BAB 4
PENGUMPULAN PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di wilayah studi, yaitu Sunter 1 (plant 1000)
yang terdiri dari 5 sloc (lokasi penyimpanan pada suatu plant). Dead stock yang ada
di Sunter 1 adalah bekas inventory kijang pik-up dan kijang kapsul (510 T). Sloc di
Sunter 1 antara lain PAD Painting (2100), PAD Engine 2 (2300), Assy Kaizen (5004),
Welding Maintenance (5005), dan Utility (5007).
4.1.1 PAD Painting (2100)
PAD Painting adalah Plant Administration Divisi Painting, yaitu suatu divisi
yang menangani berbagai macam keperluan painting. PAD painting ini memiliki 54
item dead stock yang berasal dari proyek 510 T dengan nilai Rp. 175,311,129,-.
Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 Data dead stock PAD Painting.
Beberapa item dead stock pada PAD Painting dapat dilihat dalam gambar 4.1.
52
Sumber: hasil survey, 2008
Gambar 4. 1 Beberapa item dead stock PAD Painting
4.1.2 PAD Engine 2 (2300)
PAD Engine 2 adalah Plant Administration Divisi Engine, yaitu suatu divisi
yang menangani berbagai macam keperluan untuk memproduksi engine. PAD Engine
2 ini memiliki 1964 item dead stock yang berasal dari proyek 510 T dan Pick-Up
dengan nilai Rp. 5,514,904,308. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
7 Data dead stock PAD Engine 2. Beberapa item dead stock pada PAD Engine 2
dapat dilihat dalam gambar 4.2.
Sumber: hasil survey, 2008
Gambar 4. 2 Beberapa item dead stock PAD Engine 2
53
4.1.3 Assy Kaizen (5004)
Assy Kaizen adalah suatu divisi yang menangani perakitan kendaraan di
Sunter 1. PAD Assy ini memiliki 6 item dead stock yang berasal dari proyek Pick-Up
dengan nilai Rp. 21,054,689,-. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8
Data dead stock assy kaizen.
4.1.4 Welding Maintenance (5005)
Welding Maintenance adalah suatu divisi maintenance untuk membantu divisi
welding. Biasanya bertugas memperbaiki mesin dan peralatan welding yang ada di
Sunter 1. Divisi ini memiliki 8 item dead stock yang berasal dari proyek Pick-Up
dengan nilai Rp. 3,011,316,-. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
Data dead stock welding maintenance. Beberapa item dead stock pada Welding
Maintenance dapat dilihat dalam gambar 4.3.
Sumber: hasil survey, 2008
Gambar 4. 3 Beberapa item dead stock Welding Maintenance
54
4.1.5 Utility (5007)
Utility adalah suatu divisi yang bertugas mempersiapkan segala kebutuhan
untuk welding production di Sunter 1. Divisi ini memiliki 27 item dead stock yang
berasal proyek Pick-Up dengan nilai Rp. 2,097,966,-. Informasi selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 10 Data dead stock utility.
Nilai dead stock hingga 31 Maret 2007 di Sunter 1 diperoleh dari hasil akhir
kegiatan inventory taking, yang merupakan akumulasi dead stock sejak tahun 2006.
Sejak saat itu hingga tugas ini dibuat belum dilakukan pengelolaan atas dead stock
tersebut, sehingga dead stock menumpuk di sloc masing-masing area. Summary Nilai
dead stock yang ada di Sunter 1 dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4. 1 Summary Jumlah Dead stock per Sloc
Sumber: SAP system PT TMMIN, 2007
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai dead stock di Sunter 1 mencapai Rp.
