ALIH KODE MAHASISWA INTERNASIONAL DI JEPANG
(STUDI SOSIOLINGUISTIK KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
MAHASISWA SHORT TERM EXCHANGE PROGRAM AT TOKYO
UNIVERSITY OF AGRICULTURE AND TECHNOLOGY TAHUN
2015/2016)
SKRIPSI
Oleh
YULI DAMAR WATI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
ALIH KODE MAHASISWA INTERNASIONAL DI JEPANG
(STUDI SOSIOLINGUISTIK KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
MAHASISWA SHORT TERM EXCHANGE PROGRAM AT TOKYO
UNIVERSITY OF AGRICULTURE AND TECHNOLOGY TAHUN
2015/2016)
Oleh
YULI DAMAR WATI
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi alih kode yang dilakukan oleh para
mahasiswa internasional yang berpartisipasi dalam Short Term Exchange Program
at Tokyo University of Agriculture and Technology (STEP@TUAT) tahun
2015/2016 ketika berbincang di STEP Party. Data penelitian dikumpulkan melalui
observasi, rekaman video yang diambil selama STEP Party berlangsung, kuesioner
yang dibagikan melalui Google Form, serta wawancara yang dilakukan melalui
Facebook Messenger atau e-mail apabila informasi lebih lanjut diperlukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis fenomenologis. Hasil penelitian
menunjukkan beberapa motif yang mendorong mahasiswa beralih kode saat
berbincang di STEP Party, jenis dan fungsi alih kode yang mereka gunakan, serta
manfaat yang mereka peroleh dari penggunaan alih kode khususnya dalam konteks
akomodasi komunikasi antarbudaya. Hampir seluruh mahasiswa STEP@TUAT
menyatakan bahwa alih kode membantu mereka dalam akomodasi komunikasi
selama STEP Party. Meski demikian, beberapa mahasiswa tidak setuju bahwa alih
kode berperan penting dalam komunikasi. Studi ini merekomendasikan peneliti
selanjutnya untuk dapat memperhatikan aspek kenyamanan partisipan ketika
melakukan alih kode. Disarankan kepada TUAT sebagai lembaga utama yang
mengelola program agar dapat menekankan pentingnya alih kode selama orientasi
program, dengan mengajarkan para mahasiswa jenis, fungsi dan alasan mengapa
harus melakukan alih kode, sehingga mereka dapat melakukan alih kode dengan
mudah. Studi ini juga merekomendasikan para peserta STEP@TUAT berikutnya
untuk lebih percaya diri dalam melakukan alih kode, sehingga mereka dapat
memperoleh berbagai manfaat yang akan membantu mereka dalam proses
komunikasi.
Kata kunci: alih kode, mahasiswa internasional, sosiolinguistik, komunikasi
antarbudaya, Short Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture
and Technology tahun 2015/2016
ABSTRACT
CODE-SWITCHING AMONG INTERNATIONAL STUDENTS IN JAPAN
(A SOCIOLINGUISTIC-INTERCULTURAL COMMUNICATION STUDY OF
STUDENTS OF SHORT TERM EXCHANGE PROGRAM AT TOKYO
UNIVERSITY OF AGRICULTURE AND TECHNOLOGY BATCH 2015/2016)
By
YULI DAMAR WATI
This study aims to investigate code-switching done by international students who
participated in Short Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture
and Technology (STEP@TUAT) 2015/2016 batch while conversing at STEP parties.
The Data was collected through observations, video recordings taken during STEP
Parties, questionnaires shared via Google Form and interviews done via Facebook
Messenger or e-mail in cases where further information were needed. This research
adopted a phenomenological analysis approach. The result shows the motives that
drive the students to code-switch during STEP parties, the types and functions of
code-switching used, and the advantages gained from the use of code-switching
specifically for accommodating intercultural communication. Most participants
stated that code-switching helped to accommodate others in communication during
STEP Parties. However, a few participants disagreed that code-switching is
important for communication. The study recommends that the next researchers
should pay particular attention to the comfort of the participants at the point of
switching codes. It is recommended that TUAT, the main institution that organizes
the program should emphasize the importance of code-switching during the
orientation of the program, by teaching the students the types, the functions and the
reasons to code-switch, so they can code-switch with ease. The study also
recommends the next participants of STEP@TUAT should have confidence in code-
switching, so they can harness the full advantages which could help them in
communication.
Keywords: code-switching, international students, sociolinguistic, intercultural
communication, Short Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture
and Technology batch 2015/2016
ALIH KODE MAHASISWA INTERNASIONAL DI JEPANG
(STUDI SOSIOLINGUISTIK KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
MAHASISWA SHORT TERM EXCHANGE PROGRAM AT TOKYO
UNIVERSITY OF AGRICULTURE AND TECHNOLOGY TAHUN
2015/2016)
Oleh
YULI DAMAR WATI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Yuli Damar Wati Lahir di
Tanjung Karang (sekarang Bandar Lampung) pada tanggal
21 Juli 1994. Merupakan putri dari Bapak Wakidi dan Ibu
Rubiati, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis
menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Among
Putra Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2000, SD Negeri 1 Gunung
Sulah yang diselesaikan pada tahun 2006, SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2009, dan SMA Perintis 2 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2012. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui
Jalur SNMPTN pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan,
di antaranya HMJ Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Jurnalistik periode
kepengurusan 2012/2013, ESo (English Society of) Universitas Lampung sebagai
anggota muda periode kepengurusan 2012/2013, serta aktif di FSPI (Forum
Silaturahmi Pengembangan Islam) FISIP Universitas Lampung sebagai anggota
muda periode kepengurusan 2012/2013, sebagai anggota Staff Sekretaris Umum
periode kepengurusan 2013/2014, dan sebagai sekretaris Bidang Akademik periode
kepengurusan 2014/2015. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan Universitas
Lampung, penulis juga aktif di komunitas belajar Bahasa Jepang, MNN (Minna No
Nihongo) Lampung sejak tahun 2013 hingga sekarang.
Penulis merupakan salah satu perwakilan Indonesia untuk program pertukaran
mahasiswa selama satu tahun di Tokyo University of Agriculture and Technology
(TUAT), Jepang, yaitu pada program STEP@TUAT (Short Term Exchange
Program at Tokyo University of Agriculture and Technology) periode 2015/2016
dengan beasiswa penuh dari JASSO (Japan Student Services Organization).
Penulis menerapkan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan pada Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di PT. Indosiar Visual Mandiri sebagai News Reporter pada
periode Maret hingga Juni 2017. Penulis juga mengabdikan ilmu dan keahlian yang
dimiliki kepada masyarakat dengan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan
(KKN-K) di Desa Pagar Buana, Kecamatan Way Kenanga, Kabupaten Tulang
Bawang Barat pada Juli 2018.
MOTTO
負けたら終わりなんじゃなくて辞めたら終わりなんだ。
You are not finished when you are defeated. You are finished when you quits.
PERSEMBAHAN
Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Sang Pemilik Ilmu,
Yang atas izin-Nya karya ini tercipta.
Kepada Mamak dan Bapak,
Yang tak pernah putus doa, dukungan, kepercayaan serta kasih
sayangnya.
Kepada Yuli Damar Wati,
Girl, you made it!
おめでとう!
Kepada Anda,
selamat membaca.
SANWACANA
Alhamdu lillahi ladzi bini’matihi tatimmush shaalihaatu.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shalih sempurna.
Ungkapan syukur atas segala nikmat, taufiq, dan hidayah Allah Ta’ala. Sehingga,
penulis dapat menuntaskan skripsi yang berjudul “Alih Kode Mahasiswa
Internasional di Jepang (Studi Sosiolinguistik Komunikasi Antarbudaya
Mahasiswa Short Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture
and Technology Tahun 2015/2016)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.
Banyak pihak telah mendermakan berbagai bimbingan dan dukungan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menghaturkan
terimakasih dengan tulus kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr, Syarief Makhya, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.
2. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung
3. Ibu Andi Windah, S.I.Kom., MComn&MediaSt. selaku Pembimbing Akademik
4. Ibu Dr. Tina Kartika, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
sabar dan menginspirasi selama membimbing penulis
5. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si. selaku dosen pembahas skripsi, atas segala
ilmu, bimbingan serta dukungan yang beliau berikan kepada penulis
6. Tasaki Atsuko Sensei who has taught me, guided me and given me inspirations
during the research process. 先生、いろいろ教えてくれてありがとうござ
いました。これからももっともっと頑張ります。
7. Mamak dan Bapak yang tak pernah putus mendoakan, mendukung,
mempercayai, dan menyayangi penulis.
8. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik penulis dengan
sepenuh hati.
9. Seluruh Bapak dan Ibu guru yang telah mendidik penulis selama menempuh
pendidikan di TK, SD, SMP dan SMA.
10. All of the lecturers and International Office staff members in TUAT: Kawabata
Sensei, Noma Sensei, Fujioka-san, Uehara Sensei, Hongo Sensei, Baba Sensei,
Misono Sensei, Kimura Sensei, Yamazaki Sensei, Hiroota Sensei, Oguma
Sensei, Ogata Sensei, Igari Sensei, Ban Sensei, Kobayashi-san, and the others.
11. Ibu Hj. Dra. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P. dan keluarga besar MNN (Minna
No Nihongo) Lampung yang telah membuka pintu kesempatan bagi penulis
untuk melangkah ke negeri impian, Jepang. 皆さん、ありがとうございまし
た!一緒に日本へ行きましょう!
12. Adik-adikku, si kembar Dampit dan Riski. Belajarlah yang giat! Raih impianmu
sampai dapat. Mbak selalu mendukungmu.
13. The family of STEP@TUAT 2015/2016 batch: Mbak Arnia, Fadila, dan
XiaoFen, terimakasih! Elliot and Gina, medaase! Christelle and Arnaud, merci!
Tran and Anh Loc, cảm ơn bạn! Niranad and Pong, ขอขอบคณุ! Diana,
Спасибо! Lylee, ຂອບໃຈ! Vuthy, សូមអរគុណ! Eduardo, obrigado! Zi Zhou,
Wang Fei, Ren Jie and Hao Shuai, 謝謝!
14. Sahabat-sahabatku yang sholihah, manis dan super keren: Rika Ni’matus
Solikhah, Kartini, Ari Krisnawati, Fitria Wulandari, dan Agnes Rachmawati
15. Keluarga besar FSPI FISIP Universitas Lampung
16. Keluarga besar Ilmu Komunikasi 2012 Universitas Lampung
17. Rekan-rekan Praktik Kerja Lapangan Divisi News Production Indosiar dan
SCTV; Erika, Arum, Meta, Amel, Yetti, Armand, Rivky, Fikri, Subhan, dan
lain-lain.
18. Teman-teman KKN Kebangsaan Tiyuh Pagar Buana 2018: Iqbal, Rico, Indi,
Puput, Euis dan Arini.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua, serta membalas semua kebaikan yang telah didermakan kepada penulis.
