HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Pengamatan...............................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................3
1.4.1 Bagi Masyarakat..........................................................................3
1.4.2 Bagi Mahasiswa...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Data Umum...........................................................................................4
2.1.1 Data Wilayah...............................................................................4
2.1.2 Batas Wilayah..............................................................................4
2.1.3 Luas Wilayah...............................................................................4
2.1.4 Jumlah Kelurahan........................................................................5
2.1.5 Keadaan Geografis.......................................................................5
2.1.6 Ketenagaan...................................................................................5
2.1.7 Sarana Prasarana..........................................................................6
2.2 Anemia..................................................................................................6
2.2.1 Definisi.........................................................................................6
iii
2.2.2 Anemia fisiologi dalam kehamilan..............................................8
2.2.3 Patofisiologi.................................................................................8
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
hamil........................................................................................9
2.2.5 Klasifikasi anemia pada ibu hamil.............................................13
2.2.6 Penilaian Klinis Anemia............................................................14
2.2.7 Bahaya anemia dalam kehamilan..............................................16
2.2.8 Pengaruh anemia pada kehamilan..............................................19
2.2.9 Akibat anemia terhadap kehamilan:..........................................20
2.2.10 Penanganan Anemia dalam Kehamilan................................20
2.2.11 Pencegahan anemia pada ibu hamil......................................22
2.2.12 Aplikasi Model Epidemiologi dan Konsep Model
Hendrik L. Blum pada Analisis faktor risiko kejadian
anemia pada ibu hamil..........................................................23
BAB III STATUS PRESENT................................................................................32
3.1 Data Penderita.....................................................................................32
3.1.1 Identitas Penderita......................................................................32
3.1.2 Pemeriksaan Fisik......................................................................33
3.2 Alternatif Pemecahan Masalah...........................................................46
3.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan...........................................................46
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia pada ibu
hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi
dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di
dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang
berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 % ibu
hamil dengan anemia (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan
anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 %
ibu hamil aterm dengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil
dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi
(ADB) (Wiknjosastro, 2005).
Dewasa ini banyak faktor yang menyebabkan terjadinya anemia
pada ibu hamil. Dengan menggunakan pendekatan melalui faktor tersebut
kita bisa mengetahui faktor apa sajakah yang menyebabkan anemia, dan
juga bisa diketahui cara penanggulangannya. Dengan pendekatan H.L.
Blum, yang meliputi 4 aspek, yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,
perilaku dan genetik, kejadian anemia pada ibu hamil bisa dianalisis secara
keseluruhan dengan harapan mampu menurunkan angka kejadian anemia
pada ibu hamil.
1
2
Berdasarkan data rekapitulasi kasus anemia pada ibu hanil tersebut,
maka penulis tertarik untuk lebih mendalami dan mengidentifikasi kejadian
anemia pada ibu hamil pada salah satu pasien dengan pendekatan H.L Blum,
khususnya di wilayah kerja puskesmas Halmahera.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu
hamil pada pasien X di Puskesmas Halmahera?
1.3 Tujuan Pengamatan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap anemia ibu hamil berdasarkan pendekatan HL.
Blum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku
yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.
1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan
yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.
1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu
hamil.
1.3.2.4 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor
kependudukan yang mempengaruhi terjadinya penyakit
anemia ibu hamil.
3
1.3.2.5 Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat
1.4.1.1 Masyarakat mengetahui mengenai anemia pada ibu hamil
1.4.1.2 Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan
sehat
1.4.1.3 Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan
1.4.1.4 Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan
terhadap anemia pada ibu hamil
1.4.2 Bagi Mahasiswa
1.4.2.1 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang
ada di lapangan.
1.4.2.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai
penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.
1.4.2.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan
tentang ilmu kesehatan masyarakat.
1.4.2.4 Sebagai media yang dapat mengembangkan ketrampilan
sebagai dokter.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Data Umum
2.1.1 Data Wilayah
Secara geografis Puskesmas Halmahera berada pada ketinggian
tanah dari permukaan laut 1,5 – 2 meter yang makin ke arah utara
makin rendah sehingga bila hujan lebat di beberapa daerah akan
tergenang air.
