BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial memerlukan yang
namanya interaksi sosial. Interaksi sosial ini diwujudkan dengan komunikasi. Komunikasi
merupakan hal esensial dalam kehidupan manusia yang mengatur hubungan manusia baik
dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain di dalam masyarakat. Tanpa adanya
komunikasi, mustahil manusia akan dapat bertahan hidupnya karena lewat komunikasi
manusia menyampaikan apa yang sedang dirasa, dibutuhkan, dan dikehendakinya.
Pada saat masa prasejarah, proses komunikasi telah terjadi walaupun tidak secara
langsung yaitu lewat tanda dan simbol-simbol yang ditorehkan di dalam gua. Ini
membuktikan bahwa komunikasi dilakukan lewat perantara tertentu. Seperti diketahui,
komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan siapa saja. Setiap manusia perlu
mengetahui bentuk – bentuk komunikasi yang ada di tengah-tengah masyarakat agar bisa
berkomunikasi dengan tepat sehingga maksud dan tujuannya dapat tercapai. Seringkali
seorang individu kurang memahami bagaimana cara berkomunikasi di tengah orang banyak
atau masyarakat, padahal berbicara depan umum (public speaking) merupakan hal yang
sangat penting dalam hal komunikasi. Kadangkala juga, sering terjadi miskomunikasi antar
rekan sejawat maupun anatar profesi di dalam tim dalam mengerjakan tugas, contohnya tim
kesehatan. Itu terjadi karena kurang koordinasi karena kurangnya komunikasi satu sama lain.
Ini bisa bisa berimbas pada kesehatan dan keselamatan pasien. Oleh karena itu, perlu
dibangun komunikasi yang baik antar rekan sejawat maupun antrar profesi. Di dalam
makalah ini akan dibahas bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi di masyrakat seperti
komunikasi kelompok, komunikasi interprofesional, komunikasi massa dan komunikasi
publik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok?
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan?
3. Apa yang dimaksud degan komunikasi publik?
1
4. Apa tujuan dan peran komunikasi massa dalam rangka edukasi dan promo kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian, karakteristik dan fungsi komunikasi kelompok
2. Untuk menjelaskan komunikasi interprofesional dan penerapannya dalam pelayanan
kesehatan
3. Untuk menjelaskan pengertian, ciri-ciri dan tujuan dari komunikasi kelompok
4. Untuk menjelaskan tujuan dan peran komunikasi masssa dalam rangka edukasi dan
promo kesehatan
2
BAB II
Pembahasan
2.1 Komunikasi Kelompok Dalam Pelayanan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Kelompok dan Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan komponen penting dalam kehdupan sosial manusia. Kelompok
baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk
dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek
kehidupannya (Sendjaja). Kelompok adalah kumpulan tiga atau lebih inidviduu yang saling
berhubungan, dan hubungan tersebut membuat mereka menjadi interdependen (Cartwright &
Zander, 1968; Loomis, 1979; Zander, 1982).
Dalam sebuah kelompok atau grup, terdapat karakterikstik yang membedakan grup
yang satu dengan yang lain. Karakteristik yang dimiliki individu dalam sebuah kelompok
dikemukakan oleh Cartwright & Zander (1968), antara lain:
1. Semua individu dalam grup tersebut terikat atas interaksi yang sering terjadi.
2. Semua individu dalam grup didefinisikan sebagai anggota kelompok.
3. Semua anggota saling membeagikan atau sharing norma-norma terkait
permasalahan kepentingan bersama.
4. Setiap anggota berpartisipasi dalam sebuah sistem peran yang saling
berhubungan.
5. Setiap anggota saling mengidentifikasi satu sama lain sebagai hasil dari
menetapkan tujuan atau cita-cita.
6. Semua anggota membuat kelompokya sagar saling memberikan penghargaan.
7. Semua anggota saling mengejar tercapainya tujuan-tujuan secara promotif.
8. Tiap anggota memiliki persepsi yang beragam dalam suatu kelompok.
9. Setiap anggota cenderung bersikap sama saat bertindak terhadap lingkungan
sekitarnya.
Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi verbal maupun non verbal yang
terjadi diantara sekelompok individu yang mempunyai hubungan saling bergantung
(interdependen). Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human
3
Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, menyatakan
komunikasi kelompok merupakan interaksi tatap muka antara tiga atau lebih individu yang
berfungsi untuk memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki, misalkan tujuan untuk
saling berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota
dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
Terdapat empat elemen dalam komunikasi kelompok yang dapat disimpulkan dari
definisi komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner, antara lain:
Interaksi tatap muka (face to face)
Dalam komunikasi kelompok, interaksi tatap muka mengandung makna
bahwa setiap anggota kelompok harus dapat saling melihat dan mendengar,
serta memberikan feedback baik secara verbal maupun non verbal.
Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi.
Jumlah individu yang terlibat dalam interaksi dan komunikasi kelompok
berkisar antara 3 sampai 20 individu. Jika jumlah partisipan melebihi 20,
komunikasi tidak dapat berjalan secara efektif.
Maksud dan tujuan yang dikehendaki.
Maksud dan tujuan yang dikehendaki akan menentukan identitas dari sebuah
kelompok. Ada 3 contoh identitas kelompok: Pertama, kelompok yang
bertujuan untuk sharing information, akan berfokus pada komunikasi impart
knowledge. Kedua, kelompok yang mempunyai tujuan self-maintenance, akan
berfokus pada komunikasi yang memusatkan perhatian pada anggota
kelompok dan struktur kelompok. Ketiga, kelompok yang bertujuan untuk
pemecahan masalah, akan berfokus pada komunikasi untuk membuat
keputusan yang dapat mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi
anggota lainnya.
Hal ini bermakna bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung
berubungan satu sama lain dan tujuan dari kelompok tersebut sudah jelas, dan
identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen
4
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok mempunyai karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap
efektivitas dalam pelaksanaan komunikasi. Terdapat dua karakteristik utama dalam
kelompok:
1. Norma, yaitu persetujuan atau perjanjian mengenai cara orang-orang dalam satu
kelompok saling berperilaku satu dengan lainnya. Norma juga sering dikenal
dengan hukum (law) maupun atura (rule), yaitu perilaku atau peraturan apa saja
yang dianggap pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam kelompok. Norma
dikelompokkan menjadi tiga kategori utama, yaitu:
a. Norma Sosial: mengatur hubungan para anggota kelompok. Menurut Adler
dan Rodman, terdapat hal-hal yang diharapkan pada kelompok melalui
norma sosial, antara lain, mendiskusikan persoalan yang tidak kontrovesial,
menceritakan gurauan, menceritakan kebenaran yang tidak dapat dibantah,
jangan merokok, jangan datang terlambat, dan jangan tidak hadir tanpa
alasan yang jelas.
b. Norma Prosedural: menguraikan secara rinci cara operasional sebuah
kelompok, membuat keputusan kelompok (ditentukan berdasarkan voting
mayoritas atau musyawarah hingga mencapai kesepakatan). Menurut Adler
dan Rodman, terdapat hal-hal yang diharapkan pada kelompok melalui
norma prosedural, antara lain, memperkenalkan setiap anggota kelompok,
senantiasa membuat agenda atau jadwal pertemuan, duduk saling
berhadapan (bertatap muka), memantapkan tujuan kelompok, jangan
meninggalkan pertemuan tanpa sebab, dan jangan memonopoli ataupun
mendominasi percakapan.
c. Norma Tugas: memusatkan pada pelaksanaan tugas dalam suatu kelompok.
Menurut Adler dan Rodman, terdapat hal-hal yang diharapkan pada
kelompok melalui norma tugas, antara lain, mengkritik ide bukan sang
penggagas, mendukug gagasan yang dianggap terbaik, memiliki kepedulian
dalam memecahkan masalah, saling berbagi beban pekerjaan, jangan pernah
memaksakan gagasan maupun kehendak dalam kelompok, dan jangan
berkata kasar jika merasa tidak setuju atas suatu gagasan.
5
2. Peran (Role), yaitu pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota
kelompok. Peran memiliki fungsi yang penting dalam suatu komunikasi kelompok.
Menurut Adler dan Rodman, terdapat dua fungsi peran, yaitu:
a. Fungsi tugas, terdiri dari pemberi informasi, pendapat, dan aturan serta
pencari informasi.
b. Fungsi pemeliharaan, terdiri dari pendorong partisipasi, penyelaras,
penurun ketegangan, dan penengah persoalan pribadi.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Kelompok
1. Fungsi hubungan sosial, yaitu komunikasi kelompok yang berguna untuk
memelihara dan memantapkan hubungan sosial antar anggota.
2. Fungsi pendidikan, yaitu komunikasi kelompok menjadi sarana dalam pertukaran
dan sharing pengetahuan yang dimiliki antar anggota kelompok, baik secara formal
maupun non formal. Ada 3 faktor yang mempengaruhi berjalannya fungsi edukasi,
yaitu jumlah informasi baru yang disharingkan, jumlah partisipan, dan frekuensi
interaksi antar anggota kelompok.