5.716.379.408,- dengan 2.059 macam item. Data di atas didapat setelah melakukan resume
atas data dead stock yang telah dikumpulkan pada masing-masing sloc. Nilai dead stock pada
55
tabel tersebut didapatkan dari SAP setelah dilaksanakan inventory taking di lapangan pada 31
Maret 2007.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Lembar periksa (check sheet)
Check sheet yang digunakan adalah untuk data atribut. Data yang diperoleh
adalah data kualitatif hasil pengamatan dan perhitungan dilapangan. Data yang
diperoleh dapat dimanfaatkan untuk analisis dead stock di lapangan. Dengan
dibuatnya check sheet pada pengolahan data ini akan diketahui berapa jumlah dead
stock sebenarnya di lapangan dan diketahui sloc mana yang memiliki jumlah dead
stock paling besar. Check sheet dibuat berdasarkan material status dari inventory.
Dengan check sheet ini akan diketahui inventory fast moving, slow moving dan dead
stock. Untuk check sheet seluruh sloc dapat dilihat pada lampiran 1 sampai lampiran
5.
Berdasarkan hasil check sheet pada data lampiran tersebut, data dead stock
yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan ruang lingkup penelitian.
Setelah dilakukan proses pengecekan pada data tersebut, maka akan
didapatkan data dead stock pada masing-masing sloc seperti pada lampiran 6 hingga
lampiran 10 pada subbab 4.1 pengumpulan data.
56
No. Storage Location Jumlah Nilai
1 PAD Engine 2 (2300) 74,803 5,514,904,308 2 PAD Painting (2100) 1,158 175,311,129 3 Assy Kaizen (5004) 172 21,054,689 4 Utility (5007) 137 2,097,966 5 Welding Maintenance (5005) 44 3,011,316
Total 76,314 5,716,379,408
4.2.2 Diagram Pareto
Pembuatan Diagram Pareto bertujuan untuk mengidentifikasi dead stock yang
paling banyak pada suatu plant, sehingga dapat memprioritaskan masalah tersebut.
Pembuatan Diagram Pareto didasarkan pada jumlah item dan nilai dead stock. Hal ini
bertujuan untuk melihat kondisi dead stock secara lebih detail, sehingga informasi
yang didapat semakin lengkap.
Langkah dalam pembuatan Diagram Pareto adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan semua data dari plant Sunter 1 berdasar masing-masing sloc.
Jumlah dan nilai dead stock pada masing-masing sloc dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Jumlah dan Nilai Dead stock per Sloc
Sumber: Hasil Analisis, 2008
2. Pengurutan data dari terbesar hingga terkecil dan perhitungan presentasenya.
Jumlah dan persentase dead stock per Sloc dapat dilihat pada tabel 4.3.
57
Kumulatif Persen KumulatifJumlah (%) Persen
1 PAD Engine 2 (2300) 74,803 74,803 98.02% 98.02%2 PAD Painting (2100) 1,158 75,961 1.52% 99.54%3 Assy Kaizen (5004) 172 76,133 0.23% 99.76%4 Utility (5007) 137 76,270 0.18% 99.94%5 Welding Maintenance (5005) 44 76,314 0.06% 100.00%
Total 76,314 100.00%
JumlahStorage LocationNo.
No. Storage Location Nilai Kumulatif Persen KumulatifNilai (%) Persen
1 PAD Engine 2 (2300) 5,514,904,308 5,514,904,308 96.48% 96.48%2 PAD Painting (2100) 175,311,129 5,690,215,437 3.07% 99.54%3 Assy Kaizen (5004) 21,054,689 5,711,270,126 0.37% 99.91%4 Welding Maintenance (5005) 3,011,316 5,714,281,442 0.05% 99.96%5 Utility (5007) 2,097,966 5,716,379,408 0.04% 100.00%
Total 5,716,379,408 100.00%
Tabel 4. 3 Persentase Jumlah Dead stock per Sloc
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Nilai dan persentase dead stock per Sloc dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Persentase Nilai Dead stock per Sloc
Sumber: Hasil Analisis, 2008
3. Pembuatan diagram pareto
Diagram Pareto jumlah dan persentase dead stock dapat dilihat pada gambar 4.4.
