16
BAB II
DAKWAH ISLAM MELALUI MEDIA
A. Kajian Tentang Dakwah Islam
1. Pengertian Dakwah Islam
Islam datang sebagai rahmat yang diturunkan Allah SWT kepada seluruh
umat manusia untuk memberikan jalan terang dari kesesatan dan untuk
memberikan petunjuk bagi seluruh alam. Sebagai agama terakhir, Islam
diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama
yang datang sebelumnya.
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW pada dasarnya
sama dengan agama yang diajarkan oleh nabi-nabi sebelumnya. Namun yang
membedakan dari ajaran itu adalah bahwa setiap Nabi diutus kepada masing-
masing umatnya. Sedangkan Nabi Muhammad diutus untuk memberi petunjuk
tersebut kepada seluruh umat manusia, dan ajaran yang dibawa ini berlaku
sepanjang masa.22
Secara etimologis, kata Islam adalah bentuk mashdar (kata benda asal)
dari kata aslama, yuslimu, islam yang berarti menyerah penuh, yakni kepada
petunjuk Allah SWT. Orang yang bersifat atau melakukan penyerahan ini (isim
fa’ilnya) dinamakan muslim. Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan
didapati rumusan yang berbeda-beda.23
Menurut Harun Nasution, Islam didefinisikan sebagai agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi
dari kehidupan manusia.
22 Ebrahim, El-Khouly, Lois Lamya’ Al Faruqi, Hussein Nasr, Islam Dalam Masyarakat
Kontemporer, terj. Hamud LA. Basamalah (Bandung: Gema Risalah Press, 1988), hlm. 1-2 23 Bustanuddin Agus, Al Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 59. Lihat
pula Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 61-63
17
Adapun pengertian Islam dari segi istilah akan didapati rumusan yang
berbeda-beda.
Menurut Harun Nasution, Islam didefinisikan sebagai agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi
dari kehidupan manusia.24
Sedangkan Bustanuddin Agus mendefinisikan Islam sebagai ajaran
Allah SWT untuk pedoman hidup manusia guna keselamatan dan kebahagiaan
mereka hidup di dunia dan di akherat yang telah diturunkan-Nya, kepada
semua Rasul-Nya, semenjak Nabi Adam, sampai Nabi dan Rasul terakhir, yaitu
Nabi Muhammad SAW.25
Dari dua sisi dalam memahami Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi
peristilahan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah agama terakhir yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir yang memerintahkan manusia agar
patuh kepada ajaran Allah SWT supaya mendapatkan keselamatan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai agama dakwah, Islam mengajarkan pokok-pokok serta ajaran-
ajarannya kepada seluruh umat manusia. Ini berarti bahwa dakwah yang
dilakukan oleh umat Islam tidak hanya terbatas bagi pemeluknya saja, tetapi
Islam juga mengajarkan nilai-nilai universalitas yang menjadikan ajaran Islam
dapat diterima oleh semua kalangan.
Ditinjau dari asal kata (bahasa), dakwah berasal dari bahasa arab, yang
berarti panggilan, ajakan, atau seruan. Kata dakwah tersebut berbentuk sebagai
“isim mashdar”. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) “da’a-yad’u” yang
artinya memanggil, mengajak atau menyeru.26
24 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1985), hlm. 24. 25 Bustanuddin Agus, Op Cit., hlm. 61. 26 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),
hlm. 17.
18
Sedangkan secara istilah para ahli ilmu dakwah memberikan pendapat
yang beraneka ragam dalam mendefinisikannya.
Menurut Thoha Yahya Umar, dakwah merupakan usaha mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan di akherat.27
Sedangkan Muhammad Nasir memberikan pengertian dakwah sebagai
usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di
dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam
media.28
Menurut M. Arifin, dakwah memiliki arti sebagai suatu kegiatan ajakan
baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajakan
agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.29
Dari definisi dakwah yang telah disebutkan. Dakwah mengandung dua
pengertian. Pertama, dakwah yang ditujukan kepada seluruh umat manusia di
dunia tanpa terkecuali. Kedua, dakwah yang ditujukan khusus bagi umat Islam.
Namun, pada hakekatnya dakwah merupakan segala usaha manusia yang
dilakukan secara sadar dan terencana baik dalam bentuk lisan, tulisan, dan
sebagainya dalam rangka mengajak untuk beramar ma’ruf nahi mungkar30
dengan tanpa adanya unsur paksaan.
27 M. Aminuddin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo, 1986), hlm. 3. 28 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm.
8.
