Transcript
Page 1: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

OLEH APARAT PEMERINTAH

(Studi Kasus pada Pelaku Korupsi yang ditahan di Rumah Tahanan

Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum Daerah

Istimewa Yogyakarta)

TESIS

GunaMemenuhiSebagianPersyaratanMencapaiDerajat

Magister Pada Program StudiIlmuPemerintahan

KonsentrasiPemerintah Daerah

DisusunOleh:

RAFIKA DWI CANDRA

17610001

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 2: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

OLEH APARAT PEMERINTAH

(Studi Kasus pada Pelaku Korupsi yang ditahan di Rumah Tahanan

Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum Daerah

Istimewa Yogyakarta)

TESIS

Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

KonsentrasiPemerintah Daerah

Oleh:

RAFIKA DWI CANDRA

17610001

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 3: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga
Page 4: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

KORUPSI OLEH APARAT PEMERINTAH (Studi Kasus pada Pelaku Korupsi yang

ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum

Daerah Istimewa Yogyakarta)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Yogyakarta, 01 Maret 2019

Yang Membuat Pernyataan

RAFIKA DWI CANDRA

Page 5: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

program Studi Magister (S2) Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa STPMD “APMD” Yogyakarta.

Penelitian ini berjudul “ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

OLEH APARAT PEMERINTAH (Studi kasus pada Pelaku Korupsi yang ditahan

di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum

Daerah Istimewa Yogyakarta)”.

Penelitian ini akan menggali langsung dari Pelaku Korupsi yang ditahan di

Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum

Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi,

sehingga dapat diketahui secara nyata penyebab korupsi yang telah dilakukan

oleh pelaku pelaku korupsi tersebut, dan kemudian dapat digunakan sebagai

upaya untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dalam rangka ikut serta

dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

Penulis menyadari bahwa dalam usaha penyusunan tesis ini tidak luput dari

kekurangan, kesulitan dan hambatan, sehingga tesis ini masih jauh dari kata

sempurna.

Page 6: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

v

Terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak lepas dari berbagai pihak yang

telah memberikan bimbingan maupun saran-saran yang berguna dalam

penyusunan proposal tesis ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada seluruh Dosen yang telah memberikan bekal

pengetahuan, Dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan dan

dukungan, serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung proposal tesis

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan dan melimpahkan Rahmat

dan Karunia-Nya kepada seluruh Dosen dan semua pihak atas segala bantuan

yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak serta menambah wawasan pemikiran bagi yang berminat pada

penelitan dibidang korupsi.

Yogyakarta, 01 Maret 2019

Penulis

RAFIKA DWI CANDRA

Page 7: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

vii

MOTTO

‘Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. ‘

(Q.S Al-Insyirah 6-7)

“A wealth without a religion is a blind”

“Prioritas utama dalam hidupku adalah keluarga, yang kedua adalah keluarga, kemudian yang

ketiga adalah keluarga, yang lainnya di urutan berikutnya”

Hendison

Page 8: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Tesis ini dengan

baik. Karya ini ini ku persembahkan untuk:

1. Bue dan Babe, yang telah mendukung, memberi motivasi dalam segala hal serta

memberikan kasih sayang yang tiada balas.

2. Suamiku, you are the best ever.

3. Anak anak cantikku, ini demi kalian nak.

4. Dosen yang telah membimbing, memberi banyak ilmu dan pengalaman.

5. Rekan seangkatan, Semangat !.

Page 9: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv

MOTTO ……………………………………………………………..………………… vi

PERSEMBAHAN …………………………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii

INTISARI ....................................................................................................................... x

ABSTRACT ................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 4

C. Rumusan Masalah......................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

E. Kerangka Konseptual .................................................................................. 10

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 29

BAB II DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

DAN RUMAH TAHANAN NEGARA

A. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ......................................................... 34

B. Pengertian Rumah Tahanan Negara ............................................................ 37

Page 10: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

ix

C. Profil Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.................... 40

a. LAPAS kelas II A Yogyakarta .............................................................. 41

b. RUTAN kelas II B Bantul...................................................................... 59

BAB III ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT

PEMERINTAH

A. PROFIL INFORMAN .................................................................................. 72

B. SAJIAN DAN ANALISIS DATA ............................................................... 73

1. Jenis – Jenis Korupsi .............................................................................. 73

2. Latar belakang dan Penyebab Korupsi ................................................... 77

3. Cara Terbaik Pemberantasan Korupsi .................................................... 92

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 100

B. SARAN ........................................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

LAMPIRAN ...................................................................................................................

Page 11: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

x

INTISARI

Judul Tesis :

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT PEMERINTAH(Studi Kasus pada Pelaku Korupsi yang ditahan di Rumah Tahanan Negara danLembaga Pemasyarakatan di Wilayah Hukum Daerah Istimewa Yogyakarta)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui penyebab korupsi oleh AparatPemerintahan, yang merupakan bidang pekerjaan yang paling banyak melakukantindak pidana korupsi, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakanminiaturnya Indonesia. Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis menggalilangsung dari Pelaku Korupsi yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan LembagaPemasyarakatan di Wilayah Hukum Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebabmereka melakukan korupsi, sehingga dapat diketahui secara nyata penyebab korupsiyang telah dilakukan oleh Aparat Pemerintahan pelaku korupsi tersebut, dankemudian dapat digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya tindak pidanakorupsi dalam rangka ikut serta dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pada penelitian ini akan digunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif denganmetode yang digunakan adalah studi kasus dimana peneliti berusaha untukmenganilis lebih jauh tentang penyebab korupsi aparat pemerintahan pelaku korupsiyang telah ditahan, khususnya di Rumah tahanan Negara kelas II B Bantul danlembaga pemasyarakatan kelas II A Yogyakarta. Peneliti mengumpulkan data danmenganalisis serta mendiskripsikan apa saja faktor-faktor yang sebenarnyamenyebabkan Aparat Pemerintahan tersebut melakukan korupsi.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa kewenangan tanpa pengawasanmelatarbelakangi suburnya tindak pidana korupsi oleh aparat pemerintahan.Sedangkan jenis korupsi yang paling banyak dilakukan oleh aparat pemerintahanadalah korupsi dalam pengadaan barang / jasa, korupsi berupa pungli, serta korupsikonvensional berupa penggelapan uang negara. Untuk faktor yang paling berperandalam penyebab seseorang melakukan tindakan korupsi adalah sifat tamak dan rakusdari pelaku korupsi, serta diketahui bahwa peran serta masyarakat yang ikut sertamengawasi jalannya pemerintahan merupakan cara terbaik dalam pencegahankorupsi.

Kata Kunci: Tindak Pidana Korupsi, Aparat Pemerintah, Rutan / Lapas.

Page 12: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

ABSTRACT

Title of Thesis:

ANALYSIS OF THE FACTORS CAUSING CORRUPTION BYGOVERNMENT APPARATUS (Case Study of Corruption Offenders detainedin State Detention Houses and Correctional Institutions in the Legal Areas of theSpecial Region of Yogyakarta)

This study aims to determine the causes of corruption by Government Officials,which is the field of work that most commits criminal acts of corruption, including inthe Special Region of Yogyakarta which is a miniature of Indonesia. In the researchthat the author did, the author explored directly from Corruption Actors who weredetained in State Detention Houses and Correctional Institutions in the SpecialTerritory of Yogyakarta about the causes of corruption, so that the real causes ofcorruption by the Government perpetrators of corruption could be known. and then itcan be used as an effort to prevent corruption in order to participate in eradicatingcorruption.

In this research, descriptive qualitative research will be used with the method used isa case study where the researcher attempts to further investigate the causes ofcorruption of government officials who have been arrested, especially in State II BBantul detention centers and class II A Yogyakarta correctional institutions . Theresearcher collects data and analyzes and describes what factors actually cause theGovernment Official to commit corruption.

Based on the results of this study it was found that unattended authority underlies thefertility of corruption by government officials. While the types of corruption that aremost often carried out by government officials are corruption in the procurement ofgoods / services, corruption in the form of extortion, and conventional corruption inthe form of embezzlement of state money. For the factors that most play a role in thecause of someone committing corruption is the greedy and greedy nature of theperpetrators of corruption, and it is known that the participation of the people whoparticipate in overseeing the running of government is the best way to preventcorruption.

