ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI
PEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING)
(Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)
INDRA THAMRIN
I34060248
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ii
ABSTRACT
Leadership is individual ability to lead and influence other individuals.
Leadership styles give much influence how a leader in multi level marketing can
lead, to direct, to motivate, to guide, and to rise spirit to networkers in order to
success. The aim of this study is to analyze the leadership styles used by leader
networker, to find the factors that influence leader networker leadership style,
and the influence of leadership styles on the networker performances. This study
uses a combination of quantitative method and qualitative method. The results
show that the consultative leadership and partisipative styles tend to produce a
high performances among networkers. The application of directive and delagate
style of leadership also tend to produce a high performances in different
situation.
Keywords: leader, leadership style, networker and performance
iii
RINGKASAN
INDRA THAMRIN. ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRIPEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) (KASUSNETWORKER PT SINGA LANGIT JAYA, KOTA BOGOR, PROPINSIJAWA BARAT). (Di bawah bimbingan SAID RUSLI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan leader
networker dalam industri pemasaran jaringan, menelaah faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan leader networker dalam industri pemasaran
jaringan, serta menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan leader networker
terhadap kinerja para networker dalam industri pemasaran jaringan. Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksakan selama
dua bulan yaitu pada bulan Januari-Februari 2010.
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif (metode
survei) dan kualitatif. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Teknik yang
digunakan dalam menetapkan responden networker adalah total sampling, yaitu
pengambilan sampel sebesar populasi yang ada.
Pada teknik pengolahan dan analisis data, data kuantitatif diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk melihat
gaya kepemimpinan dan pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja networker.
Data kualitatif yang diperoleh dari wawancara diintegrasikan dengan hasil analisis
data kuantitatif, selanjutnya ditarik suatu kesimpulan untuk mencapai tujuan
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, gaya kepemimpinan yang paling banyak
diterapkan leader networker adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan
partisipatif. Pada kegiatan-kegiatan tertentu juga diterapkan gaya kepemimpinan
direktif dan delegatif.
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker Tianshi dipengaruhi oleh
faktor-faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di
lingkungan organisasi. Karakteristik leader networker dalam hal ini meliputi latar
belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian leader
networker, pengalaman dan nilai-nilai yang dianut leader networker dalam
iv
mengambil keputusan. Karakteristik networker meliputi tingkat pendidikan, usia,
status perkawinan, dan pengalaman. Situasi meliputi situasi atau keadaan
lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang
mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang
kegiatan networker.
Secara umum, kinerja networker PT Singa Langit Jaya tergolong
berkinerja tinggi. Penerapan gaya kepemimpinan dapat berpengaruh terhadap
kinerja networker. Semua penerapan gaya kepemimpinan leader networker
menghasilkan kinerja yang tinggi pada berbagai bidang kegiatan networker.
v
ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRIPEMASARAN JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING)
(Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)
INDRA THAMRINI34060248
SKRIPSISebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
PadaDepartemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian Bogor
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatFakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian Bogor
2010
vi
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatFakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian Bogor
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:
Nama mahasiswa : Indra Thamrin
NRP : I34060248
Judul : Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran
Jaringan (Multi Level Marketing) (Kasus Networker
PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar SarjanaKomunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Said Rusli, MANIP. 19450621 196902 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MSNIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Pengesahan:
vii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL”ANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARANJARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING) (KASUS NETWORKER PTSINGA LANGIT JAYA, KOTA BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT)”BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADAPERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUKTUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGAMENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYASAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANGPERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALISEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.
Bogor, Juni 2010
Indra Thamrin
I34060248
viii
RIWAYAT HIDUP
Indra Thamrin dilahirkan di Palembang pada tanggal 29 Juni 1988, sebagaianak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Tjarsan Thamrin dan IbuMaria Magdalena serta memiliki kakak laki-laki Benny Thamrin dan DavidThamrin dan adik perempuan Ferina Thamrin. Penulis memasuki bangku sekolahuntuk pertama kalinya tahun 1993 di TK Xaverius Lubuklinggau. Pada tahunajaran 1994 penulis melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Lubuklinggau dantamat pada tahun ajaran 2000. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPXaverius Lubuklinggau sampai lulus tahun 2003. Pendidikan menengah ataspenulis ditempuh di SMA Xaverius Lubuklinggau dan lulus pada tahun 2006.Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMA penulis kemudian di terimauntuk kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi di luar kampus.Diantaranya adalah sebagai Wakil Kepala Sekolah Minggu Vihara Dharma SuryaMaitreya Bogor, Wakil Presiden Istana Galih, dan Sekolah Pengembangan DiriUnicore. Selain aktif di organisasi di luar kampus, penulis juga menjadi AsistenDosen untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan. Sambil kuliah danorganisasi, penulis juga berwirausaha dan membangun bisnis sendiri sejak TPB.Penulis juga aktif menjadi MC, moderator, dan pembicara di bidang entrepreneurberbagai seminar dan pelatihan. Penulis pernah dilatih langsung dalam pelatihanentrepreneur oleh Prof Rhenald Kasali, Phd, Om Bob Sadino, Pak Ciputra, danpengusaha-pengusaha sukses lainnya. Saat ini penulis sudah mempunyai beberapabisnis yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga setelah menamatkanpendidikan S1 di IPB penulis akan melanjutkan wirausahanya.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang mendalam penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Kuasa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yangberjudul ”Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran Jaringan (MultiLevel Marketing) (Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, PropinsiJawa Barat) ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satusyarat meraih gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FakultasEkologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik tidak terlepas dari berbagai pihakyang membantu dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhirpenulisan. Untuk itu ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kuasa, Buddha Maitreya atas berkat dan rahmat –Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Said Rusli, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang telahmenyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahandan masukan sejak awal hingga akhir penulisan ini dengan sabar.
3. Bapak Dr.Lala M.Kolopaking, MS selaku dosen penguji utama dan IbuRatri Virianita,S.Sos, M.Si selaku dosen penguji departemen.
4. Keluarga tercinta, Mama dan Papa atas semua doa dan perhatiannya. Jugauntuk kedua kakakku, Benny Thamrin dan David Thamrin, serta adikkuFerina Thamrin.
5. Agung Wibowo, SE, dan Erick Wahyudyono, SP memberikan banyakpelajaran hidup dan bisnis untukku.
6. Parnamian Johannes, teman seperjuanganku, my best friend dan Emy Chaiyang telah banyak memberikan inspirasi bagi penulis.
7. Teman-teman KPM 43 yang mengambil program akselerasi, Siska Triana,Arif, Adji, Eiga, Fefe, Riri, juga Demoel, Nirmala, Dwi, Andy Norman,Ipung, Arul, Baday, Nana, Andris dan semua teman-teman KPM 43.
8. Sahabat-Sahabatku di Republik Galih yang selalu memberikan semangatuntukku, Mantan Presiden Andri Meiriki SP, ME, Urip Azhari, S, Hut,M,Hut, Angga Perima, Budiman, Anas Mutakin, Adit, Iqbal, Pandu, JengUtin, Mas Dede, dan Martin Dwiko.
9. Rekan-rekan Vihara Dharma Surya Maitreya Bogor dan Lubuklinggau,Yolanda Agustina, Ko Pik Ju, Ce Maria, Hadi, para abdi Tuhan.
10. Para upline dan downlineku di Tianshi, Unicore, terutama Mbak Dimi atasmotivasi dan bimbingannya selama ini.
11. Teman-teman KPM 42, 43, 44, dan 45 yang tidak tersebutkan namanyadan telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
12. Rekan-rekan CDA IPB dan Wirausaha Muda Mandiri atas semangat danmotivasinya.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dankekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan perbaikan demikesempurnaan tulisan ini, terlepas dari itu penulis berharap semoga tulisan inidapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.
Bogor, Juni 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ...........................................................................................................ii
RINGKASAN .........................................................................................................iii
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................vi
PERNYATAAN .....................................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………....xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………....11.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………....51.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………61.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………………….. 7
BAB II. PENDEKATAN TEORITIS2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………………………72.1.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ……………………………….72.1.2 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan ……………………………………..…...12
2.1.3 Gaya Kepemimpinan …………………………………………………....132.1.4 Multi Level Marketing ………………………………………………..…152.1.5 Kelebihan-Kelebihan Bisnis MLM …………………………………......172.1.6 Kinerja Pegawai ………………………………………………………...192.1.7 Penilaian Kinerja Pegawai …………………………………………...…202.1.8 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai ……….……212.2 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………222.3 Hipotesis Pengarah ……………………………………………………..232.4 Hipotesis Uji ………………………………………………………...….242.5 Definisi Konseptual ………………………………………………….....242.5 Definisi Operasional …………………………………………………....25
xi
BAB III. METODE PENELITIAN3.1 Pendekatan Penelitian ………………………………………………….. 293.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………293.3 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………...303.4 Teknik Penentuan Responden …………………………………………..313.5 Teknik Analisis Data ……………………………………………………31
BAB IV. PROFIL PT SINGA LANGIT JAYA4.1 Sejarah PT Singa Langit Jaya …………………………………………..334.2 Pemasaran PT Singa Langit Jaya ………………………………………344.3 Pembagian Bonus…………….………………………………………....40
BAB V. GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER5.1 Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal …………………...435.2 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas ………………….455.3 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi ........................47
5.4 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai Produk………..….….…......48
5.5 Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik
yang Terjadi dalam Jaringan ………………………………………...…50
5.6 Ikhtisar ……………………………………………………………….... 52
BAB VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYAKEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER
6.1 Karakteristik Leader Networker ……………………………………….. 546.2 Karakteristik Networker…………………………………………………576.3 Situasi di Lingkungan Organisasi ………………………………….…...606.4 Ikhtisar ………………………………………………………...….……..61
BAB VII. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKERTERHADAP KINERJA NETWORKER
7.1 Kinerja Networker …………………….……………………………….. 637.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker terhadap Kinerja
Networker ……………………………………………………………….647.2.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang
Berkaitan dengan Penentuan Jadwal ……………………………….…...65
7.2.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yangBerkaitan dengan Pelaksanaan Tugas …………………………………..66
7.2.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang
Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi ……………………………..…68
7.2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang
xii
Berkaitan dengan Pemakai Produk ……………………………………..697.2.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan yang
Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik yang Terjadi
dalam Jaringan………………………………………………..…………707.3 Ikhtisar ………………………………………………………………….71
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN8.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..728.2 Saran ……………………………………………………………………73
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Bonus Kepemimpinan ................................................................ 40
Tabel 2. Bonus Langsung dan Bonus Tidak Langsung ............................ 41
Tabel 3. Bonus Kepemimpinan ................................................................ 41
Tabel 4. Distribusi Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan
Leader Networker Menurut Bidang Kegiatan
Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah......................53
Tabel 5. Distribusi Responden Networker PT Singa Langit JayaMenurut Kinerjanya Berdasarkan Penilaian Networkeryang Bersangkutan …………………………………………….63
Tabel 6. Distribusi Responden Networker menurut Gaya
Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker
pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal……. 65Tabel 7. Distribusi Responden Networker menurut Gaya
Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker
pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan
Tugas ………………………………………………..…………66Tabel 8. Distribusi Responden Networker menurut Gaya
Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker
pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi ..68
Tabel 9. Distribusi Responden Networker menurut Gaya
Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker
pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai
Produk ………………………………………………...………69Tabel 10. Distribusi Responden Networker menurut Gaya
Kepemimpinan Leader Networker dan Kinerja Networker
pada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian
Masalah atau Konflik yang Terjadi dalam Jaringan …………70
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Contoh Sistem Penggandaan MLM..............................................3
Gambar 2. Determinan Kepemimpinan..........................................................10
Gambar 3. Kerangka Pemikiran…………………………………………..…23
Gambar 4. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan PenentuanJadwal ......................................................................................... 44
Gambar 5. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan PelaksanaanTugas ........................................................................................... 45
Gambar 6. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan PemberianKonsultasi ................................................................................... 47
Gambar 7. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan
Pemakai Produk .......................................................................... 49
Gambar 8. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker pada Kegiatan yang Berkaitan dengan PenyelesaianMasalah atau Konflik yang Terjadi dalam Jaringan ................... 51
1 www.sinarharapan.co.id, diakses tanggal 27 Desember 20092 www.apli.co.id, diakses tanggal 27 Desember 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pemasaran jaringan atau lebih dikenal dengan sebutan Multi Level
Marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang dewasa ini menjadi
booming. Banyak perusahaan besar dunia memasarkan produknya melalui
distribusi jaringan. Data dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI)
mencatat ada puluhan perusahaan asing yang memasarkan produk dengan
berbasis jaringan di Indonesia. Hal ini berdampak dengan munculnya para
distributor pemasar jaringan perusahaan-perusahaan tersebut.
Bisnis MLM masuk ke Indonesia sekitar dua puluh tahun yang lalu.1
Perkembangannya di Indonesia sangat meyakinkan, ditandai dengan semakin
banyaknya perusahaan yang menggunakan sistem MLM di Indonesia dari tahun
ke tahun, seperti Tianshi, Amway, Herbalife, Forever Young, Avon, Sophie
Martin, Oriflame dan Tupperware, sementara untuk MLM lokal di Indonesia
terdapat nama-nama seperti CNI, MQ-Net, Triple-S, Ahad Net dan perusahaan
MLM lainnya.
Pertumbuhan bisnis MLM dapat terlihat dari data perusahaan MLM yang
terdaftar di APLI sejak tahun 1993 hingga saat ini. Pada tahun 1993 sampai
dengan tahun 2005 tercatat ada puluhan perusahaan MLM yang resmi terdaftar di
APLI. Rata-rata pertumbuhan bisnis MLM adalah yaitu lima perusahaan MLM
per tahun.2
Industri pemasaran jaringan yang juga sering disebut network marketing
atau personal franchise menjadi booming saat ini dikarenakan berbagai faktor.
2
Salah satunya yaitu dalam industri pemasaran jaringan para pelakunya tidak
mengenal latar belakang. Berbeda dengan di dunia konvensional dimana harus
memiliki gelar kesarjanaan dan bidang ilmu khusus, dalam industri pemasaran
jaringan siapapun bisa menjalankannya, tidak peduli apakah ia seorang dokter,
sarjana, bahkan seorang satpam dan tukang ojek pun bisa menjalankan bisnis
MLM. Selain itu, modal yang digunakan dalam menjalankan MLM bisa dijangkau
semua khalayak dengan tingkat pengembalian modal yang relatif cepat, resiko
kecil, serta memiliki potensi penghasilan yang tidak terbatas menjadikan MLM
booming saat ini.
Teori dasar yang menjadi pondasi praktek MLM yaitu bahwa organisasi
berkembang secara geometris melalui prinsip penggandaan ke bawah.
Maksudnya, seseorang yang memulai bisnis MLM biasanya dengan hanya
mengenal dua orang (atau lebih), kemudian dua orang tersebut masing-masing
mengenalkan dua orang berikutnya masing-masing mengenalkan dua orang lagi
dan begitu seterusnya. Sekelompok orang tersebut dengan sendirinya akan
membentuk sebuah tim yang berada di bawah kepemimpinan orang pertama.
