Download docx - BAB I.docx

Transcript
Page 1: BAB I.docx

BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan Praktikum

Mengetahui fenomena distribusi temperature pada sirip silinder horizontal.

Megetahu sejauh mana keakuratan perhitungan dengan metode analitik

dapat dicapai.

Mengetahui keandalan sirip sebagai alat pelepas panas.

Page 2: BAB I.docx

BAB II

TEORI DASAR

II. 1. 4. a. Teori dasar

Sirip adalah suatu bagian yang biasanya digunakan pada sistem

pendingin atau alat pendingin, sirip lebih dikenal sebagai alat untuk

membantu mempercepat proses pendingin. Dalam sistem pendinginan

udara di beri sirip – sirip pendingin, hal ini di lakukan untuk

memperbesar luas permukaan yang bersinggungan dengan udara

pendingin yang akan mengalir ke sekelilingnya. Panas yang timbul dari

hasil pembakaran akan di ambil oleh udara pendingin yang mengalir

melalui sirip- sirip tersebut. Sirip – sirip tersebut sebagai penghantar

panas dari dalam mesin untuk mencegah panas yang berlebihan sehingga

temperature kerja mesin tetap terjaga. Udara yang menyerap panas dari

sirip – sirip harus mengalir supaya udara sekitar sirip – sirip tetap rendah.

Untuk mesin – mesin yang diam atau stasioner aliran udara dapat di buat

dengan cara hembusan blower.

II. 1.1. Teori dasar dalam modul

Pengujian yang akan dilakukan meliputi 3 kasus sirip yang

mungkin terjadi yaitu:

1. Sirip mempunyai panjang tertentu dan melepaskan kalor dari

ujungnya.

2. Sirip sangat panjang dan mempunyai suhu di ujung sirip sama

dengan suhu fluida sekitar.

3. Ujung sirip diisolasi sehingga dt/dx = 0 pada x = L

Dengan perhitungan sisitem konduksi – konveksi pada sirip akan

diperoleh persamaan – persamaan penting berikut :

Page 3: BAB I.docx

Distribusi suhu tanpa dimensi

Kasus I

Tx−T ∞Ts−T ∞

=cosh m( L−X )+( HL /mk )sinh m( L−X )cosh mL+(hL/mk )sinh ml ……….1

dimana:

Tx = Temperatur sirip pada jarak X dari dinding sirip

T = Temperatur udara sekitar

Ts = Temperatur dasar dinding

HL = Koefisien konveksi pada permukaan ujung

k = Koefisien konduksi bahan sirip

L = Panjang sirip

X = Jarak titik pengamatan ke dinding pendinginan

hL = Koefisien konveksi permukaan sirip

P = Keliling sirip

A = Luas penampang sirip

m=√hp /kA

Kasus II

Tx−T ∞Ts−T ∞

=e−mx

……………………………………………….2

Page 4: BAB I.docx

Kasus III

Tx−T ∞Ts−T ∞

=cosh m( L−X )cosh (mL) ……………………………………3

Laju aliran panas dari sirip:

Kasus I

q=√ P . h . A .k (Ts−T ∞ )sinh mL+( HL /mk )coshmLcosh mL+(hL/mk )sinh mL ……….4

Kasus II

q=√ P . h . A .k (Ts−T ∞ ) ……………………………………….5

Kasus III

q=√ P . h . A .k (Ts−T ∞). tanh(mL)……………………………..6

Page 5: BAB I.docx

Menentukan koefisien perpindahan panas konveksi (h)

1. Konveksi bebas

Temperatur film (Tf)

Tf =(Tω+T ∞)/2

dimana :

T = Temperatur udara lingkungan

T = Temperatur rata – rata dinding sirip

Angka Grashof (Gr)

Gr=g . β .(Tω−T ∞)d3

v2

dimana :

g = Gaya gravitasi

= Koefisien muai volume = 1/Tf

d = Diameter sirip

v = Viskositas kinematika ( sifat fisik fluida )

Angka Nusselt (Nu)

Nu=C .(Gr . Pr )m

dimana : Pr = Angka Prandtl (sifat fisik fluida )

Harga konstanta C dan m tergantung harga Gr dan Pr, dapat

dilihat pada buku teks perpindahan panas.Sifat dievaluasi pada

temperatur film.

