9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi Dasar
1. Pengertian
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz,
2008).
Imunisasi adalah memberi vaksin ke dalam tubuh berupa bibit
penyakit yang dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi
antibodi tetapi tidak menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi
kebal (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2003).
Menurut Suririnah (2007) yang dikutip Hanum (2010),
imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga
kesehatan anak. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk
memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit- penyakit
yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak.
2. Tujuan
Tujuan Umum
Menurut Kepmenkes (2005) yang dikutip Atikah (2010),
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi akibat
10
PD3I. Penyakit yang dimaksud anatara lain Difteri, Tetanus,
Pertusis, Campak, Polio dan TBC.
Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minumal 80% secara merata di
100% desa kelurahan pada tahun 2010
b. Polio liar di Indonesia yang dibuktikan tidak ditemukannya
virus polio liar pada tahun 2008
c. Tercapainya Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) artinya
menurunkan kasus tetanus neonatorum sampai yingkat 1 per
1000 kelahiran hidup dalam tsatu tahun pada tahun 2008
d. Tercapainya Reduksi Campak (RECAM) artinya angka
kesakitan campak pada tahun 2010.
3. Manfaat
Menurut Atikah (2010) :
a. Bagi Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Bagi Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukkan keluarga apabila orang
tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak
yang nyaman.
11
c. Bagi Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Jenis Kekebalan
a. Kekebalan Aktif
Adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri (Hanum, 2010). Contohnya
adalah imunisasi polio dan campak.
Imunisasi aktif biasanya dapat bertahan untuk beberapa tahun
dan sering sampai seumur hidup.
Kekebalan aktif dibagi dua yaitu :
1) Kekebalan aktif alami ( naturally acquired immunity), dimana
tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah sembuh dari
suatu penyakit. Misalnya anak yang telah menderita campak
setelah sembuh tidak akan terserang lagi karena tubuhnya telah
membuat zat penolak terhadap penyakit tersebut.
2) Kekebalan aktif buatan (artificially induced active immunity)
yaitu kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan
vaksinasi (Hanum, 2010). Misalnya anak diberi vaksin BCG,
DPT, Campak dan lainnya.
12
b. Kekebalan Pasif
Adalah suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat imunoglobin, yaitu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
(kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau
binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah, 2010).
Imunisasi pasif dibagi menjadi dua :
1) Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu
kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
Kekebalan ini tidak berlangsung lama (± hanya sekitar 5 bulan
setelah bayi lahir).
2) Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperolah setelah
mendapat suntikan zat penolak misalnya pemberian suntikan
ATS
5. Syarat Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus
dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu
merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri,
atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan kemudian
menimbulkan antibodi (Hanum, 2010)
13
Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu
misalnya anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan
tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS.
6. Macam-macam Imunisasi Dasar Wajib
Ada 5 jenis imunisasi dasar menurut Hasuki Irfan (2007) dikutip
Atikah (2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau
PPI (Program Pengembangan Imunisasi) antara lain :
a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
1) Tujuan
Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak (Atikah,
2010).
2) Kriteria Penyakit
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
myobacterium tuberculosis. Penyebarannya melalui pernafasan
lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah
badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada
malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus,
nyeri pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain
tergantung organ yang diserang. Tuberculosis dapat
menyebabkan kelemahan dan kematian. Seseorang yang
terinfeksi myobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit
tubercolusis aktif. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah
14
terinfeksi terjadi respon imunitas selular yang dapat
ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh, 2008).
3) Vaksin
Vaksin TBC mengandung kuman bacillus calmette guerin yang
dibuat dari bibit penyakit atau virus hidup yang sudah
dilemahkan.
4) Waktu pemberian
BCG diberikan pada umur < 3 bulan.
5) Cara Dan Dosis Pemberian
Pemberian imunisasi ini dilakukan secara Intra Cutan(IC) di
lengan kanan atau paha kanan atas dengan dosi 0,1 ml untuk
anak diatas 1 tahun, pada bayi baru lahir 0,05 ml.
6) Kontraindikasi
a) Reaksi uji tuberkulin > 5mm
b) Menderita infeksi HIV
c) Menderita gizi buruk
d) Menderita demam tinggi
e) Menderita infeksi kulit yang luas
f) Pernah sakit tubercolusis
g) Leukimia
7) Efek Samping
a) Reaksi local
15
1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikkan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule
(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan menbentuk luka
terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan
parut.
b) Reaksi regional
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang
dalam waktu 3-6 bulan.
8) Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat
penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses
ini akan menghilang secara spontan untuk mempercepat
penyembuahan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan jarum) dan
bukan disayat.
b. Imunisasi Hepatitis B
1) Tujuan
Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan kekebalan
aktif terhadap penyakit Hepatitis B (Atikah, 2010).
2) Kriteria penyakit
16
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit ini
terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi
selam proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi
pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada
adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti
flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna
kuning bisa terkihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa
menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni
kanker hati dan menimbulkan kematian.
3) Vaksin
Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang
dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi
tidak menimbulkan penyakit.