3. Fungsi persuasi, yaitu setiap anggota kelompok berupaya untuk mengajak satu sama
lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4. Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang belum diketahui, dan memilih solusi-solusi
yang ditemukan untuk membuat suatu keputusan. Pemecahan masalah berfungsi
untuk menghasilkan materi yang dapat dijadikan sebagai bahan pembutaan
keputusan.
5. Fungsi terapi, yaitu setiap individu dalam kelompok saling membantu dalam
mengubah personal tiap anggota kelompok. Tindak komunikasi terapi dikenal dengan
self disclosure, artinya setiap anggota dianjurkan untuk terbuka mengenai masalah
yang dimilikinya. Contoh komunikasi terapi ialah komunikasi pada kelompok
rehabilitasi narkoba, perokok berat, dll.
2.1.4 Tipe Kelompok
Menurut Adler dan Rodman, terdapat tiga tipe kelompok, antara lain:
1. Kelompok Belajar (Learning Group)
6
Dalam tipe kelompok belajar, pertukaran informasi secara dua arah menjadi
ciri utamanya. Pertukaran informasi dua arah terjadi pada saat sang edukator
menyumbangkan informasi yang dimiliki kepada penerima informasi. Tipe
kelompok ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan maupun
kemampuan anggotanya.
2. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
Dalam tipe kelompok pertumbuhan, usaha untuk membantu anggota
kelompok mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli atas
permasalahan prbadi menjadi ciri utamanya. Contoh dari tipe kelompok
pertumbuhan ialah kelompok bimbingan perkawinan, psikologi, kelompok
terapi, dll.
3. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Dalam tipe kelompok pemecahan masalah, bekerja sama untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi menjadi ciri utamanya. Contohnya, dalam
keluarga, semua anggota keluarga saling bekerja bersama untuk mencari
solusi dari permasalahan keluarga yang dihadapi.
2.1.5 Metode Pengambilan Keputusan
Terdapat empat metode pengambilan keputusan, antara lainnya:
1. Kewenangan tanpa diskusi
Keuntungan: cepat, berguna diterapkan saat kelompok tidak mempunyai
waktu cukup untuk berdiskusi.
Kerugian: menimbulkan persoalan, seperti hilangnya kepercayaan anggota.
2. Pendapat ahli
Keuntungan: keputusan anggota kelompok yang dianggap ahli tidak
diragukan kembali.
Kerugian: sulit untuk mengukur orang yang dianggap ahli.
3. Kewenangan setelah diskusi
Keuntungan: keputusan yang diambil meningkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya, dan mencegah proses diskusi yang terlalu meluas.
Kerugian: timbul persaingan antara anggota kelompok untuk dapat
mempengaruhi pengambil dan pembuat keputusan.
4. Kesepakatan
7
Keuntungan: partisipasi penuh dari anggota akan meningkatkan kualitas
keputusan yang diambil.
Kerugian: membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai
kesepakatan, sehingga tidak dapat digunakan saat waktu mendesak.
2.1.6 Persektif Teoritis dalam Komunikasi Kelompok
1. Teori Perbandingan Sosial (Social Comparison Theory), menyatakan bahwa
komunikasi kelompok berlangsung karena individu memiliki kebutuhan untuk
membandingkan sikap dan kemampuannya dengan anggota kelompok lain.
2. Teori Kepribadian Kelompok (Group Syntality Theory), berkaitan dengan
interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok (ciri-ciri populasi dan karakteristik
individu) dan dinamika kepribadian. Konsep teori kepribadian kelompok berfokus
pada sinergi, yaitu jumlah input energi dari anggota kelompok.
3. Teori Percakapan Kelompok (Group Achievemnet Theory), berkaitan dengan
produktivitas kelopok, atau upaya-upaya pencapaian melalui pemeriksaan masukan
dari anggota (member inputs), variabel-variabel dari perantara (mediating variables),
dan keluaran dari kelompok (group output).
4. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory), berkaitan dengan pengkajian
hubungan diantara dua orang (dyadic relationship) terhadap sifat kompleks dari suatu
kelompok. Menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi
dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
5. Teori Sosiometrik (Sociometric Theory), mengacu pada pendekatan metodologis
dan teoritis terhadap kelompok, dengan asumsi bahwa individu dalam kelompok
saling tertarik satu sama lain sehingga menimbulkan tindakan komunikasi, dan
apabila saling menolak, tindakan komunikasi akan sedikit dilakukan.
