i
Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang
Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
Jaka Pratama
NIM. 109081000134
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Jaka Pratama
Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 16 Januari 1991
Alamat : Jl. Cabe 1 no.67 RT.003/004
Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan
Nomor Telepon : 089680077315
Email : [email protected]
II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta S1 Program Studi Manajemen Konsentrasi
Keuangan
Periode kelulusan 2015
SMA Negeri 1 Pamulang Periode kelulusan 2009
SMP Negeri 1 Ciputat Periode kelulusan 2006
SD Negeri 1 Cireundeu Periode kelulusan 2003
TK Islam R.A Salman Periode kelulusan 1997
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Ajat Sudrajat
Ibu : Heni Husaeni
Alamat : Jl. Cabe 1 no.67 RT.003/004
Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan
vii
Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-
2013
Jaka Pratama
ABSTRACT The aim of this study is to analyze the fundamental factors affecting the Price Earning Ratio (PER) companies as the basis of shares in the shares of sharia-based company incorporated in the Jakarta Islamic Index (JII) in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2009- 2013. Fundamental company measured by several indicators such as the level of solvency / leverage as measured by Debt Ratio (DR), the level of earnings / profitability as measured by Return On Equity (ROE) and Earning Per Share (EPS), dividend policy which is measured through the Dividend Payout Ratio (DPR), and the book value of shares measured by the Price to Book Value (PBV). This study uses panel data regression analysis with the help of software EViews 7.1. The test results stated that the variable that has positive influence on Price Earning Ratio (PER) is Debt Ratio (X1) equal to 0.935841, and Price to Book Value (X5) equal to 0.878556. While the variables that negatively affect the Price Earning Ratio (PER) is Return On Equity (X2) of -1.005022. Variables Earning Per Share (X3) and Dividend Payout Ratio (X4) has no effect on Price Earning Ratio (Y). Adjusted R-square value of 0.979278 which shows the ability of the independent variable (X) used in this study include the Debt Ratio (X1), Return on Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4) , and Price to Book Value (X5) can explain the dependent variable (Y) is Price Earning Ratio of 97.9278%, the rest is equal to 2.0722% explained by variables included in the model such as stock market prices, the level of liquidity, risk investment, and macroeconomic factors such as inflation and changes in interest rates.
Key Words : Panel Data Regression, Price Earning Ratio, Debt Ratio, Return
On Equity , Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, and Price to Book Value.
viii
Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-
2013
Jaka Pratama
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) perusahaan sebagai dasar penilaian saham pada saham perusahaan yang berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Fundamental perusahaan diukur melalui beberapa indikator seperti tingkat solvabilitas/leverage yang diukur melalui Debt Ratio (DR), tingkat rentabilitas/profitabilitas yang diukur melalui Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), kebijakan dividen yang diukur melalui Dividend Payout Ratio (DPR), dan nilai buku saham yang diukur melalui Price to Book Value (PBV). Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan bantuan software EViews 7.1. Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER) adalah Debt Ratio (X1) sebesar 0,935841, dan Price to Book Value (X5) sebesar 0,878556. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif terhadap Price Earning Ratio (PER) adalah Return On Equity (X2) sebesar -1,005022. Variabel Earning Per Share (X3) dan Dividend Payout Ratio (X4) tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (Y). Nilai adjusted R-square sebesar 0,979278 yang menunjukkan kemampuan variabel independen (X) yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to Book Value (X5) dapat menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu Price Earning Ratio sebesar 97,9278%, sisanya yaitu sebesar 2,0722% dijelaskan oleh variabel yang tidak masuk dalam model seperti harga pasar saham, tingkat likuiditas, risiko investasi, dan faktor ekonomi makro seperti inflasi dan perubahan suku bunga. Kata kunci : Regresi data panel, Price Earning Ratio, Debt Ratio, Return On
Equity , Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, dan Price to Book Value.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang mengantarkan
manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis, bapak Ajat Sudrajat dan mama Heni Husaeni atas support ,
doa, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis yang tidak akan terukur
jumlahnya. I’ve made it guys!!
2. Kedua mertua penulis, ayah Latif dan mama Evi atas kepercayaan serta doa yang
diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.
3. Istri tercinta Avila yang telah memberikan support, doa, kepercayaan, kesabaran, serta
semua hal yang tidak terukur jumlahnya yang telah diberikan kepada penulis baik
dalam suka maupun duka. You’ll Never Walk Alone bebb!!
4. Kedua kakak penulis, Vika dan Vina yang selalu memberi semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah ini. Dan tidak lupa Samir selaku suami dari
Vika.
5. Dr. M. Arief Mufraini Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Dr. Ir. Muniaty MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM selaku Dosen Pembimbing 1 Skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktu dan memberikan tambahan ilmu serta solusi penyelesaian
x
permasalahan skripsi yang dibuat oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir kuliah ini
8. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Dosen Pembimbing 2
Skripsi yang juga telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan tambahan ilmu
serta solusi penyelesaian permasalahan skripsi yang dibuat oleh penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa perkuliahan.
10. Kawan sepergaulan, Moker, Gondrong, Taprojai, Erte, Gepeng, Ucil, Dokur atas
support dan respect yang diberikan kepada penulis selama masa-masa kuliah
11. Seluruh teman-teman Manajemen D 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas
segala support yang diberikan kepada penulis
12. Deva dan Alin yang banyak memberi pengetahuan tambahan bagi penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini
13. Seluruh staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
bantuan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya
dalam bidang manajemen keuangan.
Jakarta, 22 April 2015
Penulis,
Jaka Pratama
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................... iv
LEMBAR PENYERTAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH .................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 12 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 13 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 16
A. Landasan Teori ................................................................................. 16 1. Investasi ...................................................................................... 16 2. Saham ......................................................................................... 19 3. Pasar Modal Efisien ................................................................... 23 4. Analisis Fundamental ................................................................ 24 5. Penilaian Saham ......................................................................... 25
xii
6. Price Earning Ratio (PER) ....................................................... 27 7. Solvabilitas ................................................................................. 30 8. Profitabilitas ............................................................................... 32 9. Kebijakan Dividen ..................................................................... 34 10. Nilai Buku .................................................................................. 39 11. Keterkaitan Antar Variabel ....................................................... 40
a. Pengaruh variabel Debt Ratio (DR) terhadap Price Earning Ratio (PER) .......................................................................... 40
b. Pengaruh variabel Return On Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) ........................................................... 42
c. Pengaruh variabel Earning Per Share (EPS) terhadap Price Earning Ratio (PER) ........................................................... 43
d. Pengaruh variabel Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ................................................. 43
e. Pengaruh variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Price Earning Ratio (PER) ................................................. 44
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 45 C. Kerangka Penelitian ......................................................................... 51 D. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 52
BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 55 B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 55 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 57 D. Metode Analisis Data ....................................................................... 59
1. Metode Analisis Regresi data Panel ......................................... 59 a. Pendekatan-pendekatan model regresi data panel ............. 61 b. Pemilihan model regresi data panel .................................... 63
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 66 a. Normalitas ............................................................................ 67 b. Multikolinieritas .................................................................. 68 c. Heteroskedastisitas .............................................................. 69 d. Autokorelasi ......................................................................... 69
3. Uji Simultan ............................................................................... 71 4. Uji Parsial ................................................................................... 72 5. Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 73
E. Operasional Variabel ....................................................................... 75
xiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 76
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 76 1. Pasar Modal Syariah .................................................................. 76 2. Jakarta Islamic Index (JII) ........................................................ 79
B. Pengujian Dan Pembahasan ............................................................ 82 1. Deskriptif Sampel ...................................................................... 82 2. Deskriptif Variabel .................................................................... 83
a. Price Earning Ratio (PER) ................................................. 83 b. Debt Ratio (DR) ................................................................... 86 c. Return On Equity (ROE) ..................................................... 88 d. Earning Per Share (EPS) .................................................... 91 e. Dividend Payout Ratio (DPR) ............................................ 93 f. Price to Book Value (PBV) ................................................. 96
C. Analisis Dan Pembahasan ............................................................... 98 1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel................................. 98
a. Uji Chow / Likehood Test Ratio ......................................... 98 b. Uji Hausman ...................................................................... 102
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 105 a. Normalitas .......................................................................... 105 b. Multikolinieritas ................................................................ 107 c. Heteroskedastisitas ............................................................ 108 d. Autokorelasi ....................................................................... 110
3. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .................................................................. 112
4. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .................................................................................. 114 a. Uji parsial variabel Debt Ratio (DR) terhadap Price
Earning Ratio (PER) ......................................................... 117 b. Uji parsial variabel Return On Equity (ROE) terhadap
Price Earning Ratio (PER) ............................................... 118 c. Uji parsial variabel Earning Per Share (EPS) terhadap
Price Earning Ratio (PER) ............................................... 121 d. Uji parsial variabel Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap
Price Earning Ratio (PER) ............................................... 122 e. Uji parsial variabel Price to Book Value (PBV) terhadap
Price Earning Ratio (PER) ............................................... 124
xiv
5. Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 126 6. Persamaan Regresi Data Panel ................................................ 128
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................ 132
A. Kesimpulan ..................................................................................... 132 B. Implikasi ......................................................................................... 133 C. Saran ............................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 137
LAMPIRAN ................................................................................................................. 142
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2008-2013 (dalam Rp) ...................... 3
1.2 Perbandingan Indeks dan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ-45, dan JII ............... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 46
3.1 Operasional Variabel .......................................................................................... 75
4.1 Daftar Sampel Penelitian .................................................................................... 83
4.2 Deskriptif variabel Price Earning Ratio............................................................ 84
4.3 Deskriptif variabel Debt Ratio ........................................................................... 87
4.4 Deskriptif variabel Return On Equity ................................................................ 89
4.5 Deskriptif variabel Earning Per Share .............................................................. 92
4.6 Deskriptif variabel Dividend Payout Ratio ....................................................... 94
4.7 Deskriptif variabel Price to Book Value ............................................................ 97
4.8 Hasil Uji Regresi Data Panel Common Effect Model ..................................... 100
4.9 Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model ........................................... 101
4.10 Hasil Uji Chow / Likehood Test Ratio ............................................................. 102
4.11 Hasil Uji Regresi Data Panel Random Effect Model ..................................... 104
4.12 Hasil Uji Hausman / Hausman Test................................................................. 105
4.13 Hasil Uji Multiklinieritas .................................................................................. 108
4.14 Hasil Uji Park .................................................................................................... 109
4.15 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................................... 111
4.16 Uji Durbin-Watson ........................................................................................... 112
xvi
4.17 Hasil Uji Simultan Uji Koefisien Determinasi ............................................... 113
4.18 Hasil Uji Parsial ................................................................................................ 116
4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................................... 127
4.20 Rangkuman Uji Statistik Regresi Data Panel Fixed Effect Model ................. 129
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 51
3.1 Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbn-Watson ............................................. 71
4.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................................................ 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pasca krisis finansial tahun 2008 yang melanda sebagian besar bursa di
seluruh Negara memberikan daya tarik kembali terhadap para investor untuk
kembali meramaikan atmosfer investasi dalam bentuk perdagangan efek.
Disisi lain, masalah klasik yang kerap melanda perusahaan-perusahaan dalam
usaha pengembangan bisnis adalah keterbatasan sumber dana yang dimiliki.
Dengan kondisi tersebut, seperti dikutip oleh Rhidho dan Prabawa (2012 : 85)
bahwa peran Bursa Efek menjadi sangat vital karena meliputi dua hal.
Pertama, mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat melalui
kepemilikan saham-saham perusahaan swasta. Kedua, meningkatkan
penghimpunan dana masyarakat untuk digunakan secara produktif dalam
pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal tahun 2008 adalah tahun yang penuh kejadian yang luar
biasa. Semua pihak yang berkecimpung di pasar modal, tentu merasakan
keparahan krisis pasar modal saat itu. Hampir semua orang tidak menyangka,
sebuah investment banking sebesar Lehman Brothers tutup usia. Bank-bank,
2
lembaga keuangan dan perusahaan besar minta dibailout pemerintah USA.
Kejatuhan pasar modal Indonesia tahun 2008, secara umum mayoritas
disebabkan faktor eksternal. Sementara faktor internal sebenarnya secara
umum cukup kuat, namun karena interlink keuangan dunia, internal pun tidak
mampu menghadapi (https://islamiconomics.wordpress.com/, 2009).
Pada umumnya perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dikatakan cukup pesat. Dikutip oleh Handayani, Salim, dan Ananda (2010 : 1)
ada beberapa indikator yang penting untuk melihat perkembangan pasar
modal yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai kapitalisasi pasar,
nilai rata-rata perdagangan perhari, dan porsi perdagangan investasi asing dan
investasi domestik.
Indeks saham adalah harga atau nilai dari sekelompok saham yang
dikumpulkan berdasarkan kategori tertentu. Indeks ini merupakan indikator
pergerakan harga dari seluruh saham yang diwakilinya. Misalnya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mewakili seluruh pergerakan harga
saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau Jakarta Industrial
Classification (JASICA) yang mewakili pergerakan harga dari sektor industri
tertentu (Hanif, 2012 : 1-2). Kenaikkan dan penurunan angka indeks
merupakan penanda arah pasar. Jika indeks cenderung meningkat, artinya
rata-rata harga saham di bursa mengalami kenaikkan. Sebaliknya, jika indeks
3
cenderung menurun, artinya rata-rata harga saham di bursa mengalami
penurunan.
Tabel 1.1
Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2008 – 2013 (dalam Rp)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 High 2.830,26 2.534,36 3.786,10 4.193,44 4.375,17 5.214,98 Low 1.111,39 1.256,11 2.475,57 3.269,45 3.654,58 3.967,84 Close 1.355,41 2.534,36 3.703,51 3.821,99 4.316,69 4.274,18
Sumber: Fact Book 2014
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI),
pada akhir 2008 ditutup pada level 1.355,41 rupiah, dan naik hampir 54
persen pada tahun berikutnya 2009 di level 2.534,36 rupiah. IHSG terus
merangkak naik di 2010 pada level 3.703,51 rupiah, di 2011 pada level
3.821,99 rupiah, dan di 2012 pada level 4.316,69 rupiah. Bahkan di 2013
IHSG sempat mencapai level 5.214,98 rupiah, tertinggi sejak 5 tahun terakhir.
Dengan gambaran tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan harga saham
di Bursa Efek Indonesia pasca krisis finansial tahun 2008 masih bisa
dikatakan postif dan investor yang berinvestasi pada instrumen keuangan di
Bursa Efek dalam bentuk saham masih menunjukkan kepercayaan terhadap
pertumbuhan nilai.
Investasi pasar saham memberikan earning yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menyimpan uang di Bank misalnya dalam bentuk
deposito yang rata-rata hanya memberikan earning 6% per tahun (Rahma,
4
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363). Karena selain pertimbangan mengenai
keputusan investasi, investor juga dihubungkan dengan risiko yang akan
didapat atas kegiatan investasi yang dilakukan. Semakin tinggi earning yang
diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan didapat. Namun hal
tersebut dapat diwaspadai dengan analisa yang tepat terhadap kinerja
perusahaan sehingga investor mampu memperkirakan keuntungan dan risiko
yang akan didapat di masa yang akan datang.
Investasi dalam bentuk saham memerlukan analisa untuk mengukur
nilai dari saham. Analisa yang dilakukan guna mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang. Dikutip oleh Foster (1986) dalam Husnan
(1996 : 259), adanya jumlah analis keuangan yang banyak dan persaingan
antar mereka, akan membuat harga sekuritas wajar, dan mencerminkan
informasi yang relevan. Para analis akan berupaya untuk memperoleh
informasi selengkap mungkin, bahkan kalau mungkin lebih lengkap dari
analis yang lain, melakukan analisis secermat mungkin, sehingga akan
membuat harga saham menjadi wajar.
Husnan (1996 : 260) menyebutkan, banyak para analis yang
mempelajari bisnis perusahaan dan mencoba membuka informasi tentang
profitabilitas yang akan memberikan informasi baru terhadap harga saham.
Para peneliti disebut sebagai fundamental analysts. Persaingan diantara para
peneliti fundamental ini akan cenderung untuk membuat harga saham
5
mencerminkan semua informasi yang relevan dan perubahan harga tidak bisa
diramalkan.
Rahma, Djumahir, dan Djazuli (2014 : 363) menyatakan, analisis
fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang
dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan
hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham membuat
investor sulit untuk mendapatkan tingkat pengembalian diatas normal. Model
perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian
variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham.
Dikutip oleh Halim (2005 : 21), terdapat beberapa pendekatan perhitungan
harga saham, salah satunya adalah pendekatan Price Earning Ratio (PER).
Purwaningrum (2013 : 47-48) menyatakan, harga saham di pasar pada
dasarnya telah memasukkan berbagai faktor ekspektasi yang akan datang,
baik situasi perekonomian maupun prestasi perusahaan. Oleh karena itu, PER
mencerminkan seberapa besar seorang investor bersedia membayar harga
sebuah saham untuk memperoleh pendapatan setelah pajak. Sehingga saham
dengan PER yang tinggi memberikan indikasi bahwa prospek ke depan saham
tersebut baik dan akan tercermin pada tingginya harga saham. Pernyataan
6
tersebut menggambarkan betapa pentingnya PER dalam mengambil
keputusan investasi untuk memperoleh keuntungan yang menarik.
Riadi (2013 : 2) menyatakan, dalam berinvestasi, seorang investor
tidak hanya melihat pada hasil jangka pendek saja tetapi juga melihat prospek
jangka panjang yaitu prospek pertumbuhan perusahaan, prospek kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba maupun peningkatan nilai saham. Untuk
melakukan penilaian prospek saham dengan pendekatan PER, pemodal dan
analis sekuritas diharapkan memahami faktor-faktor fundamental perusahaan
sebagai pedoman dalam menilai PER sehingga kewajaran harga saham
perusahaan dapat dinilai juga.
Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan beberapa variabel yang
mampu memprediksi variabilitas nilai suatu variabel keuangan, yaitu Price
Earning Ratio (PER). Pemilihan Price Earning Ratio (PER) sebagai variabel
yang diprediksi dalam penelitian ini karena konsep penilaian saham dengan
pendekatan Price Earning Ratio (PER) mudah dipahami oleh investor. Selain
itu, dikutip oleh Ramadhani (2013 : 1), investasi di saham lebih banyak terkait
dengan ekspektasi terhadap laba perusahaan. Laba bersih yang dipakai dalam
perhitungan biasanya laba bersih proyeksi untuk tahun berjalan. Dengan
begitu jika perusahaan berhasil membukukan laba besar, maka sahamnya akan
diburu investor karena proyeksi laba untuk tahun berjalan kemungkinan besar
akan naik. Besaran Price Earning Ratio (PER) akan berubah-ubah mengikuti
7
perubahan harga di pasar dan proyeksi laba bersih perseroan. Jika harga naik,
proyeksi laba tetap, praktis Price Earning Ratio (PER) akan naik. Sebaliknya
jika proyeksi laba naik, harga di pasar tidak bergerak maka Price Earning
Ratio (PER) akan turun.
Beberapa variabel prediksi digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keterkaitan variabel tersebut dalam memprediksi variabilitas dari Price
Earning Ratio (PER). Variabel-variabel tersebut merupakan faktor-faktor
fundamental perusahaan yang diukur melalui rasio-rasio keuangan yang
dianalisis oleh penulis melalui laporan keuangan tahunan perusahaan. Rasio
tersebut memberikan gambaran kondisi perusahaan melalui beberapa sudut
pandang fundamental perusahaan yang meliputi solvabilitas / leverage,
rentabilitas / profitabilitas, keputusan kebijakan dividen, dan nilai buku
saham.
Solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar semua utang-utang perusahaan,baik utang jangka pendek maupun
utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total
aktiva dengan total utang,ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan
mampu memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan dalam
kondisi ideal, apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (likuid) dan juga dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya
8
(solvable). Analisis Solvabilitas memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui
apakah kekayaan perusahaan mampu untuk mendukung kegiatan
perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini Debt Ratio (DR) digunakan untuk
menganalisis tingkat solvabilitas perusahaan. Debt Ratio (DR) merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan total aktiva perusahaan.