58
Diagram Pareto Nilai Dead Stock Sunter 1
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Persentase
Nila
i
94.00%
95.00%
96.00%
97.00%
98.00%
99.00%
100.00%
101.00%
Nilai (dlm juta) 5,515 175 21 3 2
% Kumulatif 96.48% 99.54% 99.91% 99.96% 100.00%
2300 2100 5004 5005 5007
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Gambar 4. 4 Diagram Pareto Dead stock berdasarkan jumlah
Diagram Pareto nilai dan persentase dead stock dapat dilihat pada gambar 4.5.
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Gambar 4. 5 Diagram Pareto Dead stock berdasarkan nilai
Diagram Pareto Jumlah Dead Stock Sunter 1
-
20,000
40,000
60,000
80,000
Persentase
Jum
lah
97.00%97.50%98.00%98.50%99.00%99.50%100.00%100.50%
Jumlah 74,803 1,158 172 137 44
% Kumulatif 98.02% 99.54% 99.76% 99.94% 100.00%
2300 2100 5004 5007 5005Slog
59
Berdasarkan dua Diagram Pareto (jumlah dan nilai) di atas diketahui bahwa
sloc 2300 (PAD Engine 2) memiliki dead stock terbesar, yaitu sebesar 98,02 %
(jumlah) dan 96,48% (nilai) dari keseluruhan sloc. Diikuti dengan sloc 2100 (PAD
Painting) sebesar 1.52 % (jumlah) dan 3,07% (nilai), sloc 5004 (Assy Kaizen) sebesar
0.23 % (jumlah) dan 0,37 % (nilai), sloc 5007 (Utility) sebesar 0.18 % (jumlah) dan
0,04 % (nilai), sloc 5005 (Welding Maintenance) sebesar 0.06% (jumlah) dan 0,05 %
(nilai).
Berdasar ke dua Diagram Pareto tersebut, dapat dilihat sloc yang harus lebih
diutamakan untuk dikelola lebih lanjut sehingga mengurangi jumlah dead stock
secara keseluruhan adalah dead stock di PAD Engine 2. Bila penanganan ini bisa
dilakukan maka akan mengurangi 98 % jumlah dead stock di Sunter 1. Sehingga
prioritas penanganan dead stoc akan di fokuskan pasa sloc PAD Engine 2 karena
memiliki jumlah dead stock dengan persentase terbesar dari yang lainnya.
4.2.3 Diagram sebab akibat (fish bone)
Setelah mengetahui prioritas utama penyelesaian dead stock dari diagram
pareto, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa dengan diagram sebab akibat
yang bertujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya dead stock dengan jumlah
yang besar. Berdasar tabel 4.4 dapat diketahui bahwa persentase jumlah dead stock
terbesar adalah PAD Engine 2 (98.02 %). Gambar analisa sebab akibat dead stock di
PAD Engine 2 dapat dilihat pada gambar 4.6.
60
MESIN MANUSIA
METODEMATERIAL
Metode pengelolaan dead stock belum ada
SOP penyimpanan dead stock belum ada
Berkarat karena kesalahan penyimpanan
Parts rusak
Operator
Kerusakan mesin tdk terprediksi
Jadwal Perbaikan tidak update
Lelah bekerja
Kurang teliti
Dead Stock di PAD Engine 2
Cuaca yang tidak
Panas
Keahliannya kurang
Kurang pengetahuan
Lemba
Hujan
Banjir
Genangan air diruang penyimpanan
Mesin sudah tua
LINGKUNGAN
Reject sejak diterima tanpa diketahui
Standar ruang penyimpanan dead
stock belum ada
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Gambar 4. 6 Diagram sebab akibat dead stock di PAD Engine 2
Faktor-faktor penyebab dead stock di PAD Engine 2 Sunter 1 di antaranya adalah:
1. Manusia
Manusia merupakan salah satu penyebab dead stock di PAD Engine 2.
