatan
umum untuk melakukan sarana komunikasi dan arus lalu lintas kendaraan baik di darat dan
laut.1
Oleh karena keadaan tempat yang seperti ini maka pada zaman dulu saat ingin
memberikan informasi dari satu kampung ke kampung yang lain maka ada beberapa orang
yang harus berjalan sampai ke arah gunung yang tinggi untuk memberikan informasi dalam
bentuk pukulan gong ataupun meniup siput tanda akan adanya informasi baik, tanda ada orang
yang meninggal, ada yang mengalami kecelakaan ataupun tanda akan diadakannya
pembangunan rumah adat.
Desa bouweli adalah salah satu desa di Pulau Pantar yang masih mempertahankan
berbagai ragam budaya yang ada disana salah satunya adalah sokhai. Masyarakat setempat
1 Messakh J.J. Alor Pantar dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor,(Alor) 2-3
49
meyakini bahwa sokhai ini juga menyimpan banyak hal-hal yang magis lewat setiap hentakan
kaki yang dilakukan secara seirama dan pantun-pantun yang dibawakan dalam tarian ini.2
2. Data Demografi Desa Bouweli
Table 1
Gambaran Jumlah Penduduk Desa Bouweli
Data Penduduk Menurut
Umur
Tahun 2015
Tahun 2016
0-12 bulan 15 22
1-5 tahun 82 96
6-10 tahun 146 160
11-15 tahun 135 150
16-20 tahun 140 164
21-25 tahun 154 162
26-30 tahun 131 145
31-35 tahun 135 156
36-40 tahun 150 161
41-45 tahun 141 153
46-50 tahun 155 162
51-55 tahun 149 155
56-60 tahun 132 145
60 tahun keatas 102 125
Jumlah 1.817 1.956
Sumber : Data Statstik Desa Tahun 2016
Berdasarkan pada tabel 1 diatas menunjukan bahwa data penduduk desa Bouweli
dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami peningkatan sehingga hal ini membuat jumlah
penduduk di desa Bouweli menjadi bertambah banyak pada tahun 2016 terlihat dari data umur
untuk masyarakat desa ini.
2 Hasil wawancara dengan Bapak Daang tanggal 24 april 2017 pukul 16.00 wita
50
Table 2.
Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Data Berdasarka Gender
(Jenis Kelamin)
Tahun 2015
Tahun 2016
Jumlah Penduduk 1.817 1.956
Jumlah Laki-laki 882 932
Jumlah Perempuan 922 1.010
Jumlah Kepala Keluarga 410KK 546KK
Sumber : Data Statistik Desa Tahun 2016
Berdasarkan pada tabel 2 diatas menunjukan bahwa jenis kelamin antara laki-laki
dan perempuan dari tahun 2015 sampai tahun 2016 ada peningkatan baik dari peningkatan
jumlah perempuan dan jumlah laki-laki di desa ini.
3. . Mata Pencaharian
Data desa dibawah ini menunjukan bahwa penduduk yang ada di desa bouweli
memiliki mata pencaharian adalah sebagai petani. Masyarakat yang ada di desa Bouweli
mengantungkan pekerjaannya pada hasil pertanian di ladang atau kebun yang mereka olah
masing-masing. Hasil pertanian terbesar yang ada di desa ini adalah ubi kayu, pisang dan
kelapa. Tetapi biasanya masyarakat yang ada di desa ini melakukan perkerjaan yakni
mengupas kelapa yang sudah kering dan bagian kulit yang sudah dikupas itu akan dijual
sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat di desa ini.
Ada pekerjaan lain selain pertanian yang mereka kerjakan yakni ada yang beternak,
menjadi nelayan serta menjadi buruh di pelabuhan tetapi pekerjaan ini mereka lakukan
ketika mereka berada di kampung sebelahnya. Tetapi pekerjaan-pekerjaan ini hanyalah
51
sebagai pelengkap dari pekerjaan utama mereka sebagai petani. Hasil pekerjaan utama yang
didapatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan untuk membiayai kebutuhan
pendidikan dari anak. Selain itu ada pula masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri,
guru, polisi, tukang ojek dan pedagang tetapi pekerjaan itu tidak banyak menjadi pekerjaan
untuk masyarakat asli di desa tersebut.3
Table 3
Data Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
2013
2015
Petani 1.005 1.020
Peternak 15 25
PNS 5 10
Guru 10 20
POLRI 4 4
Tukang Ojek 5 10
Bengkel 3 8
Pedagang 2 5
Sumber: Data Statistik Desa Tahun 2016
3 Hasil wawancara dengan bapak daniel amung tgl 25 april pukul 10.00 wita
52
4. Tingkat Pendidikan
Table 4
Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
Sekolah
Guru
Murid
SD 24 176 6.106
SMP 7 90 1.538
SMA 2 16 186
Sumber : Data Statistik Desa Tahun 2016
Data desa ini menujukan bahwa pendidikan yang ada di desa ini sangat terbatas
untuk ditempuh oleh masyarakat di desa Bouweli ini. Anak-anak yang bersekolah pada tingkat
SD -SMA harus bersekolah di kampung sebelahnya karena sekolah baik dari SD-SMA tidak
ada di desa ini. Rentan usia untuk menempuh pendidikan dari tingkat SD-SMA bisa
diselesaikan dengan baik oleh masyarakat di desa ini tetapi kebanyakan orang tua dari anak-
anak yang bersekolah pada tingkat pendidikan ini rata-rata hanya menempuh pendidikan pada
tingkatan SD-SMP saja. Sehingga pekerjaan yang ada di desa ini kebanyakan adalah menjadi
seorang petani.4
B. Asal usul, Pemaknaan dan Pelaksanaan Sokhai dalam Kehidupan Masyarakat Pantar.
1. Asal-usul sokhai
Sokhai berasal dari kata sokh dan ai yang berarti melakukan gerakan hentakan kaki
bersama-sama. Sebutan sokhai ini hanya berasal dari desa ini saja. Karena jika sudah berada
4 Hasil wawancara dengan bapak daniel amung tgl 25 april pukul 10.00 wita
53
pada desa sebelah maka kata ini sudah berubah dengan bahasa daerah dan makna yang berbeda
pula. Sehingga memiliki pengertian bahwa tariaan sokhai adalah tarian lego-lego yakni gerakan
menghentakan kaki dan sebagai tarian persaudaraan yang sudah diwarisi sejak beratus-ratus
tahun lamanya. Secara historis asal mula tentang landasan filosofis dari tarian sokhai ini adalah
sokhai diibaratkan seperti bentuk cincin yang tak ada ujungnya artinya setiap orang bisa untuk
masuk dan mengikuti pola tarian sokhai ini.
Tarian ini posisi laki-laki akan berada diluar dan perempuan akan berada didalam
dengan filosofinya bahwa laki-laki akan menjaga dan melindungi perempuan apapun yang
terjadi agar tetap aman. Tarian ini sudah ada sejak dulu yakni tarian ini digunakan untuk
menyambut orang-orang yang kembali dari medan perang tetapi seiring berjalannya waktu
sokhai ini digunakan untuk menyelesaikan masalah pernikahan yang ada di kampung ini dalam
hal ini berkaitan dengan kegiatan adat untuk meminang nona.5 Sehingga memiliki pengertian
sokhai ini telah menjadi bentuk tanda perdamaian yang digunakan oleh masyarakat sebagai
upaya untuk menciptkan budaya damai, menjaga ikatan persaudaraan dan membangun kerja
sama dalam masyarakat.