2.1.7 Gangguan Komunikasi Kelompok:
1. Latar belakang budaya.
2. Ikatan kelompok.
3. Harapan dari masing-masing anggota kelompok.
4. Perbedaan latar belakang pendidikan setiap anggota.
5. Situasi dan kondisi proses komunikasi kelompok.
2.2 Komunikasi Interprofesional pada Pelayanan Kesehatan
8
2.2.1 Komunikasi Interprofesional terhadap mitra profesi
Dalam pelayanan kesehatan, komunikasi interprofesional meliputi komunikasi
antara seluruh profesi yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien
agar pasien tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan merasa puas
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Dalam melakukan komunikasi kesehatan, terdapat
faktor-faktor yang harus diperhatikan agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
efektif. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Isi dari pesan yang ingin disampaikan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Konteks dari pesan tersebut
4. Media komunikasi
5. Meminta umpan balik sebagai tolak ukur terhadap efek pesan tersebut
6. Evaluasi
Komunikasi kesehatan merupakan suatu proses kolaborasi yang membutuhkan
kerjasama kelompok yang baik demi tercapainya kepuasan pasien. Tidak jarang dijumpai
pasienyang merasa tidak puas akan pelayanan yang diberikan kepadanya. Hal ini bukan
dikarenakan fasilitas yang didapatkan oleh pasien yang kurang memuaskan, melainkan
komunikasi yang buruk antara dokter terhadap pasien maupun dokter terhadap mitra
profesinya. Untuk menghindari ketidakpuasan pasien ini, setiap petugas kesehatan harus
dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik, terutama dalam sebuah tim. Terdapat
beberapa komponen yang harus dipenuhi agar sebuah tim dapat dikatakan tim yang efektif
dan optimal. Komponen tersebut yaitu:
1. Komunikasi yang terbuka
2. Lingkungan kerja yang mendukung
3. Arahan yang jelas
4. Tugas dan peran yang jelas bagi setiap anggota tim
5. Saling menghargai
6. Tanggung jawab bersama
7. Keseimbangan dalam pembagian tugas
8. Penyelesaian konflik
9. Spesifikasi yang jelas mengenai otoritas
10. Prosedur pengambilan keputusan yang jelas
9
11. Pembagian informasi secara rutin
12. Lingkungan yang memadai
13. Mekanisme evaluasi yang baik
Untuk menjalankan komunikasi yang efektif bukan hanya komponen dari suatu tim
harus terpenuhi, melainkan juga cara komunikator menyampaikan pesannya harus
dilakukan dengan benar. Dalam pelayanan kesehatan, komunikasi dapat dilakukan dalam
bentuk tulisan, komunikasi secara verbal, dan komunikasi secara non-verbal. Komunikasi
yang menggunakan tulisan sebagai media dapat berupa resep, rekam medik, ataupun surat
edaran. Rekam medik merupakan salah satu cara komunikasi yang krusial dalam pelayanan
kesehatan. Rekam medik merupakan sumber informasi bagi petugas kesehatan yang
bertindak dalam proses pengobatan pasien tersebut. Dalam rekam medik, terdapat berbagai
informasi mengenai riwayat penyakit pasien, diagnosis pasien, instruksi obat yang harus
dikonsumsi oleh pasien. Komunikasi dalam bentuk verbal dan non-verbal dapat terjadi
dalam berbagai tingkatan, mulai dari komunikasi interpersonal hingga di hadapan publik.
Kedua cara komunikasi ini dapat terjadi baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan.
2.2.2 Komunikasi terhadap Mitra
Berdasarkan peran profesinya, terdapat beberapa jenis komunikasi interprofesional
dalam pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Komunikasi antar Sejawat
Komunikasi antar sejawat merupakan komunikasi antar individu dalam lingkup profesi
yang sama. Komunikasi dengan rekan sejawat tentunya lebih sering dilakukan dibandingkan
komunikasi antar profesi lainnya. Dalam dunia kedokteran khususnya, hubungan antar
sejawat merupakan hubungan yang sakral. Hubungan antar sejawat ini bahkan disebutkan di
dalam “Sumpah Dokter Indonesia”, yaitu untuk memperlakukan teman sejawat selayaknya
saudara kandung. Komunikasi antar teman sejawat, khususnya dokter, diatur dalam Kode
Etik Kedokteran pasal 14. Di dalamnya di sebutkan beberapa kewajiban seorang dokter
terhadap sejawatnya, seperti:
1. Menyelesaikan masalah yang terjadi antar sejawat dengan musyawarah, dan
meminta bantuan kepada pengurus Ikatan Dokter Indonesia apabila tidak
dapat diselesaikan sendiri
2. Tidak mencemarkan nama baik teman sejawat
3. Sejawat senior wajib membimbing sejawat yang lebih muda
10
4. Menasihati teman sejawat yang melakukan kekeliruan ataupun kesalahan
lainnya dalam pekerjaan.