Kurang teliti, lelah dan adanya masalah keluarga pada operator dapat
menyebabkan berbagai masalah bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada
mesin, sehingga harus dilakukan pergantian pada suku cadang mesin yang
berujung pada penambahan inventori suku cadang.
61
Jika penambahan suku cadang ini terus dilakukan hingga mesin tersebut
run out atau telah tidak digunakan lagi, maka suku cadang tersebut akan menjadi
dead stock.
2. Lingkungan
Temperatur yang tidak sesuai dan lembab merupakan salah satu penyebab
inventori menjadi rusak. Kerusakan tersebut biasanya berupa karat pada suatu
permukaan part inventori dan dapat menyebabkan part tersebut tidak dapat
digunakan lagi karena secara fungsi membahayakan. Jika hal ini telah terjadi
maka inventori part tersebut akan masuk kedalam kategori dead stock karena
sudah tidak dapat digunakan lagi.
3. Mesin
Penggunaan mesin yang kurang tepat dapat menyebabkan kerusakan pada
mesin itu sendiri. Proses pencekaman atau pengikatan material yang tidak sesuai
standar saat proses permesinan berlangsung dapat menyebabkan kerusakan
bahkan kecelakaan kerja. Jika kerusakan ini terjadi, maka terjadilah perbaikan
yang berujung pada pemesanan suku cadang karena ada suku cadang yang rusak.
Untuk menghemat waktu pemesanan suku cadang, maka inventori untuk suku
cadang tersebut dibuat aman (safety stock), sehingga perbaikan dapat dilakukan
tanpa menunggu waktu pemesanan suku cadang.
Semua mesin di lapangan memiliki jadwal perbaikan yang rutin, tetapi
penggunaan mesin diluar standar kerja dan umur mesin yang sudah tua
menyebabkan perbaikan meleset dari jadwal yang telah direncanakan.
62
Umur mesin yang sudah tua tetapi tetap dioperasikan juga berpengaruh
terhadap terjadinya dead stock, karena waktu perbaikan diluar jadwal atau tidak
bisa diprediksi menyebabkan safety stock suku cadang dari mesin ini akhirnya
akan menjadi dead stock.
4. Material
Part atau suku cadang yang merupakan kategori bergerak cepat (fast
moving) atau sangat sering mengalami penggantian akan lebih banyak memiliki
inventori dibandingkan yang lain. Saat run out, kategori part ini menjadi dead
stock tertinggi dibandingkan dengan kategori lainnya, karena secara inventori
kategori fast moving jumlahnya sangat banyak.
5. Metode
Ketiadaan metode pengelolaan dead stock menyebabkan dead stock
menumpuk di gudang. Dead stock yang telah diketahui sangat banyak, jika
dibiarkan di gudang terus menerus selain tidak mendatangkan manfaat, akan
sangat mengganggu proses penyimpanan suku cadang yang lain karena
menghabiskan tempat.
4.2.4 Failure Mode Effects Analysis (FMEA)
Merupakan metode yang digunakan untuk menunjukkan masalah (failure
mode) yang biasanya timbul pada suatu sistem, sehingga menyebabkan sistem
tersebut tidak mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar yang diinginkan.
Tabel analisis FMEA atas dead stock di Sunter 1 dapat dilihat dalam tabel 4.5.
63
Keterangan nilai.O = Occurrence/terjadi ---->
S = Saverity/kerumitan ---->
D = Detection/deteksi ---->
R = Risk assessment/tindakan ---->
Kemungkinan terjadi kegagalan (1-10): 1= peluang kegagalan dapat dikendalikan, 10=peluang kegagalan sangat tinggi
Kemungkinan kegagalan (defect) yang terdeteksi (1-10): 1=sangat kecil peluang gagal tidak terdeteksi. 10=peluang kegagalan tidak terdeteksi sangat tinggi
Tingkat kepelikan kegagalan (1-10): 1= tidak nyata terasa oleh customer, 10=kegagalan yang membahayakan, memungkinkan kehilangan customer
Nilai Resiko: R dengan angka tertinggi adalah prioritas utama dalam penyelesaian, yang terpenting adalah tugas untuk menghilangkan penyebab kegagalan.