Sokhai terdiri dari berbagai bentuk tarian adat yaitu tarian untuk meminang nona,
ada tarian untuk makan baru, ada tarian perang, ada tarian untuk menyambut hasil panen, ada
tarian untuk membangun rumah adat, dan ada tarian untuk kembali dari medan perang. Semua
tarian-tarian diatas memakai tarian lego-lego tetapi dengan pantun yang berbeda-beda. Tarian
untuk meminang nona akan dilakukan setelah pembicaraan adat maka pantun yang digunakan
dengan menggunakan bahasa daerah ialah pangaira wata inda wenesi yang memiliki arti
5 Hasil Wawancara dengan bapak Daang tanggal 24 april 2017 pukul 16.00 wita
54
bahwa sudah terjadi perkawinan seperti ini maka dua keluarga ini sudah saling bertemu, saling
bertegur sapa dan sudah menjadi om dan tanta antar dua keluarga.
Menurut bapak Daang, tarian sokhai zaman dulu dipakai untuk menyambut orang-
orang yang baru kembali dari medan perang setelah menang dalam peperangan yan terjadi
antar beberapa kampung pada saat itu. Tarian sokhai yang ada di kampung ini juga memiliki
gerak dan bentuk lingkaran yang berbeda dengan beberapa tempat yang ada di kabupaten Alor .
Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Yohanes Waang, menurut beliau tarian
sokhai yang ada di desa ini memiliki gerak dan bentuk tarian yang berbeda dengan tarian lego-
lego yang ada di beberapa kampung adat di kabupaten Alor. Tarian sokhai ini berbeda karena
dilihat dari bentuk lingkarannya serta bahasa adat yang akan dilantukan dalam bentuk
wejangan-wejangan untuk laki-laki dan perempun yang akan menikah. Yang berbeda adalah
posisi dari penari laki-laki dan perempuan, jika di beberapa tempat di Alor posisi antara laki-
laki dan perempuan disatukan hal yang berbeda justru terlihat di desa ini dikarenakan posisi
laki-laki akan berada dibelakang dan posisi perempuan akan berada di depan.
Hal ini memiliki maksud bahwa laki-laki akan terus menjaga perempuan agar
perempuan tetap terlindungi dan tetap dalam posisi yang aman serta mengibaratkan sebuah
perrnikahan layaknya sebuah lingkaran cincin yang tak pernah ada ujungnya. Dikatakan juga
bahwa hal yang sama akan terlihat ketika seorang perempuan ingin pergi ke ladang atau
berkebun maka saat membawa hasil panennya pulang ke rumah perempuan akan memikul
beban dari hasil panen tersebut sedangkan laki-laki akan tetap berada di belakang dengan
membawa busur anak panah atau parang untuk menjaga dan melindungi perempuan, bukan
karena laki-laki tidak menghargai seorang perempuan tetapi tradisi yang sudah ada sejak dulu
55
yang ada dikampung tersebut ialah sudah seharusnya laki-laki akan selalu menjaga dan
melindungi perempuan dari berbagai ancaman yang bisa terjadi.6
Hal ini memberikan sebuah pengambaran bahwa posisi seorang perempuan yang
ada dipulau Pantar sangat dihargai dan tentu saja masyarakat setempat masih menjaga tradisi
yang sudah ada sejak dulu kala hingga sudah memasuki zaman yang modern masih dijaga
kebiasaan seperti ini. Dikarenakan juga ada peran perempuan yang sangat penting sehingga
saat seorang perempuan akan dimasuk minta oleh laki-laki akan terjadi pembicaraan adat yang
sengit hanya untuk menentukan harga belis untuk seorang perempuan.
2. Tradisi sokhai dalam perkawinan adat.
Berdasarkan hasil wawancara sokhai ini akan digunakan dalam sebuah ikatan
perkawinan jika dalam proses pembicaraan adat sudah ditemukan jalan keluar untuk kedua
belah pihak. Biasanya sebelum ada pada tahap ini sudah terlebih dahulu dilakukan pembicaran
adat seperti pembicaran untuk jumlah belis berupa berapa jumlah moko yang diminta serta
terang kampungnya yang akan dilakukan. Belis yang diminta adalah berupa moko. Moko
adalah alat belis untuk meminang perempuan Alor, biasanya moko untuk semua kampung itu
sama termasuk hanya berbeda pada motif yg ada dalam moko itu yang ada dikampung tersebut.
Moko yang ada dipulau pantar disebut dengan moko khuang (wulu) (moko pung 7 anak panah)
biasanya moko ini yang paling mahal dari beberapa moko yang ada di pulau pantar. Moko juga
berperan sebagai alat pemersatu orang perorang atau suku. Pada umumnya tiap suku atau sub
suku yang ada di Alor mempunyai moko pusakanya masing-masing. Dalam adat perkawinan
moko merupakan media utama untuk pembayaran belis atau mas kawin baru yang dikuti oleh
6 Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita
56
beberapa benda lainnya sebagai penunjang. Sedangkan dalam kehidupan sosial moko memiliki
peranan penting untuk menunjukan status sosial seseorang dalam perkawinan sesuai dengan
kesepakatan adat oleh kedua belah pihak yang sudah ditetapkan.7
Hal ini menandakan bahwa moko sudah menjadi salah satu benda yang berharga
untuk masyarakat Pantar. Setiap moko yang ada memilki ciri khas dan kegunaannya masing-
masing sehingga saat ada kegiatan-kegiatan adat yang dilakukan di kampung ini maka hal
pertama yang akan dibahas adalah tentang moko serta benda-benda penunjang lain-lainnya
yang dapat mendukung akan diadakan sebuah kegiatan adat tersebut.Kegiatan ada yang
dimaksud adalah seperti meminang nona, pembangunan rumah adat, makan baru dan lain
sebagainya.
1.3 Fungsi Moko
Moko adalah belis (mas kawin) yang diberikan kepada perempuan sebagai tanda
penghormatan dari pihak laki-laki kepada perempuan. Selain sebagai mas kawin moko juga
memiliki fungsi-fungsi untuk berbagai kegiatan adat yang ada di Pulau Pantar. Dari hasil
wawancara dengan bapak Waang dikatakan bahwa fungsi moko itu diantaranya:
1. Sebagai identitas
Artinya moko ini sudah dan dibawa oleh leluhur pada masa dulu. Masyarakat yang
ada di Kabupaten Alor terkhususnya yang ada di Pulau Pantar memilki moko dengan istilah
dan corak masing-masing sehingga hal ini yang menjadi identitas untuk setiap moko yang ada.
7 Hasil Wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita
57
2. Sebagai tanda untuk menunjukan status sosial
Moko terbesar di Pulau Pantar adalah moko tujuh anak panah (moko phung). Jika
ada masyarakat yang memiliki moko seperti ini artinya orang tersebut memiliki status yang
tertinggi dalam suku dan menjadi orang yang terpandang di kampung tersebut.
3. Sebagai benda yang sakral
Artinya moko dipercaya dan didapatkan dengan cara yang mistis sehingga dapat
memberikan kemakmuran serta dapat memberikan berkah maka jika didapati ada perilaku
yang merusak dari masyarakat setempat yang tidak dapat menjadikan moko atau salah dalam
menggunakan moko yang ada maka akan di berikan sanksi berupa sakit, tidak memperoleh
keturunan dan bencana untuk keluarganya.