Puskesmas Halmahera mempunyai luas 3.020 m2 dan
mempunyai beberapa gedung pelayanan, diantaranya pelayanan
gedung rawat jalan (1203 m2), gedung rawat inap (252 m2), ruang
dinas dokter (214 m2), ruang pertemuan (48 m2). Sedangkan luas
wilayah Puskesmas Halmahera 172. 216 ha, dengan jumlah
penduduk 33.814 jiwa.
2.1.2 Batas Wilayah
Bagian Utara : Kelurah Bugangan dan kelurahan Kebon Agung
Bagian Selatan : Kecamatan Semarang Selatan
Bagian Barat : Kecamatan Semarang Tengah
Bagian Timur : Kecamatan Gayamsari
2.1.3 Luas Wilayah
Luas wilayah Puskesmas Halmahera 172.216 ha.
5
2.1.4 Jumlah Kelurahan
Puskesmas Halmahera mempunyai 4 kelurahan binaan yaitu :
a. Karang Turi
b. Karang Tempel
c. Rejosari
d. Sarirejo
2.1.5 Keadaan Geografis
Secara geografis Puskesmas Halmahera berada pada ketinggian
tanah dari permukaan laut 1,5 – 2 meter yang makin ke arah utara
makin rendah sehingga bila hujan lebat di beberapa daerah akan
tergenang air.
2.1.6 Ketenagaan
Tabel 2. Data Pegawai Puskesmas Halmahera Tahun 2014
No.
Jenis Tenaga Jumlah
1. Kepala Puskesmas Halmahera 12. Ka. Sub Bag Tata Usaha 1 Puskesmas Halmahera 13. Dokter Umum 24. Dokter Gigi 25. Bidan 66. Perawat 77. Perawat Gigi 18. Sanitarian 19. Apoteker 110. Analisis Kesehatan / Laborat 111. Nutrisionis 112. Pengolah Simpus / data 113. Bendaharaan / Pengurus Barang 114. Staff 615. Pengadministrasi umum 316. Petugas Loket 217. Penjaga Malam 118. Pengemudi -
6
19. Petugas Kebersihan 42.1.7 Sarana Prasarana
Tabel 3. Sarana dan Prasarana Puskesmas Halmahera tahun 2014
No. Jenis Sarana/ Prasarana JumlahKondisiRusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak Berat
I.
II.
Sarana Kesehatan1. Puskesmas Pembantu2. Polides3. Rumah Dinas Dokter4. Rumah Dinas Perawat5. Rumah Dinas Bidan6. Puskesmas Keliling Roda 47. Ambulance8. Sepeda Motor9. Poskesdes
Sarana Penunjang1. Komputer2. Telepon3. Laptop / Notebook
0-1001120
715
--1------
---
---------
---
---------
1--
2.2 Anemia
2.2.1 Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <
10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi,
terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia pada
kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut
WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89
% dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr %
7
disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7
gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
1. Etiologi Anemia
Menurut Manuaba (2007) penyebab anemia pada kehamilan
adalah:
a. Kekurangan asupan zat besi
Kecukupan akan zat besi tidak hanya dilihat dari konsumsi
makanan sumber zat besi tetapi juga tergantung variasi
penyerapannya. Yang membentuk 90% Fe pada makanan
non daging (seperti biji-bijian, sayur, telur, buah) tidak
mudah diserap tubuh.
b. Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan akan Fe meningkat selama kehamilan untuk
memenuhi kebutuhan ibu, janin, dan plasenta serta untuk
menggatikan kehilangan darah saat persalinan.
c. Kebutuhan yang berlebihan
Bagi ibu yang sering mengalami kehamilan (multiparitas),
kehamilan kembar, riwayat anemia maupun perdarahan pada
kehamilan sebelumnya membutuhkan pemenuhan zat besi
yang lebih banyak.
d. Malabsorbsi
Gangguan penyerapan zat besi pada usus dapat menyebabkan
pemenuhan zat besi pada ibu hamil terganggu.
8
e. Kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, operasi,
perdarahan akibat infeksi kronis misalnya cacingan)
2.2.2 Anemia fisiologi dalam kehamilan
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil
mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume
30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan
hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).
2.2.3 Patofisiologi
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan
zat besi dan biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis,
2003).
Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan
dalam tubuh terutama disumsum tulang.
Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi
kebutuhan membentuk sel darah merah yang memproduksi
lebih sedikit.
Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit
menurun
9
Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat
besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan
sel darah merah baru yang sangat kecil (Mikrositik).
Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka
timbul gejala - gejala karena anemia semakin memburuk
(Anonim, 2004). Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah
selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat
besi (Zulhaida Lubis, 2003).
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang
berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu
74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35
tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur
kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko
yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia.
10
2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami
anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.
Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK,
tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari
ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara
untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita
UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk
tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu
hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran
LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah
mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake
makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan
kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan
11
bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk
menderita anemia (Darlina, 2003).
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan
daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut
penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel
darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.
Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya
kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan
darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya
penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria,
TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka
terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya
meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat
menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat
mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati
dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di
derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu
baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi
terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan
tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan
kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang
12
berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin
apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab
penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit,
namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup
untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang
disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin
sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan
komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30%
(Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak
terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat
menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun
menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak
kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai
waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa
kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak
yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang
untuk keperluan janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa
kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena
13
kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan
dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan
dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut
penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi
status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.
2.2.5 Klasifikasi anemia pada ibu hamil
Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam
kehamilan diklasifikasikan menjadi:
1. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah
pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita
hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan
dengan anamnese. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat
lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
2. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat
(pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12
14
(cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007)
tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila
disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000
mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak %
Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut
penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan
oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12.
Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia
pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak
mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
2.2.6 Penilaian Klinis Anemia
Tanda-tanda Klinis
Letih, sering mengantuk, malaise.
Pusing, lemah.
Nyeri kepala.
Luka pada lidah.
Kulit pucat.
Membran mukosa pucat (misal konjungtiva).
15
Bantalan kuku pucat.
Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
(Varney, 2007).
Diagnosis
Diagnosis anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan
dilakukannya anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa
anemia menurut Aziz (2006):
Anamnesa
Riwayat nutrisi.
Latar belakang geografis.
Gejala dan keluhan pada penderita.
Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda anemia, serta yang
mendasari penyakit-penyakit tertentu penyebab anemia.
Pemeriksan hematologik dasar untuk pemeriksaan kadar Hb.
Derajat anemia ibu hamil menurut Manuaba (2010) :
Normal > 11 gr%
Anemia ringan 9-10 gr%
Anemia sedang 7-8 gr%
Anemia berat < 7 gr%
Prognosis
16
Bahaya anemia terhadap kehamilan :
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
Anemia pada trimester tiga meningkatkan resiko buruknya
pemulihan akibat kehilangan darah saat persalinan, begitu juga
takikardi,napas pendek dan keletihan maternal (Robson, 2011).
2.2.7 Bahaya anemia dalam kehamilan
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal :
berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini,
anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan
lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat
terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada
neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin. ( Manuaba,
2010)
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum
sampai kematian, gestosisdan mudah terkena infeksi, dan
dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat
menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan
17
anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat
lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif
(Mansjoer A. dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat
mengedan untuk melahirkan bayi (Smith et al., 2012). Bahaya
anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan his- kekuatan
mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,
Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti
retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri,
Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae
(Saifudin, 2006)
Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin (2007)
menunjukkan bahwa faktor risiko anema ibu hamil <11 gr%
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian partus lama.
Ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki risiko mengalami
partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia tapi tidak bermakna secara statistik. Ini diduga karena
terjadi ketidak seragaman pengambilan kadar Hb dan pada
18
kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil pada trimester 1 dan bisa
saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang anemia bisa
mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang mengakibatkan
partus lama. Kavle et al, (2008) pada penelitianya menyatakan
bahwa perdarahan pada ibu setelah melahirka berhubungan dengan
anemia pada kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah lebih banyak
pada anemia berat dan kehilangan meningkat sedikit pada wanita
anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena
terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil
volume darah 50% meningka dari 4 ke 6 L, volume plasma
meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan
nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang
mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan
cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan. Selama
kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012).
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu
sebesar 38,85% ,merupaka penyebab kematian bayi. Sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian
kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksiaintrauterus) dan kegagalan
19
nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan
bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat
melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri
terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan,
persalinan dan masa nifas lainnya yaitu56,09% (Depkes, 2008).
Proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1-
3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak
kurang dari 2 tahun menunjukkan proporsi kematian maternal lebih
banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar
bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak
yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena
cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk
keperluan janin yang dikandungnya. Ahmad Rofiq (2008)
2.2.8 Pengaruh anemia pada kehamilan
1. Abortus
2. Persalinan prematuritas
3. Hambatan tumbuh kembang janin
4. Mudah infeksi
5. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
6. Heperemesis gravidarum
20
7. Perdarahan antepartum
8. Ketuban pecah dini
2.2.9 Akibat anemia terhadap kehamilan:
1. Abortus
2. Kematian intra uterine
3. Persalinan prematuritas tinggi
4. Berat badan lahir rendah
5. Kelahiran dengan anemia
6. Cacat bawaan
7. Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal
8. Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)
2.2.10 Penanganan Anemia dalam Kehamilan
Penatalaksanaan dan asuhan medis terhadap anemia yaitu:
1. Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari
riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica,
kebiasaan mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-
makanan tertentu dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang
tepat (Robson, 2011).
2. Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa
diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah
ada keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam),
apabila tidak ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat
dilanjutkan hingga anemia terkoreksi (Robson, 2011)
21
3. Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya
pasien tidak kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per
IM atau per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi
(Robson, 2011).
4. Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat
kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil
dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat
beraktifitas tanpa menunjukan gejala menyimpang dan tidak
septik, transfusi darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi
besi selama setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)
5. Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb
dapat dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis
sulfat ferosa (retikulosit meningkat mulai hari ketiga dan
mencapai puncaknya pada hari ketujuh). Sedangkan pemantauan
kadar Hb pada pasien yang mendapat terapi transfusi dilakukan
minimal 6 jam setelah transfuse (Yan, 2011).
Tabel 2.1 Tabel Transfusi Darah untuk Penatalaksanaan Anemia
SUBSTANSI URAIAN CATATAN
Darah Lengkap(Whole blood)
Packed cells(Packed red blood cells)
Produk darah mengandung komponen darah normal, 1 unit setara dengan 500ml.
Produk darah, mengandung eritrosit dan 20% plasma tanpa faktor pembeku, 1 unit setara 250-300 ml.
1 unit diberikan dala 2-4 jam. Butuh waktu 12-24 jam untuk Hb dan Ht mencapai keseimbangan. Waspadai reaksi transfusi dan kelebihan cairan.
Diberikan dalam kecepatan yang lebih lambat daripada darah lengkap. Waspadai reaksi transfusi.
Sumber: Saiffudin, 2009
22
2.2.11 Pencegahan anemia pada ibu hamil
1. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh
sayuran warna hijau, kacang kacangan, protein hewani,
terutama hati.
2. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti
jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi.
3. Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu,
wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi
selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga
konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan
zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada
awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan
sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari
sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi
direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008).
Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan
suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan
menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan,
daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau,
sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung,
bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain
23
itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi
seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya
substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi
patut dihindari (Anonim, 2004).
2.2.12 Aplikasi Model Epidemiologi dan Konsep Model Hendrik L.
Blum pada Analisis faktor risiko kejadian anemia pada ibu
hamil
Menurut teori Hendrik L. Blum (1974, 1981) dalam
Notoatmodjo (2007), status kesehatan dipengaruhi secara simultan
oleh empat faktor penentu yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keempat faktor penentu tersebut adalah lingkungan, perilaku(gaya
hidup), keturunan dan pelayanan kesehatan. Faktor tersebut
berpengaruh langsung pada kesehatan dan juga berpengaruh satu
sama lain. Status kesehatan akan tercapai optimal jika 4 faktor
tersebut kondisinya juga optimal. Bila salah satu faktor terganggu,
status kesehatan tergeser kearah di bawah optimal. Keempat faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian anemia ibu hamil adalah :
1. Faktor genetik atau keturunan
2. Faktor pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan menjadi faktor penentu dalam
meningkatan status kesehatan anak. Hasil penelitian Djaja
(2001), menjelaskan bahwa ibu dengan pendidikan yang lebih
tinggi akan lebih banyak membawa anaknya untuk berobat ke
24
fasilitas kesehatan, tetapi ibu dengan pendidikan rendah akan
lebih memilih anaknya ntuk berobat ke dukun atau mengobati
sendiri. Pelayanan kesehatan tingkat I adalah puskesmas.