TABEL FMEA (Failure Mode Effect Analysis)Dead Stock di Sunter 1PT. TMMIN
Proses penyimpanan parts fast moving tidak berjalan lancar karena space gudang terpakai untuk dead stock
Dead stock tidak menghasilkan keuntungan tetapi menyebabkan biaya penyimpanan bertambah.
2 7 112 Pengelolaan dead stock , dengan; reproduction, modification,
Dead Stock Run out model, dan part reject sebelum digunakan
Part tidak dapat digunakan untuk support produksi dan menumpuk digudang tidak menghasilkan keuntungan
8
2 3 12 Mengatur sistem pergudangan.
Training teknik penyimpanan dead stock pada stock holder
Part dead stock rusak Jika dead stock rusak harga jual kembali renadh dan tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan
Terlalu lama disimpan, suhu yang lembab dan metode penyimpanan yang salah menyebabkan kerusakan.
2
84 Mengatur sistem pergudangan.
Uang tidak berputar Dead stock tidak dapat digunakan untuk support produksi.
8 2 6 96 Mengelola dead stock, dengan; reproduction, modification, penjualan.
R Action to Eliminate or Reduce Risk
Inventory system Sebagai Inventori suku cadang mesin dan support produksi
Gudang penuh Banyak item dead stock menumpuk di gudang
7 2 6
Potential Cause of Failure O S DItem's Item's Functions Potential Failure Mode Potential Effect of Failure
Tabel 4. 5 Analisis FMEA atas Dead stock di Sunter 1
Sumber: Hasil Analisis, 2008
64
Dari tabel FMEA di atas didapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat adanya dead stock, berbagai
macam alternatif tersebut antara lain:
1. Mengatur Sistem Pergudangan
Gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, harus mampu
menampung barang-barang sebagai inventory penunjang produksi. Persediaan
disimpan digudang berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
a. Harus dalam suhu yang dingin dengan cara dipasang AC atau disimpan
dalam lemari pendingin. Hal ini banyak dilakukan pada PAD Painting.
Sifat, dead stock berupa liquid atau cairan harus dipisahkan berdasarkan
ketahanan terhadap temperatur. Dead stock yang rusak apabila terkena
suhu panas, maka penyimpanannya.
b. Ukuran dan Bentuk Barang, dead stock yang memiliki ukuran dan bentuk
yang besar harus disimpan di pada tempat yang aman yaitu pada bagian
bawah dari lemari atau rak penyimpanan sehingga tidak mengganggu dan
membahayakan proses loading unloading dari suatu inventory yang
bergerak.
c. Dalam penyimpanan dead stock agar tidak menggangu aktivitas inventory
lainnya, maka penyimpanan dapat dilakukan pada tempat yang terpisah
atau bagian pojok dari suatu gudang.
2. Mengelola Dead stock
Pengelolaan dead stock ini dilakukan sebagai alternatif pemanfaatan dead
stock sehingga dapat digunakan untuk menunjang produksi dan menghasilkan
65
keuntungan bagi perusahaan. Beberapa alternatif pengelolaan dead stock yang
dapat dilakukan di PT. TMMIN diantaranya adalah:
a. Reproduction,
untuk item dead stock yang berupa material, seperti sheet material dapat
kita gunakan sebagai campuran dalam proses casting production. Hasil
dari peleburan dengan campuran sheet material ini dapat kita gunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan dies atau kita jual kembali sebagai
raw material, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Kelebihan, prosedur yang ditempuh untuk melakukan modifikasi ini
cukup simpel, sehingga waktu yang diperlukan relatif lebih cepat.
Kekurangan, hanya sedikit suku cadang yang dapat dilebur dalam
casting production. Tidak semua dead stock yang ada dapat dilebur.