5. Seorang dokter yang melakukan kesalahan harus menerima nasihat dengan
lapang dada
6. Tidak boleh memperlihatkan perbedaan pendapat di hadapan pasien
7. Dokter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi ataupun
mengabari teman sejawat yang telah berada di tempat tersebut
8. Setiap dokter menjadi anggota IDI yang setia dan aktif
2. Komunikasi antar Mitra Profesi Kesehatan Lainnya
Perbedaan profesi tentunya berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan tiap-tiap
individu. Bukan hanya perbedaan kemampuan yang terjadi, umumnya, perbedaan profesi
dapat menyebabkan perbedaan pola pikir, pendekatan terhadap suatu masalah, cara
penyelesaian suatu masalah, dan perbedaan pendapat lainnya. Perbedaan ini cenderung
menyebabkan komunikasi yang tidak efektif antar petugas kesehatan, khususnya perbedaan
persepsi masyarakat terhadap dokter dan profesi kesehatan lainnya. Pada dunia nyata, dokter
cenderung dipandang lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya. Hal seperti ini, dapat
berakibat pada komunikasi yang tidak efektif dikarenakan perbedaan penilaian pendapat,
dimana biasanya pendapat seorang dokter dianggap lebih baik ataupun benar jika
dibandingkan dengan profesi lainnya. Komunikasi yang tidak efektif ini, apabila dibiarkan
dapat berakibat fatal, seperti medical error yang dapat berakibat pada kematian pasien.
2.2.3 Prinsip Kesetaraan
Prinsip Kesetaraan di Indonesia, diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Prinsip ini diciptakan demi keadilan sosial. Dalam pelayanan kesehatan,
seringkali prinsip kesetaraan ini tidak dapat dipenuhi sesuai dengan undang-undang yang
telah dibuat. Masih banyak persepsi dari berbagai pihak, termasuk pasien dan profesi dalam
bidang pelayanan kesehatan, yang menimbulkan diskriminasi dengan cara menganggap
beberapa profesi lebih baik dibandingkan yang lainnya. Kejadian nyata yang seringkali
terjadi dalam bidang pelayanan kesehatan adalah persepsi masyarakat dimana posisi seorang
11
dokter diatas profesi lainnya, sehingga seringkali pendapat seorang dokter lebih didengarkan
oleh profesi lainnya dan masyarakat umum.
Prinsip kesetaraan yang telah sedemikian rupa disusun ini bertujuan sebagai standar
universal agar tujuan dari pekerjaan tersebut dapat tercapai dengan efisien. Prinsip kesetaraan
ini meliputi beberapa hal, seperti:
1. Setiap petugas kesehatan memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama
2. Seluruh pasien mendapatkan perlakuan yang sama tanpa memandang latar belakang dan
status sosialnya
3. Keputusan dibuat dengan objektif demi hasil yang terbaik
2.2.4 Penerapan Komunikasi dengan Sejawat dan Mitra Profesi Kesehatan Lainnya
Dalam penerapannya, komunikasi interprofesional seringkali terjadi dengan tidak
efektif. Ada beberapa hambatan dalam komunikasi yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Hambatan untuk mencapai komunikasi interprofesional yang efektif ini berupa:
Role Stress
Merupakan keadaan dimana beban pekerjaan petugas kesehatan
mempengaruhi suasana hati petugas kesehatan tersebut, sehingga berdampak
pada cara petugas kesehatan tersebut berkomunikasi. Role stress
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:
Role Conflict
Terjadi akibat adanya perbedaan antara realitas dan ekspektasi
terhadap pekerjaannya. Hal ini dapat pula terjadi dikarenakan
kurangnya apresiasi orang lain terhadap pekerjaan yang telah
dilakukannya. Role conflict dapat dihindari dengan cara menciptakan
lingkungan kerja yang menghargai satu sama lain.
Role Overload
Keadaan dimana pasien melebihi kapasitas petugas kesehatan,
sehingga petugas medis kelelahan. Hal ini dapat mempengaruhi
suasana hati petugas medis yang akan berdampak terhadap cara
komunikasi petugas medis tersebut.
Lack of Interprofessional Understanding
12
Merupakan salah penafsiran dan kebingungan terhadap peran petugas
kesehatan.
Autonomy Struggles
Perbedaan tingkatan otonomi antar profesi dapat menyebabkan terjadinya
ketegangan interpersonal.
Hambatan dalam terjadinya komunikasi yang efektif ini dapat diselesaikan dengan
berbagai solusi. Solusi tersebut adalah:
1. Membuka wawasan mahasiswa yang bergerak dalam pelayanan kesehatan tentang
keadaan pekerjaan dan perannya di dunia kerja nantinya.