4) Waktu Pemberian
Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin (dalam waktu
12 jam) setelah bayi lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari
seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus dilakukan
imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus antu hepatitis
B dalam waktu 24 jam kelahiran. Imunisasi dasar diberikan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan
Hb 1 dengan Hb 2, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan
Hb 2 dengan Hb 3.
17
5) Cara dan Dosis Pemberian
Hepatitis B disuntikkan secara Intra Muscular (IM) di daerah
paha luar dengan dosis 0,5 ml.
6) Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman
dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan
perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu
maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.
7) Efek Samping
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada
tempat penyuntikkan dan sistematis (demam ringan, lesu,
perasaan tidak enak pada saluran pernafasan). Reaksi ini akan
hilang dalam waktu 2 hari.
c. Imunisasi DPT
1) Tujuan
Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit
difteri, pertusis, tetanus (Atikah, 2010).
2) Kriteria Penyakit
a) Difteri
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah
18
melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit
ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan
demam ringan. Dalam dua sampai tiga hari timbul selaput
putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri
dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan
pernapasan yang berakibat kematian.
b) Pertusis
Adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat
disebabkan oleh bakteri Bordettela pertusis. Penyebarannya
melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk dan bersin.
Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan
batuk ringan yang lama kelamaan batukmenjadi parah dan
menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.
Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang
dapat menyebabkan kematian.
c) Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani
yang menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui
kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal
penyakit ini adalah kaku otot pada rahang, disetai kaku
pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat
dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat
dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah
19
tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi yang dapat
menimbulkan kematian.
3) Vaksin
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang
dilemahkan serta kuman Bordetella pertusi yang dimatikan.
4) Waktu Pemberian
Imunisasi DPT diberikan 3 kali usia kurang dari 7 bulan, DPT
1 diberikan pada usia 2 bulan, DPT 2 diberikan pada usia 3
bulan, DPT 3 diberikan pada usia 4 bulan selang waktu tidak
kurang dari 4 minggu. Ulangan booster diberikan 1 tahun
setelah DPT 3.
5) Cara dan Dosis Pemberian
Cara pemberian imunisasi ini DPT adalah melalui injeksi IM.
Suntikan diberikan di paha tengah luar atau subcutan dalam
dengan dosis 0,5 cc.
6) Kontraindikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak riwayat kejang
komplek. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk
rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan.
7) Efek Samping
a) Demam ringan
b) Timbul bercak merah atau pembengkakkan
20
c) Rasa nyeri di tempat penyuntikan selama 1-2 hari.
d. Imunisasi Polio
1) Tujuan
Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis (Atikah, 2010).
2) Kriteria penyakit
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1,
2, 3. Secara klinis penyakit polio adalah dibawah umur 15
tahun yang menderita lumpuh layu akut. Penyebarannya
melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Kelumpuhan
dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan
terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa tejadi jika
otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
3) Vaksin
Vaksin polio ada dua jenis yaitu :
a) Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui
suntikan.
b) Oral polio vaccine (OPV= vaksin sabin) mengandung
vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam
bentuk pil atau cairan.
21
4) Waktu pemberian
Imunisasi Polio dasar diberiakan 4 kali dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1
tahun setelah imunisasi polio 4.
5) Cara dan Dosis pemberian
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke dalam mulut
anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
6) Kontraindikasi
Pemberian vaksin imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada
orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang
menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.
7) Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang
tejadi.
e. Imunisasi Campak
1) Tujuan
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak (Atikah, 2010).
22
2) Kriteria penyakit
Adalah penyakit yang disebakan oleh virus measles.
Penyebarannya melalui droplet bersin dan batuk dari penderita.
Gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan,
batuk, pilek dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada
muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta
kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada
telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia).
3) Vaksin
Vaksin dari virus hidup (CAM 70-chick chorioallantonik
membrane) yang dilemahkan ditambah kanamisin sulfat dan
eritromisin berbentuk kering.
4) Waktu pemberian
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan oleh karena
masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah,
imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan
kemudian.
5) Cara dan Dosis pemberian
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui injeksi di
lengan kiri atas secara subcutan (SC) dengan dosis 0,5 ml.
Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml pelarut
aquades.
23
6) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh diberikan pada orang
yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukimia dan
limfoma.
7) Efek samping
a) Demam ringan
b) Diare
c) Ruam atau kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12
hari setelah vaksinasi.
B. Ketepatan Jadwal Pemberian Imunisasi
1. Pengertian
Yang dimaksud ketepatan adalah tepat atau betul sesuai jadwal
(Depdiknas, 2002). Ketepatan dalam pemberian imunisasi pada bayi
sesuai jadwal dan umur bayi sama dengan ketaatan kunjungan
imunisasi.