Pola bisnis MLM yaitu membangun bisnis dari rumah (home based
business) atau pola pemasaran jaringan progresif. Seorang yang mengikuti pola
bisnis MLM merupakan distributor atau anggota yang menempati suatu posisi
dalam jenjang karir sistem tersebut. Distributor mempunyai seorang upline yaitu
pihak yang mengajaknya (mensponsori) dalam bisnis MLM, sedangkan distributor
itu sendiri disebut downline. Seorang doenline akan menjadi upline jika telah
memiliki downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang membentuk
struktur upline-downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam jaringan terdapat
3
”kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara vertikal,
dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara horizontal (Tracy,
2005).
Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya,
selama para anggota terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis
MLM maka jaringan akan terus membesar dan meluas. Dari berawal hanya
mensponsori satu atau dua orang, seorang distributor akan mempunyai downline
mungkin sampai ratusan. Misalnya seorang distributor mensponsori dua orang,
kemudian masing-masing dari kedua orang tersebut mensponsori dua orang lagi,
demikian seterusnya. Maka dapat dibayangkan berapa distributor yang akan
tergabung dalam kelompok tersebut. Pertumbuhan kelompok tersebut secara
teoritis akan terlihat seperti pada Gambar 1.
PT Singa Langit Jaya (Tianshi) adalah salah satu perusahaan MLM multi
nasional yang tercepat penyebarannya dalam sejarah dunia. Dalam jangka 10
tahun sejak didirikannya tahun 1992, Tianshi sudah mempunyai jaringan di lebih
dari 160 negara. Kunci utama keberhasilan bisnis Tianhi adalah kualitas dan
manfaat produk yang nyata. Pada tahun 2010 Tianshi memiliki visi bisa masuk
dalam Fortune 500 (daftar 500 perusahaan ternama dunia). Untuk mencapai tujuan
Distributor
2 Level 1
4 Level 2
8 Level 3
16 Level 430
Gambar 1. Contoh Sistem Penggandaan MLM (Tracy, 2005)
4
tersebut Tianshi sedang membangun 1000 Bannerstore (supermarket berbasis
MLM) di seluruh dunia.
Dalam membangun jaringan bisnisnya, salah satu kunci keberhasilan
networker atau pembangun jaringan menjalankan MLM adalah faktor
kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memimpin
dan mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan (leadership) memberikan pengaruh
yang besar, bagaimana seorang leader dalam sebuah MLM dapat memimpin,
mengarahkan, memberikan motivasi, bimbingan, dan semangat kepada
jaringannya supaya menjadi sukses dan berhasil seperti dirinya.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha. Kepemimpinan yang
sukses menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan
dengan sukses pula. Para pemimpin organisasi harus mampu mempergunakan
kewenangannya dalam merubah sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja
dengan giat dan berkeinginan mencapai hasil yang optimal. Gaya kepemimpinan
yang dipergunakan pemimpin dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan
perilaku para anggota organisasi/bawahan (Nawawi, 2003).
Seorang pemimpin sebagai individu merupakan suatu kepribadian yang
berhadapan dengan sejumlah individu lainnya yang masing-masing juga
merupakan suatu kepribadian. Dalam keadaaan seperti itu seorang pemimpin
harus memahami setiap kepribadian yang berbeda dengan kepribadiannya sendiri.
Pemimpin sebagai suatu kepribadian memiliki motivasi yang mungkin tidak sama
dengan motivasi anggota kelompoknya, baik dalam mewujudkan kehendak untuk
bergabung dan bersatu dalam suatu kelompok maupun dalam melaksanakan
5
kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu
organisasi MLM, setiap pemimpin merupakan pribadi yang sangat sentral yang
sangat besar pengaruhnya terhadap pegawainya yang terlihat dalam sikap dan
perilakunya pada waktu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Saat ini, dari sekian banyak perusahaan MLM di Indonesia hanya beberapa
perusahaan MLM saja yang bisa bertahan dan terus berkembang, salah satunya
adalah PT Singa Langit Jaya. Selain memiliki kualitas produk yang sangat baik,
kunci utama PT Singa Langit Jaya terus berkembang adalah faktor kepemimpinan
yang dimiliki oleh networkernya. Belum banyak peneliti yang memfokuskan
penelitiannya mengenai kepemimpinan dalam industri pemasaran jaringan, oleh
karena itulah, penulis yang saat ini sedang mendalami ilmu tentang kepemimpinan
sekaligus menjalankan bisnis pemasaran jaringan tertarik untuk melakukan
penelitian tentang analisis kepemimpinan dalam industri pemasaran jaringan
(Multi Level Marketing).
1.2 Perumusan Masalah
PT Singa Langit Jaya (Tianshi) mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001
dan merupakan salah satu perusahaan bersistem MLM yang telah terdaftar di
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) dengan nomor anggota
9957/07/01. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan MLM terbesar di
Indonesia yang bertahan hingga saat ini. Bertahan dan berkembangnya perusahaan
Tianshi tidak terlepas dari peranan leader networkernya dalam memimpin dan
mengembangkan jaringannya. Peranan seorang leader networker penting untuk
mencapai tujuan perusahaan Tianshi, terutama berkaitan dengan peningkatan
6
kinerja networker dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk
mewujudkan sikap kerja dan kinerja networker yang baik, diperlukan berbagai
cara yang dapat dilakukan oleh seorang leader networker, yaitu dengan
menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat.
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, perumusan masalah yang
akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gaya kepemimpinan leader networker dalam industri
pemasaran jaringan (Multi Level Marketing) PT Singa Langit Jaya?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan leader
networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing)
PT Singa Langit Jaya?
3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan leader networker terhadap
kinerja networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level
Marketing) PT Singa Langit Jaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan leader networker dalam industri
pemasaran jaringan (Multi Level Marketing) PT Singa Langit Jaya.
2. Menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan leader
networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level Marketing)
PT Singa Langit Jaya.
7
3. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan leader networker terhadap
kinerja para networker dalam industri pemasaran jaringan (Multi Level
Marketing) PT Singa Langit Jaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,
seperti networker PT Singa Langit Jaya, institusi pendidikan, dan para pembaca
maupun peminat studi yang dijadikan topik penulisan untuk menambah informasi
sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait.
Bagi para networker atau pembangun jaringan, penelitian ini dapat berguna untuk
meningkatkan kemampuan kepemimpinannya dalam membangun jaringan
bisnisnya. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat berguna untuk memperluas
wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang kepemimpinan dalam industri
pemasaran jaringan (Multi Level Marketing) PT Singa Langit Jaya.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Seorang pemimpin dapat berhasil apabila mendapat dukungan dari
bawahannya yang termotivasi untuk bekerja. Oleh sebab itu, pemimpin perlu
berupaya agar bawahannya selalu termotivasi dalam bekerja. Terdapat hubungan
yang kuat antara pola kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai, terutama
pada hubungan antara atasan dan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang
pemimpin dapat mempengaruhi tingkat motivasi kerja pegawai, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kepemimpinan yang efektif
dapat meningkatkan motivasi kerja sehingga pegawai dapat melakukan pekerjaan
dengan maksimal. Kepemimpinan mengandung arti yang lebih kompleks dari
definisi atau pengertian dari pemimpin. Bila pemimpin diidentikkan sebagai orang
yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain, maka kepemimpinan merupakan
konsep yang bersifat empiris untuk setiap situasi dan kondisi mengandung
pengertian yang berbeda. Dapat pula dikatakan bahwa pemimpin (leader) adalah
orangnya, sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Hasiholan
(1987) menyatakan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi
perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk
mencapai tujuan organisasi.
Herujito (1996) mengemukakan pada hakekatnya seseorang disebut
’pemimpin’ jika dia dapat mempengaruhi orang lain dalam mencapai suatu tujuan
tertentu, walaupun tidak ada ikatan-ikatan formal dalam organisasi. Demikian
9
pula pengertian pemimpin akan timbul dimana pun asalkan ada unsur-unsur
seperti: 1) ada orang yang dipengaruhi, 2) ada orang yang mempengaruhi, 3) ada
pengarahan dari yang mempengaruhi. Gibson (1997) berpendapat bahwa
pemimpin merupakan orang yang dapat memberikan pengaruhnya kepada orang
lain dalam upaya pencapaian sasaran tertentu, baik sasaran pribadi ataupun
sasaran yang meliputi tujuan bersama.
French dan Raven dalam Gibson, et al., 1997 menyatakan bahwa
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin dapat bersumber dari:
1. Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk memberikan
penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan
pemimpinannya.
2. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi
bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
3. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa
pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas
yang dimilikinya.
4. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan
terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan
pengaruhnya karena karakteristik pribadi, reputasi, dan karismanya.
5. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin
adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian
dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk
10
kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku
bawahan dalam berbagai situasi.
George R.Terry dalam Umar (2003), mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha
mencapai tujuan kelompok secara sukarela. Menurut Robert Tannenbaum, Irving
R.Weschler dan Fred Messarik dalam Umar (2003) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam suatu situasi
dan diarahkan melalui proses komunikasi, pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Umar (2003) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam
pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
dalam situasi tertentu. Menurut James A,F, Stoner dalam Umar (2003),
kepemimpinan merupakan suatu proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas
yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Kepemimpinan
meliputi: 1) orang-orang, 2) bekerja dari sebuah organisatoris, 3) timbul dari
sebuah situasi yang spesifik (Umar, 2003). Hubungan antara ketiganya itu dapat
dilihat pada Gambar 2:
Orang-orang
Posisi Situasi yang
Organisatoris bersangkutan
Gambar 2. Determinan Kepemimpinan (Umar, 2003)
11
Kepemimpinan menurut Yulk (1998) yaitu sebagai proses mempengaruhi,
yaitu mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan
dari sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-
aktivitas kerja untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama atau
team work, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada
di luar kelompok atau organisasi. Menurut Davis dan Newstrom dalam Nawawi
(2003) kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk
bekerja dengan antusias mencapai tujuan. Menurut Siagian (2003) kepemimpinan
merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sedemikian
rupa sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara
pribadi hal itu tidak disenanginya.
Menurut Wahjosumidjo (1993) butir-butir pengertian dari berbagai definisi
kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna:
1. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin
yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan
kesanggupan.
2. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu
sendiri.
3. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin, bawahan, dan situasi.
Berbagai pandangan dan pendapat mengenai batasan atau definisi
kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari
sudut pendekatan apapun mempunyai sifat umum dan merupakan suatu gejala
12
sosial. Dengan berbagai definisi di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
mencakup tentang kepribadian, kemampuan, kesanggupan, peranannya, dan
hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.
2.1.2 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan adalah fungsi-fungsi kepemimpinan dalam hal
pencapaian tujuan organisasi/perusahaan, antara lain sebagai penentu arah, juru
bicara organisasi, komunikator yang efektif, dan interogator. Menurut Siagian
(2003), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:
1. Penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha
pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak
di luar organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai
”stakeholders”.
3. Komunikator yang efektif.
4. Mediator yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi
konflik yang mungkin timbul antara individu dalam satu kelompok kerja
yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya.
5. Inspirator yang rasional dan objektif.
Dengan menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki tersebut, maka pemimpin
diharapkan dapat membawa para pengikutnya ke tujuan yang hendak dicapai.
Memperhatikan beberapa fungsi kepemimpinan dalam melakukan fungsi-
fungsi kepemimpinan antara lain sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yulk (1998), fungsi-fungsi kepemimpinan adalah:
13
1. Memahami situasi dan kondisi kehidupan masyarakat.
2. Mempertahankan dan memodifikasi norma dan tujuan kelompok sesuai
kebutuhan masyarakat.
3. Menumbuhkan berbagai peranan kelembagaan yang dapat menunjang
pemecahan kebutuhan masyarakat.
4. Mengharmoniskan pola-pola hubungan kerja dalam masyarakat.
Rivai (2007) menjelaskan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung
dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing
yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar
situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial karena harus
diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok
atau organisasi. Fungsi kepemimpinan sendiri dikelompokkan dalam dua dimensi
oleh Rivai (2007), yaitu:
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas memimpin.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas
pokok kelompok atau organisasi.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seseorang
pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat
(Thoha, 1993). Wahjosumidjo (1994) mengemukakan bahwa perilaku pemimpin
14
dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya
kepemimpinan seseorang. Gaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan direktif, dicirikan oleh:
a. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berkaitan dengan
seluruh pekerjaan menjadi tanggung jawab pemimpin dan ia hanya
memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksanakannya.
b. Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan menjalankan
tugas.
c. Pemimpin melakukan pengawasan kerja dengan ketat.
d. Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang
tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan.
e. Hubungan dengan bawahan rendah, tidak memberikan motivasi kepada
bawahannya untuk mengembangkan dirinya secara optimal, karena
pemimpin kurang percaya dengan kemampuan bawahannya.
2. Gaya kepemimpinan konsultatif, dicirikan oleh:
a. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh
pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahan.
b. Pemimpin menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan
yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi
dengan para bawahan.
c. Penghargaan dan hukuman diberikan kepada bawahan dalam rangka
memberikan motivasi kepada bawahan.
d. Hubungan dengan bawahan baik.
3. Gaya kepemimpinan partisipatif, dicirikan oleh:
15
a. Pemimpin dan bawahan bersama-sama terlibat dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah atau dengan kata lain apabila
pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya saran
dan pendapat dari bawahan.
b. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan
pekerjaan.
c. Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana
yang penuh persahabatan dan saling mempercayai.
d. Motivasi yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas
pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
4. Gaya kepemimpinan delegatif, dicirikan oleh:
a. Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan
bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah kepada bawahan.
b. Bawahan memiliki hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana
keputusan dilaksanakan dan hubungan bawahan tinggi.
2.1.4 Multi Level Marketing
Kishel (1992) mendefinisikan MLM sebagai metode penjualan dimana
konsumen mempunyai kesempatan untuk menjadi distributor pabrik yang dapat
membangun jaringan atau level di bawahnya. Setiap level akan berbagi
keuntungan pada level-level di atasnya.
16
Tracy (2005) menyatakan MLM adalah gambaran jenis pemasaran lainnya
karena sebuah perusahaan MLM adalah salah satu ragam pemasaran tertentu dan
rancangan kompensasinya melibatkan sejumlah tingkat pengorganisasian
kelompok dan pembayaran komisi, serta dapat menerapkan segala metode
penjualan. Wead (1997) menyatakan Network Marketing atau MLM adalah suatu
jaringan kerja dimana seorang usahawan atau pengusaha yang independen
mempunyai penjualan dari suatu produk atau jasa. Selain dari hak penjualan,
mereka juga dapat mempromosikan atau memasukkan orang lain ke dalam
kelompoknya.