Page 6: BAB I.docx

Nu=0 ,36+0 ,518(Gr . Pr )1/4

[1+( 0 ,559 /Pr )9/16 ]4 /9

Untuk aliran laminar 10−6 Gr.Pr 109

Sifat dievaluasi pada temperatur film

Koefisien perpindahan panas konveksi (h)

H = Nu. K/d

Dengan k = konduktivitas termal fluida

2. Konveksi Paksa

Koefisien tahanan aliran (Cd)

Cd=0 ,9716+1 , 35 .10−3Pn

dimana : Pn = Beda tekanan antara tekanan udara lingkungan

dengan tekanan udara static di leher nosel (dalam mm H2O)

Massa jenis Udara (o)

o = Po/(R.To) [kg/m3]

Dengan : R = 287 Nm/kg.K

Po= Tekanan udara lingkungan [N/m2]

To= Temperatur udara lingkungan [K]

Kecepatan aliran udara di nosel (Vn)

Vn = Cd [(2 Pn)/ o]1/2 [m/s]

Dengan Pn dalam N/m2

Page 7: BAB I.docx

Kecepatan aliran udara di ruang uji (V)

V= AnAru

Vn[m/s]

dimana : An = luas penampang nosel = 0,1662. 10-2 m2

Aru = luas penampang ruang uji = 0,100264 m2

Bilangan Reynold (Re)

Re= v . dv ;

d=√ Aru. 4π ;

Aru= Rd2

4

Bilangan Nusselt (Nu)

Persamaan Hilpert:

Nu=C . Ren .Pr1 /3

Page 8: BAB I.docx

Dengan konstanta C dan n

Re Cn

0,4 – 4 0,98

9

0,330

4 – 40 0,91

1

0,380

40 – 4000 0,68

3

0,466

40000 –

40.000

0193 0,618

Sifat dievaluasi pada temperatur film

Persamaan Eckert da Drake :

Nu=(0 , 43+0 ,50 Re0,5 )Pr0 ,38

Untuk 1 Re 103

Sifat dievaluasi pada temperatur film

Persamaan Churchill dan Bernestein :

Nu=0,3+0 , 62Re1/2 Re1/3

[1+[ 0,4Pr ]

2 /3 ]3/4 [1+[Re

282 . 000 ]5 /8]

4/5

Untuk 102 Re 107 ; Pe 0,2

Sifat dievaluasi pada temperatur film

Page 9: BAB I.docx

Persamaan Whitaker :

Nu=(0,4 Re0,5+0 ,06 Re2/3 ) pr 0,4[ μ∞μω ]

1 /4

Untuk 40 Re 105 ; 0,25 / w 5,2

Semua sifat dievaluasi pada suhu bebas kecuali w pada suhu

dinding .

II. 1.2. Perpindahan panas

Perpindahan panas adalah bentuk perpindahan energi yang berupa

kalor dari temperature tinggi ke temperature rendah baik menggunakan

perantara atau tidak. Perpindahan energi yang terjadi karena adanya

perbedaan temperatur di antara benda atau material.

II. 1.3. Modus modus perpindahan panas

Modus-modus perpindahan panas ada 3 jenis, yaitu :

A. KONDUKSI

Konduksi adalah perpindahan panas tanpa adanya

perpindahan partikel – partikel. Perpindahan panas melalui

benda padat. Benda yang dapat menghantarkan panas dengan

baik disebut konduktor. Pada umumnya, konduktor terbuat dari

logam.Benda yang sukar menghantarkan panas disebut

Page 10: BAB I.docx

isolator.Pada peristiwa konduksi, panas mengalir melalui

molekul-molekul zat tanpa memindahkan atau menggerakkan

molekul zat itu.Benda padat memiliki kemampuan merambatkan

panas secara konduksi yang berbeda-beda. Kita katakan bahwa

energi berpindah secara konduksi ( conduction) atau hantaran

dan bahwa laju perpindahan kalor itu berbanding dengan

gradien suhu normal :

qA ~

∂T∂ x

Jika dimasukkan konstanta proporsionalitas (proportionally

constant) atau tetapan kesebandingan, maka:

q=−kA∂T∂ x

dimana q ialah laju perpindahan kalor dan

∂T∂ x gradien suhu ke

arah perpindahan kalor. Konstanta positif k disebut

konduktivitas atau kehantaran termal (thermal conductivity)

benda itu, sedang tanda minus diselipkan agar memenuhi hokum

kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ke tempat

yang lebih rendah dalam skala suhu.

Page 11: BAB I.docx

B. KONVEKSI

Konveksi adalah perpindahan panas dengan adanya

perpindahan partikel atau karena terjadinya perpindahan zat.