Akhirnya, kendati skripsi ini masih jauh dari paripurna, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua, aamiin.
Bandar lampung, 23 Oktober 2018
Penulis,
Yuli Damar Wati
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 10
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian terdahulu .......................................................................... 13
2.2. Motif ................................................................................................ 20
2.3. Manfaat ............................................................................................ 20
2.4. Alih Kode ......................................................................................... 21
2.5. Fungsi Alih Kode ............................................................................. 22
2.6. Tipe Alih Kode ................................................................................. 24
2.7. Perbedaan Antara Alih Kode dan Campur Kode ............................... 25
2.8. Alih Kode Sebagai Fenomena Komunikasi Antarbudaya .................. 27
2.9. Sosiolinguistik Fishman .................................................................... 27
2.10. Teori Akomodasi Komunikasi .......................................................... 29
2.11. Kerangka Pikir.................................................................................. 31
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian.................................................................................. 35
3.2. Fokus Penelitian ............................................................................... 36
3.3. Sumber Data ..................................................................................... 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 37
3.5. Penentuan Informan .......................................................................... 38
3.6. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39
ii
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) ................ 42
4.2. Short-Term Exchange Program at Tokyo University of
Agriculture and Technology (STEP@TUAT) ................................... 43
4.3. STEP Party ...................................................................................... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Informan ............................................................................ 47
5.2. Alih Kode Mahasiswa STEP@TUAT 2015/2016 di STEP Party ...... 53
5.2.1. Pengalaman dan Frekuensi Alih Kode Mahasiswa
STEP@TUAT Tahun 2015/2016 di STEP Party ................... 54
5.2.2. Sasaran Alih Kode Mahasiswa STEP@TUAT Tahun
2015/2016 di STEP Party ...................................................... 58
5.2.2.1. Alih Kode Terhadap Teman Dari Negara Lain ........ 62
5.2.2.2. Alih Kode Terhadap Teman Dari Negara
Tetangga ................................................................. 65
5.2.2.3. Alih Kode Terhadap Teman Dari Negara Yang
Sama ...................................................................... 66
5.2.3. Kondisi Kesadaran Mahasiswa STEP@TUAT 2015/2016
Ketika Melakukan Alih Kode di STEP Party ......................... 67
5.3. Pembahasan Menurut Tujuan Penelitian ........................................... 74
5.3.1. Motif Mahasiswa STEP@TUAT Tahun 2015/2016
Melakukan Alih Kode di STEP Party .................................... 74
1) Menghindari Kesalahpahaman......................................... 74
2) Menekankan Pesan .......................................................... 76
3) Berbicara Cepat Dan Lancar Guna Menghindari Jeda ...... 78
4) Mengkonfirmasi Maksud Lawan Bicara .......................... 80
5) Membangun Keakraban dan Rasa Persahabatan ............. 80
6) Membangkitkan Rasa Humor ......................................... 82
7) Mempraktekkan Bahasa Baru Yang Sedang
Dipelajari ........................................................................ 83
8) Menceritakan Sesuatu Secara Rahasia ............................. 85
9) Ketidaksadaran (Spontanitas) .......................................... 86
10) Ketidaktahuan Akan Kosakata Dalam Suatu Bahasa ........ 87
5.3.2. Tipe Alih Kode Yang Sering Dilakukan Mahasiswa
STEP@TUAT Tahun 2015/2016 di STEP Party ................... 93
5.3.3. Fungsi Alih Kode Yang Sering Dilakukan Mahasiswa
STEP@TUAT Tahun 2015/2016 di STEP Party ................... 95
5.3.4. Manfaat Penggunaan Alih Kode Yang Dirasakan
Mahasiswa STEP@TUAT Tahun 2015/2016 di STEP
Party ..................................................................................... 96
5.4. Pembahasan Menurut Teori Akomodasi Komunikasi Howard
Giles ............................................................................................... 101
5.5. Klasifikasi Informan Berdasarkan Hasil Penelitian ......................... 110
iii
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan .................................................................................... 123
6.2. Saran .............................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Mahasiswa Internasional Berdasarkan Negara Asalnya (Top
10 Terbanyak) .......................................................................................... 4
2. Perbandingan Jumlah Mahasiswa Internasional di Jepang Tahun
2014 dan 2015)......................................................................................... 5
3. Jumlah Mahasiswa Program Jangka Pendek di Jepang Pada Tahun
Anggaran 2014) ........................................................................................ 6
4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................ 17
5. Statistik Mahasiswa Program Strata 1 TUAT (2016) .............................. 43
6. Statistik Mahasiswa Program Pascasarjana TUAT (2016) ....................... 43
7. Identitas Informan .................................................................................. 50
8. Hasil wawancara informan terkait pengalaman dan frekuensi
melakukan alih kode ............................................................................... 54
9. Hasil wawancara informan terkait objek atau sasaran melakukan alih
kode selama percakapan di STEP Party .................................................. 58
10. Hasil wawancara informan terkait kondisi kesadaran informan ketika
melakukan alih kode ............................................................................... 67
11. Hasil wawancara informan terkait tipe alih kode yang dilakukan
selama percakapan di STEP Party berdasarkan tiga tipe alih kode
yang dijelaskan oleh Poplack (1978) ...................................................... 93
12. Hasil wawancara informan terkait fungsi alih kode yang digunakan
selama percakapan di STEP Party berdasarkan enam fungsi alih
kode yang dikemukakan oleh Gumperz (2002: 75) ................................ 95
13. Hasil wawancara informan terkait manfaat yang dirasakan dari
penggunaan alih kode selama percakapan di STEP Party ....................... 96
14. Hasil wawancara informan terkait dampak penggunaan alih kode
yang dirasakan dalam upaya akomodasi komunikasi antarbudaya
selama percakapan di STEP Party berlangsung ................................... .101
15. Klasifikasi Hasil Penelitian Berdasarkkan Informan ............................ .110
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jumlah Mahasiswa Internasional di Jepang Berdasarkan Jenis Institusi
Pada Mei 2015 ............................................................................................ 3
2. Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 34
3. TUAT Fuchu Campus dan Koganei Campus ............................................. 42
4. Fuchu International House dan Koganei International House ................... 44
5. Suasana STEP Party ................................................................................. 45
6. Mahasiswa STEP@TUAT 2015/2016 ....................................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini semakin banyak mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri.
Adanya peluang memperoleh beasiswa pendidikan seperti Fullbright Scholarship,
Erasmus Mundus Scholarship, Chevening Scholarship, Australian Awards,
Japanese Government Scholarship (MEXT), Japan Student Service Organization
(JASSO) Scholarship, Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
Pemerintah RI dan lain-lain semakin meningkatkan optimisme mahasiswa untuk
dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri. Bentuk beasiswa yang ditawarkan pun
bermacam-macam, umumnya terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu beasiswa
penuh dan beasiswa parsial. Beasiswa penuh biasanya mencakup biaya pendidikan
100%, biaya hidup, biaya penerbangan, asuransi dan lain-lain. Sedangkan beasiswa
parsial mencakup sebagian dari biaya pendidikan atau hanya biaya non-pendidikan
seperti biaya hidup, asuransi, biaya pengembangan diri, biaya riset, dan lain-lain.
Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang aktif menerima mahasiswa
internasional. Pada bulan Agustus 1983, Perdana Menteri Jepang Nakasone
memutuskan rencana untuk menerima 100.000 mahasiswa internasional atau Plan
to Accept 100.000 International Students (Ryugakusei 10-mannin Ukeire Keikaku).
2
Tujuan dari rencana ini adalah untuk menerima 100.000 mahasiswa internasional
pada awal abad ke-21. Rencana ini pada dasarnya ditujukan untuk mempromosikan
saling pengertian antara Jepang dan negara-negara lain agar memberikan kontribusi
terhadap pembinaan sumber daya manusia di negara-negara berkembang (Shao,
2008 : 2).
Selanjutnya, pada tanggal 29 Juli 2008, rencana untuk menerima 300.000
mahasiswa internasional atau Plan to Accept 300.000 International Students atau
Ryugakusei 30-mannin Keikaku dibentuk di bawah pimpinan Perdana Menteri
Fukuda. Rencana ini dipresentasikan pada konferensi kabinet Jepang oleh enam
kementerian, yaitu 1) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, 2) Kementerian Departemen Luar Negeri, 3)
Kementerian Kehakiman, 4) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga,
Sains dan Teknologi, 5) Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri dan 6)
Kementerian Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata. Rencana tersebut
bertujuan untuk menerima 300.000 mahasiswa internasional pada tahun 2020
dengan menciptakan lebih banyak kebijakan terbuka, sebagai bagian dari
pengembangan "Strategi Global" agar Jepang dapat memperluas arus sumber daya
manusia, barang, uang dan informasi di Asia dan dunia. Hal ni juga bertujuan untuk
memberikan kontribusi intelektual secara internasional dengan memperoleh siswa
internasional yang sangat baik secara strategis (Shao, 2008 : 8).
Mahasiswa internasional adalah mahasiswa dari negara lain yang memperoleh
status kependudukan sebagai mahasiswa dengan visa pelajar yang menerima
pendidikan di universitas, sekolah pascasarjana, junior college, perguruan tinggi
3
teknologi, perguruan tinggi pelatihan profesional, dan institusi pendidikan yang
menyediakan kursus persiapan masuk universitas dan institusi bahasa Jepang di
Jepang (JASSO, 2016).
Gambar 1. Jumlah Mahasiswa Internasional di Jepang Berdasarkan Jenis Institusi Pada
Mei 2015
Sumber: JASSO (2016)
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Japan Student Services Organization
(JASSO) pada Mei 2015 diketahui jumlah mahasiswa internasional yang menempuh
pendidikan di Jepang meningkat sebanyak 13,2% atau 24.224 orang, dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 184.155 orang menjadi 208.379 orang. Jumlah tersebut
diperoleh dari penjumlahan dua klasifikasi, yaitu institusi perguruan tinggi
sebanyak 152.062 orang (meningkat sebanyak 9,3% atau 12.877 orang dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 139.185 orang) dan lembaga bahasa Jepang sebanyak
56.317 orang (meningkat sebanyak 25,2% atau 11,347 orang dari tahun sebelumnya
4
yang berjumlah 44.970 orang). Berikut adalah grafik jumlah mahasiswa
internasional di Jepang berdasarkan jenis institusi pada Mei 2015.
Ada pun tabel jumlah mahasiswa internasional berdasarkan negara asalnya (Top 10
Terbanyak), diantaranya:
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Internasional Berdasarkan Negara Asalnya (Top 10
Terbanyak)
Sumber: JASSO (2016)
Dengan perbandingan berdasarkan jenis institusi pada tahun sebelumnya sebagai
berikut.