29 Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan Yang Qurani, (Wonosobo: Amzah, 2001), hlm. 18.
30 Ma’ruf adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan Mungkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan diri kepada Allah. Lihat A. Hasimi, Dustur Da’wah Menurut Al Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 261-263.
19
2. Dasar Hukum Dakwah
Islam adalah agama yang berkembang melalui sebuah proses. Sejak
awal kehadirannya Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk menyebarkan
ajaran Islam kepada seluruh umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan berbantahlah mereka dengan cara yang baik
sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl: 125).31
Kata ud’u yang diterjemahkan dengan seruan adalah fiil amar yang
dalam kaidah ushul fiqh artinya perintah. Setiap perintah adalah wajib dan
harus dilaksanakan selama tidak ada dalil lain yang memalingkannya dari
kewajiban itu kepada sunnah atau hukum lain. Jadi melaksanakan dakwah
hukumnya wajib.Hanya saja terdapat perbedaan pendapat ulama tentang
kewajiban dakwah itu apakah wajib ain (fardlu ain) atau wajib kifayah (wajib
kiifayah).32
Perbedaan pendapat para ulama ini karena perbedaan penafsiran
terhadap ayat 104 dari surat Ali Imron yang berbunyi:
31 Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al Quran, 1971), hlm. 421. 32 M. Aminuddin Sanwar, Op Cit., hlm. 34. Lihat pula Asmuni Syukir, Op Cit.,hlm. 19
20
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar; merekalah orang yang beruntung”. (Ali ‘Imran:
104) 33
Perbedaan penafsiran terletak pada kata minkum “Min” diberikan
pengertian “littabidh” yang berarti sebagian, sehingga menunjukkan kepada
hukum fardhu kifayah. Sedangkan pendapat lainnya mengartikan dengan
“littab yin” yang artinya menerangkan sehingga menunjukkan kepada hukum
fardhu ain.34
Dari ayat-ayat tersebut, dapat diketahui bahwa hukum melaksanakan
dakwah adalah wajib baik bagi muslim maupun muslimat. Hanya saja dalam
berdakwah harus disesuaikan dengan ukuran kemampuan masing-masing.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim:
Artinya: “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka
hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu,
maka rubahlah dengan lisannya, bila ia tidak mapu rubahlah dengan
hatinya dan itu adalah paling lemahnya iman.” (HR. Muslim)35
Dari dalil-dalil tersebut jelas bahwa agama Islam mewajibkan kepada
umatnya untuk berdakwah kepada siapapun tanpa pandang muslim maupun
non-muslim, sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Yang terpenting
adalah cara dakwah yang dilakukan dengan cara yang baik, dan dakwah yang
dilakukan dalam rangka menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
33 Departemen Agama, Op Cit., 93. 34 M. Aminudin Sanwar, Op Cit. 35. 35 Syekh Al Islam Mukhyiddin, Riyadhus Sholikhin, (Surabaya: Al Hidayah, tth), hlm.
110.
21
3. Unsur-Unsur Dakwah
1. Subyek dakwah
Subyek dakwah atau dai adalah pelaksana dari kegiatan dakwah,
baik secara individu maupun kelembagaan. Dai adalah setiap muslim
laki-laki dan wanita yang baligh dan berakal baik ulama maupun bukan
ulama, karena kewajiban berdakwah adalah kewajiban yang dibebankan
kepada mereka seluruhnya.
2. Obyek dakwah
Obyek dakwah atau mad’u adalah seluruh umat manusia baik
pria maupun wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin,
maupun rakyat biasa. Karena hakekat dari diturunkannya agama Islam
berlaku secara universal untuk seluruh umat manusia.
3. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian proses untuk mencapai
suatu tujuan tertantu. Tanpa adanya tujuan, kegiatan dakwah tidak akan
terarah bahkan dapat menyebabkan proses transformasi pesan-pesan
agama menjadi gagal. Oleh karena itu, tujuan dakwah merupakan salah
satu faktor terpenting dalam pelaksanaan dakwah.
Asmuni Syukir membagi tujuan dakwah dalam dua kategori:36
a. Tujuan umum dakwah (major obyektif)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia
(meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada
jalan yang benar yang diridlai Allah SWT. Agar dapat hidup bahagia
dan sejahtera di dunia maupun di akherat.
Tujuan umum tersebut menunjukkan pengertian bahwa
dakwah ditujukan kepada seluruh umat manusia untuk mencapai
tujuan hidup mereka yaitu kebahagiaan di dunia dan di akherat.