Puskesmas memiliki 6 program pokok
a. Promosi kesehatan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi
bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai
tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan
informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi,
pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya.
b. Kesehatan lingkungan.
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu
faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap status
kesehatan masyarakat di samping faktor pelayanan kesehatan,
faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat
fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang
mengutamakan upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif
25
dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan sangat
penting.
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh
para staf Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat
berperan serta dalam pelaksanaannya harus mengikut
sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.
c. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
Program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat dilaksanakan
melalui kegiatan :
1. Pemberian suplemen gizi
2. Pelayanan gizi buruk
3. Swiping vitamin A
4. Swiping kualitas garam beryodium
5. Perawatan/pengobatan balita gizi buruk
6. Pemberian makanan tambahan ( PMT)
7. Pemantauan status gizi lebih .
Program Upaya Kesehatan Lingkungan dilaksanakan melalui
kegiatan :
1. Lingkungan fisik
2. Pelayanan Hygiene sanitasi di tempat-tempat umum
3. Pengambilan dan pemeriksaan sampel air
4. Perbaikan kualitas air
26
Pemberantasan Vector dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Penyemprotan rumah/bangunan
2. Penyemprotan rumah/malaria.
Program Upaya Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut dilaksanakan
melalui kegiatan Pemantauan pelaksanaan Pos Bindu.
Program Pengawasan Makanan dan Minuman dilaksanakan
melalui kegiatan :
1. Pendataan Industri rumah tangga pangan
2. Audit dan sertifikasi IRT
3. Pengambilan dan pengiriman sampel makanan
4. Sweeping dan Pemusnahan makanan dan minuman
5. Penyuluhan keamanan pangan
6. Surveilance keracunan pangan.
Pengawasan Obat-Obatan dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Pendataan sarana pengobatan dan pendistribusian obat-obatan
2. Pemeriksaan peredaran obat keras
3. Pengawasan distribusi kosmetik dan salon kecantikan
4. Pengawasan obat-obatan interen
5. Pengawasan dan pembinaan pengobatan tradisional.
27
Pemberantasan penyakit TB Paru
Dalam pencegahan penyakit TB paru dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Cara pencegahan penularan penyakit TB
a. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber
penularan hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan.
b. Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan
mulut bila batuk dan bersin.
c. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi
lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah.
d. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.
e. Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.
f. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya,
terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.
2. Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB
a. Meningkatkan gizi.
b. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.
c. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang
tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga
yang menderita TB Paru BTA positif.
Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan
kesembuhan penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi
jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu,
28
untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita
diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika
memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin
kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000). Dewasa ini
upaya penanggulangan TB dirumuskan lewat DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse = pengobatan disertai pengamatan langsung).
Strategi ini terbukti keberhasilannyadiberbagai tempat. Di Indonesia,
konsep strategi DOTS mulai diterapkan tahun 1995 (Depkes RI,1999).
Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan
Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan
program. Pengobatan ini dilakukan secara gratis kepada golongan yang
tidak mampu. Secara garis besar srategi DOTS, terdiri dari lima
komponen, yaitu (WHO, 1998)
DOTS mengandung lima komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.
2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum,
utamanya dilakukan pada mereka yang datang ke pasilitas
kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.
3. Cara pengobatan standard selama 6 – 8 bulan untuk semua kasus
dengan pemeriksaan sputum positif, dengan pengawasan
pengobatan secara langsung, untuk sekurang-kurangnya dua bulan
pertama.
29
4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh
dan tepat waktu.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan
penilaian terhadap hasil pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian
terhadap program pelaksanaan pengawasan tuberkulosis secara
keseluruhan
Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan
sejahtra dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no
23 th 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.(WHO)
Perbaikan Gizi masyarakat
kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat
dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta
dukungan peran serta aktif masyarakat
Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
Faktor Perilaku
Terjadinya anemia pada ibu hamil salah satu penyebabnya
yaitu ibu yang mengalami masalah gizi yaitu status gizi KEK yang
disebabkan asupan makan yang kurang, kurangnya pemanfaatan
30
perawatan selama kehamilan atau ANC (Ante Natal Care) pada ibu
selama kehamilan berlangsung yang mempengaruhi terjadinya
anemia pada ibu hamil tidak terpantau dengan baik status gizi dan
kadar Hb (Wahyudin, 2008). Gizi seimbang adalah pola konsumsi
makanan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu
untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi
dapat dicapai, maka setiap orang harus mengkonsumsi minimal 1
jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu
karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu
(Fahriansjah, 2009).