5
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Mahasiswa Internasional di Jepang Tahun 2014 dan 2015
Sumber: JASSO (2016)
Selain itu ada pula kategori mahasiswa internasional yang mengikuti program
pendidikan jangka pendek. Yang dimaksud mahasiswa program pendidikan jangka
pendek adalah mahasiswa internasional yang bermukim dan menempuh pendidikan
di Jepang kurang dari satu tahun atau yang memiliki visa selain visa pelajar. Jumlah
mahasiswa program pendidikan jangka pendek tersebut pada tahun anggaran 2014
adalah sebanyak 11.428 orang (meningkat sebanyak 22,6% atau 2.103 orang dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 9.325 orang) (JASSO, 2016). Berikut adalah
6
tabel jumlah mahasiswa program jangka pendek di Jepang pada tahun anggaran
2014.
Tabel 3. Jumlah Mahasiswa Program Jangka Pendek di Jepang Pada Tahun Anggaran 2014
Sumber: JASSO (2016)
Study in Japan Comprehensive Guide menerangkan prosedur imigrasi bagi
mahasiswa asing didasarkan pada Undang-Undang Pengawasan Imigrasi dan
Pengungsi atau Immigration Control and Refugee Recognition Act. Undang-undang
tersebut menetapkan 30 jenis status kependudukan warga negara asing sesuai
aktivitas dan jabatan yang relevan. Dan berdasarkan undang-undang tersebut batas
maksimal visa pelajar adalah sampai empat tahun tiga bulan (sumber:
http://www.studyjapan.go.jp/en/toj/toj04e.html, diakses pada 24 April 2017 pukul
13:08 WIB).
7
Short-Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture and Technology
(STEP@TUAT) adalah suatu program pertukaran jangka pendek bagi mahasiswa
internasional strata satu dan pascasarjana yang tertarik mempelajari bahasa, budaya,
sains dan teknologi Jepang di Tokyo University of Agriculture and Technology
(TUAT). Program ini berdurasi 1 tahun, dengan total 20 peserta setiap tahunnya.
Ada pun STEP@TUAT tahun 2015/2016 berlangsung sejak Oktober 2015 hingga
September 2016 dengan total 20 mahasiswa internasional diantaranya, yaitu: tiga
mahasiswa Indonesia (termasuk peneliti), satu mahasiswa asal Laos, satu
mahasiswa asal Kamboja, dua mahasiswa asal Thailand, empat mahasiswa asal
Tiongkok, satu mahasiswa asal Russia, dua mahasiswa asal Ghana, dua mahasiswa
asal Vietnam, dua mahasiswa asal Perancis, satu mahasiswa asal Malaysia dan satu
mahasiswa asal Brazil.
Ke-20 mahasiswa tersebut berasal dari latar belakang budaya, bahasa dan adat
kebiasaan yang berbeda-beda. Situasi tersebut mengharuskan mereka untuk dapat
beradaptasi dan berinteraksi satu sama lain. Oleh sebab itu, berbagai kegiatan baik
di dalam mau pun luar kampus TUAT dimanfaatkan sebagai sarana bagi mereka
untuk dapat saling bertukar pengetahuan dan mempererat hubungan pertemanan.
Salah satu kegiatan tersebut adalah STEP Party.
STEP Party merupakan salah satu bentuk inisiatif mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016. Kegiatan ini merupakan kegiatan di luar kampus TUAT yang aktif
diadakan mahasiswa STEP@TUAT setiap bulannya. Waktu kegiatan biasanya
disesuaikan dengan event-event tertentu, misalnya hari ulang tahun salah satu
anggota STEP@TUAT. Bertempat di Fuchu International House Lounge, kegiatan
8
ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa STEP@TUAT untuk dapat saling
berkumpul, bertukar informasi dan lebih mengenal satu sama lain. Kegiatan ini
tidak hanya dihadiri mahasiswa STEP@TUAT saja, mahasiswa dari berbagai
tingkatan dan program studi lain pun turut diundang menghadiri kegiatan tersebut.
Selama mengikuti STEP Party, peneliti menemukan suatu fenomena unik dimana
para mahasiswa yang hadir di acara tersebut berbicara menggunakan dua bahasa
atau lebih secara bersamaan. Selain menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
utama percakapan, mereka juga menggunakan bahasa Jepang dan bahasa ibu
masing-masing pembicara. Bahasa ibu umumnya digunakan ketika berbicara
dengan mahasiswa yang berasal dari negara yang sama atau seseorang yang
memahami bahasa ibu mereka (misalnya mahasiswa asal Indonesia dan Malaysia
tidak kesulitan memahami satu sama lain dikarenakan adanya kemiripan bahasa).
Ada pun bahasa Jepang sering digunakan sebab selama menjalani pendidikan di
TUAT mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti kelas bahasa Jepang sebagai bekal
hidup dan berkomunikasi dengan penduduk asli setempat dalam kehidupan sehari-
hari. Meski demikian, terkadang mereka juga berbicara dalam bahasa Jepang
dengan sesama mahasiswa asing dikarenakan faktor kebiasaan.
Sebagai contoh, pada suatu kesempatan di STEP Party tanggal 6 Agustus 2016,
seorang teman asal Vietnam memberikan instruksi kepada rekan-rekan yang lain
untuk bersulang. Ia berseru, “One, two, three, kanpaaaai!” (“Satu, dua, tiga,
bersulaaaang!”) Kata kanpai dalam bahasa Jepang berarti ‘bersulang’. Ia
mengatakannya dalam rangka mengikuti kebiasaan masyarakat Jepang ketika
9
hendak bersulang, kendati ia sendiri bukan orang Jepang dan mayoritas mahasiswa
yang hadir pun bukan orang Jepang.
Pada kesempatan lain, seorang mahasiswi asal Malaysia tengah merekam suasana
STEP Party tanggal 15 Maret 2016 menggunakan kamera telepon selulernya. Ia
menjelaskan suasana pesta dalam bahasa Inggris. Namun ketika mendengar teman
asal Laos mengomentari teman lain dalam bahasa Jepang, “Kawaii desu ne!”
(Lucu/Imutnya!) ia dan seorang mahasiswi asal Thailand yang duduk di sebelahnya
pun turut berseru “Kawaii desu ne!”
Situasi multi-bahasa pada kejadian-kejadian di atas dikenal sebagai ‘alih kode
(code-switching)’. Hoffman (1996: 110) dalam Yuliani (2013: 1) mendefinisikan
alih kode sebagai the alternate use of two languages or linguistic varieties within
the same utterance or during the same conversation. (suatu penggunaan alternatif
dua bahasa atau variasi-variasi linguistik dalam ujaran yang sama atau percakapan
yang sama.) Heller (1988 : 1) menjelaskan, “Code-switching is when a person
mixes two languages in a single sentence or a conversation. (Alih kode adalah
ketika seseorang menggabungkan dua bahasa dalam suatu kalimat tunggal atau
percakapan.)” Singkatnya, alih kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih
secara bersamaan di dalam suatu klausa atau kalimat. Alih kode dipelajari untuk
memahami mengapa orang yang kompeten dalam dua bahasa atau lebih
menyejajarkan kata-kata atau ucapannya pada situasi-situasi tertentu.
Berdasarkan pengalaman dan observasi tersebut, peneliti berasumsi bahwa alih
kode berpengaruh terhadap pergaulan di antara mahasiswa STEP@TUAT
2015/2016. Alih kode juga mampu mengakomodasi komunikasi di antara mereka.
10
Akomodasi dari sudut pandang komunikasi menjelaskan bagaimana dan kenapa
kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita terhadap tindakan orang lain. Meski
demikian, belum diketahui secara mendalam motif apa saja yang mendasari
mahasiswa STEP@TUAT melakukan alih kode, jenis dan fungsi alih kode yang
mereka gunakan, serta manfaat penggunaannya dalam konteks komunikasi
antarbudaya selama percakapan di STEP Party. Oleh sebab itu, penelitian ini
dilakukan guna membuktikan dan mendalami hal-hal tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Motif apa sajakah yang mendorong mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 melakukan alih kode dalam komunikasi antarbudaya?
2. Tipe alih kode apa sajakah yang digunakan mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 dalam komunikasi antarbudaya?
3. Fungsi alih kode apa sajakah yang digunakan mahasiswa STEP@TUAT
tahun 2015/2016 dalam komunikasi antarbudaya?
4. Manfaat apa sajakah yang mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016
peroleh dari penggunaan alih kode khususnya dalam akomodasi komunikasi
antarbudaya?
11
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini di antaranya, ialah:
1. Mengetahui motif apa saja yang mendorong mahasiswa STEP@TUAT
tahun 2015/2016 melakukan alih kode dalam komunikasi antarbudaya;
2. Mengetahui tipe alih kode yang digunakan mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 dalam komunikasi antarbudaya;
3. Mengetahui fungsi alih kode yang digunakan mahasiswa STEP@TUAT
tahun 2015/2016 dalam komunikasi antarbudaya; dan
4. Mengetahui manfaat apa saja yang mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 peroleh dari penggunaan alih kode khususnya dalam konteks
akomodasi komunikasi antarbudaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan studi Ilmu Komunikasi
khususnya yang berkaitan dengan alih kode dan komunikasi antarbudaya.
2. Secara Praktis
a. Untuk peneliti lain, sebagai bahan pembanding atau pustaka untuk
penelitian sejenis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan
dengan alih kode dan komunikasi antarbudaya. Selain itu, hasil
12
penelitian diharapkan dapat menambah kajian pemikiran bagi
pengembangan ilmu komunikasi.
b. Untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat guna meraih gelar
sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai panduan serta
bahan perbandingan. Penelitian terdahulu juga dimaksudkan untuk menambah
referensi dan wawasan penulis dalam menjalankan penelitian ini. Referensi
penelitian terdahulu didapat penulis dari jurnal internasional dan jurnal dalam negeri
yang memuat topik terkait dengan penelitian dari penulis.
Penelitian pertama berjudul Code Switching and Code Mixing in MasterChef
Indonesia Season 3 Episodes 20-21 (Alih Kode dan Campur Kode Pada Program
MasterChef Indonesia Season 3 Episode 20-21) yang ditulis oleh Musfiroh dari
UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2014.
Hasil penelitian ini menemukan tiga bentuk alih kode yang terjadi di MasterChef,
yaitu: alih kode dalam bentuk klausa, kalimat dan eksklamasi. Ada pun relevansi
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni sama-sama meneliti
tentang fenomena alih kode. Hanya saja, penelitian ini memperoleh data dari hasil
observasi tayangan televisi MasterChef, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan
memperoleh data dari hasil observasi selama menjadi mahasiswa STEP@TUAT
dan wawancara melalui e-mail dan atau media sosial.
14
Penelitian kedua berjudul Factors of Code Switching among Bilingual English
Students in the University Classroom: A survey (Faktor-Faktor Alih Kode Pada
Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Bilingual di Ruang Kelas Universitas: Sebuah
Survey) yang ditulis oleh Krishna Bista dari Center for Excellence in Education
Arkansas State University, Arkansas pada tahun 2010.