Peristiwa konveksi atau aliran zat terjadi pada perubahan suhu

suatu zat. Contohnya adalah air yang sedang direbus. Zat cair

dan gas yang terkena panas maka molekul-molekulnya

bertambah besar dan beratnya tetap, sehingga akan bergerak ke

atas. Gerakan ke atas ini akan diikuti oleh gerakan zat lain

secara terus menerus sehingga terjadi aliran zat karena panas.

Dari peristiwa aliran inilah, maka panas dapat merambat secara

konveksi. Untuk menyatakan pengaruh keseluruhan dari

konveksi, kita gunakan HK Newton tentang pendinginan :

Page 12: BAB I.docx

q=hA (Tω−T ∞)

Pada perpindahan kalor secara konveksi kita perlu

memperhitungkan kecepatan fluida karena gradien suhu

bergantung pada laju fluida yang membawa kalor

pergi;kecepatan yang tinggi akan menyebabkan gradien suhu

yang besar pula, dan demikian seterusnya. Jadi, gradien suhu

pada dinding bergantung dari medan aliran. Tapi perlu diingat

bahwa mekanisme fisik pada dinding benda yang dilewati oleh

fluida itu berupa proses konduksi. Dari sini laju perpindahan

kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh antara dinding

dan fluida, luas permukaan A. Besaran h disebut koefisien

perpindahan – kalor konveksi (convection heat – transfer

coefficient). Koefisien perpindahan kalor kadang – kadang

disebut konduktans film (film conductance) karena

hubungannya dengan proses konduksi pada lapisan diam fluida

yang tipis pada muka dinding

KONVEKSI PAKSA

“Sistem dimana fluida didorong oleh permukaan

perpindahan kalor, atau melaluinya”.

Rumusanya untuk menyelesaikan masalah pada aliran yang

melintas silinder horizontal ada diberikan diatas bila zat yang

mengalir adalah udara.

Page 13: BAB I.docx

KONVEKSI BEBAS

“Konveksi karena fluida yang berubah densitasnya

(kerapatannya ) karena proses pemanasan bergerak naik.

Rumusannya untuk menyelesaikan masalah pada aliran yang

melintas silinder horizontal ada diberikan diatas bila zat yang

mengalir adalah udara.

RADIASI

Radiasi adalah perpindahan panas karena adanya perbedaan

temperature perpindahan panas yang terjadi secara radiasi

( melalui gelombang elektromagnetik) tanpa zat perantara.

Contoh paling mudah dari perpindahan panas secara radiasi

adalah pancaran sinar matahari.Matahari memancarkan

panasnya sehingga sampai ke permukaan bumi melalui ruang

hampa.Di ruang hampa tidak ada zat yang dapat dilalui dan juga

tidak ada zat yang dapat mengalir.Panas matahari tersebut

sampai ke Bumi secara langsung atau secara pancaran tanpa

melalui zat perantara.Berlainan dengan mekanisme konduksi

dan konveksi, di mana perpindahan energi terjadi melalui bahan

antara, kalor juga dapat berpindah ke daerah – daerah

hampa.Mekanismenya disini adalah sinaran atau radiasi

elektromagnetik.Disini kita batasi pembahasan pada radiasi

Page 14: BAB I.docx

termal (thermal radiation).Benda hitam (black body),

memancarkan energi dengan laju yang sebanding dengan

pangkat empat suhu absolut benda itu. Jika dua benda saling

bertukar kalor dengan proses radiasi, maka kalor bersih yang

bertukar berbanding dengan beda T4. Jadi,

q=σA (T14−T

24 )

di mana ialah konstanta proporsionalitas dan disebut konstanta

Stefan – Boltzmann dengan nilai 5,669 x 10-8 W/m2.K4. Hukum

Stefan – Boltzmann tentang radiasi termal, dan berlaku hanya

untuk benda hitam. Untuk memperhitungkan sifat “abu – abu”

permukaan demikian kita tampilkan suatu factor lain ke dalam

persamaan tersebut yang disebut emisivitas atau ke pancaran

(emissivity), yang menghubungkan sinar dari permukaan “abu –

abu”dengan permukaan yang hitam sempurna. Untuk

memperhitungkan kedua situasi itu kita masukkan dua factor

lagi kedalam sehingga:

q=Fε FG σ . A (T1

4−T24 )

diamana F ε , adalah fungsi emisivitas dan FG fungsi “factor

pandangan” (viewfactor) geometric.