2. Pengaturan jumlah pasien yang dapat ditangani oleh petugas kesehatan
3. Melakukan pembenahan manajerial dengan cara pengaturan hak, peran, dan tugas
yang jelas, pemberian otonomi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing
petugas, mereposisi hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling
melengkapi.
4. Jika melakukan komunikasi tertulis, harus ditulis dengan jelas dan lengkap
5. Mengklarifikasikan maksud dari pesan yang ditulis
Apabila komunikasi interprofesional dapat berjalan dengan lancar, banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari sistem komunikasi interprofesional tersebut:
1. Pelayanan terhadap pasien menjadi lebih optimal
2. Kepuasan pekerjaan yang lebih besar
3. Jangkauan jasa yang ditawarkan lebih luas
4. Meningkatkan dukungan terhadap petugas kesehatan
Namun, apabila komunikasi interprofesional yang baik gagal, dampak yang akan terjadi
adalah:
1. Inefisiensi dikarenakan pengulangan prosedur
2. Tertundanya suatu pelayanan
3. Berbagai sumber daya terbuang sia-sia, terutama untuk pengulangan prosedur yang
tidak dibutuhkan
4. Ketidaknyamanan pasien
5. Kesalahan prosedur
13
2.3 Komunikasi Publik
2.3.1 Pengertian Komunikasi Publik
Komunikasi terbagi menjadi bermacam-macam berdasarkan jumlah audiensnya. Salah
satunya adalah komunikasi publik. Komunikasi publik merupakan suatu komunikasi yang
dilakukan di depan banyak orang. Komunikasi publik adalah penyampaian pesan berupa ide
atau gagasan, informasi, ajakan, dan sebagainya kepada orang banyak. Dalam komunikasi
publik pesan yang disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan, gagasan. Sarananya
bisa melalui media massa, bisa pula melalui orasi pada rapat umum atau aksi demonstrasi,
blog, situs jejaring sosial, kolom komentar di website/blog, e-mail, milis, SMS, surat, surat
pembaca, reklame, spanduk, atau apa pun yang bisa menjangkau publik.
2.3.2 Ciri-ciri komunikasi publik
Komunikasi publik memerlukan keterampilan komunikasi lisan dan tulisan agar pesan
dapat disampaikan secara efektif dan efisien. Komunikasi publik sering juga disebut dengan
komunikasi massa. Namun, komunikasi publik memiliki makna yang lebih luas dibanding
dengan komunikasi massa. Ciri-ciri komunikasi publik adalah:
1. Satu pihak (pendengar) cenderung lebih pasif.
2. Interaksi antara sumber dan penerima terbatas
3. Umpan balik yang diberikan terbatas
4. Dilakukan di tempat umum seperti di kelas, auditorium, tempat ibadah.
5. Dihadiri oleh sejumlah besar orang
6. Biasanya telah direncanakan
7. Sering bertujuan untuk memberikan penerangan, menghibur, memberikan
penghormatan dan membujuk
2.3.3 Tujuan Komunikasi Publik
Dalam komunikasi publik terdapat tujuan yang spesifik untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Marketing.
14
Kemempuan untuk memasarkan suatu produk atau sesuatu untuk membujuk publik agar
bersedia menggunakan produknya.
2. Sosial.
Melakukan kegiatan yang bertujuan untuk khalayak publik atau masyarakat. Contohnya
seperti bakti sosial yang bertujuan untuk kesejahteraan publik.
3. Edukasi.
Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat atau publik agar lebih mengetahui
dan memahami mengenai sesuatu hal dalam bidang kesehatan. Contoh seperti kegiatan
promosi atau penyuluhan kesehatan.
Dalam komunikasi publik terdapat beberapa hal yang menjadi tuntutan dari publik,
antara lain:
1.Pesan harus relevan terhadap kondisi mayoritas publik
2.Bahasa yang digunakan harus yang sudah umum
3.Umpan balik yang terbatas
4.Khalayak yang dihadapi banyak dan beraneka ragam
5.Banyaknya jumlah khalayak pendengar memperbesar kemungkinan kesalahan dalam
menafsirkan umpan balik
6.Pembicara harus membuat persiapan yang lebih matang
7. Adaptasi yang harus dilakukan oleh pembicara
8.Analisis khalayak pendengar lebiih sulit dan tidak akurat karena pembicara
berinteraksidengan banyak orang
9. Sulit memusatkan perhatian terhadap pesan karena banyak yang menarik perhatian
publik
10. Perubahan pesan bisa lebih banyak karena pesan sampai kepada lebih banyak orang
15
2.3.4 Prinsip Komunikasi Publik
Terdapat beberapa prinsip komunikasi publik:
1. Menghargai orang lain (respect)
Prinsip pertama yang sangat penting untuk dimiliki adalah sikap menghargai orang
lain yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Prinsipnya adalah ingin dihargai dan
dianggap penting. Bahkan jika memarahi dan mengkritik seseorang harus dengan respek.