Dengan kata lain, MLM dapat diartikan sebagai sistem penjualan secara
langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, dimana seorang
konsumen dapat menjadi distributor produk dan dapat mempromosikan orang lain
untuk bergabung dengan kelompok bisnisnya dalam rangka memperluas jaringan
distributornya. Dalam rangkaian distributor terdapat istilah ”upline” dan
”downline”. Upline adalah distributor tingkat pertama yang mempromosikan
distributor tingkat kedua sedangkan downline adalah pihak yang disponsori oleh
distributor tingkat pertama. Downline juga dapat menjadi upline bagi orang lain
dengan membangun jaringan baru di bawahnya dengan mensponsori orang lain ke
dalam kelompoknya dan demikian seterusnya (Kishel, 1992).
MLM lebih memanfaatkan kekuatan manusia daripada institusi ritel dan
lainnya untuk mempromosikan dan menjual barang atau jasa. MLM juga
menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif dalam penjualan,
dimana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis yang mencatat
hasil penjualan.
17
MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya. Dalam bisnis MLM,
distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang kepada konsumen
secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk menjual barang atau jasa
kepada konsumen. Karakteristik lain yang menjadi ciri pembeda bisnis MLM
adalah penjual, biasanya disebut distributor, merupakan seorang kontraktor bebas
yang bisa menjual dimana saja, kapan saja, meskipun harus tunduk pada acuan
perusahaan berkenaan dengan iklan maupun cara menjual produk.
Program-program MLM telah mengalami peningkatan terus-menerus sejak
tahun 1980-an, dikarenakan bisnis MLM menawarkan peluang memperoleh
pendapatan yang tinggi melalui prinsip-prinsip penggandaan usaha. Seseorang
dapat menciptakan sebuah organisasi sebagai wahana dalam memasarkan produk
dan jasa. Penghasilan ditentukan berdasarkan pada apa yang diperoleh anggota
tim maupun usaha sendiri. Proses pengembangan organisasi ini mengandung
makna bahwa seseorang memerankan satu peran penting dalam membantu
distributor mencapai kesuksesan, dengan mengerjakan apa yang harus dilakukan.
Prinsip pokok MLM adalah bahwa seseorang akan berhasil jika membantu orang
lain mencapai keberhasilan juga.
2.1.5 Kelebihan-Kelebihan Bisnis MLM
Bisnis MLM berkembang dengan pesat karena memiliki sejumlah
kelebihan bagi orang lain yang ingin terjun ke dalam bisnis ini. Rata-rata
kelebihan tersebut terletak pada bentuk penjualan langsung, sedang beberapa
diantaranya pada bisnis itu sendiri. Wead (1997) mengungkapkan beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh bisnis MLM yaitu diantaranya:
18
(1) Setiap orang dapat melakukannya
(2) Nyaris tanpa resiko
(3) Tidak ada atasan
(4) Pelatihan nasional dan bantuan dari perusahaan diberikan dalam bentuk
buku pegangan, seminar, dan rapat
(5) Waktu yang diinvestasikan sekarang berguna untuk kemudian hari
(6) Rasa aman karena ada sistem pembagian bonus dan royalti ahli
warisnya
(7) Bisnis siap pakai dan siap dijalankan
(8) Tidak ada wilayah yang membatasi daerah operasi para distributor
(9) Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis ini sangat kecil yaitu
hanya membayar formulir pendaftaran dan produk perusahaan
(10) Mendapatkan penghasilan sesuai dengan penjualan dan pembinaan
jaringan yang dikembangkan.
Selain disebutkan di atas, bisnis MLM masih mempunyai beberapa
kelebihan lainnya yang menjadi kekuatan bisnis ini untuk berkembang. Seperti
yang dikemukakan oleh Tracy (2005), MLM dapat digunakan sebagai
perlindungan pajak untuk mengurangi pajak pendapatan karena bisnis ini
mengurangi pajak berbagai barang, seperti perangkat rumah dan peralatan yang
dipakai dalam bisnis. Biaya tambahan untuk bisnis ini hanya sedikit karena dapat
dijalankan di rumah sendiri, tidak perlu membangun kantor sendiri atau menyewa
tempat. Cocok bagi suami-istri maupun sebuah keluarga karena dikerjakan di
rumah dan bekerja bersama-sama. Bisnis ini menjadi peluang dalam melakukan
19
perjalanan yang menyenangkan, berkenalan dengan teman-teman baru, dan
pengalaman berlajar yang positif.
Dilihat dari segi finansial, bisnis MLM menawarkan suatu penghasilan
yang sangat menarik bila dibandingkan dengan bisnis atau pekerjaan lain,
misalnya waralaba atau bekerja pada suatu perusahaan. Bila dikerjakan dengan
benar, bisnis ini menawarkan peluang peningkatan penghasilan maupun volume
usaha yang dapat meningkat secara eksponensial.
2.1.6 Kinerja Pegawai
Menurut Dessler (1997) kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
rencana strategi suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut
prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Kinerja dapat
diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut memiliki kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan
atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan serta atau
target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat diketahui karena tidak ada
tolok ukurnya.
Mathis dan Jackson dalam Istijanto (2006), mendefinisikan bahwa kinerja
pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai.
Kinerja pegawai yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen
sebagai berikut: kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan dari waktu hasil,
kehadiran, kemampuan bekerja sama.
20
Hasibuan (2003), kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan
gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja,
kemampuan dan penerimaan atas kejelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat
motivasi seorang pekerja.
Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja perorangan dan kinerja kelompok
sangat memperngaruhi kinerja oraganisasi secara keseluruhan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi tersebut. Sedarmayanti (2001) mendefinisikan kinerja
sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau
penampilan kerja. Pengertian kinerja tersebut menunjukkan bagaimana seorang
pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
2.1.7 Penilaian Kinerja Pegawai
Pencapaian tujuan organisasi dilakukan oleh seluruh anggota dengan
melaksanakan tugas yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan beban dan
volume kerja yang dikelola oleh suatu manajemen. Dalam melaksanakan
tugasnya, setiap anggota yang berfungsi sebagai bawahan perlu dinilai hasilnya
21
setelah tenggang waktu tertentu suatu program (Istijanto, 2006). Istijanto
menjabarkan bahwa indikator penilaian kinerja pegawai terdiri dari beberapa
aspek yaitu kualitas kerja, motivasi kerja, komunikasi dengan sesama tim kerja,
pelatihan, dan tanggung jawab.
2.1.8 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Artinya gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai
untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur, dan bertanggung jawab penuh atas
tugas yang diembannya sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
Pengaruh pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap
gaya kepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan membina para
bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan (Nawawi, 2003).
Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai
kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas
kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat
dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat pada suatu organisasi
memainkan peranan yang sangat dominant dalam keberhasilan organisasi tersebut
dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dari kinerja para
pegawainya (Siagian, 2003).
22
2.2 Kerangka Pemikiran
Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
untuk memahami fenomena kepemimpinan pada industri pemasaran jaringan PT
Singa Langit Jaya Kota Bogor, khususnya tentang hubungan gaya kepemimpinan
leader networker terhadap kinerja networker. Terdapat berbagai gaya
kepemimpinan yang mungkin untuk diterapkan seorang leader networker
terhadap jaringannya, meliputi gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan
konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya kepemimpinan delegatif.
Seorang pembangun jaringan atau networker dalam membangun bisnisnya
terlebih dahulu menjadi downline. Setelah mempunyai jaringan di bawahnya
barulah ia disebut upline. Seorang upline bisa disebut leader networker apabila
telah memiliki ratusan hingga ribuan jaringan di bawahnya. Terdapat berbagai
faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan seorang leader
networker kepada networkernya. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang diterapkan digolongkan dalam tiga kategori yaitu: faktor
karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan faktor situasi.
Untuk kepentingan penelitian ini, kinerja networker dipandang sebagai
hasil kerja yang dicapai networker dalam industri pemasaran jaringan PT Singa
Langit Jaya Kota Bogor. Ukuran-ukuran kinerja networker ini meliputi kualitas
kerja, motivasi, komunikasi, pelatihan, dan tanggung jawab. Alur pemikiran
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
23
Keterangan:
: pengaruh
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
Untuk mengarahkan penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga gaya kepemimpinan tertentu dominan dilakukan leader networker
PT Singa Langit Jaya.
2. Diduga faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi gaya
kepemimpinan leader networker adalah: karakteristik leader networker,
karakteristik networker, dan situasi di lingkungan networker.
Gaya Kepemimpinan:1. Gaya Direktif2. Gaya Konsultatif3. Gaya Partisipatif4. Gaya Delegatif
KarakteristikLeader
Networker
KarakteristikNetworker
Kinerja Networker- Kualitas kerja- Motivasi- Komunikasi- Pelatihan- Tanggung jawab
Situasi
24
3. Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan leader networker
terhadap kinerja networker PT Singa Langit Jaya.
2.4 Definisi Konseptual
Untuk kepentingan penelitian ini dirumuskan sejumlah definisi konseptual
sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan:
adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pimpinan secara
keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan yang
diidentifikasi berdasarkan arah komunikasi dan cara-cara dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibedakan menjadi empat
kategori, terdiri dari gaya direktif, gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan
gaya delegatif.
2. Karakteristik leader networker:
adalah kondisi seorang leader networker yang berpengaruh dalam
melaksanakan kepemimpinannya, latar belakang pendidikan yang dimiliki
leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-
nilai yang dianut leader networker dalam mengambil keputusan.
3. Karakteristik networker:
adalah kondisi seorang networker yang mempengaruhi kinerjanya, seperti
tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman.
25
3. Networker adalah istilah untuk orang yang menjalankan bisnis MLM.
4. Kinerja networker adalah hasil kerja yang dicapai pembangun jaringan
dalam membangun bisnisnya untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Situasi adalah keadaaan dalam interaksi antara upline dengan downline
seperti suasana atau iklim kerja, suasana organisasi secara keseluruhan.
2.5 Definisi Operasional
Untuk mengarahkan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dalam
penelitian dirumuskan sejumlah definisi operasional berikut:
1. Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker
dilakukan pada bidang atau kegiatan sebagai berikut:
a. Penentuan jadwal (presentasi, follow up, home meeting)
b. Pelaksanaan tugas (tiket pertemuan, pembicara, omset bulanan,
prospek, net-P, dream book)
c. Pemberian konsultasi.
d. Pemakai produk.
e. Penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan
Kategori dalam kegiatan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang
dilakukan leader networker terhadap jaringannya adalah:
a. Gaya kepemimpinan direktif, pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan dilakukan oleh leader networker.
26
b. Gaya kepemimpinan konsultatif, pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dilakukan oleh leader networker setelah
mendengarkan masukan atau saran dari networker.
c. Gaya kepemimpinan partisipatif, leader networker dan networker
sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
d. Gaya kepemimpinan delegatif, leader networker mendelegasikan
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada networker.
Gaya kepemimpinan yang dipersepsikan oleh masing-masing responden
dilihat dari nilai yang terbesar dari lima pernyataan dalam kuesiner
penelitian. Gaya kepemimpinan yang paling banyak teridentifikasi dari
jawaban responden merupakan gaya kepemimpinan yang paling dominan
diterapkan leader networker.
2. Kinerja Networker
Kinerja networker diukur berdasarkan beberapa komponen di bawah ini:
a. Kualitas kerja adalah hasil kerja networker (mengukur produktivitas).
Kualitas kerja diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-
pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada hasil kerja
networker.
b. Motivasi adalah dorongan yang dimiliki networker untuk bekerja
dengan giat dalam melaksanakan tujuan pribadi dan tujuan organisasi.
Motivasi diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-pernyataan
dalam kuesioner yang mengarah pada keinginan networker untuk
terlibat dan berkontribusi dalam organisasi.
27
c. Komunikasi adalah proses pertukaran pesan antar komunikator
(pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan) di dalam organisasi
untuk mencapai kesamaan makna. Komunikasi diidentifikasi dengan
menggunakan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang mengarah
pada pertukaran pesan antar networker.
d. Pelatihan adalah memberikan informasi, kepemimpinan, pengetahuan
dan pengembangan diri mengenai membangun jaringan kepada
networker. Pelatihan diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-
pernyataan dalam kuesioner yang mengarah pada keikutsertaan
networker dalam pelatihan dan manfaat pelatihan tersebut.
e. Tanggung jawab adalah kemampuan networker menyelesaikan
pekerjaan utama dan tugas tambahan sesuai standar kerja yang harus
dicapai networker yang sudah ditetapkan. Tanggung jawab
diidentifikasi dengan menggunakan pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner yang mengarah pada kemampuan networker melaksanakan
kewajibannya.
Masing-masing komponen pada kinerja networker dijabarkan ke dalam 6
pernyataan. Total kelima komponen untuk kinerja networker adalah 30
pernyataan. Setiap pernyataan dibagi ke dalam lima kategori dengan skor
1-5.
Sangat Tidak Setuju (STS), skor = 1
Tidak Setuju (TS), skor = 2
Kurang Setuju (KS), skor = 3
Setuju, skor = 4
28
Sangat Setuju (SS), skor = 5
Total nilai minimum dan maksimum untuk semua pernyataan dalam tiap-
tiap komponen adalah 30 dan 150. Kinerja networker tiap komponen akan
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Rentang
tersebut dibuat dengan tumus:
Rentang kelas = Nilai Maksimum – Nilai Minimum
Jumlah Kelas
Sehingga kriteria kinerja networker keseluruhan dapat dikategorikan:
Tinggi : apabila skor total kelima komponen berada pada rentang
111- 150
Sedang : apabila skor total kelima komponen berada pada rentang
71- 110
Rendah : apabila skor total kelima komponen berada pada rentang
30 - 70
BAB III.
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif (metode
survei) dan pendekatan kualitatif. Metode survei adalah metode yang mengambil
contoh data dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pendekatan
kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap para networker.
Dengan menggabungkan kedua pendekatan tersebut diharapkan upaya
pemahaman gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dan pengaruhnya dengan kinerja
networker dapat dilakukan secara lebih komprehensif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran
Jaringan (Multi Level Marketing) ini dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa
Barat. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil studi penjajakan diketahui bahwa leader networker PT
Singa Langit Jaya Kota Bogor telah bergabung di MLM Tianshi lebih
dari tiga tahun sehingga diharapkan kepemimpinan yang telah
dilaksanakannya dapat diteliti secara lebih mendalam.
2. Efisiensi biaya, jarak, dan waktu dari peneliti.
30
Penelitian dilaksakan selama dua bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan
Februari 2010.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer
dikumpulkan dari para responden dan informan. Data primer yang dikumpulkan
terdiri dari:
1. Gambaran gaya kepemimpinan pada MLM PT Singa Langit Jaya Kota
Bogor yang digunakan oleh leader networker dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dalam
mengambil keputusan dan pemecahan masalah.
3. Kinerja networker PT Singa Langit Jaya yang dilihat berdasarkan
indikator kinerja networker.
4. Pengaruh gaya kepemimpinan dengan kinerja networker.
Pengumpulan data primer dari responden menggunakan teknik wawancara
dengan kuesioner yang telah disiapkan, sedangkan pengumpulan data primer
dari informan menggunakan pedoman wawancara. Dalam hal ini, wawancara
mendalam dilakukan guna mendapatkan informasi kualitatif yang memperkuat
analisis kuantitatif.