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan manajemen. Oleh karena itu, profitabilitas menggambarkan hasil
akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan. Secara
umum, ukuran pofitabilias dihitung dengan membandingkan laba dengan
modal. Rasio-rasio porfitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari
likuiditas, aktiva, dan penggunaan hutang terhadap operasi (Moeljadi, 2006 :
73). Beberapa rasio digunakan dalam penelitian ini yang menggambarkan
kemampuan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, diantaranya adalah
mengukur laba yang mampu dihasilkan per lembar saham atau Earning Per
Share (EPS) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari eqity
yang dimiiki atau Return On Equity (ROE).
Kebijakan pembayaran dividen memberikan dampak penting dalam
suatu perusahaan karena melibatkan kepentingan berbagai pihak seperti
pemegang saham, manajer dan kreditor. Pada umumnya pemegang saham
mempunyai tujuan utama meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan
mengharapkan return dari dana yang telah diinvestasikan dalam bentuk
9
dividen maupun capital gain. Dilain pihak, manajer juga mengharapkan
adanya pertumbuhan perusahaan secara terus menerus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, yang sekaligus juga harus memberi
kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya melalui
kewenangan yang diberikan untuk membuat keputusan baik berupa keputusan
investasi, pendanaan maupun dividen. Kreditor memerlukan informasi tentang
kebijakan dividen yang diukur dengan menggunakan dividend payout ratio
suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan
pengembalian pokok dan bunga pinjaman yang akan ia peroleh apabila
memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan (Prabowo dan Salim, 2013 :
418). Kebijakan dividen yang ditentukan perusahaan dapat diukur dengan
rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR).
Nilai buku merupakan indikasi penilaian pasar terhadap saham
perusahaan. Secara umum, jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham
perusahaan bernilai lebih rendah dari nilai buku maka saham undervalue, dan
sebaliknya jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham peusahaan
bernilai lebih besar dari nilai buku maka saham overvalue. Pengukuran nilai
saham berbasis nilai buku dapat melalui indikator Price to Book Value (PBV)
(Murhadi, 2009 : 147).
Geliat pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan
diluncurkannya reksadana syariah untuk pertama kalinya oleh Danareksa
10
Syariah pada tahun 1997, dan disusul kemudian dengan peluncuran indeks
syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000. Di Indonesia,
tonggak awal yang berkaitan dengan pembuatan peraturan pasar modal
syariah bisa dikatakan baru dimulai pada tahun 2001, yakni bersamaan dengan
dikeluarkannya fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman
investasi untuk reksadana syariah. Kemudian diikuti oleh fatwa DSN MUI
tahun 2002 tentang obligasi syariah, serta nota kesepahaman Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM) dengan DSN-MUI tentang pembentukan pasar
modal yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jakarta Islamic Index (JII),
yang merupakan benchmark saham syariah di Indonesia terdiri dari 30 saham
yang diseleksi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) per semester, tepatnya
setiap bulan Januari dan Juni. Sampai akhir tahun 2006, kapitalisasi pasar JII
telah mencapai 48 % dari total kapitalisasi saham di BEI
(http://echopedia.blogspot.com/ ,2011).
Tabel 1.2
Perbandingan Indeks dan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ-45, dan JII
Indeks (Rp) Kapitalisasi Pasar (Rp Miliyar) Periode IHSG LQ-45 JII IHSG LQ-45 JII
2008 1.335,41 270,23 216,19 1.076.490,53 710.394,70 428,.525,74 2009 2.534,36 498,29 417,18 2.019.375,13 1.569.639,86 937.919,08 2010 3.703,51 661,38 532,90 3.247.096,78 2.119,963,65 1.134.632 2011 3.821,99 673,51 537,03 3.537.294,21 2.332.675,26 1.414.983,81 2012 4.316,69 735,04 594,79 4.126.994,93 2.552.252,91 1.671.004,24 2013 4.274,18 711,14 585,11 4.219.020,24 2.539.878,32 1.672.099,91 Sumber: http://www.ojk.go.id
11
Pasar modal syariah menunjukkan perkembangan yang cukup baik
sepanjang periode 2008-2013. Secara konsisten, indeks JII mengalami tren
pertumbuhan mengikuti indeks IHSG dan LQ-45, yaitu keaikkan harga indeks
pada periode 2008-2012 masing-masing sebesar 216,19 rupiah pada 2008,
417,18 rupiah pada 2009, 532,90 rupiah pada 2010, 53,03 rupiah pada 2011,
dan 594,79 pada 2012. Walaupun di tahun berikutnya terdapat penurunan
harga indeks JII menjadi sebesar 585,11 rupiah, namun kapitalisasi pasar
indeks JII mengalami pertumbuhan dari tahun 2012 sebesar 1.671.004,24
miliyar rupiah menjadi 1.672.099,91 miliyar rupiah di tahun 2013, berbeda
dengan kapitalisasi indeks IHSG dan LQ-45 yang mengalami penurunan nilai.
Kapitalisasi pasar merupakan nilai perusahaan yang dihitung dari
jumlah seluruh saham perusahaan beredar dikalikan dengan harga pasar
saham. Dengan demikian semakin mahal harga saham maka semakin tinggi
nilai kapitalisasinya. Dikutip Hanif (2012 : 8-9) berdasarkan fungsi ekonomi,
meningkatnya nilai kapitalisasi saham syari’ah menunjukkan keberhasilan
pasar modal syariah sebagai pengumpul sumber dana alternatif bagi investasi
perusahaan yang berlandaskan prinsip syariah, disamping itu menunjukkan
meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya umat Islam, yang memiliki
kelebihan dana, untuk memilih jenis investasi keuangan yang halal.
Adanya suatu penelitian yang berkaitan dengan pasar modal syariah
tentunya dapat menjadi salah satu referensi bagi investor yang memiliki
12
ketertarikan terhadap instrumen keuangan syariah untuk dapat memperoleh
informasi mengenai perkembangan instrumen keuangan syariah, selain juga
menginformasikan implementasi dari kebijakan serta arah pengembangan
prospek pertumbuhan nilai yang dapat dihasilkan oleh instrumen keuangan
syariah.
Berdasarkan uraian latar belakang serta fenomena-fenomena investasi
saham yang digambarkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental Perusahaan
Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham
Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic
Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah Debt Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Price Earning
Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
2. Apakah Return On Equity berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
13
3. Apakah Earning Per Share berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
4. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
5. Apakah Price to Book Value berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
6. Apakah Debt Ratio, Return On Equity, Earning Per Share, Dividend
Payout Ratio, dan Price to Book Value berpengaruh secara simultan
terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2009-2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Debt Ratio secara parsial
terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2009-2013
14
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Return On Equity secara
parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
3. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Earning Per Share secara
parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
4. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio
secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah
yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
5. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Price to Book Value secara
parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
6. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Debt Ratio, Return On
Equity, Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, dan Price to Book
Value secara simultan terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis
syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2009-2013
15
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
berbagai manfaat kepada:
1. Emiten
Memberi gambaran terhadap pihak-pihak yang memberi kebijakan bagi
emiten perusahaan tentang implikasi dari kebijakan yang telah dibuat,
serta sebagai landasan untuk mengkaji ulang kebijakan yang telah
diterapkan sehingga peningkatan kesejahteraan pemegang saham dapat
terus ditingkatkan.
2. Investor
Memberikan gambaran faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
Price Earning Ratio (PER) perusahaan berbasis syariah sehingga investor
mampu menerapkan strategi investasi saham dengan baik.
3. Akademisi
Memberikan gambaran keterkaitan teori-teori keuangan yang telah di
pelajari di bangku kuliah terhadap studi kasus yang terjadi di perusahaan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi
pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil
(real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang,
misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga
pasar uang, dan lainnya. Investasi pada aset-aset finansial dapat juga
dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi,
dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk
pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan, dan lain-lain (Halim, 2005 : 4).
Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan
yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek mana
yang akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang akan tetap
dimiliki. Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang
17
investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat
dipasarkan dan kapan dilakukan. Dikutip oleh Halim (2005 : 4), proses
investasi memerlukan beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return),
tingkat risiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang
akan diinvestasikan. Umumnya hubungan antara risiko dan tingkat
pengembalian yang diharapkan bersifat linier, artinya semakin
tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat
pengembalian yang diharapkan,
b. Melakukan analisis
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek
atau sekelompok efek. Terdapat dua pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu:
a) Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang
diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.
Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri
di mana perusahaan tersebut berada dalam perekonmian secara
makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di
18
masa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhinya.
b) Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham
di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham
di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis
memperkirakan pergeseran penawaran dan permintaan dalam
jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung
mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan
barometer dari penawaan dan permintaan.
c. Membentuk portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana
yang akan dipilih dan berupa proporsi dana yang akan
diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang
dipilih dalam rangka pembentukkan portofolio adalah efek-efek
yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan
berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko.
d. Mengevaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang
telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang
diharapkan maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. Tolak
ukur yang digunakan ada dua, yaitu pengukuran (measurement)
19
adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar aset yng telah
ditanamkan dalam portofolio tersebut. Kedua perbandingan
(comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua
set portofolio dengan tingkat risiko yang sama.
e. Merevisi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
prtofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi
(perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio
tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah
dibentuk tidak sesuai dengan jumlah investasi.
2. Saham
Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan,
disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan.
Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada
modal yang disetorkan (Husnan, 2001 : 285).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
20
penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan
Fakhrudin, 2001 : 5).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham:
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin
mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang
saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui
sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau
dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
21
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah
dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
saham di pasar sekunder.
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim saham
terbagi atas (Darmaji dan Fakhrudin, 2001 : 6):
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap
pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Beberapa karakteristik
yang dimiliki saham biasa adalah sebagai berikut:
Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh
laba.
Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham
(one share one vote).
Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian
kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi
22
Memiliki tanggung jawab teerbatas terhadap klaim pihak
lain sebesar proporsi sahamnya.
Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor. Beberapa karakteristik yang dimiliki
saham preferen adalah sebagai berikut:
Memiliki hak lebih dulu memperoleh dividen.
Dapat mempengaruhi manajeemen perusahaan terutama
dalam pencalonan pengurus perusahaan.
Memiliki hak pembayaran maksimal sebesar nilai nominal
saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi.
Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian
laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima
secara tetap.
Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak
memperoleh pembagian kekayaan perusahaan diatas
23
pemegang saham biasa seetelah semua kewajiban
perusahaan dilunasi.
3. Pasar Modal Efisien
Satu artikel yang sangat penting di bidang keuangan telah ditulis oleh
Fama (1970) berkaitan dengan konsep pasal modal efisien (efficient
capital market). Dikutip oleh Arifin (2005 : 7), efisiensi pada pasar modal
didefinisikan sebagai kecepatan dan kelengkapan suatu harga sekuritas
dalam merespon informasi yang relevan. Dalam pasar modal yang efisien,
harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang
berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang, dan ketika muncul informasi baru tentang perusahhaan
tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya
informasi baru tersebut.
Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar
yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi
yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga
sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan
sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk
memperoleh tingkat keuntungan diatas normal secara konsisten dengan
cara melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam
artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional (Husnan,
1996 : 256).
24
Hipotesis pasar efisien yang dikemukakan oleh Fama telah mengubah
cara pandang tentang bagaimana cara kerja pasar modal. Persaingan antar
investor yang sangat ketat menyebabkan harga saham telah secara akurat
merefleksikan seluruh informasi yang relevan, sehingga investor dapat
mempercayai bahwa harga tersebut adalah harga yang wajar.
4. Analisis Fundamental
Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan
dasar, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis
fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para
analisis sekuritas dan perkembangan penelitian sehubungan dengan
konsep pasar modal yang efisien.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, serta
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga memperoleh
taksiran harga. Model ini sering disebut share price forecasting model.
Dalam pembuatan model peramalan harga saham tersebut, langkah yang
penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang
diperkirakan akan mempengaruh harga saham. Setelah itu, bagaimana
membuat suatu model dengan memasukkan faktor-faktor tersebut dalam
analisis. Para praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak
25
rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi
(Husnan, 2001 : 315).
Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang
memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi,
politik, sosial, industri, dan laporan keuangan perusahaan. Analisis ini
digunakan untuk membuat keputusan tentang saham apa yang perlu
diinvestasikan. Analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek
pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan (Rodoni, 2005 :
61-62).
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrumen investasi
mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan
melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat
sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Ide dasar pendekatan
ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan
(Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 1).
5. Penilaian Saham
Upaya untuk merumuskan bagaimana menentukan harga saham yang
seharusnya, telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan
untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Meskipun
demikian, dari hipotesa pasar modal yang efisien kita mengetahui bahwa
26
sulit bagi pemodal untuk terus bisa melampaui pasar dan memperoleh
tingkat keuntungan diatas normal (Husnan, 2001 : 285).
Husnan (2001 : 288) menyebutkan, analisis saham bertujuan untuk
menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian
membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price)
saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang
diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan dalam proses
penilaian saham adalah sebagai berkut:
Apabila nilai intrinsik lebih besar dari (>) harga pasar saat ini,
maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu
rendah), dan karenanya seharusnya dibeli dan ditahan apabila
saham tersebut telah dimiliki.
Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari (<) harga pasar saat ini,
maka nilai tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal),
dan karenanya harus dijual.
Apabila nilai intrinsik sama dengan (=) harga ppasar saat ini,
aka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berrada dalam
kondisi seimbang.
Meskipun para analis dan pemodal selalu mengupayakan untuk
melakukan analisis dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat
keuntungan yang menarik, mengidentifikasikan saham mana yang
27
sebaiknya dibeli dan dijual, tetapi apabila pasar modal efisien akan sangat
sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa memperoleh tingkat
keuntungan diatas normal. Walaupun demikian, terlepas dari efisien
tidaknya pasar modal, dan seberapa jauh para analis dan pemodal percaya
akan efisiensi tersebut, bagaimana melakukan penilaian saham untuk
menaksir nilai intrinsik saham tersebut, perlu dipahami oleh para analis
sekuritas.
Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan
atau yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Dikutip oleh
Husnan (2001 : 290), terdapat dua model penilaian yang sering digunakan
untuk analisis sekuritas, yaitu pendekatan present value (model
kapitalisasi penghasilan) dan model Price Earning Ratio atau PER
(metode kelipatan laba). Pendekatan present value mencoba menaksir
present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang
diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Sedangkan pendekatan
Price Earning Ratio (PER) menaksir nilai saham dengan mengalikan laba
per lembar saham.
6. Price Earning Ratio (PER)
Rasio yang sering digunakan dalam pendekatan analisis saham adalah
Price Earning Ratio (PER). Dalam pendekatan ini diharapkan dapat
menghasilkan perkiraan laba per saham pada masa yang akan datang,
28
sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali
(Agustin, 2014 : 66).
Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang
sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Rasio
ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan
investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan. Bagi para
investor Price Earning Ratio (PER) dipandang sebagai ukuran kekuatan
perusahaan untuk memperoleh laba di masa yang akan datang (Rahma,
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363).
Price Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan perusahaan
mempunyai prospek yang tinggi untuk bertumbuh. Sebaliknya,
perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah akan
mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang rendah. Dari segi investor,
Price Earning Ratio (PER) yang terlalu tinggi tidak menarik karena harga
saham kemungkinan akan sulit untuk naik lagi. Ini berarti kemungkinan
memperoleh capital gain akan lebih kecil lagi (Kodrat dan Indonanjaya,
2010 : 241).
Dikutip oleh Wibowo (2013 : 2-3), PER juga merupakan angka
psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan lebih menarik
dibandingkan dengan PER tinggi. Jika Price Earning Ratio (PER) tinggi,
berarti harga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya
memperoleh laba yang kecil. Dengan demikian, calon pembeli saham akan
29
memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat Price
Earning Ratio (PER) rendah karena saham cenderung akan mengalami
kenaikan harga, sementara jika Price Earning Ratio (PER) menunjukkan
nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual
saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER)
bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan
menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari selisih harga (capital gain).
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang
dilaporkan (Astuti, 2004 : 38). Price Earning Ratio (PER) adalah
perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar
saham) dengan earning per share (laba per lembar saham). Price Earning
Ratio (PER) dapat dihitung dengan cara membagi harga pasar per saham
dengan pendapatan per saham. Artinya semakin tinggi nilai PER akan
semakin baik karena dapat menunjukkan tingginya tingkat pendapatan
yang diharapkan oleh pemodal dan rendahnya tingkat risiko pada saham
tersebut (Moeljadi, 2006 : 54).
푃퐸푅 =푀푎푟푘푒푡 푃푟푖푐푒 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒
30
7. Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini juga
disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan
perusahaan dalam meminjam uang. Tujuan analisa solvabilitas adalah
untuk mengetahui posisi keuangan jangka pendek dan jangka panjang,
dengan membandingkan antara total aktiva yang dimiliki perusahaan
dengan total hutang yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang
(Aprianty, 2014 : 457).
Pengukuran kinerja keuangan dengan rasio solvabilitas adalah untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya
dengan total aset yang dimiliki. Pengukuran ini lebih bersifat untuk
menjadi penjamin bagi pihak kreditor, bilamana pada saat yang bersamaan
perusahaan dalam kondisi terlikuidasi. Dikutip oleh Noor (2008 : 224),
leverage / solvabilitas menunjukkan ketergantungan perusahaan kepada
sumber dana dari luar, atau ketergantungan pada hutang.
Rasio leverage menunjukkan ukuran besarnya dana yang diperoleh
dari kreditur. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio leverage dapat diartikan
sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari
pihak luar. Namun penggunaan dana dari pihak luar akan memperbesar
31
퐷푅 =푇표푡푎푙 퐿푖푎푏푖푙푖푡푖푒푠푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡
risiko atas hasil bagi para pemegang saham karena adanya beban tetap
pembayaran bunga pinjaman (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 234).
Debt Ratio mengukur proporsi dana dari hutang. Semakin rendah
maka perusahaan dikatakan semakin aman. Rasio yang tinggi
menunjukkan perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi.
Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas
modal saham dengan cepat. Namun apabila penjualan menurun,
rentabilitas modal saham akan cepat turun pula (Kodrat dan Indonanjaya,
2010 : 235).
Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio hutang
(debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor
terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil perhitungan
rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang total yang didapat
dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio hutang menunjukkan
risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena hutang
membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003 : 36).
32
8. Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008 : 196), rentabilitas adalah merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan rasio
ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi. Intinya adalah pengginaan rasio ini
menunjukkan efesiensi perusahaan.
Rasio profitabilitas atau rasio kemampulabaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sehubungan dengan hal
itu, kemampulabaan merupakan rasio efektivitas manajemen dalam
mengelola perusahaan. Artinya kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham
tertentu. Efektivitas ini dinilai dengan mengaitkan laba bersih dengan
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Kodrat dan
indonanjaya, 2010 : 238).
Rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba, dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun
dengan menggunakan modal sendiri. Profitabilias adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio
ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan
operasional perusahan. Secara umum, rasio profitabilias dihitung dengan
membagi laba dengan modal. Rasio profitabilitas juga menunjukkan
33
퐸푃푆 =퐸푎푟푛푖푛푔 퐴푓푡푒푟 푇푎푥 (퐸퐴푇)
푁푢푚푏푒푟 표푓 푆ℎ푎푟푒푠 푂푢푡푠푡푎푛푑푖푛푔
pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan hutang terhadap operasi
(Moeljadi, 2006 : 52). Ada beberapa pengukuan indikator dalam rasio
profitabilitas, diantaranya adalah mengukur laba yang mampu dihasilkan
per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiiki atau Return
On Equity (ROE) (Moeljadi, 2006 : 73).
