1
Activing Dan Controling Pendidikan Islam Oleh: Irvanuddin Disampaiakan pada kegiatan perkuliahan mata kuliah “Manajemen
Pendidikan Islam”
Pada tanggal 07 April 2012, Universitas Al-Washliyah (UNIVA) Medan
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus
dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-
prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin
dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga
sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan
pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang
hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
2. Rumusan Masalah
Pendidikan islam perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika
tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat
akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan
hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya,
sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan
rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
3. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, pemakalah mempuyai batasan-batasan sebagai berikut:
Pemakalah hanya membahas tentang pelaksanaan (activing) pendidikan islam.
Pemakalah hanya menguraikan atau membahas tentang ruang lingkup pengawasan
(controlling) pendidikan islam.
4. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
Untuk memperdalam pengetahuan tentang fungsi manajemen pendidikan islam, dalam
hal ini fungsi pelaksanaan (activing) dan pengawasan (controlling) pendidikan islam.
Untuk menamabah khazanah keilmuan mengenai system manajemen pendidikan
islam.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Pendidikan Islam”.
2
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan (Activing) Pendidikan Islam
“Pelaksanaan pendidikan islam merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana
menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan
efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien”1.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman
Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an
itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan
Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah
orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya,
sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung
dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah
jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang
diridloi Allah SWT.
2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati
untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau
dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi
petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya
agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan
Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan
berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang
kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan
bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak
penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak
pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu
1 Fatah, Nanang, “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hal 37
3
memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak
dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini.
Dalam pelaksanan pendidikan islam ini juga harus dibarengi dengan pengarahan, hal ini
bertujuan untuk memuluskan dalam pencapaian tujuan yang akan dicapai.
“Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya”2.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi
pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang
memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan
adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu
yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan
metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang
yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya
harus memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan,
kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun
bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab
jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik
oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pelaksanaan dan pengarahan dalam
manajemen pendidikan Islam harus ada keseimbangan antar kedua fungsi tersebut. Hal ini
bertujuan untuk melancarkan proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada
rekan kerja atau para anggota, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan
sungguh- sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
2. Pengawasan (Controlling) Pendidikan Islam
Dalam lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum ataupun pendidikan islam
pengawasan mempunyai peran penting. Sebab dengan adanya pengawasan dapat diketahui
hasil dari pelaksanaan pekerjaan, apa sesuai dengan rencana dan standar yang sudah
ditentukan atau tidak.
Menurut Murdick mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses dasar yang secara
esensial tetap diperlukan bagaimana luasnya dan rumitnya suatu organisasi. Sedang menurut
faham klasik, pengawasan adalah suatu proses yang bersifat memaksa-maksa agar kegiatan
2 Atmodiwirio, Soebagio, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, Jakarta: PT. Ardadizya, 2005. Hal 78
4
pelaksanaan dapat disesuaikan dengan rencana yang sudah ditetapkan. (Nanang Fattah, Drs.
1996 :102).
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak
manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”.
Sedangkan menurut Basu Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa
kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”. Sedangkan menurut
Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual
rencana, dan awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang
berarti”3.
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan guna menjamin
bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa pengawasan diselenggarakan pada waktu kegiatan sedang
berlangsung.
Pengawasan juga sebagai alat untuk memantau dan menilai perencanaan dan pelaksanaan,
apa ada kesalahan dan penyimpangan, untuk kemudian dilakukan perbaikan serta mencegah
supaya tidak terulang lagi kesalahan dan penyimpangan. Jadi dapat penulis simpulkan, bahwa
pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengontrol dan menilai terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan atau ditetapka.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja
aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif
dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting
dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang
diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui
pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi
mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
3 Sondang P. Siagian, “Manajemen Strategi”. Jakarta: Bumi Aksara, 2000 hal 257
5
mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian
dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau
pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen,
pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi
pendidikan, pengawasan mengandung makna pula sebagai:
“pengawasan atas pelaksanaan seluruh kegiatan dalam lembaga pendidikan islam yang
diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan
rencana”
Atau
“suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan,
sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat
dilakukan tindakan perbaikannya”4.
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas
rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan.
2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan.