Hasil penemuan dari studi yang dilakukan di sebuah universitas Amerika Selatan
tersebut menunjukkan bahwa faktor primer dilakukannya alih kode di dalam kelas
internasional adalah ketidakmampuan menggunakan bahasa kedua secara lancar.
Faktor-faktor lainnya adalah untuk menjaga privasi, dimana siswa merasa lebih
mudah berbicara dalam bahasa sendiri dibandingkan bahasa Inggris. Akan tetapi,
alih kode dapat menjadi strategi yang berguna pada interaksi di kelas apabila
tujuannya untuk memperjelas makna dan untuk mentransfer pengetahuan kepada
para mahasiswa dengan cara yang efisien.
Ada pun relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni
sama-sama meneliti fenomena alih kode yang dilakukan oleh mahasiswa
internasional. Hanya saja, penelitian ini memperoleh data melalui kuesioner dan
observasi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan wawancara
melalui e-mail dan atau sosial media sebagai cara memperoleh data.
Penelitian ketiga berjudul Word Borrowing and Code Switching in Ancash Waynu
Songs (Kata Pinjaman dan Alih Kode pada Lagu-Lagu Ancash Waynu) yang ditulis
oleh Felix Julca-Guerrero dari University of Texas at Austin pada tahun 2009.
15
Hasil penelitian tersebut menunjukkan frekuensi dan skala penggunaan kata
pinjaman dalam lagu-lagu waynu bervariasi tergantung pada bahasa apa lagu
tersebut dikomposisikan. Spanish Waynu menampilkan lebih banyak kata-kata
dalam bahasa Spanyol, sedangkan Quencha Waynu menggunakan Bahasa Spanyol
sebagai kata pinjaman saja. alih kode dan campur kode adalah fenomena yang
umum ada dalam lagu-lagu Ancash Waynu. Seperti percakapan sehari-hari, para
penyanyi Waynu sering mengalihkan bahasa dari bahasa Quencha ke bahasa
Spanyol dan sebaliknya.
Ada pun relevansi penelitian tersbut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
sama-sama meneliti tentang fenomena alih kode. Hanya saja, penelitian ini tidak
hanya membahas tentang alih kode namun juga kata pinjaman yang terdapat dalam
lagu-lagu Ancash Waynu, sedangkan penelitian yang penulis lakukan hanya
berfokus pada alih kode saja khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa
STEP@TUAT tahun 2015/2016.
Penelitian yang keempat berjudul Sometimes I’ll Start A Sentence In Spanish Y
Terminó En Español: Toward Typology of Code-Switching (Terkadang Saya
Memulai Kalimat Dalam Bahasa Spanyol dan Mengakhirinya Dalam Bahasa
Spanyol: Terhadap Tipologi Alih Kode) yang ditulis oleh Shana Poplack pada tahun
1980.
Analisis kuantitatif terhadap responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
baik orang yang fasih mau pun tidak fasih terhadap dua bahasa mampu beralih kode
secara berkala dan tetap menjaga tata bahasa kedua bahasa tersebut. Sementara para
bilingual yang fasih cenderung beralih bahasa pada berbagai batasan sintaksis
16
dalam kalimat, bilingual yang tidak fasih lebih menyukai peralihan bahasa antar
kalimat, yang memungkinkan mereka berpartisipasi pada mode alih kode, tanpa
takut melanggar peraturan gramatikal dari salah satu bahasa yang terlibat.
Ada pun relevansi penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
sama-sama meneliti fenomena alih kode. Hanya saja, Poplack menggunakan
metode kuantitatif untuk menganalisis cara berbicara 20 orang Puerto Rico
sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis motif, tipe
dan fungsi alih kode yang dilakukan oleh mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 serta manfaat yang mereka rasakan dalam akomodasi komunikasi
antarbudaya.
17
Tabel 4. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Kontribusi Terhadap
Penelitian Selanjutnya
Perbedaan Penelitian
1. Musfiroh
(2014: UIN Sunan Ampel
Surabaya)
Code Switching and Code
Mixing in MasterChef
Indonesia Season 3
Episodes 20-21 (Alih Kode
dan Campur Kode Pada
Program MasterChef
Indonesia Season 3 Episode
20-21)
Penelitian ini menemukan tiga
bentuk alih kode yang terjadi di
MasterChef, yaitu: alih kode
dalam bentuk klausa, kalimat
dan eksklamasi.
Memberikan contoh beserta
pemaparan yang berguna
bagi penelitian selanjutnya
yang hendak menggunakan
kategorisasi alih kode
menurut Hoffman.
Penelitian ini memperoleh
data dari hasil observasi
tayangan televisi
MasterChef, sedangkan
penelitian yang penulis
lakukan memperoleh data
dari hasil observasi selama
menjadi mahasiswa
STEP@TUAT dan
wawancara melalui e-mail
dan atau media sosial.
2. Krishna Bista
(2010: Center for
Excellence in Education
Arkansas State University,
Arkansas)
Factors of Code Switching
among Bilingual English
Students in the University
Classroom: A survey
(Faktor-Faktor Alih Kode
Pada Mahasiswa Jurusan
Bahasa Inggris Bilingual di
Ruang Kelas Universitas:
Sebuah Survey)
Hasil penemuan dari studi yang
dilakukan di sebuah universitas
Amerika Selatan menunjukkan
bahwa faktor primer
dilakukannya alih kode di dalam
kelas internasional adalah
ketidakmampuan menggunakan
bahasa kedua secara lancar.
Faktor-faktor lainnya adalah
untuk menjaga privasi, dimana
siswa merasa lebih mudah
berbicara dalam bahasa sendiri
dibandingkan bahasa Inggris.
Akan tetapi, alih kode dapat
Memberikan masukan
pengetahuan bagi peneliti
khususnya para instruktur
bahasa akan pentingnya alih
kode dalam mensukseskan
penyampaian pesan saat
mengajar.
Penelitian ini memperoleh
data melalui kuesioner dan
observasi, sedangkan
penelitian yang penulis
lakukan menggunakan
wawancara melalui e-mail
dan atau sosial media
sebagai cara memperoleh
data.
18
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Kontribusi Terhadap
Penelitian Selanjutnya
Perbedaan Penelitian
menjadi strategi yang berguna
pada interaksi di kelas apabila
tujuannya untuk memperjelas
makna dan untuk mentransfer
pengetahuan kepada para
mahasiswa dengan cara yang
efisien.
3. Felix Julca-Guerrero
(2009: University of
Texas at Austin)
Word Borrowing and Code
Switching in Ancash Waynu
Songs (Kata Pinjaman dan
Alih Kode pada Lagu-Lagu
Ancash Waynu)
Frekuensi dan skala penggunaan
kata pinjaman dalam lagu-lagu
waynu bervariasi tergantung
pada bahasa apa lagu tersebut
dikomposisikan. Spanish Waynu
menampilkan lebih banyak kata-
kata dalam bahasa Spanyol,
sedangkan Quencha Waynu
menggunakan Bahasa Spanyol
sebagai kata pinjaman saja. alih
kode dan campur kode adalah
fenomena yang umum ada dalam
lagu-lagu Ancash Waynu.
Seperti percakapan sehari-hari,
para penyanyi Waynu sering
mengalihkan bahasa dari bahasa
Quencha ke bahasa Spanyol dan
sebaliknya.
Memberikan gambaran
fenomena kata pinjaman, alih
kode dan campur kode yang
terdapat di dalam lagu.
Penelitian ini berfokus pada
pinjaman kata dan alih kode
dalam lagu-lagu Ancash
Waynu, sedangkan
penelitian yang penulis
lakukan berfokus pada alih
kode yang dilakukan
mahasiswa STEP@TUAT
tahun 2015/2016.
Tabel 4. Lanjutan
19
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Kontribusi Terhadap
Penelitian Selanjutnya
Perbedaan Penelitian
4. Shana Poplack (1980) Sometimes I’ll Start A
Sentence In Spanish Y
Terminó En Español:
Toward Typology of Code-
Switching (Terkadang Saya
Memulai Kalimat Dalam
Bahasa Spanyol dan
Mengakhirinya Dalam
Bahasa Spanyol: Terhadap
Tipologi Alih Kode)
Analisis kuantitatif terhadap
responden menunjukkan bahwa
baik orang yang fasih mau pun
tidak fasih terhadap dua bahasa
mampu beralih kode secara
berkala dan tetap menjaga tata
bahasa kedua bahasa tersebut.
Sementara para bilingual yang
fasih cenderung beralih bahasa
pada berbagai batasan sintaksis
dalam kalimat, bilingual yang
tidak fasih lebih menyukai
peralihan bahasa antar kalimat,
yang memungkinkan mereka
berpartisipasi pada mode alih
kode, tanpa takut melanggar
peraturan gramatikal dari salah
satu bahasa yang terlibat.
Menjelaskan tiga tipe alih
kode, yaitu tag-switching,
intersentential-switching dan
intrasentential-switching.
Poplack menggunakan
metode kuantitatif untuk
menganalisis cara berbicara
20 orang Puerto Rico
sedangkan peneliti
menggunakan metode
kualitatif untuk
menganalisis motif, tipe,
fungsi dan manfaat alih
kode yang dilakukan oleh
mahasiswa STEP@TUAT
tahun 2015/2016.
Tabel 4. Lanjutan
20
2.2. Motif
Motif atau motive berasal dari kata motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang
bergerak. Gerakan tersebut dikaitkan dengan sesuatu yang dilakukan manusia yaitu
perbuatan dan perilaku. Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan.
Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respons atau suatu himpunan
respons dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar ini bersifat
bawaan, maka motif itu hasil proses belajar (Ahmadi, 2009: 177).
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan atau
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu. Setiap
perilaku manusia yang pada hakikatnya mempunyai motif tertentu, termasuk
perilaku secara refleks dan yang berlangsung secara otomatis. Motif merupakan hal
yang abstrak yang senantiasa dikaitkan dengan perilaku. Motif merupakan suatu
pengertian yang mencakup penggerak, keinginan, rangsangan, hasrat, pembangkit
tenaga, alasan dan dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan berbuat sesuatu.
Secara singkat, dalam diri individu ada yang mendasari atau menentukan perilaku
individu yang disebut motif. Dengan kata lain, motif adalah energi dasar yang
terdapat dalam diri individu dan menentukan perilaku. Motif memberikan arah dan
tujuan kepada perilaku manusia (Gerungan, 2004: 151).
2.3. Manfaat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga tahun 2005, manfaat
memiliki arti 1) guna; faedah; dan atau 2) laba; untung. Manfaat adalah setiap
keadaan, peluang, atau sarana yang menguntungkan, mensukseskan minat atau
21
tujuan yang diinginkan. Manfaat adalah sesuatu yang memberikan hasil atau efek
yang baik, berguna dan meningkatkan kesejahteraan. Dan dalam penelitian ini
peneliti ingin mengidentifikasi manfaat apa saja yang mahasiswa STEP@TUAT
tahun 2015/2016 peroleh atau rasakan dari penggunaan alih kode selama
percakapan si STEP Party dalam konteks komunikasi antarbudaya.