Page 15: BAB I.docx

II. 1.4. Pengertian

II. 1. 4. a. Bilangan reynold

Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah  rasio antara

gaya  inersia (vsρ) terhadap gaya  viskos (μ/L) yang

mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan

suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk

mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda,

misalnya laminar dan turbulen. Namanya diambil dari Osborne

Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.

Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak

berdimensi yang paling penting dalam mekanika fluida dan

digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi lain,

untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic

similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris,

mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda

pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan,

keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis.

dengan:

vs - kecepatan fluida,

L - panjang karakteristik,

μ - viskositas absolut fluida dinamis,

ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,

ρ - kerapatan (densitas) fluida.

Page 16: BAB I.docx

II. 1. 4. b. Bilangan pranold

Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah  rasio antara

gaya  inersia (vsρ) terhadap gaya  viskos (μ/L) yang

mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan

suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk

mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda,

misalnya laminar dan turbulen. Namanya diambil dari Osborne

Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.

Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak

berdimensi yang paling penting dalam mekanika fluida dan

digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi lain,

untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic

similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris,

mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda

pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan,

keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis.

dengan:

vs - kecepatan fluida,

L - panjang karakteristik,

μ - viskositas absolut fluida dinamis,

ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,

ρ - kerapatan (densitas) fluida.

Perhatikan bahwa sedangkan bilangan Reynolds dan nomor

Grashof yang subscript dengan variabel skala panjang, jumlah

Page 17: BAB I.docx

Prandtl tidak mengandung skala panjang seperti dalam definisi

dan tergantung hanya pada cairan dan negara fluida. Dengan

demikian, jumlah Prandtl sering ditemukan dalam tabel properti

bersama sifat-sifat lainnya seperti viskositas dan konduktivitas

termal .

Khas nilai untuk   adalah:

(Rendah   - Difusivitas termal yang dominan)

sekitar 0,015 untuk merkuri

sekitar 0,16-0,7 untuk campuran gas mulia atau gas mulia

dengan hidrogen

sekitar 0,7-0,8 untuk udara dan lainnya banyak gas ,

antara 4 dan 5 untuk R-12 refrigeran

sekitar 7 untuk air (Pada 20 derajat Celcius )

13,4 dan 7,2 untuk air laut (Pada 0 derajat Celcius dan

20 derajat Celcius masing-masing)

antara 100 dan 40.000 untuk oli mesin

sekitar 1 × 10 25 untuk Bumi 's mantel .

(Tinggi   - Momentum difusivitas yang dominan)

Untuk merkuri, konduksi panas sangat efektif dibandingkan

dengan konveksi : difusivitas termal dominan. Untuk oli mesin,

konveksi sangat efektif dalam mentransfer energi dari suatu

daerah, dibandingkan dengan konduksi murni: difusivitas

momentum dominan.

Page 18: BAB I.docx

Dalam masalah perpindahan panas, jumlah Prandtl

mengontrol ketebalan relatif dari momentum dan termal lapisan

batas . Ketika Pr kecil, itu berarti bahwa panas berdifusi sangat

cepat dibandingkan dengan kecepatan (momentum). Ini berarti

bahwa untuk logam cair ketebalan lapisan batas termal jauh lebih

besar dari lapisan batas kecepatan.

Perpindahan massa analog jumlah Prandtl adalah nomor

Schmidt .

II. 1. 4. c. Grashoff

The Grashof Nomor    adalah  nomor berdimensi 

dalam  dinamika fluida  dan  perpindahan panas yang

mendekati rasio  apung  untuk  kental  gaya yang bekerja pada

fluida.  Ini sering muncul dalam studi situasi yang

melibatkan konveksi alami . Hal ini dinamai insinyur

Jerman Franz Grashof .

untuk pelat datar vertikal

untuk pipa

Page 19: BAB I.docx

bagi tubuh menggertak

di mana L dan D subskrip menunjukkan dasar panjang skala

untuk Nomor Grashof.

g = percepatan gravitasi bumi

β = volumetrik koefisien ekspansi termal (sama dengan kira-kira

1 / T, untuk cairan yang ideal, di mana T adalah temperatur

absolut)

T s = suhu permukaan

T ∞ = massal temperatur

L = panjang

D = diameter

ν = viskositas kinematik

Transisi ke aliran turbulen terjadi dalam kisaran  untuk konveksi

alami dari plat datar vertikal. Pada nomor Grashof lebih tinggi,

lapisan batas turbulen, pada nomor Grashof rendah, lapisan

batas adalah laminar.