4. Sebagai alat musik
Moko dipakai sebagai alat musik yang selalu ada untuk menggiring tarian-tarian
adat dalam setiap kegiatan adat yang dilaksnakan dikampung ini, salah satuanya digunakan
untuk mengiring proses tarian sokhai untuk kegiatan adat yakni meminang nona. 8
Hal ini memberikan pemahaman bahwa keberadaan dari moko yang sudah ada sejak
dulu sama seperti tarian sokhai ini masih dijaga keberadaanya oleh masyarakat di kampung ini.
Moko di anggap sebagai satu elemen penting yang selalu ada dalam setiap kegiatan-kegiatan
adat. Moko yang ada di kampung ini juga memiliki klasifikasi-klasifikasi tertentu dari moko
kecil hingga pada moko besar yang bernilai tinggi dan dihargai. Sehingga ketika ada
pembicaraan adat yang menimbulkan konflik antar kedua belah pihak untuk membahas tentang
8 Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00
58
jumlah dan harga yang harus diterima oleh seoarang perempuan, maka memberikan sebuah
pengambaran bahwa posisi perempuan yang ada di kampung ini ditempatkan menjadi posisi
yang penting untuk dijaga, dilindungi dan dihargai keberadaannya
B. Pemaknaan Sokhai
Pemaknaan sokhai lebih bertumpu pada bagaimana masyarakat di Pantar khususnya
yang ada di desa Bouweli masih mempertahankan kearifan lokal ini sebagai sebuah bukti
budaya yang masih dijaga eksistensinya. Sokhai sampai sekarang masih dipakai dalam sebuah
prosesi perkawinan dan setelah pembicaraan adat. Dalam proses perkawinan, sokhai ini akan
digunakan diawal pembicaraan adat karena saat pihak laki-laki datang kepada pihak perempuan
maka tarian lego-lego akan ditarikan sebagai sebuah penyambutan dan diiringi dengan bunyi
dari gong serta tambur yang menandakan bahwa pihak laki-laki sudah datang dan memenuhi
janji mereka. Bunyi gong tersebut sebagai tanda sebuah proses adat akan segera dilaksanakan.
Menurut bapak Waang, gong bukanlah benda yang di sakarlkan tetapi bunyi gong
sebagai tanda untuk menghimpun atau memanggil masyarakat yang ada di kampung tersebut.
Bunyi gong ini biasanya bukan hanya di dengar di kampung ini saja tetapi akan terdengar di
kampung sebelah dan ketukan dari bunyi gong juga sudah dipahami sebagai tanda bahwa
dikampung ini sedang di adakan sebuah prosesi adat untuk membahas tentang perkawinan
dalam hal ini pengantaran belis atau meminang nona. 9
Menurut penuturan dari bapak Waang terkait dengan pembicaraan belis adalah
bahwa pada zaman dahulu belis akan rawan untuk dibicarakan karena akan memakan korban
dan menyebabkan sebuah konflik yakni perkelahian sampai berdarah-darah. Persoalan belis
9 Hasil wawancara dengan bapak Waang tangal 25 april 2017 pukul 09.00 Wita
59
seperti ini biasanya bermula saat penentuan harga belis dan berapa banyak jumlah moko yang
akan diberikan dan diminta dari pihak perempuan. Tetapi saat sekarang ini proses pembicaraan
adat hanya ada pada saling memaki dan saling adu mulut saja tetapi tidak menutup
kemungkinan akan terjadi perkelahian dalam forum adat ini. Biasanya yang memegang peran
dalam pembicaran adat ini adalah seorang jubir yang sudah dipilih dari masing-masing kedua
belah pihak. Jubir ini adalah kepala suku atau orang yang paling dituakan dalam sukunya.
Golongan-golongan yang dimaksud seperti ini yakni mereka yang berhak dan
bahkan bertanggung jawab atas semua urusan adat dan kesejahteraan sukunya. Serta akan
berperan penting untuk melancarkan usaha pertanian, perdagangan, maupun kerajinan industri
rumah tangga seperti tenun ikat serta urusan adat terutama adat untuk membahas tentang
perkawinan. Jubir yang dipilih harus memiliki perbendarahan kata yang baik dan jubir yang
bertugas juga harus mempersilahkan orangtua dari pihak laki-laki untuk datang berbicara dan
berdiskusi dengannya sebelum nanti akan disampaikan kepada pihak dari keluarga perempuan
karena pada saat pembicaraan adat seperti ini orang tua kedua belah pihak tidak bisa ikut
memberikan suaranya dan juga saat pembicaraan adat perempuan tidak memiliki hak untuk
memberikan suaranya karena pamali adatnya.
Menurut bapak Daang tidak ada patokan untuk pemberian belis dalam hal ini tidak
terpatok pada tingkat pendidikan atau kasta yang ada dalam suku tersebut karena apapun yang
terjadi ke depan ini semua demi kesejahteraan bersama dari pasangan yang yang akan menikah.
Pada zaman dahulu status sosial masih menjadi yang dominan diantara masyarakat tetapi
sekarang ini sudah tidak menjadi keharusan lagi. 10
10
Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita
60
Kedua pendapat diatas memberikan sebuah pengambaran bahwa pembicaraan adat
yang ada sepenuhnya akan dipercayakan kepada jubir. Pembicaran adat yang berkaitan dengan
penentuan belis akan membuat suasana dalam forum adat menjadi lebih rawan untuk
terciptanya sebuah konflik, moko sudah menjadi sebuah alat belis yang sangat hargai nilainnya.
Sehingga apapun keadaannya hal ini akan terus menerus dipersoalkan karena sudah tertanam
dan terkonsep untuk masyarakat setempat.
Dilihat dari hal ini maka kehadiran perempuan sangat dihargai selayaknya harga
sebuah moko yang diminta, sehingga mengibaratkan bahwa perempuan yang ada di Pulau
pantar menjadi sosok yang dihargai. Walaupun saat ada pembicaraan adat dalam proses
peminangan itu perempuan tidak mendapatkan posisi yang baik karena perempuan dilarang
keras untuk memberikan suaranya dikarenakan jika sampai menyuarakan pendapatnya maka
pembicaraan itu akan kacau dan pamali maka posisi perempuan ada yang bisa berada dalam
forum adat tetapi tetap diam dan ada pula yang bisa untuk berada di belakang forum adat atau
dalam hal ini bertugas dibelakang mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan adat ini seperti menyiapkan makanan dan perlengkapan lainnya.11
Hal yang menarik adalah sekalipun perdebatan mengenai harga dan jumlah moko
harus ditempuh dengan cara adu mulut akan tetapi masing-masing pihak akan melihat dan
mencari kesepakatan yang baik karena moko ini hanya sebagai tanda dan benda yang dihargai
kepada seoarang perempuan tetapi lebih daripada itu semua hal yang akan ditempuh ini demi
11
Pamali : sesuatu hal yang bersifat dilarang atau tidak bole dilanggar yang berkaitan dengan hukum adat
dalam satu kampung tersebut. Pamali dalam konteks masyarakat desa bouweli adalah perempuan tidak diberikan
kesempatan untuk bicara karena dalam hal ini perempuan dalam forum adat sudah memiliki fungsinya tersendiri
yaitu menyiapakan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan dan kelengkapan selama forum adat berjalan. Bukan
saja perempuan yang tidak boleh berbicara tetapi dalam hal ini keluarga kedua mempelai juga tidak tidak
diberikan kesempatan dalam berbicara karena peran jubir, om (paman) serta tetua-tetua adat yang ada sudah
meawakili peran dari kedua belah pihak yang ada.