Earning Per Share (EPS)
Earning per Share (EPS) atau pendapatan per lebar saham
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Earnings per Share (EPS) menilai pendapatan bersih yang
diperoleh setiap lembar saham biasa. Earnings per Share
(EPS) menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan
kepada pemegang saham. Earnings per Share (EPS) yang lebih
tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar
dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham
(Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365). Untuk
mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar (Fahmi, 2013
: 288).
34
푅푂퐸 =퐸푎푟푛푖푛푔 퐴푓푡푒푟 푇푎푥 (퐸퐴푇)푇표푡푎푙 푆ℎ푎푟푒ℎ표푙푑푒푟푠 퐸푞푢푖푡푦
Return On Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil
pengembalian investasi pemegang saham dan menekan pada
hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang
diinvestasikan (Astuti, 2004 : 37). Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tersebut. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham, namun rasio ini tidak
memperhitungkan dividen dan capital gain untuk pemegang
saham (Kodrat dan indonanjaya, 2010 : 240). Untuk
mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba
setelah pajak dengan total modal sendiri.
9. Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembagian sisa hasil laba bersih perusahaan yang
didistribusikan kepada pemegang saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2001 :
9). Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada
pemegang saham yang dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham
(Gumanti, 2013 : 226).
35
Pengelompokkan dividen dengan variasi sudut pandang yang berbeda.
Darmadji dan Fakhrudin (2001 : 129), dividen dari alat pembayarannya
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Dividen tunai (cash dividend), merupakan dividen yang dibagikan
dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari pemberian dividen dalam
bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek,
yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Untuk
membayarkan dividen dalam bentuk tunai diperlukan likuiditas.
2) Dividen saham (stock dividend), merupakan dividen yang
diberikan dalam bentuk saham, dengan dibagikannya dividen
dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas
perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin
menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara memperluas
kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak
memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.
3) Sertifikat dividen (script dividend), merupakan dividen yang
dibayarkan dengan sertifikat atau surat prompes yang dikeluarkan
oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu
dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin
membagikan dividen dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu
perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai
gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat.
36
Pembayaran dividen biasanya dilakukan dalam beberapa tahap dalam
setahun. Di Amerika Serikat, pembayaran dividen umumnya dilakukan
setiap kuartal. Di negara-negara lain ada yang melakukannya dua kali
setahun dan satu tahun sekali. Di Indonesia, praktik pembayaran dividen
ada yang dua kali dan satu kali. Hal lain yang membedakan praktik
keputusan dividen adalah berkenaan dengan siapa yang memutuskan besar
kecilnya dividen. Berbeda dengan kelaziman Negara-negara maju,
misalnya Amerika Serikat dimana besar kecilnya dividen ditentukan oleh
dewan direktur atau manajemen perusahaan, di Indonesia keputusan
seberapa besar dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham
berada dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Artinya, RUPS
memegang peran kunci dalam kebijakan dividen di Indonesia, sehingga
dalam banyak hal, keputusan dividen bukan merupakan keputusan
strategis dari manajemen perusahaan semata (Gumanti, 2013 : 17).
Pada awal perkembangannya, ada tiga teori yang bertentangan satu
sama lain berkenaan dengan kebijakan dividen. Ada yang berpendapat
bahwa kenaikan dividen akan menaikkan nilai perusahaan. Pandangan
yang lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi memiliki efek
berlawanan terhadap nilai perusahaan, yang berarti menurunkan nilai
perusahaan. Pandangan yang ketiga menyatakan bahwa dividen
seharusnya tidak relevan dan semua upaya yang ditunjukkan untuk
37
mengubah kebijakan dividen akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak
akan mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga pandangan tersebut
melahirkan teori kebijakan dividen, yang akan dijelaskan sebagai berikut
(Gumantii, 2013 : 40):
1) Hipotesis ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance
proposition)
Teori hipotesis kebijakan dividen dipopulerkan oleh Miller dan
Modigliani (1961). Mereka memulai analisis kebijakan dividen
mereka dengan mengasumsikan suatu dunia yang bercirikan
pasarnya sempurna, perilaku pelaku pasarnya rasional, dan pasar
dalam kondisi kepastian yang sempurna (Gumanti, 2013 : 44).
Anggapan teori ini bahwa, dipasar yang sempurna dimana tidak
ada pajak, tidak ada biaya transaksi atau tidak ada ketimpangan
informasi, kebijakan dividen suatu perusahaan seharusnya tidak
memiliki efek terhadap nilai pasar perusahaan tersebut. Asumsi
penting dalam pendapat tersebut menyebutkan bahwa kebijakan
investasi perusahaan tidak memiliki keterkaitan dengan kebijakan
dividennya. Jadi, argumentasi “ketidak-relevanan” hanya berlaku
jika keputusan investasi tidak dipengaruhi oleh keinginan
manajemen untuk mempertahankan atau menaikkan dividen. Jika
perusahaan memiliki kebijakan investasi, maka kebijakan dividen
38
hanya akan mempengaruhi besar kecilnya pendanaan dari luar
(disamping dana dari laba ditahan) yang diperlukan untuk
mendanai investasi baru dan membayar dividen. Satu-satunya
pembatas dari nilai pasar perusahaan adalah kebijakan
investasinya, karena kebijakan investasi bertanggungjawab
terhadap keuntungan masa depan perusahaan (Gumanti, 2013 : 48-
49).
2) Teori burung ditangan (bird in the hand theory)
Gordon (1959) mendukung teori burung di tangan (bird in the
hand theory) dan mengemukakan pendapat bahwa aliran dividen di
masa mendatang akan didiskonto pada tingkat yang lebih redah
daripada keuntungan modal harapan (Gumanti, 2013 : 52).
Menurut teori ini, dividen lebih disukai oleh investor dibandingkan
capital gain karena unsur kepastiannya. Secara sekilas, teori ini
lebih rasional dan mudah dipahami, khususnya terkait dengan
bukti bahwa perusahaan dengan dividen tinggi akan cenderung
memiliki risiko saham yang lebih rendah (Gumanti 2013 : 53).
3) Teori efek pajak
Menurut teoi ini, yang dikenal dengan teori preferensi pajak (tax
preference theory), semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan
pada dividen relatif terhadap capital gain dan adanya
kemungkinan untuk menunda pajak pada capital gain telah
39
퐷푃푅 =퐷푖푣푖푑푒푛푑 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒
membuat sebagiian akademisi (peneliti) menyimpulkan bahwa
investor mungkin akan berbalik untuk tidak mengharapkan dividen
yang tinggi (Gumanti, 2013 : 55).
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba
atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan
yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham.
Kebijakan dividen yang ditentukan perusahaan dapat diukur dengan rasio
pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout
Ratio (DPR) diukur dengan cara membagi besarnya dividen per lembar
saham dengan laba bersih per lembar saham (Gumanti, 2013:22).
10. Nilai Buku
Hubungan antara nilai pasar dan nilai buku tidak dapat dipandang
sebelah mata oleh investor. Nilai buku merupakan indikasi penilaian pasar
terhadap saham perusahaan. Secara umum, jika nilai pasar yang tercermin
dalam harga saham peusahaan bernilai lebih rendah dari nilai buku maka
saham undervalue, dan sebaliknya jika nilai pasar yang tercermin dalam
harga saham peusahaan bernilai lebih besar dari nilai buku maka saham
40
푃퐵푉 =푀푎푟푘푒푡 푝푟푖푐푒 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒퐵표표푘 푣푎푙푢푒 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒
overvalue. Penilaian saham berbasis nilai buku dapat melalui indikator
Price to Book Value (PBV) (Murhadi, 2009 : 147).
Price to Book Value (PBV) menunjukkan perkiraan nilai ekuitas
berdasarkan perbandingan nilai buku saham dengan harga pasarnya.
Semakin besar nilai Price to Book Value (PBV), maka semakin tinggi nilai
perusahaan. Sehingga membuat para investor tertarik untuk menanamkan
dananya ke dalam perusahaan. Price to Book Value (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu saham.
Price to Book Value (PBV) adalah perbandingan harga pasar saham
dengan nilai bukunya (Meilani, 2014 : 3).
11. Keterkaitan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
a. Pengaruh Variabel Debt Ratio (DR) Terhadap Price Earning Ratio
(PER)
Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio hutang
(debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor
terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil
perhitungan rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang
total yang didapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio
hutang menunjukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan
41
semakin tinggi, karena hutang membawa konsekuensi beban bunga
tetap (Warsono, 2003 : 36).
Meningkatnya hutang akan mengakibatkan peningkatan risiko
sehingga kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan
perusahaan menjadi berkurang dan menciptakan harga saham yang
rendah dan mengakibatkan Price Earning Ratio (PER) semakin kecil.
Semakin tinggi prosentase rasio hutang cenderung semakin besar
resiko keuangannya baik bagi kreditor maupun bagi pemegang saham
(Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365).
Financial risk merupakan resiko tambahan bagi perusahaan akibat
adanya keputusan pendanaan menggunakan utang. Ada beberapa cara
mengukur financial risk, namun dalam penelitian ini menggunakan
Debt Ratio (DR). Besarnya rasio ini menunjukkan proporsi modal
perusahaan yang diperoleh dari utang dibandingkan dengan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang
menyebabkan laba perusahaan semakin tidak menentu karena adanya
beban bunga yang harus dibayarkan. Oleh karena itu semakin tinggi
proporsi rasio utang akan semakin tinggi pula risiko finansial suatu
perusahaan. Tinggi rendahnya risiko keuangan perusahaan secara tidak
langsung dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut
(Ridho dan Prabawa, 2012 : 89).
42
b. Pengaruh Variabel Return On Equity (ROE) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Return On Equity (ROE) adalah rasio perbandingan antara laba setelah
pajak dengan modal sendiri atau modal saham yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham
biasa atau pemilik modal. Semakin tinggi Return On Equity (ROE)
yang dihasilkan semakin baik kedudukan pemilik perusahaan, dimana
hal ini menggambarkan semakin meningkatnya pendapatan yang
tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan
dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi
permintaan investor untuk membeli saham. Jika rasio ini meningkat
manajemen dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang
saham. (Arisona, 2013 : 107).
Return On Equity (ROE) sering disebut kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki,
sehingga Return On Equity (ROE) ini ada yang menyebutnya sebagai
rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas
dari sudut pandang pemegang saham. Sartono (2001) dalam
Ramadhani (2013 : 4) menyatakan, semakin besar nilai Return On
Equity (ROE) maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor
juga besar. Semakin besar nilai Return On Equity (ROE) maka
perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan
43
yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan
memberikan reward berupa Price Earning Ratio (PER) yang tinggi.
c. Pengaruh Variabel Earning per Share (EPS) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Earning per Share (EPS) menilai pendapatan bersih yang diperoleh
setiap lembar saham biasa. Earning per Share (EPS) menunjukkan
besarnya laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham.
Saham yang memiliki Earning per Share (EPS) tinggi akan lebih
menguntungkan dibandingkan saham yang memiliki Earning per
Share (EPS) rendah. Earning per Share (EPS) yang lebih tinggi
menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham (Rahma,
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365). Dengan demikian semakin tinggi
Earning per Share (EPS) akan semakin tinggi pula kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham pada
perusahaan.
d. Pengaruh Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Perusahan dengan imbal hasil dividen yang tinggi, secara teori, akan
memiliki tingat pengembalian investasi yang tinggi, daripada
perusahaan dengan tingkat imbal hasil dividen yang rendah. Dividen
yang diterima investor atau pemegang saham besarnya tergantung
44
pada Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu bagian dari laba perusahaan
yang dibayarkan sebagai dividen. Perubahan atas Dividend Payout
Ratio (DPR) dapat mempengaruhi perubahan Price Earning Ratio
(PER). Saham dengan dividen yang tinggi merupakan salah satu faktor
yang menarik bagi investor sehingga dapat menaikkan harga saham
sehingga meningkatkan Price Earning Ratio (PER) (Rahma,
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365).
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba
atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah
kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan
pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan
harga saham. Kenaikan atau penurunan harga saham di pasar ini akan
berdampak pada nilai Price Earning Ratio (PER) saham tersebut
(Fegriadi, 2013 : 5).
e. Pengaruh Variabel Price to Book Value (PBV) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Price Book Value (PBV) menunjukkan perkiraan nilai ekuitas
berdasarkan perbandingan nilai buku saham dengan harga pasarnya.
Semakin besar nilai Price Book Value (PBV), maka semakin tinggi
nilai perusahaan (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365).
45
Semakin besar rasio PBV, maka semakin tinggi nilai perusahaan,
sehingga membuat para investor atau calon investor tertarik untuk
menanamkan dananya ke dalam perusahaan, karena investor yang
rasional akan memilih emiten yang mempunyai PBV yang tinggi.
Dengan adanya daya tarik tersebut akan berdampak pada semakin
banyaknya calon investor dan atau investor untuk memiliki saham
perusahaan dan pada akirnya akan meningkatkan harganya di pasar
modal (Agustin, 2014 : 76).
B. Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan analisis faktor fundamental yang mempengaruhi
Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan, cukup
banyak penelitian yang telah dilakukan yang berperan serta melatarbelakangi
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Berikut adalah beberapa
penelitian yang dimaksud:
46
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbandingan Dengan Penelitian Yang Akan
Dilakukan Persamaan Perbedaan
Imad Zeyad Ramadan (2015)
Confidence Index Determinants of The Amman Stock Exchange Listed Company
PER (Y) DPR,
Discount Rate, Firm Size, Leverage, Tobin’s Q, Earning Growth (X)
Ordinary Least Square
Variabel DPR, Earning Growth, dan Tobin’s Q berdampak positif dan signifikan terhadap PER. Variabel Firm Size berdampak negatif signifikan terhadap PER.
Variabel dependen PER
Variabel independen DPR
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
47
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbandingan Dengan Penelitian Yang Akan
Dilakukan Persamaan Perbedaan
Puwanenthiren Pemkanth (2014)
Determinant of Price Earning Multple In Sri Lanka Listed Company
PER (Y) DPR dan
ROE (X)
Regresi berganda
Hasil studi menunjukkan variabel ROE berhubungan negatif terhadap PER, sedangkan variabel DPR berhubungan positif terhadap PER
Variabel dependen PER
Variabel independen DPR dan ROE
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
Erlin Yulia Rahma, Djumahir, dan Atim Djazuli (2014)
Analisis variabel Fundamental Yang Berpengaruh Terhadap PER Sebagai Dasar Penilaian Saham Pada Perusahaan Automotive And Allied
PER (Y) ROE,
DER, EPS, DPR, PBV, Earning Growth (X)
Regresi berganda
Secara simultan, variabel ROE, DER, EPS, DPR, dan PBV berpengaruh signifikan terhadap PER. Secara parsial, ROE berpengaruh negatif signifkan terhadap PER sedangkan PBV berpengaruh positif terhadap PER.
Variabel dependen PER
Variabel independen ROE, EPS, DPR, dan PBV
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
48
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbandingan Dengan Penelitian Yang Akan
Dilakukan Persamaan Perbedaan
Rr. Fitria Agustin (2014)
Analisis Pengaruh Price to Book Value, Earning per Share, Debt Ratio, dan Return On Asset terhadap Price Earning Ratio
PER (Y) PBV,
EPS,DR, dan ROA (X)
Regresi berganda
Variabel PBV, EPS, dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER, sedangkan variabel DR berpengaruh negatif terhadap PER.
Variabel dependen PER
Variabel independen PBV, EPS, dan DR
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
Dr. Talat Afza dan MS. Samya Tahir (2013)
Determinant of Price Earning Ratio : The Case Of Chemical Sector Of Pakistan
PER (Y) DPR,
Leverage, Market Return, Variability in Market Price, Earning Growth, Size Tobin’s Q (X)
Regresi berganda
DPR, leverage, variasi harga pasar, dan Tobin’s Q memberi pengaruh yang positif terhadap PER, sedangkan ukuran persahaan memberi pengaruh negatif terhadap PER.
Variabel dependen PER
Variabel independen leverage dan DPR
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
49
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbandingan Dengan Penelitian Yang Akan
Dilakukan Persamaan Perbedaan
Farida Wahyu Lusiana (2013)
Analisis Pengaruh ratio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas terhadap PER perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
PER (Y) CR, DR,
Inventory Turn Over, ROE (X)
Regresi berganda
Variabel CR, DR, Inventory Turn Over, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap PER.
Variabel dependen PER
Variabel independen DR, dan ROE
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
Vivian Firsera Arisona (2013)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PER pada Saham Index LQ45
PER (Y) DPR,
Earning Growth, ROE, dan Firm Size (X)
Regresi berganda
Variabel DPR dan ROE berpengaruh signifikan dengan arah positif untuk vaiabel DPR dan arah negatif untuk variabel ROE. Sedangkan variabel Earning Growth dan Firm Size tidak berpengaruh terhadap PER.
Variabel dependen PER
Variabel Independen DPR dan ROE
Objek penelitian pada Jakarta Islamic Index (JII)
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
50
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Perbandingan Dengan Penelitian Yang Akan
Dilakukan Persamaan Perbedaan
Heni Suslowati dan Ratnaningrum (2010)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PER Antara Saham Yang Tercatat Dalam Index Syariah Dan Saham Biasa (Studi pada Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia 2006 -2008)
PER (Y) CR,
DER, ROE, NPM, DPR, dan Inventory Turn Over
Regresi berganda dan Uji beda
Varabel ROE bepengaruh negatif dan signifikan terhadap PER, sedangkan variabel CR, DER, NPM, DPR, INTO tidak bepengaruh terhadap PER. Ada perbedaan koefisien regresi antara saham syariah dan saham konvensional.
Variabel dependen PER
Variabel independen ROE, dan DPR
Metode penelitian dengan regresi data panel
Periode penelitian 2009-2013
51
C. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Fixed Effect Model
Estimasi Model Regresi Data Panel
Price Earning Ratio
Random Effect Model Common Effect Model
Uji Chow / Likehood Test Ratio Uji Hausman
Model Estimasi Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Normalitas Autokorelasi Multikolinieritas Heteroskedastisitas
Uji Simultan (Uji F) Uji Parsial (Uji t) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Fundamental Perusahaan : Debt Ratio Return On Equity Earning Per Share Dividend Payout Ratio Price to Book Value
Interpretasi Hasil Penelitian
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
52
D. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.
Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan
untuk menolak atau menerima hipotesis. Agar pemilihan lebih terinci dan
mudah, maka diperlukan hipotesis alternatif yang selanjutnya disingkat Ha dan
hipotesis nol (null) yang selanjutnya disingkat H0. Ha cenderung dinyatakan
dalam kalimat positif, sedangkan H0 dinyatakan dalam kalimat negatif
(Usman dan Setiady, 2006:119).
Dari latar belakang, tinjauan teori, serta kerangka pemikiran yang telah
disusun sebelumnya, penulis merumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian
yang akan disebutkan sebagai berikut:
1. H0 : b1 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel
X1 (Debt Ratio) terhadap variabel Y (Price
Earning Ratio)
Ha : b1 > 0 : Terdapat pengaruh positif antara variabel X1
(Debt Ratio) terhadap variabel Y (Price Earning
Ratio)
53
2. H0 : b2 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel
X2 (Return On Equity) terhadap variabel Y
(Price Earning Ratio)
Ha : b2 > 0 : Terdapat pengaruh positif antara variabel X2
(Return On Equity) terhadap variabel Y (Price
Earning Ratio)
3. H0 : b3 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel
X3 (Earning Per Share) terhadap variabel Y
(Price Earning Ratio)
Ha : b3 > 0 : Terdapat pengaruh positif antara variabel X3
(Earning Per Share) terhadap variabel Y (Price
Earning Ratio)
4. H0 : b4 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel
X4 (Dividend Payout Ratio) terhadap variabel Y
(Price Earning Ratio)
Ha : b4 > 0 : Terdapat pengaruh positif antara variabel X4
(Dividend Payout Ratio) terhadap variabel Y
(Price Earning Ratio)
54
5. H0 : b5 ≤ 0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel
X5 (Price to Book Value) terhadap variabel Y
(Price Earning Ratio)
Ha : b5 > 0 : Terdapat pengaruh positif antara variabel X5
(Price to Book Value) terhadap variabel Y (Price
Earning Ratio)
6. H0 : b1, . . . .b5 = 0 : Tidak terdapat pengaruh antara variabel X (Debt
Ratio, Return On Equity, Earning Per Share,
Dividend Payout Ratio, Price to Book Value)
terhadap variabel Y (Price Earning Ratio)
Ha : b1, . . . . b5 ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara variabel X (Debt
Ratio, Return On Equity, Earning Per Share,
Dividend Payout Ratio, Price to Book Value)
terhadap variabel Y (Price Earning Ratio)
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
fundamental yang berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER)
perusahaan sebagai dasar penilaian saham pada saham perusahaan yang
berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Pemilihan sampel perusahaan
dengan teknik purposive sampling. Perusahaan yang menjadi sampel
penelitian merupakan perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah disusun
oleh penulis. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel
dengan menggunakan alat bantu analisis EViews 7.1 dan Microsoft Excel
2007.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik
tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Usman
56
dan Setiady, 2006 : 181). Populasi adalah sebuah kumpulan dari
semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain dari
objek yang menjadi perhatian (Suharyadi, 2007 : 12). Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah saham – saham syariah
perusahaan yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII)
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu 2009-
2013.