Produk dari jumlah Grashof dan  nomor Prandtl 

memberikan nomor Rayleigh , sejumlah berdimensi yang

mencirikan masalah konveksi dalam transfer panas.

Ada bentuk analog dari jumlah Grashof digunakan dalam kasus

konveksi alami perpindahan massa masalah.

dimana

dan

Page 20: BAB I.docx

g = percepatan gravitasi bumi

C a, s = konsentrasi spesies pada permukaan

C, konsentrasi = spesies dalam media ambien

L = panjang karakteristik

ν = viskositas kinematik

ρ = fluida kerapatan

C = konsentrasi dari spesies

T = temperatur konstan

p = tekanan konstan

II. 1. 4. d. Konveksi paksa

Konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan

pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang

hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan,

konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang

besar.

Dalam analisa konveksi Alami / bebas kita akan

mempergunakan suatu gejala yang telah diamati oleh orang

orang yunani lebih dari 2000 tahun yang lalu serta dirumuskan

oleh Archimides kurang lebih sebagai berikut : “ sebuah benda

yang terendam didalam suatu fluida mengalami gaya apung atau

angkat yang sama dengan massa fluida yang dipindahkannya”.

Karenanya benda yang tercelup akan naik ke atas bila

kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan fluida sekitarnya

dan akan tenggelam bila kerapatannya lebih besar. Efek gaya

apung tersebut merupakan gaya pendorong dalam konveksi

bebas.

II. 1. 4. e. Konveksi bebas

“Sistem dimana fluida didorong oleh permukaan

perpindahan kalor, atau melaluinya”.

Page 21: BAB I.docx

Rumusanya untuk menyelesaikan masalah pada aliran yang

melintas silinder horizontal ada diberikan diatas bila zat yang

mengalir adalah udara.

II. 1.5. Jenis jenis aliran dan gambar serta bilangan reynold

Jenis-jenis aliran ada 3 macam ,yaitu :

1. Aliran Laminer

Aliran Laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan

kondisi lapisan-lapisan (lanima-lamina) membentuk garis-garis

alir yang tidak berpotongan satu sama lain. Hal tersebut d

tunjukkan oleh percobaan Osborne Reynold.Pada laju aliran

rendah, aliran laminer tergambar sebagai filamen panjang yang

mengalir sepanjang aliran.Aliran ini mempunyai Bilangan

Reynold lebih kecil dari 2300.

Page 22: BAB I.docx

2. Aliran Turbulen

Aliran Turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya

bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan

berfluktuasi yang saling interaksi.Akibat dari hal tersebut garis

alir antar partikel fluidanya saling berpotongan.Oleh Osborne

Reynold digambarkan sebagai bentuk yang tidak stabil yang

bercampur dalam wamtu yang cepat yang selanjutnya memecah

dan menjadi takterlihat.Aliran turbulen mempunyai bilangan

reynold yang lebih besar dari 4000.

3. Aliran transisi

Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran

laminar ke aliran turbulen.Tanpa sadar, kita sebenarnya telah

melihat fenomena tersebut dalam kehidupan sehari-hari

misalnya pada asap rokok. asap yang dekat pada rokoknya

(aliran laminer), diatasnya (aliran transisi), dan diatasnya lagi

(paling atas aliran turbulen).Bilangan Reynoldnya berada di

antara 2300-4000.

Page 23: BAB I.docx

II. 1.6. Perngertian sirip

Sirip adalah sebuah alat untuk membantu proses pendinginan,

sehingga waktu yang di capai untuk pendinginan lebih singkat dan

cepat. Sirip juga di gunakan di dalam beberapa alat contohnya:

Pendingin yang digunakan dalam CPU, hal ini bertujuan untuk

mendinginkan bagian-bagian yang ada di CPU sehingga mencegah

terjadinya kerusakan ataupun Hang di dalam computer tersebut. Ada

lagi sirip biasanya di gunakan untuk kendaraan bermotor sama

seperti pendingin yang ada di dalam CPU sirip ini juga bertujuan

untuk mempercepat proses pendinginan, karena apa bila kendaraan

bermotor tidak di pasang sirip maka proses pendinginannya akan

lebih lambat dan juga kendaraan bermotor tersebut bisa mudah rusak

yang disebabkan oleh Over Heat.