Data sekunder dikumpulkan dari Stokist 159 Tianshi, website resmi
Tianshi, sesuai dengan keperluan data untuk penulisan ini. Data sekunder yang
dikumpulkan terdiri dari: gambaran umum PT Singa Langit Jaya. Data sekunder
31
dapat berbentuk dokumen, laporan-laporan yang memuat data kualitatif dan
angka statistik, laporan penelitian ataupun dalam bentuk lain.
3.4. Teknik Penentuan Responden
Metode penentuan responden yang digunakan adalah total sampling
(metode sensus) yaitu pengambilan sampel sebesar populasi yang ada. Hal ini
mengacu pada pendapat Surakhmad (1989) bahwa adakalanya masalah penarikan
sampel ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai
sampel, yakni semua populasi itu diketahui terbatas. Sampel demikian dalam
penelitian ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:
a. Jumlah populasi terbatas dan masih dalam jangkauan peneliti.
b. Dengan menggunakan total sampling, maka semakin representatif.
c. Responden adalah orang-orang yang sudah jelas diketahui.
Berdasarkan hasil studi penjajakan diketahui bahwa populasi networker
yang berada di bawah grup CH yang aktif menjalankan bisnisnya sebanyak 20
orang. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh responden networker yang
aktif di grup CH.
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data yang ada untuk menggambarkan fenomena yang terjadi.
Data yang diperoleh dari kuesioner diolah secara kuantitatif. Data kuantitatif
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk
mengetahui gaya kepemimpinan dan pengaruh gaya kepemimpinan dengan
32
kinerja networker. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan
mereduksi (meringkas) data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data
hasil wawancara yang relevan dengan fenomena yang dianalisis disajikan dalam
bentuk kutipan-kutipan. Analisis data kualitatif dipadukan dengan hasil
interpretasi data kuantitatif.
BAB IV
PROFIL PERUSAHAAN PT SINGA LANGIT JAYA
4.1 Sejarah PT Singa Langit Jaya
PT Singa Langit Jaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tiens Group
atau Tianshi Group didirikan oleh Mr Li Jin Yuan pada tahun 1992, kini telah
menjadi perusahaan multi dimensi terbesar di China. Perusahaan yang berkantor
di Henderson Centre Beijing ini total asetnya mencapai satu milliar dollar RMB.
Pabrik utamanya yang sangat luas berada di Pusat Industri Teknologi Moderen
Tianjin. Tianshi mengutamakan riset dan teknologi moderen untuk
mengembangkan inti dari perawatan kesehatan dalam kebudayaan China yang
telah berusia 5.000 tahun.
Tercatat mulai Juli 1995, Tianshi Group mengadopsi sistem network
marketing. Strategi jitu ini rupanya membuahkan hasil yang luar biasa. Omset
penjualan yang semula 630 juta Yuan pada tahun 1996, meningkat drastis menjadi
2,12 milyar Yuan pada tahun berikutnya. Tahun 1998, Tianshi sudah go
internasional melalui Amerika Serikat, Rusia, dan Eropa. Pasar Asia dan Afrika
dimasukinya tahun 2001. Di Indonesia, keberadaan Tianshi diresmikan oleh
Presiden Megawati Soekarno Putri pada tahun 2001.
Produk-produk yang dihasilkan Tianshi sudah banyak mendapat
penghargaan, termasuk pemenang pertama sertifikat ISO 9002 dan memperoleh
sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saat ini, Tianshi telah resmi
mendaftarkan mereknya dan mendirikan kantor pemasarannya di lebih 200
negara. Pada tahun 2010 ini, Tianshi Group menargetkan masuk dalam jajaran
500 perusahaan terkemuka di dunia. Perusahaan yang memiliki motto
34
”Menyehatkan Umat Manusia, Melayani Masyarakat” ini berencana
menggunakan enam jaringan berinteraksi, yang mencakup sumber daya manusia,
pendidikan internasional, logistik internasional, pariwisata internasional,
perputaran modal internasional, dan internet.
4.2 Pemasaran PT Singa Langit Jaya
Berikut ini merupakan beberapa istilah yang perlu diketahui sehubungan
dengan pemasaran PT Singa Langit Jaya.
1. Distributor adalah setiap warganegara Indonesia yang sah, dengan
diperkenalkan oleh seseorang dari perusahaan yang memenuhi syarat,
membeli satu set “Staterkit Tianshi”, produk perusahaan, kemudian mengisi
formulir permohonan maka ia menjadi distributor dari perusahaan.
2. Sponsor adalah sebutan bagi orang lain yang ikut bergabung dengan
perusahaan Tianshi dan telah memenuhi persyaratan untuk menjadi
distributor, juga disebut sebagai upline.
3. Downline langsung: sebutan bagi seluruh distributor yang memperkenalkan
langsung oleh orang itu sendiri.
4. Downline tidak langsung: sebutan bagi segenap distributor yang tidak
termasuk dalam downline langsung.
5. BV adalah nilai mata uang. Setiap jenis produk Tianshi mempunyai nilai yang
telah ditentukan, digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian distributor
mengenai level peringkat dan bonus. 1 BV = 1.000 Rupiah.
35
6. Personal Sale adalah pembelian produk seorang distributor dalam suatu bulan
yang dengan menggunakan nomor distributor Tianshi milik orang itu sendiri,
mengisi nota pembelian produk, dan membeli nilai produk dengan nilai BV.
7. Current Group Sales (CGS) adalah jumlah nilai BV yang dihasilkan pada
bulan tersebut oleh seluruh jaringan dari seorang distributor.
8. Side Volume adalah selisih dari seluruh penjualan jaringan dari seorang
distributor dalam satu bulan tertentu dan seluruh penjualan jaringan pada
bulan yang sama dari downline yang mempunyai peringkat selevel dengan
uplinenya.
Dalam pemasaran dan perkembangan jaringan PT Singa Langit Jaya
dikenal adanya istilah Peringkat dan Standar Kenaikan Level.
1. Distributor Bintang Satu
Seorang membeli satu set “Starterkit Tianshi” seharga Rp 85.000,00, maka ia
menjadi Distributor Bintang Satu. Distributor tersebut berhak untuk memesan
produk dari perusahaan dengan harga distributor, yang kemudian dapat
menjual dengan harga eceran dan ia akan memperoleh keuntungan sebesar
15%, serta mempunyai hak memperkenalkan orang lain untuk bergabung
dengan perusahaan Tianshi.
2. Distributor Bintang Dua
Distributor Berbintang Satu yang telah membeli produk dari perusahaan
dengan nilai lebih besar atau sama dengan 500 BV maka ia menjadi
Distributor Bintang Dua.
3. Distributor Bintang Tiga
36
Distributor Bintang Dua yang akumalasi pembelian priduk pada perusahaan
yang nilai totalnya lebih besar atau sama dengan 2.000 BV, maka pada bulan
itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distributor Bintang Tiga.
4. Distibutor Bintang Empat
Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga yang memiliki pada beberapa jaringan
langsungnya, minimum dalam tiga jaringannya masing-masing terdapat
seorang Distributor Bintang Tiga, pada saat yang sama nilai penjualan
akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 10.000 BV, maka
pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Empat.
Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga yang memiliki pada beberapa jaringan
langsungnya, minimum dalam dua jaringannya masing-masing terdapat
seorang Distributor Bintang Tiga, pada saat yang sama nilai penjualan
akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama dengan 20.000 BV, maka
pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi Distibutor Bintang Empat.
5. Distributor Bintang Lima
Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Empat, pada
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 40.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Lima.
Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Empat, pada
37
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 80.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Lima.
6. Distributor Bintang Enam
Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Lima, pada
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 150.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Enam.
Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Lima, pada
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 300.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Enam
7. Distibutor Bintang Tujuh
Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Enam, pada
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 500.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Tujuh.
38
Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Enam, pada
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 1.000.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya
menjadi Distibutor Bintang Tujuh.
Cara (3) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Enam dan
empat jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Lima,
pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar
atau sama dengan 500.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya
menjadi Distibutor Bintang Tujuh.
Cara (4) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam satu
jaringannya terdapat seorang Distributor Bintang Enam dan enam jaringannya
masing-masing terdapat seorang Distibutor Bintang Lima, pada saat yang
sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama
dengan 500.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Tujuh.
8. Distibutor Bintang Delapan
Cara (1) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam tiga
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Tujuh, pada
39
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 2.000.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya
menjadi Distibutor Bintang Delapan.
Cara (2) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Tujuh, pada
saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau
sama dengan 4.000.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya
menjadi Distibutor Bintang Delapan.
Cara (3) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam dua
jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Tujuh dan
empat jaringannya masing-masing terdapat seorang Distributor Bintang Enam,
pada saat yang sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar
atau sama dengan 2.000.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya
menjadi Distibutor Bintang Delapan.
Cara (4) : Bagi Disributor Bintang Tiga serta Distributor Bintang Tiga ke atas
yang memiliki pada beberapa jaringan langsungnya, minimum dalam satu
jaringannya terdapat seorang Distributor Bintang Tujuh dan enam jaringannya
masing-masing terdapat seorang Distibutor Bintang Enam, pada saat yang
sama nilai penjualan akumulasi jaringannya (TGS) lebih besar atau sama
dengan 2.000.000 BV, maka pada bulan itu ia dinaikkan levelnya menjadi
Distibutor Bintang Delapan.
40
4.3 Pembagian Bonus
Seluruh distributor Tianshi berhak melalui penjualan produk Tianshi
memperoleh keuntungan (bonus) sebesar 15 persen atas penjualan eceran, juga
dengan memperkenalkan orang lain untuk bergabung dengan usaha Tianshi serta
berdasarkan penjualan jaringan berhak untuk memperoleh keuntungan. Berbagai
bonus yang dapat diperoleh meliputi bonus perkembangan, bonus langsung dan
bonus tidak langsung, bonus kepemimpinan, serta bonus sharing internasional dan
bonus khusus.
1. Bonus Perkembangan
Distibutor yang memperkenalkan orang lain untuk bergabung dengan
usaha Tianshi dapat memperoleh 28 persen sebagai bonus dan sepuluh
generasi jaringan upper line dapat menikmati penjualan per level pada
bagiannya.
Tabel 1. Bonus Perkembangan
Peringkat/Level
*3 *4 *5 *6 *7 *8
1 9% 9% 9% 9% 9% 9%2 1% 1% 1% 1% 1%3 1% 1% 1% 1%4 1% 1% 1% 1%5 1% 1% 1%6 1% 1% 1%7 1% 1%8 1% 1%9 1%10 1%
41
2. Bonus Langsung dan Bonus Tidak Langsung
Distributor berdasarkan levelnya setiap bulan dapat memperoleh bonus
dari penjualan langsung serta bonus dari penjualan tidak langsung dari
downline yang peringkatnya lebih rendah.
Tabel 2. Bonus Langsung dan Bonus Tidak Langsung
Peringkat *2 *3 *4 *5 *6 *7 *8Bonus
Langsung5% 20% 24% 28% 32% 36% 40%
BonusTidak
Langsung
0% 15% 4-19% 4-23% 4-27% 4-31% 4-35%
3. Bonus Kepemimpinan
Distributor Bintang Lima dan Distributor Bintang Lima ke atas, apabila
terdapat downline yang sama peringkatnya dengan orang itu sendiri, dapat
memperoleh bonus kepemimpinan dari penjualan downline beberapa
generasi berdasarkan peringkatnya, dengan persyaratan telah memenuhi
Personal Sale dan Side Volume yang besarnya sesuai peringkat masing-
masing.
Tabel 3. Bonus Kepemimpinan
Peringkat *5 *6 *7 *8Bonus
Kepemimpinan1 1% 1% 1% 1%2 1% 1% 1%3 1% 1%4 1% 1%5 1%6 1%
Personal Sale 100 BV 200 BV 500 BV 800 BVSide Volume 2.000 BV 4.000 BV 7.000 BV 10.000 BV
42
4. Bonus Sharing Internasional dan Bonus Khusus
Setelah mencapai level Distibutor Bintang Delapan, karena jaringannya
lebih meluas lagi, perusahaan akan memberikan Bonus Sharing
Internasional. Perusahaan setiap bulannya akan memberikan kepadanya
lima persen dari hasil penjualan globalnya, sebagai Bonus Sharing
Internasional bagi distributor, antara lain:
1. Bonus Sharing Internasional Bronze Lion adalah 1%
2. Bonus Sharing Internasional Silver Lion adalah 0,75%
3. Bonus Sharing Internasional Gold Lion adalah 0,5%
4. Bonus Sharing Internasional 1-5 Diamond Gold Lion adalah 0,5% x 5
5. Bonus Sharing Internasional Director adalah 0,25%
BAB V
GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Ada empat jenis gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan direktif, gaya
kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif, dan gaya
kepemimpinan delegatif. Penerapan gaya kepemimpinan leader networker dikaji
pada bidang kegiatan: penentuan jadwal (presentasi, follow up, home meeting),
pelaksanaan tugas (tiket pertemuan, pembicara, omset bulanan, prospek, net-P,
dream book), pemberian konsultasi, pemakai produk, serta kegiatan yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan.
5.1 Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal
Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan
oleh leader networker berkaitan dengan penentuan jadwal, leader networker
terlihat menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan hasil wawancara yang disajikan pada Gambar 4.
44
Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya Kepemimpinan Delegatif
5%
30%
65%
Gambar 4. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader Networkerpada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal
Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang lebih
dominan diterapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan dengan
penentuan jadwal adalah gaya kepemimpinan konsultatif yaitu sebanyak 65
persen. Tiga puluh persen menilai leader networker menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif dan lima persen menilai leader networker menerapkan
gaya kepemimpinan delegatif.
Gaya kepemimpinan leader networker yang konsultatif terlihat pada saat
menentukan jadwal. Leader networker terlebih dahulu menerima masukan atau
saran dari para jaringannya. Sehubungan dengan hal ini, leader networker CH (36
tahun) mengungkapkan sebagai berikut.
”Mengenai pengambilan keputusan sehubungan dengan menentukanjadwal, saya cenderung menerapkan gaya konsultatif dimana sayamenerima masukan atau saran terlebih dahulu dari downline saya barusaya mengambil keputusan. Misalnya untuk menentukan jadwalmembantu jaringan presentasi atau follow up, biasanya mereka terlebihdahulu mengajukan waktu kosong mereka untuk saya bantu, barukemudian saya cocokkan dengan waktu kosong saya, setelah itu baru sayamemilih waktu mana yang cocok untuk membantu jaringan saya tersebut.”
45
Gaya Kepemimpinan Direktif
Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya Kepemimpinan Delegatif
Pernyatan dari leader networker tersebut diperkuat dengan pernyataan dari
jarigannya SH (26 tahun) yang menyatakan.
”Gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker dalam halmenentukan jadwal cenderung konsultatif dimana beliau selalu menerimamasukan dari jaringannya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.Saya juga sering meminta bantuan beliau untuk presentasi prospeksponsoring up. Biasanya saya mengajukan beberapa pilihan waktu terlebihdahulu baru beliau menyesuaikan dengan waktu kosong beliau denganbeberapa pilihan waktu yang saya ajukan. Begitu juga dengan menentukanjadwal pertemuan atau meeting group, beliau selalu menyesuaikan waktujaringannya terlebih dahulu sebelum beliau mengambil keputusan.”