2. Sampel
Dalam statistika terbagi atas dua jenis, yaitu statistika
deskriptif dan statistika induktif (inferensial). Statistika induktif
(inferensial) ialah suatu proses yang berusaha untuk menarik
kesimpulan tentang keadaan populasi berdasarkan sampelyang
diambil, dengan menggunakan metode tata cara tertentu. Sampel
adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan
teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling (Usman dan
Setiady, 2006 : 182).
Teknik sampling dibagi dua yaitu probability sampling dan
non probability sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non probability sampling. Non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel tidak secara acak.
Sedangkan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling
57
yang merupakan teknik penentuan sampel yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitian (Usman dan Setiady, 2006 : 186).
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah saham
perusahaan berbasis syariah yang memenuhi kriteria-kriteria yang
akan diuraikan sebagai berikut:
a) Saham perusahaan berbasis syariah dan secara terus menerus
masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Indeks (JII)
sepanjang periode penelitian yaitu periode 2009-2013.
b) Perusahaan secara terus menerus membagikan dividen
sepanjang periode pengamatan yaitu periode 2009-2013.
c) Perusahaan memiliki kelengkapan data keuangan pada laporan
keuangan yang berakhir per 31 Desember selama periode
pengamatan yaitu periode 2009-2013.
d) Rasio keuangan perusahaan memenuhi ketentuan dan fatwa
yang telah dibuat Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) dan
Bapepam-LK.
C. Metode Pengumpulan Data
Data ialah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melaui
berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. Dengan informasi
tersebut, kita dapat mengambil suatu keputusan (Usman dan Setiady, 2006 :
15).
58
Data dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui pihak yang
disebut sumber primer. Data primer yang dikumpulkan oleh peneliti melalui
pihak kedua atau tangan kedua disebut sumber sekunder, yaitu data yang
diperoleh melalui wawancara kepada pihak lain tentang objek dan subjek
yang ditelliti, dan mempelajari dokumentasi-dokumentasi tentang objek dan
subjek yang diteliti. Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
sumber sekunder dapat dilakukan dengan wawancara (interview), pengamatan
(observation), angket (questinnary), dan dokumentasi (documentation)
(Usman dan Setiady, 2006 : 20).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Untuk dapat menganalisa hipotesis yang sudah dirumuskan, penulis
menggunakan data sekunder yang dipublikasikan oleh situs penyedia data
historis keuangan perusahaan, diantaranya adalah www.idx.co.id dan situs
perusahaan-perusahaan yang merupakan objek dari penelitian.
Selain melakukan pencarian data sekunder untuk keperluan penelitian
melalui situs internet, penulis juga melakukan riset kepustakaan (library
research) untuk memperoleh landasan dan konsep yang kuat guna
memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan melalui jurnal-jurnal
penelitian, artikel, dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan topik
yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini.
59
D. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis Regresi Data Panel
Metode uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji regresi data panel. Data deret waktu (time series) adalah data satu
objek yang meliputi beberapa periode waktu. Data cross section
adalah data yang terdiri dari beberapa atau beberapa objek dalam satu
periode. Penggabungan data deret waktu (time series) dengan cross
section disebut dengan data panel. Dengan kata lain, data panel adalah
data yang diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang-
ulang pada unit individu (objek) yang sama pada waktu yang berbeda.
Dengan demikian akan diperoleh gambaran tentang perilaku beberapa
objek tersebut selama beberapa periode waktu (Juanda dan Junaidi,
2012 : 175-176).
Beberapa keuntungan menggunakan data panel dibandingkan
dengan data deret waktu (time series) atau cross section dikemukakan
oleh Baltagi (2005) dalam Juanda dan Junaidi (2012 : 177):
a) Karena data panel berhubungan dengan individu-individu,
perusahaan, Negara, dan sebagainya, dari waktu ke waktu,
secara otomatis dapat membuatnya memiliki unobserved
heterogeneity pada unit-unit tersebut. Teknik yang digunakan
dalam mengestimasi data panel bisa mengambil unobserved
heterogeneity secara eksplisit dan memasukannya ke dalam
60
perhitungan dengan membiarkannya untuk peubah spesifikasi
individu. Dengan kata lain, metode data panel dapat
mengontrol unobserved heterogeneity.
b) Dengan mengkombinasikan data deret waktu dan data cross
section, data panel memberikan data yang lebih informatif,
lebih bervariasi, mengurangi kolinieitas antar peubah,
memperbesar derajat kebebasan, dan lebih efisien.
c) Dengan menggunakan cross section yang berulang-ulang dari
tahun ke tahun, maka dapat dipelajari suatu bentuk perubahan
yang dinamis.
d) Dengan mendeteksi dan mengukur efek suatu peubah pada
peubah lainnya dengan lebih baik dari pada hanyadengan
menggunakan data deret waktu atau cross section.
e) Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model perilaku
(behavior model) yang lebih kompleks.
f) Dapat mengurangi bias yang mungkin terjadi bila
menganggresi individu-individu atau perusahaan-perusahaan
ke dalam agregasi yang luas.
Model umum regresi data panel (dalam notasi matriks) adalah sebagi
berikut:
푌 = 훼 + 훽푋 + 푢
61
Dimana:
i : 1, 2, ….., N, menunjukkan dimensi cross section
t : 1, 2, ….., T, menunjukkan dimensi deret waktu
α : Koefisien intersep yang merupakan skalar
β : Koefisien slope dengan dimeni K x 1, dimana K adalah
banyaknya peubah bebas
Yit : Peubah tak bebas untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t
Xit : Peubah bebas untuk unit individu ke-i dan unit waktu ke-t
a. Pendekatan-pendekatan dalam regresi data panel
Metode estimasi model regresi data panel dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan (Widarjono, 2009 : 231):
a) Common Effect Model
Model Common Effect atau Pooled Least Square Model
adalah model estimasi yang menggabungkan data time
series dan cross section dengan menggunakan pendekatan
OLS (Ordinary Least Square) untuk mengestimasi
parameternya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan
dimensi waktu maupun individu sehingga perlakuan data
antar perusahaan diiasumsikan sama dalam berbagai kurun
waktu. Pada dasarnya, model Common Effect sama seperti
OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data
yang digunakan bukan data time series atau cross section
62
saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk
pooled.
b) Fixed Effect Model
Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi
data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed
Effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara
perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in
variant). Disamping itu model ini juga mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan
antar waktu. Pendekatan dengan variabel dummy ini
dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least
Square Dummy Variable (LSDV) atau juga Covariance
Model.
c) Radom Effect Model
Random Effect Model adalah model estimasi regresi data
panel dengan asumsi koefisien slope konstan dan intersep
berbeda antar individu dan antar waktu. Dimasukkannya
variabel dummy di dalam Fixed Effect Model bertujuan
untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang
sebenarnya namun ini juga membawa konsekuensi
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang
63
pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Model
Random Effect mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan
antar individu. Model yang tepat digunakan untuk
mengestimasi Random Effect adalah Generalized least
Square (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat
meningkatkan efisiensi dari least square.
b. Pemilihan model regresi data panel
Dari ketiga model yang telah dijelaskan sebelumnya,
selanjutnya akan ditentukan model yang paling tepat untuk
mengestimasi parameter regresi data panel. Secara formal terdapat
tiga pengujian yang dapat digunakan, diantaranya:
a) Pemilihan antara Common Effect Model dan Fixed
Effect Model
Untuk mengetahui apakah Fixed Effect Model lebih baik
dibandingkan Common Effect Model dapat dilakukan
dengan melihat signfikansi model Fixed Effect Model
dengan uji statstik F. Pengujian seperti ini dikenal juga
dengan istilah Uji Chow / Likelihood Test Ratio. Hipotesis
nol (H0) yang digunakan adalah intersep atau slope adalah
sama. Adapun uji-F statistknya adalah sebagai berikut:
64
Dimana:
n : Jumlah individu.
T : Jumlah periode waktu.
K : Banyaknya parameter untuk model
RSS1 dan RSS2 : Residual sum f squares untuk Common
Effect Model dan Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis tersebut adalah dengan
membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel.
Perbandingan dipakai apabila hasil F-hitung lebih besar (>)
dari F-tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih
tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Atau H0 ditolak
p-value lebih kecil (<) dari signifikansi α yang digunakan
dalam penelitian sebesar 5% atau 0,05 (Juanda dan Junaidi,
2012 : 195).
b) Pemilihan antara Common Effect model dan Random
Effect Model
Untuk mengetahui apakah Random Effect Model lebih baik
dibandingkan Common Effect Model, dapat digunakan Uji
Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh
퐹ℎ푖푡푢푛푔 =(푅푆푆 − 푅푆푆 )/푛 − 1(푅푆푆 )/(푛푇 − 푛 − 퐾)
65
Bruesch-Pagan. Pengujian ini didasarkan pada nilai
residual dari Common Effect Model. Hipotesis nol (H0)
yang digunakan adalah intersep bukan merupakan peubah
random atau stokastik. Dengan kata lain, varian dari
residual Random Effect Model bernilai nol. Adapun nilai
statistik LM dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
Dimana:
n : Jumlah individu
T : Jumlah periode waktu
푒푖푡 : Residual metode Common Effect Model
Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-square dengan
derajat bebas sebesar 1. Jika hasil satistik LM lebih besar
dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nol (H0)
akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi
data panel adalah Random Effect Model.
c) Pemilihan antara Fixed Effect Model dan Random
Effect Model
Untuk mengetahui apakah Fixed Effect Model lebih baik
dari Random Effect Model, digunakan Uji Hausman.
퐿푀 =푛푇
2(푇 − 1)∑ [∑ 푒 ]∑ ∑ 푒
− 1
66
Dengan mengikuti kriteria Wald, nilai intristik Hausman ini
akan mengikuti distribusi chi-square sebagai berikut:
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi chi-square
dengan derajat bebas (degree of freedom) sebesar peubah
bebas (K). H0 ditolak jika nilai statistik Hausman lebih
besar (>) dari pada nilai kritis statistik chi-square dan
model yang tepat digunakan untuk regresi dari data panel
adalah Fixed Effect Model. Atau H0 ditolak jika p-value
statistik chi-square lebih kecil (<) dari signifikansi α yang
digunakan dalam penelitian sebesar 5% atau 0,05 (Juanda
dan Junaidi, 2012 : 197).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan pengujian yang dilakukan dengan
tujuan untuk menunjukkan hubungan antara variabel dependen dan
variabel independen dalam penelitian bersifat linier dan berdistribusi
normal serta bebas dari masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi antara variable-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Jika hal-hal tersebut terpenuhi maka penelitian akan
menghasilkan estimator yang linier, tidak bias, serta memiliki varian
minimum atau BLUE (Best Linier Unbiazed Estimator).
푊 = 푋 [퐾] = 훽,훽 Σ 훽,훽
67
a. Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data
kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas,
reabilitas, uji-t, korelasi, regresi dapat dilaksanakan (Usman dan
Detiady, 2006 : 109). Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai residual yang telah terstandarisasi pada model regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendeteksi nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya
normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data tidak
normal, karena terdapat nilai ekstrim pada data yang diambil.
Mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan melihat
koefisien Jarque-Bera (JB) dan probabilitasnya. Uji ini mengukur
perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan
apabila datanya berdistribusi normal (Winarno, 2011 : 5.37).
Untuk mengetahui normalitas sebuah data dapat dilakukan dengan
melihat koefisien Jarque-Bera (JB) dan probabilitasnya. Kedua
angka ini bersifat saling mendukung dengan ketentuan sebagai
berikut (Winarno, 2011 : 5.39):
Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka
data berdistribusi normal.
68
Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α,
maka data berdistribusi normal.
b. Multikolinieritas
Multikolinieritas artinya antar variabel independen yang terdapat
dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).
Konsekuensi yang sangat penting bagi model regresi yang
mengandung multikolinieritas adalah bahwa kesalahan standar
estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel
independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak
hipotesis nol akan semakin besar. Akibatnya model regresi yang
diperoleh tidak sahih (valid) untuk menaksir nilai variable
independen (Algifari, 2000 : 84).
Untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinieritas dalam
model dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antar
variabel independen. Sebagai aturan kasar, model dikatakan tidak
memiiki masalah multikolinieritas jika koefisien korelasi antar
variabel independen bernilai diatas 0,89. Sebaliknya, model
memiiki masalah multikolinieritas jika koefisien korelasi antar
variable independen memiliki nilai diatas 0,89 (Winarno, 2011 :
5.3).
69
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak
sama (konstan). Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam
model regresi adalah penaksiran (estimator) yang diperoleh tidak
efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampe besar,
walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya
(tidak bias) dan bertambahnya sampel yang digunakan akan
mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini disebabkan oleh
variansnya yang tidak minimum (tidak efisien) (Algifari, 2000 :
85).
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas. Salah
satunya adalah dengan uji Park, yaitu suatu metode uji
heteroskedastisitas dengan membuat persamaan regresi dengan
mengganti variable dependennya dengan residual kuadratnya. Jika
probabilitas yang ada bernilai diatas signifikansi α yang digunakan
dalam penelitian yaitu 5% atau 0,05 yang berarti tidak signifikan,
maka data dinyatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas
(Winarno, 2011 : 5.12).
d. Autokorelasi
Autokorelasi artinya adanya korelasi antar anggota sampel yang
diurutkan berdasar waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya
70
muncul pada observasi yang menggunakan data time series.
Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians
populasinya. Lebih jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak
lagi dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada
nilai variabel independen tertentu (Algifari, 2000 : 88).
Pengujian yang paling populer untuk menditeksi autokorelasi
adalah dengan uji Durbin-Watson (D-W). Pada umumnya program
statistik telah menyediakan fasilitas untuk melakukan uji tersebut.
Aturan pengujian menggunakan Durbin-Watson (D-W) adalah
sebagai berikut:
a) Bila d < dL maka ada korelasi yang positif.
b) Bila dL ≤ d ≤ dU, maka tidak bisa mengambil kesimpulan
apa-apa
c) Bila dU < d < 4 – dU, maka tidak ada korelasi positif
maupun negatif.
d) Bila 4 – dU ≤ d ≤ 3 – dL, maka tidak dapat mengambil
kesimpulan apa-apa.
e) Bila d > 4 – dL, maka ada korelasi negatif.
Nilai d akan berada disekitar 0 – 4. Model dikatakan bebas dari
masalah autokorelasi jika nilai Durbin-Wason (D-W) pada output
model regresi berada pada wilayah bebas autokorelasi yaitu
71
bernilai diantara nilai dU dan 4-dU. Berikut tabel pengambilan
keputusan uji Durbin-Wason:
Gambar 3.1 Dasar Pengambillan Keputusan Uji Durbin-Watson
3. Uji Simultan
Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas
memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tergantung, maka
model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini
akan masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit (Suliyanto, 2011 :
61).
Dalam melakukan uji simultan melalui uji-F setiap software
regresi selalu menghitung nilai F-hitung secara otomatis. Sedangkan
untuk memperoleh nilai F-tabel ditentukan oleh tingkat signifikasi α
yang digunakan penulis sebesar 5% dan nilai degree of freedom (df).
Dikutip Suliyanto (2011 : 61), untuk menyimpulkan apakah model
masuk kategori cocok (fit) atau tiidak, dilakukan dengan cara
dl
Autokorelasi Negatif
Tidak Dapat Didefinisikan
Bebas Autokorelasi
Tidak Dapat Didefinisikan
Autokorelasi Positif
0 du 4-du 4-dl 4
72
membandingkan nilai F-hitung dan F-tabel dengan derajat bebas df: α,
(k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel dependen dan
independen, dan n adalah jumlah pengamatan.
Keputusan menolak atau menerima H0 didasarkan pada F-
hitung lebih besar (>) dari F-tabel, maka H0 ditolak yang berarti secara
bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Sebaliknya jika F-hitung lebih kecil (<) dari F-tabel, maka H0 diterima
yang berarti secara bersama-sama variabel independen tidak
mempengaruhi variabel dependen.
4. Uji Parsial
Uji-t digunakan untuk membuktikan apakah variabel
independen secara individu mempengaruhi variabel dependen dengan
menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan t-hitung dengan t-tabel.
Dalam melakukan uji parsial melalui uji-t, setiap software
regresi selalu menghitung nilai t-hitung secara otomatis. Sedangkan
untuk memperoleh nilai t-tabel ditentukan oleh tingkat signifikasi α
yang digunakan penulis sebesar 5% dan nilai degree of freedom (df):
α, (n-k), dimana k adalah jumlah variabel dependen dan independen,
dan n adalah jumlah pengamatan.
Dalam penelitian ini uji parsial digunakan untuk uji satu arah
karena hipotesis yang diajukan pada bab sebelumnya sudah
73
menunjukkan arah antara positif dan negatif. Keputusan menolak atau
menerima H0 didasarkan pada perbandingan nilai t-hitung dengan nilai
t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih besar (>) dari pada t-tabel artinya H0
ditolak yang artinya variabel independen secara individu berpengaruh
positif terhadap variabel dependen. Selain itu, uji parsial dilakukan
dengan membandingkan probabilitas masing-masing variabel
independen pada output regresi data panel dengan tingkat signifikansi
yang telah ditentukan sebelumnya. Jika nilai probabilitas variabel
independen lebih kecil (<) dari tingkat signfikansi α sebesar 5% atau
0,05 maka dapat disimpulkan variabel tersebut secara individu
berpengaruh signfikan terhadap variabel dependen. Adapun nilai
probablitas dalam penelitian ini didapat dengan membagi dua nilai
probablitas yang ada pada output regresi data panel. Dikutip
Widarjono (2009 : 47), hal tersebut perlu dilakukan karena uji-t yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji satu arah sedangkan output
probabilitas variabel yang muncul pada software Eviews yang
digunakan oleh peneliti untuk mengolah data adalah nilai probabilitas
untuk uji dua arah sehingga nilai probabiltas harus dibagi dua.
5. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of
fit). Koefisien determinasi ini mengukur persentase total varian
74
variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen X
didalam garis regresi. Nilai R2 selalu berada diantara 0 dan 1. Semakin
besar R2, semakin baik kualitas model, karena semakin dapat
menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan indipeden
(Winarno, 2011 : 4.8).
Nilai Adjusted R-Square dianggap lebih baik dari pada nilai R-
Square karena semakin banyak variabel independen yang dimasukkan
ke dalam model maka nilai Adjusted R-Square akan semakin
berkurang akibat penyesuaian dengan model. Oleh karena itu untuk
keperluan uji koefisien determinasi yang peneliti lihat dalam penelitian
ini adalah nilai Adjusted R-square yang ada pada output hasil regresi
data panel.