Hanya kategori sheet material, sehingga alternatif ini tidak banyak
menyelesaikan masalah. Karena walaupun hal ini dilakukan akan
masih banyak dead stock yang tersisa.
b. Modification
Dead stock part yang merupakan suku cadang mesin biasanya dapat
digunakan setelah mengalami modifikasi, sehingga spesifikasi dan bentuk
sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilakukan jika dalam keadaan
terdesak dan darurat suku cadang dari mesin produksi tersebut rusak
sedangkan suku cadangnya tidak ada atau telah habis, dan jika menunggu
pengadaan inventori suku cadang akan memakan waktu yang lama,
sehingga alternatif ini dilakukan.
66
Kelebihan, prosedur yang ditempuh untuk melakukan modifikasi ini
cukup simpel, sehingga waktu yang diperlukan relatif cepat.
Kekurangan, hanya sedikit suku cadang yang dapat dimodifikasi. Tidak
semua dead stock yang ada dapat dimodifikasi, sehingga alternatif ini
tidak banyak menyelesaikan masalah. Karena walaupun modifikasi
atas dead stock ini dilakukan akan masih banyak dead stock yang
tersisa.
c. Melakukan penjualan dead stock
Dengan dilakukannya penjualan dead stock, maka tidak akan ada lagi dead
stock yang menumpuk di storage, dan hasil dari penjualn dead stock
tersebut akan menambah pendapatan atau keuangan perusahaan.
Kelebihan, metode ini adalah yang paling efektif, karena dead stock
akan langsung habis terjual, penjualan dapat langsung dilakukan
dalam satu waktu.
Kekurangan, banyak prosedur yang harus dilakukan untuk mengadakan
penjualan atas dead stock, sehingga waktu yang diperlukan juga lebih
lama.
Dari ketiga metode pengelolaan tersebut yang paling menguntungkan dan
paling baik adalah metode ketiga, yaitu melakukan penjualan dead stock.
3. Training Teknik Penyimpanan
Training ini diberikan kepada operator pelaksana penyimpanan sehingga
dalam melaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan baik tanpa merusak
inventory atau dead stock yang disimpan. Training ini sangat penting
67
diberikan untuk menunjang pergudangan yang efektif dan efisien. Dengan
telah dibekali pengetahuan dasar penyimpanan maka kesalah penyimpanan
yang biasanya dilakukan oleh operator dapat dihilangkan.
Berdasar tabel FMEA diketahui bahwa langkah prioritas yang sebaiknya
diambil adalah mengelola dead stock dengan reproduction, modification dan
penjualan. Dan berdasarkan analisa diatas metode dengan penjualan adalah yang
paling baik karena dapat langsung dirasakan dan sangat maksimal mengurangi
jumlah dead stock.
4.2.5 Analisis ABC
Analisis ABC ini dilakukan untuk mengklasifikasikan dalam penanganan
dead stock. Dalam hal ini dilakukan pengklasifikasian sesuai kategori :
Berdasarkan harga jual kembali dan kondisi item dead stock.
A. Harga Jual Kembali Tinggi
Adalah item-item dead stock yang memiliki harga beli tinggi dan memiliki
kondisi yang masih baik. Sehingga jika dikelompokkan menjadi satu dan
dilakukan penjualan maka harga jual jual kembali akan tinggi. Item dead stock ini
memiliki harga saat beli >8,000,000
B. Harga Jual Kembali Sedang
Adalah item-item dead stock yang memiliki harga beli antara range
5000,000 – 8,000,000 dengan berbagai kondisi.
C. Harga Jual Kembali Termurah
Adalah item-item dead stock yang memiliki harga beli < 5000,000 dalam
berbagai kondisi.