2.4. Alih Kode
Hoffman (1996: 110) dalam Yuliani (2013: 1) mendefinisikan alih kode sebagai the
alternate use of two languages or linguistic varieties within the same utterance or
during the same conversation (suatu penggunaan alternatif dua bahasa atau variasi-
variasi linguistik dalam ujaran yang sama atau percakapan yang sama). Kode dalam
konteks ini diartikan sebagai sebuah bahasa atau dialek. Sebagaimana dikatakan
oleh Bishta (2010 : 2), “A ‘code’ is defined as a language or a dialect.” Heller
(1988 : 1) menjelaskan, “Code-switching is when a person mixes two languages in
a single sentence or a conversation. (Alih kode adalah ketika seseorang
menggabungkan dua bahasa dalam suatu kalimat tunggal atau percakapan.)” Bishta
(2010 : 2) mengatakan, “Code-switching is studied to learn why people who are
competent in two languages alternate words or phrases in a particular situation
(Alih kode dipelajari untuk mengetahui mengapa orang yang memiliki kompetensi
pada dua bahasa menyejajarkan kata-kata atau frasa pada suatu situasi tertentu).”
Secara singkat, alih kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam suatu
kalimat tunggal dalam percakapan.
22
2.5. Fungsi Alih Kode
Berikut adalah enam fungsi alih kode menurut Gumperz (2002: 75):
1. Quotation (Kutipan)
Pada banyak contoh, bagian yang teralih-kode secara jelas dapat dengan
mudah diidentifikasi baik sebagai kutipan langsung atau tak langsung
(reported speech). Berikut adalah contoh alih kode berbentuk kutipan
langsung dan tidak langsung yang diungkapkan oleh seseorang dalam
Bahasa Hindi dan Bahasa Inggris:
a. Kutipan Langsung:
“He says: Ye hi medsin kontinyu karo bhai (lanjutkan minum obat ini
kawan).”
b. Kutipan Tak Langsung (reported speech):
“I went to Agra, to maine apne bhaiko bola ki (kemudian aku katakan
pada saudara laki-lakiku bahwa), if you come to Delhi you must buy
some lunch.”
2. Addressee Specification (Spesifikasi Penerima)
Alih kode dimaksudkan untuk mengarahkan pesan pada orang-orang
tertentu. Misalnya, seorang mahasiswa Jepang tengah berbincang-bincang
dengan beberapa mahasiswa dalam bahasa Inggris. Kemudian seorang
mahasiswa Indonesia datang menghampiri mereka. Mengetahui ia berasal
dari Indonesia, mahasiswa Jepang mencoba bersikap ramah dengan
23
menyapanya dalam bahasa Inggris diselingi bahasa Indonesia, seperti dalam
kutipan percakapan berikut.
Mahasiswa Jepang : “Hello! Apa kabar?”
Mahasiswa Indonesia : “Baik. What are you guys doing here?”
3. Interjections (Kata Seru)
Alih kode dimaksudkan untuk menandai kata seru atau penegas kalimat.
Misalnya, perkataan seorang mahasiswa berbahasa Inggris dan Jepang
berikut: “Hee, maji de? (Eeh, serius?) It is hard to believe she really did
that.” Ungkapan hee, maji de dalam Bahasa Jepang tersebut bermakna
ungkapan keterkejutan atau ketidakpercayaan.
4. Reiterations (Pengulangan)
Seringkali pesan dalam suatu bahasa diungkapkan kembali dalam bahasa
yang lain dengan makna yang sama. Misalnya, ungkapan seseorang dalam
bahasa Jawa dan Indonesia, “Tak apa lah, alon-alon asal kelakon. Pelan-
pelan saja yang penting terlaksana.” Pengulangan dalam Bahasa Indonesia
ini dimaksudkan untuk mempertegas makna pesan yang disampaikan dalam
Bahasa Jawa.
5. Message Qualifications (Kualifikasi/Pembatasan Pesan)
Alih kode digunakan untuk membatasi kriteria atau menjelaskan detail
objek yang diperbincangkan. Misalnya, penyataan seseorang dalam Bahasa
Inggris dan Bahasa Spanyol berikut, “We’ve got all… all this kids here right
24
now. Los que estan ya criados aqui, no los que estan recien venidos de
Mexico (mereka yang lahir disini, bukan yang baru sampai dari Mexico).
They all understood English.”
6. Personalization Versus Objectification (Personalisasi Versus
Objektifikasi)
Alih kode ditujukan guna menjelaskan perbedaan antara berbicara tentang
suatu aksi dengan bicara sebagai aksi, derajat keterlibatan atau jarak
pembicara dari suatu pesan, baik sebuah pernyataan yang menunjukkan
pendapat atau pengetahuan pribadi atau pernyataan spesifik yang mengarah
langsung pada fakta yang ada di lapangan. Misalnya, percakapan dua orang
dalam bahasa Hindi dimana salah seorangnya menyelingi dengan bahasa
Inggris berikut.
A : “Tera nam liya, lipa ka nam liya (Ia menyebutmu, ia menyebut
Lipa).”
B : “Aha kya kakne (Ah, apa ku bilang) she’ll be flattered (ia akan
tersanjung). Aj mai leke a rahi thi na (hari ini aku membawanya
melihat sendiri).
2.6. Tipe Alih Kode
Poplack (1978) menjelaskan ada tiga tipe alih kode, yaitu:
1. Tag-Switching
Tag-Switching berkaitan dengan penggunaan tag atau label seperti you know,
I mean, right, dan sebagainya di dalam suatu kalimat. Tipe alih kode ini
25
sangat sederhana dan tidak melibatkan perintah yang besar dari kedua
bahasa, dikarenakan adanya kemungkinan kecil terjadinya pelanggaran
aturan tata bahasa. Sebagai contoh, dari seorang bilingual Indonesia-Inggris,
ia berkata, “You see, (Kamu lihat kan) sejak awal ia tidak pernah serius
dengan proyek ini.” Ungkapan you see dalam kalimat tersebut menunjukkan
bentuk tag-switching.
2. Intersentential Switching
Intersentential switching adalah bentuk alih kode yang terdapat di antara
dua atau lebih frasa di dalam satu kalimat. Misalnya, seorang bilingual
Inggris-Spanyol berkata, ”Sometimes I’ll start a sentence in Spanish y
termino en español (terkadang saya memulai kalimat dalam bahasa Spanyol
dan mengakhirinya dalam bahasa Spanyol).”
3. Intrasentential Switching
Intrasentential switching adalah bentuk alih kode terjadi di dalam (di
tengah-tengah) suatu kalimat, misalnya seorang bilingual Indonesia-Jepang
berkata, “Uang beasiswaku sebentar lagi habis, dou shiyou (aku harus
bagaimana) banyak kebutuhan harus ku beli.” Ungkapan dou shiyou dalam
Bahasa Jepang diselipkan di tengah-tengah kalimat berbahasa Indonesia.
2.7. Perbedaan Antara Alih Kode dan Campur Kode
Untuk memahami alih kode, diperlukan juga pemahaman mengenai pinjaman kata
(word borrowings) dan campur kode (code-mixing) sehingga batasan diantara
26
ketiganya mejadi jelas. Gumperz (1982: 66) mendefinisikan pinjaman kata sebagai
pengenalan kata tunggal atau ungkapan pendek, beku, idiomatik dari satu varietas
ke varietas lainnya. Item-item yang dimaksud dimasukkan ke dalam sistem
gramatikal bahasa pinjaman. Mereka diperlakukan sebagai bagian dari leksikonnya,
mengambil karakteristik morfologi dan masuk ke dalam struktur sintaksisnya.
Sebaliknya, alih kode bergantung pada penjajaran yang dilakukan para pembicara
secara sadar atau tidak sadar yang terbentuk sesuai dengan aturan internal dua
sistem tata bahasa yang berbeda.
Campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang mana unsur-unsurnya
berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah menanggalkan fungsinya
di dalam mendukung fungsi bahasa yang disisipinya (Sutrisni, 2005: 28). Unsur-
unsur yang demikian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu yang bersumber
dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya (campur kode ke dalam), misalnya
dari bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Kromo, dan yang bersumber dari bahasa
asing (campur kode ke luar), misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Persamaan alih kode dan campur kode adalah kedua peristiwa ini lazim terjadi
dalam masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih. Namun
terdapat perbedaan yang cukup nyata, yaitu alih kode terjadi dengan masing-masing
bahasa yang digunakan masih memiliki otonomi masing-masing, dilakukan dengan
sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu sedangkan code-mixing adalah
sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi,
sedangkan kode yang lain terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah
27
berupa serpihan saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode. Unsur bahasa
lain hanya disisipkan pada kode utama atau kode dasar.
2.8. Alih Kode Sebagai Fenomena Komunikasi Antarbudaya
Lubis (2002: 1) mengemukakan komunikasi dan budaya mempunyai hubungan
timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku
komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall
bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. Bahasa
merupakan salah satu sarana komunikasi antarbudaya dan alih kode adalah bagian
dari bahasa. Oleh karenanya, alih kode juga merupakan salah satu bagian dari
fenomena komunikasi antarbudaya. Sebab dalam prosesnya, alih kode melibatkan
dua atau lebih bahasa yang mana untuk memahami suatu bahasa diperlukan
pemahaman terhadap budaya tempat bahasa tersebut berasal.
2.9. Sosiolinguistik Fishman
Joshua Fishman (1926-2015) adalah salah satu founding fathers atau bapak pendiri
sosiolinguistik yang andilnya sangat besar dalam kajian sosiolinguistik. Ia
mengemukakan (dalam Chaer & Agustina, 2010: 3) bahwa:
“Sociolinguistics is the study of the characteristics of language variaties, the
characteristics of their functions, and the characterictics of their speakers as these
three constantly interact, change and change one another within a speech
community. (Sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas variasi bahasa, fungsi-
fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu
berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat
tutur.)”
28
Manusia membutuhkan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Sosiolinguistik berhubungan dengan variasi bahasa dalam relasinya terhadap
variabel-variabel sosial. Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara
sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat
erat. Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. (Chaer &
Agustina, 2010: 2) Dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu
linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek
penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu
masyarakat tutur. Atau secara lebih operasional lagi seperti dikatakan Fishman
(1972, 1976, dalam Chaer & Agustina, 2010: 3), “…study of who speak what
language to whom and when.”
Fishman (dalam Chaer & Agustina, 2010: 5), mengatakan kajian sosiolinguistik
lebih bersifat kualitatif. Sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-
perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola
pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa/dialek
tertentu yang dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan. Oleh sebab itu,
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Fishman (1976:
15, dalam Chaer & Agustina, 2010: 10) menerangkan bahwa yang dipersoalkan
dalam sosiolinguistik adalah, “who speak, what language, to whom, when, and to
what end. (siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan
akhir yang seperti apa.)”