3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilakukan secara
berkelanjutan dalam rangka menjamin terlaksananya kegiatan dengan konsisten, baik material
maupun spiritual. Pengawasan dalam pendidikan Islam tidak hanya mengedepankan hal-hal
yang bersifat materil saja,tetapi juga mementingkan hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini
yang secara signifikan membedakan antara pengawasan dalam konsep Islam dengan konsep
sekuler yang hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan tanpa melibat Allah Swt
sebagai pengawas utama.
Menurut Ramayulis pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik
sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer,
tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat
manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan
yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai
pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih
mengutamakan menggunakan pendekatan. 4 Siswanto “Pengantar Manajemen”. Bandung: Bumi Aksara. 2005, hal 76
6
3. Teknik-Teknik Pengawasan Pendidikan Islam
Untuk mengetahui lebih jelas apakah penyelenggaraan berbagai kegiatan sesuai dengan
rencana atau tidak, maka dari itu kita perlu mengamati jalannya kegiatan tersebut. Adapun
teknik yang dapat digunakan antara lain adalah:
Pertama: pengamatan langsung oleh atasan untuk melihat sendiri bagaimana caranya
para petugas menyelenggarakan kegiatan dan menyelesaikan tugasnya.
Kedua: melalui laporan baik lisan maupun tulisan dari yang mengawasi secara langsung
kegiatan para bawahannya.
Ketiga: wawancara. “Wawancara dengan para penyelenggara berbagai kegiatanpun dapat
dilakukan dalam rangka pengawasan”5.
4. Jenis-Jenis Pengawasan Pendidikan Islam
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di
dalam lingkungan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini
dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung. Pengawasan ekstern adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar lembaga pendidikan.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan terhadap
suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya
penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan dalam sebuah lembaga pendidikan
dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan kegiatan untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar
sistem pelaksanaan dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan
lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan
yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
Di sisi lain, pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada
akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan
laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya penyimpangan.
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang dilaksanakan di
tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang 5 Sondang P. Siagian, op cit h 259
7
melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung
jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.
5. Proses Pengawasan Pendidikan Islam
Dalam melakukan pengawasan perlu diperhatikan proses pengawasan yang terdiri dari
tiga tahap yaitu:
1. Menetapkan standar-standar pelaksanaan pekerjaan maksudnya adalah menentukan
kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan suatu pekerjaan yang terdapat dalam
lembaga pendidikan.
2. Pengukuran hasil atau pelaksanaan pekerjaan maksudnya adalah aktivitas atau
pekerjaan yang sedang dan telah dilaksanakan diukur berdasarkan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
3. Menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar rencana. Dalam
melakukan pengawasan hendaknya mengoreksi atau meneliti, apakah terdapat
penyimpangan atau tidak, kalu memang menemukan penyimpangan pelaksanaan yang
tidak sesuai dengan standar dan rencana maka diusahakan ada perbaikan.
Dalam proses pengawasan terdapat beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Unsur proses yaitu usaha yang bersifat kontinyu terhadap suatu tindakan yang dimiliki
dari pelaksanaan suatu rencana sampai dengan hasil akhir yang diharapkan.
2. Ukuran atau standarisasi dari pengawasan.
3. Tehnik-tehnik pengawasan yaitu cara-cara yang digunakan untuk melakukan
pengawasan atau juga pendekatan-pendekatan yang diambil untuk menyelesaikan
suatu masalah.
C. Penutup
Manajemen Pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien,
dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di
akhirat.
“Pelaksanaan pendidikan islam merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana
menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan
efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien”.
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan guna menjamin
bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya.
8
Dari definisi tersebut terlihat bahwa pengawasan diselenggarakan pada waktu kegiatan sedang
berlangsung.
Bila Para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat
seuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari semua ungkupan sumir yang
menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan
tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan
Zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.
D. Daftar Pustaka
Fatah, Nanang, “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Atmodiwirio, Soebagio, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, Jakarta: PT. Ardadizya,
2005.
Sondang P. Siagian, “Manajemen Strategi”. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Siswanto “Pengantar Manajemen”. Bandung: Bumi Aksara. 2005.
www.google.com dalam penelusuran “Fungsi Manajemen Pendidikan Islam” pada
tanggal 27 Maret 2012, pukul 22:15 WIB.