Keywords: Corruption Crime, Government Apparatus, Detention / Prison.

Page 13: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

ABSTRACT

The thesis is entitled “The Authority of Political Parties against Dismissal of

Member of Parliament Related to Corruption in Indonesia". Political parties have a

strategic role in a democratic country. Indonesian 1945 Constitution regulates the

status of political parties in the state life in Indonesia. Political parties are the only

organization that can become participants in the elections and nominate candidates

to fill political positions. One of the authorities of political parties is to nominate

candidates of legislators both at the central and regional levels. In addition to

Page 14: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

nominating candidates for members of Parliament, political parties also have the

authority to dismiss members of political parties in the Parliament. Departing from

this issue, this study discusses two main problems related to the authority of political

parties against the dismissal of the members of the House of Representatives in

Indonesia as well as on construction of the arrangements for the provision of

dismissal of members of parliament tied to corruption.

The method used in this study is a normative legal research. It aims to clarify

normatively to identify and analyze the weaknesses contained in the relevant

provisions of the law governing the dismissal of members of the House of

Representatives in Indonesia. This study uses two approaches, namely legal approach

and conceptual approaches. The source of legal materials in this research is primary,

secondary and tertiary legal materials.

The study results show that political parties have a very important role in

democracy and runningthe country. In addition to the authority ofnominating

candidates to fill political positions in the executive and legislative, political parties

are also given the authority to replacement and dismissal of members of the House of

Representatives. Related to the dismissal of members of the party sitting in

Parliament, the political parties should set very important conditions such as the

problem of corruption. This serves as a precautionary measure and efforts to realize

corruption-free state officials, because corruption has a very serious impact on the

life of the nation. Thus the judicial review provided for in Article 16 of Law No. 2 of

2011 concerning the Amendment Act No. 2 of 2008 on Political Parties needs to be

done, and then revised. This is to fill the void of legal norms tied to provisions of the

dismissal of members of political parties in the House of Representatives due to

Page 15: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

corruption.

Keywords: Authority, Political Party, House of Representatives (DPR), Corruption.

ix

iii

RINGKASAN

Tesis ini berjudul “Kewenangan Partai Politik Terhadap Pemberhentian Anggota

DPR Terkait Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia” ini terbagi dalam 5 (lima) bab

pembahasan yaitu:

BAB I, merupakan awal dari bagian Tesis ini yang menguraikan tentang latar

belakang masalah yang berkaitan dengan peran penting partai politik pasca

amandemen UUD 1945.UUD NRI 1945 telah memberikan wewenang yang besar

kepada partai politik untuk mengajukan calon pada jabatan-jabatan politik. Di

samping diberikan wewenang mengajukan calon untuk mengisi jabatan-jabatan

politik, partai politik juga diberikan wewenang untuk melakukan pemberhentian

(recall) kepada anggota DPR. Dalam hal ini terdapat kekosongan norma dalam

substansi UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.2

Tahun 2008 tentang Partai Politik, dalam kaitannya dengan syarat pemberhentian

anggota DPR akibat melakukan tindak pidana korupsi. Di samping latar belakang,

pada bab ini terdapat rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, landasan teoritis dan metode penelitian.

BAB II, bab ini berisi tentang tinjauan umum dalam Tesis ini, yang meliputi uraian

tentang partai politik, DPR dan tindak pidana korupsi. bab ini diawali dengan

menguraikan tentang perkembangan partai politik di Indonesia, yang kemudian

dilanjutkan dengan pengertian partai politik. Sesuai ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU

Page 16: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Partai Politik, menentukan bahwa:“Partai politik adalah organisasi yang

bersifat nasional dan dibentuk olehsekelompok warga negara Indonesia secara

sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan

membela kepentinganpolitik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta

memelihara keutuhanNegara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.Tinjauan umum

x

iv

partai politik ini juga menguraikan tentang jenis dan fungsi partai politik dan sistem

kepartaian.Kemudian dalam bab ini juga diuraikan tentang kedudukan DPR sebagai

lembaga perwakilan rakyat dengan tugas dan fungsinya menurut UUD NRI 1945 dan

undang-undang terkait. Bagian akhir dari bab ini menguraikan tentang tindak pidana

korupsi, yang dimulai dari pengertian tindak pidana korupsi dilanjutkan dengan

pendapat para ahli tentang penyebab tindak pidana korupsi dan konsepsi bahwa

korupsi merupakan kejahatan luar biasa.

BAB III, bab ini merupakan hasil penelitian dari permasalahan pertama yang

menguraikan tentang kewenangan pemberhentian anggota DPR oleh partai politik di

Indonesia. Lebih lanjut dalam bab ini menjelaskan tentang fungsi dan hak anggota

DPR dalam sistem demokrasi perwakilan. Keberadaan lembaga perwakilan rakyat

dalam negara demokrasi adalah salah satu pilar yang sangat penting, karena lembaga

ini berfungsi untuk mewakili kepentingan-kepentingan rakyat.Didalam gagasan

demokrasi perwakilan kekuasaan tertinggi (kedaulatan) tetap ditangan rakyat, tetapi

dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat sendiri.Agar wakil-wakil

Page 17: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

rakyat tersebut benar-benar dapat bertindak atas nama rakyat maka wakil-wakil

rakyat itu harus ditentukan sendiri oleh rakyat. Dalam menjalankan fungsinya sebagai

wakil rakyat, anggota DPR juga diberikan hak-hak tertentu yang telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Dalam bab ini juga di uraikan tentang kewenangan

partai politik dalam kaitan dengan pemberhentian anggota DPR. Selain mempunyai

kewenangan rekrutmen, untuk pengisian jabatan-jabatan politik, partai politik juga

diberikan kewenangan untuk mengganti dan memberhentikan keanggotaan seseorang

di partai politik sekaligus di DPR.

BAB IV, bab ini merupakan hasil penelitian dari permasalahan kedua yang

menguraikan konstruksi pengaturan terhadap pemberhentian anggota DPR terkait

tindak pidana korupsi. Pada bab ini didahului dengan uraian tentang mekanisme dan

ketentuan pemberhentian anggota DPR. Bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 22B

UUD NRI Tahun 1945, “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari

xi

v

jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang”.Pasal

16 UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang

Partai politik, telah mengatur ketentuan pemberhentian anggota partai politik

sekaligus anggota DPR. Yang menjadi persoalan bahwa dalam Pasal 16 tersebut tidak

mengatur tentang pemberhentian anggota partai di DPR karena permasalahan

korupsi, padahal kita tahu bahwa dampak korupsi ini sangat serius dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dari uraian tersebut dalam bab ini, dijelaskan tentang

konstruksi pengaturan terhadap ketentuan pemberhentian anggota DPR dalam kaitan

dengan tindak pidana korupsi. Konstruksi ideal dan penting dalam upaya

Page 18: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

xi

mewujudkan penyelenggara negara yang bersih bebas KKN, yaitu dengan merevisi

UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik, khususnya Pasal 16 ayat (1) dengan mensyaratkan ketentuan pemberhentian

anggota DPR karena tindak pidana korupsi. Sebagai negara hukum tentu hukum

harus ditegakkan dengan tetap menjunjung tinggi perlindungan hak asasi manusia.

BAB V, pada bab ini merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran dari

hasil penelitian ini. Simpulan permasalahan dalam penelitian ini, bahwa dalam UUD

NRI Tahun 1945, partai politik diberikan wewenang sangat besar dalam proses

bernegara. Partai politik dalam UUD NRI Tahun 1945 adalah satunya-satunya

organisasi yang menjadi peserta pemilu untuk memilih Presiden/Wakil Presiden serta

calon anggota DPR pusat dan daerah. Selain itu partai politik juga diberikan

wewenang untuk melakukan pemberhentian anggota partai politik di DPR. Adanya

kekosongan norma pada Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2011 dalam hal pemberhentian

anggota DPR yang disebabkan melakukan tindak pidana korupsi. Dengan demikian

perlu judicial review dan merevisi Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2011 tersebut, dengan

merumuskan penambahan syarat pemberhentian anggota partai politik di DPR karena

melakukan tindak pidana korupsi.