29
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai
bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau
didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.
Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia, mulai dari upacara pemberian nama bayi
yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tentu tidak akan terlepas dari
penggunaan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.
(Chaer dan Agustina, 2010: 3)
Bahasa tidak hanya dianggap sebagai fenomena sosial akan tetapi juga sebagai
fenomena budaya. Oleh karenanya, sosiolinguistik berkaitan erat dengan
komunikasi antarbudaya. Sebab dalam komunikasi antarbudaya, masyarakat
membutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan
bahasa tersebut umumnya disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan budaya
setempat atau lawan bicara. Alih kode sangat berkaitan erat dengan kajian
sosiolinguistik, karena alih kode melibatkan penggunaan bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sosial masyarakat.
2.10. Teori Akomodasi Komunikasi
Teori Akomodasi Komunikasi dirumuskan oleh Howard Giles dan para koleganya.
Teori akomodasi menjelaskan bagaimana dan kenapa kita menyesuaikan perilaku
komunikasi kita terhadap tindakan orang lain (Littlejohn & Foss, 2014: 222). Teori
ini mengemukakan bahwa ketika orang-orang saling berinteraksi, mereka
menyesuaikan gaya bicara mereka, pola vokal mereka serta gerak tubuh mereka,
guna berakomodasi dengan orang lain. Teori ini mengeksplorasi beragam alasan
mengapa para individu menekankan atau meminimalisir perbedaan-perbedaan
30
sosial diantara mereka dan lawan bicara mereka melalui komunikasi verbal dan
nonverbal. Teori ini berkonsentrasi pada hubungan diantara bahasa, konteks dan
identitas, berfokus pada faktor-faktor antar-kelompok dan antar-pribadi yang
mengarahkan pada akomodasi serta cara-cara dimana kekuatan, konsentrasi-
konsentrasi dalm konteks makro dan mikro mempengaruhi perilaku komunikasi.
Berikut adalah tiga proses akomodasi berdasarkan teori ini:
1) Konvergensi
Konvergensi merujuk pada strategi-strategi yang dilakukan para individu
dalam beradaptasi terhadap perilaku komunikasi masing-masing, dalam
rangka mengurangi perbedaan-perbedaan sosial di antara mereka.
Konvergensi adalah suatu proses melalui apa individu mengalihkan pola
bicaranya dalam interaksi sehingga mereka dapat menyerupai pola bicara
dari lawan bicara.
2) Divergensi
Divergensi merupakan suatu strategi linguistik dimana seseorang
menonjolkan perbedaan-perbedaan linguistik diantara dirinya dan lawan
bicaranya. Lebih tepatnya ia merefleksikan suatu keinginan untuk
menekankan ciri khas kelompoknya dengan cara yang positif dan biasanya
dilakukan individu yang mempersepsikan interaksi sebagai suatu proses
antar-kelompok daripada antarpribadi.
31
3) Akomodasi Berlebihan
Terkadang ketika seseorang berusaha untuk melakukan konvergensi dengan
orang lain mereka justru berakhir melakukan akomodasi berlebihan, dan
kendati ia memiliki maksud yang baik, bentuk konvergensi mereka justru
diartikan merendahkan. Meskipun orang-orang biasa berniat baik ketika
mencoba berkonvergensi dalam percakapan, beberapa lawan bicara dapat
mengartikan konvergensi sebagai bentuk merendahkan dan karenanya
sebagaimana konvergensi dapat mengembangkan percakapan hal itu juga
dapat berakibat sebaliknya.
2.11. Kerangka Pikir
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
yang cukup besar pada arus globalisasi dan mobilisasi masyarakat. Dewasa ini
semakin banyak mahasiswa dari seluruh penjuru dunia yang mengejar pendidikan
di luar negaranya. Mereka pun kemudian dihadapkan pada situasi yang
mengharuskan mereka melakukan adaptasi. Suasana lingkungan tempat tinggal
yang baru, adat kebiasaan warga di tempat yang baru, teman-teman di kampus yang
baru dan lain sebagainya. Sayangnya, adaptasi selalu membutuhkan proses.
Hal itu pulalah yang dialami ke-20 mahasiswa Short-Term Exchange Program at
Tokyo University of Agriculture and Technology (STEP@TUAT) tahun 2015/2016.
Dengan segala perbedaan latar belakang budaya dan bahasa yang ada, mereka
berusaha berinteraksi dan mengenal satu sama lain. Berbagai kegiatan baik di dalam
32
mau pun luar kampus mereka lakukan bersama demi mempererat keakraban di
antara mereka. Salah satu kegiatan tersebut adalah STEP Party.
STEP Party merupakan suatu kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap satu bulan
sekali oleh mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016. Melalui kegiatan ini
mereka saling berkumpul, bertukar informasi dan berupaya lebih mengenal satu
sama lain. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri mahasiswa STEP@TUAT saja,
melainkan juga mahasiswa lain diluarSTEP@TUAT turut diundang menghadiri
kegiatan tersebut.
Selama STEP Party berlangsung, bahasa memegang peranan penting dalam
kesuksesan komunikasi. Tanpa pemahaman bahasa yang baik, mahasiswa yang
hadir akan kesulitan beradaptasi, bertukar pikiran dan saling mengenal satu sama
lain. Kendati mayoritas mahasiswa mampu berbicara dalam bahasa Inggris, tingkat
pemahaman mahasiswa yang di negara asalnya biasa berbahasa Inggris berbeda
dengan yang tidak menggunakan bahasa Inggris. Oleh karenanya, mereka tidak
hanya menggunakan pada bahasa Inggris saja, tetapi juga menggunakan bahasa-
bahasa lain. Tak jarang mereka menggunakan dua bahasa atau lebih secara
bersamaan. Tindakan demikian dimaksudkan sebagai upaya akomodasi untuk
meningkatkan kualitas percakapan di antara mereka.
Situasi multi-bahasa tersebut dikenal sebagai ‘alih kode (code-switching)’.
Hoffman (1996: 110) dalam Yuliani (2013: 1) mendefinisikan alih kode sebagai
suatu penggunaan alternatif dua bahasa atau variasi-variasi linguistik dalam ujaran
yang sama atau percakapan yang sama. Heller (1988 : 1) menjelaskan, “Code-
switching is when a person mixes two languages in a single sentence or a
33
conversation. (Alih kode adalah ketika seseorang menggabungkan dua bahasa
dalam suatu kalimat tunggal atau percakapan.)” Bishta (2010 : 2) mengatakan,
“Code-switching is studied to learn why people who are competent in two
languages alternate words or phrases in a particular situation (Alih kode dipelajari
untuk mengetahui mengapa orang yang memiliki kompetensi pada dua bahasa
menyejajarkan kata-kata atau frasa pada suatu situasi tertentu).” Singkatnya, alih
kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih secara bersamaan di dalam suatu
klausa atau kalimat. Alih kode dipelajari untuk memahami mengapa orang yang
kompeten dalam dua atau lebih bahasa menyejajarkan kata-kata atau ucapannya
pada situasi-situasi tertentu.
Melalui penggunaan alih kode, mahasiswa STEP@TUAT merasakan kemudahan
dalam berkomunikasi sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran dan mengenal
satu sama lain lebih jauh lagi. Dengan meningkatnya intensitas dan kualitas
percakapan diantara mereka, semakin mudah pula proses adaptasi untuk dijalani.
Alih kode menciptakan suasana pergaulan antarbudaya yang menyenangkan dan
menguatkan perasaan senasib sebagai sesama pelajar asing untuk saling
mendukung dalam menjalani program STEP@TUAT tahun 2015/2016.
34
Mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 (18 orang):
Brazil (1), Ghana (2), Indonesia (2), Kamboja
(1), Laos (1), Malaysia (1), Perancis (2),
Russia (1), Thailand (2), Tiongkok (3),
Vietnam (2)
STEP Party
Motif: 1. Menghindari kesalahpahaman
2. Menekankan pesan
3. Berbicara cepat dan lancar guna
menghindari jeda
4. Mengkonfirmasi maksud lawan
bicara
5. Membangun keakraban dan rasa
persahabatan
6. Membangkitkan rasa humor
7. Mempraktekkan bahasa baru yang
sedang dipelajari
8. Menceritakan sesuatu secara rahasia
9. Ketidaksadaran
10. Ketidaktahuan akan kosakata dalam
suatu bahasa
Alih Kode
Tipe (Poplack, 1878):
1. Tag-switching
2. Intersentential-
switching
3. Intrasentential-
switching
Fungsi (Gumperz, 2002):
1. Quotation
2. Addressee specification
3. Interjections
4. Reiterations
5. Message qualifications
6. Personalization versus
objectivication
Sasaran:
1. Teman dari negara lain
2. Teman dari negara
tetangga
3. Teman dari negara yang
sama
Manfaat:
1. Memudahkan penyampaian pesan
2. Memudahkan lawan bicara
menangkap maksud pembicaraan
3. Membantu mempraktekkan bahasa
baru yang sedang dipelajari
4. Membangun keakraban dan rasa
persahabatan
5. Membantu mengkonfirmasi
pernyataan lawan bicara
6. Membuat orang lain merasa terhibur
7. Membuat percakapan lebih dinamis
dan bermakna
8. Membantu mengembangkan
kemampuan berkomunikasi
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
1
2
3 4
5
6
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
bersifat deskriptif -kualitatif. Penelitian deskriptif didefinisikan oleh Nazir (1988 :
63) sebagai suatu tipe penelitian dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem penulisan atau kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari membuat deskripsi, gambaran, dan lukisan, secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena-fenomena yang diselidiki. Alasan peneliti menggunakan penelitian
deskriptif karena peneliti ingin memberikan gambaran atau deskripsi mengenai
fenomena alih kode yang dilakukan mahasiswa STEP@TUAT tahun ajaran
2015/2016.
Sedangkan yang dimaksud penelitian kualitatif menurut Ruslan (2003 : 202-203)
yaitu suatu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan produk statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum
terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan.
36
3.2. Fokus Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif sangat penting
adanya fokus penelitian, karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup
penelitian yang akan dilakukan dan memegang peranan sangat penting dalam
memandu serta menjalankan suatu penelitian.
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Motif yang mendorong mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016
melakukan alih kode dalam komunikasi antarbudaya;
2. Tipe alih kode yang digunakan mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016
dalam komunikasi antarbudaya;
3. Fungsi alih kode yang digunakan mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016 dalam komunikasi antarbudaya; dan
4. Manfaat yang mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016 peroleh dari
penggunaan alih kode dalam komunikasi antarbudaya.