61
untuk kesejahteraan pasangan yang akan menikah dan jika tetap diperhambat serta tidak
menemukan solusinya maka tentu saja akan berpengaruh terhadap pasangan tersebut dalam
membina kehidupan rumah tangganya.
2.1 Fungsi tarian sokhai untuk masyarakat Pantar
Tarian sokhai juga memiliki peranan yang tinggi dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat di kampung ini,sehingga sokhai menjadi salah satu bentuk perdamaian yang sudah
diciptakan oleh masyarakat yang ada dikampung ini. Peranan dari sokhai yakni menurut bapak
Waang ialah:
Pertama, Sebagai alat pemersatu orang perorang atau suku. Artinya jika dalam
setiap kegiatan adat ada perselisihan dan menimbulkan konflik antar warga atau antar suku
dalam masyarakat untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan adat dalam hal ini proses
meminang nona maka tarian sokhai akan digunakan sebagai bentuk tarian penyelesaian adat
atau tarian perdamaian untuk mendamaikandan menyelesaian konflik kedua belah pihak yang
bertikai.
Kedua, Sokhai digunakan untuk menyambut tamu atau orang baru yang ada di
kampung ini. Tarian ini akan di lakukan sebagai tanda menerima tamu yang ada dan
berkunjung di kampung ini dengan harapan bahwa tarian ini sebagai tarian sukacita karena ada
tamu/orang baru yang berkenaan datang ke kampung ini.
Ketiga, Sokhai sebagai simbol ikatan persaudaraan. Dikatakan sebagai simbol
persaudaraan karena sokhai menjadi tanda awal untuk ikatan persaudaraan di Pulau pantar.
Terbentuk dari pola keakraban yang terjadi antara suku-suku yang mendiami Pulau ini. Tarian
62
sokhai saat ditarikan pun dapat mengikutsertakan masuk orang-orang yang bukan saja dari
agama yang sama tetapi dari agama yang berbeda pula yakni islam.
Oleh kareana itu sokhai sudah menjadi penghubung untuk terjadinya sebuah
interaksi yang baik antar masyarakat yang tidak hanya meliputi pada budaya yang berbeda
tetapi sudah masuk kepada aras agama serta penggunaan bahasa adat yang berbeda pula.
Artinya sokhai ini bukan hanya dinikmati oleh masyarakat asli di desa tersebut tetapi sudah
dinikmati oleh orang-orang pendatang yang datang dan mendiami desa tersebut dengan mata
pencaharian serta pekerjaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa tarian ini bukan
haya sebagai tarian perdamaian tetapi menjadi tarian persaudaraan antar suku dan bahkan
agama yang ada dan berkembang di desa bouweli serta di pulau Pantar.
Keempat, Sokhai untuk menyelesaikan masalah-masalah adat di Pulau Pantar.
Tarian sokhai bukanlah tarian yang baru ada di Pulau Pantar, tetapi tarian ini sudah ada sejak
dulu kala. Sokhai zaman dulu telah digunakan untuk memberikan penyambutan kepada orang-
orang yang baru kembali dari medan perang atau dengan kata lain sokhai adalah sebagai bentuk
tarian kemenangan masyarakat yang ada di desa pada saat itu. Tetapi seiring berjalannya waktu
maka sokhai ini sudah digunakan untuk beragam kegiatan adat dan untuk menyelesaian
masalah-masalah adat di desa ini. Salah satu kegiatan adat yang dilakukan yakni dalam proses
perkawinan dalam tahapan untuk meminang nona. Masalah-masalah adat yang digunakan
dengan menggunakan tarian sokhai ini adalah perkelahian antar suku, antar kampung serta
masalah-masalah adat lainnya yang berkaitan dengan masalah rumah tangga, tindakan
63
kekerasan dimana dalam proses penyelesaiannya dengan mengumpulkan perlengkapan adat
sesuai dengan pembicaraan adat yang ada. 12
2.2 Konflik dalam pandangan masyarakat Desa Bouweli
Dalam pola kemasyarakatan yang ada di desa ini memiliki pola masyarakat yang
masih menjaga kearifan lokal dari tradisi-tradisi yang telah ada sejak dulu kala. Tradisi lokal
yang sudah terjaga ini menjadi landasan yang kuat untuk dapat meredam konflik yang terjadi
dalam tatanan masyarakat itu sendiri. Konflik yang terjadi untuk persoalan belis ini terbilang
tidak akan berlangsung lama karena masyarakat Pantar terkhususnya yang ada di desa Bouweli
memegang falsafah dan tradisi yang kuat yakni falsafah “taramiti tominuku” dimana falsafah
tersebut yang dapat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat untuk tetap menjaga kesatuan,
saling menghargai, memupuk ikatan persaudaraan dan membangun kerja sama dalam kampung
dengan baik.
Konflik menurut masyarakat Pantar dalam proses adat ini dikatakan bahwa konflik
yang terjadi adalah sesuatu hal yang biasa. Karena jika dalam konflik terjadi adu mulut, saling
memaki disertakan dengan tindakan kekerasan lainnya maka menurut mereka itu adalah hal
yang wajar karena jika tidak terjadi konflik seperti ini artinya proses penyelesaian adat tidak
akan tercapai. Tetapi akan terlihat aneh jika ada orang lain yang bukan dari masyarakat di
kampung ini melihat akan hal tersebut dalam proses adat tentu saja akan menganggap itu
sebagai sebuah kekerasan yang fatal tetapi menurut mereka itu adalah wajar dan sudah
12
Hasil wawancara dengan bapak waang tangal 25 april 2017 pukul 09.00 wita
64
seharusnya terjadi dalam setiap proses dan kegiatan adat yang berkaitan dengan perkawinan di
desa ini.13
2.3 Fungsi sokhai untuk meredam konflik
Selain peranan sokhai dalam penjelasan diatas maka peranan lainnya dari tarian ini
adalah digunakan dalam setiap acara-acara adat lainnya seperti meminang nona, antar nona,
untuk tolak bala, untuk memanggil hujan, untuk membangun rumah adat, makan hasil baru,
untuk ramal hasil panen, untuk menggiring jenasah sampai ke lihang lahat dan digunakan untuk
menggiring setiap tarian yang ada di kampung ini. Dalam setiap kegiatan adat akan digunakan
tarian sokhai tetapi yang membedakan hanya pada syair puisi dan pantun yang dilantukan serta
alunan musik yang di bunyikan.
Menurut bapak Waang, sokhai dipakai untuk meredam konflik antar kedua pihak
keluarga yang bertikai dan bahkan sampai berkonflik dalam urusan adat tersebut tetapi
langsung di selesaikan dengan minum tuak/sopi bersama dan tarian sokhai. Pembicaraan adat
yang memicu sampai berkonflik adalah biasanya ditimbulkan juga oleh dua om dari kedua
belah pihak yakni pihak laki-laki dan perempuan. Biasanya pembicaraan ini sampai memakan
waktu berjam-jam hanya untuk menentukan harga belis yang harus dibayar oleh pihak laki-laki.