Page 19: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tindakan korupsi merupakan salah satu tindakan kriminal sebab hal

tersebut merugikan banyak pihak khususnya negara yang harus bertanggung

jawab kepada masyarakat luas. Korupsi dikelompokkan dalam hukum pidana.

Sesuai dengan UU no. 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU no. 31 tahun

1999 tentang pemberantasan tindakan korupsi. Berdasarkan uraian dalam UU

tersebut, korupsi harus diberantas secara luar biasa karena merugikan keuangan

negara. Selain itu, korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan

ekonomi masyarakat luas.

Korupsi yang berkembang dalam masyarakat tidak hanya dalam bentuk

materiil, namun dalam segi waktu, tenaga dan pikiran pun dapat tergolong sebagai

suatu tindakan korupsi. Sayangnya yang paling tersohor di lensa masyarakat dan

menjadi fokus perhatian hanyalah dari segi materiil yang terwujud dalam uang

yang diambil untuk kepentingan pribadi, padahal korupsi dari segi waktu, tenaga

dan pikiran dapat dijadikan embrio untuk melakukan tindakan korupsi yang lebih

besar seperti korupsi dengan nominal trilyunan rupiah yang terjadi dewasa ini.

Tindakan korupsi tidak selalu berlaku pada pejabat saja. Setiap individu

memiliki potensi untuk melakukan tindakan-tindakan korupsi tersebut. Tetapi

yang menjadi fokus perhatian masyarakat hanyalah para pejabat pemerintahan.

Hal itu didasari oleh posisi seseorang yang berpeluang besar melakukan korupsi,

Page 20: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

2

bukan pada siapa orang tersebut. Dasar pertimbangan masyarakat awam selalu

dipadu-padankan dengan konsep kekuasaan.

Individu yang terlibat dalam masalah korupsi, selalu berangkat dari

kesempatan yang didapatkannya untuk melakukan tindakan korupsi, bukan karena

ada niat dari pelaku untuk melakukannya. Ruang pemerintahan menjadi salah satu

lumbung terjadinya korupsi. Dasar pemahamannya adalah bekerja dalam ruang

lingkup pemerintahan merupakan peluang menimbun kekayaan. Anggapan

tersebut setidaknya yang sedang berkembang dimasyarakat dewasa ini. Memiliki

jabatan berarti memiliki kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan. Tidak bisa

dipungkiri, tindakan korupsi selalu lahir dari sebuah kesempatan mengemban

jabatan tertentu pada lembaga pemerintahan.

Berdasarkan uraian di atas, maka faktor organisasi menjadi salah satu lahan

terbuka terjadinya peluang tindakan korupsi. Individu yang bersih, apabila masuk

kedalam organisasi atau lingkungan kerja yang cenderung menghalalkan segala

cara ketika mendapatkan peluang melakukan korupsi, akan terjebak dengan

sendirinya dikemudian hari. Ketahanan diri untuk tidak melakukan tindakan

korupsipun menjadi salah satu pintu masuk terjadinya tindakan korupsi. Selain

itu, kebutuhan akan kehidupan yang semakin pesat didunia modern, membuat

individu tersebut terpaksa menghalalkan segala cara untuk mendapatnya. Budaya

konsumtif yang berkembang dimasyarakat menjadi salah satu penguatnya,

individu selalu dituntut mengikuti gaya hidup masyarakat sekitar, sehingga

keseimbangan antara pendapatan yang kecil dan kebutuhan yang semakin

meningkat, membuat korupsi harus dilakukan dan menjadi jalan yang dihalalkan.

Page 21: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

3

Pada dasarnya, sebagian orang mampu bertahan pada ajakan melakukan

tindakan korupsi, namun tidak semua orang mampu bertahan pada tahap untuk

melakukannya. Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan akan menular pada setiap

elemen-elemen pendukung kerja pemerintahan atau suatu organisai. Pendapatan

yang tak seimbang dengan pengeluaran para pejabat pemerintahan cenderung

menjadi biang memuluskan tindakan korupsi.

Dalam UU anti korupsi, tersurat bahwa kasus korupsi merupakan kasus

yang besar, namun dalam kenyataanya, khususnya vonis hukuman, pelaku

korupsi hanya dijatuhi hukuman seperti kasus tindak pidana dengan kerugian

materiil yang kecil, misalnya untuk korupsi dengan nominal jutaaan sampai

dengan milyaran rupiah hanya divonis 1 (satu) tahun penjara. Salah satunya

adalah vonis yang diterima oleh Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, yang

dihukum satu tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tindak

Pidana Korupsi (Tipikor) Serang pada tahun 2016. Wawan dinyatakan terbukti

secara sah dan meyakinkan melakukan korupsi secara bersama-sama dan

berkelanjutan dalam proyek pembangunan tiga Puskesmas dan Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan pada 2011-2012 yang merugikan

keuangan negara Rp. 9,6 miliar. Vonis tersebut adalah salah satu vonis yang

tidak sebanding dengan kerugian negara yang disebabkan oleh pelaku korupsi.

Apabila dibandingkan dengan kasus pencurian (pencurian dibawah 5 juta)

cenderung memiliki masa hukuman yang sama. Dasar perbandingan ini

membuktikan bahwa masih ada kelemahan dalam proses hukum di Indonesia.

Apakah kelemahan dalam proses hukum di Indonesia yang berkaitan dengan

Page 22: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

4

kasus korupsi tersebut merupakan salah satu penyebab utama mengapa Aparat

pemerintahan banyak yang melakukan tindakan korupsi? Ataukah ada penyebab

lain yang lebih dominan? Tentu hal ini perlu digali agar kita dapat mengetahui

mengapa oknum Aparat pemerintahan melakukan tindakan korupsi dinegara ini.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

OLEH APARAT PEMERINTAH( Studi Kasus pada Pelaku Korupsi yang

ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di

Wilayah Hukum Daerah Istimewa Yogyakarta ).

Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis menggali langsung dari

Pelaku Korupsi yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga

Pemasyarakatan di Wilayah Hukum Daerah Istimewa Yogyakarta tentang

penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga dapat diketahui secara nyata

penyebab korupsi yang telah dilakukan oleh pelaku pelaku korupsi tersebut, dan

kemudian dapat digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya tindak

pidana korupsi dalam rangka ikut serta dalam pemberantasan tindak pidana

korupsi.

B. FOKUS PENELITIAN

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada faktor–faktor yang menyebaban

aparat pemerintahan melakukan tindak pidana korupsi, khususnya pada aparat

Page 23: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

5

pemerintahan pelaku korupsi yang telah di tahan di Rumah Tahanan Negara dan

Lembaga Pemasyarakatan di wilayah D.I Yogyakarta.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Latar belakang terjadinya korupsi.

2. Jenis – jenis korupsi yang dilakukan.

3. Faktor penyebab aparat pemerintahan melakukan korupsi.

4. Cara terbaik dalam pemberantasan korupsi.

C. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang masalah diatas,maka dapat ditarik beberapa

permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana proses terjadinya korupsi di dalam tubuh pemerintahan?

b. Apa saja jenis korupsi yang dilakukan oleh Aparat Pemerintah pelaku

korupsi?

c. Faktor apakah yang menyebabkan Aparat Pemerintah melakukan tindakan

korupsi?

d. Bagaimana cara terbaik yang bisa dilakukan dalam pemberantasan korupsi?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui proses terjadinya korupsi di dalam tubuh pemerintah.

b. Mengetahui jenis jenis korupsi yang dilakukan oleh pelaku korupsi.

Page 24: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

6

c. Mengetahui penyebab pelaku korupsi melakukan korupsi.

d. Mengetahui cara terbaik untuk memberantas korupsi.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Bagi ilmu pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi untuk memperkaya kajian keilmuan.

2) Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan penelitian lebih lanjut tentang penyebab korupsi aparat

pemerintah yang berstudi kasus di rumah tahanan negara dan

lembaga permasyarakatan di wilayah hukum daerah istimewa

Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti, penelitian ini sebagai sarana aktualisasi diri untuk

mengaplikasikan teori yang telah diperoleh yaitu tentang penyebab

tindak pidana korupsi aparat pemerintah.

2) Bagi Masyarakat, lebih menambah pengetahuan tentang penyebab

aparat pemerintah melakukan korupsi, sehingga masyarakat mampu

untuk tidak melakukan korupsi, dan ikut berperan serta dalam

pencegahan tindak pidana korupsi.

3) Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

pencegahan terjadinya tindakan korupsi dan sekaligus sebagai bahan

evaluasi.

Page 25: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

7

E. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Aparat Pemerintah

Pengertian aparat atau aparatur adalah sesuatu yang dimaksudkan /

bertujuan untuk mengorganisir suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak

orang secara teratur. Aparat adalah tipe organisai yang berguna untuk mencapai

tugas-tugas administratif dengan cara mengkoordinasikan berbagai pekerjaan dari

banyak orang secara teratur/sistematis. (Pater Al Blau & Charles H. Page dalam

Bintoro : 1987).

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata aparat memiliki beberapa

pengertian. Yang pertama pengertian aparat adalah peralatan atau perlengkapan.

Satu lagi definisi aparat adalah badan atau instansi pemerintah dan orang yang

menjalankan lembaga tersebut untuk mencapai tujuan negara atau pemerintahan.

Pengertian mengenai aparatur pemerintahan disebutkan Dharma Setiawan

Salam dalam buku yang berjudul Manajemen Pemerintah Indonesia yang

menjelaskan bahwa “Aparat Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah

melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada

masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku” (Setiawan, 2004:169).

Berdasarkan pengertian diatas, maka aparat pemerintah merupakan yang digaji

oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan teknis

dengan berdasar ketentuan yang ada.

Menurut pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa “

Aparatur ialah aspek-aspek organisasi administrasi yang diperlukan dalam

penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan

Page 26: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

8

organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau

organisai dan kepegawaian” (Handayaningrat, 1982:154).

Lebih lanjut Soerwono Handayaninigrat mengemukakan aparatur

pemerintahan ialah orang yang menduduki jabatan dalam kelembagaan

pemerintahan (Handayaningrat, 1982:154).

2. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere

berarti busuk, rusak, menggoyahkan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, korupsi secara harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang

(uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk

kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya, korupsi adalah penyelewengan

atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau

orang lain.

Korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna kebusukan,

keburukan, dan kebejatan. Korupsi adalah suatu tindakan yang menyimpang dari

norma masyarakat dengan cara memperoleh keuntungan untuk diri sendiri serta

merugikan kepentingan umum. Korupsi juga adalah penyalahgunakan

kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan pribadi.

Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki

kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya untuk kesejahteraan publik,

namun digunakan untuk keuntungan diri sendiri. Korupsi terjadi pada situasi

dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-

Page 27: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

9

sumber dana dan memiliki kesempatan untuk menyalah gunakannya guna

kepentingan pribadi.

Korupsi merupakan tindakan seseorang yang menyalahgunakan

kepercayaan dalam suatu masalah atau organisasi, hanya untuk mendapatkan

keuntungan pribadi.Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan

sosial, budaya kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan di telaah secara

kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, yang diikuti oleh

Machiavelli, sejak awal telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai

korupsi moral (moral corruption)(Semma, 2008:32).

Menurut Transparency international seperti dikutip dalam skripsi oleh

Muhammad Nalar Al Khair, korupsi adalah perilaku pejabat publik, politikus,

pegawai negeri, yang secara tidak wajar/legal memperkaya diri atau memperkaya

mereka yang dekat dengan dirinya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik

yang dipercayakan (Muhammad Nalar Al Khair dalam analisis Pola korupsi di

Indonesia, 2014: 15).

Definisi tentang korupsi juga dapat dipandang dari berbagai aspek,

bergantung pada disiplin ilmu yang dipergunakan, sebagaimana dikemukakan

oleh Beveniste dalam Suyanto, korupsi didefinisikan menjadi 4 (empat jenis),

yaitu Discretionery corruptioni ialah korupsi yang dilakukan karena

adanyakebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya

bersifatsah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para anggota

organisasi. Kemudian Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang

bermaksud mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan

Page 28: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

10

regulasi tertentu. Yang ke 3 (tiga) adalah Mercenary corruption, ialah jenis tindak

pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui

penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Yang terakhir adalah Ideological

corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun discretionery yang dimaksudkan

untuk mengejar tujuan kelompok (Ermanjah Djaja, 2010: 22).

Kata korupsi telah dikenal luas oleh masyarakat, Pengertian korupsi juga

selalu berubah pada tiap zaman, peradaban, dan teritorial, bisa berbeda tergantung

pada titik tekan dan pendekatannya, baik dari perspektif politik, sosiologi,

ekonomi dan hukum. Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan

sosial, budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji secara kritis oleh

banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, yang diikuti oleh Machiavelli,

telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral

corruption). Sebetulnya pengertian korupsi sangat bervariasi, namun demikian,

secara umum korupsi itu berkaitan dengan perbuatan yang merugikan

kepentingan publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau

kelompok tertentu.

Beberapa pandangan dan pengertian korupsi antara lain :

a. David H. Bayley

Korupsi sebagai “perangsang (seorang pejabat pemerintah) berdasarkan

itikad buruk (seperti misalnya, suapan) agar ia melakukan pelanggaran

kewajibannya”. Lalu suapan (sogokan) diberi definisi sebagai “hadiah,

penghargaan, pemberian atau keistimewaan yang dianugerahkan atau

Page 29: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

11

dijanjikan, dengan tujuan merusak pertimbangan atau tingkah laku,

terutama seorang dari dalam kedudukan terpercaya (sebagai pejabat

pemerintah). Jadi korupsi sekalipun khusus terkait dengan penyuapan

atau penyogokan, adalah istilah umum yang mencakup penyalahgunaan

wewenang sebagai hasil pertimbangan demi mengejar keuntungan

pribadi. Korupsi diartikan tidak selalu berbentuk tetapi korupsi dalam

arti yang seluas-luasnya, korupsi yang mencakup penyalahgunaan

kekuasaan serta pengaruh jabatan atau kedudukan istimewa dalam

masyarakat untuk maksud-maksud pribadi.

b. Blak’s Law Dictionary

Pandangan masyarakat hukum Amerika Serikat tentang pengertian

korupsi dapat dilihat dari pengertian korupsi menurut kamus hukum

yang paling popular diAmerika Serikat: An act done with an intent to

give some advantage inconsistent with official duty and the rights of

others. The act of an official or fiduciary person who unlawfully and

wrongfully uses his station or character to procure some benefit for

himself or for another person, contrary to duty and the rights of others.

(suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan

suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-

hak dari pihak-pihak lain. Perbuatan dari seorang pejabat atau

kepercayaan yang secara melanggar hukum dan secara salah

menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu

Page 30: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

12

keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, berlawanan

dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain

c. Transparency International

Corruption involves behavior on the part of officials in the public

sector, whether politicians or civil servants, in which they improperly

and unlawfully enrich themselves, or those close to them, by the misuse

of the public power entrusted them. (korupsi mencakup perilaku dari

pejabat-pejabat di sektor publik, apakah politikus atau pegawai negeri,

dimana mereka secara tidak benar dan secara melanggar hukum

memperkaya diri sendiri atau pihak lain yang dekat dengan mereka,

dengan cara menyalahgunakan kewenangan publik yang dipercayakan

kepada mereka)

d. Korupsi menurut beberapa negara :

1. Meksiko

Corruption is acts of dishonesty such as bribery, graft, conflict of

interest, negligence and lack of efficiency that require the planning

of specific strategies it is an illegal inter change of favors.

(korupsi diartikan sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran

berupa pemberian sogokan, upeti, terjadinya pertentangan

kepentingan, kelalaian dan pemborosan yang memerlukan rencana

dan strategi yang akan memberikan keuntungankepada pelakunya).

Page 31: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

13

2. Cameroon

Corruption as the soliciting, accepting, orreceiving by a public

servant or agent, for himself orfor another person of offers,

promises, gifts or presentfor performing, postponing, or retraining

from any actof his office.

(korupsi diartikan sebagai permintaan, persetujuan, atau penerimaan

yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri atau pejabat untuk

dirinya sendiri atau orang lain atas suatu tawaran janji, hadiah, atau

pemberian untuk melakukan, menunda, atau tidak melakukan suatu

pekerjaan pada jabatannya)

3. Nigeria

Corruption is an act done with an intent to give some advantage

inconsistent with official duty and the rights to other. The act of

official or judiciary person who unlawfully and wrongfully use his

station or character to procure some benefit for himself or for other

persons contrary to duty and the right or others.

(korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan tujuan

untuk memberi keuntungan yang tidak sesuai dengan tugasnya dan

hak-hak pribadi yang lain. Perbuatan seorang pejabat atau petugas

hukum yang secara melanggar hukum dan secara salah

menggunakan jabatannya atau kewenangannya untuk mendapatkan

keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk pihak lain secara

berlawanan dengan tugasnya dan hak-hak pihak lain.

Page 32: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

14

4. India

Behaviour of unscrupulous element to indulge in makin quick

money buy misuse of official position or authority or by resisting to

intentional delay and dilatory tactics with a view to cause

harassments and thereby putting pressure on some members of the

public to part with money in clandestine manner.

(perbuatan dari oknum-oknum yang tidak terpuji yang ingin

memperoleh uang secara cepat dengan menyalah gunakan jabatan

dan kewenangan resmi atau dengan taktik sengaja memperlambat

penyelesaian suatu pekerjaan dengan maksud untuk menyebabkan

gangguan dan karena itu memberikan tekanan kepada sejumlah

masyarakat yang berkepentingan untuk melampirinya dengan uang

dibawah meja)

5. Thailand

Corruption as behaviour of public servant that are condemned by

law. (korupsi diartikan sebagai perilaku yang dilarang oleh hukum

bagi pegawai negeri).

3. Faktor Penyebab Korupsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “faktor” berarti hal (keadaan,

peristiwa) yg ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu, sedangkan

“penyebab” berasal dari kata sebab yang diartikan sebagai yg menjadikan

timbulnya sesuatu; lantaran; karena; (asal) mula. Dengan demikan faktor

Page 33: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

15

penyebab korupsi dapat diartikan sebagai sesuatu hal, baik itu keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan timbulnya tindak pidana korupsi.

Mengutip GONE Theory yang dikenalkan oleh Jack Boulogne dalam buku

Fraud Auditing and Forensic Accounting: New Tools and Techniques(1995),

bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang

secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau

instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka

kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.

3. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh

individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

4. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi

yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan

melakukan kecurangan.

Tindak pidana korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Faktor-faktor

penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal

dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.

1. Faktor Internal Penyebab Korupsi

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.

Pemahaman seseorang mengenai korupsi tentu berbeda-beda. Menurut Pope

(2003:31), salah satu penyebab masih bertahannya sikap primitif terhadap

Page 34: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

16

korupsi karena belum jelas mengenai batasan bagi istilah korupsi, sehingga

terjadi ambiguitas dalam melihat korupsi.

Sementara itu Merican (1971:21) menyatakan sebab-sebab terjadinya

korupsi adalah sebagai berikut:

a. peninggalan pemerintahan kolonial.

b. kemiskinan dan ketidaksamaan.

c. gaji yang rendah.

d. persepsi yang popular.

e. pengaturan yang bertele-tele.

f. pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Menurut bidang psikologi ada dua teori yang menyebabkan terjadinya

korupsi, yaitu teori medan dan teori big five personality. Menurut Lewin

(Sarwono, 2008) teori medan adalah perilaku manusia merupakan hasil dari

interaksi antara faktor kepribadian (personality) dan lingkungan

(environment) atau dengan kata lain lapangan kehidupan seseorang terdiri

dari orang itu sendiri dan lingkungan, khususnya lingkungan kejiwaan

(psikologis) yang ada padanya. Melalui teori ini, jelas bahwa perilaku

korupsi diapat dianalisis maupun diprediksi memiliki dua opsi motif yakni

dari sisi lingkungan atau kepribadian individu terkait.

Teori yang kedua adalah teori big five personality. Menurut Costa dan

McCrae (dikutip dalam Feist & Feist, 2008:5),big five personality

merupakan konsep yang mengemukakan bahwa kepribadian seseorang

Page 35: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

17

terdiri dari lima faktor kepribadian, yaitu extraversion, agreeableness,

neuroticism, openness, dan conscientiousness.

Selain faktor-faktor internal di atas, terdapat faktor-faktor internal lainnya.

faktor tersebut yaitu :

a. Aspek Perilaku Individu:

Menurut Isa Wahyudi (2007:30) terdapat tiga hal yaitu :

1. Sifat Tamak/Rakus Manusia

Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer, yaitu

kebutuhan pangan. Pelakunya adalah orang yang berkecukupan,

tetapi memiliki sifat tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya

diri sendiri. Unsur penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri

sendiri yaitu sifat tamak/rakus.

2. Moral yang kurang kuat

Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk melakukan

tindak korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai pengaruh di

sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja, bawahan, atau pihak lain

yang memberi kesempatan.

3. Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk berperilaku

konsumptif. Perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan

pendapatan yang sesuai, menciptakan peluang bagi seseorang untuk

melakukan tindak korupsi.

Page 36: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

18

b. Aspek Sosial

Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum

behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat

memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat

baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam

hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman

pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

2. Faktor Eksternal Penyebab Korupsi

a. Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi

menjaga nama baik organisasi. Demikian pula tindak korupsi dalam

sebuah organisasi sering kali ditutup-tutupi. Akibat sikap tertutup ini,

tindak korupsi seakan mendapat pembenaran, bahkan berkembang dalam

berbagai bentuk.

b. Aspek Ekonomi

Aspek Ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi.

Pendapatan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang

terdesak masalah ekonomi membuka ruang bagi seseorang untuk

melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah korupsi.

c. Aspek Politis

Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak

korupsi, yaitu seseorang atau golongan yang membeli suatu atau menyuap

para pemilih/anggota partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku

Page 37: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

19

korup seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering

terjadi. Terkait hal itu Terrence Gomes (2000:56) memberikan gambaran

bahwa politik uang sebagai use of money and material benefits in the

pursuit of political influence (menggunakan uang dan keuntungan

material untuk memperoleh pengaruh politik).

d. Aspek Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk

sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang

menjadi korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi

andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau kesempatan

terjadinya korupsi (Tunggal, 2000:22). Aspek-aspek penyebab korupsi

dalam sudut pandang organisasi meliputi:

1. Kurang adanya sikap keteladanan Pemimpin

2. Tidak Adanya Kultur/Budaya Organisasi yang Benar

3. Kurang Memadainya Sistem Akuntabilitas

4. Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen

3. Peran Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi

Pengertian sederhana pemerintahan merupakan upaya mengelolah

kehidupan bersama secara baik dan benar guna mencapai tujuan yang

disepakati bersama. Untuk mencapai tujuan tadi pemerintah membutuhkan

instrumen berupa organisasi yang berfungsi merealisasi semua konsensus

dimaksud. Dalam kaitan itu pemerintah dapat ditinjau dari sejumlah aspek

Page 38: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

20

penting seperti kegiatan (dinamika), struktur fungsional maupun tugas dan

kewenangannya. Kegiatan pemerintah berkaitan dengan segala aktivitas yang

terorganisasi, bersumber pada kedaulatan dan dan berlandaskan pada negara,

mengenai rakyat dan negara, serta demi tujuan negara. Struktur fungsional

menyangkut pemerintahan sebagai seperangkat fungsi negara yang satu sama

lain saling berhubungan secara fungsional dan melaksanakan fungsinya atas

dasar tertentu atas tujuan negara. Sementara tugas dan kewenangannnya

berhubungan dengan keseluruhan tugas dan kewenangan negara yang

dilakukan secara konkret oleh pemerintah (Labolo , 2014:35).

Sejalan dengan teori dari Labolo, dalam pengamatan Josef Riwu Kaho

(2012:311-314) tentang pengawasan menegaskan bahwa pengawasan

preventif berwujud kewajiban atau keharusan untuk memperoleh pengesahan

lebih dahulu dari pihak pengawas yaitu menteri dalam negeri bagi Peraturan-

peraturan Daerah/Keputusan-keputusan Gubernur, dan Gubernur bagi

Peraturan-peraturan Daerah/Keputusan-Keputusan Bupati/Walikota, sebelum

Peraturan-peraturan itu mulai berlaku dan dijalankan. Jadi pengawasan ini

disatu pihak merupakan hak pengawasan dari pihak pengawas dan dilain

pihak merupakan kewajiban untak memintahkan pengesahan dari pihak yang

diawasi. Apabila pihak pengawas beranggapan bahwa peraturan-peraturan

yang dimintakan pengesahan tersebut bertentangan dengan kepentingan

umum, maka pengawas dapat menolak untuk memberikan pengesahan.