5.2 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas
Kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas merupakan salah satu
kegiatan yang penting dan perlu dibahas untuk mengetahui serta memahami
penerapan gaya kepemimpinan leader networker dalam pengambilan keputusan.
Pada kegiatan ini, leader networker terlihat menerapkan gaya kepemimpinan yang
lebih beragam, tetapi yang paling banyak menerapkan gaya kepemimpinan
konsultatif. Hal ini dapat diketahui dari data yang ditampilkan pada Gambar 5.
10%20%
20%
50%
Gambar 5. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader Networkerpada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas
Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang lebih
dominan diterapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan dengan
46
pelaksanan tugas adalah gaya kepemimpinan konsultatif yaitu sebanyak 50
persen. Masing-masing 20 persen menilai leader networker menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan delegatif, dan sepuluh persen
menilai leader networker menerapkan gaya kepemimpinan delegatif.
Gaya kepemimpinan leader networker yang konsultatif didukung oleh
sikap leader networker dimana pengambilan keputusan dilakukan setelah
mendengarkan masukan atau saran dari jaringannya. Sehubungan dengan
penerapan gaya kepemimpinan konsultatif yang lebih dominan diterapkan leader
networker dalam pelaksanaan tugas, seorang responden DM (24 tahun)
menuturkan sebagai berikut.
”Dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pelaksanaan tugaskepada downlinenya, Bapak CH selalu mendiskusikan/membuat meetinggroup terlebih dahulu terhadap tugas yang akan dilaksanakan. Bapak CHmemberikan arahan kepada saya untuk melaksanakan tugas sesuai denganPeta Aset yang telah ada untuk mencapai tujuan saya setiap bulannya. Jikadi lapangan terjadi kendala atau hambatan biasanya para jaringannyadiajak untuk meeting untuk mencari penyelesaiannya”
Selain itu, terdapat juga pernyataan dari jaringannya AC (30 tahun) yang
mengatakan:
”Pak CH selalu melakukan meeting setiap bulan khusus grup beliau untukmenerima masukan atau saran dari jaringan-jaringannya, kendala apa yangdihadapi selama di lapangan, kemudian beliau memberikan masukan kekami semua agar melaksanakan tugas sesuai dengan standar yangditetapkan. Misalnya saja dalam hal pembagian tiket Vision Seminar.Biasanya Pak CH menanyakan terlebih dahulu bagaimana perkembangangrup saya saat ini, berapa jumlah orang baru yang bergabung, kemudianbeliau menentukan berapa jumlah tiket Vision Seminar untuk grup saya.”
Ada juga seorang jaringan Bapak CH yang lain, yaitu AM (23 tahun)
mengatakan:
47
Gaya Kepemimpinan Direktif
Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Gaya Kepemimpinan Delegatif
”Menurut saya dalam kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas,Pak CH menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dimana beliau selaluterlebih dahulu menanyakan pendapat atau saran dari jaringan-jaringannyaterlebih dahulu sebelum beliau mengambil keputusan. Dalam halpenentuan pembicara OPP contohnya, beliau terlebih dahulu memintamasukan dari jaringannya dan jaringannya pun mencalonkan dari grupnyamasing-masing nama yang dicalonkan untuk menjadi pembicara. Setelahitu beliau baru menentukan yang berhak menjadi pembicara sesuai dengankemampuan dan kinerja dari calon yang diajukan tersebut.”
5.3 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang
berkaitan dengan pemberian konsultasi terlihat dominan pada gaya kepemimpinan
direktif. Hasil wawancara dengan para responden ditampilkan pada Gambar 6.
10%10%
80%
Gambar 6. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader Networkerpada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi
Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan
direktif dominan diterapkan leader networker dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan pemberian konsultasi. Hal ini dapat terlihat dari penyebaran
pernyataan responden yaitu sebesar 80 persen menyatakan bahwa leader
networker menerapkan gaya kepemimpinan direktif dalam kegiatan berkaitan
dengan pemberian konsultasi dan masing-masing sebesar 10 persen menyatakan
48
bahwa leader networker menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya
kepemimpinan delegatif.
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker yang direktif ini
menekankan bahwa leader networker lebih banyak mengambil keputusan dan
komunikasi satu arah dalam pemberian konsultasi. Hal ini ditegaskan oleh leader
networker CH (36 tahun) yang menyatakan.
”Dalam hal pemberian konsultasi saya cenderung menerapkan gayakepemimpinan direktif dimana pengambilan keputusan ada di tangan saya.Pada saat konsultasi awalnya jaringan yang berkonsultasi menceritakankendala-kendala yang mereka hadapi di lapangan, perkembangan jaringanmereka, target omset bulanan mereka dan sebagainya. Baru setelah itusaya mengarahkan mereka, memberikan visi dan target supaya merekabisa bekerja sesuai sistem. Saya menekan mereka, sesuai dengankemampuan mereka tentunya, supaya jaringan saya bisa berkembang lebihcepat lagi. Ini membutuhkan sistem. Makanya walaupun terkesanmemaksa/menekan, tapi ini untuk kebaikan mereka, mereka mengikutiarahan dan target yang saya berikan.”
Sejalan dengan pernyataan leader networker di atas, salah seorang
networker MH (26 tahun) menyatakan.
”Pada saat saya melakukan konsultasi rutin bulanan ke Pak CH, beliauselalu mengarahkan saya untuk bekerja dengan sistem. Beliau menjelaskanbahwa bisnis MLM berbeda dengan bisnis lainnya. Kunci dari bisnisMLM adalah duplikasi dan duplikasi membutuhkan sistem. Oleh karenaitu, Pak CH tegas dan komitmen dengan sistem Unicore. Beliau mengajaksemua jaringannya untuk bekerja dengan sistem. Jangan bekerja mengikutikemauan sendiri, tapi bekerjalah mengikuti sistem.”
5.4 Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai Produk
Pada kegiatan yang berkaitan dengan pemakai produk, leader networker
cenderung menerapkan gaya kepemimpinan delegatif. Hasil wawancara dengan
para responden ditampilkan pada Gambar 7.
49
Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya Kepemimpinan Delegatif
25%
50%
25%
Gambar 7. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader Networkerpada Kegiatan yang Berkaitan dengan Pemakai Produk
Gambar 7 menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan delegatif lebih banyak
diterapkan leader networker dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
pemakai produk dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain. Hal ini
dapat dilihat dari penyebaran pernyataan responden yaitu sebesar 50 persen
menyatakan bahwa leader networker menerapkan gaya kepemimpinan delegatif
dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemakai produk, sebesar 25 persen
menyatakan bahwa leader networker menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif,
serta 25 persen menyatakan bahwa leader networker menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif.
Penerapan gaya kepemimpinan yang delegatif ditunjukkan oleh cara
leader networker dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
pemakai produk yang menyerahkan sepenuhnya pengambilan keputusan kepada
jaringannya sendiri. Artinya, dalam hal pemilihan dan pemakaian produk, leader
networker memberikan kebebasan sepenuhnya kepada jaringannya untuk membeli
dan mengkonsumsi produk jenis apa saja sesuai dengan kebutuhannya.
50
Penerapan gaya kepemimpinan delegatif lebih dominan diterapkan leader
networker dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemakai produk. Hal ini
diutarakan oleh leader networker CH (36 tahun).
”Dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pemakai produk sayamemberikan kebebasan sepenuhnya kepada downline-downline saya untukmereka membeli atau mengkonsumsi produk apa saja sesuai dengankebutuhan mereka. Saya tidak memaksa jaringan saya untuk membeli danmengkonsumsi produk tertentu. Jadi semuanya saya serahkan sepenuhnyakepada mereka.”
Berkaitan dengan hal tersebut, salah seorang downline DI (22 tahun) menyatakan.
”Upline saya memberikan kebebasan sepenuhnya kepada saya dan grupsaya untuk membeli atau mengkonsumsi produk apapun sesuai dengankebutuhan. Tidak ada paksaan untuk mengkonsumsi suatu produk tertentu.Upline paling mengingatkan untuk konsumsi produk karena integritas.”
5.5 Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik
yang Terjadi dalam Jaringan
Kegiatan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan
merupakan salah satu kegiatan penting dan perlu dikaji untuk mengetahui
penerapan gaya kepemimpinan leader networker dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
51
Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Gaya Kepemimpinan Partisipatiftif
60% 40%
Gambar 8. Diagram Distribusi Persentase Gaya Kepemimpinan Leader Networkerpada Kegiatan yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atauKonflik yang Terjadi dalam Jaringan
Berdasarkan Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
partisipatif lebih dominan diterapkan leader networker dalam kegiatan yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan.
Sebanyak 60 persen responden menyatakan leader networker menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif dan 40 persen menyatakan leader networker
menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif.
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker yang partisipatif ini
menekankan adanya persamaan antara leader networker dengan para jaringannya,
terutama berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah untuk mengambil suatu keputusan. Berkaitan dengan hal tersebut
leader networker CH (36 tahun) menyatakan:
”Biasanya apabila terjadi konflik dalam jaringan, misalnya hubunganupline-downline, saya akan memanggil kedua belah pihak untukmusyawarah mencari penyelesaian masalah yang terjadi. Saya hanyasebagai mediator atau pihak penengah untuk mereka. Pernah juga terjadikonflik perebutan jaringan antar crossline, saya pun memanggil uplinebersangkutan untuk diajak musyawarah guna mencari jalan keluarnya.”
52
Sejalan dengan pernyataan di atas, salah seorang responden SR (45 tahun)
menyatakan:
”Pak CH selalu mengumpulkan orang-orang dalam jaringannya apabilaada sesuatu hal yang ingin disampaikan atau terjadi suatu konflik. Disanakita melakukan musyawarah untuk mencari solusi atas permasalahan yangterjadi.”
5.6 Ikhtisar
Gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan leader networker adalah
gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif. Pada
kegiatan-kegiatan tertentu juga diterapkan gaya kepemimpinan direktif dan gaya
kepemimpinan delegatif. Penerapan keempat gaya kepemimpinan tersebut telah
mampu menghasilkan berbagai keputusan yang berguna berkaitan dengan
perkembangan jaringan PT Singa Langit Jaya Kota Bogor.
Penerapan gaya kepemimpinan konsultatif cenderung digunakan leader
netwoker dalam kegiatan yang berkaitan dengan penentuan jadwal dan
pelaksanaan tugas networker. Gaya kepemimpinan partisipatif diterapkan leader
networker pada kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau
konflik yang terjadi dalam jaringan. Pada penerapan gaya kepemimpinan direktif,
leader networker menerapkan pada kegiatan yang berkaitan dengan pemberian
konsultasi sedangkan penerapan gaya kepemimpinan delegatif dilakukan leader
networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pemakai produk. Secara
keseluruhan, penerapan gaya kepemimpinan leader networker disajikan pada
Tabel 4.
53
Tabel 4. Distribusi Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Leader NetworkerMenurut Bidang Kegiatan Pengambilan Keputusan dan PemecahanMasalah
Bidang KegiatanGaya Kepemimpinan (%)
Direktif Konsultatif Partisipatif Delegatif Jumlah
1. Penentuan jadwal 0 65 30 5 100
2. Pelaksanaan tugas 10 50 20 20 100
3. Pemberian konsultasi 80 10 0 10 100
4. Pemakai produk 0 25 25 50 100
5. Penyelesaianmasalah/konflik
0 40 60 0 100
Jumlah 18 38 27 17 100
BAB VI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYAKEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker yang terjadi di PT Singa
Langit Jaya Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di lingkungan
organisasi. Faktor-faktor tersebut dikaji berkaitan dengan penerapan gaya
kepemimpinan leader networker dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah di berbagai bidang kegiatan.
6.1 Karakteristik Leader Networker
CH adalah laki-laki berumur 36 tahun yang saat ini berposisi Bintang
Delapan dan menjadi leader networker PT Singa Langit Jaya Kota Bogor. Latar
belakang CH berasal dari keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya selalu
mengajarkan kerja keras dan hidup mandiri. Berkat kerja kerasnya itulah CH bisa
menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Beliau merupakan
alumni Institut Pertanian Bogor angkatan 29 Departemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian. Setelah lulus kuliah beliau sempat tujuh tahun bekerja sebagai
karyawan perusahaan asuransi terbesar Indonesia di Kota Bogor. Posisi terakhir
beliau di perusahaaan tersebut adalah Branch Manager. Sampai akhirnya tahun
2005 beliau berkenalan dengan HP (36 tahun) yang mengajak beliau untuk
bergabung dengan MLM PT Singa Langit Jaya. Sebelumnya CH sempat bersikap
negatif terhadap MLM, namun setelah mendengarkan dan bertemu langsung
dengan pemasar terkaya Asia Pasifik LT (36 tahun) akhirnya CH bergabung. Pada
awalnya CH menjalankan bisnis MLM Tianshi secara paruh waktu di sela-sela
55
waktu istirahat kerja dan setelah pulang kerja. Saat posisi CH mencapai Bintang
Lima, CH memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan dan fokus membangun
bisnis Tianshi. Melalui perjuangan dan semangat pantang menyerah akhirnya saat
ini CH telah mencapai posisi Bintang Delapan dengan jaringan mencapai 15 ribu
orang lebih, dengan penghasilan pasif puluhan juta per bulan. Tidak hanya itu, CH
juga memiliki kebebasan waktu yang tidak CH dapatkan sewaktu bekerja. CH
merupakan panutan bagi jaringan-jaringannya. CH juga telah berhasil membantu
dua orang jaringannya mencapai posisi Bintang Delapan. Saat ini CH sedang
mengejar reward mobil mewah yang ditargetkan dicapai pada tahun 2011
mendatang.
Karakteristik leader networker merupakan salah satu dari ketiga faktor
yang penting untuk dibahas berkaitan untuk memahami cara-cara pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh leader networker yang bersangkutan. Karakteristik
leader networker yang dibahas meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki
leader networker, kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang
dianut leader networker dalam mengambil keputusan.
Latar belakang pendidikan leader networker merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan. Pada
paparan di atas telah dijelaskan bahwa leader networker memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi yaitu seorang sarjana. Tingkat pendidikan tersebut tampak
sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang dilakukan leader
networker. Hal tersebut, diungkapkan leader networker CH (36 tahun).
“Dalam hal pengambilan keputusan pada berbagai kegiatan di bisnis MLMTianshi faktor pendidikan saya yang sampai sarjana sangat berpengaruhdan bermanfaat untuk pengembangan bisnis saya. Selama saya kuliah sayajuga mengikuti organisasi kemahasiswaan. Pengalaman, kepememimpinan
56
dan kerja sama selama di organisasi kemahasiswaan juga sangatmembantu saya saat ini.”