36 Asmuni Syukir, Op Cit., hlm. 55-59.
22
b. Tujuan khusus dakwah (minor obyektif)
Tujuan khusus dakwah merupakan perincian dari tujuan
umum dakwah.Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
dakwah dapat diketahui arahnya secara jelas.
4. Materi Dakwah
Materi dakwah atau maadatud dakwah adalah semua bahan atau
sumber yang dipergunakan atau yang akan disampaikan oleh da’i
kepada mad’u dalam kegiatan dakwah untuk menuju kepada
tercapainya tujuan dakwah. Karena dakwah merupakan aktifitas
lanjutan daripada tugas rasul maka materi yang akan disampaikan
dalam kegiatan dakwah adalah semua ajaran yang dibawa oleh
Rasullullah SAW yang datangnya dari Allah SWT untuk seluruh umat
manusia.37
Adapun ajaran yang di bawa oleh rasul adalah ajaran Islam,
sehingga materi dakwahnya tidak lain adalah ajaran Islam yang
bersumber dari al- Quran dan al-Hadits. Adapun isi pesan dakwah
dalam materi tersebut merupakan ajakan dan anjuran dalam rangka
mencapai tujuan dakwah.
Menurut Asmuni Syukir dalam buku Dasar-Dasar Strategi
Dakwah Islam, materi dakwah dibagi menjadi tiga meliputi aqidah,
syariah, dan budi pekerti.38
a. Masalah aqidah
Aqidah dalam Islam bersifat batiniyah yang mencakup
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman, serta
masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya meliputi syirik
(menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan, dan
sebagainya.
37 M. Aminuddin Sanwar, Op Cit., hlm. 75. 38 Asmuni Syukir, Op Cit., hlm. 61-63.
23
b. Masalah syari’ah
Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah
SWT guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya
dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Artinya
bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengan syari’ah bukan
hanya terbatas pada hubungan ibadah dengan Allah SWT, tetapi
masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara
sesama manusia diperlukan juga.
c. Masalah akhlaqul karimah
Sebagai materi dakwah, masalah akhlak diperlukan untuk
menyempurnakan keimanan dan keislaman.
Sedangkan Barmawie Umary membagi materi dakwah lebih
rinci lagi, yaitu menjadi sepuluh materi, melipti: aqidah, akhlaq,
akhkam, ukhuwah, pendidikan, sosial, kebudayaan, kemasyarakatan,
amar ma’ruf, dan nahi mungkar.39
1) Aqidah
Menyebarkan dan menanamkan pengertian akidah Islamiyah
yang berpangkal dari rukun iman dan segala perinciannya.
2) Akhlak
Menerangkan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk
dengan segala dasar, hasil, dan akibatnya.
3) Ahkam
Menjelaskan aneka hukum meliputi ibadah, al ahwalusy
syakhsiyah, muamalah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.
4) Ukhuwah
Menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam
antar penganutnya sendiri, serta sikap pemeluk Islam terhadap
golongan lain.
39 Barmawie Umary, Azas-Azas Ilmu Dakwah, (Sala: Ramdani, 1969), hlm. 56-58
24
5) Pendidikan
Melukiskan sistem pendidikan yang telah dipraktekkan oleh
pendidik Islam di masa lampau dan bagaimana penerapan teori
pendidikan Islam di masa sekarang.
6) Sosial
Mengemukakan solidaritas menurut tuntunan agama, tolong
menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-
Hadits.
7) Kebudayaan
Mengembangkan kebudayaan yang tidak bertentangan dengan
norma-norma agama.
8) Kemasyarakatan
Menguraikan konstruksi masyarakat yang penuh berisi ajaran
Islam dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.
9) Amar Ma’ruf
Mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akherat.
10) Nahi Mungkar
Melarang manusia dari perbuatan jahat agar terhindar dari
malapetaka yang akan menimpa di dunia dan di akherat.