Perdebatan ini akan semakin sengit karena belum ditemukan titik temu dari berapa
harga moko yang harus dibayar, serta ada kesepakatan-kesepakatan lainnya yang harus
dipenuhi oleh pihak laki-laki kepada pihak dari perempuan, dalam pembicaraan adat tersebut
terkadang ada kata-kata atau bahasa-bahasa serta tindakan-tindakan kekerasan yan dikeluarkan
13
Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita
65
dan bahkan dilakukan oleh masing-masing pihak sehingga konflik yang terjadi di dalamnya
juga semakin sengit. 14
Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Bacthiar biasanya dalam perdebatan
seperti ini akan ada pihak-pihak yang bisa saja sampai tersinggung dan jika dibawah ke jalur
hukum tidak akan sampai berlarut-larut karena persoalan seperti ini adalah persoalan adat
sehingga akan dikembalikan kepada tetua adat untuk diselesaikan dalam proses adat yang di
kampung. Peran dewan adat di kampung ini sangat berperan penting dewan adat yang
dimaksud disini adalah para tetua-tetua adat dan kepala suku.
Biasanya hal-hal yang terjadi dikampung itu yang berkaitan dengan adat akan
diserahkan sepenuhnya kepada para dewan adat tetapi sebelumnya akan dibicarakan dengan
kepala desa juga tujuannya agar segala sesuatu yang terjadi di kampung tersebut akan tetap
berjalan dengan baik dengan pengawasan dari para aparatur desa yang ada. Sehingga
masyarakat di desa ini jika melakukan tindakan buruk dan sampai diketahui maka akan
diberikan denda adat sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama. Seperti contohnya, ada
yang dengan sengaja memaki atau mengeluarkan kata-kata yang sampai membuat tersinggung,
atau bahkan sudah memukul istri atau kedapatan mencuri dan lain sebagainya maka akan
dikenakan denda adat sesuai dengan perilaku yang dilakukan. Denda adat tersebut biasanya
berupa moko dan uang yang diminta untuk mengganti itu semua. 15
Penjelasan diatas menunjukan bahwa peran dewan adat dalam setiap kampung
masih memilki kewenangannya sendiri. Akan terlihat dalam kampung ini bahwa peran dewan
adat masih dihormati keberadaan dan bahkan suaranya, sehingga saat ada konflik, kegiatan-
14
Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita 15
Hasil wawancara dengan bapak bachtiar kou tanggal 27 april 2017 pukul 13.00 wita
66
kegiatan adat atau ada persoalan yang terjadi di kampung tersebut maka kebijakan dari peran
dewan adat sangat diperlukan. Ditemukan juga bahwa ternyata tanda perdamaian dalam
perdebatan yang dapat menyebabkan konflik itu salah satunya ada dalam simbol minuman
tuak/ sopi. Ini bukan untuk mencipatkan mabuk-mabukan tetapi justru minuman ini sebagai
tanda dan simbol damai antara kedua belah pihak, menjadi hal yang menarik karena saat
meminum minuman ini maka gelas yang dipakai adalah satu gelas yang dituangkan untuk
kemudian diedarkan kepada kedua belah pihak baik dari pihak laki-laki dan perempuan sebagai
tanda bahwa saat mereka sudah meminumnya maka segala perdebatan, kemarahan dan apapun
itu telah di damaikan terlebih dahulu dengan simbol minuman tersebut.
Menurut bapak Daang, pembicaraan adat seperti perdebatan dan konflik pasti akan
selalu ada. Jika ada orang lain yang bukan dari suku ini melihat akan perdebatan ini pasti akan
menilai ini salah tetapi hal ini sudah dianggap sebagai salah satu prosesi adat sebelum sampai
pada proses penentuan dan pelaksanan sokhai itu sendiri. Sementara proses pembicaran adat
tersebut laki-laki dan perempuan ditempatkan di kamar yang terpisah dan dilarang untuk keluar
sampai sudah selesai pembicaraan baru diizikan keluar dari kamar karena jika tidak maka akan
terjadi pamali untuk keduanya. Sebelum kesemuanya dilakukan sudah dilakukan dengan terang
kampung biasanya akan ada benda kecil yang dibawah yakni berupa 3 moko kecil. Setelah itu
ada yang namanya pokok belis yang berupa 2 moko pung. Biasanya akan diminta 5-7 moko
phung tetapi sesuai dengan kesepakatan pada seminar lokakaya tentang moko maka setiap
harga moko yang digunakan untuk belis diturunkan sampai pada 2 moko belis yang akan
diberikan kepada pihak perempuan.
Tuak/sopi juga dipakai sebagai salah satu simbol perdamaian atas setiap perdebatan
yang telah dilakukan baik itu tindakan-tindakan lewat makian, sampai tindakan brutal lainnya
67
yakni membanting meja dan bahkan sampai melempar moko tetapi saat sudah dihantarkan tuak
atau sopi untuk diminum secara bersama-sama maka sudah dianggap selesai dengan semua
perdebatan yang telah dilakukan Menurut bapak Daang saat prosesi pengantaran belis maka
dari pihak laki-laki yang ikut ada misalkan saja ada 100 orang baik itu laki-laki dan perempuan
maka akan membawa tongkat kecil dan tongkat besar berjumlah 100 dengan barang-barang lain
sebagai penunjangnya dan dilengkapi dengan pakaian-pakaian adat tetapi yang sesuai juga
dengan kemampuan dari pihak laki-laki bisa membawa dan memenuhinya untuk pihak
perempuan.16
Setelah dipersilahkan masuk maka akan dilakukan dengan makan adat yang sudah
disediakan 12 piring penuh makanan yang disebut dengan istilah margot. Yang dilengkapi
dengan 12 pakaian adat yang sebelumnya sudah dipersiapakan dan diatur oleh ibu-ibu yang
sudah mempunyi tugas untuk mengatur ini semua dengan membagi dengan sama rata kepada
suku-suku yang ada saat itu dengan berisi penuh dalam piring tersebut. Setelah makan adat
maka perempuan yang akan menikah dipersilahkan turun ke tenda adat dengan membawa sirih
pinang untuk meminta izin kemudian bertemu dengan orang tuanya dan jika perempuan itu
mau menangis maka dia akan menangis setelah itu maka akan dipersilahkan memberikan pesan
dan kesannya diforum adat tersebut. Dan setelah itu orang tua dari pihak perempuan juga akan
memberikan pesan dan kesan kepada anak perempuannya dengan syair lagu menangis dengan
saling berbalas-balasan syair.
Menurut bapak Waang sokhai ini akan segera diadakan prosesi tarian jika kedua
belah pihak antara laki-laki dan perempuan sudah menemukan jalan keluar dan pihak laki-laki
sudah memenuhi kemauan dari pihak perempuan. Biasanya harga moko pung berisi 7 anak
16
Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita
68
panah tetapi biasanya bisa di penuhi dengan 3-5 anak panah tergantung dari kesepakatan
bersama dalam forum adat ,pakaian adat yang baru, uang yang dibungkus dengan amplop yang
baru.
Barang-barang ini harus diseleksi lagi jika tidak berkenan dengan keinganan pihak
perempuan maka akan dikembalikan lagi. Sehingga barang-barang yang diminta harus sesuai
dengan kesepakatan dan jika sudah terpenuhi maka kedua keluarga akan saling bergandengan
tangan menuju ke mezbah adat (yerget) dan kemudian tarikan sokhai akan dilakukan. Tarian
ini sebagai tanda perdamaian antar kedua keluarga sehingga hal-hal yang sudah dibahas dalam
pembicaraan adat tersebut yang menimbulkan konflik dan perdebatan yang sengit sudah selesai
dengan tarian sokhai. Proses selama menari dengan mengelingi mezbah adat yang ada
ditengah-tengah proses adat tersebut. 17
Sokhai ini ada karena adanya upaya masyarakat setempat yang dilakukan untuk
menciptakan sebuah proses damai dilihat dari adanya proses peminangan untuk perempuan
dalam sebuah ikatan perkawinan, jika sudah selesai pembicaraan adat maka bunyi gong serta
tambur akan segera dibunyikan sehingga dengan sendirinya masyarakat yang ada ditengah-
tengah desa tersebut akan keluar dari rumahnya masing-masing dan ikut berpartispasi dalam
tarian tersebut dengan memakai kain tenun masing-masing baik itu perempuan, laki-laki, anak-
anak kecil hingga para tua-tua yang ada di desa tersebut.