Selain tingkat pendidikan leader networker, faktor kepribadian juga
merupakan salah satu aspek karakteristik leader networker yang dapat
mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan. Dari hasil wawancara dengan
jaringan-jaringan aktif leader networker, diketahui bahwa leader networker
memiliki kepribadiaan yang cenderung phegmatis dan perhatian terhadap
jaringannya. Seperti contoh, dengan penerapan gaya kepemimpinan konsultatif
yang dominan dalam pengambilan keputusan leader networker, dapat
menghasilkan berbagai keputusan yang berguna berkaitan dengan kegiatan yang
terjadi di organisasi MLM Tianshi. Hal tersebut dinyatakan oleh salah seorang
jaringan AN (21 tahun).
“Menurut pendapat saya, Pak CH memiliki kepribadian yang phegmatis.Beliau juga sangat perhatian terhadap jaringan saya, beliau selalu siapapabila diminta bantuannya untuk membantu presentasi dan follow up digrup saya.”
Faktor pengalaman juga merupakan salah satu karakteristik leader
networker yang dapat mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan. Pengalaman
yang didapat seseorang merupakan guru yang terbaik dalam kehidupan. Semakin
kaya seseorang dengan pengalaman maka semakin dewasa dan bijaksanalah
seseorang dalam menjalani kehidupan ini. Seperti halnya leader networker CH
(36 tahun) telah kaya akan pengalaman terutama di dunia MLM.
“Sebelum di MLM Tianshi, saya pernah tiga kali join dan aktifmengembangkan MLM lain yang berbeda. Dari ketiga MLM tersebut sayajalankan dalam rentang waktu selama 4 tahun lebih, namun hasil yangdidapat menurut saya tidak sesuai dengan kerja keras yang saya lakukan.Makanya saya sempat negatif dan anti-MLM ketika Pak HP (36 tahun)menawarkan Tianshi. Namun, setelah mengikuti pertemuan-pertemuanyang diadakan oleh sekolah bisnis Tianshi, Unicore, kemudian saya diajakke Bandung untuk melihat bukti langsung orang yang telah berhasil dan
57
berubah hidupnya dari menjalankan bisnis Tianshi barulah saya menjadiyakin dan percaya. Sejak saat ini saya mulai aktif dan serius menjalankanbisnis Tianshi. Pengalaman saya selama empat tahun lebih di MLMsebelumnya banyak memberi saya manfaat dan pelajaran, saya tidakmengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah saya buat sebelumnya. Sayateachable mengikuti upline saya. Hasilnya seperti yang bisa dilihat, saatini saya punya passive income puluhan juta rupiah per bulan, mobil danrumah pribadi serta kebebasan waktu.”
Nilai-nilai yang dianut leader networker menjadikan leader networker
memiliki acuan atau pedoman dalam memimpin jaringannya. Berkaitan dengan
hal tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengungkapkan.
“Dalam kepemimpinan di jaringan saya, saya selalu menekankan kepadasemua jaringan saya agar mereka ‘bekerja mengikuti Peta Aset Unicore’.Peta Aset Unicore adalah tujuh langkah sederhana yang dirumuskan olehleader-leader yang telah berhasil meraih reward Tianshi. Tujuh langkahsederhana tersebut terdiri dari impian, daftar nama, buat janji, presentasi,tindak lanjut, pemakai produk, dan alat bantu. Dari ketujuh langkahtersebut, langkah pertama yaitu impian adalah yang paling menentukanseseorang untuk sukses. Sisanya adalah hal teknis, bisa dipejari denganmengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh sekolah bisnis Unicore.Selain itu, nilai-nilai seperti kerja sama antar upline-downline, semangatkerja keras dan pantang menyerah juga sangat penting dan saya tekankanuntuk semua jaringan saya.”
6.2 Karakteristik Networker
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker selain dipengaruhi oleh
karakteristik leader networker dapat pula dipengaruhi oleh karakteristik networker
yang dipimpinnya. Networker memiliki beraneka karakteristik seperti tingkat
pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman.
Pada MLM Tianshi Kota Bogor di bawah grup leader networker CH (36
tahun) dari jaringan yang aktif sejumlah 20 orang, 50 persen merupakan lulusan
perguruan tinggi dan 50 persen lagi merupakan lulusan SMA/SMK sederajat.
Adanya perbedaan dalam hal tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
58
kemampuan networker dalam melaksanakan pekerjaannya. Berkaitan dengan hal
tersebut, leader networker CH (36 tahun) menyatakan.
”Dalam jaringan saya, tingkat pendidikan setiap jaringan mempengaruhikinerja mereka. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan S1 biasanyalebih berhasil dan perkembangan jaringannya lebih cepat dibandingkanmereka yang tingkat pendidikannya SMA. Dalam memberikan pengarahandan konsultasi kepada jaringan saya tersebut tentu saya membedakanperlakuan di antara keduanya. Jaringan saya yang sarjana biasanya sayamenjelaskan tidak sedetail yang SMA. Saya lebih cenderung menerapkangaya kepemimpinan yang delegatif dan partisipatif terhadap jaringan sayayang pendidikannya sarjana sementara terhadap jaringan saya yangpendidikannya SMA saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinanyang konsultatif.”
Selain tingkat pendidikan, usia juga mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan leader networker. Dari hasil wawancara dan kuesioner didapatkan
bahwa sebanyak 65 persen networker berusia 15-25 tahun, 30 persen berusia 25-
40 tahun, dan lima persen yang berusia >41 tahun. Berdasarkan hasil wawancara
dengan para responden dan leader networker menunjukkan bahwa networker yang
berusia muda (15-25 tahun) biasanya lebih mudah diberikan masukan dan
pengarahan dibandingkan dengan usia lebih tua. Selain itu, di usia tersebut juga
rata-rata networker memiliki kinerja yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh
leader networker CH (36 tahun).
”Menurut saya, networker yang usia muda, biasanya mahasiswa, memilikikinerja yang lebih baik dibandingkan yang lain. Selain itu, mereka jugagampang diajarin dan mengerti sistem. Ibarat kendaraan yang berjalan dijalan tol, saya tinggal mengarahkan arah mereka supaya sampai di tempattujuan dengan selamat. Saya biasa menerapkan gaya kepemimpinandirektif dan delegatif terhadap jaringan saya yang berusia lebih muda,sementara untuk yang berusia lebih tua saya menerapkan gayakepemimpinan konsultatif dan partisipatif.”
Status perkawinan juga mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan
leader networker. Dari hasil wawancara diketahui bahwa networker yang belum
59
menikah cenderung lebih gampang diarahkan dan mengikuti sistem dibandingkan
dengan networker yang telah menikah. Hal ini karena networker yang telah
menikah memiliki tanggungan keluarga dan beban mental yang lebih berat
dibandingkan dengan networker yang belum menikah. Sehubungan dengan hal
tersebut, leader networker CH (36 tahun) mengatakan.
”Menurut saya, networker yang belum menikah lebih gampang diarahkandan mengikuti sistem dibandingkan networker yang telah menikah. Sayagampang mengarahkan mereka karena mereka belum memiliki bebanhidup dan tanggungan keluarga sehingga lebih aktif bekerja. Sayacenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang direktif dan delegatifterhadap jaringan yang belum menikah dan terhadap jaringan yang telahmenikah saya cenderung menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif danpartisipatif.”
Pengalaman yang dimiliki networker juga mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan leader networker. Networker yang memiliki pengalaman
mengikuti MLM lain sebelum Tianshi cenderung lebih gampang untuk diarahkan
dan lebih cepat mengikuti sistem. Hal ini dikarenakan networker tersebut sedikit
banyak mempunyai pengetahuan atau wawasan dunia MLM dari MLM yang
sebelumnya diikutinya. Sehubungan dengan hal tersebut, leader networker CH
(36 tahun) mengatakan.
“Networker yang pernah join di MLM lain biasanya pada awalnyamemang sulit untuk diyakinkan dan diajak bergabung Tianshi. Tapisetelah mereka berhasil diyakinkan, mereka cenderung bergerak lebihcepat pengembangan bisnisnya karena punya pengalaman di MLM yanglain tersebut. Ditambah lagi kita punya sekolah bisnis Unicore yang sudahteruji dapat melahirkan orang-orang sukses asalkan mereka mengikutisistem dengan benar. Oleh karena mempunyai pengalaman sebelumnya,terhadap networker yang pernah join di MLM sebelumnya saya cenderungmenerapkan gaya kepemimpinan yang direktif dan delegatif.”
6.3 Situasi di Lingkungan Organisasi
60
Situasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan dalam pengambilan keputusan. Situasi tersebut meliputi situasi
atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu Unicore, situasi
masalah yang mempengaruhi leader networker dalam pengambilan keputusan,
serta bidang kegiatan networker. Ketiga aspek tersebut berpengaruh sebagai faktor
yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan leader networker.
Situasi atau keadaan lingkungan kerja Unicore mempengaruhi penerapan
gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker. Pada suatu situasi kerja
tertentu, leader networker menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif. Pada
situasi yang lain, leader networker menerapkan gaya kepemimpinan direktif,
partisipatif, atau direktif. Hal tersebut dinyatakan oleh CH (36 tahun).
“Situasi pada saat pertemuan yang diadakan support system Tianshi yaituUnicore mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan saya. Misalnyasaja pada saat pertemuan OPP biasa, dimana pesertanya dari prospekumum yang jumlahnya sekitar puluhan, tentu berbeda dengan pertemuanVision Seminar yang pesertanya mencapai ratusan sampai ribuan. Padasaat Vision Seminar saya lebih menerapkan gaya kepemimpinan delegatifdimana saya memberikan kepercayaan setiap leader masing-masing grupuntuk follow up dan closing prospeknya.”
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang networker GF (28 tahun).
“Suasana pertemuan Unicore yang penuh semangat dari para pesertanyamenular kepada peserta yang lain sehingga mereka ikut semangat juga.Dengan suasana tersebut prospek jadi lebih yakin dan percaya sehinggaupline cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang delegatif.”
Selain suasana lingkungan pertemuan Unicore, situasi masalah pun dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi penerapan gaya kepemimpinan leader
networker. Umumnya, ketika situasi mengharuskan leader networker mengambil
keputusan yang cepat karena keadaan mendesak, misalnya pernah terjadi ketika
pembicara OPP berhalangan hadir karena sakit tapi baru memberitahukan
61
kabarnya pada saat menjelang pertemuan akan dimulai, maka leader networker
menerapkan gaya kepemimpinan direktif dengan menunjuk salah seorang
networker untuk menggantikan menjadi pembicara. Leader networker tidak
bermusyarah atau berdiskusi terlebih dahulu dengan jaringannya yang lain karena
waktu yang singkat dan mendesak tersebut.
Bidang kegiatan networker juga mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan leader networker. Leader networker menerapkan gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda pada setiap bidang kegiatan, seperti yang
diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun).
“Saya menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda tergantung padabidang kegiatan tertentu. Misalnya dalam hal penentuan jadwal, sayacenderung menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif, sementara dalambidang kegiatan pemakai produk saya cenderung menerapkan gayakepemimpinan delegatif.”
6.4 Ikhtisar
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker Tianshi dipengaruhi oleh
faktor-faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan situasi di
lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik leader networker dalam hal ini
meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker, kepribadian
leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut leader networker
dalam mengambil keputusan. Kedua, karakteristik networker yang meliputi
tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman. Ketiga, situasi yang
meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system Tianshi yaitu
Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader networker dalam
pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker.
BAB VII
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LEADER NETWORKER
TERHADAP KINERJA NETWORKER
7.1 Kinerja Networker
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada definisi operasional, kinerja
networker PT Singa Langit Jaya diukur dengan berdasarkan beberapa komponen
yang meliputi kualitas kerja, motivasi, komunikasi, pelatihan, dan tanggungjawab.
Tabel 5 menyajikan distribusi responden networker PT Singa Langit Jaya yang
menilai kinerja mereka sendiri berdasarkan beberapa indikator di atas.
Tabel 5. Distribusi Responden Networker PT Singa Langit Jaya MenurutKinerjanya Berdasarkan Penilaian Networker yang Bersangkutan
Kinerja PegawaiJumlah Networker
Orang %
Kinerja Tinggi 18 90
Kinerja Sedang 2 10
Kinerja Rendah 0 0
Jumlah 20 100
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa 90 persen networker memiliki kinerja
yang tinggi dan 10 persen memiliki kinerja yang sedang. Sejalan dengan itu,
leader networker CH (36 tahun) mengungkapkan sebagai berikut.
“ Menurut saya, jaringan yang memiliki kinerja tinggi adalah mereka yangmengikuti sistem Unicore sehingga perkembangan jaringan dan bonusmereka setiap bulan selalu terjaga dan meningkat. Hal ini dapat dilihat dariberapa banyak grup mereka yang datang ke pertemuan, jaringan yangmengkonsumsi produk secara rutin, dan jumlah grup yang baru bergabungsetiap bulannya.“
64
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang responden MH (25 tahun).“Saya merasa sistem telah bekerja pada grup saya sehingga grup saya terusberkembang dibuktikan dengan pertambahan anggota baru setiap bulanyang berjumlah puluhan sampai ratusan orang. Tentunya ini berkat kerjakeras dan kerja sama grup. Mereka memiliki motivasi yang luar biasauntuk merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi, untuk mengejar impian-impian mereka. Mereka pun rutin mengikuti pertemuan-pertemuanUnicore sehingga memiliki kualitas kerja yang baik.”
Responden HD (17 tahun) menyatakan hal yang sama:“Saya merasa gaya kepemimpinan konsultatif yang diterapkan Pak CHsangat membantu perkembangan jaringan di grup saya. Mereka memilikikualitas kerja yang dan tanggung jawab yang baik serta motivasi kerjayang tinggi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan Unicore.Komunikasi yang terjalin antara jaringan pun berlangsung dengan lancar.”
Sama halnya dengan pernyataan di atas, ST (27 tahun) menyatakan:“Saya merasa gaya kepemimpinan yang diterapkan Pak CH sudah sangatbaik. Saya dan grup saya merasa nyaman dengan kepemimpinan dari PakCH. Komunikasi yang terjalin dengan Pak CH juga berlangsung baiksehingga berkat bimbingan, masukan dan saran dari Pak CH saya selalutermotivasi untuk meningkatkan kualitas kerja saya dengan mengikutistandar Peta Aset Unicore.”
7.2 Pengaruh Penerapan Gaya Kepemimpinan Leader Networker
terhadap Kinerja Networker
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker dapat mempengaruhi
pada kinerja networker. Pengaruh yang terjadi pada kinerja networker dapat
berupa peningkatan atau penurunan kinerja networker. Pengaruh gaya
kepemimpinan leader networker terhadap kinerja networker dianalisis dalam
beberapa bidang kegiatan, yaitu pada kegiatan yang berkaitan dengan penentuan
jadwal (presentasi, follow up, home meeting), pelaksanaan tugas (tiket pertemuan,
pembicara, omset bulanan, prospek, net-P, dream book), pemberian konsultasi,
pemakai produk, serta kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau
konflik yang terjadi dalam jaringan.