5. Media Dakwah
Media dakwah atau wassailud dakwah adalah alat yang dipakai
sebagai perantara untuk melaksanakan kegiatan dakwah.40
Aminuddin Sanwar dalam buku Pengantar Ilmu Dakwah membagi
alat-alat tersebut dalam enam macam.41
a. Dakwah melalui saluran lisan
Yang dimaksud dengan dakwah melalui saluran lisan adalah
dakwah secara langsung dimana da’i menyampaikan ajaran
40 M. Aminuddin Sanwar, Op Cit., hlm. 77. 41 Ibid., hlm. 77-78
25
dakwahnya kepada mad’u. Adapun peralatan yang dipakai untuk
berdakwah melalui saluran lisan adalah radio, TV, dan sebagainya.
b. Dakwah melalui saluran tertulis
Dakwah melalui saluran tertulis adalah kegiatan dakwah yang
dilakukan melalui tulisan-tulisan. Kegiatan dakwah secara tertulis ini
dapat dilakukan melalui surat kabar, majalah, buku-buku, brosur-
brosur, selebaran, buletin, spanduk, dan lain sebagainya.
c. Dakwah melalui saluran visual
Berdakwah melalui saluran visual adalah kegiatan dakwah
yang dilakukan dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat oleh mata
manusia atau dapat ditatap dalam menikmatinya. Alat-alat visual ini
dapat berupa kegiatan pentas pantomim, seni lukis, seni ukir,
kaligrafi dan lain sebagainya.
d. Dakwah melalui saluran audio
Berdakwah dengan menggunakan media audio adalah dakwah
yang dilakukan dan dipakai dengan perantaraan pendengaran. Yang
termasuk dalam media audio ini adalah radio, kaset (rekaman), dan
sebagainya.
e. Dakwah melalui saluran audio visual
Dakwah melalui media ini merupakan gabungan dari media
audio dan media visual. Dengan media ini, dakwah dapat dinikmati
mad’u dengan mendengar dan melihat secara langsung. Peralatan
audio visual ini antara lain TV, seni drama, wayang kulit, video, dan
lain-lain.
f. Dakwah melalui keteladanan
Penyampaian dakwah melaui keteladanan adalah penampakan
konsekuensi da’i antara pernyataan dan pelaksanaan. Dengan
keteladanan ini, memudahkan mad’u untuk meniru perbuatan yang
dilakukan oleh da’i.
26
Jadi yang dimaksud dengan media dakwah adalah alat yang
digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan dakwahnya kepada
mad’u.
6. Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Metode dakwah yang terdapat
di dalam al-Quran adalah hikmah, nasihat yang baik (mauidhoh
khasanah), dan berbantah dengan cara yang paling baik (mujadalah).
Sedangkan dalam hadist metode dakwah meliputi kekuatan anggota tubuh
(tangan), dengan mulut (lidah), dan apabila tidak mampu keduanya maka
dengan kekuatan hati. Seiring dengan perkembangan zaman, metode ini
terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan peralatan yang
digunakan.42
B. Tinjauan Tentang Media Massa
1. Media Massa Sebagai Unsur Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
primer. Dengan komunikasi manusia bisa melakukan pentransferan ide yang
menjadi kelangsungan kehidupannya, dengan komunikasi pula manusia bisa
mempengaruhi bahkan bisa merubah tingkah laku komunikan lainnya.
Secara harfiah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, yang
bersumber dari kata communis yang artinya sama. Sedangkan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah communication.43 Kata sama dalam pengertian
ini berarti kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Komunikasi
disebut efektif apabila antara komunikator dan komunikan memiliki kesamaan
makna terhadap pesan yang disampaikan. Sehingga dalam proses tersebut
tercipta kesamaan pikiran, dalam tingkat yang lebih tinggi komunikasi dapat
merubah prilaku dari komunikan.
42 Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logis, 1977), hlm. 34-
35. 43 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), hlm. 9.
27
Adapun mengenai pendapat para ahli, banyak yang mendefinisikan arti
komunikasi sesuai dengan latar belakang para tokoh yang mendefinisikannya.
Onong menuliskan bahwa Harrold Laswellseorang sarjana hukum pada
Yale University di Amerika Serikat menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk
menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which
channel to whom with what effect”.44 Sementara sarjana psikologi kenamaan
Amerika Carl I. Hovland memberikan definisi komunikasi sebagai proses “the
process by which an individual (the communicator) transmits stimully (usually
verbal symbols) to modiify the behaviour of other individuals”.45
Sebagai ilmu sosial, komunikasi senantiasa berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Semula komunikasi dipahami sebagai pertransferan ide
antara komunikator dan komunikan yang berlangsung antar pribadi atau tatap
muka (face to face communication). Pada umumnya komunikator berkenalan
dengan penerima pesan atau penerima informasi (komunikan). Media massa
yang digunakan juga masih sederhana, misalnya, kentongan atau memanjat
pohon digunakan sebagai alat untuk memanggil penduduk.46
Seiring dengan modernnya suatu masyarakat semakin kompleks pula
sistem komunikasinya. Dengan perkembangan tersebut, komunikasi mendapat
perhatian serius dari berbagai kalangan. Bahkan dalam tingkat yang lebih luas,
komunikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mengetahui kebijakan
pemerintah dalam menetapkan peraturan ataupun instruksi lainnya. Untuk
menyampaikan ide ini, maka dibutuhkan sebuah sarana. Dalam hal demikian,
media massa baik cetak maupun elektronik memegang peranan yang penting
dalam menyampaikan ide tersebut. Dengan melalui media ini, seorang
komunikator akan lebih mudah menyampaikan pesan-pesannya kepada
komunikan. Sehingga dalam waktu yang singkat, pesan dapat menjangkau
keberadaan khalayak yang menjadi sasarannya. Oleh karena itu, media massa
mempunyai peran yang sangat signifikan dalam proses komunikasi.