68
No. Kategori Range harga beli Quantity Total Amount
1 A > 5 juta 11,261 3,326,232,007 2 B 1 juta - 4 juta 11,440 795,313,496 3 C < 1 juta 53,613 1,594,833,905
Total 76,314 5,716,379,408
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Type Dead Stock
Tabel Priority Penanganan Dead Stock
Total Qty 11,261 53,613 11,440
Total Amount 332,623 159,483 79,531
A C B
Hasil dari pengolahan data didapat bahwa:
Tabel 4. 6 Range Harga Beli Dead Stock
Gambar 4. 7 Prioritas penanganan dead stock
Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa dead stock yang memiliki nilai dan
prioritas utama untuk dilakukan penjualan adalah dead stock kategori A, karena
memiliki quantity kecil dengan nilai yang tinggi.
Pengelolaan Dead stock dengan Analisis ABC
Pengelolaan dead stock dengan analisis ABC ini untuk menangani dead stock
dengan cara dilakukan penjualan dan dibuang.
( /10000 )
69
Dead stock Kategori A
Dead stock kategori ini memiliki nilai jual kembali yang tinggi selain karena
harga belinya dahulu yang tinggijuga karena kondisi dead stock ini masih
baik. Dead stock kategori ini akan dijual.
Dead stock Kategori B
Dead stock kategori ini memiliki harga jual yang rendah dikarenakan dahulu
harga belinya yang murah dan dead stock ini masih dalam kondisi yang baik
sehingga jika dilakukan penjualan masih akan laku tetapi dengan harga yang
rendah.
Dead stock Kategori C
Dead stock kategori ini memiliki harga jual yang sangat rendah dikarenakan
dahulu dibeli dengan harga yang murah dan juga dikarenakan ada beberapa
item dead stok yang tidak dalam kondisi bagus. Penanganan dead stock
kategori ini dapat dengan dijual dan dapat juga dengan dilebur atau dibuang
dikarenakan harga jual kembalinya sangat rendah.
4.3 Usulan Perbaikan (Mekanisme Penjualan Dead stock)
Setelah dilakukan analisis dengan diagram pareto, diagram sebab akibat
dan FMEA maka diketahui bahwa langkah yang sebaiknya diambil untuk
manangani dead stock adalah dengan dilakukannya penjualan atas dead stock
tersebut. Untuk itu maka dibuatlah mekanisme penjualan dead stock. Flow
mekanisme penjualan dead stock dapat dilihat pada tabel 4.6.
70
FINANCE DIVISION DEAD STOCK CUSTOMER
BUSINESS PROCESS FLOWSELLING MECHANISM FOR DEAD STOCK INVENTORY
STEPS/ACTIVITIESPLANT ADMINISTRATION DIVISION
OR MAINTENANCE DEPT. PURCHASING DIVISIONDIV. CONCERNED DEAD STOCK
TENDER COMMITTEE
PROPOSALFOR GOODS ISSUE TO SCRAP
(Time: D1)
PROPOSAL & SALES PRICE CALCULATION
FOR DEAD STOCK SELLING(Time: D1)
DEAD STOCK TENDER ACTIVITY AND PAYMENT
FOR DEAD STOCK SELLING(Including Delivery Arrangement)
(Time: D2, D3 & D4)
CONFIRMATIONAND GOODS ISSUE TO SCRAP
EXECUTION(Time: D1)
D2+1
D2
D1+8
D1+6
D1+4
D1+2
D1+1
D1
Inform reasons of disapprov al to
PAD/Maintenance Dept.