II. 1.7. Fungsi sirip

Sirip berfungsi sebagai alat atau perangkat yang biasa digunakan

untuk mempercepat laju pendinginan biasannya di gunakan pada

kendaraan bermotor ataupun perangkat-perangkat lainnya yang

dalam aplikasinya memerlukan pendinginan, untuk menghindari

over heat atau panas berlebih. Udara yang di hasilkan dari

pembakaran gas di dalam silinder merambat melalui dinding silinder

dan blok silinder, yang selanjutnya ke sirip pendingin, kemudian di

serap oleh udara luar yang temperaturnya jauh lebih rendah.

Sirip sering di gunakan pada kendaraan bermotor untuk

mempercepat pendinginan, untuk menghindari terjadinya over heat.

adapun beberapa kelebihan sirip yaitu:

Kontruksinya lebih sederhana .

Lebih ringan di banding pendingin air.

Mudah perawatanya.

Temperature kerja mesin lebih cepat tercapai.

Page 24: BAB I.docx

System pendinginan udara lebih cocok untuk kendaraan mesin

kecil.

Biaya perawatan lebih ekonomis.

II. 1.8. Jenis jenis sirip

jenis – jenis sirip dapat di kelompokan menurut geometri

konstruksi dari penukar panas( tubes, plates dan extended surface),

proses perpindahan ( direct contact dan indirect contact), susunan

aliran fluida( parallel, counter dan cross floe) serta mekanisme

perpindahan panas ( one fase dan two fase).

II. 1.9. Fenomena sirip

Fenomena yang terjadi pada sirip adalah fenomena

perpindahan panas, dimana temperature berpindah dari temperature

tinggi ke temperature rendah. Perpindahan panas terjadi dengan

beberapa cara yaitu:

KONDUKSI

Konduksi adalah perpindahan panas tanpa adanya

perpindahan partikel – partikel. Perpindahan panas melalui benda

padat. Benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik disebut

konduktor. Pada umumnya, konduktor terbuat dari logam.Benda

Page 25: BAB I.docx

yang sukar menghantarkan panas disebut isolator.Pada peristiwa

konduksi, panas mengalir melalui molekul-molekul zat tanpa

memindahkan atau menggerakkan molekul zat itu.

KONVEKSI

Konveksi adalah perpindahan panas dengan adanya

perpindahan partikel atau karena terjadinya perpindahan zat.

Peristiwa konveksi atau aliran zat terjadi pada perubahan suhu

suatu zat. Contohnya adalah air yang sedang direbus. Zat cair dan

gas yang terkena panas maka molekul-molekulnya bertambah

besar dan beratnya tetap, sehingga akan bergerak ke atas. Gerakan

ke atas ini akan diikuti oleh gerakan zat lain secara terus menerus

sehingga terjadi aliran zat karena panas. Dari peristiwa aliran

inilah, maka panas dapat merambat secara konveksi.

Page 26: BAB I.docx

RADIASI

Radiasi adalah perpindahan panas karena adanya perbedaan

temperature perpindahan panas yang terjadi secara radiasi ( melalui

gelombang elektromagnetik) tanpa zat perantara. Contoh paling

mudah dari perpindahan panas secara radiasi adalah pancaran sinar

matahari.Matahari memancarkan panasnya sehingga sampai ke

permukaan bumi melalui ruang hampa.Di ruang hampa tidak ada

zat yang dapat dilalui dan juga tidak ada zat yang dapat

mengalir.Panas matahari tersebut sampai ke Bumi secara langsung

atau secara pancaran tanpa melalui zat perantara.Berlainan dengan

mekanisme konduksi dan konveksi, di mana perpindahan energi

terjadi melalui bahan antara, kalor juga dapat berpindah ke daerah

– daerah hampa.Mekanismenya disini adalah sinaran atau radiasi

elektromagnetik.

Page 27: BAB I.docx

BAB III

DATA PENGAMATAN

III. 1. Tabel

III. 2. Pengelolahan data

III. 3. Tabel pengelolahan data

III. 4. Grafik

Page 28: BAB I.docx

BAB IV

ANALISA DAN KESIMPULAN

Analisa :

Pada saat perhitungan grushoff terdapat kesalahan alat hitung (kalkulator) sehingga mempengaruhi nilai perhitungan Tx teoritis.

Terjadinya kesalahan pemasukan input pada pengukuran termo kople yang dikarenakan oleh praktikan tidak teliti.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA


Recommended