Page 39: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

21

Untuk mewujudkan good governance yang lebih baik lagi perlu beberapa

indikator sebagai penunjang dalam kesuksesan good governance, Wahyuni

Pujiastuti (2014:25), yaitu sebagai berikut:

a) Tata pemerintahan yang berwawasan kedepan (visi strategis). Semua

kegiatan pemerintah diberbagai bidang seharusnya didasarkan pada visi

dan misi yang jelas disertai strategi implementasi yang tepat sasaran.

b) Tata pemerintahan yang bersifat terbuka (transparan). Wujud nyata

prinsip tersebut antara lain dapat dilihat apabila masyarakat mempunyai

kemudahan untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi

tentang kebijakan, program,dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang

dilaksanakan ditingkat pusat maupun daerah.

c) Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat. Masyarakat

yang berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau

pengambilan keputusan atas kebijakan publik yang diperuntukan bagi

masyarakat.

d) Tata pemerintahan yang bertanggungjawab/bertanggung gugat. Instansi

pemerintah dan aparaturnya harus dapat mempertanggung-jawabkan

pelaksanaa kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan

fungsinya. Demikian halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan

yang dilakukannya.

e) Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum. Wujud nyata

prinsip ini mencakup upaya penuntasan kasus KKN dan pelanggaran

Page 40: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

22

HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan upaya kesadaran

hukum, serta pengembangan budaya hukum.

f) Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada konsensus.

Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah

dilakukan melalui mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan oleh

eksekutif.

g) Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi.

Wujud nyata dari prinsip profesionalitas dan kompetensi dapat dilihat dari

upaya peneilaian kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat

kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan dari

upaya perbaikan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia.

h) Tata pemerintahan yang cepat tanggap (responsif). Aparat pemerintah

harus cepat tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi mengakomodasi

aspirasi masyarakat, serta mengambil prakarsa untuk mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi masyarakat.

i) Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya secara

efesien dan efektif. Pemerintah baik pusat maupun daerah dari waktu ke

waktu harus menilai dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan

struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali

struktur kelembagaan secara keseluruan, menyusun jabatan dan fungsi

yang lebih tepat, serta berusaha mencapai hasil yang optimal dengan

memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien

dan efektif.

Page 41: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

23

j) Tata pemerintahan yang terdesentralisasi. Pendelegasian tugas dan

kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat sehingga dapat

mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan

keleluasaan yang cukup untuk mengelola pelayanan publik dan

mensukseskan pembangunan di pusat maupun di daerah.

k) Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha

swasta dan masyarakat. Pembangunan masyarakat madani melalui

peningkatan peran serta masyarakat dan sektor swasta harus diberdayakan

melalui pembentukan kerjasama atau kemitraan antara pemerintah, swasta

dan masyarakat.

l) Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan

kesenjangan. Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik

antara pusat dan daerah maupun atara daerah secara adil dan proporsional

merupakan wujud nyata prinsip pengurangan kesenjangan. Hal ini juga

mencakup upaya menciptakan kesetaraan dalam hukum (equity of the

law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif yang menciptakan

kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan

bermasyarakat.

m) Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup.

Daya dukung lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan yang

tidak terkendali.

Page 42: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

24

n) Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar. Campur tangan

pemerintah dalam kegiatan ekonomi seringkali berlebihan sehingga

akhirnya membebani anggaran belanja dan bahkan merusak pasar.

Dari ke-14 (empat belas) indikator tersebut, pemerintah harus benar-benar

memastikan keberadaannya sehingga dalam prinsip mewujudkan good

governance bisa tercapai.

4. Tanggung jawab Birokrat

Sebuah penelitian sejak lama telah menunjukan bahwa kecenderungan

untuk merujuk pada prosedur dan kurangnya kreativitas merupakan ciri umum

para pegawai negeri Indonesia. Dengan berpijak pada teori Maslow tentang

tingkatan manusia yang diberi skala antara 1 sampai 12, penelitian ini

menunjukan bahwa “kebutuhan akan rasa aman” dikalangan pegawai

memperoleh skor tertinggi (8,31). Kemudian secara berturut-turut, peringkat

kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan sosial (6,77), kebutuhan

dasar/fisiologis (6,34), kebutuhan aktualisasi diri (4,92), dan terakhir

kebutuhan mengenai harga diri (4,84). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

pada umumnya pegawai negeri mempunyai rasa cemas yang tinggi terhadap

kegagalan dan “ingin merasa aman” dalam melakukan pekerjaannya.

Masalahnya adalah prioritas kepada rasa aman akhirnya membuat para

pegawai takut mengambil resiko, takut bertindak, dan tidak berani melakukan

perubahan yang sebenarnya diperlukan bagi perbaikan organisasi (Ismail

Nurdin, 2017 : 128-129)

Page 43: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

25

Dengan demikian, untuk menciptakan good governance yang salah

satunya ditunjukan dengan sistem pelayanan birokrasi pemerintah yang

akuntabel, kesadaran diantara pegawai pemerintah mengenai pentingnya

mengubah citra pelayanan sangat diperlukan. Akuntabilitas (accountability)

adalah suatu derajat yang menunjukan besarnya tanggung jawab aparat atas

kebijakan maupun proses pelayanan publik yang dilaksanakan oleh birokrasi

pemerintah. Dalam hal ini, ada dua bentuk akuntabilitas eksplisit dan

akuntabilitas implisit. Akuntabilitas eksplisit (atau acara konseptual dapat

disebut answerability) adalah pertanggungjawaban seorang pejabat atau

pegawai pemerintah manakala dia diharuskan untuk menjawab atau

menanggung konsekuensi dari cara-cara yang mereka gunakan dalam

melaksanakan tugas-tugas kedinasan. Sedangkan akuntabilitas implisit berarti

bahwa setiap pejabat atau pegawai pemerintah secara implisit

bertanggungjawab atas setiap kebijakan, tindakan atau proses pelayanan

publik yang dilaksanakan.

Termasuk di dalam tanggung jawab implisit yang harus dipikul oleh

setiap pegawai atau pejabat pemerintah ialah menghindari penyakit-penyakit

birokrasi yang senantiasa dikeluhkan oleh masyarakat saat ini, yaitu KKN

(korupsi, kolusi dan nepotisme). Perlu diingat bahwa penyakit KKN dalam

birokrasi publik tidak mungkin dapat diberantas hanya dengan menetapkan

beberapa peraturan perundangan yang mengandung ancaman sanksi hukum

kepada pelaku KKN, (Anggota IKAPI, 2014:98).

Page 44: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

26

Berdasarkan teori teori diatas, dalam penelitian ini penulis akan

berusaha mengungkapkan apa sajakah penyebab terjadinya tindak pidana

korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintahan dan langkah langkah yang

seharusnya dilakukan dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif

dengan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan

komperhensif mengenai berbagai aspek individu, suatu kelompok, suatu

organisasi (komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial. (Deddy

Mulyana, 2013: 201). Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi,

pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti. Semuanya tidak dapat diukur

dengan angka-angka.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dimana

peneliti berusaha untuk menganilis lebih jauh tentang penyebab korupsi aparat

pemerintahan pelaku korupsi yang telah ditahan di Rumah tahanan Negara

dan lembaga pemasyarakatan di D.I Yogyakarta.

Peneliti akan mengumpulkan data dan menganalisis serta

mendiskripsikan apa saja faktor-faktor yang sebenarnya terjadi pada seorang

individu maupun organisasi dalam melakukan korupsi.