Yes
No
Approv al up to FD DH/DDH
Confirmed with Approv al
Preferences: At least 3
Candidates
Start
Execution for GI to Scrap by
User
Requirement for Dead Stock Selling Tender
Apply Tender Proposal to PuD
Process of Customer Sellection
Tender Inv itation Letter
DEAD STOCK TENDER(1 Day Transact ion at User Location)
Tender Committee Member:
Tender Winner
GI to Scrap Result
Classification of Dead Stock to
be sold
Apply Tender Proposal to PuD
Tender Inv itation Letter
Tender Inv itation Letter
Teder Inv itation Letter
Calculate Proposal of
Selling Amount
Sales Price for Dead Stock
Selling
Tender Resume
Tender Resume
Tender Resume
Tender Resume
Finish
Dead Stock Disposal Form -
Approv ed
1. PAD/Maintenance Dept.2. Finance Division3. Purchasing Division Sales Price for
Dead Stock Selling
Finish
Dr. Scrap CostCr. Inv . Prod. Support
Dead Stock Disposal Form -
Approv ed
Fill in Dead Stock Disposal Form (Including Approval from User)
Dead Stock Disposal Form
Dead Stock Disposal Form
Approv al Process
Include commitment for Delivery Arrangement:1. Timing for Payment2. Timing for Delivery3. TMMIN PIC
Tabel 4. 7 Mekanisme Penjualan Dead stock
71
Mekanisme penjualan bertujuan agar dead stock yang ada dapat berkurang
secara maksimum, sehingga lebih bermanfaat karena dapat mendatangkan
keuntungan bagi perusahaaan dibandingkan disimpan di gudang.
Mekanisme penjualan dead stock dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Proposal pengakuan dead stock sebagai scrap
Sebelum penjualan dead stock dilakukan, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan part atau material mana saja yang masuk
kategori dead stock dan alasan mengapa dikategorikan dead stock. Untuk hal
ini section head plant bersangkutan harus mengisi dead stock disposal form
approval dan detail part yang dimaksud untuk kemudian meminta persetujuan
dari Departement Head dan Division Head terkait. Untuk detail form dapat
dilihat pada lampiran 11 (dead stock disposal form).
Setelah plant terkait menyetujui, maka langkah selanjutnya adalah meminta
persetujuan dari FD Div. Setelah semua poses tersebut selesai, maka langkah
selanjutnya adalah merubah status dead stock di SAP dari inventory product
support menjadi scrap, yaitu material, part atau suku cadang sisa dari
produksi atau yang telah tidak digunakan lagi untuk produksi..
2. Merubah status dead stock dalam SAP
Setelah disetujui untuk dilakukan penjualan terhadap dead stock, maka
perubahan status di SAP harus dilakukan dari inventory product support
menjadi scrap. Proses good issue to scrap dilakukan oleh PAD atau plant
maintenance bersangkutan.
3. Proposal dan perhitungan harga jual dead stock
72
PAD atau Maintenance Department membuat dan mengajukan proposal
pelaksanaan tender penjualan terhadap dead stock yang telah diklasifikasikan
berdasarkan jenisnya kepada PuD. Setelah menerima proposal tersebut PuD
melakukan seleksi terhadap pembeli yang nantinya akan diundang dalam
tender penjualan. Konsumen yang dituju di antaranya adalah supplier-supplier
PT.TMMIN dan tengkulak yang biasa membeli besi atau material bekas
produksi. Sedangkan Finance Division melakukan perhitungan untuk
menentukan harga jual masing-masing dead stock.
4. Pelaksanaan tender penjualan dead stock
Pelaksanaan tender dimulai dengan pembeli diberikan kesempatan untuk
melihat dead stock yang akan dijual dan telah dilengkapi dengan harga dan
kondisi serta spesifikasi dead stock tersebut. Untuk kemudian pembeli
memasang harga atas dead stock tersebut. Setelah semua pembeli melihat dan
menuliskan harga yang berani dibayar oleh pembeli untuk dead stock tersebut,
maka tender committee akan menentukan siapa yang akan memenangkan
tender sesuai dengan harga yang paling tinggi atau mendekati standar harga
yang telah ditetapkan.
Setelah pemenang tender ditetapkan, maka resume tender langsung dibuat
yang berisi waktu pembayaran dead stock oleh pembeli dan waktu pengiriman
dead stock kepada pembeli.
73
Dengan adanya usulan mekanisme penjualan dead stock ini diharapkan penjualan
dead stock di PT. TMMIN dapat segera dilakukan sehingga dapat menguntungkan
perusahaan dan mengurangi inventory di storage area.