Dengan adanya sikap saling menghargai, maka akan terbentuk kerjasama yang efektif.
Mwilliam James berpendapat bahwa kebutuhan untuk dihargai adalah prinsip paling dasar
pada sifat dasar manusia.
2. Empati (empathy)
Empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri pada kondisi atau situasi
yang dihadapi. Hal utama yang paling penting dalam empati adalah kemampuan untuk
mendengarkan dan mengerti masalah yang terjadi sebelum didengar atau dimengerti oleh
orang lain. Dengan adanya rasa empati, maka akan memudahkan dalam menyampaikan pesan
dengan cara dan sikap yang mudah diterima oleh penerima pesan.
3. Dapat dimengerti (Audible)
Audible berarti pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimmengerti oleh si
penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat melalui berbagai cara baik seperti media atau
perlengkapan atau alat bantu lainnya agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan.
4. Kejelasan (clarity)
Pesan yang disampaikan dalam komunikasi harus mudah dimengerti dan tidak
menimbulkan multitafsir dari penerima pesan. Clarity dapat pula diartikan sebagai
keterbukaan dan transparasi sehingga tidak terjadi sikap saling curiga.
5. Rendah hati (humble)
Dalam komunikasi diperlukan sikap rendah hati agar tidak terjadi sikap canggung
ataupun sikap tidak senang satu sama lain.
16
2.4 Komunikasi Massa dalam Rangka Edukasi dan Promosi Kesehatan
2.4.1 Tujuan Komunikasi Massa dalam Rangka Edukasi dan Promosi Kesehatan
Secara umum, komunikasi massa atau media massa memiliki beberapa tujuan, yaitu :
A. Mengubah sikap (to change the attitude)
B. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
C. Mengubah perilaku (to change the behavior)
D. Mengubah masyarakat (to change the society)
2.4.2 Peran Komunikasi Massa
Komunikasi massa berperan penting dalam kegiatan kesehatan, khususnya preventif atau
pencegahan penyakit. Kegiatan tersebut meliputi edukasi kesehatan dan promosi kesehatan.
Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui
sebuah rancangan untuk memberikan pemahaman atau pembelajaran tentang kesehatan atau
beberapa penyakit yang berhubungan. Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah
mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan, serta tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mencapai edukasi yang
efektif, yaitu :
a) Sumber yang menyampaikan informasi, sikap, pengetahuan, kemampuan
berkomunikasi, serta kesesuaian sistem dan budaya harus diperhatikan.
b) Pesan yang disampaikan harus jelas, sederhana, spesifik, tepat, relevan, dan sesuai
17
konteks waktunya.
c) Saluran atau alat yang digunakan dapat diakses dengan baik dan harga terjangkau.
d) Memperhatikan kesiapan penerima pesan.
Edukasi kesehatan dapat dibentuk atau dibangun menjadi sebuah pembelajaran kesehatan
yang efektif serta memiliki banyak hal positif yang dapat menimbulkan efek yang signifikan.
Hal tersebut dapat menghasilkan perubahan, pemahaman, serta cara berfikir yang
mempengaruhi nilai-nilai. Selain itu, hal tersebut juga dapat memfasilitasi pembelajaran
keterampilan baru dan pada akhirnya mereka dapat menyebabkan perubahan yang diinginkan
dalam perilaku ataupun gaya hidup.
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan bentuk kegiatan atau aktivitas bertujuan meningkatkan
kualitas hidup sehat dalam jangka waktu panjang berdasarkan pada kebiasaan hidup. Promosi
kesehatan juga menjadi salah satuupaya untuk mempengaruhi masyarakat agar menghentikan
perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau pelaing tidak
beresiko rendah.
Untuk mencapai promosi kesehatan yang efektif, terdapat beberapa straregi yang perlu
diperhatikan. Strategi promosi kesehatan, yaitu :
1. Behavioral Approach
Behavioral approach merupakan kebiasaan yang mengubah pola pikir.
2. Self-empowerment Approach
Self-empowerment approach yaitu mengarahkan audiens untuk memilih yang sehat.
3. Collective Action Approach
Collective action approach yaitu meningkatkan kesehatan dengan sosial ekonomi.