65
7.2.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan
yang Berkaitan dengan Penentuan Jadwal
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang
berkaitan dengan penentuan jadwal memiliki pengaruh terhadap kinerja networker
tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader
networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan penentuan
jadwal dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan denganPenentuan Jadwal
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja Networker Berkaitan dengan Penentuan Jadwal
Tinggi Rendah Jumlah
Direktif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Konsultatif 13 (65%) 0 (0%) 13 (100%)
Partisipatif 6 (30%) 0 (0%) 6 (100%)
Delegatif 1 (5%) 0 (0%) 1 (100%)
Dari Tabel 6 dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan konsultatif dan
partisipatif yang diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker
yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya
kepemimpinan konsultatif dan partisipatif oleh leader networker berpengaruh
terhadap kinerja networker. Berkenaan dengan hal ini, seorang networker HT (26
tahun) menuturkan sebagai berikut.
“Keterlibatan upline dalam menentukan jadwal presentasi dan follow upsangat membantu perkembangan jaringan saya. Biasanya prospek yangsaya undang akan lebih percaya apabila upline yang presentasi karenaupline sudah memberikan bukti hasil dari bisnis ini.”
66
7.2.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan
yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanan tugas memiliki pengaruh terhadap kinerja networker
tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader
networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pelaksaaan
tugas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan denganPelaksanaan Tugas
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja Networker Berkaitan dengan Pelaksanaan Tugas
Tinggi Rendah Jumlah
Direktif 2 (10%) 0 (0%) 2 (100%)
Konsultatif 10 (50%) 0 (0%) 10 (100%)
Partisipatif 4 (20%) 0 (0%) 4 (100%)
Delegatif 4 (20%) 0 (0%) 4 (100%)
Dari Tabel 7 dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan konsultatif,
partisipatif, dan delegatif yang diterapkan leader networker menghasilkan kinerja
networker yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa
penggunaan gaya kepemimpinan konsultatif, partisipatif, dan delegatif oleh leader
networker berpengaruh terhadap kinerja networker.
Penerapan gaya kepemimpinan konsultatif leader networker berdampak
pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal
pembagian tiket pertemuan, seperti diungkapkan oleh SR (37 tahun).
“Dalam hal pembagian tiket Vision Seminar biasanya Pak CH selalumenerima masukan terlebih dahulu dari saya mengenai perkembangan dankondisi grup saya baru kemudian beliau mengambil keputusan untukmembagikan berapa banyak tiket yang harus terjual di grup saya. Hal
67
tersebut membuat saya menjadi semangat dan fokus untuk mengejar targettersebut sesuai dengan kemampuan dan kerjasama grup saya.”
Penerapan gaya kepemimpinan partisipatif leader networker juga
berdampak pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat
dalam hal menentukan target omset bulanan, seperti diungkapkan oleh WL (28
tahun) berikut ini.
“Biasanya saya dan upline selalu berdiskusi bersama untuk menentukantarget omset setiap bulannya.”
Penerapan gaya kepemimpinan delegatif leader networker juga berdampak
pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal
membuat dream book, seperti diungkapkan oleh GF (28 tahun).
“Membuat dream book merupakan salah satu dari tujuh langkah kerjaUnicore. Dalam membuat dream book, upline memberikan kebebasansepenuhnya kepada jaringannya. Tidak ada aturan-aturan khusus untukmembuat dream book. Setiap orang mempunyai impian yang berbeda-bedatentunya. Hal inilah yang akan membuat orang tersebut akan bekerja kerasguna mencapai impiannya tersebut.”
Penerapan gaya kepemimpinan direktif leader networker juga berdampak
pada kinerja networker yang dihasilkan. Hal tersebut misalnya terlihat dalam hal
penentuan petugas (misalnya menjadi pembicara pertemuan) seperti yang
diungkapkan oleh leader networker CH (36 tahun).
“Terkadang apabila dalam situasi mendesak, pernah terjadi pembicaraOPP tidak bisa hadir karena sakit dan baru memberikan kabar sesaatmenjelang pertemuan dimulai, maka saya akan menujuk secara sepihakpembicara pengganti yang biasanya dari leader-leader Bintang 5 ke atas.Bintang 5 ke atas biasanya sudah teruji kinerjanya dalam hal penyampaianmateri presentasi bisnis.”
68
7.2.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan
yang Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang
berkaitan dengan pemberian konsultasi memiliki pengaruh terhadap kinerja
networker tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan
leader networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan
pemberian konsultasi dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan denganPemberian Konsultasi
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja Networker Berkaitan dengan Pemberian Konsultasi
Tinggi Rendah Jumlah
Direktif 16 (80%) 0 (0%) 16 (100%)
Konsultatif 2 (10%) 0 (0%) 2 (100%)
Partisipatif 0 (0%) 0 (0%) 0 (100%)
Delegatif 2 (10%) 0 (0%) 2 (100%)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan direktif yang
dominan diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang tinggi
yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya
kepemimpinan direktif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja
networker. Sehubungan dengan hal ini, salah seorang networker DI (23 tahun)
mengatakan.
“Dalam hal memberikan konsultasi upline selalu bersikap tegas danmengajak semua jaringannya mengikuti sistem Unicore. Sikap upline yangtegas ini menuntut jaringannya agar bekerja dengan maksimal. Hal initentu berdampak pada kinerja jaringannya yang mengikuti sistem akanmemiliki kinerja yang tinggi.”
69
7.2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan
yang Berkaitan dengan Pemakai Produk
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang
berkaitan dengan pemakai produk memiliki pengaruh terhadap kinerja networker
tersebut. Distribusi responden networker menurut gaya kepemimpinan leader
networker dan kinerja networker pada kegiatan yang berkaitan dengan pemakai
produk dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan denganPemakai Produk
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja Networker Berkaitan dengan Pemakai Produk
Tinggi Rendah Jumlah
Direktif 0 (0%) 0 (0%) 0 (100%)
Konsultatif 5 (25%) 0 (0%) 5 (100%)
Partisipatif 5 (25%) 0 (0%) 5 (100%)
Delegatif 10 (50%) 0 (0%) 10 (100%)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan delegatif yang
dominan diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang tinggi
yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya
kepemimpinan delegatif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja
networker. Sehubungan dengan hal ini, salah seorang networker DI (23 tahun)
mengatakan.
”Upline saya memberikan kebebasan sepenuhnya kepada saya dan grupsaya untuk membeli atau mengkonsumsi produk apapun sesuai dengankebutuhan. Tidak ada paksaan untuk mengkonsumsi suatu produk tertentu.Upline paling mengingatkan untuk konsumsi produk karena integritas.”
70
7.2.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leader Networker pada Kegiatan
yang Berkaitan dengan Penyelesaian Masalah atau Konflik yang
Terjadi dalam Jaringan
Penerapan gaya kepemimpinan leader networker pada kegiatan yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan
memiliki pengaruh terhadap kinerja networker tersebut. Distribusi responden
networker menurut gaya kepemimpinan leader networker dan kinerja networker
pada kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang
terjadi dalam jaringan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10.Distribusi Responden Networker menurut Gaya Kepemimpinan LeaderNetworker dan Kinerja Networker pada Kegiatan yang Berkaitan denganPenyelesaian Masalah atau Konflik yang Terjadi dalam Jaringan
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja Networker Berkaitan dengan Penyelesian Masalah
Tinggi Rendah Jumlah
Direktif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Konsultatif 8 (40%) 0 (0%) 8 (100%)
Partisipatif 12 (60%) 0 (0%) 12 (100%)
Delegatif 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa gaya kepemimpinan partisipatif
yang dominan diterapkan leader networker menghasilkan kinerja networker yang
tinggi yaitu sebesar 100 persen. Dapat dinyatakan bahwa penggunaan gaya
kepemimpinan partisipatif oleh leader networker berpengaruh terhadap kinerja
networker. Sehubungan dengan hal ini, leader networker CH (36 tahun)
mengatakan.
”Biasanya apabila terjadi konflik dalam jaringan, misalnya hubunganupline-downline, saya akan memanggil kedua belah pihak untukmusyawarah mencari penyelesaian masalah yang terjadi. Saya hanyasebagai mediator atau pihak penengah untuk mereka. Pernah juga terjadi
71
konflik perebutan jaringan antar crossline, saya pun memanggil uplinebersangkutan untuk diajak musyawarah guna mencari jalan keluarnya.”
7.3 Ikhtisar
Secara keseluruhan, kinerja networker PT Singa Langit Jaya tergolong
berkinerja tinggi yaitu sebesar 90 persen. Penerapan gaya kepemimpinan leader
networker dapat berpengaruh terhadap kinerja networker. Semua penerapan gaya
kepemimpinan leader networker menghasilkan kinerja yang tinggi di bidang
kegiatan yang berkaitan dengan penentuan jadwal (presentasi, follow up, home
meeting), pelaksanaan tugas (tiket pertemuan, pembicara, omset bulanan, prospek,
net-P, dream book), pemberian konsultasi, pemakai produk, serta kegiatan yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi dan analisis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Secara umum, gaya kepemimpinan yang paling banyak diterapkan leader
networker adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya kepemimpinan
partisipatif. Pada kegiatan-kegiatan tertentu juga diterapkan gaya
kepemimpinan direktif dan gaya kepemimpinan delegatif.
2. Penerapan gaya kepemimpinan leader networker Tianshi dipengaruhi oleh
faktor-faktor karakteristik leader networker, karakteristik networker, dan
situasi di lingkungan organisasi. Karakteristik leader networker dalam hal
ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki leader networker,
kepribadian leader networker, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut
leader networker dalam mengambil keputusan. Karakteristik networker
meliputi tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, dan pengalaman.
Situasi meliputi situasi atau keadaan lingkungan kerja support system
Tianshi yaitu Unicore, situasi masalah yang mempengaruhi leader
networker dalam pengambilan keputusan, serta bidang kegiatan networker.
3. Secara umum, kinerja networker PT Singa Langit Jaya tergolong
berkinerja tinggi. Penerapan gaya kepemimpinan dapat berpengaruh
terhadap kinerja networker. Semua penerapan gaya kepemimpinan leader
networker menghasilkan kinerja yang tinggi pada berbagai bidang
kegiatan networker.
73
8.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan,
untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kinerja networker maka
sebaiknya:
1. Leader networker selalu meningkatkan dan memperbaiki kualitas gaya
kepemimpinan yang telah diterapkannya sesuai dengan situasi
pengambilan keputusan.
2. Networker diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saran,
ataupun masukan untuk meningkatkan kinerja mereka.
3. Kerjasama antara upline-downline harus tetap solid dan sesuai sistem
Unicore.
4. Penelitian selanjutnya disarankan dalam perumusan masalah dikaitkan
juga dengan pengembangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Desller. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2.
Jakarta: PT. Prenhallindo
Gibson, Ivancevic, Doneslly. 1997. Organisasi dan Manajemen: Perilaku,
Struktur, dan Proses. Jakarta: Erlangga
Hasibuan,M.2003. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta: Bumi Aksara
Herujito, Yayat M. 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-
Dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kishel, G dan P.Kishel. 1992. Build Your Network Sales Business. John Wiley &
Sons, Inc, New York
Nawawi. 2003. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Rivai, Veithzal. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Ke 2.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sedarmayanti. 2001. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajemen
Perkantoran. Bandung: Bandar Maju
Siagian, Hasiholan. “Model Kepemimpinan yang Efektif dalam Perusahaan di
Indonesia”. Suara Pembaruan, 13 Agustus 1987, hal VI
Siagian, Sondang. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta: LP3ES
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Banduing:
Alumi
Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Rajawali Pers
Tracy. 2005. Daya Ungkit Bisnis Multi Level Marketing. Jakarta: Bisnis Plus
Umar. 2003. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: PT
Gramedia
Wahjosumidjo. 1983. Kepemimpinan dan Motivasi dalam Kepemimpinan.
Jakarta: Ghalia Indonesia
___________. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Wead, D. 1997. The Out of Town Expert With Brief Case. Network Twentyone,
Sandiago, USA.
Yulk, G. 1998. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Prenhallido
LAMPIRAN
Penghargaan Tianshi Group dan Mr Li Jin Yuan
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi menerima Penghargaan
Produk Terbaik dan Penghargan Barang-barang Konsumen Berpenampilan
Terbaik dari Pameran Makanan dan Minuman Internasional Kedua yang
diadakan di Tianjin
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi dari Tianshi memenangkan
Hadiah Emas pada Pameran Perlindungan Mutu dan Produk-produk
Kesehatan yang diadakan sebagai penghormatan atas Pekan Internasional
Ilmu dan Perdamaian Keenam
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi ditunjuk sebagai satu-satunya
Minuman Kesehatan yang Direkomendasikan pada Kejuaraan Dunia FINA
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi direkomendasikan oleh
Komite untuk Penilaian Produk-poduk yang Lebih Disukai oleh Wanita
dan Anak-anak China sebagai Merk Favorit
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi memenangkan Hadiah Emas
pada Pameran Penemuan/Hak Paten China ’96
Mesin Akupuntur Xuebao dari Tianshi memenangkan Hadiah Emas pada
Pameran Penemuan Internasional Beijing ’96
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi memenangkan Hadiah Emas
untuk Makanan Kesehatan pada Konferensi Kerjasama Investor Dunia,
Pengusaha dan Investor yang diadakan di New York, AS
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi memenangkan Penghargaan
atas Pencapaian yang Menonjol dalam Geriatrik dari Sekolah Tinggi
Internasional Amerika untuk Obat-obatan China Tradisional
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi memenangkan Penghargaan
untuk Penemuan Besar dalam Industri Kesehatan dari Asosiasi
Penemu/Pencipta Asia dan Amerika
Mesin Akupuntur Xuebao dari Tianshi memenangkan Hadiah Emas pada
Pameran Penemuan Internasional Einstein Pertama/Pameran Produk Baru.