75
퐷푅 =푇표푡푎푙 퐿푖푎푏푖푙푖푡푖푒푠푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡
푅푂퐸 =퐸푎푟푛푖푛푔 퐴푓푡푒푟 푇푎푥 (퐸퐴푇)푇표푡푎푙 푆ℎ푎푟푒ℎ표푙푑푒푟푠 퐸푞푢푖푡푦
퐸푃푆 =퐸푎푟푛푖푛푔 퐴푓푡푒푟 푇푎푥 (퐸퐴푇)
푁푢푚푏푒푟 표푓 푆ℎ푎푟푒푠 푂푢푡푠푡푎푛푑푖푛푔
퐷푃푅 =퐷푖푣푖푑푒푛푑 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒
푃퐵푉 =푀푎푟푘푒푡 푝푟푖푐푒 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒퐵표표푘 푣푎푙푢푒 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒
E. Operasional Variabel
Tabel 3.1 Operasional Variabel
VARIABEL INDIKATOR SATUAN
X
Debt Ratio (DR) (Warsono, 2003 :
36)
Persen (%)
Return On Equity (ROE)
(Kasmir, 2010 : 115)
Persen (%)
Earning Per Share (EPS)
(Fahmi, 2013 : 288)
Rupiah (Rp)
Dividend Payout Ratio (DPR)
(Gumanti, 2013:22)
Persen (%)
Price to Book Value (PBV)
(Murhadi, 2009 : 147)
Kali (x)
Y
Price Earning Ratio (PER)
(Moeljadi, 2006 : 54)
Kali (x)
푃퐸푅 =푀푎푟푘푒푡 푃푟푖푐푒 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒
76
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Pasar Modal Syariah
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat
diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur
dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh
karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari
sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar
Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal
konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal
Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.
77
Berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK No IX.A.13 tentang
Penerbitan Efek Syariah, yang di maksud dengan Efek Syariah adalah
Efek sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Pasar Modal dan
peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang
menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah di Pasar Modal. Dalam peraturan yang sama dijelaskan juga
pengertian dari prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal yaitu prinsip-
prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan
fatwa DSN-MUI, sepanjang fatwa di maksud tidak bertentangan dengan
peraturan ini dan atau peraturan Bapepam dan LK yang didasarkan pada
fatwa DSN-MUI. Bapepam dan LK merupakan pihak yang berwenang
dalam menentukan apakah suatu efek dapat dikatakan sebagai efek syariah
atau tidak berdasarkan peraturan tersebut. Dengan demikian, efek syariah
yang terdapat di pasar modal Indonesia adalah efek syariah yang merujuk
kepada definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam dan LK.
Dalam menentukan atau menyeleksi efek syariah, Bapepam dan LK di
bantu oleh DSN-MUI. Kerjasama antara Bapepam dan LK dan DSN-MUI
dimaksudkan agar penggunaan prinsip-prinsip syariah di pasar modal
dalam menyeleksi efek yang memenuhi kriteria syariah dapat lebih
optimal, mengingat DSN-MUI merupakan satu-satunya lembaga di
Indonesia yang mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan fatwa yang
berhubungan dengan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia. Hasil seleksi
78
efek syariah yang telah dilakukan oleh Bapepam dan LK dan DSN-MUI
tersebut dituangkan ke dalam suatu Daftar Efek Syariah (DES).
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia, Bapepam-LK
selaku regulator pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan
khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut:
Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efek Syariah
Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan
dalam Penerbitan Efek Syariah
Selain itu landasan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berhubungan
dengan pasar modal syariah Indonesia diperlukan sebagai dasar untuk
menetapkan prinsip-prinsip syariah yang dapat diterapkan di Pasar Modal.
Beberapa fatwa yang dikeluarkan yang mengatur tentang mekanisme
prinsip syariah dalam pelaksanaan kegiatan Pasar Modal yang bersifat
ekuitas diantaranya adalah sebagai berikut:
Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal
79
Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip
Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas
di Pasar Reguler Bursa Efek.
2. Jakarta Islamic Index (JII)
Pada tanggal 3 Juli 2000, PT. Bursa Efek Indonesia bekerja sama
dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan indeks
saham yang dibuat berdasarkan syariah islam yaitu Jakarta Islamic Index
(JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang
berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.
JII terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai
syariah islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk
kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa
Investment Management. Akan tetapi seiring dengan perkembangan pasar,
tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK,
bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam
peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah.
a. Kriteria pemilihan saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah
Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan
syariah, sehingga saham-saham tersebut otomatis belum dapat
dimasukkan dalam peritungan Jakarta Islamic Index (JII).
80
Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam-
LK Nomor IX.A.13 Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama
suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah islam adalah:
a) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
b) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep
ribawi, jual beli resiko yang mengandung gharar dan masyir.
c) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan:
Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram
li-dztihi)
Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya
(haram li-gairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI.
Barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat.
d) Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi
(nisbah) hutang peruahaan kepada lembaga keuangan ribawi
lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut
dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk kategori syariah adalah:
81
a) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan
diatas.
b) Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan
penyerahan barang atau jasa dan perdagangan dengan
penawaran dan permintaan palsu.
c) Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan
total aktiva tidak lebih dari 45%
Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal
lainnya dibandingkan dengan total pendapatan
(revenue) tidak lebih dari 10%.
b. Kriteria pemilihan saham Jakarta Islamic Index (JII)
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam hitungan
Jakarta Islamic Index (JII) dilakukan proses seleksi sebagai berikut:
a) Saham-saham yang akan dipilih derdasarkan Daftar Efek
Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK.
b) Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah (DES) tersebut
berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun
terakhir.
82
c) Dari 60 saham tersbut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat
likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar regular selama 1 tahun
terakhir.
c. Evaluasi indeks dan penggantian saham
Jakarta Islamic Index (JII) akan direview setiap 6 bulan, yaitu
setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan
oleh Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah
(DES). Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor
secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
d. Hari dasar Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000.
Akan tetapi untuk mendatangkan data historikal yang cukup panjang,
hari dasar yang digunakan adalah 2 Januari 1995, dengan nilai indeks
sebesar 100.
B. Pengujian Dan Pembahasan
1. Deskriptif Sampel
Penelitian ini menggunakan 9 perusahaan sebagai sampel penelitian.
Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian merupakan perusahaan-
perusahaan yang telah memenuhi kriteria yang disusun oleh penulis pada
bab sebelumnya. 9 perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah
sebagai berikut:
83
Tabel 4.1
Daftar Sampel Penelitian
No. Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1. AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk. 2. ANTM PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. 3. INCO PT. Vale Indonesia Tbk. 4. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 5. ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. 6. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 7. LSIP PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk. 8. PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 9. SMGR PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
2. Deskriptif Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning
ratio (PER) sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen
yang digunakan adalah Debt Ratio (DR), Return On Equity (ROE),
Earning Per Share (EPS), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Price to
Book Value (PBV).
a. Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara market
price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per
share (laba per lembar saham). Price Earning Ratio (PER) dapat
dihitung dengan cara membagi harga pasar per saham dengan
pendapatan per saham. Artinya semakin tinggi nilai PER akan semakin
baik karena dapat menunjukkan tingginya tingkat pendapatan yang
84
diharapkan oleh pemodal dan rendahnya tingkat risiko pada saham
tersbut (Moeljadi, 2006 : 54).
Dalam penelitian ini, data mengenai Price Earning Ratio
(PER) diperoleh dari perhitungan angka-angka yang ada pada laporan
keuangan masing-masing perusahaan yang kemudian dihitung
berdasarkan persamaan rumus yang sebelumnya telah dijelaskan.
Berikut data Price Earning Ratio (PER) dari masing-masing
perusahaan sampel yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.2
Deskriptif Variabel Price Earning Ratio (x)
KODE TAHUN EMITEN 2009 2010 2011 2012 2013
AALI 20.72 19.62 13.68 12.31 20.77 ANTM 35.25 13.95 8.01 4.08 25.36 INCO 21.32 12.34 10.51 35.78 55.52 INTP 18.35 18.21 17.43 17.35 14.69 ITMG 11.35 31.29 8.82 11.24 30.23 KLBF 12.58 24.56 22.67 36.40 32.21 LSIP 16.11 16.97 9.02 14.07 17.13 PTBA 14.56 26.45 12.94 11.96 12.67 SMGR 13.36 15.32 17.17 19.08 15.68
MIN 11.35 12.34 8.01 4.08 12.67 MAX 35.25 31.29 22.67 36.40 55.52
AVERAGE 18.18 19.86 13.36 18.03 24.92 Sumber : data diolah
푃퐸푅 =푀푎푟푘푒푡 푃푟푖푐푒 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔 푝푒푟 푆ℎ푎푟푒
85
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, rata-rata Price Earning
Ratio (PER) pada tahun 2009 adalah sebesar 18,18 kali. Price Earning
Ratio (PER) tertinggi dihasilkan oleh PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk sebesar 35,25 kali sedangkan Price Earning Ratio (PER) terendah
dihasilkan oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 11,35 kali.
Rata-rata Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2010 adalah
sebesar 19,86 kali. Price Earning Ratio (PER) tertinggi dihasilkan
oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 31,29 kali sedangkan
Price Earning Ratio (PER) terendah dihasilkan oleh PT. Vale
Indonesia Tbk sebesar 12,34 kali.
Rata-rata Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2011 adalah
sebesar 13,36 kali. Price Earning Ratio (PER) tertinggi dihasilkan
oleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 22,67 kali sedangkan Price Earning
Ratio (PER) terendah dihasilkan oleh PT Indo Tambangraya Megah
Tbk sebesar 8,01 kali.
Rata-rata Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2012 adalah
sebesar 18,03 kali. Price Earning Ratio (PER) tertinggi dihasilkan
oleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 36,40 kali sedangkan Price Earning
Ratio (PER) terendah dihasilkan oleh PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk sebesar 4,08 kali.
Rata-rata Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2013 adalah
sebesar 24,92 kali. Price Earning Ratio (PER) tertinggi dihasilkan
86
퐷푅 =푇표푡푎푙 퐿푖푎푏푖푙푖푡푖푒푠푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡
oleh PT Vale Indonesia Tbk sebesar 55,52 kali sedangkan Price
Earning Ratio (PER) terendah dihasilkan oleh PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero) Tbk sebesar 12,67 kali.
b. Debt Ratio
Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio
hutang (debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh
kreditor terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil
perhitungan rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang
total yang didapat dijamin dengan aktiva total (Warsono, 2003 : 36).
Dalam penelitian ini, data mengenai Debt Ratio (DR) diperoleh
dari perhitungan angka-angka yang ada pada laporan keuangan
masing-masing perusahaan yang kemudian dihitung berdasarkan
persamaan rumus yang sebelumnya telah dijelaskan. Berikut data Debt
Ratio (DR) dari masing-masing perusahaan sampel yang disajikan
dalam bentuk tabel.
87
Tabel 4.3
Deskriptif Variabel Debt Ratio (%)
KODE TAHUN EMITEN 2009 2010 2011 2012 2013
AALI 15.12 15.18 17.43 24.59 31.38 ANTM 17.59 21.57 29.14 34.89 41.49 INCO 22.41 23.30 26.93 26.22 24.85 INTP 19.37 14.63 13.32 14.66 13.64 ITMG 34.30 33.83 31.53 32.78 30.76 KLBF 26.10 17.93 21.25 21.73 24.88 LSIP 21.41 18.11 14.02 16.84 17.06 PTBA 28.38 26.16 29.04 33.18 35.33 SMGR 20.33 22.00 25.67 31.66 29.19
MIN 15.12 14.63 13.32 14.66 13.64 MAX 34.30 33.83 31.53 34.89 41.49
AVERAGE 22.78 21.41 23.15 26.28 27.62 Sumber: data diolah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, rata-rata Debt Ratio (DR)
pada tahun 2009 adalah sebesar 22,78 persen. Debt Ratio (DR)
tertinggi dihasilkan oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar
34,30 persen sedangkan Debt Ratio (DR) terendah dihasilkan oleh PT.
Astra Agro Lestari Tbk sebesar 15,12 persen.
Rata-rata Debt Ratio (DR) pada tahun 2010 adalah sebesar
21,14 persen. Debt Ratio (DR) tertinggi dihasilkan oleh PT. Indo
Tambangraya Megah Tbk sebesar 33,83 persen sedangkan Debt Ratio
(DR) terendah dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
sebesar 14,63 persen.
88
Rata-rata Debt Ratio (DR) pada tahun 2011 adalah sebesar
23,15 persen. Debt Ratio (DR) tertinggi dihasilkan oleh PT. Indo
Tambangraya Megah Tbk sebesar 31,53 persen sedangkan Debt Ratio
(DR) terendah dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
sebesar 13,32 persen.
Rata-rata Debt Ratio (DR) pada tahun 2012 adalah sebesar
26,28 persen. Debt Ratio (DR) tertinggi dihasilkan oleh PT Aneka
Tambang (Persero) Tbk sebesar 34,18 persen sedangkan Debt Ratio
(DR) terendah dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
sebesar 14,66 persen.
Rata-rata Debt Ratio (DR) pada tahun 2013 adalah sebesar
27,62 persen. Debt Ratio (DR) tertinggi dihasilkan oleh PT Aneka
Tambang (Persero) Tbk sebesar 41,49 persen sedangkan Debt Ratio
(DR) terendah dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
sebesar 13,64 persen.
c. Return On Equity
Return On Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri,
merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri. Untuk mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan
laba setelah pajak dengan total modal sendiri (Kasmir, 2010 : 115).
89
Dalam penelitian ini, data mengenai Return On Equity (ROE)
diperoleh dari perhitungan angka-angka yang ada pada laporan
keuangan masing-masing perusahaan yang kemudian dihitung
berdasarkan persamaan rumus yang sebelumnya telah dijelaskan.
Berikut data Return On Equity (ROE) dari masing-masing perusahaan
sampel yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.4
Deskriptif Variabel Return On Equity (%)
KODE TAHUN EMITEN 2009 2010 2011 2012 2013
AALI 27.78 29.17 29.65 26.91 18.53 ANTM 7.30 17.48 17.90 23.32 3.20 INCO 10.78 26.04 18.87 3.92 2.25 INTP 25.73 24.66 22.89 24.53 21.81 ITMG 42.61 28.31 50.53 43.10 23.91 KLBF 24.35 25.01 23.37 24.08 23.18 LSIP 18.55 22.69 29.14 17.76 11.62 PTBA 47.87 31.40 37.82 34.21 24.55 SMGR 32.88 30.48 27.06 27.12 24.56
MIN 7.30 17.48 17.90 3.92 2.25 MAX 47.87 31.40 50.53 43.10 24.56
AVERAGE 26.43 26.14 28.58 25.00 17.07 Sumber: data diolah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, rata-rata Return On Equity
(ROE) pada tahun 2009 adalah sebesar 26,43 persen. Return On
푅푂퐸 =퐸푎푟푛푖푛푔 퐴푓푡푒푟 푇푎푥 (퐸퐴푇)푇표푡푎푙 푆ℎ푎푟푒ℎ표푙푑푒푟푠 퐸푞푢푖푡푦
90
Equity (ROE) tertinggi dihasilkan oleh PT. Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero) Tbk sebesar 47,87 persen sedangkan Return On Equity
(ROE) terendah dihasilkan oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
sebesar 7,30 persen.
Rata-rata Return On Equity (ROE) pada tahun 2010 adalah
sebesar 26,14 persen. Return On Equity (ROE) tertinggi dihasilkan
oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk sebesar 31,40
persen sedangkan Return On Equity (ROE) terendah dihasilkan oleh
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 17,48 persen.
Rata-rata Return On Equity (ROE) pada tahun 2011 adalah
sebesar 28,58 persen. Return On Equity (ROE) tertinggi dihasilkan
oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 50,53 persen
sedangkan Return On Equity (ROE) terendah dihasilkan oleh PT
Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 17,90 persen.
Rata-rata Return On Equity (ROE) pada tahun 2012 adalah
sebesar 25,00 persen. Return On Equity (ROE) tertinggi dihasilkan
oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 43,10 persen
sedangkan Return On Equity (ROE) terendah dihasilkan oleh PT Vale
Indonesia Tbk sebesar 3,92 persen.
Rata-rata Return On Equity (ROE) pada tahun 2013 adalah
sebesar 17,07 persen. Return On Equity (ROE) tertinggi dihasilkan
oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk sebesar 24,56 persen
91
sedangkan Return On Equity (ROE) terendah dihasilkan oleh PT Vale
Indonesia Tbk sebesar 2,25 persen.
d. Earning Per Share
Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lebar saham
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Untuk
mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan jumlah saham yang beredar (Fahmi, 2013 : 288).
Dalam penelitian ini, data mengenai Earning Per Share (EPS)
diperoleh dari perhitungan angka-angka yang ada pada laporan
keuangan masing-masing perusahaan yang kemudian dihitung
berdasarkan persamaan rumus yang sebelumnya telah dijelaskan.
Berikut data Earning Per Share (EPS) dari masing-masing perusahaan
sampel yang disajikan dalam bentuk tabel.
퐸푃푆 =퐸푎푟푛푖푛푔 퐴푓푡푒푟 푇푎푥 (퐸퐴푇)
푁푢푚푏푒푟 표푓 푆ℎ푎푟푒푠 푂푢푡푠푡푎푛푑푖푛푔
92
Tabel 4.5
Deskriptif Variabel Earning Per Share (Rp)
KODE TAHUN EMITEN 2009 2010 2011 2012 2013
AALI 1098.19 1335.65 1586.39 1600.17 1208.31 ANTM 62.41 175.61 202.13 313.81 42.98 INCO 161.79 395.19 304.61 65.69 47.73 INTP 746.70 876.03 978.41 1294.05 1361.67 ITMG 2801.11 1622.01 4382.54 3697.22 942.68 KLBF 103.35 132.32 149.96 29.12 38.80 LSIP 518.31 757.02 249.38 163.50 112.65 PTBA 1184.60 867.59 1340.31 1262.77 804.81 SMGR 565.20 616.84 666.77 830.52 902.61
MIN 62.41 132.32 149.96 29.12 38.80 MAX 2801.11 1622.01 4382.54 3697.22 1361.67
AVERAGE 804.63 753.14 1095.61 1028.54 606.92 Sumber: data diolah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, rata-rata Earning Per
Share (EPS) pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 804,36. Earning Per
Share (EPS) tertinggi dihasilkan oleh PT. Indo Tambangraya Megah
Tbk sebesar Rp 2.8011,11 sedangkan Earning Per Share (EPS)
terendah dihasilkan oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar
Rp 62,41.
Rata-rata Earning Per Share (EPS) pada tahun 2010 adalah
sebesar Rp 753,14. Earning Per Share (EPS) tertinggi dihasilkan oleh
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar Rp 1.622,01 sedangkan
93
Earning Per Share (EPS) terendah dihasilkan oleh PT Kalbe Farma
Tbk sebesar Rp 132,32.
Rata-rata Earning Per Share (EPS) pada tahun 2011 adalah
sebesar Rp 1.095,61. Earning Per Share (EPS) tertinggi dihasilkan
oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar Rp 4.382,54
sedangkan Earning Per Share (EPS) terendah dihasilkan oleh PT
Kalbe Farma Tbk sebesar Rp 149,96.
Rata-rata Earning Per Share (EPS) pada tahun 2012 adalah
sebesar Rp 1.028,54. Earning Per Share (EPS) tertinggi dihasilkan
oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar Rp 3.697,22
sedangkan Earning Per Share (EPS) terendah dihasilkan oleh PT
Kalbe Farma Tbk sebesar Rp 29,12.
Rata-rata Earning Per Share (EPS) pada tahun 2013 adalah
sebesar Rp 606,92. Earning Per Share (EPS) tertinggi dihasilkan oleh
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar Rp 1.361,667 sedangkan
Earning Per Share (EPS) terendah dihasilkan oleh PT Kalbe Farma
Tbk sebesar Rp 38,80.
e. Dividen Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan salah satu ukuran
kebijakan dividen dalam suatu peusahaan. Dividend Payout Ratio
(DPR) diukur dengan cara membagi besarnya dividen per lembar
saham dengan laba bersih per lembar saham (Gumanti, 2013 : 22).