Faktor lingkungan
Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan
yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak
pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang
didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia,
misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih
percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
a. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah dengan tinggal di
lingkungan yang padat, nutrisi yang kurang, gaya hidup,
pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia
pada ibu hamil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ()
menjelaskan bahwa ada hubungan antara status ekonomi
31
dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
b. Pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu juga faktor yang menentukan
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi
keluarganya, namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperolehnya
melalui berbagai informasi.
c. Pengetahuan Ibu
Menurut Bloom (1956) (dalam buku Taxonomy of
education objective) yang dimaksud dengan pengetahuan
adalah kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dsb.Teori Green (1991) menjelaskan
bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku
yang diharapkan dan pada umumnya berkorelasi positip dengan
perilaku.
32
BAB III
STATUS PRESENT
3.1 Data Penderita
3.1.1 Identitas Penderita
3.1.1.1 Nama penderita : Ayu
3.1.1.2 Jenis kelamin : Wanita
3.1.1.3 Umur :22 tahun
3.1.1.4 Agama : Islam
3.1.1.5 Pendidikan : SMA
3.1.1.6 Alamat : Rejosari Gumuk 3A, no.15
3.1.1.7 Tanggal pemeriksaan : 4 Juli 2015
3.1.1.8 Keluhan Utama : Pusing, mual, muntah
3.1.1.9 Riwayat penyakit sekarang : Anemia, hipertensi
3.1.1.10 Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
3.1.1.11 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga menderita penyakit serupa : -
Riwayat alergi obat dann makanan : -
3.1.1.12 Riwayat sosial
33
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
I. PENGKAJIAN DATA Tanggal/Pukul : 11 Juli 2011/18.00WIB
Oleh:Bidan Tyas
A. Biodata
Identitas Ibu Suami
1.Nama Ny.K Tn. A
2.Umur 26 Tahun 29 Tahun
3.Agama Islam Islam
4.Suku Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
5.Pendidikan SMA SMA
6.Pekerjaan IRT Wiraswasta
7.Alamat Wonocatur Rt4/Rw2, Ketandan, Banguntapan,
Bantul
B. Data Subyektif
1. Alasan datang/dirawat
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kandungannya saat ini
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan
mengeluh cepat lelah, sering BAK, susah tidur, pegal-pegal pada
pinggang dan kaki, serta kadang-kadang perut terasa sesak dan
tertekan.
34
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun Siklus : 28 Hari
Lama : 6-7 Hari Teratur:Ya
Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal
Keluhan: Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Sah Menikah ke : 1
Lama : 2 tahun
Usia menikah pertama kali: 24 tahun
5. Riwayat obstetric : G1P0A0Ah0
Hamil ke
Persalinan Nifas
Tgl UK Jenis persalinan
Penolong
Komplikasi JK BB lahir
Laktasi Komplikasi
Hamil saat ini
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No Jenis kontrasepsi
Pasang LepasTgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT : 5 Oktober 2010
b. ANC pertama umur kehamilan: 7 minggu
c. Kunjungan ANC :
35
Trimester I
Frekuensi : 2 kali
Keluhan : Ibu mengatakan pusing, cepat lelah serta tidak nafsu
makan
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
Trimester II
Frekuensi : 2 kali
Keluhan : Ibu mengatakan pegal-pegal dipinggang sampai
kekaki, penglihatan berkunang kunang dan cepat lelah
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
Trimester III
Frekuensi : 2 kali
Keluhan : Ibu mengatakan cepat lelah, pegal-pegal dipinggang
kadang-kadang perut terasa sesak
Terapi : Tablet Fe 1×1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3×1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3×1 tablet/hari
36
d. Imunisasi TT : 2 kali
TT1 pada usia kehamilan 16 minggu di BPS
Panglipuringtyas
TT2 pada usia kehamilan 20 minggu di BPS
Panglipuringtyas
e. Pergerakan janin selama 24 jam(dalam sehari)
Ibu mengatakan sudah merasakan pergerakan janin ± 7x
dalam 24 jam
8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun,
menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit menular (TBC,Hepatitis, HIV/AIDS), menurun