2. Jadwal Imunisasi
a. Program Pengembangan Imunisasi (PPI diwajibkan)
Jenis Vaksin 0
hr
1
bln
2
bln
3
bln
4 bln 5 bln 6 bln 9 bln
BCG 1
Hepatitis B 1 2 3
DPT 1 2 3
Polio 0 1 2 3
Campak 1
Tabel 2.1
Sumber : Atikah, 2010
24
Keterangan :
a) BCG diberikan pada usia 1 bulan dengan interval waktu kurang
3 bulan
b) Hepatitis B diberikan pada saat bayi baru lahir sampai kurun
waktu 7 hari setelah lahir
c) DPT diberikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan dengan interval
waktu 4 minggu
d) Polio diberikan pada saat bayi baru lahir, usia 1, 2, 3 dan 4
bulan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu
e) Campak diberikan pada saat usia 9 bulan.
b. Jadwal Imunisasi Dasar Menurut Puskesmas
Umur Pemberian Jenis Vaksin
0 bulan Hep B 0
1 bulan BCG, Polio I
2 bulan DPT/HB I, Polio II
3 bulan DPT/HB II, Polio III
4 bulan DPT/HB III, Polio IV
9 bulan Campak
Tabel 2.2
Sumber : Puskesmas Cepiring
3. Akibat Pemberian Imunisasi Yang Tidak Tepat Waktu
Pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai
jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan
masih di bawah kadar ambang perlindungan atau belum mencapai
kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu
25
yang lama (Sugiarti, 2002). Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai
dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang minimal
4 minggu sampai 6 minggu (Orimighema, 2010).
C. Pengetahuan (Knowledge)
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan
perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan kebiasaan masyakarat. Pengetahuan yang meningkat
dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya
pengetahuan kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi lebih
positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan
(Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah sesuatu yang terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu dan sebagian besar diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang meningkat dapat
mempengaruhi dan mengubah sikap, persepsi dan kebiasaan
26
seseorang. Pengetahuan imunisasi adalah dimana seseorang
mengetahui tentang imunisasi. Agar mendapatkan kepercayaan
masyarakat terhadap imunisasi dibutuhkan banyak pengetaahuan
tentang imunisasi secara benar.
2. Proses Adopsi Perilaku
Dalam pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Di dalam diri
seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (Kesadaran)
Adalah orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
b. Interest
Adalah orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation
Adalah menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap reasponden sudah lebih baik lagi.
d. Trial
Adalah orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption
Adalah subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
27
Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan
seseorang seperti halnya imunisasi. Berawal dari seseorang sadar akan
pengtingnya imunisasi bagi tubuh, setelah itu subjek akan mulai
tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh tentang apa itu imunisasi.
Masyarakat akan menimbang-nimbang dan mencoba berperilaku baru
dengan mengimunisasikan bayinya secara tepat. Maka orang tersebut
telah berperilaku baru sesuai dengan kesadaran, sikap dan
pengetahuan terhadap imunisasi.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence
Green :
a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya. Karena faktor-faktor ini terutama yang positif
memperrmudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor
pemudah.
b. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakekatnya
mendukung terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini
disebut faktor pendukung.
28
c. Faktor Penguat (reenforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh mayakarat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perliaku para petugas
termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,
peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan.
4. Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour) (Notoatmodjo,
2007).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangannya yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secar benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
29
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mrnggunkan materi
yang telah dipelahari pada situasi kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi msih di dalam
satu struktur organisasi ddan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriterai yang telah
ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
30
ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan enam
tingkatan diatas.
Pengetahuan yang domain sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang seperti tindakan mengimunisasi bayi.
Tingkatan pengetahuan tentang imunisasi dapat dilihat dari
seseorang mengingat tentang pengertian imunisasi dan
menjelaskan secara benar serta mengaplikasikan yang telah
dipelajari kedalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menganalisis,
menghubungkan dan melakukan kebiasaan imunisasi untuk
bayinya.
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2003) adalah
sebagia berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunkan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhsil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
31
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintah dan berbagi prinsip orang lain yang
menerima dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas
tanpa menguji dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta emoiris atau penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer
dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
Dapat disimpulkan cara memperoleh pengetahuan adalah
dengan cara memecahkan masalah sampai masalah tersebut
dipecahkan, cara otoritas tanpa menguji kebenarannya atau dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh.
Sekarang cara yang digunakan atau disebut adalah metode
penelitian ilmiah atau penelitian ilmiah.
32
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagaian.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo
(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
pada umunya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) dalam
buku Wawan&Dewi (2010), pekerjaan adalah kegiatan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
bejerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
33
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam
buku Wawan&Dewi (2010), usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003),
lingkungan merupaakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
7. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2008) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil presentase 76% – 100%
b. Cukup : hasil presentase 57% - 75%
c. Kurang : hasil presentase <56 %
34
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2000
E. Kerangka Konsep
Variabel bebas (independent) variabel terikat (dependent)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi:
Pendidikan
Pekerjaan
Adat istiadat
Sikap
Umur
Perilaku :
Ketepatan
jadwal
pemberian
imunisasi dasar
pada bayi
Faktor Reenforcing :
Tokoh masyarakat
Tokoh agama
Petugas kesehatan
Faktor Enabling:
Fasilitas kesehatan
Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan ibu Ketepatan Jadwal
Pemberian Imunisasi