94
Dalam penelitian ini, data mengenai Dividend Payout Ratio
(DPR) diperoleh dari perhitungan angka-angka yang ada pada laporan
keuangan masing-masing perusahaan yang kemudian dihitung
berdasarkan persamaan rumus yang sebelumnya telah dijelaskan.
Berikut data Dividend Payout Ratio (DPR) dari masing-masing
perusahaan sampel yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.6
Deskriptif Variabel Dividend Payout Ratio (%)
KODE TAHUN EMITEN 2009 2010 2011 2012 2013
AALI 82.41 62.14 62.72 42.81 55.86 ANTM 40.67 40.27 45.02 15.01 22.50 INCO 64.63 76.80 55.61 74.61 63.14 INTP 30.13 30.02 29.95 34.77 66.10 ITMG 70.12 74.11 26.65 84.66 210.99 KLBF 24.19 52.90 63.35 65.25 43.81 LSIP 40.32 8.06 40.10 40.37 40.83 PTBA 45.05 60.30 59.98 55.65 51.81 SMGR 54.57 49.65 49.63 44.28 45.14
MIN 24.19 8.06 26.65 15.01 22.50 MAX 82.41 76.80 63.35 84.66 210.99
AVERAGE 50.23 50.47 48.11 50.82 66.69 Sumber: data diolah
퐷푃푅 =퐷푖푣푖푑푒푛푑 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒
95
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, rata-rata Dividend Payout
Ratio (DPR) pada tahun 2009 adalah sebesar 50,23 persen. Dividend
Payout Ratio (DPR) tertinggi dihasilkan oleh PT. Astra Agro Lestari
Tbk sebesar 82,41 persen sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR)
terendah dihasilkan oleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 24,19 persen.
Rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada tahun 2010
adalah sebesar 50,47 persen. Dividend Payout Ratio (DPR) tertinggi
dihasilkan oleh PT. Vale Indonesia Tbk sebesar 76,80 persen
sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR) terendah dihasilkan oleh PT
PP London Sumatera Indonesia Tbk sebesar 8,06 persen.
Rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada tahun 2011
adalah sebesar 48,11 persen. Dividend Payout Ratio (DPR) tertinggi
dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma Tbk sebesar 63,35 persen sedangkan
Dividend Payout Ratio (DPR) terendah dihasilkan oleh PT Indo
Tambangraya Megah Tbk sebesar 26,65 persen.
Rata-rata Dividend payout Ratio (DPR) pada tahun 2012
adalah sebesar 50,86 persen. Dividend Payout Ratio (DPR) tertinggi
dihasilkan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 84,66
persen sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR) terendah dihasilkan
oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 15,01 persen.
Rata-rata Dividend Payout Ratio (DPR) pada tahun 2013
adalah sebesar 66,69 persen. Dividend Payout Ratio (DPR) tertinggi
96
dihasilkan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 210,99
persen sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR) terendah dihasilkan
oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 22,50 persen.
f. Price to Book Value
Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar
pasar menghargai nilai buku suatu saham. Price to Book Value (PBV)
adalah perbandingan harga pasar saham dengan nilai bukunya
(Meilani, 2014 : 3).
Dalam penelitian ini, data mengenai Price to Book Value
(PBV) diperoleh dari perhitungan angka-angka yang ada pada laporan
keuangan masing-masing perusahaan yang kemudian dihitung
berdasarkan persamaan rumus yang sebelumnya telah dijelaskan.
Berikut data Price to Book Value (PBV) dari masing-masing
perusahaan sampel yang disajikan dalam bentuk tabel.
푃퐵푉 =푀푎푟푘푒푡 푝푟푖푐푒 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒퐵표표푘 푣푎푙푢푒 푝푒푟 푠ℎ푎푟푒
97
Tabel 4.7
Deskriptif Variabel Price to Book Value (x)
KODE TAHUN EMITEN 2009 2010 2011 2012 2013
AALI 26.64 26.12 19.22 10.16 8.42 ANTM 11.72 8.87 3.49 1.78 1.15 INCO 7.96 10.57 5.38 3.95 3.79 INTP 19.43 25.88 25.96 24.77 20.28 ITMG 9.27 17.33 9.68 9.93 16.27 KLBF 6.08 19.90 19.63 31.58 22.55 LSIP 10.97 17.41 16.12 12.34 9.68 PTBA 16.72 22.44 11.96 8.24 5.70 SMGR 16.26 15.76 13.46 11.17 9.34
MIN 6.08 8.87 3.49 1.78 1.15 MAX 26.64 26.12 25.96 31.58 22.55
AVERAGE 13.89 18.25 13.88 12.66 10.80 Sumber: data diolah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan, rata-rata Price to Book
Value (PBV) pada tahun 2009 adalah sebesar 13,89 kali. Price to Book
Value (PBV) tertinggi dihasilkan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk
sebesar 26,64 kali sedangkan Price to Book Value (PBV) terendah
dihasilkan oleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 6,08 kali.
Rata-rata Price to Book Value (PBV) pada tahun 2010 adalah
sebesar 18,25 kali. Price to Book Value (PBV) tertinggi dihasilkan
oleh PT Astra Agro Lestari Tbk sebesar 26,12 kali sedangkan Price to
Book Value (PBV) terendah dihasilkan oleh PT Aneka Tambang
(Persero) Tbk sebesar 8,87 kali.
98
Rata-rata Price to Book Value (PBV) pada tahun 2011 adalah
sebesar 13,88 kali. Price to Book Value (PBV) tertinggi dihasilkan
oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk sebesar 25,96 kali
sedangkan Price to Book Value (PBV) terendah dihasilkan oleh PT
Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 3,49 kali.
Rata-rata Price to Book Value (PBV) pada tahun 2012 adalah
sebesar 12,66 kali. Price to Book Value (PBV) tertinggi dihasilkan
oleh PT Kalbe farma Tbk sebesar 31,58 kali sedangkan Price to Book
Value (PBV) terendah dihasilkan oleh PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk sebesar 1,78 kali.
Rata-rata Price to Book Value (PBV) pada tahun 2013 adalah
sebesar 10,80 kali. Price to Book Value (PBV) tertinggi dihasilkan
oleh PT Kalbe farma Tbk sebesar 22,55 kali sedangkan Price to Book
Value (PBV) terendah dihasilkan oleh PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk sebesar 1,15 kali.
C. Analisis Dan Pembahasan
1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel
a. Uji Chow / Likelihood Test ratio
Uji Chow / Likelihood Test ratio adalah uji model regresi data
panel untuk menentukan apakah Fixed Effect Model lebih baik
99
dibandingkan Common Effect Model. Hipotesis yang dirumuskan
untuk Uji Chow / Likelihood Test ratio adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis tersebut adalah dengan
membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan
dipakai apabila hasil F-hitung lebih besar (>) dari F-tabel, maka H0
ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah Fixed
Effect Model. Atau H0 ditolak p-value lebih kecil (<) dari signifikansi
α sebesar 5% atau 0,05 (Juanda dan Junaidi, 2012 : 195). Hasil output
regresi data panel Common Effect Model dan Fixed Effect Model
adalah sebagai berikut:
100
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:15 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.156725 0.095033 -1.649169 0.1071
LOG_DR 1.209604 0.068270 17.71788 0.0000 LOG_ROE -0.944051 0.035785 -26.38087 0.0000 LOG_EPS -0.016742 0.013816 -1.211772 0.2329 LOG_DPR 0.006981 0.028522 0.244761 0.8079 LOG_PBV 0.966415 0.035741 27.03952 0.0000
R-squared 0.972293 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.968740 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.036157 Akaike info criterion -3.678331 Sum squared resid 0.050986 Schwarz criterion -3.437443 Log likelihood 88.76245 Hannan-Quinn criter. -3.588531 F-statistic 273.7139 Durbin-Watson stat 0.891312 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah
101
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603
LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000 LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000 LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157 LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284 LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463 Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390 Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927 F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah
Selanjutnya dilakukan uji Chow / likehood Test Ratio untuk
menguji hipotesis yang telah dirumusan sebelumnya. Berikut adalah
hasil output uji Chow / Likelihood Test Ratio:
102
Table 4.10
Hasil Uji Chow / Likelihood Test Ratio
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 3.478912 (8,31) 0.0056
Cross-section Chi-square 28.830906 8 0.0003
Sumber : Data diolah
Output uji Chow / Likelihood Test Ratio tersebut menunjukkan
F-test ataupun chi-square signifikan. Nilai probabilitas F-test dan chi-
square adalah 0,0000 dan 0,0000 lebih kecil dari signifikansi α 5%
atau 0,05 sehingga H0 ditolak, maka Fixed Effect Model lebih baik
dibandingkan Common Effect Model.
b. Uji Hausman
Uji Hausman adalah uji model regresi data panel untuk
menentukan apakah Fixed Effect Model lebih baik dibandingkan
Random Effect Model. Hipotesis yang dirumuskan untuk Uji Hausman
adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
103
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi chi-square dengan
derajat bebas (degree of freedom) sebesar peubah bebas (K). H0 ditolak
jika nilai statistik Hausman lebih besar (>) dari pada nilai kritis
statistic chi-square dan model yang tepat digunakan untuk regresi dari
data panel adalah Fixed Effect Model. Atau H0 ditolak jika p-value
lebih kecil (<) dari signifikansi α sebesar 5% atau 0,05 (Juanda dan
Junaidi, 2012 : 197). Hasil output regresi data panel Random Effect
Model adalah sebagai berikut:
104
Table 4.11
Hasil Uji Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.118359 0.086782 -1.363865 0.1804
LOG_DR 1.190653 0.059168 20.12320 0.0000 LOG_ROE -0.951189 0.030084 -31.61743 0.0000 LOG_EPS -0.012602 0.012839 -0.981496 0.3324 LOG_DPR 0.003903 0.024110 0.161899 0.8722 LOG_PBV 0.958055 0.030180 31.74456 0.0000
Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.008433 0.0758
Idiosyncratic random 0.029439 0.9242 Weighted Statistics R-squared 0.973061 Mean dependent var 1.034602
Adjusted R-squared 0.969608 S.D. dependent var 0.199694 S.E. of regression 0.034813 Sum squared resid 0.047267 F-statistic 281.7467 Durbin-Watson stat 0.944943 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.972055 Mean dependent var 1.228665
Sum squared resid 0.051423 Durbin-Watson stat 0.868572 Sumber: Data diolah
Selanjutnya dilakukan uji Hausman / Hausman Test untuk
menguji hipotesis yang telah dirumusan sebelumnya. Berikut adalah
hasil output uji Hausman / Hausman Test:
105
Tabel 4.12
Hasil Uji Hausman / Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 20.540632 5 0.0010
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOG_DR 0.935841 1.190653 0.005379 0.0005
LOG_ROE -1.005022 -0.951189 0.000876 0.0690 LOG_EPS 0.012054 -0.012602 0.000911 0.4139 LOG_DPR -0.024928 0.003903 0.000384 0.1410 LOG_PBV 0.878556 0.958055 0.000618 0.0014
Sumber : Data diolah
Output uji Hausman / Hausman Test menunjukkan chi-square
signifikan. Nilai dari probabilitas chi-square 0,0048 lebih kecil dari
signifikansi α 5% atau 0,05 sehingga H0 ditolak, maka Fixed Effect
Model lebih baik dibandingkan Random Effect Model.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah
data kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas,
reabilitas, uji-t, korelasi, regresi dapat dilaksanakan (Usman dan
Detiady, 2006 : 109).
106
Mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan melihat
koefisien Jarque-Bera dan probabilitasnya. Ketentuannya adalah
sebagai berikut (Winarno, 2011 : 539):
Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data
berdistribusi normal.
Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α,
maka data berdistribusi normal.
Berikut adalah hasil output uji normalitas data dengan uji Jarque-Bera
dalam penelitian ini.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data diolah
Output uji normalitas dengan uji Jarque-Bera menunjukkan
nilai Jarque-Bera tidak signifikan atau lebih kecil dari dua (2) yaitu
sebesar 1,208036. Sedangkan probabilitas Jarque-Bera lebih besar
0
4
8
12
16
20
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Standardized ResidualsSample 2009 2013Observations 45
Mean 2.35e-18Median -0.003854Maximum 0.063668Minimum -0.063405Std. Dev. 0.024710Skewness 0.196005Kurtosis 3.700438
Jarque-Bera 1.208036Probability 0.546611
107
dari tingkat signifikansi α 5% atau 0,05 yaitu sebesar 0,546611.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b. Multikolinieritas
Multikolinieritas artinya antar variabel independen yang
terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1)
(Algifari, 2000 : 84).
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas pada
model regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menghitung korelasi antar variabel dependen. Data dikatakan bebas
dari masalah multikolinieritas jika koefisien korelasi yang terjadi
diantara variabel independen tidak lebih besar dari 0,89. Sebaliknya,
data dikatakan memiliki masalah multikolinieritas jika koefisien
korelasi yang terjadi diantara variabel independen lebih besar dari 0,89
(Winarno, 2011 : 53). Berikut adalah hasil output uji multikolinieritas
dalam penelitian ini:
108
Table 4.13
Hasil Uji Multikolinieritas
LOG_DR LOG_ROE LOG_EPS LOG_DPR LOG_PBV LOG_DR 1.000000 -0.017268 0.071859 0.105584 -0.631193
LOG_ROE -0.017268 1.000000 0.696976 0.057270 0.547256 LOG_EPS 0.071859 0.696976 1.000000 0.114635 0.309308 LOG_DPR 0.105584 0.057270 0.114635 1.000000 0.223794 LOG_PBV -0.631193 0.547256 0.309308 0.223794 1.000000
Sumber : Data diolah
Output uji multikolinieritas diatas menunjukkan bahwa seluruh
nilai koefisien korelasi antar variabel independen dalam penelitian ini
bernilai lebih kecil dari 0,89 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari masalah
multiklinieritas.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak
sama (konstan) (Algifari, 2000 : 85). Terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas. Salah satunya adalah dengan uji Park, yaitu suatu
metode uji heteroskedastisitas dengan membuat persamaan regresi
dengan mengganti variabel dependennya dengan residual kuadratnya.
Jika probabilitas yang ada bernilai diatas 0,05 yang berarti tidak
signifikan, maka data dinyatakan bebas dari masalah
heteroskedastisitas (Winarno, 2011 : 512). Berikut adalah hasil output
uji Park dalam penelitian ini
109
Table 4.14
Hasil Uji Park
Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:07 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.201562 14.71389 -0.557403 0.5813
LOG_DR -1.698507 7.345087 -0.231244 0.8186 LOG_ROE -1.759955 3.290009 -0.534939 0.5965 LOG_EPS 1.200430 2.556286 0.469599 0.6419 LOG_DPR 1.364656 2.421297 0.563605 0.5771 LOG_PBV -1.580591 3.048024 -0.518563 0.6077
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.379741 Mean dependent var -9.055444
Adjusted R-squared 0.119633 S.D. dependent var 2.445641 S.E. of regression 2.294693 Akaike info criterion 4.748622 Sum squared resid 163.2341 Schwarz criterion 5.310695 Log likelihood -92.84400 Hannan-Quinn criter. 4.958158 F-statistic 1.459934 Durbin-Watson stat 2.369391 Prob(F-statistic) 0.188640
Sumber : Data diolah
Output uji Park diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas
untuk semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
berada diatas 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan data
bebas dari masalah heteroskedastisitas.
110
d. Autokorelasi
Autokorelasi artinya adanya korelasi antar anggota sampel
yang diurutkan berdasar waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya
muncul pada observasi yang menggunakan data time series (Algifari,
2000 : 88). Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode Durbin-Watson (D-W). Data dikatakan bebas dari masalah
autokorelasi jika nilai D-W pada output model regresi yang dipilih
berada pada wilayah bebas autokorelasi yaitu bernilai diantara nilai du
dan 4-du.
111
Tabel 4.15
Hasil Uji Autokolerasi
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603
LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah
Dari tabel 4.17 didapat nilai D-W dari persamaan regresi data
panel terpilih dengan pendekatan Fixed Effect Model yaitu sebesar
1,829693. Dengan melihat tabel distribusi Durbin-Watson nilai
Durbin-Watson untuk n=45 dan k=5, didapat nilai dl=1,2874 dan
du=1,7762, sehingga dapat dihitung nilai 4-dl=2,7126 dan 4-
du=2,2238.
112
Table 4.16
Uji Durbin-Watson
Dari tabel 4.16 diatas dapat dilihat nilai D-W dalam penelitian
ini terletak di wilayah bebas autokorelasi sehingga dapat disimpulkan
data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah
autokorelasi.
3. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen
Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel tergantung, maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini akan masuk dalam
kategori tidak cocok atau not fit (Suliyanto, 2011 : 61).
Uji-F dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
variable independen, yang terdiri dari Debt Ratio (DR), Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS), Dividend Payout Ratio (DPR), dan
dl
1,2874 1,7762
1,829693
2,2238 2,7126
Autokorelasi Negatif
Tidak Dapat Didefinisikan
Bebas Autokorelasi
Tidak Dapat Didefinisikan
Autokorelasi Positif
0
du 4-du 4-dl
4
113
Price to Book Value (PBV) terhadap variabel dependen yaitu Price
Earning Ratio (PER) secara simultan. Jika F-hitung lebih besar (>) dari
pada F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya bahwa
variabel independen secara keseluruhan atau simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.17
Hasil Uji Simultan
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603
LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000 LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000 LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157 LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284 LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463 Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390 Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927 F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah
114
Tabel 4.17 menunjukkan, F-hitung / F-statistic sebesar 160,9470
dengan probabilitas 0,0000. Sementara F-tabel dengan df;α (K-1) (n-K)
atau df;0,05 (6-1) (45-6) sebesar 2,46 , yang artinya lebih kecil dari F-
hitung, maka dapat disimpulkan variabel independen yang digunakan
dalam penelitian, yang terdiri dari Debt Ratio (DR), Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS), Dividend Payout Ratio (DPR), dan
Price to Book Value (PBV) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Price Earning Ratio (PER) perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2009-2013.
4. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen
Uji-t digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen
secara individu mempengaruhi variabel dependen dengan menganggap
variabel lain bersifat konstan. Dalam penelitian ini uji parsial digunakan
untuk uji satu arah karena hipotesis yang diajukan sebelumnya sudah
menunjukkan arah antara positif dan negatif. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Keputusan menolak atau
menerima H0 didasarkan pada perbandingan nilai t-hitung dengan nilai t-
tabel. Jika nilai t-hitung lebih besar (>) dari pada t-tabel artinya H0 ditolak
yang artinya variabel independen secara individu berpengaruh positif
terhadap variabel dependen. Selain itu, uji parsial dilakukan dengan
membandingkan probabilitas masing-masing variabel independen pada
115
output regresi data panel dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan
sebelumnya. Jika nilai probabilitas variabel independen lebih kecil (<) dari
tingkat signfikansi α sebesar 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan
variabel tersebut secara individu berpengaruh signfikan terhadap variabel
dependen. Adapun nilai probablitas dalam penelitian ini didapat dengan
membagi dua nilai probablitas yang ada pada output regresi data panel.
Dikutip Widarjono (2009 : 47), hal tersebut perlu dilakukan karena uji-t
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji satu arah sedangkan output
probabilitas variabel yang muncul pada software Eviews yang digunakan
oleh peneliti untuk mengolah data adalah nilai probabilitas untuk uji dua
arah sehingga nilai probabiltas harus dibagi dua. Berikut adalah hasil uji
parsial regresi data panel:
116
Tabel 4.18
Hasil Uji Parsial
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603
LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000 LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000 LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157 LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284 LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463 Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390 Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927 F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah
Lalu dengan tingkat signfkansi α 5% atau 0,05 dan n=45, maka
dapat diperoleh nilai t-tabel sebagai berikut:
t-tabel = |α ; df (n-K)|
= 5% ; df (45-6)
= 5% ; df (39)
= 1,68488
117
a. Uji Parsial Variabel Debt Ratio (DR) Terhadap Price Earning
Ratio (PER)
Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t
menunjukkan besarnya t-hitung / t-statistic variabel Debt Ratio (DR)
sebesar 9,931392 yang berarti lebih besar dari (>) t-tabel sebesar
1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,0000 (0,0000/2) yang
lebih kecil dari (<) tingkat signifikansi α 5% atau 0,05. Maka dapat
disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel
independen Debt Ratio (DR) secara individual berpengaruh signifkan
dan positif terhadap variablel dependen Price Earning Ratio (PER).
Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh positif antara
variabel Debt Ratio (DR) dan Price Earning Ratio (PER).
Diungkapkan oleh Kodrat dan Indonanjaya (2010 : 235), penggunaan
financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal
saham (return on equity) dengan cepat. Lalu teori yang diungkapkan
oleh Noor (2009 : 224), bahwa pendanaan atau struktur modal
perusahaan akan mempengaruhi laba bersih (EAT) perusahaan.
Namun jika pedanaan lebih banyak dengan modal sendiri, perusahaan
akan berkurang peluangnya untuk mendapatkan keringanan pajak
karena tidak memiliki bunga hutang yang harus dibayar. Karena
penghematan pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, nilai
perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dibanding
118
nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Maka dalam
penelitian ini perusahaan berbasis syariah dinilai telah mampu
memanfaatkan penggunaan financial leverage dengan optimal karena
mampu menciptakan return dan memanfaatkan penghematan pajak
perusahaan atas penghasilan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.
Talat Afza dan MS. Samya Tahir (2013), dan Farida Wahyu Lusiana
(2013) yang mengungkapkan bahwa hubungan antara variabel Debt
Ratio (DR) dan Price Earning Ratio (PER) adalah signifikan dan
positif.
Nilai koefisien X1 atau Debt Ratio (DR) sebesar 0,935841
menunjukkan hubungan yang searah bahwa jika variabel X1 atau Debt
Ratio (DR) mengalami kenaikkan sebesar 1% sedangkan variabel lain
diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan nilai
variabel Y atau Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,935841%.
b. Uji Parsial Variabel Return On Equity (ROE) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t
menunjukkan besarnya t-hitung / t-statistic variabel Return On Equity
(ROE) sebesar -23,81133 yang berarti lebih besar dari (>) t-tabel
sebesar -1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,0000
(0,0000/2) yang lebih kecil dari (<) tingkat signifikansi α 5% atau
119
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
variabel independen Return On Equity (ROE) secara individual
berpengaruh signifkan dan negatif terhadap variabel dependen Price
Earning Ratio (PER).
Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara
variabel Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER).
Terjadinya krisis global mempengaruhi investor untuk sangat
berhatihati dalam berinvestasi di pasar modal karena investor tidak
menyukai risiko. Akibatnya, walaupun rata-rata Return On Equity
(ROE) perusahaan-perusahaan berbasis syariah periode 2008-2010
mengalami kenaikan Return On Equity (ROE) direspon secara
asimetris oleh investor. Jadi, walaupun ada prospek pertumbuhan laba
di masa mendatang namun investor tidak mau mengambil resiko.
Sehingga kelesuan terjadi pada pasar saham menyebabkan harga
saham anjlok yang juga berakibat pada turunnya nilai Price Earning
Ratio (PER) perusahaan. Kemungkinan lainnya adalah laba
perusahaan yang semakin menurun, sedangkan harga saham relatif
tetap sehingga Price Earning Ratio (PER) menjadi semakin
meningkat. Jadi ketika laba menurun, Return On Equity (ROE) akan
menurun, Price Earning Ratio (PER) justru akan meningkat jika tidak
ada peningkatan harga saham. Jadi meningkatnya Price Earning Ratio
120
(PER) disebabkan karena menurunnya laba, dan bukan karena
peningkatan harga saham.
Dikutip oleh Riadi (2012 : 8), secara teoritis Price Earning
Ratio (PER) dirumuskan sebagai perbandingan harga per lembar
saham perusahaan dengan laba yang mampu dihasilkan oleh setiap
lembar saham (EPS). Sedangkan Return On Equity (ROE) dirumuskan
sebagai perbandingan laba perusahaan setelah pajak (EAT) dengan
modal sendiri. Kedua rumus ini memiliki persamaan dimana kedua
variabel ini sama-sama dipengaruhi oleh laba setelah pajak (EAT),
akan tetapi perubahan laba setelah pajak (EAT) memberikan pengaruh
berbeda pada kedua variabel. Pada variabel Return On Equity (ROE)
peningkatan laba setelah pajak menyebabkan nilai return meningkat.
Sedangkan pada variabel Price Earning Ratio (PER) peningkatan laba
setelah pajak menyebabkan perubahan pada EPS yang juga akan
meningkat. Peningkatan EPS menyebabkan hasil pembagian harga per
lembar saham dengan EPS menjadi menurun, sehingga hal ini
menyebabkan nilai Price Earning Ratio (PER) menurun.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Premkanth (2014), Erlin Yulia Rahma, Djumahir, dan Atim Djazuli
(2014), Vivian Firsera Arisona (2013), dan Heni Suslowati dan
Ratnaningrum (2010) yang mengungkapkan bahwa hubungan variabel
121
Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) adalah
negatif dan signifikan.
Nilai koefisien X2 atau Return On Equity (ROE) sebesar -
1,005022 menunjukkan hubungan yang tidak searah bahwa jika
variabel X2 atau Return On Equity (ROE) mengalami kenaikkan
sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau
tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Price Earning
Ratio (PER) sebesar -1,005022%.
c. Uji Parsial Variabel Earning per Share (EPS) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t
menunjukkan besarnya t-hitung / t-statistic variabel Earning per Share
(EPS) sebesar 0,367547 yang berarti lebih kecil dari pada t-tabel
sebesar 1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,3576
(0,7157/2) yang lebih besar dari tingkat signifikansi α 5% atau 0,05.
Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya
variabel independen Earning per Share (EPS) secara individual
berpengaruh tidak signifkan terhadap variabel dependen Price Earning
Ratio (PER).
Hasil ini tidak sesuai dengan gagasan yang menyatakan
semakin tinggi Earning per Share (EPS) maka semakin tinggi
kepercayaan para investor yang akan menanamkan investasinya dalam
122
bentuk saham pada perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena mayoritas saham perusahaan berbasis syariah telah memiliki
kemampuan dalam pengelolaan dana untuk menghasilkan laba dengan
baik. Sehingga investor tidak perlu mempertimbangkan fluktuasi nilai
Earning per Share (EPS) dalam pertimbangan investasinya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma,
Djumahir, dan Djazuli (2014) yang mengungkapkan bahwa hubungan
Earning per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) adalah tidak
signifikan.
Nilai koefisien X3 atau Earning per Share (EPS) sebesar
0,012054 menunjukkan hubungan yang searah terhadap variabel Y
atau Price Earning Ratio (PER), namun karena Earning per Share
(EPS) dalam penelitian ini tidak terbukti berpengaruh signifikan, maka
jika nilai Earning per Share (EPS) mengalami kenaikan atau
penurunan maka tidak akan mempengaruhi nilai Price Earning Ratio
(PER).
d. Uji Parsial Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t
menunjukkan besarnya t-hitung / t-statistic variabel Dividend Payout
Ratio (DPR) sebesar -0,802510 yang berarti lebih kecil dari (<) t-tabel
sebesar -1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,2142
123
(0,4284/2) yang lebih besar dari (>) tingkat signifikansi α 5% atau
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya
variabel independen Dividend Payout Ratio (DPR) secara individual
berpengaruh tidak signifkan terhadap variabel dependen Price Earning
Ratio (PER).
Dalam tinjauan teori sebelumnya disebutkan, pada awal
perkembangannya, ada tiga teori yang beertentangan satu sama lain
berkenaan dengan kebijakan dividen. Ada yang berpendapat bahwa
kenaikan dividen akan menaikkan nilai perusahaan. Pandangan yang
lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi memiliki efek berlawanan
terhadap nilai perusahaan, yang berarti menurunkan nilai perusahaan.
Pandangan yang ketiga menyatakan bahwa dividen seharusnya tidak
relevan dan semua upaya yang ditunjukkan untuk mengubah kebijakan
dividen akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak akan mampu
mempengaruhi nilai perusahaan (Gumantii, 2013 : 40). Hal ini
kemungkinan terjadi karena investor lebih menginginkan kelebihan
penghasilan perusahaan dialokasikan untuk investasi perusahaan
dibandingkan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen. Sesuai dengan pandangan atas kebijakan dividen yang
disebutkan sebelumnya bahwa dividen seharusnya tidak relevan dan
semua upaya yang ditunjukkan untuk mengubah kebijakan dividen
124
akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak akan mampu
mempengaruhi nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil temuan Rahma,
Djumahir, dan Djazuli (2014) yang menyebutkan bahwa pengaruh
Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER)
tidak signifikan.
Nilai koefisien X4 atau Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar -
0,024928 menunjukkan hubungan yang tidak searah terhadap variabel
Y atau Price Earning Ratio (PER), namun karena Dividend Payout
Ratio (DPR) dalam penelitian ini tidak terbukti berpengaruh
signifikan, maka jika nilai Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami
kenaikan atau penurunan maka tidak akan mempengaruhi nilai Price
Earning Ratio (PER).
e. Uji Parsial Variabel Price to Book Value (PBV) Terhadap Price
Earning Ratio (PER)
Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t
menunjukkan besarnya t-hitung / t-statistic variabel Price to Book
Value (PBV) sebesar 22,46758 yang berarti lebih besar dari (>) t-tabel
sebesar 1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,0000
(0,0000/2) yang lebih kecil dari (<) tingkat signifikansi α 5% atau
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
variabel independen Price to Book Value (PBV) secara individual
125
berpengaruh signifkan dan positif terhadap variabel dependen Price
Earning Ratio (PER).
Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh positif antara
Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). Price to
Book Value (PBV) yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan
mampu menciptakan nilai saham diatas nilai bukunya. Semakin besar
nilai Price to Book Value (PBV) maka daya tarik investor untuk
menanamkan modalnya ke dalam perusahaan juga semakin besar. Hal
ini akan berdampak pada semakin banyaknya investor yang meminati
saham perusahaan sehingga meningkatkan harga di pasar modal.
Dalam studi kasus penelitian ini, perusahaan-perusahaan berbasis
syariah yang menjadi sampel penelitian pada rentang periode
penelitian ini dinilai telah mampu menciptakan nilai saham diatas nilai
bukunya sehingga hal tersebut akan mempengaruhi perubahan variasi
peningkatan Price Earning Ratio (PER) perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Erlin Yulia Rahma, Djumahir, dan Atim Djazuli (2014), dan Rr. Fitria
Agustin (2014) yang mengungkapkan adanya pengaruh positif dan
signifikan variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Price Earning
Ratio (PER).
Nilai koefisien X5 atau Price to Book Value (PBV) sebesar
0,878556 menunjukkan hubungan yang searah bahwa jika variabel X5
126
atau Price to Book Value (PBV) mengalami kenaikkan sebesar 1%
sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka
akan menaikkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER)
sebesar 0,878556 %.
5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Dalam
penelitian ini, uji koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai
dari Adjusted R-square. Nilai Adjusted R-Square dianggap lebih baik dari
pada nilai R-Square karena semakin banyak variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model maka nilai Adjusted R-Square akan semakin
berkurang akibat penyesuaian dengan model. Berikut adalah hasil uji
koefisien determinasi dengan melihat nilai Adjusted R-square yang ada
pada output hasil regresi data panel.
127
Tabel 4.19
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603
LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000 LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000 LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157 LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284 LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463 Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390 Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927 F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah
Dari tabel 4.19 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R-Square dari
model regresi yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebesar 0,979278
yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen (Debt Ratio,
Return On Equity, Dividend Payout Ratio, Earning per Share, dan Price
to Book Value) dalam menjelaskan variabel dependen (Price Earning
Ratio) adalah sebesar 97,9278% dan sisanya sebesar 2,0722% dijelaskan
128
oleh variabel yang tidak termasuk dalam model seperti harga pasar saham,
tingkat likuiditas, risiko investasi, dan faktor ekonomi makro seperti
inflasi dan perubahan suku bunga.
6. Persamaan Regresi Data Panel
Uji pemilihan model regresi data panel, menghasilkan model
terbaik yang digunakan untuk mengestimasi model regresi dalam
penelitian adalah Fixed Effect Model. Berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan, berikut rangkuman hasil uji statistik pengaruh variabel
independen (X) yang terdiri dari Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2),
Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to Book
Value (X5) terhadap variabel dependen Price Earning Ratio (PER) (Y).
129
Tabel 4.20
Rangkuman Uji Statistik Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Uji Parsial
Variabel Koefisien t-statistik t-tabel Probabilitas Hasil
DR (X1) 0,935841 9,931392 1,68488 0,0000 Signifikan dan positiif
ROE (X2) -1,005022 -23,81133 -1,68488 0,0000 Signifikan dan negatif
EPS (X3) 0,012054 0,367547 1,68488 0,7157 Tidak
signifikan dan positif
DPR (X4) -0,024928 -0,802510 -1,68488 0,4284 Tidak
signifikan dan negatif
PBV (X5) 0878556 22,467558 1,68488 0,0000 Signifikan dan positif
Uji Simultan
F-statistik Probabilitas F-statistik F-tabel Hasil
160,9470 0,000000 2,46
Signifikan secara
bersama-sama
Koefisien Determinasi
Nilai Adjusted R-squared Hasil
0,979278
variabel independen (X) yang terdiri dari Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to Book Value (X5) mampu menjelaskan variabel dependen Price Earning Ratio (PER) (Y) sebesar 97,9278 %.
Sumber: Data diolah
130
Berdasarkan hasil tersebut, maka persamaan regresi data panel yang
dapat dibentuk adalah sebagai berikut:
Yit = 0,368112 + 0,9358411it (DR) – 1,0050222it (ROE)
+ 0,8785563it (PBV) +e
Nilai konstanta sebesar 0,368112 menunjukkan bahwa jika variabel
independen yang terdiri dari Debt Ratio (DR), Return On Equity (ROE), dan
Price to Book Value (PBV) bernilai 0, maka nilai variabel dependen Price
Earning Ratio (PER) sebesar 0,368112 %.
Nilai koefisien X1 atau Debt Ratio (DR) sebesar 0,935841 bahwa jika
variabel X1 atau Debt Ratio (DR) mengalami kenaikkan sebesar 1%
sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan
menaikkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,935841
%.
Nilai koefisien X2 atau Return On Equity (ROE) sebesar – 1,005022
bahwa jika variabel X3 atau Return On Equity (ROE) mengalami kenaikkan
sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap,
maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER)
sebesar – 1,005022 %.
131
Nilai koefisien X3 atau Price to Book Value (PBV) sebesar 0,878556
bahwa jika variabel X3 atau Price to Book Value (PBV) mengalami kenaikkan
sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap,
maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER)
sebesar 0,878556 %.
132
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor fundamental
perusahaan yang berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai
dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-
2013 melalui uji regresi data panel. Dari hasil uji statistik yang dilakukan
dapat ditarik beberapa kesimpulan yang akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian secara simultan melalui uji-F dengan tingkat
signifikansi α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa secara keseluruhan
atau simultan variabel independen (X) yang digunakan dalam
penelitian ini yang meliputi Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2),
Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to
Book Value (X5) berpengaruh signifikan terhadap variabel independen
(Y) yaitu Price Earning Ratio.
2. Hasil pengujian secara parsial melalui uji-t dengan tingkat signifikansi
α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa variabel Debt Ratio (DR)
berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,935841 % terhadap
133
variabel Price Earning Ratio (Y), variabel Return On Equity (ROE)
berpengaruh negatif dan signifikan sebesar – 1,005022 % terhadap
variabel Price Earning Ratio (Y), dan variabel Price to Book Value
(PBV) berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,878556 %
terhadap variabel Price Earning Ratio (Y). Sedangkan variabel
Earning Per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) tidak
berpengaruh terhadap variabel Price Earning Ratio (Y)
3. Output regresi data panel fixed effect model menghasilkan nilai
adjusted R-square sebesar 0,979278 yang menunjukkan kemampuan
variabel independen (X) yang digunakan dalam penelitian ini yang
meliputi Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share
(X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to Book Value (X5) dapat
menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu Price Earning Ratio sebesar
97,9278 %, sisanya yaitu sebesar 2,0722 % dijelaskan oleh variabel
yang tidak masuk dalam model seperti harga pasar saham, tingkat
likuiditas perusahaan, risiko investasi, dan faktor ekonomi makro
seperti inflasi dan perubahan suku bunga
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan tersebut,
terdapat beberapa implikasi yang diharapkan mampu memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
134
1. Bagi Emiten
Emiten diharapkan bisa melakukan peningkatan, pengamatan, serta
evaluasi berkelanjutan pada periode selanjutnya berkenaan dengan
faktor-faktor fundamental yang telah diindikasikan oleh penulis
mampu mempengaruhi variasi dari Price Earning Ratio (PER),
sehingga perusahaan mampu memberikan kepercayaan kepada
investor yang ditunjukkan dengan peningkatan kinerja keuangannya.
2. Bagi Investor
Para investor diharapkan lebih mempertimbangkan faktor fundamental
dalam aktivitas investasinya. Seberapa besar fluktuatif sebuah saham
pada dasarnya kinerja keuangan merupakan dasar dari penilaian
terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian berdasarkan hasil
analisis penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang faktor-faktor
fundamental yang berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER)
sebagai dasar penilaian saham hendaknya investor memberi perhatian
lebih dalam hal pengelolaan hutang perusahaan, kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan sebagai dasar peningkatan kesejahteraan pemegang saham,
serta potensi pertumbuhan perusahaan melalui faktor–faktor
fundamental perusahaan yang telah dibahas oleh penulis yang
diindikasikan mampu memberikan pengaruh terhadap variasi harga
serta peningkatan nilai saham bagi investor itu sendiri.
135
3. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti secara empiris
terkait faktor-faktor fundamental perusahaan yang berpengaruh
terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham
perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
C. Saran
Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini maka penulis
memberikan beberapa saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya agar
hasil penelitian selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih baik lagi dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
1. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan 5 variabel
independen yang terdiri dari Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2),
Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to
Book Value (X5) dan 1 variabel dependen yaitu Price Earning Ratio
(Y). Diharapkan penelitian selanjutnya mampu memasukkan variabel-
variabel lain dalam model penelitiannya sehingga mampu memberikan
gambaran perubahan variasi lain dari Price Earning Ratio (PER).
136
2. Objek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah saham
perusahaan berbasis syariah yang masuk dalam Jakarta Islamic Indeks
(JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Observasi penelitian dilakukan
selama 5 periode berturut-turut yaitu pada tahun 2009-2013.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada objek lain
diluar objek penelitian yang sudah digunakan oleh penulis, sehingga
dapat memberikan implikasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan. Diharapkan juga penelitian selanjutnya
dapat dilakukan dalam rentang periode lainnya atau dalam periode
yang lebih panjang, sehingga hasil penelitian memberikan kesimpulan
yang lebih akurat mengingat periode yang digunakan lebih panjang
dari penelitian yang digunakan oleh penulis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode analisis
regresi data panel fixed effect model dengan bantuan software EViews
7.1 sebagai alat bantu analisis data penelitian. Diharapkan penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan metode serta alat bantu analisis
yang lain sehingga memberikan hasil penelitian yang berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan penulis.
4. Uji statisik yang digunakan adalah uji-F dan uji-t satu arah.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan uji statistik
yang berbeda sehingga implementasi yang diberikan dapat
menghasilkan gambaran bervariasi.
137
DAFTAR PUSAKA
Afza, Talat dan MS. Samya Tahir. “Determinants Of Price-Earnings Ratio: The Case Of Chemical Sector Of Pakistan”.International Journal Of Academic Research In Business And Social Sciences, Vol. 2, No.8, August 2013.