Kemudian, promosi kesehatan dapat dibagi berdasarkan tempat diselenggarakannya
promosi kesehatan tersebut, yaitu di sekolah dan tempat kerja.
1. Promosi Kesehatan di Sekolah
Pada promosi kesehatan di sekolah, terdapat tiga elemen penting yaitu :
18
a) Meningkatkan pendidikan kesehatan melalui kurikulum formal
b) Peningkatan lingkungan fisik dan sosial
c) Perluasan jaringan di sekolah
2. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Pada promosi kesehatan di tempat kerja, dapat dilakukan dengan cara :
a) Meningkatkan kepedulian kesehatan di lingkungan kerja
b) Memberikan model yang baik dalam promosi kesehatan
c) Membuat panduan yang efektif untuk bekerja secara sehat
d) Memasukan perundangan mengenai kesehatan kedalamaturan resmi dari
tempat kerja
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok yang dijembatani oleh komunikasi merupakan komponen penting dalam
kehidupan sosial manusia. Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi verbal maupun
non verbal yang terjadi diantara sekelompok individu yang mempunyai hubungan saling
bergantung (interdependen). Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human
Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, menyatakan
komunikasi kelompok merupakan interaksi tatap muka antara tiga atau lebih individu yang
berfungsi untuk memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki, misalkan tujuan untuk
saling berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota
dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Komunikasi
kelompok mempunyai karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap efektivitas dalam
pelaksanaan komunikasi. Terdapat dua karakteristik utama dalam kelompok yaitu Norma dan
Peran. Komunikasi kelompok mencakup beberapa fungsi diantaranya Fungsi hubungan
sosial, Fungsi pendidikan, Fungsi persuasi, Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan dan Fungsi terapi.
Komunikasi juga digunakan dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi yang terjadi
diantaranya adalah komunikasi interprofesional, komunikasi publik dan komunikasi massa.
Komunikasi interprofesional meliputi komunikasi antara seluruh profesi yang terlibat dalam
pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien agar pasien tersebut mendapatkan pelayanan
kesehatan yang optimal dan merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Komunikasi publik merupakan suatu komunikasi yang dilakukan di depan banyak orang.
Contoh komunikasi public yang digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah seminar
20
tentang penyakit, penyuluhan, dan lain lain. Komunikasi massa berperan penting dalam
kegiatan kesehatan, khususnya preventif atau pencegahan penyakit. Kegiatan tersebut
meliputi edukasi kesehatan dan promosi kesehatan. Edukasi kesehatan merupakan sebuah
kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui sebuah rancangan untuk memberikan
pemahaman atau pembelajaran tentang kesehatan atau beberapa penyakit yang berhubungan.
Promosi kesehatan merupakan bentuk kegiatan atau aktivitas bertujuan meningkatkan
kualitas hidup sehat dalam jangka waktu panjang berdasarkan pada kebiasaan hidup.
3.2 Saran
Menyadari masih jauhnya dari kata sempurna karena dirasa banyak kesalahan dan
kekurangan penulis dalam menyusun makalah ini baik dari segi isi, tampilan maupun penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga nantinya makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi kedepannya.
21
Daftar Pustaka
Adler, R.B. dan Rodman,G. (2006). Understanding Human Communication. 9th ed. New
York: Oxford University Press
Basuki, E. (2008). Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Berry, D. (2006). Health Communication: Theory and Practice. [Place unknown]: Open
University Press.
Berry, D. (2007). Health Communication: Theory and Practice. New York: McGraw-Hill
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi
Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta 2004
http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2013/01/pentingnya-komunikasi-massa-dan-
media_27.html
https://dummiesboy.wordpress.com/2012/01/13/tujuan-dan-manfaat-edukasi-dalam-
pelayanan-kesehatan/
International Labour Organization. (2013). Kesetaraan Dalam Pekerjaan: Konsep dan
Prinsip Utama. Jakarta: International Labour Organization.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. (2004). Kode Etik Kedokteran Indonesia
dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Northouse, L.L dan Peter G. N. (1998). Health Communication.USA: Appleton & Lange
O’Daniel, Michelle & Rosenstein, A.H. (2008). Patient Safety and Quality: An Evidence
Based Handbook for Nurses. United States of America: AHRQ.
Putri, T.H. dan Fanani, A. (2013). Komunikasi kesehatan. Yogyakarta: Mitra Setia
Sendjaja, SD. (2004). Teori Komunikasi. Depok: Pusat Penerbitan Universitas Indonesia
Tubbs SL, Moss S. Human communication. 2nd ed. New York: McGraw-Hill
22