44 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1999), hlm.
25. 45 Onong Uchjana Effendi, Op Cit., hlm. 4. 46 A. Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 4.
28
2. Ciri-Ciri Media Massa
Sebagaimana media komunikasi lainnya, media massa mempunyai ciri
dan karakteristik yang dapat dibedakan dengan media lainnya.
Mafri Amir memberikan karakteristik media massa sebagai berikut:47
1. Komunikasinya berlangsung satu arah
Artinya bahwa antara komunikator dan komunikan tidak dapat
merasakan reaksi masing-masing. Dimana respon yang terjadi tidak dapat
dilihat langsung sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi persona.
2. Komunikatornya melembaga
Informasi yang disampaikan bersumber dari institusi atau lembaga.
Informasi yang disampaikan oleh komunikator telah diproses dalam
lembaga tersebut, dengan melalui tahapan-tahapan yang dilakukan di
lembaga tersbut.
3. Pesan komunikasi bersifat umum
Pesan yang disampaikan bukan bersifat pribadi melainkan pesan
yang sifatnya umum dan menyangkut orang banyak.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Artinya dalam waktu yang bersamaan, masyarakat dapat mengetahui
informasi yang sama dalam waktu yang serentak.
5. Komunikannya heterogen
Komunikan pada media ini tidak hanya untuk kalangan tertentu,
tetapi memberikan porsi untuk semua orang tanpa memandang umur,
jenis kelamin, bangsa, dan siapa saja yang menjadi penerima informasi
dari media tersebut.
3. Pesan dalam Media Massa
Charles Wright, dalam buku karangan Wiryanto yang berjudul Teori
Komunikasi Massa, memberikan karakteristik pesan-pesan media massa
sebagai berikut:48
47 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999), hlm. 29-30.
29
1. Publicy
Pesan-pesan komunikasi massa tidak ditujukan kepada perorangan,
melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua orang
menerima pesan yang sama dan disampaikan secara publicly.
2. Rapid
Pesan dibuat secara massal dan dirangcang untuk mencapai
audiens yang luas dan dalam waktu yang sangat singkat.
3. Transient
Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk untuk
memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali saja. Namun, ada
pengecualian, seperti buku-buku perpustakaan, film, dan rekaman
lainnya yang merupakan kebutuhan dokumentatif.
Sedangkan bentuk pesan terbagi menjadi tiga, yaitu informatif,
persuasif, dan koersif.49
1. Pesan berbentuk informatif yaitu pesan yang bersifat memberikan
keterangan-keterangan (fakta-fakta) kemudian komunikan mengambil
kesimpulan dan keputusan sendiri.
2. Pesan berbentuk persuasif yaitu pesan yang berisikan bujukan,
membangkitkan pengertian, dan kesadaran manusia bahwa pesan yang
disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini
adalah atas kehendak sendiri bukan dipaksakan.
3. Pesan berbentuk koersif yaitu pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk dari
penyampaian koersif biasanya berupa perintah-perintah yang bersifat
memaksa dan menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan
publik.
48 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grafindo, 2000), hlm. 6. 49 H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 32.
30
Selain itu, pesan yang disampaikan harus mengena dalam diri
komunikan. Untuk itu pesan harus memenuhi syarat-syarat:50
1. Pesan harus direncanakan dengan baik, serta disesuaikan dengan
kebutuhan komunikan.
2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak (komunikator dan komunikan).
3. Pesan harus menarik minat komunikan dan menimbulkan kepuasan.
4. Efek Media Massa
Untuk mengetahui pesan komunikasi sampai kepada komunikan atau
tidak maka dapat dilihat dari efek yang terjadi dalam diri komunikan. Efek
tersebut terdapat pada tiga aspek, yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek
behavioral.51
a. Efek kognitif
Efek kognitif adalah efek komunikasi yang timbul pada
komunikan. Komunikasi yang terjadi merupakan informasi saja bagi
dirinya. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran
si komunikan. Tujuan komunikator hanya pada upaya memberi tahu.