Agustin, Rr. Fitria. “Analisis Pengaruh PBV, EPS, DER, Dan ROA Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012 “. Jurnal FE Universitas Semarang, 2014.
Ahmad, Kamarudin. “Dasar-Dasar Manajemen Investasi Dan Portofolio”. Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Algifari. “Analisis Regresi; Teori, Kasus, dan Solusi”. Edisi 2, BPFE – Yogyakarta, 2000.
Aprianty, Rury. “Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau Dari Aspek Likuiditas, Solvabilitas, Dan Rentabilitas Pada PT Surya Teguh Perkasa Samarinda”. E-Journal Ilmu Administrassi Dan Bisnis Vol. 2 (3)
Arifin, Zainal. “Teori Keuangan Dan Pasar Modal”. Ekonisia, Kampus FE UII, Yogyakarta, 2005.
Arisona, Vivian Firsera. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.1, No.1, Januari, 2013.
Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004.
BAPEPAM. “Buku Panduan Indeks Saham Bursa Efek Indonesia”. BAPEPAM, Jakarta, 2010.
Darmadji, Tjipto dan Hendy M. Fakhruddin. “Pasar Modal Di Indonesia”. Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Echopedia. “Perkembagan Saham Syariah Di Indonesia”. Artikel diakses tanggal 16 januari 2015, dari http://echopedia.blogspot.com/2011/01/perkembangan-saham-syariah-di-indonesia.html
Fahmi, Irfan. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Alfabeta, Jakarta, 2013.
Fatoni, Yusuf, Hadi Paramu dan Elok Sri Utami. "Determinan Struktur Modal Pada Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batubara Dan Non Batubara Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia". Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 20, No. 1, Maret, 2013.
138
Fegriadi, Yuki. "Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Penghasil Bahan Baku dan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011". Jurnal Akuntansi, FE Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2013.
Gumanti, Tatang Ary. “Kebijakan Dividen: Teori, Empiris, Dan Implikasi”. UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2013.
Halim, Abdul. “Analisis Investasi”. Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Handayani, Wiwid, Ubud Salim dan Chandra Fajri Ananda. “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi/Kimia Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta (1996-2000)”. Jurnal Wacana, Vol. 3, No. 13, 2010.
Hanif. “Perkembangan Perdagangan Saham Syari’ah Di Indonesia”. Jurnal ASAS, Vol.4, No.1, Januari 2012.
Hayati, Nurul. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate dan Property Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, Vol.11, No.1, 2010.
Herlambang, Leo. "(Sebagian) Catatan Pasar Modal Indonesia 2008". Artikel diakses tanggal 16 Januari 2015, darihttps://islamiconomics.wordpress.com/2009/02/21/sebagian-catatan-pasar-modal-indonesia-2008-leo-herlambang/
Husnan, Suad. “Dasar-Dasar Teori Potofolio Dan Analisis Sekuritas”. Edisi 3, UPP AMP YKM, Yogyakarta, 2001.
___________. “Manajemen Keuangan: Teori Dan Penerapan”. Edisi 3, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1996.
Juanda, Bambang dan Juanadi. “Ekonometrika Deret Waktu: Teori Dan Aplikasi”. IPB Press, Bogor, 2012.
Kasmir. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Kencana, Jakarta, 2010.
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya. “Manajemen Investasi: Pendekatan Teknikal Dan Fundamental Untuk Analisis Saham”. Graha Ilmu, Yogyakarta 2010.
139
Lusiana, Farida Wahyu. “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmu Manaemen Dan Akuntansi, Vol. 1, No.2, 2013.
Marli. “Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Dalam Penilaian Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta (Tahun 1998 – 2001)”. Jurnal Wacana, Vol. 13, No.2, 2010.
Meilani, Siti. "Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Dan Size Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2012". e - Journal FE Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 2014.
Moeljadi. “Manajemen Keuangan”. Bayu Media Publishing, Malang, 2006.
Murhadi, Warner R. “Analisis Saham Pendekatan Fundamental”. Indeks, Jakarta, 2009.
Noor, Henry Faizal. “Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis, Dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat”. Indeks, Jakarta, 2009.
Prabowo, Satriya Candra Bondan dan Ubud Salim. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen dan Volatilitas Harga Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vo.11, No.3, 2013.
Premkant, Puwanenthiren. “Determinant Of Price Earning Multiple In Sri Lankan Listed Companies”. European Journal Of Business And Innovation Research, Vol.1, No. 2, PP. 44-56, June 2014.
Purwaningrum, Endang. “Factors Affecting Price Earning Ratio Of Company’s Share In The Manufacture Sector “. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 10, No. 1, Juni 2013.
Rahma, Erlin Yulia, Djumahir, dan Atim Djazuli. “Analisis Variabel Fundamental Yang Berpengaruh Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Pada Perusahaan Automotive And Allied Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Alikasi Manajemen (JAM) Vol. 12, No. 3, 2014.
140
Ramadan, Imad Zayed. “Confidence Index Determinants of the Amman Stock Exchange Listed Companies”. International Journal of Business and Management, Vol. 10, No. 1, Canadian Center of Science and Education, 2015.
Ramadhani, Ghesa. "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2007-2011" Jurnal FE Universitas Riau, 2013.
Rhidho, Rahmad dan Sri Adji Prabawa. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan Manufaktur”. Management Insight, Vol. 7, No. 1, 2012.
Riadi, Elon Davit. “Pengaruh Faktor Debt To Equity Ratio, Return On Equity Dan Total Assets Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Jurnal FE Universitas Negeri Padang, 2013.
Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal Dan Fundamental Pada Pasar Modal”. Center For Social Economics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2005.
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. "Tobin’s Q Dan Altman Z-Score Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan". Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 2. No. 1, 2010.
Suharyadi dan Purwanto. “Statistika”. Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan, Teori, dan Aplikasi Dengan SPSS”. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011.
Susilowati, Heni dan Ratnaningrum. "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PER Antara Saham Yang Tercatat Dalam Index Syariah Dan Saham Biasa (Studi pada Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia 2006 -2008)". BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, Juni 2010.
Usman, Husain dan Purnomo Setiady Akbar. “Pengantar Statistika”. Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Warsono. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Bayumedia Publishing, Malang, 2003.
Weston, J.Fred dan Thomas E.Copeland. “Manajemen Keuangan”. Edisi 9, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
141
Wibowo, Zaenuar Arif. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2008-2011)". Jurnal FE Universitas Semarang, 2013.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya”. Edisi 3, Ekonisia, Yogyakarta, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan Eviews”. Edisi 3,UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.
Yanti, Mimi, Ubud Salim, Made Sudana, Djumahir. “Determinan Price Earning ratio dan Stock Return (Studi Pada Saham-Saham Syariah Di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 10, No.2, Juni, 2012.
http://www.idx.co.id/
http://www.ojk.go.id/
142
LAMPIRAN
Lampran 1: Hasil Output Uji Regresi Data Danel
Common Effect Model
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:15 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.156725 0.095033 -1.649169 0.1071
LOG_DR 1.209604 0.068270 17.71788 0.0000 LOG_ROE -0.944051 0.035785 -26.38087 0.0000 LOG_EPS -0.016742 0.013816 -1.211772 0.2329 LOG_DPR 0.006981 0.028522 0.244761 0.8079 LOG_PBV 0.966415 0.035741 27.03952 0.0000
R-squared 0.972293 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.968740 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.036157 Akaike info criterion -3.678331 Sum squared resid 0.050986 Schwarz criterion -3.437443 Log likelihood 88.76245 Hannan-Quinn criter. -3.588531 F-statistic 273.7139 Durbin-Watson stat 0.891312 Prob(F-statistic) 0.000000
143
Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603
LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000 LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000 LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157 LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284 LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665
Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463 Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390 Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927 F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693 Prob(F-statistic) 0.000000
144
Random Effect Model
Dependent Variable: LOG_PER Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.118359 0.086782 -1.363865 0.1804
LOG_DR 1.190653 0.059168 20.12320 0.0000 LOG_ROE -0.951189 0.030084 -31.61743 0.0000 LOG_EPS -0.012602 0.012839 -0.981496 0.3324 LOG_DPR 0.003903 0.024110 0.161899 0.8722 LOG_PBV 0.958055 0.030180 31.74456 0.0000
Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.008433 0.0758
Idiosyncratic random 0.029439 0.9242 Weighted Statistics R-squared 0.973061 Mean dependent var 1.034602
Adjusted R-squared 0.969608 S.D. dependent var 0.199694 S.E. of regression 0.034813 Sum squared resid 0.047267 F-statistic 281.7467 Durbin-Watson stat 0.944943 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.972055 Mean dependent var 1.228665
Sum squared resid 0.051423 Durbin-Watson stat 0.868572
145
Lampiran 2: Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
Uji Chow / Likehood Test Ratio
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 3.478912 (8,31) 0.0056
Cross-section Chi-square 28.830906 8 0.0003
Uji Hausman / Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 20.540632 5 0.0010
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOG_DR 0.935841 1.190653 0.005379 0.0005
LOG_ROE -1.005022 -0.951189 0.000876 0.0690 LOG_EPS 0.012054 -0.012602 0.000911 0.4139 LOG_DPR -0.024928 0.003903 0.000384 0.1410 LOG_PBV 0.878556 0.958055 0.000618 0.0014
146
Lampiran 3: Hasil Output Uji Asumsi Klasik
Normalitas (Uji Jarque-Bera)
Multikoliniertas
LOG_DR LOG_ROE LOG_EPS LOG_DPR LOG_PBV LOG_DR 1.000000 -0.017268 0.071859 0.105584 -0.631193
LOG_ROE -0.017268 1.000000 0.696976 0.057270 0.547256 LOG_EPS 0.071859 0.696976 1.000000 0.114635 0.309308 LOG_DPR 0.105584 0.057270 0.114635 1.000000 0.223794 LOG_PBV -0.631193 0.547256 0.309308 0.223794 1.000000
0
4
8
12
16
20
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Standardized ResidualsSample 2009 2013Observations 45
Mean 2.35e-18Median -0.003854Maximum 0.063668Minimum -0.063405Std. Dev. 0.024710Skewness 0.196005Kurtosis 3.700438
Jarque-Bera 1.208036Probability 0.546611
147
Heteroskedastisitas (Uji Park)
Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:07 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.201562 14.71389 -0.557403 0.5813
LOG_DR -1.698507 7.345087 -0.231244 0.8186 LOG_ROE -1.759955 3.290009 -0.534939 0.5965 LOG_EPS 1.200430 2.556286 0.469599 0.6419 LOG_DPR 1.364656 2.421297 0.563605 0.5771 LOG_PBV -1.580591 3.048024 -0.518563 0.6077
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.379741 Mean dependent var -9.055444
Adjusted R-squared 0.119633 S.D. dependent var 2.445641 S.E. of regression 2.294693 Akaike info criterion 4.748622 Sum squared resid 163.2341 Schwarz criterion 5.310695 Log likelihood -92.84400 Hannan-Quinn criter. 4.958158 F-statistic 1.459934 Durbin-Watson stat 2.369391 Prob(F-statistic) 0.188640
Autokorelasi (Uji Durbin-Watson)
1,829693 dl
2,7126 2,2238 1,7762 1,2874
Autokorelasi Negatif
Tidak Dapat Didefinisikan
Bebas Autokorelasi
Tidak Dapat Didefinisikan
Autokorelasi Positif
0
du 4-du 4-dl
4
148
Lampiran 4: Rangkuman Uji Statistik Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Uji Parsial
Variabel Koefisien t-statistik t-tabel Probabilitas Hasil
DR(X1) 0,935841 9,931392 1,68488 0,0000 Signifikan dan positiif
ROE(X2) -1,005022 -23,81133 -1,68488 0,0000 Signifikan dan negatif
EPS(X3) 0,012054 0,367547 1,68488 0,7157 Tidak
signifikan dan positif
DPR(X4) -0,024928 -0,802510 -1,68488 0,4284 Tidak
signifikan dan negatif
PBV(X5) 0878556 22,467558 1,68488 0,0000 Signifikan dan positif
Uji Simultan
F-statistik Probabilitas F-statistik F-tabel Hasil
160,9470 0,000000 2,46
Signifikan secara
bersama-sama
Koefisien Determinasi
Nilai Adjusted R-squared Hasil
0,979278
Variabel independen (X) yang terdiri dari Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to Book Value (X5) mampu menjelaskan variabel dependen Price Earning Ratio (PER) (Y) sebesar 97,9278 %.
149
Lampiran 4: Daftar Sampel Penelitian
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1. AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk. 2. ANTM PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. 3. INCO PT. Vale Indonesia Tbk. 4. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 5. ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. 6. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 7. LSIP PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk. 8. PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 9. SMGR PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
150
Lampiran 5: Data Rasio Keuangan Perusahaan
EMITEN TAHUN DR ROE EPS DPR PBV PER LOG DR
LOG ROE
LOG EPS
LOG DPR
LOG PBV
LOG PER
AALI 2009 15.11983 27.77942 1098.189 82.40839 26.63966 20.71592 1.179547 1.443723 3.040677 1.915971 1.425529 1.316304 2010 15.1794 29.17004 1335.652 62.14193 26.11524 19.61589 1.181254 1.464937 3.125693 1.793385 1.416894 1.292608 2011 17.427 29.65248 1586.39 62.721 19.2188 13.67885 1.241223 1.472061 3.20041 1.797413 1.283726 1.13605 2012 24.59302 26.91036 1600.169 42.80798 10.15827 12.3112 1.390812 1.42992 3.204166 1.631525 1.00682 1.0903 2013 31.37921 18.53442 1208.31 55.86316 8.419534 20.77282 1.496642 1.267979 3.082178 1.747125 0.925288 1.317495 ANTM 2009 17.5868 7.304399 62.40627 40.66899 11.71576 35.25287 1.245187 0.863584 1.795228 1.609263 1.068771 1.547194 2010 21.56774 17.47707 175.6054 40.26642 8.867205 13.95174 1.333805 1.242469 2.244538 1.604943 0.947787 1.144628 2011 29.13705 17.89718 202.1275 45.01614 3.488574 8.014744 1.464446 1.252785 2.305625 1.653368 0.542648 0.90389 2012 34.88957 23.32483 313.8096 15.00591 1.775486 4.078906 1.542696 1.367819 2.496666 1.176262 0.249317 0.610544 2013 41.48905 3.204341 42.98039 22.49863 1.146037 25.3604 1.617934 0.505739 1.63327 1.352156 0.059199 1.404156 INCO 2009 22.40893 10.77698 161.7899 64.62704 7.957112 21.32396 1.350421 1.032497 2.208951 1.810414 0.900755 1.328868 2010 23.30321 26.03599 395.1937 76.79778 10.57061 12.33572 1.367416 1.415574 2.59681 1.885349 1.0241 1.091165 2011 26.93496 18.86553 304.6058 55.6063 5.376181 10.50538 1.430316 1.275669 2.483738 1.745124 0.730474 1.021412 2012 26.21625 3.920801 65.6871 74.6113 3.947779 35.77567 1.418571 0.593375 1.81748 1.872805 0.596353 1.553588 2013 24.84978 2.254726 47.73148 63.14491 3.785667 55.51891 1.395322 0.353094 1.678805 1.800338 0.578142 1.744441 INTP 2009 19.37348 25.73408 746.6955 30.13277 19.42933 18.34751 1.287208 1.410509 2.873144 1.479039 1.288458 1.263577 2010 14.63265 24.65844 876.034 30.02167 25.87848 18.20706 1.165323 1.391966 2.942521 1.477435 1.412939 1.26024 2011 13.31792 22.89009 978.407 29.94664 25.96243 17.42629 1.124436 1.359648 2.99052 1.476348 1.414345 1.241205 2012 14.66227 24.52985 1294.047 34.77462 24.76858 17.34867 1.166201 1.389695 3.11195 1.541262 1.393901 1.239266 2013 13.64123 21.81374 1361.666 66.09548 20.28348 14.68789 1.134853 1.33873 3.134071 1.820172 1.307143 1.166959 ITMG 2009 34.29793 42.61042 2801.109 70.11509 9.266678 11.35265 1.535268 1.629516 3.44733 1.845811 0.966924 1.055097 2010 33.83327 28.31404 1622.007 74.10572 17.32539 31.2884 1.529344 1.452002 3.210053 1.869852 1.238683 1.495383 2011 31.52856 50.52961 4382.541 26.65121 9.677764 8.819085 1.498704 1.703546 3.641726 1.425717 0.985775 0.945424 2012 32.77891 43.10013 3697.218 84.65826 9.933117 11.23818 1.515595 1.634479 3.567875 1.927669 0.997086 1.050696 2013 30.76451 23.91273 942.6797 210.9943 16.27004 30.23296 1.48805 1.378629 2.974364 2.324271 1.211389 1.480481 KLBF 2009 26.09778 24.35175 103.3544 24.18862 6.078612 12.57808 1.416604 1.38653 2.014329 1.383611 0.783804 1.099615 2010 17.92507 25.00657 132.3158 52.90375 19.89916 24.56245 1.253461 1.398054 2.121612 1.723486 1.298835 1.390272 2011 21.25334 23.37281 149.9564 63.35176 19.63495 22.67326 1.327427 1.368711 2.175965 1.801759 1.29303 1.355514 2012 21.72779 24.0801 29.11765 65.25253 31.57913 36.40404 1.337016 1.381658 1.464156 1.814597 1.4994 1.56115 2013 24.87926 23.1819 38.8037 43.81025 22.54802 32.21342 1.395837 1.365149 1.588873 1.641576 1.353108 1.508037
151
EMITEN TAHUN DR ROE EPS DPR PBV PER LOG DR
LOG ROE
LOG EPS
LOG DPR
LOG PBV
LOG PER
LSIP 2009 21.40875 18.55234 518.3055 40.32371 10.97191 16.11019 1.330591 1.268399 2.714586 1.60556 1.040282 1.207101 2010 18.11274 22.69006 757.0176 8.057937 17.41265 16.97451 1.257984 1.355836 2.879106 0.906224 1.240865 1.229797 2011 14.02319 29.13837 249.379 40.09961 16.11842 9.022411 1.146847 1.464465 2.39686 1.60314 1.207323 0.955323 2012 16.84477 17.76417 163.4968 40.36775 12.33638 14.06755 1.226465 1.249545 2.213509 1.606035 1.091188 1.148218 2013 17.0647 11.62121 112.6521 40.8337 9.676315 17.1324 1.232099 1.065251 2.051739 1.611019 0.98571 1.233818 PTBA 2009 28.38049 47.87141 1184.604 45.05304 16.71879 14.56183 1.45302 1.680076 3.073573 1.653724 1.223205 1.163216 2010 26.15533 31.39657 867.5942 60.29547 22.44382 26.45246 1.41756 1.496882 2.938317 1.780285 1.351097 1.422466 2011 29.04382 37.82077 1340.307 59.98179 11.96086 12.9448 1.463054 1.57773 3.127204 1.778019 1.077762 1.112095 2012 33.18264 34.20768 1262.77 55.65149 8.23673 11.95784 1.520911 1.534124 3.101324 1.745477 0.915755 1.077653 2013 35.3304 24.55491 804.8095 51.80978 5.696354 12.67381 1.548149 1.390138 2.905693 1.714412 0.755597 1.102907 SMGR 2009 20.33165 32.87763 565.1981 54.57379 16.26457 13.35815 1.308173 1.5169 2.752201 1.736984 1.211243 1.125746 2010 21.99606 30.47626 616.8432 49.64957 15.76169 15.31994 1.342345 1.483962 2.790175 1.695915 1.197603 1.185257 2011 25.66681 27.06293 666.7689 49.62589 13.45909 17.17237 1.409372 1.432375 2.823975 1.695708 1.129016 1.23483 2012 31.65733 27.12182 830.5192 44.27833 11.17419 19.08445 1.500474 1.433319 2.91935 1.646191 1.048216 1.28068 2013 29.19151 24.55653 902.6128 45.13785 9.337931 15.67671 1.465257 1.390167 2.955501 1.654541 0.970251 1.195255