Masyarakat Alor-Pantar secara umumnya menyadari adanya potensi konfik antar
kelompok etnis atau suku maka sejak zaman dulu memilki semboyan secara tradisonal yang
disebut dengan “BELA”. Hubungan yang dibangun melalui bela memberikan isyarat bahwa
17
Hasil wawancara dengan bapak waang tangal 25 april 2017 pukul 09.00 wita
69
semua pihak harus saling melindungi satu dengan yang lain. Walaupun terdapat banyak etnis
dan suku yang ada tetapi dapat direkatkan dan dapat dipersatukan dengan semangat saling
menghargai, bekerjasama, rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Hal ini akan terungkap lewat
ungkapan-ungkapan tradisonal yakni himbauan untuk membangun kerja sama dan semangat
keluargaan untuk membangun yakni “TARAMITI TOMINUKU”, dimana falsafah hidup ini
hampir dipegang pada setiap etnis yang ada dikabupaten Alor termasuk yang ada di Pulau
pantar.
Menurut bapak Waang sokhai ini hampir punah ditengah-tengah kehidupan
sekarang ini bukan tanpa alasan karena pada zaman dulu sokhai ini dipakai untuk menghimpun
masyarakat dengan berbagai bunyi-bunyi yang ditimbulkan. Pada zaman dulu untuk
menghimpun masyarakat untuk mengetahui tanda-tanda akan terjadi sesuatu dikampung itu
adalah dengan adanya bunyi-bunyi, misalkan pada zaman dahulu dibunyikan bunyi dari suara
siput dari gunung yang tinggi sebagai tanda akan tejadinya sebuah musibah, jika ada bunyi
gong dan tambur maka adanya proses pembicaraan adat dalam peminangan perempuan dan
makan baru.
Berbeda dengan sekarang yakni karena kecanggihan teknologi orang-orang lebih
mau untuk menyampaikan segala sesuatu dengan pesan berupa sms atau telepon untuk
mempermudah sesuatu yang akan sangat berbeda dengan zaman dulu. Bunyi gong yang
ditimbulkan untuk menghimpun masyarakat itu ada beberapa bagian yakni bunyi gong saat ada
kematian, bunyi gong saat adanya kecelakaan, serta bunyi gong menghimpun masyarakat untuk
berkumpul. Dari bunyi gong pada zaman dulu juga menandakan akan terjadi sesuatu
70
dikampung itu sehingga secara langsung ada utusan masyarakat yang mencari sumber bunyi itu
untuk menanyakan ada tanda apa yang terjadi dikampung ini.18
Pernyataan diatas memberikan kesimpulan bahwa masyarakat Alor khususnya yang
ada di etnis pantar tetap memegang falsafah hidup yang sudah sejak lama. Serta tetap
mempertahankan satu tradisi yang telah ada yakni menyelesaikan setiap masalah yang ada
dikampung itu dengan sebuah prosesi tarian adat yang disebut sokhai. Tarian ini akan
dilangsungkan jika masing-masing pihak sudah menemukan jalan keluar dari proses
pembicaraan adat tersebut, bunyi gong dan tambur memberikan tanda bawa setiap persoalan
telah selesai dan secara adat memanggil masyarakat yang ada di kampung tersebut untuk
datang dan berkumpul di mezbah adat dan melakukan tarian adat bersama-sama. Jauh sebelum
itu sudah ada tradisi yang dipegang juga yakni BELA.
Bela adalah sebuah ritual adat yang digunakan untuk menjalin dan menjaga ikatan
persaudaraan yang ada pada tiap kampung, dulu ritual bela dilakukan dengan minum darah
sebagai wujud tanda persaudaraan bagi yang melanggar atau tidak melakukan maka akan
mendapatkan kutukan dan sanksi. Tetapi pengembangan dari tradisi lokal yakni sokhai ini
hampir punah karena dalam masyarakat di desa bouweli ini terutama anak-anak muda yang
mulai tidak mengembangkan tarian sokhai sebagai salah satu warisan budaya yang harus
dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya
C. Pelaksanan Sokhai
Sokhai digunakan sebagai sebuah upaya untuk menyatukan dua keluarga yang bertikai
saat pembicaraan belis dalam forum adat. Sokhai ini akan dilaksanakan ketika sudah menemukan
18
Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita
71
jalan keluar dan kesepakatan bersama dari kedua belah pihak. Untuk sampai pada titik
pelaksanaan sokhai maka ada hal-hal yang harus dilakukan seperti meredakan konflik yang ada
dengan minum tuak atau sopi secara bersama dengan menggunakan satu gelas yang kemudiaan
akan diedarkan dengan maksud bahwa minuman adat sebagai unsur penting yang harus ditempuh
sebelum masuk kepada tahap untuk melakukan pelaksanaan sokhai yaitu dengan proses menari
secara bersama-sama.
Menurut bapak Daang, proses pelaksanan sokhai bukanlah hanya diihat sebagai
sebuah proses untuk menari secara bersama-sama tetapi lebih daripada itu tarian sokhai adalah
tarian yang dianggap sebagai tarian sakral karena saat pelaksanaan sokhai ini akan ada pantun-
pantun serta wejangan-wejangan yang dikeluarkan sebagai pedoman hidup untuk laki-laki dan
perempuan yang akan menikah. Biasanya akan berputar mengelingi mezbah sebanyak 12 kali
dengan menggunakan pakaian adat khas pantar untuk laki-laki dan perempuan. Bunyi gong
yang dibunyikan juga tidak boleh dipukul dengan sembarang karena ada ketukan masing-
masing untuk tarian meminang nona ini, karena jika sampai salah memukul akan diadakan
tarian ulang lagi.
Proses pelaksanaan sokhai dengan berputar mezbah sebanyak 12 kali maka pada
awal kedatangan dari pihak laki-laki akan ada utusan dari pihak perempuan yang membawa
gong kecil dengan memberikan tanda penghormatan yang disebut dengan sromat yang
menandakan bahwa pihak keluarga laki-laki sudah datang dan memenuhi janji mereka oleh
karena itu harus dihargai dan kemudian di persilahakna masuk lagi ke dalam forum adat.19
19
Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita
72
Sejalan dengan pemikiran diatas maka menurut bapak Waang fungsi dan makna dari
sokhai ini tidak terlepas dari unsur-unsur penting yang ada didalamnya yakni ada moko, gong
dan tambur. Moko yang adalah alat belis ini sudah mempergunakan standart tinggi yang
nilainya sudah diakui sejak nenek moyang yang sudah mendiami wilayah tersebut. seperti
pada penjelasan diatas bahwa sokhai dan moko ini akan dpergunakan pada setiap upacara-
upacara adat yang ada di tempat itu misalkan meminang nona, antar nona, penyerahan pokok
belis, bayar utang, tolak bala, tukar moko, untuk panggil hujan, untuk menahan hujan, ramal
hasil panen, membangun rumah, makan hasil baru, antar jenasah ke liang lahat, sebagai
penggiring dalam tarian. Serta untuk membunyikannya juga ada ketukan-ketukan sesuai
dengan upacara adat yang digunakan disertakan dengan pantun-pantun sebagai pelengkapnya.