3.3. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam
suatu penelitian merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Menurut Moleong,
L. J. (2004: 157) dalam penelitian kualitatif sumber data yang dijadikan bahan
referensi atau acuan adalah:
37
1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang digunakan peneliti, yang pada
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan para
narasumber yang melalui e-mail dan atau media sosial.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang turut membantu dalam
penelitian. Sumber data sekunder berupa data-data referensi buku, jurnal,
data-data kepustakaan, situs internet, dan sumber lainnya yang berhubungan
dengan penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan
dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain
yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu
observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan
observasi nonpartisipan. Dalam penelitian ini, jenis observasi yang
dilakukan adalah observasi partisipan yang dilakukan peneliti selama
mengikuti program STEP@TUAT 2015/2016, khususnya saat menghadiri
STEP Party.
38
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya
mengadakan proses tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya
dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh
keterangan atas masalah yang diteliti. Dalam wawancara ini, peneliti akan
menyiapkan daftar pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
diajukan melalui E-mail dan atau Facebook Messenger, begitu pula dengan
jawaban-jawaban yang dikirimkan informan. Pertimbangan menggunakan
dua media tersebut adalah dikarenakan keduanya sangat mudah diakses dan
khusus untuk Facebook Messenger dikarenakan selama menjadi mahasiswa
STEAP@TUAT, mahasiswa lebih banyak berkomunikasi satu sama lain
menggunakan medium tersebut dibandingkan media lain.
3. Dokumentasi
Yaitu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari
berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, agenda, arsip,
surat kabar, rekaman video dan berbagai referensi lain yang relevan. Terkait
dokumentasi yang berupa rekaman video, peneliti menggunakan rekaman
video yang diambil saat berlangsungnya STEP Party selama peneliti
mengikuti program STEP@TUAT tahun 2015/2016.
3.5. Penentuan Informan
Ada pun penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling dimana informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria berikut:
39
1) Informan merupakan mahasiswa STEP@TUAT 2015/2016 (total
keseluruhan mahasiswa 20 orang dari 11 negara. Namun demi menjaga
keobjektivitasan penelitian peneliti yang juga ikut serta pada program ini
tidak diikutsertakan sebagai informan sehingga total target informan adalah
19 orang.)
2) Informan turut serta dalam kegiatan STEP Party
3) Informan menguasai minimal dua atau lebih bahasa
4) Informan bersedia diwawancara dan memberikan informasi yang peneliti
butuhkan.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat dipahami dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011: 246-252) mengungkapkan
komponen dalam analisis data, yaitu:
a) Reduksi Data (Data Reduction)
Melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan
masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencari data tambahan bila diperlukan.
40
b) Penyajian Data (Display)
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan
antar kategori. Untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menampilkan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c) Verifikasi Data (Data Verification)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap
berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Analisis fenomenologi cenderung lebih spesifik dan terperinci daripada pendekatan
biologis. Sebuah contoh dari analisis data kualitatif untuk studi fenomenologi
merupakan satu dari pendekatan-pendekatan yang diteruskan oleh Moustakas (1994)
disebut sebagai modifikasi dari metode Stefick Colaizzi Keen. Karena metode ini
“sering digunakan dalam studi-studi fenomenologi.” (Cresswell, 1998) dan dapat
digunakan sebagai sebuah model bagi studi-studi fenomenologi lain. Sangat
penting bagi kita meninjau tahapan-tahapannya sebagai berikut:
a. Peneliti memulai dengan sebuah deskripsi penuh tentang pengalaman
pribadinya terkait fenomena tersebut.
41
b. Kemudian, peneliti mengidentifikasi pernyataan-pernyataan (dalam
wawancara) tentang bagaimana individu mengalami topik tersebut.
Membuat daftar pernyataan-pernyataan yang signifikan (horizonalisasi data)
dan perlakukan setiap pernyataan secara sama serta bekerja untuk
mengembangkan sebuah daftar pernyataan yang tidak berulang dan tidak
saling tumpang tindih.
c. Kemudian, pernyataan-pernyataan tersebut diklasifikasikan dalam “unit-
unit makna.” Peneliti mendaftar unit-unit tersebut dan menulis deskripsi
deskripsi tekstural pengalaman apa yang terjadi termasuk contoh dalam
bentuk kata-perkata (dalam bentuk kata-kata yang sesungguhnya).
d. Setelah itu peneliti merefleksikan deskripsinya sendiri dan menggunakan
variasi imajinatif atau deskripsi struktural. Mencari seluruh makna dan
perspektif yang berbeda-beda, memvariasikan kerangka referensi tentang
fenomena tersebut, dan membangun deskripsi tentang bagaimana fenomena
dialami.
e. Selanjutnya, peneliti membangun sebuah deskripsi secara keseluruhan atas
makna dan esensi dari pengalaman tersebut.
f. Proses ini diikuti untuk catatan pengalaman peneliti dan kemudian untuk
setiap partisipan. Setelah itu, sebuah deskripsi “gabungan” dituliskan.
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1. Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT)
Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) adalah salah satu
universitas negeri di Jepang. Universitas ini didirikan pada tahun 1949. Universitas
ini memiliki dua fakultas, yaitu Fakultas Pertanian yang berada di kota Fuchu dan
Fakultas Teknologi yang berada di Kota Koganei, Tokyo. Fakultas Pertanian TUAT
(Fuchu Campus) beralamatkan di 3-8-1 Harumicho, Fuchu, Tokyo 183-0057,
Jepang. Sedangkan Fakultas Teknologi (Koganei Campus) beralamatkan di 2-24-
16 Nakacho; Koganei, Tokyo 184-8588.
Gambar 3. TUAT Fuchu Campus dan Koganei Campus
Sumber: Google Images
Pada tahun 2016 tercatat ada sekitar 5.706 mahasiswa di TUAT. Jumlah tersebut
merupakan gabungan dari mahasiswa Jepang dan mahasiswa internasional. Ada
pun informasi rinci untuk program strata 1 dijelaskan oleh tabel berikut:
43
Tabel 5. Statistik Program Strata 1 TUAT (2016)
Program
Strata 1
Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
Pertanian 316 317 325 359 42 45
Teknik 550 554 598 709 - - Sumber: www.tuat.ac.jp/campuslife_career/campuslife/number/index.html#p1 (diakses
pada 22 Februari 2017 Pukul 01:44 WIB).
Dan untuk program pascasarjana dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 6. Statistik Program Pascasarjana TUAT (2016)
Program
Pascasarjana
Master PhD Leading Program
Tahun ke-
1 2 1 2 3 1
Pertanian 193 217 57 65 79 -
Teknik 395 409 67 60 84 -
BASE 79 79 27 25 32 42 Sumber: www.tuat.ac.jp/campuslife_career/campuslife/number/index.html#p1 (diakses
pada 22 Februari 2017 Pukul 01:44 WIB).
4.2. Short-Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture and
Technology (STEP@TUAT)
Short-Term Exchange Program at Tokyo University of Agriculture and Technology
(STEP@TUAT) adalah suatu program pertukaran jangka pendek bagi para
mahasiswa asing yang tertarik mempelajari bahasa, budaya, sains dan teknologi
Jepang. Mahasiswa yang memenuhi kriteria adalah mereka yang terdaftar sebagai
mahasiswa S1 dan S2 dari Sister Group Universities atau universitas-universitas di
seluruh dunia yang bekerjasama dengan TUAT.
Program ini berlangsung selama satu tahun, dengan total 20 peserta setiap tahunnya.
Ada pun ke-20 mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016 di antaranya tiga orang
berasal dari Indonesia (termasuk penulis), satu orang dari Laos, satu orang dari
Kamboja, dua orang dari Thailand, empat orang dari Tiongkok, satu orang dari
44
Russia, dua orang dari Ghana, dua orang dari Vietnam, dua orang dari Perancis,
satu orang dari Malaysia dan satu orang dari Brazil. Seluruh mahasiswa terpilih
tinggal di asrama yang telah disediakan kampus. Pada program STEP@TUAT
tahun 2015/2016, 10 mahasiswa tinggal di Fuchu International House yang dekat
dengan Fuchu Campus dan 10 mahasiswa lainnya tinggal di Koganei International
House yang dekat dengan Koganei Campus.
Gambar 4. Fuchu Internatinal House dan Koganei International House
Sumber: dokumentasi pribadi
Program ini didukung oleh Japan Student Services Organizations (JASSO)
Scholarship atau beasiswa dari pemerintah Jepang untuk mahasiswa asing yang
hendak menempuh pendidikan jangka pendek di Jepang. Jumlah beasiswa yang
diberikan adalah sebesar JPY 80.000 atau kurang lebih sekitar Rp 9.000.000 setiap
bulannya. Ada pun mahasiswa yang tidak mendapatkan beasiswa JASSO
diperbolehkan untuk mendaftar beasiswa lain.
Selama menjalani program, mahasiswa STEP@TUAT melakukan berbagai
aktivitas, baik aktivitas di dalam kampus (perkuliahan), field trip ke perusahaan-
perusahaan, museum, tempat rekreasi, serta aktivitas-aktivitas nonformal lainnya
seperti STEP Party, International Lunch (makan siang bersama), summer camp
45
(kemah musim panas) dan lain sebagainya. Di dalam aktivitas-aktivitas tersebut
para mahasiswa saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.
4.3. STEP Party
STEP Party merupakan salah satu bentuk inisiasi mahasiswa STEP@TUAT tahun
2015/2016. Kegiatan ini merupakan kegiatan di luar kampus TUAT yang aktif
diadakan mahasiswa STEP@TUAT setiap bulannya. Waktu kegiatan biasanya
disesuaikan dengan event-event tertentu, misalnya hari ulang tahun salah satu
anggota STEP@TUAT. Bertempat di Fuchu International House Lounge, kegiatan
ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa STEP@TUAT untuk dapat saling
berkumpul, bertukar informasi dan lebih mengenal satu sama lain. Kegiatan ini
tidak hanya dihadiri mahasiswa STEP@TUAT saja, melainkan juga mahasiswa
lain diluar STEP@TUAT turut diundang menghadiri kegiatan tersebut.
Gambar 5. Suasana STEP Party
Sumber: dokumentasi pribadi
Masing-masing mahasiswa yang hadir diwajibkan membayar iuran sebesar JPY
1000 untuk membayar makanan dan minuman yang disediakan. Pembayaran dapat
dilakukan sebelum atau saat kegiatan berlangsung. Ada pun mahasiswa yang ingin
46
berbagi makanan dipersilakan membawanya saat kegiatan berlangsung. Kegiatan
ini bersifat santai dan oleh karenanya menciptakan atmosfer yang nyaman sehingga
para mahasiswa dapat berkomunikasi dan mengekspresikan diri secara leluasa.