Seri Produk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi dari Tianshi
memenangkan gelar Produk yang Direkomendasikan, yang diberikan oleh
Dana Perlindungan Konsumen China
Pada Simposium Metabolisme Kalsium China Kedua, Tianshi diberikan
penghargaan atas Sumbangsih terhadap Kesehatan Manusia
Produk-produk Kesehatan Tianshi ditunjuk sebagai satu-satunya merk
produk kesehatan yang direkomendasikan pada Kejuaraan Dunia Senam
Seni
Pameran Produk-produk Kesehatan Bermutu Internasional China Kelima
menghadiahkan medali emas kepada Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi
Bergizi
Kapsul Seabuckthorn Tianshi (Awet muda & Kesehatan) memenangkan
Hadiah Emas pada Pekan Raya China Kedua untuk Obat-obatan Khusus
dan Baru dan Produk-produk Kesehatan
Produk-produk kesehatan Tianshi ditunjuk sebagai satu-satunya merk
produksi kesehatan yang direkomendasikan pada Festival Seni Komik
Internasional Tianjin
Kapsul Seabuckthorn Tianshi (Awet muda & Kesehatan) diberikan
penghargaan sebagai Produk Kesehatan Unggulan pada Festival Kesehatan
International Kedua
Akademi Internasional untuk Penelitian Manusia dalam Aeronautika dan
Astronotika menunjuk produk kesehatan Tianshi sebagai Makanan
Kesehatan Terbaik untuk penggunaan Aeronautis dan Astronotikal
Teh penurun berat badan direkomendasikan pada Makanan Pilihan untuk
Kesehatan Keluarga Abad ke-21
Serbuk Kalsium Penyerapan Tinggi Bergizi dari Tianshi memenangkan
Hadiah Emas pada Pameran Produk-produk Kesehatan International
Kelima
Kapsul Chitinoid (Chitosan) Tianshi direkomendasikan oleh IQAC sebagai
produk bermutu (2002)
Kapsul Chitinoid (Chitosan) Tianshi telah disertifikasi oleh ETCC sebagai
Produk Perdagangan Internasional yang Direkomendasikan
Kapsul Chitinoid (Chitosan)direkomendasikan oleh Pusat Pameran Produk
China untuk pameran di pekan raya internasional di Los Angeles
Kapsul Seabuckthorn Tianshi (Awet muda & Kesehatan),Kapsul
Cordyceps Tianshi dan Kapsul Spirulina Tianshi secara bersama-sama
direkomendasikan kepada pasar Eropa oleh Dewan China untuk
Pengembangan Perdagangan Internasional dan Komite Perancis untuk
Jaminan dan Penilaian Mutu Produk-produk Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Produk – produk Tianshi secara resmi direkomendasikan sebagai produk
untuk lembaga-lembaga PBB oleh Asosiasi PBB untuk Kemajuan
Pengembangan Unifikasi Dunia
Rangkaian Produk Kesehatan Gizi Tianshi ditunjuk oleh Olimpiade
Khusus China Ketiga sebagai satu-satunya merk produk kesehatan gizi
yang direkomendasikan
Produk-produk Tianshi memenangkan Hadiah Emas untuk Pengobatan
Tumor pada Pekan Raya Teknologi Industri Baru Internasional Almacede
2002
Asosiasi China untuk Pemeriksaan Mutu memberikan penghargaan kepada
Group Tianshi sebagai salah satu dari perusahaan-perusahaan yang
terkenal atas Jaminan Ganda atas Mutu dan Pelayanan
Rangkaian Produk-produk Kesehatan Tianshi direkomendasikan oleh
Komite untuk Penilaian dan Rekomendasi atas Produk-produk Bermutu
Terkenal untuk Wanita dan Anak-anak China sebagai salah satu dari Merk
Bermutu Terkenal yang Digemari
Anggota Komite CPPCC, anggota tetap komite PPCC dari wilayah
Wuqing, Tianjin
Anggota komite eksekutif dari Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh
China
Direktur Eksekutif dari Dewan Nasional Pengusaha China
Penasihat Pembangunan Ekonomi China Barat pada Pusat Pelayanan
untuk Para Ahli dari Kementerian Personalia (Ketenagakerjaan) RRC
Peneliti kehormatan, dan penasihat utama pada Institut Mikrobiologi, CAS
Wakil Ketua dari Asosiasi Bioteknik China
Wakil Ketua Asosiasi Makanan Kesehatan China (HFAC)
Direktur Eksekutif dari Komite Industri Metabolisme Kalsium pada
Wanita dan Anak-anak, Asosiasi China untuk Peningkatan Perawatan Pra-
kelahiran dan Pasca-kelahiran
Presiden Kehormatan dari Pusat Penelitian Komunikasi Budaya Antar
Bangsa pada Universitas Pusat untuk bangsa-bangsa
Wakil Presiden dari Asosiasi Kerjasama Ekonomi Luar Negeri Tianjin
(TJFECA)
Wakil Ketua dari Federasi Amal Tianjin
Direktur Dewan Kedua dari Dana Tianjin untuk Kaum Usia Lanjut
Direktur Dewan Kedua dari Asosiasi Tianjin untuk Pengembangan Karir
Kaum Usia Lanjut
Anggota dari Tokoh-tokoh Populer dalam Daftar Dunia dari Pengusaha
Terkenal Dunia (1998)
Penghargaan Dewan Negara untuk Individu Teladan dan Pimpinan
Organisasi dalam Peningkatan Kesetiakawanan dan Kemajuan Nasional
(Audiensi diberikan oleh Presiden Jiang Zemin dan pemimpin – pemimpin
nasional lainnya) (1999)
Berperingkat diantara Sepuluh Terbesar Orang Berbakat dalam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (2000)
Penghargaan Kementerian Kesehatan Rusia untuk Sumbangsih Luar Biasa
terhadap Kesehatan Rakyat (2000)
Penghargaan Komite Koordinasi Asia-Pasifik dari PBB untuk Kumpulan
Pengusaha Terbaik dari Kawasan Asia-Pasifik (2000)
Penghargaan Kepemimpinan Perusahaan dari Asosiasi Pemasaran
Langsung DMEF (2000)
Penerima Penghargaan Komite Promosi Persahabatan dan Perdamaian
Rusia-China untuk Sumbangsih Luar Biasa pada Persahabatan,
Perdamaian dan Kelestarian Lingkungan (2000)
Diploma dari Komite Koordinasi Dana Internasional Asia- Pasifik untuk
Kelestarian Lingkungan Hidup dan Manusia, yang memberikan
penghargaan kepada Tuan Li Jinyuan atas “sumbangsih aktif untuk
mendorong perdamaian dan membangun persahabatan diantara negara-
negara Asia-Pasifik” (2001)
Sebagai salah satu pimpinan pengusaha dari perindustrian China, nama
tuan Li Jinyuan ditulis pada Dinding Manifesto Budaya China di Great
Wall (Tembok Besar China) (2001)
“Pengusaha Menonjol dalam Industri Kesehatan” pada Festival Kesehatan
Internasional China Kedua (2001)
Terpilih menjadi Pakar pada Komite Pengarah PBB yang didukung oleh
Komisi Pengacara PBB (2002)
“Relawan PBB untuk Menolong dan Memberdayakan Orang Miskin”
(2002)
Dianugerahkan gelar Peneliti pada Balai Penelitian Negara untuk
Pemasaran Langsung, dan Peneliti pada Basis Penelitian Negara untuk
Industri Kesehatan (2002)
Gelar doktor kehormatan oleh Akademi Ekologi dan Ilmu-ilmu
Perlindungan PBB
Terpilih sebagai “Pengusaha China Unggulan” oleh Komite Koordinasi
untuk Forum Pengusaha China Kedua (2003)
Bertindak sebagai direktur pelaksana dari Asosiasi Pengusaha China untuk
Bisnis Swasta di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2003).
Berikut ini beberapa gambar yang menunjukkan perkembangan dan kebesaran PTSinga Langit Jaya.
Mali President Amadou Toumany Toure meets TIENS President Li Jinyuan.
Mr. Sharmanov Tuiegeldy, Former Kazakhstan Health Minister, visits TIENS Group and takes
pictures with TIENS President Li Jinyuan.
President Li Jinyuan and Mr. Badawi, Prime Minister of Malaysia
President Li Jinyuan and Philippine President Gloria Macapagal Arroyo.
President Li Jinyuan and former Russian President Mikhail Gorbachev.
President Li Jinyuan and Mr. Kissinger, former American Secretary of State.
President Li Jinyuan is presenting a gift to Ghana President John Kufuor.
President Li Jinyuan and Indonesian President Megawati Soekarnoputri
KUESIONER PENELITIANANALISIS KEPEMIMPINAN DALAM INDUSTRI PEMASARAN
JARINGAN (MULTI LEVEL MARKETING)(Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor)
I. Karakteristik Networker
1. Nama : ………………..
2. Jenis kelamin : (pilih salah satu)
1 = Laki-laki 2 = Perempuan
3. Usia saat ini: ………. Tahun
4. Tingkat pendidikan terakhir:
1 = SD 3 = SMA
2 = SMP 4 = Perguruan Tinggi
5. Status perkawinan:
1 = Sudah menikah 2 = Belum menikah
6. Peringkat : ………………
Bapak/Ibu yang terhormat,Saya Indra Thamrin, Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor,bermaksud untuk melakukan penelitian analisis kepemimpinan dalam industripemasaran jaringan. Demi tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti berharapBapak/Ibu mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawabandijamin kerahasiannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentinganpenulisan skripsi ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu yang telahmeluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dan tidak lupa peneliti mohon maafapabila terdapat pertanyaan yang kurang berkenan.
II. Gaya Kepemimpinan
Pilihlah salah satu pernyataan yang menurut Anda paling tepat denganmemberikan tanda checklist (V) pada kolom yang tersedia!
Keterangan:
1. Gaya Kepemimpinan DirektifUpline Anda memberikan secara langsung pemecahan masalah danpengambilan keputusan.
2. Gaya Kepemimpinan KonsultatifUpline Anda mengambil pemecahan masalah dan pengambilankeputusan setelah menerima masukan atau saran dari Anda.
3. Gaya Kepemimpinan PartisipatifUpline dan Anda bersama-sama mencari pemecahan masalah danpengambilan keputusan.
4. Gaya Kepemimpinan DelegatifUpline Anda memberikan delegasi atau menyerahkan sepenuhnyapemecahan masalah dan pengambilan keputusan kepada Anda.
No. Pernyataan Direktif Konsultatif Partisipatif Delegatif1. Penentuan jadwal
(presentasi, follow up, homemeeting).
2. Penentuan petugas (tiketpertemuan, pembicara,omset bulanan, prospek,net-P, dream book).
3. Pemberian konsultasi.
4. Pemakai produk.
5. Penyelesaian masalah ataukonflik yang terjadi dalamjaringan.
III. Kinerja Networker
Pilihlah salah satu pernyataan yang menurut Anda paling tepat denganmemberikan tanda checklist (V) pada kolom yang tersedia!
Keterangan:STS : Sangat Tidak SetujuTS : Tidak SetujuKS : Kurang SetujuS : SetujuSS : Sangat SetujuFaktor-Faktor Kinerja:
1. KUALITAS KERJA
No. Pernyataan STS TS KS S SS1. Saya telah melaksanakan pekerjaan
saya (presentasi dan follow up)dengan baik.
2. Saya telah menggunakan alat bantuyang disediakan dengan baik.
3. Saya setuju dengan cara kerja yangditetapkan upline.
4. Saya setuju dengan target yangdiberikan oleh upline.
5. Saya mengikuti standar kinerja (PetaAset Unicore) dengan baik.
6. Saya telah mencapai standar kinerja(bonus per bulan) sesuai denganparameter bisnis saya.
2. MOTIVASI
No. Pernyataan STS TS KS S SS1. Motivasi saya sangat dipengaruhi
oleh perkembangan jaringan danperingkat saya saat ini.
2. Penghasilan dari bonus per bulanyang saya terima sangat memotivasisaya untuk menjalankan bisnis sayadengan serius.
3. Motivasi internal dalam diri lebihpenting daripada motivasi eksternaldari luar diri saya.
4. Saya selalu membaca buku danmendengarkan kaset untukmenambah motivasi saya.
5. Peranan upline sangat penting untukmembimbing dan memotivasi saya.
6. Upline saya menghargai hasil kerjasaya sehingga saya termotivasiuntuk menjadi lebih baik lagi.
3. KOMUNIKASI
No. Pernyataan STS TS KS S SS1. Kemampuan berkomunikasi
mencakup kemampuan berpikir,menulis, membaca, dan berbicara.
2. Saya mempunyai keterampilanberkomunikasi yang baik terhadapupline saya.
3. Saya mempunyai keterampilanberkomunikasi yang baik terhadapcrossline saya.
4. Saya mempunyai keterampilanberkomunikasi yang baik terhadapdownline saya.
5. Saya adalah orang yang aktifmemberikan saran dan masukan saatdiadakan group meeting.
6. Komunikasi antara upline dandownline merupakan kunci meraihkesuksesan network marketing.
4. PELATIHAN
No. Pernyataan STS TS KS S SS1. Pelatihan mendorong pengembangan
diri saya.2. Pelatihan memberikan informasi
untuk memperbaiki pengetahuan danketerampilan komunikasi.
3. Pelatihan membantu dalammengembangkan jiwakepemimpinan saya.
4. Pelatihan membantu dalampengambilan keputusan danpemecahan masalah yang sayahadapi.
5. Pelatihan membantu dalampengembangan bisnis saya.
6. Pelatihan membantu dalampeningkatan penghasilan saya.
5. TANGGUNG JAWAB
No. Pernyataan STS TS KS S SS1. Saya telah bertanggung jawab
terhadap bisnis saya.2. Setiap pekerjaan yang saya lakukan
dapat diselesaikan dengan baiksesuai rencana.
3. Saya telah membantu setiap jaringansaya agar mereka bisa berhasil.
4. Saya telah memiliki kesadaran yangtinggi terhadap bisnis saya sehinggatanpa bantuan upline pun saya bisamandiri sendiri.
5. Tanggung jawab yang diberikanupline kepada saya membuat sayasemangat bekerja.
6. Upline saya telah tepat denganmenetapkan tanggung jawabpekerjaan sesuai dengankemampuan yang saya miliki.
Panduan Pertanyaan untuk Gaya Kepemimpinan dan Pengaruh GayaKepemimpinan Leader Networker terhadap Kinerja Networker
1. Menurut Bapak/Ibu gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh leadernetworker dalam kegiatan yang berkaitan dengan penentuan jadwal? Jelaskandan beri contohnya!
2. Menurut Bapak/Ibu gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh leadernetworker dalam kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas?Jelaskan dan beri contohnya!
3. Menurut Bapak/Ibu gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh leadernetworker dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemberian konsultasi?Jelaskan dan beri contohnya!
4. Menurut Bapak/Ibu gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh leadernetworker dalam kegiatan yang berkaitan dengan pemakai produk? Jelaskandan beri contohnya!
5. Menurut Bapak/Ibu gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh leadernetworker dalam kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah ataukonflik yang terjadi dalam jaringan? Jelaskan dan beri contohnya!
6. Menurut Bapak/Ibu, faktor-faktor apa saja yang mempunyai pengaruhterhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan leader networker? Sebutkandan jelaskan!
7. Menurut Bapak/Ibu, apa sajakah karakteristik leader networker yangmengesankan?
8. Apakah Bapak/Ibu pernah kecewa dengan perilaku leader networker?
9. Bagaimanakah cara-cara leader networker menyatakan harapan-harapan ataumerumuskan target-target yang perlu dicapai?
10. Apakah Bapak/Ibu berupaya untuk memenuhi harapan-harapan leadernetworker? Apa sajakah harapan leader networker?
11. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan yangditerapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan denganpenentuan jadwal terhadap kinerja Bapak/Ibu? Jelaskan dan beri contohnya!
12. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan yangditerapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan denganpelaksanaan tugas terhadap kinerja Bapak/Ibu? Jelaskan dan beri contohnya!
13. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan yangditerapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan denganpemberian konsultasi terhadap kinerja Bapak/Ibu? Jelaskan dan bericontohnya!
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan yangditerapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan denganpemakai produk terhadap kinerja Bapak/Ibu? Jelaskan dan beri contohnya!
15. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan yangditerapkan oleh leader networker dalam kegiatan yang berkaitan denganpenyelesaian masalah atau konflik yang terjadi dalam jaringan terhadapkinerja Bapak/Ibu? Jelaskan dan beri contohnya!