(DM,Hipertensi,Asma), menahun (Jantung, Hati, Ginjal)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,
menurun, menahun)
Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak pernah dan tidak
sedang menderita penyakit menular (TBC,Hepatitis,
HIV/AIDS), menurun (DM,Hipertensi,Asma), menahun
(Jantung, Hati, Ginjal)
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada riwayat
keturunan kembar
37
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak pernah alergi dengan obat
9. Pola pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil Saat hamil
a.Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3 x/hari 2 x/hari
Jenis : nasi,lauk,sayur,buah nasi,lauk,sayur
Porsi : 1piring 1piring
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Ibu kurang nafsu makan
Minum
Frekuensi : 7-8x/hari 6x/hari
Jenis : Air putih, the Air putih
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/hari 1x/hari
Warna : kuning kuning
38
Konsistensi : lembek lembek
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 3-4x/hari 6-7x/hari
Warna : kuning jernih kuning jernih
Konsistensi : cair cair
Keluhan : tidak ada tidak ada
c.Istirahat
Tidur siang
Lama : 2 jam/hari 2 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Tidur malam
Lama : 7-8jam/hari 5-6 jam/hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari 2x/hari
Ganti pakaian : 3x/hari 3x/hari
Gosok gigi : 2x/hari 2x/hari
Keramas : 3x/minggu 3x/minggu
e.Pola seksualitas
Frekuensi : 2x/minggu 2x/minggu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
39
f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)
Ibu mengatakan kegiatan sehari-harinya adalah dirumah mencuci,
menyapu,memasak dan mengurus keluarga
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu
jarang berolah raga, bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing
dan cepat lelah.
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu,
minuman beralkohol)
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah merokok, minum jamu,
ataupun minum minuman beralkohol
11. Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan
ibu/suami/keluarga terhadap kelahiran, dukungan keluarga,
hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi, kegiatan
ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya
Ibu mengatakan kehamilannya diterima suami dan keluarga
Ibu mengatakan mendapat dukungan social dari lingkungan tempat
tinggalnya
Ibu mengatakan akan menjaga dan merawat bayinya dengan sepenuh
hati
Ibu mengatakan rajin solat 5 waktu
Ibu mengatakan sering dan aktif dalam kegiatan social di masyarakat
Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga tercukupi
40
12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ibu mengatakan sudah mengetahui kehamilannya
Ibu mengatakan sudah mengetahui sedikit tentang persalinan dan
masa nifas dari buku yang sudah pernah dibaca dan informasi dari
keluarganya
13. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)
Ibu mengatakan lingkungan tempat tinggal bersih dan nyaman serta
tidak ada hewan peliharaan
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit Suhu : 37 C
BB sebelum hamil : 50 Kg
BB saat hamil : 62 Kg
Tinggi badan : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Mesocephal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok dan keadaan
bersih
41
Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi
dengan baik, keadaan bersih
Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran
polip, berfungsi dengan baik
Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis,
keadaan gigi bersih, tidak ada caries dan tidak ada
pembesaran tonsil
Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik,
daun telinga ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan
tidak ada pembenhkakan vena jugularis
Dada : Bentuk simetris,pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan
abnormal
Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi,
tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar ,
keadaan bersih
Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada
bekas operasi, keadaan bersih
Palpasi
Leopold I : TFU 34cm, pada fundus teraba lunak, kurang bundar,
kurang melenting berarti bokong
42
Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan
tahanan yang besar berarti punggung. Perut ibu sebelah
kanan teraba bagian kecil-kecil yang berarti ekstremitas.