Efek kogitif terjadi apabila komunikan dalam komunikasi massa
merasa mendapatkan banyak pengetahuan dari komunikator komunikasi
tersebut. Seorang pembaca media cetak akan merasa mendapat
pengetahuan baru setelah membaca pesan yang dituliskan dalam media
tersebut. Sedangkan penonton televisi akan mendapatkan pengetahuan
setelah menonton dan mendengar tayangan yang disajikan oleh media
audiovisual tersebut. Apabila media tersebut telah mampu memberikan
tambahan pengetahuan bagi komunikannya, berarti media tersebut telah
menimbukan efek kognitif bagi penerima pesan yang disampaikan.
50 Ibid. hlm. 94. 51 Mafri Amir, Op Cit., 31-32.
31
b. Efek afektif
Efek afektif memiliki kadar yang lebih tinggi daripada efek kognitif.
Tujuan komunikator bukan hanya komunikan menjadi tahu, tetapi
menggerakkan hatinya.
Efek kognitif memberikan dampak yang lebih mengena dalam
perasaan komunikannya. Ketika pembaca membaca tulisan yang sedih,
maka dalam diri komunikan akan muncul perasaan iba, kasihan, dan
sebagainya. Seorang penonton akan tertawa ketika menyaksikan tontonan
lawak atau komedi lainnya. Jika komunikan telah dapat ikut merasakan
suasana yang dicipta oleh komunikator berarti komunikasi yang
dilakukan telah memiliki efek kognitif dalam proses komunikasi.
c. Efek behavioral
Efek behavioral merupakan dampak yang timbul pada komunikan
dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.
Setelah mendapatkan tambahan pengetahuan, dan ikut merasakan
kondisi yang disampaikan komunikator, maka efek yang terakhir adalah
berubahnya prilaku dari komunikan. Jika komunikan telah melakukan
perubahan prilaku atau melakukan apa yang disampaikan oleh
komunikator berarti proses komunikasi tersebut telah mencapai efek
behavioral dalam diri komunikan.
5. Fungsi Media Massa
Secara garis besar fungsi media massa ada tiga yaitu, (1)
menyiarkan informasi (to inform), (2) mendidik (to educate), (3) menghibur
(to entertain).
Onong Uchjana Efendi membagi fungsi media massa menjadi empat
macam.52
a. Fungsi Menyiarkan Informasi (to inform)
Menyiarkan informasi merupakan fungsi media massa yang
pertama dan utama. Khalayak memerlukan informasi tentang apa yang
52 Onong Uchjana Effendi, Op Cit., 149-150.
32
terjadi, pikiran atau gagasan orang lain, apa yang dikatakan, dan
sebagainya
b. Fungsi Mendidik (to educate)
Sebagai sarana pendidikan massa, media massa memuat hal-hal
yang mengandung pengetahuan sehingga komunikan bertambah
pengetahuannya.
c. Fungsi Menghibur (to entertain)
Media massa juga perlu untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan
dengan hiburan. Ini dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh komunikan
ketika menikmati sajian yang membutuhkan banyak konsentrasi.
Hal-hal yang bersifat hiburan biasanya disajikan dalam cerita, dan tak
jarang pula memuat sisi-sisi minat insani (human interest).
d. Fungsi Mempengaruhi (to influence)
Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan media massa
memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan
adanya media massa komunikator akan lebih mudah untuk mengajak dan
membangkitkan emosi komunikan yang manjadi sasarannya.
Harold D. Lasswell, sebagaimana dikutip Wiryanto dalam buku
Teori Komunikasi Massa menyebutkan fungsi media massa sebagai
berikut:53
1. Surveillance of the environtment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. Sebagai pengamat
dalam komunikasi massa, media berperan dalam mengamati siklus yang
terjadi dalam dinamika masyarakat. Dengan adanya media ini,
komunikator akan lebih berhati-hati dalam membuat pesan yang akan
disampaikan, karena dalam proses pembuatannya akan selalu diamati
oleh media ini. Sehingga pesan tersebut mengandung unsur yang selalu
memperhatikan kebutuhan dan keinginan khalayak yang menjadi
sasarannya.