Bunyi gong yang ditimbulkan untuk menghimpun masyarakat dalam proses
peminangan adalah “kung .... kung.....” jika ada tambur maka bunyi yang dihasilkan adalah
“kungkung.....kungkung.....kungkung.... kungkung”. Tetapi bunyi gong untuk kematian adalah
sangat berbeda yaitu : “dungdung.......dungdung... dingding.....’’ yang dibunyikan panjang
selama 3 kali. Tarian sokhai yang dilakukan pun harus mengikuti musik baik itu melantunkan
pantun juga seirama dengan musik, jika musik yang dibunyikan salah maka akan berpengaruh
pada irama lagu, pantun serta hentakan kaki untuk lego-lego . Oleh karena itu irama dan bunyi
lagu sangat berperan penting dalam prosesi dan pelaksaan sokhai ini. 20
Sependapat dengan itu maka setiap tahapan-tahapan diatas haruslah sudah mulai ada
dalam tahap untuk diaksanakan sokhai jika sudah ada kesepakatan-kesepakaatan yang dibuat
oleh kedua belah pihak. Sebelum sampai pada tahap ini maka pihak laki-laki sudah melakukan
berbagai macam prosesi adat yang mana dala tahapan itu pihak laki-laki sudah menyiapakan
20
Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 24 april 2017 pukul 09.00 wita
73
barang-barang berupa moko, gong, kain tenun, hewan, makanan serta perlengkapan lain-lain
yang sudah harus dihantarkan kepada pihak perempuan.
Sebelum barang-barang ini diterima oleh orang tua adat dari pihak perempuan yang
mewakili unsur keluarga maka biasanya moko-moko itu akan diperiksa terlebih dahulu apabila
ada perbedaan dalam hal nilai maka bisa dinegoisasai lagi. Dalam artian jika masih kurang
maka akan ditambahkan lagi atau masih rendah akan dikembalikan lagi untuk diganti dengan
yang lebih tinggi harganya. Tetapi biasanya sesuai dengan kesepakatan adat maka untuk moko
sisanya akan segera dipenuhi setelah semua acara ritual adat ini telah sepakati bersama.
Melihat akan pemahaman diatas maka proses pelaksanaan sokhai ini adalah sebagai
upaya dari masyarakat sendiri untuk menciptakan budaya damai lewat setiap perbedaan-
perbedaan yang dapat ditimbulkan oleh kedua belah pihak. Ini sebagai bukti dari konseling
yang telah diciptakan oleh masyarakat. Biasanya menurut bapak waang dalam proses
perdebatan dalam forum adat tersebut langsung segera dicarikan jalan solusinya yang terbaik
karena ini menyangkut dengan kehidupan rumah tangga yang akan dibangun oleh laki-laki dan
perempuan yang akan menikah ini, karena ketika semakin diperhambat maka tentu saja akan
menambah beban sendiri kepada kedua calon mempelai yang akan menikah.
Dicontohkan bahwa ketika laki-laki dapat membayar belis yang minta maka saat
sudah menikah nanti biasanya akan ada bahasa-bahasa dan bahkan tindakan-tindakan kekerasan
yang dilakukan untuk menyakiti hati perempuan seperti kata-kata kasar dan tindakan
pemukulan dan jika hal kekerasn itu terjadi maka akan dibawa ke forum adat dan laki-laki yang
melakukan tindakan tersebut akan diproses sesuai dengan denda adat sesuai dengan proses ada
yang diminta.
74
Sokhai memberikan penggambaran bahwa saat sudah dilaksanakan sebuah tarian
sokhai artinya dalam proses itu sudah ada wejangan-wejangan yang diberikan sebagai tanda
kepada dua pasangan yang akan menikah sehingga saat sudah membangun rumah tangganya
bisa dijaga sampai maut memishakan dan saat ada masalah bisa diselesaikan secara damai dan
baik-baik. Oleh karena itu saat ada pada tahap ini biasanya adalah tahap puncak yang harus
diingat oleh kedua pasangan yang sudah siap untuk menikah.
Menurut bapak Daang, prosesi selama tarian akan dilantunkan pantu-pantun untuk
sebagai wejangan untuk laki-laki dan perempuan yang akan menikah biasanya yang
melantunkan pantun-pantun itu adalah para tetua adat. Pantun yang diberikan yakni (bahasa
daerahnya). Ya“oaa oaa watasi wanana, oaa lei lei ee eta wena ee. Oaa oaa watasi wanana
katasi wanana ee yang berarti “ apapun yang terjadi kedua pasangan ini yakni laki-laki dan
peremupuan yang akan menikah baik susah dan senang harus bersama-sama dan sekalipun ada
persoalan haruslah diselesaikan dengan cara yang baik-baik”.
Saat pantun itu sudah diberikan maka semua orang yang hadir saat itu akan
menyambungnya lagi sebagai tanda dukungan dan wejangannya mereka kepada laki-laki dan
perempuan yang akan menikah. Biasanya tarian ini akan dilakukan secara memutar sebanyak
12 kali. Saat sudah selesai menari maka akan diadakan makan bersama serta meminum tuak
atau sopi sebagai tanda persaudaraan dan salah satu bentuk perdamaian antara kedua belah
pihak tersebut. Biasanya tarian ini akan dilakukan dengan gerakan yang cepat kemudian
dilakukan denga gerakan yang pelan dengan menghentakan kaki ditanah.21
21
Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita
75
Pakaian yang dikenakan juga berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki
akan menggunakan sarung sebagai bawahan, ikat kepala yang bagian atasnya terbuat dari bulu
ayam, tas untuk mengisi sirih, pinang dan kapur dan gelang pada tangan bagian atas.
Sedangkan untuk perempuan akan mengunakan sarung sebagai bawahan, ikat kepala, sisir
bambu sebagai tusukan dikepala, gelang tangan bagian atas, gelang tangan bagian
bawah,kalung, ikat pinggang, gelang kaki sebagai pembuat bunyi saat menari. Biasanya saat
pelaksanan sokhai akan ada satu orang yang berdiri di samping tarian dengan memegang busur
anak panah atau parang sebagai tanda bahwa orang ini yang akan menjaga prosesi adat ini
sampai selesai pelaksaan sokhai ini. Dan biasanya kedua pasangan yang akan menikah akan
dtempatkan ditengah dengan posisi yang berbeda perempuan didepan dan laki-laki aan berada
di belakang.
Tarian sokhai ini akan berbeda dengan tarian-tarian yang ada dibeberapa tempat
dikabupaten Alor karena tarian sokhai menempatkan posisi perempuan tepat dibagian depan
dan laki-laki dibelakang yang berarti bahwa apapun yang akan terjadi posisi perempuan akan
tetap dijaga dan dilindungi keberadaannya oleh laki-laki itu sendiri sehingga dikampung ini
posisi perempuan bisa dibilang dihargai dan hormati keberadannya.
Menurut penuturan dari Willy yang sudah melewati prosesi ini sebelum mereka
akan menikah ada prosesi pembicaraan adat seperti ini proses ini biasanya akan berlangsung
lama dan tidaknya tergantung dari berbagai kesepakatan yang ada. Biasanya saat pihak laki-laki
mengantarkan barang-barang saat belis maka laki-laki yang akan menikah belum bisa bertemu
dengan perempuan tersebut atau bisa dibilang perempuan masih disimpan atau disembunyikan
oleh pihak perempuan sampai sudah ada kesepakatan-kesepakatan dalam forum adat tersebut
barulah laki-laki akan dipersilahkan untuk mencari perempun yang sudah disembunyikan itu.