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melenting
yang berarti kepala
Leopold IV : Kedua tangan pemeriksan tidak bertemu lagi (Divergen)
berarti kepala sudah masuk PAP
Osborn test : Tidak dilakukan Pemeriksaan Mc.Donald
TFU :34 cm TBJ : (34-11) x 155
= 23 x 155
= 3.565 g
Auskultasi
DJJ : positif 140 x/menit
Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem,
keadaan bersih, jari-jari tangan lengkap
Ekstremitas Bawah : Bentuk simetris, keadaan
bersih, tidak ada oedem, tidak ada kecurigaan polio,
organ berfungsi dengan baik, jari-jari kaki lengkap
Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada
oedem, tidak ada varises
Pemeriksaan panggul : Distansia Spinarum : 26 cm
Distansia Kristarum : 28 cm
Konjugata Eksterna :18 cm
43
Lingkar Panggul Luar : 86 cm
3. Pemeriksaan penunjang Tgl : 11 Juli 2011 Pukul : 18.00 WIB
a. Hb : 9,4 g%
b. Protein urine : (-)
c. Reduksi urine : (-)
4.Data penunjang
Tidak ada
INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Seorang ibu Ny.K umur 26 tahun G1P0A0Ah0 usia kehamilan 36 minggu 4
hari, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian terendah kepala, dengan anemia
ringan.
Data Dasar :
Subyektif
Ibu mengatakan pegal-pegal pada pinggang dan kaki, sering lelah, pusing,
mata berkunang
Ibu mengatakan cepat lelah
Ibu mengatakan hamil anak pertama
Ibu mengatakan umurnya 26 tahun
Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 5 Oktober 2010
Obyektif
Pemeriksaan Hb : 9,4 g%
44
Ibu tampak lemas dan ibu terlihat pucat
HPL tanggal 12 Juli 2011
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit Suhu : 37 C
DJJ: positif 140 x/menit
TFU :34 cm
Leopold I : TFU 34cm TBJ : 3.565 g
Leopold II : Puki
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
B. Masalah
Anemia ringan,gangguan aktifitas, gangguan rasa nyaman, serta
gangguan pemenuhan nutrisi
Dari tabel faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian anemia
ibu hamil pada pasien antara lain:
1. Perilaku
Dari hasil pemantauan keadaan penderita, penderita kurang
memperhatikan pola makan, ditunjukkan dengan kebiasaan makan yang
hanya sehari 2x. Selain itu penderita juga tidak memperhatikan
kandungan gizi yang harus dikonsumsinya. Hal ini beresiko terjadinya
anemia pada ibu hamil.
2. Lingkungan
45
Status sosial ekonomi yang rendah dengan tinggal di lingkungan
yang padat, nutrisi yang kurang, gaya hidup, pekerjaan juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya anemia pada ibu hamil. Hubungan antara
status ekonomi dengan kejadian anemia pada ibu hamil ditambah juga
dengan kurangnya pengetahuan ibu tersebut.
3. Genetik
Dawood (2010) menjelaskan anak-anak dengan asma akan
mengalami peningkatan risiko terkena radang paru-paru sebagai
komplikasi dari influenza. Bayi dan anak-anak kurang dari lima tahun
berisiko lebih tinggi mengalami TBC sebagai komplikasi dari influenza
saat dirawat di rumah sakit. Dawood juga menjelaskan anak-anak dengan
asma lebih mungkin mengalami influenza yang merupakan faktor risiko
terjadimya TBC. Bayi usia 6 bulan – 2 tahun dengan asma mempunyai
risiko dua kali lebih tinggi menderita TBC. Penelitian lainnya,
Sunyataningkamto, dkk (2004) menjelaskan bahwa anak-anak dengan
riwayat mengi mempunyai risko TBC sebesar 4,8 kali dibandingkan
dengan anak yang tidak mempunyai riwayat mengi.
4. Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan menjadi faktor penentu dalam
meningkatan status kesehatan. Hasil penelitian Djaja (2001), menjelaskan
bahwa ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak
membawa anaknya untuk berobat ke fasilitas kesehatan, tetapi ibu
dengan pendidikan rendah akan lebih memilih anaknya ntuk berobat ke
46
dukun atau mengobati sendiri. Status pelayanan di Puskesmas Halmahera
berkaitan dengan TBCtidak mengalami kendala, penyuluhan, , dan usaha
preventif .
3.2 Alternatif Pemecahan Masalah
3.2.1 Memberikan edukasi penyakit TBC, mulai dari penyebab, penularan,
dan pencegahan.
3.2.2 Memotivasi keluarga untuk selalu membersihkan lingkungan
disekitar rumah baik air maupun udara serta pencahayaan.
3.2.3 Memotivasi orang tua untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).
3.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1 Penyuluhan mengenai TBC
3.3.2 Penyuluhan mengenai PHBS