53 Wiryanto, Op Cit., hlm. 50.
33
2. Correlation of the parts of society in responding to the environment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar
sesuai dengan lingkungannya. Sebagai penghubung dari lingkungan
masyarakat, media massa diharapkan mampu untuk menjadi mediator
dalam proses komunikasi antara pembuat kebijakan dengan masyarakat.
Dengan adanya media, masyarakat yang menjadi sasaran dalam proses
komunikasi massa dapat menyampaikan aspirasinya melalui media ini
tanpa harus bertemu langsung dengan pihak yang membuat kebijakan.
3. Transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke
generasi selanjutnya. Keberadaan media massa dapat juga berfungsi
sebagai pencatatan sejarah. Dengan didokumentasikannya tulisan
ataupun sajian yang berkaitan dengan kondisi zaman pada saat tayangan
itu disampaikan, maka di masa yang akan datang tulisan atau sajian
tersebut dapat dijadikan sebagai bukti otentik bagi kehidupan masyarakat
di lain waktu.
6. Metode Media Massa
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi massa disebut juga
dengan media cetak atau media elektronik. Disebut media cetak karena
media yang digunakan adalah barang hasil cetakan, seperti majalah, surat
kabar, buletin. Sedangkan media elektronik mempergunakan alat-alat yang
bersifat elektro, seperti radio, televisi.54
a. Media Cetak.
Penulisan pada media cetak merupakan hasil pemikiran
terhadap suatu ide dan pengamatan terhadap obyek tertentu yang
diungkapkan secara tertulis. Agar hasil dari pemikiran dan pengamatan
itu dapat dimengerti secara tepat oleh pembacanya, maka pemilihan
54 Mafri Amir, Op Cit., hlm. 25-26.
34
bahasa dan katanya harus tepat pula. Berdasarkan fungsinya, ada lima
jenis tulisan, yaitu:55
1) Narasi atau cerita
Jenis tulisan narasi adalah tulisan yang berbentuk cerita yang
berfungsi sebagai pengungkapan kisah atau peristiwa yang terjalin
secara runtut. Dalam hal ini, penulis bertindak sebagai pencerita yang
berada di luar kejadian, dan bersikap netral, tidak memihak, dan tidak
boleh melibatkan emosi.
2) Deskripsi atau penggambaran
Dalam penulisan ini lebih memberikan keleluasaan bagi
penulisnya untuk menyampaikan ide atau gagasan yang ada dalam
dirinya, baik kejadian yang dijumpainya dan juga kesan-kesannya.
Penulis bahkan dapat mengungkapkan perasaannya dengan peribahasa
atau ungkapan, personifikasi dan pengandaian agar pembaca bisa
mendapatkan gambaran yang jelas tentang suatu peristiwa.
3) Eksposisi atau keterangan
Jenis tulisan ini memuat keterangan dan gagasan penulis.
Eksposisi berfungsi mengungkapkan atau memaparkan pikiran penulis
tentang sesuatu hal. Dalam jenis ketiga ini pendapat penulis hampir
mewarnai tulisan sedangkan fakta yang disajikan oleh penulisan
sangat sedikit dan cenderung hanya merupakan contoh atau bahan
yang diolah.
4) Argumentasi atau perbantahan
Jenis tulisan ini mempunyai kaitan dengan jenis eksposisi.
Dalam penulisan jenis argumentasi, penulis memaparkan pendapatnya
sehubungan dengan pendapat atau komentar orang lain tentang
sesuatu hal. Masing-masing pihak terlibat dalam adu argumentasi
yang bertolak dari olah pikirnya sendiri atau orang lain sehingga
55 Patmono SK, Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis Untuk Menjadi Seorang Wartawan,
(Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 12-16.
35
terjadi polemik. Dalam berpolemik, penulis hanya diperbolehkan
untuk memaparkan pendapatnya tentang pokok persoalan.
5) Refleksi atau renungan
Refleksi atau renungan adalah jenis tulisan yang mengajak
pembaca untuk merenungkan sesuatu hal. Dalam hal ini, pembaca
diajak bukan hanya mengolah pikirannya saja, tetapi juga
perasaannya. Oleh karena itu, penulis harus mampu membawa
perasaan pembacanya untuk mengandaikan dirinya pada peristiwa
atau kejadian tersebut. Dengan demikian, penulis harus sudah
mempunyai kesimpulan tentang hal-hal yang menjadi tujuan dari
penulisannya.
b. Media Elektronik
1.Media Audio
Melalui media ini komunikan hanya akan dapat mendengarkan
pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media dengar.