76
Di dalam proses pembicaraan adat tersebut baik laki-laki dan perempuan yang akan menikah
tidak diberikan kesempatan untuk bersuara karena sudah di ambil alih oleh juru bicara dari
masing-masing pihak . 22
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ape, dikatakan bahwa selama melakukan
pengantaran belis dan sampai sudah ada pada titik kesepakatan yang ada dan dilakukan prosesi
sokhai maka itu adalah hal yang puncak yang ditunggu oleh pasangan yang akan menikah.
Mengapa demikian, karena saat melakukan tarian adat sokhai ini maka akan terdapat banyak
petuah-petuah yang diberikan para tetua adat kepada pasangan yang akan menikah sehingga
dalam membangun dan membina rumah tangga nanti haruslah tetap saling menjaga,
melindungi baik susah, senang dan dalam keadaan apapun pasangan kita.
Jika ada persoalan yang ada haruslah tetap diselesaikan secara bersama-sama dan
tetap bersama-sama berusaha untuk mencarai jalan keluarnya bersama-sama daru persoalan
yang sudah ada tersebut. Tetapi jika pada nantinya tidak sesuai dengan keinginan atau salah
satu dari pasangan ini melakukan kesalahan baik yang sengaja ataupun tidak semisal, memaki
pasangannya, memukul dan bahkan sampai mengancam dan lain sebagainya maka akan segera
dibawa ke forum adat untuk dapat diselesaikan dengan cara adat dengan mengganti atau
memberikan moko sebagai upahnya yan jauh lebih besar dan lebih banyak.23
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa di desa bouweli masih memgang nilai-nilai
adat yang tinggi lewat setiap hal yang terjadi selalu diselesaikan dengan bantuan forum adat
lewat suara-suara dari para tetua adat. Karena jika mau dilihat kampung ini sangat menghargai
apa yang dikatakan oleh para tetua adat , pejabat desa dan juga para pemuka agama yang ada
22
Hasil wawancara dengan willy tanggal 27 april 2017 pukul 17.00 wita 23
Hasil wawancara dengan apeles tanggal 26 april 2017 pukul 19.00 wita
77
dikampung ini. Tarian ini juga sebagai sebuah simbol perdamaian karena yang ikut dalam
tarian ini bukan saja masyarakat yang beragama kristen tetapi yang beragama muslim pun ikut
serta didalammnya.
Masyarakat desa Bouweli dalam hal uu masih menjaga perdamaian dan persatuan
lewat tarian sokhai ini karena saat gong dan tambur sudah berbunyi maka dengan sendirinya
semua masyarakat dari berbagai lapisan akan keluar dari rumah untuk melakukan prosesi tarian
secara bersama-sama menandakan bahwa lewat masyarakat sendiri sudah tercipta budaya
damai lewat tarian sokhai ini. Ini adalah sebuah relasi yan baik yang sudah ada dan bahkan di
ciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Wejangan berupa pantun-pantun yang diberikan adalah
sebagai bukti bahwa masyarakat pun mendukung adanya adanya kesiapan diri dan hati dari
pasangan yang akan menikah. Dan pantun-pantun yang diberikan pun adalah dianggap sakral
karena pantun yang diberikan saat meminang nona ini akan berbeda dengan pantun yang untuk
makan baru, orang meningggal serta bunyi yang dihasilkan dari gong dan tambur pun akan
berbeda.
Menurut bapak Waang, jika dalam melakukan prosesi tarian itu bunyi dan ketukan
yang dimainkan berbeda maka akan diulang lagi karena bunyi dan ketukan untuk meminang
nona akan berbeda dengan bunyi ketukan untuk makan baru dan pendirian rumah adat. Karena
bukan saja bunyi dan ketukan ini dipahami oleh para tetua-tetua adat saja tetapi akan dipahami
oleh masyarakat setempat dan masyarakat yang berada dikampung sebelah sehingga saat ada
prosesi sokhai untuk meminang nona maka orang-orang yang ada dikampung sebelah akan
segera mengetahui akan ada prosesi tarian sokhai dikampung tersebut.
78
Oleh karena itu jika alunan musik yang dimaikan tidak seirama maka akan
dilakukan dan ditarikan ulang sesuai dengan kegiaatan adat yang dilakukan karena sokhai ini
untuk semua prosesi adat memiliki geraakan kaki dan gerak yang sama tetapi yang
membedakannya hanya pada pantun serta syair yang dimainkan dan dinyanyikan dan biaasanya
dipimipn oleh para tetua adat dari kedua belah pihak. Sehingga memberikan pengambaran
bahwa lantunan dan bunyi yang ditimbulkan dari alat musik ini yakni gong dan tambur memilki
simbol dan tandanya sendiri untuk masyarakat sekitar.
Selain dari alat musik ini maka masyarakat juga akan diberikan tanda bahwa akan
terjadi dan bahkan sudah terjadi kejadian-kejadian dan bahkan kegiatan adat hanya lewat suara-
suara dan bunyi yang ditimbulkan bisa itu berupa bunyi gong, ditiupnya siput yang
menandakan bahwa dikampun tersebut akan terjadi hal yang baik dan yang buruk. Begitupun
juga dengan tarian sokhai ini saat sudah dibunyikan bunyi dari gong dan tambur dengan
ketukan yang khusus untuk sebuah proses perkawinan maka masyarakat dengan sendirinya
sudah mengetahui bahwa sudah selesainya proses pembicaraan adat tersebut dan bunyi itu
sebagai tanda untuk memangil masyarakat dan menghimpun masyarakat yang lainnya untuk
ikut serta dalam tarian itu.
D. Rangkuman
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan ada hal-hal penting yang berhubungan
dengan sokhai untuk menyelesaikan masalah rumah tangga di Pulau Pantar:
1. Sokhai pada mulanya adalah sebagai tarian untuk menyambut orang-orang kampung pada
saat dulu yang kembali dari medan perang yang memiliki nilai magis yang kuat
79
2. Pemaknaan sokhai akan terlihat hingg sekarang ini karena masyarakat yang ada di desa
Bouweli masih menjaga kearifan lokal ini dengan mengunakan tarian sokhai sebagai media
untuk menyatukan dua pihak keluarga yang bertikai saat proses pembicaraan adat ini.
3. Taramiti dan Tominuku menjadi falsafah bagi masyarakat Pantar untuk menjaga ikatan
persaudaraan, membangun kerjasama, saling menghargai dan memumpuk ikatan kesatuan.
5. Pelaksanaan sokhai adalah dengan menyatukan dua keluarga yang bertikai dalam
pembicaraan adat tersebut. Dalam proses pelaksanaanya biasanya akan digunakan media
lainnya berupa tuak/sopi sebagai tanda perdamaian yang diminum oleh kedua belah pihak
yang sudah dilakukan terlebih dahulu saat proses pembicaraan adat ketika ada konflik adu
mulut antar kedua belah pihak.
6. Dalam proses tarian ini akan adanya wejangan-wejangan yang diberikan dari tetua adat
(orang yang dituakan) kepada laki laki dan perempuan yang akan menikah dengan
menggunakan bahasa adat dan akan dikuti oleh masyarakat lain yang ikut dalam proses
tarian sokhai tersebut.