Page 45: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

27

2. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini dibatasi pada fokus penyebab aparat pemerintahan

melakukan tindak pidana korupsi, dengan studi kasus pelaku korupsi yang

ditahan di rumah tahanan negara dan lembaga permasyarakatan di wilayah

hukum daerah istimewa Yogyakarta, dengan maksud agar benar benar mampu

menggali penyebab penyebab korupsi yang dilakukan oleh aparat

pemerintahan. Sedangkan yang akan menjadi subyek penelitiannya adalah

orang-orang yang berkaitan dengan judul maupun sub judul serta akan penulis

tulis di dalam informan yang akan diteliti nantinya. Pemilihan subyek pada

penelitian dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki informasi,

pengetahuan, pengalaman dan kompotensi terhadap masalah-masalah yang

akan diteliti. Teknik pemilihan subyek penelitian dilakukan atau informan

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive, dalam hal ini yang akan

dijadikan informan oleh peneliti berjumlah 6 (enam) orang yaitu aparat

pemerintahan pelaku korupsi yang telah ditahan (Narapidana) di rumah

tahanan negara dan lembaga permasyarakatan di DI. Yogyakarta serta Petugas

di lingkungan rumah tahanan negara dan lembaga permasyarakatan di DI.

Yogyakarta .

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah tahanan negara dan lembaga

pemasyarakatan di DI. Yogyakarta, karena Yogyakarta adalah salah satu

provinsi istimewa yang majemuk masyarakatnya, sehingga penulis anggap

cukup mampu untuk mewakili kondisi Indonesia secara keseluruhan.

Page 46: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

28

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi digunakan untuk mencari informasi mengenai kondisi

organisasi atau lingkungan kerja beberapa narapidana. Setiap analisis

kasus mengandung data berdasarkan pengamatan, kesan dan pernyataan

orang lain mengenai kasus tersebut. Maulana, (2013). Peneliti akan

mengetahui atau mendeskripsikan permasalahan yang menyebabkan

narapidana melakukan tindakan korupsi dengan observasi lapangan.

b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mencari informasi awal sebelum melakukan

penelitian lebih lanjut. Wawancara ini berguna sebagai penjejakan awal

dalam penelitian ini. Informasi yang digali berupa bagaimana korupsi

yang dilakukan oleh narapida tersebut serta kondisi narapidana saat

menjalani hukuman. Wawancara tersebut ditujukan kepada narapidana

yang ditahan di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan di D.I

Yogyakarta serta petugas Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan

Negara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu intrumen dalam melakukan penelitian

yang digunakan, kegunaan dari dokumentasi dimana penulis bisa melihat

kembali foto-foto yang sudah direkam penulis dan dengan hasil

Page 47: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

29

dokumentasi tersebut penulis bisa jadikan patokan dalam melakukan

penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan suatu proses pelacakan

dan pengaturan secara sistematis transkip wawancara dan hasil pengamatan di

lapangan. Teknik analisis data agar mudah dipahami pembaca melalui

beberapa tahap, yaitu :

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Pada

tahap ini, data-data yangtelah dikumpulkan peneliti akan dibuat dibuatkan

transkipnya. Data-data tersebut akan dibentangkan kedalam tulisan yang

mudah dipahami oleh pembaca. Kemudian data-data tersebut diberikan

kode agar memudahkan peneliti untuk membuat pemetaan informasi

sesuai dengan fokus penelitian.

b. Reduksi data

Mereduksi data atau merangkum data merupakan hal yang wajib

dilakukan. Hal ini memudahkan untuk memilah pokok-pokok persoalan

sesuai dengan fokus penelitian yang peneliti lakukan. Data-data ini

kemudian diberi kode lalu dirangkum oleh penulis untuk menganalisa

lebih jauh.

c. Penyajian data

Data yang telah dikumpulkan akan dibentangkan. Fokus permasalahan

adalah analisis faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi di D.I

Page 48: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

30

Yogyakarta dengan pusat penelitian di rumah tahanan negara dan lembaga

pemasyarakatan di wilayah hukum DI. Yogyakarta.

d. Penarikan kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan rumusan

masalah yang telah dibuat sejak awal. Penarikan kesimpulan ini mungkin

bisa menjadi salah satu solusi dalam mengatasi faktor-faktor yang

mempengaruhi korupsi di DI. Yogyakarta.

Page 49: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

31

BAB II

DESKRIPSI LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN

RUMAH TAHANAN NEGARA

A. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakatan atau LAPAS, yang dahulu lebih dikenal dengan

nama penjara sehingga hingga kini masyarakat masih menyebut LAPAS dengan

sebutan penjara, walaupun perubahan nama tersebut telah berlaku sejak

perubahan sistem perlakuan terhadap pelanggar hukum yang mengacu pada upaya

perbaikan sosial para pelanggar hukum atau dengan kata lain bahwa pelaksanaan

pemasyarakatan bagi warga binaan masyarakat adalah sejalan dengan tujuan

hukum, perubahan tersebut dan kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan yang

diproklamirkan oleh Saharjo selaku Menteri Kehakiman saat itu (Panjaitan dan

Simorangkir, 1995:74).

Di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

disebutkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang sering disingkat dengan

LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik

yang selanjutnya disebut warga binaan masyarakat (WBP). Lembaga

pemasyarakatan adalah unit pelaksanaan teknis di jajaran Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia yang bertugas untuk melakukan pembinaan dan bimbingan

kepada warga binaan pemasyarakatan.

Page 50: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

32

Lembaga pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas

pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas melalui

pendidikan, rehabilitasi, reintegrasi.

Lembaga pemasyarakatan mempunyai peran yang stategis dalam proses

peradilan pidana terpadu dalam hal pembinaan terhadap pelanggar hukum yang

mencapai tujuan pemidanaan, menurut Muladi, tujuan pemidanaan Pencegahan

(umum dan khusus) masyarakat, memlihara solidaritas, adalah untuk

memperbaiki kerusakan individual dan social yang diakibatkan oleh tindak

pidana, hal ini terdiri atas seperangkat tujuan yang merupakan titik berat harus

dipenuhi, dengan catatan tujuan pemidanaan yang dimaksud terdiri atas

pengimbalan/perimbangan (Muladi, 2004: 42).

Tujuan dibentuknya Lembaga Pemasyarakatan adalah dengan menitik

beratkan usahanya kepada pemberian kesempatan kepada Narapidana untuk

menduduki kembali tempatnya di tengah - tengah kehidupan masyarakat sebagai

anggota masyarakat yang berfungsi penuh melalui interaksi yang positif dengan

nilai yang berlaku didalam masyarakat.

Kedudukan, tugas, dan fungsi lembaga pemasyarakatan adalah sebagai

berikut :

a. Lembaga pemasyarakatan untuk selanjutnya disebut LAPAS adalah unit

pelaksana teknis dibidang pemasyarakatan yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman.

Page 51: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

33

b. LAPAS mempunyai tugas melaksanakan pemasyarakatan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, LAPAS mempunyai fungsi

sebagai berikut: melakukan pembinaan narapidana/anak didik, melakukan

bimbingan sosial, kerohanian narapidana/anak didik, melakukan

pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan tata usaha dan rumah

tangga.

Berdasarkan pada surat keputusanMenteri Kehakiman Rl No. M-01.-

PR.07.03 Tahun 1985 dalam Pasal 4 ayat (1) tersebut, lembaga permasyarakatan

diklasifikasikan dalam 3 klas yaitu :

1) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I

2) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A

3) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B

Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas, tempat kedudukan dan

kegiatan kerja. Lembaga Pemasyarakatan menurut Departemen Hukum dan HAM

Rl adalah unit pelaksana teknis (UPT) pemasyarakatan yang menampung,

merawat dan membina narapidana. Sedangkan pengertian Lembaga

Pemasyarakatan menurut kamus bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Lembaga adalah organisasi atau badan yang melakukan suatu

penyelidikan atau melakukan suatu usaha.

b. Pemasyarakatan adalah nama yang mencakup semua kegiatan yang

keseluruhannya dibawah pimpinan dan pemilikan Departemen Hukum

dan HAM, yang berkaitan dengan pertolongan bantuan atau tuntutan

kepada hukuman/bekas tahanan, termasuk bekas terdakwa atau yang

Page 52: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

34

dalam tindak pidana diajukan ke depan pengadilan dan dinyatakan ikut

terlibat, untuk kembali ke masyarakat.

Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan Lembaga Pemasyarakatan

adalah suatu badan hukum yang menjadi wadah/menampung kegiatan pembinaan

bagi narapidana, baik pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohaniah

agar dapat hidup normal kembali di tengah masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan sebagai bagian dari sistem peradilan pidana yang

mempunyai fungsi dan tugas yang sama dengan sub sistem lainnya, sebagai

lembaga pembinaan Lembaga Pemasyarakatan sangat berperan dalam penegakan

dan tata hukum, Lembaga Pemasyarakatan mempunyai posisi yang strategis

dalam merealisasi tujuan akhir dari sistem peradilan pidana, yaitu rehabilitasi dan

resosialisasi pelanggar hukum, bahkan sampai kepada penanggulangan kejahatan

(Suppression of crime).

B. Pengertian Rumah Tahanan

Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan adalah tempat

tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan. Di tiap-tiap ibu kota kabupaten/kotamadya

dibentuk Rutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman No.M.03-

UM.01.06 tahun 1983 tanggal 16 Desember 1983 dengan cara menetapkan

beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sebagai Rutan dan LP tertentu

disamping tetap sebagai LAPAS, beberapa ruangannya ditetapkan sebagai

Rutan (Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 6 tahun 2013 tentang Tata

Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. Pasal 1 angka

Page 53: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

35

2) Secara umum, Rutan dan Lapas adalah dua lembaga yang memiliki fungsi

berbeda. Meski berbeda pada prinsipnya, Rutan dan Lapas memiliki beberapa

kesamaan. Kesamaan antara Rutan dengan Lapas di antaranya, baik Rutan

maupun Lapas merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain

itu, penempatan penghuni Rutan maupun Lapas sama-sama berdasarkan

penggolongan umur, jenis kelamin, dan jenis tindak pidana/kejahatan. Dalam

Pasal 38 ayat (1) jo. Penjelasan PP 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu sebagai Rutan. Kemudian,

dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.UM.01.06

Tahun1983 tentang Penetapan Lapas Tertentu sebagai Rutan, Lapas dapat

beralih fungsi menjadi Rutan, dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan Pasal 18 ayat (1) PP No. 27 Tahun 1983, di tiap

kabupaten atau kotamadya dibentuk Rutan. Namun kondisi yang terjadi di

Indonesia adalah tidak semua kabupaten dan kotamadya di Indonesia

memiliki rutan dan Lapas, sehingga Rutan difungsikan pula untuk

menampung narapidana seperti halnya Lapas. Hal ini juga mengingat kondisi

banyak Lapas yang ada di Indonesia, telah melebihi kapasitas, yang

mengakibatkan terdakwa yang telah menjalani hukuman di Rutan, yang

seharusnya pindah dari Rutan untuk menjalani hukuman ke Lapas, banyak

yang tetap berada di dalam Rutan hingga masa hukuman mereka selesai.

Sub-sistem Rutan/Lapas sebagai sub-sistem terakhir mempunyai tugas

untuk melaksanakan pembinaan terhadap terpidana khususnya pidana

Page 54: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

36

pencabutan kemerdekaan. Dengan demikian berhasil tidaknya tujuan yang

hendak dicapai dalam sistem peradilan pidana baik tujuan jangka pendek yaitu

rehabilitasi dan resosialisasi narapidana, tujuan jangka menengah untuk

menekan kejahatan serta tujuan jangka panjang untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat di samping dipengaruhi oleh sub-sub sistem peradilan pidana

yang lain yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, selebihnya juga sangat

ditentukan oleh pembinaan yang dilakukan Rutan / Lapas sebagai pelaksanaan

pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya pidana penjara. Penghuni

Rutan/Lapas bisa napi atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan juga

yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam

proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim.

Golongan orang-orang yang dapat dimasukkan atau ditempatkan di dalam

Rutan / Lapas ialah :

a. Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak kejaksaan;

b. Mereka yang ditahan secara sah oleh pihak pengadilan;

c. Mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana hilang kemerdekaan oleh

pengadilan negeri setempat;

d. Mereka yang dikenakan pidana kurungan;

e. Mereka yang tidak menjalani pidana hilang kemerdekaan, akan tetapi

dimasukkan ke Rutan / Lembaga Pemasyarakatan secara sah.

Page 55: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

37

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, di bawah Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta,

terdapat beberapa Rutan dan Lapas, yaitu :

1. LAPAS kelas II A Yogyakarta;

2. LAPAS kelas II B Sleman;

3. LAPAS Narkotika kelas II A Yogyakarta;

4. LAPAS Perempuan kelas II B Yogyakarta;

5. Lembaga Pembinaan Khusus Anak kelas II Yogyakarta;

6. RUTAN kelas II B Bantul;

7. RUTAN kelas II B Wates;

8. RUTAN kelas II B Wonosari.

Di kedelapan LAPAS dan RUTAN tersebut diatas, saat penulis

melakukan penelitian, terdapat 31 (tiga puluh satu) narapidana pelaku korupsi,

namun dari narapidana narapida tersebut hanya 4 (empat) yang merupakan

aparat pemerintahan, 3 (tiga) diantaranya di tahan di LAPAS kelas II A

Yogyakarta dan 1 (satu) di tahan di RUTAN Kelas II B Bantul. Sehingga

sesuai degan pokok pembahasan dalam penulisan ini, yang penulis fokuskan

kepada narapida korupsi yang berasal dari aparat pemerintahan, penulis hanya

melakukan penelitian di kedua tempat tersebut.

Profil dari LAPAS kelas II A Yogyakarta dan RUTAN kelas II B

Bantul sebagai tempat penulis melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

Page 56: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

38

a. LAPAS kelas II A Yogyakarta.

1. Posisi Organisasi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta atau lebih

dikenal masyarakat dengan Lapas Wirogunan ini berada di Jalan

Taman Siswa No. 6 Yogyakarta, adapun batas wilayah untuk

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta adalah sebagai

berikut: Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Margoyasan,

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Surokasan, Sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Bintaran, Sebelah Timur berbatasan

dengan Jalan Taman Siswa.

Sejarah pasti kapan berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Wirogunan Yogyakarta belum diketahui secara pasti

dikarenakan arsip – arsip mengenai kelembagaan tersebut belum

ditemukan. Namun diperkirakan berdirinya lapas ini antara tahun

1910 – 1915. Lapas Kelas II A Wirogunan Yogyakarta merupakan

bangunan peninggalan kolonial Belanda dengan nama awal

Gevangelis En Huis Van Bewaring.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A telah beberapa kali berganti

nama, dengan nama sebagai berikut :

a. Gevangenis En Huis Van Bevaring;

b. Penjara Belanda;

c. Kepenjaraan DIY;

d. Direktorat Tuna Warga;

Page 57: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

39

e. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta;

f. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta;

Dasar Hukum yang mendasari berdirinya Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta diantaranya:

a. UU No. 12/1995 tentang Pemasyarakatan;

b. Pasal 5 UU No. 12 1995 tentang sistem pembinaan;

c. PP No. 31/1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan;

d. PP No. 32/1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;

e. PP No. 57/1999 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan;

f. Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1999.

2. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi

a. Visi

“Mengedepankan Lembaga Pemasyarakatan yang bersih,

kondusif, tertib, dan transparan dengan dukungan petugas yang

berintegritas dan berkompeten dalam pembinaan WBP.”

Page 58: ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KORUPSI OLEH APARAT …repo.apmd.ac.id/757/1/RAFIKA DWI CANDRA 17610001.pdf · Daerah Istimewa Yogyakarta tentang penyebab mereka melakukan korupsi, sehingga

40

b. Misi

1. Mewujudkan tertib pelaksanaan tupoksi Pemasyarakatan

secara konsisten dengan mengedepankan penghormatan

terhadap hukum dan HAM serta transparansi publik.

2. Membangun kerja sama dengan mengoptimalkan

keterlibatan stake holder dan masyarakat dalam upaya

pembinaan WBP.

3. Mendayagunakan potensi sumber daya manusia petugas

dengan kemampuan penguasaan tugas yang tinggi dan

inovatif serta berakhlak mulia.

c. Tujuan

Tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Yogyakarta

yaitu;

1. Membentuk warga binaan menjadi manusia seutuhnya,

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali

oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

negara yang baik dan bertanggung jawab

2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang

ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah

Tahanan Negara dalam rangka memperlancar proses


Recommended