Yang termasuk dalam media ini adalah radio. Media ini mempunyai
kelebihan tersendiri, sebab komunikan akan akan dapat menikmati
proses komunikasi dengan tetap menjalankan aktifitas lain yang
sedang dilakukannya.
2.Media Audio-Visual
Dibandingkan dengan media radio, media ini lebih mampu
untuk menyajikan pesan dengan sempurna. Seorang komunikan
tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat melihat secara
langsung kondisi riil yang sedang terjadi. Media ini sekarang juga
telah menjadi kebutuhan primer di lingkungan masyarakat.
C. Dakwah Melalui Buletin
Dakwah Islam melalui media cetak merupakan salah satu cara dakwah
dalam bentuk tulisan telah terdapat sejak zaman Rasul, walaupun dakwah yang
dilakukan sebatas pengiriman surat-surat pribadi Rasul kepada penguasa di
36
sekitarnya. Kegiatan dakwah secara tertulis ini dapat dilakukan melalui surat
kabar, majalah, buku, brosur, buletin, dan lain sebagainya.56
Akhir-akhir ini banyak dijumpai pelaksanaan dakwah melalui media
buletin. Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta
singkat atau pernyataan tertulis yang ditebitkan secara periodik oleh suatu
organisasi atau lembaga.57
Dipilihnya media ini karena buletin memiliki kelebihan, antara lain: 58
1. Buletin mudah untuk dimiliki oleh masyarakat karena harganya relatif
murah dibanding dengan media cetak lainnya.
2. Sesuai dengan karakteristiknya media ini dapat menyampaikaan
keanekaragaman informasi, seperti artikel, konsultasi agama, serta ajaran-
ajaran Islam lainnya dapat dimasukkan kedalamnya.
3. Buletin dapat dibaca berulang kali sehingga dapat dipahami sampai
mendetail.
Sedangkan yang menjadi kelemahan berdakwah melalui media media
buletin adalah:59
1. Tidak semua pembaca buletin mampu memahami bahasa yang digunakan
oleh penulis dalam menyampaikan pesan dakwahnya..
2. Komunikasi yang dilakukan oleh buletin bersifat pasif, sehingga reaksi
pembaca tidak dapat diketahui secara langsung.
Saat ini telah cukup banyak buletin-buletin yang terbit setiap Jumat
yang berkaitan dengan pelaksanaan dakwah Islamiyah. Dengan media buletin,
pesan dakwah yang disampaikan dapat langsung sampai kepada pembaca, dan
dapat dikaji ulang untuk meningkatkan pemahaman keagamaan pembacanya.
Bahkan dengan ukuran buletin yang kecil, menjadikan media ini dapat dibawa
kemana saja dan dapat juga dikumpulkan untuk menjadi bahan referensi pada
lain waktu bilamana diperlukan.
56 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam: Teknik Dakwah Dan Leadership, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1992), hlm. 85. 57 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Loc. Cit. 58 Asmuni Syukir, Op Cit., hlm. 178-179. 59 Onong Uchjana Effendi, Op Cit., hlm. 205.
37
Dakwah melalui buletin merupakan wujud dari pelaksanaan dakwah
dalam rangka menjadi sarana bagi perubahan sosial. Keberadaan media ini
dapat berperan sebagai upaya memperluas cakrawala pengetahuan
pembacanya. Dengan penyajian materi yang singkat dan berisi dengan muatan-
muatan dakwah, pesan yang disampaikan dapat memberikan tambahan
informasi, sehingga pembaca memperoleh tambahan informasi setelah
membaca buletin tersebut. Dalam pelaksaan yang lebih lanjut, materi dalam
buletin dapat dijadikan bahan diskusi bagi pembacanya. Dengan berubahnya
pola pikir masyarakat dan diikuti dengan berubahnya sikap masyarakat berarti
buletin telah mampu membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik dari
kondisi sebelumnya.
Penyajian materi yang singkat, dan mudah dicerna bagi pembacanya
membuat buletin akan senantiasa ditunggu kehadirannya. Bagi penulis buletin,
media ini akan memacu semangat para penulis untuk selalu menyajikan materi-
materi yang diperlukan oleh pembaca, ataupun disesuaikan dengan kebutuhan
pada saat materi tersebut disampaikan. Misalnya pada bulan Ramadhan,
penulis buletin menyajikan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bulan
suci, sehingga pembaca menjadi lebih mengerti tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan bulan Ramadan secara lengkap tanpa harus membeli buku
yang harganya relatif lebih mahal.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, buletin dianggap mampu
memberikan nuansa lain dalam pelaksanaan dakwah.