123
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum ada 10 motif yang mendorong mahasiswa STEP@TUAT
2015/2016 melalukan alih kode selama percakapan di STEP Party, di
antaranya: 1) Menghindari kesalahpahaman; 2) Menekankan pesan; 3)
Berbicara cepat dan lancar guna menghindari jeda; 4) Mengkonfirmasi
maksud lawan bicara; 5) Membangun keakraban dan rasa persahabatan; 6)
Membangkitkan rasa humor; 7) Mempraktekkan bahasa baru yang sedang
dipelajari; 8) Menceritakan sesuatu sacara rahasia; 9) Ketidaksadaran
(Spontanitas); 10) Ketidaktahuan akan kosakata dalam suatu bahasa. Ada
pun tiga motif yang dominan mendorong informan melakukan alih kode di
antaranya ialah keinginana untuk berbicara cepat dan lancar guna
menghindari jeda, menekankan pesan dan mempraktekkan bahasa baru
yang sedang dipelajari.
2. Ada dua tipe alih kode yang yang paling banyak digunakan para informan,
yaitu tag-switching atau penggunaan tag/label dalam kalimat dan intra-
sentential switching atau alih kode yang terdapat di tengah kalimat.
124
Mahasiswa STEP@TUAT menyadari bahwa mereka semua sama-sama
belajar suatu bahasa baru sehingga mereka tidak ragu atau malu untuk
bereksplorasi dengan kosakata dan tata bahasa. Mereka tidak menganggap
kesalahan saat praktik berbicara sebagai sesuatu yang fatal namun sebagai
bagian dari proses belajar. Mahasiswa justru merasa dapat menghibur satu
sama lain dengan humor yang tercipta dari penggunaan alih kode.
3. Hampir seluruh fungsi alih kode digunakan oleh para informan, namun
terdapat empat fungsi yang paling dominan digunakan, yaitu: quotation,
interjections, addressee specification dan personalization vs.
objectivication. Selama STEP Party berlangsung informan menggunakan
alih kode untuk mengutip perkataan orang lain, menegaskan ucapan dengan
ungkapan-ungkapan seru, mengarahkan pesan pada orang tertentu dan
membedakan opini pribadi dengan fakta yang ada.
4. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa manfaat yang informan rasakan
dari penggunaan alih kode selama percakapan di STEP Party, di antaranya:
1) Memudahkan penyampaian pesan informan, khususnya dalam mengatasi
kesulitan menemukan padanan kata atau ungkapan yang sesuai dari suatu
bahasa; 2) Memudahkan lawan bicara dalam menangkap poin atau maksud
pembicaraan; 3) Membantu mempraktekkan bahasa baru yang sedang
dipelajari. Misalnya, bahasa Jepang yang sama-sama informan pelajari di
TUAT; 4) Membangun keakraban dan rasa persahabatan antar lawan bicara
dengan cara meminimalisir kesenjangan komunikasi; 5) Membantu
mengkonfirmasi pernyataan lawan bicara 6) Menghibur orang lain dengan
sengaja berbicara dalam suatu bahasa dengan aksen/logat yang lucu; 7)
125
Membuat percakapan lebih dinamis dan bermakna; 8) Membantu
mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
Hampir semua informan menyatakan bahwa alih kode membantu mereka dalam
proses akomodasi komunikasi selama STEP Party. Hanya CH2 saja, yang
sebelumnya mengungkapkan hampir tidak pernah melakukan alih kode, merasa
tidak terbantu dengan alih kode dalam hal akomodasi komunikasi. Menurutnya, alih
kode percuma dilakukan apabila lawan bicara tidak mengerti kata-kata yang ia
ucapkan. Selain itu, CA menyatakan meskipun alih kode membantunya mengingat
kosakata dalam suatu bahasa, ia justru menjadi lupa akan kosakata dalam bahasa
yang lain. Ia tidak mampu mengingat kata-kata tersebut kendati ia mengaku sering
menggunakannya. Namun secara keseluruhan alih kode sangat membantu
akomodasi komunikasi para informan. Alih kode mendekatkan jarak antara mereka
yang sebelumnya tidak saling mengenal dan tidak pernah berkomunikasi satu sama
lain menjadi lebih akrab dan berkomunikasi secara intens dengan STEP Party
sebagai fasilitatornya.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Alih Kode Mahasiswa STEP@TUAT (Studi
Sosiolinguistik Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Short Term Exchange
Program at Tokyo University of Agriculture and Technology Tahun 2015/2016),
peneliti memiliki saran sebagai berikut:
1. TUAT sebagai institusi yang mengelola program STEP@TUAT hendaknya
mempromosikan alih kode pada awal berjalannya program, seperti pada
kegiatan orientasi misalnya, dengan cara mengenalkan tipe, fungsi serta
126
manfaat alih kode kepada para mahasiswa sehingga mereka dapat
memperoleh manfaat yang berguna bagi kehidupan sosial mereka selama
tinggal di Jepang.
2. Mahasiswa STEP@TUAT tahun 2015/2016 sebagai subjek dalam
penelitian ini hendaknya lebih percaya diri lagi dalam melakukan alih kode
guna memperoleh manfaat yang maksimal yang dapat membantu aktivitas
komunikasi mereka.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa atau yang
terkait dengan alih kode antar mahasiswa asing dan kaitannya dengan
komunikasi antarbudaya, hendaknya juga memperhatikan aspek
kenyamanan informan, apakah informan merasa nyaman selama melakukan
alih kode atau justeru sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Al Heeti, N., & Al A, A. A. Types and Functions of Code-Switching in The
English Language Used by Iraqi Doctors in Formal Settings. IJARR, 1(8),
2016; 10-18
Ardianto, dan Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Cetakan
Kedua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Axla, D. L. 2015. Language Shift Pada Imigran Asal Indonesia Di Jeddah Saudi
Arabia: Kajian Sosiolinguistik. Diss. Universitas Widyatama.
Baker , C., 2006. Foundations of Bilingual Education and Bilingualism.
Tonawanda, NY: Library of Congress Cataloging in Publication Data.
Bista, K. (2010). Factors of Code Switching among Bilingual English Students in
the University Classroom: A Survey. Online Submission, 9(29), 1-19.
Burt, S. M. (1994). Code choice in intercultural conversation. Pragmatics.
Quarterly Publication of the International Pragmatics Association (IPrA), 4(4),
535-559.
Cara Penulisan Daftar Pustaka dan Contohnya Terbaru, source:
http://www.bahasaindonesiaku.net/2015/09/cara-penulisan-daftar-pustaka-
dan-contohnya-terbaru.html (Diakses pada 1 Mei 2017, pukul 15:40 WIB)
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A., & Agustina, L. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta
Fishman, J. A. (1967). Bilingualism with and without diglossia; diglossia with and
without bilingualism. Journal of social issues, 23(2), 29-38.
Julca-Guerrero, F. (2009). Word borrowing and code switching in Ancash waynu
songs. Language, Meaning and Society, 2, 69-106.
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Aditama
Gumperz, John J. 1982. Discourse Strategies. Cambridge: Cambridge University
Press
. 1970. Verbal Strategies in Multilingual Communication. California
University, Barkeley
Heller, M. ed., 1988. Code-switching: Anthropological and Sociolinguistic
Perspectives. Berlin: Mouton de Gruyter.
Holmes, Janet. 2013. An introduction to sociolinguistics. Routledge
Hymes, Dell. 2003. Foundations in sociolinguistics: An ethnographic approach.
Psychology Press
Ibrahim, E. H. E., Shah, M. I. A., & Armia, N. T. (2013). Code-switching in
English as a foreign language classroom: Teachers’ attitudes. English
Language Teaching, 6(7), 139.
Indonesia, K. B. B. 2005. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
International Students in Japan 2015, source:
http://www.jasso.go.jp/en/about/statistics/intl_student/data2015.html (Diakses
pada 24 April 2017, pukul 14:49 WIB)
Jalil, S. A. (2009). Grammatical perspectives on code-switching. Jurnal ReVEL,
Faculdeds Integradas Santa Cruz–FARESC, 7(13), 1-11.
Kartika, T. (2016). Verbal Communication Culture and Local Wisdom: The Value
Civilization of Indonesia Nation. Lingua Cultura, 10(2). 89-93.
King, Laura. 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika
Kusuma, S.T. 1987. Psiko Diagnostik. Yogyakarta : SGPLB Negeri Yogyakarta
Littlejohn, Stephen W. and Karen A. Foss. 2014. Theories of Human
Communication. Jakarta: Salemba Humanika
Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Komunikasi Antar Budaya. Jurusan Ilmu
Komunikasi
Nababan,P.W.J.1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Moleong, J. L. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2011. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-Contoh Penelitian
Kualitatif Dengan pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Musfiroh, M. (2014). CODE SWITCHING AND CODE MIXING IN
MASTERCHEF INDONESIA SEASON 3 EPISODES 20-21(Doctoral
dissertation, UIN Sunan Ampel).
Poplack, Shana. 1978. Syntactic structure and social function of code-switching.
Vol. 2. Centro de Estudios Puertorriqueños,[City University of New York]
. (2000). Sometimes I’ll start a sentence in Spanish y termino en espanol:
Toward a typology of code-switching. The bilingualism reader, 18(2), 221-
256.
Procedures for Entering and Residing in Japan, source:
http://www.studyjapan.go.jp/en/toj/toj04e.html (Diakses pada 24 April 2017
pukul 13:08 WIB)
Ruslan, Rosadi. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sert, O. (2005). The Functions of Code-Switching in ELT Classrooms. Online
Submission, 11 (8). Retrieved May 28, 2015.
Shao, Chun-Fen. 2008. "Japanese policies and international students in
Japan." 17th Biennial Conference of the Asian Studies Assocation of Australia,
Melbourne.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutrisni, Sri. 2005. Alih Kode dan Campur Kode dalam Wacana Interaksi Jual
Beli Di Pasar Johar Semarang. Diss. Universitas Negeri Semarang.
Tasaki, Atsuko. 2007. Influence of Code-Switching on Japanese and International
Students in Group Discussions at Graduate School. Intercultural
communication studies 19, 85-99.
Thompson, Matt. 2013. Five Reasons Why People Code Switch, source:
https://www.npr.org/sections/codeswitch/2013/04/13/177126294/five-reasons-
why-people-code-switch (Diakses pada 17 Desember 2017, pukul 17:30 WIB)
Trudgill, P., & Trudgill, S. (1974). The social differentiation of English in
Norwich (Vol. 13). CUP Archive.
Tokyo University of Agriculture and Technology. Number of Students/ Number
of Graduates/ Graduates/ Number of Degrees Awarded, source:
www.tuat.ac.jp/campuslife_career/campuslife/number/index.html#p1 (Diakses
pada on 22 February 2017, pukul 13:44 WIB).
Valdés-Fallis, G., 1978. Code-switching and the classroom teacher. Available at:
< http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED153506.pdf>
Yastanti, U. (2016). CAMPUR KODE PADA PIDATO PRESIDEN SBY
DALAM PERAYAAN HUT KE-69 REPUBLIK INDONESIA. LINGUA:
Journal of Language, Literature and Teaching, 13(2), 255-264.
Yuliani, W. (2013). An analysis of code switching in the novel 9 Summers 10
Autumns. Vivid Journal of Language and Literature, 2(2).